Post on 28-Jul-2015
SISTEM INTEGUMEN
KONSE DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
AKNE VULGARIS
Oleh
Kelompok 12
A5-C
1. WISWANTARA PANDE NYOMAN 11.321.1136
2. YUDI ANTARA ADI I KADEK 11.321.1137
3. DESY PARIANI NI MADE 11.321.1146
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2013
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. PENGERTIAN.
Akne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel
polisebaseus yang ditandai dengan adannya komedo, papul, pustule, nodus dan kista
pada tempat predileksinya. Akne sering dikenal dalam masyarakat dengan istilah
jerawat.
Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebaseus yang disebabkan
oleh beberapa faktor dengan gambaran klinis yang khas. (Siregar, 2006).
Akne Vulgaris merupakan penyakit peradangan menahun folikel poisebaseus
yang umumnya terjadi pada remaja dan dapat sembuh sendiri. Akne vulgaris rentan
dan paling sering ditemukan pada daerah wajah, leher dan badan bagian atas.( Suddart
and Brunner 2000).
2. EPIDEMIOLOGI.
Karena hampir setiap orang pernah mengalami penyakit ini ,maka sering
dianggap sebagai penyakit kulit yang timbul secara fisiologi, umumnya insiden terjadi
pada umur 14-17 tahun pada wanita dan 16-19 tahun pada pria dan pada masa itu lesi
yang predominan adalah komedo dan papul dan jarang terlihat lesi beradang.
Pada seorang gadis akne dapat terjadi premenarkhi.setelah masa remaja
kelainan ini berangsur berkurang. Namun kadang pada wanita akne ini tetap menetap
sampai dekade umur tiga puluhan atau lebih. Meskipun pada pria akne vulgaris lebih
cepat berkembang, namun dalam penelitian diketahui bahwa justru gejala akne
vulgrais yang berat terjadi pada pria.
Diketahui juga bahwa ras oriental (jepang, cina, korea) lebih jarang menderita
akne vulgaris dibanding dangan ras kaukasia (Eropa , amerika)dan lebih sering terjadi
nodulo kistik pada orang kulit putih daripada orang negro.
3. ETIOLOGI
a. Akne biasanya berkaitan dengan tingginya sekresi sebum. Androgen telah diketahui
sebagai perangsang sekresi sebum sedangkan estrogen dapat mengurangi produksi
sebum.
1
b. Penggunaan kosmetik dan pelembab yang bahan dasarnya terbuat dari minyak yang
dapat menimbulkan komedo.
c. Akne vulgaris dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik.
4. FAKTOR PREDISPOSISI
Selain faktor dari dalam ada juga faktor lain yang mempengaruhi akne yaitu
faktor mekanik seperti mengusap, menggesek tekanan, dan meregangkan kulit yang
kaya akan kelenjar sebasea dapat memperburuk akne yag sudah ada. Selain itu obat-
obatan juga dapat mencetuskan akne sperti kortikosteroid oral kronik yang dipakai
untuk mengobati penyakit lain ( seperti lupus eritematosus sistemik atau transplantasi
ginjal ), dapat menimbulkan vistula dipermukaan kulit wajah. Dada dan punggung,
kontrasepsi juga dapat memperburuk akne. Akne pada perempuan yang berusia sekitar
20 an, 30-an dan 40-an sering kali disebabkan oleh kosmetik dan pelembab yang
dasarnya dari minyak dan menimbulkan komedo.
5. PATOFISIOLOGI
a. Produksi sebum meningkat oleh kelenjar sebasea yang menyebabkan meningkatnya
unsur komedogenik dan inflamatogenik penyebab meningkatnya lesi akne.
b. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas penyebab terjadinya proses inflamasi folikel
dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting pada proses patogenesis
penyakit.
c. Peningkatan jumlah flora folikel yang berperan dalam proses kemotaktik inflamasi
serta pembentukan ensim lipolitik pengubah fraksi lipit sebum.
d. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel, keratinisasi dalam folikel yang biasanya
berlangsung longgar berubah menjadi padat sehingga sukar untuk lepas dari saluran
folikel tersebut.
e. Terjadi respon hospes berupa pembentukan circulating antibodies yang
memperberat akne
f. Peningkatan hormon androgen ,anabolic, kortiikosteroid, serta ACTH yang
mungkin menjadi faktor penting pada peningkatan kelenjar sebasea.
2
g. Terjadi stres yang dapat memicu peningkatan kelenjar sebasea baik secara langsung
atau melalui ranggsangan terhadap kelenjar hipofisis.
h. Faktor lain : usia, ras, cuaca/iklim, familial, makanan yang secara tidak langsung
dapat memicu peningkatan proses patogenesis tersebut.
