Post on 07-Dec-2020
Kepentingan Nasional Arab Saudi Melalui Intervensi Militer Dalam Konflik
di Yaman Pada Tahun 2014 - 2016
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Hubungan Internasional Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Oleh :
MOCH JOVIE THEZAR DESPYAN
105120413111005
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
HALAMANPENGESAHAN
KEPENTINGAN NASIONAL ARAB SAUDI MELALUI INTERVENSI
MILITERDALAMKONFLIKDIYAMANPADATAHUN2014- 2016
SKRIPSI
Disusun oleh :
MOCH JOVIE THEZAR DESPY AN
105120413111005
Telah diuji dan dinyatakan LULUS dalam ujian Sarjana pada tanggal 19 Desember 2017
NIP. 20110280020
Anggota Majelis Penguji 1
NIK.2011028412302001
·ells Penguji
NIK.2017109105132001
Anggota Majelis Penguji 2
Gris Sintya Berlian, S.Hub.Int., M.A
NIK.2016079008252001
Mengetahui,
Dekan
I(EMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSIT AS BRA W1JA YA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
Jalan Veteran, Malang 65145, Indonesia Telp. (0341) 575755; Fax (0341) 570038
Website: www.fisip.ub.ac.id Email: fisip@ub.ac.id
SURATTUGAS Nomor : 40 I UN10.F11.05.01IPPI2018
Dekan Fakultas llmu Sosial dan llmu Politik Universitas Brawijaya Malang memperhatikan Surat Usulan Penguji tanggal 15 Desember 2017 oleh Ketua Program Studi Hubungan lnternasional, dengan ini menugaskan kepada Saudara:
1. Nama : Muhammad Riza Hanafi, SIP., MIA NIP/NIK. : 2011028002071001 Tug as
2. Nama NIP/NIK. Tug as
: Ketua Majelis Penguji
: lrza Khurun' in, S. IP., MA : 2017109105132001 : Sekretaris Majelis Penguji
3. Nama NIP/NIK. Tug as
: Ni Komang Desy Setiawati Arya Pinatih, S. lP., M.Si. : '201102841 2302001
4. Nama NIP/NIK. Tug as
: Anggota Majelis Penguji I *
: Gris Sintya Berlian, S.Hub. Int., MA. : '2016079008252001 : Anggota Majelis Penguji II *
Sebagai Tim Penguji Skripsi bagi mahasiswa:
Nama Mahasiswa NIM
: Mochammad Jovie Thezar Oespyan : 105120413111005 : Hubungan lnternasional : International Security and Conflict
Program Studi Bidang Peminatan Judul Skripsi : KEPENTI NGAN NASIONAL ARAB SAUDI MELALUI
INTERVENSI MILITER DALAM KONFLIK DI YAMAN PADA TAHUN 2014-2016
Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan, atas perhatian saudara disampaikan terima kasih .
12 jp,f~ 2018
-Keterangan : *) Anggota Majelis Penguji 1 adalah Pembimbing 1
Anggota Majelis Penguji 2 adalah Pembimbing 2
Tembusan Kepada Yth.: 1. Ketua Program Studi Hubungan lnternasional; 2. Bagian Keuangan Fakultas llmu Sosial dan l!mu Politik UB; 3. Mahasiswa yang Bersangkutan; 4. Arsip .
LEMBAR PERNY ATAAN ORISINALITAS
Nama : Moch Jovie Thezar Despyan
NIM : 105120413111005
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul
Kepentingan Nasional Arab Saudi Melalui lntervensi Militer Dalam Konflik di ~~
Yaman Pada Tahun 2014 - 2016 adalah benar - benar karya sendiri. Hal - hal
yang bukan karya saya dalam skripsi; ditunjukan dalam daftar pustaka,
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tersebut tidak benar,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar
sarjana yang saya peroleh dari.skripsi tersebut
Malang, 14 Desember 2017
Yang membuat pemyataan
-- ~·
Moch Jovie Thezar Despyan
NIM. 105120413111005
1
Daftar Riwayat Hidup
Data Pribadi
Nama Mochammad Jovie Thezar Despyan
Tempat, Tanggal Lahir Sukabumi, 17 Desember 1991
Kewarganegaraan Indonesia
No. HP 082233328607
Jenis Kelamin Laki - laki
Agama Islam
Kesehatan Baik
Alamat Kp. Babakan Kidul RT 01/ RW04
Kel. Cigugur Tengah, Kec. Cimahi Tengah
Kota Cimahi, Jawa Barat.
Email jdespyan158@gmail.com
Pendidikan Formal
1998 – 2003 : SD Negeri Nanjung 1 Kab. Bandung
2003 – 2004 : SD Negeri Baros 1 Cimahi
2004 – 2006 : SMP Negeri 2 Cimahi
2006 – 2007 : SMP Muhammadiyah 7 Surabaya
2007 – 2010 : SMA Negeri 8 Surabaya
2010 – 2017 : Program S1 Ilmu Hubungan Internasional Universitas Brawijaya
Pengalaman Organisasi
• Staff Personalia UKM Tenis Meja Universitas Brawijaya Tahun 2011
• Koordinator Kepelatihan UKM Tenis Meja Universitas Brawijaya Tahun 2012
Prestasi
• Juara III Tunggal Putra Tenis Meja POPDA VII Provinsi Jawa Timur Tahun 2008
• Juara I Tunggal Putra Turnamen Tenis Meja SMA/SMK/MA Se-Jawa Timur “REKTOR
CUP I” Universitas Negeri Surabaya Tahun 2008
• Juara II Pelajar Putra Kejuaraan Tenis Meja Piala Presiden Wilayah Jawa Timur Tahun
2009
• Juara I Beregu Yunior Putra Kejuaraan Nasional Tenis Meja Kelompok Umur Tahun 2009
• Juara II Ganda Putra Tenis Meja Pekan Olahraga Provinsi Jawa Timur Tahun 2009
• Juara II Beregu Campuran Mahasiswa Turnamen Tenis Meja Antar Perguruan Tinggi Se-
Indonesia Tahun 2010
• Juara III Beregu Campuran Mahasiswa Dalam “International Table Tennis Brawijaya
Open” Tahun 2013
• Juara III Tunggal Putra Tenis Meja Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah Jawa Timur Tahun
2015
• Juara I Tunggal Putra Tenis Meja UNY CUP Tahun 2015
Demikian Daftar Riwayat Hidup ini Saya buat dengan sebenar-benarnya.
Hormat Saya
Moch. Jovie Thezar Despyan
ii
ABSTRAKSI
Penelitian ini membahas tentang kepentingan nasional Arab Saudi intervensi
militer yang dilakukan oleh Arab Saudi terhadap konflik bersenjata antara kelompok Houthi dan pemerintah Yaman pada tahun 2015 mengandung unsur kepentingan nasional didalamnya. Berbicara mengenai kepentingan nasional, penulis menggunakan konsep dari Donald E Nuechterlein. Menurut Nuechterlein, kepentingan nasional dibagi menjadi empat jenis, diantaranya adalah Defence Interest, Economic Interest, World Order Interest, dan Ideological Interest. Konsep Nuechterlein membantu penulis dalam menganalisa bagaimana kepentingan nasional Arab Saudi melalui dengan membaginya kedalam empat jenis kepentingan nasional serta menganalisa intensitas kepentingan Arab Saudi.
Kata Kunci: Arab Saudi, Yaman, Houthi, Kepentingan Nasional, Konflik, Intervensi Militer
iii
ABSTRACT
This research discusses Saudi Arabia’s national interest in the military intervention by Saudi Arabia against the armed conflict between the Houthi and Yemeni governments in the year 2015 which contain elements of national interest. In this conflict, Saudi Arabia supports the Yemeni government. Speaking of national interest, the author uses Donald E. Nuechterlein’s concept as the sole purpose of this study. According to Nuechterlein, Saudi Arabia’s national interest is divided into four types, those of which include Defence Interest, Economic Interest, World Order Interest, and Ideological Interest. Nuechterlein’s concept also helps the author in analyzing how the Saudi’s national interests proceeds by dividing them into four types of national interests while also analyzing the intensity of Saudi Arabian interests. Key Terms: Saudi Arabia, Yemen, Houthi, National Interests, Conflict, Military Intervention.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis kepada Allah SWT yang telah memberikan belas
kasihNya yang tak ternilai sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
skripsi dengan judul “Kepentingan Nasional Arab Saudi Melalui Intervensi
Militer Dalam Konflik di Yaman Pada Tahun 2014 – 2016”. Penyusunan skripsi
ini merupakan salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana (S1) pada program studi
Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Brawijaya.
Selama proses menyelesaikan skripsi ini penulis dibantu oleh berbagai pihak
baik secara spiritual, moral, maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kasih sayang dan nikmat tak
terhingga.
2. Ayah dan Ibu penulis yang telah banyak berjuang dan tak henti dalam
memberikan semangat dan materil serta harapan – harapan untuk penulis
dalam doanya.
3. Amanda NRD sebagai adik penulis yang telah banyak memberikan
dukungan dalam berbagai bentuk.
4. Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Brawijaya.
5. Pak Aswin Ariyanto Azis, S.IP., MdevSt selaku pembimbing akademik
penulis dan Ketua Program Studi Hubungan Internasional Universitas
Brawijaya.
v
6. Ibu Ni Komang Desy SAP, S.IP., M.Si sebagai dosen pembimbing I yang
telah bersabar dan banyak memberikan saran dan kritik dalam
membangun karakter bagi penulis.
7. Ibu Gris Sintya Berlian, S.Hub.Int., M.A sebagai dosen pembimbing II
yang telah bersabar dan banyak memberikan dukungan selama proses
revisi sempro dan kompre.
8. Bapak M. Riza Hanafi, S.IP., MIA sebagai ketua majelis penguji dalam
sidang skripsi.
9. Ibu Irza Khurun’in,S.IP., MA sebagai sekretaris majelis penguji dalam
sidang skripsi.
10. Seluruh dosen program studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya atas ilmu pengetahuan,
saran juga kritik bagi penulis selama menempuh pendidikan.
11. Seluruh staff program studi maupun fakultas yang telah banyak
membantu dalam urusan administrasi.
12. Seluruh sahabat dan teman penulis baik dari C4, HI, maupun PTM UB
yang telah banyak membantu dan mendukung selama proses
penyelesaian skripsi.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dibutuhkan oleh
penulis. Harapan dari penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.
Malang, 15 Januari 2018
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ i
ABSTRAKSI .............................................................................................. ii
ABSTRACT ............................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
BAB I ........................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
BAB II .......................................................................................................... 9
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 9
2.1 Studi Terdahulu ................................................................................. 9
2.1.1 Bahrain’s Uprising: Resistance and Repression in The Gulf ..... 9
2.1.2 British Foreign Policy and the National Interest: Identity,
Strategy and Security ............................................................... 14
vii
2.2 Kerangka Konseptual ...................................................................... 19
2.3 Operasionalisasi Konsep ................................................................. 22
2.4 Argumen Utama .............................................................................. 26
BAB III ...................................................................................................... 27
METODE PENELITIAN .......................................................................... 27
III.1 Jenis Penelitian ............................................................................. 27
III.2 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 27
III.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 28
III.4 Teknik Analisa Data ..................................................................... 28
III.5 Sistematika Penulisan ................................................................... 28
BAB IV ...................................................................................................... 30
DINAMIKA KONFLIK DI YAMAN ....................................................... 30
4.1 Konflik Internal di Yaman .............................................................. 31
4.2 Keterlibatan Arab Saudi di Yaman ................................................. 41
BAB V ....................................................................................................... 47
KEPENTINGAN NASIONAL ARAB SAUDI DALAM KONFLIK DI
YAMAN ..................................................................................................... 47
4.1 Defence Interest dari Arab Saudi .................................................... 47
4.1.1 Keamanan di Garis Perbatasan ................................................. 48
4.1.2 Eliminasi Kapabilitas Militer .................................................... 51
viii
4.1.2.1 Operasi Decisive Storm ..................................................... 53
4.1.2.2 Operasi Restoring Hope .................................................... 54
4.2 Economic Interest dari Arab Saudi ................................................. 57
4.2.1 Mengontrol dan Mendominasi Perekonomian .......................... 58
4.3 World Order Interest dari Arab Saudi ............................................ 71
4.3.1 Struggle Hegemon di Timur Tengah ........................................ 72
4.3.2 Stabilitas Kawasan .................................................................... 75
4.4 Ideological Interest dari Arab Saudi ............................................... 78
4.4.1 Pemerintahan Berbasis Sunni ................................................... 79
BAB VI ...................................................................................................... 83
PENUTUP ................................................................................................. 83
6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 83
6.2 Saran ............................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 86
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Operasionalisasi Konsep .............................................................. 24
Tabel 2. Nilai ekspor dan impor non minyak Arab Saudi tahun 2014 – 2016
(Juta Riyal) ................................................................................... 58
Tabel 3. Nilai ekspor dan impor non minyak Arab Saudi tahun 2009 – 2013
(Juta Riyal) ................................................................................... 60
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. 1 Peta Konflik Sa’da Tahap Kedua ......................................... 36
Gambar 4. 2 Peta Konflik Sa’da Tahap Ketiga......................................... 37
Gambar 4. 3 Peta Konflik Sa’da Tahap Keempat ...................................... 38
Gambar 4. 4 Peta Konflik Sa’da Tahap Kelima ........................................ 39
Gambar 4. 5 Peta Yaman Utara dan Yaman Selatan ................................. 43
Gambar 5. 1 Peta Arab Saudi 49
Gambar 5. 2 Pagar Perbatasan Arab Saudi – Yemen 50
Gambar 5. 3 Lokasi Sa’da di Yaman 51
Gambar 5. 4 Peta Wilayah Kekuasaan Kelompok Houthi. 57
Gambar 5. 5 Ekspor Non Minyak Arab Saudi 61
Gambar 5. 6 Nilai Ekspor Yaman Tahun 2014 62
Gambar 5. 7 Nilai Ekspor Yaman Tahun 2015 63
Gambar 5. 8 Nilai Impor Yaman Tahun 2014 64
Gambar 5. 9 Nilai Impor Yaman Tahun 2015 65
Gambar 5. 10 Lokasi Selat Bab el Mandeb 67
Gambar 5. 11 Jalur Pipa SUMED di Mesir 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 2014 terjadi kudeta Militer di Yaman oleh kelompok militan
yang bernama Houthi.1 Kelompok Houthi bergaris haluan Syiah dan didukung oleh
Iran. Sedangkan pemerintahan yang dikudeta dipimpin oleh presiden Abdrabbuh
Mansur Hadi yang bergaris haluan Sunni. Baik Houthi dan presiden Hadi memiliki
sejara yang panjang dalam politik dan perebutan kekuasaan di Yaman.
Kelompok Houthi telah dibentuk sejak awal tahun 1992.2 Relasi antara
Houthi dengan pemerintah Yaman terus-terusan memanas namun sifatnya masih
sebatas konflik laten, hingga tahun 2004 akhirnya konflik antara Houthi dan
pemerintah pecah menjadi persaingan militer.3 Upaya Houthi untuk mengambil alih
kekuasaan melalui jalan militan mendapatkan tantangan besar waktu itu dari
presiden Yaman masa itu Ali Abdullah Saleh dengan keadaan yang tertahan dalam
status quo.
Presiden Saleh memimpin Yaman lebih dari 33 tahun. 4 Dan akhirnya
dipaksa turun jabatan karena tekanan domestik dari kelompok Houthi dan tekanan
internasional dari Gulf Cooperation Council (GCC).5 Presiden Saleh mesetujui
1 How Yemen's capital Sanaa was seized by Houthi rebels, http://www.bbc.com/news/world-29380668 (diakses pada 6 Mei 2017) 2 Lina Khatib dan Ellen Lust. Taking to the Streets: The Transformation of Arab Activism (Baltimore: Johns Hopkins University Press, 2014), hal.120. 3 Ibid 4 Saleh Mundur Setelah 33 Tahun Berkuasa , http://internasional.kompas.com/read/2011/11/24/02033337/saleh.mundur.setelah.33.tahun.berkuasa (diakses pada 6 Mei 2017) 5 Kekebalan untuk Presiden Saleh Disetujui , http://olahraga.kompas.com/read/2012/01/09/1353042/kekebalan.untuk.presiden.saleh.disetujui (diakses pada 6 Mei 2017)
2
pencopotan jabatannya selaku presiden pada tahun 2012, dengan syarat bahwa
dirinya memperoleh kekebalan dari persekusi hukum setelah diturunkan. 6
Pelepasan jabatan itu pun dilakukan dan posisi presiden sementara diberikan
kepada Wakil Presiden Abdrabbuh Mansur Hadi. 7 Yang kemudian Yaman
melaksanakan pemilihan presiden dengan calon tunggal yakni Hadi pada tahun
2012.8
Sekalipun pada tahun 2012 pemerintahan Yaman telah berganti dari Ali
Abdullah Saleh yang telah memimpin selama 33 tahun, keadaan di Yaman tidak
juga membaik.9 Keadaan yang tidak stabil semakin meningkat di Yaman, pasalnya
Pemerintahan Hadi tidak mendapatkan dukungan yang cukup kuat dari masyarakat
terutama kelompok oposisi yakni kelompok Houthi.10
Semenjak pergantian Presiden Saleh ke Presiden Hadi pada tahun 2012,
legitimasi pemerintah di Yaman semakin merosot. Hingga pada tahun 2014,
kelompok Houthi berhasil menguasi ibukota Yaman “Sana’a”.11 Sebagai dampak
keadaan tersebut ibukota Yaman terpaksa dipindahkan ke Aden secara darurat.
Pada Maret 2015 militan Houthi menyerbu Aden, dan memaksa Hadi untuk
6 Ibid. 7 Yemen election ends Saleh's 33-year rule , http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2012/02/201222117511739757.html (diakses pada 6 Mei 2017) 8 Profile: Yemen's Abd-Rabbu Mansour Hadi , http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2012/02/2012219133034774204.html (diakses pada 6 Mei 2017) 9 Profile: Yemen's Abd-Rabbu Mansour Hadi, http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2012/02/2012219133034774204.html (diakses pada 7 Januari 2018) 10 Yemen's Houthi Reject President's New Cabinet, https://www.voanews.com/a/yemen-ruling-party-removes-president-from-top-ranks/2513170.html (diakses pada 7 Januari 2018) 11 How Yemen's capital Sanaa was seized by Houthi rebels, http://www.bbc.com/news/world-29380668 (diakses pada 6 Mei 2017)
3
melarikan diri ke Saudi Arabia.12 Baru setelah melarikan diri selama 6 bulan, Hadi
kembali ke Aden yang berhasil dikuasai kembali oleh loyalis Hadi di Yaman.13
Arab Saudi tidak menghendaki kudeta yang dilaksanakan oleh Houthi.
Dalam kebijakan luar negeri yang dianut Arab Saudi terdapat prinsip untuk menjaga
stabilitas dan keamanan kawasan serta komitmen untuk melakukan tindakan yang
serius dalam menyelesaikan sengketa antar negara dalam kawasan Teluk Arab.14
Melalui prinsip tersebut nampaknya tindakan militer adalah upaya yang dianggap
lazim oleh Arab Saudi dalam mencapai keamanan nasional dan stabilitas kawasan.
Pada Maret 2015 sebagai dukungan tehadap rezim Hadi, Arab Saudi
memimpin sebuah koalisi untuk melakukan intervensi militer terhadap kelompok
Houthi di Yaman.15 Intervensi militer disini didefinisikan yakni sebagai tindakan
yang dilakukan secara disengaja oleh suatu negara atau kelompok yang anggotanya
terdiri dari beberapa negara untuk memasukan pasukan militernya ke dalam suatu
konflik atau masalah yang sedang terjadi.16 Koalisi Arab Saudi beranggotakan
UEA, Bahrain, Kuwait, Qatar, Mesir, Yordania, Maroko, Senegal, Sudan. 17
Intervensi militer Koalisi Saudi Arabia terhadap kelompok Houthi di Yaman
12 Yemen crisis: President Hadi flees as Houthi rebels advance, http://www.bbc.com/news/world-middle-east-32048604 (diakses pada 6 Mei 2017) 13 Yemen's President Hadi returns to Aden after months in exile, http://www.dw.com/en/yemens-president-hadi-returns-to-aden-after-months-in-exile/a-18730734 (diakses pada 6 Mei 2017) 14 The Foreign Policy of The Kingdom of Saudi Arabia, http://www.mofa.gov.sa/sites/mofaen/KingdomForeignPolicy/Pages/ForeignPolicy24605.aspx (diakses pada 6 Mei 2017) 15 Sekutu Saudi Diduga Ancam Sekjen PBB Terkait Daftar Hitam, www.cnnindonesia.com/internasional/20160608152349-120-136688/sekutu-saudi-diduga-ancam-sekjen-pbb-terkait-daftar-hitam/ (Diakses pada 23 April 2017) 16 Military Factory. Military Intervention. http://www.militaryfactory.com/dictionary/military-terms-defined.asp?term_id=3382 (diakses tanggal 10 Juni 2017) 17 Royal Embassy of Saudi Arabia, Saudi Arabia and The Yemen Conflict April 2017 Report, hal. 27.
4
dilakukan dalam 2 fase. Fase pertama adalah Operasi Decisive Storm dan fase kedua
adalah Operasi Restoring Hope.
