Post on 13-Jan-2017
STRATEGI PROGRAM PELAYANAN SOSIAL PENDIDIKAN
MELALUI CHARITY OF CHILDREN EDUCATION COMMUNITY
(CCE COMMUNITY) DI KEBAGUSAN JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Oleh:
Neneng Khaira Ummah
NIM: 108054100019
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
STRATEGI PROGRAM PELAYANAN SOSIAL MELALUI CCE COMMUNITY DI
KEBAGUSAN JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh
Neneng Khaira Ummah
NIM: 108054100019
Pembimbing
Ahmad Zaky, M. Si
NIP: 19771127 200710 1 001
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 03 Juni 2015
Neneng Khaira Ummah
i
ABSTRAK
Neneng Khaira Ummah
108054100019
Strategi Program Pelayanan Sosial Melalui Charity of Children Education (CCE
Community) di Kebagusan Jakarta Selatan
Kesejahteraan masyarakat Indonesia masih seringkali dilihat dari unsur finansial.
Semakin besar dan semakin tinggi pendapatan seseorang, dapat dikatakan semakin sejahtera
seseorang. Namun di samping itu masih dikatakan bahwa mayoritas penduduk negeri ini
adalah masyarakat menengah ke bawah yang masih serba kekurangan dan bertaruh dengan
kemiskinan. Salah satunya adalah pemulung. Pemulung adalah seseorang yang mempunyai
pekerjaan mengangkut sampah dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Pekerjaan pemulung
belum mempunyai penghasilan yang tetap dan memadai, cenderung selalu kekurangan. Di
Indonesia, pemulung diidentikkan dengan kemiskinan. Untuk kehidupan sehari-hari saja
mereka sulit terlebih jika ditambah dengan biaya sekunder seperti pendidikan. Banyak
Pemulung yang putus sekolah lantaran tidak mempunyai biaya untuk sekolah. Dengan
demikian tidak heran masih banyak pemulung yang tinggal di Jakarta namun masih
mempunyai kekurangan yaitu buta huruf. Dengan demikian diantara sebab sebab berikut
diadakanlah CCE Community dimana CCE mencoba memberi kemampuannya memberi
pendidikan secara cuma-cuma yang dikhususkan untuk warga Kebagusan, yang mana daerah
tersebut masih banyak para pemulung yang bermukim.
CCE memberi pendidikan seperti kegiatan Calistung untuk anak PAUD dan TK,
Kegiatan Calistung untuk Ibu-ibu dan Bapak-bapak, adapula Pelayanan Kesehatan, Sekolah
Paket, Pelatihan Kerajinan Tangan, dan Bakti Sosial. CCE didirikan tanggal 15 September
2012 dan berlapak di Kebagusan, CCE berupaya meningkatkan pendidikan akademik dan
juga pendidikan agama serta pendidikan moral.
Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif dimana penelitian
menggunakan beberapa cara seperti wawancara, observasi dan studi dokumen, yang mana
yang menjadi informan adalah para volunteer CCE dan warga Kebagusan.
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa, perubahan kepribadian yang signifikan
dari anak didik yang semula cuek dan pemalu menjadi suka menyapa, ceria dan rasa ingin
tahu serta rasa sosial mereka yang meningkat. Dilihat dari kompetensi Calistungpun
meningkat yang semula belum bisa menulis dan membaca, perlahan-perlahan mereka bisa
membaca. Dan juga kemampuan Agamanya seperti membaca Iqra, mereka sudah bisa fasih
membaca dan membedakan antara satu huruf dengan yang lainnya. Dilihat dari hasil
pelayanan kesehatan yang dilakukan, warga banyak yang menjadi mudah dalam
memeriksakan kesehatannya dan menjadi mudah dalam akses kesehatan melalui BPJS
Kesehatan. Sehingga warga tidak merasa bingung dan kesulitan.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirabbil Alamin, penulis ucapkan puji syukur ke Hadirat ALLAH SWT
yang telah memberikan penulis petunjuk, kesehatan dan juga kasih sayang-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan juga Junjungan besar Nabi Muhammad SAW
yang telah memperjuangkan perubahan kehidupan umat manusia dari zaman jahiliyah sampai
kepada zaman yang modern seperti sekarang ini.
Dengan adanya skripsi ini penulis yakin masih banyak sekali kekurangan yang ada
dalam skripsi ini, oleh karena itu penulis membutuhkan saran dan juga kritik dalam
memperbaiki skripsi ini.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih karena telah membimbing penulis hingga
bisa seperti menyelesaikan pendidikan di universitas ini kepada segenap jajaran:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi dan juga Wakil Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2. Ibu Siti Napsiyah, MSW, Sebagai Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial, yang
telah banyak menolong dan memudahkan penulis dan juga memberi banyak masukan,
saran dan petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di universitas
ini.
3. Bapak Ahmad Zaky, M. Si, Sebagai Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial
dan juga selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan
kesabaran, terima kasih juga atas segala bimbingan, petunjuk, dan masukan-
masukannya sehingga penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
iii
4. Ibu Dr. Fatmawati, M. A, selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
meluangkan waktu untuk penulis dalam skripsi ini.
5. Kepada seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan mata kuliah yang bermanfaat bagi masa depan penulis dan juga seluruh
Staf Karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah menolong dan
memudahkan penulis dalam pengerjaan skripsi ini.
6. Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Perpustakaan Utama, dan juga
Perpustakaan Umum Daerah Kuningan yang telah banyak menolong dalam
mencarikan buku-buku yang penulis butuhkan.
7. Orangtuaku tercinta Ibu Yomniza, S. Ag dan Bapak Maaduroji, S. Ag, yang telah
membesarkan dan mendidik penulis. Maaf selalu menyusahkan Umi dan Abi.
8. Kakakku yang aku sayangi Nashiruddin Muadz, S. Pd dan sang Istri Kakak Ipar yang
aku sayangi Agustin Dwigiarti, dan Juga Keponakanku tersayang yang imut Bilqis
Aulia Rizki, semoga tumbuh menjadi anak yang baik dan berguna untuk keluarga.
9. Adik-adikku yang paling tersayang dan terbaik Nurul Faizah, S. Psi dan Ahmad
Khoirul Umam, terima kasih telah menjadi adik yang baik dan terima kasih telah
menemani penulis ketika penulis sakit, terima kasih juga telah memberikan canda
tawa, suka duka dan perhatian yang besar kepada penulis.
10. Sahabat-sahabatku yang selalu mengisi hari-hariku dengan canda dan tawa, suka
maupun duka, terima kasih juga sudah mau menjadi tempat curhat yang baik buat
penulis, Ka Dita, Komariah, Ka Wahyu, Nilam, Ari, Anjas, Sarah, Ka Hikmah, Devi,
Fitri, Dinda, Nisa dan Dewi. Semoga Kalian Sukses!
11. Para Pemimpin CCE Community, Ka Adjeng Septi Wulandari, Ka Agustina Dwi
Handayani, Ka Wulan Sari Rahayu, Ka Arif Tirta, dan Ka Hadiansyah. Terima kasih
atas segala pengorbanan dan kesabaran kalian. Sukses juga untuk skripsi-skripsinya.
iv
12. Adik-adik dan Warga Kebagusan yang telah berbagi pengalamannya pada penulis,
semoga apa yang diharapkan dikabulkan oleh Allah SWT.
13. Teman-teman seperjuangan Kessos 2008. Dan teman-teman Kessos 2010-2013 yang
telah banyak menolong penulis.
14. Semua pihak yang telah banyak menolong penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Demikianlah pernyataan terima kasih dan permintaan maaf pula dari penulis jika ada
kesalahan yang tidak sengaja semoga amal ibadah kalian diterima ALLAH SWT dan semoga
selalu berada dalam Lindungan ALLAH SWT. Amin.
Jakarta, 03 Juni 2015
Neneng Khaira Ummah
108054100019
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................................................
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................
DAFTAR TABEL ......................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................... 8
1. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8
2. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 8
D. Metode Penelitian .................................................................................................. 9
1. Pendekatan Penelitian ................................................................................ 9
2. Macam dan Sumber Data ........................................................................ 10
3. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 11
4. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 13
5. Teknik Analisis Data ................................................................................. 14
6. Teknik Pengambilan Informan ............................................................... 15
E. Teknik Penulisan ................................................................................................. 16
F. Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 16
G. Sistematika Penulisan ......................................................................................... 17
BAB II LANDASAN TEORI
A. Strategi ................................................................................................................. 19
1. Pengertian Strategi .................................................................................. 19
B. Program ................................................................................................................ 20
vi
1. Pengertian Program ................................................................................. 20
C. Pendidikan ........................................................................................................... 21
1. Pengertian Pendidikan ............................................................................. 21
2. Dasar-Dasar Pendidikan .......................................................................... 23
3. Tujuan Pendidikan ................................................................................... 23
4. Proses Pendidikan .................................................................................... 24
5. Hakikat Pendidikan ................................................................................. 25
6. Pendidikan Sebagai Pelayanan Sosial .................................................... 29
D. Pelayanan Sosial .................................................................................................. 29
1. Pengertian Pelayanan Sosial ................................................................... 29
2. Optimalisasi Kontribusi Dalam Pelayaan Sosial ................................... 30
3. Mengembangkan Sistem Sosial yang Responsif .................................... 31
4. Pemanfaatan Institusi Sosial ................................................................... 32
5. Organisasi Masyarakat ............................................................................ 35
E. Anak ...................................................................................................................... 36
1. Pengertian Anak ....................................................................................... 36
2. Kebutuhan-kebutuhan yang Mendasar Untuk Anak ........................... 36
3. Hak Anak .................................................................................................. 38
4. Pendidikan Hak Anak .............................................................................. 39
F. Pemulung .............................................................................................................. 40
1. Pengertian Pemulung ............................................................................... 40
2. Aspek Pemulung ....................................................................................... 41
G. Intervensi Komunitas .......................................................................................... 42
1. Pengertian Intervensi Komunitas ........................................................... 42
2. Luas Lingkup Intervensi Komunitas ...................................................... 43
3. Beberapa Model Intervensi Komunitas ................................................. 45
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah Berdirinya CCE Community ............................................................... 47
B. Legalitas Hukum .................................................................................................. 51
vii
C. Visi dan Misi CCE Community ......................................................................... 52
D. Struktur Kepemimpinan CCE Community....................................................... 53
E. Volunteer CCE Community ............................................................................... 53
F. Data Anak Didik CCE Community ................................................................... 56
G. Fasilitas Kelas CCE Community ....................................................................... 57
H. Sistem Pendanaan CCE Community ................................................................ 57
I. Piagam Penghargaan CCE Community ............................................................. 58
BAB IV ANALISIS DATA DAN TEMUAN LAPANGAN
A. Strategi Program Pendidikan CCE Community .............................................. 60
B. Manfaat Adanya CCE Community Bagi Anak Didik dan
Warga Kebagusan ............................................................................................. 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 75
B. Saran ..................................................................................................................... 76
viii
DAFTAR TABEL
TABEL 1 : Tabel Data Volunteer CCE Community ........................................................................... 54
TABEL 2 : Daftar Data Anak Didik CCE Community ....................................................................... 56
ix
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 : Suasana Penerimaan Volunteer Baru ........................................................................... 55
GAMBAR 2 : Suasana pengajaran Calistung Kelas PAUD dan TK ................................................... 64
GAMBAR 3 : Suasana Pengajaran Calistung Ibu-ibu ......................................................................... 66
GAMBAR 4 : Suasana membuat Kerajinan Tangan ........................................................................... 68
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam al-Quran, masyarakat yang sejahtera dinamakan al-muflihun,
yang secara harfiah berarti orang-orang yang beruntung. Indikator masyarakat
yang sejahtera (al-muflihun), yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib,
melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan
kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada (Al-quran) yang diturunkan
kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum
engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat. Merekalah yang mendapat
petunjuk Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung, (meraih
kesejahteraan dunia dan akhirat) seperti dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah (2):
4-5.1
Dalam sejarahnya yang panjang, memang hanya manusia saja yang telah
membuktikan kesanggupannya dalam memadukan beberapa macam sumber
daya untuk meningkatkan kualitas hidupnya, menjadi makhluk berbudaya
tinggi. Telah menjadi kesepakatan para ahli, bahwa sumber daya manusia
merupakan aset penting, bahkan dianggap paling penting diantara sumber
daya-sumber daya yang lain, dalam setiap usaha memajukan suatu masyarakat
atau bangsa. Namun dalam kenyataannya, sumber daya manusia baru menjadi
1 Asep Usman Ismail, Al-Quran dan Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Lentera Hati, Juni 2012) h. 3.
2
aset penting dan berharga, apabila sumber daya manusia tersebut mempunyai
kualitas yang tinggi.2
Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi,
hanyalah ada satu jalan pemecahan yang harus ditempuh, yakni melalui
pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihanlah yang akan
meningkatkan kemauan, kemampuan, dan kesempatan bagi seseorang untuk
berperan dalam kehidupannya, secara individu maupun bermasyarakat.3
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 11
tentang pendidikan yang berbunyi:
لم درجاتالع يزفع اهلل الذين ءامنوا منكم والذين أوتوا
Artinya :”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan.”(QS.Al-
Mujadalah:11).4
Masalah kemiskinan merupakan isu krusial di Indonesia sejak dahulu
hingga detik ini. Melihat jumlah dan kecenderungannya, kemiskinan di negeri
ini tampaknya bukan lagi merupakan kejadian sementara waktu. Melainkan,
sudah menjadi fenomena massal yang kronis dan mendalam. Bahkan untuk
banyak kasus, kemiskinan sudah bersifat antar-generasi. Berbagai strategi telah
dilakukan untuk mengatasi kemiskinan dengan menghabiskan dana sangat
besar. Di Indonesia biaya penanggulangan kemiskinan terus meningkat dari
2 Muhammad Tholhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia (Jakarta: Lantabora
Press, Juli 2005) h. 67. 3 Muhammad Tholhah Hasan, Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, h. 68.
4 Q. Surat Al-Mujadalah ayat 11 mushaf 492.
3
tahun ke tahun. Jika pada tahun 2004 “baru” Rp. 18 triliun, maka satu tahun
berikutnya menjadi Rp. 23 triliun.5
Sejatinya pendidikan merupakan hak seluruh warga negara. Seperti yang
telah dijelaskan menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia bahwa
pendidikan merupakan salah satu faktor utama untuk dapat mencapai
kemakmuran suatu negara, sebagaimana diatur secara tegas dalam pasal 31
ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang menyatakan bahwa
setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Ayat (2) menegaskan bahwa
setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya. Ayat (3) menetapkan bahwa Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Pada kenyataannya,
pendidikan yang digadang-gadangkan oleh pemerintah dapat diperoleh oleh
seluruh kalangan masyarakat hanya menjadi sebatas mimpi karena
permasalahan yang kompleks dalam dunia pendidikan di Indonesia. Banyak
anak-anak usia sekolah di Indonesia yang justru harus putus sekolah dan tidak
bisa melanjutkan pendidikannya. Jumlah anak putus sekolah dan berpendidikan
rendah di Indonesia terbilang relatif tinggi. Berdasarkan laporan dari
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, setiap menit ada empat anak yang
harus putus sekolah. Sementara itu, menurut Pengamat Pendidikan,
Muhammad Zuhdan mengatakan bahwa tahun 2010 tercatat terdapat 1,3 juta
anak usia 7–15 tahun di Indonesia terancam putus sekolah. Tingginya angka
5 Edi Suharto, Kemiskinan & Perlindungan Sosial di Indonesia (Bandung: Alfabeta, Mei 2009) h.
22.
4
putus sekolah ini, salah satunya akibat mahalnya biaya pendidikan. Tentu saja
kondisi ini sangat memprihatinkan, mengingat bahwa seluruh anak di
Indonesia harus memperoleh pendidikan dasar minimal 12 tahun (jenjang SD –
SMA). Data dari Mendikbud menyebutkan bahwa pada tahun 2007, dari 100
persen anak-anak yang masuk SD, yang melanjutkan sekolah hingga lulus
hanya 80 persennya, sedangkan 20 persen lainnya harus putus sekolah. Dari 80
persen siswa SD yang lulus sekolah, hanya 61 persennya yang melanjutkan
sekolah ke jenjang SMP dan sekolah yang setingkat lainnya. Kemudian setelah
itu hanya 48 persen yang akhirnya lulus sekolah. Sementara itu, 48 persen yang
lulus dari jenjang SMP hanya 21 persennya saja yang melanjutkan ke jenjang
SMA. Sedangkan yang bisa lulus jenjang SMA hanya sekitar 10 persen.
Persentase ini menurun drastis dimana jumlah anak-anak yang melanjutkan
pendidikan ke jenjang perguruan tinggi tinggal 1,4 persen saja.6
Kesejahteraan di dalam ekonomi ternyata sangat berperan penting dalam
penyediaan biaya untuk kebutuhan sekolah bagi sebagian orang, bahkan
banyak diantara mereka yang harus menggadaikan sebagian dari hartanya
untuk memenuhi kebutuhan sekolah. Kesejahteraan dan ekonomi mereka harus
dipertaruhkan sementara, agar anak-anaknya bisa bersekolah dan bisa
membantu perekonomian keluarga suatu saat nanti. Namun banyak juga
orangtua yang melarang anaknya untuk bersekolah karena mereka lebih
mementingkan pekerjaan dan pekerjaan tanpa memikirkan nasib anaknya
kelak.
6Fonita Andastry, “Tingginya Angka Putus Sekolah Di Indonesia,” artikel diakses pada 21
Oktober 2014 pukul 15.57 wib dari http://edukasi.kompasiana.com/2013/12/24/tingginya-angka-
putus-sekolah-di-indonesia-622368.html
5
Sebagaimana diketahui, kehidupan yang menjadi dambaan masyarakat
adalah kondisi yang sejahtera. Dengan demikian, kondisi yang menunjukkan
adanya taraf hidup yang rendah merupakan sasaran utama usaha perbaikan
dalam rangka perwujudan kondisi yang sejahtera tersebut.7 Oleh karena itu,
mahasiswa mengembangkan ide untuk memberikan kemampuannya untuk
pendidikan anak-anak dari orang yang kurang mampu agar mereka bisa
berdaya sebagaimana anak yang lainnya dengan mencetuskan sebuah
komunitas atau perkumpulan yang bergerak di bidang pelayanan sosial berupa
pendidikan yang dinamakan Charity of Children Education Community.
