Post on 02-Jan-2016
description
TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT SMEAR
SEL SPERMA
LAPORAN PRAKTIKUM
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Mikroteknik
disusun oleh:
Kelompok 1
Kelas C
Adam Andytra (1202577)
Devi Roslina (1200351)
Sulianti Indah Sari (1202377)
Yustina Fauziah (1200189)
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
A. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui teknik pembuatan preparat smear sel sperma.
2. Menganalisis hasil preparat smear sel sperma kambing dan sapi.
3. Mengidentifikasi tingkat keberhasilan dan tingkat kegagalan dalam pembuatan
preparat smear sel sperma.
B. Dasar Teori
Metode Smear atau Oles, yaitu metode pembuatan preparat dengan cara mengoles
atau membuat selaput tipis dari bahan yang berupa cairan atau bukan diatas kaca objek.
Metode ini dipakai untuk pembuatan preparat smear spermatozoa. Untuk metode ini
biasanya digunakan bahan dari sel hewan (Pujawati, 2002).
Ilmu yang mempelajari tentang pembuatan preparat dan sediaan mikroskopis pada
umumnya disebut sebagai mikroteknik. Teknik – teknik pada pembelajarannya mengacu
pada cara preparat itu sendiri dibuat. Pada praktikum kali ini metode atau teknik yang
digunakan adalah metode apusan atau teknik smear. Dalam setiap pembuatan preparat
pada umumnya selalu dilakukan fiksasi terlebih dahulu. Sedangkan fiksasi itu sendiri
adalah suatu cara atau proses (metode) yang bertujuan untuk mematikan sel tanpa
mengubah fungsi dan struktur di dalam sel itu sendiri. Jika telah dilakukan fiksasi maka
preparat yang dibuat akan menjadi lebih awet (Pujawati, 2002).
Salah satu metode dalam mikroteknik adalah membuat sediaan dengan cara dioleskan
di atas kaca objek dengan bantuan kaca objek yang lain. Hal ini dimaksudkan agar
diperoleh apusan yang setips-tipisnya sehingga bentuk dari sel yang dijadikan bahan
apusan tersebut dapat terlihat dengan jelas di bawah mikroskop. Dengan kata lain teknik
pembuatan perparat dengan metode apusan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
bentuk sel yang sejelas-jelasnya sehingga sel tersebut dapat dengan mudah untuk
diketahui dan diamati (Santoso, 2002).
Spermatozoa merupakan sel gamet jantan yang sangat terdeferensiasi. Fungsinya
adalah untuk mengantarkan material genetis jantan ke betina dan mengaktifkan program
perkembangan telur. Analisis sperma dilakukan untuk mengetahui proses pada
pembuahan, waktu pada setiap tahapan dan mengetahui serta menentukan rasio
spermatozoa dan ovum dalam pembuahan. Analisis sperma yang dimaksud meliputi
pemeriksaan jumlah milt yang dapat distriping dari seekor ikan jantan masak kelamin,
kekentalan sperma, warna, bau, jumlah spermatozoa hidup, jumlah spermatozoa mati,
motilitas, morfologi (ukuran dan bentuk kepala, ukuran ekor, berbagai penyimpangan)
(Yatim,1982).
Salah satu upaya yang mungkin dilakukan untuk mempertahankan kualitas
spermatozoa epididimis selama proses kriopreservasi (pembekuan) adalah dengan
menambahkan gula (karbohidrat) ke dalam larutan pengencer. Gula berfungsi sebagai
substrat bagi sumber energi dan krioprotektan ekstraseluler, sehingga dapat melindungi
dan menunjang kehidupan spermatozoa selama proses pengolahan. Gula telah terbukti
mampu memperbaiki kualitas semen beku (spermatozoa ejakulat), seperti sukrosa pada
semen beku sapi, trehalosa dan EDTA pada semen beku domba Pampinta, serta dextrosa,
rafinosa, trehalosa, dan sukrosa pada semen domba Garut (Yulnawati, 2005).
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa adalah sel dari sistem reproduksi laki-
laki. Sel sperma akan membuahi ovum untuk membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel
dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio.
Sel sperma manusia adalah sel sistem reproduksi utama dari laki-laki. Sel sperma
manusia terdiri atas kepala yang berukuran 5 µm x 3 µm dan ekor sepanjang 50 µm. Sel
sperma pertama kali diteliti oleh seorang murid dari Antonie van Leeuwenhoek tahun
1677.
Sperma berbentuk seperti kecebong, dan terbagi menjadi 3 bagian yaitu: kepala, leher
dan ekor. Kepala berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti (nucleus). Bagian leher
menghubungkan kepala dengan bagian tengah. Sedangkan ekor berfungsi untuk bergerak
maju, panjang ekor sekitar 10 kali bagian kepala (Wikipedia, 2012).
Spermatozoa adalah sel gamet jantan yang diproduksi pada proses spermatogenesis
yang terjadihanya di tubulus seminiferus yang terletak di testes (Susilawati, 2011).
