Post on 19-Oct-2020
MODUL PRAKTIKUM
MANAJEMEN MASJID
Disusun Oleh:
Elmansyah, S.PdI., M.S.I.
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONTIANAK
PONTIANAK
2016
ii
iii
DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan______1
BAB II
Menyusun Profil Masjid______7
BAB III
Menyusun Renstra Sebuah Masjid______15
BAB IV
Menyusun Program______19
BAB V
Menata Keuangan______ 25
BAB VI
Pengembangan Fungsi Masjid______29
BAB VII
Penutup______31
iv
IMPLEMENTASI MODUL DALAM PRAKTIKUM
NO. PERT.
KE:
MATERI WAKTU
1. 1 Pengenalan Materi Manajemen Masjid 120 Menit
2. 2 Menyusun Profil Masjid 120 Menit
3. 3 Menyusun Renstra 120 Menit
4. 4 Menyusun Program 120 Menit
5. 5 Menata Keuangan 120 Menit
6. 6 Pengembangan Fungsi Masjid 120 Menit
7. 7 UTS
v
KATA PENGANTAR
SEGALA puji bagi Allah SWT, atas selesainya penyusunan Modul ini,
“MODUL PRAKTIKUM MANAJEMEN MASJID”. Buku modul ini disusun
guna melengkapi dan memudahkan proses pembelajaran dan pelatihan bagi
mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Adab, Ushuluddin dan
Dakwah, Institute Agama Islam (IAIN) Pontianak tahun 2016. Berisi tentang
seputar pengelolaan masjid yang efektif dan efesien.
Buku ini disusun dalam 6 (enam) bab, yang meliputi:
Bab Pertama berbicara tentang pentingnya pengelolaan masjid secara
baik dan benar, sesuai dengan manajemen organisasi modern. Bab ini bertajuk
Pendahuluan, dalam artian menjelaskan sekilas sebagai pengenalan materi
manajemen masjid secara keseluruhan. Bahasan-bahasannya bersifat
pengenalan saja, sehingga hanya sekilas-sekilas mengenai manajemen masjid.
Pada Bab Kedua, akan dibahas mengenai tata cara menyusun profil
masjid. Hal ini penting dipahami secara seksama, dalam rangka menata masjid
ke arah yang berkemajuan. Selanjutnya pada Bab Ketiga akan dibahas
mengenai Analisa SWOT. Bagian ini dimaksudkan untuk mempersiapkan
takmir dalam menyusun program di kemudian hari.
Dilanjutkan dalam Bab Keempat, yakni menyusun program. Takmir
diajari bagaimana menyusun program yang sesuai dengan kebutuhan jama’ah.
Kemudian pada Bab Kelima diteruskan dengan menata keuangan dari program
yang telah disusun sedemikian rupa sebelumnya. Setelah semuanya selesai,
maka barulah dipikirkan mengenai pengembangan program berikutnya untuk
keberlangsungan masjid ideal, dengan tajuk Pengembangan Fungsi Masjid.
Kehadiran buku ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan
mahasiswa praktikum manajemen masjid, maupun masyarakat yang berniat
vi
mengelola masjid lebih baik. Kritik dan saran sangat dinantikan oleh penyusun
dari pembaca dan pengguna yang budiman, dalam upaya perbaikan ke depan.
Kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku ini,
penyusun ucapkan terima kasih.
Pontianak, April 2016
Penyusun
1
BAB I
PENDAHULUAN
asjid merupakan fasilitas terpenting bagi umat Islam. Ketika awal-
awal hijrah ke Madinah, hal pertama yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW dan para sahabat adalah membangun masjid. Di
masjid, yang kelak dikenal dengan nama Masjid Nabawi inilah, gerakan Islam
dimulai1.
Secara etimologis, kata “Masjid” merupakan isim makan dari kata
"sajada" - "yasjudu" - "sujudan", yang artinya tempat sujud. Sujud dalam arti
melakukan aktifitas/perbuatan sujud, yakni meletakkan kepala sejajar dengan
lutut dan jari-jari kaki dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Karena
isim makan berarti tempat, maka kata masjid dimaknai sebagai tempat
melakukan sujud, atau tempat untuk mengerjakan shalat2.
Meski demikian, tempat sujud bukan berarti harus di sebuah bangunan
yang dikhususkan untuk itu, akan tetapi tempat sujud (masjid) bisa saja di luar
itu, seperti di rumah, di lapangan, atau di mana saja asalkan tidak ada larangan.
Beberapa tempat yang di larang untuk melakukan sujud, antara Toilet/Kamar
Mandi, Makam dan tempat yang kotor3.
1 Ketika itu Rasulullah SAW membeli tanah seluas 3 x 30 m, milik dua orang
anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail seharga 10 Dinar. Lihat: M. Irawan, Keajaiban
Masjid Nabawi: Menguak Misteri dan Keajaiban Menakjubkan dari Setiap Sisi Masjid
Nabawi (Jakarta: Spasi Media, 2014) hlm. 99. 2 Aziz Muslim, “Manajemen Pengelolaan Masjid” dalam Jurnal Aplikasia:
Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Vol.V., No.2, Desember 2004, hlm. 108. 3 Rasulullah SAW bersabda: "...Dijadikan bagiku seluruh bumi sebagai
tempat sujud (masjid) dan tanahnya dapat digunakan untuk bersuci... " (HR. Muslim).
M
2
Dalam sejarah, disebutkan bahwa pada masa Rasulullah SAW, masjid
sangat berperan penting dalam Islam. Selain untuk tempat sujud (shalat),
Rasulullah SAW menjadikannya sebagai tempat menerima tamu, bermusya-
warah, menyusun strategi perang, dan menyelesaikan persoalan-persoalan
umat, termasuk sebagai pusat pembelajaran. Demikian juga dengan masa
sahabat, masjid berperan sebagai pusat pemerintahan, pusat dakwah dan pusat
perekonomian. Segala persoalan umat, diselesaikan di masjid.
Saat ini, dinamika masjid dari masa ke masa terus terjadi. Kini masjid
telah berkembang sedemikian pesatnya. Di Indonesia saja, terhitung telah
mencapai ± 650 ribu buah (data tahun 2010). Meski demikian, jumlahnya
tidaklah naik secara signifikan, jika dibandingkan dengan rumah ibadah agama
lain di Indonesia. Menurut Kepala Pusat Kerukunan Beragama Kemenag RI,
Abdul Fatah, pada tahun 1997 hingga 2004 jumlah gereja Katolik bertambah
153 persen dari 4.934 menjadi 12.473, gereja Protestan 131 persen dari 18.977
menjadi 43.909, jumlah vihara bertambah 368 persen dari 1.523 menjadi
7.129, jumlah pura Hindu naik 475,25 persen dari 4.247 menjadi 24.431,
sedangkan masjid hanya bertambah 64 persen dari 392.044 menjadi 643.843.4
Sebenarnya bukan masalah bertambah atau tidaknya jumlah masjid di
negeri ini, tapi bagaimana kualitasnya jauh lebih penting. Ironis memang,
jumlah masjid kita banyak, tapi “keropos”, tidak berisi/bermakna. Megahnya
bangunan masjid hanya sekedar untuk berbangga-bangga saja, minim kualitas.
Masjid hanya dipenuhi oleh kaset-kaset mengaji, yang entah orangnya di
mana? Jama’ah sepi, pengajian jarang dilakukan, apalagi pengkajian? Bahkan
hampir semua masjid di lingkungan kita, tidak tahu berapa jumlah jama’ah
tetap yang ada di sekitarnya? Ini adalah fakta yang harus kita pikirkan!