Charity of Children Education Community atau CCE Community adalah
sebuah komunitas berbasis pendidikan yang dikembangkan pertama kali oleh
mahasiswa yang ada di Jakarta karena melihat banyaknya anak-anak pemulung
yang belum bisa merasakan bangku pendidikan dikarenakan orangtua
mempunyai penghasilan yang kurang mencukupi untuk membiayai kebutuhan
sekolah. Charity of Children Education Community yang bertempat di Lapak
Kebagusan dicetuskan dan dikembangkan untuk melayani pendidikan seperti
halnya pendidikan formal untuk Anak pemulung yang bertempat di Kebagusan
Jakarta Selatan. Charity of Children Education Community memberikan
pendidikan secara cuma-cuma atau sukarela untuk membantu kaum yang
kurang mampu agar bisa sedikit merasakan manfaat pendidikan. Awalnya
Charity of Children Education Community berdiri tahun 2012 di bawah asuhan
mahasiswa yang ada di Jakarta yang berniat memberikan pelayanan sosial
7 Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Maret 2010)
h. 307.
6
berupa pendidikan kepada anak-anak Pemulung yang ada di Kebagusan Jakarta
Selatan.
Program-program yang ada di Charity of Children Education Community
selain pelayanan sosial pendidikan adalah pada hari-hari libur seperti hari
minggu, anak-anak mendapat pelatihan dan ekstrakurikuler seperti Karate,
Menari, dan English Class yang dimana memang program ini dikhususkan
untuk mereka untuk menunjang kemampuan mereka.8
Peneliti melihat betapa pentingnya apa yang ada dalam program Charity of
Children Education Community yaitu memperjuangkan hak anak-anak
pemulung agar mendapat pendidikan sama seperti anak lainnya. Pelayanan
sosial seperti ini sangat penting mengingat pendidikan adalah akar dari
kesejahteraan. Tanpa pendidikan, anak-anak pemulung tidak akan bisa
membaca, melihat dan memahami apa yang terjadi pada kemajuan dunia
sekarang ini.
Oleh sebab itu peneliti berminat untuk memperdalam bahasan di dalam
skripsi yang berjudul:
STRATEGI PROGRAM PELAYANAN SOSIAL PENDIDIKAN
MELALUI CHARITY OF CHILDREN EDUCATION COMMUNITY
(CCE COMMUNITY) DI KEBAGUSAN JAKARTA SELATAN.
Dengan menempatkan Lapak Charity of Children Education Community
yang beralamat di Jl. Kebagusan 1 Gg. Warung RT 06/01 Pasar Minggu
8 Wawancara Pribadi dengan Humas CCE Community, Adjeng Septi Wulandari pada 02 Oktober
2014 jam 16.12 wib.
7
Jakarta Selatan yang memperjuangkan penuh hak anak-anak kurang mampu
seperti Anak-anak Pemulung untuk mengenyam pendidikan.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan jelas peneliti membatasi penelitian ini pada
program Charity of Children Education Community untuk pelayanan sosial
di Kebagusan Jakarta Selatan.
2. Perumusan Masalah
Agar penelitian ini jelas, terarah dan sesuai dengan yang
diinginkan, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana program pelayanan sosial yang diberikan oleh
Charity of Children Education Community untuk anak-anak
pemulung di Kebagusan Jakarta Selatan?
2. Bagaimana manfaat yang anak-anak pemulung peroleh
dalam program pelayanan sosial yang diberikan oleh Charity of
Children Education Community?
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari penelitian ini, peneliti berharap dapat merangkum semua
tujuan ini:
a. Untuk menggambarkan program pelayanan sosial yang
diberikan oleh Charity of Children Education Community untuk
anak-anak pemulung di Kebagusan Pasar Minggu.
b. Untuk mengetahui manfaat yang anak-anak pemulung
peroleh dalam program pelayanan sosial oleh Charity of Children
Education Community.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Akademis
Dalam segi akademis peneliti berharap penelitian ini
memberikan manfaat untuk menambah pengetahuan baik bagi diri
sendiri maupun bagi mahasiswa lain dalam mengenal lebih jauh
ruang lingkup kesejahteraan sosial.
b. Manfaat Praktis
Diharapkan tulisan ini dapat menjadi gambaran untuk pekerja
sosial, maupun penulis sendiri untuk dapat memahami keinginan
dan kebutuhan serta memperjuangkan kesejahteraan rakyat kecil
seperti pemulung.
9
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian.
Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Flick ialah keterkaitan
spesifik pada studi hubungan sosial yang berhubungan dengan fakta dari
pluralisasi dunia kehidupan. Metode ini diterapkan untuk melihat dan
memahami subjek dan objek penelitian yang meliputi orang, lembaga
berdasarkan fakta yang tampil secara apa adanya. Melalui pendekatan ini
akan terungkap gambaran mengenai aktualisasi, realitas sosial, dan
persepsi sasaran penelitian. Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk
memahami perilaku manusia, dari kerangka acuan pelaku sendiri, yakni
bagaimana pelaku memandang dan menafsirkan kegiatan dari segi
pendiriannya. Peneliti dalam hal ini berusaha memahami dan
menggambarkan apa yang dipahami dan digambarkan subjek penelitian. 9
Di dalam penelitian, metode penelitian kualitatif dituntut memiliki
strategi penyelidikan yang andal sehingga hasil temuannya bisa
dipertanggungjawabkan keterpercayaannya dan kejituannya. Untuk itu,
strategi penelitian menjadi amat penting dipaparkan secara gamblang,
yaitu strategi penyelidikan yang dipandang relevan dan jitu untuk
menemukan jawaban terhadap masalah dan tujuan penelitian. 10
9 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktik (Jakarta: PT Bumi Aksara) h.
81. 10
Burhan Bungin (Ed.), Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007) h. 52-53.
10
Menurut Sugiyono masalah dalam penelitian kualitatif bersifat
sementara, tentatif, dan berkembang atau berganti setelah peneliti berada
di lapangan. Dalam penelitian kualitatif akan terjadi tiga kemungkinan
terhadap masalah yang akan diteliti oleh peneliti, yaitu (1) masalah yang
dibawa oleh peneliti tetap, sejak awal sampai akhir penelitian sama,
sehingga judul proposal dengan judul laporan penelitian sama; (2) masalah
yang dibawa peneliti setelah memasuki penelitian berkembang, yaitu
diperluas atau diperdalam yang telah disiapkan dan tidak terlalu banyak pe
rubahan sehingga judul penelitian cukup disempurnakan; dan (3) masalah
yang dibawa peneliti setelah memasuki lapangan berubah total sehingga
harus mengganti masalah, sebab judul proposal dengan judul penelitian
tidak sama dan sehingga judulnya diganti.11
Berdasarkan pengertian ahli di atas, penelitian ini bersifat
menyelidiki permasalahan dan situasi sosial serta manfaat dan hasil yang
didapat dari pendidikan untuk anak Pemulung di Kebagusan Jakarta
Selatan.
2. Macam dan Sumber Data
a. Macam-macam data terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian dan
wawancara langsung antara peneliti kepada informan-informan
terkait.
11
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktik. h. 81.
11
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari hasil dokumen atau
informasi lain yang bersifat non insani, seperti buku, leaflet, jurnal,
dan catatan-catatan lainnya.
b. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland, Sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada
bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber
data tertulis, foto, dan statistik.
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama
dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/ audio
tapes, pengambilan foto, atau film.
Sumber berupa buku dan majalah ilmiah juga termasuk kategori
ini. Sumber tertulis lainnya tersedia pula di lembaga Arsip Nasional
atau di tempat-tempat arsip-arsip penting lainnya. Sumber tertulis
lainnya adalah dokumen pribadi, yaitu tulisan tentang diri seseorang
yang ditulisnya sendiri.12
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian deskriptif kualitatif dilakukan
melalui beberapa tahap, yaitu:
12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, Januari
2007) h. 157.
12
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu
masalah tertentu; ini merupakan proses tanya jawab lisan.13
Adapun yang akan menjadi informan, adalah sebagai berikut:
1. Para mahasiswa yang menjadi Pelayan Sosial berjumlah 6
orang.
2. Anak-anak Pemulung yang menjadi Penerima Pelayanan
Sosial yang berjumlah 3 orang.
3. Masyarakat sekitar, baik itu yang mempunyai hubungan
langsung dengan Anak-anak atau Penerima Pelayanan Sosial atau
masyarakat lainnya yang berjumlah 4 orang.
b. Observasi
Data untuk menjawab masalah penelitian dapat dilakukan pula
dengan cara pengamatan, yakni mengamati gejala yang diteliti.
Tujuan pengamatan terutama membuat catatan atau deskripsi
mengenai perilaku dalam kenyataan serta memahami perilaku
tersebut.14
c. Studi Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang
berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental seseorang.
Hasil penelitian akan lebih dapat dipercaya jika didukung oleh
dokumen. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan
13
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktik. h. 160. 14
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta: Granit, 2004) h. 70.
13
data dari sumber noninsani. Sumber ini terdiri dari dokumen dan
rekaman. 15
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Tempat yang peneliti ambil sebagai tempat penelitian
adalah Pemukiman Pemulung yang Berada di Jl. Kebagusan 1 Gg.
Warung RT 06/01 Pasar Minggu Jakarta Selatan.
b. Waktu Penelitian
Terhitung mulai bulan Oktober 2014 sampai Mei 2015
peneliti akan melaksanakan penelitian kepada para informan yang
ada di daerah Kebagusan Pasar Minggu dan memakai teknik
penelitian wawancara, pengamatan (observasi), dan studi dokumen,
untuk menyempurnakan penelitian.
c. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah sukarelawan-sukarelawan
yang dasarnya adalah mahasiswa yang mengabdikan diri menjadi
Guru atau Pengajar dan juga Warga Kebagusan Jakarta.
15
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktik, h.176.
14
5. Teknik Analisis Data
Data yang kita peroleh di lapangan sebenarnya merupakan hasil
interaksi antara peneliti dan subjek penelitian, baik berupa individu atau
berasal dari situasi sosial. Karena itu data yang dideskripsikan peneliti
sebenarnya merupakan hasil rekonstruksi pikiran peneliti terhadap apa
yang teramati (konstruksi subjek penelitian). 16
Menganalisis data maksudnya adalah menetapkan tahap-tahap,
langkah-langkah kegiatan terhadap data yang sedang dan sudah
dikumpulkan, dengan tujuan untuk menarik kesimpulan.17
Secara praktis dan mudah dipahami, jika hendak menyajikan atau
menganalisis data, penulis membuat langkah-langkah berikut:18
a) Membuat catatan lapangan. Maksud langkah ini adalah
peneliti mencatat, merekam, atau merekam atau memotret apa yang
didengar dan dilihat di lapangan, sebagai hasil wawancara-mendalam,
pengamatan dan atau membaca dokumen.
b) Membuat catatan penelitian. Dalam langkah kedua ini
peneliti menulis kembali semua yang diperoleh dari langkah pertama,
sehingga menjadi catatan yang lebih rapi, mudah dipahami, enak dibaca
tetapi hanya berisi yang terkait dengan langkah yang diperlukan.
c) Mengelompokkan data sejenis. Semakin hari hasil dari
langkah pertama dan kedua akan semakin banyak, berlembar-lembar. Oleh
16
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif (Malang: UMM Press, Maret 2010) h. 95. 17
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif. h. 96. 18
Ibid, h. 97.
15
karena itu peneliti seawal mungkin jika sudah bisa, mulailah memilah atau
mengelompokkan “data sejenis” atau subtema atau tema dari kumpulan
data tersebut.
d) Melakukan interpretasi dan penguatan. Maksud langkah ini
adalah peneliti “meraba-raba” memberi arti terhadap deskripsi para
responden dalam menjawab permasalahan penelitian.
6. Teknik Pengambilan Informan
Sampling adalah teknik menarik sampel dari populasi. Populasi
yakni sejumlah unit analisis yang memiliki karakteristik yang sama sesuai
kriteria. Snow ball (bola salju) merupakan salah satu jenis teknik sampling,
karena dengan menggunakan teknik tersebut peneliti selain memperoleh
informasi atau data detail, juga jumlah responden penelitian.19
Sebagai satu konsep, Snowball Sampling merupakan pelabelan
(pemberian nama) terhadap suatu aktivitas ketika peneliti mengumpulkan
data dari satu responden berpindah ke responden yang lain yang
memenuhi kriteria, melalui wawancara mendalam (intensive interview, in-
depth interview).
Bergulir dari satu informan (misalnya si A) ke informan berikutnya
(si B), bisa berdasarkan atas informasi atau tunjukkan informan
sebelumnya (Si A), dan berpindah ke informan C atas pemberitahuan
informan B, demikian seterusnya. 20
19
Ibid, h. 82. 20
Ibid, h. 83.
16
E. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini peneliti gunakan dari buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi).21
F. Tinjauan Pustaka
Peneliti mendapatkan referensi sumber penulisan skripsi ini setelah
melihat beberapa skripsi, yaitu:
Skripsi Pertama:
Judul :“Pemenuhan Hak Anak Pemulung Melalui Program Pendidikan Dan
Kesehatan Di Yayasan Tunas Mulia Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang
Bekasi”
Peneliti: Epida Sari
Prodi: Kesejahteraan Sosial
Fakultas Dakwah Dan Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah
Peneliti melihat ada sedikit kesamaan antara judul peneliti dengan skripsi
di atas, adapun maksud dari skripsi diatas ialah menceritakan Bagaimana
Yayasan Tunas Mulia Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi
memberikan segala akses baik itu berbentuk materi ataupun immateri kepada
21
Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi) (Jakarta:
CeQDA-UIN, 2007) Cet. Ke-1, h. 35.
17
Anak-anak Pemulung di Bantar Gebang Bekasi untuk bisa lebih sejahtera dan
tercukupinya kebutuhan hidup terutama di bidang kesehatan dan pendidikan.
Sedikit perbedaan dengan peneliti sendiri ialah, peneliti lebih
memfokuskan pada Strategi Program untuk bisa menyalurkan Pelayanan Sosial
Pendidikan kepada Anak-anak Pemulung di Kebagusan Jakarta Selatan melalui
Charity of Children Education Community agar Anak-anak Pemulung bisa
sedikit menambah pengetahuan.
G. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini akan dirangkum dalam lima bab, yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan dari latar belakang masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, perumusan dan pembatasan masalah, metodologi penelitian.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisi definisi-definisi teori yang berkaitan dengan pembahasan
masalah dalam skripsi ini.
BAB III: GAMBARAN UMUM
Pada bab ini berisi sejarah umum komunitas, visi-misi, tujuan didirikan,
struktur, serta data volunteer dan warga Kampung Pemulung Kebagusan.
18
BAB IV: ANALISIS DATA DAN TEMUAN LAPANGAN
Pada bab ini akan dijelaskan perkembangan dan program-program yang telah
Charity of Children Education Community lakukan untuk pendidikan warga
Kampung Pemulung Kebagusan.
BAB V: PENUTUP DAN SARAN
Berisi kesimpulan tentang program-program yang Charity of Children
Education Community lakukan dan saran-saran.
19
BAB II
LANDASAN TEORI TENTANG STRATEGI PROGRAM PENDIDIKAN
DAN ANAK PEMULUNG
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Kata “Strategi” berasal dari bahasa Yunani yaitu “Strategos”
(Stratos = militer dan ag = memimpin) yang berarti “generalship” atau
sesuatu yang dikerjakan oleh para Jenderal perang dalam membuat
rencana untuk memenangkan perang. Konsep ini relevan dengan situasi
pada zaman dahulu yang sering diwarnai perang, dimana Jenderal
dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang. Meskipun strategi
merupakan suatu konsep yang komprehensif, tetapi strategi dapat
diformulasikan serta diterapkan dalam organisasi.22
Strategi adalah ilmu
dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan
kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai.23
22
Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik; Pengantar Proses Berpikir Strategik (Jakarta;
Binarupa Aksara, 1996) h. 19. 23
Diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, 15 Januari 2015, pkl 14.00 wib
20
B. Program
1. Pengertian Program
Dari Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin, ada dua pengertian
untuk istilah “Program”, yaitu pengertian secara khusus dan umum.
Menurut pengertian secara umum “Program” dapat diartikan sebagai
“rencana”. Jika seorang siswa ditanya oleh guru, apa programnya setelah
lulus dalam menyelesaikan pendidikan di sekolah yang diikuti, maka arti
“Program” dalam kalimat tersebut adalah rencana atau rancangan kegiatan
yang akan dilakukan setelah lulus. Rencana ini mungkin berupa keinginan
untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, mencari pekerjaan,
membantu orangtua dalam membina usaha, atau mungkin juga belum
menemukan program apa pun.
Dalam buku yang lain Suharsimi mendefinisikan Program sebagai
suatu kegiatan yang direncanakan dengan saksama. Sedangkan Farida Yusuf
Tayibnapis mengartikan program sebagai segala sesuatu yang dicoba
dilakukan seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil atau
pengaruh. Jadi, program diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang
direncanakan dengan seksama dan dalam pelaksanaannya berlangsung
dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi
yang melibatkan banyak orang. Dalam pengertian tersebut ada empat unsur
pokok untuk dapat dikategorikan sebagai program, yaitu:
21
1. Kegiatan yang direncanakan atau dirancang dengan saksama. Bukan
asal rancangan, tetapi rancangan kegiatan yang disusun dengan
pemikiran yang cerdas dan cermat.
2. Kegiatan tersebut berlangsung secara berkelanjutan dari satu kegiatan
ke kegiatan lain. Dengan kata lain ada keterkaitan antar-kegiatan
sebelum dengan kegiatan sesudahnya.
