Post on 06-Mar-2019
LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI OBESITAS
PADA ANAK KELAS SATU DI MADRASAH IBTIDAIYAH
AL - HIKMAH JAKARTA SELATAN
TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Disusun Oleh :
RISKAH WAHYUNI NASUTION
NIM: 1112101000111
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H / 2017 M
i
ii
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, Maret 2017
Penguji I
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Identitas Pribadi
Nama : Riskah Wahyuni Nasution
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/tgl lahir : Hasahatan Jae, 23 juni 1993
Agama : Islam
Alamat rumah : Hasahatan Jae, kec Barumun Kab. Padang Lawas Provinsi
Sumatera Utara.
No. HP : 0821 1280 0195
Email : wahyuniriskah@ymail.com
Pendidikan Formal
2012 – sekarang : Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2009 – 2012 : SMA N 1 sibuhuan
2006 – 2009 : MTS.N Sibuhuan
2000 – 2006 : SDN NO.3 Sibuhuan
v
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI
Skripsi, Maret 2017
Riskah Wahyuni Nasution, NIM: 1112101000111
GAMBARAN PERILAKU IBU DALAM MENGATASI OBESITAS PADA
ANAK KELAS SATU DI MADRASAH IBTIDAIYAH AL – HIKMAH
TAHUN 2016
Xiv+ 109 halaman, 6 tabel, 4 bagan, 13 lampiran
ABSTRAK
Masalah obesitas pada anak mendapatkan perhatian yang serius karena dapat
mengakibatkan gangguan tidur, gangguan pernafasan, dan berisiko terkena
penyakit metabolik dan penyakit degeneratif. Salah satu yang dapat mengatasi
obesitas pada anak adalah ibu, karena ibu dapat mengatur pola makan dan
aktivitas fisik anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku dan hal-hal yang
mempengaruhi perilaku ibu dalam mengatasi obesitas pada anak kelas satu di
Madrasah Ibtidayah Al - Hikmah Jakarta Selatan Tahun 2016 berdasarkan teori
Health Belief Model (HBM).
Informan dalam penelitian adalah empat orang ibu yang memiliki anak
dengan obesitas sebagai informan utama dan satu orang nenek serta 3 orang suami
sebagai informan pendukung untuk melakukan validasi data dari informan utama.
Peneliti terlebih dahulu mencari tahu perilaku ibu terhadap obesitas pada anak.
Setelah itu peneliti mencari tahu hal-hal yang mempengaruhi informan untuk
berperilaku berdasarkan teori Health Belief Model (HBM) dan kemudian peneliti
melihat perbedaan dan persamaan jawaban dari informan untuk mengetahui mana
yang mempengaruhi perilaku ibu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian informan mengatasi obesitas
pada anak dan sebagian informan mencegah obesitas pada anak dengan
mengurangi minum susu pada anak dan melakukan olahraga. Selebihnya informan
tidak melakukan sesuatu untuk mengatasi atau mencegah obesitas pada anak.
informan yang berusaha mengatasi obesitas mengetahui anaknya sudah obesitas
dan merasa terancam akan dampak obesitas pada anak. Informan yang mencegah
obesitas merasa anaknya berpeluang mengalami obesitas karena pola makan anak
yang banyak. Informan yang tidak melakukan sesuatu tidak merasa anak
mengalami obesitas dan tidak rentan terhadap obesitas. Informan yang mencegah
dan tidak melakukan sesuatu terhadap obesitas pada anak bermula dari
pengetahuan ibu mengenai berat badan anak yang salah.
Kata Kunci: Perilaku ibu, obesitas, anak, Madrasah Ibtidaiyah.
Daftar Bacaan: 48 (2000 - 2016)
vi
FACULTY OF MEDICINE AND PUBLIC HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
NUTRITION SPECIALISATION
Undergraduate Thesis, March 2017
Riskah Wahyuni Nasution, NIM: 1112101000111
THE BACKGROUND OF MOTHER’S BEHAVIOR IN OVERCOMING
CHILD OBESITY FIRST CLASS IN MADRASAH IBTIDAIYAH AL -
HIKMAH SOUTH JAKARTA YEAR 2016
xiv+ 109 Pages, 6 tables, 4 charts, 13 attachments
ABSTRACT
The problem of obesity in children is given serious concern because it leads
to sleep disturbances, respiratory disorders and degenerative diseases. The
important person to combat child obesity is mother, because the mother can
manage her child’s diet and physical activity.
This study aims to know the behavior of mothers and the behaviour
background in overcoming child obesity in Madrasah Ibtidaiyah Al – Hikmah
based on the theory of the Health Belief Model (HBM).
The study used qualitative approach with in-depth interviews in collecting
data. Informants in the study were four mothers who had obese child as the main
informants, one grand mothers and three husbands as supporting informants to
validate data from main informants. Firstly, we tried to find out the mother's
behavior towards child obesity. After that we explored the behaviour background
based on the theory of HBM. In order to explain which factor had influenced the
behavior of the mother, we analyzed the differences and similiarities between
answers from informants with different behaviour.
The results showed that a mother had tried to overcome and a mother had
tried to prevent child obesity by reducing their children’s drinking milk and
directed their children to do exercise. The others did not do something to
overcome or prevent their children obesity. The mother who tried to overcome
obesity realized her child obesity and felt threatened by the impact of obesity. The
mother who tried to prevent her child obesity did not think that her child had been
obese already, but thought the child was susceptible to obesity because had often
eaten much. But the mothers who did not take any action to the child obesity did
not think their children were obese or prone to obesity. Different perception about
obesity threat came from the different knowledge about the body weight which
indicate the child obesity. Expected Jati Padang health Center is to to convey the
findings of obesity cases to parents through teachers with a sealed envelope and
suggest further treatment to the health center.
Keyword : Mother behavior, obesity, children, Madrasah Ibtidaiyah
Reading List : 48 (2000 – 2016)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah senantiasa melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kita semua dalam keadaan sehat wal afiat
dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Peneliti juga panjatkan kehadirat
ALLAH SWT, karena dengan keridhoan-Nya proposal penelitian dengan judul
“Latar Belakang Perilaku Ibu Dalam Mengatasi Obesitas Pada Anak Kelas Satu
Di Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah Jakarta SelatanTahun 2016”, dapat
terselesaikan.
Peneliti menyadari bahwa laporan ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat walafiat dan kelancaran
sehingga penulis dapat menjalankan magang dan membuat laporan dengan
lancar.
2. Kedua orangtua, abang dan adek-adek tersayang yang selalu mendoakan
dan memberikan semangat kepada penulis agar dapat menyelesaikan
skripsi ini.
3. Ibu Fajar Ariyanti, SKM. M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi
Kesehatan Masyarakat.
4. Ibu Febrianti, Sp, M. SI, selaku dosen pembimbing 1 dan Ibu Dela Aristi,
MKM, selaku dosen pembimbing II yang selalu memberikan saran dan
arahan.
5. Ibu Atika Wahyuni, S.Pd.I selaku kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah A l
– Hikmah yang telah banyak membantu dalam perizinan dan memberikan
informasi yang dibutuhkan selama penelitian.
6. Staf pengajar di Madrasah Ibtidaiyah Al – Hikmah khususnya walikelas
satu dan Wali kelas dua yang membantu dalam mengumpulkan anak-anak
untuk melakukan pengukuran berat badan anak dan memberikan informasi
yang dibutuhkan.
viii
7. Tyas Widya Utami yang membantu dalam pengambilan data dan
wawancara dengan informan, serta Ayu Savitri dan widia oktaviani yang
selalu menyemangati dan membantu peneliti dalam pengambilan data
studi pendahuluan.
8. Sahabat-sahabat perjuangan yang senantiasa selalu saling memberi
semangat dan doa. Termakasih mami Rika, Ayu Savitri, Nurzia, jupe, ayu
sajida, juwita, kiki, evi, syifa dan Laili.
9. Teman-teman seperjuangan, mahasiswa/i kesehatan masyarakat angkatan
2012 khususnya peminatan Gizi terimakasih atas semangat, doa, masukan
dan kebersamaan kita selama ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih kurang dari
sempurna, sehingga peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak untuk menyempurnakan laporan ini. Semoga laporan proposal penelitian ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, Februari 2017
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN…………….……………………….….............i
PANITIA SIDANG UJIAN………………………………………………….........ii
LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………………........iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS ............................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................... v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 7
1.3 Pertanyaan penelitian .............................................................................. 8
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................... 8
1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................... 8
1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 8
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................. 9
1.5.1 Bagi Peneliti ...................................................................................... 9
1.5.2 Bagi Puskesmas ................................................................................ 9
1.5.3 Bagi Institusi fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan ................... 10
1.6 Ruang Lingkup ..................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 11
2.1 Obesitas Anak .......................................................................................... 11
2.1.1 Pengertian ....................................................................................... 11
2.1.2 Cara mengukur berat badan anak. ................................................... 11
2.1.3 Gejala Obesitas ............................................................................... 18
2.1.4 Dampak Obesitas ............................................................................ 18
x
2.1.5 Cara Mengatasi Obesitas................................................................. 23
2.2 Teori Health Belief Model ....................................................................... 27
2.2.1 Pengertian ....................................................................................... 27
2.2.2 Komponen Health Belief Model dan penerapan pada obesitas
anak................................................................................................. 30
2.3 Kerangka Teori ........................................................................................ 35
BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH .................................... 37
3.1 Kerangka Pikir ......................................................................................... 37
3.2 Definisi Istilah .......................................................................................... 38
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 40
4.1 Desain Penelitian ..................................................................................... 40
4.2 Lokasi dan waktu penelitian ................................................................... 40
4.3 Informan Penelitian ................................................................................. 40
4.4 Instrumen penelitian ................................................................................ 41
4.5 Sumber Data ............................................................................................. 41
4.6 Prosedur Pengumpulan data ..................................................................... 42
4.7 Validasi Data ............................................................................................ 44
4.8 Pengolahan dan analisis data.................................................................... 44
4.9 Penyajian Data ......................................................................................... 46
BAB V HASIL PENELITIAN .............................................................................. 47
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 47
5.1.1 Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Al – Hikmah .................... 47
5.1.2 Gambaran aktivitas anak di Madrasah Ibtidaiyah Al – Hikmah .... 48
5.1.3 Gambaran kebiasaan jajan siswa di Madrasah Ibtidaiyah Al –
Hikmah...........................................................................................49
5.2 Karakteristik Informan ............................................................................. 50
5.3 Gambaran Perilaku informan ................................................................... 54
5.4 Gambaran Kepercayaan individu ............................................................. 56
5.4.1 Persepsi ancaman ............................................................................ 56
5.4.2 Persepsi manfaat ............................................................................. 59
5.4.3 Persepsi Kendala ............................................................................. 59
xi
5.4.4 Efikasi diri/kepercayaan diri .......................................................... 61
5.5 Gambaran Pengetahuan Informan ............................................................ 62
5.6 Faktor pemicu tindakan individu ............................................................. 65
BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................... 67
6.1 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 67
6.2 Perilaku dan latar belakang ...................................................................... 67
6.2.1 Latar Belakang informan berperilaku mengatasi obesitas pada
anak................................................................................................. 68
6.2.1 Latar Belakang informan berperilaku mencegah obesitas pada
anak................................................................................................. 71
6.2.2 Latar Belakang informan tidak melakukan sesuatu untuk
mengatasi atau mencegah obesitas ................................................. 74
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 79
7.1 Simpulan .................................................................................................. 79
7.2 Saran ........................................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 81
LAMPIRAN ........................................................................................................... 87
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
Massa Tubuh..........................................................................................12
Tabel 2.2 Standar Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Anak Laki-laki
kelas satu sekolah dasar.........................................................................13
Tabel 2.3 Standar Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Anak perempuan
kelas satu sekolah dasar.........................................................................14
Tabel 3. 1 Definisi Istilah.......................................................................................38
Tabel 5. 1 Karakteristik informan Utama..............................................................51
Tabel 5. 2 Karakteristik Informan Pendukung......................................................53
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2. 1 komponen Health Belief Model 1...................................................28
Bagan 2. 2 Komponen Health Belief Model 2..................................................29
Bagan 2. 3 Kerangka Teori................................................................................36
Bagan 3.1 Kerangka Pikir Penelitian.................................................................37
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Informed Consent...............................................................................88
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Mendalam.......................................................89
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Mendalam Untuk Informan Pendukung
(Suami / Nenek / PengasuhAnak)..........................................................................91
Lampiran 4 Matrix Identitas Informan...................................................................92
Lampiran 5 Matrix hasil wawancara......................................................................93
Lampiran 6 Kutipan Transkrip Pengetahuan Informan Utama..............................95
Lampiran 7 Kutipan Transkrip Perilaku informan Utama.....................................97
Lampiran 8 Kutipan Transkrip Kepercayaan Informan Utama.............................98
Lampiran 9 Matrix Identitas Informan Pendukung..............................................103
Lampiran 10 Matrix Wawancara Informan Pendukung ......................................104
Lampiran 11 Kutipan Transkrip Dengan Ibu Kantin Terkait Kebiasaan Jajan
Siswa...............................................................................................106
Lampiran 12 Tranksrip Verbatim dengan guru terkait aktivitas fisik anak dan
status ekonomi orang tua di Madrasah Ibtidaiyah Al – Hikmah....107
Lampiran 13 Dokumentasi Kegiatan...................................................................109
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Wang,. et al (2000) dalam Aballa (2010), obesitas pada
anak bukan hanya dinilai sebagai masalah sehari-hari, namun bagi sebagian
besar dokter anak dan orang tua di negara-negara maju menyatakan hal ini
juga menjadi beban bagi negara-negara berkembang. Secara global
diperkirakan sebanyak 155 juta anak-anak mengalami obesitas. Tingkat
prevalensi di seluruh dunia berkisar pada 25%, Amerika sebesar 37%, Eropa
sebesar 35%, Timur Tengah sebesar 25%, dan Asia sebesar 15% serta di
Afrika diperkirakan menjadi sebesar 8,4% (Aballa, 2010). Selain secara
global, prevalensi obesitas di Indonesia juga tinggi, berdasarkan hasil
Riskesdas pada tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi obesitas di
Indonesia pada usia 5-12 tahun sebesar 8,8% (Kemenkes RI, 2013).
Obesitas merupakan akibat dari konsumsi asupan makan (asupan
kalori) yang jauh lebih banyak dari pada jumlah kalori yang di lepaskan
(Wahyu, 2009). Menurut Kemenkes RI (2012), pada anak yang obesitas
juga dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan yang sangat
merugikan kualitas hidup anak seperti gangguan pertumbuhan tungkai kaki,
gangguan tidur, dan henti napas sesaat. Selain itu, anak yang mengalami
obesitas akan berlanjut menjadi obesitas pada masa dewasa dan berisiko
2
terkena penyakit metabolik dan penyakit degeneratif (Kemenkes, 2012).
Oleh karena itu obesitas pada anak perlu di hindari.
Berdasarkan hasil penelitian Husaini yang di kutip oleh Hadi (2005),
mengemukakan bahwa dari 50 anak yang mengalami obesitas, 86% akan
tetap obesitas hingga dewasa dan dari 50 anak perempuan yang obesitas,
80% akan tetap obesitas hingga dewasa. Selain itu, berdasarkan hasil
penelitian Mexitalia pada tahun 2003 didapatkan bahwa 1/3 anak yang
obesitas saat prasekolah menjadi obesitas pada saat dewasa, dan ½ anak
yang obesitas pada masa sekolah menjadi obesitas pada masa dewasa
(Mexitalia, 2005 dalam Leonita, 2010). Dengan demikian obesitas pada
anak memerlukan perhatian yang serius dan penanganan yang tepat dengan
melibatkan peran orang terdekat dalam lingkungan hidupnya seperti orang
tua (Kemenkes RI, 2012).
Ibu berperan dalam mengatasi obesitas pada anak, karena ibu yang
bertanggung jawab dalam mengatur dan memilih pola makan anak. Hal ini
sesuai menurut Jackson et al., (2005), menyatakan bahwa ibu berperan
dalam mempengaruhi sumber, keanekagaraman dan kuantitas makanan dari
anak mereka. Menurut Berg (2002), orang tua mempengaruhi pemilihan
makanan anak dengan mengendalikan ketersediaan makan, berperan sebagai
pemberi contoh dan mendorong anak untuk mengkonsumsi makanan
tertentu. Maka diketahui bahwa pengetahuan tentang gizi yang dimiliki
orang tua juga berpengaruh terhadap pemilihan makan dan pengetahuan
3
orang tua dan secara tidak langsung berdampak pada pengetahuan dan
perilaku anak.
Berdasarkan hasil penelitian Subiakti (2013), menunjukkan bahwa
ibu yang memiliki persepsi negatif terhadap obesitas lebih banyak memiliki
anak yang tidak obesitas dibandingkan dengan ibu yang memiliki persepsi
positif. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya persepsi ibu yang negatif terkait
obesitas untuk menanamkan perilaku dan kebiasaan kesehatan yang baik
agar bisa mencegah dan mengatasi obesitas pada anak. Hal ini berbeda
dengan ibu yang memiliki persepsi positif tentang obesitas, contohnya ibu
beranggapan anak yang obesitas adalah anak yang sehat dan berkecukupan
gizi (Baughcum et al., 2000). Padahal persepsi ibu yang berkaitan dengan
nutrisi seperti pemilihan makanan tinggi lemak dan kalori merupakan salah
satu faktor pendukung terjadinya obesitas. Ibu berpengaruh dalam
membentuk sikap dan perilaku anak sehingga kecenderungan anak untuk
menyukai makanan tersebut tergantung pada ketersediaan makanan di
rumah.
Melalui pendekatan teori Health Belief Model dikenal adanya empat
komponen yang melatar belakangi seseorang untuk melakukan perilaku
kesehatan yaitu perceived susceptibility, perceived seriousness, perceived
benefit, dan perceived barriers. Sedangkan cues to action yang di pengaruhi
faktor eksternal, faktor modifikasi (demografis, struktural, dan
sosiopsikologis) dan self-efficacy yaitu kepercayaan individu dalam
mengambil tindakan (Glanz et al., 2008)
4
Tindakan dalam mengatasi obesitas pada anak dilatar belakangi oleh
Perceived susceptibility (persepsi kerentanan) merupakan persepsi ibu
terkait kerentanan terhadap suatu penyakit untuk mencegah dan mengobati
penyakit dengan mengatasi obesitas pada anak, karena dengan mengatasi
obesitas maka dapat mencegah risiko terkena penyakit diabetes mellitus tipe
2, hipertensi dan kanker pada saat dewasa dan pada anak-anak seperti
gangguan pertumbuhan tungkai kaki, gangguan tidur, sleep apnea (henti
napas sesaat) dan gangguan pernafasan lain.
Perceived seriousness (persepsi keseriusan) yaitu persepsi ibu terkait
keseriusan penyakit yang akan di timbulkan apabila obesitas pada anak
tidak diatasi, Perceived benefit yaitu persepsi ibu terkait manfaat atau
keuntungan yang diperoleh dalam mengatasi obesitas. Perceived barriers
yaitu persepsi ibu tentang hambatan yang dirasakan dalam mengatasi
obesitas pada anak. Cues to action merupakan faktor eksternal dari ibu
untuk mengatasi obesitas, Faktor modifikasi (usia, pendidikan, pekerjaan,
dan pengetahuan) yang dapat mempengaruhi ibu dalam mengatasi obesitas,
dan Self-efficacy yaitu kepercayaan diri dari ibu dalam mengatasi obesitas
pada anak.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dhyanaputri et al.
(2011), persepsi susceptibility (persepsi kerentanan) terhadap obesitas anak
menyatakan semua informan merasa bahwa semua anak rentan terhadap
obesitas. Berdasarkan hasil penelitian Akhmadi (2009), perceived
seriousness (persepsi keseriusan) masalah obesitas pada anak diketahui
5
sebagaian keluarga mempunyai persepsi yang buruk yaitu keluarga bangga
mempunyai anak yang obesitas dan menolak jika anaknya dikatakan
obesitas sehingga beranggapan sebagai sesuatu yang masih normal dan
tidak perlu untuk dikhawatirkan.
Persepsi orang tua yang keliru akan membuat masalah yang besar
dan memprihatinkan seperti banyak orang tua cenderung bangga
mempunyai anak yang gemuk. Padahal obesitas merupakan keadaan
penyebab terjadinya resiko yang berhubungan dengan berbagai macam
penyakit pada anak dan remaja yang dapat berlanjut pada masa tua. Obesitas
pada anak dapat dihubungkan dengan hiperinsulin, hiperlipid, hipertensi dan
intoleransi karbohidrat. Bahkan obesitas pada anak berhubungan dengan
penyakit jantung koroner di masa usia lanjut (Promkes Dinas Kesehatan
Provinsi Banten, 2013).
