Post on 10-Dec-2015
description
MAKALAH
“EKOLOGI MIKROBA”
untuk memenuhi tugas Mikrobiologi Lingkungan
Oleh Ibu Ida Indrawati
Penyusun :
Muthi Fatihah Nur
140410130084
Departemen Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jalan Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang dengan rahmat-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk menuliskan atau membagi pengetahun tentang Ilmu Biologi yang kini sedang digeluti dan akhirnya menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini adalah salah satu bentuk dari hasil telaah informasi yang kemudian dihimpun untuk menjadi sebuah karya tulis.
Terima kasih kepada Ibu Ida Indrawati, sebagai dosen pengajar mata kuliah mikrobiologi lingkungan yang telah memberikan penyusun tugas membuat makalah ini yang kiranya baik untuk menambah keaktifan mahasiswa dalam mencari informasi dan pengetahuan. Semoga kedepannya makalah ini dapat berguna bagi masyarakat umum dan para civitas biologi untuk menambah pengetahuan. Dan dapat digunakan pula sebagai perbandingan antar jurnal / makalah yang lainnya untuk mendapatkan kebenaran / keakuratan informasi.
Penulis juga memohon maaf apabila masih terdapat kesalahan pada nama atau species atau bahkan dari isi makalah ini sendiri. Penulis akan sangat terbuka menerima saran / kritik yang membangun agar kedepannya menjadi lebih baik.
Penyusun,
Muthi Fatihah Nur
NPM. 140410130084
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................4
1.2 Ruang Lingkup....................................................................................................................5
1.3 Tujuan Makalah.................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
ISI DAN PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
2.1 Pokok Bahasan.........................................................................................................................6
BAB III..................................................................................................................................................14
PENUTUP.........................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................14
3.2 Saran......................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikrobiologi adalah sebuah substansi hidup yang amat kecil dan tidak dapat dilihat oleh
mata telanjang. Ukurannya bisa satu juta kali lebih kecil dari makhluk hidup biasanya. Dari
segi bahasa, Mikrobiologi berasal dari kata Yunani; micros = kecil atau renik. Bio = hidup
atau kehidupan; dan logos = ilmu atau pikiran.
Jadi mikrobiologi berarti ilmu pengetahuan tentang makhluk hidup yang kecil atau jasad-
jasad renik. Istilah lain yang digunkan selain makhluk hidup yang kecil atau renik ialah :
mikroorganisme, mikroba, asal kata ; micros = kecil, ba = bio = hidup. Protista (Jasad atau
organisme yang serendah rendahnya, hanya terdiri dari 1 sel. (Kamus kedok A. Ramali )
Sedangkan secara harfiah, ekologi mengakar pada dua kata dari bahasa Yunani
yakni Oikos dan juga Logos. Oikos berarti rumah atau tempat untuk hidup. Kemudian Logos
adalah ilmu. Jadi, bisa disimpulkan bahwapengertian ekologi secara sederhana adalah ilmu
yang mempelajari mahluk hidup di dalam rumahnya, atau bisa juga dikatakan bahwa ekologi
adalah ilmu mengenai rumah tangga mahluk hidup. Sebagian ilmuan juga menyepakati
bahwa pengertian ekologi tak lain adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan
antara organisme dengan lingkungannya.
Pada kesempatan kali ini, dalam lingkup Mikrobiologi Lingkungan terdapat bidang yang
erat terkait dan seringkali dipersepsikan sama dengan mikrobiologi lingkungan yaitu:
EKOLOGI MIKROBA. Mikroba perlu dikembangbiakkan dan dikembangkan kehidupannya.
Untuk itu perlu media atau habitat yang tepat agar mikroba tersebut bisa hidup dengan
maksimal dan berinteraksi dengan sekitarnya. Karena keterkaitannya tersebut, Ekologi
Mikroba penting untuk dipelajari sebagai langkah awal memahaminya.
1.2 Ruang Lingkup
Makalah ini mencakup definisi dan pengertian dari ekologi mikroba secara umum,
jenis-jenis ekologi mikroba, dan mengambil salah satu contoh dari mikroba di suatu
habitat.
