Suhu Elektrolit HTN Lansia.ppt

49
Candra Wibowo Candra Wibowo Nephrology Division, Medical School of Trisakti Nephrology Division, Medical School of Trisakti University Jakarta University Jakarta REGULASI SUHU REGULASI SUHU PADA LANJUT USIA PADA LANJUT USIA

Transcript of Suhu Elektrolit HTN Lansia.ppt

  • REGULASI SUHU PADA LANJUT USIA Candra WibowoNephrology Division, Medical School of Trisakti University Jakarta

  • Kemampuan mengatur suhu pada lanjut usia dengan usia. Dengan usia, irama sirkadian suhu tubuh amplitudonya.Suhu tubuh inti mencapai maksimal pada sore hari dan mencapai minimum pada dini hari.

    Konsep Sistem termoregulasi terdiri atas 3 bagian : jalur aferen termosensitif, integrasi neuron dan sistem kontrol,jalur efektor desenden yang mengubah perolehan atau kehilangan panas.

  • PERUBAHAN TERMORESEPSI LANJUT USIA Ujung syaraf bebas yang terkait dengan sensasi suhu, kecepatan hantaran, dan daerah sensoris primer neokortikal tetap utuh pada usia lanjut, berlawanan dengan berkurangnya jumlah reseptor kulit rasa sentuh seperti badan Meissner dan Pacini.

    Keadaan hipotermi dan hipertermi merupakan gangguan regulasi suhu yang sering terdapat pada usia lanjut.

  • HIPOTERMIADefinisi Temperatur tubuh inti (rektal, esofageal, timpani) < 35C

    Faktor Risiko Hipotermia 1. Gangguan Termoregulasi - Kegagalan vasokonstriksi segera atau dengan kuat pada pajanan dingin - Kegagalan merasakan dingin - Kegagalan tanggapan perilaku untuk melindungi diri dari cuaca dingin - Berkurang / tidak adanya proses menggigil untuk membentuk panas - Kegagalan respon peningkatan laju metabolisme tehadap dingin

  • 2. Kondisi-kondisi yang menurunkan produksi panas - Hipotiroidisme, hipopituitarisme, hipoglikemia, anemia, malnutrisi, kelaparan - Imobilisasi/berkurangnya aktivitas (ex : strok, kelumpuhan, parkinson, demensia, artritis, fraktur panggul, koma) - Ketoasidosis diabetikum

    3. Kondisi-kondisi yang meningkatkan kehilangan panas - Luka terbuka, inflamasi umum di kulit, luka bakar

    4. Kondisi-kondisi yg mengganggu kontrol termoregulasi sentral / perifer- Strok, tumor otak, ensefalopati Wernicke, perdarahan subarachnoid- Uremia, neuropati, (ex : diabetes, alkoholisme)- Penyakit akut (ex : pneumonia, sepsis, MI, CHF, emboli paru, pankreatitis)

  • 5. Obat-obat yang mengganggu termoregulasi- Penenang (ex : fenotiazin)- Hipnotik sedatif (ex : barbiturat, benzodiazepin)- Antidepresan (ex : trisiklik)- Obat-obat vasokatif (ex : vasodilator)- Alkohol (menyebabkan vasodilatasi superfisial)- Lain-lain : metildopa, litium, morfin

  • Presentasi Klinis pada Hipotermia

    Tanda Awal Suhu 32-35CTanda-tanda LanjutSuhu 28-30CTanda-tanda Lebih LanjutSuhu

  • Terapi 1. Perawatan Emergensi- Pasien hipotermi segera dipindahkan dari lingkungan dingin, daerah berangin- Pakaian basah disingkirkan untuk mencegah kehilangan panas- Digunakan beberapa lapis selimut- Pasien dipindahkan dengan hati-hati, karena dingin, jantung dengan bradikardi sangat sensitif - Monitor jantung harus segera dilakukan - Pasien dengan denyut jantung yang terdeteksi dan bernafas spontan, jangan dilakukan kompresi dada atau pemasangan pacu jantung, sebaliknya pasien dengan fibrilasi ventrikel harus diresusitasi