Selama usia kanak-kanak,kelenjar sebasea berukuran kecil dan pada
dasarnya tidak berfungsi. Kelenjar ini berada dibawah kendali endokrin khususnya
hormon-hormon androgen. Dalam usia pubertas hormon androgen menstimulasi
kelenjar sebasea dan menyebabkan kelenjar tersebut membesar serta mensekresi suatu
minyak alami yaitu sebum yang merembes naik hingga puncak folikel rambut dan
mengalir keluar dari permukaan kulit. Pada remaja yang berjerawat, stimulasi
androgenic akan meningkatkan daya responsive kelenjar sebasea hingga akne terjadi
ketika duktus polisebasea tersumbat oleh tumpukan sebum. Bahan yang terbentuk ini
akan membentuk komedo
Pathway terlampir
6. GEJALA KLINIS
a. Gejala lokal termasuk nyeri (pain) atau nyeri jika disentuh (tenderness).
b. Biasanya tidak ada gejala sistemik pada acne vulgaris.
c. Akne yang berat (severe acne) disertai dengan tanda dan gejala sistemik disebut
sebagai acne fulminans.
d. Acne dapat muncul pada pasien apapun sebagai dampak psikologis, tanpa melihat
tingkat keparahan penyakitnya.
e. Erupsi kulit berupa komedo, papul, pustule,nodus atau kusta dapat disertai rasa
gatal. Isi komedo adalah sebum yang kental atau padat. Isi kkista biasanya berupa
pus dan darah. Tempat predileksi adalah muka, bahu, leher, dada, punggung bagian
atas dan lengan bagian atas.
7. KLASIFIKASI
a. Komedonal ( komedo hitam dan komedo putih )
b. Papulopustular ( papula dan Postula )
c. Kistik
3
d. Ekskoriata terjadi pada individu yang memanipulasi jerawat secara obsesif, dengan
demikian dapat menimbulkan jaringan parut yang banyak sekali.
e. Akne konglobata merupakan bentuk akne kistik yang paling berat dengan kista
profunda, komedo multiple dan jaringan parut yang nyata. Keadaan ini dapat
disertai demam, dan mungkin pasien perlu dirawat dirumah sakit.
f. Akne koloidalis memiliki jaringan parut dan keloid multiple di tempat – tempat
terdapat lesi akne.
8. PEMERIKSAAN FISIK
a. Acne vulgaris bercirikan adanya komedo, papula, pustula, dan nodul pada distribusi
sebaceous.
b. Komedo dapat berupa whitehead (komedo tertutup) atau blackhead (komedo
terbuka) tanpa disertai tanda-tanda klinis dari peradangan apapun.
c. Papula dan pustula terangkat membenjol (bumps) disertai dengan peradangan yang
nyata.
d. Wajah dapat menjadi satu-satunya permukaan kulit yang terserang jerawat; namun
dada, punggung, dan lengan atas juga sering terkena jerawat.
e. Pada akne komedo (comedonal acne), tidak ada lesi peradangan. Lesi komedo
(comedonal lesions) merupakan lesi akne yang paling awal, sedangkan komedo
tertutup (closed comedones) merupakan lesi precursor dari lesi peradangan
(inflammatory lesions)
f. Akne peradangan yang ringan (mild inflammatory acne) bercirikan adanya komedo
dan papula peradangan.
g. Akne peradangan yang sedang (moderate inflammatory acne) memiliki komedo,
papula peradangan, dan pustula. Akne ini memiliki lebih banyak lesi dibandingkan
dengan akne peradangan yang lebih ringan.
h. Acne nodulocystic bercirikan komedo, lesi-lesi peradangan, dan nodul besar yang
berdiameter lenih dari 5 mm. Seringkali tampak jaringan parut (scarring).
9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Penegakan diagnosis acne vulgaris berdasarkan diagnosis klinis.
4
1) Pada pasien wanita dengan nyeri haid (dysmenorrhea) atau hirsutisme, evaluasi
hormonal sebaiknya dipertimbangkan. Pasien dengan virilization haruslah
diukur kadar testosteron totalnya. Banyak ahli juga mengukur kadar free
testosterone, DHEA-S, luteinizing hormone (LH), dan kadar follicle-stimulating
hormone (FSH).
