Post on 21-Dec-2015
description
MAKALAH KEWARGANEGARAAN
BAB 2
“DEMOKRASI DAN HAK ASASI MANUSIA (HAM)”
Dosen Pembimbing :
H. Luthfi Hardiyanto, S.HI, M.M
Disusun oleh Kelompok 2 :
1. Ahmad Rizal (14310008)
2. Intan Silviana (14310039 )
3. Muhammad Syahid Amin (14310056)
4. Neny Dyah Setyaningsih (14310058)
5. Nur Kholidah (14310062)
6. Riadhotul Jannah (14310072)
7. Shinta Yuni Maerulia (14310080)
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM
LAMONGAN
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Makalah : Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM)
Penulis : 1. Ahmad Rizal (14310008) 2. Intan Silviana (14310039) 3. Muhammad Syahid Amin (14310056) 4. Neny Dyah Setyaningsih (14310058) 5. Nur Kholidah (14310062) 6. Riadhotul Jannah (14310072) 7. Shinta Yuni Maerulia (14310080)
Jurusan : FKIP Matematika
Kelas / Semester : Kelas A pagi/ Semester 1
Dosen Pembimbing
H. Luthfi Hardiyanto, S.HI, M.M
Demokrasi & HAM ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Kami Panjatkan Puji Syukur Atas Kehadirat Allah SWT dan dengan
rahmat dan karunianya, Makalah Kewarganegaraan ini dapat kami buat sebagai tugas
kami.Sebagai bahan pembelajaran kami dengan harapan dapat di terima dan di pahami secara
bersama.
Dalam batas-batas tertentu Makalah ini memuat Tentang Demokrasi dan Hak Asasi
Manusia (HAM), Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami dengan kerendahan hati meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam
penulisan atau penguraian makalah kami Dengan Harapan dapat di terima dan dapat di
jadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran kami.
Lamongan, 23 Desember 2014
Penyusun
Demokrasi & HAM iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………. ii
KATA PENGNTAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 1
BAB II. PEMBAHASAN
A. Hakikat Demokrasi ................................................................................................ 2
B. Pemahaman Demokrasi………………………………………………………….. 2
C. Perkembangan Demokrasi di Indonesia ................................................................. 5
D. Islam dan Demokrasi…………………………………………………………….. 7
E. Pemahaman Hak Asasi Manusia ............................................................................. 9
F. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia .................................................... 11
G. Islam dan Hak Asasi Manusia ................................................................................. 14
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 17
B. Saran ..................................................................................................................... ... 17
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….. 18
Demokrasi & HAM iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain demokrasi, penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan elemen penting
untuk perwujudan sebuah negara yang berkeadaban. Apabila demokrasi dan HAM berjalan
dengan baik maka akan melahirkan sebuah tatanan masarakat yang demokratis dan kritis
terhadap penegakan HAM. Di era globalisasi saat ini, hampir semua negara menyatakan
sebagai negara demokrasi termasuk negara yang sistem pemerintahannya bersumber pada
kedaulatan rakyat seperti Indonesia. Kedaulatan rakyat merupakan paham kenegaraan yang
penjabaran dan terdapat dalam Undang-Undang Dasar suatu negara dan penerapannya
disesuaikan dengan filsafat hidup rakyat dari negara yang bersangkuan. Spirit kerakyatan
yang menjadi watak negara demokrasi merupakan syarat utama dalam negara yang
berkedaulatan rakyat, karena kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Demokrasi
mempunyai arti penting bagi masyarakat karena dengan demokrasi hak masyarkat untuk
menentukan sendiri jalannya organisasi pemerintahan sesuai kehendaknya dapat dijamin.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat dari demokrasi ?
2. Apa yang dimaksud dengan demokrasi?
3. Bagaimanakah perkembangan demokrasi di Negara Indonesia?
4. Bagaimana hubungan antara islam dan demokarasi ?
5. Apa yang dimaksud dengan HAM?
6. Bagaimanakah perkembangan HAM di Negara Indonesia?
7. Bagaimanakah hubungan antara islam dan HAM?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dari hakekat demokrasi.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan demokrasi.
3. Untuk mengetahui perkembangan demokrasi di Negara Indonesia.
4. Untuk mengetahui hubungan antara islam dan demokarasi.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dari HAM.
6. Untuk mengetahui perkembangan HAM di Negara Indonesia.
7. Untuk mengetahui hubungan antara islam dan HAM
Demokrasi & HAM 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Demokrasi
HAKEKAT: pemerintah dari rakyat, pemerintahan oleh rakyat, pemerintahan untuk
rakyat / government of the people, by the people, and for the peolple (1863 oleh Abraham
Lincoln). Pemerintahan dari rakyat berarti pemerintahan negara itu mendapat mandat dari
rakyat untuk menyelenggarakan perintahan. Pemerintahan oleh rakyat berarti pemerintahan
negara itu dijalankan oleh rakyat. Pemerintahan untuk rakyat berarti pemerintahan itu
menghasilkan dan menjalankan kebijakan-kebijakan yang di arahkan untuk kepentingan dan
kejahteraan rakyat.