Pernyataan dan pertanyaan di atas adalah fakta. Oleh karena itu,
diperlukan pengelolaan masjid secara lebih intensif, dan ini merupakan
“Seluruh bumi adalah tempat sujud, kecuali kuburan dan kamar mandi” (H.R. Tirmizi,
Ibnu Majjah dan Ahmad). Adil Sa’adi, Fiqhu al-Nisa Fi al- Thaharah & Fiqhu al-Nisa
Fi al-Shalah (Jakarta Selatan: Hikmah, 2006), hlm. 156-157. 4 http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/12/06/03/m
51lw4-pertumbuhan-masjid-di-indonesia-rendah.
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/12/06/03/m%2051lw4-pertumbuhan-masjid-di-indonesia-rendahhttp://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/12/06/03/m%2051lw4-pertumbuhan-masjid-di-indonesia-rendah
3
kebutuhan yang mendesak. Umat Islam harus bangkit dengan segala kekuatan
untuk memanaj masjid-masjidnya dengan baik, sesuai dengan perkembangan
zaman. Itulah sebabnya, pembelajaran, pengkajian dan pengembangan
manajemen masjid menjadi sangat urgen untuk segera dilakukan, agar
nantinya masjid-masjid kita dapat tertata.
Manajemen Masjid
Manajemen adalah suatu ilmu untuk mengelola suatu aktivitas, dalam
rangka mencapai tujuan, dengan bekerja sama secara efisien dan terencana
dengan baik. Sebagai ilmu baru yang muncul menjelang abad dua puluh,
manajemen terus berkembang dengan pesat, sesuai dengan tuntutan zaman.
Ilmu manajemen, dewasa ini dapat digunakan untuk kegiatan apa saja, yang
bersifat kerjasama untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien, atau
usaha dengan kegiatan sekecil mungkin dan memperoleh hasil yang maksimal.
Ilmu Manajemen bergerak untuk mengefisienkan semua unsur
manajemen, yaitu orang, uang, barang, mesin dan sebagainya. Paling tidak ia
dilakukan melalui empat fungsi manajemen yang disingkat POAC, yaitu (1)
Planning, (2) Organizing, (3) Actuating dan (4) Controlling. Para ahli yang
lain menambahkan beberapa fungsi, sebagai pengembangan dari empat fungsi
di atas, yaitu: (1) research, atau penelitian, (2) staffing atau penempatan
personil, (3) evaluating dan (4) budgeting atau anggaran pendapatan dan
belanja5.
Teori perencanaan management di atas pada awalnya dikembangkan
oleh George R Terry. Planning adalah berawal dari tujuan apa yang hendak
dicapai. Organizing adalah pengorganisasian atau pengumpulan segala sumber
dan potensi yang dimiliki. Actuating adalah tindakan menggunakan sumber
daya potensial tadi. Controlling adalah pengawasan terhadap tindakan-
tindakan yang dilakukan6.
5 Aziz Muslim, “Manajemen.., hlm. 106. 6 https://id.wikibooks.org/wiki/Kurikulum_Kepemimpinan/Perencanaan.
https://id.wikibooks.org/wiki/Kurikulum_Kepemimpinan/Perencanaan
4
Dengan kata lain, Planning adalah pengaturan tujuan dan mencari cara
bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam tahap planning ini bisa
mencakup pembuatan visi, misi, tujuan dan program kerja sebuah
organisasi/lembaga/perusahaan. Organizing (Pengorganisasian). Organizing
adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia dan fisik setiap sumber
daya tersedia untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan yang
berhubungan dengan organisasi. Bahasa sederhananya penempatan orang,
siapa di bagian komputer, siapa di bagian personalia, keuangan, dan lain lain.
Actuating (Implementasi). Actuating adalah peran manajer untuk mengarahkan
pekerja yang sesuai dengan tujuan organisasi7.
Dalam sebuah masjid, tentu saja memerlukan apa yang disebut dengan
manajemen. Ketakmiran membutuhkan pengelolaan yang baik, agar dapat
berhasil dengan baik. Tujuan utamanya adalah memakmurkan masjid. Itulah
sebabnya kepemimpinan dan keorganisasian masjid dikenal dengan istilah
ketakmiran, bukan kepemimpinan atau pengurus.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam memanaj sebuah masjid
antara lain sebagai berikut:
1. Pendataan Jama’ah
Sampai sejauh ini, persoalan yang belum pernah selesai adalah
persoalan data jama’ah. Masing-masing masjid tidak tahu berapa jumlah
jama’ah yang seharusnya dinaungi. Jama’ah masjid terdiri dari 2 macam,
yaitu jama’ah tetap dan jama’ah tidak tetap. Jama’ah tetap adalah jama’ah
yang tinggal di daerah sekitar, yang sering datang ke masjid atau
seharusnya selalu datang ke masjid tersebut. Sedangkan jama’ah tidak
tetap adalah jama’ah yang sesekali datang, atau hanya sekedar mampir
menumpang tempat untuk shalat.
Untuk mendata jama’ah ini dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara,
yaitu: Pertama, takmir masjid melakukan sensus jama’ah dalam wilayah
dakwahnya (jama’ah tetap). Kedua, dengan cara membuat daftar
kunjungan jama’ah tidak tetap, seperti halnya di perpustakaan daerah
(jama’ah tidak tetap).
7 http://www.katabah.com/2015/10/empat-fungsi-manajemen-poac.html.
http://www.katabah.com/2015/10/empat-fungsi-manajemen-poac.html
5
Contoh Blanko Pendataan Jama’ah Tetap
No. No. KK No.
RUMAH,
RT/RW
STATUS DALAM
KELUARGA
No. URUT
JAMA’AH
NAMA
JAMA’AH
(UMUR)
PEKERJAAN
1. 616758 B-27 –
12/VIII
Kepala
Keluarga/Suami
0001 Paiman (56) Buruh
Istri 0002 Suliyem (50) IRT
Anak 0003 Hartono (20) Mahasiswa
Anak 0004 Mariani (16) Pelajar SMA
Asisten RT 0005 Partinah (46) ART
Dst. Dst. Dst. Dst. Dst. Dst. Dst.
Contoh Blanko Jama’ah Tidak Tetap
No. Tgl.
Kunjungan
NAMA ALAMAT Kunjungan Ke- Kritik & Saran
1.
Dst. Dst. Dst. Dst. Dst. Dst.
2. Penataan Organisasi
Organisasi harus ditata layaknya organisasi professional, sesuai
dengan kebutuhan ketakmiran. Karena masjid adalah milik umat, maka
biarkan umat yang memilih, siapa yang pantas untuk menjadi
pemimpinnya, imamnya atau pun gurunya, sehingga masing-masing
jama’ah akan merasa bertanggung jawab atas organisasi itu. Tidak ada
istilah “Penjual Sate”, Dia yang membeli ayam, menyembelih, menguliti,
mengiris, menusuk dan membakarnya, sampai pada menyajikannya ke
pembeli. Jika ketakmiran dikelola seperti ini, maka jama’ah akan merasa
tidak bertanggung jawab dan tidak memiliki atas keberadaan masjid
tersebut. Karenanya, ada menejemen kepemimpinan, yang meliputi
pemilihan, masa bakti dan pertanggung jawaban serta suksesi yang jelas
dalam ketakmiran.
3. Penataan Keuangan
Kesadaran jama’ah dalam ber-shadaqah, baik yang wajib (zakat fitrah
dan Mal), maupun yang sunnah (Infaq, wakaf dan Hibah), semakin tinggi.
6
Akan tetapi tidak sedikit pula yang usil menanyakan pengelolaan
keuangan yang berhasil masuk ke kas masjid. Oleh karena itu, pengelolaan
keuangan harus ditata dengan baik. Pemasukan dan pengeluaran, harus
disampaikan kepada jama’ah secara transparan.
4. Penataan Program.
Urusan program merupakan urusan yang rumit dan melelahkan.