Beberapa ibu yang merasa khawatir dengan masalah obesitas pada
anak maka berusaha untuk melakukan tindakan seperti mengatasi obesitas
pada anak usia sekolah dasar dengan mengatur pola makan anak dan
olahraga (Marpaung, 2007). Selain itu berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan Dhyanaputri et al., (2011), menyatakan bahwa ibu yang khawatir
dengan adanya obesitas pada anak berupaya mengatasi obesitas pada anak
dengan mengurangi porsi makanan anak, mengurangi minum susu atau
mengganti susu dengan air putih.
Upaya yang dilakukan ibu umumnya tidak berhasil karena ada
hambatan (perceived barriers) yang bisa datang dari anak sendiri, seperti
6
anak susah dilarang jika menginginkan sesuatu, napsu makan anak yang
besar membuat anak selalu merasa lapar dan akan menangis jika
makanannya dibatasi. Selain hambatan yang datang dari anak, hambatan
untuk mengatur pola makan anak juga datang dari ibu sendiri yaitu ibu yang
selalu menuruti keinginan anak. Hambatan juga dirasakan dalam mengatur
aktivitas anak seperti anak yang malas melakukan aktivitas serta kurangnya
waktu orangtua untuk bersama anak dikarenakan bekerja sehingga menjadi
hambatan bagi orangtua untuk mengajak anaknya bermain dan kurangnya
taman bermain untuk anak membuat anak jarang bermain di luar rumah
(Dhyanaputri et al., 2011).
Prevalensi tertinggi obesitas pada usia 5-12 tahun terjadi di provinsi
DKI Jakarta sebesar 14,0%. (Kemenkes RI, 2013). Jakarta Selatan
merupakan salah satu kota di DKI Jakarta dengan prevalensi obesitas
tertinggi kedua sebesar 15,0% (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan laporan
suku dinas kesehatan Jakarta Selatan tahun 2015, prevalensi obesitas pada
anak sekolah dasar yang di jaring sebesar 1,8%. Obesitas tertinggi di
wilayah Jakarta Selatan adalah Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
sebesar 8,55%. Data dari Puskesmas kecamatan Pasar Minggu tahun 2015
menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada anak sekolah yang dijaring
paling tinggi adalah puskesmas kelurahan Jati Padang sebesar 37%.
Prevalensi obesitas yang paling tinggi berdasarkan hasil penjaringan
puskemas kelurahan Jati Padang tahun 2015 sebanyak 40% terdapat pada
Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah.
7
Berdasarkan hasil penjaringan Puskesmas kelurahan Jati Padang di
Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah tahun 2016 diketahui prevalensi obesitas
adalah 15,68%. Prevalensi ini lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi
nasional. Prevalensi obesitas yang tinggi di Madrasah Ibtidaiyah Al -
Hikmah membuat peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian
terkait “Latar belakang perilaku ibu dalam mengatasi obesitas pada anak
kelas satu di Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah Jakarta Selatan Tahun
2016”.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah obesitas saat ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa,
tetapi juga sudah banyak yang terjadi pada anak-anak. Obesitas pada anak
dapat menyebabkan terjadinya berhenti nafas pada saat tidur, gangguan
tungkai kaki dan berisiko terkena penyakit metabolik dan penyakit
degeneratif. Salah satu penyebab obesitas pada anak adalah persepsi ibu.
Persepsi ini akan dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam mengatur pola
makan dan aktivitas fisik anak. Berdasarkan hasil penjaringan yang
dilakukan suku dinas kesehatan Jakarta Selatan tahun 2015, prevalensi
obesitas pada anak sekolah dasar yang paling tinggi adalah Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu.
Data dari Puskesmas kecamatan Pasar Minggu menunjukkan bahwa
prevalensi obesitas tertinggi yang di jaring pada anak sekolah dasar adalah
puskesmas kelurahan Jati Padang. Prevalensi obesitas yang paling tinggi
berdasarkan hasil penjaringan puskemas kelurahan Jati Padang tahun 2015
8
sebanyak 40% terdapat pada Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah. Madrasah
Ibtidaiyah Al - Hikmah merupakan prevalensi obesitas tertinggi dan
melebihi dari prevalensi obesitas pada anak secara nasional. Pada tahun
2016 obesitas pada anak di Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah sebanyak
15,68%. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui mengenai “Latar
belakang perilaku ibu dalam mengatasi obesitas pada anak kelas satu di
Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah Jakarta Selatan Tahun 2016”.
1.3 Pertanyaan penelitian
Bagaimana gambaran perilaku ibu dalam mengatasi obesitas pada anak dan
hal-hal apa saja yang mempengaruhi perilaku tersebut?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya informasi terkait perilaku ibu dalam mengatasi
obesitas dan hal-hal yang mempengaruhi perilaku ibu pada anak
kelas satu di Madrasah Ibtidayah Al - Hikmah Jakarta Selatan
Tahun 2016
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diperolehnya informasi tentang perilaku informan dalam
mengatasi obesitas pada anak kelas satu di Madrasah Ibtidayah
Al - Hikmah Jakarta Selatan tahun 2016.
2. Diperolehnya informasi tentang kepercayaan individu (persepsi
terhadap ancaman obesitas, persepsi terhadap manfaat mengatasi
9
obesitas pada anak, persepsi hambatan, dan kepercayaan diri
ibu) yang mempengaruhi dalam perilaku ibu dalam mengatasi
obesitas pada anak kelas satu di Madrasah Ibtidayah Al -
Hikmah Jakarta Selatan tahun 2016.
3. Diperolehnya informasi tentang faktor modifikasi pengetahuan
yang mempengaruhi kepercayaan individu dalam mengatasi
obesitas pada anak kelas satu di Madrasah Ibtidayah Al -
Hikmah Jakarta Selatan tahun 2016.
4. Diperolehnya informasi tentang faktor pemicu yang
mempengaruhi perilaku ibu mengatasi obesitas pada anak kelas
satu di Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah Jakarta Selatan tahun
2016.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1.5.1 Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan tentang obesitas, khususnya obesitas terhadap anak
usia sekolah dasar
1.5.2 Bagi Puskesmas
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan dalam
memberikan penyuluhan atau sosialisasi kepada ibu dengan
bekerjasama dengan sekolah Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah
Jakarta Selatan.
10
1.5.3 Bagi Institusi fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan
Menambah referensi Penelitian di fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan
penelitian lebih dalam bagi peneliti yang lain.
1.6 Ruang Lingkup
Penelitian ini dilaksanakan oleh mahasiswa Peminatan Gizi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini akan
dilakukan pada bulan Desember 2016 – Januari 2017 menggunakan metode
kualitatif dengan wawancara mendalam untuk mendapatkan gambaran
perilaku ibu dalam mengatasi obesitas pada anak kelas satu di Madrasah
Ibtidaiyah Al - Hikmah Jakarta Selatan Tahun 2016. Informan utama dalam
penelitian ini dilakukan pada ibu yang mempunyai anak obesitas di sekolah
Madrasah Ibtidaiyah Al Hikmah yaitu sebanyak 4 orang. Informan
pendukung adalah keluarga terdekat yaitu nenek dan ayah kandung dari
anak sebanyak 4 orang informan.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obesitas Anak
2.1.1 Pengertian
Status gizi adalah keadaan fisiologis tubuh yang merupakan akibat
dari konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi dalam tubuh. Status
gizi dapat dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, normal, dan
lebih (Almatsier, 2009). Obesitas merupakan status gizi lebih. Menurut
Febry dan Marendra (2008), Obesitas pada anak adalah kelebihan
lemak dalam tubuh yang terjadi pada anak apabila selalu makan dalam
porsi besar dan tidak diimbangi dengan aktivitas seimbang. Selain itu,
menurut WHO (2016) obesitas adalah akumulasi lemak abnormal atau
berlebihan yang dapat berisiko bagi kesehatan. Menurut Kemenkes
(2013), cara mengukur obesitas pada anak umur 5-18 tahun adalah
dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U).
2.1.2 Cara mengukur berat badan anak.
Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter.
Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap
satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan
tingkat gizi. Salah satu contoh dari indeks antropometri adalah Indeks
Massa Tubuh (IMT) atau yang disebut dengan Body Mass Index
(Supariasa, 2001).
12
Untuk menilai status gizi anak diperlukan standar antropometri yang
mengacu pada standar WHO (WHO, 2005 dalam Kemenkes RI, 2010).
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak
Berdasarkan Indeks
Indeks Kategori Status Giz Ambang Batas (Z-Score)
Berat badan menurut Umur
(BB/U) Anak Umur 0 – 60
bulan
Gizi buruk < -3 SD
Gizi kurang -3 SD sampai dengan <-2 SD
Gizi baik -2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi Lebih >2 SD
Panjang Badan menurut Umur
(PB/U) atau Tingggi Badan
menurut Umur (TB/U) Anak
Umur 0 – 60 bulan
Sangat Pendek <-3 SD
Pendek -3 SD sampai dengan <-2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Tinggi >2 SD
Berat Badan menurut Panjang
Badan (BB/PB) atau Berat
Badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB) Anak umur 0 – 60
Bulan
Sangat Kurus <-3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk >2 SD
Indeks Massa Tubuh menurut
Umur (IMT/U) Anak umur 0 –
60 bulan
Sangat Kurus <-3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk >2 SD
Indeks Massa Tubuh menurut
Umur (IMT/U) Anak Umur 5
– 18 Tahun
Sangat Kurus <-3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas >2 SD
Sumber : Kemenkes RI (2013)
13
Berikut tabel standar indeks massa tubuh menurut umur pada anak laki-
laki dan perempuan pada usia 5-7 tahun.
Tabel 2.2
Standar Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)
Anak Laki-laki kelas satu sekolah dasar
Sumber: Kemenkes RI (2013)
14
Tabel 2.3
Standar Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)
Anak perempuan kelas satu sekolah dasar
Sumber: Kemenkes RI (2013)
15
Pengukuran indeks massa tubuh pada anak usia 5 – 18
tahun terdiri dari berat badan, tinggi badan dan umur. Berikut
penjelasannya :
1. Berat badan
Berat badan merupakan...
Cara mengukur berat badan anak adalah dengan
menggunakan timbangan digital dengan kapasitas 150 kg
dengan ketelitian 0,1 kg. Berikut cara menimbang berat badan
anak (Depkes RI, 2007) yaitu :
a. Mengambil timbangan dari kotak karton.
b. Memasang baterai pada bagian bawah alat timbangan dan
perhatikan posisi baterai
c. Memasang 4 (empat) kaki timbangan pada bagian bawah alat
timbang
d. Letakan alat timbang pada lantai yang datar
e. Responden yang akan ditimbang diminta untuk membuka
alas kaki, jaket dan mengeluarkan isi kantong yang berat
seperti kunci.
f. Mengaktifkan alat timbang dengan mengaktifkan tombol
sebelah kanan sampai muncul angka 0,00.
g. Responden diminta naik ke alat timbangan dan kaki tepat
berada ditengah timbangan dengan kepala tidak menunduk
(lurus kedepan) dan tidak bergerak-gerak.
16
h. Mencatat angka yang muncul di formulir yang disediakan.
2. Tinggi Badan
Tinggi badan diperoleh dengan mengukur tinggi badan
menggunakan pita meteran (microtoise). Menurut Depkes RI
(2007), berikut cara mengukur berat badan deng microtoise
adalah sebagai berikut:
a. Gantungkan bandul benang untuk membantu memasang
microtoise di dinding agar tegak lurus.
b. Letakan alat pengukur di lantai yang datar tidak jauh dari
bandul tersebut dan menempel pada dinding yang rata tanpa
ada lekukan
c. Tarik papan penggeser tegak lurus keatas hingga
menunjukkan angka nol. Kemudian di paku atau direkat
dengan lakban pada bagian atas microtoise.
d. Minta responden untuk melepaskan alas kaki (sendal/sepatu),
topi (penutup kepala)
e. Memastikan alat geser berada di posisi atas
f. Responden diminta untuk berdiri tegak dibawah microtoise.
g. Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan dan tumit
menempel pada dinding tempat microtoise di pasang
h. Pandangan lurus ke depan dan tangan dalam posisi
tergantung bebas
17
i. Pastikan alat geser berada tepat di tengah kepala responden
dan geser sampai menyentuh bagian atas kepala responden.
j. Baca angka tinggi badan pada jendela baca sejajar dengan
mata petugas dan mencatat di formulir yang disediakan.
k. Apabila pengukur lebih rendah dari yang dikur, maka
pengukur harus berdiri di atas bangku agar hasil
pembacaannya benar.
3. Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status
gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status
gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi
badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai
dengan penentuan umur yang tepat. Jadi, cara menghitung umur
anak adalah dilihat sesuai dengan usia bulan penuh. Contoh :
umur 7 tahun 2 bulan, maka dihitung 7 tahun. umur 6 tahun 11
bulan, dihitung 6 tahun (Supariasa, 2001). Cara mengetahui
status gizi seseorang maka ada kategori ambang batas IMT/U
dengan menggunakan soft wareWHOAnthroplus. Ukuran ini
dihitung dengan umur, mengukur tinggi badan (dalam cm) dan
menimbang berat badan (dalam kilogram).
18
2.1.3 Gejala Obesitas
Gejala-gejala yang biasa dialami oleh seseorang yang mengalami obesitas
antara lain (Wahyu, 2009) :
1. Kebiasaan tidur dengan mendengkur
2. Susah tidur, nyeri pada punggung atau sendiri
3. Berhenti nafas pada saat tidur secara tiba-tiba
4. Selalu merasakan panas berkeringat secara berlebihan
5. Sulit bernafas
6. Depresi sering merasakan ngantuk dan lelah
7. Ruam atau infeksi pada lipatan kulit
2.1.4 Dampak Obesitas
Masalah kesehatan yang akan terjadi pada anak yang obesitas bisa
berakibat buruk dan menimbulkan masalah yang berkelanjutan sampai usia
remaja dan dewasa. Masalah kesehatan yang akan terjadi akibat obesitas
pada anak sebagai berikut :
1. Masalah klinis
a. Diabetes Melitus Tipe 2
Risiko Diabetes Melitus tipe 2 meningkat akibat obesitas dan
kurangnya aktivitas fisik. Hal ini terjadi karena berbagai sebab yang
dapat mengganggu kerja insulin atau disebut dengan resistensi insulin.
Resistensi insulin merupakan kondisi ketika jumlah insulin yang di
produksi memadai, tetapi tidak mampu mengontrol kadar gula
didalam darah dalam batas normal. Insulin berperan mengubah kadar
19
gula dalam darah yang meningkat setelah makan menjadi cadangan
gula di dalam otot (glukagon) (Wahyu, 2009). Penderita DM tipe 2
berpeluang mengalami berbagai komplikasi berbagai penyakit berat
seperti gagal ginjal kronis, penyakit jantung, stroke dan kebutaan dan
sebagainya dikemudian hari (Wahyu, 2009).
b. Hipertensi
Obesitas merupakan salah satu faktor yang meningkatkan risiko
hipertensi primer (Wahyu, 2009). Berat badan berkaitan erat dengan
tekanan darah dan peningkatan berat badan yang berlebih diikuti oleh
peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu mempertahankan berat
badan normal dapat mencegah terjadinya hipertensi pada saat dewasa
(Subardja, 2004).
c. Meningkatnya kejadian berhenti napas pada saat tidur (sleep apnea)
Obesitas pada anak berpotensi menimbulkan gangguan pada
saluran pernafasan ketika tidur yang dikenal dengan istilah sleep
apnea. Sleep apnea ditandai dengan berhentinya nafas sekitar 10 detik
atau lebih ketika anak tidur. sebuah penelitian menyebutkan bahwa
kelainan sleep apnea dijumpai pada anak obesitas sebesar 7%
(Wahyu, 2009).
Penyebab anak yang obesitas menyebabakan sleep apnea adalah
penebalan jaringan lemak di daerah dinding dan dada dan diafragma,
sehingga terjadi penurunan volume dan perubahan pola ventilasi paru
serta meningkatkan beban kerja otot pernafasan. Pada saat tidur terjadi
20
penurunan tonus otot dinding dada yang disertai penurunan saturasi
oksigen dan peningkatan kadar CO2, serta penurunan tonus otot yang
mengatur pergerakan lidah yang menyebabkan lidah jatuh ke arah
dinding belakang faring yang mengakibatkan obstruksi saluran nafas
intermiten dan menyebabkan tidur gelisah, sehingga keesokan harinya
anak cenderung mengantuk dan hipoventilasi. ini berkurang seiring
dengan penurunan berat badan (Irwan, 2016).
Menurut Prasadja (2009), dampak sleep apnea pada anak dapat
menganggu kemampuan konsentrasi dan daya ingat, akibatnya
prestasi sekolah menurun. Meski demikian, tidak semua penderita
sleep apnea pada anak mempunyai prestasi yang menurun. Selain itu,
efek sleep apnea pada anak sama seperti orang dewasa yaitu
mengganggu kualitas tidur. Akibatnya, walaupun sudah tidur 8 hingga
9 jam, penderita sleep apnea masih merasa lelah dan mengantuk.
Tahap tidur dianggap sebagai yang berperan dalam perkembangan
otak. Jika tahapan-tahapan tidur ini terganggu, maka pertumbuhan
anak akan terganggu. Seharusnya potensi-potensi yang dapat dibangun
pada saat tidur jadinya tidak terwujud karena proses tidur yang
terganggu.
Selain itu, Menurut Maharani (2015), salah satu gangguan tidur
yang paling dikhawatirkan pada anak dengan obesitas adalah
obstructive sleep apnea (OSA) yaitu kondisi henti napas saat tidur
yang bisa menyebabkan kematian mendadak saat tidur.
21
d. Gangguan tulang
Obesitas pada anak berpotensi menimbulkan kelainan bentuk dan
ukuran tulang, ketidakseimbangan, maupun rasa nyeri yang sangat
kuat baik ketika anak berdiri, berjalan maupun berlari. Obesitas pada
anak diduga memberikan tekanan dan regangan yang lebih besar
terutama pada tulang kaki dibandingkan dengan anak yang berat
badan normal (Wahyu, 2009).
Pada anak obesitas cenderung berisiko mengalami gangguan
ortopedik (patah tulang) yang disebabkan kelebihan berat badan, yaitu
tergelincirnya epifisis kaput femoris yang menimbulkan gejala nyeri
panggul atau tergelincirnya lutut dan terbatasnya gerakan panggul
(Irwan, 2016).
e. Penyakit asma
Obesitas pada anak dapat meningkatkan risiko timbulnya asma,
terutama setelah beraktivitas fisik maupun berolahraga yang
melelahkan. Hal ini sesuai penelitian Rosenskranz tahun 2008
menunjukkan bahwa obesitas pada anak dan kurang beraktivitas fisik
maupun berolahraga meningkatkan risiko timbulnya serangan sesak
napas yang mirip penyakit asma bronkhiale (Wahyu, 2009).
Selain itu, menurut Maharani (2015), anak-anak yang kelebihan
berat badan atau obesitas lebih berisiko terserang asma. Kelebihan
lemak di seluruh tubuh juga bisa membuat anak dengan obesitas
sering mengalami sesak napas.
22
Asma terjadi dalam 3 derajat yaitu ringan, sedang maupun berat.
kelainan asma ringan tidak berbahaya bagi kesehatan dan dapat
sembuh secara spontan. Namun, kelainan ini sangat mengganggu
aktivitas akibat rasa sesak yang ditimbulkannya. Sementara itu, asma
derajat sedang dan berat umumnya memerlukan terapi jangka panjang,
bahkan mungkin perlu menjalani rawat inap (Wahyu, 2009).
2. Gangguan Kesehatan Mental dan gangguan sosial
Anak yang obesitas rentan mengalami gangguan kejiwaan seperti
depresi. Hal ini disebabkan seperti adanya ejekan dari teman sebayanya
terutama ketika mulai memasuki usia sekolah. Anak yang obesitas
umumnya sangat lambat dan malas untuk bergerak sehingga pada saat
beraktivitas fisik di sekolah menyebabkan anak sangat lambat dan
mengundang ejekan dari teman-temannya.
Ejekan yang diterima oleh anak yang obesitas secara terus menerus
dapat membuat anak tertekan dan kehilangan rasa percaya diri. Jika hal
ini tidak diatasi dengan tepat dan segera dapat menyebabkan anak
depresi. Selain itu, anak akan cenderung untuk menarik diri dari
lingkungan dan menghindari kegiatan bersama teman-teman sebayanya
(Wahyu, 2009).