  • 2. Perawatan Umum- Hipotermia pada pasien usia lanjut awalnya harus ditatalaksana sebagai sepsis sampai terbukti tidak- Jika dicurigai hipotiroidisme pasien harus diberi levotiroksin 0,5 mg intravena dan kortikosteroid- Insulin tidak efektif pada suhu
  • 3. Pemanasan- Untuk hipotermia ringan (>32C) diberikan pemanasan pasif dengan bahan penyekat dan menempatkan pasien di lingkungan hangat (>21C)- Untuk hipotermia berat (
  • HIPERTERMIADefinisi Peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus bila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat atau penyakit) atau dipengaruhi oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik)

    Sengatan panas (heat stroke) adalah keadaan berat dengan suhu inti >40C disertai kulit panas dan kering serta abnormalitas sistem syaraf pusat seperti delirium, kejang, atau koma yang disebabkan paparan panas lingkungan (sengatan panas) atau kegiatan fisik yang berat (sengatan panas terkait aktifitas).

  • PatofisiologiSengatan panas adalah kegagalan akut pemeliharaan suhu tubuh normal dalam mengatasi lingkungan yang panas. Seperti pada hipotermia, kerentanan usia lanjut terhadap sengatan panas berhubungan dengan penyakit dan perubahan-perubahan fisiologis.

    Fungsi Kelenjar KeringatGangguan sistem termoregulasi dengan berkurang atau tidak adanya keringat merupakan penyebab terpenting sengatan panas pada lingkungan panas. Respon berkeringat terhadap stimulasi panas dan neurokimia berkurang pada usia lanjut dibandingkan dengan dewasa muda. Pengaruh usia sangat kecil pada kelenjar yang diaktifkan secara farmakologis sampai usia 60 tahun, namun setelah usia 70 dan 80 tahun fungsi kelenjar menurun secara bertahap.

  • Daftar Istilah

    KondisiDefinisiHeat wave/ Gelombang PanasTiga hari atau lebih berturut-turut dimana suhu >32,2CHeat stress/ Stres panasPerasaan tidak nyaman dan ketegangan fisiologis berhubungan dengan paparan lingkungan panas, terutam saat kerja fisikHipertermiaPeningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus bila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat atau penyakit) atau jenus oleh panas eksternal (lingkungan atau induksi) atau internal (metabolik)Heat exhaustion/ Kelelahan panasPenyakit ringan sampai sedang karena kehilangan air dan garam akibat pajanan dengan lingkungan panas atau latihan fisik yang berat; tanda dan gejala mencakup rasa sangat haus, kelemahan, tidak nyaman, cemas, pusing, pingsan, dan sakit kepala; suhu inti dapat normal, di bawah normal, atau sedikit meningkat (40C< suhu 40C dan abnormalitas sistem syaraf pusat seperti delirium, kejang, atau koma karena paparan terhadap lingkungan panas (sengatan panas klasik) atau latihan fisik yang berat (sengatan panas terkait aktifitas)Sindrome disfungsi multiorganKelanjutan perubahan-perubahan yang terjadi pada lebih dari satu sistem organ setelah adanya gangguan seperti trauma, sepsis atau sengatan panas

  • KlinisTanda-tanda Sengatan Panas : suhu tubuh inti >40,6C disertai disfungsi sistem syaraf pusat yang berat (psikosis, delirium, koma), dan anhidrosis (kulit yang panas dan kering).Komplikasi sengatan panas :gagal jantung kongestif aritmia jantungedema serebral dengan kejangdefisit neurologis difus & fokal,nekrosis hepatoselular dengan ikterik dan gagal hati, hipokalemia,alkalosis respiratoikasidosis metabolik, dan hipovolemia dan syok.

    TerapiCara mengatasi hipertermia adalah pendinginan cepat. Hal ini dimulai di lapangan dan suhu tubuh inti harus diturunkan mencapai 39C dalam jam pertama.

