MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

download MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

of 25

Transcript of MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    1/25

    MAKALAH FARMAKOTERAPI

    HIPERTENSI

    Oleh:

    FLORENTINA SILVIANA DEVI (158115137)

    I MADE SURYANA FIRDAUS (158115143)

    MONIKA MEITASARI ASTUTI (158115149)

    OKTARIANI AURELLIA JAMIL (158115152)

    RIZKA ANNUR PUTRI (158115156)

    RUSHADI JATMIKO (158115157)

    Kelas B

    PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2016

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    2/25

    A. Definisi Hipertensi

    Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistole, yang tingginya tergantung umur individu yang

    terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu, tergantung posisi tubuh, umur,

    dan tingkat stress yang dialami.

    Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih

    dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran

    dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Dipiro, 2008).

    B. Faktor Risiko

    Faktor resiko hipertensi dapat dibagi menjadi 2 yaitu

    1. Faktor resiko yang bisa dikendalikan dan bisa diubah yaitu

    a. Ras

    Ras dengan kulit hitam beresiko lebih tinggi terkena hipertensi. Di amerika,

    penderita hipertensi berkulit hitam 40% lebih banyak dibandingkan penderita

    berkulit putih.

    b. Usia

    Hipertensi bisa terjadi pada semua usia. Tetapi semakin bertambah usia

    seseorang, resiko terserang hipertensi semakin meningkat. Hal ini terjadi akibat

    perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon.

    c. Riwayat keluarga

    Hipertensi bisa diturunkan. Anak yang salah satu orang tuanya mengidap

    hipertensi memiliki resiko 25% menderita hipertensi juga. Jika kedua orang

    tuanya mengidap hipertensi, 60% keturunannya mendapatkan hipertensi.

    d. Jenis kelamin

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    3/25

    Hipertensi banyak ditemukan pada laki-laki dewasa muda dan paruh baya.

    Sebaliknya, hipertensi sering terjadi pada sebagian besar wanita berusia 55 tahun

    atau yang mengalami menopause.

    2. Faktor resiko yang bisa dikendalikan dan tidak bisa diubah

    a. Kegemukan

    Ada beberapa sebab mengapa kelbihan berat badan bisa memicu hipertensi. Massa

    tubuh yag besar membutuhkan lebih bnayak darah untuk menyediakan oksigen dan

    makanan ke jaringan tubuh. Artinya darah yang mengalir dalam pembuluh darah

    semakin banyak sehingga dinding arteri mendapatkan tekanan lebih besar. Tidak

    hanya itu, kelbihan berat badan membuat frekuensi denyut jantung dan kadar

    insulin dalam darah meningkat. Kondisi ini menyebabkan tubuh menahan natrium

    dan air.

    b. Sindroma resistensi insulin atau sindroma metabolic

    Faktor ini dimasukkan sebagai faktor genetic. Glukosa hasil sintesa makanan

    diangkut oleh darah ke seluruh tubuh lalu diubah menjadi sumber energy. Agar

    glukosa bisa masuk ke dalam sel-sel dibutuhkan insulin. Namun, ada beberapa

    orang yang kurang mampu merespon insulin sehingga tubuh memproduksi lebih

    banyak insulin. Lama-kelamaan, pancreas tidak lagi mampu mengatasi resistensi

    insulin. Kondisi ini akan mengarah ke diabetes tipe II dan pada kenyataannya

    diabtes berkaitan dengan hipertensi.

    c. Kurangnya aktivitas fisik

    Faktor ini merupakan salah satu langkah mengatasi faktor pertama dan kedua.

    Jika seseorang kurang geraj, frekuensi denyut jantung menjadi lebih tinggi

    sehingga memaksa jantung bekerja lebih keras setiap kontraksi.

    d. Merokok

    Zat-zat kimia tembakau, seperti nikotin dan karbonmonoksida dari asap

    rokok, mmebuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah.

    e. Konsumsi minuman beralkohol

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    4/25

    Sekitar 5-20% kasus hipertensi disebabkan oleh alkohol.

    f. Stress

    Tekanan darah bisa sangat tinggi ketika stress dating, tetapi sifatnya hanya

    sementara. Stress juga bisa memicu seseorang berperilaku buruk yang

    meningkatkan resiko hipertensi (Siaw, 1994).

    C. Clini cal Presentati on

    Umum:

    Pasien tampak sehat atau ada factor risiko Cardiovascular diseases:

    - Umur(55 tahun untuk pria dan 65 tahun untuk wanita)

    - Diabetes mellitus

    -

    Dislipidemia (peningkatanlow-density lipoprotein kolesterol, kolesterol total,

    dan/atautrigliserida; rendah high-density lipoprotein-kolesterol)

    - Mikroalbuminuria

    - Riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskuler

    - Obesitas(indeks massa tubuh 30kg/m2)

    - Jarang berolah raga/jarang melakukan aktivitas fisik

    - Perokok

    Tanda: dilihat dari nilai tekanan darah sebelumnya, saat dalam kategori prehipertensiatau sudah masuk hipertensi.

    Gejala: pada umumnya pasien tidak menunjukkan/merasakan adanya gejala

    Uji Lab:

    Darah nitrogenurea/serum kreatinin, panellipid puasa, glukosa darah puasa,

    elektrolitserum, rasio spot urinal buminto-kreatinin. Pasien mungkin memiliki

    nilai normal tetapi masih menderita hipertensi. Namun, ada beberapa yang

    memiliki nilai-nilai tidak normal yang konsisten, hal ini merupakan faktor

    risiko Cardiovascular diseasetambahan ataukerusakanyang berhubungan

    denganhipertensi.

