Laporan Praktikum Fisiologi

27
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Judul Praktikum Pemeriksaan Fungsi Paru ( Spirometri) B. Waktu, Tanggal Praktikum Waktu : 10.00 11.50 WIB Hari, Tanggal : Sabtu, 1 Desember 2012 C. Tujuan Praktikum 1. Menjelaskan pemeriksaan spirometri; 2. Melakukan pemeriksaan spirometri; 3. Menganalisa hasil pemeriksaan. D. Dasar Teori Pesatnya perkembangan industri beserta produknya memiliki dampak positif terhadap kehidupan manusia berupa makin luasnya lapangan kerja, kemudahan dalam komunikasi dan transportasi dan akhirnya juga berdampak pada peningkatan sosial ekonomi masyarakat. Disisi lain dampak negatif yang terjadi adalah timbulnya penyakit akibat pajanan bahan- bahan selama proses industri atau dari hasil produksi itu sendiri. Hal tersebut menghawatirkan karena mengancam kesehatan dan lingkungan, diantaranya pencemaran udara ataupun proses pengolahan bahan baku tertentu yang berpotensi bahaya seperti debu batu bara, semen, kapas, asbes, zat-zat kimia, gas-gas beracun, dan lainnya. Tergantung jenis paparan yg terhisap, berbagai penyakit paru dapat timbul pada seseorang/pekerja. Penyakit tersebut terjadi akibat rusaknya jaringan paru-paru yang dapat berpengaruh terhadap produktivitas dan kualitas kerja (Baharudin, 2010) .

description

lap

Transcript of Laporan Praktikum Fisiologi

Page 1: Laporan Praktikum Fisiologi

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum

Pemeriksaan Fungsi Paru ( Spirometri)

B. Waktu, Tanggal Praktikum

Waktu : 10.00 – 11.50 WIB

Hari, Tanggal : Sabtu, 1 Desember 2012

C. Tujuan Praktikum

1. Menjelaskan pemeriksaan spirometri;

2. Melakukan pemeriksaan spirometri;

3. Menganalisa hasil pemeriksaan.

D. Dasar Teori

Pesatnya perkembangan industri beserta produknya memiliki dampak

positif terhadap kehidupan manusia berupa makin luasnya lapangan kerja,

kemudahan dalam komunikasi dan transportasi dan akhirnya juga

berdampak pada peningkatan sosial ekonomi masyarakat. Disisi lain

dampak negatif yang terjadi adalah timbulnya penyakit akibat pajanan bahan-

bahan selama proses industri atau dari hasil produksi itu sendiri. Hal tersebut

menghawatirkan karena mengancam kesehatan dan lingkungan,

diantaranya pencemaran udara ataupun proses pengolahan bahan baku

tertentu yang berpotensi bahaya seperti debu batu bara, semen, kapas, asbes,

zat-zat kimia, gas-gas beracun, dan lainnya. Tergantung jenis paparan

yg terhisap, berbagai penyakit paru dapat timbul pada seseorang/pekerja.

Penyakit tersebut terjadi akibat rusaknya jaringan paru-paru yang dapat

berpengaruh terhadap produktivitas dan kualitas kerja (Baharudin, 2010) .

Page 2: Laporan Praktikum Fisiologi

2

Menurut data ILO pada tahun 1999, penyakit saluran pernapasan

menempati urutan ketiga sebagai penyebab kematian yang berhubungan

dengan pekerjaan. Tujuh persen dari semua kematian di seluruh dunia setiap

tahun disebabkan oleh penyakit paru dan pernafasan yang sesungguhnya

dapat dicegah. Jutaan orang sedang menjalani usia tua yang menyakitkan

karena penyakit paru dan pernafasan yang seharusnya dapat diobati jika saja

sudah terdeteksi secara dini melalui pemeriksaan yang tepat yaitu spirometri

(Baharudin, 2010).

Spirometri adalah tes fisiologis yang mengukur bagaimana seseoranng

mengembuskan napas atau menghirup udara sebagai fungsi waktu. Sinyal

utama diukur dalam spirometri mungkin volume atau aliran. Spirometri

sangat berharga sebagai tes skrining umum pernafasan kesehatan dengan cara

yang sama dengan tekanan darah yang memberikan informasi penting tentang

kardiovaskular kesehatan (Guyton, 2007).

Spirometry adalah alat yang digunakan untuk mengukur kapasitas udara di

paru-paru. Standar dan acuan yang dipakai adalah nilai normal faal orang

Indonesia (penumobile project indonesia / PPI 1992). Pada penyakit-penyakit

resriktif, spirometri biasanya memperlihatkan penurunan kapasitas vital dan

kecepatan aliran yang normal, walaupun kadang-kadang kecepatan aliran

akan berkurang secara proporsional terhadap berkurangnya kapasitas vital.

FEV1 mungkin berkurang pada kelainan restriktif,sebaliknya FEV1/VC

umumnya normal pada kasus-kasus tersebut (Baharudin, 2010) .

