Laporan Analisis Sperma

20
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kejadian infertilitas telah meningkat belakangan ini. Paradigma yang berkembang di masyarakat adalah ini merupakan kesalahan istri. Namun sebenarnya baik wanita maupun pria dapat menyebabkan terjadinya infertilitas. Pemeriksaan analisis sperma sangat dianjurkan untuk dilakukan pada pasutri yang memiliki kesulitan untuk memiliki keturunan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kualitas sperma, apakah memungkinkan untuk melakukan pembuahan atau tidak. Proses pengambilan sampel pun cukup sederhana, tidak memerlukan tindakan invasif. 1.2 Tujuan 1.2.1 Untuk melakukan pemeriksaan analisis sperma sesuai prosedur 1.2.2 Untuk mengetahui struktur makroskopis dan mikroskopis sperma 1.2.3 Untuk mengetahui interpretasi hasil pemeriksaan sperma 1.3 Manfaat 1

description

Praktikum

Transcript of Laporan Analisis Sperma

Page 1: Laporan Analisis Sperma

BAB 1

PENDAHULUAN

  

1.1 Latar Belakang

Angka kejadian infertilitas telah meningkat belakangan ini. Paradigma yang

berkembang di masyarakat adalah ini merupakan kesalahan istri. Namun sebenarnya

baik wanita maupun pria dapat menyebabkan terjadinya infertilitas. Pemeriksaan

analisis sperma sangat dianjurkan untuk dilakukan pada pasutri yang memiliki

kesulitan untuk memiliki keturunan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui

kualitas sperma, apakah memungkinkan untuk melakukan pembuahan atau tidak.

Proses pengambilan sampel pun cukup sederhana, tidak memerlukan tindakan invasif.

1.2 Tujuan

1.2.1        Untuk melakukan pemeriksaan analisis sperma sesuai prosedur

1.2.2        Untuk mengetahui struktur makroskopis dan mikroskopis sperma

1.2.3        Untuk mengetahui interpretasi hasil pemeriksaan sperma

1.3 Manfaat

1.3.1        Dapat menambah wawasan dan keterampilan dalam pemeriksaan sperma

1.3.2        Dapat mengetahui interpretasi hasil pemeriksaan sperma

1

Page 2: Laporan Analisis Sperma

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Analisa semen merupakan salah satu metode pemeriksaan yang dapat menilai

kesuburan dari seorang pria. Semen, atau secara sehari-hari disebut sebagai (air) mani

serta cairan sperma, adalah cairan yang membawa sel-sel sperma yang dikeluarkan

dari uretra (pipa di dalam penis) pada saat ejakulasi. Fungsi utama semen adalah

untuk mengantarkan sel-sel sperma untuk membuahi sel telur yang dihasilkan oleh

ovum.

Analisa semen dapat dilakukan untuk mengevaluasi gangguan fertilitas

(kesuburan) yang disertai dengan atau tanpa disfungsi hormon androgen. Dalam hal

ini hanya beberapa parameter ejakulat yang diperiksa (dievaluasi) berdasarkan buku

petunjuk WHO “Manual for the examination of the Human Semen and Sperm-Mucus

Interaction“ (WHO, 1999).

Cara pengeluaran semen ada beberapa macam, yaitu : dengan cara

masturbasi, senggama terputus (coitus interruptus), pasca senggama, pemijatan

prostat, pengeluaran memakai kondom dan sebagai-nya. Tetapi untuk keperluan

analisis semen manusia hanya akan diuraikan mengenai masturbasi dan senggama

terputus, karena hanya masturbasi dan senggama terputus sajalah yang memenuhi

persaratan cara pengeluaran semen untuk dianalisis.

Bila semen dibagi menjadi 3 porsi menurut urutan keluarnya, maka porsi I

adalah hasil sekresi kelenjar bulbourethra dan kelenjar uretra, porsi II hasil sekresi

kelenjar prostat dan biasanya porsi ini mengandung spermatozoa paling banyak yang

berasal dari ampula dan epididimis. Porsi III yang paling banyak mengandung cairan

berasal dari vesikula seminalis (Suhadi, 1978; Purwaningsih, 1997).