Fase pertama yakni Operasi Decisive Storm dimulai 25 Maret 2015 hingga
21 April 2015.18 Operasi Decisive Storm dilaksanakan dengan metode kampanye
bombing yang menitikberatkan kepada kekuatan udara (air power). Operasi
Decisive Storm dihentikan pada April 2015.19 Kementrian Pertahanan Saudi Arabia
menilai bahwa Operasi Decisive Storm berhasil menghapus ancaman terhadap Arab
Saudi dan negara tetangganya dengan cara menghancurkan persenjataan berat dan
rudal balistik yang disita oleh pemberontak Houthi.20 Menurut juru bicara Arab
Saudi Operasi Decisive Storm diakhiri atas permintaan pemerintah Yaman dan
Presiden Hadi.21
Fase kedua adalah Operasi Restoring Hope dilaksanakan sejak 22 April
2015 dan masih berlangsung hingga sekarang. Pada Operasi Kedua ini metode
perang yang digunakan menitikberatkan pada pasukan darat, dengan lebih dari
3.000 orang infanteri dengan mendapatkan bantuan support dari helikopter
“apache” dan tank berat.22
Setelah Koalisi Arab Saudi menyerang Yaman, mantan presiden Yaman Ali
Abdullah Saleh yang diturunkan pada tahun 2012 membuat aliansi dengan
18 Karl Yambert. Security Issues in the Greater Middle East. (Santa Barbara: Praeger, 2016), hal. 49. 19 Neville Teller. The Chaos in the Middle East: 2014-2016. (Leicestershire: Troubador Publishing, 2016), hal.248. 20Yemen conflict: Saudi Arabia ends air campaign, http://www.bbc.com/news/world-middle-east-32402688 (diakses pada 23 April 2017) 21 Ibid 22 Gawdat Bahgat, dkk. Security and Bilateral Issues between Iran and its Arab Neighbours. (London: Palgrave Macmillan, 2017), hal. 224.
5
Houthi. 23 Dalam kesempatan tersebut Saleh juga menyebut Houthi sebagai
pemberontak.24 Semenjak aliansi antara Saleh dan Houthi diumumkan, muncul
kelompok baru dalam melawan Koalisi Saudi Arabia di Yaman, yakni pro Saleh.
Aliansi antara Houthi dan Saleh menuai kesuksesan, pada bulan November 2016
Houthi dan Saleh mendeklarasikan pembentukan pemerintahan baru di Yaman.25
Yang artinya bahwa pemerintahan Houthi dan Saleh saat ini bersifat secara de facto
di bagian negara Yaman yang telah mereka kuasai.
Sejak konflik ini berlangsung kedua kubu (Koalisi Arab Saudi dan
pemberontak Houthi) gagal mencapai superioritas, keadaan ini berakibat pada
keadaan konflik yang berkepanjangan. PBB menetapkan keadaan di Yaman sebagai
kategori “level-3 emergency” , level 3 adalah kategori krisis kemanusiaan yang
paling berat.26 Kedua kubu yang berkonflik melanggar HAM dengan menyerang
penduduk. Saudi Arabia bahkan menggunakan bomb cluster dalam serangan-
serangannyanya di Yaman.27
Hingga Desember 2016 jumlah korban yang meninggal telah mencapai
angka lebih dari 7.000 orang dan 3 juta orang terpaksa mencari suaka di negara
23Yemen's Saleh declares alliance with Houthis, http://www.aljazeera.com/news/2015/05/cloneofcloneofcloneofstrikes-yemen-saada-breach--150510143647004.html (diakses pada 23 April 2017) 24 Ibid 25Yemen: Houthi rebels form new government, http://www.aljazeera.com/news/2016/11/yemen-houthi-rebels-form-government-161128200652615.html (diakses pada 23 April 2017) 26Humanitarian Assistance, https://www.un.org/en/sections/priorities/humanitarian-assistance/ (diakses pada 23 April 2017) 27 Saudi Arabia admits it used UK-made cluster bombs in Yemen https://www.theguardian.com/world/2016/dec/19/saudi-arabia-admits-use-uk-made-cluster-bombs-yemen (diakses pada 23 April 2017)
6
lain.28 Keadaan semakin buruk dengan keadaan sistem pemerintahan yang tidak
pasti dan insfrastuktur yang sudah rusak. Sementara perebutan kekuasaan terus
berlangsung. Berbagai pihak sudah mulai mengharapkan adanya perdamaian di
Yaman. Upaya untuk mencapai perdamaian pun dilakukan. Tiga pembicaraan
damai itu digelar di Swiss (Juni dan Desember 2015) dan di Kuwait (April 2016).
Tujuh gencatan senjata disepakati tetapi seluruhnya dilanggar."29
Hingga saat ini konflik di Yaman tidak mampu mencapai resolusi damai.
Sementara konflik ini terus belanjut hingga saat ini dan terus memakan korban, hal
tersebut tidak mengecilkan Arab Saudi dalam mengintervensi konflik di Yaman.
Apakah sebenarnya yang menjadi kepentingan nasional Arab Saudi dalam
mengintervensi konflik di Yaman?
Dalam penelitian ini hal yang menjadi alasan penulis memilih untuk berada
dalam sudut pandang Arab Saudi. Arab Saudi merupakan salah satu aktor utama di
Timur Tengah jika dilihat dari kapabilitas militer dan ekonomi dibandingkan
dengan negara - negara tetangganya, sehingga dapat dikatakan Arab Saudi
merupakan negara yang berpotensi menjadi negara hegemon di Timur Tengah.
Selain itu, konflik yang terjadi di Yaman merupakan persaingan politik ke
empat kalinya antara Arab Saudi dan Iran. Persaingan sebelumnya terjadi di Iraq
(tahun 2010), Lebanon (tahun 2005, 2009, 2011), dan di Palestina (tahun 2007).30
28 Yemen's war leaves children on the brink of famine, http://www.bbc.com/news/world-middle-east-38229955 (diakses pada 23 April 2017) 29 Dua Tahun Perang Yaman, 7.700 Tewas dan 42.500 Terluka, http://internasional.kompas.com/read/2017/03/23/12060391/dua.tahun.perang.yaman.7.700.tewas.dan.42.500.terluka?page=all (diakses pada 23 April 2017) 30 F. Gregory Gause III. Saudi Arabia In The New Middle East. ( New York: Council on Foreign Relations,2011), hal. 16.
7
Sebelumnya pada tahun 2009, Arab Saudi melakukan serangan udara dan darat di
wilayah perbatasan antara Arab Saudi dan Yaman, motif dari serangan tersebut
dikarenakan tewasnya 2 orang penjaga perbatasan Arab Saudi yang di serang oleh
kelompok Houthi.31 Hal ini menjadi pertimbangan penulis dan sebagai justifikasi
memilih Arab Saudi dalam pemilihan aktor utama di penelitian ini.
1.2 Rumusan Masalah
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada bagian latar belakang
masalah, penelitian ini memiliki rumusan masalah :
Apa Kepentingan Nasional Arab Saudi dalam intervensi militer di Yaman
pada tahun 2014 -2016?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan yakni :
Memberikan eksplanasi terkait kepentingan nasional Arab Saudi
melalui intervensi militer dalam konflik di Yaman pada tahun 2014 –
2016.
31 Ibid.
8
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini menyangkut tentang mengapa Arab Saudi melakukan
intervensi militer terhadap Yaman pada tahun 2014 – 2016 dengan harapan dapat
memberikan berbagai manfaat, diantaranya adalah:
1. Dapat memberikan pengetahuan terkait isu atau fenomena hubungan
internasional yang sedang terjadi di Yaman, baik bagi penulis, pembaca,
civitas akademika Universitas Brawijiya atau pun pihak lain.
2. Mendapatkan wawasan terkait intervensi militer Arab Saudi dalam
konflik di Yaman pada tahun 2014 – 2016.
3. Memberikan kontribusi bagi institusi pendidikan dalam bentuk
penelitian terutama bagi Program Studi Hubungan Internasional
Universitas Brawijaya.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Studi Terdahulu
2.1.1 Bahrain’s Uprising: Resistance and Repression in The Gulf
Pada tahun 2011 Bahrain hampir mengalami revolusi.32 Revolusi tersebut
merupakan bagian dari gelombang Arab Spring yang menuntut pemerintah untuk
menjalankan demokratisasi terhadap negaranya. Pada tanggal 12 Februari 2011
terjadi protes besar-besaran oleh masyarakat Bahrain atas kekecewaan mereka
terhadap pemerintahan monarki yang telah lama memerintah di Bahrain33
Beberapa agenda utama yang menjadi motif protes dari warga Bahrain
terhadap pemerintah adalah: Pertama, diskriminasi terhadap penduduk Syiah
khususnya dalam kesempatan bergabung dalam militer.34 Kedua, distribusi tanah
rakyat untuk pejabat yang kemudian dirubah menjadi “real-estate” untuk para
pejabat dan pengikutnya. 35 Ketiga, korupsi yang meraja rela di pemerintahan
Bahrain.36
Kebencian terhadap rezim yang berkuasa di Bahrain cukup tinggi, untuk
mengumpulkan massa dalam aksi 12 Februari 2011. 37 Di sisi lain pemerintah
Bahrain dilihat sebagai badan yang korup, dengan memanfaatkan media serta
menggunakan kekerasan dalam membungkam protes.38 Penduduk Bahrain yang
32 Alaʾa Shehabi dan Marc Owen Jones (E.d). Bahrain’s Uprising: Resistance and repression in the Gulf. (London: Zed Books, 2015.) hal 1. 33 Ibid, hal. 44-45. 34 Ibild, hal. 46. 35 Ibid. 36 Ibid. 37 Ibid. hal 43-55. 38 Ibid. Hal. 45 & 48.
10
rata-rata bergaris haluan Syiah merasa tertekan di bidang politik karena sebagian
besar kursi kepemimpian politik dipegang oleh keluarga penguasa, yang kemudian
sebagian lainnya dipegang oleh kaum Sunni (bukan keluarga penguasa), dan
sisanya yang bersifat minoritas (jumlahnya lebih sedikit) baru dikuasai oleh kaum
Syiah.39 Partisipasi politik yang minor menjadi kunci ketidakpuasan masyarakat
Syiah di Bahrain.
Para penduduk yang menuntut reformasi pada tahun 2011, menyebut diri
mereka sebagai aktivis. Bahrain Center for Human Rights menyebutkan bahwa
sejak peristiwa 12 Februari 2011 hingga Mei 2014 setidaknya 98 orang telah
dibunuh karena penggunaan kekerasan oleh polisi.40 Pada peristiwa tersebut selama
sebulan para demonstran memenuhi distrik pusat sebagai bentuk dari protes.41 Para
demonstran menganggap keadaan tersebut sebagai gelombang demokratisasi, yang
sayangnya harus berakhir ketika pemerintah Bahrain mengajukan permintaan
tolong kepada GCC untuk menstabilkan negaranya.42
Salah satu anggota GCC adalah Saudi Arabia. Gelombang protes
demokratisasi di Bahrain secara paksa dihentikan oleh GCC melalui intervensi
militer yang dinilai sangat penuh dengan kekerasan oleh para protestan.43 Para
demonstran menyalahkan GCC atas gagalnya protes demokratisasi dan karena
campur tangan GCC monarki bisa bertahan di Bahrain.44 Sebagian besar pasukan
Gulf Cooperation Council Peninsula Shield Force (GCCPSF) yang melakukan
39 Ibid. Hal 57. 40 Ibid, hal. 209. 41 Ibid, hal. 97. 42 Ibid, hal 86. 43 Ibid. 44 Ibid, hal 28.
11
intervensi di Bahrain adalah berasal dari negara Saudi Arabia.45 Kekerasan dalam
penanganan konflik adalah cara utama yang digunakan oleh GCC dalam
menyelesaikan dan mengakhiri gelombang protes demokrasi di Bahrain pada 14
Maret 2011.
Gelombang protes yang panjang hingga memenuhi waktu mendekati
sebulan di Bahrain membuat pemerintah memberlakukan hukum militer.46 Jalanan
pun diisi oleh ratusan tank yang dikerahkan oleh pemerintah Bahrain.47 Sekalipun
gelombang protes yang terjadi di Bahrain bisa dikatakan sangat kuat, namun
gelombang protes tersebut mampu diatasi melalui intervensi yang dipimpin oleh
Arab Saudi. Intervensi Arab Saudi di Bahrain bisa dikatakan efektif, hal tersebut
dinilai dari lama terjadinya intervensi yakni hanya 4 hari mulai 14 Maret 2011 -
hingga 18 Maret 2011. Kekerasan merupakan alat yang digunakan oleh GCC yang
dipimpin Saudi Arabia dalam menghentikan protes di Bahrain. Langkah ini bisa
dilihat sebagai hal yang positif karena tanpa intervensi dari Arab Saudi sebelumnya
pemerintah Bahrain mengalami kesulitan dalam menghentikan gelombang protes
yang terus-terusan mengganggu stabilitas politik Bahrain selama satu bulan sejak
12 Februari 2011.
Kesamaan dari penelitian penulis dengan buku “Bahrain’s Uprising:
Resistance and repression in the Gulf” adalah kedua intervensi dari penelitian
penulis dan buku “Bahrain’s Uprising: Resistance and repression in the Gulf”
dilakukan oleh Saudi Arabia. Selanjutnya, baik dalam penelitian penulis maupun
45 Ibid, hal. 224. 46 Ibi, hal. 142 47 Ibid.
12
dalam buku “Bahrain’s Uprising: Resistance and repression in the Gulf” intervensi
dilakukan berdasarkan permintaan dari pemerintah de jure oleh negara yang di
intervensi yakni Al Khalifa di Bahrain dan Hadi di Yaman.
Dalam kedua kasus tersebut pemerintah de jure sama-sama memiliki
kesulitan dalam menangani pemberontakan di negaranya. Kedua negara yang
menjadi lokasi intervensi berada di kawasan Timur Tengah. Terdapat unsur
perebutan kekuasaan antara Sunni dan Syiah di Bahrain dan Yaman. Dalam kedua
intervensi tersebut Saudi Arabia mendukung pemerintahan yang berbasis Sunni.
Jenis intervensi dari kedua penelitian tersebut adalah sama yakni intervensi militer.
Peran dari Arab Saudi dalam kedua intervensi tersebut (di Yaman dan di
Bahrain) adalah sama yakni sebagai pemimpin intervensi. Aktor pemberontak yang
muncul di Bahrain dan di Yaman adalah sama-sama aktor yang telah lama
menyimpan perasaan tidak puas terhadap pemerintah, di Yaman Houthi mulai
bersitegang dengan pemerintah sejak awal tahun 1990an, namun baru tereskalasi
pada tahun 2004, sedangkan di Bahrain ketidakpuasan terhadap pemerintah sudah
terjadi sejak tahun 1990an dan kemudian tereskalasi secara abstrak (waktunya)
namun memiliki tanggal ikonik yang menjadi latar belakang terjadinya protes yakni
12 Februari pada 2001 dan 2011.
Perbedaan antara penelitian yang dilakukan penulis dengan intervensi
dalam buku “Bahrain’s Uprising: Resistance and repression in the Gulf” adalah
pertama objek intervensi yang berbeda, penelitian penulis merupakan intervensi
militer yang dilakukan di Yaman, sedangkan penelitian dalam buku “Bahrain’s
Uprising: Resistance and repression in the Gulf” dilakukan di Bahrain. Sudut
13
pandang dalam penulisan, buku “Bahrain’s Uprising: Resistance and repression in
the Gulf” menggunakan sudut pandang pemberontak/aktivis/demonstran sebagai
sudut pandang utama, sedangkan dalam penelitian penulis sudut pandang yang
digunakan adalah sudut pandang Arab Saudi.
Lama jangka penelitian yang terjadi, intervensi Arab Saudi di Bahrain bisa
berhasil dalam waktu 4 hari (14 Maret 2011 hingga 18 Maret 2011) namun
penelitian yang dilakukan penulis terjadi dalam jangka waktu yang lebih lama
2014-2016. Dalam intervensinya di Bahrain Saudi Arabia mengatasnamakan GCC,
sedangkan dalam penelitian penulis Saudi Arabia mengatasnamakan negaranya
sendiri dalam melakukan intervensi.
Selain itu, dalam intervensinya di Bahrain Saudi Arabia mendukung jenis
pemerintahan monarki yang bergaris haluan Sunni, sedangkan di Yaman, Saudi
Arabia mendukung pemerintahan demokrasi yang bergaris Sunni. Objek intervensi
di Yaman dan di Bahrain bisa dikatakan sangat berbeda dalam aspek situasional,
karena di Yaman posisi pemerintah telah di tekan oleh masyarakat, sedangkan di
Bahrain posisi pemerintah masih superior diatas rakyat. Keadaan khusus di Bahrain
dimana tanggal 12 Februari dianggap sebagai tanggal ikonik oleh demonstran yang
awalnya muncul pada tahun 2001 dan kemudian muncul lagi pada tahun 2011,
sedangkan di Yaman tidak terdapat timeline ikonik yang menggugah semangat
demonstran seperti itu.
Posisi penulis dengan penulisan ini akan melihat keadaan yang sama yakni
intervensi militer, di kawasan yang sama yakni Timur Tengah dan aktor yang sama
yakni Arab Saudi. Studi terdahulu ini bermanfaat bagi penulis dalam memahami
14
pola intervensi militer dan kepentingan Arab Saudi dalam melakukan intervensi
militer di waktu sebelumnya.
Penelitian ini akan memberikan data baru mengenai “national interests”
Arab Saudi melalui intervensi militer yang terjadi di Yaman. Sehingga data tersebut
dapat menambahkan wawasan bagi akademisi dalam memahami “national
interests” Arab Saudi.
2.1.2 British Foreign Policy and the National Interest: Identity, Strategy
and Security
Sumber studi terdahulu kedua yang digunakan oleh penulis adalah buku
“British Foreign Policy and the National Interest” yang diedit oleh Timothy
Edmunds, Jamie Gaskarth, dan Robin Porter. Buku ini meneliti konsep national
interest Inggris dalam keadaan kebijakan luar negeri di era post 9/11.48 Menurut
Jammie Gaskarth salah satu kontributor dalam buku tersebut national interest
adalah ‘spesifik dan bergantung pada sejarah’, dan ditetapkan berdasarkan
kombinasi dari nilai nasional dan keadaan politik.49 Sehingga terdapat 2 jenis faktor
yang menentukan national interest, yakni faktor statis dan faktor kondisional,
faktor statis bisa diambil dari keadaan historis dan faktor kondisional dapat diambil
dari nilai nasional dan keadaan politik.
Dalam buku tersebut David Gilmore menilai bahwa kebijaakan luar negeri
Inggris tidak didasari oleh national interest.50 Melainkan Inggris telah mengalami
48 Timothy Edmunds, Jamie Gaskarth, dan Robin Porter. (e.d). British Foreign Policy and the National Interest: Identity, Strategy and Security. (London: Palgrave Macmillan, 2014), hal 225. 49 Ibid, hal 226. 50 Ibid, hal 227.
15
hubungan dan aspirasi yang luas, dan berbagai macam interest.51 Dalam esensinya
dan dalam bahasa yang lebih mudah untuk dipahami, Inggris telah mengalami
berbagai perebutan “interest” dalam politik internalnya karena kepentingan aktor
yang berbeda-beda, sehingga tidak dapat dicapai “national interest” yang
tersatukan di Inggris.
Sedangkan kontributor yang lain dalam buku tersebut David Wearing
menentang pendapat Gilmore, Wearing menganggap bahwa kebijakan luar negeri
Inggris di Timur Tengah telah dikendalikan oleh kepentingan elit dalam perusahaan
global daripada pengertian sebenarnya dari “national interest” yang sifatnya
bersama ataupun publik.52 Sedangkan Nick Ritchie berpendapat bahwa negara
tidak pada dirinya sendiri tersatukan, dan tidak merepresentasikan kepentingan
rakyat atau komunitas secara keseluruhan.53 Pada akhirnya editor buku “British
Foreign Policy and the National Interest” menyatakan bahwa “national interest”
terus menjadi retorikal, analitikal, dan relevan secara subtantif.54
Retorikal mengklaim bahwa “national interest” berfungsi sebagai
mekanisme legitimasi dan delegitimasi dalam perdebatan politik, analitikal
maknanya sebagai alat ukur terhadap kebijakan luar negeri yang dibuat untuk bisa
dievaluasi atau dikritisi dan subtantif maksudnya “national interest” menyediakan
tujuan untuk kebijakan luar negeri.55 Sehingga national interest memiliki fungsi
untuk dijadikan dasar dalam pembuatan kebijakan luar negeri.