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    5/25

    Tes diagnostik lain:

    - 12 elektrokardiogram timbal (untuk mendeteksi hipertrofi ventrikel kiri), laju

    filtrasi glomerulus (penggunaan modifikasi Diet dalam persamaan penyakit

    ginjal)

    - Risiko 10 tahun pada penyakit jantung coroner fatal atau infark miokard non-

    fatal, berdasarkan Framingham.

    TOD: target organ damage

    Pasien mungkin memiliki riwayat kesehatan sebelumnya atau temuan diagnostik yang

    menunjukkan adanya kerusakan target organ yang berhubungan dengan hipertensi:

    - Otak(stroke, transient ischemic attack)

    Penyakit serebrovaskular merupakan konsekuensi dari hipertensi. Sebuah

    penilaian neurologis dapat mendeteksi adanya defisit neurologis kotor atau hemi

    paresis dengan beberapa inkoordinasi dan hyperreflexia yang adalah indikasi dari

    penyakit serebrovaskular. Stroke dapat terjadi akibat infark lacunar disebabkan

    oleh oklusi trombotik pembuluh kecil atau perdarahan intra serebral akibat

    mikroaneurisma pecah. Serangan transient ischemic untuk penyakit

    aterosklerosisdi arterikarotid yang dimungkinkan sebagai komplikasi hipertensi

    jangka panjang.

    - Mata(retinopati)

    Retinopathies dapat terjadi pada hipertensi dan dapat bermanifestasi sebagai

    berbagai temuan yang berbeda.Manifestasi retinopati adalah penyempitan

    arteriolar, konstriksi arteriolarfokus, perubahan persimpangan arteriovenosa

    (nicking), perdarahan retina dan eksudat, dan edemadisk.Arteriosclerosis

    merupakan konsekuensi jangka panjang hipertensi esensial, dapat menyebabkan

    perubahan spesifik seperti peningkatan refleks cahaya, peningkatan tortuositas

    pembuluh, dan arterio venous nicking. Papilledema adalah pembengkakan

    diskoptik yang disebabkan oleh gangguan dalam autoregulasi aliran darah kapiler

    dalam kondisit ekanan tinggi dan hanya terjadi dalam keadaan darurat hipertensi.

    - Hati (hipertrofi ventrikel kiri, angina atau MI (myocardial

    infarction),revaskularisasi koroner, gagal jantung)

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    6/25

    Hipertensi mempercepat aterosklerosis dan merangsang ventrikel kiri dan

    hipertrofi vaskuler. Beberapa gangguan nonhemodynamic yang telah terlibat

    dalam efek ini antara lain sistem adrenergik, RAAS (Renin Angiotensin

    Aldosteron System), peningkatan sintesis dans ekresi endothelin I, dan penurun

    produksi prostasiklin dan oksida nitrat. Aterosklerosis hipertensi dipercepat

    dengan proliferasi sel otot polos, infiltrasi lipid ke dalam endotelium vaskular,

    dan peningkatan akumulasi kalsium dalam vaskular.

    - Ginjal (penyakit ginjal kronis)

    Kerusakan ginjal yang disebabkan oleh hipertensi patologis ditandai dengan

    adanya arteriosklerosis hialin, arteriosklerosis hiperplastik, arteriol hipertrofi,

    nekrosis fibrinoid, dan ateroma arteri renal utama. Hiperfiltrasi glomerulus dan

    hipertensi intraglomerular adalah tahap awal nefropati hipertensi.

    Mikroalbuminuria diikuti dengan penurunan fungsi ginjal secara bertahap.

    Komplikasi ginjal primer pada hipertensi adalah nefrosklerosis, dan yang

    sekunder adalah arteriosklerosis. Penyakit ateromatosa dari arteri ginjal besar

    dapat menimbulkan stenosisarteri ginjal.Namun komplikasi pada penyakit ginjal

    ini jarang terjadi pada hipertensi esensial.

    - Penyakit pembuluh darahperifer(penyakit arteri perifer)

    Penyakit arteri perifer adalah suatu kondisi klinis yang dihasilkan dari

    aterosklerosis, yang dipercepat pada hipertensi. Faktor risiko CV

    lainnya(misalnya, merokok) dapat meningkatkan kemungkinan penyakit arteri

    perifer serta semua bentuk lain dari kerusakan target organ

    D. Patofisiologi

    Faktor cardiac output dan total peripheral resistance terhadap tekanan darah

    Blood pressure = Cardiac output x total peripheral resistance

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    7/25

    Tekanan darah dipengaruhi oleh cardiac output dan total peripheral resistance. Cardiac

    output ditentukan oleh heart rate serta stroke volume. Total peripheral resistance

    bergantung kepada etiologi serta patofisiologi dari gagal jantung.

    (1)

    Peran sistem humoral dalam patofisiologi hipertensi :

    Beberapa gangguan humoral dapat terlibat dalam pengembangan hipertensi esensial.

    Gangguan ini melibatkan raas, hormon natriuretik, dan hiperinsulinemia.

    a. Sitem renin angiostensin aldosteron

    Sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS) merupakan sistem yang

    mempunyai peran penting dalam regulasi tekanan darah arteri. Aktivasi dan regulasi

    sistem ini diatur oleh ginjal. Sistem ini mengatur regulasi natrium, kalium, dan

    keseimbangan cairan. Sistem ini secara signifikan mempengaruhi tonus pembuluh

    darah dan aktivitas sistem saraf simpatis serta paling berpengaruh terhadap pengaturan

    hemeostatis tekanan darah.

