Post on 11-Oct-2015
5/21/2018 Makalah Polio
1/22
1
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Poliomielitis adalah penyakit infeksius akut yang dalam bentuk berat
menyerang system saraf pusat. Dekstruksi saraf motorik pada medulla spinalis
menyebabkan paralisis flaksid. Namun, sebagian besar infeksi poliovirus bersifat
subklinis. Polioirus berperan sebagai contoh piconavirus pada banyak penelitian
laboratorium biologi molecular mengalami replikasi picornavirus (Mikrobiologi
Jawetz, 2004).
Poliomielitis diduga pertama kali dikenal kira-kira 6.000 tahun yang lalu
pada zaman Mesir kuno, dengan ditemukan mumi yang mempunyai kelainan kaki
yang mengarah pada polio.
Underwood pertama kali pada tahun 1789 menjelaskan penyakit
poliomyelitis oleh deskripsi klinik sebagai penyakit yang utuh., disusul oleh
Duchene mengenai proses kerusakan yang terjadi di kornu anterior medula
spinalis oleh virus polio. Definisi mengenai gambaran klinis dan epidemiologi
oleh Wickman disusul dengan hasil Landsteiner melakukan transmisi suatu
filterable agen penyebab polio pada kera dan Flexner menemukan cara passage-
nya. Jenis antigenic polio dipisahkan pada tahun 1951 disusul dengan pada tahun
1954-1955 pengembangan dan penggunaan secara luas vaksin inaktif melalui
suntikan dengan vaksin Salk. Vaksin hidup Sabin yang dilemahkan kemudian
digunakan secara luas dan diberikan per-oral (IDAI, 2010).
Pada dasarnya virus polio dapat melumpuhkan bahkan membunuh. Virus inidapat menular melalui air dan kotoran manusia. Sifatnya sangat menular dan
selalu menyerang anak balita. Dua puluh tahun silam, polio melumpuhkan 1.000
anak tiap harinya di seluruh penjuru dunia. Tapi pada 1988 muncul Gerakan
Pemberantasan Polio Global. Lalu pada 2004, hanya 1.266 kasus polio yang
dilaporkan muncul di seluruh dunia. Umumnya kasus tersebut hanya terjadi di
enam Negara. Kurang dari setahun ini, anggapan dunia bebas polio sudah
berakhir.
5/21/2018 Makalah Polio
2/22
2
Sejak 1979 Tidak ada laporan kasus infeksi poliovirus di Amerika Serikat.
Sampai tahun 1998, rata-rata 8-10 kasus yang terkait dengan virus vaksin yang
dilaporkan setiap tahun. Karena dari semua lembaga vaksin inactivated poliovirus
(IPV) kebijakan dalam jadwal imunisasi rutin, jumlah vaksin-kasus terkait telah
menurun secara signifikan. Empat kasus vaksin berasal poliovirus diidentifikasi
pada tahun 2005 di kalangan anak-anak di sebuah unvaccinated masyarakat
Amish di Minnesota. Insiden global mengenai infeksi poliovirus ini telah
menurun lebih dari 99% sejak tahun 1988. Meskipun tidak ada wabah yang
dilaporkan di belahan bumi barat sejak 1991, Pan American Health Organization
melaporkan sebuah kejadian di Haiti dan Republik Dominika pada tahun 2001.
Sejak 2001, tidak ada tambahan wabah penyakit yang disebabkan oleh poliovirus
di Amerika. Dari kelompok-jenis penyakit masih ditemukan di beberapa daerah di
Afrika dan Asia Tenggara. Semenjak tahun 2004, hanya 5 negara dimana
poliovirus transmisi tidak pernah terputus diantaranya adalah India, Mesir,
Nigeria, Pakistan, dan Afghanistan. Meskipun kemajuan signifikan telah dibuat
terhadap pemberantasan penyakit infeksi ini di negara-negara tersebut,
peningkatan jumlah kasus yang diamati pada tahun 2006 ini tetap ada ( L.
Heymann, 2004 ).
Pada awal Maret tahun 2005, Indonesia muncul kasus polio pertama selama
satu dasa warsa. Artinya, reputasi sebagai negeri bebas polio yang disandang
selama 10 tahun pun hilang ketika seorang anak berusia 20 bulan di Jawa Barat
terjangkit penyakit ini. Menurut analisa, virus tersebut dibawa dari sebelah utara
Nigeria. Sejak itu polio menyebar ke beberapa daerah di Indonesia dan menyerang
anak-anak yang tidak diimunisasi. Polio bisa mengakibatkan kelumpuhan dan
kematian. Virusnya cenderung menyebar dan menular dengan cepat apalagi ditempat-tempat yang kebersihannya buruk.