51 Ibid. 52 Ibid, hal 228. 53 Ibid. 54 Ibid, hal 229. 55 Ibid.
16
Editor buku tersebut menyatakan bahwa metode dan sumber daya secara
alasannya berhubungan dengan pencapaian tujuan tertentu.56 Sebuah “interest”
dinilai perlu untuk diaplikasikan dalam tindakan, editor buku tersebut menulis
“from interest to action”.57 Kemudian editor dari buku tersebut menyampaikan
bahwa konsep “national interest” adalah tentang bagaimana hal yang diduga
sebagai “national interest” dicapai dalam kondisi tertentu.58
Editor dari buku ini juga akhirnya menyatakan ada dua poin aspek dalam
membahas kegunakaan dari “national interest”.59 Pertama adalah berkaitan pada
alasan metode - tujuan yang mendukung dalam kebijakan luar negeri tertentu.60
Kedua adalah berpusat pada isu siapa yang diuntungkan dari tindakan yang diambil
atas nama “national interest” dan bagaimana proses keuntungan tersebut terjadi.61
Buku ini memandang bahwa “national interest” sebenarnya tidak
menguntungkan sebuah negara secara keseluruhan ataupun semua pihak secara
merata.62 “National interest” lebih terasa sebagai bagian dari “struggle of power”
dari berbagai pihak yang mampu memasukkan kepentingannya dalam kebijakan
luar negeri sebuah negara.
Adapun persamaan dan perbedaan dari studi terdahulu dari buku “British
Foreign Policy and the National Interest: Identity, Strategy and Security” yakni,
56 Ibid. 57 Ibid. 58 Ibid, hal 232. 59 Ibid, hal 233. 60 Ibid, hal 233. 61 Ibid, 62 Ibid, hal 85.
17
persamaannya: Kedua penelitian ini sama-sama menggunakan konsep national
interest.
Sedangkan perbedaannya: Masa penelitian yang berbeda buku “British
Foreign Policy and the National Interest: Identity, Strategy and Security” berfokus
pada masa pasca peristiwa 9/11 hingga masa kini, sedangkan peneliti skripsi dalam
penelitian ini berfokus pada masa kini saja . Aktor yang berbeda dalam bahan studi
terdahulu aktor utama adalah Inggris, sedangkan dalam skripsi ini aktor utama
adalah Arab Saudi. Pola penulisan yang digunakan oleh studi terdahulu bersifat
diskursus yakni menabrakkan berbagai pandangan yang ditujukan untuk
memperkaya pandangan dari para pembaca sedangkan dalam peneletitian ini pola
penulisan adalah deskriptif dengan konsep “national interest” dari Nuechterlein
dan disajikan dalam penyajian yang bersifat positifis.
Letak subjek dalam penelitian memiliki tingkat perkembangan yang
berbeda, subjek dalam studi terdahulu terletak di Eropa yang terkenal sebagai benua
yang penuh dengan perkembangan, sedangkan dalam skripsi ini subjek terletak di
Timur Tengah yakni kawasan yang dinilai kaya dengan minyak namun penuh
konflik. Faktor religi dari subjek kedua penelitian ini berbeda, dimana Inggris
secara mayoritas diduduki oleh agama Kristen sedangkan di Arab Saudi dan
Yaman, penduduk secara mayoritas beragama Islam. Jenis pemerintahan yang
berbeda dari kedua negara ini, dimana Inggris adalah monarki konstitusional,
sedangkan Arab Saudi menganut monarki absolut hal ini berpengaruh pada proses
pembentukan “national interest” di kedua negara.
18
Di Inggris “national interest” merupakan persaingan dari berbagai pihak
yang berkompetisi untuk mengontrolnya. Sedangkan di Arab Saudi “national
interest” secara sepihak mampu dikuasai oleh Raja Saud. Studi Kasus yang
digunakan dalam bahan studi terdahulu adalah bermacam-macam sedangkan dalam
skripsi ini studi kasus berpusat pada intervensi Arab Saudi di Timur Tengah. Titik
awal dari kedua penelitian ini berbeda, pada buku “British Foreign Policy and the
National Interest: Identity, Strategy and Security”, titik awal berangkat dari
keraguan mengenai siapa yang mengontrol “national interest” di Inggris,
sedangkan dalam skripsi ini berangkat dari bahwa intervensi militer merupakan
“national interest” yang muncul dari Arab Saudi secara keseluruhan sebagai
sebuah negara - bangsa.
Posisi penulis berdasarkan studi terdahulu ini akan membahas kajian yang
sama yakni “national interests”. Akan tetapi penulis menggunakan operasionalisasi
yang berbeda dengan menekankan sub konsep yang ada dalam konsep national
interests oleh Donald E Nuechterlein yakni Defence Interests, Economic Interests,
World Order Interests, dan Ideological Interests. Studi terdahulu ini berguna
sebagai alat untuk memperkaya pandangan penulis dalam mengkaji konsep
“national interests”.
Sumbangan dari penelitian ini akan memberikan aplikasi dari penerapan
konsep “national interest” yang berbeda dari studi terdahulu. Sehingga bisa
didapatkan cara alternatif dalam mempelajari “national interests” jika
dibandingkan dengan studi terdahulu ini yang menggunakan metode diskursus
19
dalam penulisannya. Dalam penelitian ini penulis berusaha menyajikan informasi
yang lebih mudah dipahami dan bukan menggunakan metode diskursus.
2.2 Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini penulis menggunakan konsep National Interest yang
dikembangkan oleh Donald E. Nuechterlein dalam jurnal yang berjudul “National
Interests and Foreign Policy: A Conceptual Framework for Analysis and Decision
Making”. Istilah tentang kepentingan nasional telah digunakan oleh ilmuwan sejak
terciptanya konsep negara bangsa dalam mendeskripsikan aspirasi dan tujuan dari
entitas yang berdaulat dalam kancah arena internasional.63 Menurut Nuechterlein,
pada pelaksanaannya jumlah orang yang terlibat dalam penentuan kepentingan
nasional suatu negara hasilnya akan bervariasi serta tergantung pada jenis sistem
pemerintahan dari negara tersebut.64
Nuechterlein secara sederhana mendefinisikan kepentingan nasional adalah
hal yang diterima dan diinginkan oleh negara berdaulat dalam hubungannya dengan
negara lain yang berhubungan dengan keadaan eksternal.65 Berdasarkan apa yang
dituliskan oleh Nuechterlein seperti pernyataan diatas, bahwa kepentingan nasional
adalah kebutuhan dan keinginan yang dirasakan oleh satu negara berdaulat dalam
hubungannya dengan negara berdaulat lain yang meliputi keadaan eksternal.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendefinisikan
kepentingan nasional yakni: pertama berbicara tentang kebutuhan suatu negara,
63 Donald E. Nuechterlein. National Interests and Foreign Policy: A Conceptual Framework for Analysis and DecisionMaking. British Journal of International Studies, Vol. 2, No. 3 (Oct., 1976): hal. 246 64 Ibid, hal.247 65 Ibid, hal.247.
20
bahwa merujuk pada keputusan tentang apa yang menjadi kepentingan nasional
merupakan hasil dari proses politik dimana seorang pemimpin negara maupun elit
negara memiliki pandangan berbeda mengenai kepentingan itu, namun kesimpulan
atau keputusan perlu dicapai sebagai persepsi kebutuhan dari negaranya.66
Kedua, konsep kepentingan nasional hanya dapat diterapkan kepada negara
yang berdaulat yang sepenuhnya independen, bukan untuk organisasi internasional
ataupun wilayah tertentu yang tidak berdaulat. 67 Ketiga, definisi kepentingan
nasional merupakan hal yang ditujukan untuk lingkungan eksternal, sedangkan
untuk lingkungan internal disebut “public interest”. Pada kesimpulannya bahwa
kepentingan nasional menyiratkan kepentingan negara bangsa secara keseluruhan,
bukan dari kelompok pribadi, birokrasi, ataupun organisasi politik.68
Menurut Nuechterlein, kepentingan nasional dibagi menjadi empat macam
kebutuhan dasar atau jenis kepentingan , dimana pembagian tersebut menjadi dasar
kepentingan nasional atau dikenal dengan istilah “Basic National Interests”.69
Kepentingan nasional dasar ini dapat digambarkan sebagai berikut : Defence
Interests, adalah perlindungan suatu negara dan warganya terhadap ancaman
kekerasan fisik yang datang dari negara lain, dan atau ancaman dari luar yang dapat
mengganggu sistem pemerintahannya.70 Economic Interests adalah peningkatan
kesejahteraan ekonomi suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain.71
66 Ibid. 67 Ibid. 68 Ibid 69 Ibid, hal. 248. 70 Ibid. 71 Ibid.
21
World Order Interests, adalah pemeliharaan sistem internasional baik politik
maupun ekonomi agar tercipta kondisi yang aman, sehingga negara – negara merasa
aman dan warganya dapat melakukan aktivitas dengan aman diluar batas negara.72
Ideological Interests, adalah perlindungan dan menjaga seperangkat nilai yang
dimiliki masyarakat dalam suatu negara dan diyakini secara menyeluruh. 73
Kepentingan ini berdasarkan pada nilai yang dianut oleh masyarakat didalam suatu
negara dan dianggap hal yang penting bagi negara, perilaku sebuah negara dalam
konteks ideologi dapat dilihat dari seberapa besar dan kuat upaya dalam
mempertahankan nilai – nilai yang dianut.74
Nuechterlein berpendapat bahwa urutan empat jenis kepentingan dasar diatas
dapat berubah tergantung dari negara yang bersangkutan menentukan prioritasnya
dengan syarat negara tersebut memiliki kemampuan mempertahankan wilayah dan
warganya (baik melalui kekuatan militer atau memiliki aliansi yang kuat), sehingga
negara tersebut dapat memprioritaskan jenis kepentingan nasional selain "Defence
Interests". 75
Sebuah ilustrasi misalnya, pemerintah negara A memiliki kekhawatiran
terhadap suatu peristiwa di negara lain dan peristiwa tersebut memiliki dampak bagi
negara A, kemudian dalam mencapai keputusan tentang aksi dari negara A atas
kekhawatirannya terhadap negara lain bergantung pada banyak faktor seperti jarak
dari perbatasannya, komposisi pemerintah di negara lain, neraca perdagangan (nilai
72 Ibid. 73 Ibid 74 Ibid. 75 Ibid, hal. 248.
22
ekspor dan impor) antara kedua negara tersebut, dan sejarah relasi diantara kedua
negara tersebut.76
Sebagai contoh terkait dari "Basic National Interests" yakni dalam kasus
"Panama Canal Zone" pada masa perang dingin Amerika Serikat melihat bahwa
pecahnya pertempuran antara pasukan Panama dan pasukan Amerika di Panama
dimana Kuba memberikan bantuan kepada Panama. 77 Hal tersebut AS tanpa
sengaja mengundang kekuatan besar lainnya untuk ikut campur dalam kasus
tersebut seperti Uni Soviet.78
Walaupun Uni Soviet tidak melakukan konfrontasi langsung dengan AS,
hanya sebatas memberikan dukungan politik terhadap Kuba yang telah mendukung
Panama, namun dari pihak AS memandang hal tersebut sebagai sebuah ancaman di
wilayah Karibia.79 Melihat dari sudut pandang AS, hal tersebut tergolong ke dalam
"Defence Interests”, sedangkan dari sudut pandang Uni Soviet merupakan
tergolong ke dalam “Ideological Interests” dalam kasus di Panama pada masa
tersebut.80
2.3 Operasionalisasi Konsep
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dalam konsep ”national interest”
yang dibawa oleh Nuechterlein, bahwa terdapat 4 macam “national interest” dari
sebuah negara yakni Defence Interests, Economic Interests, World Order Interests,
dan Ideological Interests.
76 Ibid, hal. 249. 77 Ibid, hal. 260. 78 Ibid. 79 Ibid, hal. 260. 80 Ibid.
23
Dalam sudut pandang kemanan atau Defence Interest Arab Saudi, ancaman
dari konflik yang terjadi di Yaman sangat terkait pada jarak Yaman terhadap Arab
Saudi yakni berbatasan langsung. Arab Saudi memandang bahwa pihaknya
memiliki kepentingan dalam mengamankan kondisi di wilayah perbatasan antara
Arab Saudi dan Yaman. Selain itu, aktor yang menguasi persenjataan di Yaman
memberikan ancaman bagi Arab Saudi.
Untuk Economic Interests, dari Arab Saudi merupakan negara dengan
peringkat ketiga setelah Uni Emirat Arab dan China sebagai “partner” dalam impor
bagi Yaman pada tahun 2015, dimana total nilai impor Yaman dari Arab Saudi
pada saat itu sebesar US$ 563,626,880.81 Dimana barang yang paling banyak di
impor oleh Yaman merupakan barang kebutuhan sehari – hari. 82 Selain itu,
intervensi militer yang dilakukan oleh Arab Saudi diduga karena adanya
ketertarikan untuk menguasai suatu wilayah di Yaman yang merupakan jalur
pelayaran penting dalam perdagangan internasional.
World Orders Interest yang dibawah Arab Saudi dalam intervensi di Yaman
berdasarkan prinsip kebijakan luar negeri adalah untuk menjaga keamanan dan
stabilitas kawasan. Akan tetapi sebagaimana telah diketahui bahwa kawasan Timur
Tengah memiliki keadaan vakum hegemon, sehingga dua negara yang dirasa
memiliki aliran berbeda dan dianggap mampu mencapai posisi hegemon yakni
Arab Saudi dan Iran, memperebutkan posisi tersebut.
81 Product Imports by Yemen from Saudi Arabia 2015. http://wits.worldbank.org/CountryProfile/en/Country/YEM/Year/2015/TradeFlow/Import/Partner/SAU/Product/All-Groups ( diakses pada 9 Mei 2017) 82 Ibid
24
Sedangkan Ideological Interest yang dibawa oleh Arab Saudi sebenarnya
adalah baik Arab Saudi dan Yaman memiliki mayoritas warga negaranya beraliran
Islam Sunni dan Syiah menjadi minoritas, namun Raja Saud yang merupakan
mornarki di Arab Saudi menganut Islam Sunni. Sehingga pemerintahan Sunni di
Yaman dirasa oleh Raja Saud akan lebih harmonis dibandingkan jika pemerintahan
di Yaman dikuasai oleh kelompok Syiah. Dukungan terhadap pemerintahan Hadi
dan intervensi militer terhadap kelompok Houthi adalah implementasi dari
pandangan ini.
Tabel 1. Operasionalisasi Konsep
Konsep Sub
Konsep Variabel Indikator
National
Interests
Defence
Interests
Keamanan di Garis
Perbatasan
- Keamanan di wilayah selatan Arab
Saudi yang berbatasan dengan
Yaman.
Eliminasi
Kapabilitas Militer
- Merusak persenjataan berat Houthi
di Yaman dalam operasi militer
Decisive Storm
- Perlawanan militer tehadap Houthi
di Yaman dalam operasi militer
Restoring Hope.
Economic
Interests
Mengontrol dan
Mendominasi
Perekonomian
- Nilai ekspor Arab Saudi Yaman
lebih dominan dibandingkan nilai
ekspor Yaman ke Arab Saudi.
25
- Menguasai Selat Bab El Mandeb di
Yaman
World
Order
Interests
Struggle Hegemon
Timur Tengah
- Aksi militer dilihat sebagai upaya
mencapai posisi hegemon di Timur
Tengah.
- Upaya mempertahankan pengaruh
Arab Saudi di Yaman.
Stabilitas Kawasan
- Stabilitas negara di Kawasan Timur
Tengah dari ancaman kelompok
pemberontak.
Ideological
Interests
Pemerintahan
Berbasis Sunni
- Dukungan Arab Saudi terhadap
presiden Hadi
- Perlawanan militer terhadap Houthi
selaku aktor Syiah
26
2.4 Argumen Utama
Kepentingan nasional Arab Saudi ke Yaman adalah dilatar belakangi oleh
kepentingan Defence Interest, World Order Interest, serta Ideological Interest.
Peran ideologi menjadi penting karena Arab Saudi ingin menyebarkan paham Sunni
dan melawan paham Syiah. Sedangkan dalam World Order Interest keinginan Arab
Saudi untuk menjadi hegemon di Timur Tengah membuatnya mengadaptasi
kebijakan yang “offensive” seperti intervensi ke negara lain. Sedangkan dalam sisi
Defence Interest Arab Saudi merasa bahwa penguasaan persenjataan oleh Houthi
akan membawa ancaman ke Arab Saudi, karena itu Arab Saudi melaksanakan
operasi Decisive Storm yang ditujukan untuk menghancurkan sarana militer yang
dikuasai Houthi.
Sedangkan disisi ekonomi, melalui intervensi militer yang dilakukan oleh
Arab Saudi terhadap konflik di Yaman, bertujuan menjaga dan menstabilkan
dominasi nilai ekspor Arab Saudi yang lebih unggul dibandingkan nilai ekspor
Yaman terhadap Arab Saudi. Selain itu, Arab Saudi menginginkan adanya kontrol
kekuasaan salah satu lokasi di Yaman yang merupakan jalur pelayaran penting
dalam perdagangan internasional.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan menggunakan
konsep National Interest yang dikembangkan oleh Donald E. Nuechterlein, konsep
National Interest digunakan untuk menjelaskan kepentingan nasional Arab Saudi
dalam mengintervensi Yaman.
III.2 Ruang Lingkup Penelitian
Level of Analysis yang digunakan dalam penelitian ini adalah negara. Ruang
lingkup dari penelitian ini memiliki batasan wilayah di negara Yaman karena
Yaman adalah lokasi dari intervensi yang dilakukan oleh Arab Saudi. Sedangkan
batasan waktu adalah pada tahun 2014 hingga 2016.
Tahun 2014 dipilih karena menjadi awal aktualisasi kudeta di Yaman,
kudeta tersebut berkembang menjadi perebutan kekuasaan berkepanjangan antara
kubu Houthi dan kubu Hadi. Tahun 2015 adalah awal intervensi yang dilakukan
oleh Arab Saudi. Akhir kronologis penelitian yakni tahun 2016 dipilih sebab
muncul momen yang menunjukkan bahwa konflik di Yaman gagal mencapai
resolusi, hal tersebut dibuktikan oleh gagalnya berbagai perjanjian genjatan senjata
dan keadaan “stalemate” yang terus-menerus menimbulkan korban hingga
akhirnya PBB menetapkan Yaman sebagai wilayah dengan krisis humanitarian
level-3.
28
III.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sekunder. Data tersebut contohnya seperti berasal dari studi
pustaka, data yang diperoleh baik dari buku, jurnal, dokumen, serta dari internet
sebagai sarana untuk penunjang.
III.4 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan oleh penulis adalah teknik analisa data
kualitatif. Pada proses pembahasannya, data yang diperoleh baik dalam bentuk
tabel, grafik, maupun angka akan diuraikan dan dijelaskan kedalam bentuk kalimat.
III.5 Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini penulis menyusun penulisan secara sistematis dengan
tujuan dapat membantu dalam memahami isi dari penelitian ini. Sistematika
penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. BAB I, Pendahuluan. Pada bab ini terdiri dari Latar Belakang isu yang
diangkat, Rumusan Masalah dari penelitian ini berupa pertanyaaan,
Tujuan Penelitian, dan Manfaat Penelitian
2. BAB II, Tinjauan Pustaka. Pada bab ini membahas tentang konsep apa
yang digunakan dalam menganalisa isu yang diangkat kedalam
penelitian ini. Bab ini terdiri dari Studi Terdahulu, Kerangka
Konseptual, Operasionalisasi Konsep, dan Hipotesa.
29
3. BAB III, Metode Penelitian. Pada bab ini terdiri dari Jenis Penelitian,
Ruang Lingkup Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisa
Data, dan Sistematika Penulisan
4. BAB IV, Gambaran Umum. Pada bab ini berisi tentang gambaran umum
terkait isu yang diteliti oleh penulis yakni penjelasan mengenai
dinamika konflik di Yaman yang didalamnya berisi konflik internal di
Yaman dan keterlibatan Arab Saudi di Yaman.
5. BAB V, Pembahasan. Pada bab ini berisi tentang pembahasan analisa
dari penelitian ini. Pembahasan yang dipaparkan berupa analisa kasus
yang diangkat dalam penelitian ini kemudian di korelasikan dengan
konsep yang sudah dijelaskan di bab II.
6. BAB VI, Kesimpulan. Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari
penelitian ini. Kesimpulan pada bab ini berupa hasil dari analisa kasus
yang diangkat dengan menggunakan konsep pada bab II sehingga
didapatkan pemahaman terkait kepentingan nasional Arab Saudi
terhadap Yaman.
30
BAB IV
DINAMIKA KONFLIK DI YAMAN
Dalam penelitian ini, penulis selanjutnya akan mendeskripsikan terkait
peristiwa yang terjadi di Yaman yakni konflik antara pemerintah Yaman dan
kelompok Houthi. Pada Bab IV ini, deskripsi terkait konflik yang terjadi di Yaman
akan dikemas berupa gambaran umum.
Selain itu, gambaran umum yang akan disajikan dalam Bab IV ini tidak hanya
berisi tentang konflik antara pemerintah Yaman dan kelompok Houthi, penulis akan
mendeskripsikan terkait keterlibatan Arab Saudi di Yaman. Secara garis besar,
dalam Bab IV ini terbagi kedalam dua sub bab yaitu pertama konflik internal di
Yaman dan kedua keterlibatan Arab Saudi di Yaman.
Pertama mengenai konflik internal di Yaman, dalam sub bab ini didalamnya
akan dijelaskan awal mula bagaimana konflik di Yaman terjadi hingga tahun 2014
dimana Kota Sana’a sebagai ibukota Yaman diambil alih oleh kelompok Houthi.
Pada dasarnya sub bab ini menjelaskan penyebab pecahnya konflik antara Houthi
dan pemerintah Yaman, selain itu bagaimana Houthi dapat berkembang sehingga
mampu menguasai wilayah bagian utara Yaman.
