Post on 23-Jul-2015
LIPIDA
A. TUJUAN
Melakukan analisis secara kualitatif terhadap lipid
B. DASAR TEORI
C. ALAT-ALAT
1. Analisis Kualitatif
Alat yang digunakan
Tabung reaksi
Penjepit
Rak tabung reaksi
Pemanas air
Gelas beker
Pipet
Pipet tetes
Mortir
Bahan yang digunakan dan Reagen
Uji Akrolein : KHSO4,lemak,alpukat.
Uji Penyabunan : KOH alkoholis 10%, lemak/minyak.
Uji Salkowski : Klorofrom anhidrus, H2SO4
Uji Ketidakjenuhan : Minyak olive,gajih,lesitin,klorofrom,etanol,larutan
brom dalam klorofrom.
Uji Peroksida :Minyak olive,minyak lemak,asam asetat glasial,
klorofrom.
Lemak/ minyak yang digunakan
Minyak jagung
Minyak kelapa
Minyak wijen
Alpukat
Minyak Kedelai
Minyak kelapa sawit
D. LANGKAH KERJA
1. Analisis Kualitatif
a. Uji Akrolein
Memasukkan minyak jagung,minyak kelapa,minyak wijen,serta 0,5 gram alpukat ke
dalam 4 tabung reaksi.
Menggerus 0,5 gram KHSO4 dan memasukkannya ke dalam ke empat tabung reaksi .
Memanaskan ke empat tabung reaksi di atas api bunsen.
Memperhatikan bau yang tercium.
b. Uji Penyabunan
Memasukkan minyak jagung,minyak kedelai,minyak kelapa sawit dam alpukat ke dalam
4 tabung reaksi.
Menambah 10 mL KOH alkoholis ke dalam masing-masing tabung reaksi .
Mengocok dan memanaskan di atas penangas air hingga 1 tetes larut sempurna.
Menambah 10 mL air dan memanaskan lagi di atas penangas air didih sampai semua
alkohol menguap.
c. Uji Salkowski
Melarutkan beberapa miligran kolesterol di dalam 3 mL Klorofrom anhidrus.
Menambah volume yang sama asam sulfat pekat.
Mengocok perlahan-lahan dan membiarkan lapisan cair terpisah, amati warnanya.
d. Uji Ketidakjenuhan
Memasukkan lemak/minyak dalam tabung reaksi.
Menambahkan 1mL klorofrom/etanol ke dalam tabung.
Memasukkan 1mL Klorofrom ke dalam tabung (sebagai blanko).
Meneteskan larutan brom (dalam klorofrom) ke semua tabung sampai.
Mencacat jumlah tetes yang diperlukan.
e. Uji Peroksida
Melarutkan 1 mL minyak / lemak di dalam 1mL klorrofrom.
Menambahkan 2mL asam asetat glasial dan 1 tetes larutan KI 10%.
Mengaduk dengan baik dan membiarkan selama 5menit.
Mengulangi percobaan dengan minyak/lemak lainnya.
E. DATA HASIL PENGAMATAN
1. UJI AKROLEIN
Nama kelompok Uji akrolein
Terhadap Hasil
Kelompok 1 Minyak
kedelai
Bau kedelai, ada endapan
Minyak
wijen
Bau tengik tidak menyengat, warna keruh,
ada endapan
Minyak
tengik
Bau tengik menyengat, ada endapan hitam
Minyak Bau tengik, ada endapan
kelapa sawit
Gliserol Bau sangat menyengat
Sampel
(lemak
kambing)
Bau amis, menggumpal
Kelompok 2 Minyak
kelapa
Bau tengik agak sedikit menyengat
Minyak
wijen
Bau tengik agak menyengat
Minyak
jagung
Bau tengik kurang menyengat
Sampel
(lemak sapi)
Bau tengik yang cukup menyengat
Kelompok 3 Minyak
jagung
Bau tengik yang agak menyengat
Minyak
kelapa
Bau tengik yang cukup menyengat
Minyak
wijen
Bau tengik kurang tercium
Sampel
(susu)
Baunya tetap seperti susu, tidak ada bau
sangit
Kelompok 4 Minyak olive Bau menyengat, ada endapan warna hitam
Minyak
wijen
Bau tengik, tidak menyengat, warna keruh,
ada endapan
Minyak
kelapa
Bau tengik, ada endapan
santan Bau santan, agak tengik
Kelompo 5 Minyak
tengik
Bau menyengat, ada endapan hitam
Minyak olive Berbau menyengat, ada endapan hitam
Sampel
(kemiri)
Berbau kemiri, kurang menyengat
Kelompok 6 Minyak
jagung
Bau tengik yang agak menyengat
Minyak
kelapa
Bau tengik yang cukup menyengat
Bau tengik Bau tengik yang kurang tercium
Alpukat Langu, sangit
Kelompok 7 gliserol Bau menyengat, warna dari jernih ke kuning
Lemak ayam Bau menyengat, bening jadi kekuningan
Kelompok 8 Minyak olive Bau tengik, warna tidak berubah
Minyak
tengik
Bau tengik, warna tidak berubah
Kacang tanah Bau kacang, warna tidak berubah
2. UJI PENYABUNAN
Nama kelompok Uji Penyabunan
Terhadap Hasil
Kelompok 1 Minyak
kedelai
Terbentuk 2 lapisan berwarna: orange kental
dan bening
Minyak Terbentuk 2 lapisan, atas: kuning-orange
wijen kental, bawah: kuning bening
Minyak
tengik
Terbentuk 2 lapisan berwarna orange dan
kuning
Minyak
kelapa sawit
Terbentuk 2 lapisan, atas: kuning orange
kental, bawah: kuning bening
Gliserol Terbentuk 2 lapisan, atas: kuning bening,
bawah: bening
Sampel
(lemak
kambing)
Terbentuk dua lapisan, atas: putih susu,
bawah: putih bening
Kelompok 2 Minyak
kelapa
Terbentuk 2 lapisan, berwarna kuning keruh
Minyak
wijen
Terbentuk 2 lapisan, atas: kuning orange
kental, bawah: kuning bening
Minyak
jagung
Terbentuk 2 lapisan, berwarna kuning
orange
Sampel