2) Kultur lesi kulit untuk me-rule out gram-negative folliculitis amat diperlukan
ketika tidak ada respon terhadap terapi atau saat perbaikan tidak tercapai.
c. Pemeriksaan Histopatologis
Microcomedo dicirikan oleh adanya folikel berdilatasi dengan a plug of loosely
arranged keratin. Seiring kemajuan (progression) penyakit, pembukaan folikular
menjadi dilatasi dan menghasilkan suatu komedo terbuka (open comedo). Dinding
follicular tipis dan dapat robek (rupture). Peradangan dan bakteri terlihat jelas,
dengan atau tanpa follicular rupture. Follicular rupture disertai reaksi badan asing (a
foreign body reaction). Peradangan padat (dense inflammation) menuju dan melalui
dermis dapat berhubungan dengan fibrosis dan jaringan parut (scarring).
10. PENATALAKSANAAN
Pengobatan akne meliputi penghentian pemakaian semua faktor yang dapat
mmperberat akne seperti pemakaian make up dan krim pelembab yang bahan dasarnya
terbuat dari minyak. Pembersihan dan penggosokan wajah dengan sabun dapat
melenyapkan minyak diperlukan kulit dan melepaskan beberapa komedo. Dianjurkan
dengan memakai sabun seperti dial, pernox, postek, neutrogenadan desquam-X wash
dan benzoil peroksida. Jenis-jenis obat yang digunakan antara lain:
a. Obat-obat topical
1) Retinoid topical, meliputi:
a) Tretinoin( as.Retinoat) gel, krim, selulosa: 0,01-0,1%
b) Isotretinoin gel
c) Adapalen gel, krim, solusio:0,1%
d) Tazaroten gel, krim: 0,5-0,1%
2) Agen Keratolitik
a) Sulfur 3-10%
b) As. Salisilikum
5
c) Resorsinol
3) Agen antibiotic
a) Eritromisin gel, solusio 1%
b) Klindamisin gel, solusio 1%
c) Benzoil, peroksida gel 2,5-5%
b. Obat-obat sistemik
1) Agen antibiotic, dengan anjuran pengobatan selama 3 bulan. Alternatife
pengobatan melputi:
a) Tetrasiklin 3 x 250 mg/ hr – 2 x 500 mg/ hr
b) Doksisiklin 2 x 50 – 100 mg/ hr
c) Lymecycline 1 x 150 - 300 mg/ hr
d) Minosiklin 2 x 50 - 100 mg/hr
e) Klindamisin 2-3 x 150 -300 mg/hr
f) Eritromisin 2-3 x 500 mg/hr
g) Linkomisin 2-3 x 250- 500 mg/hr
2) Terapi Hormon
Siproteron asetat 2 mg dikombinasikan dengan etinil estradiol 35 mg
11. PENCEGAHAN
Akne dapat dikendalikan dan sikatrik dapat dicegah, dengan terapi bijaksana
yang diteruskan sampai proses penyakit menghilang spontan, Ditujukan untuk
mencegah pembentukan mikrokomedo, melalui pengurangan hyperkeratosis folikel,
produksi sebum, populasi. Pengendalian awal memerlukan waktu paling sedikit 4-8
minggu juga penting untuk memperhatikan pengaruh emosional berat pada akne.
a. Diit rendah lemak dan Karbohidrat.
b. Melakukan perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit dari kotoran dan
jasad renik.
c. Hidup sehat dan teratur
d. Cukup istirahat
e. Olahraga sesuai kondisi tubu
f. Penggunaan kosmetik secukupnya
g. Hindari polusi debu
6
h. Hindari pemencetan
i. Memberikan informasi secukupnya pada penderita mengenai penyebab, perjalanan
penyakit dan lamanya pengobatan.
B. ASUHAN KEPERAWATAN AKNE VULGARIS
1. PENGKAJIAN.
a. Riwayat Kesehatan: Masalah kesehatan/keluhan yang dirasakan (misalnya gatal-gatal
atau benjolan dikulit, pola sehat-sakit, pola pemeliharaan kesehatan, dan pola peran
kekerabatan
b. Pola kebutuhan dasar
1) Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Klien jarang membersihkan wajah, sering mengkonsumsi makan yang
meningkatkan produksi sebum, menggunakan kosmetik yang tidak cocok
dengan kulit karena berbahan dasar minyak,
2) Pola nutrisi metabolic
Tidak ada gangguan dalam metabolik, klien hanya sering mengkonsumsi
makanan yang dapat meningkatkan produksi sebum seperti cokelat, cola,
gorengan atau produk susu.
c. Pola eliminasi
Dari pola eliminasi tidak mengalami gangguan yag berarti. Pola BAB dan BAK
normal ( BAB normalnya 1x tergantung kebiasaan pasien, BAK 0,5/ kg BB)
d. Pola aktivitas dan latihan
Walaupun klien mengalami nyeri pada jerawatnya biasanya klien tidak mengalami
gangguan dalam beraktifitas. Aktivitas dapat dilakukan sebagaimana mestinya.
e. Pola tidur dan istirahat
Tidak mengalami gangguan dalam pola tidur,. Klien dapat tidur nyenyak dan waktu
tidur pasien cukup ( 8 jam/hari ).
f. Pola kognitif-perseptual
Klien masih belum mendapatkan informasi yang memadai mengenai jerawat serta
cara penanganannya.