B. Pemahaman Demokrasi
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dalam sebuah negara dengan kekuasaan
pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung ataupun melalui perwakilan. Kata
“demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat dan kratos/cratein yang
berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat dan untuk rakyat.
Istilah demokrasi sendiri diperkenalkan pertama sekali oleh Aristoteles sebagai suatu bentuk
pemerintahan, yaitu pemerintahan yang menggariskan bahwa kekuasaan berada di tangan
orang banyak yang disebut dengan istilah rakyat. Di Yunani sendiri demokrasi telah muncul
pada pertengahan abad ke-5 dan ke-4 SM. Demokrasi ini merujuk pada sistem politik di
negara kota Yunani Kuno. Seiring dengan perkembangan zaman, sehingga perkembangan
sistem demokrasi juga banyak diterapkan di berbagai negara-negara di dunia. Perkembangan
demokrasi yang semakin pesat juga telah memunculkan perkembangan pengertian dari
demokrasi itu sendiri. Pengertian demokrasi dari para ahli :
1. Menurut H. Harris Soche (Yogyakarta : Hanindita, 1985)
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan pemerintah itu
melekat pada diri rakyat atau pada diri orang banyak untuk mengatur,
mempertahankan dan melindungi dirinya dari paksaan dan pemerkosaan orang lain
atau badan yang diserahi untuk memerintah.
Demokrasi & HAM 2
2. Menurut Hannry B. Mayo
Kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi
secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan yang didasarkan atas prinsip
kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana dimana terjadi kebebasan
politik.
3. Menurut International Commission of Jurist
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerinthan dimana hak untuk membuat keputusan-
keputusan politik diselenggarakan oleh warga negara melalui wakil-wakil yang dipilih
oleh mereka dan yang bertanggungjawab kepada mereka melalui suatu proses
pemilihan yang bebas.
4. Menurut C.F. Strong
Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dimana mayoritas anggota dewan dari
masyarakat ikut serta dalam politik atas dasar sistem perwakilan yang menjamin
pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya pada mayoritas
tersebut.
5. Menurut Samuel Huntington
Demokrasi ada jika para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam sebuah
sistem dipilih melalui suatu pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala dan didalam
sistem itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hampir seluruh
penduduk dewasa dapat memberikan suara.
6. Menurut Webster Merriam, Dictionary
Demokrasi dapat didefenisikan sebagai pemerintahan oleh rakyat; khususnya, oleh
mayoritas; pemerintah dimana kekuasaan tertinggi tepat pada rakyat dan dilakukan
oleh mereka baik langsung atau tidak langsung melalui sebuah sistem perwakilan
yang biasanya dilakukan dengan cara mengadakan pemilu bebas yang diadakan secara
periodik; rakyat umum khususnya untuk mengangkat sumber otoritas politik; tiadanya
distingsi kelas atau privelese berdasarkan keturunan atau kesewenang-wenangan.
Alasan demokrasi sulit dilaksanakan sebagai berikut :
1. Tidak ada tempat yang menampung seluruh warga yang jumlahnya cukup banyak.
2. Untuk melaksanakan musyawarah dengan baik dengan jumlah yang banyak sulit di
lakukan.
Demokrasi & HAM 3
3. Hasil persetujuan secara bulat mufakat sulit tercapai, karena sulitnya memungut suara
dari peserta yang hadir.
4. Masalah yang di hadapi negara semakin kompleks dan rumit sehingga membutuhkan
orang-orang yang secara khusus berkecimpung dalam penyelesaian masalah tersebut.
Maka untuk menghindari kesulitan seperti di atas dan agar rakyat tetap memegang kedaulatan
tertinggi, di bentuklah badan perwakilan rakyat. Badan inilah yang menjalankan demokrasi.
Namun pada prinsipnya rakyat tetap merupakan pemegang kekuasaan tertinggi sehingga
mulailah dikenal “demokrasi tidak langsung” atau “demokrasi perwakilan”.
Jadi, Demokrasi atas dasar penyaluran kehendak rakyat ada dua macam yaitu :
1. Demokrasi langsung
Demokrasi langsung adalah paham demokrasi yang mengikut sertkan seriap warga
negaranya dalam permusyawaratan untuk menentukan kebijaksanaan umum dan
undang-undang.
2. Demokrasi tidak langsung
Demokrasi tidak langsung adalah paham demokrasi yang dilaksanakan melalui sistem
perwakilan.
Untuk negara-negara modern penerapan demokrasi tidak langsung dilakulakan karena
berbagai alasan, antara lain :
1. Penduduk yang selalu bertambah sehingga pelaksanaan musyawarah pada suatu
tempat tidak dimungkinkan.