    Renin disimpan dalam sel juxtaglomerular yang terletak pada arteriol aferen

    ginjal. Pengeluaran renin dimodulasi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal

    misalnya tekanan perfusi ginjal, katekolamin, angiotensin II, dan faktor ekstrernal

    misalnya natrium, klorida, dan kalium.

    Sel juxtaglomerular berfungsi sebagai perangkat baroreseptor. Penurunan tekanan

    arteri ginjal dan aliran darah di ginjal dirasakan oleh sel-sel tersebut, sehingga

    merangsang sekresi renin. Komponen sel juxtaglomerular mencakup sekelompok sel

    tubulus distal yang disebut macula densa. Adanya penurunan natrium dan klorida akan

    dikirim ke tubulus distal untuk menstimulasi pelepasan renin. Dalam meningkatkan

    pelepasan renin, katekolamin merangsang saraf simpatis pada arteriol aferen yang

    pada akhirnya akan mengaktifkan sel juxtaglomerular. Penurunan serum kalium dan

    kalsium intraseluler dideteksi oleh sel juxtaglomerular sehingga dihasilkan sekresi

    renin.

    Renin mengkatalisis konversi angiotensinogen menjadi angiotensin (AT) I dalam

    darah. Angiotensin I kemudian diubah menjadi angiotensin II oleh angiotensin-

    converting enzyme (ACE). Setelah berikatan dengan reseptor spesifik

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    8/25

    (diklasifikasikan sebagai subtipe AT1 dan AT2) angiotensin II menjadi berefek

    biologis di beberapa jaringan. Reseptor AT1 berada di otak, ginjal, miokardium,

    pembuluh darah perifer, dan kelenjar adrenal. Reseptor ini memediasi respon untuk

    kardiovaskular dan fungsi ginjal. Reseptor AT2 terletak di jaringan medula adrenal,

    rahim, dan otak. Stimulasi dari reseptor AT2 tidak mempengaruhi regulasi tekanan

    darah.

    Sirkulasi angiotensin II dapat meningkatkan tekanan darah melalui pressor dan

    efek volume. Efek pressor termasuk vasokontriksi secara langsung, stimulasi

    pelepasan katekolamin dari medula adrenal, dan secara terpusat memediasi

    peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik. Angiotensin II juga merangsang sintesis

    aldosteron dari adrenal korteks. Hal ini menyebabkan natrium dan reabsorpsi air yang

    meningkatkan volume plasma, resistensi perifer total, dan akhirnya meningkatkan

    tekanan darah.

    Jantung dan otak memiliki sistem renin-angiotensin-aldosteron yang bersifat

    lokal. Di dalam jantung, angiotensin II juga dihasilkan oleh enzim lain yaitu enzim

    angiotensin I convertase (human chymase). Enzim ini tidak diblok oleh inhibisi ACE.

    Aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron miokard akan meningkatkan

    kontraktilitas jantung dan menstimulasi hipertrofi jantung. Di otak, angiotensin II

    memodulasi produksi dan pelepasan hormon hipotalamus dan pituitari, serta

    meningkatkan aliran simpatik dari medulla oblongata.

    Jaringan perifer lokal menghasilkan peptida angiotensin yang aktif secara

    biologis, yang dapat mengakibatkan peningkatan resistensi vaskular pada hipertensi.

    Beberapa bukti menunjukan bahwa angiotensin yang diproduksi oleh jaringan lokal

    dapat berinteraksi dengan regulator humoral lainnya dan hormon pertumbuhan yang

    berasal dari endothelium digunakan untuk merangsang pertumbuhan otot polospembuluh darah dan metabolisme. Peptida angiotensin kemungkinan menyebabkan

    peningkatan resistensi vaskular plasma renin yang rendah, yang terbentuk karena

    hipertensi. Komponen dari sistem renin-angiotensin-aldosteron juga

    bertanggungjawab terhadap terjadinya kelainan hipertrofi jangka panjang yang tejadi

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    9/25

    bersamaan dengan hipertensi (hipertrofi ventrikel kiri, hipertrofi pembuluh darah otot

    polos, dan hipertrofi glomerulus).

    (2) Peran sistem vaskular dalam patofisiologi hipertensi :

    Pembuluh darah endotel dan otot polos berperan penting dalam pengaturan

    regulasi pembuluh darah dan tekanan darah. Fungsi regulasi tersebut dimediasi

    melalui komponen vasoaktif yang disintesis oleh sel endotel. Kekurangan sintesis

    lokal dari komponen vasokonstriksi (prostasiklin dan bradikinin) memberikan

    kontribusi terhadap terjadinya hipertensi esensial, aterosklerosis, dan penyakit

    kardiovaskular lainnya.

    Nitrat oksida diproduksi dalam endotelium, merelaksasi pembuluh darah epitel,

    dan merupakan vasodilator yang kuat. Sistem oksida nitrat merupakan regulator

    penting pada tekanan darah arteri. Penderita hipertensi mungkin mengalami

    kekurangan oksida nitrat, sehingga vasodilatasi menjadi tidak adekuat.