1.3 Tujuan Makalah
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :
a. Mengetahui definisi dari ekologi mikroba secara umum
b. Mengetahui jenis-jenis ekologi Mikroba
c. Mengerti perbedaan dari jenis ekologi Mikroba
d. Mengetahui habitat yang paling menguntungkan untuk mikroba
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ekologi mikroba adalah Ilmu yang mempelajari tentang timbal balik antara mikroba
dan lingkungan hidupnya. Satuan dasar ekologi adalah ekosistem. Sistem ini mencapai
komponen-komponen biotik maupun abiotik. Komponen biotik adalah masyarakat kehidupan
organisme atau biozonose. Komponen abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor
fisik dan kimia.
Ekosistem dalam ekologi mikroba dapat berupa system mikro dan system makro.
Secara umum setiap system memiliki ciri-ciri yaitu adanya dinamika populasi,
keanekaragaman, mekanisme adaptasi dan adanya hubungan antarorganisme yang ada di
dalam system tersebut. Contohnya yaitu tanah sebagai suatu sistem, memiliki anggota
komunitas yang tersusun dari berbagai populasi mikroba yaitu bakteri, Actinomycetes, virus,
khamir dan protozoa. Macam dan jumlah mikroba tanah tersebut dipengaruhi oleh faktor-
faktor jenis tumbuhan, pH, temperatur, curah hujan, macam tanah dan kelembaban tanah.
2.1 Pokok Bahasan
Mikrobiologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari kehidupan makhluk yang bersifat
mikroskopik. Mikrobiologi farmasi merupakan ilmu yang mempelajari tentang peranan serta
kehidupan mikroorganisme dalam bidang farmasi.
Kualitas mikrobiologi dari suatu produk-produk farmasi dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dimana produk-produk farmasi tersebut dibuat dan juga bahan-bahan yang
digunakan dalam pembutannya, keculai sediaan yang telah disterilkan pada pengisian
terakhir. Mikroflora pada produk akhir tersebut dapat menunjukkan asal pencemara dari
bahan-bahan yang digunakan, peralatan, atmosfir, para pekerja atau personalia atau, wadah
yang membungkusnya (kemasan). Beberapa kontaminan dapat bersifat patogen terhadap
yang lainnya, dan dapat tumbuh, bersama-sama dengan pengawet dan akhirnya dapat
merusak produk-produk tersebut. Beberapa mikroorganisme, dapat dimatikan dengan cara-
cara sterilisasi seperti cara pemanasan , tetapi masih tetap juga meninggalkan sisa-sisa berupa
pirogen atau sisa-sisa sel yang bersifat toksis, karena pecahan-pecahan pirogen berupa lipid
A yang berada dalam dinding sel, tidak dihancurkan pada kondisi yang sama pada setiap
mikroorganisme.
Banyak sekali bakteri yang sangat berperan dalam bidang industri, misalnya Clostridium
butiricum penghasil asam butirat, Propioni bacterium penghasil asam propionat dan
Acetobacter sp. Penghasil asam asetat, Lactobacillus sp. digunakan untuk membuat yogurt,
mentega, dan keju. Clostridium acetobutylicum penghasil aseton –butanol, Bacillus
polymixia dan Enterobacter aerogenes penghasil 2,3-butanadiol, Lactobacillus debruekki
penghasil asam laktat, Bacillus subtilis penghasil amilase dan protease, Brevibacterium sp.
penghasil asam glutamat sebagai bahan baku pembuatan veksin, Micrococcus glutamicus
penghasil lysine.
A. Orientasi Habitat Mikrobiologi Air
Ilmu yang mempelajari tentang peri kehidupan dan peranan mikroba dalam air.
Mikrobiologi Tanah
Ilmu yang mempelajari tentang peri kehidupan dan peranan mikroba dalam tanah.
Mikrobiologi Laut
Ilmu yang mempalajari tentang peri kehidupan mikroba yang hidup dalam habitat air laut.
B. Pola dan Aspek Ekologi
Ciri kehidupan yang menonjol adalah adanya saling ketergantungan antar organisme
Jadi dapat dikatakan bahwa tidak ada organisme dapat bertahan hidup tanpa bantuan dari
bentuk kehidupan lain. Di alam bebas kita berkumpul di dalam suatu medium yang sama,
misalnya di dalam tanah, di dalam kotoran hewan, di dalam sampah-sampah, di dalam
kubangan dan lain sebagainya.
