Post on 05-Dec-2015
description
KONSEP HUTANG DAN EKUITAS
PENGERTIAN HUTANG
Hutang merupakan elemen laporan keuangan yang berkaitan dengan pihak eksternal, yaitu
kreditor. Menurut FASB dalam SFAC No. 6, definisi hutang adalah:
“Hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi masa mendatang yang mungkin timbul
karena kewajiban sekarang suatu entitas untuk menyerahkan aktiva atau memberikan
jasa kepada entitas lain di masa mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu”
Definisi hutang (kewajiban) menurut IAI (1994) adalah:
“Kewajiban merupakan hutang masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan
yang mengandung manfaat ekonomi (paragraf 62) ”
Dengan demikian, hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi perusahaan yang timbul
karena peristiwa atau transaksi-transaksi di masa lampau untuk memperoleh suatu aktiva atau
jasa, yang penyelesaiannya baru akan dilakukan di masa yang akan datang, baik dengan
penyerahan uang tunai, aktiva-aktiva tertentu lainnya, jasa maupun dengan menciptakan
hutang baru. Hutang dapat menimbulkan kewajiban keuangan, seperti hutang usaha, hutang
dividen, hutang pajak, dsb; atau kewajiban pelaksanaan, seperti sewa diterima dimuka,
pendapatan diterima dimuka, uang muka dari konsumen, dsb.
Komponen utama dari pengertian hutang:
1. Adanya kewajiban sekarang dalam bentuk pengorbanan manfaat ekonomi di masa
mendatang dari penyerahan barang atau jasa
2. Merupakan kewajiban yang dapat dihindarkan perusahaan.
3. Berasal dari transaksi/peristiwa masa lalu (telah terjadi).
Sebagian besar hutang didasarkan pada pendekatan kontraktual.Beberapa istilah dalam
hutang atau kewajiban, yaitu:
1. Contractual liabilities yaitu hutang yang didukung oleh perjanjian tertulis atau
ketentuan formal.
2. Constructive Obligation yaitu hutang yang tidak dinyatakan secara tertulis.
3. Equitable obligation adalah hutang yang tidak dikuatkan kontrak dan hanya dikuatkan
kewajiban moral atau kewajiban demi kewajaran atau keadilan.
4. Contingent liabilities adalah suatu keadaan yangmengandung ketidakpastian yang
mungkin dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian pada perusahaan dan hanya
dapat dipastikan apabila suatu kejadian atau beberapa peristiwa dimasa yang akan
datang terjadi atau tidak. Contoh: jaminan atas produk yang dijual.
5. Executory Contract adalah perjanjian yang belum dilaksanakan, tetapi perusahaan
sudah terikat dengan perjanjian baik untuk memenuhi kewajiban di masa mendatang
maupun yang akan menerima kekayaan atau jasa di masa mendatang. Contoh: kontrak
pekerjaan, dimana perusahaan harus membayar gaji para pegawainya di masa
mendatang.
Kejadian/peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian yangdicatat sebagai hutang harus
memenuhi syarat:
1. Kewajiban itu sangat mungkin terjadi ataukekayaan perusahaan telah digunakan atau
telah dikorbankan.
2. Kewajiban itu dapat diukur secara terpercaya.
3. Deffered Credit adalah sejenis hutang/kewajiban tetapi bukan dalam pengertian
memberikan pengorbanan dimasa yang akan datang. Deffered Credit dibagi atas:
a. Prepaid revenue adalah penerimaan pembayaran dimuka yang belum sepenuhnya
diimbangi dengan pemberian jasa atau produk yang dibayar.
b. Deferred akibat peraturan pengakuan pendapatan, misalnya investment tax credit
dan laba rugi dari transaksi leaseback.
KLASIFIKASI HUTANG
Hutang memiliki dua kelompok utama, yaitu hutang lancar dan hutang jangka panjang.
Hutang Lancar
Hutang lancar adalah kewajiban-kewajiban yang akan jatuh tempo dalam satu tahun selama
periode waktu yang diperlukan dari sejak kas dibayarkan untuk pembelian barang atau jasa
yang dibutuhkan untuk produksi sampai dengan kas dari hasil penjualan produk perusahaan
diterima. Hutang yang digolongan sebagai hutang lancar adalah hutang yang akan dilunasi
dalam jangka waktu satu tahun atau siklus operasi perusahaan.
Hutang lancar mengandung unsur ketidakpastian karena hutang melibatkan pengorbanan
dimasa yang akan datang. Berdasarkan tingkat ketidakpastiannya, hutang lancar dibedakan
menjadi :
1. Hutang lancar yang dapat dipastikan
2. Hutang lancar yang tidak pasti atau bersyarat (kontijensi)
Kelompok hutang lancar dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Hutang Dagang adalah hutang yang berasal dari kegiatan utama perusahaan
(pembelian kredit barang dan jasa).