23
2.1.5 Cara Mengatasi Obesitas
Cara mengatasi obesitas pada anak bisa dengan mengatur pola makan anak
dan aktivitas anak. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatur
makanan anak agar berat badannya kembali ke berat normal sesuai usianya,
sebagai berikut (Soenardi, 2011):
1. Atur kembali porsi makanannya agar sesuai dengan kebutuhannya.
2. Kurangi makanan yang mengandung lemak dan gula yang tinggi,
berikan porsi kalori yang rendah dengan banyak sayuran dan buah
sehingga anak tetap kenyang.
3. Buat anak melakukan banyak aktivitas fisik atau olahraga yang menjadi
kesenangannya dan jangan memaksa anak untuk melakukan diet.
4. Mengatur dan mengawasi jam makan pada anak. Misalnya: pagi
sarapan, jam 10.00 selingan (bila mungkin buah), makan siang, jam
16.00 snack, dan makan malam. Jika anak biasa ngemil, ganti dengan
buah.
Selain itu cara menurunkan obesitas pada anak menurut Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI) tahun 2014 yaitu sebagai berikut:
1. Olahraga
Pada anak berusia 6-12 tahun atau usia sekolah lebih tepat untuk
memulai latihan fisik seperti bersepeda, berenang, menari, karate, senam,
sepak bola, dan basket. Aktivitas sehari-hari dioptimalkan seperti
berjalan kaki atau bersepeda ke sekolah, menempati kamar tingkat agar
naik dan turun tangga, mengurangi lama menonton televisi atau bermain
24
games komputer, dan menganjurkan bermain di luar rumah (IDAI, 2014).
Menurut WHO (2016), aktivitas fisik setidaknya dilakukan 60 menit
perhari untuk menurunkan berat badan anak. Sedangkan menurut
Damayanti dalam Misnadirly (2007), anak harus mempunyai kegiatan
fisik diluar sekolah 20 – 30 menit perhari. Olahraga seperti Aerobik
dapat menurunkan berat badan.
Menurut Yatim (2005), aerobik yang dilakukan selama 50 menit
dalam 3 kali seminggu dapat mengendalikan tekanan darah dan lemak
darah sehingga dapat menurunkan berat badan anak. Berdasarkan hasil
penelitian Anam, dkk (2010), olahraga yang dilakukan seperti senam dan
lari pada anak SD dalam 3 kali 45 menit per minggu selama 8 minggu
dapat menurunkan indeks massa tubuh dan meningkatkan tingkat
kesegaran jasmani.
2. Menerapkan pola makan yang benar
Pemberian diet seimbang sesuai requirement daily allowances
(RDA) merupakan prinsip pengaturan diet pada anak gemuk karena anak
masih bertumbuh dan berkembang dengan metode food rules, yaitu:
a. Terjadwal dengan pola makan besar 3x/hari dan camilan 2x/hari yang
terjadwal (camilan diutamakan dalam bentuk buah segar), diberikan
air putih di antara jadwal makan utama dan camilan, serta lama makan
30 menit/kali
25
b. Lingkungan netral dengan cara tidak memaksa anak untuk
mengonsumsi makanan tertentu dan jumlah makanan ditentukan oleh
anak
c. Prosedur dilakukan dengan pemberian makan sesuai dengan
kebutuhan kalori yang diperoleh dari hasil perkalian antara kebutuhan
kalori berdasarkan RDA menurut height age dengan berat badan ideal
menurut tinggi badan
Langkah awal yang dilakukan adalah menumbuhkan motivasi anak
untuk ingin menurunkan berat badan setelah anak mengetahui berat
badan ideal yang disesuaikan dengan tinggi badannya, diikuti dengan
membuat kesepakatan bersama berapa target penurunan berat badan yang
dikehendaki.
3. Modifikasi Perilaku
Prioritas utama adalah perubahan perilaku, maka perlu
menghadirkan peran orangtua sebagai komponen intervensi. Beberapa
cara pengubahan perilaku berdasarkan metode food rules diantaranya
adalah:
a. Pengawasan sendiri terhadap berat badan, masukan makanan, dan
aktivitas fisis, serta mencatat perkembangannya
b. Kontrol terhadap rangsangan/stimulus, misalnya pada saat menonton
televisi diusahakan untuk tidak makan karena menonton televisi dapat
menjadi pencetus makan. Orangtua diharapkan dapat meniadakan
26
semua stimulus di sekitar anak yang dapat merangsang keinginan
untuk makan
c. Mengubah perilaku makan, misalnya belajar mengontrol porsi dan
jenis makanan yang dikonsumsi, serta mengurangi makanan camilan
d. Penghargaan, yaitu orangtua dianjurkan untuk memberikan dorongan,
pujian terhadap keberhasilan atau perilaku sehat yang diperlihatkan
anaknya, misalnya makan makanan menu baru yang sesuai dengan
program gizi yang diberikan, berat badan turun, dan mau melakukan
olahraga
e. Pengendalian diri, misalnya dapat mengatasi masalah apabila
menghadapi rencana bepergian atau pertemuan sosial yang
memberikan risiko untuk makan terlalu banyak, yaitu dengan memilih
makanan yang berkalori rendah atau mengimbanginya dengan
melakukan latihan tambahan untuk membakar energi
4. Terapi Bedah
Prinsip terapi bedah pada obesitas (bedah bariatrik) adalah (1)
mengurangi asupan makanan (restriksi) atau memperlambat pengosongan
lambung dengan cara gastric banding dan vertical-banded gastroplasty,
dan (2) mengurangi absorbsi makanan dengan cara membuat gastric
bypass dari lambung ke bagian akhir usus halus. Sampai saat ini belum
cukup banyak diteliti manfaat serta bahaya pembedahan jika diterapkan
pada anak (Yanovski, 2001 dalam IDAI, 2014)
27
2.2 Teori Health Belief Model
2.2.1 Pengertian
Health Belief Model adalah sebuah teori yang pertama kali
dikembangkan pada tahun 1950an oleh psikologi sosial di United States
Public Health Service untuk menjelaskan kegagalan partisipasi orang-
orang dalam program pencegahan dan mendeteksi penyakit (Hochbaum
1958, Rosenstock, 1960, 1974). Kemudian model diperluas
penggunaannya pada respons orang terhadap gejala penyakit (Kirsht,
1974) dan perilaku mereka dalam merespon penyakit yang sudah
didiagnosa, khususnya kepatuhan terhadap medis (Becker, 1974 dalam
Glanz, et al, 2008).
HBM berakar pada teori kognitif (seperti keyakinan dan sikap)
dan berkaitan dengan proses berpikir dalam pengambilan keputusan
seseorang dalam melakukan suatu cara tertentu. Konsep seperti ini
dikenal sebagai teori “nilai-harapan”. Jadi dapat dikatakan HBM
merupakan teori nilai-harapan. Jika konsep ini diaplikasikan pada
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, maka dapat diartikan
menjadi keinginan untuk tidak sakit dan keyakinan (belief) bahwa
tindakan kesehatan tertentu akan mencegah atau menyembuhkan
penyakit (harapan). Harapan ini kemudian diartikan sebagai perkiraan-
perkiraan seseorang terhadap resiko mengidap suatu penyakit dan
keseriusan suatu penyakit, serta kemungkinan mengurangi ancaman
penyakit melalui suatu tindakan tertentu (Glanz, et al. 2008). Jadi,
28
dalam teori Health Belief Model (HBM) individu akan melakukan
perilaku kesehatan didasarkan atas persepsi terhadap masalah
kesehatan.
Health belief model digunakan untuk memprediksi mengapa
seseorang mengambil tindakan pencegahan atau untuk mengendalikan
penyakit yang dapat dilihat dari seberapa rentan penyakit menimbulkan
keseriusan, manfaat serta kendala yang dihadapi dengan kepercayaan
individu dalam mengambil tindakan untuk mencegah penyakit (Glanz,
2008). Jadi, health belief model merupakan suatu kerangka kerja yang
digunakan untuk memahami perilaku kesehatan dan kemungkinan
alasan untuk seseorang tindakan kesehatan. Berikut bagan teori
modifikasi becker (1974) dan Rosenstock (1977) dalam Glanz (1997).
Individual Perception Modifying Factors Likelihood to action
Bagan 2. 1 komponen Health Belief Model 1
Sumber : Becker (1974) dan Rosenstock (1977) dalam Glanz et al. (1997)
Perceived threat of
disease
Perceived benefit
minus Perceived
barriers to
behaviours
Cues to action
Education
Symptomp
Media
Likelihood of
behaviours change
Perceived
Susceptibility/
severity of
disease
Age, sex, ethnicity,
sosioeconomics,
knowledge
29
Point-point yang terdapat pada teori Health Belief Model ini mengalami
perbaikan atau modifikasi. Modifikasi tersebut adalah perceived
susceptibility/severity of disease disederhanakan menjadi perceived threat.
Selain itu, hasil dari teori ini yang awalnya likelihood of behaviours change
berubah menjadi individual behaviours. Individual Perception diubah
menjadi individual belief dan point-point nya juga berisi terkait semua
persepsi yang mempengaruhi perilaku individu. Berikut bagan teori
perubahan Health belief model dari Glanz tahun 2008.
Modifying Factors Individual Beliefs Action
Bagan 2. 2 Komponen Health Belief Model 2
Sumber: Modifikasi dari Becker (1974) & Rosenstock (1977)
dalam Glanz et al (2008
Age
Gender
Ethnicity
Socioekonomi
knowledge
Perceived
benefits
Perceived self -
Efficacy
Perceived
barriers
Perceived
Susceptibility
to and severity
of disease
Perceived
Threat
Individual
behaviour
Cues to
action
30
2.2.2 Komponen Health Belief Model dan penerapan pada obesitas anak
Health belief model memiliki empat komponen utama yaitu
perceived susceptibility (kerentanan terhadap penyakit), perceived
seriousness (keseriusan penyakit), perceived benefit (manfaat dari
melakukan tindakan kesehatan), dan perceived barriers (hambatan
untuk melakukan tindakan kesehatan). Selain empat komponen utama
yang telah disebutkan health belief model telah dikembangkan,
sehingga terdapat beberapa komponen penting yaitu self efficacy, cues
to action, dan modifying variables (Glanz, 2008).
1. Persepsi Kerentanan (perceived Susceptibility)
Persepsi kerentanan terhadap suatu penyakit atau persepsi
tentang kemungkinan mengalami risiko atau mendapatkan kondisi
atau penyakit agar bertindak untuk mengobati atau mencegah
penyakitnya. Mencegah dan mengatasi penyakit akibat obesitas
pada anak sangat perlu dikarenakan dapat mencegah risiko terkena
penyakit diabetes mellitus tipe 2, hipertensi pada saat dewasa dan
pada anak-anak seperti gangguan tulang, gangguan tidur, sleep
apnea (henti napas sesaat) dan gangguan pernafasan lain.
2. Persepsi keseriusan (perceived seriousness)
Persepsi keseriusan didasarkan berdasarkan keyakinan
individu tentang keseriusan dan tingkat keparahan penyakit.
Persepsi keseriusan sering didasari pada informasi medis atau
pengetahuan. kemungkinan konsekuensi medis mungkin termasuk
31
kematian, cacat dan sakit. Konsekuensi sosial yang mungkin terdiri
dari efek pekerjaan, kehidupan keluarga, dan hubungan sosial.
Keseriusan mengacu kepada konsekuensi negatif yang diasosiasi
oleh individu dengan suatu peristiwa. Konsekuensi ini berhubungan
dengan suatu peristiwa yang diantisipasi yang memiliki
kemungkinan yang terjadi dimasa depan.
Kombinasi persepsi kerentanan dan keparahan juga disebut
ancaman. Individu akan mengubah perilaku mereka berdasarkan
persepsi ancaman yang berasal dari keseriusan penyakit tersebut.
Persepsi keseriusan dalam penelitian ini yaitu persepsi ibu terkait
keseriusan penyakit yang akan di timbulkan apabila obesitas pada
anak tidak diatasi.
Perasaan terancam atau khawatir timbul dari persepsi bahwa
individu rentan terhadap masalah kesehatan dan permasalahan
tersebut dapat mengakibatkan konsekuensi yang serius (Glanz,
2008).
3. Persepsi Manfaat (perceived benefit)
Persepsi ini menyebabkan perubahan perilaku akan
dipengaruhi oleh keyakinan individu mengenai manfaat yang
dirasakan dari berbagai tindakan yang tersedia untuk mengurangi
ancaman penyakit. Jadi, indvidu akan melakukan tindakan
pencegahan apabila individu merasa dirinya sangat rentan terhadap
penyakit-penyakit yang dianggap seriusa. Besarnya keuntungan
32
ataupun manfaat yang di dapat dari suatu tindakan pencegahan
maka akan semakin besar peluang individu tersebut menjalankan
tindakan pencegahan penyakit. Akan tetapi bila manfaat yang
dirasakan kecil dari suatu tindakan yang akan dilakukan untuk
pencegahan akan semakin kecil.
Anak yang mengalami obesitas akan berlanjut menjadi
obesitas pada masa dewasa dan berisiko terkena penyakit diabetes
mellitus tipe 2, penyakit kardiovaskuler dan kanker (Kemenkes,
2012). Dengan demikian obesitas pada anak memerlukan perhatian
yang serius dan penanganan yang tepat dengan melibatkan peran
orang orang dekat dalam lingkungan hidupnya seperti orang tua
(Kemenkes, 2012). Dengan adanya dampak dari obesitas maka
begitu perlunya untuk mengatasi obesitas pada anak agar tidak
berisiko terjadinya penyakit.
4. Persepsi kendala (perceived barrier)
Persepsi individu bahwa tidak terlalu banyak konsekuensi
negatif bila mengambil tindakan pencegahan dan tidak banyak
kendala dalam prosesnya. Kendala dalam mengatasi obesitas
seperti anak susah dilarang jika menginginkan sesuatu, napsu
makan anak yang besar membuat anak selalu merasa lapar dan
akan menangis jika makanannya dibatasi. Selain itu, kendalanya
adalah ibu yang selalu menuruti keinginan anak dan juga dirasakan
dalam mengatur aktivitas anak seperti anak yang malas melakukan
33
aktivitas serta kurangnya waktu orangtua untuk bersama anak
dikarenakan bekerja sehingga menjadi hambatan bagi orangtua
untuk mengajak anaknya bermain dan kurangnya taman bermain
untuk anak membuat anak jarang bermain di luar rumah
(Dhyanaputri, dkk, 2011).
5. Kepercayaan diri (self efficacy)
Kepercayaan seseorang akan kemampuan untuk melakukan
suatu tindakan dengan berhasil. Konsep ini ditambahkan oleh
Rosenstock, Strecher, dan Becker tahun 1988 untuk
menyempurnakan teori Health belief model agar sesuai dengan
tantangan perubahan perilaku atau tantangan yang tidak sehat
(Glanz, 2008).
Ibu memiliki kepercayaan diri untuk mengatasi obesitas
pada anak akan tetapi banyak ibu yang merasa kasihan jika
mengurangi porsi makan anak dikarenakan anak yang masih
meminta tambahan makan karena sudah terbiasa dengan porsi yang
banyak.
6. Petunjuk untuk bertindak (cues to action)
Menurut Glanz (2008)faktor yang dapat membuat
seseorang untuk merubah perilakunya, seperti adanya dukungan
dari keluarga terdekat, informasi dari tenaga kesehatan serta media
massa seperti majalah, televisi dan radio untuk melakukan tindakan
dalam mengatasi obesitas pada anak.
34
Menurut Azwar (2005), orang yang biasanya dianggap
penting bagi individu adalah orangtua, orang yang status sosialnya
lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri
atau suami dan lain-lain. Selan itu, menurut Sudarna (2008),
Individu akan melakukan tindakan bila individu mendapat
dukungan lain dari sisi eksternal, misalnya dari media massa,
keluarga, pesan dan nasihat orang lain dan sebagainya.
Selanjutnya menurut Wiryanto (2004), Efek media massa
dapat mengubah perilaku individu atau khalayak. Selain itu dapat
memberikan jawaban dalam menciptakan perhatian, pengetahuan,
sikap dan perubahan perilaku.
7. Faktor modifikasi yang dapat mempengaruhi persepsi
Variabel demografi, sosiopsikologi dan struktur yang
berbeda dapat mempengaruhi persepsi individu dan secara tidak
langsung juga dapat mempengaruhi perilaku kesehatan individu
tersebut. Secara spesifik, faktor sosiodemografi khususnya tercapai
pendidikan yang diyakini akan memberikan efek secara tidak
langsung dalam mempengaruhi persepsi individu dalam persepsi
kerentanan, keseriusan, manfaat dari tindakan pencegahan, kendala
dan kepercayaan diri. Berikut variabel Karakteristik individu yang
dapat mempengaruhi persepsi :
a. Variabel demografi, yaitu usia
35
b. Variabel sosiopsikologi, meliputi Pendidikan, tingkat
pendidikan ibu yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang
untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya
dalam perilaku. Pekerjaan, ibu yang bekerja akan mempunyai
waktu lebih sedikit untuk memperhatikan dan mengasuh
anaknya (Sediaoetama, 2004).
c. Variabel struktural, meliputi pengetahuan. Pengetahuan ibu
mengenai berat badan anak, bahaya obesitas dan sumber
informasi yang di dapatkan.
2.3 Kerangka Teori
Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam latar belakang
perilaku ibu dalam mengatasi obesitas pada anak sekolah dengan pendekatan
teori health Belief model yaitu ada faktor modifikasi, kepercayaan individu,
dan faktor pemicu informan untuk bertindak. Berikut kerangka teori Health
Beief Model modifikasi dari dari Becker (1974) & Rosenstock (1977) dalam
Glanz et al (2008).
36
Modifying Factors Individual Beliefs Action
Bagan 2. 3 Kerangka Teori
Sumber: Modifikasi dari Becker (1974) & Rosenstock (1977) dalam
Glanz et al (2008)
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Pengetahuan
Persepsi
Manfaat
Kepercayaan
diri
Persepsi
Hambatan
Persepsi
kerentanan
dan persepsi
keseriusan
Persepsi
Ancaman
Perilaku
Individu
Faktor
Pemicu
Untuk
Bertindak
37
BAB III
KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
3.1 Kerangka Pikir
Berdasarkan kerangka teori diatas, maka kerangka pikir dalam penelitian
ini meliputi faktor modifikasi yaitu usia, pendidikan dan pekerjaan yang di
teliti secara kuantitatif, namun tidak melihat hubungannya. Sedangkan faktor
modifikasi pengetahuan, kepercaayaan indvidu (persepsi ancaman, persepsi
manfaat, persepsi hmbatan, dan kepercayaan diri) dan faktor pemicu diteliti
dengan penelitian kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam.
Berikut kerangka pikir penelitian.
Faktor Modifikasi Kepercayaan Individu Tindakan
Bagan 3. 1 Kerangka Pikir Perilaku ibu dalam mengatasi obesitas pada anak
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Pengetahuan
Persepsi Manfaat
yang dirasakan
dalam mengatasi
obesitas pada anak
Kepercayaan diri
ibu dalam
mengatasi obesitas
pada anak
Persepsi Hambatan
yang dirasakan ibu
dalam mengatasi
obesitas pada anak
Persepsi kerentanan
dan persepsi
keseriusan penyakit
Persepsi
Ancaman
terhadap
penyakit
akibat
obesitas Perilaku ibu
dalam mengatasi
obesitas pada
anak
Faktor pemicu
untuk bertindak:
Media massa
Dukungan
keluarga
Tenaga
kesehatan
38
3.2 Definisi Istilah
Tabel 3. 1 Definisi Istilah
No. Domain Definisi Istilah Alat Ukur Cara Ukur
1. Usia Lamanya kehidupan seseorang
dihitung sejak tahun lahir
sampai ulang tahun terakhir
saat dilakukan penelitian
Pedoman
wawancara
Wawancara
terstruktur
2. Pendidikan Jenjang pendidikan formal
yang terakhir dimiliki ibu
Pedoman
wawancara
Wawancara
terstruktur
3. Pekerjaan Kegiatan atau pekerjaan yang
dilakukan oleh seorang ibu
(menghasilkan uang) yang
memiliki anak kelas satu di
Madrasah Ibtidaiyah Al
Hikmah pada saat dilakukan
penelitian.
Pedoman
wawancara
Wawancara
terstruktur
4. Pengetahuan Pengetahuan ibu mengenai
penilaian kategori berat badan
anak, pengetahuan ibu
mengenai bahaya obesitas pada
anak dan cara mengatasi
obesitas pada anak.
