Post on 24-Oct-2015
description
Metode – Metode dalam Studi AMDAL
Metode dalam studi AMDAL diperlukan dalam beberapa proses penyusunan AMDAL,
yang diklasifikasikan berdasarkan fungsi dan berdasarkan cara ditetapkannya dampak. Metode
yang dipilih bukan berdasarkan tingkat kecanggihan dalam hal teknologi dan lain sebagainya,
melainkan didasarkan pada jenis proyek/kegiatan yang akan dikaji, berdasarkan kelebihan dan
kekurangan metode itu sendiri, karena suatu metode mungkin cocok untuk megkaji suatu proyek
tertentu, namun belum tentu cocok pula untuk jenis proyek yang lain. Selain itu perlu
diperhatikan pula sifat dan ronal ingkungan awal dimana proyek tersebut akan dilakukan.
Metode AMDAL yang baik harus memenuhi kriteria-kriteria berikut :
- Memenuhi syarat pendekatan secara ilmiah
- Meyakinan pemakai bahwa tidak ada komponen lingkungan penting yang terabaikan
- Dapat digunakan untuk menetapkan data dan informasi apa yang diperlukan dalam
pendugaan dampak
- Dapat digunakan untuk mengevaluasi seluruh dampak yang akan terjadi
- Dapat menunjukkan usaha-usaha apa yang diperlukan untuk dapat menekan dampak
negatif
- Dapat memudahkan siapa saja dalam mengetahui dan memahami damapak apa yang akan
terjadi dan usaha apa yang harus dilakukan.
Selain kriteria-kriteria yang disebutkan sebelumnya, metode AMDAL yang akan
dipergunakan harus dapat menjawab pertanyaan :
- Apakah metode yang dipergunakan untuk mengukur dampak dapat dikuantitatifkan. Agar
dapat memberikan gambaran dampak bila ada priyek dan tidak ada proyek, atau
mengukur perubahan lingkungan, maka cocok digunakan cara-cara matematis.
- Apakah cara-cara pengukuran yang dipakai akan cocok jika harus digunakan untuk
mengukur besaran dampak. Cara matematis akan dapat lebih bersifat objektif dibanding
dengan cara deskriptif kualitatif yang cenderung bersifat subjektif.
Klasifikasi metode AMDAL yang didasarkan pada cara ditetapkannya dampak, menurut
Newkirk (1979), pengelompokkan AMDAL didasarkan atas beberapa kelompok, yaitu :
(a) Metode Adhok dengan suatu tim para ahli, berbagai bidang,
(b) Metode Checklist (daftar uji)
(c) Metode Benefit-Cost Analisis (BCA)
(d) Metode Input-Output Analisis
(e) Metode Overlay atau penampalan peta
(f) Metode Sistem Informasi
(g) Metode Analisis Matematis
Sementara itu, Canter (1983) mengelompokkan metode AMDAL menjadi :
(a) Metode Checklist
(b) Metode Matriks
(c) Metode Network atau Flowchart
(d) Metode Sistem Diagram Energi
Di lain pihak, Munn (1979) mengemukakan bahwa identifikasi pengaruh dan dampak
lingkungan terbagi atas 4 metode, yaitu :
(a) Metode Checklist
(b) Metode Matriks
(c) Metode Floe Chart
(d) Metode Overlay
Klasifikasi metode AMDAL yang didasarkan pada fungsi metode tersebut, diantaranya :
Metode Identifikasi Dampak (Impact Identification)
Identifikasi dampak berfungsi untuk membantu dalam tahap penentuan aktivitas-aktivitas
proyek yang dapat menimbulkan dampak dan menentukan komponen-komponen lingkungan
yang akan terkena dampak dan dapat mengalami perubahan mendasar (dampak penting).
Dalam proses identifikasi ini, harus dapat ditetapkan apa saja yang menjadi penyebab
dampak atau sumber perubahan parameter atau komponen pada lingkungan, sekaligus
menetapkan bagaimana proses perubahan komponen tersebut terjadi. Dari hasil kajian pada
proses ini, kemudian dicari upaya-upaya penanganan, baik upaya pencegahan, penanggulangan,
maupun pengendalian. Identifikasi dampak terutama digunakan pada saat proses pelingkupan
dalam rangka penyusunan dokumen Kerangka Acuan.