Kedua mengenai keterlibatan Arab Saudi di Yaman, dalam sub bab ini
penulis akan menjelaskan terkait keterlibatan Arab Saudi dalam politik di Yaman
sebelum intervensi militer yang dilancarkan oleh Arab Saudi pada bulan Maret
2015. Selain itu, dalam bab ini pula akan dijelaskan alasan Arab Saudi untuk terlibat
31
dalam urusan politik di Yaman yang hingga harus melakukan intervensi militer
yang disebabkan adanya konflik antara pemerintah dan kelompok Houthi.
Dalam pemilihan topik sub bab didalam Bab IV ini, penulis memiliki
pertimbangan untuk menentukan kedua topik sub bab diatas dengan berdasarkan
pada relevansi terhadap judul penelitian yaitu “Kepentingan Nasional Arab Saudi
Melalui Intervensi Militer Dalam Konflik di Yaman Pada Tahun 2014 – 2016”.
Berdasarkan judul penelitian penulis, maka tentunya topik yang akan dibahas yakni
konflik internal di Yaman dan keterlibatan Arab Saudi di Yaman.
Konflik internal di Yaman perlu untuk dijelaskan dan dijadikan kedalam sub
bab, sebab judul penelitian mengindikasikan adanya sebuah konflik yang terjadi di
Yaman. Penjelasan mengenai konflik internal di Yaman dalam Bab IV ini bertujuan
untuk memahami konflik yang terjadi di Yaman.
Keterlibatan Arab Saudi di Yaman merupakan sub bab kedua dalam Bab ini,
mengacu pada judul penelitian topik ini menjadi relevan sebab salah satu indikator
kepentingan nasional yakni adanya keterlibatan. Penjelasan mengenai keterlibatan
Arab Saudi di Yaman bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku Arab Saudi
terhadap Yaman sebelum dilakukannya intervensi militer oleh Arab Saudi pada
tahun 2015.
4.1 Konflik Internal di Yaman
Konflik militer yang terjadi di Yaman antara pemerintah Yaman dan Arab
Saudi melawan pemberontak Houthi dan pasukan tentara yang setia terhadap eks
Presiden Saleh pada Maret 2015 merupakan akibat dari diambil alihnya Sana'a pada
32
bulan September 2014 oleh pemberontak Houthi. 83 Pemberontak Houthi
merupakan kelompok pemberontak yang berbasis di wilayah barat laut Yaman dan
bergaris haluan Islam Syiah.84 Sedangkan penduduk dari Yaman sendiri serta Arab
Saudi yang melawan pemberontak Houthi mayoritas berhaluan Sunni.85
Pada dasarnya konflik yang terjadi di Yaman sudah lama bergejolak
meskipun level dari konflik antara pemerintah dan Houthi berada pada level konflik
laten. Kelompok Houthi sendiri dikenal dengan nama resmi “Anshar Allah” yang
didirikan pada tahun 1990-an, adapun nama Houthi diambil dari nama pendirinya
yaitu Hussein Badr Addian al-Houthi. 86 Pada awalnya kelompok Houthi ini
bergerak di bidang pendidikan dan budaya yang berpikiran luas bagi generasi muda
Yaman karena sudah menjadi visi dari Houthi itu sendiri.87 Houthi merupakan
sebuah kelompok keagamaan yang membentuk afiliasi dengan aliran Syiah Zaydi
dan awal mula kelompok ini merupakan sebuah forum pertemuan yang dinamakan
"Believing Youth Forum" diawal tahun 1990-an.88
Sekilas mengenai aliran Zaydi, merupakan aliran yang berasal dari Zaid bin
Ali yakni cucu dari Imam Hussain yang merupakan cucu dari Nabi Muhammad.89
Aliran Syiah Zaydi memiliki keyakinan bahwa Zaid bin Ali adalah imam dari
83 US Department Of State, Bureau Of Democracy, Human Rights, and Labor, https://www.state.gov/j/drl/rls/irf/2016/nea/268922.htm (diakses pada 4 Desember 2017). 84 Who are the Houthis, the group that just toppled Yemen’s government?, https://www.washingtonpost.com/news/worldviews/wp/2015/01/22/who-are-the-houthis-the-group-that-just-toppled-yemens-government/?utm_term=.5287dfe00886 (diakses pada 4 Desember 2017). 85 Ibid. 86 Who are the Houthis in Yemen?, http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2014/08/yemen-houthis-hadi-protests-201482132719818986.html (diakses pada 4 Desember 2017). 87 Ibid. 88 Ibid. 89 Siapa sesungguhnya pemberontak Houthi di Yaman?, https://www.merdeka.com/dunia/siapa-sesungguhnya-pemberontak-houthi-di-yaman.html (diakses pada 4 Desember 2017).
33
mereka.90 Sedangkan aliran Syiah pada umumnya seperti di Iran yang menjadi
kaum mayoritas memiliki keyakinan terhadap 12 imam dimana didalamnya tidak
termasuk Zaid bin Ali.91
Kelompok Houthi sebelumnya berada di garis yang pro pemerintah, namun
pada tahun 2001 ketika Presiden Yaman masa itu yakni Ali Abdullah Saleh
berpihak pada Amerika Serikat terkait kampanye melawan terorisme pasca
peristiwa "9/11", Hussein sebagai pemimpin dari Houthi menentang keras apa yang
telah diputuskan oleh Presiden Ali Abdullah Saleh karena telah memihak kepada
Amerika Serikat.92 Sesuai dengan slogan Houthi yang telah menjadi prinsip mereka
yakni “God is the Greatest, Death to America, Death to Israel, Curse the Jews,
Victory to Islam”.93 Tentunya Hussein sebagai pemimpin dari kelompok Houthi
pada masa itu menentang keras keputusan Presiden Ali Abdullah Saleh yang telah
memihak kepada Amerika Serikat.
Bagi Presiden Ali Abdullah Saleh, kelompok Houthi merupakan ancaman
bagi pemerintahannya.94 Presiden Ali Abdullah Saleh yang berpandangan bahwa
kelompok Houthi merupakan sebuah ancaman, sehinga membuat Saleh memilih
jalan dengan mengirim pasukan pemerintah untuk menangkap pemimpin kelompok
Houthi yakni Hussein pada bulan Juni 2004.95
90 Ibid. 91 Ibid. 92 Profile: al Houthi Movement, https://www.criticalthreats.org/analysis/profile-al-houthi-movement (diakses pada 4 Desember 2017). 93 Houthis apologise to US over use of 'Death to America' slogan, http://www.middleeasteye.net/news/death-america-no-more-houthis-apologise-us-controversial-slogan-1908461332 (diakses pada 4 Desember 2017). 94 Barak A. Salmoni, Bryce Loidolt, dan Madeleine Wells. Regime and Periphery in Northern Yemen: The Houthi Phenomenon.(Santa Monica: RAND Corporation, 2010), hal. 8. 95 Ibid.
34
Selain itu, upaya dari Saleh untuk menangkap Hussein yaitu dengan
memberikan hadiah bagi siapa saja yang menangkapnya, akan tetapi pada bulan
September 2004 pasukan yang dikirim oleh Saleh telah membunuh Hussein dalam
usaha untuk menangkapnya dan kematiannya memicu pemberontakan dari para
pengikutnya.96 Pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok Houthi membuat
pemerintah Yaman menganggap kelompok ini sebagai teroris. 97 Insiden
terbunuhnya Hussein oleh pasukan pemerintah pada tahun 2004, merupakan titik
balik relasi antara pemerintah dengan kelompok Houthi, hingga tahun 2010 telah
terjadi konflik militer antara pemerintah Yaman dengan kelompok Houthi, konflik
ini dikenal dengan “Six Sa’da Wars”.98
Konflik yang pecah di Kota Sa’da antara pemerintah Yaman dan kelompok
Houthi merupakan dampak dari terbunuhnya pendiri kelompok Houthi yakni
Hussein al – Houthi. Selanjutnya kelompok Houthi pada saat itu dipimpin oleh
Abdul Malik al - Houthi.99 Kota Sa’ada merupakan salah satu kota yang lokasinya
berada di wilayah utara Yaman. Konflik bersenjata yang terjadi di Sa’da yang
berlangsung mulai tahun 2004 hingga tahun 2010 ini terbagi ke dalam beberapa
tahap.
Tahap pertama (Juni 2004 – September 2004), pada tahap ini, konflik
bersenjata diawali ketika pasukan pemerintah melakukan operasi untuk menangkap
96 Profile: al Houthi Movement, Loc.Cit. 97 Barak A. Salmoni, Op.Cit., hal 8. 98 Ibid, hal. 131. 99 Analysis: What is Yemen's Al-Houthi really saying?, http://www.middleeasteye.net/news/analysis-what-yemens-al-houthi-really-saying-773962158 (diakses pada 5 Desember 2017).
35
atau membunuh Hussein al – Houthi di daerah bernama Marran.100 Operasi tersebut
mendapat perlawanan dari kelompok Houthi dan konflik tersebut terjadi kurang
lebih selama 3,5 bulan yang menelan korban jiwa sebanyak 480 jiwa.101 Konflik
pun mereda setelah pemerintah Yaman mengumumkan bahwa telah sukses
membunuh Hussein al – Houthi pada bulan September.102
Tahap kedua (Maret 2005 – April 2005), pada tahap ini pemerintah Yaman
menargetkan petinggi kelompok Houthi seperti Yusuf al - Madani, Abdullah al -
Razami, dan Badr al - Din al - Houthi. 103 Lokasi yang menjadi titik utama
pertempuran di Sa’da antara pemerintah Yaman dan kelompok Houthi yaitu Al-
Shafi’a, Wadi Nushur, dan al-Razzamat. Sedangkan lokasi lain yang merupakan
area pertempuran sekunder di Sa’da yaitu Suq al - Talh, al - Akhwan, al - Khafji, al
- Abdin, Bani Mu'adh, dan Dahyan.104 Berikut pemetaan konflik di Sa’da pada
tahap kedua ;
100 Barak A. Salmoni, Op.Cit., hal 134. 101 Ibid. 102 Ibid. 103 Ibid, hal. 136. 104 Ibid, hal. 137.
36
Gambar 4. 1 Peta Konflik Sa’da Tahap Kedua
Sumber : Regime and Periphery in Northern Yemen: The Houthi
Phenomenon105
Tahap pertama dan kedua terlihat adanya kesamaan yaitu fokus terhadap
petinggi kelompok Houthi, namun yang menjadi perbedaannya adalah tahap
pertama pemerintah Yaman fokus terhadap Hussein al - Houthi, sedangkan tahap
kedua pemerintah Yaman menargetkan petinggi kelompok Houthi lainnya.106
Tahap ketiga (Desember 2005 – Februari 2006), pada tahap ini kelompok
Houthi melakukan serangan terhadap pos militer milik pemerintah Yaman di
wilayah al – Khafji sehingga muncul kecurigaan pemerintah Yaman bahwa militan
Houhti bersembunyi di rumah – rumah sipil.107 Lokasi yang menjadi titik utama
pertempuran di Sa'da yaitu wilayah al - Sayfi, al - Salim, dan Bani Mu'adh sebab
pemerintah Yaman pada dasarnya memfokuskan pada area tersebut.108 Kelompok
Houthi yang semakin agresif, terus memburu dan melakukan pembunuhan terhadap
105 Barak A. Salmoni, Bryce Loidolt, dan Madeleine Wells. Regime and Periphery in Northern Yemen: The Houthi Phenomenon.(Santa Monica: RAND Corporation, 2010), hal. 137. 106 Ibid, hal. 136. 107 Ibid, hal. 139. 108 Ibid.
37
pejabat pemerintah juga menyerang bangunan milik pemerintah.109 Dibawah in
gambar tentang pemetaan konflik di Sa’da fase ketiga ;
Gambar 4. 2 Peta Konflik Sa’da Tahap Ketiga
Sumber : Regime and Periphery in Northern Yemen: The Houthi
Phenomenon110
Tahap keempat (Februari 2007 – Januari 2008), pada tahap ini merupakan
konflik bersenjata yang memberikan dampak cukup parah karena pemerintah
Yaman menggunakan metode pengeboman dan serangan udara terhadap titik yang
dicurigai sebagai lokasi persembunyian kelompok Houthi.111 Bahkan pada tahap
ini, pemerintah Yaman mengerahkan pasukan yang datangnya bukan dari pasukan
tentara, melainkan sukarelawan yang berasal dari sipil dalam melawan kelompok
Houthi.112 Berikut ini pemetaan konflik yang terjadi di tahap keempat ;
109 Barak A. Salmoni, Op.Cit., hal 141. 110 Ibid, hal. 140. 111 Ibid, hal. 143. 112 Ibid.
38
Gambar 4. 3 Peta Konflik Sa’da Tahap Keempat
Sumber : Regime and Periphery in Northern Yemen: The Houthi
Phenomenon113
Berdasarkan gambar diatas, bahwa lokasi yang menjadi area konflik
bertambah dibandingkan tahap sebelumnya. Sehingga dampak kerusakan pun
semakin buruk. Ini disebabkan pemerintah Yaman secara berkelanjutan terus
menyerang Houthi selama 11 bulan.114 Namun pada tahap keempat ini apa yang
menjadi tujuan pemerintah Yaman tidak tercapai, meskipun telah menggunakan
metode pengeboman, serangan udara, pasukan tentara serta bantuan pasukan dari
sukarelawan, pemerintah Yaman masih belum mampu menghancurkan markas
utama kelompok Houthi.115
Tahap kelima (Mei 2008 – Juli 2008), pada tahap ini konflik bersenjata yang
berlangsung selama kurang lebih 2 bulan tidak begitu memberikan dampak yang
113 Barak A. Salmoni, Op.Cit., hal 144. 114 Ibid, hal. 143. 115 Ibid, hal. 148.
39
parah seperti tahap keempat. 116 Fokus dari pemerintah Yaman yaitu
menghancurkan benteng pertahanan Houthi di daerah pegunungan yaitu daerah
Marran.117 Pada tahap kelima ini, Presiden Ali Abdullah Saleh menyatakan bahwa
konflik harus berakhir, namun faktanya pertempuran antara kedua belah pihak tetap
tidak mampu terbendung di berbagai wilayah baik itu di dalam maupun diluar
Sa'da.118
Gambar 4. 4 Peta Konflik Sa’da Tahap Kelima
Sumber : Regime and Periphery in Northern Yemen: The Houthi
Phenomenon119
Tahap Keenam (Agustus 2009 – Februari 2010), pada tahap ini adanya jalan
menuju gencatan senjata, ini merupakan upaya negosiasi dari pihak pemerintah
Yaman dengan mengajukan enam syarat kepada kelompok Houthi yaitu :
mengembalikan para sandera yang berasal dari Eropa, menghilangkan penghalang
116 Ibid. 117 Barak A. Salmoni, Op.Cit., hal 150. 118 Ibid. 119 Ibid, hal. 151.
40
yang berada di jalan dan mensterilkan area pegunungan, tidak ikut terlibat dalam
urusan pemerintah, mengembalikan barang hasil curian baik milik sipil maupun
militer, serta menaati konstitusi.120 Namun upaya untuk gencatan senjata gagal dan
kedua belah pihak kembali melancarkan serangan.
Pada tahap ini, konflik bersenjata mengalami perkembangan yakni Arab
Saudi mulai ikut terlibat dengan melancarkan serangan dari udara dan pasukan
darat. 121 Arab Saudi memberikan bantuan kepada pemerintah Yaman dengan
mengizinkan pasukan Yaman untuk memanfaatkan sebuah gunung yang memiliki
lokasi strategis di wilayah Arab Saudi yang dekat dengan perbatasan Yaman, izin
yang diberikan Arab Saudi untuk Yaman bertujuan agar pasukan pemerintah
Yaman memiliki sebuah keuntungan dalam menyerang kelompok Houthi.122
Dengan bantuan dari Arab Saudi, pasukan dari pemerintah Yaman berhasil
banyak mengeliminasi pasukan Houthi. 123 Terlibatnya Arab Saudi memaksa
kelompok Houthi untuk melakukan negosiasi. Pada bulan Januari 2010, pemimpin
Houthi Abdul Malik al - Houthi menawarkan gencatan senjata dengan syarat Arab
Saudi menarik pasukannya dan meminta untuk tidak menyerang pasukan Houthi.124
Selain itu Abdul Malik al - Houthi bersedia menaati aturan dari pemerintah. Hingga
akhirnya diperoleh hasil pada tanggal 11 Februari 2010 bahwa pemerintah Yaman
menyatakan gencatan senjata.125
120 Barak A. Salmoni, Op.Cit., hal 154. 121 Ibid, hal. 155. 122 Ibid. 123 Ibid, hal. 156. 124 Ibid, hal. 156-157. 125 Ibid, hal. 157.
41
4.2 Keterlibatan Arab Saudi di Yaman
Hubungan antara Arab Saudi dan Yaman sudah terjalin sejak berdirinya
Kerajaan Arab Saudi pada tahun 1932.126 Akan tetapi pada masa itu merupakan
relasi yang buruk diantara kedua negara tersebut terutama masalah sengketa
perbatasan bahkan terjadinya perang pada tahun 1934.127 Bagi Arab Saudi, Yaman
merupakan sebuah ancaman dalam bidang keamanan setelah adanya revolusi
Yaman pada tahun 1962 sebab yang menjadi lokasi perang yaitu berada di Yaman
Utara.128 Ketika itu Yaman masih terbagi menjadi dua yaitu Yaman Utara dan
Yaman Selatan
Pada masa tersebut Arab Saudi ikut terlibat dalam revolusi Yaman dengan
mendukung pihak royalis kerajaan Yaman melawan pihak revolusioner Gamal
Abdel Nasser yang didukung oleh Mesir.129 Hingga pada akhirnya revolusi tersebut
mencapai kesepakatan pada tahun 1968 dan mengubah Yaman Utara menjadi
Yemen Arab Republic (YAR).130 Dari tahun 1970 hingga tahun 1980 Arab Saudi
terus ikut terlibat dalam politik domestik di Yaman seperti memberikan bantuan
dana agar mendapatkan simpati dari pemuka agama dan pemimpin revolusioner
YAR yang bertujuan Arab Saudi mampu melakukan hegemoni terhadap Yaman.131
126 Saudi Arabia and Yemen: A history intertwined, https://www.alaraby.co.uk/english/politics/2015/3/26/saudi-arabia-and-yemen-a-history-intertwined (diakses pada 5 Desember 2017). 127 Madawi Al-Rasheed dan Robert Vitalis. (e.d). Counter Narratives: History, Contemporary Society Politics In Saudi Arabia and Yemen. (New York: Palgrave Macmillan, 2004), hal. 2. 128 Ibid, hal.3. 129 Nasser’s Ghost Hovers Over Yemen, https://www.nytimes.com/2015/04/02/opinion/nassers-ghost-hovers-over-yemen-saudi-arabia-egypt.html (diakses pada 5 Desember 2017). 130 The Yemen Arab Republic, https://fanack.com/yemen/history-past-to-present/the-yemen-arab-republic/ (diakses pada 5 Desember 2017). 131 Madawi Al-Rasheed, Op.Cit., hal 3.
42
Pada dasarnya Arab Saudi memiliki fokus kebijakan terhadap negara tetangga
dalam mempertahankan dominasi geopolitik dan meminimalkan segala resiko
terkait masalah keamanan.132 Akan tetapi tindakan Arab Saudi terhadap Yaman
sebagai negara tetangga Arab Saudi di selatan tidak sepenuhnya konsisten,
contohnya seperti mendukung Ali Abdullah Saleh pada akhir tahun 1970 – 1980-
an dalam melawan rivalnya Yaman Selatan yang didukung oleh Uni Soviet.133
Kemudian mengkritik Saleh atas dukungannya terhadap Saddam Hussein
dalam Perang Teluk tahun 1990 - 1991.134 Perilaku inkonsisten selanjutnya dari
Arab Saudi yaitu mendukung gerakan separatis pada tahun 1994 yang kalah dalam
persaingan dengan Saleh pada saat penyatuan Yaman tahun 1990.135 Meskipun pola
perilaku yang tidak konsisten dari Arab Saudi terhadap Yaman selama beberapa
dekade terakhir , Arab Saudi tetap pada prinsipnya yakni terus mempertahankan
pengaruhnya melalui hubungan bilateral politik, militer ataupun kesukuan yang ada
di Yaman.136
132 F. Gregory Gause III. Saudi Arabia In The New Middle East. ( New York: Council on Foreign Relations,2011), hal. 18. 133 Ibid. 134 Ibid. 135 Ibid. 136 Ibid, hal. 19.