Pedoman
wawancara
Wawancara
mendalam
5. Persepsi
ancaman
terhadap
penyakit
Pandangan ibu mengenai besar
tidaknya peluang anak
mengalami dampak dari
obesitas. Persepsi ancaman
dipengaruhi oleh persepsi ibu
terkait kerentanan anak
mengalami penyakit dan
Pedoman
wawancara
Wawancara
mendalam
39
persepsi keseriusan mengenai
penyakit yang diakibatkan
obesitas pada anak.
6. Persepsi
manfaat
Pendapat ibu mengenai apa
saja manfaat tindakan dia
dalam mengatasi atau
mencegah anak dari obesitas.
Pedoman
wawancara
Wawancara
mendalam
7. Persepsi
Kendala
Pendapat ibu mengenai apa
saja hal yang menghambatnya
dalam mengatasi atau
mencegah obesitas pada anak.
Pedoman
wawancara
Wawancara
mendalam
8. Kepercayaan
diri (self
efficacy)
Keyakinan ibu akan
kemampuan dirinya untuk
dapat mengatasi atau
mencegah obesitas dengan cara
mengontrol pola makan dan
aktivitas fisik anak.
Wawancara
mendalam
Wawancara
mendalam
9. Perilaku Tindakan yang dilakukan ibu
dalam mengatasi obesitas pada
anak
Pedoman
wawancara
Wawancara
mendalam
10. Faktor
Pemicu untuk
bertindak
Orang atau peristiwa yang
dapat menyebabkan ibu
berperilaku mengatasi atau
mencegah obesitas pada anak
seperti adanya dukungan
keluarga, tenaga kesehatan,
media massa dan peristiwa
yang dialami ibu.
Pedoman
wawancara
Wawancara
mendalam
40
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif , yaitu peneliti
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian tentang pendapat, persepsi, perilaku dan perasaan seseorang.
Melalui pendekatan ini diharapkan dapat menggali informasi secara
mendalam tentang “Gambaran Perilaku Ibu Dalam Mengatasi Obesitas Pada
Anak Kelas satu di Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah Jakarta Selatan Tahun
2016.
4.2 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2016 – Januari
2017 pada ibu yang mempunyai anak kelas satu dengan obesitas di Madrasah
Ibtidaiyah Al - Hikmah Jakarta Selatan tahun 2016.
4.3 Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Informan utama
Ibu yang mempunyai anak kelas satu yang mengalami obesitas di MI Al
- Hikmah berdasarkan data pengukuran berat badan dan tinggi badan dari
Puskesmas kelurahan Jati Padang tahun 2016 dan pengukuran tersebut
dianalisis oleh peneliti berjumlah 8 orang anak. Jumlah informan dalam
penelitian ini adalah 4 orang informan utama karena sudah mendapatkan
41
informasi yang jenuh atau tidak bervariasi lagi sehingga pengumpulan data
dihentikan.
2. Informan pendukung
Informan pendukung dalam penelitian ini adalah empat orang dari
keluarga terdekat ibu yang ada di rumah yaitu tiga orang suami dan satu
orang nenek dikarenakan orang yang dapat melihat atau mengetahui
bagaimana perilaku ibu
4.4 Instrumen penelitian
Dalam penelitian ini alat bantu yang digunakan adalah panduan
wawancara mendalam yang dilakukan kepada informan (ibu) dan buku
catatan dilapangan. Selanjutnya alat tulis untuk mencatat segala informasi
yang diperlukan pada saat wawancara.
4.5 Sumber Data
Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer
yang diperoleh melalui wawancara mendalam yang dilakukan dengan tanya
jawab secara tatap muka pada ibu yang mempunyai anak obesitas di
Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah Jakarta untuk memperoleh data sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Selain itu, data primer diperoleh juga dari
hasil wawancara dengan keluarga terdekat seperti suami, nenek atau
pengasuh anak untuk melakukan cross check data dari informan utama terkait
perilaku ibu dalam mengatasi obesitas pada anak.
42
4.6 Prosedur Pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu
persiapan, pelaksanaan dan penutup.
1. Tahap Persiapan
Dalam persiapan penelitian ini, peneliti mengajukan topik/judul
penelitian kepada pembimbing untuk mendapatkan persetujuan,
kemudian peneliti mencari bahan referensi dan menyusun proposal
penelitian. Setelah itu, peneliti melakukan bimbingan dengan
pembimbing proposal untuk diberi masukan dan saran dari pembimbing.
Kemudian peneliti mengurus surat izin penelitian di daerah Jakarta
Selatan. Data obesitas diambil dari dinas kesehatan Jakarta selatan,
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu, Puskesmas Kelurahan Jati padang.
Data nama siswa, nama-nama ibu dan alamat didapatkan dari sekolah
Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah. Kemudian membuat pedoman
wawancara yang akan di tanyakan kepada informan.
2. Tahap pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data dengan wawancara
mendalam kepada informan. Anak kelas satu yang mengalami obesitas
berjumlah 8 orang anak. Data pengukuruan tinggi badan dan
penimbangan berat badan tersebut didapatkan dari Puskesmas Kelurahan
Jati Padang bulan September tahun 2016. Data tersebut kemudian
dianalisis oleh peneliti dengan menggunakan software WHO Anthroplusi
untuk mengetahui status gizi anak. Setelah mengetahui status gizi anak,
43
kemudian peneliti memilih hanya informan yang memiliki anak dengan
status gizinya obesitas.
Setelah itu, peneliti melakukan wawancara dengan informan pada
saat ada pertemuan antara guru dengan orangtua. Pada saat wawancara
hanya ada 4 orang informan yang diwawancarai dan 4 informan lainnya
sudah tidak ada di sekolah lagi sehingga peneliti melakukan wawancara
dengan empat orang dengan menanyakan kesediaan calon informan
dengan menjelaskan tujuan pengambilan data, waktu yang dibutuhkan
dalam pengambilan data dan memberikan lembar informed consent yang
harus ditandatangani sebagai bukti kesediaan menjadi informan.
Selanjutnya sesuai kontrak dengan informan, peneliti melakukan
pengambilan data dari informan dengan wawancara. Peneliti sebelumnya
meminta izin kepada partisipan untuk menggunakan alat perekam.
Setelah melakukan wawancara kepada empat orang informan, peneliti
menanyakan kepada informan terkait keluarga yang dapat di wawancara
baik nenek, suami, atau pengasuh anak. Dalam penelitian ini ada 4
informan pendukung juga dari informan utama. Setelah peneliti
menganalisis hasil wawancara dari informan utama, selanjutnya peneliti
melakukan wawancara dengan informan pendukung.
3. Tahap Penutup
Pada tahap penutupan ini, selanjutnya peneliti memuat kontrak
dengan informan bahwa peneliti akan datang kembali untuk validasi data
dan apabila ada data yang belum diperoleh. Setelah mendapatkan
44
kesediaan dari informan, peneliti memberikan apresiasi kepada informan
atas partisipasi dan kesediaannya dalam penelitian.
4.7 Validasi Data
Pendekatan kualitatif menggunakan jumlah sampel yang sedikit, oleh
karena itu perlu dilakukan pengecekan keabsahan data/validitas data. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber yaitu dengan
mewawancarai keluarga terdekat dari ibu seperti suami, nenek atau pengasuh
untuk mengetahui apakah perilaku ibu sudah sesuai dengan yang dikatakan
informan utama (ibu).
4.8 Pengolahan dan analisis data
Pengolahan dan analisis data dimulai dengan melakukan wawancara
mendalam dengan informan. Setelah melakukan wawancara, analisis data
dimulai dengan membuat transkrip hasil wawancara, dengan cara memutar
kembali rekaman hasil wawancara, mendengarkan dengan seksama,
kemudian menuliskan kata-kata yang didengar sesuai dengan apa yang ada
direkaman tersebut. Setelah peneliti menulis hasil wawancara tersebut
kedalam transkrip, selanjutnya peneliti harus membaca secara cermat untuk
kemudian di pilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari dan
membuat kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh diri sendiri maupun
orang lain.
Berdasarkan hasil dari analisis wawancara selanjutnya peneliti melakukan
analisis data model Spradley (1980) dalam Sugiyono (2016). Dalam
45
penelitian ini, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses
penelitian dilaksanakan. Metode ini terdiri dari empat tahapan, yaitu:
a. Analisis domain
Analisis domain pada penelitian ini hakikatnya adalah upaya peneliti
untuk memperoleh gambaran perilaku ibu terhadap obesitas pada anak.
Caranya ialah dengan wawancara kepada ibu untuk memperoleh perilaku
ibu. Pada tahap ini peneliti belum perlu membaca dan memahami data
secara rinci dan detail karena targetnya hanya untuk memperoleh
gambaran secara umum. Hasil analisis ini masih berupa pengetahuan dan
informasi umum mengenai fokus penelitian terkait perilaku ibu.
b. Analisis taksonomi
Setelah pada tahap analisis domain ditemukan fokus penelitian atau
domain yaitu perilaku ibu, maka selanjutnya pada tahap ini domain
perilaku ibu ini mulai dipahami secara mendalam, dan membaginya lagi
menjadi sub-domain yang terdiri dari sub-domain terkait hal-hal yang
dapat mempengaruhi perilaku ibu seperti faktor modifikasi, kepercayaan
individu dan faktor pemicu untuk bertindak. Sub-domain itu dirinci lagi
menjadi bagian-bagian yang lebih khusus yaitu faktor modifikasi disub-
domainkan lagi yang terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan dan
pengetahuan. Sub-domain yang ada pada kepercayaan individu yaitu
persepsi ancaman, persepsi, manfaat, persepsi kendala, efikasi
diri/kepercayaan diri. Sub-domain yang ada pada faktor pemicu untuk
bertindak dilihat secara umum. Pada tahap analisis ini peneliti juga
46
mendalami domain dan sub-domain tersebut lewat konsultasi dengan
bahan-bahan pustaka yang berkaitan untuk memperoleh pemahaman lebih
dalam.
c. Analisis komponensial
Pada tahap ini peneliti mengkontraskan antar unsur yang diperoleh
pada analisis taksonomi. Maka penelitian ini dikontraskan sehingga bisa
dilihat perbedaan dan persamaannya untuk mengetahui mana yang
mempengaruhi fokus penelitian yaitu perilaku.
d. Analisis tema kultural
Setelah melewati 3 tahap analisis sebelumnya maka selanjutnya
pada tahap ini peneliti berusaha menemukan hubungan-hubungan yang
terdapat pada perilaku ibu dalam mengatasi obesitas pada anak.
4.9 Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk naratif sesuai kerangka pikir.
47
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Al – Hikmah
Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah berdiri tahun 1969. Madrasah
Ibtidaiyah Al- Hikmah (MI Al-Hikmah) ini terletak di Jl. Salihara Gg
Bacang 1 RT 008 RW 01, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. MI Al-
Hikmah berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Al-
Hikmah (YPI Al-Hikmah). Madrasah Ibtidaiyah terletak di tengah-
tengah pemukiman penduduk yang relatif padat dan mudah di jangkau
karena terletak di wilayah strategis yaitu berdekatan dengan kantor
kelurahan Jati Padang, Kantor Kecamatan Pasar Minggu, Gelanggang
Remaja dan Olahraga Pasar Minggu serta Pemadam Kebakaran Pasar
Minggu.
Mayoritas pendidikan orang tua siswa di Madrasah Ibtidaiyah
Al Hikmah adalah menengah keatas (SLTA) sebesar 55%. Pendidikan
ibu yang tidak sekolah sebesar 3%, pendidikan menengah kebawah (SD
dan SLTP) sebesar 23%, pendidikan menengah keatas (SLTA
/sederajat) sebesar 55%, dan pendidikan tinggi (D1, D2, D3, D4, S1)
sebesar 19%. Selain pendidikan ibu, pendidikan ayah di Madrasah
Ibtidaiyah Al-Hikmah juga diketahui bahwa kebanyakan ayah memiliki
pendidikan menengah keatas sebesar 59%. Ayah yang tidak sekolah
sebesar 2%, pendidikan menengah kebawah (SD dan SLTP) sebesar
48
19%, pendidikan menengah ke atas (SLTA/sederajat) sebesar 59%, dan
pendidikan tinggi (D1, D2, D3, D4, S1) sebesar 20%.
Adapun pekerjaan orangtua siswa Madrasah Ibtidaiyah Al
Hikmah adalah kebanyakan ibu tidak mempunyai pekerjaan yaitu
sebagai ibu rumah tangga sebesar 70% dan ibu yang bekerja sebesar
30%. Sedangkan pekerjaan ayah adalah kebanyakan mempunyai
pekerjaan sebesar 93%, sedangkan yang tidak bekerja sebesar 7%.
Selain pendidikan dan pekerjaan orangtua, diketahui juga
tingkat ekonomi orangtua siswa di Madrasah Ibtidaiyah Al–Hikmah.
Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru di Madrasah Ibtidaiyah
Al-Hikmah diketahui bahwa ekonomi orangtua siswa kebanyakan
menengah kebawah karena dari 250 orang siswa 160 diantaranya adalah
memiliki Kartu Jakarta Pintar (KJP). Guru dari Madrasah ini juga
menjelaskan bahwa siswa yang mendapat KJP ini adalah dari orang
yang tidak mampu dalam hal ekonomi dan harus mempunyai surat
keterangan tidak mampu.
5.1.2 Gambaran aktivitas anak di Madrasah Ibtidaiyah Al – Hikmah
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru di Madrasah Ibtidaiyah
Al – Hikmah menyatakan bahwa anak kelas 1 dan kelas 2, siswa mulai
belajar pada pukul 06.45 dan pulang pada pukul 11.25. Sedangkan kelas 3
sampai dengan kelas 6, siswa mulai belajar pada pukul 06.45 WIB dan
pulang pada pukul 14.00 WIB. Pada saat jam istirahat, siswa juga
49
melakukan kegiatan seperti futsal, petak umpet, jajan kekantin dan berada
di dalam ruangan kelas.
Selain hasil wawancara, hal ini juga dibuktikan oleh peneliti
dengan melakukan observasi kepada siswa Madrasah Ibtidaiyah Al -
Hikmah pada saat jam istirahat yaitu siswa melakukan kegiatan seperti
melakukan futsal, jajan ke kantin, main petak umpet dan ada yang berada
diruangan kelas. Aktivitas yng dilakukan siswa tidak hanya pada saat jam
istirahat, akan tetapi ada aktivitas yang dilakukan siswa dengan
ekstrakulikuler. Berikut kegiatan ekstrakurikuler yang ada disekolah
Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah adalah sebagai berikut.
Marawis dilakukan sekali dalam seminggu yang dilaksanakan pada
hari selasa yaitu sekitar satu jam.
1. Renang dilakukan sekali dalam seminggu yang dilaksanakan pada hari
rabu yaitu pada pukul 14.00 – 15.00 WIB.
2. Futsal dilakukan hanya pada anak laki-laki yang dilaksanakan sekali
dalam seminggu pada hari jum’at yaitu pada pukul 14.00 – 15.00
3. Pramuka, hanya dilakukan oleh anak kelas 3 sampai dengan kelas 6
yang dilaksanakan pada jam mata pelajaran yaitu setiap hari rabu pada
pukul 08.00 – 09.00 WIB.
5.1.3 Gambaran kebiasaan jajan siswa di Madrasah Ibtidaiyah Al –
Hikmah
Madrasah Ibtidaiyah Al–Hikmah memiliki adanya satu kantin yang
ada di dalam sekolah dan berada di dalam ruangan kelas. Siswa hanya
50
bisa jajan di kantin sekolah saja dikarenakan pagar sekolah yang selalu
di tutup sehingga menyebabkan anak-anak tidak bisa jajan di luar selain
di kantin. Berdasarkan hasil wawancara kepada ibu kantin yang ada di
Madrasah Ibtidaiyah menyatakan bahwa biasanya kebanyakan siswa
membeli jajanan dikantin seperti minuman dingin yang ada rasanya,
gorengan (cireng, tahu, tempe, dan bakwan), nasi goreng, mie rebus dan
mie goreng.Wawancara yang dilakukan kepada ibu kantin ini sesuai
juga dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat jam
istirahat. Kebanyakan siswa membeli jajanan dikantin seperti mie gelas
rebus, mie goreng, minuman dingin yang ada rasanya, dan gorengan
seperti cireng, tahu, dan tempe goreng.
5.2 Karakteristik Informan
Karakteristik informan ini dilakukan dengan wawancara kepada
informan. Informan dalam penelitian ini ada dua yaitu informan Utama dan
informan pendukung. Informan merupakan sumber informasi utama yang
terkait dengan penelitian ini yaitu ibu yang memiliki anak obesitas kelas satu
di MI Al – Hikmah. Sedangkan informan pendukung adalah keluarga terdekat
informan utama seperti suami, nenek, pengasuh anak dan lain-lain yang dapat
melihat perilaku ibu. Jadi, informan pendukung hanya untuk melakukan cross
chek data dari informan utama.
A. Informan Utama
Jumlah anak obesitas berdasarkan hasil penjaringan Puskesmas
Kelurahan Jati Padang pada MI Al – Hikmah kelas satu tahun 2016
51
sebanyak 8 orang anak. Tetapi jumlah informan utama pada penelitian ini
sebanyak 4 orang dikarenakan pada saat ada pertemuan sekolah dengan
orang tua siswa kelas satu yang masih ada di sekolah ada empat orang,
orangtua lainnya sudah tidak di sekolah lagi sehingga peneliti melakukan
wawancara dengan empat orang. Pengumpulan informasi juga sudah
mencukupi karena sudah tidak ada variasi atau jawaban yang berbeda.
Selain itu, usia, pendidikan dan pekerjaan dari informan juga sudah
bervariasi sehingga peneliti merasa bahwa informan sudah cukup.
Berikut tabel karakteristik informan utama.
Tabel 5. 1 Karakteristik informan Utama
No. Nama Usia Pendidikan Pekerjaan
1.
Ibu A1 33
TH
SMK
Karyawati
Swasta
2.
Ibu A2
41 th S1
Ibu Rumah
Tangga
3. Ibu A3 42 th D3 PNS
4. Ibu A4 38 th SLTP
Ibu Rumah
Tangga
Berdasarkan tabel diatas, diketahui karakteristik informan utama
yaitu dari empat orang informan mempunyai umur yang bervariasi
antara 33 tahun sampai 42 tahun. Umur informan yang paling muda
adalah 33 tahun berjumlah 1 orang, 1 orang berumur 38 tahun, 1
52
orang berumur 41 tahun dan umur paling tua adalah 42 tahun
sebanyak 1 orang.
Latar belakang pendidikan informan berasal dari tingkat
pendidikan yang berbeda-beda yaitu pendidikan menengah kebawah
ada 1 informan, menengah keatas satu orang yaitu SMK, dan
berpendidikan tinggi ada 2 orang yaitu S1 dan D3. Pekerjaan
informan diketahui ada informan yang memiliki pekerjaan berjumlah
2 orang dengan karyawati swasta dan PNS. Selain itu, informan yang
tidak bekerja ada 2 orang yaitu sebagai ibu rumah tangga.
B. Informan Pendukung
Informan Pendukung dalam penelitian ini adalah hanya untuk
melakukan cross check perilaku yang dilakukan oleh informan
utama. Informan pendukung dikatan adalah orang yang bisa
melakukan cross check kepada informan utama dikarenaka
hubungan informan pendukung dengan informan utama yang berada
dirumah dan dapat melihat perilaku yang dilakukan informan utama.
Informan pendukung pada penelitian ini kebanyakan memiliki
pekerjaan. Akan tetapi masih bisa melihat bagimana perilaku
informan utama pada saat hari libur dan kebanyakan informan utama
selalu menceritakan juga terkait anaknya kepada informan
pendukung. Berikut tabel Karakteristik informan pendukung.
53
Tabel 5. 2
Karakteristik Informan Pendukung
No Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Hubungan
dengan anak
1. B1 56 th SD IRT Nenek
2. B2 39 th SLTA Karyawan
swasta
Ayah
kandung
3. B3 42 th D3 Wiraswasta Ayah
kandung
4. B4 48 th S1 Swasta Ayah
kandung
Informan pendukung dalam penelitian ini adalah dari keluarga
terdekat yang memiliki umur yang bervariasi yaitu 1 orang 39 tahun,
1 orang 42 tahun, 1 orang berumur 48, dan 1 orang berumur 56
tahun. Sedangkan latar belakang tingkat pendidikan informan
pendukung adalah sekolah menengah kebawah ada 1 orang,
penddikan menengah ke atas adalah 1 orang, dan berpendidikan
tinggi ada 2 orang yaitu D3 dan S1. Pekerjaan informan pendukung
adalah 3 orang bekerja di swasta dan 1 orang tidak bekerja.