Indonesia sekarang mewakili satu per lima dari seluruh penderita polio
secara global tahun ini. Kalau tidak dihentikan segera, virus ini akan segera
tersebar ke seluruh pelosok negeri dan bahkan ke Negara-negara tetangga
terutama daerah yang angka cakupan imunisasinya masih rendah.
Indonesia merupakan Negara ke-16 yang dijangkiti kembali virus tersebut.
Banyak pihak khawatir tingginya kasus polio di Indonesia akan menjadikan
5/21/2018 Makalah Polio
3/22
3
Indonesia menjadi pengekspor virus ke Negara-negara lain, khususnya di Asia
Timur.
Wabah polio yang baru saja terjadi di Indonesia dapat dipandang sebagai
sebuah krisis kesehatan dengan implikasi global.
I. 2 Rumusan Masalah
Sebelum memasuki penjelasan yang lebih lanjut, agar bahasan makalah
terarah maka perlu dibuat rumusan masalah, yaitu :
1.
Apa itu penyakit polio/polimielitis ?
2. Apa etiologi poliomielitis ?
3.
Bagaimana pathogenesis dan patofisiologi dari polio ?
4. Apa saja pemeriksaan dan penegakan diagnosis penyakit polio ?
5. Bagaimana penatalaksanaan penyakit polio ?
I. 3 Metode Penulisan
Metode Studi Pustaka
Dalam metode ini, penulis mempelajari dan menggunakan media cetak,
seperti buku-buku yang dapat mendukung bahasan dari makalah ini. Penulis juga
dapat menemukan fakta mengenai hal-hal yang akan dibahas dan berkaitan
dengan isi makalah.
I. 4 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam pembuatan karya tulis ini, uaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya penyakit polio;
2.
Mengetahui etiologi, patogenesis, patofisiologi, diagnosis penyakitpolio/poliomielitis;
3. Mengetahui pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk menegakkan
diagnosis penyakit polio;
4.
Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit polio
5. Untuk mengetahui pencegahan penyakit polio
5/21/2018 Makalah Polio
4/22
4
I. 5 Manfaat Penulisan
1. Dapat dijadikan pengetahuan dalam mengenal penyakit
polio/poliomielitis;
2.
Dapat menjadi panduan dalam pembelajaran penyakit polio;
3. Dapat dijadikan referensi dalam mengenal lebih jauh mengenai penyakit
polio;
4. Memberikan pengetahuan dalam penatalaksanaan penyakit polio;
5. Dapat dijadikan acuan dalam pencegahan penyakit polio.
5/21/2018 Makalah Polio
5/22
5
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1 Penyakit Polio/Poliomielitis
Partikel poliovirus merupakan enterovirus yang khas. Partikel ini tidak
aktif bila dipanaskan pada suhu C selama 30 menit, tetapi Mg2+, 1mol/l,
mencegah inaktivasi ini. Karena poliovirus yang dimurnikan diinaktifkan oleh
konsentrasi klorin yang lebih tinggi untuk mendesinfeksi kotoran yang
mengandung virus pada suspense fekal dan adanya bahan organik lain. Poliovirus
tidak dipengaruhi oleh eter atau natrium deoksikolat (Mikrobiologi Jawetz, 2004).
Virus polio adalah RNA virus ultra microscopic dengan ukuran 27u,
termasuk Enterovirus, dalam family Picornaviridae, terbagi dalam 5 genera,
diantaranya yang patogenik pada manusia adalahEnteroviru, Hepatovirus, dan
Rhinovirus. Enterovirus terbagi lagi dalam 71 spesies, yaitu berbagai virus polio,
virus Coxsackie, virus ECHO, dan Enterovirus 68-71. Virus terdiri dari 3 strain
yaitu strain 1 (Brunhilde), strain 2 (Lansig), dan strain 3 (Leon). Virus yang
single-stranded, 30% terdiri dari virion, mayor protein (VP1-4) dan satu protein
minor (VPg). Perbedaan tiga jenis strain terletak pada sekuen nukleotidanya. VP1
adalah antigen yang paling dominan dalam membentuk antibody netralisasi.
Strain 1 adalah yang paling paralitogenik dan sering menimbulkan wabah, sedang
strain 3 paling tidak imunogenik (IDAI, 2010).
Penyakit polio atau poliomyelitis disebut penyakit lumpuh anak-anak
karena terlalu seringgnya anak-anak mendapat penyakit itu. Penyakit polio
terdapat diseluruh dunia. Orang dewasa mungkin juga mendapat penyakit itu
meskipun kebanyakan dari mereka mungkin sudah pernah terkena penyakit polio
di masa kanak-kanak dan sudah agak kebal.