(lemak sapi)
Warna coklat
Kelompok 3 Minyak
jagung
Tedapat dua lapisan, bawah kuning
Minyak
kelapa
Baunya wangi, dikocok berbusa, warna
kuning keruh
Minyak
kedelai
Warna bawah bening, atas putih keruh,
dikocok berbusa
Sampel Berbau sabun, setelah dipanaskan dan
(susu) dikocok terbentuk busa
Kelompok 4 Minyak
jagung
Larut, tidak ada busa
Minyak olive Larut, ada busa
Minyak
wijen
Putih keruh(bagian bawah), kuning
bening(bagian atas), berbusa, larut
Minyak
kelapa
Larut, berbusa
Kelompok 5 Minyak
tengik
Ada busa
Minyak olive Ada busa
Sampel
(kemiri)
Ada busa
Kelompok 6 Santan Putih keruh(bagian bawah), putih kental
bagian atas), berbusa, larut
Minyak
jagung
Ada 2 lapisan, lapisan bawah, berwarna
kuning bening, putih keruh kekuningan, ada
gelembung (+++)
Minyak
kedelai
Ada 2 lapisan, lapisan bawah putih bening,
lapisan atas putih kerut, ada gelembung
sedikit (++)
Minyak
kelapa sawit
Ada 2 lapisan, lapisan bawah putih bening,
lapisan atas putih keruh, ada gelembung
sangat sangat sedikit(+)
Kelompok 7 Alpukat Ada 2 lapisan, lapisan bawah kuning
kehijauan keruh, lapisan atas kuning
kehijauan bening, dan ada gelembung di
atas(+++)
Minyak Larut, tidak ada busa
jagung
Minyak olive Larut, ada busa
Kelompok 8 Minyak
wijen
Putih keruh(bagian bawah), kuning
bening(bagian atas), berbusa, larut
Minyal
kelapa
Larut, ada busa
Gajih
(lemak)
ayam
Larut, tidak ada busa
3. Uji salkowski
Nama kelompok Uji Salkowski
Terhadap Hasil
Kelompok 1 Minyak
kedelai
Terbentuk 3 lapisan berwarna: kuning
bening, coklat, coklat kehitaman
Minyak
wijen
Terbentuk 3 lapisan berwarna: putih
kekuningan, coklat, coklat kehitaman
Minyak
tengik
Terbentuk 3 lapisan berwarna: kuning
bening, coklat, coklat tua
Minyak
kelapa sawit
Terbentuk 3 lapisan berwarna: kuning
bening, coklat, putih keruh
Gliserol Terbentuk 3 lapisan berwarna: kuning
bening, putih keruh, coklat tua
Sampel
(lemak
kambing)
Terbentuk 3 lapisan berwarna: bening, putih
keruh, putih kemerahan
Kelompok 2 Minyak
kelapa
Terbentuk 2 lapisan berwarna, coklat muda,
coklat tua kehitaman, coklat bening
Minyak
wijen
Terbentuk 3 lapisan berwarna, kuning
bening, tak berwarna, merah tua
Minyak
jagung
Terbentuk 2 lapisan berwarna, hitam pekat
dan merah tua
Sampel
(lemak sapi)
Terbentuk 2 lapisan berwarna, atas bening
kekuningan, bawah bening kemerahan
Kelompok 3 Kolesterol Terbentuk warna hitam pekat
Sampel
(susu)
Terdapat 3 lapisan, lapisan1:susu/putih,
lapisan 2: bening dan lapisan 3:coklat pekat
Kolesterol Terbentuk warna hitam pekat
Kelompok 4 Margarin Bawah kuning bening, tengah ada cincin
coklat tua, atas kuning pekat
Minyak
wijen
Bawah coklat tua bening, atas coklat
kehitaman
Santan Bawah coklat muda, atas putih
Minyak
jagung
Bawah endapan hitam, atas coklat hitam
bening
Kelompok 5 Minyak
tengik
Awal: warna kuningbening, tidak ada
endapan, hangat
Akhir: terdapat 2 lapisan, atas: merah
kecoklatan, bawah: orange
Minyak olive Awal: kuning bening, tidak ada endapan,
hangat
Akhir: Terdapat 2 lapisan, atas: merah
kehitaman, bawah: orange, hangat
Sampel
(kemiri)
Awal: putih kekuningan, terdapat endapan,
hangat
Akhir: terdapat 2 lapisan, atas: orange,
bawah: merah kecoklatan, hangat
Kelompok 6 Minyak
kelapa
Bawah kuning, tengah cincin hitam
kecoklatan, atas coklat bening
Minyak olive Coklat bening, bawah coklat tua bening, atas
hitam pekat
Alpukat Ada 2 lapisan, lapisan bawah berwarna
hitam, lapisan atas putih keruh
Kolesterol Tidak ada lapisan warna hitam pekat
Kelompok 7 Margarin Bawah kuning bening, tengah ada cincin
coklat tua, atas kuning pekat
Minyak
wijen
Bawah coklat tua bening, atas coklat
kehitaman
Santan Bawah coklat muda, atas putih
Kelompok 8 Minyak
jagung
Bawah endapan hitam, atas coklat hitam
bening
Minyak
kelapa
Bawah kuning, tengah cincin hitam
kecoklatan, atas coklat bening
Minyak olive Coklat bening, bawah coklat tua bening, atas
hitam pekat
4. Uji ketidakjenuhan
Nama kelompok Uji Ketidakjenuhan
Terhadap Jumlah tetesan
Kelompok 1 Minyak Diperlukan 3 tetes Br2
kedelai
Minyak
wijen
Diperlukan 4 tetes Br2
Minyak
tengik
Diperlukan 3 tetes Br2
Minyak
kelapa sawit
Diperlukan 2 tetes Br2
Gliserol Diperlukan 3 tetes Br2
Sampel
(lemak
kambing)
Diperlukan 2 tetes Br2
Kelompok 2 Minyak olive Diperlukan 1 tetes
Lemak sapi Diperlukan 1 tetes
Kloroform
(blanko)
Diperlukan 1 tetes
Kelompok 3 Minyak olive Kuning semua, diperlukan 1 tetes
Minyak
kedelai
Kuning semua, diperlukan 1 tetes
Kloroform Kuning semua, diperlukan 1 tetes
