MATERI HTN
-
Upload
presly-prayogo -
Category
Documents
-
view
15 -
download
0
Transcript of MATERI HTN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka di bidang
pemerintahan sekarang ini telah terjadi perubahan yang besar sekali. Salah satu perubahan
itu ialah diwujudkannya tata pemerintahan yang demokratis dan baik (democratic and
good governance), perwujudan tata pemerintahan yang demokratis dan baik pada dasarnya
untuk perekonomian kita mencapai tujuan pemerintahan itu sendiri yakni, menciptakan
masyarakat yang adil, makmur, sejahtera yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Sejalan dengan pengertian (democratic and good governance), yaitu : Upaya
mewujudkan sistem pemerintah yang demokratis, bersih, dan berwibawa selalu menjadi
obsesi bagi rakyat dan pemerintahan di zaman modern sekarang ini. Peristiwa dramatis
yang membuat perekonomian kita terpuruk sehingga agak sulit untuk bangkit kembali
menata sistem pemerintahan yang baik. Salah satu unsur penyelenggaraan pemerintahan
yang perlu memperoleh perhatian dalam upaya reformasi itu ialah penataan aparatur
pemerintah yang meliputi penataan kelembagaan birokrasi pemerintahan, sistem, dan
penataan manajemen sumber daya pegawai.1
Sinkronisasi antara aparatur pemerintah selaku pelaksana kebijakan dan masyarakat
selaku penerima kebijakan sangatlah dibutuhkan demi terciptanya penyelenggaraan
pemerintahan yang baik dan sesuai dengan makna termuat dalam Undang-Undang Nomor
28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas KKN (Kolusi,
Korupsi, Nepotisme). Untuk itu peran serta masyarakat sangatlah penting guna ikut serta
mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
68 Tahun 1999, sehingga aparatur pemerintah selaku pelaksana kebijakan mampu
mempertanggung jawabkan tugas, fungsi, dan wewenangnya kepada seluruh kalangan
masyarakat.
Dalam perspektif sosiologis, masyarakat merupakan suatu komunitas yang
berbudaya, terorganisasi dan memiliki kaidah normatif sebagai sarana interaksi sesama
anggota masyarakat lainnya. Sebagai pembentuk tatanan sosial kemasyarakatan harus
memiliki kepekaan dalam mengenali dan memahami setiap persoalan sosial
1. Miftah Thoha, Manajemen Kepegawaian Sipil di Indonesia, Kencana, Jakarta, 2008, hlm 1.
kemasyarakatan sebagai tanggung jawab moral bagi setiap anggota masyarakat, karena
sebagai subjek yang melakukan tindakan, maka perilaku-perilaku menyimpang yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat mesti disikapi oleh anggota masyarakat sendiri (self
organization), tanpa harus ada perintah yang sifatnya memaksa dari Negara.
Segala tindakan masyarakat harus didorong oleh suatu kesadaran kritis agar
keamanan dan ketertiban masyarakat diharapkan tetap stabil dan dinamis, disisi lain
masyarakat pun memiliki kepekaan dalam memahami dan mendalami hak dan tanggung
jawabnya selaku anggota masyarakat seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor
28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bebas Kolusi, Korupsi, Nepotisme
dan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 Tentang Pelaksanaan Peran Serta
Tentang Penyelenggaraan Negara. Untuk itu peran aktif masyarakat dalam upaya
mendukung terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bebas KKN sangat
diperlukan sekali. Peran aktif terwujud berupa pengadun masyarakat sebagai kontrol sosial
terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah.
Di dalam prakteknya melihat pelaksanaan fungsi pelayanan masyarakat yang
dilakukan oleh pihak aparatur pemerintahan baik di kelurahan sampai pada Kecamatan,
seperti halnya dalam pelayanan pembuatan kartu tanda penduduk (KTP), pembuatan Kartu
Keluarga (KK) dan pelayanan masyarakat lainnya, di sini tergambar dengan nyata
bagaimana peran serta masyarakat dalam upaya mendukung penyelenggaraan pemerintah
yang dilakukan oleh aparatur pemerintahan yang ada.
