KTI Neneng Aminah Terbaru

78
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Strategi pembangunan kesehatan menuju "Indonesia Sehat 2010" mengisyaratkan bahwa seluruh pembangunan kesehatan ditujukan kepada upaya menyehatkan bangsa. Indikator keberhasilan penyehatan bangsa antara lain adalah angka mortalitas dan morbiditas, angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Selama kurun waktu tiga dasawarsa terakhir, terlihat adanya penurunan angka mortalitas dan morbiditas neonatal secara bermakna di seluruh dunia, namun penurunan tersebut lebih terlihat nyata di negara-negara maju dibanding di negara sedang berkembang (Depkes RI, 2007). Indonesia sebagai negara sedang berkembang, mempunyai angka kematian bayi (AKB) 41,4 per 1.000 kelahiran hidup (tahun 1997) yang diproyeksikan akan menjadi 18 per 1.000 kelahiran hidup (tahun 2025), sehingga perlu upaya yang keras dalam mencapai sasaran 1

Transcript of KTI Neneng Aminah Terbaru

Page 1: KTI Neneng Aminah Terbaru

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Strategi pembangunan kesehatan menuju "Indonesia Sehat 2010"

mengisyaratkan bahwa seluruh pembangunan kesehatan ditujukan kepada upaya

menyehatkan bangsa. Indikator keberhasilan penyehatan bangsa antara lain adalah

angka mortalitas dan morbiditas, angka kematian ibu dan angka kematian bayi.

Selama kurun waktu tiga dasawarsa terakhir, terlihat adanya penurunan angka

mortalitas dan morbiditas neonatal secara bermakna di seluruh dunia, namun

penurunan tersebut lebih terlihat nyata di negara-negara maju dibanding di negara

sedang berkembang (Depkes RI, 2007).

Indonesia sebagai negara sedang berkembang, mempunyai angka kematian

bayi (AKB) 41,4 per 1.000 kelahiran hidup (tahun 1997) yang diproyeksikan akan

menjadi 18 per 1.000 kelahiran hidup (tahun 2025), sehingga perlu upaya yang keras

dalam mencapai sasaran tersebut. Salah satu upaya menurunkan AKB adalah dengan

mencegah terjadinya perdarahan otak pada bayi baru lahir sebagai akibat kekurangan

vitamin K1. Di beberapa negara Asia angka kesakitan bayi karena perdarahan akibat

defisiensi vitamin K (PDVK) berkisar 1:1.200 sampai 1:1.400 kelahiran hidup

(Thailand). Angka tersebut dapat turun menjadi 10:100.000 kelahiran hidup dengan

pemberian profilaksis vitamin K1 pada bayi baru lahir (Anonymous, 2003).

Permasalahan akibat PDVK adalah terjadinya perdarahan otak dengan angka

kematian 10-50% yang umumnya terjadi pada bayi dalam rentang umur 2 minggu–6

1

Page 2: KTI Neneng Aminah Terbaru

bulan, dengan akibat angka kecacatan 30-50%. Data PDVK secara nasional di In-

donesia belum tersedia. Sedangkan data dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI

RSCM (tahun 1990-2000) menunjukkan terdapatnya 21 kasus, 17 (81%) di antaranya

mengalami komplikasi perdarahan intrakranial (catatan medik IKA RSCM, 2000).

Bayi baru lahir cenderung memiliki kadar vitamin K dan cadangan vitamin K

dalam hati yang relatif lebih rendah dibanding bayi yang lebih besar. Sementara itu

pasokan vitamin K dari ASI rendah, sedangkan pasokan vitamin K dari makanan

tambahan dan sayuran belum dimulai. Hal ini menyebabkan bayi baru lahir cen-

derung mengalami defisiensi vitamin K sehingga berisiko tinggi untuk mengalami

perdarahan intracranial (Anonymous, 2003).

Di Indonesia pemberian vitamin K pada bayi baru lahir sudah dilakukan,

namun belum ada laporan resmi secara regional maupun nasional mengenai

pemberian profilaksis vitamin K pada bayi baru lahir, dan apakah pemberian vitamin

K ini merupakan suatu standar pelayanan yang harus diberikan kepada semua bayi

baru lahir atau hanya diberikan kepada bayi yang memiliki risiko saja (bayi dengan

berat lahir rendah / BBLR, bayi lahir dengan tindakan yang traumatis, bayi lahir

dengan ibu yang mengkonsumsi obat antikoagulan, obat antikonvulsan, dan lain-lain)

masih merupakan kontroversi (Anonymous, 2003).

Sampai saat ini Indonesia belum mempunyai suatu penuntun baku mengenai

cara pemberian profilaksis vitamin K pada bayi baru lahir. Hal ini memunculkan

pertanyaan mengenai apakah vitamin K lebih efektif diberikan secara intramuskular

(IM) atau oral, bilamana waktu pemberian, berapa dosis pemberian, siapa yang

2

Page 3: KTI Neneng Aminah Terbaru

berwenang memberikan, apakah diberikan secara massal atau pada kasus tertentu

saja, dan berapa biayanya (Anonymous, 2003).

Sediaan vitamin K yang ada di Indonesia adalah vitamin K3 (menadione) dan

vitamin K1 (phytomenadione). Banyak negara di dunia merekomendasi vitamin K1.

Australia sudah menggunakan vitamin K1 (Konakion®) sebagai regimen profilaksis

vitamin K pada bayi baru lahir (sejak tahun 1961), sehingga diperlukan kajian

tentang pemberian profilaksis dengan vitamin K1 sebagai preparat yang mungkin

lebih stabil (http://www.health. gov.au)

Di lain pihak terdapat kekhawatiran tentang hubungan antara profilaksis

vitamin K dengan kejadian kanker pada anak. Kekhawatiran ini muncul setelah

adanya penelitian yang dipublikasikan oleh Golding dkk pada tahun 1992 yang

menyatakan adanya peningkatan risiko terjadinya kanker anak pada bayi yang

mendapat profilaksis vitamin K intramuskular, namun penelitian-penelitian lain

membantah hal ini (Anonymous, 2003).

Dalam KONIKA (Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak) XI tahun 1999 di

Jakarta dan Kongres Perhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia

(PHTDI) ke VIII tahun 1998 di Surabaya dan ke IX tahun 2001 di Semarang telah

dibahas dan direkomendasikan pemberian profilaksis vitamin K pada bayi baru lahir.

Hal inilah yang mendorong dilakukannya kajian terhadap pemberian profilaksis

vitamin K1 pada bayi baru lahir (http://www.kompas.com, 2009).

3

Page 4: KTI Neneng Aminah Terbaru

Berdasarkan data rekam medik di Puskesmas Gantar, cakupan suntikan

vitamin K kepada bayi baru lahir selama kurun waktu Januari – Maret 2009 dapat

dilihat pada tabel 1.1:

Tabel 1.1Cakupan Suntikan Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir di Wilayah

Kerja Puskesmas Gantar Periode Januari – Maret 2009

Nama Desa Jumlah Bayi Baru Lahir

Cakupan Suntikan vitamin K Pada BBL

%

Gantar 18 12 66,67Situraja 15 8 53,33Mekarjaya 14 9 64,29Baleraja 19 6 31,58Bantarwaru 17 9 52,94Sarca 16 11 68,75

Jumlah 99 55

Berdasarkan data dari bidan desa, jumlah ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Gantar dapat dilihat pada tabel 1.2:

Tabel 1.2Jumlah Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Gantar

Pada Bulan April 2009

Nama Desa Jumlah Penduduk

Jumlah Ibu Hamil

Gantar 3.447 131Situraja 5.829 128Mekarjaya 4.473 133Baleraja 2.719 152Bantarwaru 4.447 145Sarca 3.016 118

Jumlah 23.931 807

4

Page 5: KTI Neneng Aminah Terbaru

Berdasarkan data Tabel 1.1 di atas, diketahui bahwa cakupan suntikan

vitamin K pada bayi baru lahir paling besar di Gantar dan cakupan suntikan vitamin

K pada bayi baru lahir yang paling rendah di desa Baleraja. Rendahnya cakupan

suntikan vitamin K pada bayi baru lahir merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kurangnya pengetahuan ibu hamil

tentang manfaat suntikan vitamin K. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

penulis pada tanggal 11 April 2009 terhadap 30 ibu hamil di desa Baleraja, 18 ibu

hamil (60%) tidak mengetahui tentang manfaat pemberian suntikan vitamin K pada

bayi baru lahir sedangkan 12 ibu hamil (40%) mengetahui tentang suntikan vitamin

K namun belum sepenuhnya memahami manfaat suntikan vitamin K pada bayi baru

lahir, ibu-ibu hamil lebih mengenal vitamin A dan tablet Fe yang lebih populer

dibandingkan dengan suntikan vitamin K. Dari 30 ibu hamil terdapat 20 ibu hamil

(66,67%) menolak bayinya diberikan suntikan vitamin K karena merasa khawatir dan

ketakutan sedangkan 10 ibu hamil (33,33%) menerima bayinya diberi suntikan

vitamin K karena disuruh bidan tanpa didasarkan pada pengetahuan yang baik

tentang suntikan vitamin K.

Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang suntikan vitamin K ada

kemungkinan berdampak pada rendahnya cakupan suntikan vitamin K pada bayi

baru lahir karena pengetahuan yang didapat lebih dini akan lebih baik terhadap

pembentukan perilaku hidup seseorang terhadap status kesehatannya.

Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa perilaku kesehatan yang tidak

didasarkan pada pengetahuan maka tidak akan berlangsung lama karena pengetahuan

merupakan salah satu domain pembentuk perilaku seseorang. Dengan pengetahuan

5

Page 6: KTI Neneng Aminah Terbaru

baik yang dimiliki oleh ibu hamil tentang suntikan vitamin K pada bayi baru lahir

diharapkan dapat membentuk perilaku kesehatan sebagai upaya promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif terhadap penanganan perdarahan pada bayi baru lahir

sehingga menjadi kunci dalam upaya menurunkan angka kematian bayi (AKB) di

wilayah kerja Puskesmas Gantar Kabupaten Indramayu.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis merasa

tertarik untuk meneliti tentang pengetahuan ibu hamil tentang pemberian vitamin

suntikan K pada bayi baru lahir di desa Baleraja wilayah kerja Puskesmas Gantar

Kabupaten Indramayu tahun 2009.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah: “Bagaimana gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pemberian suntikan

vitamin K pada bayi baru lahir di desa Baleraja wilayah kerja Puskesmas Gantar

Kabupaten Indramayu tahun 2009?".

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil

tentang pemberian suntikan vitamin K pada bayi baru lahir di desa Baleraja wilayah

kerja Puskesmas Gantar Kabupaten Indramayu.

6

Page 7: KTI Neneng Aminah Terbaru

2. Tujuan Khusus

Penelitian ini memiliki tujuan khusus sebagai berikut:

a. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pengertian

suntikan vitamin K pada bayi baru lahir.

b. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang manfaat

pemberian suntikan vitamin K pada bayi baru lahir.

c. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang dampak tidak

diberikannya suntikan vitamin K pada bayi baru lahir.

D. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat dari hasil penelitian mengenai pengetahuan ibu bersalin

tentang manfaat pemberian suntikan vitamin K pada bayi baru lahir sebagai berikut:

1. Bagi Mahasiswa Kebidanan

Merupakan sumbangan pemikiran dan wawasan untuk menjadi bidan yang

profesional dalam memberikan bimbingan dan pendidikan kesehatan terutama dalam

pelaksanan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Sebagai masukan bagi Puskesmas dalam upaya membentuk perilaku

kesehatan ibu bersalin sehingga perilaku yang baik dapat meningkatkan cakupan

pemberian suntikan vitamin K pada bayi baru lahir.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai salah tugas mahasiswa dalam menyusun penelitian sehingga dapat

dijadikan dokumentasi sumber informasi (referensi) untuk penelitian lebih lanjut.

7

Page 8: KTI Neneng Aminah Terbaru

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada pengetahuan ibu hamil tentang pemberian

suntikan vitamin K pada bayi baru lahir dengan subvariabel pengetahuan tentang

pengertian suntikan vitamin K, manfaat pemberian suntikan vitamin K, dan dampak

diberikannya suntikan vitamin K pada bayi baru lahir. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh ibu hamil yang tinggal di desa Baleraja wilayah kerja Puskesmas

Gantar sebanyak 152 orang sedangkan jumlah sampel 60 responden yang diambil

dengan cara random sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2009 di desa

Baleraja wilayah kerja Puskesmas Gantar. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian deskriptif.

8

Page 9: KTI Neneng Aminah Terbaru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2003).

2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan

sebagai yaitu tahu (know); memahami (comprehension), aplikasi (application),

analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo,

2003).

a. Tahu, diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan pengertian nutrisi, pengertian sectio

caesarea (Notoatmodjo, 2003).

9

Page 10: KTI Neneng Aminah Terbaru

b. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap suatu obyek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.

Misalnya dapat menjelaskan mengapa pasien pasca section caesarea memerlukan

nutrisi tinggi untuk menyembuhkan luka operasi (Notoatmodjo, 2003).

c. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan metode yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Misalnya pasien

hipertensi melakukan tindakan yang mengarah pada upaya untuk menyembuhkan

luka pasca operasi sectio caesarea (Notoatmodjo, 2003).

d. Analisis, adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,

dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan)

membedakan antara ibu melahirkan dengan normal dengan melalui caesarea dan

sebagainya, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

e. Sintesis, menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru.

Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah

ada (Notoatmodjo, 2003).

10

Page 11: KTI Neneng Aminah Terbaru

f. Evaluasi, ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian ini didasarkan

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang

ada. Misalnya, dapat membandingkan antara pasien pasca section caesarea yang

mengkonsumsi nutrisi tinggi dengan yang tidak mengkonsumsi nutrisi, dapat

menafsirkan manfaat untuk melakukan penyembuhan luka pasca sectio caesarea

(Notoatmodjo, 2003)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan.

Menurut Notoatmodjo (2003), beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang yaitu umur, pendidikan, dan sosial ekonomi.

a. Umur, berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan karena kemampuan

mental yang diperlukan untuk mempelajari dan menyusun diri pada situasi-situasi

baru, seperti mengingat hal-hal yang dulu yang pemah dipelajari, penalaran analogi,

dan berpikir kreatif dan bisa mencapai puncaknya (Hurlock, 1993) dalam

Notoatmodio, 2003.

b. Pendidikan, merupakan faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan

seperti sumber informasi, dan pengalaman. Menurut Notoatmodjo (2003)

menyatakan bahwa pendidikan memberikan suatu nilai-nilai tertentu bagi manusia,

terutama dalam membukakan pikirannya serta menerima hal-hal baru. Pengetahuan

juga diperoleh melalui kenyataan (fakta) dengan melihat dan mendengar radio,

melihat telivisi. Selain itu pengetahuan diperoleh sebagai akibat pengaruh dari

hubungan orang tua, kakak-adik, tetangga, kawan-kawan dan lain-lain.

11

Page 12: KTI Neneng Aminah Terbaru

c. Sosial ekonomi, mempengaruhi tingkat pengetahuan dan perilaku

seseorang di bidang kesehatan, sehubungan dengan kesempatan memperoleh

informasi karena adanya fasilitas atau media informasi. Banyak wanita menengah

dan golongan atas yang walaupun menjadi ibu dan pengatur rumah tangga tetapi

tidak mau pasif, tergantung, dan tidak berkorban diri secara tradisional

(Notoatmodjo, 2003).

4. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan secara langsng dan tidak

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan dengan mengajukan beberapa

pertanyaan terhadap suatu obyek kepada responden. Secara tidak langsung dengan

cara menyebarkan beberapa pertanyaan atau kuesioner tentang materi yang ingin

diukur dari subyek penelitian atau responden dengan pilihan benar dan salah

(Notoatmodjo, 2003).

5. Proses Adopsi Pengetahuan

Pengetahimn atau kognitif, merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang. Menurut Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan

bahwa sebelum orang mengadopsi pengetahuan, di dalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan, yakni : Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut

menyadari dalam arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu; Interst, yakni

orang mulai tertarik kepada stimulus; Evaluation,(menimbangnimbang baik dan

tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya); Trial, orang telah mulai mencoba perilaku

baru; Adaption, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,

dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2003).

12

Page 13: KTI Neneng Aminah Terbaru

B. Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK)

1. Pengertian

PDVK adalah terjadinya perdarahan spontan atau perdarahan karena proses

lain seperti pengambilan darah vena atau operasi yang disebabkan karena

berkurangnya aktivitas faktor koagulasi yang tergantung vitamin K (faktor II, VII, IX

dan X) sedangkan aktivitas faktor koagulasi yang tidak bergantung pada vitamin K,

kadar fibrinogen dan jumlah trombosit masih dalam batas normal (Sutor dkk 1999).

Hal ini dibuktikan bahwa kelainan tersebut akan segera membaik dengan pemberian

vitamin K dan setelah sebab koagulopati lain disingkirkan (Knight D, 2000).

2. Epidemiologi

Di Amerika Serikat, frekuensi PDVK yang dilaporkan bervariasi antara 0,25-

1,7%. Angka kejadian PDVK ditemukan lebih tinggi pada daerah-daerah yang tidak

memberikan profilaksis vitamin K secara rutin pada bayi baru lahir (St John EB.

2002).

Survei di Jepang menemukan kasus ini pada 1:4.500 bayi, 81% di antaranya

ditemukan komplikasi perdarahan intrakranial, sedangkan di Thailand angka PDVK

adalah 1:1.200 bayi. Angka kejadian pada kedua negara ini menurun setelah

diperkenalkannya pemberian vitamin K profilaksis pada semua bayi baru lahir (St

John EB. 2002).

