Post on 19-Jan-2016
description
BAB I
PENDAHULUAN
Ostemomielitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada tulang dan struktur
disekitarnya yang disebabkan oleh organisme pyogenik.
Pada dasarnya, semua jenis organisme, termasuk virus, parasit, jamur, dan bakteri, dapat
menghasilkan osteomielitis, tetapi paling sering disebabkan oleh bakteri piogenik tertentu dan
mikobakteri. Penyebab osteomielitis pyogenik adalah kuman Staphylococcus aureus (89-90%),
Escherichia coli, Pseudomonas, dan Klebsiella. Pada periode neonatal, Haemophilus
influenzae dan kelompok B streptokokus seringkali bersifat patogen.
Infeksi dapat mencapai tulang dengan melakukan perjalanan melalui aliran darah atau
menyebar dari jaringan di dekatnya. Osteomielitis juga dapat terjadi langsung pada tulang itu
sendiri jika terjadi cedera yang mengekspos tulang, sehingga kuman dapat langsung masuk
melalui luka tersebut.
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula ditemukan pada
bayi dan ‘infant’. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi yang
tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula.
(Yuliani 2010). Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi
neonatal adalah sekitar 1 kasus per1.000. Kejadian tahunan pada pasien dengan anemia sel sabit
adalah sekitar 0,36%. Insiden osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000
penduduk. Kejadian tertinggi pada Negara berkembang. Tingkat mortalitas osteomielitis
adalah rendah, kecuali jika sudah terdapat sepsis atau kondisi medis berat yang mendasari.
1
BAB II
2.1. Proses pembentukan tulang
Osifikasi adalah sebuah proses pembentukan tulang. Pembentukan tulang dimulai dari
perkembangan jaringan penyambung seperti tulang rawan (kartilago) yang berkembang menjadi
tulang keras.
Pertumbuhan tulang bermula sejak umur embrio 6-7 minggu dan berlangsung sampai
dewasa. Pertumbuhan tulang ini akan lengkap pada bulan ketiga kehamilan. Pertumbuhan tulang
bayi di dalam rahim dipengaruhi oleh hormon plasenta dan kalsium. Setelah anak lahir, proses
pertumbuhan tulangnya diatur oleh hormon pertumbuhan, kalsium, dan aktivitas sehari-hari.
Osteoblas dan osteoklas berperan dalam proses pembentukan tulang, dimana keduanya bekerja
secara bertolak belakang (osteoblas memicu pertumbuhan tulang, sedangkan osteoklas
menghambat pertumbuhan tulang) agar tercapai proses pembentukan tulang yang seimbang.
Osifikasi dimulai dari sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut
banyak mengandung pembuluh darah akan membentuk osteoblas, bila tidak mengandung
pembuluh darah akan membentuk kondroblas. Pada awalnya pembuluh darah menembus
perichondrium di bagian tengah batang tulang rawan, merangsang sel-sel perichondrium berubah
menjadi osteoblas. Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta, perichondrium
berubah menjadi periosteum. Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di
daerah diafisis yang disebut juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar
kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur didepositkan,
dengan demikian terganggulah nutrisi semua sel-sel tulang rawan dan menyebabkan kematian
pada sel-sel tulang rawan ini. Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi)
dan pelarutan dari zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan masuknya
pembuluh darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang.
2
Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epifise sehingga terjadi
pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian masih tersisa tulang
rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu tulang
rawan di antara epifise dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.
Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-menerus membelah
kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah diafise, dengan demikian
tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan
diameter (lebar) tulang, tulang didaerah rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga
rongga sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum membentuk
lapisan-lapisan tulang baru di daerah permukaan.
Jadi pembentukan tulang keras berasal dari tulang rawan (kartilago yang berasal dari mesenkim).
Kartilago memiliki rongga yang akan terisi olehosteoblas (sel-sel pembentuk tulang). Osteoblas
membentuk osteosit (sel-sel tulang). Setiap satuan sel-sel tulang akan melingkari pembuluh
darah dan serabut saraf membentuk sistem havers. Matriks akan mengeluarkan kapur dan fosfor
yang menyebabkan tulang menjadi keras.