Banyak terjadi di masjid-masjid kita, programnya tidak tertata. Contoh
sederhana adalah masalah pengajian: materi yang disampaikan oleh
penceramah, cenderung itu-itu saja, berkisar antara kematian dan
kehidupan duniawi yang sementara yang tidak ada gunanya. Materi seperti
ini bukannya menumbuhkan kesadaran dalam hati jama’ah untuk berbuat
lebih baik, alih- alih justru malah menjadi takut malas untuk melakukan
apa pun, padahal mereka harus menghadapi urusan duniawi yang begitu
keras. Bukan berarti tidak boleh, tapi takmir harus memikirkan kondisi
jama’ah di era yang terus berubah. Karenanya, perlu penataan program
yang jelas, agar jama’ah senantiasa merasa mendapat tempat di rumah
Allah ini.
Semua materi yang telah disampaikan di atas, akan dibahas lebih
lanjut dalam bab-bab berikutnya. Point penting dalam materi ini adalah
bagaimana kita semua dapat menata masjid-masjid yang ada di sekitar
kita. Metode-metode yang akan digunakan adalah metode manajemen
modern, yakni yang menekankan pada penerapan POAC yang baik dan
benar. [01].
7
BAB II
MENYUSUN PROFIL MASJID
UGAS pertama dalam praktikum Manajemen Masjid adalah
menyusun profil sebuah masjid. Tugas ini dimaksudkan agar
mahasiswa dapat memahami betul mengenai kondisi masjid yang
akan dijadikan sebagai objek kajian dan pengembangan. Pemahaman atas
kondisi masjid, akan memudahkan mahasiswa dalam mengelola masjid pada
tahap berikutnya.
Secara umum, hampir semua masjid telah memiliki profilnya sendiri,
profil itu disusun pada saat harus membuat proposal permohonan bantuan bagi
renovasi bangunan. Akan tetapi, profil tersebut masih bersifat sederhana,
belum sampai pada detail yang menggambarkan kondisi masjid yang ada. Oleh
karena itu, berikut ini bahan-bahan untuk penyusunan profil masjid yang
lengkap, yang diyakini mampu memberikan gambaran utuh mengenai suatu
masjid.
A. Nama
Semua masjid pastilah memiliki nama. Nama itu biasanya dibuat
berdasarkan keinginan penggagasnya. Banyak nama yang dipakai untuk
masjid, misalnya: Bait al-Rahman (ditulis: Baiturrahman), Miftah al-
Jannah (ditulis: Miftahul Jannah), Al-Muhajirin, dan lain sebagainya.
Penamaan sebuah masjid, tentu ada latar belakangnya, bisa karena yang
membangun atau masyarakat sekitar berasal dari para pendatang, diberi
nama Al-Muhajirin, karena ingin menjadikannya Pintu Syurga, dinamailah
Miftahul Jannah, dan seterusnya, sesuai dengan keinginan para pendirinya.
Oleh karena itu, para praktikum harus mengetahui asal muasal
penamaan masjid tersebut, sehingga dapat dipahami arah pengembangan
masjid ke depan. Kendati demikian, ada juga yang hanya ikut-ikutan,
T
8
tanpa tujuan sama sekali, yang penting masjid itu ada namanya. Jika
demikian, maka arah pengembangannya dapat disesuaikan dengan
perkembangan jama’ah yang ada.
B. Lokasi
Pendataan mengenai lokasi menjadi penting untuk dilakukan, hal
ini dimaksudkan agar orang yang membacanya dapat mengetahui secara
pasti keberadaan masjid yang disebutkan. Pendataan tersebut dapat
dimulai dari Kampung, Kelurahan/Desa, Kecamatan, Kabupaten, sampai
Provinsi. Contoh:
Kampung : Parit Seribu Kompleks Duta Bandara
Desa : Parit Baru
Kecamatan : Sungai Raya
Kabupaten : Kubu Raya
Provinsi : Kalimantan Barat.
Di daerah tertentu seperti di Jawa, keberadaan masjid menjadi
patokan arah (Timur, Barat, Utara dan Selatan). Arah mata angin adalah
sesuatu yang vital bagi masyarakat Jawa. Mereka selalu menanyakan
sesuatu berdasarkan arah mata angin. Karenanya, pendataan lokasi
didasarkan pada arah mata angin itu.
Contoh:
Sebelah Utara : Jalan Gang Blok E
Sebelah Selatan : Jalan Gang Blok D
Sebelah Timur : Jalan Utama
Sebelah Barat : Perkebunan dan Rumah Warga
Jadi, jika dibuat peta lokasi. Keberadaan Masjid tersebut sudah
dapat diperkirakan dengan mudah. Sekali membaca, pembacanya sudah
dapat membayangkan, di mana lokasi masjid yang dimaksud.
C. Ruang Lingkup Dakwah
Setelah menggambarkan lokasi, selanjutnya mendata ruang lingkup
dakwahnya. Ruang lingkup dakwah yang dimaksud di sini adalah wilayah
9
yang menjadi cakupan atau tanggung jawab dakwah suatu masjid. Pada
persoalan ini ada beberapa hal yang harus didata, yaitu: Luas wilayah,
batas wilayah dakwah, jumlah penduduk (umat Islamnya), dan
infrastruktur yang ada.
Contoh:
1. Luas Wilayah
Mencakup 18 Rukun Tetangga (RT), 4 Rukun Warga (RW), 400 KK.
2. Batas Wilayah Dakwah
Batas wilayah dakwah adalah batas wilayah yang dapat
dijangkau, atau menjadi tanggung jawab dakwah, berbagi dengan
masjid lainnya di sekitar masjid tersebut jika ada.
Contoh:
Sebelah Timur : Sampai sebelah Timur Jalan Arteri Supadio
Sebelah Selatan : Pesantren Khulafaur Rasyidin.
Sebelah Barat : Parit Derabak
Sebelah Utara : Parit Sebin.
3. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang didata adalah jumlah keseluruhan
penduduk di wilayah cakupan dakwah, yang meliputi batas-batas
wilayah di atas. Pendataan ini didasarkan pada jumlah penduduk dan
agama yang dianut.
Contoh:
NO. AGAMA JUMLAH
1. Islam 900 Jiwa
2. Kristen Protestan 36 Jiwa
3. Kristen Katolik 240 Jiwa
4. Hindu 8 Jiwa
5. Budha 10 Jiwa
6. Konghuchu 120 Jiwa
Jumlah Total 1.314 Jiwa
4. Infra Struktur
Infra Struktur yang dimaksud adalah berbagai wilayah publik
yang terdapat di sekitar masjid, yang tentunya ada peluang dakwah,
10
dan memang terdapat tempat yang harus dibina. Misalnya, Madrasah
yang memiliki Musholla, Tempat Olah Raga yang ada Mushollanya,
Taman, Pom Bensin, Kantor, dan lain sebagainya.
Contoh:
Terdapat 1 buah Sekolah Dasar Tanpa Musholla, 2 Buah SMP/MTs
ber-Musholla, 2 Buah SMA/MA ber-Musholla, 4 buah Mushollah
Umum, 1 buah Lapangan Futsal Tanpa Musholla, 1 buah Taman
Bermain Tanpa Musholla, 1 buah Gedung Pertemuan Tanpa Musholla.
D. Sejarah Berdirinya
Menulis sejarah berdirinya masjid, dapat dilakukan dengan
menggunakan patokan sebagai berikut: Kondisi awal sebelum dibangun,
Para Penggagas/ Pendiri, Luas dan Status Tanah Awal, Peletakan Batu
Pertama, Luas Masjid awal dan setelah dibangun, Daya Tampung
Jama’ah.
Contoh:
- Berawal dari langgar kecil di pojok kampung;
- Didirikan oleh Panitia yang dibentuk oleh warga dan dimotori oleh
Bapak Suparto (Pengusaha Es Potong, Alumni Pesantren KR);
- Berdiri diatas tanah wakaf seluas 770 m2.(sekarang 1118 m2.);
- Peletakan batu pertama September 1990;
- Diresmikan 20 Agustus 1992;
- Bangunan awal 9 x 9 m satu lantai, kini 15x21. 3lantai;
- Daya tampung 1200 jamaah.