43
Gambar 4. 5 Peta Yaman Utara dan Yaman Selatan
Sumber : https://fanack.com/yemen/137
Arab Saudi berusaha mencari simpati dari Yaman pada awalnya dengan
mendukung Ali Abdullah Saleh sebagai pemimpin Yaman Utara pada tahun 1970
– 1980-an dalam melawan Yaman Selatan. Hingga pada tahun 1990 tercapainya
kesepakatan untuk gencatan senjata antara kedua belah pihak dan melakukan
penyatuan negara Yaman menjadi “Republik Yaman”. 138 Sebelumnya Yaman
Utara merdeka pada tahun 1934 dimana paham negara ini merupakan negara Islam
Tradisional, sedangkan rivalnya yakni Yaman Selatan yang merdeka pada tahun
1967 merupakan negara yang menganut paham sosialis.139
Kesepakatan tentang penyatuan Yaman Utara dan Selatan telah dicapai
sebelum masuk tahun 1990, lebih tepatnya pada tanggal 30 November 1989 Ali
Salim al - Baidh dari Yaman Selatan dan Ali Abdullah Saleh dari Yaman Utara
137 The Yemen Arab Republic, https://fanack.com/yemen/history-past-to-present/the-yemen-arab-republic/ (diakses pada 9 Desmber 2017). 138 Konrad G. Bühler. State Succession and Membership in International Organizations: Legal Theories Versus Political Pragmatism. (The Hague: Kluwer Law International, 2001), hal. 115. 139 Ibid, hal. 115-116.
44
telah menandatangi kesepakatan tersebut.140 Pada dasarnya penyatuan Yaman pada
saat itu disebabkan karena adanya tekanan dari luar yaitu Arab Saudi dan Uni
Soviet. 141 Tekanan yang datang dari luar Yaman mengindikasikan bahwa ada
kepentingan mengapa Yaman harus menjadi satu.
Walaupun pihak Arab Saudi dan Uni Soviet mendesak agar Yaman bersatu,
namun kedua negara tersebut bukan hendak untuk bekerja sama, akan tetapi
berusaha mencapai kepentingan bersama dengan sekutunya. Seperti Arab Saudi
yang merupakan sekutu Amerika Serikat, mereka berusaha mengincar minyak yang
ada di Yaman. 142 Sama halnya dengan Uni Soviet, namun pihak Uni Soviet
memanfaatkan ladang minyak yang berada di selatan, sedangkan AS ladak minyak
di utara.143
Meskipun pada awalnya Arab Saudi menentang ide penyatuan Yaman,
tampaknya Arab Saudi dapat menerima kondisi Yaman yang baru, selain itu Arab
Saudi perlahan dapat melakukan kerjasama ekonomi dan pembangunan dengan
Yaman bagian selatan, walaupun masih ada sisa pengaruh Uni Soviet. 144
Kenyataannya eksistensi Uni Soviet di Yaman bagian selatan, bagi Arab Saudi
merupakan sebuah hambatan meskipun wilayah Yaman utara memiliki pengaruh
yang kuat dari Arab Saudi.145
140 Haifaa A. Jawad. The Middle East In The New World Order. (London: Palgrave Macmillan,1997), hal. 61. 141 Ibid, hal. 62. 142 Ibid, hal. 67. 143 Ibid. 144 Ibid, hal. 69. 145 Ibid, hal. 70.
45
Sebuah keuntungan bagi Arab Saudi bahwa Ali Abdullah Saleh menjadi
Presiden Republik Yaman, tentunya Arab Saudi telah berhasil menempatkan
pengaruhnya di Yaman karena Saleh merupakan hasil proyeksi kepentingan Arab
Saudi pada saat itu. Akan tetapi pada saat terjadi Perang Teluk tahun 1991, Saleh
memberikan dukungan terhadap Irak, sehingga Yaman mendapatkan dampak
ekonomi yang cukup serius dari Arab Saudi yaitu dengan mengembalikan lebih dari
satu juta pekerja Yaman yang bekerja di Arab Saudi.146
Membahas tentang keterlibatan Arab Saudi di Yaman terutama dalam bidang
yang termasuk “high politics”, ada momentum dimana Arab Saudi membantu
Yaman dalam membantu menyelesaikan konflik internalnya. Sebelum
dilancarkannya intervensi militer pada tahun 2015 oleh Arab Saudi, seperti yang
sudah dijelaskan pada sub bab “konflik internal di Yaman”, bahwa Arab Saudi
memberikan bantuan kepada tentara pemerintah Yaman untuk mengeliminasi para
pejuang Houthi yang terjadi diakhir tahun 2009.
Pada saat itu alasan Arab Saudi membantu Yaman dikarenakan pada bulan
November 2009 kelompok Houthi melewati perbatasan Arab Saudi – Yaman yang
memicu baku tembak antara pasukan tentara Arab Saudi dan pejuang Houthi.147
Perilaku kelompok Houthi yang seperti ini dianggap sebagai ancaman dan
pemberontakan bagi Arab Saudi.148 Maka dari itu, Arab Saudi tak segan untuk
memberikan dukungan militer terhadap pemerintah Yaman, guna sekaligus
146 Yemen: Who was Ali Abdullah Saleh?, http://www.aljazeera.com/indepth/spotlight/yemen/2011/02/201122812118938648.html (diakses pada 9 Desember 2017) 147 Rene Rieger. Saudi Arabian Foreign Relations: Diplomacy and mediation conflict resolution. (New York: Routledge, 2017), hal. 213. 148 Rene Rieger , Op.Cit., hal 213.
46
mengamankan perbatasan Arab Saudi – Yaman.149 Dalam kesempatan tersebut
pasukan pemerintah berhasil membunuh sekitar 20 orang pejuang Houthi.150
Mengenai keterlibatan Arab Saudi pada Yaman pasca 2010 yaitu dengan
memberikan dukungan serta menjadi mediasi pada saat pemilihan presiden tahun
2012. Walaupun mengatasnamakan GCC, tentunya terdapat keterlibatan Arab
Saudi dalam proses pemilihan presiden pada saat itu karena Arab Saudi merupakan
salah satu anggota GCC.151 Pemilihan presiden di Yaman hanya terdapat kandidat
tunggal yaitu Abd-Rabbu Mansour Hadi, dengan dimediasi oleh Arab Saudi dan
anggota GCC lainnya Ali Abdullah Saleh menyerahkan kursi kekuasaan kepada
Hadi yang sebelumnya merupakan wakil presiden.152
149 Ibid. 150 Ibid. 151 Profile: Yemen's Abd-Rabbu Mansour Hadi , http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2012/02/2012219133034774204.html (diakses pada 9 Desember 2017) 152 Pemilu di Yaman Mulai Digelar , http://www.dw.com/id/pemilu-di-yaman-mulai-digelar/a-15755285 (diakses pada 9 Desember 2017).
47
BAB V
KEPENTINGAN NASIONAL ARAB SAUDI DALAM KONFLIK DI
YAMAN
Menurut Donald E. Nuechterlein kepentingan nasional suatu Negara dibagi
kedalam 4 jenis kepentingan , yakni ; Defence Interest, Economic Interest, World
Order Interest, Ideological Interest.153 Masing - masing dari jenis kepentingan
nasional tersebut akan dijelaskan melalui beberapa variabel. Variabel yang telah
ditentukan pada Bab II selanjutnya akan dijelaskan dalam Bab V ini dengan tujuan
untuk mengetahui kepentingan nasional Arab Saudi dalam upaya intervensi
militernya terhadap Yaman.
Selanjutnya dalam Bab ini akan dijelaskan analisa mengenai kepentingan
nasional Arab Saudi dengan menggunakan konsep kepentingan nasional Donald E
Nuechterlein. Ketika menganalisa kepentingan nasional Arab Saudi akan dijelaskan
secara terpisah menjadi empat bagian, sesuai dengan konsep dari Nuechterlein.
Pembahasan dari keempat jenis kepentingan tersebut adalah sebagai berikut :
4.1 Defence Interest dari Arab Saudi
Jenis kepentingan nasional yang pertama yakni Defence Interest,
didefinisikan sebagai bentuk upaya perlindungan dari suatu negara maupun
warganya dalam mengahadapi ancaman berupa kekerasan fisik secara langsung
yang berasal dari negara atau bangsa lain, dan atau hal yang berasal dari luar negara
153 Donald E. Nuechterlein. National Interests and Foreign Policy: A Conceptual Framework for Analysis and Decision Making. British Journal of International Studies, Vol. 2, No. 3 (Oct., 1976): hal. 248
48
(eksternal) dimana dapat mengancam sistem pemerintahannya. 154 Berdasarkan
definisi diatas, diperoleh pemahaman bahwa salah satu kepentingan nasional bagi
suatu negara adalah memberikan rasa aman bagi internal negara tersebut, baik itu
untuk warga sipil maupun untuk mempertahankan pemerintahannya secara de facto
maupun de jure.
Selanjutnya akan dijelaskan mengenai kepentingan nasional Arab Saudi
dalam Defence Interest. Dalam kasus intervensi militer oleh Arab Saudi ada dua
variabel yang akan diuraikan yaitu Jarak dan Eliminasi Kapabilitas Militer
Kelompok Houthi.
4.1.1 Keamanan di Garis Perbatasan
Untuk mengetahui lokasi Arab Saudi terhadap Yaman khususnya lokasi
yang menjadi wilayah yang dikuasai Houthi, maka diperlukan informasi terkait
letak geografis Arab Saudi. Lokasi geografis Arab Saudi berada di kawasan Timur
Tengah diantara Teluk Persia dan Laut Merah dan berada pada koordinat 25.00 LU
– 45.00 BT dengan total luas area sebesar 1.960.582 km2.155 Batas negara Arab
Saudi meliputi Yordania (Barat Laut), Irak dan Kuwait (Utara), Bahrain, Qatar, Uni
Emirat Arab, dan Oman (Timur), dan Yaman (Selatan).156
154 Ibid. 155 USA International Business Publications. US-Saudi Arabia King Abdullah Bin Abdul Aziz Al Saud Handbook.(Washinton DC: International Business Publications,2005). hal 8 156 Profil Negara Kerajaan Arab Saudi, http://www.kemlu.go.id/riyadh/id/Pages/Arab-Saudi.aspx (diakses pada 11 Agustus 2017)
49
Gambar 5. 1 Peta Arab Saudi
Sumber : http://www.gcs.gov.sa/En157
.
Secara signifikan Arab Saudi berbatasan langsung dengan Yaman di
selatan. Panjang garis batas negara antara Arab Saudi dan Yaman 1.307 km.158
Untuk menegaskan batas wilayah serta demi kepentingan keamanan agar dapat
mencegah masuknya imigran gelap, penyelundupan senjata dan obat – obatan
terlarang, Arab Saudi membangun pagar keamanan sepanjang 1.800 km dari pantai
Laut Merah hingga ke perbatasan Oman.159
157 Official Map of the Kingdom of Saudi Arabia , http://www.gcs.gov.sa/En/ProductsAndServices/Products/PublicMaps/Pages/Official-Map-Of-The-Kingdom-Of-Saudi-Arabia.aspx (diakses pada 14 Desember 2017). 158 The World Factbook, https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/sa.html (diakses pada 11 Agustus 2017) 159 Saudi Arabia continues strengthening border security with Yemen, http://english.alarabiya.net/en/News/middle-east/2013/04/10/Saudi-Arabia-continues-strengthening-border-security-with-Yemen.html (diakses pada 11 Agustus 2017)
50
Gambar 5. 2 Pagar Perbatasan Arab Saudi – Yemen
Sumber : https://english.alarabiya.net/en160
Eksistensi Houthi menyebabkan ancaman serius bagi keamanan penduduk
disekitar perbatasan Arab Saudi dan Yaman. Dilaporkan bahwa lebih dari 100
warga sipil dan tentara tewas akibat serangan roket yang dilancarkan oleh Houthi
di bagian selatan Arab Saudi yakni di daerah Najran yang berdekatan dengan
wilayah Yaman.161 Kelompok Houthi yang dikenal sebagai gerakan politik dan
militer muslim Syiah di Yaman Utara dimana Sa'da sebagai basis utama dari
kelompok ini.162
160 Saudi Arabia continues strengthening border security with Yemen, https://english.alarabiya.net/en/News/middle-east/2013/04/10/Saudi-Arabia-continues-strengthening-border-security-with-Yemen.html (diakses pada 11 Agustus 2017) 161 Houthi rocket attack kills Saudi, wounds 6 expats in Najran, http://www.arabnews.com/node/972641/saudi-arabia (diakses pada 27 Desember 2017). 162 Who are the Houthis in Yemen?, http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2014/08/yemen-houthis-hadi-protests-201482132719818986.html (diakses pada 7 Januari 2018)
51
Gambar 5. 3 Lokasi Sa’da di Yaman
Sumber : https://www.worldatlas.com/as163
Keadaan dimana Arab Saudi berbatasan langsung dengan Yaman serta
adanya keberadaan Houthi di wilayah utara Yaman yakni Sa’da juga kondisi
konflik yang masih bergejolak di Yaman menciptakan ancaman bagi tetangganya
yakni Arab Saudi. Jika terjadi perluasan konflik (enlargement of conflict) di Yaman
akan memberikan kerugian bagi Arab Saudi selaku negara tetangga dari Yaman.
Karena itu penting bagi Arab Saudi untuk menstabilkan konflik di Yaman guna
menciptakan keadaan bebas ancaman dan keamanan yang stabil di wilayah selatan
Arab Saudi.
4.1.2 Eliminasi Kapabilitas Militer
Dalam mengeliminasi kapabilitas militer yang dimiliki Houthi, Arab Saudi
memimpin koalisi untuk menyerang Houthi. Anggota dari koalisi ini yakni Maroko,
Bahrain, Qatar, UEA, Mesir, Kuwait, Sudan, Yordania, dan Senegal.164 Koalisi
163 Where Is Sa'dah, Yemen?, https://www.worldatlas.com/as/ye/sd/where-is-sa-dah.html (diakses pada 7 Januari 2018) 164 Royal Embassy of Saudi Arabia, Loc. Cit.
52
tersebut melakukan serangan terhadap pemerintahan de facto Houthi di Yaman
dalam dua tahap.
Terdapat tiga alasan utama Arab Saudi memilih untuk intervensi militer ke
Yaman, tiga alasan tersebut meliputi : pertama, kelompok Houthi sudah mulai
menguasai beberapa wilayah di Yaman, salah satunya ibukota dari Yaman yakni
Sana’a. Setelah mampu menguasai Sana’a, Houthi berusaha mengambil alih Aden
setelah diketahui Presiden Hadi melarikan diri dari Sana’a.165 Kedua, kelompok
Houthi membantu Iran agar semakin mudah untuk mendapatkan akses ke
Yaman.166 Ketiga, Amerika Serikat menolak untuk melakukan intervensi langsung
terhadap Yaman.167 Bagi Arab Saudi, AS merupakan salah satu sekutu lama, AS
memperjelas bahwa pihaknya tidak memiliki rencana untuk campur tangan secara
langsung dalam urusan Yaman atau mencoba untuk mengembalikan keseimbangan
kekuatan politik di Yaman.168 Maka dari itu, Arab Saudi merasa harus campur
tangan tanpa menghiraukan sikap AS.169
Tahap Pertama dari serangan koalisi Arab Saudi terhadap kelompok Houthi
adalah Operasi Decisive Storm dari 25 Maret 2015 hingga 21 April 2015. 170
Kemudian tahap kedua memiliki kode Operasi Restoring Hope dilaksanakan sejak
22 April 2015 hingga sekarang. Operasi Decisive Storm berlangsung singkat
dengan estimasi kurang lebih 1 bulan, sedangkan Operasi Restoring Hope
165 Al Jazeera Center for Studies. Operation Decisive Storm: Reshuffling Regional Order. (Al Jazeera, 2016). hal. 2. 166 Ibid, hal. 3. 167 Ibid. 168 Ibid. 169 Ibid. 170 Karl Yambert. Security Issues in the Greater Middle East. (Santa Barbara: Praeger, 2016), hal. 49.
53
berlangsung lama hingga saat ini. Sekalipun Operasi Restoring Hope langsung
dilakukan satu hari setelah Operasi Decisive Storm, kedua operasi militer ini
memiliki fokus yang sangat berbeda.
4.1.2.1 Operasi Decisive Storm
Opersi Decisive Storm adalah operasi pertama yang dilakukan oleh Saudi
Arabia dan koalisinya dalam merespon pemberontakan Houthi di Yaman. Sifat
alami dari operasi ini adalah untuk meminimalisir ancaman dari Houthi selaku
pemerintah de facto baru dari Yaman yang menguasai persenjataan militer dari
pemerintah lama. Sehingga fokus dari Operasi Decisive Storm adalah untuk
menghilangkan ancaman Houthi terhadap Arab Saudi.171
Pada dasarnya Operasi Decisive Storm memiliki fokus yang jelas. Operasi
Decisive Storm dinilai dapat diselesaikan dengan waktu yang cepat. Operasi
Decisive Storm mencapai tujuannya dalam waktu 28 hari. Operasi ini dapat
diselesaikan dalam waktu yang cepat karena memiliki tujuan yang sederhana yakni
menghancurkan persenjataan berat yang dikuasai Houthi, sehingga Houthi tidak
bisa mengancam negara lain selain Yaman.
Dalam pelaksanaannya Operasi Decisive Storm dijalankan Arab Saudi
dengan mengerahkan jet tempur sebanyak 100 unit, tentara sebanyak 150.000
pasukan dan beberapa unit angkatan laut.172 Metode yang digunakan adalah melalui
171 Saudi-led coalition announces end to Yemen operation, https://www.reuters.com/article/us-yemen-security-saudi/saudi-led-coalition-announces-end-to-yemen-operation-idUSKBN0NC24T20150421 (diakses pada 19 November 2017) 172 Saudi ‘Decisive Storm’ waged to save Yemen, https://english.alarabiya.net/en/News/middle-east/2015/03/26/GCC-states-to-repel-Houthi-aggression-in-Yemen-statement-.html (diakses pada 19 November 2017).
54
serangan udara dan tembakan meriam jarak jauh.173 Jenis bom yang digunakan
adalah bom cluster “unguided” (acak) yang sebenarnya dilarang penggunaannya
oleh dunia internasional.174
Dikarenakan Operasi Decisive Storm dilaksanakan dengan fokus
menggunakan serangan udara, operasi ini tidak memiliki banyak resiko terhadap
meluasnya konflik. Menteri luar negeri Arab Saudi yakni Adel al-Jubeir
menyampaikan bahwa operasi Decisive Storm berhasil menghancurkan angkatan
udara misil balistik, serta persenjatan berat Houthi.175 Operasi Decisive Storm
berhasil menghancurkan banyak alat berat dari Houthi, sehingga Arab Saudi
berhasil menghilangkan kemampuan Houthi untuk melakukan ancaman.176
4.1.2.2 Operasi Restoring Hope
Operasi Restoring Hope dilaksanakan satu hari setelah Operasi Decisive
Storm berakhir yakni pada 22 April 2015. Operasi Restoring Hope memiliki fokus
yang berbeda dengan operasi dengan Operasi Decisive Storm. Bagi Arab Saudi
Operasi Restoring Hope dilaksanakan dengan fokus untuk melindungi penduduk,
lalu melawan terorisme serta memfasilitasi evakuasi penduduk asing dan
mengintensifkan bantuan dan juga asistensi medis terhadap orang-orang Yaman.177
173 Ibid. 174 Saudi Arabia admits it used UK-made cluster bombs in Yemen, https://www.theguardian.com/world/2016/dec/19/saudi-arabia-admits-use-uk-made-cluster-bombs-yemen (diakses pada 19 November 2017) 175 Yemen bombing leaves misery for civilians, http://www.abc.net.au/pm/content/2015/s4222486.htm (diakses pada 19 November 2017) 176 Ibid. 177 Saudi-led coalition announces end to Yemen operation, https://www.reuters.com/article/us-yemen-security-saudi/saudi-led-coalition-announces-end-to-yemen-operation-idUSKBN0NC24T20150421 (diakses pada 19 November 2017)
55
Secara keseluruhan aktor yang melaksanakan Operasi Restoring Hope
adalah masih sama dengan aktor-aktor yang melakukan intervensi pada Operasi
Decisive Storm. Akan tetapi fokus dari Operasi Restoring Hope sebenarnya tidak
selaras antara fakta dan berita dalam media. Sementara komunikasi media yang
dilakukan oleh Arab Saudi mengklaim bahwa intervensi dilakukan untuk
melindungi penduduk dan memberikan bantuan. Faktanya perang tidak
berlangsung seperti yang disampaikan oleh Arab Saudi.
Pada faktanya operasi militer yang dilakukan oleh Arab Saudi
menggunakan bom cluster yang sebenarnya dilarang penggunaannya berdasarkan
Conventions on Cluster Munitions.178 Bom cluster ketika digunakan tidak dapat
membedakan apakah targetnya musuh atau sipil. Bom cluster memberikan dampak
kerusakan secara massal. Terlebih lagi bom cluster yang digunakan di Yaman
adalah “unguided”, sehingga menimbulkan banyak kerusakan.179
Tujuan utama dari Operasi Restoring Hope yang sebenarnya bukanlah
untuk melindungi sipil, melainkan untuk merebut kekuasaan de facto yang telah
diambil alih oleh Houthi dari Hadi. Akan tetapi Operasi Restoring Hope tidak dapat
diselesaikan dalam waktu cepat. Operasi Restoring Hope telah dilaksanakan sejak
22 April 2015 dan masih berlangsung hingga sekarang. Hal utama yang membuat
178 Convention On Cluster Munitions, https://www.un.org/disarmament/ccm/ (diakses pada 19 November 2017) 179 Saudi Arabia admits it used UK-made cluster bombs in Yemen , https://www.theguardian.com/world/2016/dec/19/saudi-arabia-admits-use-uk-made-cluster-bombs-yemen (diakses pada 19 November 2017)
56
operasi ini sulit diselesaikan adalah keengganan Arab Saudi untuk melancarkan
perang total terhadap Houthi.