Lokasi atau tempat tinggal yang spesifik dari suatu organisme disebut habitat,
sedangkan suatu peranan atau fungsi yang spesifik dalam komunitas disebut niche.
Adapun beberapa habitat alam dari mikroorganisme tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tanah
Tanah merupakan sumber yang kaya akan mirkoorganisme. Kebanyakan
mikroorganisme di sini bersifat apatogfen bagi manusia. Bakteri pathogen yang
terdapat di tanah adalah: Clostridium tetani, Clostridium perfringens, Clostridium
botulinum, Bacillus anthracis.
2. Air
Kebanyakan air tawar dan laut mengandung mikroorganisme. Mikroorganisme
pathogen di air adalah: Salmonella dan Shigella sp., Vibrio cholrae, Legionella,
Entamoeba histolytica, Escherichia coli.
3. Udara
Walaupun mikroorganisme sering ditemukan di udara, namun tidak berkembang biak
di udara. Udara dalam ruangan mungkin mengandung bakteri dan virus pathogen
yang berasal dari kulit, tangan, pakaian dan terutama dari saluran napas atas manusia.
4. Makanan
Susu dari sapi normal yang diperah secara asepsis masih mengandung 100 – 1000
mikroorganisme non pathogen per milliliter, dan kadang terdapat mikroorganisme
pathogen yang mungkin berasal dari sapi yang sakit atau dari proses pemerahan,
seperti: Mycobacterium tuberculosis, Salmonella, Streptococcus, Corynebacterium
diptheriae, Shigella, Brucella dan Staphylococcus penyebab keracunan makanan.
C. Interaksi Mikroorganisme
Interaksi mikroorganisme adalah hubungan timbal balik antara mikroba dengan
mikroba lainnya maupun dengan organisme yang lebih tinggi. Tidaklah mudah untuk
menyelidiki pengaruh atau hubungan hidup antar spesies itu, namun pengaruh timbal balik
itu pastilah ada, karena suatu spesies yang mencerna suatu zat makanan akan menimbulkan
perubahan kimia dalam komposisi substrat, seperti mengurangi persediaan oksigen,
mengubah pH, dan lain-lain yang mempengaruhi kehidupan spesies yang lain. Pengaruh itu
mungkin bersifat baik, mungkin bersifat buruk, mungkin juga tidak mempunyai efek sama
sekali.
Hubungan timbal balik antar makhluk hidup (mikroorganisme) tersebut dapat dibedakan
sebagai berikut:
1. Netralisme (tidak saling mengganggu)
Sangat boleh jadi di dalam tanah atau di dalam kotoran hewan terdapat banyak
makhluk hidup yang dapat hidup bersama dengan tidak saling merugikan, tetapi juga tidak
saling menguntungkan. Meskipun di dalam satu medium yang sama, namun masing-masing
spesies memerlukan zat-zat yang berbeda sehingga tidak perlu ada perebutan zat makanan.
Baik terpisah maupun terkumpul, mereka dapat hidup sendiri-sebndiri. Hubungan yang
demikian itu disebut netralisme.
2. Kompetisi (Persaingan)
Kebutuhan akan zat makanan yang sama dapat menyebabkan terjadinya persaingan
antar spesies. Sebagai contoh, bila persediaan oksigen dalam suatu medium berkurang, maka
bakteri aerob akan dikalahkan oleh bakteri fakultatif anaerob. Jika persediaan oksigen habis
sama sekali, maka pertumbuhan bakteri fakultatif anaerob tadi akan berhenti, sedangkan
bakteri anaerob akan tumbuh dengan subur. Pada umumnya bahwa dua spesies yang hidup
bersaing akan saling merugikan, jika ditumbuhkan di dalam suatu tempat yang sama, dan
akhirnya yang menanglah yang dapat bertahan sedangkan yang kalah akan punah.