Sampel
(susu)
Kuning semua, diperlukan 1 tetes
Kelompok 4 Minyak olive 1, menjadi kuning
Minyak
jagung
5 menjadi kuning
Minyak 5 menjadi kuning
wijen
Minyak
kelapa
10 menjadi kuning
santan 6 menjadi kuning
Kelompok 5 Minyak
tengik
Ditetesi 3 tetes Br2 dalam kloroform,
berubah warna menjadi kuning permanen
Minyak olive Ditetesi 3 tetes Br2 dalam kloroform,
berubah warna menjadi kuning permanen
Sampel
(kemiri)
Ditetesi 3 tetes Br2 dalam kloroform,
berubah warna menjadi kuning permanen
Kelompok 6 Minyak olive 1 menjadi kuning
Alpukat 6 menjadi merah kekuningan
Kelompok 7 Minyak olive 1 menjadi kuning
Minyak
jagung
5 menjadi kuning
Minyak
wijen
5 menjadi kuning
Minyak
kelapa
10 menjadi kuning
Gajih/lemak
ayam
5 menjadi kuning
Kelompok 8 Minyak olive 1
Kacang tanah 1
Kloroform 1
Uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji apakah
termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan pereaksi Iod Hubl.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dihasilkan bahwa yang mengandung asam
lemak jenuh adalah minyak olive, minyak wijen, minyak kelapa, santan, minyak
olive.
Sedangakan minyak jagung, kacang tanah, santan, lemak ayam, dan alpukat
merupakan asam lemak tak jenuh.
Larutan brom dalam kloroform ini digunakan sebagai indikator perubahan. Asam
lemak yang diuji ditambah kloroform sama banyaknya. Tabung dikocok sampai
bahan larut. Setelah itu, tetes demi tetes pereaksi larutan brom dalam kloroform
dimasukkan ke dalam tabung sambil dikocok dan perubahan warna yang terjadi
terhadap campuran diamati. Asam lemak jenuh dapat dibedakan dari asam lemak
tidak jenuh dengan cara melihat strukturnya. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan
ganda pada gugus hidrokarbonnya. Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak
ditandai dengan timbulnya warna merah ketika iod Hubl diteteskan ke asam lemak,
lalu warna kembali lagi ke warna awal kuning bening. Warna merah yang kembali
pudar menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon
asam lemak.
5. UJI PEROKSIDA
Nama kelompok Uji Peroksida
Terhadap Hasil
Kelompok 1 Minyak
kedelai
Warna kuning bening, ada minyak, bawah
bening
Minyak
wijen
Warna coklat
Minyak
tengik
Warna larutan bawah bening, atas kuning
keruh dengan gelembung
Minyak
kelapa sawit
Kuning bening, tidak ada minyakdi atasnya,
bawah bening
Gliserol Warna bening, bawah bening
Sampel
(lemak
kambing)
Keruh, ada minyak
Kelompok 2 Minyak olive Terbentuk 2 lapisan, atas: kuning bening,
bawah: kuning keruh
Minyak
tengik
Terbentuk 2 lapisan, atas: kuning susu,
bawah: lebih keruh dari lapisan atas
Kelompok 3 Minyak olive Terdapat 2 lapisan, bawah: kuning keruh,
atas: putih keruh
Minyak
tengik
Terdapat 3 lapisan, bawah: putih bening
(encer), tengah: putih keruh, atas: kuning
bening
Sampel
(susu)
Terdapat 2 lapisan, bawah: putih bening,
atas: putih pekat
Kelompok 4 Minyak
jagung
Terbentuk 2 lapisan, atas kuning bening,
bawah kuning keruh
Minyak
tengik
Bawah endapan putih, atas kuning bening
Kelompok 5 Minyak
tengik
Warna awal: kuning bening
Warna akhir: terdapat 3 lapisan, atas sedikit
kuning, tengah bening, bawah kuning
Minyak olive Warna awal: kuning bening
Warna akhir: terdapat 3 lapisan, atas orange,
tengah bening, bawah orange
Sampel
(kemiri)
Warna awal: putih
Warna akhir: putih susu
Kelompok 6 Minyak olive Ada 2 lapisan, lapisan bawah kuning keruh,
lapisan atas putih keruh
Minyak
tengik
Ada 3 lapisan, lapisan bawah putih bening,
lapisan tengah putih keruh, lapisan ketiga
kuning bening
alpukat Warna putih keruh tidak ada lapisan
Kelompok 7 Minyak olive Larutan menjadi 2 lapisan atas bening,
bawah kuning bening
Minyak
tengik
Larutan menjadi 2 lapisan atas kuning
bening, bawah keruh seperti ada gumpalan
Minyak
jagung
3 lapisan dari atas kuning jernih, kuning
muda, dan keruh
Minyak
kelapa
Tiga lapisan, bawah jernih kuning, tengah
seperti suspensi
Kelompok 8 Minyak olive Adanya lapisan ataskeruh oranye, bawah
bening oranye pekat(merah bata)
Minyak
tengik
Ada 2 lapisan atas kuning bening, bawah
kuning tua bening
Kacang tanah Putih keruh dan terdapat endapan
Pembahasan
Uji ini untuk menentukan derajat ketidak jenuhan asam lemak. Iodium dapat bereaksi
dengan ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul iodium mengadakan reaksi adisi
pada suatu ikatan rangkap. Oleh karenanya makin banyak ikatan rangkap, makin banyak
pula iodium yang dapat bereaksi.