  • Pendinginan Tujuan teknik pendinginan : transfer panas dari kulit ke lingkungan. Hal ini dicapai dengan gradien suhu antara kulit dan lingkungan atau dengan gradien tekanan air-uap air antara kulit dan lingkungan sebagaimana dengan kecepatan udara di sekitar kulit

  • Metode Pendinginan

    Teknik pendinginan konduksiEksternal- Berendam dalam air dingin- Penggunaan kompres es di seluruh tubuh atau bagian-bagian tubuh tertentu- Penggunaan selimut pendinginInternal- Lavase lambung dengan es- Lavase peritoneal dengan esTeknik pendinginan evaporasi/penguapan atau konveksi- Berikan kipas angin pada pasien yang telah dibuka bajunya pada suhu ruangan (20-22C)- Basahi permukaan tubuh selama pemakaian kipas angin terus menerus (kulit ditutupi dgn lembaran kasa halus yg telah direndam dalam air 20C saat pasien dikipasi. Kipas angin dikurangi /dihentikan jika suhu kulit turun

  • Tatalaksana Sengatan Panas

    KondisiIntervensiTujuanDi luar rumah sakitStres panas (karena gelombang panas, musim panas, atau latihan berat) dengan perubahan status mental (ansietas, delirium, kejang, atau koma)- Ukur suhu inti pasien, jika >40C, pindahkan pasien ke tempat sejuk, lepaskan pakaiannya, mulai pendinginan eksternal : kompres es batu di leher, aksila, lipat paha; kipas angin terus menerus (atau buka jendela ambulan); dan semprot kulit dengan air bersuhu 25-30C- Posisikan pasien tak sadar menyamping dan bebaskan jalan nafas- Berikan oksigen 4 l/menit- Berikan kristaloid isotonik/garam fisiologis- Segera bawa pasien ke ruang emergensi- Diagnosis sengatan panas - Turunkan suhu inti sampai 90%- Menambah volume tubuh

  • Di rumah sakitPeriode pendinginanHipertemia- Pastikan diagnosis dengan termometer yang dikalibrasi untuk mengukur suhu tinggi- Pertahankan suhu rektum 90%)

    Hipotensi- Berikan cairan untuk ekspansi volume, pertimbangkan vasopresor, dan pertimbangkan monitor tekanan vena sentral- Tingkatkan tekanan arteri rata-rata hingga >60 mmHg dan kembalikan perfusi organ dan oksigenasi jaringanRabdomiolisis- Kembangkan volume dengan salin normal dan berikan furosemid intavena, manitol, dan sodium bikarbonat- Monitor kalium serum dan kadar kalsium dan aatsi hiperkalemia- Cegah trauma ginjal yang diinduksi oleh mioglobin, tingkatkan aliran darah ginjal, diuresis, dan alkalinisasi urin- Cegah aritmia jantung yang mengancam nyawaPeriode pasca pendinginanDisfungsi multiorganTerapi suportifPenyembuhan fungsi organ

  • DEHIDRASI DANGANGGUAN ELEKTROLITCandra WibowoNephrology Division, Medical School of Trisakti University Jakarta

  • DEHIDRASIBerkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa :hilangnya air lebih banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik), hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi isotonik), hilangnya natrium yang lebih banyak dari air (dehidrasi hipotonik)

    Dehidrasi hipertonik ditandai tingginya kadar natrium serum (>145 mmol/liter) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (>285 mosmol/liter).

    Dehidrasi isotonik ditandai normalnya kadar natrium serum (135-145 mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum (270-285 mosmol/liter).

    Dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum (

  • GEJALA KLINIS DEHIDRASI PADA LANJUT USIA Gejala dan tanda klinis dehidrasi pada usia lanjut tak jelas, samar-samar, bahkan bisa tidak ada sama sekali.