Spermatogenesis bermula dengan terjadinya proses pembelahan pematangan pertama
dimana kromosom ayah dan ibu terbagi untuk dua sel anak (spermatosid II) yang
kemudian membelah menjadi spermatid dan melalui pembelahan pematangan kedua akan
dihasilkan empat sel sperma (Rohen, 2009).
Sperma yang kelainan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitucacat bawaan dari
lahir, kegagalan testis untuk turun ke skrotum, pemaparan bahaya seperti sinar-x,
radioaktivitas, beberapa gangguan genital, kondisi panas disekitar testis dan stres
emosional (Alam, 2007).
C. Alat dan Bahan
Alat: Bahan:
1. Lap/ Tissue gulung 1. Larutan NaCl 0.9%
2. Pipet 2. Alkohol 96%
3. Kaca objek 3. Giemsa/ Eosin
4. Kaca penutup 4. Testis kambing
5. Mikroskop 5. Sperma sapi
6. Cawan petri
7. Kamera
8. Tusuk gigi
9. Pisau bedah
10. Sabun
11. Kertas label
12. Selotip
D. Cara Kerja
Tabel 1. Langkah kerja membuat preparat sperma
No. Gambar Dokumentasi Cara Kerja
1.
Pertama, alat dan bahan yang diperlukan
dalam praktikum dipersiapkan.
2.
Testis yang digunakan dalam kegiatan
praktikum dipersiapkan.
3.
Testis disayat agar sperma yang ada di
dalamnya dapat dikeluarkan.
4.
Testis yang telah disayat lalu direndam di
dalam larutan NaCl 0.9% agar terjadi proses
pengenceran. Fungsi larutan NaCl yaitu
untuk menambah daya viabilitas dan
motilitas spermatozoa serta mempertahankan
daya hidup sel sperma selama 20-25 menit.
5.
Tahap selanjutnya dilakukan teknik smear/
apus sel sperma agar didapatkan lapisan tipis
sperma. Setelah itu, dikeringkan pada suhu
kamar.
6.
Kemudian difiksasi dengan menggunakan
alkohol 96%. Bertujuan untuk menghentikan
proses metabolisme secara cepat, mencegah
kerusakan jaringan, mengawetkan
komponen-komponen sitologis dan
histologis. Lalu, dikeringkan selama 10
menit pada suhu kamar.
6.
Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan
giemsa atau eosin. Tahap ini bertujuan untuk
mempertajam atau memperjelas sel sperma
tersebut. Lalu dikeringkan selama 10-20
menit.
10.
Tahap terakhir, teknik pembilasan dengan
menggunakan aquades. Jika pewarnaan
belum maksimal, tahap pewarnaan dapat
diulangi lagi sebelum dibilas. Tetapi jika
pewarnaan yang terlalu tebal, dapat diatasi
dengan dibilas sampai tujuan yang
diinginkan tercapai. Setelah itu, preparat
dikeringkan pada suhu kamar dan siap untuk
diamati di mikroskop.
E. Hasil Pengamatan
1. Metode : Preparat Smear/ Apus
Nama Preparat : Sel sperma kambing (berhasil)
Perbesaran : 40x10 kali
Pewarnaan : Eosin
Potret : Kamera
1.
2. Metode : Preparat Smear/ Apus
Nama Preparat : Sel sperma kambing (gagal)
Perbesaran : 40x10 kali
Pewarnaan : Eosin
Potret : Kamera
3. Metode : Preparat Smear/ Apus
Nama Preparat : Sel sperma sapi (berhasil)
Perbesaran : 40x10 kali
Pewarnaan : Eosin
Potret : Kamera
4. Metode : Preparat Smear/ Apus
Nama Preparat : Sel sperma sapi (gagal)
Perbesaran : 40x10 kali
Pewarnaan : Eosin
Potret : Kamera
Spermatozoa Sapi
(Anonim, 2013)
Hasil dari pengamatan sperma kambing dan sapi di peroleh hasil yakni sebagai
berikut: Struktur spermatozoa dapat di bagi dalam 3 bagian yaitu:
1. Kepala
2. Leher/ mid piece
3. Ekor/ flagel
Tidak memiliki perbedaan yang tampak signifikan antara sperma kambing dan sperma
sapi.
F. Pembahasan
Penggunaan larutan fisiologis pada praktikum pembuatan preparat smear sel sperma
adalah larutan NaCl fisiologis dan pewarna eosin. Larutan fisiologis dapat menambah
daya viabilitas dan motilitas spermatozoa. Penggunaan larutan fisiologis yang
mengandung NaCl dan urea dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa antara 20-25
menit. Larutan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain larutan NaCl yang
digunakan untuk pengenceran. Larutan eosin untuk mewarnai sediaan apus spermatozoa
(Partodihajo, 1990).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas sperma adalah temperature,
kandungan zat makanan dan larutan fisiologis. Aktivitas metabolisme dan gerakan
spermatozoa akan normal pada suhu tubuh dan akan meningkat kecepatannya jika
suhunya meningkat. Kandungan zat makanan misalnya fruktosa merupakan substrat
energi utama di dalam plasma sperma. Larutan fiologis dapat menambah daya viabilitas
dan motilitas spermatozoa (Yatim, 1982).