E. Bangunan
Data bangunan harus detail, berdasarkan kondisi bangunan yang ada.
Contoh:
Luas Tanah : 1118 m2
Luas Bangunan
Lantai 1 : 387 m2
Lantai 2 : 400 m2
Lantai 3 : 170 m2
11
Jumlah Lantai : 3 lantai
Ruang Utama : 1 buah
Serambi : 3 buah
Ruang Serbaguna : 1 buah
Ruang Tidur/Penginapan : 3 buah
Ruang Etalase : 1 buah.
Ruang Kantor : 1 buah
Ruang Gudang : 3 buah
Ruang Poliklinik : 1 buah
Ruang Perpustakaan : 1 buah
Garasi : 1 buah
Tempat Wudhu : 8 buah
Kamar Mandi : 10 buah
Ruang Dapur : 3 buah
Menara : 1 buah
F. Kepengurusan/Organisasi
1. Manajemen Kepengurusan
Kepengurusan masjid konvensional, umumnya bersifat sederhana,
bahkan seumur hidup. Dengan demikian, manajemen kepengurusan
modern harus mampu merombak sistem lama yang kurang baik. Akan
tetapi, dibutuhkan pendekatan yang intens terhadap kepengurusan
lama, sehingga perubahan sistem tidak akan mempengaruhi secara
negatif terhadap jama’ah dan kepengurusan berikutnya.
Contoh:
Pengurus dipilih langsung oleh Jamaah melalui “Pemilu Takmir”,
untuk masa bakti tertentu (2-4 tahun).
Pemilu menetapkan Tim Formatur.
Tim Formatur terpilih bersama Pengurus Domisioner, membentuk
komisi penyusunan struktur kepengurusan.
Menetapkan Rapat Rutin Pengurus (Bisa Setiap Jum’at Kliwon
ba’da Jum’atan, atau hari lainnya).
12
Menyusun Renstra Satu masa bakti, dituangkan dalam suatu visi,
Misalnya: “TAHUN 2019 DUTA BANDARA KOMPLEKS
ISLAMI”, “TAHUN 2O23 MENUJU DUTA BANDARA
DARUSSALAM’’.
2. Struktur Organisasi
Penentuan Struktur dapat dilakukan dengan melihat kebutuhan
dan perkembangan masjid yang ada. Masing-masing masjid bisa jadi
berbeda. Karenanya, penyusunan ini dibentuk berdasarkan kebutuhan
yang mendesak dan perencanaan yang telah dibuat.
Contoh:
Struktur Kepengurusan Masjid …
Dewan Penasehat
Ketua Umum
Ketua I
Sekretaris I
Sekretaris II
Bendahara I
Bendahara II
Biro-Biro (30 Biro) :
1. Biro Pembinaan Hamas (Himp. Anak-anak Masjid)
2. Biro Pembinaan RMJ (Remaja Masjid)
3. Biro Pembinaan Kurma (Keluarga Muda Masjid)
4. Biro Pembinaan Ibadah Haji
5. Biro Pembinaan Kader Mubaligh
6. Biro Pembinaan Kewirausahaan
7. Biro Pembinaan Perpustakaan
8. Biro Imam & Muadzin
9. Biro Ibadah Jum’at
10. Biro Layanan Perawatan Jenazah
11. Biro Pemberdayaan Perempuan
12. Biro KAUM (Komite Aksi Untuk Ummat)
13. Biro PHBI (Peringatan Hari Besar Islam)
14. Biro FKMS (Forum Kajian Malam Selasa)
13
15. Biro IKS (Ikatan Keluarga Sakinah)
16. Biro Humas & Penerbitan
17. Biro Koordinator Jamaah
18. Biro Klinik Masjid
19. Biro Donor Darah
20. Biro Olah Raga
21. Biro Teknologi Informasi
22. Biro Keamanan
23. Biro Dokumentasi & Kearsipan
24. Biro Kerumahtanggaan
25. Biro Pembangunan & Pemeliharaan
26. Biro Seni & Budaya
27. Biro Bimbingan Al Qur’an
28. Biro Zakat
39. Biro Kuliah Subuh
Dalam hal perekrutan pengurus, harus ada mekanismenya.
Ada 4 (empat) alternative perekrutan pengurus, yaitu: 1) Profesional;
2) Kaderisasi; 3) Akomodir; dan, 4) Representasi.
G. Kaderisasi
Ada ungkapan, “Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang
mampu menciptakan kader kepemimpinan berikutnya”. Demikian juga
takmir, takmir yang baik adalah takmir yang mampu menciptakan takmir
selanjutnya. Oleh karena itu, kaderisasi menjadi sangat vital dalam
kelangsungan kepengurusan, sehingga sebuah masjid tidak hanya maju
dalam periode tertentu, tapi mundur dalam periode lainnya. Kaderisasi
dapat dilakukan sejak dini, yaitu membina anak-anak, remaja, dan dewasa
yang aktif dalam kepengurusan yang sedang berjalan. Misalnya kaderisasi
dalam kategori:
1. Anak-anak
Anak-anak dapat dibuatkan wadah tersendiri (perhimpunan),
di mana ada kepengurusannya yang dibimbing dan dimonitor oleh
takmir. Namanya bisa apa saja, yang penting ada wadah dan
14
pembinaannya. Bisa dengan nama: HAMAS (Himpunan Anak-anak
Masjid), misalnya, yang terdiri dari nggota dan Pengurus Hamas.
Anggotanya terdiri dari anak pra TK-kelas 6 SD & Pengurus terdiri
dari kelas 1 sampai dengan kelas 2 SMP.
2. Remaja
Anak usia remaja juga harus dibina/dikader agar menjadi
pengurus takmir yang baik. Dibuatkan wadah yang cocok bagi
mereka, misalnya RISMA (Remaja Islam Masjid) yang terdiri dari
anggota dan pengurus mulai dari kelas 3 SMP sampai dengan sebelum
menikah.
3. Keluarga Muda
Mereka yang telah menikah, bapak-bapak atau ibu-ibu muda,
harus tetap diwadahi dalam sebuah organisasi. Diberi nama KURMA
(Keluarga Alumni Remaja Masjid), misalnya. Anggotanya bisa terdiri
dari Mantan RISMA dan bapak-bapak/ibu-ibu muda yang aktif di
masjid. Pembinaan pada usia ini sangatlah penting, karena biasanya
transisi dari masa remaja ke dewasa membutuhkan perhatian yang
cukup, agar mereka mampu menapaki kehidupan dengan baik.
4. Takmir
Takmir adalah orang-orang yang merupakan akumulasi dari
berbagai potensi yang ada di masjid, baik anak-anak, remaja, KURMA
maupun orang tua. Bagaimanapun, mereka ini tetap harus ditingkatkan
kemampuannya, jangan sampai mereka hanya melayani orang lain,
tapi melupakan dirinya sendiri. Takmir harus senantiasa mengadakan
pengajian dan pengkajian secara intensif, agar dapat berkembang dan
mampu mengembangkan jama’ah.
Setelah semuanya tertata, maka setiap kali rapat takmir, mereka ini
selalu dilibatkan perwakilannya. Selain itu, juga sesering mungkin diadakan
pelatihan kemimpinan dan manajemen masjid. Dengan demikian, kaderisasi
itu akan berjalan.[02].
15
BAB III
MENYUSUN RENSTRA SEBUAH MASJID
gar kinerja ketakmiran dapat berjalan dengan baik, maka perlu
adanya Renstra (Rencana Strategis). Renstra atau Perencanaan
Strategis adalah suatu disiplin yang bertujuan untuk menghasilkan
keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan mendasar, yang membentuk dan
membimbing organisasi untuk memahami dirinya sendiri (what an
organization is), apa yang dikerjakannya (what it does), dan mengapa
organisasi mengerjakannya (why it does it)8.