2. Masalah yang di hadapi semakin kompleks karena kebutuhan dan tantangan hidup
semakin banyak.
3. Setiap warga negara mempunyai kesibukan sendiri-sendiri didalam menyurus
kehidupannya sehingga masalah pemerintahan cukup di serahkan pada orang yang
berminat dan memiliki keahlian dibidang pemerintahan negara.
Secara substantif, prinsip utama dalam demokrasi ada dua (Maswadi Rauf, 1997) yaitu :
1. Kebebasan/persamaan (freedom/equality)
Kebebasan dan persamaan adalah pondasi demokrasi. Kebebsan di anggap sebagai
sarana mencapai kemajuan dengan memberikan hasil maksinal dari usaha orang tanpa
adanya pembatasan dari pengguasaan.
2. Kedaulatan rakyat (people’s soverignty)
Demokrasi & HAM 4
Dengan konsep kedaulatan rakyat, pada hakikatnya kebijakan yang dibuat adalah
kehendak rakyat dan untuk kepentingan rakyat.
C. Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dilihat dari pelaksanaan demokrasi yang
pernah ada di Indonesia. Pelaksanaan demokrasi di Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa
periodesasi antara lain :
1. Pelaksanaan Demokrasi Pada Masa Revolusi (1945 – 1950)
Tahun 1945 – 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin kembali ke
Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan baik. Hal itu
disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan masih terdapat
sentralisasi kekuasaan, hal itu terlihat pada pasal 4 aturan peralihan UUD 1945 yang berbunyi
“sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh
Presiden dengan dibantu oleh KNIP”. Untuk menghindari kesan bahwa Negara Indonesia
adalah negara yang absolut, pemerintah mengeluarkan :
a. Maklumat Wakil Presiden No.X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP berubah menjadi
lembaga legislatif.
b. Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang pembentukan partai
politik.
c. Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan sistem
pemerintahan presidensil menjadi parlementer.
2. Pelaksanaan Demokrasi Pada Masa Orde Lama
a. Masa Demokrasi Liberal (1950 – 1959)
Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden sebagai lambang atau berkedudukan
sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa demokrasi ini peranan
parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan berkembangnya partai-partai politik.
Namun demikian praktek demokrasi ada 3 bagian pada masa ini dinilai gagal
disebabkan :
1) Dominannya partai politik
2) Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
3) Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950
Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
Demokrasi & HAM 5
1) Bubarkan konstituante
2) Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUDS 1950
3) Pembentukan MPRS dan DPAS
b. Masa Demokrasi Terpimpin (1959 – 1966)
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara
semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan nasakom
dengan ciri :
1) Dominasi Presiden
2) Terbatasnya peran partai politik
3) Berkembangnya pengaruh PKI
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain :
1) Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan
2) Peranan parlemen lemah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan
presiden membentuk DPRGR
3) Jaminan HAM lemah
4) Terjadi sentralisasi kekuasaan
5) Terbatasnya peranan pers
6) Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (blok timur)
Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI
yang menjadi tanda akhir dari pemerintahan Orde Lama.
3. Pelaksanaan Demokrasi Orde Baru (1966 – 1998 )
Dinamakan juga demokrasi pancasila. Pelaksanaan demokrasi orde baru ditandai dengan
keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966, Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Awal orde baru memberi harapan baru pada
rakyat pembangunan di segala bidang melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru
berhasil menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992 dan 1997.
Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap gagal sebab :
a. Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada
b. Rekrutmen politik yang tertutup
Demokrasi & HAM 6
c. Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
d. Pengakuan HAM yang terbatas
e. Tumbuhnya KKN yang merajalela
Sebab jatuhnya Orde Baru ada empat bagian, yaitu :
a. Hancurnya ekonomi nasional
b. Terjadinya krisis politik
c. TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan Orde Baru Gelombang
demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk turun sebagai
presiden.
4. Pelaksanaan Demokrasi Reformasi (1998 – Sekarang)
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden
Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998. Masa reformasi berusaha
membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain :
a. Keluarnya ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi
b. Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang referandum
c. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bebas dari
KKN
d. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan masa jabatan Presiden dan
Wakil Presiden RI
e. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV
Pada masa reformasi berhasil menyelenggarakan pemilihan umum sudah tiga kali
yaitu tahun 1999, tahun 2004, dan tahun 2009.
D. Islam dan Demokrasi
Kedaulatan mutlak dan keesaan Tuhan yang terkandung dalam konsep tauhid dan peranan
manusia yang terkandung dalam konsep khilafah memberikan kerangka yang dengannya para
cendekiawan belakangan ini mengembangkan teori politik tertentu yang dapat dianggap
demokratis. Didalamnya tercakup definisi khusus dan pengakuan terhadap kedaulatan rakyat,
tekanan pada kesamaan derajat manusia, dan kewajiban rakyat sebagai pengemban
pemerintahan.