Hal ini ditunjukkan dengan tidak terbentuknya larutan ungu kehitaman yang merupakan
uji positif untuk peroksida. Pembentukkan peroksida dapat terjadi tergantung dengan tipe
dan jumlah radikal bebas dalam minyak. Pembentukkan peroksida akan bertambah
dengan bertambahnya derajat ketidakjenuhan.
F. PEMBAHASAN
1. Uji akrolein digunakan untuk menguji keberadaan gliserin atau lemak.
Pada data percobaan, dihasilkan minyak olive, minyak wijen, minyak kelapa,
minyak tengik, gliserol, serta sampel santan, alpukat, lemak ayam, lemak sapi,
menghasilkan bau tengik.Hal ini dapat terjadi karena dehidrasi gliserol dalam bentuk
CH2OHH HCOH+KHSO4 C=O+ H2O
CH2OHCH
CH2
bebas atau dalam lemak/minyak menghasilkan aldehid akrilat atau akrolein. Sementara
sampel (lemak kambing), sampel susu dan sampel kemiri tidak menimbulkan bau tengik,
hal tersebut berarti lemak kambing dan susu berekasi negatif dan tidak membentuk
akrolein
Ketika lemak dipanaskan setelah ditambahkan agen pendehidrasi (KHSO4) yang
akan menarik air, maka bagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak
jenuh atau dikenal sebagai akrolein (CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti lemak
terbakar dan ditandai dengan asap putih. Namun, pada kacang tanah, lemak kambing,
susu dan kemiri tidak tercium bau tengik. Padahal menurut teori, kacang tanah memiliki
kandungan lemak.
2. Uji Penyabunan
Uji penyabunan untuk asam-asam lemak dilakukan dengan menambahkan 10 ml
KOH alkoholis 10% kedalam minyak yang hendak diuji, kemudian dikocok.
Pencampuran ini menghasilkan larutan berwarna kuning muda yang tidak saling campur.
Setelah itu minyak dan KOH alkoholisis 10% dipanaskan diatas penangas air. Pada
proses pemanasan ini minyak dapat larut dalam KOH alkoholisis dan larutan berwarna
kuning muda kemudian ditambahkan H2O sehingga diperoleh minyak olive, minyak
wijen, minyak kelapa, minyak jagung, minyak kedelai, minyak kelapa sawit, minyak
kelapa sawit, lemak kambing, lemak sapi, susu, kemiri menghasilkan busa. Dan untuk
sampel yang dipakai yakni santan, alpukat dan kacang tanah juga berbusa. Untuk sampel
gajih dan margarin tidak menghasilkan busa setelah ditambah H2O.
Reaksi yang terjadi dikenal dengan reaksi penyabunan(saponifikasi).
Reaksi ini bertujuan untuk pengambilan asam-asam lemak dari minyak, sehingga
dihasilkan campuran sabun dan gliserol yang mudah larut dalam air dan alkohol. Pada
pengambilan asam lemak ini, minyak dihidrolisis dengan larutan alkali yaitu KOH
(Kalium hidrosida). Proses hidrolisis yang menggunakan basa disebut proses
penyabunan. Jumlah mol basa yang digunakan dalam proses penyabunan ini tergantung
pada jumlah mol asam lemak. Untuk lemak dengan berat tertentu,jumlah mol asam lemak
tergantung pada panjang rantai karbon pada asam lemak tersebut. Apabila rantai karbon
itu pendek,maka jumlah mol asam lemak besar,sebaliknya apabila rantai karbon itu
panjang,jumlah mol asam lemak kecil. Jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk
menyabunkan 1 gram lemak disebut bilangan penyabunan. Jadi besar atau kecilnya
bilangan penyabunan ini tergantung pada panjang atau pendeknya rantai karbon asam
lemak atau dapat dikatakan juga bahwa besarnya bilangan penyabunan tergantung pada
berat molekul lemaktersebut. Makin kecil berat molekul lemak,makain besar bilangan
penyabunannya.