    Gejala klasik dehidrasi seperti rasa haus, lidah kering, penurunan turgor dan mata cekung sering tidak jelas. Gejala klinis yang paling spesifik yang dapat dievaluasi adalah penurunan berat badan akut yang lebih dari 3%.

    Tanda klinis objektif lainnya yang dapat membantu mengidentifikasi kondisi dehidrasi adalah hipotensi ortostatik.

  • Penyebab kehilangan cairan pada usia lanjut

    Infeksi kronik atau akutKehilangan urin berlebihan Guna salah diuretik Glikosuria Hiperkalsiuria Manitol Zat kontras radiografi Peningkatan nitrogen urea darah Diabetes insipidus Sentral Nefrogenik Hipoaldosteronism Penyakit Addison Hipoaldosteronism Hiporeninemik Supresi vasopresin Fenitoin Etanol Pasca takiaritmia atrial

  • Diuresis pasca obstruksiKehilangan Gastrointestinal Traktus gastrointestinal atas Muntah Kerusakan Nasogaster Diet enteral dengan cairan hipertonik Traktus gastrointestinal bawah Guna salah laksatif/persiapan usus Infektsius/sekretori Pintas bedah/fistula Usus iskemi KolektomiKehilangan darah berlebihanLingkungan-berhubungan dengan kehilangan cairan Gelombang panas HipotermiaPergeseran cairan ke interstisial Hipoalbuminemia Pankreatitis Asites Anafilaksis Luka bakar Dialisat peritoneal hipertonik

  • PENATALAKSANAAN DEHIDRASI PADA USIA LANJUT

    Terapi Rehidrasi Oral Pada dehidrasi ringan terapi cairan diberikan secara oral sebanyak 1500-2500 ml/24 jam (30 ml/kg berat badan/24 jam) untuk kebutuhan dasar, ditambah dengan penggantian defisi cairan dan kehilangan cairan yang masih berlangsung. Menghitung kebutuhan caira sehari, termasuk jumlah insensible water loss sangat perlu dilakukan setiap hari.

    Dehidrasi hipertonik cairan yang dianjurkan adalah air atau minuman dengan kandungan sodium yang rendah, jus buah seperti apel, jeruk, dan anggur

    Dehidrasi isotonik : cairan yang dianjurkan adalah air dan suplemen yang mengandung sodium (jus tomat) juga dapat diberikan larutan isotonik yang ada di pasaran

  • Dehidrasi hipotonik : cairan yang dianjurkan seperti di atas tetapi dibutuhkan kadar sodium yang lebih tinggi

    Terapi Rehidrasi Parenteral Jika cairan tubuh yang hilang terutama adalah air, maka jumlah cairan rehidrasi yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus : Defisit cairan (liter) = Berat badan total (BBT) yang diinginkan BBT saat ini BBT yang diinginkan = Kadar Na serum * BBT saat ini 140 BBT saat ini (pria) = 50% * berat badan (kg) BBT saat ini (wanita) = 45% * berat badan (kg)

  • Penyebab menurunnya Asupan Cairan pada usia lanjut

    Terbatasnya akses terhadap cairanKeterbatasan fisisk Keterbatasan gerakBuruknya ketajaman penglihatanRestriksi cairanPersiapan tindakan operasi Menghindari mengompol atau tersedakTerapi udema atau hiponatremiaPerubahan sensorisBerkurangnya tingkat kesadaran Sedatif, neuroleptik, narkotik Kerusakan sistem syaraf pusat secara struktural dan metabolik DemamBerkurangnya tingkat kewaspadaanDemensia, delirium Mania, psikosis, depresiGangguan GastrointestinalGangguan menelan Obstruksi usus Mekanik Metabolik IskemikObat-obat antikolinergikPerubahan mekanisme rasa hausAdipsia PrimerTerkait obat Glikosida Jantung AmfetaminBerhubungan dengan patologi sistem saraf pusat fokal

  • HIPERNATREMIA

    Gejala KilinisGejala-gejala sistem syaraf pusat utama adalah iritabilitas, restlessness, latergi, kejang otot, spastisitas dan hiperrefleksi, yang merupakan gejala sekunder dari berkurangnya cairan di sel-sel otak.