Satu sendok teh cairan mani mengandung sekitar 21 kilojoules (kilo kalori)

dan 200-500 juta sperma sehingga dapat diperkirakan sperma hanya menyusun satu

persen saja dari cairan semen. Selain sperma, Sisanya sekitar 99 persen adalah cairan

mani terdiri dari gula fruktosa, air, ascorbic acid (vitamin C), asam sitrat, enzim,

protein, posfat, dan zinc.

2

Page 3: Laporan Analisis Sperma

Spermatogenesis

Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak

serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara

berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh

hormone gonadtotropin dan testosterone.

Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :

1.Spermatocytogenesis

Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan

menjadi spermatosit primer.

Spermatogonia

Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi

(membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel

sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer.

Spermatosit Primer

Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan

mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu

spermatosit sekunder.

2. Tahapan Meiois

Spermatosit I (primer) menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak

dan segera mengalami meiosis I yang kemudian diikuti dengan meiosis II.

Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap

terpisah, tapi masih berhubungan sesame lewat suatu jembatan (Interceluler bridge).

Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.

3. Tahapan Spermiogenesis

3

Page 4: Laporan Analisis Sperma

Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase

yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa

empat spermatozoa masak. Dua spermatozoa akan membawa kromosom penentu

jenis kelamin wanita “X”. Apabila salah satu dari spermatozoa ini bersatu dengan

ovum, maka pola sel somatik manusia yang 23 pasang kromosom itu akan

dipertahankan. Spermatozoa masak terdiri dari :

1. Kepala (caput), tidak hanya mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan

bahan genetiknya, tetapi juga ditutup oleh akrosom yang mengandung enzim

hialuronidase yang mempermudah fertilisasi ovum.

2. Leher (servix), menghubungkan kepala dengan badan.

3. Badan (corpus), bertanggungjawab untuk memproduksi tenaga yang dibutuhkan

untuk motilitas.

4. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas defern

dan ductus ejakulotorius.

4

Page 5: Laporan Analisis Sperma

BAB 3

METODE PEMERIKSAAN

3.1. Alat :

- mikroskop

- pipet tetes

- gelas/tabung ukur kaca

- objek glass

- cover glass

- pipet leukosit

- bilik hitung Neubauer Improved (NI)

3.2. Bahan :

- semen

- NaCl fisiologis

- aquadest

- Larutan fikasasi etanol 95% : eter ( 1: 1)

- Cat Giemsa

3.3. Syarat pengumpulan bahan:

3.3.1 Sediaan semen diambil setelah abstinensia minimal 48 jam sampai

maksimal 7 hari dengan cara masturbasi

3.3.2 Sediaan semen idealnya dikeluarkan dalam kamar yang tenang

dalam laboratorium. Jika hal tersebut tidak memungkinkan, maka

sediaan harus dikirim ke laboratorium dalam waktu maksimal 1

jam sejak dikeluarkan

5

Page 6: Laporan Analisis Sperma

3.3.3 Sediaan semen dimasukkan ke dalam botol/gelas kaca bermulut

lebar, yang ditulisi identitas penderita, tanggal pengumpulan dan

lamanya abstinensia

3.3.4 Sediaan semen dikirim ke laboratorium pada suhu 20-400C

3.4. Pemeriksaan makroskopis

Pemeriksaan ini meliputi 6 buah pemeriksaan yang dapat dilihat secara

kasat mata, yaitu:

3.4.1. Warna

Diamati warna semen yang ada, apabila normal akan berwarna putih

kelabu homogen. Kadang didapatkan butiran seperti jeli yang tidak mencair.

Pada beberapa contoh warna abnormal misalnya apabila jernih menandakan

jumlah sperma sangat sedikit, merah kecoklatan terdapat adanya sel darah

merah, dan kuning terdapat pada penderita ikterus atau minum vitamin.

3.4.2. Bau

Semen normal apabila dibaui akan menghasilkan bau seperti bunga akasia.

3.4.3. Likuefaksi (mencairnya semen)

Sediaan diamati pada suhu kamar dan dicatat waktu pencairan. Normal

: mencair dalam 60 menit, rata-rata ± 15 menit.