Penyakit polio disebabkan oleh virus polio, anggota genus Enterovirus,
famili Picornaviridae. Sampai sekarang telah diisolasi 3 strain virus polio yaitu
tipe 1 (Brunhilde), tipe 2 (Lansing), dan tipe 3 (Leon). Infeksi dapat terjadi oleh
satu atau lebih tipe tersebut. Epidemi yang luas biasanya disebabkan oleh tipe 1.
http://www.overfans.com/2012/06/pengertian-virus-komputer.htmlhttp://www.overfans.com/2012/06/pengertian-virus-komputer.html5/21/2018 Makalah Polio
6/22
6
Virus ini relatif tahan terhadap hampir semua desinfektan (etanol, isopropanol,
lisol, amonium kuartener, dll). Virus ini tidak memiliki amplop lemak sehingga
tahan terhadap pelarut lemak termasuk eter dan kloroform. Virus ini dapat
diinaktifasi oleh formaldehid, glutaraldehid, asam kuat, sodium hipoklorit, dan
klorin. Virus polio menjadi inaktif dengan pemanasan di atas 42 derajat Celcius.
Selain itu, pengeringan dan ultraviolet juga dapat menghilangkan aktivitas virus
polio. Virus Polio ditularkan terutama dari manusia ke manusia, terutama pada
fase akut, bersamaan dengan tingginya titer virus polio di faring dan feses. Virus
polio diduga dapat menyebar melalui saluran pernafasan karena sekresi
pernafasan merupakan material yang terbukti infeksius untuk virus entero lainnya.
Meskipun begitu, jalur pernafasan belum terbukti menjadi jalur penularan
untuk virus polio. Transmisi oral biasanya mempunyai peranan yang dominan
pada penyebaran virus polio di negara berkembang, sedangkan penularan secara
fekal-oral paling banyak terjadi di daerah miskin. Makanan dan minuman dapat
terkontaminasi melalui lalat atau karena higienis yang rendah. Sumber penularan
lain yang mungkin berperan adalah tanah dan air yang terkontaminasi material
feses, persawahan yang diberi pupuk feses manusia, dan irigasi yang dengan air
yang telah terkontaminasi virus polio. Penularan penyakit polio terutama melalui
jalur fekal-oral dan membutuhkan kontak yang erat. Prevalensi infeksi tertinggi
terjadi pada mereka yang tinggal serumah dengan penderita penyakit polio.
Biasanya bila salah satu anggota keluarga terinfeksi, maka yang lain juga
terinfeksi. Kontaminasi tinja pada jari tangan, alat tulis, mainan anak, makanan
dan minuman, merupakan sumber utama infeksi.
Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat
mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen. Penyakit ini dapat
menyerang pada semua kelompok umur, namun yang peling rentan adalah
kelompok umur kurang dari 3 tahun. Gejala meliputi demam, lemas, sakit kepala,
muntah, sulit buang air besar, nyeri pada kaki, tangan, kadang disertai diare.
Kemudian virus menyerang dan merusakkan jaringan syaraf , sehingga
menimbulkan kelumpuhan yang permanen. Penyakit polio pertama terjadi di
Eropa pada abad ke-18, dan menyebar ke Amerika Serikat beberapa tahun
5/21/2018 Makalah Polio
7/22
7
kemudian. Penyakit polio juga menyebar ke negara maju belahan bumi utara yang
bermusim panas. Penyakit polio menjadi terus meningkat dan rata-rata orang yang
menderita penyakit polio meninggal, sehingga jumlah kematian meningkat akibat
penyakit ini. Penyakit polio menyebar luas di Amerika Serikat tahun 1952,
dengan penderita 20,000 orang yang terkena penyakit ini ( Miller,N.Z, 2004 ).
Jenisjenis Polio antara lain :
1. Polio Non-Paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, saki perut, lesu dan
sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika
disentuh.
2. Polio Paralisis Spinal
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel
tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai.
Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu
penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling
sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini
akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh.
Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan neuron motor yang mengontrol
gerak fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita
yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan
menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi
ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat menyebar sepanjang serabut saraf.
Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan
menghancurkan neuron motor. Neuron motor tidak memiliki kemampuan
regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap
perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai
menjadi lemas kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah
pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan
otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.
3. Polio Bulbar
5/21/2018 Makalah Polio
8/22
8
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga
batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung neuron motor yang mengatur
pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang
mengontrol pergerakan bola mata saraf trigeminal dan saraf muka yang
berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka, saraf auditori
yang mengatur pendengaran, saraf glossofaringeal yang membantu proses
menelan dan berbgai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf
yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang
mengatur pergerakan leher ( Wilson, 2001 ).