3. Uji Salkowski
Uji Salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk mengidentifikasi
keberadaan kolesterol. Kolestrol paling banyak terdapat pada lipid hewan sedangkan
lemak tumbuhan biasanya nonkolesterol.
Pada percobaan dihasilkan bahwa kolesterol, margarin terbentuk lapisan warna
yakni bagian bawah kuning dan atas coklat kehitaman. Kolesterol dilarutkan dengan
kloroform anhidrat lalu dengan volume yang sama ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat
berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid. Pada teori apabila dalam sampel tersebut
terdapat kolesterol, maka lapisan kolesterol di bagian atas menjadi berwarna merah dan
asam sulfat terlihat berubah menjadi kuning dengan warna fluoresens hijau (Pramarsh
2008).
4. Uji Ketidakjenuhan
Uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji apakah
termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan pereaksi Iod Hubl.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dihasilkan bahwa yang mengandung asam
lemak jenuh adalah minyak olive, minyak wijen, minyak kelapa, santan, minyak olive.
Sedangakan minyak jagung, kacang tanah, santan, lemak ayam, lemak kambing, lemak
sapi, susu, dan alpukat merupakan asam lemak tak jenuh.
Larutan brom dalam kloroform ini digunakan sebagai indikator perubahan. Asam lemak
yang diuji ditambah kloroform sama banyaknya. Tabung dikocok sampai bahan larut.
Setelah itu, tetes demi tetes pereaksi larutan brom dalam kloroform dimasukkan ke dalam
tabung sambil dikocok dan perubahan warna yang terjadi terhadap campuran diamati.
Asam lemak jenuh dapat dibedakan dari asam lemak tidak jenuh dengan cara melihat
strukturnya. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan ganda pada gugus hidrokarbonnya.
Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan timbulnya warna merah ketika
iod Hubl diteteskan ke asam lemak, lalu warna kembali lagi ke warna awal kuning
bening. Warna merah yang kembali pudar menandakan bahwa terdapat banyak ikatan
rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak.
5. Uji Peroksida
Uji ini untuk menentukan derajat ketidak jenuhan asam lemak. Iodium dapat
bereaksi dengan ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul iodium mengadakan
reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap. Oleh karenanya makin banyak ikatan rangkap,
makin banyak pula iodium yang dapat bereaksi.
Hal ini ditunjukkan dengan tidak terbentuknya larutan ungu kehitaman yang
merupakan uji positif untuk peroksida. Pembentukkan peroksida dapat terjadi tergantung
dengan tipe dan jumlah radikal bebas dalam minyak. Pembentukkan peroksida akan
bertambah dengan bertambahnya derajat ketidakjenuhan
ANALISA KUANTITATIF
A. Tujuan
B. Dasar Teori
1. Angka penyabunan
Hidrolisa lipid sederhana biasanya dilakukan dengan alkali panas ( penyabunan ),
karena umumnya lipid tidak larut dalam air maka hidrolisis alkali berlangsung lambat.
Dari reaksi tersebut menunjukkan bahwa 1 mol alkali diperlukan untuk setiap mol
ester yang dihasilkan pada reaksi penyabunan. Jadi jumlah alkali yang diperlukan
untuk menghidrolisa sempurna suatu sampel lipid tergantung pada jumlah ikatan ester
yang terkandung di dalam molekul sampel tersebut.
Pemakaian alkali oleh lipid dinyatakan dengan angka penyabunan. Angka
penyabunan adalah banyaknya mg KOH yang dipakai untuk menyabunkan sempurna
1 gr lemak/minyak.
Reaksi Penyabunan :
2. Angka Iod
Lipid mengandung berbagai asam lemak tak jenuh yang bereaksi dengan iod.
Jumlah iod yang diabsorbsi menunjukkan jumlah ketidakjenuhan dalam lipid. Angka
iod adalah banyaknya gram iod yang diabsorbsi oleh 100 gram lipid. Benyaknya iod
yang diikat menunjukkan banyaknya ikatan rangkap. Semakin banyak iodium yang
digunakan semakin tinggi derajat keidakjenuhan. Biasanya semakin tinggi titik cair
semakin rendah kadar asam lemak tidak jenuh dan demikian pula derjat
ketidakjenuhan (bilangan iodium) dari lemak yang bersangkutan. Asam lemak jenuh
biasanya padat dan asam lemak tidak jenuh adalah cair, karenanya semakin tinggi
bilangan iodium semakin tidak jenuh dan semakin lunak lemak tersebut.