Angka kejadian perdarahan intrakranial karena PDVK di Thailand dilaporkan

sebanyak 82% atau 524 kasus dari 641 penderita PDVK, sedangkan di Inggris 10

kasus dari 27 penderita atau sebesar 37%. Sedangkan di India angka kejadian PDVK

13

Page 14: KTI Neneng Aminah Terbaru

dilaporkan sebanyak 1 kasus tiap 14.000 bayi yang tidak mendapat vitamin K

profilaksis saat lahir (Shendurnikar N, 2001)

3. Faktor Resiko

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya PDVK antara lain ibu yang

selama kehamilan mengkonsumsi obat-obatan yang mengganggu metabolisme

vitamin K seperti, obat antikoagulan oral (warfarin); obat-obat antikonvulsan

(fenobarbital, fenitoin, karbamazepin); obat-obat antituberkulosis (INH, rifampicin);

sintesis vitamin K yang kurang oleh bakteri usus (pemakaian antibiotik, khususnya

pada bayi kurang bulan); gangguan fungsi hati (kolestasis); kurangnya asupan

vitamin K dapat terjadi pada bayi yang mendapat ASI eksklusif, karena ASI memiliki

kandungan vitamin K yang rendah yaitu <20 ug/L bila dibandingkan dengan susu

sapi yang memiliki kandungan vitamin K 3 kali lipat lebih banyak (60 ug/L). Selain

itu asupan vitamin K yang kurang juga disebabkan sindrom malabsorpsi dan diare

kronik (St John EB. 2002).

4. Klasifikasi

PDVK dibagi menjadi early, clasiccal dan late berdasarkan pada umur saat

kelainan tersebut bermanifestasi (Shendurnikar N, 2001)

a. Early VKDB (PDVK dini), timbul pada hari pertama kehidupan. Kelainan

ini jarang sekali dan biasanya terjadi pada bayi dari ibu yang mengkonsumsi obat-

obatan yang dapat mengganggu metabolisme vitamin K. Insidens yang dilaporkan

atas bayi dari ibu yang tidak mendapat suplementasi vitamin K adalah antara 6-12%

(Shendurnikar N, 2001).

14

Page 15: KTI Neneng Aminah Terbaru

b. Classical VKDB (PDVK klasik), timbul pada hari ke 1 sampai 7 setelah

lahir dan lebih sering terjadi pada bayi yang kondisinya tidak optimal pada waktu

lahir atau yang terlambat mendapatkan suplementasi makanan. Insidens dilaporkan

bervariasi, antara 0 sampai 0,44% kelahiran. Tidak adanya angka rata-rata kejadian

PDVK klasik yang pasti karena jarang ditemukan kriteria diagnosis yang menyeluruh

(Shendurnikar N, 2001).

c. Late VKDB (PDVK lambat), timbul pada hari ke 8 sampai 6 bulan setelah

lahir, sebagian besar timbul pada umur 1 sampai 3 bulan. Kira-kira setengah dari

pasien ini mempunyai kelainan hati sebagai penyakit dasar atau kelainan

malabsorpsi. Perdarahan intrakranial yang serius timbul pada 30-50%. Pada bayi

berisiko mungkin ditemukan tanda-tanda penyakit hati atau kolestasis seperti ikterus

yang memanjang, warna feses pucat, dan hepatosplenomegali. Angka rata-rata

kejadian PDVK pada bayi yang tidak mendapatkan profilaksis vitamin K adalah 5-20

per 100.000 kelahiran dengan angka mortalitas sebesar 30% (Shendurnikar N, 2001).

5. Patofisiologi

Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu

naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang

berperan dalam pembekuan darah, seperti protrombin atau faktor II,VII,IX,X dan

antikoagulan protein C dan S, serta beberapa protein lain seperti protein Z dan M

yang belum banyak diketahui perannya dalam pembekuan darah (Anonymous, 2003)

Ada tiga bentuk vitamin K yang diketahui yaitu:

a. Vitamin K1 (phytomenadione), tedapat pada sayuran hijau. Sediaan yang

ada saat ini adalah cremophor dan vitamin K mixed micelles (KMM).

15

Page 16: KTI Neneng Aminah Terbaru

b. Vitamin K2 (menaquinone) disintesis oleh flora usus normal seperti

Bacteriodes fragilis dan beberapa strain E. coli.

c. Vitamin K3 (menadione) merupakan vitamin K sintetik yang sekarang

jarang diberikan pada neonatus karena dilaporkan dapat menyebabkan anemia

hemolitik.

Secara fisiologis kadar faktor koagulasi yang bergantung pada vitamin K

dalam tali pusat sekitar 50% dan akan menurun dengan cepat mencapai titik terendah

dalam 48-72 jam setelah kelahiran. Kemudian kadar faktor ini akan bertambah secara

perlahan selama beberapa minggu tetapi tetap berada di bawah kadar orang dewasa.

Peningkatan ini disebabkan oleh absorpsi vitamin K dari makanan. Sedangkan bayi

baru lahir relatif kekurangan vitamin K karena berbagai alasan, antara lain simpanan

vitamin K yang rendah pada waktu lahir, sedikitnya perpindahan vitamin K melalui

plasenta, rendahnya kadar vitamin K pada ASI dan sterilitas saluran

cerna(Anonymous, 2003).

Tempat perdarahan utama adalah umbilikus, membran mukosa, saluran cerna,

sirkumsisi dan pungsi vena. Selain itu perdarahan dapat berupa hematoma yang

ditemukan pada tempat trauma, seperti hematoma sefal. Akibat lebih lanjut adalah

timbulnya perdarahan intrakranial yang merupakan penyebab mortalitas atau

morbiditas yang menetap (Anonymous, 2003).

6. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang sering ditemukan adalah perdarahan, pucat dan

hepatomegali ringan. Perdarahan dapat terjadi spontan atau akibat trauma, terutama

trauma lahir. Pada kebanyakan kasus perdarahan terjadi di kulit, mata, hidung dan

16

Page 17: KTI Neneng Aminah Terbaru

saluran cerna. Perdarahan kulit sering berupa purpura, ekimosis atau perdarahan

melalui bekas tusukan jarum suntik (Anonymous, 2003).

Perdarahan intrakranial merupakan komplikasi tersering (63%), 80-100%

berupa perdarahan subdural dan subaraknoid. Pada perdarahan intrakranial

didapatkan gejala peningkatan tekanan intrakranial (TIK) bahkan kadang-kadang

tidak menunjukkan gejala ataupun tanda. Pada sebagian besar kasus (60%)

didapatkan sakit kepala, muntah, anak menjadi cengeng, ubun-ubun besar

membonjol, pucat dan kejang. Kejang yang terjadi dapat bersifat fokal atau umum.

Gejala lain yang dapat ditemukan adalah fotofobia, edema papil, penurunan

kesadaran, perubahan tekanan nadi, pupil anisokor serta kelainan neurologis fokal

(Anonymous, 2003).

C. Suntikan Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir

1. Pengertian

Vitamin K (K dari "Koagulations-Vitamin" dalam Bahasa Jerman dan Ba-

hasa Denmark) merujuk pada sebuah kelompok lipophilic, vitamin hydrophobic yang

dibutuhkan untuk modifikasi pasca-terjemah dari berbagai macam protein, terutama

banyak dibutuhkan untuk proses pembekuan darah. Secara kimia vitamin ini terdiri

dari turunan 2-methyl-1,4-naphthoquinone (http://www.wikipedia, 2008).

Vitamin K2 (menaquinone, menatetrenone) secara normal diproduksi oleh

bakteri dalam saluran pencernaan, dan defisiensi gizi akibat diet yang sangat jarang

kecuali saluran pencernaan mengalami kerusakan yang sangat parah sehingga tidak

dapat menyerap molekul (http://www.wikipedia, 2008).

17

Page 18: KTI Neneng Aminah Terbaru

Ibu yang baru melahirkan mengalami pendarahan sudah sering kita dengar.

Ternyata, bayi baru lahir atau neonatus juga rawan pendarahan. Malah, kondisi ini

dapat menyebabkan anak menjadi kekurangan darah.

Pada bayi yang baru lahir rawan terjadi pendarahan. Pendarahan yang

biasanya terjadi adalah pendarahan tali pusat, pendarahan yang terlihat di kulit,

buang air besar (BAB) berdarah, hingga muntah darah. “Dalam istilah medis ini

disebut dengan hemorrhagic disease of the newborn (HDN),”

Pada umumnya HDN disebabkan karena kekurangan vitamin K khususnya

vitamin K1. HDN diklasifikasikan menjadi tiga. Pertama, HDN klasik yang terjadi

pada usia 1-7 hari. Gejala ini timbul karena kekurangan vitamin K, khususnya karena

hati bayi yang belum matang untuk membentuk vitamin K. Untuk itu, setiap bayi

yang baru lahir harus diberikan suntikan vitamin K1 untuk mencegah HDN. ASI

dengan segala kelebihannya, ternyata memiliki satu kekurangan yakni vitamin K.