    (3) Sistem Neuronal dalam Patofisiologi Hipertensi :

    Sistem saraf pusat dan otonom yang rumit terlibat dalam regulasi tekanan darah.

    Sejumlah reseptor dapat meningkatkan atau menghambat pelepasan norepinefrin yang

    terletak dipermukaan presinaptik dari terminal simpatik. Reseptor presinaptik dan

    memainkan peran dalam umpan balik negatif dan positif terhadap norepinepfrin yang

    mengandung vesikel yang terletak dekat dengan akhir saraf. Stimulasi dari reseptor

    (2) presinaptik memberikan penghambatan negatif pada rilisnya norepinefrin.

    Stimulasi dari reseptor presinaptik memfasilitasi rilisnya norepinefrin. Serabut saraf

    simpatik terletak di permukaan efektor sel inervasi reseptor dan . Stimulasi dari

    reseptor 1 postsinaptik pada arteriol dan venula hasil dari vasokonstriksi. Ada 2 jenis

    -reseptor postsinaptik yaitu 1 dan 2. Keduanya terdapat di semua jaringan yang

    diinervasi oleh sistem saraf simpatik. Namun, di beberapa jaringan, 1-reseptor

    mendominasi dan di jaringan lain 2-reseptor juga mendominasi. Stimulasi 1-

    reseptor pada jantung menghasilkan peningkatan denyut jantung dan kontraktilitas,

    sedangkan stimulasi 2-reseptor di arteriol dan venula menyebabkan vasodilatasi.

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    10/25

    Sistem reflex baroreseptor adalah umpan balik negatif utama yang mekanismenya

    untuk mengontrol aktivitas simpatik. Ujung saraf baroreseptor sampai pada dinding

    arteri yang besar terutama di arteri karotis dan arkus aorta. Perubahan tekanan arteri

    dengan cepat mengaktifkan baroreseptor yang kemudian mengirimkan impuls ke otak

    melalui saraf kranial kesembilan dan saraf vagus. Dalam sistem refleks ini, penurunan

    tekanan darah arteri merangsang baroreseptor dan menyebabkan refleks

    vasokonstriksi dan peningkatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi jantung.

    Mekanisme refleks baroreseptor ini dapat menjadi kurang responsif terhadap

    perubahan tekanan darah pada orang tua dan pada orang dengan penyakit diabetes.

    Stimulasi bagian-bagian tertentu dalam sistem saraf pusat (nukeus solitaries

    tractus, inti vagal, pusat vasomotor dan postrema) dapat meningkatkan atau

    mengurangi tekanan darah. Contohnya stimulasi 2-adrenergik dalam sistem saraf

    pusat dapat menurunkan tekanan darah melalui efek penghambatan pada pusat

    vasomotor. Namun, angiotensin II meningkatkan aliran simpatik dari pusat vasomotor

    sehingga dapat meningkatkan tekanan darah.

    Tujuan dari mekanisme saraf adalah untuk mengatur tekanan darah dan

    mempertahankan homeostatis. Gangguan patologis di salah satu dari empat

    komponen utama (serabut saraf otonom, adrenergic reseptor, baroreseptor, sistem

    saraf pusat) dapat menyebabkan tekanan darah menjadi kronis. Sistem ini secara

    fisiologis saling terkait. Apabila terdapat kerusakan di salah satu komponen maka

    dapat mengubah fungsi normal dibagian lainnya. Gangguan yang terjadi secara

    menyeluruh dapat menjelaskan pengembangan hipertensi esensial.

    Komponen autoregulasi perifer

    Kelainan pada sistem autoregulasi ginjal atau jaringan dapat menyebabkan

    hipertensi. Ada kemungkinan bahwa kerusakan ginjal pada ekskresi natrium menjadipenyebab pertama yang kemudian menyebabkan pengaturan ulang dari proses

    autoregulasi jaringan yang menghasilkan tekanan darah arteri yang lebih tinggi.

    Ginjal biasanya mempertahankan tekanan darah normal melalui mekanisme tekanan

    volume adaptif. Ketika tekanan darah drop, ginjal merespon dengan meningkatkan

    retensi natrium dan air. Perubahan ini menyebabkan ekspansi volume plasma yang

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    11/25

    meningkatkan tekanan darah. Sebaliknya, ketika tekanan darah naik diatas normal,

    ekskresi natrium ginjal dan air meningkat untuk mengurangi volume plasma dan

    cardiac output. Hal ini yang akan mempertahankan kondisi homeostatis tekanan

    darah.

    Kerusakan intrinsik dalam mekanisme adaptif ginjal dapat menyebabkan

    ekspansi volume plasma dan peningkatan aliran darah ke jaringan perifer bahkan

    ketika tekanan darah normal. Proses autoregulasi jaringan local vasokonstriksi yang

    akan diaktifkan untuk mengimbangi peningkatan aliran darah. Efek ini akan

    menyebabkan peningkatan resistensi perifer vascular, dan jika berkelanjutan akan

    mengakibatkan penebalan dinding arteriol. Komponen patofisiologi ini masuk akal

    karena peningkatan total peripheral resisten merupakan temuan umum yang

    mendasari pasien dengan hipertensi esensial.

    (Dipiro, 2008).

    KLASIFIKASI HIPERTENSI

    a. Klasifikasi berdasarkan European Society of Hypertension (ESH) and of

    the European Society of Cardiology (ESC).

    Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik

    (mmHg)

    Optimal 110

    Hipertensi sistolik

    terisolasi

    > 140 dan

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    12/25

    (ESH dan ESC Guidelines, 2013).

    b. Klasifikasi berdasarkan The Seventh Report of the Joint National

    Committee(JNC VII).

    Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

    Normal 100

    (JNC VII, 2004).

    c. Klasifikasi berdasarkan The Eighth Report of the Joint National

    CommitteeI (JNC VIII).

    Umur (tahun) Sistolik (mmHg) Diastolik

    (mmHg)

    > 60 >150 dan/atau >90

    30-59 (140 dan >90

    140 dan >90

    18-69 (disertai

    CKD)

    >140 dan >90

    >18 (disertai

    diabetes)

    >140 dan >90

    (JNC VIII, 2014).

    E. Pentatalaksanaan Terapi Hipertensi

    Tujuan terapi hipertensi secara umum adalah untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas

    terkait hipertensi. Morbiditas dan mortalitas ini terkait dengan kerusakan target organ (seperti :

    resiko penyakit kardiovaskular, gagal jantung dan penyakit ginjal). Mengurangi resiko adalah

    tujuan utama dari terapi hipertensi dan pemilihan terapi yang spesifik dapat mengurangi resiko

    tersebut secara signifikan (Chisholm-Burns et al., 2008).

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    13/25

    a. Farmakologi

    Pengobatan pada instansi pertama ditujukan pada penurunan tekanan darah, tetapi tujuan

    akhir adalah untuk menghindarkan komplikasi lambat, memperbaiki kualitas dan

    memperpanjang hidup (Tjay & Rahardja, 2002).

    Pengobatan dengan antihipertensi harus selalu dimulai dengan dosis rendah agar tekanan

    darah jangan menurun terlalu drastis dengan mendadak. Kemudian setiap satu sampai dua

    minggu dosis berangsur-angsur dinaikkan sampai tercapai efek yang diinginkan. Obat-obat

    yang digunakan untuk terapi hipertensi dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu

    diuretik, alfa reseptor blocker, betha reseptor blocker, ACE inhibitor, angiotensin reseptor

    blocker (ARB), antagonis kalsium, vasodilator, angiotensin II reseptor blocker dan obat-obat

    SSP (Tjay & Rahardja, 2002).

    1.

    Diuretik

    Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air, dan klorida sehingga

    menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan curah

    jantung dan tekanan darah. Selain mekanisme tersebut, ebberapa diuretik juga

    menurunkan resistensi perifer sehingga menambah efek hipotensinya. Efek ini diduga

    akibat penurunan natrium diruang interstisial dan didalam sel otot polos pembuluh darah

    yang selanjutnya menghambat influks kalsium (Nafrialdi, 2011).

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    14/25

    Jenis

    DiuretikMekanisme Kerja Penggunaan Efek Samping Contoh

    Tiazid Bekerja dengan

    menghambat

    transport bersama

    NaCl di tubulus distal

    ginjal sehingga

    ekskresi Na

    +

    dan Cl

    -

    meningkat (Nafrialdi,

    2011)

    Obat utama dalam terapi hipertensi.

    Efektif untuk pasien hipertensi

    dengan kadar renin yang rendah

    (orang tua). Digunakan sebagai obat

    tunggal pada hipertensi ringan

    sampai sedang atau dalam kombinasidengan antihipertensi lain bila

    tekanan darah tidak berhasil

    diturunkan dengan diuretik saja.

    Sering dikombinasi dengan

    antihipertensi lain karena:

    1.Dapat meningkatkan aktivitas

    antihipertensi lain dengan

    mekanisme kerja yang berbeda

    sehingga dosisnya dapat

    dikurangi.

    2.Tiazid mencegah retensi cairan

    oleh antihipertensi lain sehingga

    efek obat-obat tersebut dapat

    bertahan.

    (Nafrialdi, 2011)

    1.Dosis tinggi dapat menyebabkan

    hipokalemia yang dapat berbahaya

    bagi pasien yang mendapat

    digitalis

    2.Hiponatremia dan

    hipomaknesemia sertahiperkalsemia

    3.Menghambat ekskresi asam urat

    dari ginjal dan pasien

    hiperurisemia dapat mencetuskan

    serangan gout akut

    4.Tiazid dapat meningkatkan kadar

    kolesterol LDL dan trigliserida

    (Nafrialdi, 2011)

    Klortalidon

    Hidroklorotiazid

    Indapamid

    Metolazon

    Loop Bekerja di ansa Henle

    asenden bagian epitel

    tebal dengan cara

    menghambat

    kotransport Na+, K

    +,

    Cl- dan menghambat

    Mula kerjanya lebih cepat dan efek

    diuretiknya lebih kuat daripada

    golongan tiazid oleh karena itu

    diuretik kuat jarang digunakan

    sebagai antihipertensi kecuali pada

    pasien dengan gangguan fungsi

    1.Hampir sama dengan tiazid,

    kecuali bahwa diuretik kuat dapat

    menimbulkan hiperkalsiuria dan

    menurunkan kalsium darah

    (Nafrialdi, 2011)

    Bumetanid

    Furosemid

    Torsemid

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    15/25

    resepsi air dan

    elektrolit (Nafrialdi,

    2011)

    ginjal atau gagal jantung (Nafrialdi,

    2011)

    Hemat

    Kalium

    Meningkatkan

    ekskresi natrium dan

    air sambil menahan

    kalium (Chisholm-

    Burns et al., 2008)