C. Alat dan Bahan
1. Penentuan Angka Iod
Alat-alat
- Neraca analitik - Statif dan buret
- Erlemeyer - Pipet tetes
- Gelas ukur
Bahan-bahan
- Lipid
- Kloroform
- Larutan iodin hanus
- Larutan KI 15 %
- Na2S2O3 0,1 N
- Larutan kanji 1 %
2. Penentuan Angka Iod
Alat-alat
- Neraca analitik - Statif dan buret
- Erlemeyer - Pipet tetes
- Gelas ukur
Bahan-bahan
- Lipid
- Kloroform
- Larutan iodin hanus
- Larutan KI 15 %
- Na2S2O3 0,1 N
- Larutan kanji 1 %
D. Cara Kerja
1. Penentuan Angka Penyabunan
0,125 g lemak 15 ml iodine Hanus5 ml kloroform
Erlemeyer
Didiamkan selama 30 menit sambil sesekali dikocok-kocok
Menambahkan 5 ml KI 15%, mengocok lagi dengan kuat
Menambahkan akuades yang telah dididihkan 50 ml
2. Penentuan Angka Iod
Larutan Blanko
E. Data Hasil Pengamatan
1. Penentuan angka penyabunan
a. Sampel lemak kambing
Berat sampel lemak kambing : 1,25 gram
Volume titrasi blanko : 21 ml
Volume titrasi sampel 1 : 13 ml
Volume titrasi sampel 2 : 11 ml
b. Sampel kacang tanah
Berat sampel kacang tanah : 1,25 gram
15 ml iodine Hanus5 ml kloroform
Erlemeyer
Menambahkan 5 ml KI 15% dan akuades yang telah dididihkan 50 ml
Mentitrasi iodine dengan Na2S2O3 0,1 N sampai warna kuning jerami
Menambahkan 1 ml kanji 1%
Meneruskan titrasi
Volume titrasi blanko : 30 ml
Volume titrasi sampel 1 : 5 ml
Volume titrasi sampel 2 : 15 ml
c. Sampel Santan
Berat sampel :1,25 gram
Volume titrasi blanko : 21 ml
Volume titrasi sampel 1 : 12 ml
Volume titrasi sampel 2 : 11 ml
d. Sampel Lemak Sapi
Berat sampel : 1,25 gram
Volume titrasi blanko : 22 ml
Volume titrasi sampel 1 : 9 ml
Volume titrasi sampel 2 : 13 ml
e. Sampel lemak susu
Berat sampel : 1,25 gram
Volume titrasi blanko : 22 ml
Volume titrasi sampel 1 : 53 ml
Volume titrasi sampel 2 : 55 ml
f. Sampel lemak alpukat
Berat sampel : 1,25 gram
Volume titrasi blanko : 39 ml
Volume titrasi sampel 1 : 13 ml
Volume titrasi sampel 2 : 20 ml
2. Penentuan angka iod
a. Sampel lemak kambing
Berat sampel lemak kambing : 0,125 gram
Volume titrasi blanko : 22 ml
Volume titrasi sampel 1 : 14 ml
Volume titrasi sampel 2 : 18 ml
b. Sampel kacang tanah
Berat sampel kacang tanah : 0,125 gram
Volume titrasi blanko : 33 ml
Volume titrasi sampel 1 : 10 ml
Volume titrasi sampel 2 : 9 ml
Volume titrasi sampel 1 : 4 ml
Volume titrasi sampel 2 : 10 ml
c. Sampel Santan
Berat sampel : 0,125 gram
Volume titrasi blanko : 20 ml
Volume titrasi sampel : 18 ml
d. Sampel Lemak Sapi
Berat sampel : 0,125 gram
Volume titrasi blanko : 33 ml
Volume titrasi sampel 1 : 7,5 ml
Volume titrasi sampel 2 : 8,5 ml
e. Sampel lemak susu
Berat sampel : 0,125 gram
Volume titrasi blanko : 32 ml
Volume titrasi sampel 1 : 8,8 ml
Volume titrasi sampel 2 : 7,2 ml
f. Sampel lemak alpukat
Berat sampel : 0,125 gram
Volume titrasi blanko : 33 ml
Volume titrasi sampel 1 : 30 ml
Volume titrasi sampel 2 : 32 ml
F. Analisis Data
1. ANGKA PENYABUNAN
angka penyabunan=(titrasi blanko−titrasi sampel ) X N HCl X BM KOH
berat sampel (gram)
N HCl : 0,5 N
BM KOH : 56
Berat sampel : 1,25 gram
a. Sampel lemak santan
angka penyabunan sampel1=(21−12 ) X 0,5 X 56
1,25=201,6
angka penyabunan sampel2=(21−11 ) X 0,5 X56
1,25=224
angka penyabunanrata−rata=201,6+2242
=212,8
b. Sampel lemak sapi
angka penyabunan sampel1=(22−9 ) X 0,5 X56
1,25=291,2
angka penyabunan sampel2=(22−13 ) X0,5 X56
1,25=201,6
angka penyabunanrata−rata=291,2+201,62
=246,4
c. Lemak Kacang tanah
Angka Penyabunan 1
(30−5 ) x28,051,25
= 561
Angka Penyabunan 2
(30−15 ) x28,051,25
= 336,6
Angka penyabunan rata-rata adalah 561+336,6
2 = 448,8
d. Sampel lemak kambing
Angka Penyabunan 1
(21−11 ) x28,051,25
= 179,52
Angka Penyabunan 2
(21−13 ) x28,051,25
= 224,4
Jadi, angka penyabunan rata-rata adalah 179,52+224,4
2 = 201,96
e. Sampel lemak alpukat
Angka Penyabunan 1
(39−13 ) x28,051,25
= 583,44
Angka Penyabunan 2
(39−20 ) x 28,051,25
= 426,36
Jadi, angka penyabunan rata-rata adalah 583,44+426,36
2 = 504,9
f. Sampel lemak susu
Angka Penyabunan 1
(22−53 ) x28,051,25
= -695,64
Angka Penyabunan 2
(22−55 ) x28,051,25
= -740,52
Jadi, angka penyabunan rata-rata adalah −695,64+(−740,52)
2 = -718,08
2. Penentuan Angka Iod
angka Iod=( titrasi blanko−titrasi sampel ) X N Na2 S2O 3 X 12,691
berat sampel (gram)
N Na2S2O3= 0,1 N
Berat sampel 0,125 gram
a. Sampel santan