3. Kegiatan tersebut berlangsung dalam sebuah organisasi, baik dalam
organisasi formal maupun organisasi non formal bukan kegiatan
individual.
4. Kegiatan tersebut dalam implementasi atau pelaksanaannya melibatkan
banyak orang, bukan kegiatan yang dilakukan oleh perorangan tanpa
ada kaitannya dengan kegiatan orang lain.24
C. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah proses yang dilakukan oleh setiap individu
manusia ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi kemanusiaan.25
Pendidikan menurut Soegarda Poerbakawaca adalah segala usaha
dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya,
pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi
24
S. Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran;Panduan Praktis bagi Pendidik dan
Calon Pendidik (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, Agustus 2011) h. 7. 25
Teguh Wiyono, Rekonstruksi Pendidikan Indonesia (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, November
2010) h. 15.
22
muda untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama sebaik-
baiknya.26
Di bawah ini dikemukakan beberapa batasan pendidikan yang
berbeda berdasarkan fungsinya.
a. Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan
sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke
generasi yang lain.
b. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan
sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah
kepada terbentuknya kepribadian peserta didik.
Proses pembentukan pribadi meliputi dua sasaran yaitu
pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh
mereka yang sudah dewasa, dan bagi mereka yang sudah
dewasa atas usaha mereka sendiri. Yang terakhir ini disebut
pendidikan diri sendiri (zelf vorming). Kedua-duanya bersifat
alamiah dan menjadi keharusan. Bayi yang baru lahir
kepribadiannya belum terbentuk, belum mempunyai warna dan
corak kepribadian yang tertentu, ia baru merupakan individu,
belum suatu pribadi. Untuk menjadi suatu pribadi perlu
mendapat bimbingan, latihan-latihan, dan pengalaman melalui
26
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta; Gaya Media Pratama, Agustus 2005) h. 10.
23
bergaul dengan lingkungannya, khususnya dengan lingkungan
pendidikan.
c. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara
Pendidikan sebagai penyiapan warga negara diartikan
sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali
peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.
d. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan
sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki
bekal dasar untuk bekerja.27
2. Dasar-Dasar Pendidikan
Yang dimaksud dengan dasar pendidikan adalah pandangan hidup
yang melandasari seluruh aktifitas pendidikan. 28
3. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik,
luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan
pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap
kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh
segenap kegiatan pendidikan.
27
Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan (Jakarta; Rineka Cipta, April
2008) h. 33. 28
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam. h. 59.
24
Tujuan pendidikan di Indonesia tertulis pada Undang-Undang
Republik Indonesia (UURI) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional beserta peraturan-peraturan pemerintah yang bertalian
dengan pendidikan.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 ayat 1
disebutkan pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar:
1. Kecerdasan
2. Pengetahuan
3. Kepribadian
4. Akhlak Mulia
5. Keterampilan untuk hidup mandiri
6. Mengikuti pendidikan lebih lanjut.29
4. Proses Pendidikan
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap
komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan
pendidikan. Bagaimana proses pendidikan itu dilaksanakan sangat
menentukan kualitas hasil pencapaian tujuan pendidikan.
Yang menjadi tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu
terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal. Sebab
29
Made Pidarta, Landasan Pendidikan; Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia
(Jakarta;Rineka Cipta, 2007) h. 12.
25
berkembangnya tingkah laku peserta didik sebagai tujuan belajar hanya
dimungkinkan oleh adanya pengalaman belajar yang optimal itu. 30
Pendidikan anak harus dilakukan melalui tiga lingkungan, yaitu
keluarga, sekolah, dan organisasi. Keluarga merupakan pusat pendidikan
yang pertama dan terpenting. Sejak timbulnya peradaban manusia sampai
sekarang, keluarga selalu berpengaruh besar terhadap perkembangan anak
manusia. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat dan pemerintah. Sekolah sebagai pembantu kelanjutan
pendidikan dalam keluarga sebab pendidikan yang pertama dan utama
diperoleh anak ialah dalam keluarga.
Peranan orangtua bagi pendidikan anak adalah memberikan dasar
pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar, seperti pendidikan agama, budi
pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk
mematuhi peraturan, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan.
5. Hakikat Pendidikan
Program wajib belajar merupakan salah satu wujud kepedulian
pemerintah terhadap pemerataan pendidikan bagi penduduknya. Program ini
awalnya merupakan konsep nasional, tetapi selanjutnya dalam era otonomi
daerah, program tersebut mengerucut pada program masing-masing daerah.
Setiap daerah mencanangkan wajib belajar, dari mulai wajib belajar enam
tahun, sembilan tahun dan wacana terakhir adalah wajib belajar dua belas
30
Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan. h. 41
26
tahun. Wajib belajar enam tahun berarti setiap warga negara wajib
mengikuti proses pendidikan setingkat sekolah dasar, minimal.
Orang miskin sekarang ini seharusnya tidak perlu takut untuk
mengikuti proses pendidikan. Semua sarana pendidikan di negeri ini sudah
disediakan oleh pemerintah. Mereka tinggal menentukan ingin melanjutkan
pendidikan di sekolah yang mana. Mereka boleh memilih jenis sekolah dan
jenis pendidikan yang ingin diikutinya. Seharusnya, dengan demikian, biaya
pendidikan sudah terjangkau oleh tingkat perekonomian keluarga mereka.31
Peranan pendidikan dalam kehidupan sangat menentukan tingkat
keberhasilan hidup seseorang. Pendidikan akan semakin bagus jika
diimbangi dengan usaha yang cukup untuk mewujudkan hal tersebut.
Pendidikan telah dijadikan menara emas sehingga setiap orang terus
berusaha untuk dapat memilikinya dan menjadikannya sebagai menara api
dalam dirinya. Jika tingkat keberhasilan belajar diperoleh, pendidikan
dijadikan sebagai menara air yang diharapkan dapat menjadi sumber
penghilang kehausan masyarakat. Orang-orang yang berpendidikan bagi
masyarakat adalah sosok-sosok istimewa yang dijadikan sebagai junjungan
pada saat mengalami permasalahan hidup.
Akan tetapi, ketika berbicara mengenai pembiayaan pendidikan,
kita seakan-akan membentur dinding tebal yang sangat tinggi. Kita tidak
dapat berbuat apa-apa kecuali menerima kenyataan dengan lapang dada dan
mencari solusi lainnya. Pembiayaan pendidikan memang selalu menjadi
31
Mohammad Saroni, Orang Miskin Harus Sekolah (Jogjakarta; Ar-Ruzz Media Group, April
2010) h. 45.
27
salah satu aspek permasalahan bagi setiap orang jika ditanya mengenai
pendidikan. masih cukup banyak orang yang tidak dapat mengikuti proses
pendidikan karena kesulitan biaya pendidikan walaupun mereka sangat
ingin mengikuti proses pendidikan sebagaimana yang lainnya. Sekali lagi,
kita harus menyadari bahwa mayoritas masyarakat kita adalah kelas
ekonomi rendah yang untuk memenuhikebutuhan hidup saja masih
kerepotan. Akibatnya, masih cukup banyak orangtua yang menjadikan anak
sebagai tenaga kerja untuk membiayai hidup keluarganya. Anak-anak yang
seharusnya bersekolah, terpaksa harus bekerja agar perekonomian keluarga
dapat ditopang dan tidak kesulitan. Terkait dengan kondisi tersebut, perlu
adanya pemikiran yang strategis dan efektif sehingga terbuka kesempatan
mengikuti proses pendidikan untuk siapa saja tanpa melihat tingkat
perekonomian keluarganya. Prinsip bahwa setiap orang berhak mengikuti
proses pendidikan merupakan satu hal yang sudah kita pahami betul. Kita
bahkan terus berusaha agar setiap orang mendapatkan kesempatan
mengikuti proses pendidikan secara maksimal sehingga mampu
meningkatkan kualitas dirinya. Hal ini sangat penting sebab hanya dengan
meningkatkan kualitas diri, tingkat kemampuan bersaing dalam kehidupan
menjadi semakin tinggi pula. Ada banyak kesempatan yang dapat
diperolehnya jika mereka mempunyai kemampuan diri yang tinggi.
Pengalaman telah memberikan kenyataan bahwa orang-orang yang
berpendidikan mempunyai kesempatan lebih luas untuk bersaing di
kehidupan dibandingkan orang-orang yang non pendidikan. Oleh karena itu,
sudah seharusnya setiap orang secara sadar ikut memikirkan secara aktif
28
penyelenggaraan proses pendidikan untuk masyarakat. Artinya, masyarakat
sudah waktunya berperan aktif dalam menyelenggarakan proses pendidikan
yang dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk dalam hal
ini lapisan tingkat ekonom keluarga. Masyarakat harus dapat
menyelenggarakan proses pendidikan yang tidak lagi membeda-bedakan
antara orang-orang kaya, berduit, dan orang miskin yang kesulitan biaya
pendidikan untuk anak-anaknya. 32
Program penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang
melibatkan secara langsung setiap elemen masyarakat merupakan satu hal
yang perlu diwujudkan. Program penyelenggaraan ini dapat dilakukan
sebagai bentuk kesadaran bersama untuk peduli pada pendidikan. Gerakan
bersama ini merupakan upaya untuk menyadarkan setiap orang akan
pentingnya pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat. Kesadaran ini
diharapkan dapat memberikan pencerahan bagi masyarakat bahwa mereka
berkewajiban untuk penyelenggaraan pendidikan berkualitas bagi
masyarakatnya. Mereka harus disadarkan bahwa dengan pendidikan yang
berkualitas, pola kehidupan masyarakat dapat semakin meningkat dan
selanjutnya hal tersebut dapat meningkatkan taraf kehidupan seluruh elemen
masyarakat tanpa terkecuali.
Salah satu program sadar pendidikan yang mungkin dapat kita
kembangkan adalah subsidi silang pembiayaan pendidikan bagi orang-orang
yang kurang mampu. Artinya orang-orang yang merasa berlebih dalam
aspek ekonomi keluarga dapat memberikan subsidi kepada orang-orang
32
Mohammad Saroni, Orang Miskin Harus Sekolah, h. 151.
29
kurang mampu agar anak-anak mereka dapat mengikuti proses pendidikan
berkualitas di negeri ini. Orang-orang kaya memberikan kesempatan kepada
anak-anak orang kurang mampu untuk belajar dan menempuh pendidikan
dengan cara memberi subsidi belajar. Dengan cara seperti ini, orang-orang
kurang mampu yang selama ini tidak dapat mengirim anak-anaknya
mengikuti pendidikan berkualitas benar-benar tertolong. Orang-orang
kurang mampu dapat memperoleh pendidikan berkualitas dan selanjutnya
beradaptasi untuk kehidupan yang lebih baik.33
6. Pendidikan sebagai Pelayanan Sosial
Salah satu kebutuhan manusia adalah peningkatan kualitas diri
sehingga mampu menghadapi kehidupan. Hal ini merupakan satu bentuk
kesadaran dan pengakuan atas potensi yang ada dalam dirinya. Bahwa,
setiap manusia mempunyai potensi yang bervariasi.34
D. Pelayanan Sosial
1. Pengertian Pelayanan Sosial
Pada dasarnya kandungan dari pelayanan sosial ini dapat
diklasifikasikan menurut ruang lingkup sasarannya yaitu individu,
kelompok, dan masyarakat. Sementara itu dilihat dari substansinya,
pelayanan sosial yang disampaikan kepada masyarakat pada umumnya
bergerak di sekitar (1) sosialisasi dan pengembangan, (2) terapi bantuan dan
33
Ibid, h. 152. 34
Ibid, h. 177.
30
rehabilitasi, serta (3) akses, informasi dan nasehat. Pada dasrnya asumsi
yang digunakan dalam pelayanan sosial adalah, bahwa bentuk pelayanan
yang baik adalah yang sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat. Dalam
kenyataannya, penentuan kebutuhan masyarakat ini dapat dilihat dari
perspektif pemberi pelayanan dan dapat pula dilihat dari perspektif
masyarakat penerima pelayanan, atau kombinasi keduanya. Oleh sebab itu
dalam rangka identifikasi kebutuhan masyarakat ini dibutuhkan komunikasi
dua arah dan kemampuan berempati pemberi pelayanan terhadap penerima
pelayanan. Dengan demikian persoalannya bukan semata-mata apakah
negara telah menyediakan berbagai jenis pelayanan sosial (persoalan
availability), akan tetapi juga bagaimana kesesuaian pelayanan yang tersedia
tersebut dengan kebutuhan nyata masyarakat, terutama kelompok atau
lapisan masyarakat yang diprioritakan untuk memperoleh pelayanan
tersebut (persoalan relevansi).35
2. Optimalisasi Kontribusi dalam Pelayanan Sosial
Untuk mendorong kontribusi yang lebih besar berbagai organisasi
sosial bagi perwujudan kesejahteraan sosial dan untuk mendorong
aktualisasi potensi yang masih laten, dibutuhkan adanya iklim yang
kondusif dalam kehidupan masyarakat pada umumnya. Iklim yang kondusif
tersebut dapat terbangun melalui semakin besarnya orientasi masyarakat
pada nilai kemanusiaan yang universal yang dapat diturunkan pada nilai
filantropi, solidaritas sosial, dan empati. Untuk mendorong ke arah kondisi
35
Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya (Pustaka Pelajar;Yogyakarta, Maret 2010)
h. 224.
31
tersebut pemerintah dengan otoritas dan sumber daya yang dimiliki dapat
memfasilitasi berbagai kampanye dan gerakan dalam masyarakat yang
mengarah pada orientasi nilai tersebut.36
3. Mengembangkan Sistem Sosial yang Responsif
Dalam kerangka yang lebih ideal, patut dicermati tulisan Teuku
Jacob (2003) di harian Kedaulatan Rakyat tentang penyakit masyarakat.
Lebih menarik lagi karena dalam tulisannya tersebut juga disinggung
kembali munculnya wacana tentang nama sosiatri di kalangan Senat Guru
Besar UGM pada masa lampau. Dikatakannya, bahwa sosiatri adalah ilmu
penyembuhan masyarakat, pengobatan penyakit sosial, seperti pediatri,
geriatri, dan psikiatri memulihkan berturut-turut penyakit anak, orangtua
dan jiwa. Yang perlu digarisbawahi dan mempunyai kaitan dengan tulisan
ini adalah pernyataannya bahwa sosiatri tidak hanya berurusan dengan
pekerjaan sosial atau pelayanan sosial, melainkan juga penyakit masyarakat
yang kebanyakan adalah karena kegagalan umpan balik. Apabila penyakit
masyarakat dianggap identik dengan masalah sosial, maka upaya
pemecahan masalahnya tidak cukup dengan memberikan pelayanan sosial
yang sifatnya lebih rehabilitatif kepada individu penyandang masalah. Lebih
dari itu perhatian justru perlu dicurahkan pada sistem sosialnya. 37
Sebagai ilustrasi, bekerjasamanya sistem dalam mengolah umpan
balik adalah melalui proses perbaikan mekanisme kontrol sosial setelah
ternyata disadari, banyaknya kasus masalah sosial sebagai akibat
36
Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, h. 288. 37
Ibid, h. 261.
32
penyimpangan terhadap nilai dan norma sosial. Dalam perspektif perilaku
menyimpang, norma dan nilai adalah hasil kesepakatan yang tumbuh dalam
proses relasi sosial, yang kemudian dapat menjadi instrumen untuk menjaga
keberaturan dan ketertiban. Dalam posisi seperti itu kemudian mekanisme
kontrol sosial terbangun melalui bekerjanya nilai dan norma tersebut,
sehingga perilaku warga masyarakat baik pada level individu maupun
kelompok berusaha menyesuaikan.38
4. Pemanfaatan Institusi Sosial
Walaupun dengan formulasi yang berbeda-beda, terwujudnya
kondisi sejahtera pada umumnya ditempatkan sebagai sesuatu yang
didambakan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam pengertian yang luas,
kesejahteraan dapat diinterpretasikan sebagai kondisi di mana masalah-
masalah sosial dapat dikelola, kebutuhan-kebutuhan dapat dipenuhi dan
peluang-peluang sosial dapat dioptimalkan. Dalam upaya untuk
mewujudkan kondisi tersebut, di antara lapisan masyarakat ternyata selalu
dijumpai adanya variasi. Bagi lapisan masyarakat tertentu pencapaian
kondisi tersebut tidak banyak memperoleh hambatan. Sementara pada
lapisan lain realitasnya berbeda, karena mereka menghadapi berbagai
hambatan, bahkan untuk sekadar memenuhi kebutuhan dasar dan
memperoleh jaminan dalam menghadapi persoalan yang tidak dapat
diperhitungkan sebelumnya. Lapisan masyarakat yang terakhir tadi, di
samping kondisi kehidupannya di bawah standar, juga mempunyai tingkat
kerentanan (vulnerability) yang tinggi. Kondisi tersebut terutama lebih
38
Ibid, h. 262.
33
banyak dijumpai di negara-negara sedang berkembang. Oleh sebab itu,
dalam upaya masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan sosial, lapisan
masyarakat yang termarginalisasi tersebut perlu diberi prioritas.39
Dalam bukunya, Hill mendeskripsikan lebih rinci tentang berbagai
pihak yang dapat menjalankan peranan dalam pelayanan dan perlindungan
sosial guna memberikan kontribusi bagi pemenuhan kesejahteraan sosial.