2. Hutang Wesel adalah hutang yang terjadi dengan mengeluarkan perjanjian tertulis
untuk membayar sejumlah uang pada waktu tertentu.
3. Hutang Bank adalah kewajiban jangka pendek atau jangka panjang perusahaan
kepada bank atau lembaga keuangan yang disebabkan oleh pinjaman yang diberikan
bank atau lembaga keuangan diterima oeh perusahaan.
4. Hutang Gaji, Bunga, dan Lain-lain adalah beban-beban yang terjadi tetapi blum
saatnya dibayar.
5. Hutang Dividen adalah sejumlah yang terutang oleh perusahaan kepada para
pemegang saham karena adanya distribusi yang telah diumumkan oleh dewan
komisaris.
Hutang Jangka Panjang
Hutang jangka panjang adalah hutang yang jatuh temponya lebih dari tahun. Hutang yang
digolongkan sebagai hutang jangka panjang adalah hutang yang akan dilunasi dalam jangka
waktu lebih dari satu tahun atau melebihi siklus operasi perusahaan. Termasuk hutang jangka
panjang antara lain hutang obligasi, hutang wesel jangka panjang, hutang hipotek, hutang
pensiun, hutang sewa guna. Berikut merupakan penjelasan dari masing – masing rekening
yang ada pada hutang jangka panjang.
Tabel Kelompok hutang jangka panjang
Hutang
Obligasi
Obligasi adalah surat pernyataan hutang perusahaan yang mengeluarkan
obligasi tersebut, obligasi juga disebut kontrak surat yang dilakukan oleh
pihak berhutang yang wajib membayar hutang disertai bunga (penerbit
obligasi) dan pihak yang menerima pembayaran atau piutang yang
dimilikinya beserta bunga (pemegang obligasi) yang pada umumnya tanpa
menjaminkan suatu aktiva.
Hutang Wesel
Jangka
Panjang
Wesel (Bank Draft) adalah surat berharga yang berisi perintah tak
bersyarat dari bank penerbit draft tersebut kepada pihak lainnya (tertarik)
untuk membayar sejumlah uang kepada seseorang tertentu atau orang yang
ditunjuknya pada waktu yang telah ditentukan.
Hutang
Hipotek
Hutang hipotek adalah pinjaman yang harus dijamin dengan harta tidak
bergerak. Di dalam perjanjian hutang disebutkan kekayaan peminjam yang
dijadikan jaminan misalnya berupa tanah atas gedung. Jika penjamin tidak
melunasi pinjaman pada waktunya, maka pemberi pinjaman dapat menjual
jaminan untuk diperhitungkan dengan pinjaman yang bersangkutan
Hutang
Pensiun
Hutang pensiun adalah perjanjian dimana perusahaan akan memberikan
pembayaran kepada karyawan setelah mereka berhenti bekerja untuk jasa
yang telah diberikan pada masa kerja
Hutang Sewa
Guna
Hutang sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan
dalam bentuk penyediaan barang – barang modal untuk digunakan oleh
suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran –
pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan
tersebut untuk membeli barang - barang modal yang bersangkutan atau
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang
telah disepakati bersama.
KARAKTERISTIK HUTANG
Kewajiban Sekarang
Menurut FASB, hutang adalah pengorbanan masa mendatang dari keuntungan
ekonomi. Sedangkan, hutang berdasarkan definisi aktiva merupakan suatu hal yang tidak
terfokus pada dunia yang rill saat ini. Jadi, dapat dikatakan bahwa pengorbanan tersebut
belum benar-benar terjadi. Oleh sebab itu, pengorbanan ini tidak dapat dikatakan sebagai
suatu yang nyata.
Namun, ada pihak yang mengkritik bahwa definisi yang dikemukakan oleh FASB
adalah salah. Hal ini karena pengorbanan manfaat ekonomi dimasa yang akan datang sama
dengan penyerahan aktiva/jasa dimasa yang akan datang. Dengan demikian, maka dalam satu
pengertian terdapat dua istilah yang memiliki arti yang sama. Hal ini serupa dengan definisi
hutang menurut Kam, yaitu: “Kewajiban suatu untit usaha merupakan keharusan bagi unit
usaha tersebut untuk menyerahkan aktiva/jasa pada pihak lain dimasa mendatang sebagai
akibat transaksi masa lalu.”
Hutang dapat juga disebut sebagai klaim/hak pihak lain terhadap suatu perusahaan.
Hal ini dapat terlihat ketika jumlah aktiva yang ada pada neraca dasarnya merupakan klaim
dari pihak lain terhadap sumber ekonomi (aktiva), sehingga entitas memiliki kewajiban untuk
menyerahkan aktiva/jasa tersebut pada pihak lain yang telah memberikan haknya.