    TatalaksanaTerapi hipernatremia adalah mengganti kehilangan cairan atau hentikan pemberian natrium pada kasus dengan pemberian natrium yang berlebihan. Aturan umum : Defisit cairan = (Natrium plasma 140) * Air tubuh total 140adalah mengoreksi 50% defisit cairan dalam 12 sampai 24 jam pertama dan sisanya diberikan dalam 1-2 hari berikutnya.Pada hipernatremia akut defisit cairan harus digantilebih cepat.

  • HIPONATREMIAGejala KlinisBeratnya gejala klinis hipnatremia tergantung pada rendahnya kadar natrium dan cepatnya penurunan kadar natrium serum tersebut. Kadar natrium serum
  • HIPERTENSI PADA LANJUT USIACandra WibowoNephrology Division, Medical School of Trisakti University Jakarta

  • Jumlah penduduk berusia >60 tahun di Indonesia pada tahun 2010 akan mengalami kenaikan sebesar 400%. Usia lanjut akan membawa konsekuensi meningkatnya berbagai CVD, infeksi dan gagal jantung.

    TDS sesuai dengan usia, akan tetapi TDD seiring dengan TDS sampai sekitar usia 55 tahun, yang kemudian oleh karena proses kekakuan arteri akibat aterosklerosis.

    Sekitar usia 60 tahun ada 2/3 pasien dengan hipertensi mempunyai Hipertensi Sistolik Terisolasi (HST), sedangkan usia >75 tahun ada dari seluruh pasien mempunyai Hipertensi Sistolik.

    Pada usia lanjut, prevalensi gagal jantung dan strok tinggi, yang keduanya merupakan akibat dari Hipertensi.Oleh karena itu, pengobatan Hipertensi penting dalam morbiditas dan mortalitas kardiovaskular.

  • PENGUKURAN TEKANAN DARAH

    TD yang akurat dipengaruhi oleh keadaan pembuluh darah pasien yang sudah mengalami kekakuan akibat aterosklerosis dan barorefleks yang berkurang.

    Pada usia lanjut, pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada posisi tidur, duduk, dan berdiri.

  • BLOOD PRESSUREPts should be seated with their backs supported, arms bared & at heart levelRefrain from smoking or ingesting caffeine 30 preceding the measurementStart after at least 5 of restAppropriate cuff size: the bladder within the cuff should encircle at least 80% of the armTaken preferably with a mercury sphygmomanometer or calibrated aneroid manometer or validated electronic device The 1st appearance of sound (phase 1) is used to define for SBP & the disappearance of sound (phase 5) is used to define DBP2 or more readings separated by 2 min should be averaged. If the 1st readings differ by more than 5 mm Hg; additional readings should be obtained and averagedOR : 1st is discarded to ensure that pts is relaxed, & the mean of 2nd 3rd readings is calculated

  • DEFINISI HIPERTENSI PADA USIA LANJUTDalam rekomendasi penatalaksanaan hipertensi yang kesemuanya didasarkan atas bukti penelitian antara lain dikeluarkan oleh The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7), 2003, World Health Organization/International Society of Hypertension (WHO-ISH), 1999, British Hypertension Society, European Society of Hypertension/ European Society of Cardilogy (ESH/ESC), Definisi hipertensi sama untuk semua golongan umur. Pengobatan bukan didasarkan atas umur tetapi berdasarkan pada tingkat tekanan darah dan adanya risiko kardiovaskular yang ada pada pasien.