Jenis osifikasi:
a. Osifikasi endokondral : pembentukan tulang dari tulang rawan, terjadi pada tulang
panjang
b. Osifikasi intramembranosus : pembentukan tulang dari mesenkim, seperti tulang pipih pada
tengkorak
c. Osifikasi heterotopik : pembentukan tulang di luar jaringan lunak
3
2.2. Definisi Osteomielitis
Osteomielitis = ( osteo + mielitis ) adalah radang tulang yang disebabkan oleh organisme
piogenik, walaupun berbagai organ infeksi lain juga dapat menyebabkannya. Ini dapat tetap
terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa,
dan periosteum.
2.3. Klasifikasi Osteomielitis
Osteomielitis secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan perjalanan klinis, yaitu
osteomielitis akut, sub akut, dan kronis. Hal tersebut tergantung dari intensitas proses infeksi dan
gejala yang terkait.
2.3.1. Osteomielitis Hematogen Akut
Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang akut yang
disebabkan oleh bakteri piogen dimana mikro – organisme berasal dari fokus ditempat lain dan
beredar melalui sirkulasi darah. Kelainan ini sering ditemukan pada anak – anak dan sangat
jarang pada orang dewasa. Diagnosis yang dini sangat penting oleh karena prognosis tergantung
dari pengobatan yang tepat dan segera.
4
2.3.1.1. Etiologi
Sebanyak 90 % disebabkan oleh stafilokokus aureus hemolitikus ( koagulasi positif ) dan
jarang oleh streptokokus hemolitikus. Pada anak umur dibawah 4 tahun sebanyak 50 %
disebabkan oleh Hemofilus influenza. Adapun organisme lain seperti B. Colli, B. Aerogenus
kapsulata, Pneumokokus, Salmonella tifosa, Pseudomonas aerogenus, Proteus mirabilis,
Brucella, dan bakteri anaerobik yaitu Bakteroides fragilis juga dapat menyebabkan osteomielitis
hematogen akut.
2.3.1.2. Faktor predisposisi osteomielitis akut
- Umur, terutama mengenai bayi dan anak – anak
- Jenis kelamin, lebih sering pada laki – laki daripada wanita dengan perbandingan 4:1
- Trauma, hematogen akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya osteomielitis hematogen akut
- Lokasi, osteomielitis hematogen akut sering terjadi pada daerah metafisis karena daerah
ini merupakan daerah aktif tempat terjadinya pertumbuhan tulang
- Nutrisi, lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya fokus infeksi sebelumnya
( seperti bisul, tonsilitis ) merupakan faktor predisposisi osteomielitis hematogen akut
2.3.1.3. Patologi dan Patogenesis
Penyebaran osteomielitis terjadi melalui dua cara, yaitu :
1. Penyebaran umum
• Melalui sirkulasi darah berupa bakterimia dan septikemia
• Melalui embolus infeksi yang menyebabkan infeksi multifokal pada daerah - daerah lain
2. Penyebaran lokal
• Subperiosteal abses akibat penerobosan abses melalui periost
• Selulitis akibat abses subperiosteal menembus sampai dibawah kulit
• Penyebaran ke dalam sendi sehingga terjadi artritis septik
5
•Penyebaran ke medula tulang sekitarnya sehingga sistem sirkulasi dalam tulang
terganggu. Hal ini menyebabkan kematian tulang lokal dengan terbentuknya tulang mati
yang disebut sekuestrum.
Gambar skematis perjalanan penyakit osteomielitis
A. Fokus infeksi pada lubang akan berkembang dan pada tahap ini menimbulkan edema
periosteal dan pembengkakan jaringan lunak.
B. Fokus kemudian semakin berkembang membentuk jaringan eksudat inflamasi yang
selanjutnya terjadi abses subperiosteal serta selulitis dibawah jaringan lunak
C. Selanjutnya terjadi elevasi periosteum diatas daerah lesi, infeksi menembus periosteum
dan terbentuk abses pada jaringan lunak dimana abses dapat mengalir keluar melalui
sinus pada permukaan kulit. Nekrosis tulang akan menyebabkan terbentuknya sekuestrum
dan infeksi akan berlanjut kedalam kavum medula.
Patoogi yang terjadi pada osteomielitis hematogen akut tergantung pada umur, daya tahan
penderita, lokasi infeksi serta virulensi kuman. Infeksi terjadi melalui aliran darah dari fokus
tempat lain dalam tubuh pada fase bakterimia dan dapat menimbulkan septikemia. Embolus
6
infeksi kemudian masuk kedalam juksta epifisis pada daerah metafisis tulang panjang. Proses
selanjutnya terjadi hiperemi dan edema didaerah metafisis disertai pembentukan pus.