Kewajiban ini dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Kewajiban pada kreditor, hak untuk keditor lebih didahulukan pelunasannya dalam kasus
likuidasi. Klaim perusahaan cenderung pasti, baik jumlah maupun waktu pembayarannya.
2. Kewajiban kepada pemilik, hak atas aktiva hanya didasarkan pada sisa aktiva setelah
kewajiban terhadap kreditor terpenuhi.
Contoh:
Perusahaan X memiliki hutang obligasi sebesar Rp 100.000.000, dijual dengan tingkat suku
bunga 8% pertahun dengan jangka waktu pelunasannya selama 10 tahun. Saat ini tingkat
bunga terlalu tinggi, nilai pasar atas obligasi menjadi rendah dibandingkan dengan nilai jatuh
tempo. Sementara itu, perusahaan Z akan membeli obligasi dengan nilai nominal Rp
100.000.000 dengan tingkat suku bunga 8% pertahun dengan jangka waktu pelunasannya
selama 10 tahun, dengan total pengeluaran Rp 75.000.000. Sertifikat diserahkan pada bank
yang tidak dapat membatalkan surat hutang obligasi tersebut. Jurnal yang dapat diberikan
akibat transaksi ini adalah:
1. Investasi pada Bank Rp 100.000.000
Kas Rp 100.000.000
2. Hutang Obligasi Rp 100.000.000
Investasi sertifikat bank Rp 75.000.000
Keuntungan (gain) Rp 25.000.000
Manfaat yang diperoleh perusahaan atas transaksi ini, adalah:
1. Hutang akan berkurang sehingga ratio debt-equity menjadi lebih baik.
2. Laba bersih tahun berjalan akan meningkat dengan jumlah keuntungan.
3. Untuk tujuan pajak, tidak dapat diakui karena perusahaan masih berkewajiban membayar.
4. untuk tujuan pajak, pendapatn bunga dri sertifikasi bank dapat digunakan untuk menutup
biaya bunga atas hutang obligasi.
Dalam statement No. 76 mayoritas kelompok percaya pada FASB bahwa suatu
obligasi memuaskan bilamana debitur menempatkan aktiva-aktiva perjanjian yang tidak
dapat dibatalkan dengan tujuan melayani suatu kewajiban hutang yang diberi.
Sebaliknya,kelompok minoritas mendesak bahwa debitur perusahaan tidak dibebaskan dari
hutang sampai kreditur actual membayar atau menyetujui bahwa debitur sudah tidak lagi
menjadi obligor utama.
Kredit Tangguhan
Seperti halnya aktiva dan kredit tangguhan, ada sebuah pertanyaan tentang masukan
atas kredit tangguhan tertentu sebagai Tidak semua kredit tangguhan yang ada menjadi
diragukan. Sebagai contoh, kas dikumpulkan dari pelanggan yang terlebih dahulu
menunjukkan hutang untuk menyerahkan aktiva (produk) atau jasa terhadap pelanggan pada
masa yang akan datang. Kasus ini merupakan hutang. Sebagai contoh, melalui kredit
tangguhan, pertanyaan hutang adalah laba kotor yang ditunda untuk penjualan cicilan. Ketika
pengakuan pendapatan atas penjualan cicilan digunakan, penerimaan atas kas dibandingkan
penjualan merupakan kesempatan untuk mencatat laba. Perbedaan antara penjualan dan biaya
atas barang-barang yang dijual ditempatkan dalam akun khusus, sedangkan laba
ditangguhkan. Berikut merupakan gambaran pencatatan atas penjualan cicilan dan biaya atas
barang-barang yang dijual. Adapun jurnal pada akhir periode adalah:
Penjualan cicilan Rp. 100.000.000
Biaya atas barang yang dijual Rp. 80.000.000
Laba kotor yang ditangguhkan Rp. 20.000.000
Hasil dari Transaksi atau Kejadian Masa Lalu
Syarat tambahan hutang yaitu hutang dihasilkan dari transaksi atau peristiwa masa
lalu untuk menjamin bahwa hanya hutang sekarang yang dilakukan pencatatan bukan
peristiwa yang akan datang. Meskipun demikian, kondisi aktiva ini sangat sulit untuk
diinterpretasikan. Sebaik apapun peristiwa masa lalu diterima? Syarat ini tetap menjadi sulit
dalam menentukan apakah ada hutang. Ketika perusahaan menawarkan pada seorang supplier
untuk membeli sejumlah persediaan, nilai sekarang menjelaskan bahwa tidak ada
hutang/kewajiban sampai barang-barang diterima. Oleh karena itu, peristiwa masa lalu dalam
kasus ini adalah penerimaan atas barang-barang, bukan penempatan atas pesanan. Kontrak
memberikan bukti seberapa signifikan interpretasi atas “transaksi masa lalu dari kontrak yang
menciptakan hutang”. Sebagai contoh, apakah pembelian obligasi tanpa syarat merupakan
hutang? Maksudnya dalam bentuk mengambil atau membayar kontrak atau keseluruhan
kontrak. Kontrak adalah persetujuan diantara seseorang pembeli dengan supplier dalam
membayar sejumlah produk atau jasa tertentu secara periodisasi, dan pembayaran-
pembayaran ini dibuat terkait dengan apakah para pembeli mengambil/menyerahkan atas
produk atau jasa.
