Post on 21-Jul-2015
1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fieldtrip Kewirausahaan I bertujuan memberikan pengetahuan serta
informasi khususnya kepada seluruh mahasiswa/mahasiswi Fakultas Pertanian
Program Studi Agribisnis Universitas Baturaja mengenai dunia Kewirausahaan.
Fieldtrip yang di lakukan adalah untuk mengetahui cara proses pembuatan
Kain Songket, pembuatan pempek dan pembuatan mie serta mengikuti seminar
yang diadakan di PT.Indofood. Fieldtrip kewirausahaan I dilaksanakan pada
tanggal 5-6 januari 2014 di ikuti oleh kurang lebih 56 orang
mahasiswa/mahasiswi agribisnis semester 3 dan semester 5.
Dalam kegiatan praktek lapang Mahasiswa Agribisnis di utamakan untuk
kunjungan ke tempat pengrajin kain songket yang cara pembuatanya sangat baik
dan juga pemasaran kain songket yang bagus. Fieldtrip ini bertempat di kota
Palembang Sumatra Selatan. Disana terdapat sentral pengrajin kain songket dan
terutama yang kami kunjungi itu adalah Songket Fikri selain itu kami
mengunjungi tempat pembuatan pempek yaitu pempek Hesty dan selanjutnya
kami berkunjung di sebuah perusahaan PT,Indofood. Setelah mengenal beberapa
pengrajin songket,pempek dan PT.Indofood yang akan kita coba untuk setiap
daerah, dan mahasiswa Agribisnis di harapkan mengetahui teknik percobaan yang
efektif dan efisien serta mendapatkan produktifitas yang optimum serta tahu
bagaimana cara – cara pemasaranya.
2
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut yaitu
1. Mengetahui bagaimana cara pembuatan Kain Songket di kota Palembang
Provinsi Sumatra Selatan
2. Mengetahui bagaimana cara pembuatan pempek Hesty bertempat di daerah
16 ilir
3. Mengetahui cara pembuatan mie di PT.Indofood di kota Palembang provinsi
Sumatera Selatan.
C. Manfaat
Manfaat dari pembuatan laporan yang diharapkan diantaranya :
1. Mahasiswa/mahasiswi dapat berfikir kritis untuk dapat berwirausaha,
2. Menciptakan rasa kebersamaan dan solidaritas antar mahasiswa/ mahasiswi
khususnya pada semester 3 dan semester 5.
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kewirausahaan
Mata kuliah kewirausahaan I sudah menjadi salah satu mata kuliah wajib di
Fakultas Pertanian pada program studi agribisnis. Hal ini atas dasar mengarahkan
pendidikan Indonesia untuk menghasilkan jiwa-jiwa entrepreneurship (proses
mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan).
Karena saat ini, mahasiswa tidak hanya di persiapkan sebagai calon tenaga kerja,
tetapi juga siap sebagai pemilik usaha yang menciptakan lapangan kerja baru.
Karena pada kenyataan nya, data menunjukkan lebih dari 70% industri di
Indonesia padat karya dengan SDM yang kurang atau tidak berktrampilan
(Ramhan,2012:236).
Sementara, di satu sisi Indonesia telah menerapkan liberalisasi jasa yang
artinya tenaga kerja Indonesia akan langsung bersaing dengan tenaga kerja asing.
Dengan demikian , persaingan tenaga kerja lebih komperatif dalam pasar bebas
dan globalisasi. Dalam hal inilah, perlu reformasi pendidikan yang menyeluruh,
baik dalam kurikulum maupun teknik-teknik pembelajarannya. Tenaga kerja yang
multi sklling menjadi suatu kebutuhan dalam menciptakan multi source income.
Tujuan umum mata kuliah kewirausahaan ini antara lain agar mahasiswa :
4
1) mampu berfikir kritis, kreatif, sistematik, ilmiah, berwawasan luas dan
memiliki etos kerja;
2) memiliki semangat berwirausaha dan berjiwa bisnis;
3) memiliki kesadaran akn pentingnya ilmu pengetahuan untuk memulai dan
mengembangakan bisnis;
4) memiliki kesadaran untuk berubah menjadi budaya mencari lapangan kerja
menjadi budaya menciptakan lapangan kerja;
5) memiliki kesadaran untuk melakukan perubahan dengan melahirkan
kemampuan dan memiliki cita cita yang tinggi. Kompetisi dasar yang di
harapkan dari pembelajaran kewirausahaan ini adalah menjadi ilmuwan dan
professional yang berfikir kreatif, inovati, sistematik dan ilmiah serta menjadi
wirausaha yang berbasis ilmu pengetahuan dengan modal bisnis.
Kuliah kewirausahaan ini berbeda dengan perkuliahan pada umumnya. Hal
ini di karenakan pada mata kuliah ini para mahasiswa tidak semata belajar tentang
materi atau teori kewirausahaan semata, tetapi juga ada motivasi dan praktik
berwirausaha. Oleh karena itu, mahasiswa di latih untuk kreatif dalam
mengembangkan ide, gagasan juga meningkatkan keterampilanya. Dengan
demikian, etos kemandirian dan kepemimpinan sungguh di latih dan di pantau
proses dan kemajuanya.
Materi Kewirausahaan dapat di kelompokan menjadi empat kategori.
Pertama perspektif kewirausahaan yakni bersifat pengetahuan dan harus di
ketahui oleh mahasiswa. Persfektif kewirausahaan meliputi beberapa hal seperti :
jenis jenis kewirausahaan, manfaat berwirausaha, dan kiat kiat melakukan usaha.
5
Temuan menunjukan hamper semua proses kontruksi pengetahauan bersifat
kognitif dengan metode pembelajaran tutorial. Kedua, aspek manajerial yang
dapat melakukan analisia SWOT, membuat perencanaan dan analisis pasar,
keempat, aspek karakter prilaku.
Yang bersifat kontruksi kognitif dengan memberikan dan mencari contoh
kegiatan sehari hari, etika seorang wirausaha, dan norma melakukan usaha.
Kelima, aspek keterampilan yang di ketahui bahwa mahasiswa telah melakukan
usaha antara lain jual pulsa, ternak ayam, jual bensin, usaha ikan air tawar.
Mengenai metode dalam penyampain materi pembelajaran kewirausahaan,
umumnya dalam bentuk tutorial, brainstorming, simulasi, bussines game,
ceramah, kerja kelompok, unjuk kerja, presentasi, tugas individu/latihan,
pemecahan masalah, guru tamu, dan studi kasus. Namun dari 125 responden
mahasiswa menunjukan hanya 60 persen responden yang mngeikuti pembelajaran
melalui kunjungan usaha ( field trip ). Sementara mata kuliah Kewirausahaan, ini
bersifat aplkatif dan bahkan melihat (magang) langsung.
Unsur unsur yang tercermin dari implementasi mahasiswa dalam
berwirausaha di antaranya meliputi kreatifitas (57%), inovasi (3%), kmandirian
(1%) dan kepemimpinan (5%) dari 125 responden, mahasiswa memilih kreatifitas
sebagai unsure yang paling dominan terhadap 92,8% pengembangan
kewirausahaan, 2,4% inovasi, 0,8% kemandirian dan 4% kepemimpinan, sebesar
38% mahasiswa sudah memiliki bisnis usaha dalam bentuk mikro, sedangkan 4%
dalam bentuk bisnis gabungan, dan sisanya 65,6% adalah mahasiswa yang telah
atau sedang mengambil mata kuliah kewirausahaan namun belum memiliki suatu
6
usaha bisnis. Sementara itu aspek aspek kewirausahaan yang diiimplementasikan
pada wirausaha, dengan presentase tertinggi yaitu perencanaan bisnis (bussines
planning) (34,4%), sedangkan aspek kewirausahaan kepemimpinan dan
kemandirian hanya sebesar 0,8%.
Mengenai cara memperoleh ilmu pengetahuan dan informasi mengenai
kewirausahaan di ketahui paling banyak di dapat dari buku/modul (32%) dan
sumber bacaan dari internet (22,4%). Sementara sisanya ada juga mahasiswa
yang tidak ingin mencari tahu mengenai kewirausahaan. Hal ini menggambarkan
bahwa mahasiswa saat ini lebih suka akan hal yang praktis dan mudah di
dapatkan. Mereka tidak terbiasa untuk mencari ilmu pengetahuan dengan turun
lapangnan langsung untuk praktek atau megang atas inisiatifnya sendiri.
Sementara, untuk menjadi seorang entrepreneur di perlukan sejumlah
keterampilan, khususnya keterampilan memimpin seperti technical skills, human
skills, juga conceptual skills ( Saiman, 2009 ). Beberapa keterampilan tersebut
tidaklah di dapatkan secara instant, melainkan melalui proses yang panjang dan
menuntut disiplin diri.
Modal yang tidak kalah pentingya bagi seorang wirausaha adalah
kepemimpinan, selain kepercayaan dan kreativitas. Karena dengan kepemimpinsn
akan menumbuh kembangkan suatu usaha. Jika mahasiswa tidak mempunyai jiwa
kepemimpinan, bagaimana mungkin ada orang hebat yang akan bekerja
( bekerjasama ) denganya. Visi misi pun sulit tercapai tanpa kepemimpinan yang
tangguh. Kepemimpinan inilah yang akan menuntut siswa berwirausaha. Dan
proses untuk menjadi pemimpin ini bertahap, sejalan tumbuhnya usaha. Oleh
7
karena itu, proses kontruksi koknitif, afektif yang psikomotorik harus berjalan
seiring dalam pembelajaran kewirausahaan. Menyatakan bahwa rendahnya
kemampuan leadership mengakibatkan efektivitas usaha yang terbatas.
BAB III. HASIL FIELDTRIP
A. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan fieldtrip ini di adakan pada :
Hari : minggu-senin
Tanggal : 5 Januari s/d 6 Januari 2014
Waktu : 09.00WIB s/d selesai
Tempat : Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan
B. Songket Fikri
1. Asal Usul
Palembang adalah Ibukota Provinsi Sumatra Selatan Indonesia. Di daerah
ini ada sebuah kerajinan tenun yang biasa di sebut “Tenun/siwet songket
Palembang”. Kata songket berasal dari istilah sungkit dalam bahasa Melayu dan
bahasa Indonesia, yang berarti "mengait" atau "mencukit". Hal ini berkaitan
dengan metode pembuatannya; mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun,
dan kemudian menyelipkan benang emas. Selain itu, menurut sementara orang,
kata songket juga mungkin berasal dari kata songka, songkok khas Palembang
yang dipercaya pertama kalinya kebiasaan menenun dengan benang emas dimulai.
Istilah menyongket berarti ‘menenun dengan benang emas dan perak.
8
Songket adalah kain tenun mewah yang biasanya dikenakan saat kenduri,
perayaan atau pesta. Songket dapat dikenakan melilit tubuh seperti sarung,
disampirkan di bahu, atau sebagai destar atau tanjak, hiasan ikat kepala. Tanjak
adalah semacam topi hiasan kepala yang terbuat dari kain songket yang lazim
dipakai oleh sultan dan pangeran serta bangsawan Kesultanan Melayu. Menurut
tradisi, kain songket hanya boleh ditenun oleh anak dara atau gadis remaja; akan
tetapi kini kaum lelaki pun turut menenun songket. Beberapa kain songket
tradisional Sumatra memiliki pola yang mengandung makna tertentu.
2. Peralatan dan Bahan
Peralatan dan tenun songket Palembang pada dasarnya dapat di kategorikan
menjadi dua, yakni peralatan pokok dan tambahan. Keduanya terbuat dari kayu
dan bambu. Peralatan pokok adalah seperangkat alat tenun itu sendiri yang oleh
mereka di sebut sebagai “dayan”. Seperangkat alat yang berukuran 2 x 1,5 meter
ini terdiri atas gulungan ( suatu alat yang di gunakan untuk menggulung benang
dasar tenunan ), penyincing ( suatu alat yang di gunakan untuk merentang dan
memperoleh benang tenunan ), beliro ( suatu alat yang di gunakan untuk membuat
motif songket ), Cahcah yaitu alat yang digunakan untuk memasukan benang
kedasar benang yang lain, dan Gun yaitu alat untuk mengangkat benang.
Untuk peralatan tambahan yaitu Pelenting, Gala, Belero ragam, Teropong
palet. Pelenting digunakan untuk mengatur posisi benang ketika ditenun. Semua
peralatan tambahan tersebut diposisikan sehingga mudah dicapai oleh si penenun.
9
Kain dasar pembentuk tenun songket biasanya disebut Lungsin atau Lusi.
Benang ini terbuat dari kapas, kulit kayu, serat pisang, serat nanas dan daun
palem. Untuk hiasan terbuat dari benang emas dan benang sutera. Benang sutera
ini didatangkan dari cina dan Taiwan, dan untuk benang emas didatangkan dari
Jepang, India, Thailand, Jerman dan Perancis Untuk pewarna benang juga
didatangkan dari Jerman dan Inggris.
Membuat benang lungsin adalah dengan cara memutar pemberat dengan jari
tangan. Adapun bentuk pemberat tersebut seperti layaknya gasing yang bahannya
terbuat dari kayu. Di wilayah lain seperti sumatera barat, jawa, bali dan Lombok
pemberat tersebut diberi nama antih yaitu alat yang terdiri dari roda yang bisa
berputar beserta pengait untuk memutar roda tersebut.
Benang biasanya direndam didalam air sabun dengan maksud untuk
meghilangkan zat minyaknya baru kemudian dicelup pada warna yang diinginkan.
Setelah kering baru benang tersebut digulung dan disiapkan jumlah helai benang
yang akan ditenun.
3. Teknik Pembuatan Tenun Songket
Pembuatan tenun songket Palembang pada dasarnya di lakukan dalam dua
tahap, yaitu :
a. tahap menenun kain dasar dengan kontruksi tenunan rata atau polos
b. tahap menenun bagian ragam hias yang merupakan bagian tambahan dari
benang pakan.
10
Masyarakat Amerika dan Eropa menyebut cara menenun seperti ini sebagai
“inlay weaving system.
4. Tahap Menenun Kain Dasar
Pada fase ini prosesnya adalah benang yang di kain salah satu dari ujungnya
direntang diatas meja. Sedang ujung yang lainnya dimasukan kedalam sisir atau
suri. Sekitar dua puluh lima suri atau sisir diisi dengan benang dan diatur
sedekemikian rupa sehingga setiap lobang suri dapat memuat empat helai benang.
Ini nantinya digunakan untuk membentuk tepi-tepi kain. Untuk lubang yang
lainnya diisi dua helai benang disetiap lubangnya. Setelah semua benang disusun
sedememikian rupa didalam suri, barulah kemudian digulung menggunakan
gulungan yang dibuat dengan bahan kayu. Pekerjaan tersebut biasa disebut
mensayin benang atau menyajin.
Setelah proses tersebut dilanjutkan dengan memasang dua buah Gun yang
ditempatkan didekat sisir. Pekerjaan ini sesuai dengan namanya disebut
pemasangan Gun Penyeyit. Dalam posisi duduk, penenun menggerakkan dayan
dengan cara menginjak pedal untuk memisahkan benang sehingga benang bisa
dimasukkan dengan mudah melewati dayan dari arah kiri dan kanan secara
bergantian. Posisi benang yang melintang akan dirapatkan dengan dayan bersuri
sehingga akan membentuk kain dasar.
5. Tahap Pembuatan Ragam Hias
Pembuatan hiasan atau motif caranya agak rumit yaitu dengan cara
memasukan pakan tambahan kedalam kain dasar yang polos. Cara ini harus
11
dilakukan denga teliti dan melalui perhitungan yang cermat. Bagian kain dipasang
Gun kembang untuk memasukan benang emas atau sutera kedalam kain dasar
polos sehingga nantinya akan terbentuk sebuah pola atau motif yang diinginkan.
Pekerjaan membuat motif ini memerlukan waktu yang cukup lama, hal ini
dikarenakan benang emas dan sutera harus dihitung jumlahnya menurut rumusan
tertentu dan dirapatkan sedemikian, hingga satu persatu untuk mendapatkan motif
yang ingin dibuat.
Waktu pengerjaan sebuah kain songket sangat tergantung dari jenis tenunan
dan ukuran kain, juga dari kerumitan motif atau pola yang akan dibentuk dari kain
songket itu sendiri. Jadi, untuk kain songket yang halus dan rumit motifnya tentu
saja memerlukan waktu pengerjaan yang lama. Setiap hari, seorang penenun kain
songket dapat menghasilkan kain dengan panjang hanya lima sampai sepuluh
sentimeter saja. Jadi, untuk membuat kain songket berupa sarung misalnya, maka
akan menghabiskan waktu minimal dua bulan, sedangkan yang tingkat
kerumutannya rendah contohnya selendang itu hanya memerlukan waktu ± satu
bulan saja.
6. Motif Ragam Hias Tenun Songket Palembang
Beberapa motif tenun songket Palembang antara lain adalah : Lepus Piham,
Lepus Polos, Lepus Pulir Lurus, Lepus Pulir Ombak-ombak, Lepus Bintang,
Lepus Naga Besaung, Lepus Bungo Jatuh, Lepus Berantai, Lepus Limar Kandang,
Tetes Meder, Bungo Cino, Bungo Melati, Bungo Inten, Bungo Paciek, bungo
12
Suku Hijau, Bungo Betabur, Bungo Mawar, Biji Pare, Jando Berhias, Pucuk
Rebung, Tigo Negri, Emas Jantung.
Motif-motif tersebut dari dahulu hingga sekarang diwariskan secara turun
temurun sehingga polanya tidak berubah. Cara membuat pola motif hanya
dilakukan oleh orang-orang tertentu, tidak setiap penenun dapat membuat pola
motif sendiri. Penenun hanya menenun berdasarkan pola yang telah ditentukan.
jadi kerajinan menenun merupakan suatu pekerjaan yang sifatnya kolektif.
Sebagai catatan, pekerjaan menenun di Palembang seluruhnya dilakukan oleh
kaum wanita, baik tua mau pun muda. Keahlian menenun tersebut pada umumnya
diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi.
7. Nilai Budaya
Tenun Songket Palembang, jika dicermati/dilihat secara seksama, di
dalamnya terdapat nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan
dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara
lain: kesakralan, keindahan (seni), ketekunan, ketelitian, dan kesabaran.
Nilai kesakralan tercermin dari pemakaiannya yang umumnya hanya
mengenakannya pada peristiwa-peristiwa atau kegiatan-kegiatan yang ada
kaitannya dengan upacara, seperti perkawinan, upacara menjemput tamu dan lain
sebagainya. Nilai keindahan tercermin dari motif ragam hiasnya yang dibuat
sedemikian rupa, sehingga memancarkan keindahan. Sedangkan, nilai ketekunan,
ketelitian, dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang memerlukan
13
ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tanpa nilai-nilai tersebut tidak mungkin
akan terwujud sebuah tenun songket yang indah dan sarat makna.
C. Pempek Hesty
Pempek Hesty adalah salah satu nama merek dagang dari sekian banyak
deretan toko pempek yang berada di Jalan Mujahidin Nomor 198 Kelurahan
Talang Semut 26 Ilir Palembang. Pempek Hesty ini adalah pelopor penjual
pempek pertama yang mulai menggeluti usahanya pada tahun 1998 yang berada di
daerah tersebut. Nama dari Pempek Hesty itu sendiri di ambil dari nama anak
sulung Ibu Jumirah selaku owner atau pemilik dari kedai pempek yang bernama
Hesty.
Ide pertama kali muncul ketika Ibu Jumira yang berfrofesi sebagai pedagang
buah dan sayuran yang sering kali merugi akibat dari banyaknya ketersediaan
buah dan sayuran di pasaran, selain itu factor maraknya pesaing juga
menyebabkan bu Jumairah merugi akhirnya beliau pun berlih profesi sebagai
penjual emas di pasar 16 Ilir Palembang. Nyatanya usahanya pun sia - sia sampai
pada akhirnya ia memutar otaknya untuk kembali mencari peluang di pasar,
sampai ia berfikir kenapa ia taidak berjualan pempek saja, dengan alasan makanan
khas Kota Palembang adalah pempek dan arena pempek merupakan makanan
khas Palembang otomatis keberadaan nya pun di cari, oleh sebab itu ia
memberikan diri berjualan pempek.
Sampai sekarang pun kedai pempek Hesty masih exis walaupun tempatnya
yang kumuh di sertai dengan semakin menjamurnya penjual pempek di daerah itu
namun hal tersenut tidak menghalangi konsumen untuk mencicipi kuliner khas
14
Palembang tersebut. Ibu Jumirah juga mengungkapkan bahwa dia tidak takut
bersaing dengan banyaknya penjual pempek di daerah tersebut, karena dia optimis
bahwa rasa pempek dan cuka nya khas dan berbeda dari tempat lainya. Dia pun
berprinsip bahwasanya “tidak perlu tempat yang besar dan bagus dalam berbisnis
yang lebih penting adalah pendapatanya”
Pempek Hesty ini menjual aneka jenis pempek khas Palembang seperti
pempek telur, lenjer besar, lenjer kecil, pempek adakan, pempek tahu. Pempek
kulit, kapal selem, pastel serta aneka keplang, kerupuk, model dan tekwan.
Keunikan dari pempek Hesty itu sendiri yaitu terletak pada rasa cukanya yang
unik dan berbeda dari cuka pempek pada umumnya. Pempek Hesty itu sedirii
terbuat dari daging giling, ikan gabus segar di tambah dengan campuran sagu
sehingga menjadi adonan yang sesuai dengan selera konsumen.
Pempek Hesty ini pun sudah lama menjadi daya tarik konsumen local
maupun internasional untuk hanya sekedar mencicipi dan bahkan membawanya
pulang sebagai oleh oleh, seperti bule amerika, belanda dan masih banyak lagi
jelas Ibu Jumairah. Dengan jumlah pegawai kurang lebih 4 orang, mereka pun
semangat untuk melestarikan makanan khas kota Palembang.
D. PT. Indofood Sukses Makmur
PT.Indofood Sukses Makmur Tbk yang berkolasi di Palembang adalah
PT.Indofood tertentu di daerah Sumatera. Cikal bakal pabrik Indofood di
Indonesia ada sekitar 15 buah yang tersebar dari sabang sampai maroeke
sedangkan untuk di luar negri PT.Indofood sudah memiliki kurang lebih empat
pabrik seperti di Arab Saudi, Beijing Cina, Malasya, Nigeria. PT.Indofood Sukses
15
Makmur memproduksi berbagai macam produk seperti : Biskuit, Makanan
bayi, makanan ringan, mie instan, mie gelas, minyak goring, tepung terigu serta
masih banyak lagi yang lainya. Untuk produk mie instan pabrik Indofood
meproduksi 225 kilo bahan, selanjutnya dalam waktu satu jam bisa menghasilkan
400-450 dus.dalam 1 hari menggunakan 22 jam kerja dengan pembagian 3 ship
yaitu;
1. pagi jam 06.00-13.30 WIB,
2. siang jam 12.30-18.00 WIB,
3. sedangkan untuk ship malam mulai dari jam 21.00-06.00 WIB.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa PT.Indofood dapat
memproduksi 8.800 dus mie instan per hari. Seluruh produksi telah memperoleh
pengacuan mutu Internasional seperti ISO9001, 9009, HACCP serta sertifikat
hallal dari BPOM MUI Republik Indonesia.
Indofood mamapu menjamin ketersediaan produk produk nya di seluruh
tanah air. Indofood senantiasa melakukan inovasi untuk terus berkembang di masa
depan. Salah satu pabrik mie PT.Indofood yang terletak di lahan seluas 25ha di
Palembang ini lah 2000 karyawan bahu membahu bekerja sama menghasilkan
produk mie instan berkualitas tinggi, aman dan halal. Standar memproduksi
makanan terbaik seolah sudah melekat dalam setiap diri karyawan sebelum
bekerja. Para karyawan mengganti pakaian seragam bersih mereka yang telah
tersedia di loker masing masing termasuk menggunakan sepatu yang di khususkan
untuk bekerja di area produksi. Para karyawan di unit produksi juga mencuci
16
tangan mereka dengan menggunakan sabun dan disinpektan sebelum memulai
aktivitas pekerjaan. Dari sinilah pembuatan mie instan di mulai.
Dengan menggunakan teknologi terbaru terigu instan dari bogasari langsung
di pindahkan ke silam atau coper scrup. Dengan teknologi lip, tidak ada lagi
terigu yang terbuang, selain itu, kebersihan terigu juga makin terjamin dengan
adanya proses penyaringan. Dengan takaran yang pas, terigu ini kemudian di
alirkan ke tempat khusus. Terigu terpilih dari bogasari akan di aduk dengan
campuran pormula tertentu, proses pengadukan sesuai dengan takaran yang telah
di tentukan serta memiliki standar yang juga telah di tentukan.
Adonan yang telah mememnuhi persyaratan akan di bentuk menjadi adonan
dengan ketebalan tertentu melalui serangkain mesin pres sehingga menghasilkan
tekstrur dan berat mie yang tepat. Lembaran adonan kemudian di iris dan di sisir
sehingga menghasilkan mie yang bergelombang dan berbentuk jalur mie sesuai
dengan produk yang akan di produksi. Dengan menggunakan net container, mie
bergelombang itu selanjutnya di masukan ke dalam tabung yang di aliri uap
panas. Pengaturan suhu dan waktu yang tepat pada proses pengukusn ini akan
menghasilakan kualitas mie yang terbaik. Untuk menghasilkan normal noodle mie
yang telah di kukus itu kemudian di potong dan di lipat sesuai dengan sepesifikasi
produk, lalu kemudian di masukan ke dalam cetakan berbentuk kotak. Demi
terciptanya mie yang berkualitas tinggi proses ini di awasai secara tepat.
Berbeda dengan proses pembuatan normal noodle untuk pembuatan mie
kering setelah melalui proses pemotongan mie yang telah matang, mie ini tidak di
lipat melainkan langsung di masukan ke dalam cetakan berbentuk persegi
17
panjang. Lain lagi dengan proses pembuatan cup noodle cup setelah di potong mie
yang telah matang kemudian di masukan ke dalam cetakan berbentuk cup.
Untuk mengurangi kadar air potongan potongan mie pada normal noodle
dan selanjutnya di goring dengan menggunakan minyak goring nabati dari Bimoli
sehingga menhasilkan mie bekualitas tinggi yang harum, sehat, awet dan halal.
Proses penggorengan ini juga senantiasa di awasi secara ketat oleh para karyawan
terlatih. Berbeda dengan norma noodle dan cup noodle yang harus melewati
proses penggorengan untuk mengurangi kadar air pada mie kering, mie yang
sudah di cetak kemudian di panaskan dengan menggunakan mesin pengering
untuk menghasilkan mie yang berkualitas tinggi. Temperatur lamanya
pengeringan selalu di awasi dengan waktu yang tepat oleh karyawan. Setelah
melalui proses pengeringan dan penggorengan mie kemudian di dingikan
menggunakan tandent plafat agar suhu mie sesuai dengan standar yang telah di
tetapkan dan siap untuk di kemas.
Pada proses produksi cup noodle mie yang telah di didingankan ini di
masukan ke dalam cup berstandar foodchap secara otomatis. Dengan sangat
telaten serta sangat terlatih ini para karyawan memasukan bumbu, sayur kering
serta garpu yang di bungkus dalam cup. Selanjutnya cup noodle akan di pacing
secara otomatis. Untuk menjaga agar tidak terjadi kebocoran kerapatan dan
kekuatan penutup senantiasa di awasi secara ketat.
18
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dari kegiatan fieldtrip
Kewirausahaan I ini ialah agar kita sebagai generasi muda harus mulai berfikir
kreatif, dan bertindak inovatif sehingga kita tidak tertinggal oleh kemajuan global
dengan harus berani melalui berwirausaha. Dengan penerapan jiwa kewirausahaan
di harapkan kita bias membantu pemerintah dalam memberantas kemiskinan dan
pengangguran dengan menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat yang
kurang mampu dan yang sangat membutuhkan pekerjaan.
B. Saran
19
Adapun saran untuk fieldtrip Kewirusahaan I ini ke depanya, semoga
mahasiswa/mahasiswi khususnya di fakultas pertanian program studi agribisnis
bisa lebih kompak dari yang sebelumnya, mempunyai rasa solidaritas yang tinggi,
dan bisa menjaga nama baik almamater baik dalam maupun diluar Universitas
Baturaja.
DAFTAR PUSTAKA
nusantarav. departemen pendidikan dan kebudayaan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kewirausahaan, diakses 13 januari 2014 20:38 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/pempek, diakses 13 januari 2014 21:44 WIB
www.songketpalembang.blogspot.com, diakses 13 januari 2014 22:05 WIB
www.korantempo.com www.indonesiamedia.com , diakses 14 januari 2014 09:13
WIB
20
www.sumsel.go.id/ragam-pempek-kuliner-palembang / , diakses 15 januari 2014
22:56 WIB
www.kompas.com/indofood_makanan/sumsel / , diakses 15 januari 2014 23:17
WIB
www.songket-palembang.com, diakses 15 januari 2014 23:22 WIB
www.hupelita.com, diakses 15 januari 2014 00:15 WIB
LAMPIRAN
A. Tenun Songket “FIKRI”
21
22
Gambar 2 : Penulis sedang mengamati pembuat tenun songket
B. PEMPEK “Hesty”
23
Gambar 3 : Penulis Sedang Mengunjungi Kedai Pempek Hesty
C. PT.Indofood Cbp Palembang
24