Post on 15-Dec-2015
description
BAB I
LATAR BELAKANG
1. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia melakukan berbagai macam
aktivitas, baik yang telah terpola, yang telah menjadi rutinitas seperti bekerja kantor,
belajar dalam perkuliahan, mencuci pakaian, memasak, berolahraga, dan melakukan
aktivitas yang tidak terpola atau tidak menjadi rutinitas seperti mengerjakan tugas
laporan sampai lembur, kegiatan yang mendadak sehingga tidak terpola.
Setiap aktivitas-aktivitas yang dilakukan memiliki beban yang berbeda bagi
tubuh dan dengan demikian juga secara otomatis mempengaruhi respon fisiologis dari
tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan sistem kardiovaskular.
Dalam praktikum kali ini kita akan mencoba untuk memahami dan menilai
bagaimana tanggapan tubuh terhadap aktivitas yang akan diberikan pada probandus,
kita akan menilai secara garis besar apakah ada perbedaan respon fisiologis tubuh
sebelum dan sesudah probandus melakukan aktivitas yang telah di tentukan, sekaligus
kita akan mencoba menilai tingkat kebugaran jasmani probandus metode Harvard step
Up test serta interpretasi dari hasil yang akan didapatkan.
2. Tujuan
a. Mahasiswa mampu memahami respon fisiologis tubuh terhadap aktivitas berat
b. Mahasiswa mampu mengukur tingkat kebugaran jasmani dengan metode Harvard
Step up test
BAB II
DASAR TEORI
1. Respon Fisilogis Tubuh
Adaptasi fisiologik terhadap kerja fisik dapat dibagi dalam adaptasi akut dan kronik. Adaptasi
akut merupakan penyesuaian tubuh yang terjadi pada saat kerja dilakukan dan adaptasi kronik
merupakan hasil perubahan pada tubuh oleh suatu periode program latihan fisik.
Adanya kerja fisik berarti terdapat suatu pembebanan bagi tubuh dan hal ini akan
mengakibatkan terjadinya mekanisme penyesuaian dari alat/organ tubuh bergantung kepada usia,
suhu lingkungan, berat ringan beban, lamanya, cara melakukan dan jumlah organ yang terlibat
selama kerja fisik tersebut
Sistem kardiovaskuler merupakan salah satu sistem yang sangat terpengaruh/merespon
dengan cepat perubahan yang terjadi, akibat aktivitas fisik selain dari sistem musculoskeletal.
Fungsi utama sistem kardiovaskuler selama kerja fisik adalah menghantar darah ke
jaringan yang aktip termasuk oksigen dan nutrien, dan mengangkut produk metabolit dari
jaringan tersebut ke alat ekskresi. Untuk melakukan tugas terdapat 2 parameter tubuh
mengalami perubahan dan dapat diukur secara langsung dan sederhana, antara lain :
1. Frekuensi denyut jantung
2. Tekanan darah
Frekuensi denyut jantung
Frekuensi denyut jantung merupakan parameter sederhana dan mudah diukur serta cukup
informatip untuk faal cardiovaskuler. Pada keadaan istirahat frekuensi denyut jantung
berkisar antara 60 - 80 per menit. Hal ini mudah dideteksi dengan cara palpasi maupun
dengan menggunakan alat seperti pulse meter, cardiac monitoring dan sebagainya. Tempat
pengukuran dapat di arteri radialis, arteri carotis dan pada apeks jantung itu sendiri. Frekuensi
denyut jantung terendah diperoleh pada keadaan istirahat berbaring. Pada posisi duduk sedikit
meningkat dan pada posisi berdiri meningkat lebih tinggi dariposisi duduk. Hal ini
disebabkan oleh efek grafitasi yang mengurangi jumlah arus balik vena ke jantung yang
selanjutnya mengurangi jumlah isi sekuncup. Untuk menjaga agar curah jantung tetap maka
frekuensi denyut jantung meningkat. Sebelum seseorang melakukan kerja fisik, frekuensi
denyut jantung pra-kerja meningkat di atas nilai pada keadaan istirahat. Makin baik kondisi
seseorang akan diperoleh frekuensi denyut jantung yang lebih rendah untuk beban kerja yang
sarna. Pada suatu saat meskipun beban ditambah tetapi frekuensi denyut jantung tetap.
Frekuensi denyut jantung pada keadaan tersebut disebut frekuensi maksimal. Tiap orang
mempunyai frekuensi maksimal denyut jantung yang tampaknya mempunyai hubungan erat
dengan faktor usia. (Frekuensi maksimal denyut jantung =220 - usia dengan standar deviasi ±
10 denyut).