Strategi gerilya yang digunakan oleh Houthi menyulitkan koalisi Arab
Saudi untuk bisa melakukan serangan yang efektif. PBB menyatakan bahwa terjadi
krisis kemanusiaan akibat penggunaan kekerasan dalam perebutan kekuasaan di
Yaman.180 Operasi Restoring Hope berlangsung panjang sehingga mengakibatkan
banyak korban sipil dan kerusakan parah di Yaman. Korban penduduk dalam
jangka waktu Maret 2015 hingga 23 Agustus 2016 adalah sebanyak 3.799 orang
menjadi korban jiwa, 6.711 orang terluka dan 7.6 juta orang hidup dalam keadaan
gizi buruk.181 Keadaan ini membuat PBB tidak mendukung kondisi ketidakstabilan
di Yaman.
Operasi Restoring Hope dikarenakan memiliki fase yang panjang, sehingga
memnyebabkan resiko perluasan konflik yang besar. Pertama resiko perluasan
konflik tersebut muncul dari Iran yang sebenarnya memiliki kesepahaman dengan
Houthi dan berpotensi masuk kedalam konflik di Yaman. Kemudian yang kedua
adanya peluang kelompok terorisme memanfaatkan ketidakstabilan di Yaman
untuk masuk ke dalam konflik di Yaman.
180 United Nations .Security Council. Resolution 2216 .2015. hal. 2. 181 United Nations Human Rights. Zeid urges accountability for violations in Yemen, http://www.ohchr.org/EN/NewsEvents/Pages/DisplayNews.aspx?NewsID=20411 (diakses pada 19 November 2017)
57
Gambar 5. 4 Peta Wilayah Kekuasaan Kelompok Houthi.
Sumber : Yemen: Civil War and Regional Intervention182
Konflik yang terjadi di Yaman mengakibatkan pemerintahan de facto di
Yaman terpecah menjadi dua. Pertama adalah pemerintahan de facto yang di kuasai
oleh Houthi. Kedua adalah pemerintahan de facto yang di kuasai oleh koalisi Saudi
Arabia dan telah dikembalikan pemerintahannya kepada Hadi.
4.2 Economic Interest dari Arab Saudi
Berdasarkan konsep National Interest Donald E Nuechterlein, Economic
Interest merupakan salah satu kepentingan nasional dari suatu negara mengenai
tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan dalam meningkatkan kesejahteraan
ekonomi negara tersebut melalui hubungan perdagangan dengan negara lain.183
Pada umumnya negara akan memiliki kepentingan dengan negara lainnya untuk
melakukan aktivitas ekonomi seperti ekspor dan impor atau bahkan mencoba
182 Jeremy M. Sharp. Yemen: Civil War and Regional Intervention. (Congressional Research Service , 2017), hal 3. 183 Nuechterlein, Op.Cit., hal. 248
58
mengontrol sebuah tempat yang menjadi ketertarikan bagi suatu negara sehingga
dapat memberikan manfaat yang besar bagi negara tersebut. Dalam kasus intervensi
militer oleh Arab Saudi ada satu variabel yang akan diuraikan yakni Mengontrol
dan Mendominasi Perekonomian.
4.2.1 Mengontrol dan Mendominasi Perekonomian
Dalam penelitian ini, Arab Saudi merupakan pemimpin koalisi dalam
mengintervensi militer di Yaman. Dengan memutuskan untuk intervensi militer
terhadap Yaman, tentu Arab Saudi memiliki kepentingan nasional, salah satunya
kepentingan ekonomi terhadap Yaman.
Kepentingan ekonomi tersebut diimplementasikan melalui adanya upaya
untuk menjaga kestabilan nilai ekspor bagi Arab Saudi dalam aktivitas arus ekspor
dan impor diantara Arab Saudi dan Yaman. Tabel dibawah ini merupakan jumlah
nilai ekspor dan impor diantara kedua negara tersebut.
Tabel 2. Nilai ekspor dan impor non minyak Arab Saudi tahun 2014 – 2016 (Juta Riyal)
Negara Tahun Impor Dari
Yaman
Ekspor Ke
Yaman Selisih
Arab
Saudi
2014 1.009 4.710 3.701
2015 570 2.090 1.520
2016 243 2.138 1.895
59
Total 1822 8938 7116
Sumber: Saudi Arabian Monetary Authority, 53rd Annual Report 2017.184
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa Arab Saudi memiliki nilai surplus
yang didapatkan dari hasil ekspor ke Yaman. Apabila dibandingkan dengan nilai
impor dari Yaman, nilai ekspor Arab Saudi jauh lebih unggul, sehingga dapat
dijadikan sebuah keuntungan bagi Arab Saudi dalam melakukan aktivitas ekonomi
dengan Yaman. Selisih antara nilai impor dari Yaman dengan nilai ekspor ke
Yaman untuk komoditi non minyak, dapat diartikan bahwa Yaman memiliki
potensi pasar yang dapat menguntungkan bagi pemasukan Arab Saudi.
Akan tetapi terdapat hal menarik dari tabel tersebut, terhitung sejak tahun
2014 hingga tahun 2016 terjadi penurunan, baik itu nilai impor dari Yaman maupun
nilai ekspor ke Yaman. Melihat adanya penurunan nilai impor dari Yaman dan nilai
ekspor ke Yaman, disebabkan karena sedang terjadinya konflik antara pemerintah
sipil dan Al Houthi. Konflik tersebut memicu Arab Saudi untuk mengintervensi
Yaman dengan militer dengan membentuk koalisi dan Arab Saudi sebagai
pemimpin koalisi.
Penurunan nilai ekspor ke Yaman, membuat Arab Saudi mengalami
penurunan pemasukan yang berasal dari Yaman. Apabila dibandingkan dengan
melihat tahun sebelum 2014, nilai ekspor ke Yaman relatif stabil, memasuki tahun
2015 nilai ekspor ke Yaman menurun secara signifikan.
184 Saudi Arabian Monetary Authority. 53rd Annual Report 2017 : Non-oil Commodity Exports and Imports of the Kingdom of Saudi Arabia (Juni 2017). hal. 112.
60
Tabel 3. Nilai ekspor dan impor non minyak Arab Saudi tahun 2009 – 2013 (Juta Riyal)
Negara Tahun Impor Dari
Yaman
Ekspor Ke
Yaman Selisih
Arab Saudi
2009 738 2.349 1.611
2010 788 2.600 1.812
2011 969 2.297 1.328
2012 1.008 3.133 2.125
2013 912 3.750 2.838
Total 4.415 14.129 9.714
Sumber: Saudi Arabian Monetary Agency, 52nd Annual Report.185
Berdasarkan tabel diatas, nilai ekspor ke Yaman selalu berada diatas angka
2.200 dan tidak mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan pada tahun
2014 hingga 2016. Maka dari itu, Yaman sebagai salah satu negara yang berpotensi
memiliki pasar menguntungkan bagi Arab Saudi, maka dibutuhkan kondisi negara
Yaman kembali stabil, agar aktivitas ekonomi antara Yaman dan Arab Saudi dapat
kembali stabil.
185 Kingdom of Saudi Arabia. Saudi Arabian Monetary Agency. 52nd Annual Report (2014 - 2016).
61
Gambar 5. 5 Ekspor Non Minyak Arab Saudi
Sumber : Saudi Arabian Monetary Authority.186
Gambar diatas merupakan nilai ekspor non minyak pada tahun 2015 dan
2016 dari Arab Saudi ke negara yang termasuk kedalam 30 besar dunia bagi
aktivitas ekspor Arab Saudi. Melalui gambar diatas, Yaman merupakan negara
yang berada di peringkat 25 dalam aktivitas ekspor Arab Saudi dari seluruh negara
di dunia. Melihat Yaman berada di peringkat 25, bagi Arab Saudi dalam bidang
ekonomi Yaman bukan merupakan negara utama yang menghasilkan pemasukan
terbesar dalam hal ekspor. Negara yang termasuk kedalam 5 besar dalam aktivitas
ekspor Arab Saudi sehingga memberikan nilai ekspor yang tinggi yakni Uni Emirat
Arab (UEA), China, India, Singapura, dan Qatar.
186 General Authority for Statistics. Non-oil Commodity Exports and Imports of the Kingdom of Saudi Arabia (2016). hal. 16.
62
Gambar 5. 6 Nilai Ekspor Yaman Tahun 2014
Sumber : World Integrated Trade Solution (WITS)187
Gambar diatas merupakan nilai ekspor non minyak pada tahun 2014 dari
Yaman ke negara yang termasuk ke dalam 12 besar dunia bagi aktivitas ekspor
Yaman. Apabila melihat dari sudut pandang Yaman, China merupakan negara yang
menjadi penghasil nilai ekspor terbesar bagi Yaman. Sedangkan posisi Arab Saudi
berada di peringkat kedua setelah China dalam ekspor dari Yaman.
Selanjutnya pada tahun 2015, Arab Saudi menduduki peringkat pertama
dalam hal ekspor yang berasal dari Yaman. Akan tetapi terjadi penurunan nilai
ekspor yang sangat signifikan dialami oleh Yaman dalam mengekspor produknya
ke Arab Saudi. Dapat dilihat melalui gambar dibawah ini :
187 World Integrated Trade Solution (WITS) ,https://wits.worldbank.org/CountryProfile/en/Country/YEM/Year/2014/TradeFlow/Export/Partner/by-country (diakses pada 22 Desember 2017).
63
Gambar 5. 7 Nilai Ekspor Yaman Tahun 2015
Sumber : World Integrated Trade Solution (WITS)188
Penurunan nilai ekspor yang dialami oleh Yaman tidak terlepas dari adanya
konflik internal yang terjadi didalam negeri Yaman, sehingga memberikan dampak
negatif terhadap perekonomian Yaman.
188 World Integrated Trade Solution (WITS) ,https://wits.worldbank.org/CountryProfile/en/Country/YEM/Year/2015/TradeFlow/Export/Partner/by-country (diakses pada 22 Desember 2017).
64
Gambar 5. 8 Nilai Impor Yaman Tahun 2014
Sumber : World Integrated Trade Solution (WITS)189
Gambar diatas merupakan data terkait nilai impor Yaman pada tahun 2014
dimana China menduduki peringkat pertama dari 10 besar dari seluruh negara.
Sedangkan Arab Saudi berada di peringkat ketiga dalam aktivitas impor Yaman.
pada tahun 2014 nilai ekspor Yaman terhadap Arab Saudi tidak sebanding dengan
nilai impornya. Yaman lebih banyak melakukan impor dari Arab Saudi
dibandingkan dengan ekspor ke Arab Saudi.
189 World Integrated Trade Solution (WITS), https://wits.worldbank.org/CountryProfile/en/Country/YEM/Year/2014/TradeFlow/Import/Partner/by-country (diakses pada 22 Desember 2017).
65
Gambar 5. 9 Nilai Impor Yaman Tahun 2015
Sumber : World Integrated Trade Solution (WITS)190
Berdasarkan gambar diatas, sama halnya seperti nilai ekspor Yaman pada
tahun 2014 – 2015 , nilai impor dari Yaman pun mengalami penurunan yang cukup
signifikan. Konflik yang terjadi di Yaman sangat mempengaruhi daya beli Yaman
dalam melakukan aktivitas impor. Perbedaan antara nilai impor Yaman tahun 2014
dan 2015 yaitu pada tahun 2014 Yaman lebih banyak mengimpor dari China,
sedangkan pada tahun 2015 Yaman cenderung lebih banyak mengimpor dari Uni
Emirat Arab.
Dari beberapa data diatas dapat disimpulkan bahwa nilai ekspor Arab Saudi
berada dalam tren positif beberapa tahun terakhir khususnya tahun 2014 – 2016,
akan tetapi nilai surplus mengalami penurunan sebanyak 50% dari tahun 2014 ke
tahun 2016. Kondisi Yaman yang tak kunjung membaik dan stabil dikarenakan
dalam keadaan konflik antara pemerintah dan kelompok Houthi, memberikan
dampak yang cukup serius bagi nilai ekspor Arab Saudi terhadap Yaman.
190 World Integrated Trade Solution (WITS), https://wits.worldbank.org/CountryProfile/en/Country/YEM/Year/2015/TradeFlow/Import/Partner/by-country (diakses pada 22 Desember 2017).
66
Selain itu, Arab Saudi memiliki ambisi lain terhadap Yaman yakni ingin
menguasai Selat Bab el Mandeb yaitu selat yang terletak diantara Yaman, Djibouti,
dan Eritrea.191 Bab el Mandeb begitu penting dalam dunia perminyakan sebab selat
tersebut merupakan “chokepoint” antara pesisir timur Afrika dan Timur Tengah.192
Chokepoint adalah selat atau kanal yang memiliki lokasi strategis dimana dapat
ditutup atau diblokir dengan tujuan untuk menghentikan lalu lintas di laut.193
Dengan kata lain merupakan selat yang merupakan jalur strategis dalam
pengiriman minyak, gas alam, serta produk minyak bumi dalam hal ini Bab el
Mandeb merupakan jalur strategis pengiriman minyak di Teluk Persia yang
nantinya akan diteruskan ke Eropa, Amerika utara serta ekspor minyak Eropa dan
Afrika utara ke wilayah Asia.194 Perdagangan minyak mentah dan produk minyak
bumi yang transit di Bab el Madeb telah meningkat secara signifikan dalam
beberapa tahun terakhir yakni pada tahun 2010 per hari nya 2,7 juta barel hingga
mencapai angka 4,7 juta barel per hari pada tahun 2014.195
191 Dominasi Bab El Mandeb, Tujuan Kelanjutan Agresi Saudi ke Yaman, http://parstoday.com/id/news/middle_east-i31977-dominasi_bab_el_mandeb_tujuan_kelanjutan_agresi_saudi_ke_yaman (diakses pada 7 Januari 2017) 192 Oil trade off Yemen coast grew by 20% to 4.7 million barrels per day in 2014, https://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=20932 (diakses pada 7 Januari 2017) 193 Major Chokepoints of the World, https://www.thoughtco.com/major-chokepoints-of-the-world-4090112 (diakses pada 7 Januari 2017) 194 Ibid. 195 Ibid.
67
Gambar 5. 10 Lokasi Selat Bab el Mandeb
Sumber : https://www.eia.gov196
Bab el Mandeb merupakan salah satu dari chokepoint penting di dunia,
chokepoint penting lainnya yakni Selat Hormuz, Selat Malaka, Terusan Suez, Selat
Danish, Selat Turkish, dan Terusan Panama.197 Keberadaan Bab el Mandeb yang
berlokasikan di Yaman, bagi Arab Saudi dinilai cukup strategis dalam menjaga
kestabilan khususnya dalam bidang ekonomi sebab Yaman merupakan jalur masuk
pelayaran internasional ke Laut Merah dimana akan sangat berdampak bagi Arab
Saudi.198
Pihak Arab Saudi pun menekankan bahwa pentingnya keamanan maritim
di Laut Merah bagian selatan yakni selat Bab el Mandeb dan Teluk Aden dimana
kedua lokasi tersebut berada di wilayah Yaman.199 Arab Saudi mengklaim bahwa
196 Oil trade off Yemen coast grew by 20% to 4.7 million barrels per day in 2014, https://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=20932 (diakses pada 7 Januari 2018) 197 Seven places in the world where global trade could be stopped cold, https://qz.com/1101860/seven-places-in-the-world-where-global-trade-could-be-stopped-cold/ (diakses pada 7 Januari 2018) 198 Konflik Yaman, Kepentingan Politik Tiga Negara, http://www.mirajnews.com/2015/04/konflik-yaman-kepentingan-politik-tiga-negara.html (diakses pada 7 Januari 2018) 199 Royal Saudi Navy Chief: Bab al-Mandeb and Red Sea security paramount, https://english.alarabiya.net/en/News/gulf/2017/08/31/Royal-Saudi-Navy-Chief-Bab-al-Mandeb-and-Red-Sea-security-paramount.html (diakses pada 7 Januari 2018)
68
intervensi yang dilancarkan olehnya beserta negara koalisi yang dipimpin oleh Arab
Saudi bertujuan untuk menjaga keamanan jalur pelayaran di selatan Laut Merah
dalam melawan ancaman Houthi terhadap lalu lintas pelayaran internasional.200
Konflik internal yang terjadi di Yaman memiliki potensi meluas ke jalur
laut dan area yang mendapatkan dampaknya yakni selat Bab el Mandeb dimana
sekitar 4 juta barel minyak per hari yang dikirim ke Eropa, Amerika Serikat dan
wilayah di Asia.201 Hal yang dikhawatirkan banyak negara khususnya Arab Saudi
sebagai salah satu produsen minyak terbesar dunia, keberadaan angkatan laut Iran
di sekitar perairan selat Bab el Mandeb sebagai dukungan terhadap kelompok
Houthi untuk mengontrol jalur tersebut.202
Apabila terjadi pemblokiran di jalur tersebut maka pengiriman minyak
dapat menyebabkan meningkatnya biaya pengiriman, karena harus mengalihkan
jalur pelayaran benua Afrika melalui selatan Afrika yang membutuhkan minimal
40 hari yang sebelumnya selalu melewati Terusan Suez pipa SUMED (Suez-
Mediterranean).203
200 Ibid. 201 Yemen war clouds raise dangers for top oil shipping route, https://www.reuters.com/article/us-mideast-crisis-yemen-shipping/yemen-war-clouds-raise-dangers-for-top-oil-shipping-route-idUSKBN0MM2JX20150326 (diakses pada 9 Januari 2018) 202 Ibid. 203 Ibid.
69
Gambar 5. 11 Jalur Pipa SUMED di Mesir
Sumber : www.eia.gov204
Pipa SUMED merupakan pipa yang menyalurkan minyak mentah dari
terminal Ain Sukhna di pesisir Laut Merah ke terminal Sidi Kerir yang bertemu
langsung dengan Laut Mediterania dimana pipa ini melintasi Sungai Nil di selatan
Kairo Mesir.205 Pipa SUMED merupakan milik dari perusahan yang bernama "The
Arab Petroleum Pipelines Company" yang diprakarsai pada tahun 1977 oleh Mesir,
Arab Saudi, tiga perusahaan dari Kuwait, serta Qatar.206
Tentunya apabila terdapat masalah di jalur Bab el Mandeb, maka akan
mengganggu pengiriman minyak ke Eropa karean diketahui bahwa pipa SUMED
yang seharusnya beroperasi akan menerima dampak dari memanasnya di perairan
Bab el Mandeb dan Arab Saudi yang merupakan salah satu pemain dalam bisnis
204 Suez Canal, Sumed Pipeline are key parts of Egypt’s role in international energy markets, https://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=12371 (diakses pada 10 Januari 2018) 205 Arab Petroleum Pipelines Company, http://sumed.org/index.php/sumed-system/main-pipelines.html (diakses pada 10 Januari 2018) 206 Arab Petroleum Pipelines Company (SUMED), https://www.mubadala.com/en/what-we-do/midstream/arab-petroleum-pipelines-company-sumed (diakses pada 10 Januari 2018)
70
minyak tidak menginginkan hal itu terjadi. Kehadiran Arab Saudi di selat Bab el
Mandeb merupakan aksi untuk menghilangkan ancaman Houthi beserta Iran di
wilayah perairan tersebut, dengan menghilangkan ancaman Houthi dan pengaruh
Iran maka Arab Saudi memiliki peluang besar untuk memegang kendali selat Bab
el Mandeb sebagai salah satu rute penting minyak dunia yang terhubung ke Laut
Merah.207
Selat Bab el Mandeb banyak memberikan poin penting dalam perdagangan
khususnya dalam hal produk minyak, lokasi strategis dari selat tersebut membuat
beberapa negara tertarik untuk menguasainya sebab akan memberikan
keuntungan.208 Begitu juga dengan Arab Saudi yang menginginkan dominasi Selat
Bab el Mandeb karena akan memberikan dampak yang cukup besar dalam hal
ekonomi khusunya dalam distribusi minyak, bahkan banyak transaksi perdagangan
Arab Saudi berada di selat tersebut.209
Sehingga kepentingan nasional dari Arab Saudi dalam konteks kepentingan
ekonomi, Arab Saudi berupaya untuk mengembalikan surplus dari nilai ekspor
Arab Saudi karena terjadi penurunan selama beberapa tahun terakhir. Kemudian
dengan dilakukannya intervensi militer oleh Arab Saudi di Yaman, menunjukan
upaya Arab Saudi untuk mendominasi Selat Bab el Mandeb di selatan Laut Merah
guna memberikan dampak positif terhadap jalur pelayaran menuju Laut Merah.
207 Saudi Arabia’s slaughter of Yemen fueled by oil interests, http://parstoday.com/en/radio/middle_east-i8233-saudi_arabia%E2%80%99s_slaughter_of_yemen_fueled_by_oil_interests (diakses pada 10 Januari 2018) 208 Dominasi Bab El Mandeb, Tujuan Kelanjutan Agresi Saudi ke Yaman, http://parstoday.com/id/news/middle_east-i31977-dominasi_bab_el_mandeb_tujuan_kelanjutan_agresi_saudi_ke_yaman (diakses pada 7 Januari 2018) 209 Ibid.