angka iod sampel1=(20−18 ) X 0,1 X12,691
0,125=20,3056
b. Sampel lemak sapi
angka iod sampel1=(33−7,5 ) X 0,1 X12,691
0,125=258,89
angka iod sampel1=(33−8,5 ) X 0,1 X 12,691
0,125=248,74
angka iod rata−rata=258,89+248,742
=253,515
c. Sampel kacang tanah
Volume titrasi 1 = 10 ml
Volume titrasi 2 = 9 ml
Volume titrasi rata-rata = 10+9
2 = 9,5 ml
Volume titrasi 1 = 4 ml
Volume titrasi 2 = 10 ml
Volume titrasi rata-rata = 10+4
2 = 7 ml
Angka Iod
(33−9,5 ) x 0,1x 12,6910,125
= 238,6
Angka Iod
(33−7 ) x 0,1x 12,6910,125
= 263,9
d. Sampel lemak kambing
o Larutan sampel
Volume titrasi 1 = 14 ml
Volume titrasi 2 = 18 ml
Volume titrasi rata-rata = 14+18
2 = 16 ml
o Larutan blanko
Volume titrasi blanko = 22 ml
Berat sampel = 0, 125 gram
o Angka Iod
(22−16 ) x 0,1x 12,6910,125
= 60,9
e. Sampel lemak alpukat
Larutan sampel
Volume titrasi 1 = 30 ml
Volume titrasi 2 = 32 ml
Volume titrasi rata-rata = 30+32
2 = 31 ml
Larutan blanko
Volume titrasi blanko = 33 ml
Berat sampel = 0, 125 gram
Angka Iod
(33−31 ) x0,1 x12,6910,125
= 20,3056
f. Sampel lemak susu
a. Larutan sampel
Volume titrasi 1 = 8,8 ml
Volume titrasi 2 = 7,2 ml
Volume titrasi rata-rata = 8,8+7,2
2 = 8 ml
b. Larutan blanko
Volume titrasi blanko = 32 ml
Berat sampel = 0, 125 gram
c. Angka Iod
(32−8 ) x 0,1x 12,6910,125
= 203,056
G. Pembahasan
1. Penentuan Angka Penyabunan
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan angka penyabunan dari sampel lipid.
Bilangan penyabunan adalah jumlah milligram KOH yang diperlukan untuk
menyabunkan satu gram minyak atau lemak. Sampel lipid yang digunakan adalah santan,
lemak sapi, lemak kambing, alpukat, lemak kacang tanah, lemak susu, kemiri dan…Alat
dan bahan yang digunakan yaitu labu refluks, Erlenmeyer, pipet ukur, pipet tetes, buret,
statif, lemak/minyak, KOH alkoholis, fenilftalein, dan HCl.
Untuk penentuan angka penyabunan, menggunakan sampel minyak/lemak 1,25
gram dan ditambahkan KOH alkoholis 12,5 ml. alcohol dalam KOH berfungsi untuk
melarutkan asam lemak hasil hidrolisis supaya mempermudah reaksi dengan basa
sehingga terbentuk sabun. Selanjutnya melakukan refluks larutan sampai benar-benar
sempurna. Untuk mengetahui refluks telah sempurna, maka diambil satu tetes campuran
lalu memasukkan ke dalam air. Jika air tidak keruh atau bening maka refluks telah
sempurna karena sudah tidak mengandung minyak. Cairan tersebut kemudian
didinginkan dan dititrasi menggunakan HCl sampai larutan menjadi kuning jerami, lalu
menambahkan 3 tetes PP, maka larutan menjadi pink/merah dan cairan tersebut dititrasi
kembali sampai larutan kuning jerami. Warna larutan harus sama dengan blanko.
Larutan blanko terdiri dari 12,5 ml KOH alkoholis dan 3 tetes pp kemudian
dititrasi menggunakan HCl sampai warna larutan menjadi kuning jerami. Larutan sampel
dibuat secara duplo.
Dari hasil titrasi yang diperoleh kemudian dilakukan analisis data atau
perhitungan sehingga diperoleh angka penyabunan, dengan rumus
angka penyabunan=( titrasi blanko−titrasi sampel ) X N HCl X BM KOH
berat sampel (gram)
Dari hasil perhitungan, diperoleh besar angka penyabunan yaitu
Sampel Angka penyabunan
Lemak sapi 246,4
Lemak santan 212,8
Lemak kambing 201,96
Lemak kacang tanah 448,8
Lemak alpukat 504,9
Lemak susu -718,08
Tabel angka penyabanan berbagai lemak
Bilangan penyabunan setiap jenis minyak atau lemak berbeda bergantung pada
jenis asam lemak yang menyusunnya. Reaksi penyabunan akan terjadi ketika KOH
berlebih dalam alcohol ditambahkan ke dalam sejumlah contoh minyak atau lemak.
Senyawa alkali tersebut akan bereaksi dengan asam lemak yang terikat dalam molekul
trigliserida. Reaksi penyabunan adalah sebagai berikut:
Prinsip pengujian bilangan penyabunan ini adalah menentukan bilangan
penyabunan dari suatu jenis minyak atau lemak dari jumlah ml titran (HCl) yang
dibutuhkan untuk menetralkan KOH berlebih. Apabila HCl yang dibutuhkan untuk titrasi
sedikit, maka jumlah KOH berlebih juga sedikit karena sebagian besar KOH bereaksi
dengan asam lemak. Dengan demikian, bilangan penyabunan dari jenis minyak atau
lemak tersebut tinggi. Sebaliknya, apabila HCl yang dibutuhkan banyak, maka jumlah
KOH berlebih banyak karena hanya sebagian kecil KOH yang bereaksi dengan asam
lemak sehingga bilangan penyabunannya juga rendah.