Berdasarkan hal ini Pemerintah mempunyai andil besar dalam mewujudkan
penyelenggaraan pemerintahan yang baik diwilayahnya dan tentunya juga harus didukung
oleh peran serta masyarakat. Disini sangat dibutuhkan analisis yang cermat karena selain
mengamati fenomena masyarakat selaku penerima kebijakan juga harus memperhatikan
kinerja dari aparatur pemerintahan yang melaksanakan tanggung jawabnya dalam
membawa masyarakat ke arah yang lebih sejahtera.
B. Permasalahan
1. Bagaimanakah pelaksanaan fungsi pelayanan masyarakat yang dilakukan oleh
aparatur pemerintahan untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang
baik dan bebas KKN berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999?
2. Usaha-usaha apa yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala dalam fungsi
pelayanan masyarakat dalam mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang
baik dan bebas KKN berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mengkaji tentang pelaksanaan pelayanan masyarakat yang
dilakukan oleh aparatur pemerintah dalam mewujudkan pemerintahan yang baik
dan bebas KKN berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999.
2. Untuk mengetahui usaha-usaha apa yang dilakukan untuk mengatasi kendala-
kendala dalam fungsi pelayanan masyarakat dalam mewujudkan penyelenggaraan
pemerintahan yang baik dan bebas KKN berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
68 Tahun 1999.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
pengetahuan, untuk memperluas pemahaman bagi pengembangan Ilmu Hukum
etatanegaraan pada umumnya dan Ilmu Administrasi Negara pada khususnya.
2. Secara praktis
a. Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk dijadikan sebagai
informasi dan masukan bagi yang berwenang dan pengetahuan bagi penulis yang
selama ini hanya memperoleh teori di bangku kuliah saja.
b. Dijadikan bahan masukan bagi masyarakat mengenai ketentuanketentuan hukum
dan masalah-masalah yang terkait dengan pelaksanaan fungsi pelayanan masyarakat
dalam penyelenggaraan pemerintah yang baik dan bebas KKN (Kolusi, Korupsi,
Nepotisme).
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENYELENGGARAAN NEGARA / PEMERINTAHAN
1. Pengertian Negara
Secara teoritis dan praktik, terdapat perbedaan antara pemerintah dengan
pemerintahan. Pemerintahan adalah segala urusan yang dilakukan oleh Negara dalam
menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat dan kepentingan Negara. Dengan ungkapan
lain, pemerintahan adalah bestuurvoering atau pelaksanaan tugas pemerintah, sedangkan
pemerintah ialah organ / alat atau aparat yang menjalankan pemerintahan. Pemerintah
sebagai alat kelengkapan Negara dapat diartikan secara luas (in the broad sense) dan dalam
arti sempit (in the narrow sense). Pemerintah dalam arti luas itu mencakup semua alat
kelengkapan negara, yang pada pokoknya terdiri dari cabang-cabang kekuasaan eksekutif,
legislatif, dan yudikatif atau alat-alat kelengkapan negara lainnya yang bertindak untuk dan
atas nama negara, sedangkan dalam pengertian sempit pemerintah adalah cabang
kekuasaan eksekutif.
Pemerintah dalam arti sempit adalah organ / alat perlengkapan negara yang di
berikan tugas pemerintahan atau melaksanakan undang-undang sedangkan dalam arti luas
mencakup semua badan yang menyelenggarakan semua kekuasaan di dalam Negara baik
eksekutif maupun legislatif dan yudikatif. Dalam kepustakaan, istilah pemerintahan disebut
memiliki dua pengertian, yaitu sebagai fungsi dan sebagai organisasi, pemerintahan
sebagai fungsi yakni aktivitas memerintah adalah melaksanakan tugas-tugas pemerintahan
(penyelenggaraan kepentingan umum oleh dinas publik). Pemerintahan (umum) sebagai
organ adalah kumpulan organ-organ dari organisasi pemerintahan yang dibebani dengan
pelaksanaan tugas pemerintahan.