Kerugian Kontijensi
Kerugian kontijensi merupakan dampak adanya sebuah hutang. Usaha untuk membuat
perbedaan di antara hutang sekarang dan hutang di masa yang akan datang bukanlah hal yang
sederhana. Perbedaan ini terjadi disebabkan adanya penilaian atas peristiwa masa lalu
sehingga sulit untuk diinterpretasi. FASB dalam statement no.5 mendefinisikan kerugian
kontijensi sebagai berikut:
“suatu kondisi, situasi atau serangkaian keadaan yang menimbulkan ketidakpastian
akan timbulnya kemungkinan hutang atau rugi suatu perusahaan, dimana timbulnya
kemungkinan tersebut tergantung pada terjadi/tidaknya satu peristiwa atau lebih
dimasa mendatang.”
FASB mengatakan kerugian harus diakui jika hutang terjadi dan jumlahnya dapat
diestimasi secara logis. Jika kedua kondisi ini tidak sesuai, maka ini disebut dengan kerugian
kontijensi. Terkait adanya tuntutan perkara dari sebuah perusahaan terhadap perusahaan
lainnya yang disebabkan oleh pelanggaran hak paten. Maka proses pengadilan, tuntutan-
tuntutan dan perkara-perkara yang ditimbulkan dari hutang kontijen telah disebutkan FASB
dengan megatakan:
“Akrual mungkin cocok untuk ligitasi, klaim atau penilaian (assessment) yang
menyebabkan suatu peristiwa terjadi pada atau sebelum tanggal laporan keuangan
suatu perusahaan bahkan jika perusahaan tidak menyadari keberadaan atau
kemungkinan gugatan, klaim atau penilaian sampai setelah tanggal laporan
keuangan”.
Lebih lanjut, FASB Statement no.5 mengungkapkan bahwa hal ini terjadi karena
alasan-alasan yang cukup untuk mencatat kerugian dan hutang secara bersamaan. Hutang
terkait merupakan tuntutan perkara yang bertentangan dengan uraian yang dijelaskan diatas
oleh penuntut, keputusan yang kurang baik dari pengadilan, naik banding, dan pembayaran
aktual atas kemungkinan kerusakan.
Selanjutnya dalam Statement no.38, FASB mengatakan bahwa tuntutan atas perkara
dan hutang kontijensi lainnya dapat mempengaruhi harga yang diminta perusahaan dengan
mengestimasi dan mencatatnya pada waktu akuisisi. APB opinion no.16 melakukan
rasionalisasi yang mengharuskan bahwa seluruh aktiva dan hutang serta pencatatan yang
dilakukan perusahaan dan sisa harga pembelian tidak dapat dimasukkan kedalam aktiva dan
hutang ketika menilai goodwill. FASB dalam statement no.38 mengharuskan “periode
alokasi” untuk mengidentifikasi dan menilai akuisisi kerugian kontijensi sebelumnya.
Perusahaan juga harus mengakui hutang kepada karyawan atas ketidakpastian yang
terjadi diperusahaan seperti adanya cuti, sakit dan liburan yang biayanya akan ditanggung
oleh perusahaan? FASB statement no .43 menjelaskan bahwa untuk liburan dan keuntungan
liburan perusahaan harus diakui sebagai hutang, tetapi bukan untuk membayar karyawan
yang sakit di masa mendatang, untuk itu, perusahaan tidak perlu membayar karyawan jika
mereka berhenti. Sampai sakit terjadi, perusahaan tidak memiliki hutang, hanya kontijensi.