54
5.3 Gambaran Perilaku informan
Perilaku informan pada anak yang obesitas menyatakan bahwa sebagian
informan melakukan uapaya mengatasi obesitas pada anak, sebagian
melakukan upaya mencegah obesitas pada anak, dan sebagian lagi tidak
melakukan sesuatu untuk mengatasi atau mencegah obesitas pada anak.
Informan yang mengatasi dan mencegah obesitas pada anak dilakukan
dengan mengurangi minum susu pada anak dan mengajak anak berolahraga
akan tetapi informan jarang mengajak anak untuk berolahraga dikarena
informan malas, sering bangun kesiangan dan ada karena informan yang
bekerja jadi tidak mempunyai waktu untuk mengajak anak berolahraga.
Berikut kutipan wawancara dengan informan.
“...Kayak susu udah dikurangi. Waktu dulu yaa itu semalam aja
bisa 6 botol.sekarang udah dua botol malamnya saat mau tidur
dan bangun tidur. Siangnya dulu 3 botol sekarang udah dikurangi
jadi kalo siang dia ga minum susu dan ngga minta. Hehehe.
Kalau makan sih nggak, dia makannya biasa aja sih. Olahraga
kadang diajak tapi ngga rutin juga. Kebetulan minggu pagi di
balai rakyat ada senam tuh....” (A1)
“Kayak susu udah dibatesin jadi 2 kali sehari biasanya sih
sesuka dia aja minum susunya bisa nyampe 3-4 kali gitu. Ngga
saya bolehin lagi. Jarang sih kalau olahraga. Dia sih senang ya
kalau ngajakin olahraga. Tapi kadang mak nya yang malas.
Hahahahha...” (A2)
“...Nggak ada. Soalnya kalau dibilang kurus nggak sih, biasa aja
gitu. Kalau di bilang gendut juga nggak...” (A3)
“...Nggak ada. Heheh...” (A4)
55
Informan yang melakukan upaya mengatasi obesitas menyatakan bahwa
perilaku yang dilakukan belum cukup untuk mengatasi obesitas pada anak
dikarenakan anak masih agak lambat melakukan aktivitas fisik. Hal ini
dibuktikan dengan kutipan wawancara berikut.
“...Masih belum sih. Sebab anak saya agak lambat dalam
melakukan aktivitas fisik yaa. Maka perlu extra kesabaran dalam
membantu menurunkan berat badannya...” (A1)
Informan yang melakukan upaya mencegah obesitas menyatakan bahwa
perilaku yang dilakukan sudah cukup untuk mencegah obesitas pada anak
dikarenakan berat badan anak adalah normal. Berikut kutipan wawancara
dengan informan.
“...Udah. Soalnyakan susunya juga udah dibatesin dan anaknya
juga masih aktif maen gitu. Jadi gaperlu dipaksain banget sih.
dan dia juga kan ga gendut. Kalau menurut saya sih masih
batas normal. jadi gaterlalu di pakasian deh...” (A2)
Perilaku yang dilakukan informan utama sesuai dengan pernyataan yang
dikatakan informan pendukung yaitu informan yang mengatasi obesitas dan
mencegah obesitas adalah benar-benar mengurangi minum susu pada anak
dan mengajak berolahraga tapi jarang dilakukan. Informan yang tidak
melakukan sesuatu juga sesuai dengan pernyataan informan pendukung.
Berikut kutipan wawancara dengan informan pendukung.
“...nenek liat sih ngurangi minum susunya soalnya dia minum
susunya banyak bangek nak. Sekarang udah berkurang
alhamdulillah. Jajanan iyaa sih. Olahraga juga kadang diajak
ibunya tapi hari libur aja sih soalnya kan ibun nya juga
kerja.biasanya yang ngejagain dia sih nenek yaa.heheh ..” (B1)
“...Ibunya sih berusaha biar anak itu ga gendut sih. Kayak susu
juga udah dikurangi sama maknya. Iyaa pernah liat kalo saya
56
lagi libur dan makanya sering cerita juga. Kayak mie juga udah
ga sering-sering dulu mah waktu libur dia pasti makan mie terus.
Sekarang saya liat udah ngga. Jarang sekarang.kalau untuk
olahraga ngga pernah saya liat. Jarang. Hahaha...” (B2)
“...Masih terus memantau lah bagaimana perkembangan berat
badan anak. Ibunya juga sering pantau bagaimana makannya.
Sampai saat ini sih makannya sekarang banyak sih, Kalau untuk
aktivitas nya sih dia di sekolah aja sih, ngaji, main. Karena
disekolah aja kan aktivitasnya sudah banyak...” (B3)
“...Hehe. Yaa kita emang ngga mau nurunin berat badan sih.
Biasa aja. Jalanin aja gitu. Jadi ngga ada yang dilakuin...” (B4)
5.4 Gambaran Kepercayaan individu
Hal-hal yang berperan dalam perilaku sesuai dengan teori Health Belief
Model. Point-point dalam Health belief Model tersebut antara lain persepsi
individu terhadap ancaman penyakit akibat obesitas, persepsi manfaat yang
dirasakan dalam mengatasi obesitas, persepsi terhadap kendala dalam
mengatasi obesitas pada anak, dan kepercayaan diri dalam mengatasi
obesitas. Selain itu, point penting berikutnya adalah faktor pemicu untuk
bertindak atau yang mendorong individu untuk melakukan tindakan.
5.4.1 Persepsi ancaman
Persepsi ancaman dalam penelitian ini dilihat dari persepsi
kerentanan dan persepsi keseriusan obesitas pada anak.
57
1. Persepsi Kerentanan
Dalam persepsi kerentanan ini, informan A1 menganggap bahwa
anak sudah obesitas sehingga informan merasa anak rentan untuk
terkena penyakit yang diakibatkan obesitas.
“...Iyaa mba. Dia kan berat badannya udah berlebih ya
mba jadinya saya juga takut kalo dia terkena penyakit itu.
Kayak tekanan darah tinggi , gula darah. kan takut yaa...”
Informan A2 menyatakan bahwa informan tidak merasa kalau anak
rentan terhadap penyakit yang diakibatkan oleh obesitas. Akan tetapi
anak rentan terhadap obesitas dikarenakan pola makan anak yang
banyak dan dikarenakan berat badan anak adalah normal.jadi,
informan merasa rentan terhadap obeistas, tapi tidak rentan terhadap
penyakit yang diakibatkan oleh obesitas karena menurut informan
berat badan anak tidak obesitas. Berikut kutipan wawancara dengan
informan.
“...Menurut aku iya sih dia rentan terkena obesitas karena
makannya banyak. tapi kalo terkena penyakit dari
obesitas sih nggak yaaa soalnya kan dia masih normal
berat badannya. Jangan sampe deh...” (A2)
Informan A3 da A4 menyatakan bahwa anak tidak rentan untuk
terkena obesitas dan anak juga tidak rentan untuk terkena penyakit
yang diakibatkan oleh obesitas dikarenakan berat badan anak adalah
normal dan pola makan anak juga masih normal serta aktivitas yang
dilakukan anak juga sudah banyak. Jadi informan merasa anak tidak
akan rentan.
“...Hmm, kalau terkena obesitas sih bisa. Dia juga gitu
lagi doyan makan sekarang. Bisa 4-5 kali sehari.
Makanya saya lagi takut nih. Tapi aktivitasnya banyak sih.
58
Hehehe. Yaa kalau terkena penyakit dari obesitas itu sih
kayaknya nggak sih. Dia normal kok...” (A3)
“...Iya bisa jadi obesitas sih. Kalau sekarang aktivitas
anak saya sih banyak yaa. Tapi makannya banyak sih dia .
Kalau untuk terkena penyakit itu sih nggak deh kayaknya.
Dia juga kan berat badannya ngga obesitas jadi kayaknya
nggak sih...” (A4)
2. Persepsi Keseriusan
Persepsi keseriusan dari semua informan mengatakan bahwa
obesitas merupakan masalah kesehatan yang serius dan dapat
menyebabkan penyakit yang serius yaitu dapat menyebabkan penyakit
jantung, tekanan darah dan gula darah. Selain itu, dapat menyebabkan
aktivitas anak menjadi lambat. Hal ini dibuktikan dengan hasil
wawacara dengan informan.
“...iya serius. Bahaya mba penyakitnya kan takut aja.
Kayak tadi penyakit jantung, tekanan darah dan gula
darah. apalagi anak saya berat badannya gendut mba.
Jadi saya takut aja.. Aktivitasnya juga lambat tidak seperti
anak lain pada umumnya. Bahkan olahrgapun lebih cepat
capek. Keseimbangan badan juga gitu, sering sekali dia
jatuh...” (A1)
“...Serius. yaa itu tadi akibatnya gitu kan takut aja sih.
Hmm yaa mengganggu aktivitasnya dan bisa penyakit
jantung, tekanan darah juga kan. Selama ini sih ngga ada.
Yaa jangan laah. Mudah-mudahan ngga pernah ngalamin.
Haduuhhh. Takuut takuut...”(A2)
“...iya serius.penyakit dari obesitas itu kan serius. Tapi
kan anak saya masih normal yaa.penyakitnya ada
penyakit jantung, tekanan darah, dan gula darah...” (A3)
“...penyakitnya yaa serius kalau udah terkena obesitas
yaa. Kan bahayanya itu penyakit yang di takuti kan.
Jantung, tekanan darah gitu. Kan ngeri...” (A4)
59
5.4.2 Persepsi manfaat
Pandangan ibu terhadap manfaat yang dirasakan dalam mengatasi
obesitas yaitu hanya informan yang mengatasi atau mencegah obesitas
yang merasakan adanya manfaat ketika mengatasi atau mencegah
obesitas pada anak. Selain itu, informan yang tidak melakukan perilaku
mengatasi atau mencegah obesitas pada anak tidak merasakan adanya
manfaat dikarena tidak melakukan suatu tindakan. Manfaat yang
dirasakan informan yang mengatasi dan mencegah obesitas yaitu
memudahkan anak untuk melakukan aktivitas dan
“...Yaaa alhamdulillah sih dianya kan telat jalan
sekarang alhamdulillah. Dia kalau beraktivitas juga
sudah agak cepat. Jadi ga parah gitu sakitnya...” (A1)
“...Yaa kayak ngimbangin aja yaaa. Yaaa kan takutnya
semakin kalau gemuk kan . untuk menjaga aja sih biar ga
gemuk dan itu juga apa untuk memudahkan anak untuk
beraktivitas sih dan menghindari bahaya dari anak yang
gemuk itu juga siih...” (A2)
5.4.3 Persepsi Kendala
Kendala yang dirasakan ibu dalam mengatasi obesitas adalah pada
saat mengatur aktivitas anak seperti ibu yang malas mengajak anak
untuk melakukan aktivitas serta kurangnya waktu orangtua untuk
bersama anak dikarenakan bekerja sehingga menjadi hambatan bagi
orangtua untuk mengajak anaknya bermain. Akan tetapi hambatan
tersebut belum terlalu mengkhawatirkan informan, karena aktivitas
anak juga sudah banyak dilakukan disekolah. Sedangkan informan yang
mencegah obesitas juga menyatakan jarang mengajak anak untuk
berolahraga dan ada hambatan untuk mengatur pola makan anak yang
60
datang dari ibu sendiri yaitu ibu yang selalu menuruti keinginan anak
karena jika tidak dituruti informan merasa kasihan melihat anak.
Berikut kutipan wawancara dengan informan.
“...Gaada hambatan sih. Selama ini dia masih nurut aja
sih gaada masalah. Dia anaknya nurut. Kalau makannya
sih masih biasa aja yaa menurut saya jadi ngga di
kurangi. Paling yang olahraga sih saya jarang ngajakin
kalau hari minggu yaa itu tadi kesiangan. Tapi dia
aktivitasnya di sekolah banyak. Heheh...” (A1)
“...Selama ini sih ga ada. Anaknya sih nurut aja. Tapi
kadang saya nya sih. Hahahah. Kayak olahraga tadi dia
yang ngajak tapi saya males. Hahaha. Paling sih yang
diatur cuma makanannya.itu juga kadang apa yang anak
saya minta saya kasi aja. Soalnya kadang kasihan aja
liatnya kalau dia lagi pengen makan gitu. Hehehe...” (A2)
Sedangkan informan lainnya yang tidak mencegah obesitas
menyatakan bahwa jika ingin mencegah atau mengatasi obesitas pada
anak menyatakan tidak ada kendala. Berikut kutipan wawancara
dengan informan A3 dan A4.
“...Sebenarnya kalau saya mau menurunkan berat
badannya sih kayaknya gaada kendala. Soalnya anaknya
nurut banget. Mungkin dari sayanya yang males gitu
kayak olahraga atau liatin makannya. Soalnya sering
diajak untuk jalan-jalan pagi gitu. Tapi sayanya yang
males. Heheheh. Tapi mungkin karena anak saya juga
berat badannya normal kan jadi ga terlalu dipaksain
harus olahraga dan makannya harus diataur. Yaa gaada
kendala sih..” (A3)
“...Mungkin gaada yaa. Kalau dari anak sih nurut
orangnya. Heheheh. Kalau saya juga mungkin bisalah.
Hahaha...” (A4)
61
5.4.4 Efikasi diri/kepercayaan diri
Semua informan menyatakan percaya dapat mengatasi atau mencegah
obesitas pada anak karena anak selalu menuruti yang dikatakan oleh
ibu dan sudah mengetahui cara mengatasi obesitas. Berikut kutipan
wawancara dengan informan.
“...Percaya karena dari dianya juga sempat bilang
dikatain itu dan anaknya nurut. Terus dia perempuan kan
gimanapun. Gara-gara itu juga lambat yaaa. jadi
memotivasi gitu. Heheheh...” (A1)
“...Iya. Kalau menurut saya sih percaya. Soalnya itu kan
udah efektif yaa untuk menurunkan berat badan. Dari
kakak saya kan gemuk terus sekarang udah turun dan
lumayan kurus. Anaknya juga nurut....” (A2)
“...Percaya sih.anaknya sih nurut aja. Sayanya yang
kadang yang susah. Heheh. Kayak ngatur pola makannya
kadang ga liat gitu.karena saya kerja juga. Tapi kadang
ayahnya yang liatin sih. Dan ngajakin olahraga kadang.
Dan dia aktivitas nya banyak sih...” (A3)
“...Hmmm, sepertinya percayaa bisa menurunkan.
Soalnya belajar dari tetangga juga ya ada yang obesitas
dan mengatasi obesitasnya dengan mengurangi porsi
makannya dan nyuruh olahraga gitu. Kalau anak sih
nurut ya. hehe.” (A4)
Selain itu, diketahui juga bahwa kebanyakan kepercayaan diri
dari informan dalam mengontrol pola makan dan aktivitas anak
menyatakan percaya dapat mengontrol pola makan dan aktivitas anak.
Walaupun ada informan yang bekerja akan tetapi ada keluarga yang
akan mengontrol pola makan anak. Sehingga pekerjaan dalam hal ini
tidak menjadi faktor penghmbat kepercayaan diri dari informan.
Berikut kutipan wawancara dengan informan:
62
“...Saya percaya mba. Karena keseharian saya kerja sih ya
tapi keseharian memang anak saya ada di tangan ibu saya.
Ibu saya yang sangat mengontrol makan dan juga aktifitas
anak saya. Mulai bangun tidur, sekolah, les atau pun
mengaji...” (A1)
“...Ngga percaya sebenarnya. Soalnya saya suka kasian
kalau dia minta nambah makan lagi. Jadinya saya kasih aja
lagi. Hahaha. Kalau untuk aktivitasnya yaa dia disekolah,
les gitu aja sih. Kayak olahraga sih saya males orangnya
jadi ga pernah dikontrol juga sih aktivitasnya. lagian dia
berat badannya juga ga gendut. ga di paksain deh.
Hahaha...” (A2)
“...Kalau ngontrol makannya yaa gimana yaa mba.
Percaya sih. Saya kan kerja yaa jadi gabisa liat-liat makan
dan aktiviasnya. Tapi dia kesehariannya sih sama ayahnya
jadi ayahnya yang liatin aktivitas sama makannya...” (A3)
“...kayaknya percaya sih. Saya juga di rumah ngurus dia.
Tapi ga telalu merhatiin apa aja yang dia makan. Dia ga
gendut soalnya. Heheh.. ..” (A4)
5.5 Gambaran Pengetahuan Informan
Pengetahuan dalam penelitian ini akan membahas terkait
pengetahuan ibu mengenai berat badan anak, bahaya obesitas dan cara
mengatasi obesitas
A. Pengetahuan informan mengenai berat badan anak
Kebanyakan informan menyatakan bahwa berat badan anak adalah
normal dan satu orang menyatakan berat badan anak adalah berlebih.
Hal ini dibuktikan dengan kutipan wawancara berikut:
“...Kalau anak saya emang masih lebih sih. Cuman pas
pada sekolah sih udah mulai menurun sih. Cuman ya
emang masih lebih kalau dibandingkan anak normal
lainnya...”(A1)
63
“...Normal aja sih...” (A2)
“...Normal sih...” (A3)
“...Biasa aja sih yaaa kalau menurut saya itu udah normal
gitu. Standar...” (A4)
Hal tersebut dianggap berat badan berlebih dikarenakan dilihat
secara fisik dan berat badan anak lebih besar dibanding dengan teman-
temannya. Selain itu, informan menganggap berat badan anak normal
karena sudah sesuai dengan berat badan dan tinggi badan anaknya.
Berikut kutipan wawancara dari informan:
“...iya emang keliatan gendut sih dia. berat badannya
juga lebih besar dari teman-temannya...” (A1)
“...Karena aktivitasnya masih banyak ya. Eeeh
aktivitasnyaa. Maksudnya itu karena tinggi dan beratnya
seimbang sih...” (A2)
“...Iya. Karena ga kurus dan ngga gendut gitu karena dia
tinggi juga kali..” (A3)
“...Yaaa ga gendut dan ga kurus. Biasa aja gitu...” (A4)
B. Pengetahuan informan mengenai bahaya obesitas
Hasil wawancara diketahui bahwa Pengetahuan informan
mengenai bahaya obesitas kebanyakan informan menjawab penyakit
jantung, tekanan darah, dan gula darah. Hal ini dibuktikan dengan
kutipan hasil wawancara sebagai berikut:
“...Iya sih kayak waktu itu dia lama jalannya. Awal-awal
pertama. Eee dua tahun baru jalan karena itu tadi
obesitas itu. Saya pernah ke hermina yang ciputat tumbuh
kembang anak senin rabu jum‟at karena dia telat jalan.
64
Obesitas itu sangat bahaya. Selain itu nanti kata dokter
bisa penyakit jantung, tekanan darah, dan gula darah.
Jadi saya takut aja mba...” (A1)
“...Itu bisa penyakit jantung,tekanan darah. Hmm, apalagi
yaaa. Udah siih...” (A2)
“...Biasanya kalau obes itu satu jantung, gula darah
hmmmm. Paling tekanan darah tinggi juga. Tapi
kedepannya sih yaaa...” (A3)
“...Yaaaa. Apa yaaaa. Hmmm. Yaa jantung kali yaaa
nanti.sama gula darah, tekanan darah. Itu aja sih
taunya...” (A4)
Informan mengetahui mengenai bahaya obesitas kebanyakan dari
keluarga, tenaga keehatan dan media massa. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara yaitu sebagai berikut.
“...Dari keluarga, dokter dan internet mba...”(A1)
“...Dari keluarga, berita-berita dan tetangga...” (A2)
“...Dari tetangga. Soalnya dia ngalamin penyakit jantung
akibat obesitas itu udah dibilang dokter sekarang. Dan
saya baca-baca internet juga...” (A3)
“...Dari tenaga kesehatan posyandu gitu dan tetangga
saya...” (A4)
C. Pengetahuan informan mengenai cara mengatasi obesitas
Selanjutnya pengetahuan yang akan dibahas adalah pengetahuan
mengenai cara mengatasi obesitas pada anak. Kebnayakan informan
sudah mengetahui cara mengatasi obesitas pada anak yaitu dengan
mengatur pola makan dan melakukan aktivitas fisik. Selain itu,
informan A1 dan A2 juga menyatakan bahwa untuk menurunkan berat
65
badan anak adalah dengan mengurangi minum susu pada anak juga.
Berikut kutipan wawancara dengan informan.