Untuk membuat renstra, perlu terlebih dahulu memahami beberapa hal
penting mengenai kondisi diri sendiri, sehingga dapat dilakukan antisipasi-
antisipasi atau upaya lain untuk mengatasi kondisi tersebut. Oleh karena itu,
analisis SWOT sangat dibutuhkan. SWOT adalah sebuah metode perencanaan
strategis yang digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan (strengths),
kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats).
Teknik ini dirumuskan oleh Albert Humphrey, pemimpin proyek riset
Universitas Stanford pada tahun 1960-1970, dari perusahaan Fortune 5009.
Metode analisis ini adalah metode analisis yang paling dasar, yang
bermanfaat untuk melihat suatu topik ataupun suatu permasalahan dari 4 empat
sisi yang berbeda. Hasil analisis biasanya berupa arahan ataupun rekomendasi
untuk mempertahankan kekuatan dan untuk menambah keuntungan dari segi
peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan juga menghindari
8 Riant Nugroho, Perencanaan Strategis in Action (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2010), hlm. 11. 9 Lihat: https://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT
A
16
ancaman. Jika digunakan dengan benar, analisis ini akan membantu untuk
melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tidak terlihat selama ini10.
Dalam hal manajemen masjid, metode analisis ini dapat digunakan
dalam upaya mengelola masjid secara terarah. Akan tetapi, harus ditentukan
terlebih dahulu visi dan misinya. Hasilnya, nantinya dapat dijadikan sebagai
acuan dalam mengelola masjid sesuai dengan visi dan misi tersebut. Setelah
dipahami SWOT-nya, maka langkah berikutnya adalah menyusun rencana
strategis dalam upaya mengatasi kelemahan, memaksimalkan kekuatan,
memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Untuk menyusun renstra,
rekomendasi yang telah diberikan, dapat dijadikan sebagai bahan acuan.
Contoh:
Ketika kekuatan kita terletak pada fasilitas yang mencukupi, maka
program utamanya adalah memaksimalkan fasilitas yang ada, baik waktu,
ruang maupun sumber daya manusianya. Saat kelemahan kita diketahui tidak
banyak SDM yang memadai, maka harus ada program yang dapat mengatasi
kelemahan itu, seperti kerjasama dengan pihak lain, atau kaderisasi.
Selanjutnya, program-program yang akan di susun harus merujuk pada
hasil analisis SWOT yang telah dibuat, berdasarkan misi yang hendak dicapai.
Program-program tersebut disusun secara lengkap, dengan alokasi waktu dan
pendanaannya. Berikut ini adalah contoh alur penyusunan renstra masjid:
Bagian Pertama (Pendahuluan)
1) Arah Kebijakan
Takmir Masjid Miftahul Jannah Banjaran, sesuai dengan visi dan misi
yang diemban, terus bekerja keras untuk menjadikan masjid ini sebagai
pusat kegiatan masyarakat. Oleh karena itu, segala upaya akan dilakukan
10 Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis di manajemen perusahaan.
Analisis ini dapat juga digunakan dalam sebuah organisasi. Secara sistematis, analisis
ini dapat membantu dalam usaha penyusunan suatu rencana yang matang untuk
mencapai tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangkan panjang.
http://www.pengertianku.net/2015/03/pengertian-analisis-swot-dan-manfaat nya.html.
http://www.pengertianku.net/2015/03/pengertian-analisis-swot-dan-manfaat%20nya.html
17
dalam rangka mewujudkan cita-cita bersama dalam membangun suatu
masyarakat yang Islami dan berkemajuan. …dst.
2) Tujuan dan Manfaat Penyusunan Renstra
Rentra ini bertujuan untuk menegaskan arah pengembangan masjid
Miftahul Jannah Banjaran dalam kurun waktu 4 tahun ke depan…dst.
3) Sasaran Renstra
Tujuan utama renstra ini adalah membangun masyarakat Islami yang
berkemajuan, sehingga penekanannya terletak pada peningkatan mutu
jama’ah dalam segala bidang, sehingga nantinya jama’ah akan dapat
mandiri dalam setiap lini kehidupan. Semua itu tentu saja harus dimulai
dari kemandirian masjid ini dalam pengelolaan administrasi, organisasi,
program dan keuangan…dst.
4) Tonggak Sejarah (milestone).
1999 : Peletakan Batu Pertama, dimotori oleh Bapak Sukarjo (pegawai
pabrik kertas).
2000 : Peresmian masjid oleh ketua RW, Bapak Sukarjan.
200- : dst. Hingga tahun saat dibuat Renstra.
Bagian Kedua (Lansan Dasar Penyusunan Renstra)
1) Landasan Filosofis
Masjid pada masa Rasulullah SAW berfungsi sebagai …dst. Sehingga
masjid ini harus dikelola, paling tidak, ia dapat berfungsi selayaknya pada
masa Rasulullah SAW tersebut, dalam rangka mencerdaskan umat…dst.
2) Landasan Institusional.
Masjid Miftahul Jannah Banjaran adalah masjid satu-satunya di
wilayah …, sehingga harus difungsikan atau dikembangkan fungsinya
sebagaimana mestinya…dst.
Bagian Ketiga (Analisis Situasi)
1) Isu Strategis
- Banyak kasus PHK massal, jama’ah banyak yang menganggur.
18
- Banyak peluang yang dapat dibuka dan diyakini dapat
mensejahterakan umat.
2) Analisa SWOT
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
Bagian Keempat (Kebijakan Dasar dan Rencana Program)
1) Kebijakan Dasar
Meningkatkan kemampuan entrepreneurship umat melalui masjid.
Bidang-bidang yang akan dikembangkan antara lain: a) Kualitas Keilmuan
Islam Jama’ah; b) Kualitas Enterpreneurship Jama’ah; c) Kualitas
Organisasi, dst.
2) Rencana Program
- Bidang Kualitas Keilmuan Jama’ah: Kajian Tafsir Kontemporer, dst.
Bagian Kelima (Rencana Implementasi Program).
Bidang Kualitas Keilmuan Jama’ah No. Kegiatan Tahun Pelaksanaan Target Pencapaian
2016 2017 2018 2019 2020
1 Kajian Tafsir Seminggu Sekali. V V v v v 5000 Jama’ah
2 Workshop Kewirausahaan V V v v v 5000 Jama’ah
- - - - - - - -
Demikian juga dengan bidang-bidang lainnya, sesuai dengan arah
kebijakan yang telah dibuat sebelumnya. Tahun dan bulan pelaksanaan dapat
disesuaikan dengan kemampuan dan alokasi waktu yang memungkinkan bagi
takmir untuk menjalankan programnya. Semua program tersebut harus
mengacu kepada visi dan misi yang telah disepakati bersama oleh para
pengurus takmir. [03].
19
BAB IV
MENYUSUN PROGRAM
etika telah selesai merumuskan renstra, langkah berikutnya adalah
menyusun program kerja, baik untuk jangka pendek maupun jangka
panjang. Program kerja ini penting dalam rangka memudahkan arah
selanjutnya dalam mencapai tujuan. Tujuan utama keberadaan masjid, selain
untuk sarana ibadah mahdhah, sebagaimana pada masa Rasulullah SAW,
masjid diharapkan dapat menjadi pusat pendidikan, pengajaran, dan
pengembangan ilmu, khususnya Al Islam, pusat peribadatan, pusat informasi
masyarakat, pusat pengumpulan dan distribusi zakat, infaq, dan shodaqoh,
pusat kegiatan masyarakat, pusat pertolongan Ummat, rumah sakit di saat
kritis, tempat menginap para musafir, tempat penyelesaian sengketa, dan lain-
lain.