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian.Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan
meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya
terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim
'perintah bernapas' ke paru-paru. Penderita juga dapat meninggal karena
kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat 'tenggelam' dalam sekresinya
sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk
menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun
trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan 'paru-paru
besi' (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara
menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara
ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru
akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru.
Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.
Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 25-75% tergantung usia
penderita. Hingga saat ini, mereka yang bertahan hidup dari polio jenis ini harus
hidup dengan paru-paru besi atau alat bantu pernapasan. Polio bulbar dan spinal
sering menyerang bersamaan dan merupakan sub kelas dari polio paralisis. Polio
paralisis tidak bersifat permanen. Penderita yang sembuh dapat memiliki fungsi
tubuh yang mendekati normal.
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Trakeostomi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Trakeostomi&action=edit&redlink=15/21/2018 Makalah Polio
9/22
9
II. 2 Patogenesis dan Patofisiologi Polio
Poliomielitis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi/peradangan oleh poliovirus, penyakit ini ditularkan dari orang yang
terinfeksi ke orang lain dengan cara kontak baik melalui sekret yang dikeluarkan
dari hidung, mulut ataupun melalui feses. Di faring, virus ini hanya dapat
ditemukan tiga hari sebelum sampai lima hari sesudah penyakit ini timbul. Tetapi
di dalam tinja, virus ini dapat ditemukan sampai 17 minggu sejak penderita itu
menjadi sakit. Penularannya adalah secara water-borne (seperti penularan
penyakit tifus). Porte d` entre dari virus ini adalah usus di mana virus itu dapat
berkembang biak dan menimbulkan viremia, sampai akhirnya virus ini sampailahke SSP. Virus masuk melalui mulut dan hidung kemudian berkembangbiak di
dalam kerongkongan dan di dalam traktus gastrointestinal (usus) akan menyebar
melalui pembuluh darah dan kelenjar getah bening. Masa inkubasi yang
diperlukan berkisar 535 hari dengan rata-rata 714 hari.
Russell mengatakan bahwa suatu provokasi seperti misalnya suatu infeksi
(juga suatu vaksinasi atau pencacaran), suatu tonsilektomi atau suatu olah raga
yang berat, dapat merupakan suatu invitation to settle down bagi virus itu di
tempat-tempat tertentu dalam SSP.
Provokasi tadi menimbulkan kelemahan pada motoneuron, sehingga virus
polio itu dapat masuk ke dalam sel-sel motoneuron tersebut. Dengan demikian
maka timbullah suatu kelumpuhan (polio paralitik). Bila virus itu hanya sampai
pada selaput sumsum tulang belakang saja tetapi tidak ada invitation to settle
down, maka akan terjadi kaku kuduk dan lain-lain tanpa kelumpuhan (polio non-
paralitik).
Ada beberapa faktor yang menentukan apa sebabnya tempat-tempat
tertentu dari SSP lebih sering terserang virus polio daripada tempat-tempat yang
lain. Faktor yang yang berperan dalam hal ini adalah:
1. Jumlah (banyaknya) dan virulensi virus polio yang memasuki tubuh.
2. Invitation to settle down yang berperan dalam fase pre-paralitik.
Lesi saraf pada poliomyelitis dapat ditemukan pada :
5/21/2018 Makalah Polio
10/22
10
1. Medula spinalis (terutama di daerah kornu anterior, sedikit di daerah kornu
intermediet dan dorsal serta di ganglia radiks dorsalis)
2.
Medula oblongata (nuclei vestibularis, nuclei saraf cranial dan formation
retikularis yang terdiri dari pusat-pusat vital)
3. Serebelum (hanya mengenai nuclei bagian atas dan vermis)
4.
Otak tengah/mid brain (terutama massa kelabu, substansia nigra, kadang-
kadang di nucleus rubra)
5. Talamus dan hipotalamus
6.
Palidum
7. Korteks cerebri (bagian motorik) (IDAI 2010)
Invitasi itulah yang akan menentukan apakah akan terjadi kelumpuhan dan bagian
tubuh yang mana yang akan menjadi paralisis. Invitasi itu adalah suatu trauma
seperti misalnya suatu infeksi, olah raga berat, tonsilektomi, adenektomi, cabut
gigi, fraktur, abses dan lain-lain.
Secara mendasar, kerusakan saraf merupakan cirri khas pada
poliomyelitis. Virus berkembang di dalam dinding faring atau salurun cerna
bagian bawah, menyebar ke jaringan getah bening dan menyebar masuk ke aliran
darah sebelum menembus dan berkembang biak di jaringan saraf. Pada saat
viremia pertama terdapat gejala klinik yang tidak spesifik berupa minor illnesses.