Dalam identifikasi dampak dikenal tiga metode, yaitu :
1. Daftar uji, terdiri dari : Daftar uji sederhana, daftar uji kuisioner, dan daftar uji
deskriptif.
2. Matriks
3. Bagan alir (flow chart)
Metode Perkiraan Dampak (Impact Prediction)
Perkiraan dampak berfungsi dalam memperkirakan arah serta besar perubahan yang dapat
terjadi pada komponen/parameter lingkungan yang menurut proses identifikasi akan terkena
dampak proyek atau kegiatan.
Selain itu, perkiraan dampak ini digunakan pula dalam menilai atau mengevaluasi sifat
penting dari perubahan pada lingkungan tersebut, ditinjau dari berbagai aspek, seperti sosial
budaya, sosial ekonomi, biologi, pemerintah, ataupun pakar.
Metode Evaluasi Dampak (Impact Evaluation)
Evaluasi dampak dilakukan untuk mengevaluasi seluruh komponen/parameter lingkungan
yang menurut hasil penilaian tergolong mengalami perubahan mendasar secara keseluruhan, baik
yang berdampak positif maupun negatif. Evaluasi tersebut kemudian dijadikan dasar untuk
pengambilan keputusan atas kelayakan lingkungan dari kegiatan, serta merumuskan arahan
untuk pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Tahap ini juga dapat menunjukkan biaya dan
keuntungan setiap dampak dan besarnya masyarakat yang akan terkena dampak.
Metode yang dapat dilakukan dalam evaluasi dampak, seperti :
1. Overlay
2. Flowchart (Bagan Alir)
3. Checklist
4. Matriks Leopold
Metode Amdal yang dapat digunakan dalam proses identifikasi, perkiraan, serta evaluasi
dampak, dibedakan menjadi dua jenis, yaitu metode matriks dan metode non matriks.
Metode matriks misalnya metode ad hoc, matriks leopold, checklist, dll. Sedangkan metode
non matriks, seperti metode bagan alir (flowchart), overlay, benefit-cost analysis (BCA), dll.
Masing-masing metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Metode Non Matriks
Kelebihan :
- Hasil analisis tidak kalah akurat dengan metode matriks
- Lebih mudah digunakan
- Lebih mudah dirunut
- Jaringan sebab akibat dapat digambarkan seluas mungkin, sehingga dapat
menggambarkan dampak dengan lebih terinci
Kekurangan :
- Hasil analisisnya bersifat kualitatif, kurang pendekatan kuantitatif
- Sulit mengikuti alur analisisnya sehingga perumusan isu pokok tidak fokus
- Para penilai cenderung lebih menyukai metode yang lazim digunakan dan telah dikenal
- Sulit dalam menentukan besarnya dampak yang mungkin muncul, serta sulit dalam
penentuan priritas dampak apabila proyek dilaksanakan
Metode ini tetap sering digunakan dalam Amdal, seringkali tidak berdiri sendiri,
melainkan dikombinasikan dengan metode lain.
Networks (skema aliran/flowchart/bagan alir)
Metode ini berupa susunan daftar aktivitas proyek yang saling berhubungan dan
komponen-komponen lingkungan yang terkena dampak yang dimuat dalam suatu sekama aliran
dan dimulai dari aktivitas proyek. Metode ini dipelopori oleh Sorenson pada tahun 1971.
Susunan aliran dampak ini menggambarkan adanya dampak langsung dan tidak langsung
serta hubungan antara komponen-komponen lingkungan, sehingga dapat mengevaluasi dampak
secara keseluruhan, dapat dicari aktivitas pokok mana yang harus dikendalikan. Metode ini
merupakan pengembangan dari metode matriks sehingga kelemahan matriks dapat dihilangkan.
Kelemahan dari metode ini yaitu hanya dapat menunjukkan aliran dampak saja, tetapi
informasi apakah dampak tersebut positif atau negatif tidak dapat diberikan.