Pada susu formula sendiri, memang ada ditambahkan vitamin K1. Kedua, disebut

HDN dini. Ini disebabkan obat-obatan tertentu yang diminum ibu sehingga

mengganggu oksidasi vitamin K pada bayi. Ketiga, disebut HDN lanjut. Ini

disebabkan karena gangguan penyerapan vitamin K. Hal ini terjadi karena adanya

gangguan fungsi hati pada bayi ataupun kerusakan sel hati. Mengenai bentuk

pendarahan yang sering terjadi. Pendarahan spontan kadang terjadi di pipi, pantat

atau daerah punggung bayi, dalam bentuk bintik kemerahan atau kehitaman

(ekimosis). Jika dijumpai gejala tersebut, berarti ada gangguan karena kekurangan

vitamin K (Depkes RI, 2004).

18

Page 19: KTI Neneng Aminah Terbaru

2. Manfaat Pemberian Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir memiliki cadangan vitamin K yang sangat terbatas dan

bergantung pada susu ibu. Rendahnya vitamin K dalam darah dan hati serta

kurangnya zat tersebut pada ASI bisa menyebabkan bayi kekurangan vitamin K.

Karena vitamin K berperan dalam proses pembekuan darah, bayi yang kekurangan

vitamin K ini mudah mengalami gangguan perdarahan yang disebut APCD

(Acquired Protombin Complex Deficiency) dan berisiko mengalami perdarahan otak

(Mochtar, 1998).

Di negara-negara Asia Tenggara, APCD banyak terjadi terutama pada bayi

laki-laki daripada bayi perempuan. Penyakit ini bisa menyebabkan kerusakan otak

yang membuat ia tak tumbuh normal dan tergantung seumur hidup pada orang

tuanya.

Bayi baru lahir mudah kekurangan vitamin K. Ada dua jenis vitamin K

alamiah yaitu berasal dari tanaman yang larut lemak dan dari flora usus yang larut

air. Asupan utama vitamin K pada bayi bersumber dari susu, hanya sebagian kecil

yang berasal dari usus si bayi. Khusus bayi yang baru lahir, vitamin K juga bisa

bersumber dari ibundanya saat persalinan. Namun, vitamin K dari ibu bisa tidak

sampai bila terjadi gangguan plasenta dan ari-ari. Selain itu, fungsi hati, tempat

metabolisme vitamin K, juga belum matang menambah risiko si kecil kekurangan

vitamin K (Mochtar, 1998).

Resiko perdarahan bertambah terutama pada minggu-minggu pertama

kehidupannya, yaitu usia 1-2 minggu hingga enam bulan. Karena pada masa ini, zat

penting untuk membekukan darah yaitu protombin berkurang. Padahal untuk

19

Page 20: KTI Neneng Aminah Terbaru

membentuk protombin, diperlukan asupan vitamin K. Hasilnya, protombin tak cepat

terbentuk, dan perdarahan pun mudah terjadi (Mochtar, 1998).

Mencegah kekurangan vitamin K melalui penyuntikan vitamin K sebanyak 1

mg pada semua bayi baru lahir. Kelebihan: kadar dalam darah lebih tinggi dan

bertahan lama, bisa disimpan lebih lama, penyerapannya lebih baik, dan hanya sekali

pemberian. Kekurangan: harus lewat suntikan (Manuaba, 1998).

Mencegah kekurangan vitamin K melalui vitamin K yang diminum sebanyak

2 mg pada bayi baru lahir. Kelebihan: lebih sederhana, lebih mudah, risiko lebih

kecil. Kekurangan: lebih mahal, sulit untuk memberi dosis ulang, tidak bisa

dipastikan penyerapannya ke dalam tubuh (Saifuddin, 2002)

Pada bayi yang sudah mengalami perdarahan akibat kekurangan vitamin K,

dokter akan memberikan terapi antara lain suntik vitamin K, transfusi plasma beku

segar, dan transfusi sel darah merah bila terjadi kekurangan darah.

Vitamin K memiliki sifat larut dalam lemak, perlu garam empedu di usus agar

terserap baik. Fungsinya membantu pembekuan darah. Bila kekurangan vitamin K

akan mudah terjadi perdarahan, gangguan metabolisme tulang, kemungkinan

menyebabkan kuning pada bayi prematur. Sumber vitamin K berasal dari sayuran

berdaun hijau, daging, hati

Kekurangan vitamin K pada bayi baru lahir, bentuk kekurangan vitamin K

yang sering ditemukan adalah penyakit hemoragik pada bayi baru lahir. Penyakit ini

terjadi karena plasenta tidak terlalu baik dalam menghantarkan lemak ( vitamin yang

larut dalam lemak). Hati bayi yang baru lahir masih kurang matang untuk

menghasilkan sejumlah protrombin (salah satu faktor pembekuan darah). Air Susu

20

Page 21: KTI Neneng Aminah Terbaru

Ibu (ASI) mengandung sedikit vitamin K, yaitu hanya 1-3 mikrogram/L, sedangkan

susu sapi mengandung 5-10 mikrogram/L (Saifuddin, 2003)

Pada beberapa hari pertama kehidupan bayi, di dalam ususnya belum

ditemukan bakteri penghasil vitamin K. Penyakit hemoragik pada bayi baru lahir

biasanya terjadi pada hari ke 1-7. Gejalanya berupa perdarahan di dalam kulit, di

dalam lambung atau di dalam dada. Pada kasus yang sangat berat, perdarahan bisa

terjadi di dalam otak. Penyakit hemoragik lanjut timbul pada usia 1-3 bulan dan

menyebabkan gejala yang sama dengan penyakit hemoragik pada bayi baru lahir.

Penyakit ini biasanya berhubungan dengan malabsorbsi atau penyakit hati. Angka

kejadian kedua penyakit hemoragik tersebut meningkat pada bayi-bayi yang ketika

masih berada dalam kandungan, ibunya mengkonsumsi: obat anti-kejang hidantoin

(misalnya phenitoin), antibiotik cephalosporin, dan antikoagulan kumarin (misalnya

warfarin) (Saifuddin, 2003)

Mencegah terjadinya penyakit hemoragik pada bayi baru lahir, dianjurkan

untuk memberikan suntikan vitamin K melalui otot dalam waktu 1 jam setelah bayi

lahir. Pemberian melalui mulut tidak dianjurkan karena penyerapannya bervariasi

dan keberadaanya di dalam tubuh tidak dapat diramalkan. Manfaat pemberian

suntikan vitamin K juga untuk mencegah terjadinya pendarahan pada bayi baru lahir

ketika diberi imunisasi Hb-0 (Sarwono, 1999).

3. Profilaksis

Hampir semua negara di dunia merekomendasikan pemberian profilaksis

vitamin K1 pada bayi baru lahir. Di Australia profilaksis dengan mengguna-kan

Konakion® 1 mg, IM dosis tunggal sudah diperkenalkan sejak awal tahun 1970-an.

21

Page 22: KTI Neneng Aminah Terbaru

Tindakan tersebut mula-mula diberikan kepada bayi sakit, yaitu bayi kurang bulan,

atau yang mengalami asfiksia perinatal, dan akhirnya menjadi rutin untuk semua bayi

baru lahir. Pada tahun 2000, National Health and Medical Research Council

(NHMRC) Australia menyusun rekomendasi pemberian profilaksis vitamin K pada

bayi baru lahir. Dalam rekomendasi tersebut dinyatakan bahwa semua bayi baru lahir

harus mendapatkan profilaksis vitamin K1; bayi baru lahir yang bugar seharusnya

menerima vitamin K baik secara IM 1 mg, dosis tunggal pada waktu lahir atau 3 kali

dosis oral, masing-masing 2 mg yang diberikan pada waktu lahir, umur 3-5 hari dan

umur 4-6 minggu. Orang tua harus mendapat informasi pada saat antenatal tentang

pentingnya pemberian profilaksis vitamin K; dan setiap rumah sakit harus memiliki

protokol tertulis yang jelas tentang pemberian profilaksis vitamin K pada bayi baru

lahir.3 Selandia Baru sejak tahun 1995 telah merekomendasikan profilaksis vitamin

K kepada bayi baru lahir. Begitu pula dengan British Columbia pada Maret 2001 dan

Canadian Paediatric Society tahun 2002 (Anonymous, 2003).

Untuk negara berkembang seperti Thailand, sekitar 30-40 tahun yang lalu

(1960-1970) setengah dari persalinan dibantu oleh dukun atau bidan. Injeksi

parenteral tidak dapat dilakukan oleh bidan sehingga Isarangkura meminta

perusahaan farmasi menyediakan vitamin K oral (Konakion®, Roche, Basel) serta

melakukan penelitian mengenai profilaksis vitamin K oral 2 mg dosis tunggal yang

dapat dilakukan secara rutin. Efikasi yang tinggi, toksisitas dan harga yang rendah,

cara pemberian dan penyimpanan yang sederhana menjadikan profilaksis vitamin K

secara oral memungkinkan untuk dilakukan di negara berkembang. Pemberian

vitamin K profilaksis oral 2 mg untuk bayi baru lahir bugar dan 0,5–1 mg IM untuk

22

Page 23: KTI Neneng Aminah Terbaru

bayi tidak bugar (not doing well) telah dilakukan secara rutin di Thailand sejak 1988

dan pemberiannya diwajibkan di seluruh Thailand pada tahun 1994-1998. Insidens

PDVK lambat laun menurun dari 30-70 per 100.000 kelahiran menjadi 4-7 per

100.000 kelahiran. Sejak 1999 semua bayi baru lahir diberikan vitamin K profilaksis

IM karena sebagian besar persalinan terjadi di rumah sakit. Vitamin K profilaksis IM

ini diberikan bersama dengan imunisasi rutin seperti Hepatitis B dan BCG

(Anonymous, 2003).