Unsur-unsur tersebut adalah (1) asosiasi sukarela yang dapat meliputi
kelompok swadaya, lembaga sukarela independen, lembaga sukarela kuasi
pemerintah, (2) lingkungan tetangga dan rumah tangga yang berasal dari
keluarga ekstended dan solidaritas bertetangga, (3) pasar, berupa usaha
bisnis yang bersifat privat dan (4) negara, berupa pelayanan yang
diselenggarakan oleh negara.40
Berkaitan dengan hal tersebut, sebetulnya dalam realitas kehidupan
bermasyarakat dan bernegara di Indonesia, sudah cukup banyak dijumpai
berbagai usaha kesejahteraan sosial yang bukan saja diselenggarakan oleh
negara melainkan juga oleh masyarakat dan sektor swasta. Dalam
aktualisasinya usaha kesejahteraan sosial tersebut diwadahi dalam berbagai
bentuk organisasi sosial. Di samping usaha kesejahteraan sosial dan
pelayanan sosial yang sudah dilakukan oleh berbagai pihak melalui berbagai
organisasi sosial tersebut, di dalam masyarakat sendiri sebetulnya masih
39
Ibid, h. 274. 40
Ibid, h. 276.
34
tersimpan potensi dan energi untuk dikembangkan dalam berbagai bentuk
usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.41
Mengingat berbagai masalah sosial seperti masalah kemiskinan,
rendahnya kondisi kesehatan, rendahnya tingkat pendidikan pada
masyarakat tertentu, rendahnya jaminan hari tua dan berbagai bentuk
masalah yang lain masih cukup menggejala dalam masyarakat, sementara
itu seperti yang sudah disampaikan sebelumnya sumber daya pemerintah
untuk melakukan berbagai bentuk usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan
sosial guna mengatasi masalah tersebut relatif terbatas, maka tidak ada jalan
lain daripada melibatkan pihak-pihak di luar pemerintah untuk memberikan
kontribusinya bagi pemecahan berbagai masalah sosial tersebut.
Berdasarkan berbagai realita dan pemikiran tersebut, maka persoalan
pokoknya adalah dibutuhkan suatu upaya yang dapat mengoptimalkan
peranan dari berbagai organisasi sosial yang ada serta tindakan kolektif
yang dapat mengubah berbagai energi dan potensi usaha kesejahteraan
sosial yang masih laten menjadi manifes, sehingga akan memberikan
kontribusi yang lebih besar bagi pemecahan masalah-masalah sosial.
Melalui berbagai upaya tersebut maka kontribusi masyarakat dalam
penanganan masalah sosial dapat dioptimalkan.42
Dalam sub bab ini titik berat perhatian dalam analisis tidak
difokuskan pada keberadaan masalah-masalah sosialnya, akan tetapi lebih
dititikberatkan pada analisis tentang keberadaan organisasi-organisasi sosial
41
Ibid, h. 276. 42
Ibid, h. 276
35
yang berfungsi melakukan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial,
termasuk didalamnya energi sosial dan potensi yang ada di dalam
masyarakat. Dengan asumsi bahwa optimalisasi peranan organisasi sosial
dalam mewujudkan kesejahteraan sosial dapat dilakukan melalui identifikasi
kelemahan dan kendala yang ada dan kemudian diikuti dengan upaya
perbaikan, maka dalam analisis ini akan dimulai dengan upaya untuk
melakukan identifikasi kelemahan tersebut. Di samping itu, optimalisasi
peranan juga dapat dilakukan dengan mengubah sumber daya potensial yang
masih laten menjadi aktual atau manifes. Optimalisasi usaha dari
masyarakat sendiri dalam penanganan masalah sosial dapat diposisikan
dalam hubungan saling mengisi dan saling melengkapi dengan usaha yang
dilakukan pemerintah (negara).43
5. Organisasi Masyarakat
Secara garis besar organisasi yang melakukan usaha kesejahteraan
sosial yang berasal dari masyarakat ini dapat dibedakan menjadi tiga:
institusi masyarakat lokal, organisasi yang bergerak atas dasar motivasi
filantropi dan lembaga swadaya masyarakat. Ketiganya merupakan
organisasi sosial nonpemerintah karena tumbuh dari dalam dan atas prakarsa
masyarakat sendiri. Di samping itu juga merupakan organisasi sosial di luar
sektor swasta atau dunia usaha, oleh karena pada dasarnya bersifat
nonprofit. Dengan demikian sebetulnya ketiganya merupakan organisasi
sosial yang melakukan fungsi pelayanan sosial dengan prinsip dari, oleh dan
43
Ibid, h. 278.
36
untuk masyarakat, dengan mengaktualisasikan potensi dan energi sosial
masyarakat. 44
Organisasi masyarakat yang bersifat lokal dapat tumbuh sebagai
bentuk aktualisasi berbagai pranata sosial yang ada dan tidak jarang pula
didasarkan pada pengamalan ajaran agama, dengan demikian lebih didorong
oleh motivasi religius. Di samping itu dijumpai pula institusi lokal yang
menjalankan pelayanan sosial dalam hal pemenuhan kebutuhan air minum,
air irigasi dan dapat pula berupa jaminan sosial seperti lumbung paceklik,
pemeliharaan orangtua, lewat keluarga termasuk keluarga ekstended.
E. Anak
1. Pengertian Anak
Dikutip dari Kompasiana, Secara umum dikatakan anak adalah
seseorang yang dilahirkan dari perkawinan antar seorang perempuan dengan
seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang
dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan tetap
dikatakan anak.45
2. Kebutuhan-Kebutuhan yang Mendasar Untuk Anak
Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar, begitupun anak-anak.
Dan setiap anak memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus. Karena itu orangtua
seharusnya mengerti apa yang menjadi kebutuhan dasar anak. Apa yang
44
Ibid, h. 280. 45
Andy Lesmana, “Definisi Anak,” artikel diakses pada 21 Januari 2015 dari
http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/15/definisi-anak-463129.html
37
dimaksud dengan kebutuhan? Kebutuhan menurut Murray ialah suatu
keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan dan ingin diperoleh
sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha.
Kebutuhan Anak yang paling mendasar adalah sebagai berikut:
a. Keluarga
Anak memerlukan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
Eksistence-nya, yaitu kebutuhan terhadap keberadaan tempat bernaung,
kondisi fisik yang sehat, dan keamanan psikologis.
b. Sekolah
Sekolah merupakan wadah penting bagi pemenuhan kebutuhan
anak untuk mengaktualisasikan diri yaitu melakukan apa yang ia bisa dan
ia inginkan dengan baik, karena di sekolahlah ia bisa melakukannya
dengan baik dan tersedianya kesempatan bagi anak untuk
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sehingga berubah
menjadi kemampuan nyata.
c. Masyarakat
Masyarakat disini bukan hanya masyarakat yang ada di sekitar
tempat tinggal namun juga mengacu pada komunitas religi, seperti
kegiatan pengajian dsb. Di dalam masyarakat inilah anak dapat
mengembangkan potensi sosialnya. Ini yang disebut dengan kebutuhan
38
Relatedness, dimana anak memiliki kebutuhan untuk memiliki hubungan
interpersonal dan interaksi sosial.46
d. Agama
Namun selain ketiga diatas tersebut, Agama juga penting dalam
kehidupan anak. Sebab agama membatasi dan mengatur apa saja yang
baik untuk anak dan kurang baik untuk anak. Agama juga menjadi
pedoman untuk Anak agar Anak berperilaku sesuai hukum dalam
Agamanya, Seperti Beribadah kepada Tuhannya, Berbakti kepada kedua
Orang Tua, dan Berbuat baik kepada sesama makhluk.
3. Hak Anak
Hak anak secara universal telah ditetapkan melalui sidang umum
PBB pada tanggal 20 November 1959, dengan memproklamasikan
Deklarasi Hak-hak Anak. Dengan deklarasi tersebut, diharapkan semua
pihak baik individu, orangtua, organisasi sosial, pemerintah, dan masyarakat
mengakui hak-hak anak tersebut dan mendorong semua untuk
memenuhinya. Dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979
tentang Kesejahteraan Anak, disebutkan bahwa:
1. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan
berdasarkan kasih sayang, baik dalam keluarganya maupun dalam asuhan
khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.
46
Daniel Yonathan Missa, “Kebutuhan Dasar Anak,” artikel diakses pada 21 Januari 2015 dari
http://edukasi.kompasiana.com/2014/07/31/kebutuhan-dasar-anak-666613.html
39
2. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan
kehidupan sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa,
untuk menjadi warga negara yang baik.
3. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa
kandungan maupun sesudah dilahirkan.
4. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat
membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan
wajar.47
4. Pendidikan Hak Anak
Menurut UU PA, anak mempunyai hak untuk tumbuh dan
berkembang, bermain, beristirahat, berekreasi, dan belajar dalam suatu
pendidikan. Jadi belajar adalah hak anak, bukan kewajiban. Karena belajar
adalah hak, maka belajar harus menyenangkan, kondusif, dan
memungkinkan anak menjadi termotivasi dan antusias.48
Pendidikan anak harus dilakukan melalui tiga lingkungan, yaitu
keluarga, sekolah, dan organisasi. Keluarga merupakan pusat pendidikan
yang pertama dan terpenting. Sejak timbulnya peradaban manusia sampai
sekarang, keluarga selalu berpengaruh besar terhadap perkembangan anak
manusia. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat dan pemerintah. Sekolah sebagai pembantu kelanjutan
47
Abu Huraerah, Child Abuse (Kekerasan terhadap Anak) (Bandung; Penerbit Nuansa, September
2007) h.32 48
Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta; Diva Press, Agustus 2010) h.16.
40
pendidikan dalam keluarga sebab pendidikan yang pertama dan utama
diperoleh anak ialah dalam keluarga.
Peranan orangtua bagi pendidikan anak adalah memberikan dasar
pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar, seperti pendidikan agama, budi
pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk
mematuhi peraturan, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan.49
F. Pemulung
1. Pengertian Pemulung
Pemulung adalah mereka yang bekerja mendayagunakan barang-
barang yang diperoleh dari sampah kota, tidak termasuk ibu rumah tangga
dan pembantu yang memilah-milah koran kemudian dijual bilamana
waktunya tepat dan pengusaha besar yang membeli dan menjual barang-
barang bekas. Pemulung sampah merupakan suatu komponen yang tampak
dalam suatu sistem, ditandai dengan kantong kertas yang dibawa, gerobak
kecil.50
Pemulung adalah sekelompok manusia yang terpaksa melakukan
pekerjaan tersebut lantaran kesempatan bagi mereka dalam strukutur
ekonomi kota kurang, dan kita sering melupakan bahwa sesungguhnya
pemulung itu sendiri sudah merupakan pekerjaan. Sebagaimana Gareth
Stedman Jones memberi ulasan tentang pemulung barang bekas pada abad
49
Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini, h.19. 50
Nasib Gelandangan Bertahan Secepatnya (Jakarta: Lembaga Studi Pembangunan, Anggota
IKAPI; Seri Sektor Informal „Galang‟ ISSN : 0216-0226, 1985) h. 37.
41
19 di London:”Ketika kegagalan tak terelakkan, penyakit dan usia tua,
kecuali bengkel kerja, jalan London penuh sesak dengan kegiatan ekonomi
yang memilukan dan serampangan.” Kita sangat tertarik dengan kenyataan
bahwa tidak bekerjanya pemulung di sektor lain bukan pada persoalan
mengapa ia miskin dan seberapa besar kegiatan tersebut turut membuatnya
miskin. Kegagalan kita adalah lantaran berhenti dan hanya melihat realita
keadaan. Pemulung sampah bukan penganggur yang semestinya bekerja di
pabrik. Kita mesti memandang ia sebagai pekerja yang merupakan bagian
dari sistem industri dan bahkan ia tidak mungkin bisa bekerja di lapangan
kerja lain karena tidak ada perangkat yang dimilikinya. Mereka mencari
alat-alat makan, barang perhiasan dan barang-barang lain. Barang tersebut
dijual kepada para penampung barang bekas di pusat kota. 51
2. Aspek Pemulung
Beberapa keterangan tentang beberapa aspek Pemulung sampah:
1. Rata- rata usia pemulung sampah beraneka ragam, terdiri dari anak-anak
yang secara substansial menganggur dipaksa untuk membantu kondisi
ekonomi rumah tangga. Proporsi anak dari kalangan pemulung sampah
dapat membantu kita untuk menjelaskan pembagian seimbang antara migran
dan imigran.
2. Lebih separuh pemulung tidak mengecap pendidikan SLTP, mereka
sempat sekolah dan hanya dapat baca tulis. Tentu latar belakang pendidikan
yang rendah memberi cermin ketidakmampuan untuk menyekolahkan anak
51
Nasib Gelandangan Bertahan Secepatnya, h. 34.
42
dan mengeluarkan anak dalam usia relatif muda untuk membantu keluarga.
Kemiskinan menimpa mereka (pemulung sampah) yang tinggal
dikontrakan. Persentase yang tertinggi adalah mereka yang tinggal di sebuah
kamar kontrakan, baik di pusat perkotaan maupun di bedeng-bedeng
pinggiran.52
G. Intervensi Komunitas
1. Pengertian Intervensi Komunitas
Dalam ilmu Kesejahteraan Sosial, ada beberapa term yang
digunakan untuk menggambarkan intervensi pada level komunitas, antara
lain:
1. Community Work. Istilah ini merupakan terminologi untuk praktik
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat yang banyak digunakan
di Inggris dan Australia, seperti yang digunakan oleh Twelvetrees, Thorpe,
Mayo, Popple, dan Jones; atau
2. Community Organization. Terminologi ini digunakan oleh Rothman,
Tropman, dan Erlich sejak tahun 1960-an hingga 1987-an (terminologi
yang banyak digunakan di Amerika Serikat), sedangkan pada edisi kelima
dari buku Community Organization, Rothman telah mengubah nama dari
intervensi ini menjadi Community Intervention (Intervensi Komunitas);
52
Ibid, h. 35.
43
3. Di Indonesia, terminologi yang banyak digunakan pada dasawarsa
1970-1990-an adalah Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat
(Community Intervention) adalah istilah yang relatif baru dikembangkan
sekitar tahun 2000-an merespons perubahan dari istilah yang digunakan
oleh Jack Rothman pada tahun 1995.
4. Di samping itu, Glen, Butcher, Banks, Henderson, dan Robertson
menggunakan istilah yang berbeda, yaitu Community Practice (Praktik
Komunitas) untuk menggambarkan model intervensi yang serupa dengan
apa yang dikemukakan Jack Rothman dalam Intervensi Komunitas.53
Berdasarkan perkembangan diatas, maka istilah yang digunakan
adalah Intervensi Komunitas untuk menggambarkan berbagai macam model
intervensi, seperti: intervensi pengembangan masyarakat lokal (locality
development), perencanaan sosial (social planning), aksi sosial (social
action), kebijakan sosial (social policy), seperti apa yang dikemukakan
Rothman; pengembangan masyarakat (community development), aksi
komunitas (community action), dan pelayanan masyarakat (community
services) seperti apa yang dikemukakan Glen; Community Work
(Twelvetrees, Mayo, Popple, dan Jones).54
2. Luas Lingkup Intervensi Komunitas
Bila kita membahas tentang intervensi komunitas, ada satu istilah
yang biasanya muncul pada pembahasan tersebut, yaitu siapa yang
53
Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat; Sebagai Upaya
Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 81. 54
Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat; Sebagai Upaya
Pemberdayaan Masyarakat, h. 81.
44
dimaksud dengan komunitas. Istilah komunitas menurut Mayo mempunyai
tiga tingkatan, ia menggunakan pembagian dari Gulbenkian Report pada
1969 untuk mendukung argumennya. The Gulbenkian Foundation
mengidentifikasikan tiga tingkatan Community Work (Intervensi
Komunitas) yang menggambarkan cakupan komunitas yang berbeda dimana
Intervensi Komunitas dapat diterapkan:
1. Grassroot ataupun neighbourhood work (pelaku perubahan melakukan
intervensi terhadap kelompok masyarakat yang berada di daerah tersebut,
misalnya dalam suatu Kelurahan ataupun Rukun Tetangga):
2. Local Agency dan Inter-agency work (pelaku perubahan melakukan
intervensi terhadap organisasi payung di tingkat lokal, provinsi ataupun di
tingkat yang lebih luas, bersama jajaran pemerintahan yang terkait serta
organisasi nonpemerintah yang berminat pada hal tersebut).
3. Regional dan National Community Planning Work (misalnya, pelaku
perubahan melakukan intervensi pada isu yang terkait dengan pembangunan
ekonomi, ataupun isu mengenai perencanaan lingkungan yang mempunyai
cakupan lebih luas dari bahasan tingkat lokal).55
Disamping pengertian tentang komunitas yang mengacu pada
Gulbenkian Report, pengertian komunitas juga dapat mengacu pada
pengertian komunitas dalam arti komunitas lokal, seperti apa yang
dikemukakakan oleh Kenneth Wilkinson dalam Green Dan Haines, dimana
55
Ibid, h. 82.
45
mereka melihat komunitas sekurang-kurangnya mempunyai tiga unsur
dasar, yaitu:
a. Adanya batasan wilayah atau tempat (territory or place);
b. Merupakan suatu „organisasi sosial‟atau institusi sosial yang
menyediakan kesempatan untuk para warganya agar dapat melakukan
interaksi antar warga secara reguler; dan
c. interaksi sosial yang dilakukan terjadi karena adanya minat ataupun
kepentingan yang sama (common interest).
Pengertian komunitas sesungguhnya tidak hanya dapat mengacu
pada pengertian komunitas seperti apa yang dimaksud oleh Gulbenkian Report
ataupun Wilkinson, karena dalam bahasan Intervensi Komunitas, istilah
komunitas dapat pula mengacu pada Komunitas Fungsional, yaitu komunitas
yang disatukan oleh bidang pekerjaan mereka dan bukan sekedar pada
loyalitasnya saja, seperti apa yang dikemukakan Ross. Misalnya, komunitas
yang disatukan pada suatu organisasi profesi, seperti komunitas pekerja sosial,
komunitas dokter.56
3. Beberapa Model Intervensi Komunitas
Terkait dengan upaya pemberdayaan pada level komunitas,
Rothman menggambarkan bahwa proses pemberdayaan masyarakat melalui
intervensi komunitas ini dapat dilakukan melalui beberapa model (pendekatan)
intervensi, seperti pengembangan masyarakat lokal, perencanaan dan kebijakan
lokal, dan aksi sosial. Dari ketiga model intervensi tersebut, maka proses
56
Ibid, h. 83.