  • HIPERTENSI SISTOLIK TERISOLASI (HST)HST didefinisikan sebagai TDS >=140mmHg dengan TDD
  • Hypertension is defined as blood pressure 140/90 mmHgJNC 6 1997, WHO-ISH 1999, ESH/ESC 2003,ESH/ESC 2007JNC 7 2002CLASSIFICATION OF BOOD PRESSURE FOR ADUTS AGED 18 YRS OR OLDER

    CategorySystolicDiastolicSystolicDiastolic Category

    Optimal< 120< 80< 120< 80Normal Normal< 130< 85High-normal130 -139 85 89120 - 13980 -89PrehypertensionBorderline hypertens140 - 14990 94140 - 15990 - 99Stage IGrade I (mild)140 - 15990 99Grade 2 (moderate)160 - 179100 109 160 100Stage II Grade 3 (severe) 180 110Isolated systolic hypertension>140< 90>140< 90Isolated systolic hypertensionSubgroup borderline> 140< 90

  • Denitions & Classication of BP LevelsIsolated systolic hypertension should be graded (1 ,2,3) according to systolic blood pressurevalues in the ranges indicated, provided that diastolic values are
  • TARGET ON BLOOD PRESSURE LEVELChobanian AV, et al. JAMA 2003; 289: 2560-2571American Diabetes Association. Diabetes Care 2002; 25: 134-147National Kidney Foundation. Am J Kidn Dis 2002; 39 (suppl 1): S1-S266

  • Clinical Practice Guidelines for Management of Hypertension in CKD

    Type of Kidney DiseaseBlood Pressure Target (mm Hg)Preferred Agents for CKD, with or without HypertensionOther Agents to Reduce CVD Risk and Reach Blood Pressure TargetDiabetic Kidney Disease

  • MANFAAT PENGOBATANPenelitian SHEP (Systolic Hypertension in the Elderly Program) dan Syst-Eur (Systolic Hypertension in Europe) melibatkan pasien dengan usia >60 tahun dan TD >160/90 mmHg.

    Pada studi SHEP, peberian diuretik klortalidon (tanpa atau dengan penghambat beta) mengurangi kejadian strok (36%), gagal jantung (54%), infark miokard (27%) dan seluruh komplikasi kardiovaskular (32%) dibandingkan dengan kelompok plasebo.

  • Pada studi Syst-Eur membandingkan pengobatan antara golongan antagonis kalsium (nifedipin) dengan plasebo pada hipertensi sistolik terisolasi, didapatkan penurunan kejadian strok (41%) dan keseluruhan komplikasi kardiovaskuler (fatal dan nonfatal 31%).

    Pada analisis meta dari 8 studi pengobatan hipertensi dengan plasebo yang terkontrol dan melibatkan 15.693 usia lanjut yang diikuti sampai 4 tahun, didapatkan penurunan morbiditas dan mortalitas yang bermakna. Pada yang diberi obat didapatkan penurunan kejadian koroner (23%), strok (30%), kematian akibat kardiovaskular (18%) dan seluruh kematian (13%), terutama di usia >70 tahun.

    Penelitian HYVET-Pilot (the pilot study for the hypertensionin the very elderly trial) mandapat hasil yang sesuai dengan hasil analisis meta.

  • PENGARUH HIPERTENSI TERHADAP MORBIDITAS SELAIN KARDIOVASKULARPada usia lanjut, hasil pengobatan tidak hanya diukur oleh keberhasilan penurunan tekanan darah pada morbiditas dan mortalitas kardiovaskular, tetapi juga oleh berbagai hal, termasuk efek terhadap diabetes, pencegahan demensia atau penurunan kognitif, dan pengaruhnya kepada Indeks Masa Tubuh (IMT atau obesitas)

  • Diabetes Melitus Pasien DM mempunyai risiko kardiovaskular dan penurunan morbiditas dan mortalitas lebih besar dibandingkan tanpa DM.

    Dari hasil penelitian SHE tahun 1996 dan Syt-Eur tahun 1999 pada pasien usia lanjut dengan Dm, didapatkan bahwa pengobatan diuretik atau antagonis kalsium mempunyai efek penurunan TD yang sama.