“...kalau dari saya sendiri mba kurangi pemberian susu
yang berlebihan, berikan waktu anak buat beraktivitas
(bermain, mengaji, atau kegiatan lainnya. Jalan-jlan atau
olahraga setiap hari minggu pagi...” (A1)
“...Iyaa saya tau neng.kurangi minum susu yaa. Itu juga
banyakin aktivitas fisik oleharga sama di jaga pola
makannya.Jjangan banyak-banyak makannya sama
olahraga juga. Heheh. jangan banyak-banyak. Setau saya
sih gitu aja...” (A2)
“...Tau. Itu mengurangi makan. Jangan banyak-banyak
gitu. Sama olahraga juga. Banyakin olahraga. heheh..”
(A3)
“...caranya gimana yaa. Yaa aku juga belum itu nyobain.
heheh...” (A4)
5.6 Faktor pemicu tindakan individu
Hasil wawancara menyatakan bahwa yang dapat mendorong atau
mempengaruhi ibu untuk melakukan suatu tindakan kebanyakan dari
keluarga, tenaga kesehatan, dan internet. Keluarga disini ada yang mendorong
informan utama untuk mengatasi, mencegah dan ada yang mendorong untuk
tidak melakukan sesuatu terhadap berat badan anak. Tenaga kesehatan juga
kebanyakan mempengaruhi informan untuk melakukan tindakan akan tetapi
informan jarang pergi ke tenaga kesehatan mengenai berat badan anak karena
informan menganggap bahwa tidak adalah masalah mengenai berat badan
anak sehingga informan tidak membawa anak ke tenaga kesehatan. Hal ini
dibuktikan dengan kutipan wawancara sebagai berikut:
66
“...Iyaa. Dari keluarga bilang dan tenaga kesehatan juga. Dari
internet juga dibaca-baca bahaya obesitasnya gitu dan kejadian
dia yang dulu akibat obesitas dia telat jalan dulu kata dokter sih
akibat itu. Dia ga bisa angkat badannya jadinya. Jadi saya takut
aja nanti aktivitasnya jadi terganggu. Mudah-mudahan sih
jangan seperti itu gitu. Hehehe...” (A1)
“...Hmmmm, selama ini sih baru dari keluarga sih. Ada kakak
saya dulu yang genduut. Susah gerak dan nafas. Jadinya saya
takut anak saya gitu. Jadi jaga-jaga aja. Ayahnya juga bilang
biar anak tidak gendut gitu. Kalau tenaga kesehatan juga sih
sebenarnya. tapi ga pernah ke rumah sakit sih kan dia masih
normal. mungkin ngeliat temen-temennya yaa. Jadi umur segini
jangan terlalu gemuk gitu. Pokoknya lihat standarnya ajalah...”
(A2)
“...Oo itu dari keluarga ada. Bilang anak-anak jangan gemuk-
gemuk gitu. Nanti risiko jantung, risiko diabet gitu sih paling.
Tapi saya ngga mencegah karena keluarga kayak ayahnya juga
bilang kalau anak masih normal berat badannya ditambah
aktivitasnya juga banyak...” (A3)
“...Paling dari posyandu ya. Kalau berlebih itu jadi anak ga bisa
berfikir gitu. Tapi jarang ke posyandu karena berat badannya
juga normal kan. Dari berita arya gitu nonton sih. Dari keluarga
sih ayahnya bilang kalau dia sih berat badannya normal jadi
ngga usah menurunkan berat badan...” (A4)
67
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
1. Peneliti tidak melakukan observasi terhadap perilaku ibu yang
mengurangi minum susu karena tidak bisa langsung mengikuti atau
mengobservasi apa yang dilakukan informan utama. Namun tidak
mengurangi tingkat kepercayaan terhadap data karena data dari informan
utama diklarifikasi dengan data dari informan pendukung.
2. Peneliti memilih ibu sebagai informan utama dalam penelitian ini karena
menurut penelitian sebelumnya menyatakan ibu adalah orang yang paling
berpengaruh untuk mengatur pola makan dan aktivitas anak. Dalam
penelitian ini ternyata ditemukan kasus dimana ada nenek dan ayah dari
anak seperti informan utama yaitu lebih berpengaruh menentukan pola
makan dan aktivitas anak.
6.2 Perilaku dan latar belakang
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa klasifikasi perilaku yang
terkait dengan obesitas pada anak dibagi menjadi tiga bagian yaitu informan
melakukan perilaku mengatasi obesitas, informan melakukan perilaku
mencegah obesitas dan informan tidak melakukan sesuatu untuk mengatasi
atau mencegah obesitas pada anak. Perilaku yang berbeda-beda itu
dilatarbelakangi oleh latar belakang yang berbeda-beda. Berikut penjelasan
terkait perilaku dan hal-hal yang melatarbelakangi informan untuk melakukan
perilaku.
68
6.2.1 Latar Belakang informan berperilaku mengatasi obesitas pada
anak
Informan mengatasi obesitas pada anak dengan mengurangi minum
susu pada anak dan melakukan olahraga. Sebelumnya anak minum
susu sehari semalam sebanyak 9 botol, sekarang dikurangi menjadi 2
botol. Selain itu, mengajak anak untuk olahraga setiap hari minggu tapi
ini jarang dilakukan karena informan yang sering bangun kesiangan dan
tidak punya waktu untuk mengajak anak bermain jika ibu bekerja.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Dhyanaputri (2011),
menyatakan bahwa beberapa ibu yang khawatir terhadap obesitas pada
anak berusaha melakukan suatu upaya seperti: mengurangi porsi
makanan anak, mengurangi minum susu atau mengganti susu dengan
air putih untuk mengatasi masalah obesitas pada anak.
Informan mengatasi obesitas pada anak dikarenakan pengetahuan
informan mengenai berat badan anak adalah obesitas. Pendapat tersebut
sama dengan penelitian Leonita yang dilakukan di Pekanbaru tahun
2010, yaitu secara keseluruhan ibu mengetahui bahwa anak termasuk
kategori obesitas. Pengetahuan informan mengenai berat badan anak ini
menyebabkan informan khawatir anak akan rentan terkena penyakit
akibat obesitas seperti penyakit jantung, gula darah dan tekanan darah
pada anak. Informan menganggap obesitas dan penyakit yang
diakibatkan obesitas adalah serius sehingga menyebabkan informan
69
merasa terancam atau khawatir jika anak mengalami penyakit yang
diakibatkan oleh obesitas.
Hal ini sesuai dengan teori Glanz (2008), menyatakan bahwa
individu akan melakukan perilaku kesehatan didasarkan atas persepsi
terhadap ancaman masalah kesehatan. Perasaan terancam atau khawatir
timbul dari persepsi bahwa individu rentan terhadap masalah kesehatan
dan permasalahan tersebut dapat mengakibatkan konsekuensi yang
serius. Jadi, individu akan melakukan tindakan mengatasi obesitas
apabila individu merasa dirinya sangat rentan terhadap penyakit-
penyakit yang dianggap serius (Glanz, 2008).
Selain persepsi ancaman, persepsi manfaat juga mempengaruhi
informan untuk mengatasi obesitas pada anak. Informan menyatakan
bahwa sebelumnya anak sulit melakukan aktivitas jadi informan
khawatir jika disekolah aktivitas anak lambat. Hal ini karena anak yang
obesitas memiliki berat badan yang berlebih sehingga beban badannya
mempengaruhi anak untuk bergerak (Akhmadi, 2009). Setelah
mengatasi obesitas pada anak, manfaat yang dirasakan informn adalah
memudahkan anak untuk melakukan aktivitas, memudahkan anak untuk
bisa berjalan yang awalnya lama untuk bisa berjalan di usia dua tahun,
dan untuk mencegah penyakit akibat obesitas.
Menurut Glanz (2008), besarnya keuntungan ataupun manfaat yang
di dapat dari suatu tindakan pencegahan maka akan semakin besar
peluang individu tersebut menjalankan tindakan pencegahan penyakit.
70
Akan tetapi, jika manfaat yang dirasakan kecil dari suatu tindakan yang
akan dilakukan untuk pencegahan akan semakin kecil.
Informan juga menyatakan percaya dapat mengatasi obesitas pada
anak walaupun informan bekerja, karena masih ada keluarga seperti
nenek yang akan mengawasi anak ketika informan bekerja. Menurut
Glanz (2008), seseorang akan melakukan tindakan jika seseorang
percaya akan kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan berhasil.
Selanjutnya, faktor pemicu juga mempengaruhi informan untuk
mengatasi obesitas pada anak yaitu pengaruh dari keluarga seperti
nenek dari anak yang menyatakan bahwa berat badan anak yang
obesitas dapat menyebabkan anak lebih mudah terkena penyakit akibat
obesitas. Dokter juga menyarankan agar berat badan anak di turunkan
untuk memudahkan anak melakukan aktivitas sehingga mempengaruhi
informan untuk berperilaku. Hal ini sesuai teori Azwar (2005), orang
yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orangtua, orang
yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru,
teman kerja, istri atau suami dan lain-lain.
Selain keluarga dan dokter, media massa seperti internet juga
mempengaruhi informan untuk mencegah obesitas pada anak karena
mengetahui bahaya dari obesitas dan menyatakan mau mengatasi atau
mencegah obesitas pada anak. informan mengatasi dan mencegah
obesitas pada anak dikarenakan mengetahui bahaya obesitas pada anak
dari internet dan berita.
71
Menurut Azwar (2005), media massa seperti televisi, radio, surat
kabar, internet, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan individu karena media massa
membawa pesan-pesan atau informasi baru mengenai sesuatu hal yang
dapat memberikan landasan kognitif baru sehingga terbentuk perilaku
terhadap hal tersebut.
6.2.1 Latar Belakang informan berperilaku mencegah obesitas pada
anak
Informan mencegah obesitas pada anak dengan mengurangi
minum susu pada anak dan melakukan olahraga tapi jarang dilakukan.
Informan mencegah obesitas pada anak dikarenakan pengetahuan
informan mengenai berat badan anak adalah normal sehingga
mempengaruhi persepsi kerentanan informan yaitu anak rentan terkena
obesitas. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Dhyanaputri, dkk
(2011), menyatakan bahwa informan ibu, guru dan tenaga kesehatan
merasa semua anak rentan terhadap obesitas karena pola makan dan
pola aktivitas anak.
Anak rentan terkena obesitas karena pola makan anak yang
banyak sehingga informan khawatir jika anak mengalami obesitas. Hal
ini sesuai menurut Wahyu (2009), pola makan berperan besar untuk
meningkatkan risiko terjadinya obesitas pada anak. Makanan yang
harus di hindari untuk mencegah obesitas pada anak adalah makanan
yang tinggi kadar kalorinya, rendah serat, dan kandungan gizi yang
72
sedikit. Orang tua berperan penting dalam membentuk kebiasaan dan
pola makan pada anak. Anak sering bersikap pasif dan hanya
mengonsumsi makanan yang disediakan oleh orangtuanya. oleh karena
itu, orangtua harus aktif menggali informasi mengenai bahan-bahan
makanan maupun produk olahan makanan yang aman dan sehat bagi
anak (Wahyu, 2009).
Informan juga menyatakan bahwa akibat obesitas merupakan
masalah kesehatan yang serius yaitu dapat menyebabkan penyakit
jantung, gula darah dan tekanan darah. Menurut Kemenkes (2012),
obesitas pada anak perlu untuk dicegah dan sangat berbahaya karena
dapat mengakibatkan sleep apne (gangguang tidur), gangguan tungkai
kaki. Selain itu, dapat berisiko terkena penyakit metabolik dan penyakit
degeneratif. Jadi, informan mencegah obesitas pada anak karena anak
rentan terhadap obesitas. Menurut teori Glanz (2008), indvidu akan
melakukan tindakan kesehatan apabila individu merasa dirinya sangat
rentan terhadap masalah kesehatan.
Informan merasakan adanya manfaat dalam mencegah obesitas
pada anak yaitu memudahkan anak untuk melakukan aktivitas dari
sebelumnya. Informan menyatakan ada kendala pada saat mencegah
obesitas pada anak yaitu informan yang malas jika mengajak anak
untuk berolahraga akan tetapi informan tidak khawatir walaupun tidak
mengajak berolahraga karena aktivitas anak disekolah sudah banyak.
73
Informan tetap saja mencegah obesitas pada anak karena anak banyak
minum susu dan berat badan anak adalah normal.
Hal ini sesuai dengan teori (Glanz, 2008), besarnya keuntungan
ataupun manfaat yang di dapat dari suatu tindakan pencegahan maka
akan semakin besar peluang individu tersebut menjalankan tindakan
pencegahan penyakit. Akan tetapi, bila manfaat yang dirasakan kecil
dari suatu tindakan yang akan dilakukan untuk pencegahan akan
semakin kecil.
Selain persepsi manfaat, persepsi kepercayaan diri juga
mempengaruhi informan untuk mencegah obesitas pada anak yaitu
informan percaya dapat mencegah obesitas pada anak dikarenakan
minum susu sangat banyak dan pola makan anak juga banyak. Akan
tetapi, untuk mengatur pola makan anak sangat sulit dilakukan
informan karena kasihan melihat anak jika ingin menambah porsi
makan sehingga informan mengurangi minum susu pada anak.
Informan percaya anak dapat mencegah obesitas karena setidaknya
minum susu anak sudah dikurangi. Menurut Glanz (2008), seseorang
akan berperilaku jika seseorang percaya akan mampu untuk melakukan
suatu tindakan dengan berhasil.
Faktor yang memicu informan untuk mencegah obesitas adalah
ayah kandung menyatakan kepada informan untuk mencegah berat
badan anak agar tidak bertambah. Pendapat ini sesuai menurut teori
Sudarna (2008), Individu akan melakukan tindakan bila individu
74
mendapat dukungan lain dari sisi eksternal, misalnya dari media massa,
keluarga, pesan dan nasihat orang lain dan sebagainya.
6.2.2 Latar Belakang informan tidak melakukan sesuatu untuk
mengatasi atau mencegah obesitas
Sebagian informan lainnya tidak melakukan perilaku mengatasi
atau mencegah obesitas pada anak dikarenakan pengetahuan informan
mengenai berat badan anak adalah normal karena secara fisik sudah
sesuai dengan tinggi badan dan berat badan anak. Padahal berdasarkan
hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan dari Puskesmas dan
kemudian hasil pengukuran tersebut dianalisis oleh peneliti dengan
software WHO Anthroplus. Berdasarkan hasil analisis IMT diketahui
bahwa berat badan anak adalah obesitas. Akan tetapi, informan
menyatakan baha berat badan anak adalah normal.
Pihak Puskesmas Kelurahan Jati Padang melakukan pengukuran
berat badan pada anak kelas satu di Madrasah Ibtidaiyah Al – Hikmah
setiap tahun ajaran baru. Akan tetapi pihak puskesmas tidak
memberikan hasil analisis IMT kepada pihak sekolah sehingga pihak
sekolah juga tidak memiliki data siapa saja yang mengalami obesitas
untuk dilaporkan kepada orangtua yang bersangkutan.
Menurut Kemenkes RI tahun 2012, pedoman pencegahan dan
penanggulangan kegemukan dan obesitas pada anak sekolah
menyatakan bahwa kegiatan penjaringan kesehatan disekolah dilakukan
dengan pengukuran antropometri (pengukuran tinggi badan dan
75
penimbangan berat badan) oleh petugas gizi atau tenaga kesehatan
lainnya bersama guru UKS. Selanjutnya hasil data pengukuran
antropometri dilaporkan ke Puskesmas untuk ditentukan status gizinya
dan tindak lanjut. Setelah melakukan kegiatan analisis status gizi
peserta didik, tenaga penjaring wajib untuk menyampaikan hasil
penemuan kasus obesitas kepada orangtua melalui guru dengan amplop
tertutup dan menyarankan agar melakukan penanganan lebih lanjut
dengan sistem rujukan ke Puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2005) adalah hasil
penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui
indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya.
Kemampuan pengetahuan merupakan hasil dari tahu melalui
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu dan sangat penting terhadap
terbentuknya tindakan seseorang.
Pengetahuan informan mengenai berat badan ini mempengaruhi
persepsi ancaman dari informan yaitu menyatakan bahwa anak tidak
rentan terhadap obesitas maupun penyakit akibat obesitas walaupun
informan mengetahui bahwa obesitas merupakan masalah kesehatan
yang berbahaya dan serius karena dapat menyebabkan penyakit jantung,
gula darah dan tekanana darah. Jadi, informan sudah mengetahui
bahaya dari obesitas.
Menurut Kemenkes (2012), anak yang mengalami obesitas akan
berlanjut menjadi obesitas pada masa dewasa dan berisiko terkena
76
penyakit diabetes mellitus tipe 2, penyakit kardiovaskuler. Akan tetapi
informan merasa tidak terancam terhadap penyakit akibat obesitas
karena berat badan anak adalah normal sehingga informa tidak
mengatasi atau mencegah obesitas pada anak.
Hal ini sejalan menurut Eckstein, et al (2006), orangtua yang tidak
mampu mengenali dengan benar status obesitas anak atau tidak merasa
bahwa anak telah mengalami obesitas, mengakibatkan ketidaksiapan
dalam melakukan intervensi terkait pencegahan obesitas pada anak.
Jadi, pengetahuan yang salah mengenai penilaian terhadap berat badan
anak, berperan besar dalam menentukan tindakan orangtua untuk
melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap masalah
obesitas pada anak.
Informan juga menyatakan tidak ada kendala jika ingin mengatasi
atau mencegah obesitas pada anak dan percaya dapat mengatasi atau
mencegah obesitas pada anak. Akan tetapi, informan tetap saja tidak
mengatasi atau mencegah obesitas pada anak karena pengaruh
pengetahuan mengenai berat badan anak lebih kuat pengaruhnya
dibandingkan persepsi kendala dan kepercayaan diri.
Persepsi kendala adalah persepsi individu bahwa tidak terlalu
banyak konsekuensi negatif bila mengambil tindakan pencegahan dan
tidak banyak kendala dalam prosesnya maka akan memotivasi
seseorang untuk melakukan perilaku kesehatan. Seharusnya ketika
informan menyatakan tidak ada kendala dalam mengatasi obesitas maka
77
akan mempengaruhi informan untuk mengatasi atau mencegah obesitas
pada anak (Glanz, 2008).
Informan tidak mengatasi atau mencegah obesitas pada anak juga
dikarenakan adanya pemicu dari keluarga yaitu ayah dari anak yang
menyatakan berat badan anak adalah normal jadi tidak usah untuk
mengatasi atau mencegah obesitas pada anak. Hal ini sesuai menurut
teori Azwar tahun 2005, orang lain disekitar kita merupakan salah satu
diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi perilaku. Seseorang
yang dianggap penting, seseorang yang diharapkan persetujuannya bagi
setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita
kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan banyak
mempengaruhi pembentukan peranan dalam menentukan bagaimana
perilaku seseorang (Azwar, 2005).
Orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah
orangtua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman
dekat, guru, teman kerja, istri atau suami dan lain-lain (Azwar, 2005).
Selain keluarga, tenaga kesehatan juga memengaruhi informan untuk
mengatasi atau tidak mengatasi obesitas pada anak akan tetapi informan
jarang datang ke tenaga kesehatan karena menurut informan tidak ada
masalah terhadap berat badan anak.
Selanjutnya ada juga informan dipengaruhi dari media massa yaitu
internet. Informan membaca terkait bahaya obesitas dan cara mengatasi
obesitas adalah di internet. Akan tetapi, karena informan menyatakan
78
bahwa berat badan anak adalah normal maka informan tidak mengatasi
atau mencegah obesitas pada anak karena pola makan anak tidak
banyak dan aktivitas anak disekolah juga banyak.
Jadi, jika berat badan anak adalah obesitas maka informan akan
mengatasi atau mencegah obesitas pada anak dilihat dari bahaya
obesitas dari internet. Menurut Wiryanto (2004), Efek media massa
dapat mengubah perilaku individu atau khalayak. Selain itu dapat
memberikan jawaban dalam menciptakan perhatian, pengetahuan, sikap
dan perubahan perilaku.
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dapat melatar
belakangi informan untuk melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan
adalah pengetahuan informan mengenai berat badan anak sehingga
mempengaruhi persepsi informan mengenai ancaman. Persepsi manfaat yang
dirasakan juga mempengaruhi informan untuk melakukan perilaku atau tidak
melakukan perilaku. Selain, itu faktor pemicu keluarga, media massa, dan
tenaga kesehatan juga mempengaruhi informan untuk melakukan sesuatu atau
tidak melakukan sesuatu.