Negara merupakan suatu daerah atau wilayah yang ada di permukaan bumi di mana
terdapat pemerintahan yang mengatur ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan
keamanan, dan lain sebagainya. Di dalam suatu negara minimal terdapat unsur-unsur
negara seperti rakyat, wilayah, pemerintah yang berdaulat serta pengakuan dari negara lain.
Negara adalah perpaduan beberapa keluarga mencakupi beberapa desa, hingga pada
akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya, dengan tujuan kesenangan dan kehormatan
bersama. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berbentuk republik yang telah
diakui oleh dunia internasional dengan memiliki ratusan juta rakyat, wilayah darat, laut dan
udara yang luas serta terdapat organisasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang
berkuasa. Negara merupakan suatu organisasi dari rakyat negara tersebut untuk mencapai
tujuan bersama dalam sebuah konstitusi yang dijunjung tinggi oleh warga negara tersebut.
Indonesia memiliki Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi cita-cita bangsa secara
bersama-sama. Selain memiliki cita-cita, suatu negara juga diharuskan memiliki fungsi-
fungsi yang dapat memaksimalkan kinerja pemerintah.2 Adapun fungsi dari negara, yaitu:
a. Mensejahterakan serta memakmurkan rakyat, Negara yang sukses dan maju adalah
negara yang bisa membuat masyarakat bahagia secara umum dari sisi ekonomi dan
sosial kemasyarakatan;
b. Melaksanakan ketertiban, untuk menciptakan suasana dan lingkungan yang kondusif
dan damai diperlukan pemeliharaan ketertiban umum yang didukung penuh oleh
masyarakat;
c. Pertahanan dan keamanan, Negara harus bisa memberi rasa aman serta menjaga dari
segala macam gangguan dan ancaman yang datang dari dalam maupun dari luar;
d. Menegakkan keadilan, Negara membentuk lembaga-lembaga peradilan sebagai tempat
warganya meminta keadilan di segala bidang kehidupan.
Adapun Fungsi-fungsi dari Negara di atas, maka dapat diketahui bahwa negara
adalah :
1. Organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan
ditaati oleh rakyat;
2. Kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi di
bawah lembaga politik dan pemerintah yg efektif, mempunyai kesatuan politik,
berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya untuk kepentingan yang
lebih penting daripada kepentingan perseorangan, atau negara adalah suatu wilayah di
permukaan bumi yang kekuasaannya baik politik, militer, ekonomi, sosial maupun
budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut. Negara adalah
pengorganisasian masyarakat yang mempunyai rakyat dalam suatu wilayah tersebut,
dengan sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini. Syarat lain
keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah tertentu tempat negara itu berada.
Hal lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa negara diakui oleh
warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah tempat
negara itu berada. Pengertian negara secara umum diartikan sebagai organisasi tertinggi di
2. Ibid, hlm 25.
antara suatu kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup di
dalam daerah tertentu yang mempunyai pemerintah yang berdaulat.
Dalam bentuk modern negara terkait erat dengan keinginan rakyat untuk mencapai
kesejahteraan bersama dengan cara-cara yang demokratis. Bentuk paling kongkrit
pertemuan negara dengan rakyat adalah pelayanan publik, yakni pelayanan yang diberikan
negara pada rakyat. Terutama sesungguhnya adalah bagaimana negara memberi pelayanan
kepada rakyat secara keseluruhan, fungsi pelayanan paling dasar adalah pemberian rasa
aman. Negara menjalankan fungsi pelayanan keamanan bagi seluruh rakyat bila semua
rakyat merasa bahwa tidak ada ancaman dalam kehidupannya. Dalam perkembangannya
banyak negara memiliki pelayanan yang berbeda bagi warganya.
Berbagai keputusan harus dilakukan untuk mengikat seluruh warga negara, atau
hukum, baik yang merupakan penjabaran atas hal-hal yang tidak jelas dalam Konstitusi
maupun untuk menyesuaikan terhadap perkembangan zaman atau keinginan masyarakat,
semua kebijakan ini tercantum dalam suatu Undang-undang.3 Pengambilan keputusan
dalam proses pembentukan Undang-undang haruslah dilakukan secara demokratis, yakni
menghormati hak tiap orang untuk terlibat dalam pembuatan keputusan yang akan
mengikat mereka itu. Seperti juga dalam organisasi biasa, akan ada orang yang mengurusi
kepentingan rakyat banyak. Dalam suatu negara modern, orang-orang yang mengurusi
kehidupan rakyat banyak ini dipilih secara demokratis pula.