Vitamin K yang digunakan untuk profilaksis adalah vitamin K1. Cara

pemberian dapat dilakukan baik secara IM ataupun oral. Intramuskular, dengan

dosis 1 mg pada seluruh bayi baru lahir. Pemberian dengan dosis tunggal diberikan

pada waktu bayi baru lahir. Oral, dengan dosis tunggal 2 mg diberikan tiga kali,

yaitu pada saat bayi baru lahir, pada umur 3-7 hari, dan pada umur 4-8 minggu

(Anonymous, 2003).

4. Efektifitas Profilaksis

Cornelissen dkk (1997) merangkum hasil surveilans aktif tentang PDVK

lambat yang dilakukan di Jerman, Australia, Belanda dan Swiss yang dikumpulkan

dengan strategi sama dan dibandingkan angka kegagalannya. Terdapat 4 strategi

pemberian vitamin K, yaitu (1) pemberian vitamin K dosis rendah 25 ug/hari untuk

bayi yang mendapat ASI (Belanda); (2) 3x1 mg secara oral (Australia: January 1993

– Maret 1994 dan Jerman: Desember 1992-Desember 1994); (3) 1 mg IM (Australia:

Maret 1994); (4) 2x2mg vitamin K oral (preparat KMM) (Swiss). Angka kegagalan

per 100.000 kelahiran hidup adalah 0,2 di Belanda, 2,3 di Jerman, 2,5 (profilaksis

oral) dan 0 (profilaksis IM) di Australia, 3,6 di Swiss. Angka kegagalan setelah

23

Page 24: KTI Neneng Aminah Terbaru

profilaksis lengkap adalah 0 di Belanda, 1,8 di Jerman, 1,5 (profilaksis oral) dan 0

(profilaksis IM) di Australia, 1,2 di Swiss. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa

dosis oral 3x1 mg kurang efektif bila dibandingkan dengan profilaksis vitamin K IM;

profilaksis dosis rendah 25 mg/hari untuk bayi yang mendapat ASI mungkin sama

efektif seperti profilaksis vitamin K parenteral (Anonymous, 2003).

Evaluasi terhadap pengaruh pemberian vitamin K profilaksis dosis tunggal

pada bayi baru lahir peroral dibandingkan dengan cara parenteral pada waktu lahir.

Dua ratus enam puluh enam bayi sehat yang mendapat ASI dibagi menjadi 4

kelompok, yaitu kelompok 1 mendapat vitamin K IM 1 mg; kelompok 2, 3, 4

mendapat vitamin K oral pada waktu 2-4 jam setelah lahir masing-masing dengan

dosis 2 mg, 3 mg dan 5 mg. Didapatkan hasil tidak ada perbedaan statistik bermakna

dalam rerata kadar kompleks protrombin. Profilaksis vitamin K pada bayi baru lahir

peroral 2 mg ternyata sangat menguntungkan, sama halnya dengan pemberian secara

parenteral. Isarangkura menyatakan bahwa seharusnya semua bayi baru lahir

mendapatkan profilaksis vitamin K baik secara oral maupun parenteral. Pemberian

vitamin K secara oral praktis untuk negara berkembang karena cara pemberian

sederhana, harga murah, toksisitas rendah dan kegunaan tinggi (Anonymous, 2003).

Pemberian vitamin K profilaksis IM menunjukkan insidens PDVK lambat

lebih kecil dibandingkan dengan cara pemberian oral. Konsensus berbagai organisasi

profesi di Selandia baru (dokter anak, dokter umum, dokter kebidanan, bidan dan

perawat) merekomendasikan bahwa semua bayi seharusnya mendapat profilaksis

vitamin K. Cara pemberian yang direkomendasikan adalah secara IM 1 mg (bagi bayi

prematur = 0,5 mg) diberikan pada waktu lahir. Jika orang tua tidak setuju dengan

24

Page 25: KTI Neneng Aminah Terbaru

pemberian secara IM, maka bayi diberikan vitamin K oral 2 mg yang diberikan 3 kali

yaitu pada waktu baru lahir, umur 3-5 hari dan 4-6 minggu. Jika bayi muntah dalam

waktu satu jam setelah pemberian oral maka pemberiannya harus diulang.4 Hal ini

juga direkomendasikan oleh NHMRC pada tahun 2000, Newborn Services Medical

Guidelines (Selandia Baru) pada tahun 2000 dan British Columbia Reproductive

Care Program pada tahun 2001 (Anonymous, 2003).

International Society on Thrombosis and Haemostasis, Pediatric/Perinatal

Subcommittee seperti yang dilaporkan oleh Sutor dkk (tahun 1999) menyatakan

bahwa pemberian vitamin K baik secara oral maupun IM sama efektif dalam

mencegah PDVK klasik, tetapi vitamin K IM lebih efektif dalam mencegah PDVK

lambat. Efikasi profilaksis oral meningkat dengan pemberian berulang 3 kali

daripada dosis tunggal, dan efikasi lebih tinggi bila diberikan dalam dosis 2 mg

daripada dosis 1 mg. Pemberian vitamin K oral yang diberikan tiap hari atau tiap

minggu sama efektif dengan profilaksis vitamin K IM (Anonymous, 2003).

D. Manfaat Tablet Besi (Fe)

Tablet Tambah Darah adalah tablet besi folat (Fe) yang setiap tablet

mengandung 200 mg Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat

yang bermanfaat bagi wanita mengalami haid sehingga memerlukan zat besi untuk

mengganti darah yang hilang, wanita mengalami hamil, menyusui, sehingga

kebutuhan zat besinya sangat tinggi yang perlu dipersiapkan sedini mungkin

semenjak remaja, mengobati wanita dan remaja putri yang menderita anemia,

meningkatkan kemampuan belajar, kemampuan kerja dan kualitas sumber daya

25

Page 26: KTI Neneng Aminah Terbaru

manusia serta generasi penerus, dan meningkatkan status gizi dan kesehatan Remaja

Putri dan Wanita (Amiruddin, 2004).

26

Page 27: KTI Neneng Aminah Terbaru

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Menurut Notoatmodjo (2003) untuk memudahkan alur penelitian maka harus

dibuat kerangka konsep penelitian. Adapun skema kerangka konsep dalam penelitian

ini digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian.

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Berdasarkan Gambar 3.1. kerangka konsep penelitian di atas bahwa variabel

yang akan diteliti adalah variabel tunggal yaitu pengetahuan ibu hamil tentang

pemberian suntikan vitamin K pada bayi baru lahir dengan sub variabel meliputi:

27

Ibu Hamil

Tingkat pengetahuan tentang pemberian suntikan vitamin K pada bayi baru lahir meliputi:PengertianManfaatDampak tidak diberikannya suntikan vitamin K

Kategori:BaikCukup baikKurang baik

Page 28: KTI Neneng Aminah Terbaru

pengertian, manfaat dan dampak tidak diberikannya suntikan vitamin K pada bayi

baru lahir. Sedangkan karakteristik ibu hamil yaitu umur, pekerjaan, pendidikan dan

paritas tidak diteliti, namun karakteristik tersebut dapat mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang yang hanya dijadikan sebagai data penunjang. Tingkat

pengetahuan ibu hamil tentang pemberian suntikan vitamin K pada bayi baru lahir

dari masing-masing sub variabel diukur dengan menggunakan instrumen penelitian

berupa kuesioner.

Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian suntikan vitamin K pada

bayi baru lahir yang telah diteliti dapat diperoleh hasil apakah termasuk dalam

kategori baik, cukup baik atau kurang baik. Pengetahuan yang baik diharapkan dapat

membentuk suatu sikap dan tindakan yang mengarah pada perilaku ibu hamil untuk

memberikan suntikan vitamin K pada bayi baru lahir.

28

Page 29: KTI Neneng Aminah Terbaru

B. Definisi Operasional

Variabel Sub variabel Definisi operasional Alat ukur

Cara Ukur

Skala Kategori

Pengetahuan ibu

hamil tentang

pemberian

suntikan vitamin

K pada bayi baru

lahir

Pengertian suntikan

vitamin K.

Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu

hamil tentang pengertian suntikan

vitamin K pada bayi baru lahir.

Kuesioner Melihat

hasil

jawaban

responden

Ordinal 1. Baik, jika 76 – 100%.