79
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah:
1. Sebagian informan melakukan perilaku mengatasi obesitas, sebagian
melakukan perilaku mencegah obesitas pada anak dan sebagian lagi tidak
melakukan mengatasi dan mencegah obesitas pada anak. Informan
mengatasi dan mencegah obesitas pada anak dengan mengurangi minum
susu pada anak dan melakukan olahraga akan tetapi jarang untuk
melakukan olahraga.
2. Faktor kepercayaan individu yang berperan terhadap perilaku informan
dalam mengatasi obesitas adalah persepsi ancaman dan persepsi manfaat.
Sedangkan persepsi kendala dan kepercayaan diri tidak mempengaruhi
informan untuk mengatasi obesitas pada anak.
3. Faktor modifikasi pengetahuan yang mempengaruhi kepercayaan individu
adalah pengetahuan mengenai berat badan anak. Pengetahuan mengenai
berat badan ini mempengaruhi persepsi ancaman penyakit akibat obesitas.
4. Faktor pemicu yang mempengaruhi informan melakukan sesuatu atau
tidak melakukan sesuatu untuk mengatasi obesitas adalah keluarga, media
massa dan tenaga kesehatan.
80
7.2 Saran
1. Sebaiknya pihak Puskesmas Kelurahan Jati Padang melaksanakan
kegiatan berdasarkan pedoman dari Kementerian Kesehatan tahun 2012
yaitu pedoman pencegahan dan penanggulangan kegemukan dan obesitas
pada anak sekolah dengan menyampaikan hasil penemuan kasus obesitas
kepada orangtua dengan amplop tertutup melalui guru dan menyarankan
penanganan lebih lanjut ke Puskesmas.
2. Perlu adanya pelatihan dari Puskesmas kepada dokter kecil yang ada
disekolah pada anak kelas empat dan kelas lima untuk memonitoring
status gizi anak dan menghitung IMT sehingga sekolah melakukan
pengukuran antropometri dan melaporkan kepada orangtua yang memiliki
anak obesitas.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan tidak langsung memilih ibu sebagai
informan utama akan tetapi melihat terlebih dahulu dilapangan siapa yang
lebih sering bersama anak dan berpengaruh terhadap pola makan dan
aktivitas anak maka itu yang di jadikan sebagai informan utama.
81
DAFTAR PUSTAKA
Aballa, L.A. 2010. Prevalence and Risk Factor For Obesity Among School Aged
Children In Nairobi Province, Kenya. University Kenyatta: Thesis.
Akhmadi, 2009. Pengalaman keluarga merawat anak usia sekolah dengan
obesitas yang bersekolah di sekolah dasar kota Yogyakarta: studi
fenomenologi. Universitas Indonesia, Depok.
Anam, MS. 2010. Pengaruh Intervensi Diet dan Olah Raga Terhadap Indeks
Massa Tubuh, Lemak Tubuh, dan Kesegaran Jasmani pada Anak Obesitas.
Sari Pediatri. Vol 12 no 1.
Azwar, Saifuddin. 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Baughcum, A.E., Chamberline, L., Deeks, C., Powers, S., Whitaker, R., 2000.
Maternal Perceptions Of Overweight Preschool Children. Pediatrics vol
106 no. 6. American Academiy of Pediatrics.
Berg, Christina. 2002. Influences On Schoolchildren's Dietary Selection: Focus on
Fat and fibre at breakfast. Thesis. Acta Universitatis Gothoburgensis.
Crowle, J., Turner, E., 2010. Childhood obesity: An Economic Perspective.
Comission Staff Working Paper Melbourne, Australia.
Depkes RI, 2007. Pedoman pengukuran dan Pemeriksaan. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
82
Dhyanaputri, S., Hartini, N.S., Kristina, S.A., 2011. Persepsi Ibu, Guru Dan
Tenaga Kesehatan Tentang Obesitas Pada Anak Taman Kanak-Kanak.
Berita Kedokteran Masyarakat. vol 27 no.1, 32–40.
Eckstein, at al. 2006. Parent's Perceptions of Their Child's Weight and Health.
Pediatrics, vol 117 no.3.
Febry, A.B., Marendra, Z., 2008. Buku Pintar M enu Balita. Jakarta: Wahyu
Media.
Glanz, K., Rimer, B.K., Viswanath K, 2008. Health Behavior And Health
Education: Theory, Research, and Practice. Jossey-Bass. USA.
Golan, M., & Crow, S. 2004. Parents Are Key Players In The Prevention and
Treatment of Weight Related Problem. Nutrition Review, vol 62 (1) 39-50.
Hadi, H., 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya Terhadap
Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Hasdianah, Siyoto, S., Peristyowati, Y., 2014. Gizi, Pemantapan Gizi, Diet, dan
Obesitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
IDAI, 2014. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia: Diagnosis, Tatalaksana
Dan Pencegahan Obesitas Pada Anak Dan Remaja. Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
Irwan, 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Deepublish.
83
Jackson, D., McDonald, G., Mannix, J., Faga, P., Firtko, A., 2005. Mother’s
Perceptions Of Overweight And Obesity In Their Children. Australian
Journal Of Advanced Nursing. vol 23, 2.
Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Tahun 2013. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI, 2013. Riskesdas Dalam Angka Provinsi DKI Jakarta. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI, 2012. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan dan
Obesitas Pada Anak Sekolah. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kemenkes RI, 2013. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1995/Menkes/SK/XII/2010 Tentang Standar Antropometri Penilaian Status
Gizi Anak. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Leonita, E., Nopriadi, 2010. Persepsi Ibu Terhadap Obesitas Pada Anak Sekolah.
Jurnal Kesehatan Komunitas 1.vol 1 no.1.
Maharani, Dian. 2015. Bahaya Obesitas Pada anak Dari Diabetes Hingga
Depresi. tersedia di
web:http://health.kompas.com/read/2016/07/13/180000223/Bahaya.Obesit
as.pada.Anak.dari.Diabetes.hingga.Depresi. Diakses Pada Tanggal 29
oktober 2016 pukul 10.10.
84
Marpaung, L., 2007. Perilaku Ibu Terhadap Obesitas Pada Anak Usia Sekolah
Dasar SD Pertiwi Kecamatan Medan Barat Tahun 2007. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Misnadirly, 2007. Obesitas: Sebagai Faktor Risiko Beberapa penyakit. Jakarta:
Pustaka Obor Populer.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nurhadi, 2014. Pendidikan Kedewasaan Dalam Perspektif Psikologi Islami.
Yogyakarta: Deepublish.
Prasadja, Andreas. 2009. Ayo Bangun dengan bugar karena tidur yang benar.
Jakarta: PT Mizan Publika.
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. 2015. Rekapitulasi Hasil Penjaringan
kesehatan Peserta Didik di Wilayah Kab/Kota. Jakarta: Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu.
Puskesmas Kelurahan Jati Padang. 2015. Form Skreening / Hasil Penjaringan
Kesehatan Peserta Didik Puskesmas Kel. Jati Padang tahun 2015. Jakarta:
Puskesmas Keluarahan Jati Padang.
Promkes Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2013. Gizi Pada Anak Obesitas
Tersediadi[WWWDocument].radarbantencoid.URL
http://www.radarbanten.co.id/category/kesehatan/. diakses pada tanggal 10
Juni 2016, pukul 13.00.
85
Sartika, R.A.D., 2011. Faktor Resiko Obesitas Pada Anak 5-15 Tahun di
Indonesia. Makara Kesehatan, Vol 15 (1) 37–43.
Sediaotama, A.D. 2004. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan Profesi. Jakarta : Dian
Rakyat.
Soenardi, T., 2011. 100 Resep Hidangan Organik Untuk Anak Sekolah. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Subardja, Dedi. 2004. Obesitas Primer Pada Anak: Diagnosis Patogenesis dan
Patofisiologi. Jakarta: Kiblat Buku Utama.
Subiakti, D.A., 2013. Asupan Energi, Lemak, Serat, serta Persepsi Ibu tentang
Obesitas Pada Anak Obesitas dan Non-Obesitas. Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang
Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. 2015. Rekapitulasi Hasil Penjaringan
Kesehatan Peserta Didik di Wilayah Kab/Kota Jakarta Selatan. Jakarta:
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan.
Supariasa, I.D., 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Wahyu, D.G.G., 2009. Obesitas Pada Anak. Yogyakarta: B First.
Wiryanto, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo
86
WHO, 2016. Obesity and overweight. [WWW Document]. WHO. URL
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/ (accessed 12.16.15).
WHO, 2012. Population-Based Approaches to Childhood Obesity Prevention.
World Health Organization.
WHO, 2009. Prevalence Of Overweight And Obesity In Children And
Adolescents. World Health Organization.
WHO, 2016. Global Strategy on Diet, Physical Activity and Health. World Health
Organization. Diakses di
http://www.who.int/dietphysicalactivity/childhood_what_can_be_done/en/
. Pada Tanggal 16 November 2017 pukul 13.00.
Yatim, Faisal. 2005. 30 Gangguan Kesehatan Pada Anak Usia Sekolah. Pustaka
Populer Obor.
87
LAMPIRAN
88
Lampiran 1
INFORMED CONSENT
(LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN)
Assalamu‟alaikum Wr. Wb,
Saya Riskah Wahyuni Nst, Mahasiswa SI program Studi
Kesehatan Masyarakat Peminatan Gizi 2012, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya bermaksud melakukan
penelitian mengenai “Latar Belakang Perilaku Ibu Dalam Mengatasi
Obesitas Pada Anak kelas satu di Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah
Jakarta Selatan Tahun 2016”.
Saya berharap ibu bersedia untuk menjadi informan dalam
penelitian ini. Identitas ibu sebagai informan dalam penelitian ini akan
dirahasiakan dan informasi yang ibu berikan hanya akan digunakan demi
kepentingan ilmu pengetahuan.
Setelah ibu membaca maksud penelitian di atas, maka saya mohon
untuk mengisi nama dan tanda tangan di bawah ini sebagai persetujuan.
Setelah menandatangani pernyataan di atas, saya mohon kesediaan ibu
untuk saya wawancarai dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jujur
dan sesuai dengan keadaan yang sebenanrnya. Terima Kasih. Sekian.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar
kuesioner yang telah disediakan di bawah ini.
Tertanda,
Sanksi Peneliti Informan
89
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
UNTUK INFORMAN UTAMA (IBU)
A. Identitas Informan
Identitas ibu
1. Nama informan :
2. umur :
3. Pendidikan :
4. Pekerjaan :
Identitas Anak
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
B. Pengetahuan informan
1. Menurut ibu bagaimana kategori berat badan anak ibu
(kurus/normal/obesitas)?
Probing : - kenapa ibu menganggap kurus/normal/obesitas?
2. Menurut ibu, apa saja bahaya berat badan berlebih pada anak?
3. Menurut ibu, bagaimana cara mengatasi obesitas ?
4. Darimana ibu mendapatkan informasi tersebut?
Probing: - Informasi apa saja yang ibu dapatkan dari keluarga?
- Informasi apa saja yang didapatkan dari tenaga kesehatan?
- Informasi apa saja yang didapatkan dari media massa?
C. Persepsi/Pandangan Informan
1. Persepsi Ancaman
Apakah anak ibu rentan terhadap penyakit akibat obesitas?
Kenapa?
Menurut ibu, obesitas merupakan masalah kesehatan yang serius
dan berbahaya? Kenapa bu?
2. Perilaku
Bagaimana tindakan ibu mengenai berat badan berlebih pada anak?
90
Apa saja usaha yang ibu lakukan dalam upaya mengatasi obesitas
pada anak ?
Probing : - Bagaimana dengan mengatur pola makan anak?
- Bagaimana dengan mengatur aktivitas fisik anak?
3. Persepsi Manfaat
Menurut ibu,apa saja manfaat yang dirasakan dalam mengatasi
obesitas pada anak?
4. Persepsi Kendala
Hambatan- hambatan apa saja yang ibu alami dalam upaya
mengatasi obesitas pada anak?
Bagaimana ibu mengatasi hambatan tersebut?
5. Efikasi diri/kepercayaan diri
Apa ibu percaya bahwa ibu dapat mengatasi obesitas pada anak?
Kenapa ibu?
Apa ibu percaya dapat mengontrol pola makan dan aktivitas anak?
6. Dorongan untuk bertindak
Siapa yang dapat mendorong atau mempengaruhi ibu untuk
melakukan suatu tindakan?
Probing : - apa dari keluarga, tenaga kesehatan dan dari media
massa? Informasi apa saja yang ibu dapatkan?
- bagaimana dengan peristiwa yang pernah ibu
alami, apakah mempengaruhi ibu dalam melakukan
suatu tindakan? Bagaimana peristiwanya bu?
91
LAMPIRAN 3
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM UNTUK INFORMAN
PENDUKUNG (SUAMI / NENEK / PENGASUH ANAK)
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Pekerjaan :
5. Status hubungan dengan ibu anak :
B. Perilaku dalam mengatasi obesitas
1. Bagaimana menurut bapak/ibu, berat badan anak yang baik pada anak?
2. Bagaiman perilaku ibu dari anak dalam upaya menurunkan berat badan
anak? Menurut bapak/ibu, bagaiman ibu dari anak mengatur pola makan
anak? Bagaimana ibu mengatur aktivitas fisik anak?
3. Seperti apa dukungan Bapak/ibu untuk mendukung ibu dalam menurunkan
obesitas pada anak?
92
Lampiran 4
Matrix Identitas Informan Utama
No. Nama Umur Pendidikan
Terakhir Pekerjaan
1. A1 33 TH SMK Karyawati
Swasta
2. A2 40 th S1 Ibu Rumah
Tangga
3. A3 40 th D3 PNS
4. A4 38 th SLTP Ibu Rumah
Tangga
93
Lampiran 5
Matrix hasil wawancara
Variabel A1 A2 A3 A4
Pengetahuan
- Berat badan
anak
Berat badan berlebih Normal Normal Normal, standar
- Bahaya
obesitas
Jalannya lama, penyakit
jantung, tekanan darah, dan
gula darah.
Jantung, tekanan darah Jantung, gula darah, tekanan
darah tinggi
Jantung, gula darah,
tekanan dara
- Dapat
informasi
Dari keluarga, tenaga
kesehatan, internet
Keluarga, berita, tetangga Tetangga, internet Tenaga kesehatan dan
tetangga.
- Cara
mengatasi
obesitas
Mengurangi minum susu,
melakukan olahraga, mengatur
pola makan
Mengurangi minum susu,
mengatur pola makan dan
olahraga
Mengatur pola makan dan
melakukan olahraga
Tidak tahu
Perilaku informan
terhadap obesitas
pada anak
Adanya upaya menurunkan
berat badan anak.
Adanya upaya menurunkan
berat badan anak.
Tidak ada upaya Tidak ada upaya
Kepercayaan diri Informan
Persepsi kerentanan Berat badan anak memang
berlebih
Rentan mengalami obesitas.
Akan tetapi tidak rentan
untuk mengalami penyakit
Tidak rentan mengalami
obesitas dan tidak rentan untuk
terkena penyakit yang
Tidak rentan
mengalami obesitas dan
tidak rentan terkena
94
yang diakibatkan obesitas. diakibatkan obesitas. penyakit yang
diakibatkan obesitas
Persepsi keseriusan
tentang penyakit
Serius Serius Serius Serius
Persepsi manfaat Agar tidak mengganggu
aktivitas.
ngimbangi biar ga gemuk
dan menghindari bahaya
obesitas.
Persepsi Kendala Datang dari ibu seperti jarang
ngajakin olahraga
Dari ibu karena jarang
ngajakin olahraga
Tidak ada Tidak ada
Efikasi diri /kepercayaan diri
- Kepercayaan
dari anak
Percaya, karena anak pernah
dikatain.
Percaya, karena anak yang
penurut
Percaya, karena anak yang
penurut
Percaya, karena anak
yang penurut
- Kepercayaan
dari ibu
Percaya, walaupun bekerja
tetapi kseharian dijaga oleh ibu
Tidak percaya, karena
kasihan melihat anak yang
ingin nambah makan dan
jarang olahraga
Percaya walaupun bekerja tapi
ada ayah dari anak yang daat
mengontrol.
percaya, karena
informan kesehariannya
bersama anak.
Cues To Action (pemicu untuk bertindak)
Dorongan untuk
bertindak
Keluarga, peristiwa, dokter dan
internet
Keluarga dan melihat
standar berat badan anak
seumuran, tenaga kesehatan
Keluarga, internet, tenaga
kesehatan.
Posyandu dan keluarga
95
Lampiran 6
Kutipan Transkrip Pengetahuan Informan Utama
Pengetahuan A1 A2 A3 A4 Simpulan
Bagaimana
brat badan
anak?
“Anak saya Berat
badannya memang
berlebih”
“Normal aja sih” “Normal sih”
“Biasa aja sih yaaa
kalau menurut say
itu udah normal gitu.
Standar”
Kebanyakan
informan
menyatakan berat
badan anak adalah
normal.
Apa saja
bahaya
obesitas pada
anak?
“Iya. kayak waktu itu dia
lama jalannya. Awal-
awal pertama. Eee dua
tahun baru jalan karena
itu tadi obesitas itu. Saya
pernah ke hermina yang
ciputat tumbuh kembang
anak senin rabu jum‟at
karena dia telat jalan.
Obesitas itu sangat
bahaya. Selain itu nanti
kata dokter bisa penyakit
jantung, tekanan darah,
dan gula darah. Jadi saya
takut aja mba”
“Itu bisa penyakit
jantung,tekanan darah.
Hmm, apalagi yaaa.
Udah siih”
“Biasanya kalau obes
itu satu jantung, gula
darah hmmmm. Paling
tekanan darah tinggi
juga. Tapi kedepannya
sih yaaa”
“Yaaaa. Apa yaaaa.
Hmmm. Yaa jantung
yaaa nanti.sama
gula darah., tekanan
darah. itu aja sih
taunya”
Semua informan
menyatakan bahwa
bahaya obesitas
adalah jantung,
tekanan darah tinggi,
dan gula darah
96
Darimana ibu
Mendapatkan
Informasi
terkait bahaya
obesitas pada
anak?
“Dari keluarga,dokter dan
internet mba”
“Dari keluarga, berita-
berita dan tetangga”
“Dari tetangga.
Soalnya dia ngalamin
penyakit jantung akibat
obesitas itu udah
dibilang dokter
sekarang. Dan saya
baca-baca internet
juga”
“Dari tenga
kesehatan. Posyandu
gitu dan tetangga
saya”
Informan
mendapatkan
informasi terkait
obesitas adalah dari
keluarga, dokter,
internet, tetangga
dan berita.
Bagaimana
cara mengatasi
obesitas pada
anak?
“kalau dari saya sendiri
mba kurangi pemberian
susu yang berlebihan,
berikan waktu anak buat
beraktivitas (bermain,
mengaji, atau kegiatan
lainnya. Jalan-jlan atau
olahraga setiap hari
minggu pagi”
“Iyaa saya tau
neng.kurangi minum susu
yaa. Itu juga banyakin
aktivitas fisik oleharga
sama di jaga pola
makannya.Jangan
banyak-banyak
makannya sama
olahraga juga. Heheh.
jangan banyak-banyak.
Setau saya sih gitu aja”
“Tau. Itu mengurangi
makan. Jangan banyak-
banyak gitu. Sama
olahraga juga.
Banyakin olahraga.
heheh”
“caranya gimana
yaa. Yaa aku juga
belum itu nyobain.
heheh.”
Kebanyakan
informan
menyatakan bahwa
cara mengatasi
obesitas adalah
dengan mengurangi
pola makan dan
melakukan aktivitas
fisik.
97
Lampiran 7
Kutipan Transkrip Perilaku informan Utama
Pertanyaan Perilaku informan terhadap obesitas pada anak Simpulan
Apa yang ibu
lakukan terhadap
obesitas pada anak?
“Kayak susu udah dikurangi. Waktu dulu yaa itu semalam aja bisa 6
botol.sekarang udah dua botol malamnya saat mau tidur dan bangun tidur.
Siangnya dulu 3 botol sekarang udah dikurangi jadi kalo siang dia ga minum
susu dan ngga minta. Hehehe. Kalau makan sih nggak, dia makannya biasa aja
sih. Olahraga kadang diajak tapi ngga rutin juga. Kebetulan minggu pagi di
balai rakyat ada senam tuh” (A1)
- Pada penelitian ini
menunjukkan bahwa
sebagaian informan
mengatasi dan mencegah
obesitas pada anak dengan
mengurangi minum susu
pada anak, dan melakukan
olahraga.