71
Selain itu intervensi militer yang bertujuan untuk menghilangkan ancaman
dari kelompok Houthi sebab keberadaan Houthi menjadi tantangan bagi Arab Saudi
dalam upaya menguasai wilayah tersebut. 210 Dengan menguasai selat Bab el
Mandeb, sehingga akan memberikan rasa aman bagi Arab Saudi dalam distribusi
dan aktivitas perdagangan yang melewati jalur tersebut.
4.3 World Order Interest dari Arab Saudi
Jenis kepentingan nasional yang ketiga berdasarkan konsep dari Donald E
Nuechterlein yakni World Order Interest, merupakan kepentingan nasional yang
mencerminkan tindakan suatu negara dalam memelihara sistem politik dan
ekonomi internasional sehingga bangsa atau rakyat baik individu maupun
kelompok dari negara tersebut dapat beraktivitas dan melakukan hubungan dengan
pihak lain yang berada di luar batas negaranya.211
Dari definisi diatas didapatkan pemahaman bahwa tentang upaya suatu
negara untuk menciptakan serta menjaga situasi politik dan ekonomi yang aman
atau stabil baik itu secara global maupun kawasan. Dalam kasus intervensi militer
Arab Saudi terhadap Yaman, merupakan contoh dari upaya Arab Saudi agar dapat
mengembalikan situasi politik dan ekonomi Yaman yang sedang terpuruk karena
adanya konflik internal di Yaman. Ada dua variabel yang akan diuraikan dalam
World Order Interest yakni Struggle Hegemon di Timur Tengah dan Stabilitas
Kawasan.
210 Bab al-Mandab Shipping Chokepoint Under Threat, http://www.washingtoninstitute.org/policy-analysis/view/bab-al-mandab-shipping-chokepoint-under-threat (diakses pada 7 Januari 2018) 211 Nuechterlein, Op.Cit., hal. 248.
72
4.3.1 Struggle Hegemon di Timur Tengah
Berbicara mengenai “struggle hegemon” yakni perjuangan atau upaya suatu
negara untuk mendominasi sesuatu. Dalam hal ini, struggle hegemon Timur Tengah
dapat diartikan sebagai upaya suatu negara di kawasan Timur Tengah agar dapat
menduduki posisi yang mampu mendominasi baik dalam bidang politik, ekonomi,
ideologi maupun militer di kawasan tersebut. Struggle hegemon merupakan salah
satu bentuk cerminan dari kebijakan luar negeri dan merupakan implementasi dari
kepentingan nasional dari suatu negara karena menjadi bagian yang perlu dicapai
negara tersebut.
Dalam kasus ini, struggle hegemon yang tengah diupayakan oleh pihak Arab
Saudi terhadap apa yang sedang terjadi di Yaman. Upaya yang dilakukan oleh Arab
Saudi terhadap Yaman yaitu dengan melakukan intervensi militer dengan tujuan
mengimbangi pengaruh Iran di kawasan Arab.212
Salah satu upaya lainnya yakni pada bulan November 2009 Arab Saudi
melancarkan aksi militer terhadap kelompok Houthi di Yaman melalui serangan
udara dan pasukan darat yang melintasi perbatasan Arab Saudi – Yaman dengan
tujuan untuk membersihkan kelompok Houthi di sekitar perbatasan, aksi ini sebagai
upaya Arab Saudi untuk mengurangi pengaruh Iran di Yaman.213
Sejak diambil alih ibukota Yaman “Sana’a” pada September 2014, Iran
berulang kali dicurigai telah mendukung kelompok tersebut.214 Iran memberikan
212 F. Gregory Gause III. Saudi Arabia In The New Middle East. ( New York: Council on Foreign Relations,2011), hal. 16. 213 Ibid. 214 Reports: Iranian support of Houthi militias in Yemen surges, https://english.alarabiya.net/en/News/middle-east/2017/10/29/Reports-Iranian-support-of-Houthi-militias-in-Yemen-reaches-its-peak.html (diakses pada tanggal 20 November 2017).
73
dukungan berupa senjata canggih dan penasihat militer untuk kelompok Houthi di
Yaman, serta membantu meningkatkan dukungan untuk sekutu Syiah dalam konflik
di Yaman agar dapat mempengaruhi keseimbangan kekuasaan di Timur Tengah.215
Sebelumnya sudah terjadi persaingan kekuasaan antara Arab Saudi dan Iran
yakni di Irak, Lebanon dan Palestina.216 Pertama di Irak, dalam pemilihan Perdana
Menteri pada tahun 2010 Arab Saudi mendukung Iyad Alawi sebagai calon Perdana
Menteri untuk periode selanjutnya.217 Di sisi lain Iran mendukung Perdana Menteri
Nouri al – Maliki agar dapat terpilih kembali menduduki kursi Perdana Menteri.218
Hasilnya Iyad Alawi gagal memenangkan pemilihan di Irak, sehingga Arab Saudi
gagal mendapatkan simpati politik di Irak.219 Sehingga Arab Saudi memutuskan
untuk tidak berurusan dengan Maliki dan tidak menempatkan duta besarnya di
Irak.220 Maka dengan ini Iran memiliki pengaruh yang kuat di Irak dibandingkan
dengan Arab Saudi.221
Kedua di Lebanon, upaya yang dilakukan oleh Arab Saudi untuk
mendapatkan pengaruh yang kuat yakni dengan mendukung koalisi "14 Maret" dan
gerakan politik Sunni yang dipelopori oleh mantan Perdana Menteri Rafiq al -
Hariri serta putranya Saad.222 Sedangkan dari pihak Iran mendukung kelompok
Hizbullah dan koalisi “8 Maret”.223 Sebelumnya koalisi "14 Maret" memenangkan
215 Exclusive: Iran steps up support for Houthis in Yemen's war - sources, https://www.reuters.com/article/us-yemen-iran-houthis/exclusive-iran-steps-up-support-for-houthis-in-yemens-war-sources-idUSKBN16S22R (diakses pada 20 November 2017). 216 Gause, Op.Cit., 16. 217 Ibid. 218 Ibid. 219 Ibid. 220 Ibid. 221 Ibid. 222 Ibid. 223 Gause, Loc.Cit.
74
pemilihan di tahun 2005 dan 2009, akan tetapi Hizbullah melakukan tindakan yang
agresif pada tahun 2008 dengan menggunakan kekuatan militernya untuk
menduduki pusat kota Beirut.224
Pada bulan Januari 2011, koalisi "14 Maret" kehilangan anggota di parlemen
karena beberapa anggota bergabung dengan koalisi "8 Maret", Sehingga Hizbullah
mampu menggulingkan Saad al - Hariri dari Perdana Menteri.225 Bahkan seorang
politisi yang beraliran Sunni Najib Miqati, kurang memiliki simpati terhadap Arab
Saudi sehingga lebih dapat diterima oleh Hizbullah dan kemudian membentuk
pemerintahan baru di Lebanon.226 Seperti di Irak pada tahun 2010, Arab Saudi
kembali gagal dalam persaingan dengan Iran untuk mendapatkan pengaruh politik
di Lebanon.
Ketiga di Palestina, dengan berpusat pada kelompok Fatah dan Presiden
Palestina Mahmoud Abbas, Arab Saudi memberikan dukungan terhadap
pemerintah Palestina dalam melawan Hamas yang didukung oleh Iran.227 Pada
tahun 2006, Hamas memenangkan pemilihan legislatif Palestina, Arab Saudi
berusaha untuk mencapai kesepakatan damai antara Fatah dan Hamas dengan
menjadi mediator pada bulan Februari 2007, Akan tetapi tidak lama setelah itu
kesepakatan tersebut pecah dan Hamas berhasil menguasai Gaza .228 Arab Saudi
telah gagal dalam upaya mendapatkan pengaruh di Palestina.
224 Ibid. 225 Ibid. 226 Ibid. 227 Ibid. 228 Ibid.
75
Konflik yang terjadi di Yaman merupakan momentum bagi Arab Saudi agar
dapat mempertahankan pengaruhnya kawasan Timur Tengah. Iran menjadi pesaing
utama dalam memperebutkan pengaruh politik di Timur Tengah. Salah satu sekutu
Arab Saudi yaitu Amerika Serikat, memberikan bantuan berupa intelijen, penjualan
senjata dan bahan bakar dalam mengintervensi Yaman. 229 Hal ini dilakukan
bertujuan untuk menstabilkan Yaman serta mencegah pengaruh Iran di Yaman.230
4.3.2 Stabilitas Kawasan
Berdasarkan definisi dari World Order Interest menurut Donald E
Nuechterlein diatas, bahwa suatu negara memiliki kepentingan nasional terkait
sistem internasional baik global maupun kawasan, dimana implementasinya
memberikan dampak positif bagi warganya. 231 Dampak positif tersebut dapat
diartikan seperti kondisi politik dan ekonomi stabil serta adanya rasa aman,
sehingga rakyat dari suatu negara baik individu, kelompok, maupun pemerintah
dapat berinteraksi dengan pihak lain yang berada diluar batas negaranya.
Dalam kasus ini, intervensi militer yang dilancarkan oleh Arab Saudi
terhadap Yaman merupakan salah satu kepentingan nasional Arab Saudi di kawasan
Timur Tengah. Pada dasarnya kepentingan nasional diimplementasikan ke dalam
kebijakan luar negeri. Dalam hal ini, kebijakan luar negeri bagi Arab Saudi
didasarkan pada kondisi geografis, sejarah, religi, ekonomi, keamanan dan
229 The US Role in Yemen: What You Need to Know, http://abcnews.go.com/International/us-role-yemen/story?id=42780004 (diakses pada 20 November 2017) 230 Gause, Op.Cit., 4. 231 Nuechterlein, Op.Cit., hal. 248.
76
politik.232 Adapun bentuk dari kebijakan luar negeri Arab Saudi di Timur Tengah
yaitu mempererat hubungan dengan negara – negara Teluk (Gulf) dan negara yang
berada di kawasan Jazirah Arab (Arabian Peninsula) serta berperan aktif dalam
organisasi internasional dan regional.233
Arab Saudi menyadari pentingnya mempersatukan dan menyamakan sikap
bagi negara - negara Arab, dengan demikian pada tahun 1945 diadakannya
pertemuan antara beberapa negara dari Timur Tengah dan utara Afrika, dan dari
pertemuan tersebut dibentuknya Liga Arab.234 Tujuan dibentuknya Liga Arab yaitu
untuk memperkuat dan mengkoordinasikan kerja sama politik, budaya, ekonomi
dan sosial. Kemudian pada tahun 1950, negara yang tergabung dalam Liga Arab
bersepakat dalam kerja sama ekonomi dan pertahanan militer.235 Anggota Liga
Arab berjumlah 22 negara, termasuk Arab Saudi dan Yaman yang tergabung
kedalamnya.236
Kesepakatan yang telah dicapai dalam Liga Arab seperti kerja sama
pertahanan militer, tentunya Arab Saudi dan Yaman yang merupakan sesama
anggota dari Liga Arab, maka sesuai dengan kerja sama yang telah disepakati
membuat sesama anggota Liga Arab memiliki tanggung jawab bersama dalam
menjaga kestabilan keamanan bagi setiap anggota. Selain itu, Arab Saudi yang
232 The Foreign Policy of The Kingdom of Saudi Arabia, http://www.mofa.gov.sa/sites/mofaen/KingdomForeignPolicy/Pages/ForeignPolicy24605.aspx (diakses pada 27 November 2017). 233 Ibid. 234 Arab League Fast Facts, http://edition.cnn.com/2013/07/30/world/meast/arab-league-fast-facts/index.html (diakses pada 27 November 2017). 235 Arab League, https://www.britannica.com/topic/Arab-League (diakses pada 27 November 2017). 236 Profile: Arab League, http://www.bbc.com/news/world-middle-east-15747941 (diakses pada 27 November 2017).
77
merupakan salah satu dari anggota GCC, mengacu pada kebijakan luar negeri Arab
Saudi yakni turut serta untuk berperan aktif dalam organisasi regional maupun
internasional, maka Arab Saudi berupaya untuk menciptakan situasi dan kondisi
yang stabil baik itu politik, ekonomi, maupun keamanan regional.
Berdasarkan kebijakan luar negeri Arab Saudi yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka intervensi militer terhadap konflik di Yaman menjadi bagian
tanggung jawab Arab Saudi dalam menjaga stabilitas kawasan di Timur Tengah
dari berbagai ancaman yang datangnya baik itu dari negara maupun kelompok
pemberontak, seperti kelompok Houthi di Yaman yang memiliki potensi
menyebabkan ketidakstabilan di kawasan tesebut, sehingga upaya yang dilakukan
oleh Arab Saudi agar memberikan dampak yang aman bagi warga negaranya
maupun bagi penduduk Yaman.
Selain itu, dengan dilakukannya intervensi militer oleh Arab Saudi terhadap
konflik di Yaman dengan berdasarkan pada kebijakan luar negeri Arab Saudi
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, yakni bertujuan untuk tetap menjaga
kestabilan hubungan dengan negara lain di Timur Tengah, khususnya bagi Yaman.
Seperti yang telah disebutkan diawal sub bab ini, salah satu upaya Arab Saudi
terhadap apa yang sedang terjadi di Yaman, yaitu dengan melakukan intervensi
militer terhadap Yaman. Dilihat dari konteks “World Order Interest”, berdasarkan
definisinya dapat dikatakan bahwa Arab Saudi memiliki kepentingan dalam
mengintervensi militer di Yaman. Salah satunya adalah berusaha untuk tetap
menstabilkan kawasan Timur Tengah terutama di sekitar Arab Saudi.
78
4.4 Ideological Interest dari Arab Saudi
Jenis kepentingan nasional yang keempat menurut Donald E Nuechterlein
adalah “Ideological Interest”. Jenis kepentingan ini merupakan kepentingan
nasional yang berdasarkan pada ideologi atau nilai yang dianut oleh bangsa dalam
suatu negara.237 Tentunya setiap negara memiliki ideologi atau nilai yang dianut
oleh masyarakatnya, selain itu pada pelaksanaannya pun kepentingan nasional
memiliki kandungan yang didalamnya terdapat nilai yang dianut oleh negara
tersebut.
Seperti Arab Saudi yang merupakan salah satu negara kerajaan Islam di
Timur Tengah, tentunya nilai - nilai Islam menjadi faktor terpenting dalam
menentukan prioritas kebijakan luar negeri Arab Saudi.238 Kepentingan nasional
Arab Saudi dalam konteks keislaman memiliki beberapa fokus, diantaranya
keamanan bersama bagi negara - negara Islam, memberikan bantuan ekonomi
kepada negara - negara Islam , dan memberikan bantuan moral maupun material
terhadap negara - negara Islam yang terkenna bencana alam maupun
kemanusiaan.239 Dalam kasus intervensi militer oleh Arab Saudi terhadap Yaman,
ada satu variabel yang akan dijelaskan yaitu pemerintahan Sunni di Yaman.
237 Nuechterlein, Op.Cit., hal. 248. 238 The Foreign Policy of The Kingdom of Saudi Arabia, http://www.mofa.gov.sa/sites/mofaen/KingdomForeignPolicy/Pages/ForeignPolicy24605.aspx (diakses pada 9 Desember 2017). 239 Ibid.
79
4.4.1 Pemerintahan Berbasis Sunni
Pada dasarnya ideologi dalam hubungan internasional modern memiliki
peran penting. 240 Sebab didalam ideologi mengandung sistem gagasan dan
keinginan , sehingga dapat membentuk dasar pemikiran seperti dalam kebijakan
ekonomi maupun politik.241 Seperti halnya kepentingan nasional, suatu hal yang
diterima maupun diinginkan oleh suatu negara yang berdaulat dalam hubungannya
dengan negara lain yang berhubungan dengan keadaan eksternal.242 Berdasarkan
definisi diatas, ideologi dan kepentingan nasional merupakan hal yang saling
berkaitan. Kepentingan nasional suatu negara merepresentasikan ideologi yang
dianutnya dan praktek dari kepentingan nasional direalisasikan melalui kebijakan
luar negeri.
Dalam kasus ini, seperti halnya Arab Saudi yang merupakan salah satu
negara Islam di Timur Tengah dengan sistem pemerintahan kerajaan, tentunya
memiliki kepentingan nasional dalam konteks ideologi. Pada dasarnya kebijakan
luar negeri Arab Saudi berdasarkan pada letak geografis, sejarah, agama, ekonomi,
politik, dan masalah keamanan. 243 Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
bahwa didalam ideologi dan kepentingan nasional terdapat kesamaan, yaitu adanya
“keinginan”, dan bahwasanya ideologi memiliki korelasi dengan apa yang disebut
dengan “agama”. Korelasi diantara keduanya adalah agama bagi sebagian negara
240 Alan Cassels. Ideology and International Relations in the Modern World. (London: Routledge, 1996). hal. xi. 241 English oxford living dictionary, https://en.oxforddictionaries.com/definition/ideology (diakses pada 10 Desember 2017) 242 Nuechterlein, Op.Cit., hal. 247. 243 The Foreign Policy of The Kingdom of Saudi Arabia , http://www.mofa.gov.sa/sites/mofaen/KingdomForeignPolicy/Pages/ForeignPolicy24605.aspx (diakses pada 10 Desember 2017)
80
merupakan pondasi dalam ideologi mereka, seperti halnya Arab Saudi yang
menjadikan agama sebagai pondasi dalam kepentingan nasionalnya.
Bagi Arab Saudi, Islam merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi
dalam menentukan prioritas kebijakan luar negeri. 244 Salah satu prinsip yang
dimiliki Arab Saudi dalam kebijakan luar negerinya yakni mengecam dan anti
terhadap aktivitas terorisme, agar Islam tidak dicap sebagai sumber terorisme.245
Prinsip ini kemudian direalisasikan kedalam intervensi militer terhadap konflik di
Yaman.
Berdasarkan fakta, bahwa di Islam di Timur Tengah terbagi ke dalam dua
jenis aliran besar yang menjadi rivalitas antar aliran tersebut. Aliran tersebut adalah
Islam Sunni dan Islam Syiah. Rivalitas antara Sunni dan Syiah sama halnya rivalitas
antara Arab Saudi dan Iran. Arab Saudi merupakan penganut paham Sunni,
sedangkan Iran penganut paham Syiah. 246 Sekitar 1,6 miliar muslim di dunia,
sekitar 85% adalah Sunni dan 15% merupakan Syiah, Sunni sebagai aliran yang
mendominasi memandang Syiah sebagai aliran Islam yang menyimpang.247
Perbedaan mendasar antara Islam Sunni dan Syiah yakni; Pertama, Islam
Sunni meyakini rukun Islam ada 5 (Syahadat, Shalat, Puasa, Zakat dan Haji),
sedangkan Islam Syiah memiliki kesamaan dalam jumlah rukun Islam namun
terdapat perbedaan dalam isinya (Shalat, Puasa, Zakat, Haji, dan Wilayah), lalu
244 Ibid. 245 Ibid. 246 The Sunni-Shia Divide, https://www.cfr.org/interactives/sunni-shia-divide?cid=otr-marketing_url-sunni_shia_infoguide#!/sunni-shia-divide?cid=otr-marketing_url-sunni_shia_infoguide (diakses pada 10 Desember 2017) 247 Ibid.
81
untuk kalimat syahadat Islam Syiah menambahkan dengan menyebut 12 imam.248
Kedua, dalam rukun Iman Islam Sunni meyakini ada 6 ( Allah, Malaikat, Kitab,
Rasul, Hari Kiamat, serta Qada dan Qadar), sedangkan dalam Islam Syiah meyakini
ada 5 (Tauhid, Nubuwwah, Imamah, al-Adl dan Ma'ad).249
Adanya perbedaan pandangan yang cukup mencolok antara Sunni dan
Syiah, Arab Saudi yang merupakan salah satu negara dengan penduduknya
mayoritas beraliran Sunni, melihat pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok
Houthi terhadap pemerintahYaman, membuat Arab Saudi memutuskan untuk
mengintervensi Yaman dengan jalan militer. Kelompok Houthi yang beraliran
Syiah, menyebabkan kekhawatiran bagi Arab Saudi akan meluasnya pengaruh Iran
sebagai “home country” Syiah melalui kelompok Houthi di Yaman.
Yaman sebagai negara tetangga Arab Saudi dan penduduk dari Yaman
merupakan mayoritas beraliran Sunni.250 Sehingga Arab Saudi menganggap perlu
untuk memberikan bantuan serta dukungan kepada sesama negara yang
berpenduduk mayoritas Sunni. Kelompok Houthi yang dianggap sebagai teroris,
tentunya Arab Saudi sesuai dengan prinsinya yakni menentang adanya aktivitas
terorisme, maka intervensi militer yang dilakukan oleh Arab Saudi merupakan
langkah dalam memenuhi kepentingan nasional terhadap sesaman negara Sunni.
Intervensi militer oleh Arab Saudi bertujuan menghentikan efek meluasnya
kontrol Houthi atas sebagian wilayah di Yaman serta mengembalikan pemerintahan
248 Inilah Perbedaan Antara Sunni (Aswaja) dan Syi’ah, http://www.muslimedianews.com/2013/10/inilah-perbedaan-antara-sunni-aswaja.html (diakses pada 27 Desember 2017). 249 Ibid. 250 The World Factbook : Yemen, https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/ym.html (diakses pada 10 Desember 2017)
82
Hadi secara de facto dan de jure. Indikasi tersebut dapat diartikan bahwa Arab Saudi
yang tengah bertempur melawan militan Houthi, mendukung Hadi agar terciptanya
rezim pemerintahan Sunni di Yaman.