Sekarang, proyek kita adalah menyusun program. Untuk menyusun
sebuah program bagi masjid, maka terlebih dahulu harus dipersiapkan
langkah-langkah berikut:
Menyusun Visi dan Misi
Contoh:
Visi:
“Terwujudnya masyarakat sejahtera lahir bathin yang diridhoi Allah
melalui kegiatan kemasyarakatan yang berpusat di Masjid”
Misi:
- Menjadikan Masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat;
- Memakmurkan kegiatan ubudiyah di Masjid;
- Menjadikan masjid sebagai tempat rekreasi rohani jama’ah;
K
20
- Menjadikan masjid sebagai tempat merujuk berbagai persoalan
masyarakat;
- Menjadikan masjid sebagai pesantren dan kampus masyarakat.
Membuat Analisis SWOT:
Analisis ini hanya sebagai contoh sederhana saja, untuk lebih detailnya
dapat dilakukan berdasarkan kenyataan di lapangan. Kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman, bisa saja berbeda dari satu tempat dengan tempat
lainnya.
Menjadikan Masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat:
NO. JENIS ANALISIS HASIL ANALISIS
1. Strenghts (Kekuatan) - Fasilitas masjid memadai
- SDM cukup.
2. Weaknesses
(Kelemahan)
- Tidak paham metodenya.
- Belum tahu apa yang harus dilakukan.
3. Opportunities (Peluang) - Masyarakat mendukung;
- Belum banyak fasilitas public di sekitar
masjid.
4. Threats (Ancaman) - Khawatir kegiatan utama (ibadah) terganggu;
- Orientasi pengurus menyimpang.
5. Rekomendasi - Takmir harus mencari partner di bidangnya
untuk kerjasama.
- Masjid harus ada Ruang Serba Guna yang
dapat dijadikan sebagai tempat kegiatan.
Memakmurkan Kegiatan Ubudiyah:
NO. JENIS ANALISIS HASIL ANALISIS
1. Strenghts (Kekuatan) - Jama’ah banyak;
- Fasilitas mencukupi.
2. Weaknesses
(Kelemahan)
- Kesulitan mencari tenaga ahli yang mau
bekerja suka rela.
- Orientasi jama’ah kebanyakan ekonomi.
21
3. Opportunities (Peluang) - Banyak Hari besar Islam;
- Hari besar, umumnya libur.
4. Threats (Ancaman) - Banyak Media sosial;
- Acara televisi yang menarik.
5. Rekomendasi - Takmir harus banyak mengadakan kegiatan,
terutama hari besar dan ibadah sunnah yang
dapat dilakukan berjama’ah.
- Takmir harus mengadakan kerjasama dengan
pihak lain.
Menjadikan Masjid sebagai Pusat Rekreasi Rohani Masyarakat:
NO. JENIS ANALISIS HASIL ANALISIS
1. Strenghts (Kekuatan) - Jama’ah banyak;
- Posisi strategis.
2. Weaknesses
(Kelemahan)
- Fasilitas kurang;
- SDM di bidangnya kurang.
3. Opportunities (Peluang) - Fasilitas bisa diadakan;
- SDM siap dibina.
4. Threats (Ancaman) - Orientasi yang salah;
- Sakralitas masjid berkurang.
5. Rekomendasi - Takmir harus banyak mengadakan kegiatan,
terutama hari besar dan ibadah sunnah yang
dapat dilakukan berjama’ah.
- Takmir harus mengadakan kerjasama dengan
pihak lain.
Menjadikan Masjid sebagai tempat merujuk berbagai persoalan:
NO. JENIS ANALISIS HASIL ANALISIS
1. Strenghts (Kekuatan) - Fasilitas cukup.
2. Weaknesses
(Kelemahan)
- SDM ahli pengurus, masih kurang.
3. Opportunities
(Peluang)
- Banyak persoalan masyarakat.
4. Threats (Ancaman) - Orientasi yang salah.
22
5. Rekomendasi - Takmir harus siap menampung persoalan-
persoalan jama’ah.
- Takmir harus mengadakan kerjasama dengan
pihak lain, yang ahli di bidangnya.
Menjadikan Masjid sebagai Pesantren dan Kampus Masyarakat:
NO. JENIS ANALISIS HASIL ANALISIS
1. Strenghts (Kekuatan) - Fasilitas cukup.
2. Weaknesses
(Kelemahan)
- SDM kurang.
3. Opportunities
(Peluang)
- Banyak cara bisa ditempuh.
4. Threats (Ancaman) - Masyarakat masih belum percaya sepenuhnya
terhadap kemampuan takmir.
5. Rekomendasi - Takmir harus banyak mengadakan kegiatan.
- Takmir harus mengadakan kerjasama dengan
pihak lain, sesuai bidangnya.
Menetapkan Program
Contoh:
Berdasarkan hasil analisis SWOT di atas, maka program kerja masjid tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Memasyarakatkan masjid dan memasjidkan masyarakat.
2. Membangun kelembagaan masjid yang profesional dalam karya,
ikhlas dalam niat.
3. Melaksanakan tertib administrasi, efisiensi, transparansi dalam
anggaran.
4. Mengembangkan seluruh potensi jama’ah bagi kemakmuran masjid
dan kesejahteraan jamaah.
5. Mengembangkan Dakwah jama’ah dan jama’ah dakwah.
6. Pendekatan kesejahteraan dalam dakwah.
23
7. Menggarap dan membina generasi muda yang berjasad kuat,
berwawasan luas, berjiwa marhamah, berprestasi, dan mandiri.
8. Membina keluarga jama’ah yang sakinah sebagai benteng ketahanan
ummat.
9. Mengelola majlis-majlis ta’lim yang terencana dan terprogram untuk
pemahaman Islam yang utuh dan luas, sempurna.
10. Peningkatan kualitas ibadah dari segi syar’i maupun teknis.
11. Menggali sumber dana yang optimal tanpa harus memberi beban
kepada jama’ah.
Program kerja ini harus diikuti dengan langkah-langkah nyata dalam upaya
mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Misalnya pada point 11, “Menggali
sumber dana yang optimal tanpa harus memberi beban kepada jama’ah”. Nah,
di sini programnya apa? Salah satu contohnya adalah: Membangun lembaga
usaha, seperti koperasi jama’ah, kerjasama bisnis, dan lain-lain, yang
sekiranya dapat ditempuh secara syari’ah. Berikut ini contoh membuat
program kerja dan target pencapaiannya:
Program dan Target Pencapaian
Program 5. Penggalian Sumber Dana yang tidak memberatkan Jama’ah
No. Kegiatan Tahun Pelaksanaan Target
Pencapaian 2016 2017 2018 2019 2020
1 Infaq Mandiri. v V v V v 5000 Jama’ah
2 Pendirian
Koperasi.
v V v V v 1 Koperasi
Simpan Pinjam
dan 1 Koperasi
Barang & Jasa.
3 Kerjasama bisnis
catering untuk
kegiatan jama’ah.
v V v V v 4 Perusahaan.
4 Pengelolaan
Ruang serba
v v v V v Rp. 1 M per
tahun.
24
guna.
5 Pengelolaan
Parkir dan tempat
penitipan barang.
v V v V v Rp. 200 juta
pertahun.
Dalam penyusunan program ini, yang harus diperhatikan adalah daya
keterjangkauan, baik itu waktu, kemampuan maupun pendanaan yang
diperkirakan. Selain itu, arah kebijakan, visi dan misi, tetap harus dibawa dan
dijadikan sebagai patokan dalam penyusunan program. Sejauh ini, kebanyakan
masjid tidak menyusun program secara baik. Setiap program, selalu saja on the
spot, sesuai kebutuhan. Di era seperti sekarang ini, model seperti itu harus
segera dihilangkan.
Selanjutnya, jika telah selesai, maka berikutnya adalah pengelolaan
keuangan. Bahasan ini akan dilanjutkan pada bab V.[04].
