Post on 11-Aug-2015
description
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Sejarah dan Sumber
Antibiotik (L. anti= lawan, bios = hidup) adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi
dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman,
sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil. Turunan zat tersebut, yang dibuat secara
semi-sintetis, termasuk kelompok ini; begitu pula senyawa sintetis dengan khasiat antibakteri
lazimnya disebut antibiotika.
Pada tahun 1928 di London, fleming menemukan antibiotik pertama yaitu penisilin yang
satu dekade kemudian dikembangkan oleh Florey dari biakan Penicillum notatum untuk
penggunaan sistemik. Kemudian digunakan P. chrysogenum yang menghasilkan penisilin lebih
banyak.
Penisilin yang digunakan dalam pengobatan terbagi dalam penisilin alam dan penisilin
semisintetik. Penisislin semisintetik diperoleh dengan cara mengubah struktur kimia penisilin
alam atau dengan cara sintetis dari inti penisilin yaitu asam 6-aminopenisilanat (6-APA), sebagai
bahan dasar untuk penisilin semisintetik, 6-APA dapat pula diperoleh dengan memecah rantai
samping.
Para peneliti di dunia memperoleh banyak zat lain dengan khasiat antibiotis. Akan
tetapi, berhubung dengan sifat toksisnya bagi manusia, hanya sebagian kecil saja yang dapat
digunakan sebagai obat. Yang terpenting diantaranya adalah streptomisin (1944), kloramfenikol
(1947), tetrasiklin (1948), eritromisin (1952), rifampisin (1960), bleomisin (1965) dan
doksorubisin (1969), minosiklin (1972), dan tobramisin (1974).
1.2 Mekanisme Kerja
Cara kerja yang terpenting adalah perintangan sintesa protein, sehingga kuman musnah
atau tidak berkembang lagi, misalnya kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida, dan
linkomisin. Selain itu beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penisilin dan
sefalosporin) atau membrane sel (polimiksin, zat-zat polyen dan imidazol).
Page 1
Dinding sel bakteri adalah struktur yang kompleks dan berfungsi terutama sebagai
selubung untuk melindungi protoplasma dam memberikan bentuk karakteristik bakteri.
Komposisi struktur polimer dinding sel bakteri Gram positif berbeda dengan bakteri Gram
negative.
Peptidoglikan merupakan makromolekul penting untuk kehidupan bakteri, yang
terdapat pada dinding sel bakteri gram positif dan Gram negatif . Peptidoglikan mempunyai
peran penting dalam memelihara keutuhan dinding dan bentuk sel karena mempunyai kisi-kisi
struktur melintang dan berhubungan sangat erat. Dinding sel bakteri gram positif dan gram
negatif hanya terdiri dari 1-2 lapisan. Penghambatan biosintesis peptidoglikan menyebabkan
hilangnya kekuatan dan kekakuan dinding sel sehingga sel mengalami kematian. Kekuatan dan
kekakuan peptidoglikan disebabkan oleh rangka dasar struktur, ditulangpunggungi oleh rantai
oligosakarida yang dihubungkan bersama-sama melalui rantai cabang peptide pendek. Rantai
glikan mengandung residu yang dapat dipergantikan yaitu N-asetilglukosamin dan asam N-
asetilmuramat. Residu muramil diganti dengan rantai peptide yang mengandung residu
pengganti, yaitu L dan D asam-asam amino. Rangkaian asam amino dari salah satu peptide
adalah L-alanin-D-asam glutamat-L-alanin-D-alanin.
Antibiotik tidak aktif terhadap kebanyakan virus kecil, mungkin karena virus tidak
memiliki proses metabolisme sesungguhnya, melainkan tergantung seluruhnya dari proses tuan-
rumah.
1.3 Aktivitasnya
Pada umumnya aktivitasnya dinyatakan dengan satuan berat (mg), kecuali zat-zat yang
belum dapat diperoleh 100% murni yang terdiri dari campuran beberapa zat. Misalnya,
polimiksin B, basitrasin, dan nistatin, yang aktivitasnya selalu dinyatakan dengan Satuan
internasional (I.U). Begitu pula senyawa kompleks dari penisilin, yakni prokain- dan benzatin-
penisilin.
1.4 Penggunaan
Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga
untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar. Secara profilaksis juga diberikan pada
pasien dengan sendi dan klep jantung buatan, juga sebelum cabut gigi.
Page 2
Penggunaan penting non-terapeutis adalah sebagai stimulans pertumbuhan dalam
peternakan sapi, babi, dan ayam. Efek ini secara kebetulan ditemukan pada tahun 1940-an,
tetapi mekanisme kerjanya belum diketahui dengan jelas. Diperkirakan antibiotika bekerja
setempat di dalam usus dengan menstabilisir floranya. Kuman- kuman “buruk” yang merugikan
dikurangi jumlah dan aktivitasnya, sehingga zat-zat gizi dapat dipergunakan lebih baik.
Pertumbuhan dapat distimulasi dengan rata-rata 10%. Yang digunakan adalah terutama
makrolida dan glikopeptida dalam makanan ternak dan jumlahnya kini sudah meningkat sampai
lebih dari 3 kali daripada penggunaannya sebagai obat manusia.
Page 3
BAB II
ISI
PENISILIN
Penisilin diperoleh dari jamur Penicillium chrysogenum dari berbagai macam jenis yang
dihasilkan, perbedaannya hanya terletak pada gugusan samping R saja. Benzilpenisilin (pen-G)
ternyata paling aktif. Sefalosporin diperoleh dari jamur Cephalorium acremonium yang berasal
dari Sicilia (1943). Kedua kelompok antibiotika ini memiliki rumus bangun serupa, keduanya
memiliki cincin beta-laktam. Cincin ini merupakan syarat mutlak untuk khasiatnya. Jika cincin ini
dibuka misalnya oleh enzim beta-laktamase (penisilinase atau sefalosporinase), maka zat
menjadi inaktif. Pada umumnya penisilinase hanya dapat menginaktifkan penisilin dan tidak
sefalosforin, kebalikannya berlaku untuk sefalosporinase.
Penisilin merupakan asam organik, terdiri dari satu inti siklik dengan satu rantai
samping. Inti siklik terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin betalaktam yang dapat mengikat
berbagai jenis radikal. Dengan mengikat berbagai radikal pada gugus amino bebas tersebut
diperoleh berbagai jenis penisilin, misalnya penisilin G, radikalnya adalah gugus benzil.
2.1 Aktivitas Antimikroba
Penisilin menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis
dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif, penisilin akan menghasilkan efek
bakterisida pada mikroba yang sedang aktif membelah. Mikroba dalam keadaan yang metabolik
tidak aktif (tidak membelah), yang disebut sebagai persisters, praktis tidak dipengaruhi oleh
penisilin kalaupun ada pengaruhnya hanya bakteriostatik.
Mekanisme kerja antibiotik betalaktam dapat diringkas dengan urutan sebagai berikut:
Obat bergabung dengan penicillin –binding protein (PBPs) pada kuman.
Terjadi hambatan sintesis dinding sel kuman karena proses transpeptidasi antar rantai
peptidoglikan terganggu.
Kemudian terjadi aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel.
Diantara semua penisilin, penisilin G mempunyai aktivitas terhadap kuman gram positif
yang sensitif. Kelompok ampisilin, walaupun spektrum Antimikrobanya lebar, aktivitasnya
Page 4
terhadap mikroba gram postif tidak sekuat penisilin G, tetapi efektif terhadap beberapa
mikroba gram-negatif dan tahan asam, sehingga dapat diberikan per oral.
2.2 Spektrum antimikroba
Penisilin G efektif terutama terhadap mikroba gram positif dan Spirochaeta, selain itu
beberapa mikroba gram negatif juga sangat sensitif terhadap penisilin G misalnya gonokokus
yang tidak menghasilkan penisilanase.
Diantara kokus gram positif, enterokokus yang terendah sensitifitasnya. Hampir semua
infeksi oleh staphylococcus disebabkan oleh kuman penghasil penisilanase dan karena itu harus
diobati dengan penisilin yang tahan penisilanase. Staphylococcus yang resisten terhadap
metisilin (methicilin-resistent S. aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vancomisin atau
siprofloksasin. Gonokokus yang dahulu sangat sensitive terhadap penisilin G, juga sudah banyak
yang resisten. Obat yang terpilih sekarang adalah seftriakson. Meningokokus cukup sensitive
terhadap penisilin G.
Dari kuman gram-positif , C. diphtheriase dan B. anthracis bersifat sensitif, sedangkan
clostridia dan listeria sensitifitasnya cukup memadai. Diantara kuman gram negative dan hanya
Str.moniliformis (haverrhillia) dan P. multocida yang cukup sensitif, sedangkan yang lain
(enterobactericeae) kurang atau sama sekali tidak sensitif.
Penisilin V memiliki spektrum AM yang sama dengan Penisilin G. Metisilin spektrumnya
lebih sempit daripada penisilin G, karena tidak efektif sama sekali terhadap mikroba gram
negative. Indikasinya hanya untuk mengatasi infeksi stafilokokus penghasil penisilanase.
Aktivitasnya terhadap mikroba gram- positif lainnya juga kurang dari penisilin G.
Ampisilin merupakan prototif golongan aminopenisilin berspektrum luas, tetapi
aktivitasnya terhadap kokus gram positif kurang dari penisilin G. semua penisilin golongan ini
dirusak oleh betalaktamase yang diproduksi oleh kuman gram positif maupun gram negative.
Bakampisilin dan hetasilin memiliki speektrum AM yang sama dengan ampisilin, karena
dalam tubuh membebaskan ampisilin sebagai hasilhidrolisis. Perbedaan amoksisilin dari
ampisilin ialah kurangnya efektifitas terhadap sigelosis.
Yang termasuk dalam kelompok penissilin anti pseudomonas ialah golongan
karboksipenisilin (karbenisilin, natrium indanil karbenisilin dan tikarsilin), dan ureidopenisilin
(azlosilin, mezlosilin, dan piperasilin).
Page 5
2.3 Resistensi
Sejak penisilin mulai digunakan, jenis mikroba yang tadinya sensitive makin banyak yang
menjadi resisten. Mekanisme resistensi terhadap penisilin ialah :
a. Pembentukan enzim betalaktamase misalnya pada kuman S.aureus, H. influenza,
gonokokus, dan berbagai gram negatif. Dewasa ini dikenal sekitar 50 jenis
betalaktamase. Pada umumnya kuman Gram positif mensekresi betalaktamase
ekstraseluler dalam jumlah relative besar. Kuman gram negative hanya sedikit
menghasilkan betalaktamase tetapi tempatnya strategis, yaitu di rongga periplasmik
di antara membrane sitoplasma dan dinding sel kuman. Kebanyakan jenis
betalaktamase dihasilkan oleh kuman melalui kendali genetic oleh plasmid.
b. Enzim autolisin kuman tidak bekerja sehingga timbul sifat toleran kuman terhadap
obat.
c. Kuman tidak mempunyai dinding sel (mikoplasma)
d. Perubahan PBP atau obat tidak dapat mencapai PBP
2.4 Farmakokinetik
Penisilin G mudah rusak dalam suasana asam (pH 2). Cairan lambung dengan pH 4 tidak
terlalu merusak penisilin. Bila dibandingkan dosis oral terhadap IM, maka untuk mendapatkan
kadar efektif dalam darah, dosis penisilin G harus 4 sampai 5 kali lebih besar daripada dosis IM.
Oleh karena itu penisilin G tidak dianjurkan untuk diberikan secara oral. Untuk memperlambat
absorbsinya penisilin G dapat diberikan dalam bentuk repository, umpamanya penisilin G
benzatin, penisilin G prokain sebagai suspense dalam air atau minyak.
Jumlah ampisilin dan senyawa sejenisnya yang diabsorbsi pada pemberian oral
dipengaruhi oleh besarnya dosis dan ada tidaknya makanan dalam saluran cerna. Dengan dosis
kecil presentase yang diabsorbsi relative lebih besar. Absorbs penisilin oral tidak lebih baik
daripada penisilin V atau fenetisilin. Adanya makanan dalam saluran cerna akan menghambat
proses absorbsi obat.
Absorbs amoksisilin dalam saluran cerna jauh lebih baik daripada ampisilin. Dengan
dosis oral yang sama, amoksisilin mencapai kadar dalam darah yang tingginya kira-kira 2 kali
lebih tinggi daripada yang dicapai oleh ampisilin, sedang masa paruh kedua obat ini hampir
Page 6
sama. Penyerapan ampisilin terhambat oleh adanya penyerapan makanan di lambung,
sedangkan amoksisilin tidak.
Penisilin G terdistribusi luas dalam tubuh. Kadar yang memadai dapat tercapai dalam
hati, empedu, ginjal, usus, limfa, dan semen, tetapi dalam CSS sukar dicapai. Distribusi
fenoksimetil penisilin, penisilin isoksazolil dan metisilin pada umumnya sama dengan penisilin G.
dengan dosis yang sama, kada puncak dalam serum tertinggi dicapai oleh diklosasilin, sedangkan
jadar tertinggi obat bebas dalam serum dicapai oleh fluklosasilin. Perbedaan nyata terlihat
antara lain adalah dalam hal pengikatan oleh proterin plasma.
Ampisilin juga didistribusi luas dalam tubuh dan pengikatanya oleh protein plasma
sekitar 20%. Ampisilin yang masuk ke dalam empedu mengalami sirkulasi enterohepatik, tetapi
jumlah yang diekskresi bersama tinja cukup tinggi. Pada bayi prematurdan neonatus,
pemberian ampisilin menghasilkan kadar dalam darah yang lebih tinggi dan bertahan lebih lama
dalam darah.
Distribusi amoksisilin secara garis besar sama dengan ampisilin. Karbenisilin pada
umumnya memperlihatkan sifat distribusi yang sama dengan penisilin lainnya termasuk
distribusi ke dalam empedu, dan dapat mencapai CSS pada meningitis.
Biotransformasi penisilin umumnya dilakukan oleh mikroba berdasarkan pengaruh
enzim penisilinase dan amidase. Akibat pengaruh penisilinase terjadi pemecahan cincin
betalaktam dengan kehilangan seluruh aktivitas antimikroba.
Diantara semua penisilin, hanya penisilin isoksazolil dan metisilin yang tahan terhadap
pengaruh penisilinase, sedangkan amidase dapat mempengaruhi semua penisilin tanpa
terkecuali. Untungnya tidak banyak mikroba yang dapat menghasilkan enzim amidase.
Penisilin umumnya diekskresi melalui proses sekresi di tubuli ginjal yang dapat dihambat
oleh probenesid. Masa paruh eleminasi penisilin dalam darah diperpanjang oleh probenesid
menjadi 2-3 kali lebih lama. Selain probenesid, obat lain yang dapat meningkatkan masa paruh
eleminasi penisilin dalam darah, antara lain fenilbutazon, asetosal, indometasin.
2.5 Efek Samping
Efek samping dari penisilin alam maupun sintetik dapat terjadi pada semua cara
pemberian, dapat melibatkan berbagai organ dan jaringan secara terpisah maupun bersama-
sama dan dapat muncul dalam bentuk yang ringan hingga fatal. Frekuensi kejadian efek
Page 7
samping bervariasi, tergantung dari sediaan dan cara pemberian. Pada umumnya pemberian
oral jarang menimbulkan reaksi efek samping dari pada parenteral.
1. Reaksi alergi merupakan bentuk efek samping yang tersering dijumpai pada
golongan penisilin. Terjadinya alergi didahului oleh adanya sensitasi. Namun
mereka yang belum pernah diobati dengan penisilin dapat juga mengalami reaksi
alergi. Diduga sensitisasi terjadi akibat pencemaran lingkungan oleh penisilin.
Tindakan yang diambil terhadap reaksi alergi ialah menghentikan pemberian obat
dan member terapi simtomatik dengan adrenalin. Bila perlu diberikan tambahan
antihistamin dan kortikosteroid sesuai dengan kebutuhan. Pemberian antihistamin
sebelum atau bersama-sama dengan pemberian penisilin tidak bermanfaat untuk
mencegah reaksi alergi yang berat, sebab reaksi ini diperantarai oleh berbagai zat,
termasuk histamine, serotonin, dan bradikinin.
2. Reaksi toksik dan iritasi lokal. Pada manusia penisilin umumnya tidak toksik banyak
diantara reaksi yang digolongkan sebagai efek toksik terjadi berdasarkan sifat iritatif
penisilin dalam kadar tinggi. