Post on 15-Feb-2015
description
MAKALAH FARMAKOTERAPI II
PENYAKIT PARKINSON
DISUSUN OLEH :
1. Maria Jessica Chintya Deby (108114138)
2. Suhartati Mentari (108114139)
3. Theresia Aftria (108114141)
4. Andika Pradana Putra (108114143)
5. Ines Permata Putri (108114145)
6. Reza Pahlevi Adisaputra (108114146)
7. Liliany Inamtri Ludji (108114147)
8. Muhadela Tiara Murtiwi (108114148)
9. Palma Aprilia Talino Batuah (108114149)
10. Gilda Todingbua (108114150)
11. Lidya Eryana Puthi He (108114151)
FKK B – 2010
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2013
A. PATOFISIOLOGI
Penyakit parkinson adalah suatu penyakit neurodegeneratif, yang
disebabkan terganggunya keseimbangan neurohormon di sistem ekstrapiramidal
otak. Sistem ini mengendalikan dua sistem berseimbang yang bekerja dengan
masing-masing neuro-hormon asetilkolin ( ACh ) dan dopamin ( DA ). Pada
penyakit ini terdapat kekurangan dopamin terutama di substantia nigra. Penyakit
ini merupakan penyakit yang umum dan terdapat di seluruh dunia. Jumlah
penderitanya meningkat drastis sesuai usia sampai kira-kira 1 per 200 pada usia
diatas 70 tahun. Pada umumnya penyakit berlangsung progresif ( memburuk)
secara berangsur selama bertahun-tahun.
Penyebab dari parkinson adalah kerusakan pada sel otak pada bagian
substansia nigra (SN). Substansia nigra mengontrol banyak tipe dari pergerakan
otot dengan melepaskan neurotransmitter yang disebut dopamin. Dopamin adalah
neurotransmiter yang menstimulasi neuron motorik. Kekacauan yang ditimbulkan
bersifat progresif (semakin lama semakin parah) dan mempengaruhi berbagai
daerah di otak termasuk substantia nigra yang mengatur keseimbangan dan
gerakan. Bila produksi dopamin berkurang, sistem saraf motorik tidak mampu
mengatur gerakan dan koordinasi. Oleh karena itu parkinson digolongkan sebagai
movement disorder atau motor system disorder. Dopamin diperlukan untuk
membawa sinyal saraf dari sel otak yang satu ke lainnya.
Penurunan dopamine di substansia nigra dan ganglia basalis menyebabkan
ketidakseimbangan antara dopamine dan asetilkolin. Ketidakseimbangan tersebut
memiliki dampak pada tingkat asetilkolin yang tetap normal tetapi jumlah
dopaminnya tidak mampu menyeimbangkan jumlah asetilkolin yang ada.
Sehingga, menyebabkan tonus otot berlebihan yang ditandai dengan tremor dan
rigiditas (kaku).
Berdasarkan panduan dari United Kingdom Parkinson's Disease Society
Brain Bank, beberapa gejala umum penyakit parkinson:
1. Pergerakannya sangat lambat dan kadang ceroboh. Penderita Parkinson
membutuhkan waktu lebih lama saat beraktivitas. Menurunnya gerakan ini
dikenal dengan bradykinesia. Sebagai kelanjutannya, pasien penderita
Parkinson mengalami kondisi kaku pada saat berjalan atau berputar arah
dan tidak mampu melangkah.
Gambar 1. Perbedaan sistem koordinasi yang normal dengan keadaan Parkinson
Disease
2. Tangan atau lengan bergetar pada posisi diam atau santai. Sekitar 70-80%
pasien Parkinson mengalami resting tremor atau getara di tangan, lengan,
dagu atau wajah. Getaran ini terjadi saat pasien meletakkan tangannya di
paha pada kondisi santai atau saat hendak mengambil cangkir teh.
3. Penderita mengeluh merasakan tegang atau sakit, kekakuan pada otot,
lengan dan tubuh hingga sulit untuk bergerak. Bangun dari tempat tidur
atau berdiri dari kursi menjadi sangat sukar. Orang yang menderita
Parkinson jarang membuat gerakan-gerakan spontan dan kehilangan
ekspresi pada wajah.