2. Pengertian Penyelenggaraan Negara
Penyelenggaraan Negara adalah pejabat Negara yang menjalankan fungsi eksekutif,
legislatif atau yudikatif dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan
penyelenggaraan Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
terkait.4 Penyelengara Negara yang bersih adalah penyelenggara Negara yang mentaati
asas- asas umum penyelenggaraan Negara dan bebas dari praktik korupsi, kolusi,
nepotisme, serta perbuatan tercela lainnya.
Penyelenggaraan Negara mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam
penyelenggaraan Negara untuk mencapai cita-cita perjuangan bangsa mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana tercantu dalam Undang-undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945, juga mampu menjalankan fungsi dan tugasnya secara
sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab, perlu diletakkan asas-asas penyelenggaraan
3. S. Pamudji, Perbandingan Pemerintahan, Cet. Ke-III, Bumi Aksara, Jakarta, 1994, hlm 68.4. Tolchah Mansoer, Beberapa Aspek Kekuasaan-Kekuasaan Eksekutif dan Legislatif di Indonesia, dari Disertasi
Universitas Gadjah Mada, Paramita, Jakarta, 1995, hlm 68.
Negara. Dalam prakteknya korupsi, kolusi, nepotisme tidak hanya dilakukan antar-
penyelenggaraan Negara melainkan juga antara penyelenggaraan Negara dan pihak lain
yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta
membahayakan eksistensi Negara, sehingga diperlukan landasan hukum untuk
pencegahannya. Asas-asas umum pemerintahan Negara yang baik adalah asas yang
menjungjung tinggi norma kesusilaan, kepatutan, dan norma hukum untuk mewujudkan
penyelenggaraan Negara yang bersih dari korupsi, kolusi, nepotisme. Penyelenggara
Negara meliputi;
1. Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara;
2. Pejabat Negara ;
3. Menteri;
4. Gubernur;
5. Hakim;
6. Pejabat Negara yang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku; dan
7. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyelenggaraan
Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Asas-asas Umum Penyelenggaraan Negara meliputi :
1. Asas kepastian hukum,
2. Asas tertib penyelenggaraan Negara,
3. Asas kepentingan umum,
4. Asas keterbukaan,
5. Asas Proporsionalitas,
6. Asas Profesionalitas,
7. Asas Akuntabilitas.
3. Pengertian Kolusi, Korupsi, Dan Nepotisme
Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi. Kolusi adalah
permufakatan atau kerja sama secara melawan hukum antar-Penyelenggara Negara atau
antara Penyelenggara Negara dan pihak lain yang merugikan orang lain, masyarakat, dan /
atau negara. Nepotisme adalah setiap perbuatan Penyelenggara Negara secara melawan
hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan/atau kroninya di atas
kepentingan masyarakat, bangsa, dan Negara.
Asas umum Pemerintahan Negara yang baik adalah asas yang menjunjung tinggi
norma kesusilaan, kepatutan, dan norma hukum, untuk mewujudkan Penyelenggaraan
Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan Nepotisme.5
Pemerintah memiliki komitmen yang kuat untuk menciptakan tata kepemerintahan
yang baik atau good public governance. Komitmen tersebut diwujudkan melalui upaya
membangun sistem penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang mampu mendukung
pelaksanaan pembangunan untuk mencapai tujuan nasional. Keberhasilan pembangunan
nasional selama ini dicapai melalui berbagai cara yang sinergi antara pemerintah selaku
pilar utama pembangunan dengan masyarakat dan dunia usaha serta stakeholder lainnya.
Berbagai langkahlangkah yang ditempuh pemerintah selama ini dilakukan dalam kerangka
reformasi birokrasi.