    Merupakan diuretik lemah,

    penggunaannya terutama dalam

    kombinasi dengan diuretik lain untuk

    mencegah hipokalemia (Nafrialdi,

    2011)

    1.Menyebabkan hiperkalemia bila

    diberikan pada pasien dengan

    gagal ginjal apabila dikombinasi

    dengan penhambat ACE, ARB,

    beta blocker, AINS, atau dengansuplementasi (Nafrialdi, 2011)

    Amilorid

    Triamteren

    Antagonis

    Aldosteron

    Secara kompetitif

    berikiatan dengan

    reseptor aldosteron-

    dependent Na-Kpada

    tubulus distal

    sehingga

    meningkatkan

    ekskresi dari Na+, Cl

    -,

    air dan retensi dari K+

    dan H+

    (Chisholm-

    Burns et al., 2008)

    Merupakan diuretik hemat kalium

    juga tetapi lebih berpotensi sebagai

    antihipertensi dengan onset aksi yang

    lama (Sukandar et al., 2009)

    1. Eplerenon: diare, mual, hipotensi,

    pusing, hiperkalemia,

    hiponatremia

    2. Spironolakton: gangguan saluran

    cerna, ginekomastia, menstruasi

    tidak teratur, letargi, sakit kepala,

    bingung, hiperkalemia,

    hiponatremia

    (Pusat Informasi Obat Nasional

    BPOM, n.d.)

    Eplerenon

    Spironolakton

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    16/25

    2. bloker

    Hanya alfa-blocker yang selektif menghambat reseptor alfa-1 yang digunakan

    sebagai antihipertensi. Hambatan reseptor alfa-1 menyebabkan vasodilatasi diarteriol

    dan venula sehingga menurunkan resistensi perifer. Venodilatasi menyebabkan aliran

    balik vena berkurang yang selanjutnya menurunkan curah jantung (Nafrialdi, 2011).

    Golongan alfa-1 blocker selektif antara lain prazosin, doksazosin, terazoksin,

    alfudozin dan tamsulosin. Prazosin da doksazosin banyak digunakan untuk mengobati

    hipertensi ringan sampai sedang. Bila diuretika dan B-blocker kurang efektif.

    Hipotensi ortostatis dari semua alfa-1 blocker. Efek samping lain antara lain sakit

    kepala, palpitasi, edema perifer, hidung tersumbat, mual dan lain-lain (Nafrialdi,

    2011; Tjay & Rahardja, 2002).

    3.

    bloker

    Jenis obat ini efektif terhadap hipertensi. Obat ini menurunkan irama jantung

    dan curah jantung. bloker juga menurnkan pelepasan renin dan lebih efektif pada

    pasien dengan aktivitas renin plasma yang meningkat (Benowitz, 2007). Beberap

    mekanisme aksi anti hipertensi di duga terdapat pada golongan obat ini, mencakup

    (Tjay & Rahardja, 2002):

    1) Menurunkan frekuensi irama jantung dan curah jantung

    2) Menurunkan tingkat renin di plasma

    3) Memodulai aktivitas eferen saraf perifer

    4) Efek sentral tidak langsung

    bloker digunakan sebagai obat tahap pertama dalam hipertensi ringan

    sampai sedang, terutama dengan pasien dengan penyakit jantung koroner. Dari

    berbagai bloker, atenolol merupakan obat yang sering dipiilih karena bersifat

    kardioselektif dan penetrasinya ke SSP minimal sehingga kurang menimbulkan efek

    samping sentral, dan cukup diberikan sekali sehari sehingga diharapkan meningkatkan

    kepatuhan pasien. Semua bloker memicu spasme bronkial, misalnya pada pasien

    dengan asma bronkial dan menyebabkan hipoglikemi (Nafrialdi, 2011).

    4. ACE Inhibitor

    Cara kerja utamanya ialah menghambat sistem renin-angiotensin-aldosteron,

    namun juga menghambat degradasi bradikinin, menstimulasi sintesis prostaglandin

    vasodilating, dan kadang-kadang mereduksi aktivitas saraf simpatis (Benowitz, 2007).

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    17/25

    ACE inhibitor menghambat perubahan A1 menjadi A2 sehingga terjadi

    vasodilatasi dan sekresi aldosteron. selain itu, degradasi bradikinin juga dihambat

    sehingga kadar bradikinin dalam darah meningkat dan berperan dalam efek

    vasodilatasi ACE inhibitor. Vasodilatasi secara langsung makan meningkatkan

    tekanan darah (Nafrialdi, 2011).

    ACE inhibitor dapat digunakan sebagai monoterapi pada hipertensi esensial

    dan hipertensi renovaskuler antara lain dengan kaptopril, enalapril, dan lisinopril.

    Obat ini efektif pada sekitar 70% pasien. Kombinasi dengan diuretik memberikan

    efek sinergistik, kombinasi dengan bloker memberikan efek aditif. Batuk kering

    ditemukan pada 10 persen atau lebih penderita yang mendapat obat ini. Dapat

    menyebabkan hiperkalemia, Hipotensi yang berat dapat terjadi pada pasien dengan

    stenosis arteri renal bilateral, yang dapat mengakibatkan gagal ginjal (Nafrialdi,

    2011).

    5. ARB

    Pemberian obat dengan antagonis reseptor angiotensin II akan menghambat

    efek AT2 seperti vasokonstriksi, sekresi aldosteron, rangsangan saraf simpatis,

    simulasi jantung, efek renal, hipertrofi otot polos pembuluh darah, dan miokard.

