Post on 05-Aug-2015
BAB I
PENDAHULUAN
IA LATAR BELAKANG
Dalam era globalisasi persaingan kerja yang semakin meningkat memaksa setiap orang
untuk menguasai keahlian dan kemampuan tertentu (Wills 1993) Untuk dapat
menjawab tantangan ini diperlukan adanya dedikasi kerja keras dan kejujuran dalam
bekerja Menurut Anoraga (1992) manusia yang berhasil harusmemiliki pandangan dan
sikap yang menghargai kerja sebagai sesuatu yang luhur untuk eksistensi manusia Suatu
pandangan dan sikap demikian dikenal dengan istilah Etos Kerja Dewasa ini Etos Kerja
merupakan topik yang kembali hangat
Telah sekian lama Indonesia selalu berkutat dengan masalah korupsi rdquojam karetrdquo asal
kerja semrawut dan predikat negatif lainnya Berbeda dengan kondisi di negara Jepang
yang menjadikan kerja sebagai sesuatu yang sangat mulia dan kualitas kerja merupakan
nilai-nilai penting yang didasari spiritualitas agama (Anoraga 1992) Suatu opini untuk
menggambarkan kondisi Etos Kerja bangsa kita saat ini dinyatakan oleh Muhtadi (2005)
bahwa kondisi masyarakat kita kurang memiliki Etos Kerja Secara khusus Muhtadi
menyoroti kondisi perguruan tinggi dan sekolah di Indonesia Sebagai lingkungan
organisasi yang berfokus pada tujuan utama mendidik serta mengembangkan ilmu
pengetahuan perguruan-perguruan tinggi dan sekolah-sekolah sering ditemui sebagai
organisasi yang kurang efektif dalam mencapai sasarannya karena kinerja individu-
individu yang terlibat didalamnya tidak didukung oleh Etos Kerja yang baik Sepertinya
Etos Kerja di Indonesia relatif masih belum tinggi Untuk dapat meningkatkan Etos
Kerja ini diperlukan adanya suatu sikap yang menilai tinggi pada kerja keras dan
sungguhsungguh Karena itu perlu ditemukan suatu dorongan yang tepat untuk
memotivasi dan merubah sikap rakyat kita Nilai-nilai sikap dan faktor motivasi yang
baik menurut Anoraga (1992) bukan bersumber dari luar diri tetapi yang
tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang sering disebut dengan motivasi
intrinsik Manusia merupakan mahluk sosial yang bekerja bukan hanya untuk memenuhi
1
kebutuhan diri sendiri saja tetapi juga untuk melayani sesama Melalui pekerjaan kita
bekerjasama dan melayani teman sekerja memenuhi kebutuhan keluarga mengabdi
kepada masyarakat bangsa dan negara (Anoraga 1992) Untuk mempermudah
tercapainya berbagai tujuan ini di dalam masyarakat maka manusia berkumpul untuk
bekerja secara bersama-sama dan terbentuklah berbagai organisasi Setiap organisasi
diatur dan dikelola oleh manusia Tanpa adanya manusia yang mengelola dan bekerja
suatu organisasi tidak dapat eksis di tengahtengah masyarakat (Cascio 2003) Setiap
organisasi memiliki tujuan bersama yang tertuang dalam visi dan misi organisasi Untuk
mencapai tujuan ini organisasi menerapkan filosofi kebijakan serta target Filosofi
target dan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh organisasi dibuat agar dapat
mensejajarkan arah pencapaian tujuan dan nilai-nilai yang terdapat dalam individu
sebagai anggota organisasi dengan tujuan organisasi itu sendiri Hal ini dikenal dengan
istilah penjajaranalignment (Wills 1993) Proses penjajaran ini tentunya akan
mempengaruhi individu dalam memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri karena
apa yang ditanamkan oleh organisasi pada individu merupakan suatu harapan yang
bernilai ideal atas dirinya Suatu keyakinan nilai diri sendiri yang didasarkan pada
evaluasi diri secara keseluruhan dikenal dengan istilah harga diri atau self-esteem Nilai
yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota organisasi yang
bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis organisasiOrganization-
Based Self-esteem selanjutnya disingkat dengan OBSE Individu dengan nilai OBSE
yang tinggi cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting
berharga berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya
Dari beberapa aspek yang dipengaruhi OBSE salah satunya adalah motivasi intrinsik
(Kreitner amp Kinicki 2000) Faktor yang terakhir ini seperti yang dinyatakan Anoraga
(1992) merupakan elemen yang penting dalam mengembangkan Etos Kerja Penulisan
membuktikan bahwa tidak selamanya selfesteem yang tinggi itu memberikan indikasi
yang positif Pada penulisan Baumeister dkk (1996) ditemukan bahwa perilaku agresif
dapat muncul ketika individu yang self-esteem-nya tinggi dihadapkan pada situasi yang
menekan Artinya self-esteem yang tinggi menjadi sesuatu yang baik hanya jika dijaga
dan disalurkan dengan cara yang membangun dan etis (Kreitner amp Kinicki 2000)
2
IB TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan hubungan antara Organization-Based
Self-Esteem (OBSE) dengan Etos Kerja dan pengaruh etos kerja islami terhadap kinerja
karyawan
IC MANFAAT PENULISAN
Diharapkan tulisan ini bermanfaat untuk
1 Menjadi bahan masukan dan saran untuk meningkatkan efektifitas organisasi
melalui peningkatan etos kerja karyawan baik secara islami maupun
tidakdengan memperhatikan variable Organization-Based Self-Esteem (OBSE)
sebagai variabel prediktor
3
BAB II
LANDASAN TEORI
IIA ETOS KERJA
IIA1 Pengertian Etos Kerja
Secara etimologis istilah etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti rsquotempat hiduprsquo
Mula-mula tempat hidup dimaknai sebagai adat istiadat atau kebiasaan Sejalan dengan
waktu kata etos berevolusi dan berubah makna menjadi semakin kompleks Dari kata
yang sama muncul pula istilah Ethikos yang berarti rsquoteori kehidupanrsquo yang kemudian
menjadi rsquoetikarsquo Dalam bahasa Inggris Etos dapat diterjemahkan menjadi beberapa
pengertian antara lain lsquostarting point to appear disposition hingga disimpulkan
sebagai character Dalam bahasa Indonesia kita dapat menterjemahkannya sebagai
rsquosifat dasarrsquo rsquopemunculanrsquo atau rsquodisposisiwatakrsquo Aristoteles menggambarkan etos
sebagai salah satu dari tiga mode persuasi selain logos dan pathos dan mengartikannya
sebagai rsquokompetensi moralrsquo Tetapi Aristoteles berusaha memperluas makna istilah ini
hingga rsquokeahlianrsquo dan rsquopengetahuanrsquo tercakup didalamnya Ia menyatakan bahwa etos
hanya dapat dicapai hanya dengan apa yang dikatakan seorang pembicara tidak dengan
apa yang dipikirkan orang tentang sifatnya sebelum ia mulai berbicara Disini terlihat
bahwa etos dikenali berdasarkan sifat-sifat yang dapat terdeteksi oleh indera Webster
Dictionary mendefinisikan etos sebagai guiding beliefs of a person group or
institution etos adalah keyakinan yang menuntun seseorang kelompok atau suatu
institusi A S Hornby (1995) dalam The New Oxford Advances Learnerrsquos Dictionary
mendefinisikan etos sebagai the characteristic spirit moral values ideas or beliefs of a
group community or culture karakteristik rohani nilai-nilai moral ide atau keyakinan
suatu kelompok komunitas atau budaya Sedangkan dalam The American Heritage
4
Dictionary of English Language etos diartikan dalam dua pemaknaan 1the disposition
character or attitude peculiar to a specific people culture or a group that distinguishes
it from other peoples or group fundamental values or spirit mores disposisi karakter
atau sikap khusus orang budaya atau kelompok yang membedakannya dari orang atau
kelompok lain nilai atau jiwa yang mendasari adat-istiadat Makna berikutnya yaitu
2The governing or central principles in a movement work of art mode of expression
or the like Prinsip utama atau pengendali dalam suatu pergerakan pekerjaan seni
bentuk ekspresi atau sejenisnya Dari sini dapat kita peroleh pengertian bahwa etos
merupakan seperangkat pemahaman dan keyakinan terhadap nilai-nilai yang secara
mendasar mempengaruhi kehidupan menjadi prinsip-prinsip pergerakan dan cara
berekspresi yang khas pada sekelompok orang dengan budaya serta keyakinan yang
sama
Menurut Anoraga (1992) Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa
atau umat terhadap kerja Bila individu-individu dalam komunitas memandang kerja
sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia maka Etos Kerjanya akan
cenderung tinggi Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang
bernilai rendah bagi kehidupan maka Etos Kerja dengan sendirinya akan rendah
Dalam situs resmi kementerian KUKM Etos Kerja diartikan sebagai sikap mental yang
mencerminkan kebenaran dan kesungguhan serta rasa tanggung jawab untuk
meningkatkan produktivitas (wwwdepkopgoid) Pada Websters Online Dictionary
Work Ethic diartikan sebagai Earnestness or fervor in working morale with regard to
the tasks at hand kesungguhan atau semangat dalam bekerja suatu pandangan moral
pada pekerjaan yang dilakoni Dari rumusan ini kita dapat melihat bagaimana Etos Kerja
dipandang dari sisi praktisnya yaitu sikap yang mengarah pada penghargaan terhadap
kerja dan upaya peningkatan produktivitas
Dalam rumusan Jansen Sinamo (2005) Etos Kerja adalah seperangkat perilaku positif
yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma
5
kerja yang integral Menurutnya jika seseorang suatu organisasi atau suatu komunitas
menganut paradigma kerja mempercayai dan berkomitmen pada paradigma kerja
tersebut semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas Itulah
yang akan menjadi Etos Kerja dan budaya Sinamo (2005) memandang bahwa Etos
Kerja merupakan fondasi dari sukses yang sejati dan otentik Pandangan ini dipengaruhi
oleh kajiannya terhadap studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-
20 dan penulisanpenulisan manajemen dua puluh tahun belakangan ini yang semuanya
bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan di berbagai wilayah
kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia terutama perilaku kerja Sebagian orang
menyebut perilaku kerja ini sebagai motivasi kebiasaan (habit) dan budaya kerja
Sinamo (2005) lebih memilih menggunakan istilah etos karena menemukan bahwa kata
etos mengandung pengertian tidak saja sebagai perilaku khas dari sebuah organisasi atau
komunitas tetapi juga mencakup motivasi yang menggerakkan mereka karakteristik
utama spirit dasar pikiran dasar kode etik kode moral kode perilaku sikap-sikap
aspirasi-aspirasi keyakinan-keyakinan prinsip-prinsip dan standar-standar
Melalui berbagai pengertian diatas baik secara etimologis maupun praktis dapat
disimpulkan bahwa Etos Kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar
yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif
bagi peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya
IIA2 Aspek-Aspek Etos Kerja
Menurut Sinamo (2005) setiap manusia memiliki spiritroh keberhasilan yaitu motivasi
murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan Roh inilah yang menjelma menjadi
perilaku yang khas seperti kerja keras disiplin teliti tekun integritas rasional
bertanggung jawab dan sebagainya melalui keyakinan komitmen dan penghayatan atas
paradigma kerja tertentu Dengan ini maka orang berproses menjadi manusia kerja yang
positif kreatif dan produktif Dari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat
sekarang ini Sinamo (2005) menyederhanakannya menjadi empat pilar teori utama
6
Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan
sistem keberhasilan yang berkelanjutan (sustainable success system) pada semua
tingkatan Keempat elemen itu lalu dia konstruksikan dalam sebuah konsep besar yang
disebutnya sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa Sanskerta) yang berarti Empat
Darma Keberhasilan Utama yaitu
1 Mencetak prestasi dengan motivasi superior
2 Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner
3 Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif
4 Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani
Keempat darma ini kemudian dirumuskan pada delapan aspek Etos Kerja sebagai
berikut
1 Kerja adalah rahmat karena kerja merupakan pemberian dari Yang Maha Kuasa
maka individu harus dapat bekerja dengan tulus dan penuh syukur
2 Kerja adalah amanah kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada
kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung
jawab
3 Kerja adalah panggilan kerja merupakan suatu dharma yang sesuai dengan
panggilan jiwa kita sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas
4 Kerja adalah aktualisasi pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai
hakikat manusia yang tertinggi sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh
semangat
5 Kerja adalah ibadah bekerja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada
Sang Khalik sehingga melalui pekerjaan individu mengarahkan dirinya pada
tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian
6 Kerja adalah seni kerja dapat mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja
sehingga lahirlah daya cipta kreasi baru dan gagasan inovatif
7
7 Kerja adalah kehormatan pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga
harus dilakukan dengan tekun dan penuh keunggulan
8 Kerja adalah Pelayanan manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan
sempurna dan penuh kerendahan hati
Anoraga (1992) juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya
mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja yang disimpulkan sebagai
berikut
1 Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia
2 Pekerjaan adalah suatu berkat Tuhan
3 Pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral
4 Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti
5 Pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih
Dalam penulisannya Akhmad Kusnan (2004) menyimpulkan pemahaman bahwa Etos
Kerja menggambarkan suatu sikap maka ia menggunakan lima indikator untuk
mengukur Etos Kerja Menurutnya Etos Kerja mencerminkan suatu sikap yang memiliki
dua alternatif positif dan negatif Suatu individu atau kelompok masyarakat dapat
dikatakan memiliki Etos Kerja yang tinggi apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai
berikut
1 Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia
2 Menempatkan pandangan tentang kerja sebagai suatu hal yang amat luhur bagi
eksistensi manusia
3 Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia
4 Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus
sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita
5 Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah Bagi individu atau kelompok masyarakat
yang memiliki Etos Kerja yang rendah maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang
sebaliknya (Kusnan 2004) yaitu
8
1) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri
2) Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia
3) Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh
kesenangan
4) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan
5) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup
Dari berbagai aspek yang ditampilkan ketiga tokoh diatas dapat dilihat bahwa aspek-
aspek yang diusulkan oleh dua tokoh berikutnya telah termuat dalam beberapa aspek
Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sehingga penulisan ini mendasari
pemahamannya pada delapan aspek Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sebagai
indikator terhadap Etos Kerja
IIA3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja
Etos Kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
a Agama
Dasar pengkajian kembali makna Etos Kerja di Eropa diawali oleh buah pikiran Max
Weber Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern yaitu rasionalitas (rationality)
menurut Weber (1958) lahir dari etika Protestan Pada dasarnya agama merupakan suatu
sistem nilai Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup
para penganutnya Cara berpikir bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai
oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama
Dengan demikian kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu
pembangunan jelaslah bahwa agama akan turut menentukan jalannya pembangunan
atau modernisasi Weber (1958) memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam
protestanisme mampu melahirkan etos berpikir rasional berdisiplin tinggi bekerja tekun
sistematik berorientasi sukses (material) tidak mengumbar kesenangan namun hemat
dan bersahaja (asketik) serta menabung dan berinvestasi yang akhirnya menjadi titik
9
tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern Sejak Weber menelurkan karya tulis
The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958) berbagai studi tentang Etos
Kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum
mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu
dan kemajuan ekonomi kemakmuran dan modernitas (Sinamo 2005) Menurut
Rosmiani (1996) Etos Kerja terkait dengan sikap mental tekad disiplin dan semangat
kerja Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya yang sebagian
bersumber dari agama atau sistem kepercayaanpaham teologi tradisional Ia
menemukan Etos Kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya
kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah
kokohnya tingkat Etos Kerja yang rendah itu
b Budaya
Selain temuan Rosmiani (1996) diatas Usman Pelly (dalam Rahimah 1995)
mengatakan bahwa sikap mental tekad disiplin dan semangat kerja masyarakat juga
disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai
Etos Kerja Kualitas Etos Kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya
masyarakat yang bersangkutan Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju
akan memiliki Etos Kerja yang tinggi dan sebaliknya masyarakat yang memiliki sistem
nilai budaya yang konservatif akan memiliki Etos Kerja yang rendah bahkan bisa sama
sekali tidak memiliki Etos Kerja Pernyataaan ini juga didukung oleh studi yang
dilakukan Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) yang menyimpulkan
bahwa semangat kerjaEtos Kerja sangat ditentukan oleh nilainilai budaya yang ada dan
tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan Etos Kerja juga sangat berpegang teguh
pada moral etik dan bahkan Tuhan Etos Kerja berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama
ini menurut mereka diperoleh secara lisan dan merupakan suatu tradisi yang disebarkan
secara turuntemurun
c Sosial Politik
10
Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) menemukan bahwa tinggi rendahnya
Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang
mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras
mereka dengan penuh KH Abdurrahman Wahid (2002) mengatakan bahwa Etos Kerja
harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa
depan bangsa dan negara Dorongan untuk mengatasi kemiskinan kebodohan dan
keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki
orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik Orientasi ke depan itu
harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian
(achievement) Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain yaitu semangat
profesionalisme yang menjadi tulang-punggung masyarakat modern
d Kondisi LingkunganGeografis
Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) juga menemukan adanya
indikasi bahwa Etos Kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis
Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya
melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat dan bahkan dapat
mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut
e Pendidikan
Etos Kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia Peningkatan
sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai Etos Kerja keras
Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan
bermutu disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian dan
keterampilan sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat
sebagai pelaku ekonomi (Rahimah Fauziah Suri dan Nasution 1995)
f Struktur Ekonomi
11
Pada penulisan Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) disimpulkan juga
bahwa tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
struktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk
bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh
g Motivasi Intrinsik individu
Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi
adalah individu yang bermotivasi tinggi Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan
sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang Keyakinan inilah
yang menjadi suatu motivasi kerja Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi
seseorang
Menurut Herzberg (dalam Siagian 1995) motivasi yang sesungguhnya bukan
bersumber dari luar diri tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang
sering disebut dengan motivasi intrinsik Ia membagi factor pendorong manusia untuk
melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu factor hygiene dan faktor motivator Faktor
hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak
ada yang akan menyebabkan ketidakpuasan Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah
timbulnya motivasi tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi faktor ini disebut
juga factor ekstrinsik yang termasuk diantaranya yaitu gaji status keamanan kerja
kondisi kerja kebijaksanaan organisasi hubungan dengan rekan kerja dan supervisi
Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi tentunya organisasi
tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa factor hygiene tidak menjadi
penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik
Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya yang mana ketiadaannya
bukan berarti ketidakpuasan tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai
manusia Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi
pencapaian suksesachievement pengakuanrecognition kemungkinan untuk meningkat
dalam jabatan (Karier)advancement tanggung jawabresponsibility kemungkinan
berkembanggrowth possibilities dan pekerjaan itu sendirithe work itself (Herzberg
12
dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja
dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi
IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem
Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam
cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)
Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan
tentang diri pribadi
Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan
nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan
Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem
dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan
kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan
dirinya
Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri
potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self
mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah
konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self
ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi
yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan
yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini
menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang
13
kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki
penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting
daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)
Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan
tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan
Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik
yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan
karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg
dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-
esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang
sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya
selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan
sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku
kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu
yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut
cenderung akan menampilkan sikap agresif
Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh
dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi
Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya
memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga
diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif
Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah
menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif
Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem
rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada
peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan
14
harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam
Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-
esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang
dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya
seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil
menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang
serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat
labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil
didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem
yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya
tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang
berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa
superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal
Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum
individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri
1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan
2 Stabil secara emosi dan afektif
3 Kurang fleksibel dan kurang lunak
4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses
6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten
7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri
Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri
1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari
2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati
3 Fleksibel dan lunak
4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya
6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses
15
7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil
8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri
Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-
esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan
Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan
peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang
dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat
berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)
Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu
dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh
prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga
melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada
kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok
diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi
adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi
seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu
harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan
iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek
kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada
di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks
organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota
organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis
organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner
amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup
signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki
self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan
sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih
tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan
Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan
16
materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan
kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal
Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah
kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka
cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa
mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut
(Greenberg 2005)
IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem
Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan
bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya
serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika
individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka
Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)
daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong
OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta
membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas
yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)
Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat
meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan
peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks
penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan
karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang
baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji
turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi
sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian
berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian
berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang
lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang
menjatuhkan self-esteemnya
17
Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE
berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational
citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan
Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan
mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai
intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam
organisasi
Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi
cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga
berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu
mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem
karyawan yaitu dengan
1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status
dan kontribusi individu
2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai
dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu
3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari
kepercayaan
4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan
memberi penghargaan pada keberhasilan
Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk
meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu
1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa
diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian
unik mereka
2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan
pujilah mereka sesuai dengan hal itu
18
3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika
harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada
mereka
4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan
untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang
menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya
Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE
memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu
1 merasa diterima dalam organisasi
2 merasa aman dalam organisasi
3 merasa berkompeten dalam organisasi
4 merasa berpengaruh dalam organisasi
5 merasa penting bagi organisasi
6 rasa berharga bagi organisasi
7 merasa berkembang dalam organisasi
Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini
IICEtos Kerja dalam Islam
Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan
ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat
menekankan arti penting diantaranya
Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)
19
ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun
berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak
akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135
IIC1Konsep Kerja dalam Islam
Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu
sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat
penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu
merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat
kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam
bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan
keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus
menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan
yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat
sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang
menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan
negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang
digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang
tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu
bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik
lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu
sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta
menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al
Mursquominun 1 ndash 11)
Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin
20
kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-
hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak
heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan
mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa
melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang
diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat
dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali
mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal
dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka
kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam
keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan
betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan
dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan
bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan
Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan
yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang
banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang
dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji
Allah
IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridaan Allah SWT
Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu
Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai
21
Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan
cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu
beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para
sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun
menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu
adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah
lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)
Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah
ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya
Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya
Allah SWT berfirman
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah
apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula
ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap
kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama
Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia
teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi
gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya
bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW
adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk
melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan
yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka
22
beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-
peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu
Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu
tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal
menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru
(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik
permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian
Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala
memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-
negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu
menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan
setumpuk masalah lainnya
Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul
memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi
perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya
Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik
membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau
tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat
perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat
bercanda dan menjahit sendiri bajunya
Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria
Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
23
senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah
Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman
dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman
Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai
usia 37 tahun
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu
yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling
berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling
lainnya
IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan
Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya
Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan
yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas
Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda
Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah
sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus
Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas
Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim
yang solid yang percaya pada cita-cita bersama
24
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
kebutuhan diri sendiri saja tetapi juga untuk melayani sesama Melalui pekerjaan kita
bekerjasama dan melayani teman sekerja memenuhi kebutuhan keluarga mengabdi
kepada masyarakat bangsa dan negara (Anoraga 1992) Untuk mempermudah
tercapainya berbagai tujuan ini di dalam masyarakat maka manusia berkumpul untuk
bekerja secara bersama-sama dan terbentuklah berbagai organisasi Setiap organisasi
diatur dan dikelola oleh manusia Tanpa adanya manusia yang mengelola dan bekerja
suatu organisasi tidak dapat eksis di tengahtengah masyarakat (Cascio 2003) Setiap
organisasi memiliki tujuan bersama yang tertuang dalam visi dan misi organisasi Untuk
mencapai tujuan ini organisasi menerapkan filosofi kebijakan serta target Filosofi
target dan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh organisasi dibuat agar dapat
mensejajarkan arah pencapaian tujuan dan nilai-nilai yang terdapat dalam individu
sebagai anggota organisasi dengan tujuan organisasi itu sendiri Hal ini dikenal dengan
istilah penjajaranalignment (Wills 1993) Proses penjajaran ini tentunya akan
mempengaruhi individu dalam memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri karena
apa yang ditanamkan oleh organisasi pada individu merupakan suatu harapan yang
bernilai ideal atas dirinya Suatu keyakinan nilai diri sendiri yang didasarkan pada
evaluasi diri secara keseluruhan dikenal dengan istilah harga diri atau self-esteem Nilai
yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota organisasi yang
bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis organisasiOrganization-
Based Self-esteem selanjutnya disingkat dengan OBSE Individu dengan nilai OBSE
yang tinggi cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting
berharga berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya
Dari beberapa aspek yang dipengaruhi OBSE salah satunya adalah motivasi intrinsik
(Kreitner amp Kinicki 2000) Faktor yang terakhir ini seperti yang dinyatakan Anoraga
(1992) merupakan elemen yang penting dalam mengembangkan Etos Kerja Penulisan
membuktikan bahwa tidak selamanya selfesteem yang tinggi itu memberikan indikasi
yang positif Pada penulisan Baumeister dkk (1996) ditemukan bahwa perilaku agresif
dapat muncul ketika individu yang self-esteem-nya tinggi dihadapkan pada situasi yang
menekan Artinya self-esteem yang tinggi menjadi sesuatu yang baik hanya jika dijaga
dan disalurkan dengan cara yang membangun dan etis (Kreitner amp Kinicki 2000)
2
IB TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan hubungan antara Organization-Based
Self-Esteem (OBSE) dengan Etos Kerja dan pengaruh etos kerja islami terhadap kinerja
karyawan
IC MANFAAT PENULISAN
Diharapkan tulisan ini bermanfaat untuk
1 Menjadi bahan masukan dan saran untuk meningkatkan efektifitas organisasi
melalui peningkatan etos kerja karyawan baik secara islami maupun
tidakdengan memperhatikan variable Organization-Based Self-Esteem (OBSE)
sebagai variabel prediktor
3
BAB II
LANDASAN TEORI
IIA ETOS KERJA
IIA1 Pengertian Etos Kerja
Secara etimologis istilah etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti rsquotempat hiduprsquo
Mula-mula tempat hidup dimaknai sebagai adat istiadat atau kebiasaan Sejalan dengan
waktu kata etos berevolusi dan berubah makna menjadi semakin kompleks Dari kata
yang sama muncul pula istilah Ethikos yang berarti rsquoteori kehidupanrsquo yang kemudian
menjadi rsquoetikarsquo Dalam bahasa Inggris Etos dapat diterjemahkan menjadi beberapa
pengertian antara lain lsquostarting point to appear disposition hingga disimpulkan
sebagai character Dalam bahasa Indonesia kita dapat menterjemahkannya sebagai
rsquosifat dasarrsquo rsquopemunculanrsquo atau rsquodisposisiwatakrsquo Aristoteles menggambarkan etos
sebagai salah satu dari tiga mode persuasi selain logos dan pathos dan mengartikannya
sebagai rsquokompetensi moralrsquo Tetapi Aristoteles berusaha memperluas makna istilah ini
hingga rsquokeahlianrsquo dan rsquopengetahuanrsquo tercakup didalamnya Ia menyatakan bahwa etos
hanya dapat dicapai hanya dengan apa yang dikatakan seorang pembicara tidak dengan
apa yang dipikirkan orang tentang sifatnya sebelum ia mulai berbicara Disini terlihat
bahwa etos dikenali berdasarkan sifat-sifat yang dapat terdeteksi oleh indera Webster
Dictionary mendefinisikan etos sebagai guiding beliefs of a person group or
institution etos adalah keyakinan yang menuntun seseorang kelompok atau suatu
institusi A S Hornby (1995) dalam The New Oxford Advances Learnerrsquos Dictionary
mendefinisikan etos sebagai the characteristic spirit moral values ideas or beliefs of a
group community or culture karakteristik rohani nilai-nilai moral ide atau keyakinan
suatu kelompok komunitas atau budaya Sedangkan dalam The American Heritage
4
Dictionary of English Language etos diartikan dalam dua pemaknaan 1the disposition
character or attitude peculiar to a specific people culture or a group that distinguishes
it from other peoples or group fundamental values or spirit mores disposisi karakter
atau sikap khusus orang budaya atau kelompok yang membedakannya dari orang atau
kelompok lain nilai atau jiwa yang mendasari adat-istiadat Makna berikutnya yaitu
2The governing or central principles in a movement work of art mode of expression
or the like Prinsip utama atau pengendali dalam suatu pergerakan pekerjaan seni
bentuk ekspresi atau sejenisnya Dari sini dapat kita peroleh pengertian bahwa etos
merupakan seperangkat pemahaman dan keyakinan terhadap nilai-nilai yang secara
mendasar mempengaruhi kehidupan menjadi prinsip-prinsip pergerakan dan cara
berekspresi yang khas pada sekelompok orang dengan budaya serta keyakinan yang
sama
Menurut Anoraga (1992) Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa
atau umat terhadap kerja Bila individu-individu dalam komunitas memandang kerja
sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia maka Etos Kerjanya akan
cenderung tinggi Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang
bernilai rendah bagi kehidupan maka Etos Kerja dengan sendirinya akan rendah
Dalam situs resmi kementerian KUKM Etos Kerja diartikan sebagai sikap mental yang
mencerminkan kebenaran dan kesungguhan serta rasa tanggung jawab untuk
meningkatkan produktivitas (wwwdepkopgoid) Pada Websters Online Dictionary
Work Ethic diartikan sebagai Earnestness or fervor in working morale with regard to
the tasks at hand kesungguhan atau semangat dalam bekerja suatu pandangan moral
pada pekerjaan yang dilakoni Dari rumusan ini kita dapat melihat bagaimana Etos Kerja
dipandang dari sisi praktisnya yaitu sikap yang mengarah pada penghargaan terhadap
kerja dan upaya peningkatan produktivitas
Dalam rumusan Jansen Sinamo (2005) Etos Kerja adalah seperangkat perilaku positif
yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma
5
kerja yang integral Menurutnya jika seseorang suatu organisasi atau suatu komunitas
menganut paradigma kerja mempercayai dan berkomitmen pada paradigma kerja
tersebut semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas Itulah
yang akan menjadi Etos Kerja dan budaya Sinamo (2005) memandang bahwa Etos
Kerja merupakan fondasi dari sukses yang sejati dan otentik Pandangan ini dipengaruhi
oleh kajiannya terhadap studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-
20 dan penulisanpenulisan manajemen dua puluh tahun belakangan ini yang semuanya
bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan di berbagai wilayah
kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia terutama perilaku kerja Sebagian orang
menyebut perilaku kerja ini sebagai motivasi kebiasaan (habit) dan budaya kerja
Sinamo (2005) lebih memilih menggunakan istilah etos karena menemukan bahwa kata
etos mengandung pengertian tidak saja sebagai perilaku khas dari sebuah organisasi atau
komunitas tetapi juga mencakup motivasi yang menggerakkan mereka karakteristik
utama spirit dasar pikiran dasar kode etik kode moral kode perilaku sikap-sikap
aspirasi-aspirasi keyakinan-keyakinan prinsip-prinsip dan standar-standar
Melalui berbagai pengertian diatas baik secara etimologis maupun praktis dapat
disimpulkan bahwa Etos Kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar
yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif
bagi peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya
IIA2 Aspek-Aspek Etos Kerja
Menurut Sinamo (2005) setiap manusia memiliki spiritroh keberhasilan yaitu motivasi
murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan Roh inilah yang menjelma menjadi
perilaku yang khas seperti kerja keras disiplin teliti tekun integritas rasional
bertanggung jawab dan sebagainya melalui keyakinan komitmen dan penghayatan atas
paradigma kerja tertentu Dengan ini maka orang berproses menjadi manusia kerja yang
positif kreatif dan produktif Dari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat
sekarang ini Sinamo (2005) menyederhanakannya menjadi empat pilar teori utama
6
Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan
sistem keberhasilan yang berkelanjutan (sustainable success system) pada semua
tingkatan Keempat elemen itu lalu dia konstruksikan dalam sebuah konsep besar yang
disebutnya sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa Sanskerta) yang berarti Empat
Darma Keberhasilan Utama yaitu
1 Mencetak prestasi dengan motivasi superior
2 Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner
3 Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif
4 Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani
Keempat darma ini kemudian dirumuskan pada delapan aspek Etos Kerja sebagai
berikut
1 Kerja adalah rahmat karena kerja merupakan pemberian dari Yang Maha Kuasa
maka individu harus dapat bekerja dengan tulus dan penuh syukur
2 Kerja adalah amanah kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada
kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung
jawab
3 Kerja adalah panggilan kerja merupakan suatu dharma yang sesuai dengan
panggilan jiwa kita sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas
4 Kerja adalah aktualisasi pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai
hakikat manusia yang tertinggi sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh
semangat
5 Kerja adalah ibadah bekerja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada
Sang Khalik sehingga melalui pekerjaan individu mengarahkan dirinya pada
tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian
6 Kerja adalah seni kerja dapat mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja
sehingga lahirlah daya cipta kreasi baru dan gagasan inovatif
7
7 Kerja adalah kehormatan pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga
harus dilakukan dengan tekun dan penuh keunggulan
8 Kerja adalah Pelayanan manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan
sempurna dan penuh kerendahan hati
Anoraga (1992) juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya
mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja yang disimpulkan sebagai
berikut
1 Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia
2 Pekerjaan adalah suatu berkat Tuhan
3 Pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral
4 Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti
5 Pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih
Dalam penulisannya Akhmad Kusnan (2004) menyimpulkan pemahaman bahwa Etos
Kerja menggambarkan suatu sikap maka ia menggunakan lima indikator untuk
mengukur Etos Kerja Menurutnya Etos Kerja mencerminkan suatu sikap yang memiliki
dua alternatif positif dan negatif Suatu individu atau kelompok masyarakat dapat
dikatakan memiliki Etos Kerja yang tinggi apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai
berikut
1 Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia
2 Menempatkan pandangan tentang kerja sebagai suatu hal yang amat luhur bagi
eksistensi manusia
3 Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia
4 Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus
sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita
5 Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah Bagi individu atau kelompok masyarakat
yang memiliki Etos Kerja yang rendah maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang
sebaliknya (Kusnan 2004) yaitu
8
1) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri
2) Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia
3) Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh
kesenangan
4) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan
5) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup
Dari berbagai aspek yang ditampilkan ketiga tokoh diatas dapat dilihat bahwa aspek-
aspek yang diusulkan oleh dua tokoh berikutnya telah termuat dalam beberapa aspek
Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sehingga penulisan ini mendasari
pemahamannya pada delapan aspek Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sebagai
indikator terhadap Etos Kerja
IIA3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja
Etos Kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
a Agama
Dasar pengkajian kembali makna Etos Kerja di Eropa diawali oleh buah pikiran Max
Weber Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern yaitu rasionalitas (rationality)
menurut Weber (1958) lahir dari etika Protestan Pada dasarnya agama merupakan suatu
sistem nilai Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup
para penganutnya Cara berpikir bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai
oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama
Dengan demikian kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu
pembangunan jelaslah bahwa agama akan turut menentukan jalannya pembangunan
atau modernisasi Weber (1958) memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam
protestanisme mampu melahirkan etos berpikir rasional berdisiplin tinggi bekerja tekun
sistematik berorientasi sukses (material) tidak mengumbar kesenangan namun hemat
dan bersahaja (asketik) serta menabung dan berinvestasi yang akhirnya menjadi titik
9
tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern Sejak Weber menelurkan karya tulis
The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958) berbagai studi tentang Etos
Kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum
mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu
dan kemajuan ekonomi kemakmuran dan modernitas (Sinamo 2005) Menurut
Rosmiani (1996) Etos Kerja terkait dengan sikap mental tekad disiplin dan semangat
kerja Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya yang sebagian
bersumber dari agama atau sistem kepercayaanpaham teologi tradisional Ia
menemukan Etos Kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya
kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah
kokohnya tingkat Etos Kerja yang rendah itu
b Budaya
Selain temuan Rosmiani (1996) diatas Usman Pelly (dalam Rahimah 1995)
mengatakan bahwa sikap mental tekad disiplin dan semangat kerja masyarakat juga
disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai
Etos Kerja Kualitas Etos Kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya
masyarakat yang bersangkutan Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju
akan memiliki Etos Kerja yang tinggi dan sebaliknya masyarakat yang memiliki sistem
nilai budaya yang konservatif akan memiliki Etos Kerja yang rendah bahkan bisa sama
sekali tidak memiliki Etos Kerja Pernyataaan ini juga didukung oleh studi yang
dilakukan Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) yang menyimpulkan
bahwa semangat kerjaEtos Kerja sangat ditentukan oleh nilainilai budaya yang ada dan
tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan Etos Kerja juga sangat berpegang teguh
pada moral etik dan bahkan Tuhan Etos Kerja berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama
ini menurut mereka diperoleh secara lisan dan merupakan suatu tradisi yang disebarkan
secara turuntemurun
c Sosial Politik
10
Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) menemukan bahwa tinggi rendahnya
Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang
mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras
mereka dengan penuh KH Abdurrahman Wahid (2002) mengatakan bahwa Etos Kerja
harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa
depan bangsa dan negara Dorongan untuk mengatasi kemiskinan kebodohan dan
keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki
orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik Orientasi ke depan itu
harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian
(achievement) Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain yaitu semangat
profesionalisme yang menjadi tulang-punggung masyarakat modern
d Kondisi LingkunganGeografis
Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) juga menemukan adanya
indikasi bahwa Etos Kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis
Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya
melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat dan bahkan dapat
mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut
e Pendidikan
Etos Kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia Peningkatan
sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai Etos Kerja keras
Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan
bermutu disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian dan
keterampilan sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat
sebagai pelaku ekonomi (Rahimah Fauziah Suri dan Nasution 1995)
f Struktur Ekonomi
11
Pada penulisan Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) disimpulkan juga
bahwa tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
struktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk
bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh
g Motivasi Intrinsik individu
Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi
adalah individu yang bermotivasi tinggi Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan
sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang Keyakinan inilah
yang menjadi suatu motivasi kerja Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi
seseorang
Menurut Herzberg (dalam Siagian 1995) motivasi yang sesungguhnya bukan
bersumber dari luar diri tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang
sering disebut dengan motivasi intrinsik Ia membagi factor pendorong manusia untuk
melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu factor hygiene dan faktor motivator Faktor
hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak
ada yang akan menyebabkan ketidakpuasan Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah
timbulnya motivasi tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi faktor ini disebut
juga factor ekstrinsik yang termasuk diantaranya yaitu gaji status keamanan kerja
kondisi kerja kebijaksanaan organisasi hubungan dengan rekan kerja dan supervisi
Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi tentunya organisasi
tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa factor hygiene tidak menjadi
penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik
Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya yang mana ketiadaannya
bukan berarti ketidakpuasan tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai
manusia Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi
pencapaian suksesachievement pengakuanrecognition kemungkinan untuk meningkat
dalam jabatan (Karier)advancement tanggung jawabresponsibility kemungkinan
berkembanggrowth possibilities dan pekerjaan itu sendirithe work itself (Herzberg
12
dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja
dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi
IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem
Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam
cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)
Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan
tentang diri pribadi
Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan
nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan
Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem
dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan
kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan
dirinya
Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri
potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self
mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah
konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self
ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi
yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan
yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini
menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang
13
kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki
penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting
daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)
Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan
tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan
Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik
yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan
karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg
dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-
esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang
sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya
selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan
sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku
kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu
yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut
cenderung akan menampilkan sikap agresif
Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh
dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi
Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya
memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga
diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif
Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah
menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif
Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem
rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada
peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan
14
harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam
Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-
esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang
dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya
seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil
menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang
serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat
labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil
didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem
yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya
tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang
berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa
superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal
Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum
individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri
1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan
2 Stabil secara emosi dan afektif
3 Kurang fleksibel dan kurang lunak
4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses
6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten
7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri
Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri
1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari
2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati
3 Fleksibel dan lunak
4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya
6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses
15
7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil
8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri
Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-
esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan
Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan
peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang
dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat
berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)
Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu
dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh
prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga
melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada
kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok
diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi
adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi
seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu
harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan
iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek
kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada
di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks
organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota
organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis
organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner
amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup
signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki
self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan
sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih
tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan
Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan
16
materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan
kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal
Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah
kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka
cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa
mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut
(Greenberg 2005)
IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem
Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan
bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya
serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika
individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka
Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)
daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong
OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta
membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas
yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)
Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat
meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan
peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks
penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan
karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang
baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji
turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi
sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian
berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian
berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang
lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang
menjatuhkan self-esteemnya
17
Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE
berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational
citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan
Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan
mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai
intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam
organisasi
Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi
cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga
berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu
mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem
karyawan yaitu dengan
1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status
dan kontribusi individu
2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai
dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu
3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari
kepercayaan
4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan
memberi penghargaan pada keberhasilan
Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk
meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu
1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa
diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian
unik mereka
2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan
pujilah mereka sesuai dengan hal itu
18
3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika
harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada
mereka
4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan
untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang
menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya
Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE
memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu
1 merasa diterima dalam organisasi
2 merasa aman dalam organisasi
3 merasa berkompeten dalam organisasi
4 merasa berpengaruh dalam organisasi
5 merasa penting bagi organisasi
6 rasa berharga bagi organisasi
7 merasa berkembang dalam organisasi
Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini
IICEtos Kerja dalam Islam
Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan
ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat
menekankan arti penting diantaranya
Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)
19
ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun
berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak
akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135
IIC1Konsep Kerja dalam Islam
Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu
sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat
penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu
merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat
kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam
bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan
keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus
menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan
yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat
sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang
menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan
negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang
digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang
tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu
bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik
lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu
sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta
menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al
Mursquominun 1 ndash 11)
Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin
20
kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-
hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak
heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan
mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa
melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang
diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat
dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali
mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal
dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka
kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam
keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan
betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan
dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan
bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan
Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan
yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang
banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang
dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji
Allah
IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridaan Allah SWT
Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu
Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai
21
Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan
cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu
beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para
sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun
menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu
adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah
lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)
Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah
ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya
Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya
Allah SWT berfirman
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah
apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula
ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap
kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama
Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia
teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi
gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya
bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW
adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk
melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan
yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka
22
beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-
peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu
Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu
tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal
menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru
(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik
permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian
Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala
memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-
negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu
menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan
setumpuk masalah lainnya
Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul
memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi
perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya
Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik
membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau
tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat
perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat
bercanda dan menjahit sendiri bajunya
Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria
Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
23
senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah
Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman
dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman
Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai
usia 37 tahun
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu
yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling
berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling
lainnya
IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan
Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya
Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan
yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas
Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda
Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah
sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus
Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas
Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim
yang solid yang percaya pada cita-cita bersama
24
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
IB TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan hubungan antara Organization-Based
Self-Esteem (OBSE) dengan Etos Kerja dan pengaruh etos kerja islami terhadap kinerja
karyawan
IC MANFAAT PENULISAN
Diharapkan tulisan ini bermanfaat untuk
1 Menjadi bahan masukan dan saran untuk meningkatkan efektifitas organisasi
melalui peningkatan etos kerja karyawan baik secara islami maupun
tidakdengan memperhatikan variable Organization-Based Self-Esteem (OBSE)
sebagai variabel prediktor
3
BAB II
LANDASAN TEORI
IIA ETOS KERJA
IIA1 Pengertian Etos Kerja
Secara etimologis istilah etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti rsquotempat hiduprsquo
Mula-mula tempat hidup dimaknai sebagai adat istiadat atau kebiasaan Sejalan dengan
waktu kata etos berevolusi dan berubah makna menjadi semakin kompleks Dari kata
yang sama muncul pula istilah Ethikos yang berarti rsquoteori kehidupanrsquo yang kemudian
menjadi rsquoetikarsquo Dalam bahasa Inggris Etos dapat diterjemahkan menjadi beberapa
pengertian antara lain lsquostarting point to appear disposition hingga disimpulkan
sebagai character Dalam bahasa Indonesia kita dapat menterjemahkannya sebagai
rsquosifat dasarrsquo rsquopemunculanrsquo atau rsquodisposisiwatakrsquo Aristoteles menggambarkan etos
sebagai salah satu dari tiga mode persuasi selain logos dan pathos dan mengartikannya
sebagai rsquokompetensi moralrsquo Tetapi Aristoteles berusaha memperluas makna istilah ini
hingga rsquokeahlianrsquo dan rsquopengetahuanrsquo tercakup didalamnya Ia menyatakan bahwa etos
hanya dapat dicapai hanya dengan apa yang dikatakan seorang pembicara tidak dengan
apa yang dipikirkan orang tentang sifatnya sebelum ia mulai berbicara Disini terlihat
bahwa etos dikenali berdasarkan sifat-sifat yang dapat terdeteksi oleh indera Webster
Dictionary mendefinisikan etos sebagai guiding beliefs of a person group or
institution etos adalah keyakinan yang menuntun seseorang kelompok atau suatu
institusi A S Hornby (1995) dalam The New Oxford Advances Learnerrsquos Dictionary
mendefinisikan etos sebagai the characteristic spirit moral values ideas or beliefs of a
group community or culture karakteristik rohani nilai-nilai moral ide atau keyakinan
suatu kelompok komunitas atau budaya Sedangkan dalam The American Heritage
4
Dictionary of English Language etos diartikan dalam dua pemaknaan 1the disposition
character or attitude peculiar to a specific people culture or a group that distinguishes
it from other peoples or group fundamental values or spirit mores disposisi karakter
atau sikap khusus orang budaya atau kelompok yang membedakannya dari orang atau
kelompok lain nilai atau jiwa yang mendasari adat-istiadat Makna berikutnya yaitu
2The governing or central principles in a movement work of art mode of expression
or the like Prinsip utama atau pengendali dalam suatu pergerakan pekerjaan seni
bentuk ekspresi atau sejenisnya Dari sini dapat kita peroleh pengertian bahwa etos
merupakan seperangkat pemahaman dan keyakinan terhadap nilai-nilai yang secara
mendasar mempengaruhi kehidupan menjadi prinsip-prinsip pergerakan dan cara
berekspresi yang khas pada sekelompok orang dengan budaya serta keyakinan yang
sama
Menurut Anoraga (1992) Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa
atau umat terhadap kerja Bila individu-individu dalam komunitas memandang kerja
sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia maka Etos Kerjanya akan
cenderung tinggi Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang
bernilai rendah bagi kehidupan maka Etos Kerja dengan sendirinya akan rendah
Dalam situs resmi kementerian KUKM Etos Kerja diartikan sebagai sikap mental yang
mencerminkan kebenaran dan kesungguhan serta rasa tanggung jawab untuk
meningkatkan produktivitas (wwwdepkopgoid) Pada Websters Online Dictionary
Work Ethic diartikan sebagai Earnestness or fervor in working morale with regard to
the tasks at hand kesungguhan atau semangat dalam bekerja suatu pandangan moral
pada pekerjaan yang dilakoni Dari rumusan ini kita dapat melihat bagaimana Etos Kerja
dipandang dari sisi praktisnya yaitu sikap yang mengarah pada penghargaan terhadap
kerja dan upaya peningkatan produktivitas
Dalam rumusan Jansen Sinamo (2005) Etos Kerja adalah seperangkat perilaku positif
yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma
5
kerja yang integral Menurutnya jika seseorang suatu organisasi atau suatu komunitas
menganut paradigma kerja mempercayai dan berkomitmen pada paradigma kerja
tersebut semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas Itulah
yang akan menjadi Etos Kerja dan budaya Sinamo (2005) memandang bahwa Etos
Kerja merupakan fondasi dari sukses yang sejati dan otentik Pandangan ini dipengaruhi
oleh kajiannya terhadap studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-
20 dan penulisanpenulisan manajemen dua puluh tahun belakangan ini yang semuanya
bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan di berbagai wilayah
kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia terutama perilaku kerja Sebagian orang
menyebut perilaku kerja ini sebagai motivasi kebiasaan (habit) dan budaya kerja
Sinamo (2005) lebih memilih menggunakan istilah etos karena menemukan bahwa kata
etos mengandung pengertian tidak saja sebagai perilaku khas dari sebuah organisasi atau
komunitas tetapi juga mencakup motivasi yang menggerakkan mereka karakteristik
utama spirit dasar pikiran dasar kode etik kode moral kode perilaku sikap-sikap
aspirasi-aspirasi keyakinan-keyakinan prinsip-prinsip dan standar-standar
Melalui berbagai pengertian diatas baik secara etimologis maupun praktis dapat
disimpulkan bahwa Etos Kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar
yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif
bagi peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya
IIA2 Aspek-Aspek Etos Kerja
Menurut Sinamo (2005) setiap manusia memiliki spiritroh keberhasilan yaitu motivasi
murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan Roh inilah yang menjelma menjadi
perilaku yang khas seperti kerja keras disiplin teliti tekun integritas rasional
bertanggung jawab dan sebagainya melalui keyakinan komitmen dan penghayatan atas
paradigma kerja tertentu Dengan ini maka orang berproses menjadi manusia kerja yang
positif kreatif dan produktif Dari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat
sekarang ini Sinamo (2005) menyederhanakannya menjadi empat pilar teori utama
6
Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan
sistem keberhasilan yang berkelanjutan (sustainable success system) pada semua
tingkatan Keempat elemen itu lalu dia konstruksikan dalam sebuah konsep besar yang
disebutnya sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa Sanskerta) yang berarti Empat
Darma Keberhasilan Utama yaitu
1 Mencetak prestasi dengan motivasi superior
2 Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner
3 Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif
4 Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani
Keempat darma ini kemudian dirumuskan pada delapan aspek Etos Kerja sebagai
berikut
1 Kerja adalah rahmat karena kerja merupakan pemberian dari Yang Maha Kuasa
maka individu harus dapat bekerja dengan tulus dan penuh syukur
2 Kerja adalah amanah kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada
kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung
jawab
3 Kerja adalah panggilan kerja merupakan suatu dharma yang sesuai dengan
panggilan jiwa kita sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas
4 Kerja adalah aktualisasi pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai
hakikat manusia yang tertinggi sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh
semangat
5 Kerja adalah ibadah bekerja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada
Sang Khalik sehingga melalui pekerjaan individu mengarahkan dirinya pada
tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian
6 Kerja adalah seni kerja dapat mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja
sehingga lahirlah daya cipta kreasi baru dan gagasan inovatif
7
7 Kerja adalah kehormatan pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga
harus dilakukan dengan tekun dan penuh keunggulan
8 Kerja adalah Pelayanan manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan
sempurna dan penuh kerendahan hati
Anoraga (1992) juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya
mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja yang disimpulkan sebagai
berikut
1 Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia
2 Pekerjaan adalah suatu berkat Tuhan
3 Pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral
4 Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti
5 Pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih
Dalam penulisannya Akhmad Kusnan (2004) menyimpulkan pemahaman bahwa Etos
Kerja menggambarkan suatu sikap maka ia menggunakan lima indikator untuk
mengukur Etos Kerja Menurutnya Etos Kerja mencerminkan suatu sikap yang memiliki
dua alternatif positif dan negatif Suatu individu atau kelompok masyarakat dapat
dikatakan memiliki Etos Kerja yang tinggi apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai
berikut
1 Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia
2 Menempatkan pandangan tentang kerja sebagai suatu hal yang amat luhur bagi
eksistensi manusia
3 Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia
4 Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus
sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita
5 Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah Bagi individu atau kelompok masyarakat
yang memiliki Etos Kerja yang rendah maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang
sebaliknya (Kusnan 2004) yaitu
8
1) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri
2) Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia
3) Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh
kesenangan
4) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan
5) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup
Dari berbagai aspek yang ditampilkan ketiga tokoh diatas dapat dilihat bahwa aspek-
aspek yang diusulkan oleh dua tokoh berikutnya telah termuat dalam beberapa aspek
Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sehingga penulisan ini mendasari
pemahamannya pada delapan aspek Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sebagai
indikator terhadap Etos Kerja
IIA3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja
Etos Kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
a Agama
Dasar pengkajian kembali makna Etos Kerja di Eropa diawali oleh buah pikiran Max
Weber Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern yaitu rasionalitas (rationality)
menurut Weber (1958) lahir dari etika Protestan Pada dasarnya agama merupakan suatu
sistem nilai Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup
para penganutnya Cara berpikir bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai
oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama
Dengan demikian kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu
pembangunan jelaslah bahwa agama akan turut menentukan jalannya pembangunan
atau modernisasi Weber (1958) memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam
protestanisme mampu melahirkan etos berpikir rasional berdisiplin tinggi bekerja tekun
sistematik berorientasi sukses (material) tidak mengumbar kesenangan namun hemat
dan bersahaja (asketik) serta menabung dan berinvestasi yang akhirnya menjadi titik
9
tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern Sejak Weber menelurkan karya tulis
The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958) berbagai studi tentang Etos
Kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum
mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu
dan kemajuan ekonomi kemakmuran dan modernitas (Sinamo 2005) Menurut
Rosmiani (1996) Etos Kerja terkait dengan sikap mental tekad disiplin dan semangat
kerja Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya yang sebagian
bersumber dari agama atau sistem kepercayaanpaham teologi tradisional Ia
menemukan Etos Kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya
kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah
kokohnya tingkat Etos Kerja yang rendah itu
b Budaya
Selain temuan Rosmiani (1996) diatas Usman Pelly (dalam Rahimah 1995)
mengatakan bahwa sikap mental tekad disiplin dan semangat kerja masyarakat juga
disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai
Etos Kerja Kualitas Etos Kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya
masyarakat yang bersangkutan Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju
akan memiliki Etos Kerja yang tinggi dan sebaliknya masyarakat yang memiliki sistem
nilai budaya yang konservatif akan memiliki Etos Kerja yang rendah bahkan bisa sama
sekali tidak memiliki Etos Kerja Pernyataaan ini juga didukung oleh studi yang
dilakukan Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) yang menyimpulkan
bahwa semangat kerjaEtos Kerja sangat ditentukan oleh nilainilai budaya yang ada dan
tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan Etos Kerja juga sangat berpegang teguh
pada moral etik dan bahkan Tuhan Etos Kerja berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama
ini menurut mereka diperoleh secara lisan dan merupakan suatu tradisi yang disebarkan
secara turuntemurun
c Sosial Politik
10
Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) menemukan bahwa tinggi rendahnya
Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang
mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras
mereka dengan penuh KH Abdurrahman Wahid (2002) mengatakan bahwa Etos Kerja
harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa
depan bangsa dan negara Dorongan untuk mengatasi kemiskinan kebodohan dan
keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki
orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik Orientasi ke depan itu
harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian
(achievement) Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain yaitu semangat
profesionalisme yang menjadi tulang-punggung masyarakat modern
d Kondisi LingkunganGeografis
Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) juga menemukan adanya
indikasi bahwa Etos Kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis
Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya
melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat dan bahkan dapat
mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut
e Pendidikan
Etos Kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia Peningkatan
sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai Etos Kerja keras
Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan
bermutu disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian dan
keterampilan sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat
sebagai pelaku ekonomi (Rahimah Fauziah Suri dan Nasution 1995)
f Struktur Ekonomi
11
Pada penulisan Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) disimpulkan juga
bahwa tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
struktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk
bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh
g Motivasi Intrinsik individu
Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi
adalah individu yang bermotivasi tinggi Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan
sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang Keyakinan inilah
yang menjadi suatu motivasi kerja Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi
seseorang
Menurut Herzberg (dalam Siagian 1995) motivasi yang sesungguhnya bukan
bersumber dari luar diri tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang
sering disebut dengan motivasi intrinsik Ia membagi factor pendorong manusia untuk
melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu factor hygiene dan faktor motivator Faktor
hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak
ada yang akan menyebabkan ketidakpuasan Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah
timbulnya motivasi tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi faktor ini disebut
juga factor ekstrinsik yang termasuk diantaranya yaitu gaji status keamanan kerja
kondisi kerja kebijaksanaan organisasi hubungan dengan rekan kerja dan supervisi
Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi tentunya organisasi
tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa factor hygiene tidak menjadi
penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik
Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya yang mana ketiadaannya
bukan berarti ketidakpuasan tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai
manusia Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi
pencapaian suksesachievement pengakuanrecognition kemungkinan untuk meningkat
dalam jabatan (Karier)advancement tanggung jawabresponsibility kemungkinan
berkembanggrowth possibilities dan pekerjaan itu sendirithe work itself (Herzberg
12
dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja
dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi
IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem
Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam
cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)
Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan
tentang diri pribadi
Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan
nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan
Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem
dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan
kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan
dirinya
Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri
potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self
mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah
konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self
ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi
yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan
yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini
menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang
13
kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki
penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting
daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)
Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan
tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan
Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik
yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan
karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg
dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-
esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang
sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya
selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan
sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku
kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu
yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut
cenderung akan menampilkan sikap agresif
Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh
dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi
Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya
memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga
diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif
Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah
menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif
Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem
rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada
peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan
14
harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam
Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-
esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang
dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya
seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil
menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang
serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat
labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil
didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem
yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya
tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang
berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa
superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal
Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum
individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri
1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan
2 Stabil secara emosi dan afektif
3 Kurang fleksibel dan kurang lunak
4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses
6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten
7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri
Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri
1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari
2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati
3 Fleksibel dan lunak
4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya
6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses
15
7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil
8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri
Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-
esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan
Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan
peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang
dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat
berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)
Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu
dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh
prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga
melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada
kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok
diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi
adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi
seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu
harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan
iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek
kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada
di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks
organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota
organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis
organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner
amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup
signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki
self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan
sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih
tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan
Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan
16
materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan
kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal
Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah
kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka
cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa
mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut
(Greenberg 2005)
IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem
Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan
bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya
serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika
individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka
Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)
daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong
OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta
membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas
yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)
Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat
meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan
peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks
penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan
karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang
baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji
turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi
sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian
berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian
berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang
lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang
menjatuhkan self-esteemnya
17
Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE
berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational
citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan
Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan
mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai
intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam
organisasi
Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi
cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga
berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu
mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem
karyawan yaitu dengan
1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status
dan kontribusi individu
2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai
dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu
3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari
kepercayaan
4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan
memberi penghargaan pada keberhasilan
Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk
meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu
1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa
diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian
unik mereka
2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan
pujilah mereka sesuai dengan hal itu
18
3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika
harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada
mereka
4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan
untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang
menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya
Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE
memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu
1 merasa diterima dalam organisasi
2 merasa aman dalam organisasi
3 merasa berkompeten dalam organisasi
4 merasa berpengaruh dalam organisasi
5 merasa penting bagi organisasi
6 rasa berharga bagi organisasi
7 merasa berkembang dalam organisasi
Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini
IICEtos Kerja dalam Islam
Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan
ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat
menekankan arti penting diantaranya
Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)
19
ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun
berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak
akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135
IIC1Konsep Kerja dalam Islam
Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu
sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat
penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu
merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat
kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam
bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan
keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus
menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan
yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat
sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang
menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan
negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang
digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang
tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu
bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik
lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu
sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta
menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al
Mursquominun 1 ndash 11)
Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin
20
kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-
hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak
heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan
mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa
melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang
diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat
dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali
mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal
dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka
kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam
keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan
betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan
dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan
bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan
Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan
yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang
banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang
dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji
Allah
IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridaan Allah SWT
Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu
Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai
21
Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan
cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu
beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para
sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun
menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu
adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah
lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)
Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah
ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya
Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya
Allah SWT berfirman
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah
apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula
ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap
kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama
Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia
teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi
gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya
bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW
adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk
melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan
yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka
22
beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-
peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu
Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu
tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal
menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru
(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik
permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian
Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala
memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-
negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu
menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan
setumpuk masalah lainnya
Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul
memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi
perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya
Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik
membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau
tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat
perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat
bercanda dan menjahit sendiri bajunya
Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria
Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
23
senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah
Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman
dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman
Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai
usia 37 tahun
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu
yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling
berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling
lainnya
IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan
Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya
Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan
yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas
Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda
Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah
sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus
Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas
Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim
yang solid yang percaya pada cita-cita bersama
24
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
BAB II
LANDASAN TEORI
IIA ETOS KERJA
IIA1 Pengertian Etos Kerja
Secara etimologis istilah etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti rsquotempat hiduprsquo
Mula-mula tempat hidup dimaknai sebagai adat istiadat atau kebiasaan Sejalan dengan
waktu kata etos berevolusi dan berubah makna menjadi semakin kompleks Dari kata
yang sama muncul pula istilah Ethikos yang berarti rsquoteori kehidupanrsquo yang kemudian
menjadi rsquoetikarsquo Dalam bahasa Inggris Etos dapat diterjemahkan menjadi beberapa
pengertian antara lain lsquostarting point to appear disposition hingga disimpulkan
sebagai character Dalam bahasa Indonesia kita dapat menterjemahkannya sebagai
rsquosifat dasarrsquo rsquopemunculanrsquo atau rsquodisposisiwatakrsquo Aristoteles menggambarkan etos
sebagai salah satu dari tiga mode persuasi selain logos dan pathos dan mengartikannya
sebagai rsquokompetensi moralrsquo Tetapi Aristoteles berusaha memperluas makna istilah ini
hingga rsquokeahlianrsquo dan rsquopengetahuanrsquo tercakup didalamnya Ia menyatakan bahwa etos
hanya dapat dicapai hanya dengan apa yang dikatakan seorang pembicara tidak dengan
apa yang dipikirkan orang tentang sifatnya sebelum ia mulai berbicara Disini terlihat
bahwa etos dikenali berdasarkan sifat-sifat yang dapat terdeteksi oleh indera Webster
Dictionary mendefinisikan etos sebagai guiding beliefs of a person group or
institution etos adalah keyakinan yang menuntun seseorang kelompok atau suatu
institusi A S Hornby (1995) dalam The New Oxford Advances Learnerrsquos Dictionary
mendefinisikan etos sebagai the characteristic spirit moral values ideas or beliefs of a
group community or culture karakteristik rohani nilai-nilai moral ide atau keyakinan
suatu kelompok komunitas atau budaya Sedangkan dalam The American Heritage
4
Dictionary of English Language etos diartikan dalam dua pemaknaan 1the disposition
character or attitude peculiar to a specific people culture or a group that distinguishes
it from other peoples or group fundamental values or spirit mores disposisi karakter
atau sikap khusus orang budaya atau kelompok yang membedakannya dari orang atau
kelompok lain nilai atau jiwa yang mendasari adat-istiadat Makna berikutnya yaitu
2The governing or central principles in a movement work of art mode of expression
or the like Prinsip utama atau pengendali dalam suatu pergerakan pekerjaan seni
bentuk ekspresi atau sejenisnya Dari sini dapat kita peroleh pengertian bahwa etos
merupakan seperangkat pemahaman dan keyakinan terhadap nilai-nilai yang secara
mendasar mempengaruhi kehidupan menjadi prinsip-prinsip pergerakan dan cara
berekspresi yang khas pada sekelompok orang dengan budaya serta keyakinan yang
sama
Menurut Anoraga (1992) Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa
atau umat terhadap kerja Bila individu-individu dalam komunitas memandang kerja
sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia maka Etos Kerjanya akan
cenderung tinggi Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang
bernilai rendah bagi kehidupan maka Etos Kerja dengan sendirinya akan rendah
Dalam situs resmi kementerian KUKM Etos Kerja diartikan sebagai sikap mental yang
mencerminkan kebenaran dan kesungguhan serta rasa tanggung jawab untuk
meningkatkan produktivitas (wwwdepkopgoid) Pada Websters Online Dictionary
Work Ethic diartikan sebagai Earnestness or fervor in working morale with regard to
the tasks at hand kesungguhan atau semangat dalam bekerja suatu pandangan moral
pada pekerjaan yang dilakoni Dari rumusan ini kita dapat melihat bagaimana Etos Kerja
dipandang dari sisi praktisnya yaitu sikap yang mengarah pada penghargaan terhadap
kerja dan upaya peningkatan produktivitas
Dalam rumusan Jansen Sinamo (2005) Etos Kerja adalah seperangkat perilaku positif
yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma
5
kerja yang integral Menurutnya jika seseorang suatu organisasi atau suatu komunitas
menganut paradigma kerja mempercayai dan berkomitmen pada paradigma kerja
tersebut semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas Itulah
yang akan menjadi Etos Kerja dan budaya Sinamo (2005) memandang bahwa Etos
Kerja merupakan fondasi dari sukses yang sejati dan otentik Pandangan ini dipengaruhi
oleh kajiannya terhadap studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-
20 dan penulisanpenulisan manajemen dua puluh tahun belakangan ini yang semuanya
bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan di berbagai wilayah
kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia terutama perilaku kerja Sebagian orang
menyebut perilaku kerja ini sebagai motivasi kebiasaan (habit) dan budaya kerja
Sinamo (2005) lebih memilih menggunakan istilah etos karena menemukan bahwa kata
etos mengandung pengertian tidak saja sebagai perilaku khas dari sebuah organisasi atau
komunitas tetapi juga mencakup motivasi yang menggerakkan mereka karakteristik
utama spirit dasar pikiran dasar kode etik kode moral kode perilaku sikap-sikap
aspirasi-aspirasi keyakinan-keyakinan prinsip-prinsip dan standar-standar
Melalui berbagai pengertian diatas baik secara etimologis maupun praktis dapat