83
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dalam Bab ini penulis akan menyampaikan kesimpulan dari penelitian yang
berjudul “Kepentingan Nasional Arab Saudi Melalui Intervensi Militer Dalam
Konflik di Yaman Pada Tahun2014 – 2016” serta menjawab dari pertanyaan yang
diajukan melalui rumusan masalah yang ada pada Bab I.
Penelitian ini membahas mengenai kepentingan nasional Arab Saudi,
khususnya ketertarikan Arab Saudi terhadap Yaman yang dilanda konflik
bersenjata antara pemerintah Yaman melawan kelompok Houthi dalam
memperebutkan kekuasaan dalam pemerintahan di Yaman. Intervensi militer yang
dilakukan oleh Arab Saudi terhadap Yaman tentunya mengandung unsur
kepentingan nasional.
Penulis dalam menganalisa kasus ini menggunakan konsep kepentingan
nasional milik Donald E Nuechterlein. Dalam tulisan Nuechterlein dijelaskan
bahwa kepentingan nasional terbagi ke dalam empat macam yaitu Defence Interest,
Economic Interest, World Order Interest, dan Ideological Interest.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan mengolah dari
berbagai sumber terkait topik yang diangkat, diperoleh kesimpulan bahwa ;
pertama, kepentingan nasional Arab Saudi dalam Defence Interest yakni merujuk
pada wilayah yang dikuasai Houthi merupakan wilayah yang berbatasan langsung
dengan Arab Saudi, sehingga Arab Saudi merasa terancam akan kehadiran Houthi.
84
Kedua, kepentingan nasional Arab Saudi dalam Economic Interest merujuk
pada nilai ekspor Arab Saudi terhadap Yaman mengalami penurunan meskipun
Arab Saudi masih berada dalam jalur surplus, akan tetapi penurunan sebanyak 50%
cukup memberikan masalah serius bagi Arab Saudi. Selain itu Arab Saudi ingin
menguasai jalur pelayaran penting yakni Selat Bab el Mandeb guna memberikan
keuntungan dalam aktivitas distribusi dan perdagangan yang melalui jalur tersebut
bagi Arab Saudi.
Ketiga, kepentingan nasional Arab Saudi dalam World Order Interest yakni
Arab Saudi tidak menginginkan adanya pengaruh Iran di Yaman sebab Arab Saudi
berupaya untuk mencapai posisi hegemon di kawasan Timur Tengah. Selama ini
Iran dianggap sebagai rival dalam pertarungan politik di kawasan tersebut. Selain
itu dengan dilakukannya intervensi militer, Arab Saudi menginginkan kondisi
keamanan yang stabil di lingkungan Arab Saudi.
Keempat, kepentingan nasional Arab Saudi dalam Ideological Interest
yakni perbedaan aliran keislaman antara Sunni dan Syiah yang telah menjadi rival
lama, membuat Arab Saudi tidak menginginkan Yaman berada di bawah
pemerintahan yang dikuasai oleh aliran Syiah.
Intervensi militer yang dilakukan oleh Arab Saudi hingga membangun
koalisi karena adanya ancaman serius dari pemberontak Houthi di perbatasan Arab
Saudi – Yaman dan Arab Saudi tidak menginginkan pengaruh Iran maupun Syiah
yang kuat didalam pemerintahan Yaman.
85
6.2 Saran
Adapun saran dari penulis terkait topik yang diangkat dalam penelitian ini,
yaitu ;
a. Dalam penyelesain konflik di Yaman, alangkah lebih baik apabila
Arab Saudi mencari cara dalam menyelesaikan konflik dengan jalan
yang tidak perlu hingga menelan banyak korban jiwa.
b. Masyarakat internasional seharusnya lebih memperdulikan keadaan
di Yaman dengan berusaha lebih aktif dalam mencapai resolusi
konflik.
86
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Alan Cassels. 1996. Ideology and International Relations in the Modern Wolrd.
London: Routledge.
Barak A. Salmoni, Bryce Loidolt, dan Madeleine Wells. 2010. Regime and
Periphery in Northern Yemen: The Houthi Phenomenon. Santa Monica:
RAND Corporation.
Edmund, Timothy., Jamie Gaskarth., dan Robin Porter (Ed.). 2014. British Foreign
Policy and the National Interest: Identity, Strategy and Security. London
: Palgrave Macmillan.
Ehteshami, Anoushiravan., Gawdat Bahgat., Neil Quilliam. 2017. Security and
Bilateral Issues between Iran and its Arab Neighbours. London: Palgrave.
Haifaa A. Jawad. 1997. The Middle East In The New World Order. London:
Palgrave Macmillan.
Khatib, Lina., dan Ellen Lust. 2014. Taking to the Streets: The Transformation of
Arab Activism. Baltimore: John Hopkins University Press.
Konrad G. Bühler. 2001 . State Succession and Membership in International
Organizations: Legal Theories Versus Political Pragmatism. The Hague:
Kluwer Law International.
Madawi Al-Rasheed dan Robert Vitalis. (e.d). 2004. Counter Narratives: History,
Contemporary Society Politics In Saudi Arabia and Yemen. New York:
Palgrave Macmillan.
87
Rene Rieger. 2017. Saudi Arabian Foreign Relations: Diplomacy and Mediation
Conflict Resolution. New York: Routledge.
Shehabi, Ala’a., dan Owen, Marc (Ed.). 2015. Bahrain’s Uprising: Resistance and
repression in the Gulf . London: Zed Books.
Teller, Neville. 2016. The Chaos in the Middle East: 2014-2016. Leicestershire:
Troubador Publishing.
Yambert, Karl. 2016. Security Issues in the Greater Middle East. Santa Barbara:
Praeger.
Jurnal
Al Jazeera Center for Studies. 2016. Operation Decisive Storm: Reshuffling
Regional Order. Al Jazeera.
General Authority for Statistics. 2016. Non-oil Commodity Exports and Imports of
the Kingdom of Saudi Arabia. Saudi Arabian Monetary Authority
Economic Research Department.
General Authority for Statistics. 2017. 53rd Annual Report. Saudi Arabian Monetary
Authority Economic Research Department.
Gregory, F. Gause III. 2011. Saudi Arabia In The New Middle East. New York,
Council Special Report No. 63 : Council on Foreign Relations.
Nuechterlein, E. Donald. 1976. “National Interests and Foreign Policy: A
Conceptual Framework for Analysis and Decision Making”. British
Journal of International Studies, Vol.2, No.3, pp.246-266.
United Nations . 2015. Resolution 2216. Security Council.
88
USA International Business Publications. 2005. US-Saudi Arabia King Abdullah
Bin Abdul Aziz Al Saud Handbook. Washinton DC: International Business
Publications.
Sumber Website
Abubakr al-Shamahi. 2015. Saudi Arabia and Yemen: A history intertwined.
https://www.alaraby.co.uk/english/politics/2015/3/26/saudi-arabia-and-
yemen-a-history-intertwined (diakses pada 5 Desember 2017)
Agencies. 2015. Profile: Yemen's Abd-Rabbu Mansour Hadi.
http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2012/02/2012219133034774
204.html (diakses pada 6 Mei 2017)
Al Arabiya. 2013. Saudi Arabia continues strengthening border security with
Yemen. http://english.alarabiya.net/en/News/middle-
east/2013/04/10/Saudi-Arabia-continues-strengthening-border-security-
with-Yemen.html (diakses pada 11 Agustus 2017)
Al Arabiya. 2015. Saudi ‘Decisive Storm’ waged to save Yemen.
https://english.alarabiya.net/en/News/middle-east/2015/03/26/GCC-
states-to-repel-Houthi-aggression-in-Yemen-statement-.html (diakses
pada 19 November 2017)
Al Arabiya. 2017. Reports: Iranian support of Houthi militias in Yemen surges.
https://english.alarabiya.net/en/News/middle-east/2017/10/29/Reports-
Iranian-support-of-Houthi-militias-in-Yemen-reaches-its-peak.html
(diakses pada 20 November 2017)
89
Al Arabiya. 2017. Royal Saudi Navy Chief: Bab al-Mandeb and Red Sea security
paramount, https://english.alarabiya.net/en/News/gulf/2017/08/31/Royal-
Saudi-Navy-Chief-Bab-al-Mandeb-and-Red-Sea-security-
paramount.html (diakses pada 7 Januari 2018)
Al Jazeera and Agencies. 2012. Yemen election ends Saleh's 33-year rule.
http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2012/02/2012221175117397
57.html (diakses pada 6 Mei 2017)
Al Jazeera and Agencies. 2015. Yemen's Saleh declares alliance with Houthis.
http://www.aljazeera.com/news/2015/05/cloneofcloneofcloneofstrikes-
yemen-saada-breach--150510143647004.html (diakses pada 23 April
2017)
Al Jazeera. 2015. Who are the Houthis in Yemen?.
http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2014/08/yemen-houthis-hadi-
protests-201482132719818986.html (diakses pada 4 Desember 2017).
Al Jazeera. 2016. Yemen: Houthi rebels form new government.
http://www.aljazeera.com/news/2016/11/yemen-houthi-rebels-form-
government-161128200652615.html (diakses pada 23 April 2017)
Al Jazeera. 2015. Profile: Yemen's Abd-Rabbu Mansour Hadi .
http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2012/02/2012219133034774
204.html (diakses pada 9 Desember 2017)
Al Jazeera. 2017. Yemen: Who was Ali Abdullah Saleh?.
http://www.aljazeera.com/indepth/spotlight/yemen/2011/02/2011228121
18938648.html (diakses pada 9 Desember 2017)
90
Anadolu Agency. 2015. Malaysia forces arrive to join Saudi-led Yemen offensive.
http://aa.com.tr/en/world/malaysia-forces-arrive-to-join-saudi-led-
yemen-offensive/48871 (diakses pada 19 November 2017)
Arab News. 2016. Houthi rocket attack kills Saudi, wounds 6 expats in Najran,
http://www.arabnews.com/node/972641/saudi-arabia (diakses pada 27
Desember 2017).
Arab Petroleum Pipelines Company. Main Pipelines.
http://sumed.org/index.php/sumed-system/main-pipelines.html (diakses
pada 10 Januari 2018)
BBC. 2014. “How Yemen's capital Sanaa was seized by Houthi rebels”.
http://www.bbc.com/news/world-29380668 (diakses pada 6 Mei 2017)
BBC. 2015. Yemen crisis: President Hadi flees as Houthi rebels advance.
http://www.bbc.com/news/world-middle-east-32048604 (diakses pada 6
Mei 2017)
BBC. 2015. Yemen conflict: Saudi Arabia ends air campaign.
http://www.bbc.com/news/world-middle-east-32402688 (diakses pada 23
April 2017)
BBC. 2016. Yemen's war leaves children on the brink of famine.
http://www.bbc.com/news/world-middle-east-38229955 (diakses pada 23
April 2017)
BBC. 2017. Profile: Arab League. http://www.bbc.com/news/world-middle-east-
15747941 (diakses pada 27 November 2017).
91
Britannica. Arab League. https://www.britannica.com/topic/Arab-League (diakses
pada 27 November 2017).
Central Intelligence Agency. 2017. The World Factbook.
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/sa.html
(diakses pada 11 Agustus 2017)
CNN. 2017. Arab League Fast Facts.
http://edition.cnn.com/2013/07/30/world/meast/arab-league-fast
facts/index.html (diakses pada 27 November 2017).
Council on Foreign Relations. The Sunni-Shia Divide.
https://www.cfr.org/interactives/sunni-shia-divide?cid=otr-
marketing_url-sunni_shia_infoguide#!/sunni-shia-divide?cid=otr
marketing_url-sunni_shia_infoguide (diakses pada 10 Desember 2017)
DW. 2012. Pemilu di Yaman Mulai Digelar . http://www.dw.com/id/pemilu-di-
yaman-mulai-digelar/a-15755285
DW . 2015. Yemen's President Hadi returns to Aden after months in exile.
http://www.dw.com/en/yemens-president-hadi-returns-to-aden-after-
months-in-exile/a-18730734 (diakses pada 6 Mei 2017)
English oxford living dictionary. Ideology.
https://en.oxforddictionaries.com/definition/ideology (diakses pada 10
Desember 2017)
Fannack. 2016. The Yemen Arab Republic. https://fanack.com/yemen/history-past-
to-present/the-yemen-arab-republic/ (diakses pada 5 Desember 2017)
92
Farik Zolkepli. 2017. Hisham: Malaysian forces to remain in Saudi Arabia.
https://www.thestar.com.my/news/nation/2017/10/30/hisham-malaysian-
forces-to-remain-in-saudi-arabia/ (diakses pada 19 November 2017)
Hardoko, Ervan. 2017. Dua Tahun Perang Yaman, 7.700 Tewas dan 42.500
Terluka.
http://internasional.kompas.com/read/2017/03/23/12060391/dua.tahun.pe
rang.yaman.7.700.tewas.dan.42.500.terluka?page=all (diakses pada 23
April 2017)
Jeremy Vaughan and Simon Henderson. The Washington Institute. 2017. Bab al-
Mandab Shipping Chokepoint Under Threat,
http://www.washingtoninstitute.org/policy-analysis/view/bab-al-mandab-
shipping-chokepoint-under-threat (diakses pada 7 Januari 2018)
Jesse Ferris. 2015. Nasser’s Ghost Hovers Over Yemen.
https://www.nytimes.com/2015/04/02/opinion/nassers-ghost-hovers-
over-yemen-saudi-arabia-egypt.html (diakses pada 5 Desember 2017)
Karim El-Bar. 2016. Houthis apologise to US over use of 'Death to America' slogan.
http://www.middleeasteye.net/news/death-america-no-more-houthis-
apologise-us-controversial-slogan-1908461332 (diakses pada 4 Desember
2017).
Katherine Zimmerman, Chris Harnisch, dan Aaron Zelin. 2010. Profile: al Houthi
Movement. https://www.criticalthreats.org/analysis/profile-al-houthi-
movement (diakses pada 4 Desember 2017).
KBBI. Definisi Jarak. https://kbbi.web.id/jarak (diakses pada10 Desember 2017)
93
Kementrian Luar Negeri Indonesia. Profil Negara Kerajaan Arab Saudi.
http://www.kemlu.go.id/riyadh/id/Pages/Arab-Saudi.aspx (diakses pada 9
Desember 2017)
Kingdom of Saudi Arabia. General Commision For Survey. Official Map of the
Kingdom of Saudi Arabia .
http://www.gcs.gov.sa/En/ProductsAndServices/Products/PublicMaps/Pa
ges/Official-Map-Of-The-Kingdom-Of-Saudi-Arabia.aspx (diakses pada
14 Desember 2017)
Kingdom of Saudi Arabia Ministry of Foreign Affairs. The Foreign Policy of The
Kingdom of Saudi Arabia,
http://www.mofa.gov.sa/sites/mofaen/KingdomForeignPolicy/Pages/Fore
ignPolicy24605.aspx (diakses pada 6 Mei 2017)
Kistyarini. 2011. “Saleh Mundur Setelah 33 Tahun Berkuasa”.
http://internasional.kompas.com/read/2011/11/24/02033337/saleh.mundu
r.setelah.33.tahun.berkuasa (diakses pada 6 Mei 2017)
Kistyarini. 2012. Kekebalan untuk Presiden Saleh Disetujui.
http://olahraga.kompas.com/read/2012/01/09/1353042/kekebalan.untuk.p
residen.saleh.disetujui (diakses pada 6 Mei 2017)
Luiz Romero. Quartz. 2017. Seven places in the world where global trade could be
stopped cold, https://qz.com/1101860/seven-places-in-the-world-where-
global-trade-could-be-stopped-cold/ (diakses pada 7 Januari 2018)
Mason, Rowena., dan Ewen MacAskill. 2016. Saudi Arabia admits it used UK-
made cluster bombs in Yemen.
94
https://www.theguardian.com/world/2016/dec/19/saudi-arabia-admits-
use-uk-made-cluster-bombs-yemen
Matt Rosenberg. ThoughCo. 2017. Major Chokepoints of the World,
https://www.thoughtco.com/major-chokepoints-of-the-world-4090112
(diakses pada 7 Januari 2017)
McLaughlin, Elizabeth dan Luis Martinez. 2016. The US Role in Yemen: What You
Need to Know. http://abcnews.go.com/International/us-role-
yemen/story?id=42780004 (diakses pada 20 November 2017)
Military Factory. Military Intervention.
http://www.militaryfactory.com/dictionary/military-terms-
defined.asp?term_ id=3382 (diakses tanggal 10 Juni 2017)
Mi'raj Islamic News Agency. 2015. Konflik Yaman, Kepentingan Politik Tiga
Negara, http://www.mirajnews.com/2015/04/konflik-yaman-
kepentingan-politik-tiga-negara.html (diakses pada 7 Januari 2018)
Mubadala. Arab Petroleum Pipelines Company (SUMED),
https://www.mubadala.com/en/what-we-do/midstream/arab-petroleum-
pipelines-company-sumed (diakses pada 10 Januari 2018)
Muslimedianews. 2013. Inilah Perbedaan Antara Sunni (Aswaja) dan Syi’ah,
http://www.muslimedianews.com/2013/10/inilah-perbedaan-antara-
sunni-aswaja.html (diakses pada 27 Desember 2017).
Pandasurya Wijaya. 2015. Siapa sesungguhnya pemberontak Houthi di Yaman?.
https://www.merdeka.com/dunia/siapa-sesungguhnya-pemberontak-
houthi-di-yaman.html (diakses pada 4 Desember 2017).
95
Parstoday. 2016. Saudi Arabia’s slaughter of Yemen fueled by oil interests,
http://parstoday.com/en/radio/middle_east-i8233-
saudi_arabia%E2%80%99s_slaughter_of_yemen_fueled_by_oil_interest
s (diakses pada 10 Januari 2018)
Parstoday. 2017. Dominasi Bab El Mandeb, Tujuan Kelanjutan Agresi Saudi ke
Yaman,http://parstoday.com/id/news/middle_east-i31977-
dominasi_bab_el_mandeb_tujuan_kelanjutan_agresi_saudi_ke_yaman
(diakses pada 7 Januari 2018)
Prashanth Parameswaran. 2015. Did Malaysia Just Join the Saudi-Led Coalition in
Yemen?. https://thediplomat.com/2015/05/did-malaysia-just-join-the-
saudi-led-coalition-in-yemen/ (diakses pada 19 November 2017)
Reuters. 2015. Saudi-led coalition announces end to Yemen operation.
https://www.reuters.com/article/us-yemen-security-saudi/saudi-led-
coalition-announces-end-to-yemen-operation-
idUSKBN0NC24T20150421 (diakses pada 19 November 2017)
Reuters. 2015. Yemen war clouds raise dangers for top oil shipping route,
https://www.reuters.com/article/us-mideast-crisis-yemen-
shipping/yemen-war-clouds-raise-dangers-for-top-oil-shipping-route-
idUSKBN0MM2JX20150326 (diakses pada 9 Januari 2018)
Reuters. 2017. Exclusive: Iran steps up support for Houthis in Yemen's war –
sources. https://www.reuters.com/article/us-yemen-iran-
houthis/exclusive-iran-steps-up-support-for-houthis-in-yemens-war-
sources-idUSKBN16S22R (diakses pada 20 November 2017)
96
Saeed Al-Batati. 2015. Analysis: What is Yemen's Al-Houthi really saying?.
http://www.middleeasteye.net/news/analysis-what-yemens-al-houthi-
really-saying-773962158 (diakses pada 5 Desember 2017)
Sari, P. Amanda. 2016. Sekutu Saudi Diduga Ancam Sekjen PBB Terkait Daftar
Hitam. www.cnnindonesia.com/internasional/20160608152349-120-
136688/sekutu-saudi-diduga-ancam-sekjen-pbb-terkait-daftar-hitam/
(diakses pada 23 April 2017)
United Nations. Humanitarian Assistance.
https://www.un.org/en/sections/priorities/humanitarian-assistance/
(diakses pada 23 April 2017)
United Nations Human Rights. 2016. Zeid urges accountability for violations in
Yemen.http://www.ohchr.org/EN/NewsEvents/Pages/DisplayNews.aspx?
NewsID=20411 (diakses pada 19 November 2017)
United Nations Office For Disarmament Affairs (UNODA). Convention On Cluster
Munitions. https://www.un.org/disarmament/ccm/ (diakses pada 19
November 2017)
US Department Of State. Bureau Of Democracy, Human Rights, and Labor. 2017.
Yemen. https://www.state.gov/j/drl/rls/irf/2016/nea/268922.htm (diakses
pada 4 Desember 2017)
U.S. Energy Information Administration. 2013. Suez Canal, Sumed Pipeline are
key parts of Egypt’s role in international energy markets,
https://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=12371 (diakses pada 10
Januari 2018)
97
U.S. Energy Information Administration. 2015. Oil trade off Yemen coast grew by
20% to 4.7 million barrels per day in 2014,
https://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=20932 (diakses pada 7
Januari 2017)
WITS (World Integrated Trade Solution). Product Imports by Yemen from Saudi
Arabia 2015. http://wits.worldbank.org/CountryProfile/en/Country/YEM/
Year/2015TradeFlow/Import/Partner/SAU/Product/All-Groups (diakses
pada 9 Mei 2017)