    Indeks Masa TubuhPasien hipertensi yang gemuk mempunyai prognosis lebih baik dibandingkan yang kurus. Hal itu terjadi karena pada hipertensi gemuk peningkatan TD terutama diakibatkan oleh peningkatan volume plasma sedangkan pada yang hipertensi yang tidak gemuk diakibatkan peningkatan sistem simpatis dan sistem renin angiotensin.

  • PENGELOLAAN HIPERTENSI LANJUT USIA Pada pasien dengan DM, sasaran TD adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan pada pasien dengan gagal ginjal atau jantung, sasaran TD yang paling rendah yang dapat ditolerir.

    Diuretika dianjurkan sebagai pengobatan pertama HST.

    Pada usia lanjut penurunan berat badan (pada obesitas) dan mengurangi asupan garam sangat penting dalam pengelolaan hipertensi. Selain itu, dianjurkan melakukan latihan atau aktivitas fisik secar teratur dan menghentikan konsumsi alkohol.

  • APAKAH SEMUA OBAT HIPERTENSI MEMPUNYAI EFEKTIVITAS YANG SAMA ????Penelitian STOP-2 (Swedish Trial in Old Patients with Hypertension-2) secara statistik belum cukup bukti untuk membandingkan berbagai karakteristik obat-obat yang diteliti, efek terhadap mortalitas kardiovaskular, strok, dan infark didapatkan sama.

    Analisis meta yang besar juga menyimpulkan bahwa diuretik, penghambat beta, ACEI, dan antagonis kalsium menghasilkan penurunan morbiditas dan mortalitas yang sama.

  • Penelitian LIFE (Losartan Intervention for End-point Reduction in Hypertension), terutama pada pasien hipertensi sistolik dan pemberian losartan dibandingpenghambat beta, dalam hal penurunan angka kejadian strok (25%) dan kejadian diabetes (25%).

    Walaupun pada kelompok TD 140-160 belum ada penelitian terkontrol yang membuktikan manfaat penurunan yekanan darah, keputusan untuk mengobati TD dianjurkan jangan ditunda dan jangan atas dasar pertimbangan umur.

  • Hipotensi OrtostatikTerjadi apabila perbedaan TD pada posisi berbaring dengan posisi berdiri >20 mmHg sistolik atau >10 mmHg diastolik.

    Penyebab HO antara lain kurangnya cairan tubuh, disfungsi barorefleks, insufisiensi saraf otonom, obat antihipertensi tertentu seperti penghambat reseptor alfa atau penghambat beta.

    Gejala HO seperti rasa tidak stabil, riwayat terjatuh, rasa oleng atau pernah pingsan, harus diperhatikan dengan pengukuran TD pada posisi berbaring, duduk dan berdiri atau tegak.

  • MASALAH KHUSUS PADA USIA LANJUT1. Pada usia lanjut sering mendapat banyak obat, sehingga kemungkinan interaksi harus selalu dipikirkan. Ada obat dari dokter, obat bebas maupun obat tradisional. Pada saat kontrol sebaiknya pasien membawa semua obat yang diminum selama ini, atau catatan yang lengkap mengenai obat-obat yang didapat.

    2. Pendengaran dan penglihatan yang menurun sering mengakibatkan kesulitan dalam memahami instruksi dokter. Cara pemberian obat harus sesederhana dan semudah mungkin.

  • 3. Adanya demensia atau gangguan fungsi kognitif perlu jadi pertimbangan untuk menentukan pilihan obat.

    4. Kemasan dan tempat obat yang diberikan apotik. Kesulitan membuka tutup, mengeluarkan obat dan mengakibatkan kepatuhan minum obat terganggu.

    5. Kebanyakan pasien usia lanjut mempunyai kesulitan keuangan, sehingga dalam pemilihan obat, pemeriksaan penunjang dan lain-lain harus dipertimbangkan.

    6. Komunikasi dengan pasien. Agar dokter menyediakan lebih banyak waktu untuk mendengarkan keluhan seperti efek obat, segala kesulitan dan menasehatinya.