46
pemberdayaan terhadap masyarakat dapat dilakukan melalui pendekatan yang
bersifat konsensus seperti Pengembangan Masyarakat Lokal; kepatuhan seperti
pendekatan perencanaan dan kebijakan sosial; ataupun melalui pendekatan
konflik seperti Aksi Sosial.
48
anak-anak pemulung yang sebagian besar tidak bersekolah dan hanya
membantu orangtua mereka menjadi pemulung yang mengangkut sampah-
sampah yang ada di sekitar pemukiman mereka, dan juga wilayah Jakarta dan
sekitarnya. Akhirnya Agustina dan teman-temannya tersebut berinisiatif
membuat rumah singgah untuk anak-anak tersebut dan mengajarkan pelajaran
membaca, menulis dan berhitung pada anak-anak Pemulung sejak tahun 2012
hingga sekarang. Dan kemudian lahirlah Charity of Children Education
Community selanjutnya disingkat dengan CCE Community, sebuah komunitas
sosial yang berlingkup di bidang pendidikan untuk menunjang kemampuan
anak-anak agar mendapat pendidikan sama seperti anak-anak pada umumnya.
Charity of Children Education Community pun sudah banyak melakukan
kegiatan-kegiatan sosial yang bermanfaat untuk warga sekitar seperti Bakti
Sosial Kesehatan, Cek Darah Gratis, Cek Gula Gratis, dan Cek Kesehatan
lainnya secara gratis yang juga bekerjasama dengan lembaga-lembaga seperti
Sekolah-Sekolah, Universitas dan Lembaga Non Pemerintah. Seperti yang
diungkapkan Agustina Dwi Handayani pada 28 Maret 2015.
“Kalo untuk awalnya sih mulanya itu kan dulu sempet ikutan komunitas
tapi komunitasnya bukan komunitas sosial justru kita malah kewirausahaan
gitu, nah dikelompok aku, kita mau bikin kewirausahaan sabun cair, nah kita
udah punya produk sabun cairnya udah kita bikin tapi kita ngga ada kemasan
jadi akhirnya kita memutuskan untuk cari kemasannya ini ke lapak-lapak
pemulung, nah trus akhirnya pas udah nyampe ke lapak kebagusan ini ada
salah satu orangtua dari adik-adik ini curhat tentang pendidikan anak-anak,
tentang keadaan di lingkungan mereka, tentang pergaulannya, yaudah kita
memutuskan untuk kita bikin rumah singgah yuk untuk sekolah adik-adik
disini.57
57
Wawancara pribadi dengan Agustina Dwi Handayani, 28 Maret 2015 pkl. 10.20. wib.
50
Awalnya Charity of Children Education Community tidak
mempunyai kelas untuk mengajar, lalu ada seorang bos Pemulung bernama
Bapak Sobari yang bersedia membantu menyediakan lahan dan karena beliau
mempunyai jiwa sosial yang tinggi, beliau bahkan mau membangunkan sebuah
bangunan yang kemudian digunakan untuk kelas mengajar anak-anak. Berikut
pernyataan dari Bapak Sobari.
“Oh iya, waktu jaman kapan ya, jaman 99-nan (1999) waktu itu saya
pertama kali buka majlis saya namain Taman Rahmah, ya berjalan sampe
sekarang ya walaupun tempatnya udah di bongkar, masih berjalanlah sampe
sekarang.”59
Lalu setelah kurang lebih setahun berlalu mengajar, dikarenakan
banjir hingga mencapai atap rumah, kelas tempat belajar yang berada di
dataran rendah tersebut tergenang air dan tidak bisa digunakan. Akhirnya anak-
anak dan pengajar belajar di lingkungan sekitar. Berbekal kardus dan koran
sebagai alas tempat duduk mereka, mereka belajar dibawah teriknya matahari.
Setelah beberapa waktu mereka belajar di luar bangunan dan tidak kuat akan
teriknya matahari, seorang pengajar Charity of Children Education Community
berusaha mencarikan dana untuk mengontrakkan suatu rumah agar bisa
digunakan untuk menjadi kelas belajar anak-anak. Hingga kini tempat itu
menjadi kelas tetap Charity of Children Education Community dan
dikontrakkan setiap bulan oleh Charity of Children Education Community.60
Berikut percakapan penulis dengan Wulan Rahayu, Koordinator Akademik
Charity of Children Education Community.
59
Wawancara pribadi dengan Bapak Sobari, 14 Juni 2015 jam 19.00 wib. 60
Wawancara pribadi dengan Wulan Sari Rahayu, Tim SDM CCE Community, 14 Maret 2015,
10.15 wib.
51
“Iya kelas bawah itukan perjuangan banget kita dari kita digusur tu
sebelah sana itu perjuangan banget trus sama bapak Sobari (orang terkenal
disini bisa dikatakan bos) tapi diakan jiwa sosialnya tinggi ya dikasih deh
tanah dan dibangunin juga tapi sekarang udah di tempatin sih.. trus habis itu
kita kan kelas itu udah lumayan lama satu tahunan lah lebih tiba-tiba banjir
tuh, setahun dua tahun yang lalu, airnya sampe ke kepala kita, yaudah disitu
kita ngga bisa berbuat apa-apa kan, ya barang-barang udah kelelep kita
bingung kita ngajarnya dimana yaudah dipinggir-pinggirlah kita belajar bawa
kardus, meja.
Charity of Children Education Community atau yang di singkat
CCE Community adalah komunitas yang bergerak di bidang sosial pendidikan
untuk anak-anak jalanan, pemulung dan juga anak-anak punk. Latar belakang
didirikannya Charity of Children Education Community sebagai pengabdian
terhadap jasa pemulung yang memunguti sampah-sampah kota Jakarta namun
keberadaannya sama sekali tidak dianggap dan banyak yang mengacuhkan para
pemulung. Charity of Children Education ingin menyadarkan para pemuda
Indonesia untuk mengapresiasikan jasa pemulung dengan mengabdikan diri
membina anak-anak agar menjadi anak bangsa yang berkualitas. Tujuan dari
didirikannya CCE adalah sebagai wadah untuk anak jalanan, pemulung, dan
anak punk untuk mendapatkan ilmu dan pembinaan karakter, moral dan budi
pekerti.61
B. Legalitas Hukum
Berdiri pada tanggal 15 September 2012 CCE Community kini
menjadi sebuah struktur resmi dengan mempunyai visi, misi, struktur dan
61
Wawancara pribadi dengan Adjeng Septi Wulandari, Maret 2015.
54
UHAMKA, UNAS, UNINDRA, UIN, UAI, MERCUBUANA, MOESTOPO
dan lain-lain.
Sejak awal terbentuk yaitu pada tahun 2012 hingga sekarang CCE
sudah 2 kali mengalami perubahan struktur kepemimpinan. Dari volunteernya
yang dahulu berjumlah kurang dari 10 orang kini sudah menjadi lebih dari 80
orang. Namun karena kesibukan volunteer-volunteer yang juga adalah
Mahasiswa, maka banyak dari volunteernya yang pasif dan jarang masuk untuk
mengajar Anak-anak didik.
1. Tabel Data Volunteer CCE Community.
Tabel 1.
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-Laki 32 Orang
2 Perempuan 62 Orang
Jumlah 94 Orang
2. Syarat-Syarat Menjadi Volunteer CCE
1. Pemuda-pemudi Indonesia, Usia 17-35 tahun.
2. Berdomisili Jabodetabek dan sekitarnya.
3. Punya semangat mengabdi dan berkontribusi.
4. Mampu bersosialisasi dengan kalangan manapun.
5. Menyediakan waktu minimal 1 hari dalam seminggu.
55
6. Menyukai dunia anak-anak.
7. Bertanggung jawab dan disiplin.66
3. Prosedur Menjadi Volunteer CCE
1. Pendaftaran.
2. Mengikuti Tahap Wawancara.
3. Mengikuti Tahap Seleksi.
4. Mengikuti Acara Pengenalan antara Volunteer lama dan Volunteer baru.
Gambar 1.
Suasana Penerimaan Orientasi Volunteer Baru
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
66
Wawancara pribadi dengan Adjeng Septi Wulandari, 28 April 2015 pukul 10.03 wib.
56
F. Data Anak Didik CCE Community
1. Daftar Data Anak Didik CCE Community
Tabel 2.
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-laki 36 Orang
2 Perempuan 38 Orang
Jumlah 74 Orang
Adik–adik yang didaftar yang belajar bersama kami, mungkin
tidak semua adik-adik yang ikut hadir nanti. Kurang lebih sekitar 50 anak
yang dapat hadir.67
2. Prosedur Menjadi Anak Didik CCE
Untuk prosedur menjadi anak didik CCE tidak ada persyaratan
khusus, karena banyak anak didik CCE yang belum mengetahui data-data
tentang dirinya sendiri seperti mereka tidak mengetahui tanggal lahir
mereka, tidak adanya kartu keluarga, akta kelahiran dan lain-lain. Banyak
juga dari anak-anak didik yang mengajak serta anggota keluarganya seperti
adik dan saudara untuk belajar dan menjadi anak didik CCE. Hanya
pendataan sederhana seperti nama dan keterangan sekolah atau tidaknya
yang menjadi pegangan CCE.68
67
Wawancara pribadi dengan Wulan Sari Rahayu, 23 Maret 2015 pkl. 13.00 wib 68
Obsevasi Lapangan, Januari 2015.
57
G. Fasilitas Kelas CCE
Di dalam kelas CCE terdapat beberapa fasilitas yang memudahkan
sarana dan prasarana dalam pengajaran. Diantaranya yaitu:
1. 1 Ruang Kelas.
2. 1 Kamar Mandi.
3. 1 Papan Tulis.
4. 20-25 Meja Lipat.
5. Rak Buku beserta Buku-buku Pengetahuan dan Buku Dongeng.
6. Crayon, Pensil Warna, dan Buku Gambar/Buku Mewarnai.
7. 1 Buah Kipas Angin.69
H. Sistem Pendanaan CCE Community
Menurut Pernyataan dari Founder CCE Community, Agustina Dwi
Handayani untuk mendapatkan dana CSR dari suatu perusahaan, suatu
komunitas harus mempunyai sebuah legalitas hukum. Oleh karena itu, agar
mempermudah dalam masalah pendanaan dan mencari donatur CSR dari
sebuah perusahaan, CCE akhirnya melegalkan diri dengan hukum dengan Akta
Notaris Eddy Haryadi, SH., M. KN. SK Menteri Hukum dan HAM RI. No.
AHU-0004824.50.80.2014 Tgl 26 Agustus 2014. Ijin Operasional Yayasan dari
Dinsos Kota Depok, No. 062/720/Sosial. Tgl 27 Oktober 2014. (lihat h. 53).
69
Observasi Lapangan, 20 Maret 2015.
58
Dibawah sebuah Yayasan bernama Green Indonesia Foundation, akhirnya CCE
dapat mempermudah pendanaan lewat Yayasan Green Indonesia Foundation
tersebut.70
I. Piagam Penghargaan CCE Community
Sejak tahun 2012 hingga kini, CCE sudah mengantungi beberapa
piagam penghargaan dari beberapa lembaga dan Universitas, diantaranya
adalah sebagai berikut:
Bakti Sosial PK IMM FISIP UHAMKA 2014.
Sertifikat Children Education Community.
Piagam Penghargaan kepada CCE Community dari Universitas Bakrie
2014.
Piagam Penghargaan dari Lembaga Swadaya Masyarakat Health Nutrition
Care 2014.
70
Wawancara pribadi dengan Agustina Dwi Handayani dan Adjeng Septi Wulandari, 28 Maret
2015.
59
BAB IV
ANALISIS DATA DAN TEMUAN LAPANGAN
Berada di lingkup kelurahan Kebagusan, yang berada di bagian
selatan Pasar Minggu, secara geografis letaknya berbatasan dengan kelurahan
Ragunan Kecamatan Pasar Minggu, Kelurahan Jagakarsa, Kelurahan Lenteng
Agung, Kecamatan Jagakarsa, dan menempati areal seluas 226 Ha. Sebanyak 47.
773 jiwa hidup di daerah ini, 24.368 jiwa laki-laki dan 23. 405 jiwa adalah
perempuan.71
Adapun sebagian dari penduduk berprofesi sebagai pemulung di
daerah ini. Kesejahteraan mereka yang kurang mencukupi, sedangkan anggota
keluarga dan kebutuhan pokok terus mendesak mereka. Sehingga untuk
memikirkan biaya-biaya kehidupan lain sudah tidak bisa mereka tanggung. Dari
latar belakang tersebut, CCE sedikit mencoba membantu perekonomian warga
Kebagusan untuk mengenalkan pendidikan kepada anak-anak mereka. Dengan
adanya bekal dari para pengajarnya yang notabene adalah mahasiswa dan
mempunyai pendidikan yang memadai, maka untuk dapat memberikan anak-anak
pengetahuan dan pengajaran moral, mahasiswa ini menyiasatinya dengan
beberapa strategi program diantaranya:
71
Diambil Dari Buku Bulanan, Januari 2015. Kantor Kelurahan Kebagusan. h. 3.
60
A. Strategi Program CCE Community
Seperti yang telah dikutip dalam bab 2, yang mana strategi adalah
suatu upaya bagaimana mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan sesuai
dengan keinginan, maka dengan ini CCE mencoba merealisasikan tujuan
asalnya yaitu menjadi wadah untuk anak jalanan, pemulung, dan anak punk
mendapatkan ilmu dan pembinaan karakter, moral dan budi pekerti. Dan
sehubungan dengan hal diatas maka CCE mencoba mengimplementasikannya
dalam beberapa strategi program, diantaranya adalah:
1. Rumah Singgah
Dalam beberapa sektor kehidupan manusia, pendidikan sangat
penting peranannya karena dengan adanya pendidikan manusia bisa lebih
berpikir bijak dalam mengelola sesuatu dan bisa lebih diandalkan di beberapa
hal dalam kehidupan. Manusia pun bisa lebih memilih mana yang baik dan
mana yang kurang baik . Demikian pentingnya pendidikan bagi kehidupan
manusia, maka tidak heran jika manusia selalu mengejar pendidikan setinggi-
tingginya dan bahkan hingga mancanegara demi sebuah kebutuhan dan
manfaat akan pendidikan tersebut. Namun di negara kita yang termasuk negara
berkembang, pendidikan yang tinggi masih menjadi suatu hal yang sulit untuk
dijangkau lantaran masih banyaknya masyarakat kita yang belum mampu
menyeimbangkan pendapatannya dengan biaya pendidikan yang semakin
mahal. Bukan hanya untuk pendidikan, untuk kehidupan sehari-hari pun
mereka masih harus berpikir dua kali untuk menggunakannya. Begitupun
ungkapan Ibu T,
61
“Iya mbak, anak saya kan banyak ada enam orang jadi ya di pas-pasin
aja buat makan sehari-hari. Buat makan aja susah”72
.
Ibu T yang berprofesi sebagai Pemulung ini mempunyai enam
orang anak yang semuanya tidak bersekolah. Beberapa anaknya memang
pernah merasakan bangku sekolah tetapi harus putus di tengah jalan lantaran
kurangnya pendapatan untuk biaya sekolah maupun hidup sehari-hari.
Oleh karena itu CCE mengusahakan selalu memberikan pengajaran
kepada anak-anak didik agar sedikitnya mereka bisa merasakan bermain dan
belajar sama seperti anak-anak pada umumnya. Pengajaran di CCE hampir
sama dengan pengajaran pada sekolah-sekolah umum. Anak-anak diajarkan
metode belajar sambil bermain, agar dapat memaksimalkan kinerja motorik
mereka, mengasah kreativitas dan bakat serta menanggulangi perasaan bosan
pada anak-anak. Di dalam pengajaran CCE ada beberapa pengelompokkan
kelas berdasarkan umur anak-anak didik agar pengajar lebih mudah
memberikan pengajaran. Berikut pengelompokkan kelas berdasarkan umur:
Kelas Melati untuk adik–adik PAUD dan TK : Untuk kelas ini, CCE
memberikan pengajaran mengenal huruf, angka, dan nama-nama benda seperti
buah-buahan, hewan, nama bunga, benda-benda langit dan benda-benda yang
sering dijumpai.
Kelas Mawar untuk adik–adik kelas 1–3 SD : Untuk kelas ini, diberikan
pengajaran membaca, menulis, dan berhitung serta pelajaran agama.
72
Wawancara dengan Ibu T, Warga Kampung Kebagusan, Maret 2015.
62
Kelas Sedap Malam untuk adik–adik kelas 4–6 SD : Untuk kelas ini
diberikan pengajaran yang mana siswa boleh menanyakan pelajaran yang sulit
di sekolah formalnya.
Kelas Anggrek untuk adik–adik kelas SMP : Kelas ini diberikan
pengajaran Menari, Menyulam, Membuat kerajinan tangan seperti Bros,
Tempat Pensil dan Lain-lain.
Kelas Alam untuk adik–adik umur >15 tahun : Kelas ini adalah kelas
untuk anak usia 15 tahun keatas yang berminat di bidang Musik.
CCE mempunyai jadwal yang terdiri dari 3 hari dalam seminggu.
Perinciannya adalah sebagai berikut:
Sabtu : Pengajaran Calistung, Bahasa Inggris dan Pelajaran Agama kepada
anak-anak Tingkat PAUD TK DAN SD (Usia 3-7 tahun).
Minggu : Pengajaran Kesenian; seperti Menari dan Bermain musik kepada
anak-anak Tingkat SMP.
Senin : Pengajaran Bimbingan Belajar kepada Anak-anak Tingkat SMP.
Anak didik yang <15 tahun, yang tak lain adalah seorang
pemulung, mereka biasanya belajar setelah mereka bekerja. Biasanya ketika
sore hari dan menjelang malam.