Pensiun
Pensiun merupakan salah satu contoh atas peristiwa masa lalu. Dalam program
pension, perusahaan berjanji untuk memberikan dana pension bagi karyawan yang telah
memasuki masa akhir jabatan. FASB mengeluarkan sebuah pembahasan memorandum atas
perencanaan pension dalam beberapa poin sebagai berikut:
1. Seperti karyawan memandang jasa
2. Kapan perusahaan dapat memberikan kontribusi atas perencanaan yang akan
digunakan untuk membayar keuntungan
3. Kapan perusahaan menurut batas hukum memberikan keuntungan walaupun jika
perencanaan berakhir
4. Kapan karyawan pensiun
5. Kapan keuntungan pensiun dibayarkan kepada oranng yang dipensiunkan
PENYEBAB TERJADINYA HUTANG
Keadaan Yang Dapat Menimbulkan Hutang
Hutang adalah suatu jumlah yang harus dibayar dalam bentuk uang, barang atau jasa
khususnya hutang yang memiliki kinerja sebagai berikut:
1. Terjadi/ telah terjadi (current liability)
2. Terjadi pada suatu saat tertentu dimasa mendatang misalnya hutang untuk
pembiayaan (funded debt), hutang yang masih harus dibayar (accured liability)
3. Terjadi karena tidak dilaksankannya suatu tindakan dimasa yang akan datang,
misalnya pendapatan yang ditangguhkan dan hutang bersyarat (contigent liability)
Dirumuskan hutang dapat terjadi karena beberapa faktor berikut:
1. Kewajiban Legal/ kontrak (Contractual Liabilities)
Kewajiban Legal adalah huang yang timbul karena adanya ketentuan formal berupa
peraturan hukum untuk membayar kas atau menyerahkan barang/jasa kepada kepada
entitas tertentu.
2. Kewajiban konstruktif (Constructive Liabilities)
Kewajiban konstruktif terjadi karena kewajibn tersebut sengaja diciptakan untuk
tujuan/kondisi tertentu, meskipun secara formal tidak dilakukan melalui perjanjian
tertulis untuk membayar sejumlah tertentu dimasa yang akan datang.
3. Kewajiban Ekuitabel
Kewajiban Ekuitabel adalah hutang yang muncul karena adanya kebijakan yang
diambil oleh perusahaankarean alasan/ moral/etika dan perlakuannya diterima oleh
praktik secara umum. Kewajiban Ekuitabel dapat dianggap sebagai kewajiban oleh
kedua belah pihak yang terlibat meskipun terjadina tidak melalui proses hukum.
Unconditional Right Offset
Kewajiban yang berasal dari kontrak berjalan untuk memperoleh suatu barang/jasa dimasa
mendatang dapat dikatakan sebagai suatu transaksi hutang atau sebaliknya bukan hutang.
Kewajiban tersebut merupakan suatu transaksi keuangan yang berasal dari transaksi usaha
dan menimbulkan kewajiban untuk melakukan pembayaran dimasa mendatang, apabila suatu
barang/jasa telah diterima.
Atas dasar berbagai sumber terjadinya hutang di atas, maka secara umum dapat
dirumuskan bahwa hutang harus diakui dalam laporan keuangan apabila memenuhi kriteria
berikut ini:
1. Adanya kemungkinan bahwa pengorbanan potensi jasa/manfaat ekonomi masa
mendatang akan dilakukan atau akan terjadi.
2. Jumlah hutang dapat diukur dengan cukup pasti.
Sementara itu Vernon Kam mengatakan bahwa hutang dapat diakui berdasarkan kondisi
berikut ini:
1. Didasarkan pada hukum
Adanya dasar hukum yang menyebabkan terjadinya hutang merupakan syarat legal untuk
mengakui hutang meskipun seringkali dapat terjadi karena kewajiban ekuitabel.
2. Pemakain prinsip konservatisme
Prinsip konservatisme mensyaratkan untuk mengantisipasi kerugian daripada
keuntungan. Jadi rugi/hutang akan segera diakui kalau ada kemungkinan terjadi.
Pencatatan terhadap rugi hutang semacam ini merupakan praktek yang diterima umum.
3. Substansi ekonomi suatu transaksi
Apabila suatu transaksi ditinjau dari makna ekonomisnya telah terjadi, maka hutang
dapat segera diakui dan dilaporkan dalam laporan keuangan. Substansi ekonomi
berkaitan dengan relevansi informasi akuntansi.
4. Kemampuan mengukur nilai hutang
Kriteria ini berkaitan dengan reliabilitas informasi. Apabila pengukuran terhadap hutang
sangat subyektif/arbiter, maka lebih baik tidak dilakukan pengukuran dan hutang tidak
dicatat dalam neraca.
Wesel Bayar Dengan Tingkat Bunga Dibawah Tingkat Bunga Pasar
Pada wesel bayar dengan suku bunga di bawah tingkat bunga pasar, tingkat bunga harus
didiskontokan (Menurut APB Oinion No. 21). Tujuan pendiskontoan adalah untuk
menyesuaikan wesel agar ekuivalen dengan tingkat bunga pasar. Diskonto diamortisasi
selama umur wesel daam rangka melakukan penyesuaian bunga berkala kepada tingkat
bungga pasar.