2. Cukup baik, jika 56%- 75%

3. Kurang baik, jika ≤ 55 %

Manfaat pemberian

suntikan vitamin K

Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu

hamil tentang manfaat pemberian

suntikan vitamin K pada bayi baru

lahir.

Kuesioner Melihat

hasil

jawaban

responden

Ordinal 1. Baik, jika 76 – 100%.

2. Cukup baik, jika 56%- 75%

3. Kurang baik, jika ≤ 55 %

Dampak tidak

diberikannya

suntikan vitamin K

Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu

hamil tentang dampak tidak

diberikannya suntikan vitamin K pada

bayi baru lahir.

Kuesioner Melihat

hasil

jawaban

responden

Ordinal 1. Baik, jika 76 – 100%.

2. Cukup baik, jika 56%- 75%

3. Kurang baik, jika ≤ 55 %

29

Page 30: KTI Neneng Aminah Terbaru

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam hal ini adalah penelitian deskriptif dengan tujuan

utama membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif yang digunakan

untuk memecahkan atau menjawab permasalahan dan situasi yang sedang

dihadapi sekarang (Notoatmodjo, 2003).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Arikunto, 2006).

Populasi dalama penelitian ini adalah ibu hamil yang tinggal di desa Baleraja

wilayah kerja Puskesmas Gantar Kabupaten Indramayu pada bulan April 2009

sebanyak 152 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2003). Penentuan jumlah

sampel menggunakan rumus sebagai berikut:

30

Page 31: KTI Neneng Aminah Terbaru

dimana :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d2 = presisi yang ditetapkan (10%)

Maka jumlah sampel dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 60

responden.

Menurut Arikunto (2006), cara pengambilan sampel dengan menggunakan

sampel random (acak sederhana) sehingga peneliti akan memberi hak yang sama

kepada setiap responden untuk memperoleh kesempatan menjadi sampel

penelitian.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau unsur yang

dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang konsep penelitian tertentu

(Notoatmodjo, 2003). Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu

pengetahuan ibu hamil tentang pemberian suntikan vitamin K pada bayi baru lahir

dengan subvariabel meliputi: pengertian suntikan vitamin K pada bayi baru lahir,

manfaat pemberian suntikan vitamin K, dan dampak tidak diberikannya suntikan

vitamin K pada bayi baru lahir.

D. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2009 di Wilayah Kerja Puskesmas

Gantar Kabupaten Indramayu.

31

Page 32: KTI Neneng Aminah Terbaru

E. Instrumen Penelitian

Alat pengumpul data pengetahuan responden menggunakan menggunakan

kuesioner/angket dengan memilih salah satu jawaban yang dianggap paling benar.

Jumlah pernyataan dalam kuesioner sebanyak 30 butir yang terdiri dari 2 jenis

pernyataan yaitu pernyataan positif yang berisi pernyataan-pernyataan yang benar

sesuai dengan teori yang ada sedangkan pernyataan negatif berisi pernyataan-

pernyataan yang tidak sesuai dengan teori yang ada (Riduwan, 2005). Setiap

pernyataan dihubungkan dengan alternatif jawaban ”benar” dan ”salah”. Pada

pernyataan positif jika menjawab benar diberi nilai 1 dan jika menjawab salah

diberi nilai 0 sedangkan untuk pernyataan negatif jika menjawab benar diberi nilai

0 dan jika menjawab salah diberi nilai 1.

F.Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

1. Uji validitas

Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat itu benar-benar

mengukur apa yang diukur. Uji coba instrumentasi dilakukan dengan

menggunakan uji validitas item dan reliabilitas responden terhadap instrumen

tingkat pengetahuan. Uji coba dilakukan sebelum penelitian dengan menyebarkan

instrumen kepada 10 ibu hamil yang bukan merupakan responden penelitian di

wilayah kerja Puskesmas Gantar Kabupaten Indramayu.

Adapun untuk uji validitas menggunakan rumus korelasi product moment

sebagai berikut:

32

Page 33: KTI Neneng Aminah Terbaru

Menguji validitas konstruksi (construct validity), dilakukan dengan

analisis faktor menggunakan program Microsoft Excell lalu dimasukkan ke dalam

program SPSS (Statistical Product Solution Service) versi 12 dengan kaidah

keputusan:

Jika rhitung > rtabel, berarti valid

Jika rhitung < rtabel, berarti tidak valid (Arikunto, 2006).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dengan kata lain sejauh mana

hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap bisa jika dilakukan pengukuran dua

kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang

sama (Notoatmodjo, 2003).

Adapun untuk uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha sebagai berikut:

Mengetahui reliabilitas seluruh item dalam kuesioner dilakukan dengan

analisis faktor menggunakan program Microsoft Excell lalu dimasukkan ke dalam

program SPSS (Statistical Product Solution Service) versi 12 dengan kaidah

keputusan:

Jika rhitung > rtabel, berarti reliabel

Jika rhitung < rtabel, berarti tidak reliabel (Arikunto, 2006).

33

Page 34: KTI Neneng Aminah Terbaru

G. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data diperoleh dari dua jenis data yaitu:

1. Data Primer

Pengumpulan data yang diperoleh secara langsung dengan menyebarkan

kuesioner) kepada seluruh responden berupa jawaban responden terhadap

pernyataan -pernyataan di dalam kuesioner.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari bidan desa tentang jumlah ibu hamil yang tinggal

di desa Baleraja di Wilayah Kerja Puskesmas Gantar Kabupaten Indramayu pada

bulan Mei 2009.

3. Perizinan Penelitian

Sebagai salah satu persyaratan untuk penelitian ini adalah diperlakukannya

perizinan baik dari tingkat lembaga-lembaga terkait dalam hal ini adalah Desa

Baleraja dimana peneliti melakukan penelitian.

4. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pelaksanaan pengumpulan data ini dilakukan dengan prosedur sebagai

berikut :

a. Memberikan informed consent kepada responden sebagai bentuk kese-

diaan responden dijadikan sampel penelitian.

b. Membagikan kuesioner kepada responden yang menjadi sampel

penelitian.

c. Memberikan informasi berkaitan dengan kepentingan penelitian dan

memberikan petunjuk pengisian kuesioner.

34

Page 35: KTI Neneng Aminah Terbaru

d. Mengumpulkan lembar jawaban sebagai hasil pengumpulan data

primer dari responden dan melakukan cek ulang untuk memeriksa kelengkapan

identitas dan jawaban responden pada setiap pernyataan di dalam kuesioner.

e. Menghitung hasil jawaban responden serta memberikan skor.

H. Pengolahan Data dan Analisis Data

Sesuai dengan metodologi penelitian yang sederhana dimana peneliti

hanya menggambarkan atau mendeskripsikan suatu atau situasi yang ada secara

obyketif, maka pengambilan data dan analisis data sebagai berikut:

1. Pengolahan data

Data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan tahap-tahap sebagai

berikut:

a. Editing

Tahap pemeriksaan kelengkapan data dan kesinambungan data serta

keseragaman data, jika terdapat kesalahan atau kekurangan dapat segera dilakukan

perbaikan.

b. Coding

Memberikan simbol-simbol tertentu (biasanya dalam bentuk angka) untuk

setiap jawaban.

c. Entri data

Memasukkan data melalui pengolahan komputer dengan menggunakan

SPSS versi 12 dan disajikan dalam bentul tabel distribusi frekuensi.

35

Page 36: KTI Neneng Aminah Terbaru

d. Tabulasi Data

Tabulasi data dengan mengelompokkan sesuai dengan variabel yang akan

diteliti guna memudahkan dalam menganalisisnya.

2. Analisis data

Analisa data yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu dengan

menganalisa frekuensi jawaban terhadap kuesioner dari sejumlah responden.

Menurut Arikunto (2006), teknik analisis data untuk variabel pengetahuan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan:

P : Presentase

X : Nilai jawaban

N : Jumlah item pertanyaan.

Menurut Arikunto (2006) hasil presentase diperoleh hasil presentase lalu

diinterpretasikan dengan menggunakan standar kriteria kualitatif sebagai berikut :

a. Kategori baik, jika hasil jawaban sebesar: 76 % - 100%.

b. Kategori cukup baik, jika hasil jawaban sebesar: 56 % - 75 %.

c. Kategori kurang baik, jika hasil jawaban sebesar : ≤ 55 %.

Menurut Arikunto (2006) dalam menginterpretasikan hasil perhitungan

distribusi frekuensi terhadap pengetahuan ibu hamil menggunakan skala kategori

sebagai berikut : 0% : tidak ada seorangpun; 1 – 5%: hampir tidak ada; 6 – 24%:

sebagian kecil; 25 – 49%: kurang dari setengahnya; 50%: setengahnya; 51 – 74%:

36

Page 37: KTI Neneng Aminah Terbaru

lebih dari setengahnya; 75 – 94%: sebagian besar; 95 – 99%: hampir seluruhnya;

dan 100%: seluruhnya.