    Dengan kata lain ARB memberikan efek yang mirip dengan pemberian ACE inhibitor

    tapi karena tidak mempengaruhi metabolisme bradikinin, maka obat ini dilaporkan

    tidak memiliki efek samping batuk kering dan angioedema seperti pada ACE inhibitor

    (Nafrialdi, 2011).

    Losartan merupakan prototipe obat golongan ARB yang bekerja selektif pada

    reseptor AT1 dan tidak dapat menembus sawar darah otak. ARB sangat efektif

    menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan kadar renin tinggi seperti

    hipertensi renovaskular dan hipertensi genetik. Penghentian mendadak tidak

    menimbulkan rebound hypertension. Efek samping batuk tidak ditemukan pada

    pengobatan dengan ARB. Namun efek samping hipotensi dan gagal ginjal masih

    dapat terjadi pada pasien dengan stenosis arteri renal bilateral dan hiperkalemia

    (Benowitz, 2007; Nafrialdi, 2011).

    6. CCB

    CCB menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat

    saluran kalsium yang sensitif terhadap tegangan sehingga mengurangi masuknya

    kalsium ekstra selluler ke dalam sel. Relaksasai otot polos vasjular menyebabkan

    vasodilatasi dan berhubungan dengan reduksi tekanan darah. Antagonis kanal kalsium

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    18/25

    dihidropiridini dapat menyebbakan aktibasi refleks simpatetik dan semua golongan ini

    (kecuali amilodipin) memberikan efek inotropik negatif (Tjay & Rahardja, 2002).

    Antagonis kalsium terbukti sangat efektif pada hipertensi dengan kadar renin

    yang rendah seperti pada usia lanjut. Lifedipin oral bermanfaat mengobati hipertensi

    darurat. Antagonis kalsium tidak dianjurkan pada hipertensi dengan penyakit jantung

    koroner. Pemakaian dosis tinggi sebaiknya dihindarkan untuk semua hipertensi. Efek

    samping antagonis kalsium diantaranya hipotensi, iskemia miokard atau serebral,

    sakit kepala, rasa panas dimuka, bradikardi, aveblock, edema perifer, konstipasi dan

    retensi urin (Tjay & Rahardja, 2002).

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    19/25

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    20/25

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    21/25

    Algoritma Tatalaksana Hipertensi (James et al., 2013)

    b.

    Non Farmakologi

    Terapi nonfarmakologis yang dapat dilakukan pada penderia hipertensi adalah terapi

    diet, olahraga, danberhenti merokok :

    A.

    Terapi diet

    1. Diet rendah garam

    Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal2 gr garam dapur

    perhari dan menghindari makanan yangkandungan garamnya tinggi. Misalnya telur

    asin, ikan asin,terasi, minuman dan makanan yang mengandung ikatannatrium.Tujuan

    diet rendah garam adalah untuk membantumenghilangkan retensi (penahan) air dalam

    jaringan tubuhsehingga dapat menurunkan tekanan darah. Walaupunrendah garam,

    yang penting diperhatikan dalam melakukandiet ini adalah komposisi makanan harus

    tetap mengandungcukup zat-zat gizi, baik kalori, protein, mineral, maupunvitamin

    yang seimbang.

    Diet rendah garam penderitahipertensi dapatdibagi menjadi 3 yaitu diet garamrendah I, dietgaram rendah II dan diet garam rendah III :

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    22/25

    a. Diet garam rendah I (200-400 mg Na)

    Diet garam rendah I diberikan kepada pasien denganedema, asites dan / atau

    hipertensi berat. Padapengolahan makanannya tidak ditambahkan garamdapur.

    Dihindari bahan makanan yang tinggi kadarnatriumnya.

    b. Diet garam rendah II (600-800 mg Na)

    Diet garam rendah II diberikan kepada pasien denganedema, asites, dan / atau

    hipertensi tidak berat.Pemberian makanan sehari sama dengan diet garamrendah I.

    Pada pengolahan makanannya bolehmenggunakan sdt garam dapur. Dihindari

    bahanmakanan yang tinggi kadar natriumnya.

    c. Diet garam rendah III (10001200 mg Na)

    Diet garam rendah III diberikan kepada pasien denganedema dan atau hipertensi

    ringan. Pemberian makanansehari sama dengan diet garam rendah I.

    Padapengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sdtgaram dapur.

    2. Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas

    Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesteroldarah tidak terlalu

    tinggi. Kadar kolesterol darah yangterlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya

    endapankolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama-kelamaanjika endapan

    kolesterol bertambah akan menyumbatpembuluh nadi dan mengganggu peredaran

    darah. Dengandemikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidaklangsung

    memperparah hipertensi.Diet ini bertujuan untuk menurunkan kadar kolesterol

    darahdan menurunkan berat badan bagi penderita yangkegemukan. Beberapa hal yang

    harus diperhatikan dalammengatur diet lemak antara lain sebagai berikut :

    a. Hindari penggunaan lemak hewan, margarin, danmentega, terutama makanan

    yang digoreng denganminyak

    b. Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis jeroanlainnya serta seafood(udang,

    kepiting), minyak kelapa,dan santan

    c. Gunakan susu skim untuk pengganti susufullcream

    d. Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butirdalam seminggu

    3. Makan banyak buah dan sayuran segar

    Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin danmineral. Buah yang

    banyak mengandung mineral kaliumdapat membantu menurunkan tekanan darah yang

    ringan.Peningkatan masukan kalium (4,5 gram atau 120-175mEq/hari) dapat

    memberikan efek penurunan darah. Selainitu, pemberian kalium juga membantu

    untuk menggantikehilangan kalium akibat dari rendahnya natrium.