Spirometri sebelum dan sesudah latihan berguna untuk kepastian diagnosis

exercise induced asma (asma yang terjadi karena aktivitas fisik). Pada

penderita-penderita yang menjalani penilaian untuk kemungkinan penyakit

Hypersensitif jalan nafas, spirometri setelah inhalasi obat kholinergik atau

bahan alergen mungkin akan mengarah ke diagnosis spesifik. Beberapa

keuntungan pemeriksaan spirometri :

a. Sederhana, murah, cukup sensitif, akurasi tinggi;

Page 3: Laporan Praktikum Fisiologi

3

b.Spirometri memegang peranan penting dalam pemantauan fungsi paru,

namun dimikian harus diperhatikan :

Ø pemberian aba-aba pemeriksa;

Ø sikap/ posisi ukur;

Ø cara ukur melakukan perintah pemeriksa;

Ø kepatuhan cara ukur sangat penting untuk keberhasilan dari

akurasi hasil pengukuran (Baharudin, 2010) .

Parameter pengukuran kapasitas paru ( spirometer ) :

a. Vital Capasity ( CV ) : Kapasitas Vital adalah volume udara maksimum

yang dapat dikeluarkan seseorang setelah mengisi paru-parunya secara

maksimum;

b. Forced Vital Capasity ( FVC ) adalah volume udara maksimum yang

dapat dimasukkan dalam paru-paru dan secara paksa serta cepat

mengeluarkannya semaksimum mungkin;

c. Forced Expiratory Volume in First Second ( FEV1 ) adalah volume

udara yang dikeluarkan pada detik pertama dimulai dengan hembusan

nafas kuat pada pernafasan penuh (Baharudin, 2010) .

Pengukuran kapasitas paru disebut NORMAL, bila :

FVC ≥ 70% dan FEV1 ≥ 80%

Rasio FEV1 / FVC = 75 – 80%

Sedangkan pengukuran kapasitas paru disebut TIDAK NORMAL, bila :

OBSTRUCTIVE : FEV1 < 80%

RESTRUCTIVE : FVC < 70%

COMBINATION : FVC < 70% dan FEV1 < 80%

Page 4: Laporan Praktikum Fisiologi

4

E. Metode Pemeriksaan

Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil tes spirometri pada orang

normal diantaranya umur, jenis kelamin, ras, riwayat merokok, pekerjaan,

penyakit intrapulmonal, penyakit jantung, dan bahkan berdasarkan penelitian

yang dilakukan Rahmawati dan Asriyani Azikin ternyata IMT juga

mempengaruhi hasil spirometri :

1. Umur

Hubungan umur dengan spirometri bervariasi, Knudson

menggambarkan 3 fase pada fungsi spirometri :

a. Fase pertumbuhan pada anak;

b. Fase matur. Dimulai sejak pertumbuhan spure sampai umur 20

tahun pada wanita dan 25 tahun pada laki-laki. Fungsi

spirometri berkorelasi secara positif sesuai umur dan tinggi

badan;

c. Fase penurunan. Fungsi spirometri menurun berdasarkan umur

>20 tahun pada wanita dan > 25 tahun pada laki-laki. FVC

meningkat pada umur 24 tahun, stabil pada umur 35 tahun

menurun setelah umur 35 tahun;

2. Ras atau Suku

Koevesien volume paru dan aliran udara pada ras kulit hitam lebih

tinggi dibandingkan dengan ras kulit putih. Ras Indiana, Pakistan, Oriental

berada diantara kedua ras tersebut. Beberapa penelitian menentukan nilai

FEV1/FVC pada ras kulit hitam lebih tinggi dengan ras kulit putih;

3. Jenis Kelamin

Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-kira 20

sampai 25 persen lebih kecil daripada pria. Peningkatan morbiditas juga

Page 5: Laporan Praktikum Fisiologi

5

lebih sering pada laki-laki yang terkena PPOK dibandingkan dengan

perempuan;

4. Pekerjaan

Pada pekerjaan yang membutuhkan aktivitas lebih banyak maka

cenderung kekuatan pernafasannya menjadi meningkat, sehingga kapasitas

vital paru pada orang itu meningkat Sebaliknya orang yang memiliki

pekerjaan atau exercise yang sedikit maka cenderung kekuatan

pernafasannya menjadi menurun, sehingga kapasitas parunya pun kecil;

5. Merokok

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa pada orang yang

merokok, FEV1/FVC nya cenderung menurun. Karena rokok bisa merusak

paru-paru maka fungsi paru-paru pun menjadi terganggu;

6. Penyakit pernafasan

Seluruh penyakit pernafasan otomatis akan mempengaruhi atau

menurunkan fungsi paru. Sehingga nilai spirometrinya pun juga akan

menurun. Aliran udara akan terhambat dan kemampuan paru-paru untuk

mengembangkempis pun akan menurun sehingga fungsi faal paru juga

akan menurun;

7. Penyakit Jantung

Jantung sangat erat hubungannya dengan paru-paru, karena kedua

organ ini tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling mendukung fungsi

masing-masing. Jantung menyuplai darah ke paru-paru untuk di tukarkan

oksigen di paru-paru, sehingga suplai oksigen jantung jug bisa tercukupi.