Tekanan Darah
Dalam keadaan istirahat, sistole tipikal individu (normal) adalah 110-140 mmHg dan
60-90 mmHg untuk tekanan darah diastol. Selama aktivitas fisik tekanan sistol, tekanan
selama kontraksi jantung (disebut sistol) bisa meningkat sampai 200 mmHg dan maksimum
pada 250 mmHg yang bisa terjadi pada atlet. Tekanan diastolrelaif tidak berubah secara
signifikan ketika melakukan latihan intensif. Faktanya kenaikannya lebih dari 15 mmHg
sehingga latihan intensif bisa mengidentifikasi penyakit jantung koroner dan digunakan
sebagai penilaian untuk tes toleransi latihan.
Tekanan darah selama kerja fisik memperlihatkan hubungan antara keseimbangan
peningkatan curah jantung dan penurunan tahanan perifer dengan adanya vasodilatasi pada
pembuluh darah otot yang bekerja. Terlihat bahwa tekanan sistolik akan meningkat secara
progresiv sedangkan pada tekanan diastolik tetap atau sedikit menurun.
Berbagai penelitian sekarang ini telah menunjukkan bahwa orang yang
mempertahankan kebugaran tubuh yang sesuai, menggunakan beragam latihan secara
bijaksana dan melakukan pengaturan berat badan, memilkiki keuntungan tambahan, yaitu
hidup lebih panjang. Khususnya antara usia 50-70 tahun, penelitian telah membuktikan
bahwa kematian menjadi berkurang tiga kali lipat pada orang yang bugar daripada orang
yang tidak bugar.
Kebugaran dapat memperpanjang kehidupan karena dua alasan:
a. Kebugaran tubuh dan pengaturan berat badan sangat mengurangi penyakit
kardiovaskuler.
Hal ini disebabkan oleh (1) pengaturan tekanan darah yang cukup rendah dan (2)
pengurangan kolesterol darah dan lipoprotein densitas rendah bersamaan dengan peningkatan
lipoprotein densitas tinggi. Perubahan-perubahan ini semua bekerja sama mengurangi jumlah
serangan jantung dan stroke otak.
b. Orang sehat secara atletik memiliki cadangan kebugaran jasmani yang lebih
banyak bila ia sedang sakit.
Sebagai contoh, orang yang berusia 80 tahun, yang tidak bugar mengkin memilki system
pernapasan yang membatasi pengantaran oksigen ke jaringan tubuh tidak lebih dari 1L/menit.
Hal ini berarti bahwa cadangan pernapasan tidak lebih dari tiga sampai empat kali lipat.
Namun, seorang yang berusia tua yang secara atletik bugar mungkin memiliki cadangan dua
kali lipat. Keadaan ini khususnya penting dalam mempertahankan kehidupan bila orang yang
tua tersebut menderita penyakit seperti pneumonia yang dapat dengan cepat memakai semua
cadangan pernapasan yang ada. Selain itu, kemampuan untuk meningkatkan curah jantung
pada waktu dibutuhkan sering lebih dari 50 persen pada orang tua yang bugar daripada yang
tidak bugar.
2. Harvard Step up Test
Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi atau
mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini juga baik digunakan dalam penilaian
kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat. Semakin cepat jantung berdaptasi
(kembali normal), semakin baik kebugaran tubuh.
Tes Harvard merupakan tes ketahanan terhadap kardiovaskuler. Tes ini menghitung
kemampuan untuk berolahraga secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa
lelah. Subjek (orang yang meelakukan tes) melangkah naik dan turun pada papan setinggi 45
cm. jumlah langkah yaitu 30 langkah permenit dalam 5 menit atau sampai subjek kelelahan.