Dalam penjelasan mengenai demokrasi dalam kerangka konseptual islam, banyak
perhatian diberikan pada beberapa aspek khusus dari ranah sosial dan politik. Demokrasi
Demokrasi & HAM 7
islam dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan konsep-konsep Islami yang sudah lama
berakar, yaitu musyawarah (syura), persetujuan (ijma’), dan penilaian interpretative yang
mandiri (ijtihad). Seperti banyak konsep dalam tradisi politik Barat, istilah-istilah ini tidak
selalu dikaitkan dengan pranata demokrasi dan mempunyai banyak konteks dalam wacana
Muslim dewasa ini. Namun, lepas dari konteks dan pemakaian lainnya, istilah-istilah ini
sangat penting dalam perdebatan menyangkut demokratisasi dikalangan masyarakat muslim.
Perlunya musyawarah merupakan konsekuensi politik kekhalifahan manusia. Oleh karena
itu perwakilan rakyat dalam sebuah negara Islam tercermin terutama dalam doktrin
musyawarah. Hal ini disebabkan menurut ajaran Islam, setiap muslim yang dewasa dan
berakal sehat, baik pria maupun wanita adalah khalifah Allah di bumi. Dalam bidang politik,
umat Islam mendelegasikan kekuasaan mereka kepada penguasa dan pendapat mereka harus
diperhatikan dalam menangani masalah negara. Kemestian bermusyawarah dalam
menyelesaikan masalah-masalah ijtihadiyyah, dalam surat Al-syura ayat 3 :
“Dan orang-orang yang menerima seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan
mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian
dari rezki yang Kami berikan kepada mereka”.(QS Asy-Syura : 38).
Disamping musyawarah ada hal lain yang sangat penting dalam masalah demokrasi,
yakni konsensus atau ijma’. Konsensus memainkan peranan yang menentukan dalam
perkembangan hukum Islam dan memberikan sumbangan sangat besar pada korpus hukum
atau tafsir hukum. Dalam pengertian yang lebih luas, konsensus dan musyawarah sering
dipandang sebagai landasan yang efektif bagi demokrasi Islam modern.
Selain syura dan ijma’, ada konsep yang sangat penting dalam proses demokrasi Islam,
yakni ijtihad. Bagi para pemikir muslim, upaya ini merupakan langkah kunci menuju
penerapan perintah Tuhan di suatu tempat atau waktu. Hal ini dengan jelas dinyatakan oleh
Khursid Ahmad: “Tuhan hanya mewahyukan prinsip-prinsip utama dan memberi manusia
kebebasan untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut dengan arah yang sesuai dengan
semangat dan keadaan zamannya”. Itjihad dapat berbentuk seruan untuk melakukan
pembaharuan, karena prinsip-prinsip Islam itu bersifat dinamis, pendekatan kitalah yang telah
menjadi statis. Oleh karena itu sudah selayaknya dilakukan pemikiran ulang yang mendasar
untuk membuka jalan bagi munculnya eksplorasi, inovasi dan kreativitas.
Dalam pengertian politik murni, Muhammad Iqbal menegaskan hubungan antara
konsensus demokratisasi dan ijtihad. Dalam bukunya The Reconstruction of Religious
Demokrasi & HAM 8
Thought in Islam ia menyatakan bahwa tumbuhnya semangat republik dan pembentukan
secara bertahap majelis-majelis legislatif di negara-negara muslim merupakan langkah awal
yang besar. Musyawarah, konsensus, dan ijtihad merupakan konsep-konsep yang sangat
penting bagi artikulasi demokrasi islam dalam kerangka Keesaan Tuhan dan kewajiban-
kewajiban manusia sebagai khalifah-Nya.
Ada beberapa alasan mengapa islam disebut sebagai agama demokrasi, yaitu sebagai
berikut:
1. Islam adalah agama hukum, dengan pengertian agama islam berlaku bagi semua
orang tanpa memandang kelas, dari pemegang jabatan tertinggi hingga rakyat jelatah
dikenakan hukum yang sama. Jika tidak demikian, maka hukum dalam islam tidak
berjalan dalam kehidupan.
2. Islam memiliki asas permusyawaratan “amruhum syuraa bainahum” artinya perkara-
perkara mereka dibicarakan diantara mereka. Dengan demikian, tradisi bersama-sama
mengajukan pemikiran secara bebas dan terbuka diakhiri dengan kesepakatan.
3. Islam selalu berpandangan memperbaiki kehidupan manusia tarafnya tidak boleh
tetap, harus terus meningkat untuk menghadapi kehidupan lebih baik di akhirat.
Jadi, prinsip demokrasai pada dasarnya adalah upaya bersama-sama untuk memperbaiki
kehidupan, kareana itulah islam dikatakan sebagai agama perbaikan “diinul islam” atau
agama inovasi. Untuk itu, islam selau menghendaki demokrasi yang merupakan salah satu
ciri atau jati diri islam sebagai agama hukum.