disimpulkan bahwa Etos Kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar
yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif
bagi peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya
IIA2 Aspek-Aspek Etos Kerja
Menurut Sinamo (2005) setiap manusia memiliki spiritroh keberhasilan yaitu motivasi
murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan Roh inilah yang menjelma menjadi
perilaku yang khas seperti kerja keras disiplin teliti tekun integritas rasional
bertanggung jawab dan sebagainya melalui keyakinan komitmen dan penghayatan atas
paradigma kerja tertentu Dengan ini maka orang berproses menjadi manusia kerja yang
positif kreatif dan produktif Dari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat
sekarang ini Sinamo (2005) menyederhanakannya menjadi empat pilar teori utama
6
Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan
sistem keberhasilan yang berkelanjutan (sustainable success system) pada semua
tingkatan Keempat elemen itu lalu dia konstruksikan dalam sebuah konsep besar yang
disebutnya sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa Sanskerta) yang berarti Empat
Darma Keberhasilan Utama yaitu
1 Mencetak prestasi dengan motivasi superior
2 Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner
3 Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif
4 Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani
Keempat darma ini kemudian dirumuskan pada delapan aspek Etos Kerja sebagai
berikut
1 Kerja adalah rahmat karena kerja merupakan pemberian dari Yang Maha Kuasa
maka individu harus dapat bekerja dengan tulus dan penuh syukur
2 Kerja adalah amanah kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada
kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung
jawab
3 Kerja adalah panggilan kerja merupakan suatu dharma yang sesuai dengan
panggilan jiwa kita sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas
4 Kerja adalah aktualisasi pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai
hakikat manusia yang tertinggi sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh
semangat
5 Kerja adalah ibadah bekerja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada
Sang Khalik sehingga melalui pekerjaan individu mengarahkan dirinya pada
tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian
6 Kerja adalah seni kerja dapat mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja
sehingga lahirlah daya cipta kreasi baru dan gagasan inovatif
7
7 Kerja adalah kehormatan pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga
harus dilakukan dengan tekun dan penuh keunggulan
8 Kerja adalah Pelayanan manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan
sempurna dan penuh kerendahan hati
Anoraga (1992) juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya
mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja yang disimpulkan sebagai
berikut
1 Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia
2 Pekerjaan adalah suatu berkat Tuhan
3 Pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral
4 Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti
5 Pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih
Dalam penulisannya Akhmad Kusnan (2004) menyimpulkan pemahaman bahwa Etos
Kerja menggambarkan suatu sikap maka ia menggunakan lima indikator untuk
mengukur Etos Kerja Menurutnya Etos Kerja mencerminkan suatu sikap yang memiliki
dua alternatif positif dan negatif Suatu individu atau kelompok masyarakat dapat
dikatakan memiliki Etos Kerja yang tinggi apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai
berikut
1 Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia
2 Menempatkan pandangan tentang kerja sebagai suatu hal yang amat luhur bagi
eksistensi manusia
3 Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia
4 Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus
sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita
5 Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah Bagi individu atau kelompok masyarakat
yang memiliki Etos Kerja yang rendah maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang
sebaliknya (Kusnan 2004) yaitu
8
1) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri
2) Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia
3) Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh
kesenangan
4) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan
5) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup
Dari berbagai aspek yang ditampilkan ketiga tokoh diatas dapat dilihat bahwa aspek-
aspek yang diusulkan oleh dua tokoh berikutnya telah termuat dalam beberapa aspek
Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sehingga penulisan ini mendasari
pemahamannya pada delapan aspek Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sebagai
indikator terhadap Etos Kerja
IIA3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja
Etos Kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
a Agama
Dasar pengkajian kembali makna Etos Kerja di Eropa diawali oleh buah pikiran Max
Weber Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern yaitu rasionalitas (rationality)
menurut Weber (1958) lahir dari etika Protestan Pada dasarnya agama merupakan suatu
sistem nilai Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup
para penganutnya Cara berpikir bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai
oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama
Dengan demikian kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu
pembangunan jelaslah bahwa agama akan turut menentukan jalannya pembangunan
atau modernisasi Weber (1958) memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam
protestanisme mampu melahirkan etos berpikir rasional berdisiplin tinggi bekerja tekun
sistematik berorientasi sukses (material) tidak mengumbar kesenangan namun hemat
dan bersahaja (asketik) serta menabung dan berinvestasi yang akhirnya menjadi titik
9
tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern Sejak Weber menelurkan karya tulis
The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958) berbagai studi tentang Etos
Kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum
mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu
dan kemajuan ekonomi kemakmuran dan modernitas (Sinamo 2005) Menurut
Rosmiani (1996) Etos Kerja terkait dengan sikap mental tekad disiplin dan semangat
kerja Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya yang sebagian
bersumber dari agama atau sistem kepercayaanpaham teologi tradisional Ia
menemukan Etos Kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya
kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah
kokohnya tingkat Etos Kerja yang rendah itu
b Budaya
Selain temuan Rosmiani (1996) diatas Usman Pelly (dalam Rahimah 1995)
mengatakan bahwa sikap mental tekad disiplin dan semangat kerja masyarakat juga
disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai
Etos Kerja Kualitas Etos Kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya
masyarakat yang bersangkutan Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju
akan memiliki Etos Kerja yang tinggi dan sebaliknya masyarakat yang memiliki sistem
nilai budaya yang konservatif akan memiliki Etos Kerja yang rendah bahkan bisa sama
sekali tidak memiliki Etos Kerja Pernyataaan ini juga didukung oleh studi yang
dilakukan Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) yang menyimpulkan
bahwa semangat kerjaEtos Kerja sangat ditentukan oleh nilainilai budaya yang ada dan
tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan Etos Kerja juga sangat berpegang teguh
pada moral etik dan bahkan Tuhan Etos Kerja berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama
ini menurut mereka diperoleh secara lisan dan merupakan suatu tradisi yang disebarkan
secara turuntemurun
c Sosial Politik
10
Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) menemukan bahwa tinggi rendahnya
Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang
mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras
mereka dengan penuh KH Abdurrahman Wahid (2002) mengatakan bahwa Etos Kerja
harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa
depan bangsa dan negara Dorongan untuk mengatasi kemiskinan kebodohan dan
keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki
orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik Orientasi ke depan itu
harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian
(achievement) Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain yaitu semangat
profesionalisme yang menjadi tulang-punggung masyarakat modern
d Kondisi LingkunganGeografis
Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) juga menemukan adanya
indikasi bahwa Etos Kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis
Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya
melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat dan bahkan dapat
mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut
e Pendidikan
Etos Kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia Peningkatan
sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai Etos Kerja keras
Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan
bermutu disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian dan
keterampilan sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat
sebagai pelaku ekonomi (Rahimah Fauziah Suri dan Nasution 1995)
f Struktur Ekonomi
11
Pada penulisan Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) disimpulkan juga
bahwa tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
struktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk
bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh
g Motivasi Intrinsik individu
Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi
adalah individu yang bermotivasi tinggi Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan
sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang Keyakinan inilah
yang menjadi suatu motivasi kerja Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi
seseorang
Menurut Herzberg (dalam Siagian 1995) motivasi yang sesungguhnya bukan
bersumber dari luar diri tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang
sering disebut dengan motivasi intrinsik Ia membagi factor pendorong manusia untuk
melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu factor hygiene dan faktor motivator Faktor
hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak
ada yang akan menyebabkan ketidakpuasan Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah
timbulnya motivasi tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi faktor ini disebut
juga factor ekstrinsik yang termasuk diantaranya yaitu gaji status keamanan kerja
kondisi kerja kebijaksanaan organisasi hubungan dengan rekan kerja dan supervisi
Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi tentunya organisasi
tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa factor hygiene tidak menjadi
penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik
Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya yang mana ketiadaannya
bukan berarti ketidakpuasan tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai
manusia Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi
pencapaian suksesachievement pengakuanrecognition kemungkinan untuk meningkat
dalam jabatan (Karier)advancement tanggung jawabresponsibility kemungkinan
berkembanggrowth possibilities dan pekerjaan itu sendirithe work itself (Herzberg
12
dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja
dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi
IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem
Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam
cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)
Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan
tentang diri pribadi
Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan
nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan
Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem
dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan
kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan
dirinya
Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri
potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self
mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah
konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self
ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi
yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan
yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini
menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang
13
kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki
penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting
daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)
Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan
tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan
Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik
yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan
karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg
dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-
esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang
sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya
selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan
sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku
kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu
yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut
cenderung akan menampilkan sikap agresif
Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh
dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi
Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya
memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga
diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif
Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah
menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif
Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem
rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada
peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan
14
harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam
Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-
esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang
dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya
seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil
menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang
serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat
labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil
didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem
yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya
tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang
berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa
superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal
Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum
individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri
1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan
2 Stabil secara emosi dan afektif
3 Kurang fleksibel dan kurang lunak
4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses
6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten
7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri
Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri
1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari
2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati
3 Fleksibel dan lunak
4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya
6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses
15
7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil
8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri
Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-
esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan
Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan
peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang
dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat
berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)
Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu
dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh
prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga
melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada
kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok
diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi
adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi
seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu
harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan
iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek
kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada
di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks
organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota
organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis
organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner
amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup
signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki
self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan
sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih
tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan
Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan
16
materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan
kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal
Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah
kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka
cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa
mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut
(Greenberg 2005)
IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem
Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan
bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya
serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika
individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka
Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)
daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong
OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta
membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas
yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)
Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat
meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan
peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks
penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan
karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang
baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji
turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi
sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian
berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian
berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang
lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang
menjatuhkan self-esteemnya
17
Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE
berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational
citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan
Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan
mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai
intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam
organisasi
Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi
cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga
berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu
mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem
karyawan yaitu dengan
1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status
dan kontribusi individu
2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai
dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu
3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari
kepercayaan
4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan
memberi penghargaan pada keberhasilan
Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk
meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu
1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa
diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian
unik mereka
2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan
pujilah mereka sesuai dengan hal itu
18
3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika
harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada
mereka
4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan
untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang
menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya
Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE
memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu
1 merasa diterima dalam organisasi
2 merasa aman dalam organisasi
3 merasa berkompeten dalam organisasi
4 merasa berpengaruh dalam organisasi
5 merasa penting bagi organisasi
6 rasa berharga bagi organisasi
7 merasa berkembang dalam organisasi
Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini
IICEtos Kerja dalam Islam
Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan
ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat
menekankan arti penting diantaranya
Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)
19
ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun
berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak
akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135
IIC1Konsep Kerja dalam Islam
Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu
sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat
penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu
merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat
kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam
bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan
keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus
menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan
yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat
sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang
menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan
negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang
digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang
tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu
bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik
lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu
sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta
menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al
Mursquominun 1 ndash 11)
Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin
20
kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-
hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak
heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan
mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa
melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang
diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat
dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali
mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal
dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka
kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam
keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan
betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan
dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan
bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan
Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan
yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang
banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang
dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji
Allah
IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridaan Allah SWT
Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu
Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai
21
Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan
cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu
beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para
sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun
menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu
adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah
lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)
Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah
ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya
Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya
Allah SWT berfirman
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah
apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula
ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap
kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama
Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia
teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi
gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya
bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW
adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk
melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan
yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka
22
beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-
peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu
Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu
tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal
menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru
(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik
permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian
Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala
memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-
negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu
menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan
setumpuk masalah lainnya
Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul
memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi
perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya
Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik
membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau
tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat
perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat
bercanda dan menjahit sendiri bajunya
Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria
Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
23
senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah
Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman
dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman
Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai
usia 37 tahun
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu
yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling
berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling
lainnya
IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan
Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya
Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan
yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas
Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda
Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah
sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus
Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas
Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim
yang solid yang percaya pada cita-cita bersama
24
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
Dictionary of English Language etos diartikan dalam dua pemaknaan 1the disposition
character or attitude peculiar to a specific people culture or a group that distinguishes
it from other peoples or group fundamental values or spirit mores disposisi karakter
atau sikap khusus orang budaya atau kelompok yang membedakannya dari orang atau
kelompok lain nilai atau jiwa yang mendasari adat-istiadat Makna berikutnya yaitu
2The governing or central principles in a movement work of art mode of expression
or the like Prinsip utama atau pengendali dalam suatu pergerakan pekerjaan seni
bentuk ekspresi atau sejenisnya Dari sini dapat kita peroleh pengertian bahwa etos
merupakan seperangkat pemahaman dan keyakinan terhadap nilai-nilai yang secara
mendasar mempengaruhi kehidupan menjadi prinsip-prinsip pergerakan dan cara
berekspresi yang khas pada sekelompok orang dengan budaya serta keyakinan yang
sama
Menurut Anoraga (1992) Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa
atau umat terhadap kerja Bila individu-individu dalam komunitas memandang kerja
sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia maka Etos Kerjanya akan
cenderung tinggi Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang
bernilai rendah bagi kehidupan maka Etos Kerja dengan sendirinya akan rendah
Dalam situs resmi kementerian KUKM Etos Kerja diartikan sebagai sikap mental yang
mencerminkan kebenaran dan kesungguhan serta rasa tanggung jawab untuk
meningkatkan produktivitas (wwwdepkopgoid) Pada Websters Online Dictionary
Work Ethic diartikan sebagai Earnestness or fervor in working morale with regard to
the tasks at hand kesungguhan atau semangat dalam bekerja suatu pandangan moral
pada pekerjaan yang dilakoni Dari rumusan ini kita dapat melihat bagaimana Etos Kerja
dipandang dari sisi praktisnya yaitu sikap yang mengarah pada penghargaan terhadap
kerja dan upaya peningkatan produktivitas
Dalam rumusan Jansen Sinamo (2005) Etos Kerja adalah seperangkat perilaku positif
yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma
5
kerja yang integral Menurutnya jika seseorang suatu organisasi atau suatu komunitas
menganut paradigma kerja mempercayai dan berkomitmen pada paradigma kerja
tersebut semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas Itulah
yang akan menjadi Etos Kerja dan budaya Sinamo (2005) memandang bahwa Etos
Kerja merupakan fondasi dari sukses yang sejati dan otentik Pandangan ini dipengaruhi
oleh kajiannya terhadap studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-
20 dan penulisanpenulisan manajemen dua puluh tahun belakangan ini yang semuanya
bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan di berbagai wilayah
kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia terutama perilaku kerja Sebagian orang
menyebut perilaku kerja ini sebagai motivasi kebiasaan (habit) dan budaya kerja
Sinamo (2005) lebih memilih menggunakan istilah etos karena menemukan bahwa kata
etos mengandung pengertian tidak saja sebagai perilaku khas dari sebuah organisasi atau
komunitas tetapi juga mencakup motivasi yang menggerakkan mereka karakteristik
utama spirit dasar pikiran dasar kode etik kode moral kode perilaku sikap-sikap
aspirasi-aspirasi keyakinan-keyakinan prinsip-prinsip dan standar-standar
Melalui berbagai pengertian diatas baik secara etimologis maupun praktis dapat
disimpulkan bahwa Etos Kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar
yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif
bagi peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya
IIA2 Aspek-Aspek Etos Kerja
Menurut Sinamo (2005) setiap manusia memiliki spiritroh keberhasilan yaitu motivasi
murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan Roh inilah yang menjelma menjadi
perilaku yang khas seperti kerja keras disiplin teliti tekun integritas rasional
bertanggung jawab dan sebagainya melalui keyakinan komitmen dan penghayatan atas
paradigma kerja tertentu Dengan ini maka orang berproses menjadi manusia kerja yang
positif kreatif dan produktif Dari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat
sekarang ini Sinamo (2005) menyederhanakannya menjadi empat pilar teori utama
6
Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan
sistem keberhasilan yang berkelanjutan (sustainable success system) pada semua
tingkatan Keempat elemen itu lalu dia konstruksikan dalam sebuah konsep besar yang
disebutnya sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa Sanskerta) yang berarti Empat
Darma Keberhasilan Utama yaitu
1 Mencetak prestasi dengan motivasi superior
2 Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner
3 Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif
4 Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani
Keempat darma ini kemudian dirumuskan pada delapan aspek Etos Kerja sebagai
berikut
1 Kerja adalah rahmat karena kerja merupakan pemberian dari Yang Maha Kuasa
maka individu harus dapat bekerja dengan tulus dan penuh syukur
2 Kerja adalah amanah kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada
kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung
jawab
3 Kerja adalah panggilan kerja merupakan suatu dharma yang sesuai dengan
panggilan jiwa kita sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas
4 Kerja adalah aktualisasi pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai
hakikat manusia yang tertinggi sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh
semangat
5 Kerja adalah ibadah bekerja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada
Sang Khalik sehingga melalui pekerjaan individu mengarahkan dirinya pada
tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian
6 Kerja adalah seni kerja dapat mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja
sehingga lahirlah daya cipta kreasi baru dan gagasan inovatif
7
7 Kerja adalah kehormatan pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga
harus dilakukan dengan tekun dan penuh keunggulan
8 Kerja adalah Pelayanan manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan
sempurna dan penuh kerendahan hati
Anoraga (1992) juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya
mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja yang disimpulkan sebagai
berikut
1 Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia
2 Pekerjaan adalah suatu berkat Tuhan
3 Pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral
4 Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti
5 Pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih
Dalam penulisannya Akhmad Kusnan (2004) menyimpulkan pemahaman bahwa Etos
Kerja menggambarkan suatu sikap maka ia menggunakan lima indikator untuk
mengukur Etos Kerja Menurutnya Etos Kerja mencerminkan suatu sikap yang memiliki
dua alternatif positif dan negatif Suatu individu atau kelompok masyarakat dapat
dikatakan memiliki Etos Kerja yang tinggi apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai
berikut
1 Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia
2 Menempatkan pandangan tentang kerja sebagai suatu hal yang amat luhur bagi
eksistensi manusia
3 Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia
4 Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus
sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita
5 Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah Bagi individu atau kelompok masyarakat
yang memiliki Etos Kerja yang rendah maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang
sebaliknya (Kusnan 2004) yaitu
8
1) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri
2) Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia
3) Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh
kesenangan
4) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan
5) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup
Dari berbagai aspek yang ditampilkan ketiga tokoh diatas dapat dilihat bahwa aspek-
aspek yang diusulkan oleh dua tokoh berikutnya telah termuat dalam beberapa aspek
Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sehingga penulisan ini mendasari
pemahamannya pada delapan aspek Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sebagai
indikator terhadap Etos Kerja
IIA3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja
Etos Kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
a Agama
Dasar pengkajian kembali makna Etos Kerja di Eropa diawali oleh buah pikiran Max
Weber Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern yaitu rasionalitas (rationality)
menurut Weber (1958) lahir dari etika Protestan Pada dasarnya agama merupakan suatu
sistem nilai Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup
para penganutnya Cara berpikir bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai
oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama
Dengan demikian kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu
pembangunan jelaslah bahwa agama akan turut menentukan jalannya pembangunan
atau modernisasi Weber (1958) memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam
protestanisme mampu melahirkan etos berpikir rasional berdisiplin tinggi bekerja tekun
sistematik berorientasi sukses (material) tidak mengumbar kesenangan namun hemat
dan bersahaja (asketik) serta menabung dan berinvestasi yang akhirnya menjadi titik
9
tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern Sejak Weber menelurkan karya tulis
The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958) berbagai studi tentang Etos
Kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum
mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu
dan kemajuan ekonomi kemakmuran dan modernitas (Sinamo 2005) Menurut
Rosmiani (1996) Etos Kerja terkait dengan sikap mental tekad disiplin dan semangat
kerja Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya yang sebagian
bersumber dari agama atau sistem kepercayaanpaham teologi tradisional Ia
menemukan Etos Kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya
kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah
kokohnya tingkat Etos Kerja yang rendah itu
b Budaya
Selain temuan Rosmiani (1996) diatas Usman Pelly (dalam Rahimah 1995)
mengatakan bahwa sikap mental tekad disiplin dan semangat kerja masyarakat juga
disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai
Etos Kerja Kualitas Etos Kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya
masyarakat yang bersangkutan Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju
akan memiliki Etos Kerja yang tinggi dan sebaliknya masyarakat yang memiliki sistem
nilai budaya yang konservatif akan memiliki Etos Kerja yang rendah bahkan bisa sama
sekali tidak memiliki Etos Kerja Pernyataaan ini juga didukung oleh studi yang
dilakukan Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) yang menyimpulkan
bahwa semangat kerjaEtos Kerja sangat ditentukan oleh nilainilai budaya yang ada dan
tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan Etos Kerja juga sangat berpegang teguh
pada moral etik dan bahkan Tuhan Etos Kerja berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama
ini menurut mereka diperoleh secara lisan dan merupakan suatu tradisi yang disebarkan
secara turuntemurun
c Sosial Politik
10
Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) menemukan bahwa tinggi rendahnya
Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang
mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras
mereka dengan penuh KH Abdurrahman Wahid (2002) mengatakan bahwa Etos Kerja
harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa
depan bangsa dan negara Dorongan untuk mengatasi kemiskinan kebodohan dan
keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki
orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik Orientasi ke depan itu
harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian
(achievement) Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain yaitu semangat
profesionalisme yang menjadi tulang-punggung masyarakat modern
d Kondisi LingkunganGeografis
Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) juga menemukan adanya
indikasi bahwa Etos Kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis
Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya
melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat dan bahkan dapat
mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut
e Pendidikan
Etos Kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia Peningkatan
sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai Etos Kerja keras
Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan
bermutu disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian dan
keterampilan sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat
sebagai pelaku ekonomi (Rahimah Fauziah Suri dan Nasution 1995)
f Struktur Ekonomi
11
Pada penulisan Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) disimpulkan juga
bahwa tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
struktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk
bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh
g Motivasi Intrinsik individu
Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi
adalah individu yang bermotivasi tinggi Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan
sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang Keyakinan inilah
yang menjadi suatu motivasi kerja Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi
seseorang
Menurut Herzberg (dalam Siagian 1995) motivasi yang sesungguhnya bukan
bersumber dari luar diri tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang
sering disebut dengan motivasi intrinsik Ia membagi factor pendorong manusia untuk
melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu factor hygiene dan faktor motivator Faktor
hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak
ada yang akan menyebabkan ketidakpuasan Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah
timbulnya motivasi tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi faktor ini disebut
juga factor ekstrinsik yang termasuk diantaranya yaitu gaji status keamanan kerja
kondisi kerja kebijaksanaan organisasi hubungan dengan rekan kerja dan supervisi
Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi tentunya organisasi
tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa factor hygiene tidak menjadi
penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik
Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya yang mana ketiadaannya
bukan berarti ketidakpuasan tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai
manusia Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi
pencapaian suksesachievement pengakuanrecognition kemungkinan untuk meningkat
dalam jabatan (Karier)advancement tanggung jawabresponsibility kemungkinan
berkembanggrowth possibilities dan pekerjaan itu sendirithe work itself (Herzberg
12
dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja
dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi
IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem
Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam
cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)
Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan
tentang diri pribadi
Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan
nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan
Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem
dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan
kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan
dirinya
Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri
potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self
mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah
konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self
ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi
yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan
yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini
menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang
13
kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki
penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting
daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)
Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan
tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan
Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik
yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan
karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg
dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-
esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang
sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya
selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan
sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku
kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu
yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut
cenderung akan menampilkan sikap agresif
Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh
dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi
Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya
memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga
diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif
Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah
menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif
Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem
rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada
peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan
14
harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam
Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-
esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang
dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya
seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil
menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang
serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat
labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil
didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem
yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya
tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang
berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa
superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal
Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum
individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri
1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan
2 Stabil secara emosi dan afektif
3 Kurang fleksibel dan kurang lunak
4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses
6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten
7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri
Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri
1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari
2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati
3 Fleksibel dan lunak
4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya
6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses
15
7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil
8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri
Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-
esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan
Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan
peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang
dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat
berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)
Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu
dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh
prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga
melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada
kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok
diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi
adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi
seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu
harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan
iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek
kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada
di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks
organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota
organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis
organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner
amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup
signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki
self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan
sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih
tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan
Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan
16
materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan
kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal
Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah
kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka
cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa
mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut
(Greenberg 2005)
IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem
Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan
bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya
serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika
individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka
Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)
daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong
OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta
membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas
yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)
Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat
meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan
peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks
penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan
karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang
baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji
turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi
sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian
berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian
berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang
lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang
menjatuhkan self-esteemnya
17
Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE
berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational
citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan
Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan
mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai
intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam
organisasi
Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi
cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga
berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu
mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem
karyawan yaitu dengan
1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status
dan kontribusi individu
2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai
dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu
3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari
kepercayaan
4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan
memberi penghargaan pada keberhasilan
Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk
meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu
1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa
diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian
unik mereka
2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan
pujilah mereka sesuai dengan hal itu
18
3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika
harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada
mereka
4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan
untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang
menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya
Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE
memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu
1 merasa diterima dalam organisasi
2 merasa aman dalam organisasi
3 merasa berkompeten dalam organisasi
4 merasa berpengaruh dalam organisasi
5 merasa penting bagi organisasi
6 rasa berharga bagi organisasi
7 merasa berkembang dalam organisasi
Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini
IICEtos Kerja dalam Islam
Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan
ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat
menekankan arti penting diantaranya
Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)
19
ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun
berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak
akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135
IIC1Konsep Kerja dalam Islam
Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu
sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat
penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu
merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat
kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam
bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan
keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus
menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan
yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat
sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang
menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan
negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang
digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang
tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu
bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik
lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu
sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta
menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al
Mursquominun 1 ndash 11)
Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin
20
kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-
hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak
heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan
mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa
melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang
diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat
dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali
mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal
dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka
kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam
keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan
betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan
dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan
bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan
Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan
yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang
banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang
dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji
Allah
IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridaan Allah SWT
Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu
Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai
21
Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan
cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu
beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para
sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun
menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu
adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah
lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)
Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah
ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya
Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya
Allah SWT berfirman
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah
apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula
ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap
kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama
Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia
teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi
gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya
bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW
adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk
melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan
yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka
22
beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-
peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu
Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu
tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal
menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru
(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik
permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian
Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala
memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-
negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu
menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan
setumpuk masalah lainnya
Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul
memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi
perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya
Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik
membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau
tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat
perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat
bercanda dan menjahit sendiri bajunya
Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria
Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
23
senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah
Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman
dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman
Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai
usia 37 tahun
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu
yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling
berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling
lainnya
IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan
Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya
Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan
yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas
Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda
Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah
sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus
Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas
Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim
yang solid yang percaya pada cita-cita bersama
24
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
kerja yang integral Menurutnya jika seseorang suatu organisasi atau suatu komunitas
menganut paradigma kerja mempercayai dan berkomitmen pada paradigma kerja
tersebut semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas Itulah
yang akan menjadi Etos Kerja dan budaya Sinamo (2005) memandang bahwa Etos
Kerja merupakan fondasi dari sukses yang sejati dan otentik Pandangan ini dipengaruhi
oleh kajiannya terhadap studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-
20 dan penulisanpenulisan manajemen dua puluh tahun belakangan ini yang semuanya
bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan di berbagai wilayah
kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia terutama perilaku kerja Sebagian orang
menyebut perilaku kerja ini sebagai motivasi kebiasaan (habit) dan budaya kerja
Sinamo (2005) lebih memilih menggunakan istilah etos karena menemukan bahwa kata
etos mengandung pengertian tidak saja sebagai perilaku khas dari sebuah organisasi atau
komunitas tetapi juga mencakup motivasi yang menggerakkan mereka karakteristik
utama spirit dasar pikiran dasar kode etik kode moral kode perilaku sikap-sikap
aspirasi-aspirasi keyakinan-keyakinan prinsip-prinsip dan standar-standar
Melalui berbagai pengertian diatas baik secara etimologis maupun praktis dapat
disimpulkan bahwa Etos Kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar
yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif
bagi peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya
IIA2 Aspek-Aspek Etos Kerja
Menurut Sinamo (2005) setiap manusia memiliki spiritroh keberhasilan yaitu motivasi
murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan Roh inilah yang menjelma menjadi
perilaku yang khas seperti kerja keras disiplin teliti tekun integritas rasional
bertanggung jawab dan sebagainya melalui keyakinan komitmen dan penghayatan atas
paradigma kerja tertentu Dengan ini maka orang berproses menjadi manusia kerja yang
positif kreatif dan produktif Dari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat
sekarang ini Sinamo (2005) menyederhanakannya menjadi empat pilar teori utama
6
Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan
sistem keberhasilan yang berkelanjutan (sustainable success system) pada semua
tingkatan Keempat elemen itu lalu dia konstruksikan dalam sebuah konsep besar yang
disebutnya sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa Sanskerta) yang berarti Empat
Darma Keberhasilan Utama yaitu
1 Mencetak prestasi dengan motivasi superior
2 Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner
3 Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif
4 Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani
Keempat darma ini kemudian dirumuskan pada delapan aspek Etos Kerja sebagai
berikut
1 Kerja adalah rahmat karena kerja merupakan pemberian dari Yang Maha Kuasa
maka individu harus dapat bekerja dengan tulus dan penuh syukur
2 Kerja adalah amanah kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada
kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung
jawab
3 Kerja adalah panggilan kerja merupakan suatu dharma yang sesuai dengan
panggilan jiwa kita sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas
4 Kerja adalah aktualisasi pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai
hakikat manusia yang tertinggi sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh
semangat
5 Kerja adalah ibadah bekerja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada
Sang Khalik sehingga melalui pekerjaan individu mengarahkan dirinya pada
tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian
6 Kerja adalah seni kerja dapat mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja
sehingga lahirlah daya cipta kreasi baru dan gagasan inovatif
7
7 Kerja adalah kehormatan pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga
harus dilakukan dengan tekun dan penuh keunggulan
8 Kerja adalah Pelayanan manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan
sempurna dan penuh kerendahan hati
Anoraga (1992) juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya
mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja yang disimpulkan sebagai
berikut
1 Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia
2 Pekerjaan adalah suatu berkat Tuhan
3 Pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral
4 Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti
5 Pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih
Dalam penulisannya Akhmad Kusnan (2004) menyimpulkan pemahaman bahwa Etos
Kerja menggambarkan suatu sikap maka ia menggunakan lima indikator untuk
mengukur Etos Kerja Menurutnya Etos Kerja mencerminkan suatu sikap yang memiliki
dua alternatif positif dan negatif Suatu individu atau kelompok masyarakat dapat
dikatakan memiliki Etos Kerja yang tinggi apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai
berikut
1 Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia
2 Menempatkan pandangan tentang kerja sebagai suatu hal yang amat luhur bagi
eksistensi manusia
3 Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia
4 Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus
sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita
5 Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah Bagi individu atau kelompok masyarakat
yang memiliki Etos Kerja yang rendah maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang
sebaliknya (Kusnan 2004) yaitu
8
1) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri
2) Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia
3) Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh
kesenangan
4) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan
5) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup
Dari berbagai aspek yang ditampilkan ketiga tokoh diatas dapat dilihat bahwa aspek-
aspek yang diusulkan oleh dua tokoh berikutnya telah termuat dalam beberapa aspek
Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sehingga penulisan ini mendasari
pemahamannya pada delapan aspek Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sebagai
indikator terhadap Etos Kerja
IIA3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja
Etos Kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
a Agama
Dasar pengkajian kembali makna Etos Kerja di Eropa diawali oleh buah pikiran Max
Weber Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern yaitu rasionalitas (rationality)
menurut Weber (1958) lahir dari etika Protestan Pada dasarnya agama merupakan suatu
sistem nilai Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup
para penganutnya Cara berpikir bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai
oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama
Dengan demikian kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu
pembangunan jelaslah bahwa agama akan turut menentukan jalannya pembangunan
atau modernisasi Weber (1958) memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam
protestanisme mampu melahirkan etos berpikir rasional berdisiplin tinggi bekerja tekun
sistematik berorientasi sukses (material) tidak mengumbar kesenangan namun hemat
dan bersahaja (asketik) serta menabung dan berinvestasi yang akhirnya menjadi titik
9
tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern Sejak Weber menelurkan karya tulis
The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958) berbagai studi tentang Etos
Kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum
mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu
dan kemajuan ekonomi kemakmuran dan modernitas (Sinamo 2005) Menurut
Rosmiani (1996) Etos Kerja terkait dengan sikap mental tekad disiplin dan semangat
kerja Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya yang sebagian
bersumber dari agama atau sistem kepercayaanpaham teologi tradisional Ia
menemukan Etos Kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya
kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah
kokohnya tingkat Etos Kerja yang rendah itu
b Budaya
Selain temuan Rosmiani (1996) diatas Usman Pelly (dalam Rahimah 1995)
mengatakan bahwa sikap mental tekad disiplin dan semangat kerja masyarakat juga
disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai
Etos Kerja Kualitas Etos Kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya
masyarakat yang bersangkutan Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju
akan memiliki Etos Kerja yang tinggi dan sebaliknya masyarakat yang memiliki sistem
nilai budaya yang konservatif akan memiliki Etos Kerja yang rendah bahkan bisa sama
sekali tidak memiliki Etos Kerja Pernyataaan ini juga didukung oleh studi yang
dilakukan Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) yang menyimpulkan
bahwa semangat kerjaEtos Kerja sangat ditentukan oleh nilainilai budaya yang ada dan
tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan Etos Kerja juga sangat berpegang teguh
pada moral etik dan bahkan Tuhan Etos Kerja berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama
ini menurut mereka diperoleh secara lisan dan merupakan suatu tradisi yang disebarkan
secara turuntemurun
c Sosial Politik
10
Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) menemukan bahwa tinggi rendahnya
Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang
mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras
mereka dengan penuh KH Abdurrahman Wahid (2002) mengatakan bahwa Etos Kerja
harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa
depan bangsa dan negara Dorongan untuk mengatasi kemiskinan kebodohan dan
keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki
orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik Orientasi ke depan itu
harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian
(achievement) Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain yaitu semangat
profesionalisme yang menjadi tulang-punggung masyarakat modern
d Kondisi LingkunganGeografis
Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) juga menemukan adanya
indikasi bahwa Etos Kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis
Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya
melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat dan bahkan dapat
mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut
e Pendidikan
Etos Kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia Peningkatan
sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai Etos Kerja keras
Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan
bermutu disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian dan
keterampilan sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat
sebagai pelaku ekonomi (Rahimah Fauziah Suri dan Nasution 1995)
f Struktur Ekonomi
11
Pada penulisan Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) disimpulkan juga
bahwa tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
struktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk
bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh
g Motivasi Intrinsik individu
Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi
adalah individu yang bermotivasi tinggi Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan
sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang Keyakinan inilah
yang menjadi suatu motivasi kerja Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi
seseorang
Menurut Herzberg (dalam Siagian 1995) motivasi yang sesungguhnya bukan
bersumber dari luar diri tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang
sering disebut dengan motivasi intrinsik Ia membagi factor pendorong manusia untuk
melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu factor hygiene dan faktor motivator Faktor
hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak
ada yang akan menyebabkan ketidakpuasan Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah
timbulnya motivasi tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi faktor ini disebut
juga factor ekstrinsik yang termasuk diantaranya yaitu gaji status keamanan kerja
kondisi kerja kebijaksanaan organisasi hubungan dengan rekan kerja dan supervisi
Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi tentunya organisasi
tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa factor hygiene tidak menjadi
penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik
Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya yang mana ketiadaannya
bukan berarti ketidakpuasan tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai
manusia Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi
pencapaian suksesachievement pengakuanrecognition kemungkinan untuk meningkat
dalam jabatan (Karier)advancement tanggung jawabresponsibility kemungkinan
berkembanggrowth possibilities dan pekerjaan itu sendirithe work itself (Herzberg
12
dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja
dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi
IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem
Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam
cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)
Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan
tentang diri pribadi
Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan
nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan
Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem
dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan
kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan
dirinya
Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri
potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self
mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah
konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self
ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi
yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan
yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini
menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang
13
kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki
penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting
daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)
Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan
tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan
Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik
yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan
karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg
dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-
esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang
sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya
selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan
sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku
kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu
yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut
cenderung akan menampilkan sikap agresif
Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh
dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi
Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya
memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga
diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif
Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah
menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif
Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem
rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada
peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan
14
harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam
Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-
esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang
dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya
seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil
menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang
serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat
labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil
didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem
yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya
tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang
berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa
superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal
Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum
individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri
1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan
2 Stabil secara emosi dan afektif
3 Kurang fleksibel dan kurang lunak
4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses
6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten
7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri
Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri
1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari
2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati
3 Fleksibel dan lunak
4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya
6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses
15
7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil
8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri
Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-
esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan
Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan
peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang
dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat
berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)
Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu
dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh
prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga
melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada
kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok
diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi
adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi
seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu
harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan
iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek
kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada
di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks
organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota
organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis
organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner
amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup
signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki
self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan
sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih
tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan
Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan
16
materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan
kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal
Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah
kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka
cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa
mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut
(Greenberg 2005)
IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem
Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan
bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya
serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika
individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka
Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)
daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong
OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta
membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas
yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)
Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat
meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan
peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks
penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan
karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang
baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji
turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi
sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian
berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian
berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang
lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang
menjatuhkan self-esteemnya
17
Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE
berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational
citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan
Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan
mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai
intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam
organisasi
Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi
cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga
berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu
mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem
karyawan yaitu dengan
1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status
dan kontribusi individu
2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai
dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu
3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari
kepercayaan
4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan
memberi penghargaan pada keberhasilan
Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk
meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu
1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa
diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian
unik mereka
2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan
pujilah mereka sesuai dengan hal itu
18
3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika
harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada
mereka
4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan
untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang
menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya
Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE
memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu
1 merasa diterima dalam organisasi
2 merasa aman dalam organisasi
3 merasa berkompeten dalam organisasi
4 merasa berpengaruh dalam organisasi
5 merasa penting bagi organisasi
6 rasa berharga bagi organisasi
7 merasa berkembang dalam organisasi
Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini
IICEtos Kerja dalam Islam
Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan
ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat
menekankan arti penting diantaranya
Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)
19
ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun
berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak
akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135
IIC1Konsep Kerja dalam Islam
Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu
sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat
penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu
merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat
kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam
bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan
keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus
menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan
yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat
sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang
menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan
negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang
digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang
tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu
bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik
lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu
sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta
menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al
Mursquominun 1 ndash 11)
Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin
20
kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-
hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak
heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan
mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa
melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang
diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat
dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali
mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal
dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka
kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam
keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan
betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan
dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan
bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan
Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan
yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang
banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang
dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji
Allah
IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridaan Allah SWT
Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu
Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai
21
Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan
cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu
beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para
sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun
menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu
adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah
lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)
Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah
ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya
Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya
Allah SWT berfirman
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah
apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula
ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap
kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama
Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia
teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi
gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya
bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW
adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk
melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan
yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka
22
beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-
peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu
Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu
tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal
menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru
(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik
permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian
Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala
memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-
negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu
menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan
setumpuk masalah lainnya
Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul
memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi
perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya
Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik
membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau
tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat
perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat
bercanda dan menjahit sendiri bajunya
Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria
Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
23
senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah
Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman
dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman
Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai
usia 37 tahun
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu
yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling
berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling
lainnya
IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan
Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya
Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan
yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas
Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda
Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah
sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus
Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas
Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim
yang solid yang percaya pada cita-cita bersama
24
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan
sistem keberhasilan yang berkelanjutan (sustainable success system) pada semua
tingkatan Keempat elemen itu lalu dia konstruksikan dalam sebuah konsep besar yang
disebutnya sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa Sanskerta) yang berarti Empat
Darma Keberhasilan Utama yaitu
1 Mencetak prestasi dengan motivasi superior
2 Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner
3 Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif
4 Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani
Keempat darma ini kemudian dirumuskan pada delapan aspek Etos Kerja sebagai
berikut
1 Kerja adalah rahmat karena kerja merupakan pemberian dari Yang Maha Kuasa
maka individu harus dapat bekerja dengan tulus dan penuh syukur
2 Kerja adalah amanah kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada
kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung
jawab
3 Kerja adalah panggilan kerja merupakan suatu dharma yang sesuai dengan
panggilan jiwa kita sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas
4 Kerja adalah aktualisasi pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai
hakikat manusia yang tertinggi sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh
semangat
5 Kerja adalah ibadah bekerja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada
Sang Khalik sehingga melalui pekerjaan individu mengarahkan dirinya pada
tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian
6 Kerja adalah seni kerja dapat mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja
sehingga lahirlah daya cipta kreasi baru dan gagasan inovatif
7
7 Kerja adalah kehormatan pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga
harus dilakukan dengan tekun dan penuh keunggulan
8 Kerja adalah Pelayanan manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan
sempurna dan penuh kerendahan hati
Anoraga (1992) juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya
mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja yang disimpulkan sebagai
berikut
1 Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia
2 Pekerjaan adalah suatu berkat Tuhan
3 Pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral
4 Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti
5 Pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih
Dalam penulisannya Akhmad Kusnan (2004) menyimpulkan pemahaman bahwa Etos
Kerja menggambarkan suatu sikap maka ia menggunakan lima indikator untuk
mengukur Etos Kerja Menurutnya Etos Kerja mencerminkan suatu sikap yang memiliki
dua alternatif positif dan negatif Suatu individu atau kelompok masyarakat dapat
dikatakan memiliki Etos Kerja yang tinggi apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai
berikut
1 Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia
2 Menempatkan pandangan tentang kerja sebagai suatu hal yang amat luhur bagi
eksistensi manusia
3 Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia
4 Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus
sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita
5 Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah Bagi individu atau kelompok masyarakat
yang memiliki Etos Kerja yang rendah maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang
sebaliknya (Kusnan 2004) yaitu
8
1) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri
2) Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia
3) Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh
kesenangan
4) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan
5) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup
Dari berbagai aspek yang ditampilkan ketiga tokoh diatas dapat dilihat bahwa aspek-
aspek yang diusulkan oleh dua tokoh berikutnya telah termuat dalam beberapa aspek
Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sehingga penulisan ini mendasari
pemahamannya pada delapan aspek Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sebagai
indikator terhadap Etos Kerja
IIA3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja
Etos Kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
a Agama
Dasar pengkajian kembali makna Etos Kerja di Eropa diawali oleh buah pikiran Max
Weber Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern yaitu rasionalitas (rationality)
menurut Weber (1958) lahir dari etika Protestan Pada dasarnya agama merupakan suatu
sistem nilai Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup
para penganutnya Cara berpikir bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai
oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama
Dengan demikian kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu
pembangunan jelaslah bahwa agama akan turut menentukan jalannya pembangunan
atau modernisasi Weber (1958) memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam
protestanisme mampu melahirkan etos berpikir rasional berdisiplin tinggi bekerja tekun
sistematik berorientasi sukses (material) tidak mengumbar kesenangan namun hemat
dan bersahaja (asketik) serta menabung dan berinvestasi yang akhirnya menjadi titik
9
tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern Sejak Weber menelurkan karya tulis
The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958) berbagai studi tentang Etos
Kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum
mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu
dan kemajuan ekonomi kemakmuran dan modernitas (Sinamo 2005) Menurut
Rosmiani (1996) Etos Kerja terkait dengan sikap mental tekad disiplin dan semangat
kerja Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya yang sebagian
bersumber dari agama atau sistem kepercayaanpaham teologi tradisional Ia
menemukan Etos Kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya
kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah
kokohnya tingkat Etos Kerja yang rendah itu
b Budaya
Selain temuan Rosmiani (1996) diatas Usman Pelly (dalam Rahimah 1995)
mengatakan bahwa sikap mental tekad disiplin dan semangat kerja masyarakat juga
disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai
Etos Kerja Kualitas Etos Kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya
masyarakat yang bersangkutan Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju
akan memiliki Etos Kerja yang tinggi dan sebaliknya masyarakat yang memiliki sistem
nilai budaya yang konservatif akan memiliki Etos Kerja yang rendah bahkan bisa sama
sekali tidak memiliki Etos Kerja Pernyataaan ini juga didukung oleh studi yang
dilakukan Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) yang menyimpulkan
bahwa semangat kerjaEtos Kerja sangat ditentukan oleh nilainilai budaya yang ada dan
tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan Etos Kerja juga sangat berpegang teguh
pada moral etik dan bahkan Tuhan Etos Kerja berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama
ini menurut mereka diperoleh secara lisan dan merupakan suatu tradisi yang disebarkan
secara turuntemurun
c Sosial Politik
10
Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) menemukan bahwa tinggi rendahnya
Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang
mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras
mereka dengan penuh KH Abdurrahman Wahid (2002) mengatakan bahwa Etos Kerja
harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa
depan bangsa dan negara Dorongan untuk mengatasi kemiskinan kebodohan dan
keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki
orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik Orientasi ke depan itu
harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian
(achievement) Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain yaitu semangat
profesionalisme yang menjadi tulang-punggung masyarakat modern
d Kondisi LingkunganGeografis
Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) juga menemukan adanya
indikasi bahwa Etos Kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis
Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya
melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat dan bahkan dapat
mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut
e Pendidikan
Etos Kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia Peningkatan
sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai Etos Kerja keras
Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan
bermutu disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian dan
keterampilan sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat
sebagai pelaku ekonomi (Rahimah Fauziah Suri dan Nasution 1995)
f Struktur Ekonomi
11
Pada penulisan Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) disimpulkan juga
bahwa tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
struktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk
bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh
g Motivasi Intrinsik individu
Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi
adalah individu yang bermotivasi tinggi Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan
sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang Keyakinan inilah
yang menjadi suatu motivasi kerja Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi
seseorang
Menurut Herzberg (dalam Siagian 1995) motivasi yang sesungguhnya bukan
bersumber dari luar diri tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang
sering disebut dengan motivasi intrinsik Ia membagi factor pendorong manusia untuk
melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu factor hygiene dan faktor motivator Faktor
hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak
ada yang akan menyebabkan ketidakpuasan Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah
timbulnya motivasi tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi faktor ini disebut
juga factor ekstrinsik yang termasuk diantaranya yaitu gaji status keamanan kerja
kondisi kerja kebijaksanaan organisasi hubungan dengan rekan kerja dan supervisi
Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi tentunya organisasi
tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa factor hygiene tidak menjadi
penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik
Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya yang mana ketiadaannya
bukan berarti ketidakpuasan tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai
manusia Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi
pencapaian suksesachievement pengakuanrecognition kemungkinan untuk meningkat
dalam jabatan (Karier)advancement tanggung jawabresponsibility kemungkinan
berkembanggrowth possibilities dan pekerjaan itu sendirithe work itself (Herzberg
12
dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja
dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi
IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem
Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam
cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)
Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan
tentang diri pribadi
Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan
nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan
Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem
dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan
kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan
dirinya
Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri
potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self
mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah
konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self
ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi
yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan
yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini
menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang
13
kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki
penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting
daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)
Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan
tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan
Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik
yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan
karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg
dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-
esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang
sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya
selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan
sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku
kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu
yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut
cenderung akan menampilkan sikap agresif
Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh
dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi
Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya
memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga
diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif
Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah
menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif
Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem
rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada
peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan
14
harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam
Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-
esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang
dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya
seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil
menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang
serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat
labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil
didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem
yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya
tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang
berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa
superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal
Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum
individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri
1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan
2 Stabil secara emosi dan afektif
3 Kurang fleksibel dan kurang lunak
4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses
6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten
7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri
Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri
1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari
2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati
3 Fleksibel dan lunak
4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya
6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses
15
7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil
8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri
Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-
esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan
Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan
peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang
dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat
berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)
Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu
dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh
prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga
melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada
kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok
diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi
adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi
seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu
harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan
iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek
kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada
di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks
organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota
organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis
organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner
amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup
signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki
self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan
sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih
tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan
Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan
16
materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan
kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal
Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah
kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka
cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa
mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut
(Greenberg 2005)
IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem
Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan
bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya
serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika
individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka
Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)
daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong
OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta
membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas
yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)
Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat
meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan
peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks
penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan
karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang
baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji
turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi
sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian
berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian
berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang
lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang
menjatuhkan self-esteemnya
17
Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE
berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational
citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan
Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan
mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai
intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam
organisasi
Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi
cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga
berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu
mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem
karyawan yaitu dengan
1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status
dan kontribusi individu
2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai
dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu
3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari
kepercayaan
4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan
memberi penghargaan pada keberhasilan
Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk
meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu
1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa
diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian
unik mereka
2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan
pujilah mereka sesuai dengan hal itu
18
3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika
harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada
mereka
4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan
untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang
menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya
Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE
memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu
1 merasa diterima dalam organisasi
2 merasa aman dalam organisasi
3 merasa berkompeten dalam organisasi
4 merasa berpengaruh dalam organisasi
5 merasa penting bagi organisasi
6 rasa berharga bagi organisasi
7 merasa berkembang dalam organisasi
Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini
IICEtos Kerja dalam Islam
Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan
ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat
menekankan arti penting diantaranya
Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)
19
ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun
berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak
akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135
IIC1Konsep Kerja dalam Islam
Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu
sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat
penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu
merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat
kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam
bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan
keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus
menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan
yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat
sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang
menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan
negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang
digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang
tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu
bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik
lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu
sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta
menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al
Mursquominun 1 ndash 11)
Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin
20
kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-
hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak
heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan
mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa
melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang
diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat
dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali
mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal
dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka
kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam
keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan
betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan
dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan
bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan
Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan
yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang
banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang
dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji
Allah
IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridaan Allah SWT
Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu
Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai
21
Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan
cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu
beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para
sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun
menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu
adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah
lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)
Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah
ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya
Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya
Allah SWT berfirman
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah
apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula
ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap
kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama
Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia
teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi
gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya
bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW
adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk
melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan
yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka
22
beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-
peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu
Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu
tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal
menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru
(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik
permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian
Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala
memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-
negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu
menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan
setumpuk masalah lainnya
Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul
memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi
perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya
Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik
membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau
tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat
perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat
bercanda dan menjahit sendiri bajunya
Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria
Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
23
senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah
Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman
dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman
Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai
usia 37 tahun
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu
yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling
berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling
lainnya
IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan
Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya
Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan
yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas
Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda
Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah
sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus
Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas
Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim
yang solid yang percaya pada cita-cita bersama
24
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
7 Kerja adalah kehormatan pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga
harus dilakukan dengan tekun dan penuh keunggulan
8 Kerja adalah Pelayanan manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan
sempurna dan penuh kerendahan hati
Anoraga (1992) juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya
mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja yang disimpulkan sebagai
berikut
1 Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia
2 Pekerjaan adalah suatu berkat Tuhan
3 Pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral
4 Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti
5 Pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih
Dalam penulisannya Akhmad Kusnan (2004) menyimpulkan pemahaman bahwa Etos
Kerja menggambarkan suatu sikap maka ia menggunakan lima indikator untuk
mengukur Etos Kerja Menurutnya Etos Kerja mencerminkan suatu sikap yang memiliki
dua alternatif positif dan negatif Suatu individu atau kelompok masyarakat dapat
dikatakan memiliki Etos Kerja yang tinggi apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai
berikut
1 Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia
2 Menempatkan pandangan tentang kerja sebagai suatu hal yang amat luhur bagi
eksistensi manusia
3 Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia
4 Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus
sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita
5 Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah Bagi individu atau kelompok masyarakat
yang memiliki Etos Kerja yang rendah maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang
sebaliknya (Kusnan 2004) yaitu
8
1) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri
2) Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia
3) Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh
kesenangan
4) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan
5) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup
Dari berbagai aspek yang ditampilkan ketiga tokoh diatas dapat dilihat bahwa aspek-
aspek yang diusulkan oleh dua tokoh berikutnya telah termuat dalam beberapa aspek
Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sehingga penulisan ini mendasari
pemahamannya pada delapan aspek Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sebagai
indikator terhadap Etos Kerja
IIA3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja
Etos Kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
a Agama
Dasar pengkajian kembali makna Etos Kerja di Eropa diawali oleh buah pikiran Max
Weber Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern yaitu rasionalitas (rationality)
menurut Weber (1958) lahir dari etika Protestan Pada dasarnya agama merupakan suatu
sistem nilai Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup
para penganutnya Cara berpikir bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai
oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama
Dengan demikian kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu
pembangunan jelaslah bahwa agama akan turut menentukan jalannya pembangunan
atau modernisasi Weber (1958) memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam
protestanisme mampu melahirkan etos berpikir rasional berdisiplin tinggi bekerja tekun
sistematik berorientasi sukses (material) tidak mengumbar kesenangan namun hemat
dan bersahaja (asketik) serta menabung dan berinvestasi yang akhirnya menjadi titik
9
tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern Sejak Weber menelurkan karya tulis
The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958) berbagai studi tentang Etos
Kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum
mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu
dan kemajuan ekonomi kemakmuran dan modernitas (Sinamo 2005) Menurut
Rosmiani (1996) Etos Kerja terkait dengan sikap mental tekad disiplin dan semangat
kerja Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya yang sebagian
bersumber dari agama atau sistem kepercayaanpaham teologi tradisional Ia
menemukan Etos Kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya
kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah
kokohnya tingkat Etos Kerja yang rendah itu
b Budaya
Selain temuan Rosmiani (1996) diatas Usman Pelly (dalam Rahimah 1995)
mengatakan bahwa sikap mental tekad disiplin dan semangat kerja masyarakat juga
disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai
Etos Kerja Kualitas Etos Kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya
masyarakat yang bersangkutan Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju
akan memiliki Etos Kerja yang tinggi dan sebaliknya masyarakat yang memiliki sistem
nilai budaya yang konservatif akan memiliki Etos Kerja yang rendah bahkan bisa sama
sekali tidak memiliki Etos Kerja Pernyataaan ini juga didukung oleh studi yang
dilakukan Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) yang menyimpulkan
bahwa semangat kerjaEtos Kerja sangat ditentukan oleh nilainilai budaya yang ada dan
tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan Etos Kerja juga sangat berpegang teguh
pada moral etik dan bahkan Tuhan Etos Kerja berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama
ini menurut mereka diperoleh secara lisan dan merupakan suatu tradisi yang disebarkan
secara turuntemurun
c Sosial Politik
10
Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) menemukan bahwa tinggi rendahnya
Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang
mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras
mereka dengan penuh KH Abdurrahman Wahid (2002) mengatakan bahwa Etos Kerja
harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa
depan bangsa dan negara Dorongan untuk mengatasi kemiskinan kebodohan dan
keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki
orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik Orientasi ke depan itu
harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian
(achievement) Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain yaitu semangat
profesionalisme yang menjadi tulang-punggung masyarakat modern
d Kondisi LingkunganGeografis
Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) juga menemukan adanya
indikasi bahwa Etos Kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis
Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya
melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat dan bahkan dapat
mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut
e Pendidikan
Etos Kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia Peningkatan
sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai Etos Kerja keras
Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan
bermutu disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian dan
keterampilan sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat
sebagai pelaku ekonomi (Rahimah Fauziah Suri dan Nasution 1995)
f Struktur Ekonomi
11
Pada penulisan Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) disimpulkan juga
bahwa tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
struktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk
bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh
g Motivasi Intrinsik individu
Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi
adalah individu yang bermotivasi tinggi Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan
sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang Keyakinan inilah
yang menjadi suatu motivasi kerja Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi
seseorang
Menurut Herzberg (dalam Siagian 1995) motivasi yang sesungguhnya bukan
bersumber dari luar diri tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang
sering disebut dengan motivasi intrinsik Ia membagi factor pendorong manusia untuk
melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu factor hygiene dan faktor motivator Faktor
hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak
ada yang akan menyebabkan ketidakpuasan Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah
timbulnya motivasi tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi faktor ini disebut
juga factor ekstrinsik yang termasuk diantaranya yaitu gaji status keamanan kerja
kondisi kerja kebijaksanaan organisasi hubungan dengan rekan kerja dan supervisi
Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi tentunya organisasi
tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa factor hygiene tidak menjadi
penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik
Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya yang mana ketiadaannya
bukan berarti ketidakpuasan tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai
manusia Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi
pencapaian suksesachievement pengakuanrecognition kemungkinan untuk meningkat
dalam jabatan (Karier)advancement tanggung jawabresponsibility kemungkinan
berkembanggrowth possibilities dan pekerjaan itu sendirithe work itself (Herzberg
12
dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja
dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi
IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem
Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam
cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)
Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan
tentang diri pribadi
Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan
nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan
Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem
dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan
kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan
dirinya
Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri
potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self
mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah
konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self
ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi
yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan
yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini
menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang
13
kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki
penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting
daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)
Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan
tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan
Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik
yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan
karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg
dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-
esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang
sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya
selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan
sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku
kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu
yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut
cenderung akan menampilkan sikap agresif
Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh
dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi
Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya
memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga
diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif
Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah
menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif
Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem
rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada
peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan
14
harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam
Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-
esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang
dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya
seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil
menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang
serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat
labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil
didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem
yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya
tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang
berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa
superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal
Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum
individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri
1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan
2 Stabil secara emosi dan afektif
3 Kurang fleksibel dan kurang lunak
4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses
6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten
7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri
Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri
1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari
2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati
3 Fleksibel dan lunak
4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya
6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses
15
7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil
8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri
Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-
esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan
Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan
peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang
dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat
berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)
Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu
dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh
prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga
melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada
kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok
diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi
adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi
seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu
harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan
iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek
kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada
di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks
organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota
organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis
organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner
amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup
signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki
self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan
sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih
tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan
Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan
16
materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan
kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal
Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah
kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka
cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa
mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut
(Greenberg 2005)
IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem
Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan
bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya
serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika
individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka
Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)
daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong
OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta
membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas
yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)
Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat
meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan
peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks
penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan
karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang
baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji
turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi
sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian
berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian
berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang
lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang
menjatuhkan self-esteemnya
17
Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE
berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational
citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan
Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan
mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai
intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam
organisasi
Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi
cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga
berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu
mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem
karyawan yaitu dengan
1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status
dan kontribusi individu
2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai
dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu
3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari
kepercayaan
4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan
memberi penghargaan pada keberhasilan
Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk
meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu
1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa
diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian
unik mereka
2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan
pujilah mereka sesuai dengan hal itu
18
3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika
harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada
mereka
4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan
untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang
menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya
Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE
memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu
1 merasa diterima dalam organisasi
2 merasa aman dalam organisasi
3 merasa berkompeten dalam organisasi
4 merasa berpengaruh dalam organisasi
5 merasa penting bagi organisasi
6 rasa berharga bagi organisasi
7 merasa berkembang dalam organisasi
Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini
IICEtos Kerja dalam Islam
Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan
ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat
menekankan arti penting diantaranya
Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)
19
ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun
berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak
akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135
IIC1Konsep Kerja dalam Islam
Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu
sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat
penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu
merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat
kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam
bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan
keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus
menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan
yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat
sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang
menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan
negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang
digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang
tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu
bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik
lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu
sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta
menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al
Mursquominun 1 ndash 11)
Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin
20
kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-
hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak
heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan
mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa
melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang
diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat
dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali
mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal
dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka
kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam
keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan
betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan
dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan
bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan
Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan
yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang
banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang
dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji
Allah
IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridaan Allah SWT
Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu
Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai
21
Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan
cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu
beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para
sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun
menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu
adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah
lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)
Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah
ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya
Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya
Allah SWT berfirman
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah
apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula
ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap
kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama
Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia
teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi
gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya
bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW
adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk
melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan
yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka
22
beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-
peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu
Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu
tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal
menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru
(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik
permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian
Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala
memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-
negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu
menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan
setumpuk masalah lainnya
Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul
memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi
perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya
Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik
membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau
tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat
perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat
bercanda dan menjahit sendiri bajunya
Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria
Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
23
senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah
Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman
dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman
Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai
usia 37 tahun
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu
yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling
berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling
lainnya
IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan
Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya
Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan
yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas
Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda
Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah
sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus
Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas
Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim
yang solid yang percaya pada cita-cita bersama
24
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
1) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri
2) Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia
3) Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh
kesenangan
4) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan
5) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup
Dari berbagai aspek yang ditampilkan ketiga tokoh diatas dapat dilihat bahwa aspek-
aspek yang diusulkan oleh dua tokoh berikutnya telah termuat dalam beberapa aspek
Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sehingga penulisan ini mendasari
pemahamannya pada delapan aspek Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sebagai
indikator terhadap Etos Kerja
IIA3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja
Etos Kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
a Agama
Dasar pengkajian kembali makna Etos Kerja di Eropa diawali oleh buah pikiran Max
Weber Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern yaitu rasionalitas (rationality)
menurut Weber (1958) lahir dari etika Protestan Pada dasarnya agama merupakan suatu
sistem nilai Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup
para penganutnya Cara berpikir bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai
oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama
Dengan demikian kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu
pembangunan jelaslah bahwa agama akan turut menentukan jalannya pembangunan
atau modernisasi Weber (1958) memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam
protestanisme mampu melahirkan etos berpikir rasional berdisiplin tinggi bekerja tekun
sistematik berorientasi sukses (material) tidak mengumbar kesenangan namun hemat
dan bersahaja (asketik) serta menabung dan berinvestasi yang akhirnya menjadi titik
9
tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern Sejak Weber menelurkan karya tulis
The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958) berbagai studi tentang Etos
Kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum
mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu
dan kemajuan ekonomi kemakmuran dan modernitas (Sinamo 2005) Menurut
Rosmiani (1996) Etos Kerja terkait dengan sikap mental tekad disiplin dan semangat
kerja Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya yang sebagian
bersumber dari agama atau sistem kepercayaanpaham teologi tradisional Ia
menemukan Etos Kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya
kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah
kokohnya tingkat Etos Kerja yang rendah itu
b Budaya
Selain temuan Rosmiani (1996) diatas Usman Pelly (dalam Rahimah 1995)
mengatakan bahwa sikap mental tekad disiplin dan semangat kerja masyarakat juga
disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai
Etos Kerja Kualitas Etos Kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya
masyarakat yang bersangkutan Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju
akan memiliki Etos Kerja yang tinggi dan sebaliknya masyarakat yang memiliki sistem
nilai budaya yang konservatif akan memiliki Etos Kerja yang rendah bahkan bisa sama
sekali tidak memiliki Etos Kerja Pernyataaan ini juga didukung oleh studi yang
dilakukan Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) yang menyimpulkan
bahwa semangat kerjaEtos Kerja sangat ditentukan oleh nilainilai budaya yang ada dan
tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan Etos Kerja juga sangat berpegang teguh
pada moral etik dan bahkan Tuhan Etos Kerja berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama
ini menurut mereka diperoleh secara lisan dan merupakan suatu tradisi yang disebarkan
secara turuntemurun
c Sosial Politik
10
Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) menemukan bahwa tinggi rendahnya
Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang
mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras
mereka dengan penuh KH Abdurrahman Wahid (2002) mengatakan bahwa Etos Kerja
harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa
depan bangsa dan negara Dorongan untuk mengatasi kemiskinan kebodohan dan
keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki
orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik Orientasi ke depan itu
harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian
(achievement) Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain yaitu semangat
profesionalisme yang menjadi tulang-punggung masyarakat modern
d Kondisi LingkunganGeografis
Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) juga menemukan adanya
indikasi bahwa Etos Kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis
Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya
melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat dan bahkan dapat
mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut
e Pendidikan
Etos Kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia Peningkatan
sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai Etos Kerja keras
Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan
bermutu disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian dan
keterampilan sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat
sebagai pelaku ekonomi (Rahimah Fauziah Suri dan Nasution 1995)
f Struktur Ekonomi
11
Pada penulisan Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) disimpulkan juga
bahwa tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
struktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk
bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh
g Motivasi Intrinsik individu
Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi
adalah individu yang bermotivasi tinggi Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan
sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang Keyakinan inilah
yang menjadi suatu motivasi kerja Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi
seseorang
Menurut Herzberg (dalam Siagian 1995) motivasi yang sesungguhnya bukan
bersumber dari luar diri tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang
sering disebut dengan motivasi intrinsik Ia membagi factor pendorong manusia untuk
melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu factor hygiene dan faktor motivator Faktor
hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak
ada yang akan menyebabkan ketidakpuasan Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah
timbulnya motivasi tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi faktor ini disebut
juga factor ekstrinsik yang termasuk diantaranya yaitu gaji status keamanan kerja
kondisi kerja kebijaksanaan organisasi hubungan dengan rekan kerja dan supervisi
Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi tentunya organisasi
tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa factor hygiene tidak menjadi
penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik
Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya yang mana ketiadaannya
bukan berarti ketidakpuasan tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai
manusia Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi
pencapaian suksesachievement pengakuanrecognition kemungkinan untuk meningkat
dalam jabatan (Karier)advancement tanggung jawabresponsibility kemungkinan
berkembanggrowth possibilities dan pekerjaan itu sendirithe work itself (Herzberg
12
dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja
dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi
IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem
Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam
cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)
Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan
tentang diri pribadi
Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan
nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan
Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem
dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan
kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan
dirinya
Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri
potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self
mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah
konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self
ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi
yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan
yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini
menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang
13
kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki
penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting
daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)
Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan
tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan
Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik
yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan
karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg
dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-
esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang
sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya
selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan
sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku
kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu
yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut
cenderung akan menampilkan sikap agresif
Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh
dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi
Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya
memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga
diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif
Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah
menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif
Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem
rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada
peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan
14
harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam
Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-
esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang
dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya
seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil
menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang
serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat
labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil
didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem
yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya
tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang
berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa
superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal
Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum
individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri
1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan
2 Stabil secara emosi dan afektif
3 Kurang fleksibel dan kurang lunak
4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses
6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten
7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri
Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri
1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari
2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati
3 Fleksibel dan lunak
4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya
6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses
15
7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil
8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri
Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-
esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan
Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan
peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang
dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat
berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)
Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu
dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh
prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga
melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada
kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok
diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi
adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi
seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu
harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan
iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek
kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada
di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks
organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota
organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis
organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner
amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup
signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki
self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan
sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih
tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan
Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan
16
materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan
kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal
Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah
kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka
cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa
mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut
(Greenberg 2005)
IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem
Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan
bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya
serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika
individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka
Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)
daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong
OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta
membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas
yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)
Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat
meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan
peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks
penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan
karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang
baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji
turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi
sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian
berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian
berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang
lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang
menjatuhkan self-esteemnya
17
Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE
berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational
citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan
Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan
mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai
intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam
organisasi
Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi
cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga
berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu
mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem
karyawan yaitu dengan
1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status
dan kontribusi individu
2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai
dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu
3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari
kepercayaan
4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan
memberi penghargaan pada keberhasilan
Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk
meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu
1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa
diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian
unik mereka
2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan
pujilah mereka sesuai dengan hal itu
18
3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika
harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada
mereka
4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan
untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang
menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya
Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE
memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu
1 merasa diterima dalam organisasi
2 merasa aman dalam organisasi
3 merasa berkompeten dalam organisasi
4 merasa berpengaruh dalam organisasi
5 merasa penting bagi organisasi
6 rasa berharga bagi organisasi
7 merasa berkembang dalam organisasi
Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini
IICEtos Kerja dalam Islam
Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan
ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat
menekankan arti penting diantaranya
Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)
19
ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun
berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak
akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135
IIC1Konsep Kerja dalam Islam
Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu
sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat
penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu
merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat
kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam
bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan
keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus
menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan
yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat
sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang
menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan
negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang
digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang
tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu
bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik
lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu
sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta
menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al
Mursquominun 1 ndash 11)
Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin
20
kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-
hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak
heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan
mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa
melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang
diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat
dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali
mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal
dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka
kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam
keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan
betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan
dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan
bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan
Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan
yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang
banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang
dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji
Allah
IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridaan Allah SWT
Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu
Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai
21
Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan
cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu
beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para
sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun
menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu
adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah
lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)
Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah
ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya
Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya
Allah SWT berfirman
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah
apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula
ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap
kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama
Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia
teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi
gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya
bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW
adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk
melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan
yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka
22
beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-
peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu
Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu
tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal
menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru
(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik
permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian
Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala
memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-
negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu
menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan
setumpuk masalah lainnya
Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul
memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi
perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya
Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik
membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau
tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat
perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat
bercanda dan menjahit sendiri bajunya
Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria
Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
23
senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah
Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman
dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman
Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai
usia 37 tahun
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu
yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling
berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling
lainnya
IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan
Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya
Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan
yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas
Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda
Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah
sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus
Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas
Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim
yang solid yang percaya pada cita-cita bersama
24
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
tolak berkembangnya kapitalisme di dunia modern Sejak Weber menelurkan karya tulis
The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1958) berbagai studi tentang Etos
Kerja berbasis agama sudah banyak dilakukan dengan hasil yang secara umum
mengkonfirmasikan adanya korelasi positif antara sebuah sistem kepercayaan tertentu
dan kemajuan ekonomi kemakmuran dan modernitas (Sinamo 2005) Menurut
Rosmiani (1996) Etos Kerja terkait dengan sikap mental tekad disiplin dan semangat
kerja Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya yang sebagian
bersumber dari agama atau sistem kepercayaanpaham teologi tradisional Ia
menemukan Etos Kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya
kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah
kokohnya tingkat Etos Kerja yang rendah itu
b Budaya
Selain temuan Rosmiani (1996) diatas Usman Pelly (dalam Rahimah 1995)
mengatakan bahwa sikap mental tekad disiplin dan semangat kerja masyarakat juga
disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai
Etos Kerja Kualitas Etos Kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya
masyarakat yang bersangkutan Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju
akan memiliki Etos Kerja yang tinggi dan sebaliknya masyarakat yang memiliki sistem
nilai budaya yang konservatif akan memiliki Etos Kerja yang rendah bahkan bisa sama
sekali tidak memiliki Etos Kerja Pernyataaan ini juga didukung oleh studi yang
dilakukan Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) yang menyimpulkan
bahwa semangat kerjaEtos Kerja sangat ditentukan oleh nilainilai budaya yang ada dan
tumbuh pada masyarakat yang bersangkutan Etos Kerja juga sangat berpegang teguh
pada moral etik dan bahkan Tuhan Etos Kerja berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama
ini menurut mereka diperoleh secara lisan dan merupakan suatu tradisi yang disebarkan
secara turuntemurun
c Sosial Politik
10
Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) menemukan bahwa tinggi rendahnya
Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang
mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras
mereka dengan penuh KH Abdurrahman Wahid (2002) mengatakan bahwa Etos Kerja
harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa
depan bangsa dan negara Dorongan untuk mengatasi kemiskinan kebodohan dan
keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki
orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik Orientasi ke depan itu
harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian
(achievement) Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain yaitu semangat
profesionalisme yang menjadi tulang-punggung masyarakat modern
d Kondisi LingkunganGeografis
Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) juga menemukan adanya
indikasi bahwa Etos Kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis
Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya
melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat dan bahkan dapat
mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut
e Pendidikan
Etos Kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia Peningkatan
sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai Etos Kerja keras
Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan
bermutu disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian dan
keterampilan sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat
sebagai pelaku ekonomi (Rahimah Fauziah Suri dan Nasution 1995)
f Struktur Ekonomi
11
Pada penulisan Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) disimpulkan juga
bahwa tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
struktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk
bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh
g Motivasi Intrinsik individu
Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi
adalah individu yang bermotivasi tinggi Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan
sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang Keyakinan inilah
yang menjadi suatu motivasi kerja Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi
seseorang
Menurut Herzberg (dalam Siagian 1995) motivasi yang sesungguhnya bukan
bersumber dari luar diri tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang
sering disebut dengan motivasi intrinsik Ia membagi factor pendorong manusia untuk
melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu factor hygiene dan faktor motivator Faktor
hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak
ada yang akan menyebabkan ketidakpuasan Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah
timbulnya motivasi tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi faktor ini disebut
juga factor ekstrinsik yang termasuk diantaranya yaitu gaji status keamanan kerja
kondisi kerja kebijaksanaan organisasi hubungan dengan rekan kerja dan supervisi
Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi tentunya organisasi
tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa factor hygiene tidak menjadi
penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik
Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya yang mana ketiadaannya
bukan berarti ketidakpuasan tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai
manusia Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi
pencapaian suksesachievement pengakuanrecognition kemungkinan untuk meningkat
dalam jabatan (Karier)advancement tanggung jawabresponsibility kemungkinan
berkembanggrowth possibilities dan pekerjaan itu sendirithe work itself (Herzberg
12
dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja
dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi
IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem
Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam
cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)
Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan
tentang diri pribadi
Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan
nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan
Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem
dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan
kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan
dirinya
Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri
potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self
mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah
konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self
ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi
yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan
yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini
menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang
13
kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki
penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting
daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)
Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan
tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan
Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik
yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan
karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg
dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-
esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang
sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya
selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan
sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku
kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu
yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut
cenderung akan menampilkan sikap agresif
Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh
dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi
Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya
memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga
diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif
Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah
menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif
Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem
rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada
peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan
14
harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam
Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-
esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang
dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya
seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil
menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang
serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat
labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil
didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem
yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya
tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang
berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa
superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal
Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum
individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri
1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan
2 Stabil secara emosi dan afektif
3 Kurang fleksibel dan kurang lunak
4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses
6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten
7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri
Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri
1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari
2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati
3 Fleksibel dan lunak
4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya
6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses
15
7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil
8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri
Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-
esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan
Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan
peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang
dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat
berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)
Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu
dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh
prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga
melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada
kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok
diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi
adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi
seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu
harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan
iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek
kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada
di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks
organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota
organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis
organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner
amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup
signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki
self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan
sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih
tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan
Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan
16
materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan
kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal
Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah
kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka
cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa
mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut
(Greenberg 2005)
IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem
Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan
bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya
serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika
individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka
Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)
daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong
OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta
membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas
yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)
Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat
meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan
peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks
penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan
karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang
baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji
turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi
sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian
berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian
berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang
lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang
menjatuhkan self-esteemnya
17
Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE
berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational
citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan
Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan
mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai
intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam
organisasi
Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi
cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga
berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu
mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem
karyawan yaitu dengan
1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status
dan kontribusi individu
2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai
dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu
3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari
kepercayaan
4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan
memberi penghargaan pada keberhasilan
Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk
meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu
1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa
diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian
unik mereka
2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan
pujilah mereka sesuai dengan hal itu
18
3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika
harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada
mereka
4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan
untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang
menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya
Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE
memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu
1 merasa diterima dalam organisasi
2 merasa aman dalam organisasi
3 merasa berkompeten dalam organisasi
4 merasa berpengaruh dalam organisasi
5 merasa penting bagi organisasi
6 rasa berharga bagi organisasi
7 merasa berkembang dalam organisasi
Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini
IICEtos Kerja dalam Islam
Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan
ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat
menekankan arti penting diantaranya
Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)
19
ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun
berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak
akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135
IIC1Konsep Kerja dalam Islam
Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu
sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat
penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu
merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat
kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam
bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan
keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus
menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan
yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat
sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang
menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan
negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang
digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang
tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu
bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik
lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu
sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta
menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al
Mursquominun 1 ndash 11)
Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin
20
kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-
hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak
heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan
mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa
melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang
diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat
dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali
mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal
dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka
kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam
keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan
betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan
dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan
bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan
Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan
yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang
banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang
dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji
Allah
IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridaan Allah SWT
Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu
Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai
21
Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan
cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu
beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para
sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun
menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu
adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah
lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)
Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah
ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya
Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya
Allah SWT berfirman
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah
apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula
ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap
kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama
Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia
teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi
gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya
bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW
adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk
melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan
yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka
22
beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-
peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu
Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu
tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal
menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru
(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik
permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian
Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala
memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-
negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu
menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan
setumpuk masalah lainnya
Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul
memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi
perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya
Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik
membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau
tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat
perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat
bercanda dan menjahit sendiri bajunya
Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria
Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
23
senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah
Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman
dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman
Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai
usia 37 tahun
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu
yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling
berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling
lainnya
IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan
Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya
Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan
yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas
Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda
Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah
sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus
Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas
Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim
yang solid yang percaya pada cita-cita bersama
24
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) menemukan bahwa tinggi rendahnya
Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang
mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras
mereka dengan penuh KH Abdurrahman Wahid (2002) mengatakan bahwa Etos Kerja
harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa
depan bangsa dan negara Dorongan untuk mengatasi kemiskinan kebodohan dan
keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki
orientasi kehidupan yang teracu ke masa depan yang lebih baik Orientasi ke depan itu
harus diikuti oleh penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian
(achievement) Orientasi ini akan melahirkan orientasi lain yaitu semangat
profesionalisme yang menjadi tulang-punggung masyarakat modern
d Kondisi LingkunganGeografis
Suryawati Dharmika Namiartha Putri dan weda (1997) juga menemukan adanya
indikasi bahwa Etos Kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis
Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya
melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat dan bahkan dapat
mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut
e Pendidikan
Etos Kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia Peningkatan
sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai Etos Kerja keras
Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan
bermutu disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan keahlian dan
keterampilan sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat
sebagai pelaku ekonomi (Rahimah Fauziah Suri dan Nasution 1995)
f Struktur Ekonomi
11
Pada penulisan Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) disimpulkan juga
bahwa tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
struktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk
bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh
g Motivasi Intrinsik individu
Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi
adalah individu yang bermotivasi tinggi Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan
sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang Keyakinan inilah
yang menjadi suatu motivasi kerja Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi
seseorang
Menurut Herzberg (dalam Siagian 1995) motivasi yang sesungguhnya bukan
bersumber dari luar diri tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang
sering disebut dengan motivasi intrinsik Ia membagi factor pendorong manusia untuk
melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu factor hygiene dan faktor motivator Faktor
hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak
ada yang akan menyebabkan ketidakpuasan Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah
timbulnya motivasi tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi faktor ini disebut
juga factor ekstrinsik yang termasuk diantaranya yaitu gaji status keamanan kerja
kondisi kerja kebijaksanaan organisasi hubungan dengan rekan kerja dan supervisi
Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi tentunya organisasi
tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa factor hygiene tidak menjadi
penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik
Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya yang mana ketiadaannya
bukan berarti ketidakpuasan tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai
manusia Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi
pencapaian suksesachievement pengakuanrecognition kemungkinan untuk meningkat
dalam jabatan (Karier)advancement tanggung jawabresponsibility kemungkinan
berkembanggrowth possibilities dan pekerjaan itu sendirithe work itself (Herzberg
12
dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja
dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi
IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem
Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam
cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)
Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan
tentang diri pribadi
Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan
nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan
Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem
dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan
kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan
dirinya
Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri
potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self
mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah
konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self
ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi
yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan
yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini
menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang
13
kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki
penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting
daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)
Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan
tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan
Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik
yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan
karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg
dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-
esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang
sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya
selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan
sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku
kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu
yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut
cenderung akan menampilkan sikap agresif
Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh
dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi
Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya
memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga
diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif
Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah
menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif
Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem
rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada
peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan
14
harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam
Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-
esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang
dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya
seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil
menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang
serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat
labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil
didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem
yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya
tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang
berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa
superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal
Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum
individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri
1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan
2 Stabil secara emosi dan afektif
3 Kurang fleksibel dan kurang lunak
4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses
6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten
7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri
Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri
1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari
2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati
3 Fleksibel dan lunak
4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya
6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses
15
7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil
8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri
Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-
esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan
Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan
peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang
dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat
berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)
Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu
dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh
prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga
melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada
kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok
diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi
adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi
seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu
harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan
iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek
kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada
di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks
organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota
organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis
organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner
amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup
signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki
self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan
sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih
tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan
Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan
16
materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan
kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal
Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah
kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka
cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa
mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut
(Greenberg 2005)
IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem
Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan
bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya
serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika
individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka
Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)
daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong
OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta
membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas
yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)
Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat
meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan
peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks
penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan
karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang
baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji
turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi
sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian
berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian
berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang
lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang
menjatuhkan self-esteemnya
17
Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE
berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational
citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan
Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan
mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai
intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam
organisasi
Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi
cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga
berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu
mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem
karyawan yaitu dengan
1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status
dan kontribusi individu
2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai
dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu
3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari
kepercayaan
4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan
memberi penghargaan pada keberhasilan
Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk
meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu
1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa
diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian
unik mereka
2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan
pujilah mereka sesuai dengan hal itu
18
3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika
harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada
mereka
4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan
untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang
menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya
Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE
memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu
1 merasa diterima dalam organisasi
2 merasa aman dalam organisasi
3 merasa berkompeten dalam organisasi
4 merasa berpengaruh dalam organisasi
5 merasa penting bagi organisasi
6 rasa berharga bagi organisasi
7 merasa berkembang dalam organisasi
Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini
IICEtos Kerja dalam Islam
Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan
ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat
menekankan arti penting diantaranya
Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)
19
ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun
berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak
akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135
IIC1Konsep Kerja dalam Islam
Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu
sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat
penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu
merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat
kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam
bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan
keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus
menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan
yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat
sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang
menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan
negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang
digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang
tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu
bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik
lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu
sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta
menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al
Mursquominun 1 ndash 11)
Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin
20
kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-
hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak
heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan
mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa
melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang
diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat
dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali
mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal
dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka
kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam
keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan
betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan
dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan
bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan
Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan
yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang
banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang
dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji
Allah
IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridaan Allah SWT
Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu
Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai
21
Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan
cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu
beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para
sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun
menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu
adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah
lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)
Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah
ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya
Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya
Allah SWT berfirman
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah
apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula
ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap
kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama
Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia
teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi
gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya
bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW
adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk
melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan
yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka
22
beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-
peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu
Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu
tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal
menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru
(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik
permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian
Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala
memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-
negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu
menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan
setumpuk masalah lainnya
Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul
memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi
perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya
Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik
membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau
tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat
perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat
bercanda dan menjahit sendiri bajunya
Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria
Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
23
senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah
Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman
dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman
Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai
usia 37 tahun
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu
yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling
berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling
lainnya
IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan
Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya
Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan
yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas
Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda
Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah
sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus
Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas
Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim
yang solid yang percaya pada cita-cita bersama
24
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
Pada penulisan Soewarso Rahardjo Subagyo dan Utomo (1995) disimpulkan juga
bahwa tinggi rendahnya Etos Kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya
struktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk
bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh
g Motivasi Intrinsik individu
Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki Etos Kerja yang tinggi
adalah individu yang bermotivasi tinggi Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan
sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang Keyakinan inilah
yang menjadi suatu motivasi kerja Maka Etos Kerja juga dipengaruhi oleh motivasi
seseorang
Menurut Herzberg (dalam Siagian 1995) motivasi yang sesungguhnya bukan
bersumber dari luar diri tetapi yang tertanamterinternalisasi dalam diri sendiri yang
sering disebut dengan motivasi intrinsik Ia membagi factor pendorong manusia untuk
melakukan kerja ke dalam dua faktor yaitu factor hygiene dan faktor motivator Faktor
hygiene ini merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak
ada yang akan menyebabkan ketidakpuasan Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah
timbulnya motivasi tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi faktor ini disebut
juga factor ekstrinsik yang termasuk diantaranya yaitu gaji status keamanan kerja
kondisi kerja kebijaksanaan organisasi hubungan dengan rekan kerja dan supervisi
Ketika sebuah organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi tentunya organisasi
tersebut perlu memastikan terlebih dahulu bahwa factor hygiene tidak menjadi
penghalang dalam upaya menghadirkan motivasi intrinsik
Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya yang mana ketiadaannya
bukan berarti ketidakpuasan tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai
manusia Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi
pencapaian suksesachievement pengakuanrecognition kemungkinan untuk meningkat
dalam jabatan (Karier)advancement tanggung jawabresponsibility kemungkinan
berkembanggrowth possibilities dan pekerjaan itu sendirithe work itself (Herzberg
12
dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja
dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi
IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem
Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam
cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)
Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan
tentang diri pribadi
Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan
nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan
Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem
dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan
kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan
dirinya
Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri
potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self
mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah
konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self
ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi
yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan
yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini
menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang
13
kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki
penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting
daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)
Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan
tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan
Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik
yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan
karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg
dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-
esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang
sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya
selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan
sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku
kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu
yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut
cenderung akan menampilkan sikap agresif
Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh
dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi
Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya
memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga
diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif
Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah
menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif
Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem
rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada
peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan
14
harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam
Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-
esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang
dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya
seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil
menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang
serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat
labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil
didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem
yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya
tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang
berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa
superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal
Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum
individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri
1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan
2 Stabil secara emosi dan afektif
3 Kurang fleksibel dan kurang lunak
4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses
6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten
7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri
Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri
1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari
2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati
3 Fleksibel dan lunak
4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya
6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses
15
7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil
8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri
Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-
esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan
Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan
peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang
dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat
berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)
Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu
dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh
prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga
melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada
kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok
diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi
adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi
seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu
harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan
iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek
kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada
di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks
organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota
organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis
organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner
amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup
signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki
self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan
sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih
tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan
Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan
16
materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan
kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal
Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah
kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka
cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa
mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut
(Greenberg 2005)
IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem
Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan
bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya
serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika
individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka
Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)
daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong
OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta
membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas
yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)
Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat
meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan
peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks
penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan
karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang
baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji
turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi
sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian
berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian
berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang
lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang
menjatuhkan self-esteemnya
17
Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE
berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational
citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan
Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan
mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai
intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam
organisasi
Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi
cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga
berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu
mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem
karyawan yaitu dengan
1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status
dan kontribusi individu
2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai
dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu
3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari
kepercayaan
4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan
memberi penghargaan pada keberhasilan
Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk
meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu
1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa
diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian
unik mereka
2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan
pujilah mereka sesuai dengan hal itu
18
3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika
harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada
mereka
4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan
untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang
menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya
Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE
memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu
1 merasa diterima dalam organisasi
2 merasa aman dalam organisasi
3 merasa berkompeten dalam organisasi
4 merasa berpengaruh dalam organisasi
5 merasa penting bagi organisasi
6 rasa berharga bagi organisasi
7 merasa berkembang dalam organisasi
Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini
IICEtos Kerja dalam Islam
Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan
ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat
menekankan arti penting diantaranya
Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)
19
ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun
berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak
akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135
IIC1Konsep Kerja dalam Islam
Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu
sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat
penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu
merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat
kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam
bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan
keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus
menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan
yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat
sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang
menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan
negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang
digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang
tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu
bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik
lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu
sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta
menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al
Mursquominun 1 ndash 11)
Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin
20
kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-
hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak
heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan
mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa
melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang
diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat
dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali
mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal
dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka
kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam
keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan
betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan
dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan
bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan
Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan
yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang
banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang
dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji
Allah
IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridaan Allah SWT
Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu
Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai
21
Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan
cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu
beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para
sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun
menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu
adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah
lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)
Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah
ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya
Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya
Allah SWT berfirman
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah
apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula
ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap
kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama
Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia
teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi
gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya
bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW
adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk
melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan
yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka
22
beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-
peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu
Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu
tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal
menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru
(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik
permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian
Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala
memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-
negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu
menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan
setumpuk masalah lainnya
Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul
memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi
perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya
Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik
membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau
tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat
perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat
bercanda dan menjahit sendiri bajunya
Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria
Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
23
senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah
Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman
dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman
Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai
usia 37 tahun
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu
yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling
berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling
lainnya
IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan
Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya
Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan
yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas
Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda
Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah
sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus
Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas
Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim
yang solid yang percaya pada cita-cita bersama
24
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
dalam Anoraga 1992) Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja
dan menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi
IIB ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
IIB1 Pengertian Organization-Based Self-esteem
Secara sederhana self-esteem diartikan sebagai proses evaluasi diri seseorang baik dalam
cara yang positif maupun negatif (Greenberg 2005)
Hogg amp Vaughan (2002) mendefinisikan self-esteem sebagai evaluasi dan perasaan
tentang diri pribadi
Kreitner amp Kinicki (2000) mendefinisikan istilah self-esteem sebagai suatu keyakinan
nilai diri sendiri yang didasarkan pada evaluasi diri secara keseluruhan
Rosenberg (dalam Kernis 1995) dan para ahli lainnya telah membandingkan self-esteem
dengan sikap dan menemukan bahwa self-esteem memiliki komponen afektif dan
kognitif Komponen kognitif mengacu pada keyakinan individu tentang keberhargaan
dirinya
Tory Higgins (dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) mengajukan dua tipe diri
potensial yang menempati konsep diri kita yaitu Ideal-Self dan Ought- Self Ideal-self
mengacu kepada konsep diri yang ingin dicapai individu sedangkan ought-self adalah
konsep diri yang sebenarnya hadir Ketika kesenjangan antara ideal-self dan ought-self
ini terlalu besar maka akan timbullah perasaan yang tidak menyenangkan suatu kondisi
yang dihindari oleh setiap orang Setiap orang selalu berusaha memperoleh perasaan
yang menyenangkan tentang dirinya Biasanya tuntutan perasaan positif ini
menimbulkan over-estimasi terhadap evaluasi mengenai nilai-nilai baik seseorang
13
kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki
penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting
daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)
Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan
tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan
Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik
yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan
karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg
dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-
esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang
sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya
selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan
sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku
kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu
yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut
cenderung akan menampilkan sikap agresif
Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh
dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi
Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya
memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga
diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif
Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah
menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif
Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem
rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada
peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan
14
harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam
Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-
esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang
dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya
seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil
menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang
serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat
labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil
didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem
yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya
tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang
berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa
superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal
Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum
individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri
1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan
2 Stabil secara emosi dan afektif
3 Kurang fleksibel dan kurang lunak
4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses
6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten
7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri
Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri
1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari
2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati
3 Fleksibel dan lunak
4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya
6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses
15
7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil
8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri
Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-
esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan
Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan
peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang
dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat
berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)
Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu
dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh
prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga
melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada
kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok
diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi
adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi
seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu
harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan
iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek
kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada
di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks
organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota
organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis
organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner
amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup
signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki
self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan
sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih
tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan
Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan
16
materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan
kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal
Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah
kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka
cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa
mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut
(Greenberg 2005)
IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem
Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan
bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya
serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika
individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka
Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)
daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong
OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta
membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas
yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)
Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat
meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan
peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks
penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan
karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang
baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji
turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi
sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian
berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian
berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang
lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang
menjatuhkan self-esteemnya
17
Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE
berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational
citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan
Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan
mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai
intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam
organisasi
Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi
cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga
berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu
mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem
karyawan yaitu dengan
1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status
dan kontribusi individu
2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai
dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu
3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari
kepercayaan
4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan
memberi penghargaan pada keberhasilan
Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk
meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu
1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa
diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian
unik mereka
2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan
pujilah mereka sesuai dengan hal itu
18
3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika
harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada
mereka
4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan
untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang
menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya
Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE
memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu
1 merasa diterima dalam organisasi
2 merasa aman dalam organisasi
3 merasa berkompeten dalam organisasi
4 merasa berpengaruh dalam organisasi
5 merasa penting bagi organisasi
6 rasa berharga bagi organisasi
7 merasa berkembang dalam organisasi
Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini
IICEtos Kerja dalam Islam
Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan
ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat
menekankan arti penting diantaranya
Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)
19
ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun
berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak
akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135
IIC1Konsep Kerja dalam Islam
Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu
sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat
penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu
merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat
kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam
bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan
keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus
menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan
yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat
sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang
menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan
negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang
digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang
tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu
bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik
lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu
sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta
menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al
Mursquominun 1 ndash 11)
Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin
20
kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-
hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak
heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan
mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa
melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang
diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat
dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali
mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal
dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka
kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam
keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan
betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan
dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan
bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan
Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan
yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang
banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang
dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji
Allah
IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridaan Allah SWT
Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu
Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai
21
Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan
cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu
beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para
sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun
menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu
adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah
lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)
Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah
ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya
Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya
Allah SWT berfirman
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah
apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula
ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap
kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama
Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia
teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi
gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya
bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW
adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk
melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan
yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka
22
beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-
peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu
Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu
tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal
menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru
(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik
permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian
Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala
memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-
negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu
menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan
setumpuk masalah lainnya
Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul
memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi
perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya
Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik
membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau
tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat
perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat
bercanda dan menjahit sendiri bajunya
Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria
Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
23
senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah
Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman
dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman
Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai
usia 37 tahun
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu
yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling
berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling
lainnya
IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan
Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya
Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan
yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas
Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda
Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah
sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus
Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas
Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim
yang solid yang percaya pada cita-cita bersama
24
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
kemampuannya dalam mengatasi situasi atau kejadian atau terlalu optimis Memiliki
penilaian yang akurat tentang diri memang penting tetapi sepertinya tidak lebih penting
daripada perasaan positif seseorang tentang dirinya (Hogg amp Vaughan 2002)
Gambaran diri yang positif dan self-esteem yang berhubungan dengannya merupakan
tujuan penting untuk kebanyakan orang setiap waktu Hal ini menunjukkan temuan
Rosenberg mengenai komponen afektif pada self-esteem Harga diri yang tinggi baik
yang realistis maupun yang tidak merupakan suatu hal yang menyenangkan dan
karenanya banyak ahli menganggapnya sebagai tujuan manusia yang utama (Rosenberg
dalam Deaux Dane Wrightsman 1993) Kita cenderung menduga bahwa unsur self-
esteem yang tinggi akan menghasilkan perilaku positif yang menandakan individu yang
sehat secara psikologis Tetapi banyak studi yang menemukan bahwa tidak selamanya
selfesteem yang tinggi menghasilkan individu yang percaya diri dan tidak menampilkan
sikap permusuhan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan perilaku
kekerasan yang dapat dikaitkan dengan harga diri yang tinggi dimana ketika individu
yang memiliki gambaran diri yang menyenangkan merasa terancam individu tersebut
cenderung akan menampilkan sikap agresif
Kernis (dalam Hogg amp Vaughan 2002) juga menemukan individu yang arogan angkuh
dan terlalu asertif diantara orang-orang dengan harga diri yang tinggi
Rhodewalt (dalam Hogg amp Vaughan 2002) menemukan individu yang pada dasarnya
memiliki harga diri tinggi yang mudah hilang dikenal dengan individu narsistik Harga
diri yang rendah tidak selamanya juga memiliki konsekuensi negatif
Baumeister (dalam Kernis 1995) menemukan individu yang self-esteemnya rendah
menampilkan karakter tidak pasti namun netral daripada karakter negatif
Swann Pelham amp Krull (dalam Kernis 1995) menemukan individu dengan selfesteem
rendah memiliki strategi pertahanan diri tertentu yang cenderung berorientasi pada
peningkatan diri Untuk dapat menjelaskan fenomena yang beragam terkait dengan
14
harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam
Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-
esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang
dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya
seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil
menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang
serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat
labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil
didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem
yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya
tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang
berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa
superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal
Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum
individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri
1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan
2 Stabil secara emosi dan afektif
3 Kurang fleksibel dan kurang lunak
4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses
6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten
7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri
Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri
1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari
2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati
3 Fleksibel dan lunak
4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya
6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses
15
7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil
8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri
Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-
esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan
Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan
peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang
dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat
berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)
Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu
dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh
prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga
melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada
kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok
diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi
adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi
seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu
harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan
iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek
kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada
di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks
organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota
organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis
organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner
amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup
signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki
self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan
sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih
tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan
Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan
16
materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan
kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal
Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah
kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka
cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa
mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut
(Greenberg 2005)
IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem
Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan
bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya
serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika
individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka
Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)
daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong
OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta
membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas
yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)
Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat
meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan
peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks
penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan
karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang
baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji
turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi
sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian
berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian
berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang
lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang
menjatuhkan self-esteemnya
17
Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE
berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational
citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan
Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan
mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai
intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam
organisasi
Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi
cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga
berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu
mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem
karyawan yaitu dengan
1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status
dan kontribusi individu
2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai
dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu
3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari
kepercayaan
4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan
memberi penghargaan pada keberhasilan
Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk
meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu
1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa
diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian
unik mereka
2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan
pujilah mereka sesuai dengan hal itu
18
3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika
harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada
mereka
4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan
untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang
menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya
Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE
memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu
1 merasa diterima dalam organisasi
2 merasa aman dalam organisasi
3 merasa berkompeten dalam organisasi
4 merasa berpengaruh dalam organisasi
5 merasa penting bagi organisasi
6 rasa berharga bagi organisasi
7 merasa berkembang dalam organisasi
Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini
IICEtos Kerja dalam Islam
Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan
ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat
menekankan arti penting diantaranya
Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)
19
ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun
berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak
akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135
IIC1Konsep Kerja dalam Islam
Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu
sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat
penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu
merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat
kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam
bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan
keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus
menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan
yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat
sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang
menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan
negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang
digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang
tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu
bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik
lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu
sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta
menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al
Mursquominun 1 ndash 11)
Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin
20
kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-
hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak
heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan
mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa
melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang
diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat
dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali
mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal
dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka
kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam
keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan
betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan
dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan
bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan
Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan
yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang
banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang
dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji
Allah
IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridaan Allah SWT
Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu
Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai
21
Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan
cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu
beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para
sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun
menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu
adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah
lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)
Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah
ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya
Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya
Allah SWT berfirman
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah
apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula
ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap
kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama
Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia
teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi
gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya
bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW
adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk
melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan
yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka
22
beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-
peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu
Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu
tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal
menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru
(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik
permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian
Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala
memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-
negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu
menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan
setumpuk masalah lainnya
Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul
memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi
perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya
Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik
membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau
tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat
perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat
bercanda dan menjahit sendiri bajunya
Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria
Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
23
senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah
Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman
dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman
Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai
usia 37 tahun
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu
yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling
berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling
lainnya
IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan
Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya
Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan
yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas
Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda
Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah
sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus
Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas
Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim
yang solid yang percaya pada cita-cita bersama
24
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
harga diri yang tinggi dan rendah seperti yang telah dibahas diatas Deci amp Ryan (dalam
Kernis 1995) mengajukan dua jenis harga diri yaitu contingent self-esteem dan true self-
esteem Contingent self-esteem mengacu pada perasaan tentang diri seseorang yang
dihasilkan oleh ndash dan bergantung pada ndash pencapaian harapan seseorang Misalnya
seseorang merasa dirinya adalah orang yang baik dan berharga jika ia berhasil
menyelesaikan suatu tugas Jika ia terus dapatn menyelesaikan tugas berikutnya yang
serupa maka ia akan terus memiliki harga diri yang tinggi Artinya harga diri ini bersifat
labil dan hanya berpusat pada kepentingan pribadi True self-esteem bersifat lebih stabil
didasari oleh perasaan yang kuat tentang diri pribadi Individu dengan true self-esteem
yang tinggi juga memiliki tujuan dan aspirasi dan akan merasa senang bila tujuannya
tercapai atau sedih bila tidak tercapai Tetapi perasaan mereka sebagai manusia yang
berharga tidak berfluktuasi bergantung pada pencapaian sehingga mereka tidak merasa
superior ketika berhasil ataupun tertekan ketika gagal
Berdasarkan penulisan Baumeister (dalam Hogg amp Vaughan 2002) secara umum
individu dengan karakteristik self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri
1 Gigih dan ulet dalam menghadapi masa depan
2 Stabil secara emosi dan afektif
3 Kurang fleksibel dan kurang lunak
4 Tidak mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Bereaksi positif pada kehidupan yang menyenangkan dan sukses
6 Memiliki konsep diri yang stabil teliti dan konsisten
7 Berorientasi motivasi pada peningkatan diri
Sedangkan individu dengan self-esteem rendah memiliki ciri-ciri
1 Mudah terluka pada tekanan yang ditemui sehari-hari
2 Mudah berubah dalam afeksi dan suasana hati
3 Fleksibel dan lunak
4 Mudah dibujuk dan dipengaruhi
5 Menginginkan kesuksesan dan persetujuan tetapi ragu-ragu akan memperolehnya
6 Bereaksi negatif terhadap kehidupan yang menyenangkan dan sukses
15
7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil
8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri
Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-
esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan
Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan
peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang
dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat
berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)
Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu
dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh
prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga
melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada
kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok
diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi
adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi
seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu
harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan
iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek
kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada
di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks
organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota
organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis
organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner
amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup
signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki
self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan
sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih
tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan
Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan
16
materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan
kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal
Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah
kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka
cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa
mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut
(Greenberg 2005)
IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem
Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan
bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya
serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika
individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka
Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)
daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong
OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta
membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas
yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)
Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat
meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan
peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks
penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan
karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang
baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji
turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi
sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian
berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian
berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang
lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang
menjatuhkan self-esteemnya
17
Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE
berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational
citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan
Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan
mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai
intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam
organisasi
Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi
cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga
berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu
mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem
karyawan yaitu dengan
1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status
dan kontribusi individu
2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai
dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu
3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari
kepercayaan
4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan
memberi penghargaan pada keberhasilan
Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk
meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu
1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa
diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian
unik mereka
2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan
pujilah mereka sesuai dengan hal itu
18
3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika
harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada
mereka
4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan
untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang
menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya
Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE
memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu
1 merasa diterima dalam organisasi
2 merasa aman dalam organisasi
3 merasa berkompeten dalam organisasi
4 merasa berpengaruh dalam organisasi
5 merasa penting bagi organisasi
6 rasa berharga bagi organisasi
7 merasa berkembang dalam organisasi
Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini
IICEtos Kerja dalam Islam
Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan
ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat
menekankan arti penting diantaranya
Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)
19
ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun
berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak
akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135
IIC1Konsep Kerja dalam Islam
Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu
sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat
penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu
merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat
kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam
bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan
keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus
menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan
yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat
sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang
menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan
negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang
digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang
tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu
bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik
lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu
sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta
menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al
Mursquominun 1 ndash 11)
Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin
20
kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-
hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak
heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan
mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa
melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang
diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat
dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali
mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal
dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka
kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam
keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan
betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan
dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan
bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan
Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan
yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang
banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang
dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji
Allah
IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridaan Allah SWT
Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu
Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai
21
Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan
cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu
beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para
sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun
menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu
adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah
lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)
Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah
ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya
Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya
Allah SWT berfirman
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah
apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula
ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap
kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama
Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia
teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi
gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya
bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW
adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk
melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan
yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka
22
beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-
peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu
Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu
tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal
menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru
(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik
permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian
Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala
memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-
negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu
menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan
setumpuk masalah lainnya
Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul
memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi
perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya
Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik
membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau
tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat
perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat
bercanda dan menjahit sendiri bajunya
Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria
Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
23
senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah
Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman
dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman
Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai
usia 37 tahun
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu
yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling
berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling
lainnya
IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan
Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya
Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan
yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas
Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda
Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah
sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus
Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas
Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim
yang solid yang percaya pada cita-cita bersama
24
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
7 Memiliki konsep diri yang sederhana dan tidak stabil
8 Orientasi motivasi pada perlindungan diri
Terdapat beberapa tipe self-esteem yang telah dibahas para ahli diantaranya global self-
esteem yaitu persepsi individu mengenai keberhargaan dirinya secara keseluruhan
Kemudian dikenal juga role-based self-esteem yaitu harga diri dikaitkan dengan
peranan atau posisi seseorang Ada juga task-based self-esteem yaitu harga diri yang
dikaitkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas Self-esteem sangat
berhubungan dengan identitas sosial seseorang (Hogg amp Vaughan 2002)
Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri yang berasal dari keanggotaan individu
dalam kelompok sosial Ketika individu mengevaluasi dirinya ia dipengaruhi oleh
prestise dan status dalam suatu kelompok masyarakat yang dipersepsikannya juga
melekat pada dirinya jika ia menganggap dirinya bagian dari atau berorientasi kepada
kelompok masyarakat tertentu Penilaian ini juga akan dibandingkan dengan kelompok
diluar kelompok masyarakat yang dipersepsikannya sebagai kelompoknya Organisasi
adalah suatu kelompok masyarakat yang tentunya dapat memberikan pengaruh bagi
seseorang dalam menilai dirinya Menjadi bagian dari suatu organisasi maka individu
harus tunduk pada aturan kebiasaan norma serta menyesuaikan diri dengan budaya dan
iklim organisasi Organisasi memiliki tujuan dan cita-cita yang menjiwai setiap aspek
kehidupan organisasi sehingga secara otomatis mempengaruhi setiap individu yang ada
di dalamnya Dari pemahaman ini muncullah kajian tentang harga diri dalam konteks
organisasi Nilai yang dimiliki oleh seorang individu atas dirinya sebagai anggota
organisasi yang bertindak dalam konteks organisasi disebut harga diri berbasis
organisasi atau Organization-based Self-esteem yang disingkat dengan OBSE (Kreitner
amp Kinicki 2000) Dalam konteks organisasi pengaruh self-esteem yang cukup
signifikan telah terlihat melalui berbagai penemuan Misalnya individu yang memiliki
self-esteem yang tinggi cenderung lebih sukses dalam upaya menemukan pekerjaan
sedangkan individu dengan self-esteem yang rendah bila dipekerjakan akan lebih
tertarik pada organisasi yang besar dimana posisi mereka tidak terlalu diperhatikan
Pekerja dengan self-esteem yang tinggi cenderung secara aktif berusaha menemukan
16
materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan
kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal
Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah
kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka
cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa
mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut
(Greenberg 2005)
IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem
Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan
bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya
serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika
individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka
Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)
daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong
OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta
membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas
yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)
Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat
meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan
peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks
penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan
karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang
baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji
turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi
sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian
berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian
berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang
lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang
menjatuhkan self-esteemnya
17
Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE
berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational
citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan
Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan
mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai
intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam
organisasi
Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi
cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga
berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu
mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem
karyawan yaitu dengan
1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status
dan kontribusi individu
2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai
dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu
3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari
kepercayaan
4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan
memberi penghargaan pada keberhasilan
Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk
meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu
1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa
diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian
unik mereka
2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan
pujilah mereka sesuai dengan hal itu
18
3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika
harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada
mereka
4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan
untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang
menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya
Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE
memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu
1 merasa diterima dalam organisasi
2 merasa aman dalam organisasi
3 merasa berkompeten dalam organisasi
4 merasa berpengaruh dalam organisasi
5 merasa penting bagi organisasi
6 rasa berharga bagi organisasi
7 merasa berkembang dalam organisasi
Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini
IICEtos Kerja dalam Islam
Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan
ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat
menekankan arti penting diantaranya
Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)
19
ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun
berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak
akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135
IIC1Konsep Kerja dalam Islam
Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu
sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat
penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu
merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat
kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam
bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan
keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus
menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan
yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat
sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang
menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan
negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang
digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang
tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu
bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik
lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu
sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta
menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al
Mursquominun 1 ndash 11)
Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin
20
kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-
hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak
heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan
mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa
melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang
diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat
dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali
mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal
dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka
kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam
keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan
betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan
dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan
bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan
Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan
yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang
banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang
dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji
Allah
IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridaan Allah SWT
Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu
Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai
21
Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan
cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu
beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para
sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun
menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu
adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah
lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)
Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah
ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya
Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya
Allah SWT berfirman
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah
apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula
ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap
kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama
Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia
teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi
gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya
bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW
adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk
melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan
yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka
22
beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-
peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu
Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu
tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal
menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru
(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik
permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian
Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala
memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-
negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu
menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan
setumpuk masalah lainnya
Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul
memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi
perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya
Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik
membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau
tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat
perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat
bercanda dan menjahit sendiri bajunya
Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria
Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
23
senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah
Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman
dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman
Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai
usia 37 tahun
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu
yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling
berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling
lainnya
IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan
Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya
Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan
yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas
Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda
Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah
sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus
Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas
Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim
yang solid yang percaya pada cita-cita bersama
24
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
materi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah pekerjaan dan menggunakan
kemampuan serta keahlian mereka secara penuh sehingga hasil kerjanya lebih maksimal
Cukup menarik untuk diperhatikan bahwa individu dengan self-esteem rendah
kelihatannya sadar dengan kemungkinan mereka memberikan hasil yang buruk Mereka
cenderung menilai dirinya secara negatif (khususnya ketika penilaian terhadap performa
mereka ambigu) dan pada dasarnya bertanggungjawab terhadap hasil buruk tersebut
(Greenberg 2005)
IIB2 Aspek-aspek Organization-based Self-esteem