Invasi virus ke susunan saraf bias hematogen atau melalui perjalanan saraf. Dalam
beberapa penelitian kedua-duanya mungkin, tetapi secara hematogen lebih sering
terjadi. Virus masuk ke susunan saraf melalui sawar darah-otak (blood brain
barrier) dengan berbagai cara yaitu :
1. Transport pasif dengan cara piknositosis
2.
Infeksi dari endotel kapiler
3. Dengan bantuan sel mononuclear yang mengadakan transmisi ke dalam
susunan saraf pusat
4. Kemungkinan lain melalui saraf perifer, transport melalui akson atau
penyebaran melalui jaras olfaktorius (IDAI 2010)
5/21/2018 Makalah Polio
11/22
11
II. 3 Pemeriksaan dan Penegakan Diagnosis Polio
Diagnosis poliomielitis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang sehingga dapat menyingkirkan keadaan-keadaan
atau penyakit yang menyerupai poliomielitis.
Diagnosis polio dibuat berdasarkan :
1. Pemeriksaan virologik dengan cara membiakkan virus polio, baik yang liar
maupun virus vaksin.
2. Pengamatan gejala dan perjalanan klinik
3. Pemeriksaan khusus. Pemeriksaan hantaran saraf dan elektromiografi dapat
merujuk secara tepat letak kerusakan saraf secara anatomik.
4. Pemeriksaan adanya gejala sisa neurologik (residual paralysis) (IDAI, 2010).
Penyakit polio dapat didiagnosis dengan beberapa cara yaitu :
1. Viral Isolation
Poliovirus dapat dideteksi dari faring pada seseorang yang diduga terkena
penyakit polio. Pengisolasian virus diambil dari cairan cerebrospinal adalah
diagnostik yang jarang mendapatkan hasil yang akurat. Jika poliovirus terisolasi
dari seseorang dengan kelumpuhan yang akut, orang tersebut harus diuji lebih
lanjut menggunakan uji oligonucleotide atau pemetaan genomic untuk
menentukan apakah virus polio tersebut bersifat ganas atau lemah.
2. Uji Serology
Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita. Jika pada
darah ditemukan zat antibody polio maka diagnosis bahwa orang tersebut terkena
polio adalah benar. Akan tetapi zat antibody tersebut tampak netral dan dapat
menjadi aktif pada saat pasien tersebut sakit.
5/21/2018 Makalah Polio
12/22
12
3. Cerebrospinal Fluid ( CSF)
CSF di dalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat peningkatan
jumlah sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah sel limfositnya. Dan
kehilangan protein sebanyak 40-50 mg/100 ml ( Paul, 2004 ).
4. Pemeriksaan Darah Perifer
Tidak pemeriksaan spesifik untuk diagnosis poliomyelitis pada gejala awal, sama
seperti virus lainnya. Pemeriksaan darah perifer mungkin dalam batas normal atau
terjadi leukositosis pada fase akut major illnesses yaitu 10.000-30.000/ul dengan
predominan PMN.
Terdapat 3 pola dasar pada infeksi polio:
-Infeksi subklinis
-Non-paralitik
-Paralitik.
95% kasus merupakan infeksi subklinis.
Infeksi virus polio pada manusia sangat bervariasi dari gejala yang sangat
ringan hingga terjadi paralisis. Infeksi virus polio dapat diklasifikasikan menjadi
minor illnesses dan major illnesses (termasuk jenis non-paralitik dan paralitik).
Minor Illnesses
Gejala klinis ini terjadi sebagai akibat proses inflamasi akibat berbiaknya
virus polio. Gejalanya sangat ringan atau bahkan tanpa gejala. Keluhan biasanya
nyeri tenggorok dan perasaan tidak enak di perut, gangguan gastrointestinal,
demam ringan, perasaan lemas, dan nyeri kepala ringan. Gejala ringan terjadi
selama 1-4 hari, kemudian menghilang. Gejala ini merupakan fase enteric dari
infeksi virus polio. Masa inkubasi 1-3 hari dan jarang lebih dari 6 hari. Selama
5/21/2018 Makalah Polio
13/22
13
waktu itu virus ber-replikasi pada nasofaring dan saluran cerna bagian bawah.
Gejala klinis yang tidak khas ini terdapat pada 90-95% kasus polio.