Sehingga kalau ada gangguan di jantung, maka juga akan terjadi gangguan

fungsi paru-paru, seperti terjadi bendungan paru. Maka hal ini, akan

mempengaruhi fungsi faal paru (Rahmawati dan Asriyani Azikin, 2004).

Page 6: Laporan Praktikum Fisiologi

6

Volume dan Kapasitas Paru

Gambar 1. Spirometeri

Spirometri adalah salah satu metode sederhana yang dapat digunakan

untuk mempelajari ventilasi paru, yaitu dengan mencatat volume udara yang

masuk dan keluar paru. Spirometer terdiri dari sebuah drum yang dibalikkan di

atas bak air dan diimbangi oleh suatu beban. Di dalam drum terdapat gas untuk

bernapas, biasanya udara atau oksigen. Terdapat sebuah pipa yang

menghubungkan mulut dengan ruang gas. Bila seseorang bernapas melalui pipa

tersebut, drum akan naik turun dan terjadi perekaman yang sesuai pada gulungan

kertas yang berputar (Wagner, 2005).

Gambar 2. Peristiwa Pernapasan Selama Bernapas Normal, Inspirasi Maksimal,

dan Ekspirasi Maksimal

Page 7: Laporan Praktikum Fisiologi

7

Gambar di atas adalah sebuah spirogram yang menunjukkan perubahan

volume paru pada berbagai kondisi pernapasan. Untuk memudahkan penjelasan

mengenai peristiwa ventilasi paru, udara dalam paru pada diagram dibagi menjadi

empat volume dan empat kapasitas yang merupakan nilai rata-rata pada laki-laki

dewasa muda (Wagner, 2005).

Volume Paru

Pada bagian kiri gambar dituliskan empat volume paru. Bila semuanya

dijumlahkan, sama dengan volume maksimal paru yang mengembang;

Penjelasan dari masing-masing volume ini adalah sebagai berikut:

1. Volume tidal (VT) adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap

kali bernapas normal; besarnya kira-kira 500 mililiter;

2. Volume cadangan inspirasi (IRV) adalah volume udara ekstra yang dapat

diinspirasi setelah dan di atas volume tidal normal bila dilakukan inspirasi kuat

dengan kontraksi maksimal dari diafragma, m. intercostalis externi, dan otot

inspirasi aksesori; biasanya mencapai 3000 mililiter;

3. Volume cadangan ekspirasi (ERV) adalah volume udara ekstra maksimal yang

dapat diekspirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidak normal; jumlah

normalnya adalah sekitar 1100 mililiter;

4. Volume residu (RV) yaitu volume udara yang masih tetap berada di paru

setelah ekspirasi paling kuat; volume ini besarnya kira-kira 1200 mililiter. Volume

residu tidak dapat diukur dengan spirometer karena volume udaranya tidak masuk

maupun keluar dari paru (Wagner, 2005).

Kapasitas Paru

1. Kapasitas inspirasi (IC) sama dengan volume tidal ditambah volume cadangan

inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira) 3500 mililiter yang dapat dihirup

oleh seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru

sampai jumlah maksimum;

2. Kapasitas residu fungsional (FRC) sama dengan volume cadangan ekspirasi

ditambah volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada

akhir ekspirasi normal (kira-kira 2300 mililiter);

Page 8: Laporan Praktikum Fisiologi

8

3. Kapasitas vital (VC) sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume

tidal dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang

dapat dikeluarkan seseorang dari paru setelah terlebih dahulu mengisi paru secara

maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira 4600

mililiter). Nilai ini memberikan informasi yang berguna mengenai kekuatan otot-

otot pernapasan dan aspek fungsi paru lainnya;

4. Kapasitas paru total (TLC) adalah volume maksimum yang dapat

mengembangkan paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin (kira-

kira 5800 mililiter); jumlah ini sama dengan kapasitas vital ditambah volume

residu;

Forced Expiratory Flow (FEV1) adalah bagian dari kapasitas vital yang

diekspirasi secara paksa pada satu detik pertama. Nilai FEV1dapat memberi

informasi tambahan. Biasanya nilai FEV1 adalah sekitar 80% dari VC. Kapasitas

vital mungkin saja normal sementara nilai FEV1 turun pada beberapa penyakit

seperti asma (resistensi saluran napas meningkat karena konstriksi bronkial)

(Wagner, 2005).

Ventilasi volunter maksimal (MVV) adalah volume udara terbesar yang

dapat dimasukkan dan dikeluarkan dari paru selama 1 menit oleh usaha volunter.

Nilai normal MVV adalah 125-170 L/menit (Wagner, 2005).

Volume dan kapasitas paru pada perempuan kira-kira 20 sampai 25 persen

lebih kecil daripada laki-laki, dan lebih besar lagi pada orang yang atletis dan

bertubuh besar daripada orang yang bertubuh kecil dan astenis. Volume

pernapasan semenit adalah jumlah total udara baru yang masuk ke dalam saluran

pernapasan tiap menit, sama dengan volume tidal dikalikan dengan frekuensi

pernapasan permenit. Volume tidal normal kira-kira 500 mililiter dan frekuensi

pernapasan normal kira-kira 12 kali permenit sehingga rata-rata volume

pernapasan adalah 6 liter/menit (Wagner, 2005).