Gambar 1. Contoh skema aliran/bagan alir (flowchart)
Overlays (Penampalan)
Pada metode overlay, setiap dampak terhadap komponen lingkungan digambarkan dalam
peta tematik. Apabila indikator dampak negatif terhadap berbagai ekosistem digambarkan dalam
peta dengan warna terang, agak gelap dan gelap untuk menggambarkan dampak ringan,
sedangkan berat, dan peta ini dioveriay/ditampal maka evaluasinya adalah :
(a). ekosistem yang sangat gelap terkena dampak sangat berat,
(b). ekosistem yang warnanya agak gelap terkena dampak agak berat,
(c). ekosistem yang warnanya terang dapat dievaluasi bahwa ekosistem terkena dampak sangat
ringan.
Seringkali untuk memudahkan evaluasi maka besar dampak dipergunakan juga skala.
Skala yang dipergunakan dapat berupa angka 1, 2, dan 3 atau kecil, sedang dan besar.
Kemudian dalam evaluasi lebih lanjut bagi ekosistem yang terkena dampak sangat besar,
atau angka skalanya paling besar dampaknya dari penjumlahan skala per komponen lingkungan,
maka prioritas pencegahan dan penanggulangan dampak negatif menduduki prioritas pertama.
Kelemahan dari metode ini, yaitu :
- Memerlukan peta tematik yang banyak, padahal di Indonesia sendiri peta jenis tersebut
masih sulit diperoleh
- Perlu keahlian khusus dalam menginterpretasikan peta hasil overlay
- Evluasi dampak sulit dikuantitatifkan
- Perlu biaya yang mahal
Cost Benefit Analysis (CBA)
Metode CBA umumnya digunakan untuk mengevaluasi dampak melalui pendekatan
secara maksro, yaitu bagaimana mengkaji pengaruh dampak yang diakibatkan oleh suatu proyek
secara lebih luas. Oleh karena itu, metode ini lebih cocok diterapkan untuk proyek-proyek yang
berskala regional.
Metode CBA mendasarkan pada perhitungan biaya pembangunan proyek dan
keluarannya secara makro. Analisis terhadap keluaran ini tidak hanya terbatas pada keuntungan
yang nyata saja, tetapi juga terhadap benefit yang tidak dapat diukur dengan suatu ukuran
tertentu yang jelas, misalnya peningkatan SDM.
Analisis metode ini pada dasarnya mengikuti prrinsip studi kelayakan pada umumnya,
yaitu menghitung B/C ratio dengan nilai perbandingan berkisar antara 0 - >1. Proyek dianggap
layak untuk dilaksanakan apabila B/C rasionya 1 atau >1
Metode Matriks
Kelebihan :
- Hasil analisis lebih akurat dibanding metode non matriks
- Dapat diukur secara kuantitatif
- Memungkinkan dalam mengukur besarnya dampakn yang terjadi, sehingga dapat
ditentukan urutan prioritas dari dampak-dampak penting tersebut.
Kekurangan :
- Hubungan yang dapat digambarkan antara komponen lingkungan dan aktivitas proyek
sehingga dapat menimbukan dampak kurang luas, sehingga penjelasan dampak kurang
terperinci
- Tidak dapat mengetahui runutan kejadian yang jelas
Ad Hoc
Metode ad hoc merupakan metode yang sangat sederhana dan tidak menunjukkan
keistimewaan disamping tidak mempunyai acuan tertentu sehingga hasil yang diperoleh tidak
konsisten antara satu penelitian dengan penelitian lainnya. Diberi kebebasan kepada setiap
anggota tim dalam menggunakna keahliannya. Meskipun relatif murah dari segi biaya yang
harus dikeluarkan, komponen yang digunakan dalam metode ini tidak detail dan singkat,
sehingga kurang adanya keterpaduan antar disiplin ilmu yang terlibat didalamnya.