E. Pemahaman Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak dasaryang dimiliki oleh manusia sesuai
dengan kodratnya. HAM meliputi hak hidup, hak kemerdekaan atau kebebasan, hak milik,
dan hak-hak dasar lain yang melekat pada diri pribadi manusia dan tidak dapat diganggu
gugat oleh orang lain. Tap MPR No. XVII/MPR/1998 Hak Asasi Manusia adalah hak-hak
dasar yang melekat pada diri manusia secara kodrat, universal dan abadi sebagai Anugerah
Tuhan Yang Maha Esa.
Beberapa defenisi menurut para ahli :
a. Prof. Dr. Dardji Darmodiharjo, SH. HAM adalah hak-hak dasar / pokok yang dibawah
manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
Demokrasi & HAM 9
b. Laboratorium pancasila IKIP Malang. HAM adalah hak yang melekat pada martabat
manusia sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
c. Prof. Mr. Kuntjono Purbo Pranoto. HAM adalah hak yang dimiliki manusia menurut
kondratnya yang tidak dipisahkan hakikatnya.
d. John Locke. HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha
Pencipta sebagai suatu yang bersifat kodrati.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa HAM merupakan hak paling individu dan
merupakan seperangkat hak yang melekat pada manusia yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi yang dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Hak
Asasi Manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi
manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran HAM di Indonesia memang masih banyak
yang belum terselesaikan / tuntas sehingga diharapkan perkembagan dunia HAM di
Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh HAM di Indonesia adalah
Munir yang tewas dibunuh diatas pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia.
Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia :
1. Hak Asasi Pribadi (Personal Right)
a. Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pindah tempat.
b. Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.
c. Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan.
d. Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan
kepercayaan yang diyakini masing-masing.
2. Hak Asasi Politik (Political Right)
a. Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pilihan
b. Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
c. Hak membuat dan mendirikan parpol/partai politik dan organisasi politik lainnnya
d. Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi
3. Hak Asasi Hukum (Legal Equality Right)
a. Hak medapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
b. Hak untuk menjadi PNS
c. Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum
4. Hak Asasi Ekonomi (Property Rights)
Demokrasi & HAM 10
a. Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
b. Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
c. Hak kebebasan menyelenggaran sewa-menyewa, hutang-piutang, dll
d. Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak
5. Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)
a. Hak medapatkan pembelaan hukum
b. Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan
penyelidikan dimata hukum
6. Hak Asasi Sosial Budaya (Social Culture Right)
a. Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
b. Hak untuk mengembankan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat
F. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Pemahaman HAM di Indonesia sebagai tatanan nilai, norma, sikap yang hidup di
masyarakat dan acuan bertindak pada dasarnya berlangsung sudah cukup lama. Secara garis
besar, Prof. Bagir Manan pada bukunya Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan HAM di
Indonesia (2001), membagi perkembangan. Pembagian rezim pemerintahan pada tahun 1998
memberikan dampak yang sangat besar pada pemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia.
Pada saat ini mulai dilakukan pengkajian terhadap beberapa kebijakan pemerintah orde baru
yang berlawanan dengan pemajuan dan perlindungan HAM. Selanjutnya dilakukan
penyusunan perlakuan perundang – undangan yang berkaitan dengan perlakuan HAM dalam
kehidupan ketatanegaraan dan kemasyarakatan di Indonesia. Hasil dari pengkajian tersebut
menunjukkan banyaknya norma dan ketentuan hukum nasional khususnya yang terkait
dengan penegakan HAM diadopsi dari hukum dan instrumen internasional dala bidang HAM.
Strategi penegakan HAM pada periode ini dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap status
penentuan dan tahap penataan aturan secara konsisten. Pada tahap penentuan telah ditetapkan
beberapa penentuan perundang – undangan tentang HAM seperti amandemen konstitusi
negara (Undang-Undang Dasar 1945), ketetapan MPR (TAP MPR), Undang-Undang (UU),
peraturan pemerintah dan ketentuan perundang – undangan lainnya.
1. Periode Sebelum Kemerdekaan
a. Boedi Oetomo, dalam konteks pemikiran HAM, pemimpin Boedi Oetomo telah
memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui
petisi-petisi yang dilakukan kepada pemerintah kolonial maupun dalam tulisan
Demokrasi & HAM 11
yang dalam surat kabar goeroe desa. Bentuk pemikiran HAM Boedi Oetomo
dalam bidang hak kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat.
b. Perhimpunan Indonesia, lebih menitikberatkan pada hak untuk menentukan nasib
sendiri.