Berdasarkan perhitungan, siperoleh angka penyabunan terbesar pada lemak
alpukat, dan terendah pada lemak susu. Bilangan penyabunan lemak susu yang lebih
rendah dibandingkan dengan lemak alpukat menunjukkan bahwa berat molekul lemak
susu lebih tinggi daripada lemak alpukat.
2. Penentuan Angka Iod
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan angka iod dari sampel lipid. Bilangan
iod merupakan parameter yang dibutuhkan dalam analisa produk minyak-lemak untuk
mengetahui tingkat kejenuhannya. Sampel lipid yang digunakan adalah santan, lemak
sapi, lemak kambing, alpukat, …….. Alat dan bahan yang digunakan yaitu Erlenmeyer,
pipet ukur, pipet tetes, buret, statif, lemak/minyak, kloroform, iodine Hanus, KI 15%,
aquades yang telah dididihkan, Na2S2O3 0,1 N, dan larutan kanji.
Pada pembuatan larutan sampel, langkah pertama yang dilakukan adalah
memasukkan 0,125 gram lemak/minyak sampel ke dalam erlenmeter, kemudian
ditambahkan 5 ml kloroform dan 15 ml iodine Hanus, selanjutnya didiamkan selama 30
menit sambil sesekali dikocok. Penambahan kloroform dalam uji iod berfungsi untuk
melarutkan minyak atau lemak yang akan diuji. Dalam keadaan larut, minyak atau lemak
tersebut akan memiliki luas permukaan reaksi yang lebih besar sehingga lebih mudah
bereaksi dengan reagen yang diberikan. Selanjutnya penambahan cairan Hanus yang
merupakan persenyawaan iodin bromida akan bereaksi dengan trigileserida di mana
iodine akan berikatan dengan trigliserida tersebut dengan memecah ikatan rangkap yang
ada. Jumlah ikatan rengkap dalam trigliserida menentukan seberapa banyak atom I yang
dapat bereaksi.
Setelah 30 menit, kemudian ditambahkan 5 ml KI 15% dan 50ml akuades yang
telah didihkan. Kemudian mentitrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai warna kuning dari
larutan hamper hilang, selanjutnya ditambahkan 1ml kanji 1% dan titrasi dilanjutkan
sampai warna putih. Penambahan KI akan memecah kembali ikatan iodine dengan
trigliserida tersebut sehingga atom I yang sudah berikatan kembali terlepas dan
membentuk senyawa I2. Senyawa I2 inilah yang dijadikan representasi jumlah ikatan
rangkap pada minyak atau lemak melalui titrasi dengan Na2SO3. Campuran yang
mengandung senyawa I2 di dalamnya cenderung memiliki warna kuning. Itulah sebab
mengapa setelah dititrasi semakin lama akan terbentuk cairan dengan warna kekuningan.
Adapun alasan penambahan amilum atau pati, adalah agar perubahan warna dapat
dideteksi dengan mudah sehingga lebih akurat. Amilum akan membuat campuran yang
mengandung iodine menjadi berwarna biru, sedangkan perubahan warna akan lebih
mudah dideteksi dari biru menjadi bening daripada kuning bening menjadi bening/putih.
Bilangan iod merupakan parameter yang dibutuhkan dalam analisa produk
minyak-lemak untuk mengetahui tingkat kejenuhannya. Kejenuhan suatu minyak
menandai jumlah ikatan rangkap yang terdapat di dalamnya, menjadi acuan tingkat
kemudahan suatu minyak-lemak teroksidasi, sekaligus mengindikasikan tinggi rendah
titik cairnya. Semakin jenuh suatu minyak berarti semakin kecil pula jumlah ikatan
rangkap dalam molekul trigliseridanya, semakin sulit minyak untuk teroksidasi, dan
semakin tinggi titik cairnya. Hal tersebut juga berlaku sebaliknya.
Berikut data hasil percobaan penentuan angka iod:
Sampel Angka Iod
Sampel lemak sapi 253,515
Sampel santan 20,3056
Sampel lemak kambing 60,9
Sampel lemak kacang tanah 238,6 dan
263,9
Sampel lemak alpukat 20,3056
Sampel lemak susu 203,056
Besar angka Iod diperoleh dengan rumus
angka Iod=( titrasi blanko−titrasi sampel ) X N Na2 S2O 3 X 12,691
berat sampel (gram)
Angka iod tertinggi pada lemak kacang tanah, sedangkan terendah pada lemak
santan. Hal ini berarti lemak kacang tanah lebih tidak jenuh daripada lemak santan, yang
juga berdampak pada titik cairnya yang rendah (encer pada suhu kamar). Sebaliknya
minyak yang memiliki bilangan iod paling kecil adalah lemak santan. Hal ini berarti
lemak santan merupakan lemak yang paling jenuh di antara minyak yang digunakan
dalam percobaan. Hal ini juga berarti lemak santan merupakan minyak yang memiliki
titik cair paling tinggi dan paling sulit teroksidasi.
H. Kesimpulan
Angka penyabunan adalah banyaknya mg KOH yang dipakai untuk menyabunkan
sempurna 1 gr lemak/minyak. Bilangan penyabunan setiap jenis minyak atau lemak
berbeda bergantung pada jenis asam lemak yang menyusunnya. semakin tinggi bilangan
iodium semakin tidak jenuh dan semakin lunak lemak tersebut.