3. Antagonisme (hidup berlawanan)
Antagonisme menyatakan suatu hubungan yang asosial. Spesies yang satu
menghasilkan sesuatu yang meracuni spesies yang lain, sehingga pertumbuhan spesies yang
terakhir sangat terganggu karenanya. Beberapa bentuk antagonisme diantaranya adalah antara
Streptococcus lactis dan Bacillus subtilis atau Proteus vulgaris. Jika ketiga spesies tersebut
ditumbuhkan bersama-sama di dalam suatu medium, maka pertumbuhan Bacillus dan Proteus
akan segera tercekik karena adanya asam susu yang dihasilkan oleh Streptococcus lactis.
Pseudomonas aeruginosa menghasuilkan suatu pigmen biru piosianin yang merupakan racun
bagi beberapa spesies bakteri dan juga beberapa hewan. Selanjutnya semua pengobatan
penyakit infeksi dengan menggunakan antibiotic didasarkan atas antagonisme.
4. Mutualisme
Mutualisme adalah suatu bentuk simbiosis antara dua spesies dimana masing-masing
yang bersekutu mendapatkan keuntungan. Misalnya bakteri yang hidup di dalam usus
memperoleh nutrient dari makanan yang terdapat di usus. Sebaliknya bakteri dapat
menghasilkan zat yang berguna bagi tubuh manusia, seperti vitamin K.
5. Komensalisme
Jika dua spesies hidup bersama kemudian spesies yang satu mendapatkan keuntungan,
sedangkan spesies yang lain tidak diragukan olehnya, maka hubungan hidup antara kedua
spesies itu disebut komensalisme. Spesies yang beruntung disebut komensal, sedangkan
spesies yang memberikan keuntungan disebut inang (hospes).
Hubungan hidup yang terdapat antara Saccharomyces dan Acetobacter merupakan suatu
contoh komensalisme. Saccharomyces menghasilkan alcohol yang tidak diperlukan lagi,
sedangkan alcohol ini merupakan zat makanan yang mutlak bagi Acetobacter. Dan di dalam
usus tebal hewan maupun manusia banyak terdapat bakteri yang hidup sebagai komensal.
6. Parasitisme
Jika satu pihak dirugikan sementara ia sendiri mendapatkan untung disebut parasitisme.
Bila parasit hidup di dalam jaringan atau sel hospes, maka disebut endoparasit (=infeksi).
Bila hidupnya pada permukaan kulit maka disebut ektoparasit (=infestasi).
Hubungan yang ada antara virus (Bakteriofage) dengan bakteri itu suatu hubungan yang
hanya menguntungan virus saja. Virus tidak dapat hidup di luar bakteri atau sel hidup
lainnya. Sebaliknya, bakteri atau sel lainnya yang menjadi hospes akan mati karenanya.
Kehidupan parasit berarti kematian hospes.
Suatu aspek ekologi bakteri yang penting adalah kesanggupan sel-sel itu melekat pada
benda-benda padat. Karena suatu cirri ekosistem alam menunjukkan bahwa bakteri jarang
ditemukan mengambang bebas dalam air. Bakteri biasanya ditemukan melekat pada partikel-
partikel tanah dan sisa-sisa bahan organik dalam tanah, bahan-bahan organik yang tersuspensi
dalam air laut, air danau, batu-batuan dalam sungai, kulit, gigi, membrane epithelium hewan
dan manusia serta pada kutikula tumbuhan.
Salah satu contoh dari adhesi spesifik yang tidak ada sangkut pautnya dengan enzim
adalah bakteri yang membentuk bercak (plaque) pada gigi. Streptococcus mutans
menghasilkan dekstran (suatu polimer glukosa) yang mengikat sel itu bersatu dan
memungkinnya melekat sangat kuat pada hidrosi apatit dari email gigi.
Inokulasi Streptococcus mutans pada hewan bebas kuman ini mendapat karies dentis.
Dalam keadaan normal, bakteri ini biasa ditemukan pada gigi berkaries. Streptococcus
mutans dapat membentuk dekstran bila terdapat sukrosa dalam makanannya, akibatnya gigi
akan rusak membusuk. Menghindarkan gula dalam diet atau perawatan dengan dekstranase
dapat mencegah kolonisasi Streptococcus mutans, tetapi tidak seluruhnya menghindarkan
karies, karena ada bakteri lain yang juga menyebabkan karies.
D. Pengaruh Unsur Ekologis Terhadap Mikroorganisme
Tiap-tiap makhluk hidup itu keselamatannya sangat tergantung kepada keadaan
sekitarnya, terlebih-lebih mikroorganisme makhluk-makhluk halus ini tidak dapat menguasai
faktor-faktor luas sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekalitergantung kepada keadaan
sekelilingnya, satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri ialah dengan menyesuaikan diri
(adaptasi) kepada pengaruh faktor-faktor luar penyesuain diri dapat terjadi secara cepat serta
bersifat sementara waktu, akan tetapi dapat pula perubahan itu bersifat permanen sehingga
mempengaruhi bentuk morfologi serta sifat-sifat fisiologis yang turun-menurun. Kehidupan
bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Akan tetapi juga
mempengaruhi keadaan lingkungan. Misal, bakteri termogenesis menimbulkan panas di
dalam media tempat ia tumbuh (Dwidjoseputro, 1998).
Faktor lingkungan penting artinya dalam usaha mengendalikan kegiatan mikroba, baik
untuk kepentingan proses ataupun pengendalian. Lingkungan ataupun pengendalian.
Lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan mikroba, dapat berbentuk
lingkungan abiotik (fisik dan kimia), misalnya temperatur, kelembapan, tekanan osmosa, pH,
senyawa toksik, arus listrik, radiasi, tegangan muka dan tekanan hidrostatik dan mekanik.
Sedangkan lingkungan biotik yaitu asosiasi dan hama (Suriawiria, 2005).
Keberadaan mikroorganisme di lingkungan dapat dipengaruhi kepekatan suspensi atau
cairan di lingkungan. Bila kepekatan suspensi di lingkungan rendah maka akan terjadi
pergerakan massa cair ke dalam sel. Medium yang paling cocok bagi kehidupan bakteri ialah
medium yang isotonik terhadap isi sel bakteri. Jika bakteri ditempatkan di dalam suatu
larutan yang hipertonik terhadap isi sel bakteri, maka bakteri akan mengalami plasmolisis.
Larutan garam atau larutan gula yang agak pekat mudah benar menyebabkan terjadinya
plasmolisis ini. Sebaliknya, bakteri yang ditampatkan di dalam air suling akan kemasukan air
sehingga dapat menyebabkan pecahnya bakteri; dengan kata lain, bakteri dapat mengalami
plasmoptisis (Anonim, 2014).
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, akan tetapi
juga mempengaruhi keadaan lingkungan misalnya bakteri thermogenesis yang akan
menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri juga dapat mengubah pH dari
medium tempat dia hidup yang mana perubahan ini disebut dengan perubahan secara kimia.
Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-fakktor
abiotik. Adapun faktor-faktor biotik tersebut terdiri dari makhluk hidup atau organism
maupun mikroorganisme, sedangkan untuk faktor-faktor abiotik terdiri atas faktor-faktor
alam atau faktor fisika dan faktor-faktor kimia baik sintetik atau buatan manusia ataupun
secara alami telah ada atau non sintetik (Dwidjoseputro, 1998).
Efek radiasi berupa inframerah bila diserap oleh benda yang tidak memantulkannya,
energi yang relatif rendah dikeluarkan sebagai panas. Panas yang dikeluarkan ini dapat
menjadi letal bagi mikroorganisme. Sinar X mempunyai daya penetrasi yang cukup kuat,
sehingga mengakibatkan pembuatan dan pemecahan gugus hidrogen dari DNA yang
berlangsung secara abnormal dan gangguan struktur molekuler sekunder. Penyinaran singkat
bersifat mutagen dan karsinogen, penyinaran lebih lama adalah letal, tetapi penggunaan sinar
X untuk sterilisasi rutin adalah mahal dan dapat membahayakan (Irianto, 2006).
pH berpengaruh terhadap sel dengan mempengaruhi metabolisme, pada umumnya bakteri
tumbuh dengan baik pada pH netral (7,0). Berdasarkan nilai pH yang dibutuhkan untuk
kehidupan dikenal 3 kelompok mikroorganisme, yaitu asidofilik, mesofilik, dan basofilik.