Selain itu CCE mempunyai program lainnya yang masih
berhubungan dengan pengajaran dan ekstrakurikuler sebagai berikut:
63
A. Kelas Calistung (Baca Tulis dan Berhitung)
Kelas ini berisi anak-anak PAUD dan TK yang diajarkan membaca
dan menulis serta berhitung. Selain menulis dan berhitung diajarkan juga
menggambar dan mewarnai. Kelas ini kira-kira berisi 20-30 anak setiap
minggunya. Suasana kelas ini layaknya kelas taman kanak-kanak pada
umumnya, mereka belajar sambil bermain dan bernyanyi. Kelas ini diisi 3
orang pengajar dan 4-6 volunteer. Anak-anak ditempatkan dalam sebuah
ruangan rumah petak yang berukuran sekitar 3 x 3 m. Pengajaran dimulai
setiap hari Sabtu pagi pukul 10.00 wib. Berikut Ungkapan Ibu D, warga
kebagusan.
”ya kalo sekolahkan enak mbak, udah bisa diajarin membaca sama
berhitung, trus anak-anak ngga nganggurlah kalo habis mulung jadi kan
ada kegiatan”.73
Ibu D mengatakan bahwa lebih baik anak anak bersekolah atau
mengikuti kegiatan CCE seperti membaca dan menulis daripada anak anak
menganggur.
73
Wawancara pribadi dengan Ibu D, 25 Mei 2015.
64
Gambar 2.
Suasana pengajaran calistung Kelas PAUD dan TK.
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
B. Kelas Bimbingan Belajar (Bimbel)
Kelas ini berisi anak anak tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah
Menengah Pertama yang belum mengerti pelajaran di sekolah bisa
menanyakan kembali pelajarannya di kelas bimbingan belajar. Di dalam
kelas ini kurang lebih terdapat 3-10 anak didik. Biasanya mereka
menanyakan pelajaran yang mereka pelajari di sekolahnya seperti
Matematika, B. Indonesia, B. Inggris, pelajaran Agama, dan lain-lain.
Pengajarnya Bernama Hafiz Aliagra berasal dari Universitas Islam Negeri
Jakarta, pengajaran dimulai setiap hari Senin sore pukul. 16.00 wib.74
74
Observasi Lapangan dan wawancara pribadi dengan Adjeng Septi Wulandari, Januari-Mei 2015.
65
C. Kelas Alam
Di dalam kelas ini adalah anak-anak yang berusia diatas 15 tahun
yang diajarkan pelajaran musik. Mereka juga sering ditampilkan dalam
acara-acara sosial sebagai band pembuka atau hiburan. Sehingga mereka
mempunyai sedikit keterampilan yang bisa terus mereka asah dan menjadi
sedikit modal skill dalam menunjang kehidupan mereka. Pengajarnya
bernama Syahrial Sukoco. CCE mencoba mendekati mereka dengan apa
yang anak-anak suka yaitu salah satunya musik. Anak-anakpun pernah
tampil dalam acara Abang None Buku 2012 sebagai band pembuka.
Pengajaran setiap hari Minggu malam pukul 19.00 wib.75
D. Kelas Calistung untuk Ibu-ibu
Kelas calistung untuk ibu-ibu dilakukan setiap hari Sabtu pukul
13.00 sampai 14.00 wib. Kelas ini terdiri dari 20-30 ibu rumah tangga yang
berusia antara 20-70 tahun. Mereka belajar menulis dan membaca karena
tidak sedikit juga dari ibu-ibu tersebut yang belum bisa membaca. Dan
setiap selesai belajar, ibu-ibu tersebut mendapat sedikit “penyemangat”
yaitu sembako yang dibagikan agar ibu-ibu mau terus belajar membaca dan
berhitung. Pengajarnya bernama Agustina Pratiwi, Mahasiswa
UNINDRA.76
75
Wawancara pribadi dengan Adjeng Septi Wulandari, Januari-Mei 2015. 76
Wawancara pribadi dengan Adjeng Septi Wulandari, Januari- Mei 2015.
66
Gambar 3.
Suasana Pengajaran Calistung Ibu-ibu
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
E. Kelas Menari
Di kelas menari, anak-anak yang mendapat pengajaran ini adalah
khusus anak perempuan, mendapat pelatihan tari saman, tari aceh dan tari-
tarian tradisional lainnya. Guru dari kelas ini bernama Vebri Dwi
Rahmawati. Kelas dimulai setiap hari Minggu pukul 10.00 wib.77
F. Kelas Karate
Kelas ini khusus untuk anak laki-laki, mereka diajarkan karate
setiap hari Minggu sore. Pengajar bernama Arif Tirta. Ada sekitar 10-15
77
Wawancara pribadi dengan Adjeng Septi Wulandari, Januari-Mei 2015.
67
anak yang mengikuti kelas karate. Anak-anak belajar karate di lapangan di
sekitar pemukiman warga.78
G. Kelas Kewirausahaan
Anak-anak dan Ibu-ibu warga Kebagusan mendapat pelatihan
kewirausahaan membuat barang-barang yang bisa diperjualbelikan seperti
bros, tempat pensil, pouch sulam dan pelatihan menyulam. Pelatihan ini
dapat membuat anak-anak dan ibu-ibu mandiri karena bisa membuat hasil
karya tangan mereka sendiri lalu diperjualbelikan. Pengajar kelas ini adalah
Dwi Nilam Sari. Mahasiswi Universias MH. Thamrin. Kelas ini dimulai hari
Minggu sekitar pukul 13.00 wib. Ibu-ibu yang mengikuti kegiatan ini
berjumlah sekitar 3-5 orang.79
78
Wawancara pribadi dengan Adjeng Septi Wulandari, Januari 2015. 79
Wawancara pribadi dengan Adjeng Septi Wulandari, Januari 2015.
68
Gambar 4.
Suasana membuat Kerajinan Tangan
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Cara pengajaran dari CCE Community sama seperti lembaga
pendidikan pada umumnya. Anak-anak di bedakan dari umur dan tingkatan
kepandaian mereka. Anak yang masih berumur 3-6 tahun dikelompokkan
dalam kelas PAUD dan TK. Sedangkan anak yang sudah berumur 7-14
dikelompokkan dalam tingkat SD dan SMP. Anak-anak yang tergabung
dalam kelompok PAUD dan TK diberikan pelajaran mengenal huruf dan
angka yang sewaktu-waktu diselipkan dengan mainan dan gambar-gambar
yang menarik untuk menarik perhatian mereka, merangsang ingatan dan
mengurangi kejenuhan mereka. Terkadang diselipkan pula dengan lagu dan
gerakan agar mengasah motorik mereka. Volunteer pun berusaha
mendekatkan diri dengan anak didik agar anak didik merasa nyaman dan
“betah” dalam kegiatannya dan juga agar anak-anak bisa belajar
berkomunikasi dengan baik. Anak-anak yang tergabung dalam kelompok
SD diajarkan menulis dan membaca huruf dan kata. Terkadang untuk
69
mengurangi kejenuhan dan menambah ingatan, digunakan pula metode
bermain sambil belajar dengan berbagai permainan yang menambah
semangat dan kreativitas.80
2. Event CCE
Dengan adanya CCE warga sekitar bisa sedikit merasakan hiburan
karena CCE menyediakan hiburan seperti acara musik yang menampilkan
anak-anak didik CCE sendiri. CCE pun mengajarkan anak-anak pelajaran
musik agar mereka bisa mengeksplorasi hobi mereka bermain musik.
Dengan berbekal peralatan dari volunteer seadanya, CCE mengajarkan
beberapa anak pemulung yang dinamakan Anak Alam bermain musik dan
menampilkan mereka dalam beberapa acara CCE ataupun yayasan. CCE
biasanya membuat panggung disekitar tempat tinggal warga agar warga
lebih mudah menyaksikannya dan tanpa biaya. Untuk biaya pementasan
biasanya mereka mendapat dana dari yayasan Green Indonesia Foundation.
Acara mereka biasanya bertema pendidikan, penyuluhan sosial dan hiburan.
Selain musik ditampilkan juga tari-tarian dan menyanyi dari anak-anak.
Terkadang pun anak-anak diajak study tour ke tempat tempat yang belum
pernah mereka kunjungi, misalkan Planetarium-Ancol untuk menambah
pengalaman mereka.81
80
Wawancara pribadi dengan Adjeng Septi Wulandari, Januari 2015, 81
Wawancara pribadi dengan Adjeng Septi Wulandari, Februari 2015.
70
3. Sekolah Paket
Selain pemberian bakti sosial dan pelayanan kesehatan, CCE juga
sedang mengusahakan agar anak-anak pemulung di daerah Kebagusan yang
putus sekolah bisa kembali melanjutkan sekolah mereka ke jenjang yang
lebih tinggi. Anak-anak pemulung akan didaftarkan ke sekolah paket dan
tetap mendapat pendidikan yang setara dengan kemampuan mereka tanpa
membebani mereka. namun sebelum mereka dimasukkan ke dalam sekolah
paket, anak-anak akan mendapat kelas sekolah paket dari CCE yang
memberi pengajaran apa yang akan diajarkan. 82
B. Manfaat Adanya CCE Community Bagi Anak Didik Dan Warga
Kebagusan
1. Anak Didik
A. Informan 1
Gadis kecil berumur kurang lebih lima tahun yang bernama NR ini
aktif mengikuti pengajaran di CCE. Ia mengikuti pengajaran di kelas
PAUD dan TK. Ia sudah bisa membaca huruf-huruf dan menulis. Ia juga
senang menggambar dan mewarnai. Ia terlihat lincah dan pandai
berkomunikasi. Ia terlihat “lebih dewasa” dari anak-anak seumurannya.
Ketika anak-anak lain masih takut dan malu untuk mengemukakan
pendapatnya, ia terlihat lebih percaya diri dan pandai mengemukakan
pendapatnya. Ia juga terlihat lebih tegas kepada teman-temannya. Ketika
82
Wawancara pribadi dengan Adjeng Septi Wulandari, Mei 2015.
71
peneliti bertanya padanya apakah ia suka belajar dengan kakak-kakak di
CCE, ia mengatakan ia suka belajar dengan kakak-kakak dan ia
mengatakan kalau ia sudah masuk TK yang ada di dekat rumahnya.
Peneliti melihat NR adalah anak yang ceria walaupun ia sudah tahu dan
sudah bisa merasakan sulitnya kehidupan ia dan keluarganya. Ketika
penulis bertanya pada NR apakah ia senang belajar dengan kakak-kakak
CCE, NR mengatakan senang belajar dengan kakak-kakak CCE.
“Seneng kak belajar sama kakak-kakak tapi aku masuk TK jadi
udah ngga bisa lagi (mengikuti pengajaran CCE) .. hmm ka aku ngga
dapet kelompok ka kemaren (NR langsung curhat tentang ia di TK-
nya)..kelompok belajar.. kemaren padahal aku udah bilang bu guru..aku
dapet piala dong ka.. lomba, lomba nulis..kalah itu orang-orang..
Peneliti bertanya lagi pada NR apakah NR senang belajar dengan
kakak-kakak, ia malah mengalihkan pembicaraan membicarakan teman-
temannya. Ia seperti lelah menjawab pertanyaan peneliti. Walaupun
penurut, tetapi NR adalah anak yang tegas, terlihat ia selalu melakukan
apa yang menurut ia benar.
Ibu dari NR juga berterima kasih pada CCE yang telah
mengajarinya menulis dan berhitung sehingga NR lebih pintar daripada
sebelumnya. Berikut pernyataan Ibu T, Selaku ibu dari NR.
“Iya saya banyak-banyak terima kasih ke CCE udah mau ngajarin
anak saya, jadi anak saya ada kemauan, kepinteran, gitu jadi saya
kepingin saya tuh anak biar ngga kaya orangtuanya udah buta huruf
orangtuanya anak saya jangan sampe gitu lagi makanya CCE
mengadakan belajar itu saya alhamdulillah sama kakak-kakak dari CCE
yang udah mau ngajarin, anak saya udah ada kemampuan kepinteran”83
83
Wawancara pribadi dengan ibu T, Warga Kampung Kebagusan, 7 April 2015.
72
B. Informan 2
Anak laki-laki ini bernama G. Dia berumur kurang lebih 5 tahun. G
adalah anak baru di CCE. Peneliti melihat awalnya ia adalah anak yang
kalem dan pemalu jika belum mengenal orang, tetapi sekarang dia
menjadi manja, terbuka dan periang. Sebelum penulis mengenalnya, dia
masih malu-malu tetapi sesudah penulis mengajaknya bermain ia
langsung ceria dan mendekat perlahan-lahan. Banyak perubahan yang
signifikan terjadi pada diri G setelah ia belajar dengan CCE.
C. Informan 3
Anak perempuan berumur 5 tahun ini bernama N, penulis melihat
ia bisa dikatakan adalah anak yang suka mencari masalah, keributan
dan sulit diatur namun disisi lain ia adalah anak yang mudah menangis
dan manja, mungkin bisa dikatakan karena lingkunganlah yang
membuat ia mempunyai sifat sekeras itu, tetapi setelah beberapa bulan
mengikuti perkembangan di CCE ternyata N mempunyai sisi baik.
Setelah belajar dengan kakak-kakak di CCE N menjadi anak yang
komunikatif, bisa menjadi lebih sabar, dan menjadi manja dengan
kakak-kakak di CCE. Maksud manja disini diartikan „selalu minta
diperhatikan oleh kakak-kakak CCE‟.84
Banyak dari anak-anak yang pada awalnya malu untuk
bersosialisasi dengan orang baru, namun setelah kita “tarik” mereka dan
84
Observasi Lapangan, Januari-April 2015.
73
mengajak mereka serta membuat mereka merasa nyaman, diperhatikan,
dan dihormati, mereka akan mau membaur dan berkumpul.85
2. Warga
A. Informan 1
Ibu ini bernama Ibu D berumur 37 tahun. Beliau mengatakan
bahwa CCE membantunya dalam menjangkau akses-akses kesehatan seperti
akses membuat BPJS Kesehatan agar lebih mudah, serta membantu anak-
anak beliau mengasah potensi dan prestasinya dalam belajar. Beliau
mengatakan bahwa CCE membantu anak-anaknya mengikuti Ujian
Olimpiade Sains. Beliau mengatakan bahwa pendidikan adalah yang utama,
walaupun pemulung tetapi pendidikan harus tetap yang diutamakan. Seperti
yang diungkapkan Ibu D,
”ya kalau saya sih pengennya anak tetep sekolah ya, tetep belajar, karna
kalau saya, belajar itu tetap nomor satu, tapi kan semua orang tua belum
tentu, kadang ada orangtua yang udahlah dia kan pemulung ngga usah
belajar. Ya walaupun pemulung kan tetap belajar nomor satu, selain itu
juga kakak-kakak juga bantu-bantu bikin BPJS, bikin akte, jadi kita enak”.86
Ibu D mengatakan bahwa walaupun ia adalah seorang pemulung
namun kepeduliannya terhadap pendidikan anak-anaknya begitu besar, ia
rela bersusah payah mencari uang untuk pendidikan anak-anaknya. Terbukti
anak-anaknya dapat mengenyam pendidikan bahkan beliau mengatakan
bahwa anak-anaknya adalah anak-anak yang memiliki kompetensi diatas
rata-rata anak anak seusianya.
85
Observasi Lapangan, Maret- April 2015. 86
Wawancara pribadi dengan ibu D, 24 Mei 2015.
74
B. Informan 2
Ibu ini bernama Ibu T, berumur sekitar 43 tahun, Beliau
mengatakan CCE mengadakan bantuan ketika puasa seperti buka puasa
bersama, memberi sembako pada anak-anak, dan mengajak anak-anak jalan-
jalan. Dahulu CCE sering memberikan bantuan berupa makanan seperti
telur, mie, dan nasi box setiap hari jum‟at bahkan CCE memberikan uang
santunan hingga berjumlah Rp. 250.000, per orang. Namun seiring berganti
dan regenerasi anggota volunteer CCE, kini bantuan CCE berkurang
signifikan. Berikut pernyataan Ibu T, warga Kebagusan.
“kadang kadang ada bantuan, puasa puasa tapi udah jarang kalo dulu
mah sering kita dikasih sembako, beras, uang juga waktu itu 250 ribu satu
orang cuma udah lama”
Ibu T mengatakan bahwa sesekali ada bantuan, ketika waktu
datang bulan puasa, CCE memberikan sembako bahan bahan makanan,
berupa beras, dan kadang kala memberikan uang tunai sebesar Rp.250.000,-
per orang namun itu dikatakan sudah beberapa waktu lalu.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, terdapat beberapa kesimpulan
tentang kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh Charity of Children
Education Community untuk pendidikan anak pemulung menggunakan teknik
wawancara dan observasi. Kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Dari beberapa program yang Charity of Children Education Community
yaitu Kelas Alam, Kelas Menari, Kelas Calistung Anak-anak dan Ibu-ibu,
terdapat juga Kelas Paket yang memberikan pembekalan pendidkan kepada
Anak anak Pemulung agar dapat memahami materi-materi di sekolah paket dan
mengusahakan agar Anak-anak Pemulung dapat melanjutkan pendidikan
mereka dengan menyekolahkan Anak Pemulung ke dalam sekolah paket.
2. Selain itu Charity of Children Education Community menjadi perantara
dimana anak didik bisa mengikuti olimpiade mata pelajaran sekolah seperti
Sains dan Matematika tingkat Nasional sehingga anak tahu seberapa jauh
potensi mereka dan apa yang mereka punya untuk mereka asah dan mereka
dalami untuk masa depan mereka, dan membantu mereka agar mengerti
bagaimana berkomunikasi dan berhubungan baik dengan orang lain. Serta
mengajarkan pentingnya berbuat baik kepada orangtua, guru, teman dan
makhluk lainnya.
76
3. Charity of Children Education Communitypun menanamkan kepribadian
yang sangat erat, seluruh anggota komunitas ini maupun penerima manfaatnya
diajarkan dan mengajarkan bagaimana berhubungan baik dengan orang lain,
bersabar, dan sopan santun.
B. Saran
1. Adapun buah pikiran penulis dan saran yang mungkin saja membangun untuk
CCE adalah tingkatkan keseriusan CCE dalam menjalankan visi misi tujuan dan
fungsi CCE bagi warga kebagusan.