4. Penderita tidak bisa bertahan lama dalam posisi berdiri. Petunjuk
umumnya penderita akan kehilangan keseimbangan tubuh dan bisa
terjatuh. Mereka biasanya akan berjalan dengan langkah-langkah kecil dan
lambat.
5. Terjadi masalah pada sisi lain tubuh anda. Gejalanya berupa jari-jari yang
bergetar atau kekakuan pada kaki. Pergerakan motoris pada penderita
parkinson awalnya hanya mengganggu satu sisi tubuh. Selanjutnya dalam
beberapa tahun kedepan gangguan ini akan menyebar ke sisi yang lain.
6. Perubahan tulisan tangan. Suatu hal aneh yang mudah diketahui dari
penderita Parkinson adalah tulisan tangannya menjadi lebih kecil dan
berdesakan. Gejala ini bisa dianggap sebagai petunjuk awal dari kesulitan
gerak motorik.
7. Penderita seperti kekurangan tenaga. Penderita Parkinson biasanya akan
mengalami depresi sebelum timbulnya masalah dengan pergerakan. Para
ahli yakin, kelainan mental merupakan bagian dari penyakit Parkinson
sendiri, bukan hanya reaksi dari memiliki penyakit ini.
8. Saat penderita berjalan, satu tangan tidak berayun sebanyak tangan lainnya
dan pergerakan yang lambat ini akan menjalar pada seluruh tubuh. Sebagai
contoh, awalnya tangan berayun lebih lamban dari biasanya, selanjutnya
diikuti dengan jarang berkedip dan menelan ludah.
9. Penderita tidak mengenal bau-bauan. Pada tahapan awal, penderita
Parkinson sering kehilangan indra penciuman karena proses menurunnya
perkembangan syaraf.
10. Kata-katanya sulit didengar dan dipahami. Penyakit Parkinson membuat
suara penderita menjadi pelan, lemah dan sukar dimengerti.
Jenis-jenis Parkinson
a. Parkinson primer
Parkinson primer belum diketahui penyebab pastinya. Kemungkinan
hal ini bisa dikarenakan oleh factor genetik.
b. Parkinson sekunder
Parkinson sekunder ini biasanya terjadi pada umur lebih dari 60 tahun
dan terjadi karena factor lingkungan, seperti pasca trauma, tumor,
mengonsumsi obat-obatan antagonis dopamine, Keracunan logam
berat, anoksia, dll.
B. PENYEBAB PENYAKIT
Kebanyakan orang yang menderita penyakit Parkinson tidak diketahui
penyebab pastinya (idiopatik). Namun ada juga hal lainnya yang dapat memicu
timbulnya penyakit ini yaitu:
Pasien mengkonsumsi obat-obat antagonis dopamine seperti fenotiazin,
benzamid, metildopa, reserpine, metoklopramid, SSRI(Selective Serotonin
Reuptake Inhibitor), Amiodarone, Diltiazem, AsamValproat
Keracunan logam berat, seperti Mn
Faktor genetik
Anoksia (keracunan CO)
Pasca trauma
C. STRATEGI PENGOBATAN
Managemen terapi untuk penyakit Parkinson pada awal gejala mungkin
memerlukan terapi obat atau tidak. Terapi non farmakologis dapat dilakukan
seperti mengatur nutrisi, edukasi, dan berlatih. Terapi farmakologis dapat
diberikan dengan selegilin (inhibitor MAO-B) pada pasien berusia kurang dari 60
atau di atas 60 tahun, tetapi bila terjadi ketidakmampuan fungsional dapat
diberikan levodopa, kombinasi karbidopa-levodopa atau agonis dopamin
(lysuride, bromokriptin, apomorfin). Bila pasien mengalami tremor dapat
diberikan amantadin (peningkat release dopamin) atau senyawa antikolinergik
(benzheksol, benztropin).