Institusi birokrasi pemerintah sesuai kedudukannya dalam sistem administrasi
negara, merupakan wahana bagi penyelenggaraan negara dan pemerintahan di berbagai
bidang kehidupan bangsa dan hubungan antar bangsa. Secara umum birokrasi pemerintah
memiliki tugas dalam pengelolaan pelayanan publik, motor penggerak pembangunan,
menerjemahkan berbagai keputusan politik strategis ke dalam berbagai kebijakan publik
yang operasional, dan menjadi faktor penentu keberhasilan keseluruhan agenda
pemerintahan dan pembangunan nasional. Dengan demikian, terdapat korelasi yang kuat
antara perwujudan good public governance dengan keberhasilan pelaksanaan
pembangunan di berbagai bidang. Untuk pelaksanaan pembangunan bidang
penyelenggaraan negara, permasalahan yang diperkirakan masih terjadi pada Tahun 2009
diantaranya berbagai peraturan perundang-undangan sebagai landasan atau terkait dengan
pelaksanaan Reformasi Birokrasi belum dapat diundangkan atau masih dalam proses
penyusunan dan pembahasan dengan DPR.
Kondisi ini dikhawatirkan dapat menimbulkan ketidakpastian kebijakan pelaksanaan
reformasi birokrasi, sehingga inisiatif reformasi birokrasi masih berjalan secara parsial dan
penerapannya di instansi pemerintah secara terbatas. Di samping itu,permasalahan lainnya
adalah penerapan teknologi informasi dalam penyelenggaraan pemerintahan (governrnent)
dan pelayanan publik (services) belum merata di seluruh intansi pemerintah,masih belum
diterapkannya secara luas manajemen berbasis kinerja pada lingkungan birokrasi
pemerintah sehingga berdampak kurangnya kontribusi dan dukungan dari birokrasi pada
pencapaian keberhasilan pembangunan.
5. Ibid, hlm 25.
B. PELAKSANAAN FUNGSI PELAYANAN MASYARAKAT YANG
DILAKUKAN OLEH APARATUR PEMERINTAH
Pada umumnya pelaksanaan fungsi pelayanan masyarakat selain yang dilakukan oleh
aparatur pemerintah juga dari masyarakat itu sendiri. Aparatur pemerintah dan masyarakat
saling berhubungan, karena itu mempunyai keterkaitan yang sangat erat guna untuk
menyelenggarakan pemerintahan yang baik dan bebas KKN( Kolusi, korupsi, Nepotisme).
Dalam perspektif sosiologis, masyarakat adalah suatu komunitas yang berbudaya,
terorganisasi dan memiliki kaidah normatif sebagai sarana interaksi sesama anggota
masyarakat lainnya. Sebagai pembentuk tatanan sosial, tentu saja dalam hidup sosial
kemasyarakatan harus memiliki kepekaan dalam mengenali dan memahami setiap
persoalan sosial kemasyarakatan sebagai tanggung jawab moral bagi setiap anggota
masyarakat, karena sebagai subyek yang melakukan tindakan maka perilaku-perilaku
menyimpang yang terjadi dalam kehidupan masyarakat harus disikapi oleh anggota
masyarakat sendiri (self organization), tanpa harus ada perintah yang sifatnya memaksa
dari negara. Segala tindakan masyarakat harus didorong oleh suatu kesadaran kritis agar
keamanan dan ketertiban masyarakat diharapkan tetap stabil dan dinamis. Di sisi lain,
masyarakat juga harus memiliki kepekaan dalam memahami dan mendalami hak dan
tanggung jawabnya selaku anggota masyarakat seperti yang tertuang dalam Undang-
undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bebas KKN (Kolusi,
Korupsi, Nepotisme) dan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Negara. Untuk itu Peran aktif
masyarakat dalam upaya mendukung terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang
baik dan bebas KKN (Kolusi, Korupsi, Nepotisme) sangat diperlukan sekali. Peran aktif
tersebut berupa pengaduan masyarakat sebagai kontrol / pengawasan sosial dalam
penyelengaraan pemerintahan yang dilakukan oleh aparatur pemerintahan. Dalam hal ini
Pemerintah mempunyai andil besar dalam mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan
yang baik dan tentunya juga harus didukung peran serta masyarakat.