Terbentuknya pus menyebabkan tekanan dalam tulang bertambah. Peninggian tekanan dalam
tulang mengakibatkan terganggunya sirkulasi dan timbul trombosis pada pembuluh darah tulang
yang akhirnya menyebabkan nekrosis tulang. Disamping itu pembentukan tulang baru yang
ekstensif terjadi pada bagian dalam periosteum sepanjang diafisis ( terutama anak – anak )
sehingga terbentuk suatu lingkungan tulang seperti peti mayat yang disebut involucrum dengan
jaringan sekuestrum didalamnya. Proses ini terlihat jelas pada akhir minggu kedua. Apabila pus
menembus tulang, maka terjadi pengaliran pus ( discharge ) dari involucrum keluar melalui
lubang yang disebut kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit.
Pada tahap selanjutnya akan berkembang menjadi osteomielitis kronis. Pada daerah
tulang kanselosa, infeksi dapat terlokalisir serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang membentuk
abses tulang kronik yang disebut abses Brodie.
2.3.1.4 Gambaran Klinis
Osteomielitis hematogen akut berkembang secara progresif atau cepat. Pada keadaan ini
mungkin dapat ditemukan adanya infeksi bakterial pada kulit dan saluran napas atas. Gejala lain
dapat berupa nyeri yang konstan pada daerah infeksi, nyeri tekan dan terdapat gangguan fungsi
anggota gerak yang bersangkutan.
Gejala – gejala umum timbul akibat bakterimia dan septikemia berupa panas tinggi,
malaise serta nafsu makan yang berkurang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya:
- Nyeri tekan
- Gangguan pergerakan sendi oleh karena pembengkakan sendi dan gangguan akan
bertambah berat bila terjadi spasme lokal.
2.3.1.5 Pemeriksaan Radiologis
• Pemeriksaan foto polos dalam sepuluh hari pertama, tidak ditemukan kelainan
radiologik yang berarti dan mungkin hanya ditemukan pembengkakan jaringan lunak.
7
Gambar 1. Proyeksi lateral pada tibia terlihat gambaran sklerotik di diametafisis tibia
Gambar 2. Proyeksi AP pada tibia terlihat gambaran sklerotik di lateral diametafisis
tibia.
Gambaran destruksi tulang dapat terlihat setelah sepuluh hari ( 2 minggu ) berupa refraksi
tulang yang bersifat difus pada daerah metafisis dan pembentukan tulang baru dibawah
periosteum yang terangkat.
8
Gambar 3. Tampak destruksi tulang pada tibia dengan pembentukan tulang subperiosteal
• Pemeriksaan Ultrasonografi dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
Gambar 4.Ultrasound image of the left hip shows a large joint effusion
2.3.1.6. Pengobatan
o Pemberian antibiotik secepatnya sesuai dengan penyebab utama yaitu
Stafilokokus aureus sambil menunggu hasil biakan kuman. Antibiotik diberikan
9
selama 3-6 minggu dengan melihat keadaan umum dan laju endap darah
penderita. Antibiotik tetap diberikan hingga 2 minggu setelah laju endap darah
normal.
o Istirahat dan pemberian analgesik juga diperlukan untuk menghilangkan nyeri.
o Apabila setelah 24 jam pengobatan lokal dan sistemik antibiotik gagal ( tidak ada
perbaikan keadaan umum ), maka dapat dipertimbangkan drainase bedah. Pada
drainase bedah, pus subperiosteal dievakuasi untuk mengurangi tekanan intra-
oseus kemudian dilakukan pemerikasaan biakan kuman. Drainase dilakukan
selama beberapa hari dengan menggunakan cairan Nacl 0,9% dan dengan
antibiotik.
Gambar 5. skematis drainase bedah. Sebuah kateter dimasukkan kedalam tabung
pengisap ( suction ) yang lebih besar. Antibiotik dimasukkan melalui kateter dan diisap
melalui suction.
2.3.2. Osteomielitis Hematogen Subakut
Gejala osteomielitis hematogen subakut lebih ringan oleh karena organisme
penyebabnya kurang purulen dan penderita lebih resisten.
10
2.3.2.1. Etiologi
Osteomielitis hematogen subakut biasanya disebabkan oleh Stafilokokus aureus
dan umumnya berlokasi dibagian distal femur dan proksimal tibia.
2.3.2.2. Patologi
Biasanya terdapat kavitas dengan batas tegas pada tulang kanselosa dan
mengandung cairan seropurulen. Kavitas dilingkari oleh jaringan granulasi yang terdiri
atas sel – sel inflamasi akut dan kronik dan biasanya terdapat penebalan trabekula.