D. OBAT PILIHAN
Penulis akan membahas terapi obat untuk penyakit parkinson sekunder
yaitu pada pasca trauma yang menyebabkan adanya kerusakan pada substansia
nigra sehingga tidak mampu memproduksi dopamin yang cukup. Obat yang
digunakan adalah Sinemet, yang merupakan kombinasi dari L-dopa dan
Karbidopa.
Gambar 2. Terapi pada penderita Parkinson disease
Terapi penggantian dengan pemberian dopamin dari luar sulit dilakukan
karena kemampuan dopamin menembus barier saraf sangat rendah karena sifatnya
yang hidrofil. Untuk itu diberikan prekursor berupa Levodopa. Levodopa (L-
dopa) merupakan suatu prekursor metabolik dopamine yang menembus sawar
otak. L-dopa diperlukan dalam dosis besar karena sejumlah besar obat ini
mengalami dekarboksilasi menjadi dopamine di perifer. Untuk meningkatkan
kadar dopamin dilakukan pemberian kombinasi Karbidopa/L-dopa (Sinemet
10/100; 25/250). Dengan adanya karbidopa ternyata dapat meningkatkan kadar
dopamin di otak. L-dopa sebaiknya dihindari dengan pemberian bersama vitamin
B6 (piridoksin) karena dapat menurunkan efek L-dopa.
Karbidopa adalah suatu inhibitor dopamine dekarboksilasi yang tidak
menembus sawar darah otak. Obat ini mengurangi metabolism L-dopa di perifer
sehingga meningkatkan jumlah L-dopa yang mencapai otak. Karbidopa dan L-
dopa saat ini dikombinasikan. Kombinasi ini merupakan contoh utama interaksi
obat menguntungkan yang rasional didasarkan pada mekanisme kerja kedua obat.
Efek samping L-dopa dan karbidopa terkait dengan dopamine yang dihasilkan
melalui dekarboksilasi perifer.
E. Efek samping
Gambar 3. Terapi menggunakan L-Dopa
Efek samping yang tidak diinginkan yaitu efek pada gastrointestinal. Efek ini
meliputi gejala anoreksia, nausea, dan muntah yang terjadi akibat adanya
stimulasi pusat muntah/emetic yang terletak di batang otak namun berada di luar
sawar darah otak akibat dopamine dan inhibitor dekarboksilase peripheral.
F. Interaksi obat
a. Menguntungkan
Interaksi obat L-dopa dengan karbidopa menimbulkan interaksi obat yang
sinergis dimana karbidopa menghambat enzim dopa dekarboksilase
mengubah L-dopa menjadi dopamine di luar sawar otak.
b. Merugikan
Interaksi obat L-dopa dengan vitamin B6 ( pyridoxine ) dapat meningkatkan
metabolisme L-dopa menjadi dopamine di luar sawar darah otak, dengan cara
memacu enzim dopa dekarboksilase.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013, Gejala Penyakit Parkinson, http://penyakitparkinson.com,
diakses pada tanggal 13 Februari 2013
Anonim, 2013, Levodopa: Drug Interaction, http://www.medscape.com, diakses
pada tanggal 20 Februari 2012
Anonim, 2013, Parkinson Disease, http:// www.
Angelfire/oh2/fountainofyouth/parkinson’s.html, diakses pada tanggal 20
februari 2013
Anonim, 2013, Understanding Parkinson’s Disease,
http://www.holisticonline.com/remedies/parkinson/pd_brain.htm, diaskes
pada tanggal 13 Februari 2013
Lubis, Anggraini, 2011, Sepuluh Gejala Penyakit Parkinson,
http://waspada.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=193413:10-gejala-penyakit-
parkinson-&catid=28:kesehatan&Itemid=48, diakses pada tanggal 13
Februari 2013
Tjay Hoan & Raharja Kirana., 2007, Obat – Obat Penting : Khasiat, Penggunaan
dan Efek-efek Sampingnya, Edisi Keenam, Gramedia, Jakarta, hal.429
Turana, Yuda, 2009, Lebih Jauh Mengenal Penyakit Parkinson,
http://www.medikaholistik.com/medika.html?
xmodule=document_detail&xid=208&ts=1360740487&qs=health, diakses
pada tanggal 13 Februari 2013