Hutang Obligasi
Obligasi dicatat pertama kali berdasarkan nilai bersih dari transaksi. Nilai bersih sama dengan
nilai sekarang atas pembayaran bunga di masa mendatang dan pengembalian pembayaran
yang didiskontokan pada tingkat bunga pasar. Nilai bawaan obligasi di neraca disajikan
dengan cara menambahkan nilai nominal dengan nilai premium yang belum diamortisasi atau
mengurangkan nilai nominal dengan diskonto yang belum diamortisasi.
Obligasi Konversi
Obligasi konversi adalah obligasi yang boleh ditukar dengan saham biasa. Pembukuan
obligasi konversi ada 2 pendekatan, yaitu (1) diperlakukan sebagai hutang sampai dengan
terjadinya konversi, (2) menyisihkan seumlah hutang sebagai harga pembayaran dan jumlah
ini ditambahkan pada modal sumbangan.
Hutang dengan Warran Saham
Waran yang dapat dipisahkan mengijjinkan pemegangnya untuk memiliki ekuitas dan hutang,
sehingga bagian yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pembayaran langsung untu hak
membeli saham.
Redeemable Preferred Stock dan Other Hybrid Securities
Redeemable Preferred Stock artinya saham preferen yang ditukaran, seperti upaya pehilangan
hutang dengan cara menebus kembali saham peferen, sehingga hutang berubah menjadi
ekuitas pemilik. Saham ini dikelompokkan menjadi hutang karena saham ini tidak
mempunyai hak suara dan memiliki jangka waktu untuk di tebus sebesar nilai nominalnya.
Saham preferen adalah jenis lain dari saham hybrid dan disajikan diantara hutang dan ekuitas.
Sekuritisasi
Sekuritisasi pada hakekatnya adalah teknik pembiayaan dengan mana dikumpulkan dan
dikemas sejumlah aset (aktiva) keuangan berupa piutang (tagihan) yang lahir dari transaksi
keuangan atau transaksi perdagangan, yang biasanya kurang likuid menjadi efek yang likuid
karena mudah diperjual belikan.
Kriteria aset yang dapat disekuritisasi adalah sebagai berikut:
1. Aset keuangan yang dapat dialihkan dalam rangka sekuritisasi aset, wajib beruap aset
keuangan yang etrdiri dari kredit, tagihan yang timbul dari surat berharga, tagihan yang
timbul dari surat berharga, tagihan yang timbul di kemudian hari dan aset keuangan lain
yang setara.
2. Aset keuanagan yang dialihkan wajib memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Memiliki arus kas
b. Dimiliki dan dalam pengendalian kreditur asal, dan
c. Dapat dipindahtangankan dengan bebas kepaa penerbit.
Proses sekuritisasi diserahkan pada wahana yang disebut Special Purpose Vehicle (SPV).
Dalam Pasar Modal Indonesia, wahana sekuritisasi tersebut berupa Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) yang diatur berdasarkan Peraturan Bapepam No.
IX.K.1 tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset backed
Securities), sesuai surat Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-28/PM/2003 tanggal 21 Juli
2003. Dalam aktivitas sekuritisasi aset, bank dapat melaukan fungsi-fungsi sebagai kreditur
asal, penyedia kredit pendukung, penyedia fasilitas likuiditas, penyedia jasa, bank kustodian,
dan atau pemodal. Bank yang berfungsi sebagai kreditur asal dan atau penyedia jasa tidak
dapat bertindaksebagai bank kustodian.
PENYELESAIAN HUTANG
IAI (1994) dalam SAK menyebutkan bahwa penyelesaian kewajiban masa kini biasanya
melibatkan perusahaan untuk mengorbankan sumber daya yang memiliki manfaat masa
depan demi untuk memenuhi tuntutan pihak lain. Penyelesaian hutang yang ada sekarang
dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya:
1. Pembayaran kas
2. Pembayaran aset
3. Pemberian jasa
4. Penggantian kewajiaban dengan kewajiban yang lain
5. Konversi kewajiabn menjadi ekuitas.
In-Substance Defeseance
Alternatif yang dapat melunasi hutang menurut FSB statement FASB Statement
nomor 76 yaitu dengan cara insubtance defeseance. Cara ini merupakan suatu rencana
perjanjian dimana seorang debitur menempatkan jumlah tertentu harga moneter secukupnya
yang bebas resiko pada kuasa badan perwalian (trust) tertentu untuk digunakan sebagai
pembayaran hutang dimasa mendatang.
Kredit Tangguhan (Defered Credit)
Dalam APB nomor 4, hutang didefinisikan sebagai kewajiban ekonomi yang diakui
dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi. Definisi tersebut meliputi juga kredit tangguhan
yang bukan merupakan kewajiban ekonomi.
Hutang dan rugi Kontijensi (Contigent Loss/Liabilities)
Suatu kondisi atau situasi yang menimbulkan ketidakpastian akan timbulnya
kemungkinan hutang/rugi suatu perusahaan, dimana timbulnya kemungkinan tersebut
tergantung pada terjadinya/tidaknya satu peristiwa atau lebih dimasa mendatang.