Kelelahan adalah ketikaa saat subjek tidak mampu lagi mempertahankan langkahnya dalam
15 detik. Subjek didudukkan dan merupakan akhir dari tes, dan denyut jantungnya kemudian
dihitung dalam 1 sampai 1,5, 2 sampai 2,5, dan 3 sampai 3,5 menit
A. Kelebihan dan Kekurangan Tes Harvad
1). Kelebihan Tes Harvard
a. Peralatannya sederhana
b. Mudah untuk dilakukan
c. Dapat dikelola sendiri
2). Kekurangan Tes Harvard
a. Tingkat stres tinggi
b. Tidak dapat dilakukan untuk anak-anak
c. Dipengaruhi oleh variasi maksimum detak jantung (HR)
BAB III
METODOLOGI
A. Alat dan bahan
Set elektrokardiograf Stetoskop
Metronome Tempat tidur
Gel/kapas beralkohol Meja tinggi 40 cm
Tissue Stopwatch
Sphygmomanometer
B. Cara kerja
Pengukuran fungsi Jantung saat Istirahat
meminta naracoba berbaring dengan kedua lengan lurus sejajar sumbu badan di tempat
tidur
Mengukur frekuensi nadi dan tekanan darah naracoba saat istirahat (diukur 3x dengan
jeda 5 menit dan hasilnya di rata-rata)
Menghitung tekanan nadi rata-rata (PP) dan tekanan arteri rata-rata (MAP)
Merekam aktivitas listrik jantung naracoba dengan EKG
Menganalisa EKG saat istirahat
*Rumus : Tekanan nadi (PP): tekanan systole – tekanan diastole
Tekanan arteri rata-rata (MAP): tekanan diastole + (1/3 x tekanan nadi)
Merekam aktivitas Jantung dengan EKG :
1. Membersihkan dan mengecek EKG
2. Mengoleskan gel bagian tubuh yang akan dipasang elektroda
3. Memasang 4 elektroda angota gerak: lengan kanan (merah); lengan kiri(kuning);
kaki kiri (hijau); kaki kanan (hitam)
4. Memasang 6 lead prekordial: V1 (Interkostal 4,linea parasternalis kanan); V2
(Interkostal 4,linea parasternalis kiri); V3 (antara V2 dan V4); V6 (sejajar V4,linea
midaksilaris kiri); V5 (antara V4 dan V6); V4 (Interkostal 5,linea midklavikulatis kiri)
Harvard step up test
Memasang metronome pada 120 pukulan per menit
Latihan naik turun bangku 4 hitungan
Menyuruh probandus berbaring, merekam EKG dan menghitung denyut nadi 1 menit
setelah istirahat
Memperkirakan nilai kebugaran jasmani (KJ)
*Indeks KJ: waktu naik turun (detik) x 100 / 1,5 (jumlah denyut nadi 1 menit setelah l
latihan)
Penilaian: < 50: jelek
50-30: sedang
>80: baik
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
A. Hasil
Data Naracoba: Usia: 23 th
Jenis kelamin: Laki-laki
TB: 168
BB: 69 kg
Saat Istirahat
No. Tek. Sistolik Tek. Diastolik PP MAP
1. 130 70 60 90
2. 130 70 60 90
3. 130 70 60 90
Rata-rata 130 70 60 90
Hasil Pemeriksaan EKG
Istirahat Selesai aktivitas Nilai normal
Frekuensi Jantung 83 118 60-100
Axis Normal Normal (+) (+)
Interval
PR 0,14 0,16 0,18- 0,2
QRS 0,08 0,08 0,07-0,10
QT 0,36 0,36 0,33-0,43
Irama Sinus Sinus Sinus
Segmen PR 0,06 0,08
Segmen ST 0,10 0,12 0,12-0,14
Hasil Harvard Step Up test
Lama Naik Turun bangku :3 menit 45 detik (225 detik)
Jumlah Denyut Nadi
- Sebelum naik turun bangku : 88x/menit
- Sesudah naik turun bangku dan sesudah istirahat 1 menit :116x/menit
Perhitungan dengan rumus : 225 x 1001.5 x116
Hasil perhitungan : 129.3
Tingkat kebugaran : Baik
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, akan dilihat bagaimana perbandingan respon fisiologis tubuh
yang probandus sebelum dan sesudah melakukan aktivitas dengan melakukan pengukuran
tanda vital yaitu tekanan darah dan nadi serta aktivitas jantung dengan EKG.
Dilakukan 3 kali pengukuran awal pada saat probandus sedang beristrahat, dengan
didapatkan hasil rata-rata pada tekanan darah 130/70 dan nadi 83x /menit, untuk tekanan
darah probandus masih dalam batasan normal, hal ini sesuai dengan teori yaitu angka sistole
110-140 mmhg dan diastole 70-90, demikian juga untuk nilai pengukuran nadi yaitu
83x/.menit menunjukkan normal, sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa nilai normal
70-100x/menit, hasil pengukuran tersebut relatif, karena dipengaruhi banyak faktor, seperti
usia, dan juga aktivitas sehari-hari yang dilakukan.
Kemudian dilakukan pengukuran EKG pada probandus sebelum menjalani tes, dari
pemeriksaan didapatkan hasil, irama sinus bernilai normal, karena didapatkan gelombang P,
QRS, dan T, untuk aksis didapatkan hasil normal, Karena pada lead pertama dan Avf
menunjukan nilai (+), untuk interval didapatkan hasil yang telah tertera pada rekaman EKG
interval PR = 0,14 (3,5 kotak kecil), interval QRS = 0,08 (2 kotak kecil) dan interval QT (9
kotak kecil) = 0,36 nilai dari ketiga segmen tersebut masih dalam batasan normal dimana
interval PR = 0.12-0,22 detik, untuk QRS = < 12 detik dan QT = 0,28-0,36. Untuk nilai
segmen PR didapatkan hasil 0,06 (1,5 kotak kecil) dan segmen ST = 0,10 (2,5 kotak kecil),
nilai dari segmen PR dan ST dalam batasan normal.