3.4.4. Volume

Diukur dengan tabung/gelas ukur dari kaca. Normal : > 2 ml.

3.4.5. Konsistensi

Cara :

- Sampel diambil dengan pipet atau ujung jarum, kemudian biarkan

menetes

- Amati benang yang terbentuk dan sisa ampel di ujung pipet/jarum

Normal : benang yang terbentuk < 2 cm atau sisa sampel di ujung

pipet/jarum hanya sedikit.

3.4.6. pH

Cara :

- Teteskan sampel pada kertas pH meter

6

Page 7: Laporan Analisis Sperma

- Bacalah hasilnya setelah 30 detik dengan membandingkan dengan

kertas standar

Normal : pH 7,2 – 7,8

Abnormal : pH > 7,8 infeksi

pH < 7 pada semen azoospermia, perlu dipikirkan

kemungkinan disgenesis vas deferens, vesika seminal, atau

epididimis

3.5. Pemeriksaan mikroskopis

3.5.1. Pemeriksaan estimasi jumlah sperma

Cara :

- Teteskan 1 tetes sampel ke objek glass, kemudian tutup dengan cover

glass

- Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x ( 40 x lensa

objektif, 10 x lensa okuler), kondensor diturunkan dan cahaya

minimal. Pemeriksaan dilakukan pada beberapa lapang pandang, pada

suhu kamar

- Jumlah rata-rata sperma yang didapat dikalikan dengan 106

- Jumlah rata-rata sperma yang didapat, juga digunakan sebagai dasar

pengenceran saat penghitungan dengan bilik hitung Neubauer

Improved

- Tabel 1. Pengenceran berdasarkan estimasi jumlah sperma

Jumlah sperma / lapang pandang (400x) Pengenceran

< 15 1 : 5

15 – 40 1 : 10

40 – 200 1 : 20

7

Page 8: Laporan Analisis Sperma

> 200 1 : 50

3.5.2. Motilitas sperma

Cara :

- Teteskan 1 tetes (10 – 15 mikroliter) sampel ke objek glass, kemudian

tutup dengan cover glass

- Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x ( 40 x lensa

objektif, 10 x lensa okuler), kondensor diturunkan dan cahaya minimal

- Pemeriksaan dilakukan dalam 4 -6 lapang pandang pada 200 sperma,

pada suhu kamar (180 – 240 C)

- Kecepatan gerak sperma normal adalah : 5 kali panjang kepala

sperma atau setengah kali panjang ekor sperma atau ± 25 μm/detik.

- Dilihat gerakan sperma dan diklasifikasikan sebagai berikut :

(a) jika sperma bergerak cepat dan lurus ke muka

(b) jika geraknya lambat atau sulit maju lurus atau bergerak tidak lurus

(c) jika tidak bergerak maju

(d) jika sperma tidak bergerak

- Lakukan pemeriksaan ulangan dengan tetesan sperma kedua

3.5.3. Pemeriksaan vitalitas sperma

Cara :

– Jika sperma motil < 50 % px vitalitas/sperma yang hidup dgn

pengecatan supravital

– 1 tetes sampel segar + 1 tetes eosin 0,5% pd objek glass ditutup dgn

cover glass 1-2 mnt diamati dgn mikroskop (pembesaran 400x)

– Hitung persentase jumlah sperma yang mati (terwarnai oleh cat)

dengan yang hidup (tidak terwarnai oleh cat)

– Pemeriksaan ini untuk mengecek pemeriksaan motilitas persentese

sel mati tidak boleh melebihi persentase sperma tidak motil

8

Page 9: Laporan Analisis Sperma

3.5.4. Morfologi sperma

Cara :

- Teteskan 1 tetes (10 – 15 mikroliter) sampel ke salah satu ujung objek

glass

- Dengan objek glass kedua, dibuat apusan sampel seperti terlihat pada

gambar

- Sediaan dikeringkan di udara, selanjutnya difiksasi dengan etanol 95%

: eter (1 : 1), biarkan sediaan kering

- Kemudian cat dengan Giemsa selama 30 menit, bilas dengan air

bersih, keringkan dan preparat siap diperiksa

- Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x ( 40 x lensa

objektif, 10 x lensa okuler), kondensor diturunkan dan cahaya minimal

- Pemeriksaan morfologi dilakukan pada 200 sperma meliputi kepala,

leher dan ekor, kemudian hasil yang didapat dibuat persentase

Sperma NormalAbnormal

Kepala leher ekor

1

9

Page 10: Laporan Analisis Sperma

2 ...dst

200

3.5.5. Pemeriksaan elemen bukan sperma

Cara :