Asidofilik adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 2,0-5,0. Mesofilik(neutrofil),
adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 3,5-8,0, dan alkalifik, adalah kelompok
mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4-9,5.
Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaan cairan tersebut menyerupai
membran yang elastis. Seperti telah diketahui protoplasme mikroba terdapat di dalam sel
yang dilindungi dinding sel, maka apabila ada perubahan tegangan muka dinding sel akan
mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan bentuk morfologinya. Zat-zat seperti sabun,
deterjen, dan zat-zat pembasah (surfaktan) seperti Tween80 dan Triron A20 dapat
mengurangi tegangan muka cairan atau larutan. Umumnya mikroba cocok pada tegangan
muka yang relatif tinggi (Dwidjoseputro, 1998).
Kandungan air (Pengeringan). Setiap mikroba memelukan kandungan air bebas tertentu
untuk hidupnya, biasanya diukur dengan parameter āw (water activity) atau kelembapan
relatif. Mikroba pada umumnya dapat tumbuh pada āw 0,998 – 0,6. Bakteri umumnya
memerlukan āw 0,90 – 0,999. Mikroba yang osmotoleran dapat hidup pada āw terendah (0,6)
misalnya khamir Saccharomyces rouxii. Aspergillus glaucus dan jamur benang lainnya dapat
tumbuh pada āw 0,8. Bakteri umumnya memerlukan āw 0,75. Mikroba yang tahan
kekeringan adalah yang dapat membentuk spora, konidia atau dapat membentuk krista
(Anonim, 2014).
Temperatur merupakan salah satu faktor yang penting di dalam kehidupan. Beberapa
jenis mikroba dapat hidup pada daerah temperatur luas, sedang dan jenis lainnya. Pada
umumnya batas daerah temperatur biologi kehidupan mikroba terletak antara 0o C – 90o C
dan kita kenal ada temperatur minimum, optimum dan maksimum. Temperatur minimum
adalah nilai paling rendah dimana kegiatan mikroba dapat berlangsung. Temperatur
maksimum adalah temperatur tertinggi yang masih dapat digunakan untuk aktivitas mikroba,
tetapi pada tingkatan kegiatan fisiologi yang paling minimal. Sedangkan temperatur yang
paling baik bagi kegiatan hidup dinamakan temperatur optimum (Dwidjoseputro, 1998).
Faktor lingkungan biotik yang menghambat pertumbuhan mikroba antara lain hama dan
asosiasi. Hama dapat dinyatakan sebagai pengganggu pertumbuhan. Bermacam-macam
asosiasi di antara mikroba mulai dari bentuk asosiasi yang sangat erat sampai dengan bentuk
asosiasi yang sangat renggang. Simbiosis adalah asosiasi diantara dua atau lebih jasad
(Pelczar, 2006).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekologi Mikroba adalah Ekologi mikroba adalah Ilmu yang mempelajari tentang
timbal balik antara mikroba dan lingkungan hidupnya.. Ia bisa berada di habitat laut, udara,
atau tanah. Namun dalam pola dan aspek ekologisnya ia bisa tinggal di udara, air, tanah,
makanan, manusia, dan lain-lain. Mikroorganisme tersebut yang berada di lingkungan
mereka akan berinteraksi. Interaksi tersebut bisa termasuk simbiosis, netralisme,
antagonisme,dan lain-lain. Suhu, tegangan, kelembaban (faktor lingkungan) dan faktor biotik
akan mempengaruhi pertumbuhan mikroba.
3.2 Saran
Ada baiknya bila tema yang diberikan untuk pembuatan makalah lebih spesifik atau
tidak megambil tema umum, karena akan terlihat perbedaan spesifikasi materi yang diabil
oleh setiap mahasiswa. Dan sumber yang bisa menjadi referensi tidak sama isinya. Tapi
bagaimanapun pembuatan makalah ini dilakukan dengan sebenar-benarnya. Bila ada
kesalahan nama atau penjelasan, penulis akan sangat senang mendapat perbaikan demi hasil
yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan.
Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi. Bandung: Yrama Widya.
Pelczar. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Prescott, L, M, a.t. 1993. Microbiology Second ed. Oxford: Brown Communication.
Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Bandung: Angkasa.