Kemudian probandus melakukan Harvard step up test, probandus melakukan test selama
3 menit 45 detik = 225 detik, sesuai dengan kemampuan probandus melakukan test ini,
kemudian probandus diminta beristirahat selama 1 menit, kemudian dilakukan pengukuran
kembali, tekanan darah, nadi dan pemeriksaan EKG. Untuk tekanan darah didapatkan hasil
145/70, nadi 116 x/menit dari hasil menandakan probandus mengalami takikardi, hal ini
memang secara fisiologis terjadi di akibatkan oleh aktivitas tubuh yang berlebih.
Pada pemeriksaan EKG demikian didapatkan untuk axis masih normal, pada lead I dan
avF bernilai (+), pada irama didapatkan sinus takikardi, irama yang sama namun terlihat
cepat, untuk interval PR = 0,16 (4 kotak kecil) dengan nilai normal 0,12-0,22 dengan
demikian masih dikatakan normal, pada interval QRS = 0,08 (2 kotak kecil) dengan nilai
kisaran normal < 0,12 detik interval QRS masih normal, untuk interval QT = 0,36 (9 kotak
kecil) detik terjadi peningkatan, dengan nilai kisaran normalnya 0,25-0,32 detik. Pada
segmen PR didapatkan hasil 0,08 detik dan pada segmen ST didapatkan hasil 0,12 detik (2
kotak kecil).
Setelah pemeriksaan EKG telah dilakukan, kemudian dilakukan perhitungan nilai indeks
kebugaran fisik, dari perhitungan rumus didapatkan hasil 129,3 dilihat dari hasil tersebut
dapat dikatakan tingkat kebugaran probandus Baik, hal ini terlihat dari penilaian physical
fitness index > 80. Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan dengan menggunakan metode ini
juga masih relatif, karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil, seperti, tinggi badan
(berkaitan dengan langkah kaki yang panjang mungkin lebih cepat karena tinggi), berat badan
(mempengaruhi langkah karena berat badan kemungkinan lebih lambat dan cepat lelah
karena beban yang lebih), kondisi fisik probandus sendiri (ada rasa nyeri, psikologis
probandus sehingga merasa tidak mampu), kondisi lingkungan (seperti suhu lingkungan) dan
berbagai kekurangan dari test ini yang dijabarkan dalam teori.
Hasil yang didapatkan secara keseluruhan pemeriksaan yang dilakukan, tidak selalu
bernilai pasti, karena tingkat kebugaran jasmani tiap individu dipengaruhi beberapa faktor,
seperti usia, jenis kelamin, berbagai aktivitas yang dilakukan (mempengaruhi bergantung
jenis beban tiap aktivitas yang dilakukan), gaya hidup (pola makan dll), dan pola istirahat
(istrahat yang tidak cukup mempengaruhi kebugaran jasmani).
STUDY KASUS
Pada hasil EKG, terlihat didapatkan hasil denyut jantung terlihat takikardi, dengan
frekuensi 187,5 hasil didapatkan dari 300/1,6. Aksis jantung normal terlihat dari Lead I dan
AvF bernilai positif (+). Irama jantung pada EKG terlihat irama Ventricular, terlihat juga
Durasi interval QRS = 0,28, tidak terlihat gelombang P dan irreguler.
Kesimpulan yang didapat dari hasil adalah Ventrikular Takikardia.
BAB V
KESIMPULAN
Pemeriksaan yang dilakukan pada probandus yang meliputi pemeriksaan tekanan darah dan EKG, pada Sebelum dan Sesudah dilakukan harvard step up test bernilai normal.
Pemeriksaan indeks kebugaran jasmani, didapatkan hasil normal, dan pada penilaian physical fitness index “Baik”
Dari praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa aktivitas membuat tubuh memberikan respon yang terlihat dari berbagai hasil yang didapat.
Selain aktivitas, tingkat kebugaran tubuh juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti usia, jenis kelamin, gaya hidup, dan pola istirahat
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Sherwood, Lauealee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem : Edisi ke-2. EGC:Jakarta
PRAKTIKUM FISIOLOGI
KEBUGARAN JASMANI
Disusun Oleh :
Nama : Raymond efraim Ngkale
NIM : 41 09 0014
Kelompok : C
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2013