Salah satu proses yang paling penting adalah perencanaan pembangunan. Oleh
karena itu didalam proses perencanaan peran serta masyarakat mutlak diperlukan sebab di
dalam pembangunan, masyarakat tidak hanya sebagai objek pembangunan saja tetapi juga
subjek pembangunan. Di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan dalam kalimat Bab II Pasal 4 Huruf d ditegaskan bahwa
perencanaan pembangunan bertujuan untuk mengoptimalkan partipasi masyarakat. Dengan
demikian, Undang-undang tersebut telah menjamin bahwa dalam setiap langkah
perencanaan pembangunan baik ditingkat pusat maupun daerah partisipasi masyarakat
wajib untuk didengar dan dipertimbangkan oleh pemerintah. Jika dilihat lebih lanjut maka
penyebab lemahnya aspirasi masyarakat tersebut dapat digolongkan menjadi dua kelompok
yaitu:6
1. Eksternal adalah kondisi di luar sistem birokrasi pemerintah yaitu masyarakat umum.
2. Internal adalah kondisi di dalam sistem birokrasi pemerintah.
Good governance dapat diartikan sebagai tindakan atau tingkah laku yang didasarkan
pada nilai-nilai yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi masalah
publik untuk mewujudkan nilai-nilai itu di dalam tindakan dan kehidupan keseharian.
Kriteria pemerintahan yang baik, adalah sebagai berikut:7
1. Partisipasi, menunjuk pada keikutsertaan seluruh warga negara dalam pengambilan
keputusan yang dilakukan secara langsung maupun melalui lembaga perwakilan.
2. Penegakan hukum atau peraturan, penegakan hukum harus diterapkan secara adil dan
tegas.
3. Transparansi, seluruh proses pemerintahan dapat diakses dengan publik.
4. Responsif, lembaga pemerintah harus selalu tanggap terhadap kepentingan publik.
5. Konsensus, Pemerintah harus dapat menjembatani perbedaan kepentinggan demi
tercapainya konsensus antar kelompok.
6. Keadilan, kesetaraan pelayanan bagi seluruh warga.
7. Efektifitas dan efisiensi, Merujuk pada proses pemerintahan yang dapat mencapai
tujuan dan menggunakan dana seoptimal mungkin
8. Akuntabel, seluruh proses pemerintah harus dapat dipertanggungjawabkan.
9. Visi Strategis, pemerintah mempunyai visi jauh kedepan yang dapat mengantisipasi
perubahan.
6. Ibid, hlm 27.7. Ibid, hlm 32.
B. KENDALA-KENDALA DAN UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK MENGATASI FUNGSI PELAYANAN MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BEBAS KKN
Secara umum masalah yang paling banyak mendapat sorotan dari masyarakat, adalah:
1. Masalah penyalahgunaan wewenang,
2. Masalah kolusi,korupsi, nepotisme (KKN),
3. Masalah Pungutan liar,
4. Masalah kepegawaian,
5. Masalah pertanahan,
6. Masalah pelayanan hukum dan peradilan,
7. Masalah pelayanan umum dan masyarakat,
8. Masalah tindakan tidak terpuji,
9. Masalah-masalah lainnya.
Permasalahan itu tentang keterlambatan dalam penyelesaian pelayanan pembuatan
KTP (Kartu Tanda Penduduk), yaitu yang seharusnya pembuatan KTP bisa diselesaikan
dalam tempo 2 (dua) hari, akan tetapi sering terjadi keterlambatan dalam penyelesaiannya.
Keterlambatan dalam penyelesaian pembuatan KTP tersebut terjadi karena sistem
komputerisasi yang sering bermasalah dan masih terbatasnya sarana dan prasarana dalam
hal mendukung penyelenggaraan pelayanan terhadap masyarakat tersebut, bukan hanya
pembuatan KTP saja dalam pembutan KK (Kartu Keluarga) juga.