2. Kuatkan dan jadikan diri CCE sebagai komunitas satu-satunya yang
mengedepankan kepentingan warga Kebagusan dan berjuang untuk kesejahteraan
warga Kebagusan.
3. Penulis berharap CCE menggandeng komunitas lain yang sejenis agar dapat
menguatkan, dan dmeningkatkan kinerja positif dalam akses-akses yang dapat
memudahkan warga Kebagusan dalam meningkatkan dan mensejahterakan
kehidupannya seperti akses kesehatan, akses pinjaman modal, dan akses-akses
yang lainnya.
Daftar Pustaka
Adi, Isbandi Rukminto. Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat; Sebagai Upaya
Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2013.
Adi, Rianto. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit, 2004.
Burhan Bungin, ed. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Gunawan, Iwan. Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press, 2010.
Hasan, Maimunah. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Diva Press, 2010.
Hasan, Muhammad Tholhah. Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lantabora Press,
2005.
Huraerah, Abu. Child Abuse (Kekerasan terhadap Anak). Bandung: Penerbit Nuansa, 2007.
Ismail, Asep Usman. Al-Quran dan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lentera Hati, 2012.
J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.
Nasib Gelandangan Bertahan Secepatnya, Lembaga Studi Pembangunan, Anggota IKAPI; Seri
Sektor Informal ‘Galang’ ISSN : 0216-0226; Jakarta, 1985.
Pidarta, Made. Landasan Pendidikan; Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta, 2007.
Putro Widoyoko, Eko. Evaluasi Program Pembelajaran;Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon
Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Saroni, Mohammad. Orang Miskin Harus Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2010.
Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan; Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Soetomo. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Sri Wahyudi, Agustinus. Manajemen Strategik; Pengantar Proses Berpikir Strategik. Jakarta:
Binarupa Aksara, 1996.
Suharto, Edi. Kemiskinan &Perlindungan Sosial di Indonesia. Bandung: Alfabeta, 2009.
Tirtarahardja, Umar dan Sulo, La. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Wiyono, Teguh. Rekonstruksi Pendidikan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Internet:
Masalah Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia, diakses dari
http://www.bimbingan.org/masalah-ekonomi-dan-kesejahteraan-masyarakat-indonesia.html
http://edukasi.kompasiana.com/2013/12/24/tingginya-angka-putus-sekolah-di-indonesia-622368.html
Andi Lesmana, Edukasi Kompasiana, Definisi Anak,
http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/15/definisi-anak-463129.html
Daniel Yonathan Missa, Kompasiana, Kebutuhan Dasar Anak,
http://edukasi.kompasiana.com/2014/07/31/kebutuhan-dasar-anak-666613.html
Pedoman Wawancara (Warga Kebagusan)
Nama:
Umur:
1. Apa kesejahteraan menurut Bapak/Ibu?
2. Berapa penghasilan Bapak/Ibu, perbulan/perhari?
3. Apakah Bapak/Ibu sudah merasa sejahtera dengan Gaji tersebut?
4. Menurut Bapak/Ibu Apa yang membuat hidup sejahtera?
5. Apa yang Bapak/Ibu harapkan dari Pemerintah?
6. Apakah Bapak/Ibu tahu mengenai CCE?
7. Apa program yang Bapak/Ibu Ikuti di CCE?
8. Apa hasil yang Bapak/Ibu dapat dari CCE?
9. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai CCE?
10. Apa kekurangan dari CCE?
11. Adakah yang Bapak/Ibu harapkan dari CCE?
Pedoman Wawancara (Pengajar CCE)
Nama:
Jabatan:
Umur:
1. Ada berapa jumlah penerima manfaat berupa pendidikan dari CCE? (Diklasifisikan
berdasarkan umur dan jenis kelamin)
2. Apa dan bagaimana materi pengajaran yang diajarkan oleh CCE?
3. Bagaimana prosedur anak yang ingin belajar di CCE?
4. Ada berapa guru yang mengajar? Dari mana saja dan aktifitasnya apa saja?
5. Apakah anda mendapat honor dari mengajar ini?
6. Apa perasaan anda mengajar di sini?
7. Apa motivasi anda ingin mengajar disini?
8. Bagaimana metode mengajar anak didik?
9. Pelajaran apa yang paling anak sukai?
10. Bagaimana tingkah laku anak didik?
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN WARGA KEBAGUSAN
Nama: Ibu T
Umur: 43 Tahun
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa kesejahteraan menurut
Bapak/Ibu?
Ya kalo dipikir-pikir ya, orang kan pikirnya lain-lain
ya, pengennya mah tadinya pengen seneng, ya
namanya orang ditakdirin begini, yaudah kita ikutin
apa adanya, makanya kalo jadi orang kecil susah.
Yang penting bisa makan.
2 Berapa penghasilan
Bapak/Ibu,
perbulan/perhari?
30 ribu per hari.
3 Apakah Bapak/Ibu sudah
merasa sejahtera dengan
penghasilan tersebut?
Ya udah cukup saya mah.
4 Menurut Bapak/Ibu apa
yang membuat hidup
sejahtera?
Ya yang penting udah ketemu makan, ya anak-anak
bisa kerja itu aja udah.
5. Apa yang Bapak/Ibu
harapkan dari Pemerintah?
Ya ada, namanya kita orang kecil gini kan
ibaratnya, beda daerah beda, saya dulu waktu
tinggal di Cipinang, begini hidup di lapak, ada
bongkaran ada gusuran, sumbangan dari manapun
dateng, dibantu penampungan, sebelum gubuk jadi
tuh, kalo disini kan ngga ada, ya kita masing-masing
hidup, boro-boro orang mau bantu orang kayak gini
kan, malah lebih seneng malah disorakin, pikiran
orang laen lah, baguslah digusur, kalo saya hidup di
Cipinang mah dulu mah dibantu, ngga mau
meremehkan orang kayak gini malah bantu, 4 tahun
saya hidup di Cipinang, ada kebanjiran dibantu, ada
kebakaran dibantu, ya kalo orang di Jakarta Selatan
ini kayaknya sistemnya ngga sama.. dulu waktu saya
di Cipinang, setiap minggu nasi dibagiin semua buat
pemulung-pemulung, kalo di Cipinang enak ada
makanan, ada obat gratis, ada sembako, RT mah
mau mengontrol.
6. Apakah Bapak/Ibu tahu
mengenai CCE?
Ya tau sih.
7. Apa program yang
Bapak/Ibu Ikuti di CCE?
Pelajaran, paktek bikin bantal, apa kerajinan tangan
tuh.
8 Apa hasil yang Bapak/Ibu
dapat dari CCE?
Ya kadang-kadang ada sumbangan tas, buku-buku,
ya makananlah sembako.
9 Bagaimana pendapat
Bapak/Ibu mengenai CCE?
Ya bisa mendidik anak anak, memberi pelajaran
anak-anak, bikin ibu-ibu tadi ngga bisa tau huruf
jadi tau huruf.
10. Apa kekurangan dari CCE?
Ya dibilang kurang ya ngga ada, dibilang ngga ada
ya ada. Ya ngga kayak yang dulu, kalo dulu sering
ngasih sumbangan ibaratnya ngebantulah orang
yang kayak gini-gini susah.
11. Adakah yang Bapak/Ibu
harapkan dari CCE?
Ya ada sih ada, maksud saya kan dia ibaratnya kan
bulan puasa tiap puasa kan pasti ngasih sumbangan
ya ibaratnya sembakolah setiap seminggu sekali trus
ada acara buka bersama buat anak anak sama ibu
ibu. Dulu tiap tiga hari ada buka bersama, trus
tanggal 21 22 ada pembagian.
Mengetahui,
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN WARGA KEBAGUSAN
Nama : Ibu A
Umur : 26 tahun
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa kesejahteraan menurut
Bapak/Ibu?
Ya mungkin hidup sejahtera itu ya yang
enak kali ya.
2 Berapa penghasilan Bapak/Ibu,
perbulan/perhari?
Perbulan ngga sampe 500ribu juga
sebenarnya. Ini ya kalo usaha di lapak-
lapak gitu.
3 Apakah Bapak/Ibu sudah merasa
sejahtera dengan penghasilan tersebut?
Ya gimana ya cukup ngga cukup. Ya
cukup-cukupin aja gitu.
4 Menurut Bapak/Ibu Apa yang
membuat hidup sejahtera?
Ya mungkin sama keluarga disini apa
adanya aja jadi enak aja gitu.
5 Apa yang Bapak/Ibu harapkan dari
Pemerintah?
Ya biar melihat rakyat kecilnya kali ya
supaya rakyat kecil, apa-apa naik jadi
jangan sampe keberatan lah jangan sampe
nyusahin gitu, udah susah.
6 Apakah Bapak/Ibu tahu mengenai
CCE?
Belajar, ngajarin anak-anak.
7 Apa program yang Bapak/Ibu Ikuti di
CCE?
Itu yang ngajarin ibu-ibu baca tulis. Ibu
yang belum ngerti huruf.
8 Apa hasil yang Bapak/Ibu dapat dari
CCE?
Ya enak ibu-ibu yang diajarin jadi tahu
huruf.
9 Bagaimana pendapat Bapak/Ibu
mengenai CCE?
Ya sebenarnya si buat anak-anak baik mo
belajar, jadi ngga terlalu banyak main.
10 Apa kekurangan dari CCE?
Sebenarnya ngga juga, baik mereka, baik
mo ngajarin anak-anak, kebutuhan anak
anak.
11 Adakah yang Bapak/Ibu harapkan dari
CCE
Biar lebih baik lagi sama anak anak, udah
deket si udah, ya lebih baik lagi.
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN WARGA KEBAGUSAN
Nama: Ibu K
Umur: 41 tahun
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa kesejahteraan menurut
Bapak/Ibu?
Hidup yang layak, kalo kita mah kagak
layak. Ya hidup apa adanya.
2 Berapa penghasilan Bapak/Ibu,
perbulan/perhari?
Suami saya OB disitu ya gajinya 2 juta ya
sebulan, ya buat bayar anak sekolah, buat
bayar kontrakan, buat biaya anak masuk
PAUD, buat makan sehari-hari, buat
ongkos.
3 Apakah Bapak/Ibu sudah merasa
sejahtera dengan penghasilan tersebut?
Ya belum. Buat ongkos anak buat makan
kan anak dua sehari yang gede 15ribu
yang kedua 10ribu. Ya belum jajan anak
belum beli lauk itu ya cukup cukupin aja
buat beli beras buat beli ikan namanya
anak banyak.
4 Menurut Bapak/Ibu Apa yang
membuat hidup sejahtera?
Punya rumah sendiri ngga ngontrak. Ya
ngga pingin ini itu yang mewah mewah
pokoknya punya rumah sendiri aja.
5 Apa yang Bapak/Ibu harapkan dari
Pemerintah?
Ya Insya Allah kalo ada bantuan gitu apa.
Kan kita juga kalo lagi sekolah juga ada
KJP (Kartu Jakarta Pintar). Yah KJP mah
kagak keluar, diurusin kaga keluar. Kalo
yang kagak punya kan dapet gituan.
6 Apakah Bapak/Ibu tahu mengenai
CCE?
Ya cuma kalo kegiatan sehari-harinya ya
ngajar anak anak PAUD SD SMP. Bikin
anyaman gitu, karate sabtu minggu.
7 Apa program yang Bapak/Ibu Ikuti di
CCE?
Kalo bikin pelatihan potong rambut ibu
ikut.
8 Apa hasil yang Bapak/Ibu dapat dari
CCE?
Kita ada sembako dapet, per orang dapet
2 dus makanan.
9 Bagaimana pendapat Bapak/Ibu
mengenai CCE?
Kalo menurut ibu bagus sekali, karena
bisa lesin (memberi les) anak anak yang
ngga mampu les di tempat les. Yang belum
bisa bayar les, bisa les disitu (CCE).
10 Apa kekurangan dari CCE?
Ya ngga, alhamdulillah bagus banget.
Kalo anak anak habis belajar dibagiin
makanan nasi kotak dapet buku tas
11 Adakah yang Bapak/Ibu harapkan dari
CCE
Ya kalo ibu pingin gimana cara
belajarnya ditingkatin. Kan anak saya
udah kelas naik 3 SMP. kan kalo udah
kelas 3 kan tambah susah belajarnya.
Sabtu minggu harus ada les ada tambahan
gitu.
Mengetahui,
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN PENGAJAR CCE
Nama: Anjas M.
Umur: 19 Tahun
Jabatan: Pengajar/Volunteer CCE
No Pertanyaan Jawaban
1 Ada berapa jumlah penerima manfaat
berupa pendidikan dari CCE?
(Diklasifisikan berdasarkan umur dan
jenis kelamin)
Kira-kira ada 20 orang, terdiri dari
PAUD, kelas 1 SD, tapi kebanyakan yang
udah SD sih. Kalo untuk sekarang sih kalo
untuk yang cowok itu kira-kira ya kurang
dari sepuluh, tapi kalo untuk yang
ceweknya dua belasan, itu termasuk anak
anak yang tiga tahunan, empat tahun.
2 Apa dan bagaimana materi pengajaran
yang diajarkan oleh CCE?
Kalo yang diajarin di CCE itu materinya
kalo untuk yang hari minggu itu berupa
ekskul trus hari sabtunya akademik itu
biasanya kalo untuk yang pagi itu buat
anak TK, kalo yang siangnya itu buat
yang SD. Oo iya kalo hari Minggu itu ada
ekskul kalo jam 7 itu kita ngadain ngaji
dulu, trus kelas kreasi untuk yang kecil
buat ibu ibu juga kemudian kalo agak
siangan dikit itu biasanya buat kelas tari.
Kalo buat yang anak TK-nya belajar
menghitung, menulis, membaca sama kita
ada kayak games-games yang sifatnya
edukasi, dongeng dongeng, ada sains
juga. Oo iya buat les hari selasa rabu.
3 Bagaimana prosedur anak yang ingin
belajar di CCE?
Kalo diliat liat biasanya anak yang udah
belajar di CCE itu dia kan bawa
temennya, temennya dari luar, dan dia
belum ikut pengajaran, itu dia ikut dulu
nanti kalo mau lanjut nanti dimasukkin ke
absen.
4 Ada berapa guru yang mengajar? Dari
mana saja dan aktifitasnya apa saja?
Kalo untuk seluruhan itu 50 volunteer.
Kalo untuk 1 hari mengajar itu udah
dibagi kelompok ABCD seharusnya itu
semua kan 1 kelompok itu 10 orang
tapinya yang dateng paling beberapa
paling 3-4, untuk yang kelompok laen juga
bisa dateng bantu bantu kelompok yang
hari ini ngajar. Volunteernya macem
macem ya ka ada yang dari UIN,
UNINDRA, Gunadarma, trus UI, MH
Thamrin. Setau saya itu.
5 Apakah anda mendapat honor dari
mengajar ini?
Oo kalo di CCE kan kita sistemnya amal
ibadah ya ka jadi kita udah berkomitmen
jadi kita engga mentingin imbalan,
imbalannya itu kita membagi ilmu sama
berbagi aja. Masalah dapet honor ngga
ngurusin.
6 Apa perasaan anda mengajar di sini?
Perasaannya ya seneng liat adek adenya,
trus, kangen pengen maen lagi pengen
maen lagi, trus juga ade adenya enak gitu
welcome. Ya kadang ada rasa marah ya,
karena ada beberapa anak yang susah
diatur, jadi kadang ya gimana ya, ya
namanya manusiawi. Jadi ya disabar
sabarin aja.
7 Apa motivasi anda ingin mengajar
disini?
Pengen berbagi ilmu, pengen berbagi
pengalaman, dan cari kesibukan juga
soalnya dirumahkan ngga ada
kegiatan..pingin deket sama adek adek
juga.
8 Bagaimana metode mengajar anak
didik?
Kalo saya metode pengajarannya pertama
kita ajak maen-maen dulu kalo anak-anak
nyaman kita mulai pengajaran, kan
metodenya bisa dengan bermain, ngga
harus fokus.
9 Pelajaran apa yang paling anak sukai?
Biasanya kalo anak anak itu semua
pelajaran suka ya, tapi ada beberapa anak
yang ngga suka misal kaya matematika
anak anak jarang suka tapi disiasatin biar
kayak bikin games biar anak anak mau
trus diimingi hadiah biar anak anak
belajar juga. Kalo yang minggu itu kan
ada kelas kreasi, itu anak-anak suka. Anak
anak suka menggambar mewarnai.
10 Bagaimana tingkah laku anak didik?
Kalo saya liat disini anak anak ada yang
aktif dan ada yang masih malu malu juga,
kalo yang aktifkan ya kenal sama
pengajarnya trus kalo yang malu malu
gitu anak kecil mungkin karna masih takut
sama pengajarnya, kayaknya
perkembangan dari dulu sampe sekarang
cenderung aktif ya paling Cuma beberapa
aja anak yang diem.
Mengetahui,
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN PENGAJAR CCE
Nama: Sarah K.
Umur: 21 Tahun
Jabatan: Pengajar CCE
No Pertanyaan Jawaban
1 Ada berapa jumlah penerima manfaat
berupa pendidikan dari CCE?
(Diklasifisikan berdasarkan umur dan
jenis kelamin)
Sekitar 60anlah. Kalo untuk yang belajar,
Umur 3 tahun sampe kelas 3 SMP. Kalo
non formal ada 15 tahun keatas. Aku juga
data nya ngga megang, Cuma kalo
umumnya kebanyakan cewek sih. Cowok
juga banyak cuma saya ngga bisa mastiin.
2 Apa dan bagaimana materi pengajaran
yang diajarkan oleh CCE?
Kalo PAUD dan TK pengajarannya kita
lebih mengedepankan untuk adek adeknya
menggunakan media untuk lebih gampang
anak anak mengerti setiap pelajaran yang
kita kasih sambil bermain, kalo untuk SD
dan SMP kita lebih ke bimbel lebih ke apa
tugas sekolah mereka jadi lebih enak.