Gambar 2. Contoh matriks metode Ad Hoc
Checklist
Merupakan metode dasar untuk mengembangkan metode lain, sangat sederhana,
berbentuk daftar komponen lingkungan yang digunakan untuk menetukan komponen mana yang
akan terkena dampak. Metode ini termasuk lebih baik jika dibandingkan dengan metode Ad-Hoc
karena telah ada susunan aktivitas kegiatan proyek dan komponen lingkungan. Terdapat
beberapa jenis metode checklist berdasarkan tingkat kerumitannya, antara lain :
- Checklists sederhana (simple checklists )
- Checklists dengan uraian ( descriptive checklists )
- Checklists berskala (scaling checklists )
- Checklists berskala dengan pembobotan ( scale weight checklists )
Matriks Leopold
Metode Leopold ini juga dikenal sebagai "Matriks Leopold" atau "Matriks interaksi dari
Leopold". Metode ini mulai dikembangkan oleh Dr. Luna Leopold dan teman-temannya di
Amerika Serikat pada tahun 1971. Metode ini dirancang untuk menganalisis dampak lingkungan
pada berbagai proyek konstruksi yang berada di suatu wilayah yang relatif masih alami. Metode
ini sangat baik untuk memberi informasi hubungan sebab dan pengaruh suatu aktivitas atau
kegiatan; disamping itu juga dapat menunjukkan hasil secara kuantitatif, dan juga balk untuk
mengkomumkasikan hasil.
Bentuknya yaitu berupa checklist dua dimensi yang menggunakan satu jalur (kolom)
daftar komponen lingkungan dan lajurnya (baris) daftar aktifitas proyek atau dapat pula
sebaliknya. Dengan bentuk matriks dapat ditetapkan interaksi antara aktivitas proyek dengan
komponen lingkungan atau dapat diketahui sebab-sebab yang terjadi dalam dampak. Matriks ini
dapat digunakan untuk melihat besar dan banyaknya dampak positif dan negatif suatu
kegiatan/proyek pada saat tahap pra konstruksi, konstruksi, dan operasi.
Metode matriks leopold membagi aktivitas pembangunan yang berpotensi menimbulkan
dampak menjadi 100 macam dan komponen lingkungan yang dapat terkena dampak menjadi 88
macam.
Gambar 3. Contoh matriks leopold
Modifikasi dan Kombinasi
Dari metode-metode yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dilakukan tidak hanya
dengan metode itu sendiri, melainkan dapat dilakukan penggabungan beberapa metode agar
dapat menghasilkan hasil analisis yang lebih akurat.
Bentuk modifikasi tersebut akan dapat mengurangi atau menutupi kelemahan masing-
masing metode. Dalam mengkombinasikan metode Amdal tentu harus disesuaikan dengan jenis
proyek/kegiatan yang dilakukan.
Selain menggunakan metode-metode formal diatas, terkadang dibutuhkan juga
pendekatan nonformal, baik untuk memprediksi dampak maupun mengevaluasi dampak. Hal ini
dilakukan apabila permasalahan tidak bisa dipecahkan dengan pendekatan formal. Pendekatan
nonformal dilakukan berdasarkan penilaian para pakar atau pengalaman-pengalaman empiris
berdasarkan kejadian historis dan fakta-fakta ilmiah (analogi).
Pemilihan metode Amdal yang akan digunakan dalam mengkaji suatu kegiatan/proyek
tidak dapat dilakukan dengan asal, harus mempertimbangkan berbagai aspek agar pada akhirnya
diperoleh pengambilan keputusan metode yang benar-benar sesuai. Dalam memilih metode ini,
kecanggihan teknologi atau biaya yang besar bukanlah segalanya, yang terpenting adalah
keseuaian dengan proyek/kegiatan beserta komponen-komponen penting didalamnya. Oleh
karena itu, beberapa hal berikut perlu dipertimbangkan dalam memilih metode Amdal :
Memahami kelebihan dan kelemahan dari tiap metode, baik dalam fungsi maupun cara
kerja
Menguasai tipe aktivitas proyek yang akan di Amdal
Menguasai ciri dan sifat umum dan khusus dari rona lingkungan
Memahami dampak penting yang akan terjadi melalui skoping. Makin besar dan makin
kompleks dampak harus menggunakan metode yang lebih kompleks pula
Mengetahui pedoman yang diberikan oleh instansi yang bertanggung jawab mengenai
bagaimana bentuk informasi yang diperlukan dan cara penyajiannya
Memperhatikan batasan-batasan waktu, keahlian, biaya, peralatan dan data serta teknik
analisis yang diperlukan
Mempelajari metode yang digunakan tim-tim lain dan pustaka mengenai proyek yang
sejenis