Sarekat Islam, menekankan pada usaha-usaha untuk memperoleh penghidupan
yang layak dan bebas dari penindasan dan deskriminasi rasial.
c. Partai Komunis Indonesia, sebagai partai yang berlandaskan paham Marhanisme lebih
condong pada hak-hak yang bersifat sosial dan menyentuh isu-isu yang berkenan
dengan alat produksi.
d. Indische Partij, pemikiran HAM yang paling menonjol adalah hak untuk
mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakuan yang sama dan hak
kemerdekaan.
e. Partai Nasional Indonesia, mengedepankan hak untuk memperoleh kemerdekaan.
f. Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia, menekankan pada hak politik yaitu
hak untuk mengeluarkan pendapat, hak untuk menentukan nasib sendiri, hak
berserikat dan berkumpul, hak persamaan di muka hukum serta hak untuk turut
dalam penyelenggaraan negara. Pemikiran HAM sebelum kemerdekaan juga
terjadi perdebatan dalam sidang BPUPKI antara Soekarno dan Soepomo di satu
pihak dengan Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin pada pihak lain.
Perdebatan pemikiran HAM yang terjadi dalam sidang BPUPKI berkaitan dengan
masalah hak persamaan kedudukan dimuka hukum, hak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan kepercayaan, hak
berserikat, hak untuk berkumpul, hak untuk mengeluarkan pikiran dengan tulisan
dan lisan.
2. Periode Setelah Kemerdekaan (1945 – Sekarang)
a. Periode 1945 – 1950
Pemikiran HAM pada periode awal kemerdekaan masih pada hak untuk merdeka,
hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan serta hak
kebebasan untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen. Pemikiran HAM
telah mendapat legitimasi secara formal karena telah memperoleh pengaturan dan
masuk kedalam hukum dasar negara (konstitusi) yaitu, UUD 1945. Komitmen
terhadap HAM pada periode awal sebagaimana ditunjukkan dalam Maklumat
Pemerintah tanggal 1 Nopember 1945. Langkah selanjutnya memberikan
Demokrasi & HAM 12
keleluasaan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik. Sebagaimana tertera
dalam Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945.
b. Periode 1950 – 1959
Periode 1950 – 1959 dalam perjalanan Negara Indonesia dikenal dengan sebutan
periode Demokrasi Parlamenter. Pemikiran HAM pada periode ini menepatkan
momentum yang sangat membanggakan, karena suasana kebebasan yang menjadi
semangat demokrasi liberal atau demokrasi parlamenter mendapatkan tempat
dikalangan elit politik. Seperti dikemukakan oleh Prof. Bagir Manan, pemikiran
dan aktualisasi HAM pada periode ini mengalami “pasang” dan menikmati “bulan
madu” kebebasan. Indikatornya melalui ahli hukum tata negara ini ada 5 aspek.
Pertama, semakin banyak tumbuh partai-partai politik dengan beragam
ideologinya masing-masing. Kedua, kebebasan pers sebagai pilar demokrasi betul-
betul menikmati kebebasannya. Ketiga, pemilihan umum sebagai pilar lain dari
demokrasi berlangsung dalam suasana kebebasan, fair (adil) dan demokratis.
Keempat, parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat resprentasi dari kedaulatan
rakyat menunjukkan kinerja dan kelasnya sebagai wakil rakyat dengan melakukan
kontrol yang semakin efektif terhadap eksekutif. Kelima, wacana dan pemikiran
tentang HAM mendapatkan iklim yang kodusif sejalan dengan tumbuhnya
kekuasaan yang membeerikan ruang kebebasan.
c. Periode 1959 – 1966
Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem demokrasi
terpimpin sebagai reaksi penolakan Soekarno terhadap sistem demokrasi
parlamenter. Pada sistem ini (demokrasi terpimpin) kekuasaan berpusat pada dan
berada ditangan presiden. Akibat dari sistem demokrasi terpimpin presiden
malakukan tindakan inkonstitusional baik pada tataran perlakuan supratruktur
politik maupun dalam tataran infrastrruktur politik. Dalam kaitan dengan HAM,
telah terjadi pemasungan hak asasi masyarakat yaitu hak sipil dan hak politik.
d. Periode 1966 – 1998
Setelah menjadi peralihan pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto, ada semangat
untuk menegakkan HAM. Pada masa awal periode ini telah diadakan berbagai
seminar tentang HAM. Salah satu seminar tentang HAM dilaksanakan pada tahun
1967 yang merekomendasikan gagasan tentang perlunya pembentukan pengadilan
Demokrasi & HAM 13
HAM, pembentukan komisi dan pengadilan HAM untuk wilayah Asia.
Selanjutnya pada tahun 1968 diadakan seminar Nasional Hukum II yang
merekomendasikan perlunya hak uji materil (judice review) untuk dilakukan guna
melindungi HAM. Begitu pula dalam rangka pelaksanaan TAP MPRS No.