Major Illnesses
Major illnesses merupakan gejala klinik akibat penyebaran dan replikasi
virus di tempat lain serta kerusakan yang ditimbulkannya. Menurut Hortsman,
masa ini berlangsung selama 3-35 hari termasuk gejala minor illnesses dengan
rata-rata 17 hari. Usia penderita akan mempengaruhi gejala klinis, 1/3 dari kaus
polio berusia 2-10 tahun, akan memberikan gambaran bifasik atau dromedary
yaitu terdapat 2 letupan kedua kelainan sistemik dan neurologik (IDAI, 2010).
Poliomielitis klinis menyerang sistem saraf pusat (otak dan korda spinalis)
serta erbagi menjadi non-paralitik serta paralitik. Infeksi klinis bisa terjadi setelah
penderita sembuh dari suatu infeksi subklinis.
1. Infeksi subklinis (tanpa gejala atau gejala berlangsung selama kurang dari
72 jam)/ minor illnesses
- demam ringan
- sakit kepala
- tidak enak badan
- nyeri tenggorokan
- tenggorokan tampak merah
- muntah.
2. Poliomielitis non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2 minggu)/ major
ilnesses
- demam sedang
- sakit kepala
- kaku kuduk
- muntah
- diare- kelelahan yang luar biasa
- rewel
- nyeri atau kaku punggung, lengan, tungkai, perut
- kejang dan nyeri otot
- nyeri leher
- nyeri leher bagian depan
- kaku kuduk
- nyeri punggung
- nyeri tungkai (otot betis)
- ruam kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri
- kekakuan otot.
5/21/2018 Makalah Polio
14/22
14
3. Poliomielitis paralitik/ major ilnesses
- demam timbul 5-7 hari sebelum gejala lainnya
- sakit kepala
- kaku kuduk dan punggung
- kelemahan otot asimetrik- onsetnya cepat
- segera berkembang menjadi kelumpuhan
- lokasinya tergantung kepada bagian korda spinalis yang terkena
- perasaan ganjil/aneh di daerah yang terkena (seperti tertusuk jarum)
- peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan bisa menimbulkan nyeri)
- sulit untuk memulai proses berkemih
- sembelit
- perut kembung
- gangguan menelan
- nyeri otot
- kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung- gangguan pernafasan
- rewel atau tidak dapat mengendalikan emosi
- refleksBabinskipositif.
DIAGNOSIS BANDING
Poliomielitis bentuk non paralitik, hendaknya kita perlu memikirkan
kemungkinan diagnosis banding kepada penyakit-penyakit berikut: (1)
1. Reaksi meningeal simpatik seperti misalnya dapat dilihat pada mastoiditis dan
sinusitis.
2. Khoriomeningitis limfositaria.
3. Penyakit Weil.
Poliomielitis bentuk paralitik, harus kita diagnosis banding dengan penyakit-
penyakit:
1. Bila monoplegia:
- Lesi N. Iskhiadikus, misalnya karena injeksi kinin.
- Paralisis Erb. misalnya karena traksi pada pleksus brakhialis pada kelahiran letak
sungsang.
- Kelumpuhan pasca difteri.
- Poliartritis rematika.
2. Bila paraplegia:
- Mielitis transversa.
- Sindrom Guillain-Barre.
http://jangan-sakit.blogspot.com/2009/07/poliomielitis_25.htmlhttp://jangan-sakit.blogspot.com/2009/07/poliomielitis_25.html5/21/2018 Makalah Polio
15/22
15
Apabila penderita poliomielitis denga sekuele polio yang diperolehnya beberapa
tahun yang lalu sehingga akan terdapat otot-otot tertentu yang lemah dengan
atoni, atrofi dan arefleksi, hendaknya diingat kemungkinan:
1. Suatu motor neuron disease seperti misalnya penyakit Aran-Duchenne.
2. Siringowieli.
3. Suatu miopati.
II. 4 Penatalaksanaan dan Pencegahan Poliomielitis
Pengobatan pada penyakit polio sampai sekarang belum ditemukan cara
atau metode yang paling tepat. Sedangkan penggunaan vaksin yang ada hanya
untuk mencegah dan mengurangi rasa sakit pada penderita.
1. Dalam fase akut.
(Dari mulanya penyakit sampai 4 minggu sesudahnya)
- Penderita hendaknya diberikan istirahat total.
- Pada anggota tubuh yang terasa nyeri, diberikan botol hangat.
- Berikan analgetik, fenobarbital dan sebagainya.
- Sesudah 2 minggu dan setelah keadaan likuor kembali normal dapat dilakukan
fisioterapi.
2. Fase rekonvalesensi pertama (16 bulan).
- Fisioterapi
Dalam pelaksanaan fisioterapi perlu terdapat kerja sama yang baik antara
neurolog, ortoped, dan fisioterapist.