25
BAB V
MENATA KEUANGAN
alam organisasi publik – termasuk organisasi ketakmiran –
masalah ketidak-konsistenan penerimaan dana merupakan
masalah klasik. Sementara itu, pengeluaran dana akibat
pelaksanaan aktivitas selalu muncul. Oleh karena itu, alokasi jumlah rupiah
dan kapan (timing) penerimaan dana, dan pengeluaran dana menjadi
penting untuk diidentifikasi agar aktivitas dapat terlaksana dengan baik.
Dalam menata keuangan, terlebih dahulu yang harus diidentifikasi
adalah sumber daya. Sumber daya disebut juga dengan aktiva, atau aset.
Jenisnya bisa berupa uang (baik tunai maupun di tabungan atau deposito,
atau cek), sediaan habis pakai (seperti obat pembersih lantai, semprot
nyamuk, air minum dalam galon, dan lain sebagainya), perlengkapan
(seperti karpet, microphone, dan lain sebagainya), kendaraan, dan gedung.
Sumber daya yang paling penting adalah uang/dana.
Berbicara tentang sumber dana, maka akan berbicara tentang
pendapatan. Dari mana sumber pendapatan itu akan diperoleh? Pendapatan
diterjemahkan sebagai peningkatan sumber daya, yang asalnya bukan dari
pemilik. Pada organisasi sektor publik, pendapatan terbesar umumnya
berasal dari penderma/donatur. Untuk dapat mengendalikan penggunaan
pendapatan, maka pendapatan dapat dikelompokkan menurut tujuan
penggunaannya.
Berdasarkan tujuan penggunaan, pendapatan dikelompokkan
menjadi dua, yaitu: 1) Pendapatan Mengikat Temporer; dan, 2) Pendapatan
Tidak Mengikat. Pendapatan Mengikat Temporer, artinya pendapatan yang
tujuan penggunaannya sudah jelas atau sudah ditentukan pendermanya.
Dikatakan temporer karena pemanfaatannya jangka pendek (tidak
D
26
permanen). Bisa jadi pendapatan yang diterima merupakan perpaduan
(mix) antara pendapatan terikat dan temporer. Misalnya, pendapatan dari
siswa TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) per bulan, maka ini harus
ditentukan sejak awal berapa persen dari pendapatan tersebut yang
dialokasikan untuk pendapatan terikat temporer (untuk membayar gaji
guru, sarana pendidikan, kebersihan dan biaya yang pasti keluar lainnya
dalam 1 bulan) dan berapa persen yang tergolong pendapatan tidak terikat.
Sedangkan pendapatan tidak mengikat inilah yang fleksibel
digunakan. Bisa jadi juga pendapatan dari siswa TPA merupakan
pendapatan mengikat temporer semua. Besarnya proporsi alokasi serta
jenis-jenis pengelompokan ini ditentukan oleh pengelola dan harus
diterapkan secara konsisten. Oleh karena itu, untuk menata keuangan
semacam ini, perlu diperhatikan langkah-langkah berikut:
- Hitung Seluruh Pengeluaran selama setahun;
- Dibagi per bulan dan per pekan;
- Hitung kapasitas masjid (dapat menampung berapa jama’ah);
- Bagi pengeluaran per pekan dengan kapasitas masjid.
Contoh:
Menghitung Pengeluaran Setahun:
1. Listrik : Rp. 250.000 x 12 = Rp. 3.000.000,-
2. Air : Rp. 35.000 x 12 = Rp. 420.000,-
3. HR Kebersihan : Rp425rb x 12 = Rp. 5.100.000,-
4. Khotib Jumat : Rp50rb x 4 x12 = Rp. 2.400.000,-
5. MinumanShubuh : Rp500x250x4x12 = Rp. 6.000.000,-
6. Minuman Jumat = Rp. 6.000.000,-
7. HR Pengajian-2 = Rp.14.400.000,-
8. Perawatan dan Pengembangan Masjid = Rp. 5.880.000,-
JUMLAH = Rp.43.200.000,-
Pengeluaran di atas belum mencakup kegiatan-kegiatan lain dalam
program. Pengeluaran tersebut hanya sebatas kegiatan rutin sederhana, yang
memang harus dikeluarkan oleh masjid pada umumnya. Ini belum termasuk
27
pengeluaran atas pengelolaan Taman Pendidikan Al-Qur’an, Pembinaan
Remaja Masjid, dan lain sebagainya.
Setelah mengetahui jumlah pengeluaran per-tahun, per-bulan dan
perpekan, maka harus dicarikan solusi keuangan tersebut. Dari mana
pendapatan bisa diperoleh? Dalam hal ini, renstra menjadi sangat berperan.
Membuat Laporan Pertanggung Jawaban
Ada dua macam laporan pertanggung jawaban, yaitu Laporan
Kegiatan dan Laporan Keuangan. Laporan kegiatan berupa laporan yang
bersifat deskriptif, sementara laporan keuangan berupa angka-angka dan bukti
pengeluaran.
Contoh Laporan Kegiatan Bulan April 2016
NO. NAMA
KEGIATAN
TANGGAL
RENCANA
TANGGAL
PELAKS.
RENC.
BIAYA
BIAYA KETERANNGAN
1. Kajian Tafsir
Mingguan
2, 9, 16, 23,
30 April 2016
2, 9, 23, 30
April 2016
Rp. 1.500.000,- Rp. 1.200.000,-
(4 x Rp.
300.000,00)
Semula direncanakan akan
dilaksanakan sebanyak 5 kali
setiap Sabtu Malam, akan tetapi
pada tanggal 16 April 2016,
Pengisi acara berhalangan hadir,
sehingga kegiatan dibatalkan.
Pelaksanaannya terpaksa hanya 4
kali dalam bulan tersebut. Sisa
dana di kembalikan ke Kas
Masjid.
2. Pengajian
Akbar
21 April 2016 29 April 2016 Rp. 1.200.000,- Rp. 1.800.000,- Kegiatan sedianya dilaksanakan
pada tanggal 21 April 2016,
karena banyak yang merayakan
hari Kartini, maka kegiatan
diundur sampai tanggal 29 April
2016. Biaya semula dianggarkan
Rp. 1.200.000,-, membengkak
menjadi Rp. 1.800.000,-, karena
jama’ah membludak. Kekurangan
dana diambilkan dari sisa kegiatan
Kajian Tafsir dan Kas yang ada.
Total kekurangan dana adalah
sebesar Rp. 300.000,-.
Kekurangan itu, nantinya akan
ditutupi dengan kelebihan dari
anggaran kegiatan lainnya, atau
dicarikan donator yang tidak
28
mengikat.
- - - - - - -
Contoh Laporan Keuangan Bulan April 2016
NO. NAMA
KEGIATAN
TANGGAL
RENCANA
TANGGAL
PELAKS.
RENC.
ANGGARAN
REALISASI
ANGGARAN
KETERANNGAN
1. Kajian Tafsir
Mingguan
2, 9, 16, 23,
30 April 2016
2, 9, 23, 30
April 2016
Rp. 1.500.000,- Rp. 1.200.000,- (+ Rp. 300.000,-)
2. Pengajian
Akbar
21 April 2016 29 April 2016 Rp. 1.200.000,- Rp. 1.800.000,- (-Rp.600.000,-)
Total Anggaran dan Saldo Rp. 2.700.000,- Rp. 3.000.000,- -Rp. 300.000,-
(Minus Tigaratus Ribu Rupiah)
Keterangan:
Laporan ini dilengkapi dengan dokumen-dokumen sebagai berikut:
1. Daftar Hadir Jama’ah;
2. Berita Acara Kegiatan;
3. Notulen Kegiatan;
4. Kwitansi-kwitansi Pembelanjaan;
5. Dokumen Survey dan Penawaran Pembelian Barang;
6. Foto-foto kegiatan;
7. Standar Operasional Prosedur (SOP) Kegiatan; dan,
8. Laporan Hasil Kegiatan.
Kedua macam laporan ini harus dibuat setiap bulannya, sehingga dapat
meringankan pekerjaan di akhir tahun. Selain itu, akan lebih baik jika
ditempelkan di papan pengumuman masjid, agar masyarakat mengetahui
perjalanan keuangan yang dikelola oleh Takmir masjid, sehingga masyarakat
juga dapat ikut memikirkan kekurangan yang ada. Itulah keuntungan dari
transparansi keuangan dalam organisasi. Dengan demikian, tidak ada
kecurigaan dan buruk sangka dari jama’ah atas manajemen takmir Masjid yang
bersangkutan. [05].