XIV/MPRS/1996, MPRS melalui Panitia Ad Hoc IV telah menyiapkan rumusan
yang akan dituangkan dalam piagam tentang Hak Asasi Manusia dan hak-hak
serta kewajiban warga negara. Sementara itu, pada sekitar awal tahun 1970-an
sampai periode akhir 1980-an persoalan HAM mengalami kemunduran, karena
HAM tidak lagi dihormati, dilindungi dan ditegakkan. Pemerintah pada periode
ini bersifat defensif dan represif yang dicerminkan dari produk hukum yang
umumnya restriktif terhadap HAM. Sikap defensif pemerintah tercermin dalam
ungkapan bahwa HAM adalah produk pemikiran barat yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam pancasila serta Bangsa
Indonesia sudah terlebih dahulu mengenal HAM sebagaimana tertuang dalam
rumusan UUD 1945 yang terlebih dahulu dibandingkan dengan deklarasi
universal HAM. Selain itu sikap defensif pemerintah ini berdasarkan pada
anggapan bahwa isu HAM seringkali digunakan oleh negara-negara barat untuk
memojokkan negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.
Meskipun dari pihak pemerintah megalami kemandegan bahkan kemunduran,
pemikiran HAM nampaknya terus ada pada periode ini terutama dikalangan
masyarakat yang dimotori oleh LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan
masyarakat akademisi yang concern terhadap penegakkan HAM. Upaya yang
dilakukan oleh masyarakat melalui peembentukan jaringan dan lobi internasional
terkait dengan pelanggaran HAM yang terjadi seperti kasus Tanjung Priok, kasus
Keung Ombo, kasus DOM di Aceh, kasus di Irian Jaya, dan sebagainya.
Upaya yang dilakukan oleh masyarakat menjelang periode 1990-an nampak
memperoleh hasil yang menggembirakan karena terjadi penggeseran strategi
pemerintah dari reprensif dan defensif menjadi ke strategi akomodatif pemerintah
terhadap tuntutan penegakan HAM adalah dibentuknya Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia (KOMNAS HAM) berdasarkan KEPRES No. 50 tahun 1993
tertanggal 7 Juni 1993. Lembaga ini bertugas untuk memantau dan menyelidiki
pelaksanaan HAM, serta memberi pendapat, pertimbangan, dan saran kepada
pemerintah perihal pelaksanaan HAM.
Demokrasi & HAM 14
G. Islam dan HAM
1. HAM sebagai tuntutan fitrah manusia
Manusia adalah puncak ciptaan tuhan. Ia dikirim kebumi untuk menjadi khalifah atau
wakil-Nya. Oleh karena itu setiap perbuatan yang membawa perbaikan manusia oleh sesama
manusia sendiri mempunyai nilai kebaikan dan keluhuran kosmis, menjangkau batas-batas
jagad raya, menyimpan kebenaran dan kebaikan universal, suatu nilai yang berdimensi
kesemestaan seluruh alam.
Berdasarkan pandangan ini, maka manusia memikul beban serta tanggung jawab sebagai
individu dihadapan Tuhan-Nya kelak, tanpa kemungkinan untuk mendelegasikannya kepada
pribadi lain. Punya pertanggung jawaban yang dituntut dari seseorang haruslah didahului oleh
kebebasan memilih. Tanpa adanya kebebasan itu lantas dituntut dari padanya pertanggung
jawaban, adalah suatu kezaliman dan ketidakadilan, yang jelas hal itu bertentangan sekali
dengan sifat Allah yang maha adil.
2. Dasar-dasar Hak Asasi Manusia dalam Al-Qur’an
a. Hak berekspresi dan mengeluarkan pendapat
Al-Qur’an menegaskan:
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan merekalah orang-
orang yang beruntung” (Q.S Ali-Imran/3:104)
“Hendaklah kamu saling berpesan kepada kebenaran dan saling berpesan dengan penuh
kesabaran” (Q.S Al-Ashr/103:3)
“Berilah berita gembira kepada hamba-Ku yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti
apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah
petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal” (Q.S Az-Zumar/39:17:18)
Ayat-ayat diatas menegaskan bahwa setiap orang berhak menyampaikan pendapatnya
kepada orang lain, mengingatkan kepada kebenaran, kebajikan serta mencegah kemungkaran.
Bahkan hal itu disampaikan bukan saja karena ada hak tapi sekaligus merupakan suatu
kewajiban sebagai orang beriman.
Demokrasi & HAM 15
b. Hak kebebasan memilih agama
Sehubungan dengan kebebasan memilih agama dan kepercayaan,Al-Qur’an menyebutkan
antara lain:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang salah. Karena itu barang siapa yang Ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah,maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”(Q.S Al-
Baqarah/2:256)
“Dan katakanlah,kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barang siapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir…”
(Q.S Al-kahfi/18:29)
“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki tentulah beriman semua orang yang dimuka bumi
seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-
orang yang beriman semuanya ?“ (Q.S. Yunus/10:99)
Berdasarkan ayat-ayat di atas, jelaslah bahwa masalah menganut suatu agama atau
kepercayaan sepenuhnya diserahkan kepada manusia itu sendiri untuk memilihnya. Didalam
islam,kita hanya diperintah untuk berdakwah yang bertujuan menyeru,mengajak dan
membimbing seseorang kepada kebenaran itu. Dakwah bertujuan juga untuk menegakkan
“Al-Amru bil ma’ruf wa al-nahyu ‘an al-munkar” (menyeru kepada kebajikan serta
mencegah dari kemjungkaran ).
c. Hak dan k esempatan yang sama untuk mem p eroleh kesejahteraan so s ial
Sehubungan dengan hak untuk memperoleh kesempatan yang sama ini Al-Qur’an
menyebutkan sebagai berikut :
“Dialah orang yang menjadikan segala yang ada dibumi ini untuk kamu…..” (Q.S Al-
Baqarah/2:29)
Demokrasi & HAM 16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demokrasi adalah salah satu bentuk pemerintahan dalam sebuah negara dengan
kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung ataupun melalui
perwakilan. Sedangkan HAM merupakan hak yang melekat pada manusia secara kodrati dan
tidak dapat dihilangkan oleh pihak lain.
Demokrasi dan HAM merupakan elemen yang penting untuk mewujudkan suatu negara
yang berkeadaban.
Demokrasi punya keterkaitan yang erat dengan Hak Asasi Manusia sebab Hak Asasi
Manusia akan terwujud apabila negara mampu menjamin tegaknya Hak Asasi Manusia.
Sejak Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara pada tanggal 17 Agustus 1945,
para Pendiri Negara Indonesia (the Fouding Fathers) melalui UUD 1945 (yang disahkan pada
tanggal 18 Agustus1945) telah menetapkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
menganut paham atau ajaran demokrasi, dimana kedaulatan berada ditangan rakyat. Oleh
karena itu, Indonesia sebagai negara demokratis harus mampu menjamin tegaknya HAM agar
dapat mewujudkan suatu negara yang berkeadaban. Dan perkembangan demokrasi dan HAM
di Indonesia dapat dilihat dari periode sebelum kemerdekaan hingga periode setelah
kemerdekaan (hingga sekarang).
B. Saran
Pemerintah harus lebih meningkatkan jaminan terhadap penegakan Hak Asasi Manusia di
Indonesia karena dimasa sekarang ini masih banyak terjadi kasus-kasus pelanggaran HAM.
Demokrasi & HAM 17
DAFTAR PUSTAKA
Fatoni, Bagus.2013. Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (online),(http://bagusizza.blogspot.com/2013/04/demokrasi-dan-hak-asasi-manusia.html, diakses 21 Desember 2014).
Asefts.2012. Hakikat Demokrasi (online),(https://asefts63.wordpress.com/2012/02/17/hakikat-demokrasi/, diakses 21 Desember 2014).
Ardi.2013. Hubungan Hak asasi manusia dengan Demokrasi(online),(http://ardihendrawan07.blogspot.com/2013/04/hubungan-hak-asasi-manusia-dengan.html, diakses 21 Desember 2014).
Anonim. 2013. Hubungan Ham dan Demokrasi(online),(http://krisnaptik.wordpress.com/2013/06/16/hubungan-ham-dan-demokrasi/, diakses 21 Desember 2014).
Yuniatun, Tuti. 2014 HAM dan Demokrasi dalam Islam(online),(http://tutiyuniatun.blogspot.com/2014/02/makalah-ham-dan-demokrasi-dalam-islam.html, diakses 21 Desember 2014).
Divya, Alessa.2014. Demokrasi dan HAM(Online), (http://ale-dee1409.blogspot.com/2014/06/makalah-demokrasi-dan-hak-asasi-manusia.html, diakses 21 Desember 2014).
Hysoc.2014.Hak Asasi Manusia(online),(http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia, diakses 21 Desember 2014).
Komaruzaman, relly.2015. Demokrasi(online),(http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi, diakses 21 Desember 2014).
Wulandari, Yana. 2012. Demokrasi dan Hak asasi Manusia(online),(http://yanawulan.blogspot.com/2012/04/hakikat-demokrasi-dan-hak-asasi-manusia.html, diakses 21 Desember 2014).
Anonim.2013. Pemahaman Demokrasi dan HAM (online),(http://indahnya---berbagi.blogspot.com/2013/03/pemahaman-demokrasi-dan-ham.html, diakses 21 Desember 2014).
Demokrasi & HAM 18
Erkavic,D.2013. Hukum Ham dan Demokrasi dalam Islam(online),(http://erka23d.blogspot.com/2013/12/hukum-ham-dan-demokrasi-dalam-islam.html, diakses 21 Desember 2014).
tafany.2009. HAM demokrasi dalam Islam(online),(http://tafany.wordpress.com/2009/12/24/ham-demokrasi-dalam-islam/, diakses 21 Desember 2014).
Demokrasi & HAM 19