2.3.2.3. Gambaran Klinis
Osteomielitis hematogen subakut biasanya ditemukan pada anak – anak dan
remaja. Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah atrofi otot, nyeri lokal, sedikit
pembengkakan dan dapat pula penderita menjadi pincang. Terdapat rasa nyeri pada
daerah sekitar sendi selama beberapa minggu atau mungkin berbulan – bulan. Suhu tubuh
biasanya normal.
2.3.2.4. Pemeriksaan Radiologis
Dengan foto rontgen biasanya ditemukan kavitas berdiameter 1-2 cm terutama
pada daerah metafisis dari tibia dan femur atau kadang – kadang pada daerah diafisis
tulang panjang.
11
Gambar 6. radiologik dari abses Brodie yang dapat ditemukan pada osteomielitis sub
akut/kronik. Pada gambar terlihat kavitas yang dikelilingi oleh daerah sclerosis.
2.3.2.5. Pengobatan
Begitu diagnostik ditegakan, antibiotik berspektrum luas dengan dosis yang
adekuat harus segera diberikan selama 6 minggu.
2.3.3. Osteomielitis Kronis
Osteomielitis kronis umumnya merupakan lanjutan dari osteomielitis akut yang
tidak terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik. Osteomielitis kronis juga dapat terjadi
setelah fraktur terbuka atau setelah tindakan operasi pada tulang.
2.3.3.1Etiologi
Bakteri penyebab osteomielitis kronis terutama oleh stafilokokus aureus ( 75 %),
atau E.colli, Proteus atau Pseudomonas.
2.3.3.2 Patologi dan patogenesis
12
Infeksi tulang dapat menyebabkan terjadinya sekuestrum yang menghambat
terjadinya resolusi dan penyembuhan spontan yang normal pada tulang. Sekuestrum ini
merupakan benda asing bagi tulang dan mencegah terjadinya penutupan kloaka ( pada
tulang ) dan sinus ( pada kulit ). Sekuestrum diselimuti oleh involucrum yang tidak dapat
keluar/dibersihkan dari medula tulang kecuali dengan tindakan operasi. Proses
selanjutnya terjadi destruksi dan sklerosis tulang yang dapat terlihat pada foto rontgen.
2.3.3.3 Gambaran Klinis
Penderita sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari luka/sinus setelah
operasi yang bersifat menahun. Kelainan kadang – kadang disertai demam dan nyeri
lokal yang hilang timbul didaerah anggota gerak tertentu. Pada pemeriksan fisik
ditemukan adanya sinus, fistel atau sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan. Mungkn
dapat ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar melalui kulit. Biasanya terdapat
riwayat fraktur terbuka atau osteomielitis pada penderita.
2.3.3.4 Pemeriksaan Radiologis
1. Foto polos
Pada foto rontgen dapat ditemukan adanya tanda – tanda porosis dan sklerosis tulang,
penebalan periost, elevasi periosteum dan mungkin adanya sekuestrum.
13
Gambar 7. Proyeksi AP wrist terlihat gambaran lesi osteolitik dan sclerosis extensive
dibagian distal metafisis pada radius
Gambar 8. Osteomielitis lanjut pada seluruh tibia dan fibula kanan. Ditandai dengan
adanya gambaran sekuestrum (panah).
2. CT dan MRI
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk membuat rencana pengobatan serta untuk melihat
sejauh mana kerusakan tulang terjadi
Gambar 9. CT image pada osteomielitis kronik.
A. In this tibia, chronic osteomyelitis is associated with a radiodense sharply
marginatedfocus within a lucent cavity (arrow).
B. Coronal reformatted image.
14
C & D. ) Transaxialimages. CT scanning can be used to identify sequestered bone as
in these tibiae
2.3.3.5 Pengobatan
Pengobatan osteomielitis kronis terdiri atas :
1. Pemberian antibiotik
Osteomielitis kronis tidak dapat diobati dengan antibiotik semata – mata.
Pemberian antibiotik ditujukan untuk:
• Mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang sehat lainnya.
• Mengontrol eksaserbasi akut
2. Tindakan operatif
Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda setelah pemberian
dan pemayungan antibiotik yang adekuat.