Komplians Paru dan Dinding Dada

Interaksi recoil paru dan dada dapat didemonstrasikan dengan cara sebagai berikut.

Lubang hidung dijepit dengan klip dan subjek bernapas melalui suatu spirometer

yang memiliki katup tepat di bawah sambungan dengan mulut yang berisi suatu

Page 9: Laporan Praktikum Fisiologi

9

alat pengukur tekanan. Setelah subjek menginhalasi sejumlah udara, katup ditutup

sehingga jalan napas tertutup. Otot-otot pernapasan kemudian berelaksasi

sementara tekanan pada saluran napas diukur. Prosedur ini dilakukan berulang

setelah menginhalasi atau mengekshalasi berbagai volume secara aktif. Kurva

tekanan saluran napas yang didapatkan adalah kurva tekanan relaksasi dari

sistem respirasi total. Tekanan bernilai nol pada volume paru setelah ekspirasi

diam (volume relaksasi, sama dengan FRC). Perubahan volume paru per unit

perubahan tekanan saluran napas adalah komplians paru dan dinding dada.

Komplians biasa diukur pada kisaran tekanan ketika bentuk kurva tekanan

relaksasi paling curam. Nilai normalnya sekitar 0,2 L/cmH2O. Komplians

bergantung pada volume paru; orang dengan satu paru memiliki sekitar separuh

perubahan volume untuk suatu nilai perubahan tekanan. Komplians juga sedikit

lebih besar ketika diukur selama deflasi daripada selama inflasi (Sherwood, 2007).

Gambar 3. Hubungan Tekanan Intrapulmoner dan Volume

Page 10: Laporan Praktikum Fisiologi

10

Flow Volume Loop dan Keterbatasan Aliran Udara Ekspirasi

Salah satu pengukuran paling praktis dari keseluruhan properti mekanik

paru adalah hubungan aliran-volume ekspirasi maksimum (MEFV) yang

didapatkan ketika subjek melakukan manuver kapasitas vital ekspirasi maksimal

setelah inhalasi hingga TLC (Sherwood, 2007).

Gambar 4. Kurva Hubungan MEFV dan Kurva Tekanan-Aliran Isovolumik

Hubungan MEFV menunjukkan adanya keterbatasan aliran udara ekspirasi,

misalnya ketika subjek melakukan ekspirasi berulang kali dengan usaha yang

Page 11: Laporan Praktikum Fisiologi

11

meningkat, hubungan antara aliran ekspirasi dan tekanan transpulmonal dapat

dibentuk pada suatu volume paru. Kurva tekanan-aliran isovolumik menunjukkan

bahwa pada volume paru yang tinggi, aliran tidak terbatas (kurva A). Hal ini

bergantung pada usaha subjek, mencakup faktor kekuatan, kecepatan, dan otot-

otot pernapasan. Pada volume paru yang spesifik lebih rendah (<70% VC), aliran

mencapai nilai batas maksimum dengan peningkatan PL, dan aliran maksimum

turun dengan menurunnya volume paru (kurva B dan C). Oleh karena itu, aliran

tidak bergantung pada usaha (Sherwood, 2007).

Yang dilakukan probandus sebelum pemeriksaan adalah :

1. Bebas rokok minimal 2 jam;

2. Tidak makan terlalu kenyang;

3. Memakai pakaian tidak ketat;

4. Tidak menggunakan bronkodilator minimal 4 jam (Lab. Fisiologi

Kedokteran Umum, 2012)

F. Alat Bahan

a. Spirometri;

b. Tissue;

c. Tinta spirometri;

d. Mouth piece dispposible;

e. Penjepit hidung.

G. Cara Kerja

Pemeriksaan Kapasitas Vital Paru :

a. Siapkan alat pencatat atau spirometri;

b. Jelaskan tujuan dan cara kerja pemeriksaan kepada probandus, posisi

probandus menghadap alat;

Page 12: Laporan Praktikum Fisiologi

12

c. Nyalakan alat (power on). Masukkan/ atur data probandus berupa nama

dan umur;

d. Hubungkan probandus dengan alat dengan cara menyuruh probandus

memasukkan mouth piece ke dalam mulutnya dan tutuplah hidung

probandus dengan penjepit hidung;

e. Instruksikan probandus untuk bernapas tenang terlebih dahulu untuk

beradaptasi dengan alat;

f. Tekan tombol start alat spirometri untuk memulai pengukuran;

g. Mulai dengan pernapasan tenang sampai timbul perintah dari alat untuk

ekspirasi maksimal (tidak terputus). Bila dilakukan secara benar akan

keluar data dan kurva di layar spirometri;

h. Bila perlu tanpa melepaskan mouth piece, ulangi pengukuran dengan

inspirasi dalam dan ekspirasi maksimal;

i. Setelah selesai lepaskan mouth piece, periksa data dan kurva dilanjutkan

dengan mencetak hasil perekaman (tekan tombol print)

(www.statcounter.com, 2007).