Dalam konteks organisasi penilaian seseorang terhadap dirinya terkait dengan
bagaimana kondisi organisasi secara struktural kerumitan pekerjaan yang dihadapinya
serta adanya penghargaan dari pihak managerial OBSE cenderung meningkat ketika
individu mempersepsikan bahwa atasan mereka memiliki suatu kepedulian pada mereka
Nilainya juga lebih tinggi pada organisasi dengan struktur yang organik (fleksibel)
daripada yang kaku (Birokratis) Pekerjaan yang rumit dan menantang juga mendorong
OBSE yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang sederhana berulang-ulang serta
membosankan Dan faktor-faktor ini juga berhubungan dengan motivasi untuk tugas
yang lebih besar (Kreitner amp Kinicki 2000)
Tan Kim Sek (2003) menemukan bahwa metode sosialisasi yang efektif dapat
meningkatkan kompetensi pekerja dalam menyelesaikan tugasnya terkait dengan
peranannya dalam organisasi yang akan meningkatkan OBSE-nya Dalam konteks
penulisan ini taktik sosialisasi yang digunakan adalah perencanaan pengembangan
karier interaksi yang positif dengan rekan kerja dan interaksi positif dengan pendatang
baru di organisasi Gardner Dyne amp Pierce (2004) menemukan bahwa tingkatan gaji
turut mempengaruhi rasa berharga seorang individu sebagai anggota organisasi
sehingga mereka menyarankan organisasi mempertimbangkan sistem penggajian
berbasis kompetensi Namun mereka juga mengindikasikan bahwa sistem penggajian
berbasis kompetensi tetap memiliki resiko dimana individu dengan tingkat gaji yang
lebih rendah dapat menganggap dirinya kurang berkompeten sehingga berpeluang
menjatuhkan self-esteemnya
17
Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE
berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational
citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan
Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan
mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai
intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam
organisasi
Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi
cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga
berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu
mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem
karyawan yaitu dengan
1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status
dan kontribusi individu
2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai
dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu
3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari
kepercayaan
4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan
memberi penghargaan pada keberhasilan
Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk
meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu
1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa
diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian
unik mereka
2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan
pujilah mereka sesuai dengan hal itu
18
3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika
harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada
mereka
4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan
untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang
menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya
Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE
memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu
1 merasa diterima dalam organisasi
2 merasa aman dalam organisasi
3 merasa berkompeten dalam organisasi
4 merasa berpengaruh dalam organisasi
5 merasa penting bagi organisasi
6 rasa berharga bagi organisasi
7 merasa berkembang dalam organisasi
Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini
IICEtos Kerja dalam Islam
Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan
ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat
menekankan arti penting diantaranya
Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)
19
ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun
berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak
akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135
IIC1Konsep Kerja dalam Islam
Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu
sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat
penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu
merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat
kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam
bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan
keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus
menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan
yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat
sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang
menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan
negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang
digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang
tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu
bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik
lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu
sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta
menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al
Mursquominun 1 ndash 11)
Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin
20
kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-
hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak
heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan
mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa
melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang
diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat
dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali
mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal
dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka
kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam
keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan
betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan
dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan
bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan
Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan
yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang
banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang
dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji
Allah
IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridaan Allah SWT
Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu
Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai
21
Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan
cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu
beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para
sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun
menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu
adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah
lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)
Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah
ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya
Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya
Allah SWT berfirman
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah
apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula
ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap
kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama
Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia
teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi
gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya
bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW
adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk
melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan
yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka
22
beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-
peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu
Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu
tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal
menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru
(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik
permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian
Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala
memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-
negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu
menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan
setumpuk masalah lainnya
Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul
memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi
perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya
Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik
membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau
tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat
perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat
bercanda dan menjahit sendiri bajunya
Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria
Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
23
senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah
Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman
dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman
Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai
usia 37 tahun
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu
yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling
berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling
lainnya
IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan
Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya
Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan
yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas
Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda
Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah
sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus
Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas
Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim
yang solid yang percaya pada cita-cita bersama
24
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
Dalam studi replikasinya Tang amp Gilbert (1992) menemukan bahwa OBSE
berhubungan dengan global self-esteem need for achievement organizational
citizenship komitmen organisasi motivasi untuk meningkatkan potensi dan pendidikan
Status subyek dalam organisasi tidak berhubungan dengan OBSE Intinya penemuan
mereka menampilkan hubungan antara OBSE dengan banyak variabel yang bernilai
intrinsik tentang perasaan subyektif pekerja dalam
organisasi
Kreitner amp Kinicki (2000) menyebutkan ciri-ciri individu dengan nilai OBSE yang tinggi
cenderung memandang diri mereka sendiri sebagai seorang yang penting berharga
berpengaruh dan berarti dalam konteks organisasi yang mempekerjakannya Untuk itu
mereka menyarankan agar organisasi melakukan upaya untuk membangun self-esteem
karyawan yaitu dengan
1 Mendukung dan menunjukkan kepedulian pada persoalan kepentingan status
dan kontribusi individu
2 Menawarkan pekerjaan yang memiliki variasi otonomi dan tantangan yang sesuai
dengan nilai-nilai keahlian dan kemampuan individu
3 Berjuang untuk membangun ikatan antara karyawan dan manajemen didasari
kepercayaan
4 Menunjukkan keyakinan terhadap kemampuan pengendalian pribadi dan
memberi penghargaan pada keberhasilan
Greenberg (2005) juga memiliki empat point penting yang disarankannya untuk
meningkatkan self-esteem individu dalam organisasi yaitu
1 Buatlah orang merasa berharga ciptakan kesempatan bagi individu untuk merasa
diterima dengan mencari cara untuk memanfaatkan pengalaman dan keahlian
unik mereka
2 Buatlah orang merasa kompeten kenali hal-hal baik yang dilakukan individu dan
pujilah mereka sesuai dengan hal itu
18
3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika
harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada
mereka
4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan
untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang
menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya
Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE
memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu
1 merasa diterima dalam organisasi
2 merasa aman dalam organisasi
3 merasa berkompeten dalam organisasi
4 merasa berpengaruh dalam organisasi
5 merasa penting bagi organisasi
6 rasa berharga bagi organisasi
7 merasa berkembang dalam organisasi
Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini
IICEtos Kerja dalam Islam
Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan
ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat
menekankan arti penting diantaranya
Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)
19
ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun
berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak
akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135
IIC1Konsep Kerja dalam Islam
Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu
sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat
penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu
merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat
kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam
bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan
keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus
menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan
yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat
sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang
menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan
negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang
digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang
tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu
bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik
lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu
sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta
menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al
Mursquominun 1 ndash 11)
Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin
20
kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-
hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak
heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan
mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa
melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang
diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat
dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali
mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal
dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka
kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam
keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan
betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan
dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan
bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan
Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan
yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang
banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang
dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji
Allah
IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridaan Allah SWT
Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu
Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai
21
Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan
cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu
beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para
sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun
menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu
adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah
lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)
Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah
ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya
Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya
Allah SWT berfirman
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah
apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula
ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap
kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama
Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia
teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi
gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya
bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW
adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk
melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan
yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka
22
beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-
peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu
Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu
tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal
menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru
(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik
permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian
Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala
memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-
negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu
menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan
setumpuk masalah lainnya
Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul
memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi
perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya
Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik
membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau
tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat
perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat
bercanda dan menjahit sendiri bajunya
Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria
Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
23
senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah
Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman
dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman
Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai
usia 37 tahun
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu
yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling
berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling
lainnya
IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan
Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya
Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan
yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas
Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda
Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah
sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus
Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas
Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim
yang solid yang percaya pada cita-cita bersama
24
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
3 Buatlah orang merasa aman harga diri karyawan akan lebih meningkat ketika
harapan para manager tersampaikan dengan jelas dan terangterangan pada
mereka
4 Buatlah orang merasa mendapatkan wewenang individu diberikan kesempatan
untuk memutuskan bagaimana mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang
menurut mereka baik bagi mereka dan pekerjaannya
Dari berbagai penulisan dan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa OBSE
memiliki beberapa aspek (Kreitner amp Kinicki 2000 Greenberg 2005) yaitu
1 merasa diterima dalam organisasi
2 merasa aman dalam organisasi
3 merasa berkompeten dalam organisasi
4 merasa berpengaruh dalam organisasi
5 merasa penting bagi organisasi
6 rasa berharga bagi organisasi
7 merasa berkembang dalam organisasi
Aspek-aspek inilah yang akan menjadi indikator OBSE dalam penulisan ini
IICEtos Kerja dalam Islam
Menurut Ahmad (200116) Islam adalah agama yang menghargai kerja keras Kenyataan
ini dapat terlihat dari serangkaian firman Allah dalam Al- Quran yang sangat
menekankan arti penting diantaranya
Dan katakanlah Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan (QS At-Taubah 9 105)
19
ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun
berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak
akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135
IIC1Konsep Kerja dalam Islam
Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu
sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat
penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu
merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat
kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam
bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan
keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus
menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan
yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat
sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang
menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan
negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang
digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang
tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu
bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik
lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu
sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta
menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al
Mursquominun 1 ndash 11)
Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin
20
kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-
hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak
heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan
mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa
melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang
diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat
dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali
mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal
dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka
kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam
keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan
betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan
dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan
bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan
Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan
yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang
banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang
dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji
Allah
IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridaan Allah SWT
Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu
Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai
21
Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan
cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu
beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para
sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun
menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu
adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah
lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)
Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah
ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya
Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya
Allah SWT berfirman
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah
apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula
ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap
kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama
Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia
teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi
gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya
bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW
adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk
melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan
yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka
22
beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-
peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu
Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu
tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal
menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru
(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik
permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian
Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala
memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-
negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu
menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan
setumpuk masalah lainnya
Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul
memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi
perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya
Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik
membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau
tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat
perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat
bercanda dan menjahit sendiri bajunya
Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria
Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
23
senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah
Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman
dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman
Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai
usia 37 tahun
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu
yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling
berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling
lainnya
IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan
Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya
Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan
yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas
Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda
Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah
sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus
Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas
Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim
yang solid yang percaya pada cita-cita bersama
24
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
ldquo Katakanlah Hai kaumku berbuatlah sepenuh kemampuanmu sesungguhnya akupun
berbuat (pula) Kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik dari dunia ini Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak
akan mendapat keberuntunganrdquo QS Al Anrsquoam (6) 135
IIC1Konsep Kerja dalam Islam
Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya Dengan itu
sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat
penting serta patut untuk diberi perhatian Amalan atau pekerjaan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia juga ada yang lebih penting yaitu
merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akhirat
kelak apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya Istilah lsquokerjarsquo dalam Islam
bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan
keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam dari pagi hingga sore terus
menerus tak kenal lelah tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan
yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri keluarga dan masyarakat
sekelilingnya serta negara Dengan kata lain orang yang berkerja adalah mereka yang
menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri keluarga masyarakat dan
negara tanpa menyusahkan orang lain Oleh karena itu kategori ahli Syurga seperti yang
digambarkan dalam Al-Qurrsquoan bukanlah orang yang mempunyai pekerjaanjabatan yang
tinggi dalam suatu perusahaaninstansi sebagai manajer direktur teknisi dalam suatu
bengkel dan sebagainya Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik
lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah khusyu
sholatnya baik tutur katanya memelihara pandangan dan kemaluannya serta
menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al
Mursquominun 1 ndash 11)
Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai supir tukang sapu ataupun seorang yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin
20
kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-
hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak
heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan
mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa
melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang
diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat
dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali
mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal
dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka
kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam
keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan
betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan
dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan
bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan
Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan
yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang
banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang
dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji
Allah
IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridaan Allah SWT
Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu
Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai
21
Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan
cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu
beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para
sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun
menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu
adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah
lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)
Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah
ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya
Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya
Allah SWT berfirman
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah
apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula
ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap
kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama
Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia
teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi
gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya
bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW
adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk
melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan
yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka
22
beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-
peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu
Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu
tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal
menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru
(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik
permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian
Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala
memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-
negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu
menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan
setumpuk masalah lainnya
Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul
memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi
perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya
Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik
membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau
tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat
perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat
bercanda dan menjahit sendiri bajunya
Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria
Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
23
senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah
Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman
dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman
Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai
usia 37 tahun
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu
yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling
berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling
lainnya
IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan
Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya
Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan
yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas
Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda
Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah
sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus
Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas
Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim
yang solid yang percaya pada cita-cita bersama
24
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
kebaikan dan kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak Jika membaca hadits-
hadits Rasulullah SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah maka tidak
heran bahwa diantara mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan
mereka yang memelihara mata telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna tanpa
melakukan amalan sunnah yang banyak dan seumpamanyaDalam satu hadits yang
diriwayatkan oleh Umar ra berbunyi rsquoBahwa setiap amal itu bergantung pada niat
dan setiap individu itu dihitung berdasarkan apa yang diniatkannya helliprsquo
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda lsquo Binasalah orang-orang Islam kecuali
mereka yang berilmu Maka binasalah golongan berilmu kecuali mereka yang beramal
dengan ilmu mereka Dan binasalah golongan yang beramal dengan ilmu mereka
kecuali mereka yang ikhlas Sesungguhnya golongan yang ikhlas ini juga masih dalam
keadaan bahaya yang amat besar helliprsquo Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan
betapa niat yang disertai dengan keikhlasan itulah inti sebenarnya dalam kehidupan
dan pekerjaan manusia Alangkah baiknya kalau umat Islam hari ini dapat bergerak dan
bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu yaitu lsquomardatillahrsquo (keridhaan
Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan Dari situlah akan lahir nilai keberkahan
yang sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang
banyak dari Allah Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang
dalam ibadah ridha dengan kehidupan yang ditempuh serta optimis dengan janji-janji
Allah
IIC2Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridaan Allah SWT
Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari Ketika itu
Rasul melihat tangan Saad melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti
terpanggang matahari Kenapa tanganmu tanya Rasul kepada Saad Wahai
21
Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan
cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu
beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para
sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun
menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu
adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah
lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)
Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah
ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya
Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya
Allah SWT berfirman
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah
apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula
ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap
kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama
Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia
teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi
gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya
bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW
adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk
melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan
yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka
22
beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-
peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu
Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu
tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal
menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru
(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik
permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian
Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala
memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-
negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu
menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan
setumpuk masalah lainnya
Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul
memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi
perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya
Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik
membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau
tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat
perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat
bercanda dan menjahit sendiri bajunya
Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria
Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
23
senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah
Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman
dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman
Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai
usia 37 tahun
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu
yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling
berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling
lainnya
IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan
Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya
Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan
yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas
Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda
Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah
sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus
Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas
Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim
yang solid yang percaya pada cita-cita bersama
24
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
Rasulullah jawab Saad Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan
cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku Seketika itu
beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat
Rasulullah SAW Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas Para
sahabat kemudian bertanya Wahai Rasulullah andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah maka alangkah baiknya Mendengar itu Rasul pun
menjawab Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil itu
adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah
lanjut usia itu adalah fi sabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri
agar tidak meminta-minta itu juga fi sabilillah (HR Ath- Thabrani)
Bekerja adalah manifestasi amal saleh Bila kerja itu amal saleh maka kerja adalah
ibadah Dan bila kerja itu ibadah maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari
kerja Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya
Tidak berlebihan bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya
Allah SWT berfirman
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia sebelum mereka mengubah
apa yang ada pada dirinya (QS Ar-Rad [13] 11) Dalam ayat lain diungkapkan pula
ldquodan bahwasannya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannyardquo (QS Al- Najm [53] 39)
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap
kerja Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama
Demikian besarnya penghargaan beliau sampaisampai dalam kisah pertama manusia
teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi
gosong Rasulullah SAW dalam dua kisah tersebut memberikan motivasi pada umatnya
bahwa bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad Rasulullah SAW
adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk
melakukannya Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah teladan
yang baik bagi seluruh manusia Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami maka
22
beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-
peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu
Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu
tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal
menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru
(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik
permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian
Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala
memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-
negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu
menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan
setumpuk masalah lainnya
Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul
memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi
perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya
Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik
membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau
tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat
perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat
bercanda dan menjahit sendiri bajunya
Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria
Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
23
senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah
Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman
dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman
Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai
usia 37 tahun
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu
yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling
berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling
lainnya
IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan
Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya
Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan
yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas
Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda
Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah
sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus
Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas
Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim
yang solid yang percaya pada cita-cita bersama
24
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-
peran dalam hidupnya Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah SAW yaitu
Pertama sebagai rasul Peran ini beliau jalani selama 23 tahun Dalam kurun waktu
tersebut beliau harus berdakwah menyebarkan Islam menerima menghapal
menyampaikan dan menjelaskan tak kurang dari 6666 ayat Alquran menjadi guru
(pembimbing) bagi para sahabat dan menjadi hakim yang memutuskan berbagai pelik
permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian
Kedua sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen Tatkala
memegang posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-
negara sahabat Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu
menyatukan kaum Muslimin Nasrani dan Yahudi mengatur perekonomian dan
setumpuk masalah lainnya
Ketiga sebagai panglima perang Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul
memimpin pertempuran melawan kafir Quraisy Sebagai panglima perang beliau harus
mengorganisasi lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata Harus memikirkan strategi
perang persedian logistik keamanan transportasi kesehatan dan lainnya
Keempat sebagai kepala rumahtangga Dalam posisi ini Rasul harus mendidik
membahagiakan dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau
tujuh anak dan beberapa orang cucu Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat
perhatian terhadap keluarganya Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat
bercanda dan menjahit sendiri bajunya
Kelima sebagai seorang pebisnis Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam negeri yang saat ini meliputi Syria
Jordan dan Lebanon Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
23
senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah
Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman
dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman
Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai
usia 37 tahun
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu
yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling
berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling
lainnya
IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan
Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya
Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan
yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas
Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda
Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah
sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus
Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas
Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim
yang solid yang percaya pada cita-cita bersama
24
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
senior dalam perdagangan regional Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah
Khadijah binti Khuwailid yang kemudian melamarnya menjadi suami Afzalurrahman
dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000 5-12) mencatat bahwa
Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman
Oman dan Bahrain Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai
usia 37 tahun
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna bahkan menjadi yang terbaik Tak heran bila para ilmuwan baik itu
yang Muslim maupun non-Muslim menempatkan beliau sebagai orang yang paling
berpengaruh paling pemberani paling bijaksana paling bermoral dan sejumlah paling
lainnya
IIC3Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW
Pertama Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik profesional dan tidak asal-asalan
Beliau bersabda Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja
maka hendaklah meningkatkan kualitasnya
Kedua dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik perencanaan
yang jelas pentahapan aksi dan adanya penetapan skala prioritas
Ketiga Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan hendaknya dia mampu memanfaatkannya karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya demikian beliau bersabda
Keempat dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan Beliau adalah
sosok yang visioner sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus
Kelima Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas
Keenam Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim
yang solid yang percaya pada cita-cita bersama
24
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
Ketujuh Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu Tidak berlalu sedetik pun
waktu kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya Dan yang terakhir
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi Beliau bekerja untuk meraih
keridhaan Allah SWT Inilah kunci terpenting Semoga Allah SWT memberikan
kemampuan kepada kita untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW
25
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
BAB III
PEMBAHASAN
IIIA HUBUNGAN ANTARA ORGANIZATION-BASED SELF-ESTEEM
(OBSE) DAN ETOS KERJA
Untuk dapat meningkatkan Etos Kerja diperlukan adanya suatu sikap yang menilai
tinggi pada kerja keras dan sungguh-sungguh Karena itu perlu ditemukan suatu
dorongan yang tepat untuk memotivasi dan merubah sikap (Anoraga 1992) Seperti
yang sudah dipaparkan Anoraga sebelumnya bahwa motivasi merupakan kunci untuk
membangun Etos Kerja yang baik Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja kuat lemahnya motivasi kerja seseorang ikut menentukan
besar kecilnya prestasi seorang pekerja
Tujuan organisasi yang ditanamkan dalam visi misi filosofi dan mottoorganisasi
merupakan suatu nilai ideal yang harus dicapai individu Dengan proses yang tepat
organisasi berusaha menanamkan nilai-nilai ini pada para anggotanya
Nilai ideal yang dipersepsikan oleh anggota akan mempengaruhi penilaiannya terhadap
dirinya sehingga membentuk OBSE-nya Nilai-nilai ini ditanamkan oleh organisasi
dengan tujuan utama yaitu kinerja dan kualitas kerja yang meningkat
Kinerja dan kualitas kerja yang baik dapat dicapai dengan Etos Kerja yang baik maka
organisasi secara tidak langsung berusaha untuk meningkatkan Etos Kerja anggotanya
OBSE mempengaruhi beberapa aspek antara lain global self-esteemharga diri secara
keseluruhan kepuasan secara keseluruhan perilaku warga negara yang baik komitmen
dan kepuasan organisasi prestasi kerja dan terakhir adalah motivasi intrinsik (Kreitner
amp Kinicki 2000) Menurut Alderfer (dalam Siagian 1995) dengan teori motivasi ERG-
nya salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah faktor R (Relatedness) yaitu
kebutuhan akan pemenuhan rasa puas dalam berhubungan dengan keluarga teman
atasan bawahan dan rekan sekerja dimana hal ini melibatkan unsur cinta dan self-
esteem Dengan meningkatnya self-esteem pekerja yang didasarkan pada keberadaannya
sebagai bagian dari organisasi maka motivasinya secara intrinsic dalam bekerja
meningkat Herzberg (dalam Anoraga 1992) yang melakukan studi mengenai motivasi
26
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
kerja menyatakan faktor intrinsik dalam bekerja yang meliputi pencapaian sukses
pengakuan kemungkinan untuk meningkat dalam jabatan (karier) tanggung jawab
kemungkinan berkembang dan pekerjaan itu sendiri Dapat dilihat bahwa faktor-faktor
intrinsik ini merupakan aspek-aspek yang akan tergambar pada OBSE Faktor pengakuan
dapat dilihat pada persepsi tentang seberapa berharga dan pentingnya individu dalam
organisasi apakah ia merasa diterima sebagai anggota organisasi dan merasa aman
sebagai bagian dari organisasi
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dilihat bagaimana OBSE mempengaruhi
motivasi intrinsik seseorang untuk bekerja Ketika OBSE meningkat motivasi intrinsik
seseorang dalam bekerja turut meningkat maka seharusnya Etos Kerjanya akan
meningkat juga Artinya kebutuhan organisasi untuk mencapai hasil dan kinerja
organisasi yang lebih baik dapat dicapai salah satunya melalui upaya meningkatkan
OBSE pekerjanya
Penelitian lain yang telah dilakukan mengenai OBSE yaitu penelitian Lanford Roe
Carson amp Carson (1997) pada teknisi unit gawat darurat Mereka menemukan
peningkatan OBSE berpeluang meningkatkan komitmen terhadap karier menurunkan
kecenderungan menarik diri dari tugas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kualitas perlakuan Hal ini merupakan beberapa indikasi perilaku yang mencerminkan
Etos Kerja seperti yang dikatakan Sinamo (2005) yaitu bekerja dengan integritas
bekerja dengan penuh tanggung jawab bekerja dengan sempurna Secara umum dapat
dikatakan bahwa bila seseorang merasa berharga dalam organisasi dikarenakan berbagai
faktor ia akan cenderung memiliki motivasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan organisasi tersebut sehingga Etos Kerjanya akan lebih baik daripada
individu dengan OBSE-nya rendah
IIIA PENGARUH ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KINERJA SESEORANG
etos kerja islami yang didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh kinerja yang
ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Setidaknya etos kerja itu bersumber dan
27
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang dan menunjukkan pula
pandangan hidup yang mendarah daging untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga
etos kerja kerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang Dan dengan sikap
seperti ini seseorang yang memiliki etos akan berusaha untuk memenuhi harapannya
tersebut Sebab Etos kerja juga mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
yaitu suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging Seseorang akan merasakan
bahwa hanya dengan menghasilkan pekerjaan yang terbaik bahkan sempurna nilai-nilai
Islam yang diyakininya dapat diwujudkan
Dengan pengembangan kualitas yang ada dalam diri pribadi setiap manusia semua yang
dilaksanakan dapat terwujud sesuai nilai moral yang dimilikinya Karenanya etos kerja
bukanlah sekedar kepribadian atau sikap melainkan lebih mendalam lagi karena
didalamnya terdapat martabat harga diri dan jati diri dari seorang tersebut
Berkaitan dengan ini Ahmad (200117) menegaskan bahwa Islam tidak hanya
memerintahkan manusia hanya untuk sholat saja namun manusia juga diperintahkan
untuk mencari rezeki di bumi 1048755Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah1048755Dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Rezeki1048755 (QS Al Jumursquoah 10-11) Petikan-petikan ayat di atas sangatlah jelas
memperlihatkan pandangan Islam terhadap nilai kerja itu sendiri
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tasmara (200226) etos kerja islami menekankan
pada kerja sama dalam bekerja dan konsep konsultasi yang terlihat sebagai jalan untuk
mengatasi rintangan atau masalah dan menghindari kesalahan Hubungan sosial dalam
bekerja merupakan pendorong yang bertujuan untuk mempertemukan kebutuhan
seseorang dan membuat keseimbangan antara kebutuhan individu dan kehidupan sosial
Dan hal ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Jumursquoah 1048755Maka apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah serta banyaklah ingat kepada Allah agar kamu
beruntung1048755 (QS Al Jumursquoah 10) Jadi dalam ayat tersebut tersirat pesan yaitu
hendaknya kita beribadah sebagaimana diwajibkan namun kita juga harus bekerja
mencari rezeki dari kemurahan Allah Bersama dengan itu kita senantiasa ingat kepada-
Nya Yakni memenuhi semua ketentuan etis dan akhlaq dalam bekerja yaitu dengan
28
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
menyadari pengawasan dan perhitungan Allah terhadap setiap bentuk kerja kita Semua
perilaku manusia didasari prinsip rahman dan rahim dengan kesadaran penuh sebagai
rahmatan lil 1048755alamin integritas yang sangat tinggi karena merasa dirinya dilihat oleh
Allah bukan karena atasan atau sekedar upah belaka dan jabatan hanya dilihat sebagai
amanah Allah (Agustian 200152) Sikap ini akan mendorong suatu kreativitas tanpa
henti untuk menciptakan mutu pelayanan dan produk yang lebih berkualitas yang
dipandang dalam etos kerja islami
29
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini sebagai berikut
1 Sesuai dengan landasan teori yang telah dibahas sebelumnya dapat dikatakan
bahwa ketika Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seseorang meningkat
maka motivasinya untuk mencapai kinerja yang lebih baik di dalam organisasi
tersebut akan meningkat secara intrinsik (kreitner amp Kinicki 2000) sehingga
cara pandangnya terhadap nilai bekerja yang dikenal dengan konsep Etos Kerja
turut meningkat (Anoraga 1992)
2 Ketika nilai Organisation-Based Self-Esteem (OBSE) seorang individu rendah
belum tentu nilai Etos Kerjanya harus rendah pula karena selain faktor OBSE
masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi Etos Kerja seseorang
seperti yang telah dijelaskan pada bab dua seperti agama pendidikan sosial
budaya struktur ekonomi dan sebagainya Kualitas beragama unsur sosial
budaya dan kondisi ekonomi misalnya dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap nilai bekerja
3 etos kerja islami didasarkan pada Al-Qurrsquoan dan Hadits agar produktivitas kerja
karyawan dapat menunjang perkembangan ekonomi ummat serta pengaruh
kinerja yang ditunjukkan oleh karyawan itu sendiri Sehingga dapat terbentuk
etoskerja yang mempunyai makna nilai moral dan pemberdayaan diri
30
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
31