Operasi yang dilakukan bertujuan untuk :
• Mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, baik jaringan lunak maupun jaringan
tulang ( sekuestrum ) sampai ke jaringan sehat sekitarnya. Selanjutnya dilakukan
drainase dan dilanjutkan secara kontinu selama beberapa hari. Adakalnya diperlukan
penanaman rantai antibiotik didalam bagian tulang yang infeksi
• Sebagai dekompresi pada tulang dan memudahkan antibiotik mencapai sasaran dan
mencegah penyebaran osteomielitis lebih lanjut.
2.4. Osteomielitis pada Tulang Lain
2.4.1 Tengkorak
Biasanya osteomielitis pada tulang tengkorak terjadi sebagai akibat perluasan
infeksi di kulit kepala atau sinusitis frontalis. Proses destruksi bisa setempat atau
difus. Reaksi periosteal biasanya tidak ada atau sedikit sekali. Dibawah ini adalah
gambaran CT-SCAN kepala pada pasien dengan Osteomielitis Tuberkulosis.
15
2.4.2 Mandibula
Biasanya terjadi akibat komplikasi fraktur, abses gigi, atau ekstraksi gigi. Namun,
infeksi osteomielitis juga dapat menyebabkan fraktur pada mulut. Infeksi terjadi
melalui kanal pulpa merupakan yang paling sering dan diikuti hygiene oral yang
buruk dan kerusakan gigi.
2.4.3 Pelvis
Osteomielitis pada tulang pelvis paling sering terjadi pada bagian sayap tulang
ilium dan dapat meluas ke sendi sakroiliaka. Sendi sakroiliaka jarang terjadi. Pada
foto terlihat gambaran destruksi tulang yang luas, bentuk tak teratur, biasanya dengan
sekuester yang multipel. Sering terlihat sklerosis pada tepi lesi. Secara klinis sering
disertai abses dan fistula.
16
Bedanya dengan tuberkulosis, ialah destruksi berlangsung lebih cepat, dan pada
tuberkulosis abses sering mengalami kalsifikasi. Dalam diagnosis diferensial perlu
dipikirkan kemungkinan keganasan.
Osteitis pubis merupakan infeksi bagian bawah yang sekitar simfisis pubis yang
merupakan komplikasi dari operasi dari prostat dan kandung kemih atau , jarang
akibat operasi pelvis lainnya.
2.4.4 Osteomielitis Pada Tulang Belakang
Vertebra adalah tempat yang paling umum pada orang dewasa terjadi
osteomielitis secara hematogen. Organisme mencapai badan vertebra yang memiliki
17
perfusi yang baik melalui arteri tulang belakang dan menyebar dengan cepat dari
ujung pelat ke ruang diskus dan kemudian ke badan vertebra. Sumber bakteremia
termasuk dari saluran kemih (terutama di kalangan pria di atas usia 50), abses gigi,
infeksi jaringan lunak, dan suntikan IV yang terkontaminasi, tapi sumber bakteremia
tersebut tidak tampak pada lebih dari setengah pasien. Banyak pasien memiliki
riwayat penyakit sendi degeneratif yang melibatkan tulang belakang, dan beberapa
melaporkan terjadinya trauma yang mendahului onset dari infeksi. Luka tembus dan
prosedur bedah yang melibatkan tulang belakang dapat menyebabkan osteomielitis
vertebral nonhematogeno atau infeksi lokal pada diskus vertebra.
Osteomielitis pada vertebrae jarang terjadi, hanya 10% dari seluruh infeksi tulang
(Epstein, 1976), dan dapat muncul pada seluruh usia. Kuman penyebab terbanyak
ialah Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. Pasien yang menderita penyakit ini
sering memiliki riwayat infeksi kulit atau pelvis. Penyebaran infeksi biasanya menuju
badan vertebra daripada bagian yang lainnya, dan pada bagian yang mengandung
banyak darah. Badan vertebrae memiliki banyak pembuluh darah, khususnya di
bawah end plate dimana terdapat sinusoid yang besar dengan aliran pelan sehingga
berpotensi untuk terjadi infeksi.
2.5. Diagnosa Banding
Biasanya, gambaran radiografi osteomyelitis sangat karakteristik dan diagnosis
mudah dibuat sesuai dengan riwayat klinis, dan pemeriksaan radiologis tambahan.
Namun demikian, osteomyelitis dapat juga meniru kondisi lainnya seperti tumor tulang.