- Dilakukan penghitungan sel selain sperma seperti leukosit, sel epitel

gepeng dan sel lain yang ditemukan. Pengitungan dilakukan dalam

100 sperma ditemukan berapa sel lain selain sperma

- Penghitungan :

C = N x S C : jumlah sel dalam juta / ml

100 N : jumlah sel yang dihitung dalam 100 sperma

S : jumlah sperma dalam juta / ml

3.5.6 Pemeriksaan hitung jumlah sperma

Cara :

- Siapkan hemositometer (pipet leukosit dan Bilik hitung NI)

- Pasang bilik hitung NI dibawah miroskop dengan pembesaran 100x

atau 400x, cari kotak hitung seperti terlihat dalam gambar.

Gambar 3. Kotak dalam bilik hitung NI

10

Page 11: Laporan Analisis Sperma

- Penghitungan dilakukan di kotak tengah yang terdiri dari 25 kotak

sedang yang masing-masing didalamnya terbagi lagi menjadi 16 kotak

kecil

- Hisap semen sampai angka 0,5, kemudian hisap pengencer

aquadest/NaCl fisiologis sampai angka 11 digunakan pengenceran

1 : 20. (Pengenceran lain dapat digunakan sesuai Tabel 1. Pengenceran

berdasarkan estimasi jumlah sperma)

- Jumlah kotak sedang yang harus dihitung berdasar jumlah sperma

yang ditemukan :

jumlah sperma dalam 1 kotak sedang < 10 hitung 25 kotak

jumlah sperma dalam 1 kotak sedang 10-40 hitung 10

kotak

jumlah sperma dalam 1 kotak sedang > 40 hitung 5 kotak

- Buatlah rata-rata jumlah sperma

- Selanjutnya hitunglah jumlah sperma dan faktor koreksinya dengan

aturan seperti tertera dalam tabel 2

11

Page 12: Laporan Analisis Sperma

Tabel 2. Jumlah penghitungan kotak dan faktor koreksi jumlah sperma

Pengenceran

Jumlah kotak sedang yang dihitung

25 10 5

Faktor koreksi

1 : 10 10 4 2

1 : 20 5 2 1

1 : 50 2 0,8 0,4

12

Page 13: Laporan Analisis Sperma

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Untuk memeriksakan infertilitas pada suatu pasangan, kedua belah pihak

harus diperiksa. Pemeriksaan analisis sperma merupakan satu-satunya pemeriksaan

infertilitas pada pria yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah terjadi kelainan

pada sperma, baik dari segi jumlah, pergerakan, bentuk, atau cairan semen. Pasutri

yang memiliki kesulitan dalam mempunyai keturunan sangat dianjurkan untuk

melakukan pemeriksaan sperma, sehingga dapat diberikan tindakan lebih lanjut untuk

menanggulangi masalah tersebut.

13

Page 14: Laporan Analisis Sperma

DAFTAR PUSTAKA

Benson, Ralph C. 2009. Infertilitas dan Hal-Hal yang Berkaitan. Dalam : BS Obstetri dan

Ginekologi. Jakarta : EGC. Halaman 283.

Davey, Patrick. 2003. At A Glance Medicine. Jakarta : EGC. Halaman 282.

Sadler, Thomas W. 2010. Langman Embriologi Kedokteran Edisi 10. Jakarta : EGC.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC.

Sono, Onny Pieters., 1978. Diktat Kuliah Analisa Sperma. Biomedik FK Unair. Suarabaya.

(unpublished). Halaman 13-14.

Sudoyo, dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 5. Jakarta : Interna Publishing.

Halaman 2171.

WHO. 1999. WHO Laboratory Manual for the Examination of Human Semen and Sperm-

Cervical Mucus Interaction. Fourth Edition. Cambridge University Press. Hlm 19-22.

 

14