Dari pengamatan yang dilakukan, maka pada bagian:
1. Kepala
Pada sperma sapi, bentuknya sama seperti sperma kambing. Bentuk kepala yaitu oval
atau elips, sehingga terlihat berbentuk seperti buah pir. Pada bagian ini, dua pertiga
anterior dilindungi oleh lapisan yang dimodifikasi protoplasma, yang dinamakan kepala-
topi. Dalam beberapa binatang, bagian ini termodifikasi menjadi berduri seperti tombak-
proses atau perforator, yang berfungsi untuk memudahkan masuknya spermatozoa ke
dalam ovum. Kepala berisi massa kromatin, dan umumnya dianggap sebagai inti sel
dikelilingi oleh amplop tipis. Di dalam kepala sperma terdapat acrosome, dan nucleus
yang di dalamnya terdapat DNA dan RNA yang membawa gen keturunan.
2. Leher/ mid piece
Leher kurang terbatas dalam spermatozoa kambing dan sapi dibandingkan pada
beberapa hewan yang lebih rendah. Anterior sentriol, yang diwakili oleh dua atau tiga
partikel yang bulat, terletak di persimpangan kepala dan leher, dan di belakangnya adalah
sebuah band dari substansi yang homogen, yang menghubungkan tubuh bagian atau
batang seperti, dan dibatasi oleh terminal belakang disk. Sentriol posterior ditempatkan di
persimpangan tubuh dan leher dan, seperti anterior, terdiri dari dua atau tiga partikel
bulat. Sentriol ini aksial filamen, dikelilingi oleh selubung, berjalan mundur melalui
tubuh dan ekor. Dalam selubung tubuh dari filamen aksial dikelilingi oleh benang spiral,
sekitar yang merupakan amplop yang berisi butir mitokondria, dan mitokondria disebut
selubung.
3. Ekor/ flagel
Ekor yang sangat panjang, dan terdiri dari benang atau aksial filamen, dikelilingi oleh
sarungnya, yang mungkin berisi spiral benang atau mungkin menyajikan penampilan
lurik. Bagian terminal atau akhir-potongan ekor terdiri dari filamen aksial saja. Ekor
pada sperma berfungsi sebagai alat gerak.
Ada pula Sperma yang abnormal, yaitu memiliki ciri-ciri mempunyai 2 kepala atau
dua ekor, ada juga yang tanpa kepala atau ukuran dari kepala sperma tersebut lebih besar
dari pada ukuran normal kepala sperma. Sperma yang abnormal ini biasanya berdampak
infertilitas pada ovum. Namun apabila terjadi fertilisasi besar kemunkinan akan
melahirkan individu yang cacat.
G. Simpulan
1. Teknik pembuatan preparat smear sel sperma yaitu dengan cara smear sperma dengan
menggunakan kaca objek, fiksasi dengan alkohol 96%, tahap pewarnaan dengan
menggunakan eosin/ giemsa, tahap pembilasan dengan menggunakan aquades, tahap
pengentellan.
2. Hasil preparat smear sel sperma kambing dan sapi di peroleh yakni sebagai berikut:
Struktur spermatozoa dapat di bagi dalam 3 bagian, yaitu:
a. Kepala
b. Leher/ mid piece
c. Ekor/ flagel
Tidak memiliki perbedaan yang tampak signifikan antara sperma kambing dan sperma
sapi.
3. Faktor yang menentukan tingkat keberhasilan dan tingkat kegagalan dalam
pembuatan preparat smear sel sperma adalah tahap pemrosesan sangat mempengaruhi
keberhasilan pembuatan preparat terutama dalam proses perlakuan penggeseran
sperma (smear) pada kaca objek, karena hal ini berpengaruh terhadap sel-sel sperma.
DAFTAR PUSTAKA
Alam, Syamsir. (2007). Infertil. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Partodiharjo, Soebadi. (1990). Ilmu Reproduksi Hewan. Surabaya: Mutiara Sumber Widya.
Pujawati, D. (2002). Petunjuk Praktikum Mikroteknik Tumbuhan. Banjarbaru: Fakultas MIPA
Jurusan Biologi, Universitas Lambung Mangkurat.
Rohen, Johannes W. dan Drecoll, EL. (2009). Embriologi Fungsional. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Santoso, H. B. (2002). Bahan Kuliah Teknik Laboratorium. Banjarbaru: Universitas
Lambung Mangkurat.
Susilawati, Trinil. (2011). Spermatologi. Malang: UB Press
Wikipedia. (2013). Spermatozoid. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Spermatozoid, diakses 05
Oktober 2013).
Yatim, W. (1982). Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito.
Yulnawati, Setiadi MA. (2005). Motilitas dan keutuhan membran plasma spermatozoa
epididimis kucing selama penyimpanan pada suhu 4°C. Journal Medic Veteriner.
21:100-104
DAFTAR GAMBAR
http://embriologivetlaporan.blogspot.com/2013_05_01_archive.html