7
g. Pola persepsi diri/ konsep diri
Klien merasa tak nyaman dan malu dengan kondisi fisiknya karena terdapat jerawat
di bagian kulit yang dapat dilihat oleh orang lain
h. Pola seksual dan reproduksi
Tidak gangguan dalam pola seksual dan repproduksi klien akibat jerawat yang
dialaminya.
i. Pola peran-hubungan
Hubungan klien dengan lingkungan sekitar tidak terdapat masalah. Klien dapat
menjalankan perannya dengan baik.
j.Pola menajemen koping stress
Klien mengalami kecemasan terhadap jerawat yang muncul secara berlebih serta
ketakutan akan kerusakan kulit akibat jerawat yang timbul.
k. Pola keyakinan-nilai
Kaji mengenai agama klien dan kebiasaan beribadah yang dilakukab klien, umumnya
klien tidak mengalami masalah dalam menjalankan ibadahnya. Klien memiliki
keyakinan terhadap kesembuhan dari penyakit yang dialaminya.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
a. Nyeri akut b/d agen cedera biologi : invasi bakteri
b. Kerusakan integritas kulit b/d perubahan kondisi metabolic
c. Ansietas b/d krisis situasional
d. Gangguan citra tubuh b/d persepsi/kognisi
e. Kurang Pengetahuan b/d kurang informasi
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Diagnosa : Nyeri akut b/d agen cedera biologi : invasi bakteri
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x24 jam diharapkan nyeri
dapat teratasi atau terkontrol
Kriteria hasil : Pasien melaporkan nyeri berkurang, skala nyeri (0-3)/tingkat ringan,
wajah tidak meringis, tidak gelisah, tanda vital stabil.
Intervensi :
8
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif [catat keluhan, lokasi,
beratnya (skala 0-10) dan efek yang ditimbulkan nyeri]
Rasional : membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan
informasi tentang kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinya
komplikasi dan keefektifan intervensi.
2) Pantau tanda-tanda vital
Rasional : peningkatan nyeri akan meningkatkan tanda-tanda vital
3) Dorong pengungkapan perasaan
Rasional : dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga
mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit.
4) Ajarkan menggunakan teknik relaksasi seperti nafas dalam atau teknik
distraksi seperti mendengarkan music atau membaca buku.
Rasional : membantu mengontrol atau mengalihkan rasa nyeri,
memusatkan kembali perhatian, dan dapat meningkatkan koping
5) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
Rasional : dibutuhkan untuk menghilangkan spasme/nyeri atau untuk
menghilangkan ansietas
b. Diagnosa : Kerusakan integritas kulit b/d perubahan kondisi metabolik
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ....x24 jam diharapkan
integritas kulit mengalami perbaikan.
Kriteria Hasil : lesi dan eritema berkurang, suhu kulit dalam batas normal, tekstur
kulit tidak kasar, mobilitas atau turgor kulit dalam batas normal, perubahan
sensasi tidak terjadi.
Intervensi :
1) Catat warna, tekstur, turgor, dan sensai. Gambarkan lesi dan amati
perubahan
Rasional : menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat
dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat.
2) Pertahankan/instruksikan dalam hygiene kulit, misalnya membasuh
kemudian mengeringkannya dengan berhati-hati.
9
Rasional : mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat
menjadi barier infeksi. Pembasuhan kulit kering sebagai ganti menggaruk
menurunkan risiko trauma dermal pada kulit
3) Pertahankan linen kering, bebas keriput
Rasional : menurunkan iritasi dermal dan kerusakan kulit
4) Kolaborasi pemberian obat-obatan topical/sistemik sesuai indikasi
Rasional : digunakan pada perawatan lesi kulit. Catatan : jika digunakan
salep multidosis, perawatan harus dilakukan untuk menghindari
kontaminasi silang.
c. Diagnosa : Ansietas b/d krisis situasional
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan
ansietas dapat teratasi
Kriteria hasil : pasien menyatakan kesadaran perasaan dan menerimanya dengan
cara sehat, mengatakan ansietas/ketakutan menurun sampai tingkat dapat ditangani,
tanda vital stabil
Intervensi :
1) Catat palpitasi, peningkatkan denyut atau frekuensi pernafasan
Rasional : perubahan pada tanda-tanda vital mungkin menunjukkan tingkat
ansietas yang dialami pasien atau merefleksikan gangguan-gangguan factor
psikologis, misalnya ketidakseimbangan endokrin.