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    23/25

    B. Olahraga

    Peningkatan aktivitas fisik dapat berupa peningkatan kegiatanfisik sehari-hari atau

    berolahraga secara teratur. Manfaatolahraga teratur terbukti bahwa dapat menurunkan

    tekanandarah, mengurangi risiko terhadap stroke, serangan jantung,gagal ginjal, gagal

    jantung, dan penyakit pembuluh darahlainya.

    C. Berhenti merokok

    Merokok merangsang sistem adrenergik dan meningkatkantekanan darah.

    Berdasarkan penelitian bahwa ada hubunganyang linear antara jumlah alkohol yang diminum

    dengan lajukenaikan tekanan sistolik arteri.

    Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus modifikasi gaya hidup. Tabel

    dibawah ini merupakan rekomendasi dari JNC 7 dan AHA.

    Cara tersebut dapat mengurangi sedikit hingga moderate SBP (Sistolic Blood

    Pressure). Untuk pasien dengan hipertensi yang diketahui, modifikasi gaya hidup

    dapat mengurangi perkembangan prehipertensi menjadi hipertensi.

    Untuk sebagian pasien dengan hipertensi yang tekanan darahnya terkontrol

    dengan baik yang diterapi dengan obat tunggal antihipertensi, dengan

    pengurangan sodium dan penurunan berat badan secara bertahap dimungkinkan

    untuk tidak diterapi lagi.

    Program diet adalah cara untuk mengurangi berat badan secara bertahap terutama

    pada pasien dengan obesitas dan mengurangi asupan garam.

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    24/25

    Keberhasilan pelaksanan perubahan gaya hidup membutuhkan promosi dengan

    pendidikan dan dorongan sehingga pasien lebih memahami alasan melakukan diet

    dengan menggunakan beberapa fakta berikut :

    1.

    Orang dengan kelebihan berat badan 2-3 kali lebih beresiko mengalami

    hipertensi dibandingkan dengan orang yang ramping.

    2. Lebih dari 60% pasien dengan hipertensi adalah orang yang kelebihan berat

    badan.

    3. Sedikitnya 10 pon berat badan dapat menurunkan tekanan darah secara

    signifikan pada pasien yang kelebihan berat badan.

    4. Obesitas pada perut berkaitan dengan sindrom metabolik yang merupakan

    prekusor dari diabetes, dislipidemia dan akhirnya penyakit kardiovaskular.

    5. Diet yang kaya buah- buahan, sayuran dan makanan rendah lemak jenuh dapat

    menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

    6. Pada sebagian besar pasien hipertensi dengan pembatasan asupan garam dapat

    mengurangi tekanan darah sistolik.

    Pasien hipertensi yang mengonsumsi alkohol harus mengurangi jumlahnya per

    hari. Selain itu dengan olahraga rutin juga dapat mengurangi tekanan darah. Pasien

    hipertensi harus menghentikan kebiasaan merokoknya karena hal ini akan beresikoterkena penyakit kardiovaskular.

  • 7/25/2019 MAKALAH FARMAKOTERAPI HTN fix.pdf

    25/25

    DAFTAR PUSTAKA

    Benowitz, N. L. (2007). Obat Antihipertensi. In B. G. Katzung (Ed.),Farmakologi Dasar dan

    Klinik(10th ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

    Chisholm-Burns, M. A., Wells, B., Schwinghammer, T., Malone, P. M., Kolesar, J. M.,

    Rotschafer, J. C., & Dipiro, J. (2008). Pharmacotherapy: Principles & Practice. New

    York: McGraw-Hill.

    Dalimartha, S. etal, (2008). CareYourSelf Hipertensi. Penebar Plus +, Jakarta.

    Dipiro, 2008, Pharmacotherapy Handbook, Seventh edition, Mc Geww Hill, New York,

    pp.111-129

    James, P. a., Oparil, S., Carter, B. L., Cushman, W. C., Dennison-Himmelfarb, C., Handler,

    J., Ortiz, E. (2013). Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood

    Pressure in Adults.Jama, 1097(5), 114. doi:10.1001/jama.2013.284427

    Nafrialdi. (2011). Antihipertensi. In S. G. Gunawan, R. Setiabudy, Nafrialdi, & Elysabeth

    (Eds.), Farmakologi dan Terapi (Kelima (Ce, pp. 341360). Jakarta: Badan Penerbit

    FKUI.

    Pusat Informasi Obat Nasional BPOM. (n.d.). Antagonis Aldosteron. Retrieved March 14,

    2016, from http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-2-sistem-kardiovaskuler-0/25-

    diuretika/253-diuretika-hemat-kalium/antagonis-aldosteron

    Siaw, Soen I., 1994, Hipertensi (tekanan Darah Tinggi), Dabara Publishers. 369.

    Sukandar, E., Andrajati, R., Sigit, J., Adnyana, I., Setiadi, A., & Kusnandar. (2009). ISO

    Farmakoterapi. Jakarta: PT ISFI Penerbitan.

    Smeltzer, C. S & Bare, G. B. (2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. EGC,

    Jakarta.

    Tjay, T. H., & Rahardja, K. (2002). Obat-Obat Penting. Jakarta: Elex Media Komputindo.