KONSEP EKUITAS
Ekuitas pemilik adalah hak pemegang saham atas suatu aktiva yang tersisa dalam perusahaan.
Definisi ini cenderung menganut teori kepemilikan. Menurut APB statement no. 4 ekuitas
pemilik adalah kelebihan aktiva perusahaan diatas kewajiban. Demikian juga menurut SFAC
No.6 bahwa dalam perusahaan perseorangan ekuitas pemilik disajikan pada satu perkiraan
ekuitas pemilik.
Pada perusahaan perseroan, ada perbedaan hokum antara modal kontribusi dan laba
ditahan. Modal kontribusi diklasifikasikan ke dalam modal legal dan modal lainnya. Modal
legal adalah batas kewajiban dari pemegang sahaam yang diukur berdasarkan nilai nominal
atau nilai yang ditetapkan bila tidak ada nilai nominal. Modal kontribusi lainnya adalah
modal yang meliputi premium saham, modal sumbangan, modal penempatan saham treasury,
modal penempatan saham opsi dan warran.
Seperti yang telah dijelaskan, ekuitas merupakan hak pemilik atas kekayaan
perusahaan. Kekayaan perusahaan dalam neraca dicatat sebagai aktiva. PAda perusahaan
berbentuk perseroan terbatas, ekuitas terdiri atas modal disetor dan laba ditahan. FASB
menjelaskan bahwa ekuitas merupakan :
Ekuitas Pemilik
Modal Setoran Laba ditahan
Akun laba-rugi
Debit
Biaya Rugi
Ordinary
Ekstraordinary
Kredit
Laba Untung
Ordinary
Ekstraordinary
Penyesuaian periode
sebelumnyaDeviden
Penyesuaian modal yang tidak
direalisasi
“Ekuitas adalah tingkat residual aktiva dari suatu entitas yang tersisa setelah
pengurangan hutang-hutang. Pada perusahaan bisnis, ekuitas adalah tingkat
kepemilikan”.
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa dua karakteristik ekuitas adalah sebagai berikut;
1. Ekuitas sama dengan aktiva neto, yaitu selisih antara aktiva perusahaan dengan
hutang perusahaan
2. Ekuitas dapat bertambah atau berkurang karena kenaikan atau penurunan aktiva neto
baik yang berasal dari sumber bukan pemilik (pendapatan dan biaya) maupun
investasi oleh pemilik atau distribusi kepada pemilik
Definisi ini menyajikan teori proprietary menurut stakeholders yang dirasa menjadi
pemilik perusahaan. APB no.1 dalam menjelaskan tentang hutag tidak tampak ada perbedaan
yang dibuat diantara hutang dan ekuitas pemilik. Namun demikian, APB statement no.4 dan
SFAC no.6 membuat perbedaan diantara keduanya: APB statement no.4 menawarkan definisi
pasif dari ekuitas pemilik sebagai ekses terhadap ektiva perusahaan melalui hutang-
hutangnya. Pendekatan yang sama juga diambil SFAC no.6. kedua definisi ini menyiratkan
kepemilikan proprietary perusahaan oleh stockholder. Gambar 9.1. dibawah menampilkan
tiga komponen dari ekuits pemilik.
Aktiva – Kewajiban = Ekuitas Pemilik
Pengakuan Dan Pengukuran Ekuitas Pemilik
Dalam transaksi ekuitas pemilik dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu :
1. Tansakasi modal atau transaksi yang berkaitan dengan penghasilan. Transaksi modal
menyangkut transaksi langsung dari pemilik terhadap perusahaan. Prinsip umum dari
pengukuran untuk transaksi modal sama seperti untuk aktiva dan kewajiban yaitu nilai
pasar pada saat terjadi transaksi. Nilai ini akan ditempatkan dan tidak berubah setelah
tanggal neraca.
2. Modal kontribusi diukur sebesar nilai kontribusi aktiva oleh pemegang saham untuk
perusahaan. Dua sumber modal kontribusi adalah penerbitan kembali saham treasury dan
penerbitan opsi saham bagi karyawan.
Bentuk – bentuk Penting
Bentuk-bentuk penting ini terbagi menjadi dua bagian :
Hak-hak
Hak memberikan modal kepastian hukum atau kebijaksanaan perusahaan. Dimensi ini
berhubungan dengan keutamaan atas hak-hak pemegang saham yang telah diatur perusahaan.
Kepemilikan tunggal atau partnership atas sejumlah modal mengharuskan seorang kreditor
memiliki klaim atas pemilik atau perusahaan. Jadi secara hukum kreditur memiliki klaim
terhadap perusahaan termasuk aktiva-aktivanya.