37

Page 38: KTI Neneng Aminah Terbaru

BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada bab V ini diuraikan data hasil penelitian dari jawaban responden

sebanyak 60 ibu hamil atas kuesioner yang dilakukan di Desa Baleraja wilayah

kerja Puskesmas Gantar Kabupaten Indramayu. Selanjutnya dianalisis

berdasarkan subvariabel pengetahuan ibu hamil tentang pengertian suntikan

vitamin K, manfaat pemberian suntikan vitamin K, dan dampak tidak

diberikannya suntikan vitamin K.

A. Karakteristik Ibu Hamil

Beberapa karakteristik ibu hamil yang didapat dari hasil pengumpulan data

sebagai berikut:

1. Umur Ibu Hamil

Karakteristik ibu hamil berdasarkan umur didapatkan responden termuda

berumur 19 tahun dan tertua berumur 35 tahun, dan rata-rata berumur 25 tahun.

Hasil penelitian yang didapat dari data responden berdasarkan karakteristik umur

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi berikut ini:

Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Menurut Umur

Kategori F %

< 20 tahun 7 11,67

20 – 30 tahun 38 63,33

31 – 40 tahun 15 25

Jumlah 60 100

38

Page 39: KTI Neneng Aminah Terbaru

Berdasarkan tabel 5.1 di atas diketahui bahwa lebih dari setengah (63,33

%) ibu hamil berumur 20 – 30 tahun dan sebagian kecil (11,67 %) ibu hamil

berumur 30 – 40 tahun.

2. Pendidikan Ibu Hamil

Karakteristik ibu hamil berdasarkan pendidikan disajikan pada tabel 5.2

berikut ini:

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Menurut Pendidikan

Kategori F %

SD 11 18,33

SMP 13 21,67

SMA 36 60

Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel 5.2 di atas diketahui bahwa lebih dari setengah (60%)

pendidikan ibu hamil adalah SMA dan sebagian kecil (18,33%) ibu hamil adalah

SD.

3. Pekerjaan Ibu Hamil

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan disajikan pada tabel 5.3

berikut ini:

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Menurut Pekerjaan

Kategori F %Ibu Rumah Tangga 39 65Petani 10 16,67Pedagang 11 18,33Jumlah 60 100

39

Page 40: KTI Neneng Aminah Terbaru

Berdasarkan tabel 5.3 di atas diketahui bahwa lebih dari setengah (65%)

pekerjaan ibu hamil adalah ibu rumah tangga dan sebagian kecil (16,67%)

pekerjaan ribu hamil adalah petani.

4. Paritas Ibu Hamil

Karakteristik responden berdasarkan paritas atau jumlah balita dalam kelu-

arga disajikan pada tabel 5.4 berikut ini:

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Menurut Paritas

Kategori F %

Satu balita 22 36,67

Lebih dari satu balita 38 63,33

Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel 5.4 di atas diketahui bahwa lebih dari setengah

(63,33%) ibu hamil memiliki lebih dari satu balita dalam keluarga.

B. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Suntikan Vitamin K

1. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Suntikan Vitamin K Pada Bayi Baru

Lahir

Pengetahuan ibu hamil tentang suntikan vitamin K pada bayi baru lahir

didapat dari hasil jawaban responden terhadap kuesioner nomor 1 sampai dengan

30, maka diperoleh hasil seperti pada tabel 5.5 berikut ini :

40

Page 41: KTI Neneng Aminah Terbaru

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang

Suntikan Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir

Kategori F %

Baik 37 61,67

Cukup baik 15 25

Kurang baik 8 13,33

Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel 5.5 di atas diketahui bahwa pengetahuan ibu hamil

tentang suntikan vitamin K pada bayi baru lahir secara keseluruhan lebih dari

setengah (61,67%) termasuk kategori baik dan sebagian kecil (13,33 %) termasuk

kategori kurang baik.

2. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pengertian Suntikan Vitamin K Pada

Bayi Baru Lahir

Pengetahuan ibu hamil tentang pengertian suntikan vitamin K pada bayi

baru lahir didapat dari hasil jawaban responden terhadap kuesioner nomor 1

sampai dengan 10, maka diperoleh hasil seperti pada tabel 5.6 berikut ini :

Tabel 5.6Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang

Pengertian Suntikan Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir

Kategori F %

Baik 33 55

Cukup baik 16 26,67

Kurang baik 11 18,33

Jumlah 60 100

41

Page 42: KTI Neneng Aminah Terbaru

Berdasarkan tabel 5.6 di atas diketahui bahwa pengetahuan ibu hamil

tentang pengertian suntikan vitamin K pada bayi baru lahir lebih dari setengah

(55 %) termasuk kategori baik dan sebagian kecil (18,33 %) termasuk kategori

kurang baik.

3. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Manfaat Suntikan Vitamin K Pada

Bayi Baru Lahir.

Pengetahuan ibu hamil tentang manfaat suntikan vitamin K pada bayi baru

lahir didapat dari hasil jawaban responden terhadap kuesioner nomor 11 sampai

dengan 20, maka diperoleh hasil seperti pada tabel 5.7 berikut ini :

Tabel 5.7Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil TentangManfaat Suntikan Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir

Kategori F %

Baik 34 56,67

Cukup baik 21 35

Kurang baik 5 8,33

Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel 5.7 di atas diketahui bahwa pengetahuan ibu hamil

tentang manfaat suntikan vitamin K pada bayi baru lahir lebih dari setengah

(56,67%) termasuk kategori baik dan sebagian kecil (8,33%) termasuk kategori

kurang baik.

42

Page 43: KTI Neneng Aminah Terbaru

4. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Dampak Tidak Diberikannya

Suntikan Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir

Pengetahuan ibu hamil tentang dampak tidak diberikannya suntikan

vitamin K pada bayi baru lahir didapat dari hasil jawaban responden terhadap

kuesioner nomor 21 sampai dengan 30, maka diperoleh hasil seperti pada tabel 5.8

berikut ini :

Tabel 5.8Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang

Dampak Tidak Diberikannya Suntikan Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir

Kategori F %

Baik 38 63,33

Cukup baik 14 23,34

Kurang baik 8 8,33

Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel 5.8 di atas diketahui bahwa pengetahuan ibu hamil

tentang dampak tidak diberikannya suntikan vitamin K pada bayi baru lahir lebih

dari setengah (63,33%) termasuk kategori baik dan sebagian kecil (8,33%)

termasuk kategori kurang baik.

43

Page 44: KTI Neneng Aminah Terbaru

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya yaitu:

1. Rancangan penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan variabel

tunggal sehingga penelitian ini hanya menggambarkan secara sederhana tentang

peristiwa yang sedang terjadi tanpa melihat hubungan dua variabel antara

pengetahuan tentang suntikan vitamin K dengan cakupan pemberian suntikan

vitamin K pada bayi baru lahir.

2. Tempat Penelitian

Keterbatasan yang berkaitan dengan tempat penelitian adalah peneliti

hanya mengambil satu desa wilayah kerja Puskesmas Gantar sehingga hasil

penelitian ini masih bersifat lokal dan tidak bersifat representatif yaitu belum

mewakili desa-desa yang ada di wilayah Puskesmas Gantar Kabupaten

Indramayu.

3. Instrumen Penelitian

Keterbatasan penelitian yang berkaitan dengan instrumen penelitian hanya

menggunakan kuesioner tanpa menggunakan wawancara, sehingga hasil

penelitian ini tanpa dilakukan evaluasi terhadap penyebaran kuesioner kepada

responden.

44

Page 45: KTI Neneng Aminah Terbaru

4. Sampel Penelitian

Keterbatasan penelitian yang berkaitan dengan sampel penelitian adalah

jumlah sampel yang terbatas sehingga peneliti banyak mengalami kendala

terutama mencari responden.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian selanjutnya diuraikan pembahasan hasil

penelitian sebagai berikut:

1. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Suntikan Vitamin K Pada Bayi

Baru Lahir

Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 5.5 diketahui bahwa

pengetahuan ibu hamil tentang suntikan vitamin K pada bayi baru lahir secara

keseluruhan lebih dari setengah (61,67%) termasuk kategori baik dan sebagian

kecil (13,33 %) termasuk kategori kurang baik. Hal ini ada kemungkinan

disebabkan oleh adanya karakteristik yang mendukung seperti yang terlihat pada

tabel 5.3 dapat dilihat bahwa lebih dari setengah (65%) pekerjaan ibu hamil

adalah ibu rumah tangga dan sebagian kecil (16,67%) pekerjaan ibu hamil adalah

petani. Menurut Notoatmodjo (2003) merupakan faktor yang mempengaruhi salah

satu domaIn pembentuk perilaku kesehatan yaitu pengetahuan yang sangat

dipengaruhi oleh ciri-ciri individu itu sendiri yang dapat digolongkan ke dalam

tiga kelompok yaitu ciri-ciri demografi (seperti jenis kelamin, dan umur), struktur

sosial (seperti pendidikan, dan pekerjaan), dan manfaat kesehatan (seperti

keyakinan pribadi) dan setiap individu mempunyai perbedaan-perbedaan

karakteristik atau ciri-ciri tersendiri yang akan mempengaruhi perilakunya.