Pemeriksaan Kapasitas Vital Paksa Paru (FVC) :

a. Siapkan alat pencatat/ spirometri;

b. Jelaskan tujuan dan cara kerja pemeriksaan kepada probandus, posisi

probandus menghadap alat;

c. Nyalakan alat (power on). Masukkan/ atur data probandus berupa nama

dan umur;

d. Instruksikan probandus untuk inspirasi dalam atau luar alat;

e. Segera setelah siap, tekan tombol start dilanjutkan dengan ekspirasi

dengan kuat melalui alat;

Page 13: Laporan Praktikum Fisiologi

13

f. Bila perlu tanpa melepaskan mouth piece, ulangi pengukuran dengan

inspirasi dalam dan ekspirasi maksimal;

g. Setelah selesai lepaskan mouth piece, periksa data dan kurva dilanjutkan

dengan mencetak hasil perekaman (tekan tombol print)

(www.statcounter.com, 2007).

Page 14: Laporan Praktikum Fisiologi

14

BAB II

ISI dan PEMBAHASAN

A. Hasil

Name : ----

Y/M/D : 11/03/13

H:M:S : 10:00:40

IDCODE : 64

AGE : 21

SEX : FEMALE

H (cm) : 152.0

W (kg) : 54.7

PRED : Europe

Pred. Act %

VC 3.30 2.70 82.

TV 0.77

IRV 1.00

ERV 0.93

IC 1.77

Pred. Act %

FVC 3.30 2.69 82.

FEV1.0 2.88 2.27 79.

FEV1.0% ---- 84.4

FEV1.0%t 85.1 84.1

PEF 6.62 3.30 50.

PEF 25-75 4.11 2.27 53.

MEF 75 5.97 3.18 53.

MEF 50 4.36 2.50 57.

MEF 25 2.19 1.44 66.

Page 15: Laporan Praktikum Fisiologi

15

Menurut pemeriksaan yang telah

dilakukan, data yang diperlukan

adalah nama, umur, jenis kelamin,

tinggi, dan berat badan. Hal ini di-

input-kan ke dalam spirometer

karena akan mempengaruhi hasil

pemeriksaan paru-paru probandus

tersebut. Melihat kolom prediksi

(pred.) pemeriksaan, FVC yaitu saat

probandus diminta inspirasi di luar

alat dan ekspirasi menggunakan alat

diperoleh data sebesar 3.30 dan

FEV1 yaitu saat probandus diminta inspirasi dan ekspirasi menggunakan alat

diperoleh data sebesar 2.88. Sedangkan untuk kolom act. (menurut spirometri

langsung) FVC yang diperoleh adalah 2.69 dan FEV1 yang diperoleh adalah 2.27.

Untuk rasio dari FVC adalah 82% sedangkan FEV1 adalah 79% (Rahmawati dan

Asriyani Azikin, 2004).

Dengan memperhatikan diagram di atas, dapat dianalisa bahwa FEV1

yang diperoleh dari pemeriksaan adalah lebih dari 70%, kemudian FEV1 dari data

pemeriksaan adalah kurang dari 80% prediksi (2.27<2.3) dan FVC adalah lebih

dari sama dengan dari 80% prediksi (2.69>=2.9). Jika melihat diagram di atas,

terdapat kejanggalan data yang akhirnya tidak akan menemukan interpretasi hasil.

Sehingga, kami mencoba angka dalam kolom act. menjadi satu angka di belakang

koma. Sehingga, FEV1 dari data pemeriksaan adalah sama dengan 80% prediksi

(2.3=2.3) dan FVC adalah lebih sama dengan dari 80% prediksi (2.69>=2.9).

Interpretasi hasil yang didapatkan adalah normal (Lihat grafik di atas, hasil dari

pengolahan data adalah sama dengan grafik yang di-output-kan dari spirometer

untuk kondisi normal!) (Rahmawati dan Asriyani Azikin, 2004).

Kemudian, untuk rasio FEV1 dan rasio dari VC dapat digunakan rumus berikut :

Page 16: Laporan Praktikum Fisiologi

16

B. Pembahasan

Hasil Grafik Pemeriksaan Kapasitas Vital Paru menunjukkan:

Pred. Act %

VC 3,30 2,70 82

TV ---- 0,77

IRV ---- 1,00

ERV ---- 0,93

IC ---- 1,77

Data spirogram menunjukkan adanya penurunan

kapasitas vital paru yaitu 2.70 L. Sehingga presentasenya

sebesar 82%. Sehingga pasien ini termasuk normal pernfasan

kapasitas vital paru-parunya. Pada hasil spirogram yang

normal menunjukkan banyaknya kapasitas vital paru yaitu

80% dari total kapasitas paru, atau pada orang dewasa laki-laki

sebesar 4800cc atau 4,8 L (Siregar, 2008).

Penurunan kapasitas vital paru dapat disebabkan karena

adanya penurunan volume tidal, volume cadangan inspirasi

maupun volume cadangan ekspirasi. Karena kapasitas vital

Page 17: Laporan Praktikum Fisiologi

17

paru diperoleh dari hasil penambahan ketiga variable tersebut.