Pengaduan masyarakat sebagai bentuk peran serta masyarakat juga sebagai kontrol
sosial terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bebas KKN (Kolusi,
Korupsi, Nepotisme) sangat dibutuhkan agar terjadi kesimbangan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara antara aparatur pemerintahan selaku pelaksana kebijakan dan
masyarakat sebagai penerima kebijakan. Untuk itu sangat diperlukan kerjasama antara
kedua belah pihak dalam memainkan atau melaksanakan peranannya masing-masing yakni
dalam hal melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya tersebut. Selanjutnya ada beberapa
faktor yang mempengaruhi penanganan pengaduan dalam pelaksanaan masyarakat yang
dapat menghambat atau mengurangi efektivitas pengawasan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pemerintahan dalam pelaksanaan fungsi pelayanan masyarakat, yakni:
1. Luas dan kompleksnya cakupan kegiatan birokrasi pemerintah yang tersebar di seluruh
pelosok tanah air, sehingga tidak mungkin ditangani secara sentralistik, contohnya
dalam Pemilu (Pemilihan Umum) didaerah terpencil masyarakatnya tidak mendapatkan
sosialisasi dari pemerintah (Pejabat Pemerintah yang berwenang atau birokrasi yang
ditunjuk oleh pemerintah) mengenai cara memilih yang baik dan benar (Pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden).
2. Proses penanganan pengaduan masyarakat sangat lambat dan berbelit-belit, sehingga
sering mendorong masyarakat cenderung menempuh jalan pintas dalam menyelesaikan
sendiri masalah yang dianggap merugikannya dan melanggar rasa keadilan masyarakat.
hal ini perlu diantisispasi agar tidak terjadi gejolak sosial yang anarkis, contohnya
dalam pembuatan KTP atau KK para petugas tidak optimal dalam melayani masyarakat.
3. Adanya kecenderungan pimpinan instansi pemerintah melindungi aparat di jajaran
instansinya agar kelihatan bersih, sehingga laporannya tidak lugas dan kurang objektif,
seperti para aparat pemerintah yang melakukan KKN, tetapi dilindungi oleh aparat yang
lain.
4. Kurangnya kesadaran dan pemahaman terhadap arti, makna, urgensi, serta manfaat
pengawasan masyarakat dari sebagian besar aparatur pemerintah, sehingga kurang
peduli dan tidak peka terhadap aspirasi serta keluhan masyarakat.
5. Kurangnya konsistensi dan transparansi dalam penegakan hukum yang sering tidak
tuntas, sehingga mengurangi kepercayaan masyarakat.
6. Kurangnya perlindungan hukum bagi pelapor dan atau kemungkinan terjadinya
penyalahgunaan wewenang aparat pemeriksa terhadap pejabat terlapor dan pelapor.
7. Cara berfikir dan bertindak yang formalitas dan rutin, disertai arogansi kekuasaan,
sehingga cenderung sering mempersonifikasikan dirinya sebagai penguasa dengan
pertimbangan-pertimbangan subyektif dan berlindung pada wewenang administrasi
yang tidak terukur.
Setiap laporan hasil penanganan pelaksanaan fungsi pelayanan masyarakat agar
segera ditindak lanjuti sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku, yakni:
1. Tindakan administrasif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
2. Tindakan tuntutan pembendaharaan dan tuntutan ganti rugi,
3. Tindakan gugatan perdata,
4. Tindakan pengaduan perbuatan pidana,
5. Tindakan penyempurnaan manajemen instansi yang bersangkutan.
Untuk itu pengaduan masyarakat sebagai bentuk peran serta masyarakat sebagai
kontrol dalam penyelengaraan pemerintahan yang baik dan bebas KKN (Kolusi, Korupsi,
Nepotisme) juga dalam pelaksanaan fungsi pelayanan masyarakat tidak akan berjalan
sebagaimana mestinya kalau tidak didukung dengan konsep penanganan yang baik dan
oleh aparatur pemerintahan. Oleh karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi penanganan
pengaduan masyarakat yang dapat menghambat atau mengurangi efektifitas pengawasan
masyarakat terhadap penyelengaraan pemerintahan harus disikapi dengan cermat oleh
aparatur pemerintahan untuk ditindak lanjuti dan dilakukan perbaikan kearah yang lebih
baik agar upaya pelaksanaan peran serta masyarakat sebagai kontrol dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bebas KKN (Kolusi, Korupsi, Nepotisme)
dapat direalisasikan sebagaimana mestnya dan sesuai dengan apa yang dicita-citakan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pelaksanaan fungsi pelayanan masyarakat yang dilakukan oleh aparatur
pemerintah dalam mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan
bebas KKN (Kolusi, Korupsi, Nepotisme) sangatlah penting demi terciptanya
sinergisitas antara aparatur pemerintahan selaku pelaksana kebijakan dan
masyarakat sebagai penerima kebijakan. Dalam hal ini dibutuhkan kerja sama
kedua belah pihak, antara aparatur pemerintah dan masyarakat karena kalau hal
itu tidak terlaksana sebagaimana mestinya maka sangatlah sulit hal tersebut diatas
akan terwujud.
2. Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan demi terciptanya penyelengaraan
pemerintahan yang baik dan sesuai dengan harapan dan keinginan
masyarakat.Tentunya selain mengharapkan peran aktif dari masyarakat, aparatur
pemerintah juga dapat lebih meningkatkan intensitas dan kualitas pelaksanaan
pelayanan masyarakat sehingga keseimbangan itu benar-benar terjadi antara
pelaksana kebijakan dan penerima kebijakan, sehingga bukan mustahil
penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bebas KKN (Kolusi, Korupsi,
Nepotisme) dapat direalisasikan.
B. SARAN
1. Diharapkan agar aparatur pemerintahan lebih melaksanakan tugasnya dalam
melayani masyarakat sesuai dengan fungsi pelayanan masyarakat agar terciptanya
penyelenggaraan pemerintah yang baik dan bebas KKN (Kolusi, Korupsi,
Nepotisme).
2. Peran serta masyarakat juga sangat dibutuhkan dalam mewujudkan
penyelenggaraan pemerintah yang baik dan bebas KKN (Kolusi, Korupsi,
Nepotisme) agar terciptanya sinergisitas antara aparatur pemerintahan selaku
pelaksana kebijakan dan masyarakat sebagai penerima kebijakan.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Daud Basroh, 1987., Intisari Perbandingan Hukum Tata Negara, Ghalia, Jakarta.
Billah M.M., 2001., Eksistensi Asas-asas Umum Penyelenggaraan Pemerintahan Yang
Layak Dalam Menjelmakan Pemerintahan Yang Baik Dan Bersih di Indonesia,
Universitas Padjadjaran, Bandung.
Burhanudin A Tayipnapsis, 1986., Administrasi Kepegawaian: Suatu Tinjauan Analitik,
Pradnya Paramitha, Jakarta.
David Beetham dan Kevin Boyle, 2000., Demokrasi, Kanisius, Yogyakarta.
Dudu Duswara & Otje Salman, 2000., Pengantar Ilmu Hukum, Refika Aditama, Bandung.
H.A.W. Widjaja, 1997., Etika Pemerintahan, Bumi Aksara, Jakarta.
Kusnardy Moh., Harmaily Ibrahim, 1983., Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,
Fakultas Hukum-Universitas Indonesia, Jakarta.
Miftah Thoha, 2008., Manajemen Kepegawaian Sipil di Indonesia, Kencana, Jakarta.
Otje salman dan Anthon F. Susanto, 2005., Teori Hukum : Mengingat, Mengumpulkan dan
Membuka Kembali, Refika Aditama, Bandung.
Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Tata cara Pelaksanaan Peran Serta
Masyarakat Dalam Penyelenggaraaan Negara.
Ridwan H.R, 1994., Hukum Administrasi Negara. Ghalia Indonesia, Jakarta.
S. Pamudji, 1994., Perbandingan Pemerintahan, Bumi Aksara, Jakarta.
Tahir Azhari, 1992., Negara Hukum, Bulan Bintang, Jakarta.
Tolchah Mansoer, 1995., Beberapa Aspek Kekuasaan-Kekuasaan Eksekutif dan Legislatif
di Indonesia, Paramita, Jakarta.
Utrecht, Majalah Hukum dan Masyarakat, Tahun ke-1, Nomor 3, April 1956.
ANALISIS YURIDIS PELAKSANAAN FUNGSI PELAYANAN MASYARAKAT
BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 68 TAHUN 1999