Menjadi Ibu dari Anak Ibu

Post on 28-May-2015

843 views 2 download

Transcript of Menjadi Ibu dari Anak Ibu

menjadi ibu

dan anak dari ibu

menjadi ibu

dan anak dari ibu

Menjadi seorang ibu adalah peran yang tidak mudah,

selalu disertai berbagai pengalaman dan emosi.

Menjadi seorang ibu berarti menyesuaikan peran kita agar sesuai dengan tahap perkembangan anak,

termasuk saat anak kita menjadi seorang ibu.

Bagi anak yang menjadi seorang ibu, pengalaman bagaimana dia dibesarkan

akan sangat memengaruhi bagaimana dia menjalankan perannya sebagai orangtua.

Mendapat kesempatan menjadi ibu saat kita masih memiliki seorang ibu

adalah pengalaman unik.

Bagi sang cucu, tumbuh bersama nenek adalah keistimewaan luar biasa

karena hubungan dan pengalaman yang didapat bisa menjadi bekal pendidikan.

Ikatan dan interaksi antara nenek dengan cucu biasanya terjadi secara natural dan baik.

Sebaliknya, interaksi antara nenek dengan ibu perlu penyesuaian dan latihan bagi keduanya,

bahkan sejak awal anak perempuan menjadi remaja.

Ibu, termasuk kita dan ibu kita, selalu memiliki ambisi, harapan, dan ekspektasi

terhadap anaknya.

Saat anak juga menjadi orangtua, sulit bagi ibu untuk tidak melihatnya sebagai

bagian atau perpanjangan dari dirinya.

Bagi anak, selalu sulit juga untuk menjadi diri sendiri, terlepas dari ukuran, perbandingan,

dan penilaian orangtua.

Seringkali, saat kita menjadi orangtua, kesadaran tentang kelebihan dan kelemahan orangtua kita sendiri datang dengan tiba-tiba.

Untuk bisa berinteraksi dengan baik, butuh kesadaran untuk menerima pihak lain apa adanya

dan saling memaafkan dengan mudah.

Di balik kesulitan interaksi, jangan lupa untuk selalu menyampaikan apresiasi

atas bantuan nenek.

Saat kita mulai melihat sisi positif, akan lebih mudah bagi pihak lain

untuk melakukannya juga.

Membiasakan menyampaikan pendapat dengan baik akan sangat membantu.

Menerima pendapat ibu kita tidak sama dengan memendam emosi.

Sebagaimana semua konflik, yang terpenting adalah asertif mengungkapkan

perasaan dan pemikiran kita tanpa menyakiti yang lain.

Sumber konflik seringkali bukan karena pesan yang tersurat atau eksplisit, tapi karena pesan tersirat,

yang disimpulkan dan diinterpretasi dengan sudut pandang sendiri.

Biasakan sejak awal untuk menghindari sinisme, sarkasme, atau membicarakan masalah pada pihak lain.

Banyak masalah yang menjadi lebih besar karena hal-hal di atas.

 

Biasakan sejak awal untuk menghindari sinisme, sarkasme, atau membicarakan masalah pada pihak lain.

Banyak masalah yang menjadi lebih besar karena hal-hal di atas.

Berhati-hati dengan bahasa dan kontak tubuh kita. Sentuhan, seperti mencium tangan orangtua,

memeluk, dan mencium adalah bagian dari upaya membangun kedekatan fisik yang mendorong empati.

Pastikan di luar situasi yang sulit, kita menghabiskan cukup banyak waktu berdua nenek

secara berkualitas dalam situasi menyenangkan. Misalnya, memasak bersama, mengobrol, ke salon, dll.

Hubungan nenek dengan ibu yang baik patut diusahakan dan diperjuangkan

karena akan menjadi contoh menentukan bagaimana anak kita berinteraksi dengan kita

di masa depan.