- Sebagian informan lainnya
tidak melakukan upaya untuk
mengatasi atau mencegah
obesitas pada anak.
“Kayak susu udah dibatesin jadi 2 kali sehari biasanya sih sesuka dia aja minum
susunya bisa nyampe 3-4 kali gitu. Ngga saya bolehin lagi. Jarang sih kalau
olahraga. Dia sih senang ya kalau ngajakin olahraga. Tapi kadang mak nya
yang malas. Hahahahha” (A2)
“Nggak ada. Soalnya kalau dibilang kurus nggak sih, biasa aja gitu. Kalau di
bilang gendut juga nggak” (A3)
“Nggak ada. Heheh” (A4)
98
Lampiran 8
Kutipan Transkrip Kepercayaan Informan Utama
Persepi A1 A2 A3 A4 Simpulan
Persepsi
Ancaman
penyakit
akibat
obesitas
Kerentanan
“Iyaa mba. Dia kan berat
badannya udah berlebih
ya mba jadinya saya juga
takut kalo dia terkena
penyakit itu. Kayak
tekanan darah tinggi ,
gula darah. kan takut
yaa.”
Keseriusan
“iya serius. Bahaya mba
penyakitnya kan takut
aja. Kayak tadi penyakit
jantung, tekanan darah
dan gula darah. apalagi
anak saya berat
badannya gendut mba.
Jadi saya takut aja..
Aktivitasnya juga lambat
tidak seperti anak lain
Kerentanan
“Menurut aku iya sih dia
rentan terkena obesitas
karena makannya
banyak. tapi kalo
terkena penyakit dari
obesitas sih nggak yaaa
soalnya kan dia masih
normal berat badannya.
Jangan sampe deh”
Keseriusan
“Serius. yaa itu tadi
akibatnya gitu kan takut
aja sih. Hmm yaa
mengganggu aktivitasnya
dan bisa penyakit
jantung, tekanan darah
juga kan. Selama ini sih
ngga ada. Yaa jangan
laah. Mudah-mudahan
Kerentanan
“Hmm, kalau terkena
obesitas sih bisa. Dia
juga gitu lagi doyan
makan sekarang. Bisa
4-5 kali sehari.
Makanya saya lagi
takut nih. Tapi
aktivitasnya banyak sih.
Hehehe. Yaa kalau
terkena penyakit dari
obesitas itu sih
kayaknya nggak sih.
Dia normal kok”
Keseriusan
“iya serius.penyakit
dari obesitas itu kan
serius. Tapi kan anak
saya masih normal
yaa.penyakitnya ada
Kerentanan
“Iya bisa jadi obesitas
sih. Kalau sekarang
aktivitas anak saya sih
banyak yaa. Tapi
makannya banyak sih
dia . Kalau untuk
terkena penyakit itu
sih nggak deh
kayaknya. Dia juga
kan berat badannya
ngga obesitas jadi
kayaknya nggak sih”
Keseriusan
“penyakitnya yaa
serius kalau udah
terkena obesitas yaa.
Kan bahayanya itu
penyakit yang di takuti
kan. Jantung, tekanan
- Kebanyakan
informan merasa
tidak rentan
terhadap penyakit
yang diakibatkan
obesitas.
- Semua informan
menyatakan bahwa
penyakit yang
diakibatkan
obesitas adalah
masalah kesehatan
yang serius.
99
pada umumnya. Bahkan
olahrgapun lebih cepat
capek. Keseimbangan
badan juga gitu, sering
sekali dia jatuh”
ngga pernah ngalamin.
Haduuhhh. Takuut
takuut”
penyakit jantung,
tekanan darah, dan
gula darah”
darah gitu. Kan
ngeri”
Persepsi
Manfaat
“Yaaa alhamdulillah sih
dianya kan telat jalan
sekarang alhamdulillah.
Jadi ga parah gitu
sakitnya”
“Yaa kayak ngimbangin
aja yaaa. Yaaa kan
takutnya semakin kalau
gemuk kan . untuk
menjaga aja sih biar ga
gemuk dan itu juga apa
untuk memudahkan anak
untuk beraktivitas sih
dan menghindari bahaya
dari anak yang gemuk itu
juga siih.”
Informan yang
mengatasi dan
mencegah obesitas
menyatakan bahwa
manfaat yang
dirasakan adalah
memudahkan anak
melakukan aktivitas.
Persepsi
Kendala
“Gaada hambatan sih.
Selama ini dia masih
nurut aja sih gaada
masalah. Dia anaknya
nurut. Kalau makannya
sih masih biasa aja yaa
menurut saya jadi ngga
di kurangi. Paling yang
“Selama ini sih ga ada.
Anaknya sih nurut aja.
Tapi kadang saya nya
sih. Hahahah. Kayak
olahraga tadi dia yang
ngajak tapi saya males.
Hahaha. Paling sih yang
diatur cuma
“Sebenarnya kalau
saya mau menurunkan
berat badannya sih
kayaknya gaada
kendala. Soalnya
anaknya nurut banget.
Mungkin dari sayanya
yang males gitu kayak
“Mungkin gaada yaa.
Kalau dari anak sih
nurut orangnya.
Heheheh. Kalau saya
juga mungkin bisalah.
Hahaha”
- Informan yang
mengatasi dan
mencegah obesitas
pada anak
menyatakan tidak
ada kendala dari
anak.Sedangkan
kendala yang datang
100
olahraga sih saya jarang
ngajakin kalau hari
minggu yaa itu tadi
kesiangan. Tapi dia
aktivitasnya di sekolah
banyak. Heheh”
makanannya.itu juga
kadang apa yang anak
saya minta saya kasi aja.
Soalnya kadang kasihan
aja liatnya kalau dia lagi
pengen makan gitu.
Hehehe”
olahraga atau liatin
makannya. Soalnya
sering diajak untuk
jalan-jalan pagi gitu.
Tapi sayanya yang
males. Heheheh. Tapi
mungkin karena anak
saya juga berat
badannya normal kan
jadi ga terlalu
dipaksain harus
olahraga dan
makannya harus
diataur. Yaa gaada
kendala sih”
dari ibu dikarenakan
ibu yang bekerja,
bangun kesiangan
dan males.
- Informan yang tidak
mengatasi dan
mencegah obesitas
juga menyatakan
jika ingin mencegah
atau mengatasi
obesitas pada anak
tidak ada kendala.
Efikasi
diri/keperca
yaan diri
(kepercayaa
n dalam
mengatasi
obesitas
pada anak)
“Percaya karena dari
dianya juga sempat
bilang dikatain itu. Terus
dia perempuan kan
gimanapun. Gara-gara
itu juga lambat yaaa.
jadi memotivasi gitu.
Heheheh”
“Iya. Kalau menurut
saya sih percaya.
Soalnya itu kan udah
efektif yaa untuk
menurunkan berat
badan. Dari kakak saya
kan gemuk terus
sekarang udah turun dan
lumayan kurus. Anaknya
“Percaya sih.anaknya
sih nurut aja. Sayanya
yang kadang yang
susah. Heheh. Kayak
ngatur pola makannya
kadang ga liat
gitu.karena saya kerja
juga. Jadi suka-suka
dia aja makan. Tapi
“Hmmm, sepertinya
percayaa bisa
menurunkan. Soalnya
belajar dari tetangga
juga ya ada yang
obesitas dan
mengatasi obesitasnya
dengan mengurangi
porsi makannya dan
Persepsi informan
dalam hal ini
menunjukkan semua
informan percaya
dapat mengatasi atau
mencegah berat badan
anak.
101
juga nurut ” kadang ayahnya yang
liatin sih. Dan ngajakin
olahraga kadang. Dan
dia aktivitas nya
banyak sih.”
nyuruh olahraga gitu.
Kalau anak sih nurut
ya. hehe”
Kepercayaa
n diri dalam
mengontrol
pola makan
dan
mengatur
aktivitas
anak.
“Saya percaya mba.
Karena keseharian saya
kerja sih ya tapi
keseharian memang anak
saya ada di tangan ibu
saya. Ibu saya yang
sangat mengontrol
makan dan juga aktifitas
anak saya. Mulai bangun
tidur, sekolah, les atau
pun mengaji”
“Ngga percaya
sebenarnya. Soalnya saya
suka kasian kalau dia
minta nambah makan
lagi. Jadinya saya kasih
aja lagi. Hahaha. Kalau
untuk aktivitasnya yaa
dia disekolah, les gitu aja
sih. Kayak olahraga sih
saya males orangnya jadi
ga pernah dikontrol juga
sih aktivitasnya. lagian
dia berat badannya juga
ga gendut. ga di paksain
deh. Hahaha”
“Kalau ngontrol
makannya yaa gimana
yaa mba. Percaya sih.
Saya kan kerja yaa jadi
gabisa liat-liat makan
dan aktiviasnya. Tapi
dia kesehariannya sih
sama ayahnya jadi
ayahnya yang liatin
aktivitas sama
makannya”
“kayaknya percaya
sih. Saya juga di
rumah ngurus dia.
Tapi ga telalu
merhatiin apa aja yang
dia makan. Dia ga
gendut soalnya.
Heheh”
kebanyakan informan
percaya dapat
mengontrol pola
makan dan aktivitas
anak.
Pemicu
untuk
bertindak
“Iyaa. Dari keluarga
bilang dan tenaga
kesehatan juga. Dari
internet juga dibaca-
“Hmmmm, selama ini sih
baru dari keluarga sih.
Ada kakak saya dulu
yang genduut. Susah
“Oo itu dari keluarga
ada. Bilang anak-anak
jangan gemuk-gemuk
gitu. Nanti risiko
“Paling dari
posyandu ya. Kalau
berlebih itu jadi anak
ga bisa berfikir gitu.
Semua informan
menyatakan bahwa
yang memicu
informan untuk
102
baca bahaya obesitasnya
gitu dan kejadian dia
yang dulu akibat obesitas
dia telat jalan dulu kata
dokter sih akibat itu. Dia
ga bisa angkat badannya
jadinya. Jadi saya takut
aja nanti aktivitasnya
jadi terganggu. Mudah-
mudahan sih jangan
seperti itu gitu. Hehehe”
gerak dan nafas. Jadinya
saya takut anak saya
gitu. Jadi jaga-jaga aja.
Ayahnya juga bilang biar
anak tidak gendut gitu.
Kalau tenaga kesehatan
juga sih sebenarnya. tapi
ga pernah ke rumah sakit
sih. mungkin ngeliat
temen-temennya yaa.
Jadi umur segini jangan
terlalu gemuk gitu.
Pokoknya lihat
standarnya ajalah.”
jantung, risiko diabet
gitu sih paling. Tapi
saya ngga mencegah
karena keluarga kayak
ayahnya juga bilang
kalau anak masih
normal berat badannya
ditambah aktivitasnya
juga banyak”
Tapi jarang ke
posyandu karena
berat badannya juga
normal kan. Dari
berita arya gitu
nonton sih. Dari
keluarga sih ayahnya
bilang kalau dia sih
berat badannya
normal jadi ngga usah
menurunkan berat
badan”
melakukan
tindakan adalah
keluarga, tenaga
kesehatan, dan
internet .
103
Lampiran 9
Matrix Identitas Informan Pendukung
No. Nama Usia Pendidikan Pekerjaan
Hubungan
dengan
anak
1. B1 56 th SD IRT Nenek
2. B2 39 th SLTA Karyawan
swasta
Ayah
kandung
3. B3 42 th D3 Wiraswasta Ayah
Kandung
4. B4 48 th S1 Swasta Ayah
kandung
104
Lampiran 10
Matrix Wawancara Informan Pendukung
No. Pertanyaan B1 B2 B3 B4 Simpulan
1. Bagaimana berat badan
anak?
“Iya dia emang
gendut nak”
“Yaaa biasa aja
lah.ga gendut ga
kurus juga”
“Berat badannya
sih normal”
“Menurut saya sih
normal”
Kebanyakan informan
pendukung menjawab
bahwa berat badan
anak adalah normal.
2. Upaya apa yang
dilakuan terhadap berat
badan anak? Kenapa
seperti itu?
“Iyaa berupaya sih
dengan mengurangi
minum susunya”
“Upaya yang
dilakukan sih nggak
ada yaa. Paling
ibunya sih. Saya kan
kerja yaa jadi yang
ngurus yaa ibunya
aja. Tapi selama ini
sih paling ngurngi
minum susu nya aja
sih”
“Hmm, apa yaa.
Ga ada sih. Malah
kita pengen
nambah berat
badannya karena
aktivitasnya
sekarang banyak”
“Ngga ada sih.
Kan dia juga ga
gendut sih”
dua orang informn
menyatakan
mengurangi minum
susu dan dua informan
lainnya tidak
melakukan upaya
terhadap berat badan
anak.
3. Bagaimana perilaku ibu
dari anak terhadap
berat badan anak?
“nenek liat sih
ngurangi minum
susunya soalnya dia
minum susunya
banyak bangek nak.
Sekarang udah
“Ibunya sih
berusaha biar anak
itu ga gendut sih.
Kayak maknnya sih
sudh dikurangi gitu
sih. Kayak susu juga
„Masih terus
memantau lah
bagaimana
perkembangan
berat badan anak.
Ibunya juga sering
“Hehe. Yaa kita
emang ngga mau
nurunin berat
badan sih. Biasa
aja. Jalanin aja
gitu. Jadi ngga
Upaya yang dilakukan
informan utama sesuai
dengan yang
dikatakan oleh
informan pendukung.
105
berkurang
alhamdulillah.
Jajanan iyaa sih.
Olahraga juga kadang
diajak ibunya tapi
hari libur aja sih
soalnya kan ibun nya
juga kerja.biasanya
yang ngejagain dia sih
nenek yaa.heheh”
udah dikurangi sama
maknya. Iyaa pernah
liat kalo hari libur
sih. Kayak mie juga
udah ga sering-
sering dulu mah
waktu libur dia pasti
makan mie terus.
Sekarang saya liat
udah ngga. Jarang
sekarang.kalau
untuk olahraga ngga
pernah saya liat.
Hahaha”
pantau bagaimana
makannya. Sampai
saat ini sih
makannya
sekarang banyak
sih, Kalau untuk
aktivitas nya sih
dia di sekolah aja
sih, ngaji, main.
Karena disekolah
aja kan
aktivitasnya sudah
banyak”
ada yang
dilakuin”
4. Seperti apa dukungan
nenek/ bapakuntuk
mencegah atau
menurunkan berat
badan anak?
“Yaa saya ngeliat aja
gimana makannya dan
mengurangi minum
susunya. jangan
banyak-banyak gitu.
Dan kadang nyuruh
dia lari-lari aja gitu
depan rumah. Heheh.
Bareng sih. Tp jarang
juga. Hahahah”
“Yaa gaada
sih.heheh”
“Yaa ga ada sih.
ibunya aja yang
ngatur. Hehe”
“Saya yaaa.
nggak ada.ga
tharus di turunin
sih. biasa aja”
“Kebanyakan
informan pendukung
tidak memberikan
dukungan atau
dorongan
terhadapinforman
utama karena merasa
berat badan anak
adalah normal”
106
Lampiran 11
Kutipan Transkrip Dengan Ibu Kantin Terkait Kebiasaan Jajan Siswa
Pertanyaan Ibu Kantin Simpulan
Biasanya anak-anak jajan apa ya bu? “biasanya cireng, nasi goreng, lontong, gorengan, gitu deehh kalau
anak-anak mah. Dulu yaa saya pernah dapat sertifikat itu terkait
kantin ini jajanannya harus apa. Makannya saya jajanan disini ga
sembarangan yaa. Tahun berapa yaaa dulu pernah dapat sertifikat
tahun 80 an dari puskesmas. Jadi aku jualan ga macem-macem”
Jadi, diketahui
bahwa anak-
anak biasanya
membeli
jajanan
gorengan
(seperti cireng,
tahu, tempe
dan bakwan),
minuman
dingin yang
ada rasanya,
nasi goreng,
mie rebus dan
mie goreng
Umumnya biasanya beli jajan apalagi bu selain
cireng. Gorengannya apa aja bu?
“Cireng, bakwan, tahu, tempe. Kadang-kadang singkong, ubi. Yaa
begitu deeh kita puter2 aja biar anak-anaknya ga bosen”
Selain itu jajan apa lagi bu. Kalau mie gimana
bu?
“Kalau mie juga laku. Banyak anak-anaknya beli. Mie instan dan
mie gelas gitu”
Minuman dinginnya gimana bu?
“Oh itu banyak banget kalau minuman dingin yang ada rasanya.
Minumnya lebih banyak itu anak-anak mah. Apalagi abis olahraga
gitu . laku banget deh itu”
Kalau permen kadang beli seribu anak-anak.
permen sih buat kembalian aja anak-anaknya
beli. Ga terlalu beli mereka mah.
“Kalau permen kadang beli seribu anak-anak. permen sih buat
kembalian aja anak-anaknya beli. Ga terlalu beli mereka mah”
Kalau kayak cemilan kerupuk-kerupuk atau
coklat gimana bu?
“Itu jug iya sih tapi ga terlalu biasa aja kalau anak-anak. ga terlalu
suka”
107
Lampiran 12
Tranksrip Verbatim dengan guru terkait aktivitas fisik anak dan status ekonomi orang tua
di Madrasah Ibtidaiyah Al – Hikmah
Pertanyaan Guru Simpulan
Kalau pendapatan
orangtuanya disini
gimana bu?
“Standar yaa kalau disini. Pada karyawan semua sih. paling
disini kebanyakan KJP disini.. KJP udah 160 orang. Jadi
sosial ekonominya menengah kebawah. Kan KJP harus
minta surat keterangan tidak mampu. jadi harus bikin
SKTM ada suratnya dari RT RW juga. 160 orang KJP dari
250 orang jumlah orangtua disini”
Diketahui bahwa status ekonomi orangtua adalah
menengah kebawah karena dari 250 orang siswa
diantaranya160 siswa memiliki kartu Jakarta Pintar
(KJP).
Kalau anak-anak
biasanya aktivitasnya
apa aja bu?
“Permainan-permainan biasa lah. Main futsal, petak umpet,
jajanan ke kantin, di ruangan kelas. Gitu aja mah kalau
istirahat”
Diketahui Aktivitas siswa pada saat jam istirahat adalah
futsal, jajan ke kantin, main petak umpet dan ada yang
diruangan kelas.
Kalau ekskul nya gimana
bu? Ada apa aja ya bu?
“Eksul nya kita marawis, renang futsal pramuka. Renang
dan pramuka. Kalau pramuka sih dimasukin ke mata
pelajarannya”
Ekstrakulikuler yang ada di sekolah adalah marawis,
futsal, renang,dan pramuka.
1. Marawis dilakukan sekali dalam seminggu yang
dilaksanakan pada hari selasa yaitu sekitar satu jam. Kalau untuk marawis itu “Marawis itu sekali seminggu setiap haris selasa selama
108
berapa kali bu?
satu jam” 2. Renang dilakukan sekali dalam seminggu yang
dilaksanakan pada hari rabu yaitu pada pukul 14.00 –
15.00 WIB.
3. Futsal dilakukan hanya pada anak laki-laki yang
dilaksanakan sekali dalam seminggu pada hari jum’at
yaitu pada pukul 14.00 – 15.00
4. Pramuka, hanya dilakukan oleh anak kelas 3 sampai
dengan kelas 6 yang dilaksanakan pada jam mata
pelajaran yaitu setiap hari rabu pada pukul 08.00 –
09.00 WIB.
Kalau renangnya gimana
bu?
“Renang itu dimulai dari jam dua Sampai jam tiga setiap
hari rabu. Futsal itu setiap hari jum‟at jam 2 smpai jam 3”
Pramukanya gimana bu? “Pramuka dari kelas 3 sampai kelas 6 aja dari jam 8 – jam
9. Kalau kelas satu dan dua ga ada pramukanya”
Selain itu ada kegiatan
lain lagi nggak bu?
“Itu aja sih kalau di sekolah ini. Kalau les itu yaa
tergantung orang tua . itu setiap pulang sekolah mau di lesin
ke tempat lain atau nggak gitu. Tergantung orangtuanya”
Biasanya pulang sekolah
jam berapa bu?
“Kita masuk jam 06.45 keluar jam 14.00. itu kelas tiga
sampai kelas 6. Kalau kelas satu dan kelas 06.45 sampai
11.45”
Diketahui bahwa siswa kelas satu dan dua mulai belajar
jam 06.45 sampai dengan pukul 11.25. sedangkan kelas
tiga sampai dengan kelas enam mulai belajar pada pukul
06.45 sampai dengn 14.00 WIB.
109
Lampiran 13
Dokumentasi Kegiatan
110
111
112