3 Bagaimana prosedur anak yang ingin
belajar di CCE?
Ngga ada si ka, paling kalo ade adenya
emang mau belajar disini, yaudah ngga
apa-apa, banyak juga yang sodaranya ikut
kayak gitu gitu ka.
4 Ada berapa guru yang mengajar? Dari
mana saja dan aktifitasnya apa saja?
Setiap harinya ga tentu sih ka tergantung
kalo hari senin selasa itu tim bimbel yang
dateng trus kalo sabtu minggu lumayanlah
ka banyak. Jadwal kelas untuk kelas bimbel
biasanya hari senin dan selasa, paud dan
ibu ibu itu hari sabtu dan PAUD biasanya
dari jam 10 sampe jam 11kalo kelas ibu-ibu
biasanya bareng juga sama kelas paud
Cuma kalo ibu-ibu di lapangan kadang kalo
ngga barengan ya ibunya paling nungguin
selesai anak-anak belajar di kelas.
5 Apakah anda mendapat honor dari
mengajar ini?
Ngga.. karena disini bentuknya sukarela aja
jadi tanpa bayaran kan kita juga bentuknya
sosial.
6 Apa perasaan anda mengajar di sini?
Seneng, apa ya, nyaman karena banyak
yang saya dapat disini, dari pengalaman
belajar, komunikasi dengan orang-orang
baru, berkomunikasi dengan orang-orang
yang jarang saya temukan, adek adeknya
selalu buat saya seneng, kadang bisa
ngilangin kegalauan juga sih kayak kita
maen sama adek deknya, apa lagi ya,
banyak lah.
7 Apa motivasi anda ingin mengajar
disini?
Pengennya ngliat semua anak dapet
pendidikan, memberi perhatian yang lebih
ke ade adenya biar ade adenya ngerasa
diperhatikan selain dari keluarga.
8 Bagaimana metode mengajar anak
didik?
Pendekatannya kita lebih maen-maen aja
sih sama adek adenya secara personal ya
kayak maen dengan anak kecil pada
umumnya lah, kalo yang gedenya kita
ngobrol ngobrol, curhat gitu banyaklah.
9 Pelajaran apa yang paling anak sukai?
Banyak ya yang mereka suka tapi dengan
kaya keterampilan gitu dan sains,
eksperimen kayak anak SD, SMP
10 Bagaimana tingkah laku anak didik?
Macem macem ada yang lari-lari, ada yang
diem aja, beda usia beda tingkah laku.
Mengetahui,
PETA KELURAHAN KEBAGUSAN
(Sumber: Dok. Kelurahan Kebagusan)
KEADAAN PEMUKIMAN PEMULUNG KEBAGUSAN
Sebelum Digusur (06 Mei 2015)
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Setelah Digusur (28 Mei 2015)
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Kegiatan Membuat Kerajinan Tangan/Kewirausahaan
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Kegiatan Calistung dan Menggambar
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Kegiatan Calistung Anak anak PAUD
Kegiatan Calistung Anak anak PAUD
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Kegiatan Orientasi Volunteer Baru
Kegiatan orientasi volunteer baru
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Kegiatan Evaluasi Kerja
Kegiatan Diskusi Volunteer
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Kegiatan Penampilan Anak Kelas Alam di Univ. Al Azhar Indonesia
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Tabel Nama Volunteer CCE
No NAMA JENIS
KELAMIN
TEMPAT
TANGGAL
LAHIR
PENDIDIKAN
1 Siti Alhikmah P Pemalang, 28
Juli 1991
Mahasiswi
UNINDRA/
karyawan swasta
2 Nahaso Hia L Turenamohesa
08 Agustus
1993
Akademi Teknik
Elektromedika
Andakara Jakarta
3 Syahrial Sukoco L Jakarta, 11
Oktober 1985
Karyawan Swasta
4 Ustiya Dahwuni P JAKARTA, 20
OKTOBER
1994
Mahasiswi
Universitas Nasional
5 Vebri Dwi
Rahmawati
P CILACAP,24
FEBRUARI
1994
Pengajar KUMON
6 Abdul Latief
Fikry
L Jakarta, 27-
Mei-1992
Mahasiswa
UMJ/Karyawan
Swasta
7 Radita Andinia
Utami
P Jakarta, 5
Desember
1993
Mahasiswi
Universitas Al-
Azhar Indonesia
8 Tsuwaybatul
Aslamiyah
P Jakarta, 05
April 1993
Mahasiswi
Universitas Al-
Azhar Indonesia
9 Aulia Rahman P Jakarta, 15
November
1992
Mahasisiwi
Universitas Al-
Azhar Indonesia
10 Ika Utami Wahyu
Ningsih
P Bogor, 30
Agustus 1991
Asisten Dosen
Universitas
Pancasila
11 Muhammad
Rachman
Alamsyah
L Jakarta, 22
Agustus 1993
Mahasiswa APP
12 Annisa Mufliyanti P Bekasi, 13
Desember
1994
Mahasiswi
UHAMKA
13 Amin L Cianjur, 06
September
1993
Mahasiswa
Universitas
Borobudur
14 Dimas Ramadhan L Jakarta, 06 Mahasiswa
Putra Februari 1996 UHAMKA
15 Umayah Arindah P Jakarta, 09
Mei 1997
Mahasiswa
16 Mukhdidin
Afriyanto
L Jakarta, 11
Juni 1994
Wirausaha
17 Riri Nurizqiah P Tangerang, 25
Juni 1994
Mahasiswa UIN
18 Andini Bilqis
Shafa
P Bekasi, 27
September
1995
Mahasiswa
UNINDRA
19 Devis Maredona L Lebak, 29
Maret 1992
Mahasiswa
UHAMKA/Pengajar
Privat
20 Mita Choirunnisa P Jakarta, 27
Maret 1996
Mahasiswa
UHAMKA
21 Winda Sulistyani P Jakarta, 24
November
1995
Mahasiswa
UNINDRA
22 Aniva Qaidi P Jakarta, 16
Desember
1995
Mahasiswa
UNINDRA
23 Annisa
Rahmawati
P Jakarta, 19
Maret 1993
Mahasiswa UNPAM
24 Lystiani P Jakarta, 14
Oktober 1978
Mahasiswi Univ
Borobudur/
Karyawan Swasta
25 Dewi Ratih Ayu
Safitri
P Tanjung
Pandan, 7
Maret 1995
Mahasiswa UIN
26 Sarah Khairini P Jakarta, 12
Maret 1994
Mahasiswa UAI
27 Olivia Resty
Amalia
P Jakarta, 25
September
1995
Mahasiswa
Gunadarma
28 Nur Aisah P Pemalang, 10
November
1995
Mahasiswa
UNINDRA
29 Putri Fadilah
Zikri
P Jakarta, 01
Oktober 1995
Mahasiswa
UNINDRA
30 Parmuji P Semarang, 02
Desember
1994
Mahasiswa Univ
Borobudur
31 Arif Tirtayana L Bekasi, 16 Juli
1993
Karyawan Swasta
32 Yasir Alwan L Jakarta, 26
April 1996
Mahasiswa
UHAMKA
33 Jemi Penni L Majalengka,
10 Juni 1996
Mahasiswa
UHAMKA
34 Nike Pratiwi P Semarang, 13 Mahasiswa
Oktober 1993 UNINDRA
35 Kholfi Aulia P Tangerang, 13
April 1996
Mahasiswa
UHAMKA
36 Siva Khoirunnisa P Jakarta, 19
Juni 1995
Mahasiswa
UHAMKA
37 Maryanah P Tangerang, 26
Mei 1995
Mahasiswa
UHAMKA
38 Ageng
Wicaksono
L Wonosobo, 9
Februari 1992
Mahasiswa
UHAMKA
39 Fitrah Azizah P Jakarta, 2 Juni
1996
Mahasiswa UAI
40 Riny Alfina P Jakarta, 13
Juni 1996
Mahasiswa UAI
41 Abdurrazaq L Jakarta, 9
Desember
1994
Mahasiswa UAI
42 Ika Dewi Lestari P Banyumas, 28
April 1995
Mahasiswa
Universitas
Pancasila
43 Hadiansyah
Ismawan
L Sukabumi, 18
Mei 1992
Mahasiswa UAI
44 Alan Dahlan L Bandung, 10
November
1989
Mahasiswa Univ
Borobudur
45 Liana Frisca P Jakarta, 24
Maret 1992
Mahasiswa UPN
46 Dian Febriani P Jakarta, 19
Februari 1988
Pegawai Swasta
47 Jaya Maulana L Jakarta, 27
Desember
1993
Karyawan Swasta
48 Heni Febriyani P Jakarta, 25
Februari 1993
Karyawan Swasta
49 Errica Syamara P Jakarta, 28
September
1994
Mahasiswa
UHAMKA
50 Ritza Faiza P Jakarta, 2 Juni
1994
Mahasiswa
UNINDRA
51 Mega Ulan
Nurmayasari
P Tangerang, 14
Mei 1995
Mahasiswa TEKNIK
PERTAMEDIKA
52 Unggul Satria Adi
Wicaksono
L Jakarta, 21
November
1993
Mahasiswa
GunaDarma
53 Eka Apriyana P Jakarta, 20
April 1988
Karyawan Swasta
54 Bayu Nuriman L Garut 26 Juli
1991
Mahasiswa
UHAMKA
55 Putri Sherin P Jakarta, 19
April 1995
Mahasiswa Univ.
Moestopo
56 Dimas Haryo
Putra
L Jakarta, 17
November
1990
Mahasiswa Trisakti
57 Muhamad Noer
Aziz
L Jakarta, 20
Maret 1995
Mahasiswa BINA
SARANA
INFORMATIKA
58 Andi Nurvadilah
Piqih
L Jakarta, 9
April 1996
Mahasiswa UNIV.
Pakuan
59 Eka Sukaesih P Banjarnegara,
12 April 1996
Akademi Pimpinan
Perusahaan
60 Mochamad
Nuruddin
L Jakarta, 2 Juni
1995
Akademi Pimpinan
Perusahaan
61 Filda Ayu Afrida P Tegal, 28 Juni
1996
Mahasiswa UAI
62 Muhammad
Ibrahim Zainal
L Malang, 22
November
1996
Mahasiswa Trisakti
63 Firli Sucia Sari P Bekasi, 6
Maret 1995
Mahsiswi UIN
64 Atika Zahra Nur
Auliya
P Timor Timur,
19 Oktober
1996
Mahasiswa IPB
65 Muhammad
Yusuf
L Lumajang, 10
Agustus 1995
Mahasiwa IPB
66 Zulfikar Rahman L Subang, 24
Juli 1995
Mahasiswa IPB
67 M. Khoirun Najib L Pekalongan, 8
Januari 1996
Mahasiswa IPB
68 Hafiz Alifiarga L Jakarta, 18
Oktober 1994
Mahasiswa UIN
69 Aditya Oktaviana P Depok, 28
Oktober 1995
Mahasiswa Guna
Darma
70 Joko Purnomo L Cirebon, 27
September
1996
Mahasiswa Guna
Darma
71 Aulia
Ristianingsih
P Jakarta, 31
Oktober 1991
Mahasiswa STIKIM
(Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan
Indonesia Maju)
72 Melisa Handayani P Jakarta, 29
Maret 1995
Mahasiswa IPB
73 Ratu Giovanni P Tangerang, 26
Desember
1996
Mahasiswa Mercu
Buana
74 Abdul Baits
Dehana Padma
Swastika
L Lamongan, 20
Agustus 1996
Mahasiswa IPB
75 Dea Aulia
Safryna
P Boyolali, 29
Juni 1996
Mahasiswa IPB
76 Safira Laisia
Atmara
P Jakarta, 12 Juli
1996
Mahasiswa IPB
77 Fiqih N.
Amrinarazada
P Jakarta, 4
Januari 1996
Mahasiswa
UNINDRA
78 Khoirunnisa P Jakarta, 1
April 1995
Mahasiswa
UNINDRA
79 Devi Kumala
Melati
P Tangerang, 22
April 1995
Mahasiswa
UNINDRA
80 Agustina Pratiwi P Jakarta, 17
Agustus 1995
Mahasiswa
UNINDRA
81 Anjas Maulana L Brebes, 16 Mei
1996
Mahasiswa
UNINDRA
82 Arih Amirah Sari P Magelang, 13
Mei 1996
Mahasiswa IPB
83 Sarah Fadiyah P Kuningan, 1
Januari 1996
Mahasiswa IPB
84 Dewi Karima P Pekalongan, 26
Juni 1996
Mahasiswa IPB
85 Tiara Nurul Diah P Bantul, 7 Mei
1996
Mahasiswa
UNINDRA
86 Auliyati P Jakarta, 30
Agustus 1995
Mahasiswa
UNINDRA
87 Dina Yulyana P Jakarta, 13
Juni 1993
Mahasiswa UI
88 Sakinah P Bogor, 04 Juli
1996
Mahasiswa
UNINDRA
89 Arindha Mariesqa
Pangestu
P Jakarta, 16
Mei 1997
Mahasiswa
UNIVERSITAS
NASIONAL
90 Ibrahim Risyad L Jakarta, 8 Juni
1994
Mahasiswa
GUNADARMA
91 Indri Ustamar P Depok, 13
Januari 1996
Mahasiswa
UNIVERSITAS
NASIONAL
92 Ari Hermawan L Jakarta, 12 Juli
1996
Mahasiswa
UNINDRA
93 Vernanda Fairuz P Jakarta, 14
Maret 1997
Mahasiswa IPB
94 Selma Intan
Praditya Sari
Himawan
P Ngawi, 14
Maret 1995
Mahasiwa UAI
(Sumber: Dokumentasi CCE Community)
Tabel Nama Anak Didik CCE
No Nama Jenis
Kelamin
TTL Sekolah Kelas
1 Nurul P - Belum Sekolah Melati
2 Amad L - Belum Sekolah Melati
3 April P - Belum Sekolah Melati
4 Ayu P Cilacap, 12-
11-08
PAUD Melati
5 Caca A. L Jakarta, 19-
02-08
PAUD Melati
6 Devi P Karawang,
27-12-09
PAUD Melati
7 Despi P - PAUD Melati
8 Yanti P Jakarta, 28-
10-11
Belum Sekolah Melati
9 Empi L - Belum Sekolah Melati
10 Fajar L Jakarta, 20-
04-09
Belum Sekolah Melati
11 Firman L - PAUD Melati
12 Fitri P Jakarta, 31-
01-07
MI Kelas 1 Mawar
13 Intan P - PAUD Melati
14 Linda P - Belum Sekolah Melati
15 Nabila P Jakarta, 10-
01-06
SD 014 Pagi Mawar
16 Tomi L - PAUD Melati
17 Pingkan P Indramayu,
2008
Belum Sekolah Melati
18 Sandy L Jakarta,
Mei-2007
PAUD Melati
19 Soleha P - SD Kelas 1 Melati
20 Sutriah P Indramayu,
15 Juni
2003
Belum Sekolah Melati
21 Yahya L - SD 014 Pagi Mawar
22 Nur P - Belum Sekolah Melati
23 Ismail L - Belum Sekolah Melati
24 Imel P - Belum Sekolah Melati
25 Rizki L Jakarta, 10
Juni 2008
SD Kelas 1 Melati
26 Raihan L - PAUD Melati
27 Tabila P - PAUD Melati
28 Frisa P - Belum Sekolah Melati
29 Yanto L - SD 013 Pagi Mawar
30 Aldi L - SD 013 Pagi Mawar
31 Rama L - Putus Sekolah Mawar
32 Rustyah P - SD 013 Pagi Mawar
33 Serly P - SD 013 Pagi Mawar
34 Santi P - Putus Sekolah Mawar
35 Poeni P - Putus Sekolah Mawar
36 Emi P Indamayu,
18 Januari
2004
SD 013 Pagi Mawar
37 Durkendi L - SD 013 Pagi Mawar
38 Suendi L - SD 013 Pagi Mawar
39 Rani P - SMP Yaperjasa Anggrek
40 Putri P Karawang,
16 Januari
2001
SMP Yaperjasa Anggrek
41 Anjani P Bekasi, 09
Maret 2000
SD 013 Pagi Sedap
Malam
42 Desi P Jakarta, 29
Maret 2001
SMP Yaperjasa Anggrek
43 Arum P - SMP Yaperjasa Anggrek
44 Yeni P - SMP Yaperjasa Anggrek
45 Hamida P Indramayu,
18 Mei
2000
Putus Sekolah Anggrek
46 Dainy P - Putus Sekolah Anggrek
47 Dani L - SD 013 Pagi Mawar
48 Dede P - SMP Yaperjasa Anggrek
49 Nia P - SMP Yaperjasa Anggrek
50 Diput L - Putus Sekolah Anggrek
51 Kholi L - Putus Sekolah Anggrek
52 Dila L - Putus Sekolah Anggrek
53 Cica P - Putus Sekolah Anggrek
54 Deny L - SD Kelas 4 Mawar
55 Mat L - Putus Sekolah Anggrek
56 Ardan L - Putus Sekolah Alam
57 Sanu L - Putus Sekolah Alam
58 Wahyu L Bekasi, 19
Mei
Putus Sekolah Alam
59 Ipin L - Putus Sekolah Alam
60 Ikbal L - Putus Sekolah Alam
61 Asep L - Putus Sekolah Alam
62 Ramsek L - Putus Sekolah Alam
63 Rosidi L - Putus Sekolah Alam
64 Sanah P - PAUD Melati
65 Ian L - PAUD Melati
66 Fikri L - SD Kelas 1 Mawar
67 Arif L - SD Mawar
68 Ayas L - SD Kelas 5 Mawar
69 Nasir L - SMP Kelas 2 Anggrek
70 Sunida P - Belum Sekolah Melati
71 Tasya P - Putus Sekolah Mawar
72 Tria P - Belum Sekolah Melati
73 Eka 1 P - Belum Sekolah Melati
74 Eka 2 L - Belum Sekolah Melati
(Sumber: Dokumentasi CCE Community)