2) Obervasi respon verbal dan nonverbal kecemasan
Rasional : kecemasan dapat ditutupi dengan komentar/ledakan kemarahan
yang ditunjukkan kepada pemberi perawatan.
3) Dengarkan keluhan pasien dengan penuh perhatian
Rasional : menjamin bahwa pasien tidak akan sendiri atau ditelantarkan;
menunjukkan rasa menghargai, dan menerima orang tersebut, membantu
meningkatkan rasa percaya.
4) Berikan informasi yang sesuai mengenai diagnose, pengobatan, dan prognosis
Rasional : pengetahuan apa yang diharapkan menurunkan ketakutan dan
ansietas, memperjelas kesalahan konsep, dan meningkatkan kerjasama
5) Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
10
Rasional : meningkatkan pelepasan endorphin dan membantu dalam
perkembangan control lokus internal, mengurangi ansietas.
d. Diagnosa : Gangguan citra tubuh b/d persepsi/kognisi
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan
gangguan citra tubuh dapat teratasi
Kriteria hasil : pasien menunjukkan adaptasi dan penerimaan pada situasi diri,
mengenali dan menyatu dengan perubahan konsep diri yang akurat tanpa harga diri
negative, keterlibatan sosial pasien tidak bermasalah
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan, dan ansietas
sehubungan dengan situasi saat ini
Rasional : mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi
2) Perhatikan perilaku menarik diri, tidak efektif menggunakan pengingkaran atau
perilaku yang mengindikasikan terlalu mempermasalahkan tubuh dan fungsinya
Rasional : indicator terjadinya kesulitan menangani stress terhadap apa yang
terjadi
3) Akui kenormalan perasaan
Rasional : pengenalan perasaan tersebut diharapkan membantu pasien untuk
menerima dan mengatasinya secara efektif
4) Dorong ekspresi ketakutan, perasaan negative terhadap bagian tubuh
Rasional : membantu pasien mengidentifikasi dan solusi masalah
e. Diagnosa : Kurang Pengetahuan b/d kurang informasi
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan pasien
mendapatkan informasi yang adekuat
Kriteria hasil : pasien menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis, dan
kebutuhan pengobatan, melakukan perilaku perubahan pola hidup untuk
memperbaiki kesehatan umum, menggambarkan rencana untuk menerima perawatan
kesehatan adekuat
Intervensi :
1) Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal
11
Rasional : kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk
mengasimilasi informasi/mengikuti program medik
2) Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan,
misalnya istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik
Rasional : meningkatkan pertahanan alamiah/imunitas
3) Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan pelaporan pemberi perawatan
kesehatan
4) Rasional : upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat
mencegah/meminimalkan komplikasi
f. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai intervensi
g. EVALUASI
DX 1 :Integritas kulit membaik
DX 2 : Nyeri pasien berkurang/hilang
DX 3 : Pasien tidak lagi cemas
DX 4 : Pasien tidak mengalami gangguan citra tubuh
DX 5 : Pasien mengetahui tentang penyakitnya
12
DAFTAR PUSTAKA
Doenges M. E. morhouse, M. F, 1993, “Rencana Asuhan Keparawatan”, Edisi 3, EGC,
Jakarta.
Harahap Marwali ,Prof Dr ,2000, ‘’Ilmu Penyakit Kulit ‘’Hipokrates ,Jakarta.
Mansjoer, Arif , Dkk, 2001, “Kapita Selekta Kedokteran” Edisi 3, media aesculapius fakulatas
kedokteran unifersitas Indonesia, Jakarta.
NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta:EGC.
Nelson, 2000, “Ilmu Kesehatan Anak” , volume 3 , penerbit buku kedokteran, EGC, jakarta.
Prof. dr.Djuanda, Adhi,1999, “Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin”, fakultas kedokteran
unifersitas Indonesia, Jakarta.
Siregar, R.S. 2004. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC
Suszamne C. Smelyzer, Brenda G. Bare,1997, “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”
Volume 3, EGC, Jakarta.
13
Pathway
14