Penurunan kapasitas vital paru pada probandus disebabkan

oleh penurunan:

Volume tidal = 0,77 L

Volume cadangan inspirasi = 1,00 L

Volume cadangan ekspirasi = 0,93 L

Sehingga didapatkan :

VC=VT+IRV+ERV

VC=0,77+1,00+0,93

VC=2,70 L

Hasil Grafik Pemeriksaan Kapasitas Vital Paksa Paru menunjukkan:

PRED ACT %

FVC 3,30 2,69 82

FEV1.0 2,88 2,27 79

FEV1.0% ----- 84,4

FEV1.0%t 85,1 84,1

PEF 6,62 3,30 50

FEF25-75 4,11 2,27 53

MEF75 5,97 3,18 53

MEF50 4,36 2,50 57

MEF25 2,19 1,44 66

Rasio FEV1/FVC yaitu:

Rasio FEV1/FVC adalah normal 0,843. Pada kondisi normal rasio

FEV1/FVC yaitu 0,8. Data spirogram tersebut menunjukkan bahwa

pasien tidak mengalami gangguan restriktif pada system penafasannya,

Page 18: Laporan Praktikum Fisiologi

18

namun hasil spirogram ini dapat saja salah karena grafik tersebut

seharusnya tidak layak dibaca dan nilai atau hasilnya tidak dapat

diterima karena tidak memenuhi kriteria penilaian, seperti :

1. Waktu ekspirasi minimal 6 detik. Sedangkan

probandus hanya melakukan ekspirasi kurang

dari 6 detik;

2. Awal uji harus cukup baik. Prosedur awal

melakukan pemeriksaan sudah tidak tepat,

seperti posisi probandus yang duduk, tinggi

badan dan berat badan yang dimasukkan dala

spirometer kurang valid, dan lain sebagainya,

sehingga tidak memenuhi criteria penilaian pada

point ini;

3. Ekspirasi tidak ragu-ragu dan cepat mencapai

puncak tajam. Sedangkan probandus tidak

memenuhi syarat tersebut karena ketika sedang

inspirasi probandus mendadak tertawa dan

melakukan ekspirasi secada spontan dan

terputus-putus atau ragu-ragu (Siregar, 2008).

Hasil spirogram yang menunjukkan adanya

kesalahan hasil yang diperoleh sehingga tidak layak

untuk dinilai disebabkan karena kesalahan melakukan

prosedur pada saat pemeriksaan sedang berlangsung, seperti:

1. Ukur tinggi dan berat badan hanya mengira-ngira

tanpa mengukurnya secara langsung. Hal ini dapat

menyebabkan perbadaan hasil spirogram karena

tinggi badan dan berat badan mempengaruhi

asupan O2 yang dibutuhkan oleh tubuh dan secara

tidak langsung dapat mempengaruhi kapasitas vital

paru maupun kapasitas total paru;

2. Posisi probandus duduk pada saat pemeriksaan dapat

menekan pengembangan paru dan kontraksi otot-otot

Page 19: Laporan Praktikum Fisiologi

19

diafragma dan dinding dada sehingga volume yang

dapat masuk kedala paru akan berkurang sehingga

akan menurunkan kapasitas vital paru dan kapasitas

vital paksa paru;

3. Bibir pasien tidak melingkupi seluruh mouthpiece

karena pasien sempat tertawa saat pemeriksaan

sedang berlangsung. Hal ini mempengaruhi volume

udara yang dapat terukur oleh spirometer pada

saat pasien melakukan inspirasi dan ekspirasi.

Adanya celah yang terbuka (mulut tidak melungkupi

mouth piece) akan mengurangi volume udara yang

terukur oleh spirometer karena masih ada udara yang

dapat masuk dan keluar lewat celah mulut tersebut;

4. Probandus terlambat menarik nafas (terlambat

memulai);

5. Udara yang dikeluarkan melalui mouthpiece tidak

menggunakan tenaga maksimal karena probandus

tertawa ketika inspirasi dan hendak ekspirasi sehingga

volume yang dihirup dan di keluarkan tidak maksimal

(Siregar, 2008).

C. Aplikasi Klinis

a. Obstruktif

1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan suatu penyakit

yang ditandai oleh obstruksi aliran udara masuk dan keluar paru, dan

seringkali dikaitkan dengan inflamasi sistemik (Tambunan, 2007).

Menurut Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)

mendefinisikan PPOK sebagai penyakit yang dapat diobati dan dicegah

dengan ebebrapa efek ektra pulmonal yang memberi kontribusi keparahan

Page 20: Laporan Praktikum Fisiologi

20

penyakit, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak reversible

sempurna (Wibisono, Winariani, & Hariadi, 2010).

Terdapat dua penyakit utama penyebab obstruktif ini yaitu

bronchitis kronik dan emfisema. Malnutrisi dapat terjadi pada orang

dengan PPOK. Malnutrisi dapat mencapai hingga 60% dari penderita

PPOK, dan prognosisnya buruk. Indeks Massa Tubuh (IMT) yang rendah

merupakan salah satu faktor resiko terjadinya PPOK yang menunjukkan

bahwa intervensi gizi sejak awal dapat mencegah atau memperlambat

perkembangan penyakit ini (Tambunan, 2007). Selain malnutrisi, faktor

resiko terjadinya PPOK yaitu stress oksidatif, gen, gender, usia, infeksi

respirasi, pernah sakit tuberkulosa, status social ekonomi, paparan seperti

asap rokok, dan lung growth and development (Wibisono, Winariani, &

Hariadi, 2010).