45

Page 46: KTI Neneng Aminah Terbaru

Pengetahuan ibu hamil yang masih kurang baik tentang suntikan vitamin K

pada bayi baru lahir, sebaiknya bidan secara langsung mendatangi rumah ibu-ibu

hamil untuk menjelaskan pentingnya pemberian suntikan vitamin K bagi bayi

baru lahir. Selain itu juga bidan dapat bekerja sama dengan pamong desa dalam

memberikan penyuluhan berupa acara seminar sehari tentang manfaat suntikan

vitamin K pada bayi baru lahir.

2. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pengertian Suntikan Vitamin K

pada Bayi Baru Lahir

Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 5.6 diketahui bahwa

pengetahuan ibu hamil tentang pengertian suntikan vitamin K lebih dari setengah

(55 %) termasuk kategori baik dan sebagian kecil (18,33 %) termasuk kategori

kurang baik. Ini berarti lebih dari setengah ibu hamil mengetahui dengan baik

tentang definisi suntikan vitamin K antara lain sebagai makanan tambahan untuk

mencegah terjadinya pendarahan pada bayi baru lahir dan suntikan vitamin K

merupakan zat untuk proses pembekuan darah. Hal ini ada kemungkinan

disebabkan oleh karakteristik yang mendukung seperti yang terlihat pada tabel 5.2

bahwa lebih dari setengah (60%) pendidikan ibu hamil adalah SMA dan sebagian

kecil (18,33%) ibu hamil adalah SD. Makin tinggi tingkat pendidikan maka makin

tinggi pula tingkat pengetahuan seseorang, sehingga ibu hamil yang

berpendidikan dasar akan berdampak pada rendahnya pengetahuan tentang

suntikan vitamin K yang berimplikasi pada pembentukan perilaku sehat seseorang

(Soekanto, 2002).

46

Page 47: KTI Neneng Aminah Terbaru

3. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Manfaat Suntikan Vitamin K

pada Bayi Baru Lahir

Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 5.7 diketahui bahwa

pengetahuan ibu hamil tentang manfaat suntikan vitamin K lebih dari setengah

(56,67%) termasuk kategori baik dan sebagian kecil (8,33%) termasuk kategori

kurang baik. Ini berarti lebih dari setengah ibu hamil mengetahui dengan baik

tentang manfaat suntikan vitamin K untuk mencegah perdarahan, menghindari

perdarahan otak, menghindari resiko perdarahan minggu-minggu pertama

kehidupannya, yaitu usia 1-2 minggu hingga enam bulan, mencegah terjadinya

gangguan metabolisme tulang, dan mencegah terjadinya penyakit kuning pada

bayi prematur. Hal ini ada kemungkinan disebabkan oleh adanya karakteristik

yang mendukung seperti yang terlihat pada tabel 5.1 dapat diketahui bahwa lebih

dari setengah (63,33 %) ibu hamil berumur 20 – 30 tahun. Ini berarti ibu hamil

yang berumur antara 20 – 30 tahun merupakan usia produktif, dimana pada saat

umur tersebut mampu untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan.

Sedangkan ibu hamil yang berumur 30 – 40 tahun sebesar 11,67% memungkinkan

memperoleh informasi tentang pemberian suntikan vitamin K pada bayi baru lahir

lebih banyak karena dengan umur semakin tua semakin banyak pengalaman yang

didapatkan. Hal ini sesuai dengan teori menurut Notoatmodjo (2003) bahwa umur

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang

yang dapat membentuk perilaku hidup sehat.

47

Page 48: KTI Neneng Aminah Terbaru

4. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Manfaat Suntikan Vitamin K

pada Bayi Baru Lahir

Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 5.8 diketahui bahwa

pengetahuan ibu hamil tentang dampak tidak diberikannya suntikan vitamin K

lebih dari setengah (63,33%) termasuk kategori baik dan sebagian kecil (8,33%)

termasuk kategori kurang baik. Ini berarti lebih dari setengah ibu hamil

mengetahui dengan baik mengenai dampak buruk jika bayi baru lahir tidak

diberikan suntikan vitamin K antara lain ada kemungkinan terjadinya kerusakan

otak, ada kemungkinan bayi tidak tumbuh normal dan tergantung seumur hidup

pada orang tuanya, terjadinya resiko perdarahan bertambah terutama pada

minggu-minggu pertama, menyebabkan tingginya resiko penyakit kuning, dan

menyebabkan resiko terjadinya perdarahan pada otak semakin bertambah.

Hal ini ada kemungkinan disebabkan oleh adanya karakteristik yang

mendukung seperti yang terlihat pada tabel 5.4 diketahui bahwa lebih dari

setengah (63,33%) ibu hamil memiliki lebih dari satu balita dalam keluarga. Ini

berarti ibu hamil yang memiliki lebih dari satu balita akan memungkinkan

memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam pemberian suntikan vitamin K

sehingga lebih banyak memperoleh informasi tentang suntikan vitamin K

dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki satu balita dalam keluarga.

Menurut Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa keadaan keluarga balita

merupakan indikator fisiologis dengan asumsi bahwa derajat kesehatan, kesakitan,

dan penggunaan pelayanan kesehatan tidak secara langsung berhubungan dengan

rendahnya cakupan pemberian suntikan vitamin K.

48

Page 49: KTI Neneng Aminah Terbaru

Pembahasan hasil penelitian di atas, memperlihatkan bahwa faktor

pengetahuan memegang peranan dalam menumbuhkan rasa tanggung jawab ibu

hamil terhadap kesehatan dirinya dan bayinya kelak lahir sehingga akan diperoleh

suatu manfaat dari pemberina suntikan vitamin K sehingga diharapkan terjadinya

peningkatan kesehatan bayinya. Menurut Notoarmojdo (2003), pemanfaatan

pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh komponen-komponen pendorong yang

menggambarkan faktor-faktor individu secara tidak langsung berhubungan

dengan penggunaan pelayanan kesehatan yang mencakup beberapa faktor,

terutama faktor pengetahuan ibu hamil tentang pemberian suntikan vitamin K

pada bayi baru lahir. Komponen pendukung antara lain kemampuan individu

menggunakan pelayanan kesehatan yang diperkirakan berdasarkan pada faktor

pendidikan, umur dan pekerjaan (Depkes RI, 2000).

Hal ini sejalan dengan pendapat Slamet (1999) yang menegaskan bahwa

wawasan pengetahuan dan komunikasi untuk pengembangan lingkungan yang

bersih dan sehat harus dikembangkan yaitu dengan pendidikan dan pengetahuan.

Dengan adanya pendidikan dan pengetahuan mendorong kemauan dan

kemampuan yang ditujukan terutama kepada ibu hamil sebagai anggota

masyarakat memberikan dorongan dan motivasi untuk menggunakan sarana

pelayanan kesehatan.

Peran bidan sebagai seorang pendidik harus memberikan pengetahuan

kepada ibu hamil tentang suntikan vitamin K melalui penyuluhan sehingga

pengetahuan ibu hamil tentang suntikan vitamin K menjadi lebih baik yang

49

Page 50: KTI Neneng Aminah Terbaru

diharapkan dapat berdampak pada pembentukan perilaku hidup sehat dengan

memberikan suntikan vitamin K pada bayi baru lahir.

50

Page 51: KTI Neneng Aminah Terbaru

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan penelitian dapat diambil atau dikemukakan

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pengertian suntikan vitamin

K pada bayi baru lahir, lebih dari setengah responden termasuk kategori baik.

2. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang manfaat suntikan vitamin K

pada bayi baru lahir, lebih dari setengah responden termasuk kategori baik.

3. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang dampak tidak diberikannya

suntikan vitamin K pada bayi baru lahir, lebih dari setengah responden termasuk

kategori baik.

B. Saran

1. Bagi Bidan

Bidan sebaiknya selalu meningkatkan perannya sebagai pendidik, melalui

penyuluhan-penyuluhan kepada ibu-ibu hamil tentang pentingnya pemberian

suntikan vitamin K pada bayi baru lahir.

2. Bagi Puskesmas

Puskesmas hendaknya lebih melibatkan tokoh masyarakat atau pamong

desa dan Kelompok Peminat Ibu dan Anak (KPIA) dalam memberikan

penyuluhan tentang suntikan vitamin K pada bayi baru lahir.

51

Page 52: KTI Neneng Aminah Terbaru

3. Bagi Ibu Hamil

Bagi ibu hamil diharapkan untuk meningkatkan pengetahuannya tentang

suntikan vitamin K pada bayi baru lahir dengan mengikuti berbagai penyuluhan,

pendidikan dan latihan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Gantar dan tidak

segan-segan untuk bertanya kepada bidan desa tentang suntikan vitamin K pada

bayi baru lahir.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat memasukkan materi tentang

suntikan vitamin K pada bayi lahir pada proses kegiatan belajar mengajar

khususnya di Program Studi Kebidanan..

52