1. Osteo Sarkoma
Merupakan tumor ganas primer tulang yang paling sering dengan prognosis yang
buruk. Kebanyakan penderita berumur antara 10-25 tahun. Paling sering ditemukan
sekitar lutut, yaitu lebih dari 50 %. Tulang – tulang yang sering terkena adalah femur 18
distal, tibia proksimal, humerus proksimal, dan pelvis. Pada tulang panjang, tumor
biasanya mengenai bagian metafisis. Garis epifisier merupakan barrier dan tumor jarang
menembusnya.
Gambaran radiologik : tampak destruksi tulang yang berawal pada medula dan
terlihat sebagai daerah yang radiolusen dengan batas yang tidak tegas. Pada stadium dini
terlihat reaksi periosteal seperti garis – garis tegak ( Sunray appearance ). Dengan
membesarnya tumor, selain korteks juga tulang subperiosteal akan dirusak oleh tumor
yang meluas ke luar tulang, berbentuk segitiga ( segitiga codman ). Pada stadium dini
Gambaran tumor ini sukar dibedakan dengan osteomielitis.
19
2. Sarkoma Ewing
Tumor ganas primer ini paling sering mengenai tulang panjang. Kebanyakan
diafisis. Tulang yang juga sering terkena adalah pelvis dan tulang iga. 75% dari penderita
dibawah umur 20 tahun, paling sering antara 5-15 tahun.
Gambaran radiologik : tampak lesi destruksi yang bersifat infiltrat yang berawal
dimedula, pada foto terlihat sebagai daerah – daerah radiolusen. Tumor cepat merusak
korteks dan tampak reaksi periosteal, sebagai garis – garis yang berlapis – lapis
menyerupai kulit bawang ( onion peel appearance ). Tumor membesar dengan cepat,
biasanya dalam beberapa minggu tampak destruksi tulang yang luas dan pembengkakan
jaringan lunak yang besar karena infiltrasi tumor ke jaringan sekitar tulang.
20
21
BAB III
KESIMPULAN
Osteomielitis adalah infeksi tulang atau sumsum tulang. Osteomielitis dapat menyerang
orang pada semua usia. Pemeriksaan penunjang atau pencitraan yang dapat dilakukan adalah foto
polos, CT scan, MRI, dan Radioisotop bone scan, yang memiliki keunggulan masing-masing.
Pada pemeriksaan foto polos radiologi akan kita dapatkan hilangnya gambaran fasia, gambaran
litik pada tulang (radiolusen), sequester dan involucrum. Pada CT scan pun akan didapatkan
gambaran serupa, namun gambaran tampak lebih jelas, gambaran didapat dari segala arah .
Jaringan yang keras secara umum lebih baik ditunjukan oleh CT scan. Gambaran MRI lebih jelas
menunjukkan perluasan patologis tulang dan jaringan lunak sekitarnya. Sedangkan pemeriksaan
scan radioisotop sensitif untuk osteomielitis disebabkan sifat radioisotop pada bone scan akan
memperlihatkan daerah kerusakan sel tulang atau gambaran kehitaman yang memusat pada
daerah sel-sel yang rusak, namun tidak spesifik, karena kerusakan sel tidak hanya ditunjukan
oleh osteomielitis saja.
Gambaran radiografi foto polos osteomyelitis sangat khas dan diagnosis dapat mudah
dibuat disesuaikan dengan riwayat klinis, sehingga pemeriksaan radiologis tambahan lainnya
seperti CT, dan MRI jarang diperlukan.
22
Daftar Pustaka
1. Rasad S. infeksi tulang dan sendi In Radiologi Diagnostik, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, edisi kedua. Jakarta, 2001. Hal 62-72
2. Rasjad C. struktur dan fungsi tulang In Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 3. Penerbit
Yarsif Watampone. Jakarta. 2007. Hal 132-41
3. Jong W, Sjamsuhidayat R. infeksi musculoskeletal In Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi kedua.
2005. ECG. Jakarta. Hal 903-910
4. Siregar P. Osteomielitis. Dalam kumpulan kuliah ilmu bedah. Bagian bedah staff pengajar FK
UI. Binarupa aksara. Jakarta. 1995. Hal 472-74
5. Sabiston, DC. Buku ajar bedah bagian 2.Edisi kesatu. Jakarta. ECG. 1994
6. Skinner H. Current Diagnosis and treatment in orthopedics. New Hampshire : Appleton &
lange. 2003
7. Emedicine.medscape.com [accesed : july 3rd 2014]
8. www.medscape.com [accesed : july 3rd 2014]
9. http://www.netterimages.com/image/10375.htm [accesed : july 3rd 2014]
23