Gambaran klinis pada PPOK yaitu penderita mengeluh sesak

napas, batuk kronis atau berdahak, waktu ekspirasi memanjang pada

PPOK simptomatik, penurunan berat badan pada PPOK berat, dan adanya

riwayat paparan faktor resiko. Namun, untuk memastikan diagnosis harus

dikonfirmasi dengan spirometri. Spirometri merupakan glod standard

diagnosis PPOK. FEV1/ FVC < 70% pasca bronkodilator menunjukkan

hambatan aliran udara yang tidak reversible sempurna (Wibisono,

Winariani, & Hariadi, 2010).

Berdasarkan hasil spirometri keparahan PPOK dibagi menjadi 4,

yaitu stadium ringan, stadium sedang, stadium berat, dan stadium sangat

berat.

Page 21: Laporan Praktikum Fisiologi

21

Tabel 1. Klasifikasi PPOK Berdasar Spirometri

Stadium I : Ringan

FEV1/FVC<0,7

FEV1>80% Prediksi

Stadium II : Sedang FEV1/FVC<0,7

50%<FEV1<50% Prediksi

Stadium III : Berat FEV1/FVC<0,7

Fev1<30% prediksi atau FEV1<

50%

Stadium IV : Sangat Berat FEV1/FVC<0,7

+ gagal napas kronik

2. Asma

Asma adalah penyakit obstruksi saluran pernapasan akibat penyempitan

saluran napas yang sifatnya reversible (penyempitan dapat hilang dengan

sendirinya) yang ditandai oleh episode obstruksi pernapasan di antara dua interval

asimtomatik. Penyebab terjadinya asma belum dapat diketahu secara pasti,

tampaknya terdapat hubungan antara asma dengan alergi. Pada sebagian besar

penderita asma, ditemukan riwayat alergi. Pada pasien yang memiliki komponen

alergi, jika ditelusuri ternyata sering terdapat riwayat asma atau alergi pada

keluarganya. Hal ini menimbulkan pendapat bahwa terdapat faktor genetic yang

menyebabkan seseorang menderita asma (Djojodibroto, 2009).

Asma bukan suatu penyakit spesifik tetapi merupakan sindrom yang

dihasilkan mekanisme multipel yang akhirnya menghasilkan kompleks gejala

klinis termasuk obstruksi jalan napas reversible. Sebagai sindrom episodic, ciri-

ciri yang sangat penting yaitu suara mengi, peradangan saluran pernapasan,

dyspnea, obstruksi jalan napas reversible terhadap bronkodilator, bronkus yang

hiperresponsif terhadap berbagai stimulus baik spesifik maupun non spesifik.

Semua ciri-ciri tadi tidak harus terdapat bersamaan (Djojodibroto, 2009).

Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis asma

usia lanjut meliputi pemeriksaan spirometri, foto toraks, elektrokardiografi (EKG)

Page 22: Laporan Praktikum Fisiologi

22

dan pemeriksaan darah. Spirometri digunakan untuk mengukur VEP1 dan kapasiti

vital paksa (KVP). Obstruksi jalan napas terjadi bila nilai VEP1 kurang dari 80%,

VEP1/ KVP kurang dari 70% dan reversibility setelah inhalasi bronkodilator yaitu

VEP1 >15% atau setelah pemberian bronkodilator oral 10-14 hari atau

kortikosteroid 2 minggu (Dahlan, 2006).

Sumber: (Dahlan, 2006).

b. Restriktif

1. Restriktif Parenkimal

a) Sarkoidosis

Sarkoidosis dapat terjadi pada semua organ tubuh, tetapi

manifestasi paling banyak terdapat di paru, yaitu 90% dari

seluruh kasus sarkoidosis (Djojodibroto, 2009). Sarkoidosis

adalah suatu penyakit granulomatosa non-kaseosa multisistem

yang penyebabnya belum diketahui, terutama mengenai dewasa

muda dan paling sering mengenai hillus, paru, kulit, dan mata

(Helmi, 2008) .

Penyakit ini berupa infiltrasi granuloma epiteloid, tetapi

tanpa perkijuan. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi

diperkirakan terjadi peningkatan reaksi imunologik. Sarkoidosis

Page 23: Laporan Praktikum Fisiologi

23

paru dapat menjadi fibrosis pulmonary yang mempengaruhi

fungsi paru dan dapat menjadi penyebab bronkiektasis

(Djojodibroto, 2009).

Sebagian besar penderita sarkoidosis tidak menunjukkan

gejala dan bahkan tidak menyadari bahwa mereka menderita

penyakit; tiba-tiba nilai fungsi parunya menurun dan parunya

mengalami kekakuan. Gejala sarkoidosis yaitu sesak napas,

batuk, radang pada mata, penuruna berat badan, ras capek,

keringat malam, demam, dan tibul bercak pada muka, lengan,

atau siku (Djojodibroto, 2009). Pada pemeriksaan penunjang

dengan spirometri, penderita sarkoidosis menunjukkan rasio

FEV1/ FVC normal atau melebih normal (Muttaqin, 2008).