Pada aspek lain dari hak-hak kreditur dan pemilik terkait dengan penggunaan aktiva terhadap
operasi bisnis. Kreditur tidak memiliki hak untuk menggunakan aktiva perusahaan, kecuali
dengan cara yang tidak langsung pada beberapa kegiatan lain, dan mereka tidak
mempengaruhi hak-hak dalam proses pengambilan keputusan dalam operasi bisnis.
Substansi Ekonomi
Semua pemilik ekuitas memiliki resiko akan kerugian, tetapi karena tuntutan dari kreditur
membuat resiko mereka lebih kecil dari pemilik. Pemilik harus melakukan usaha
membendung kerugian yang dihasilkan dari setiap aktivitas perusahaan. Dalam setiap tingkat
resiko perusahaan, bagi kreditur dan pemilik tergantung pada hak-hak mereka. Para pemilik
memiliki pengendalian atas aktiva-aktiva dalam akuisisi, komposisi, kegunaan dan disposisi.
Mereka memiliki pengendalian atas operasi, tanggungajawab untuk menjalankan bisnis dan
untuk keberlanjutan pendapatan.
Modal Legal
Akuntansi untuk ekuitas stakeholders dipengaruhi oleh preskripsi legal. Tujuannya adalah
untuk melindungi kreditor dari “cushion” atau “buffer”. Contohnya , sebuah perusahaan
menangani sejumlah modal sebanyak Rp.100.000, jika total aktiva sebanyak Rp.1.000.000,
ini berarti bahwa hutang berjumlah Rp.900.000.
A
Rp.1.000.000
=
=
L
Rp. 900.000
+
+
SE
Rp. 100.000
Jika perusahaan dilikuidasi dan nilai buku aktiva direalisasi sebesar Rp.900.000,
masih cukup untuk membayar kreditur. Hal ini disebabkan karena keberadaan atas modal
legal adalah Rp.100.000, kecuali kreditur tidak akan dibayar secara penuh. Modal legal bukan
suatu jaminan untuk melindungi kreditur, tetapi menawarkan akan keamanan.
Ini berarti nilai par berada dalam penentuan jumlah modal legal. Untuk itu,ketika
modal dikeluarkan lebih dari nilai par, kelebihan dari yang bukan modal legal ditempatkan
dalam jumlah rekening yang terpisah. Untuk saham nilai par, modal legal adalah jumlah total
yang diterima atas pengeluaran saham-saham atau nilai yang dilaporkan. Jumlah modal, baik
saham umum dan saham preferens seharusnya menunjukkan modal resmi perusahaan.
Namun, hal ini tidak selalu dapat untuk memastikan jumlah pasti modal legal, karena variasi
dari perlakuan-perlakuan laporan yang berbeda atas item-item khusus.
Opsi Saham
Opsi saham (employee stock options plans = ESOPs) adalah hak beli saham dibawah harga
pasar yang diberikan kepada karyawan atas kompensasi jasa karyawan terhadap
perusahaan.ada empat waktu yang membedakan cara pengukuran saham yaitu tanggal
pemberian, tanggal diterima karyawan, tanggal dapat diskon pertama dan tanggal
pemotongan sesungguhnya.
Saham Teasury
Sebab perusahaan kembali membeli kembali saham treasury stock karena: 1) keinginan untuk
meningkatkan proporsi kepemilikan saham. 2) untuk menyediakan opsi saham bagi
karyawan. 3) untuk menghindari usaha pengambil alihan atau mengurangi jumlah pemegang
saham. 4) membentuk harga pasar saham bagi perusahaan. Metode akuntansi untuk saham
treasury ini yaitu metode biaya dan metode nominal atau par value
Deviden Saham
Menurut APB 43, ada dua kebijakan akuntansi untuk deviden saham, tergantung ukuran dari
deviden tersebut yaitu :
1. Deviden saham besar (lebih dari 25%) dan dicatat dengan reklasifikasi laba ditahan ke
modal kontribusi berdasarkan nilai nominal saham yang diterbitkan.
2. Deviden saham kecil (kurang dari 20%) , reklasifikasi laba ditahan ke dalam modal
kontribusi didasarkan atas harga pasar saham dan nilai deviden berdasarkan atas nilai
pasar saham sebelum pembagian deviden.
Alasannya dibagikan deviden saham adalah keinginan manajemen untuk memberikan bukti
kepada pemegang saham untuk penghasilan mereka di dalam laba ditahan dan untuk
menaikkan jumlah lembar saham yang beredar seperti pemecahan saham tanpa merubah nilai
nominal saham.
Sumber:
Arfan I., Sukma L, Atma H. 2015. Teori Akuntansi: Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Ciptapustaka Media. Bandung.cilapop-chilla.blogspot.com/2010/02/isi-dan-elemen-laporan-keuangan.html?m=1