29
BAB VI
PENGEMBANGAN FUNGSI MASJID
ebelum sampai pada pembahasan mengenai pengembangan fungsi
masjid, terutama di era digital seperti sekarang ini, terlebih dahulu
tentang bagian-bagian masjid, sebagaimana pada masa Rasulullah
SAW. Sebuah Masjid memiliki beberapa komponen, yaitu: Kubah, Menara,
Mihrab dan Minbar. Kubah adalah bagian yang meninggi sebagai penutup
bangunan dasar. Bentuk kubah ini pada awalnya berasal dari bangunan
Bizantium dan Persia. Kemudian berkembang di masjid-masjid, sebagai ciri
khasnya. Meski demikian, banyak juga masjid yang tidak berkubah, seperti
masjid-masjid di Jawa yang berbentuk joglo. Menara adalah bangunan yang
tinggi mendampungi bangunan utama. Selain sebagai perias masjid, menara
juga dapat digunakan untuk mengumandangkan azan. Di masa Rasul dan
Sahabat, muazin mengumandangkan azan di atas tembok masjid, karena belum
ada menara. Mimbar adalah tempat yang ditinggikan di dalam masjid, dulunya
tempat Rasul SAW berkhutbah. Mihrab adalah relung di dalam masjid yang
berada di paling depan. Mihrab berfungsi sebagai tempat Imam memimpin
shalat. Selain itu, ia juga merupakan pemandu arah kiblat11.
Pada masjid Nabawi terdapat beberapa komponen yang
ditetapkan oleh Rasulullah SAW, yaitu: 1) Lapangan Luas terbuka
disebut Sahan; 2) Bagian dari Sahan yang diperuntukkan bagi tempat
shalat yang disebut Mushalla atau al-Haram; 3) Kiblat, petunjuk arah
shalat; 4) Mihrab, tempat imam memimpin shalat jama’ah; dan, 5)
11 Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Van-Hoeve, 2003), hlm. 173-175.
S
30
Minbar, tempat khatib menyampaikan khutbah yang terletak di sebelah
kanan mihrab12.
Dahulu di masa Rasul SAW, masjid merupakan tempat segala-
galanya bagi perjalanan dakwah. Masjid memiliki multifungsi yang
menyangkut semua lini kehidupan umat. Politik, ekonomi, sosial,
budaya dan pertahanan keamanan terbentuk dan berkembang dari sini.
Rasul SAW menjadikannya sebagai tempat belajar, tempat menyusun
strategi perang, pengembangan ekonomi, termasuk menerima tamu
Negara.
Dewasa ini telah terjadi degradasi fungsi, masjid hanya sebagai
tempat shalat dan ritual-ritual keagamaan saja. Karenanya,
mengembalikan fungsi masjid, menjadi sesuatu yang urgen bagi umat
Islam. Paling tidak, masjid dapat menjadi pusat kegiatan masyarakat.
Di berbagai tempat, saat ini sudah mulai berkembang sistem One
Stop Service. Masjid Agung Jawa Tengah, misalnya. Masjid yang
dikenal sebagai MAJT ini, dikelola sedemikian rupa, sehingga
kebutuhan apa pun tersedia di lokasi. Jama’ah hendak makan, ada
Restoran, Belanja ada Mall, Pusat Oleh-oleh, dan Kebutuhan sehari-hari
lainnya. Ada Hotel/Wisma, Gedung Pertemuan, Menara Komersial Al-
Husna, Toko Buku, Area Parkir yang luas dan aman, Play Ground,
Taman Bunga, 25 Payung Raksasa dan arena rekreasi yang lengkap
dengan aneka fasilitasnya. Kegiatan keagamaan tidak pernah putus
setiap saat, sehingga jama’ah dapat mengikuti kegiatan apa pun yang
mereka kehendaki, dan bersifat gratis.
Tentu saja kita sangat berharap ada banyak masjid yang berperan
seperti MAJT. Di Kalimantan Barat, masjid yang seperti ini belum ada.
Kita baru memiliki Masjid Raya Mujahidin di Pontianak, akan tetapi
fasilitasnya masih belum mencukupi. Ke depan, semoga terwujud dari
tangan-tangan mahasiswa Menejemen Dakwah IAIN Pontianak, Amin!
[06].
12 Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam …, hlm. 171.
31
BAB VII
PENUTUP
yukur Alhamdulillah, akhirnya selesai juga buku modul
sederhana ini. Penyusun berharap, buku ini dapat digunakan
sebagai panduan dalam memanaj keberadaan masjid bagi para
takmir atau mahasiswa praktikum. Tentu saja isi dan kelengkapannya
jauh dari sempurna. Kritik dan saran, penyusun nantikan dari pembaca
dan pengguna, demi kemudahan dalam perbaikan ke depan. [07].
S
32
DAFTAR BACAAN
Adil Sa’adi, Fiqhu al-Nisa Fi al- Thaharah & Fiqhu al-Nisa Fi al-Shalah
(Jakarta Selatan: Hikmah, 2006).
Aziz Muslim, “Manajemen Pengelolaan Masjid” dalam Jurnal Aplikasia:
Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Vol.V., No.2, Desember 2004.
http://www.katabah.com/2015/10/empat-fungsi-manajemen-poac.html.
http://www.pengertianku.net/2015/03/pengertian-analisis-swot-dan-manfaat
nya.html.
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/12/06/03/m
51lw4-pertumbuhan-masjid-di-indonesia-rendah.
https://id.wikibooks.org/wiki/Kurikulum_Kepemimpinan/Perencanaan.
https://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT
M. Irawan, Keajaiban Masjid Nabawi: Menguak Misteri dan Keajaiban
Menakjubkan dari Setiap Sisi Masjid Nabawi (Jakarta: Spasi Media,
2014).
Riant Nugroho, Perencanaan Strategis in Action (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2010).
Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Van-Hoeve, 2003).
http://www.katabah.com/2015/10/empat-fungsi-manajemen-poac.htmlhttp://www.pengertianku.net/2015/03/pengertian-analisis-swot-dan-manfaat%20nya.htmlhttp://www.pengertianku.net/2015/03/pengertian-analisis-swot-dan-manfaat%20nya.htmlhttp://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/12/06/03/m%2051lw4-pertumbuhan-masjid-di-indonesia-rendahhttp://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/12/06/03/m%2051lw4-pertumbuhan-masjid-di-indonesia-rendahhttps://id.wikibooks.org/wiki/Kurikulum_Kepemimpinan/Perencanaan
33
TUGAS AKHIR
PRAKTIKUM MANAJEMEN MASJID
FUAD 2016
1. Masjid Nurul Ikhsan (Pal IX)
a. Ketua: Nor Purnamasari
b. Sekretaris: Ningrum Mutiari
c. Anggota: Samsul B
d. Anggota: Dedi
2. Al-Ashrof (Kota Baru)
a. Ketua: Idris
b. Sekretaris: Saridawati
c. Anggota: Masruroh
d. Anggota: Elsi Dini M
3. Masjid Al-Manar (Jendral Urip)
a. Ketua: Indah Dwi Saprina
b. Sekretaris: Fitri B
c. Anggota: Mu’ammaliyah
d. Anggota: Nurhayati
e. Anggota: Anitasari
4. Masjid Al-Muhsinin (Tanjung Raya II)
a. Ketua: Ismail
b. Sekretaris: Fitri A
c. Anggota: Jaka D
d. Anggota: Esha Destania