2. Restriktif Ekstraparenkimal

a) Disfungsi Pernapasan pada Anak Obesitas

Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan.

Obesitas berhubungan dengan komplikasi respiratorik seperti

obstructive sleep apnoe, sindroma hipoventilasi, dan penurunan

fungsi (faal) paru. Obesitas anak dan remaja juga

mengakibatkan peningkatan frekuensi saluran respiratorik,

gangguan toleransi saat latihan fisik, meningkatnya beban kerja

respirasi dan konsumsi oksigen. Pada obesitas terjadi

penumpukan berlebihan dari lemak tubuh. Penumpukan lemak

di dada dan abdomen membatasi pergerakan dinding dada dan

diafragma, berkurangnya compliance (daya kembang) paru

meningkatkan kerja pernafasan, terutama saat anak berbaring.

Lemak akan memaksa otot-otot inspirasi bekerja lebih keras

untuk mengembangkan paru. Compliance paru berkurang karena

alveoli kolaps, menyebabkan paru semakin kaku dan sulit

mengembang selama inspirasi. Kombinasi ini mengakibatkan

meningkatnya kerja respirasi. Disfungsi dinding dada akan

mengakibatkan gangguan paru-paru restriktif dengan

Page 24: Laporan Praktikum Fisiologi

24

pengurangan volume paru, penurunan nilai arus absolut, rasio

forced expiratory volume in 1 second (FEV1)/ forced vital

capacity (FVC) normal, berkurangnya kekuatan otot-otot

pernapasan, dan penurunan respon ventilasi terhadap aktivitas

fisik. Infiltrasi lemak pada otot dan penumpukan lemak

subkutan menyempitkan saluran nafas atas dan membatasi

visualisasi terhadap laring (Siregar, 2008).

Page 25: Laporan Praktikum Fisiologi

25

BAB III

KESIMPULAN

1. Respirasi pada manusia meliputi 3 tahap penting yaitu ventilasi pulmonari,

respirasi eksternal dan respirasi internal;

2. Spirometri adalah suatu teknik pemeriksaan untuk mengetahui fungsi paru-

paru, dimana pasien diminta sekuat-kuatnya melalui suatu alat

yang dihubungkan dengan mesin spirometer yang akan menghitung

kekuatan, kecepatan dan volume udara yang dikeluarkan, sedangkan

alatnya bernama spirometer, dan hasil perekamannya bernama spirogram;

3. Dengan menggunakan spirometer ini, maka kami dapat mengukur

volume tidal, volume cadangan inspirasi, volume cadangan ekspirasi,

kapasitas vital, kapasitas total paru, dan volume residu, dan kapasitas vital

paksa;

4. Ventilasi patologis terdiri dari ventilasi obstruktif, ventilasi restriktif, dan

ventilasi campuran yaitu gabungan dari ventilasi obstruktif dan ventilasi

restriktif;

5. Perhitungan dengan spirometer kepada probandus, didapatkan hasil FEV

1/ FVC 0,843. Hal tersebut menandakan diagnosa probandus normal

pernafasannya, namun diagnosis tersebut tidak bias ditegakkan

dikarenakan proses pemeriksaan kemungkinan ada yang salah.

Page 26: Laporan Praktikum Fisiologi

26

Daftar Pustaka

Baharudin, Syamsurrijal. 2010. Analisis Hasil Spirometri Karyawan Pt. X

yang Terpajan Debu di Area Penambangan dan Pemrosesan Nikel,

http://mru.fk.ui.ac.id, diakses tanggal 06 Desember 2012.

Dahlan, Zul. 2006. Pneumonia. Dalam:Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Jilid II.Edisi IV. Jakarta: FKUI.

Djojodibroto, R. 2009. Respirologi. Jakarta: EGC.

Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. 11th ed. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.p.499-502.

Helmi, Lutfi. 2008. Sarkoidosis Paru. Majalah Kedokteran Nusantara,

Vol. 41: 54-64.

Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan

Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Rahmawati dan Asriyani Azikin, Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan

Hasil Uji Spirometri Pada Mahasiswa Kedokteran Unhas Angkatan 2002. 2004.

Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 7th ed. Canada:

Brooks/Cole Cengage Learning; 2007.p.480-1.

Siregar, Febrina Zulhidayati. 2008. Perbandingan Arus Puncak Ekspirasi

Sebelum dan Sesudah Latihan Fisik Pada Anak Obesitas dan Tidak Obesitas.

Sumatera Utara: USU e Repository.

Wagner PD, West JB. Ventilation, blood flow, and gas exchange. Dalam:

Murray and Nadel’s textbook of respiratory medicine. Philadelphia: Saunders

Elsevier; 2005.

Wibisono, M., Winariani, & Hariadi, S. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Paru 2010. Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR- RSUD Dr.

Soetomo.

Page 27: Laporan Praktikum Fisiologi

27

www.statcounter.com. 2007. Asma 2.diakses pada tanggal 06 Desember

2012.