Dalam rangka fisioterapi, dapat dilakukan masage, latihan dan elektroterapi
(kontraksi yang ditimbulkan oleh elektroterapi itu pada otot-otot tersebut akan
menjaga otot-otot itu agar tidak menjadi atropi. Bila kemudian saraf mengalami
regenerasi, maka otot-otot masih cukup baik untuk menerima serabut-serabut
saraf baru)
- Tindakan ortopedis untuk menghindarkan timbulnya kontraktur misalnya dengan
memasang gipsspalk da lain-lain.
3. Fase rekonvalensi kedua (6 bulan 3 tahun).
5/21/2018 Makalah Polio
16/22
16
- Latihan-latihan sebaiknya dilakukan di dalam kelompok-kelompok, agar anak
yang cacat tidak merasa minder dari anak-anak yang lain.
- Dalam fase ini mungkin ortoped akan dapat mengusahakan agar dilakukan
tindakan operatif seperti misalnya tenotomi atau transplantasi tendon.
PENCEGAHAN
Untuk mencegah penyakit polio di antaranya dengan membiasakan pola hidup
sehat, sanitasi yang baik dan terus menjaga kualitas gizi sekaligus kebugaran
kondisi fisik.salah satu cara terbaik melindungi anak-anak dari penyakit polio.
Yakni dengan mencuci tangan dan alat-alat makan seperti piring, gelas, atau punsendok dengan sabun dan air yang tidak tercemar oleh virus polio. Kemudian jika
memasak air sebaiknya dimasak sampai mendidih sempurna, sebab cara ini cukup
efektif untuk membunuh virus polio. Sebab diketahui, virus polio liar hidup
dengan baik pada suhu80C. Di luar tubuh manusia, bila terkena panas matahari,
virus polio hanya bertahan hidup selama 2 hari, tapi kalau di dalam cuaca lembab
lebih lama. Selain itu, imunisasi terhadap polio sampai lengkap pun dapat
mencegah penyakit ini.
Imunisasi diperlukan untuk membangkitkan kekebalan lokal di usus
melalui pemberian vaksin polio. Vaksin ini mengandung tiga jenis virus yaitu tipe
1, 2, dan 3. Caranya, diteteskan ke mulut sebanyak dua tetes setiap kali pemberian
atau dikenal dengan Oral. Bila anak sudah mendapatkan imunisasi polio minimal
empat kali, hampir dapat dipastikan anak kebal terhadap polio. Bila belum
diimunisasi, segera berikan dosis pertama. Anak akan terlindung selama 100 hari,
sehingga bila virus polio masuk, tidak berbiak dan menyebabkan penyakit polio,
lalu dilanjutkan sampai lengkap.
Dalam World Health Assembly tahun 1998 yang diikuti oleh sebagian
besar negara di penjuru dunia dibuat kesepakatan untuk melakukan Eradikasi
Polio (Erapo) tahun 2000, artinya dunia bebas polio tahun 2000. Program Eropa
pertama yang dilakukan adalah
http://jangan-sakit.blogspot.com/2009/07/poliomielitis_25.htmlhttp://jangan-sakit.blogspot.com/2009/07/poliomielitis_25.html5/21/2018 Makalah Polio
17/22
17
a. Melakukan cakupan imunisasi yang tinggi dan menyeluruh
b. Pekan Imunisasi Nasional yang telah dilakukan Depkes tahun 1995, 1996, dan
1997. Pemberian imunisasi polio yang sesuai dengan rekomendasi WHO adalah
diberikan sejak lahir sebanyak 4 kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian
diulang usia 1 tahun, 5 tahun, dan usia 15 tahun
c. Survailance Acute Flaccid Paralysis atau penemuan penderita yang dicurigai
lumpuh layuh pada usia di bawah 15 tahun harus diperiksa tinjanya untuk
memastikan karena polio atau bukan.
d. Melakukan Mopping Up, artinya pemberian vaksinasi massal di daerah yang
ditemukan penderita polio terhadap anak di bawah 5 tahun tanpa melihat status
imunisasi polio sebelumnya.
1. Vaksin Salk.
Vaksin Salk ini adalah suspensi dalam air dari virus polio yang virulensinya telah
dihilangkan karena telah dicampur dengan formalin.
Cara pemberian:
- Injeksi pertama 1 cc i.m.
- 24 minggu kemudian 1 cc i.m.
- 7 bukan kemudian 1 cc i.m. booster.
2. Vaksin Sabin.
Vaksin Sabin ini adalah suatu attenuated live oral vaccine. Vaksin ini
mengandung virus polio hidup yang telah dilemahkan dengan jalan passage
berturut-turut melalui biakan jaringan. (R.N.A. virion ini tidak ganas lagi, namun
protein capsidnya masih dapat menimbulkan antibody). Vaksin ini dapat
diberikan sebagai tablet atau drop per oral.
Cara pemberian:
- Mulai dengan 1 dose.
- Satu bulan kemudian 1 dose.
- Satu bulan kemudian 1 dose.
- Tiga tahun kemudian 1 dose booster.
5/21/2018 Makalah Polio
18/22
18
II. 5 Komplikasi dan Prognosis Poliomielitis
KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling berat dari penyakit polio adalah kelumpuhan yang
menetap. Kelumpuhan terjadi sebanyak kurang dari 1 dari setiap 100 kasus, tetapi
kelemahan satu atau beberapa otot, sering ditemukan.Kadang bagian dari otak
yang berfungsi mengatur pernafasan terserang polio, sehingga terjadi kelemahan
atau kelumpuhan pada otot dada. Beberapa penderita mengalami komplikasi 20-
30 tahun setelah terserang polio. Keadaan ini disebutsindroma post-poliomielitis,
yang terdiri dari kelemahan otot yang progresif, yang seringkali menyebabkan
kelumpuhan.
Komplikasi yang sering terjadi antara lain :
1. Kelumpuhan permanen, kelaianan bentuk otot.
2. Edema aru-paru
3. Shock
4. Pneumonia dan kesulitan bernapas.
5. Hipertensi
6. Infeksi/Peradangan saluran kemih.
7. Kelainan ginjal
8. Miokarditis
PROGNOSIS
Penyakit polio mempunyai prognosis yang buruk, karena pada kasus
kelumpuhan mengakibatkan kurang lebih 50-80 % kematian yang disebabkan oleh
polio. Selain itu karena belum dapat ditemukan obat yang dapat menyembuhkan
polio. Pemberian vaksin juga masih kurang efektif untuk mencegah polio, karena
banyak orang yang telah diberi vaksin polio tetapi masih terkena penyakit ini.
Jika sumsum tulang belakang dan otak belum terkena, maka lebih dari 90
% kasus dapat sembuh sempurna.
http://jangan-sakit.blogspot.com/2009/07/poliomielitis_25.htmlhttp://jangan-sakit.blogspot.com/2009/07/poliomielitis_25.htmlhttp://jangan-sakit.blogspot.com/2009/07/poliomielitis_25.htmlhttp://jangan-sakit.blogspot.com/2009/07/poliomielitis_25.html5/21/2018 Makalah Polio
19/22
19
Apabila otak dan sumsum tulang belakang sudak terkena maka sangat
membahayakan dan akan merupakan suatu keadaan kedaruratan medis dan dapat
menyebabkan kelumpuhan atau kematian yang biasanya berhubungan dengan
gagal napas.
5/21/2018 Makalah Polio
20/22
20
BAB III
PENUTUP
III. 1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
mengenai pembahasan tersebut. Adapun kesimpulan yang diambil, yaitu :
1. Penyakit polio atau poliomyelitis disebut penyakit lumpuh anak-anak
karena terlalu seringgnya anak-anak mendapat penyakit itu. Penyakit polio
terdapat diseluruh dunia.;
2. Poliomielitis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi/peradangan oleh poliovirus, penyakit ini ditularkan dari orang yang
terinfeksi ke orang lain dengan cara kontak baik melalui sekret yang
dikeluarkan dari hidung, mulut ataupun melalui feses.;
3.
Diagnosis poliomielitis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang sehingga dapat menyingkirkan keadaan-
keadaan atau penyakit yang menyerupai poliomielitis;
4. Pengobatan pada penyakit polio sampai sekarang belum ditemukan cara
atau metode yang paling tepat. Sedangkan penggunaan vaksin yang ada
hanya untuk mencegah dan mengurangi rasa sakit pada penderita.
III. 2 Saran
1.
Agar dapat menjadikan makalah ini sebagai panduan dalam mengenal
penyakit polio;
5/21/2018 Makalah Polio
21/22
21
2. Agar dapat ditemukan suatu cara dalam penegakan diagnosis penyakit
polio/poliomielitis;
3.
Dapat memahami dan mengetahui penatalaksanaan penyakit
polio/poliomielitis;
4. Agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam menanggulangi
penyakit polio/poliomielitis.
5/21/2018 Makalah Polio
22/22
22
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, RE. 2006. Nelson Textbook Pediatrics 15th
Ed. WB. Saunders CO,Philadelphia. EGC
Jawetz, Melnick, Adelbergs. 2004. Medical Microbiology, 23th edition. New
York. Mc Graw Hill
Soedarmo, Sumarmo S. Poorwo dkk. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi
kedua. 2010. Jakarta : Badan Penerbit IDAI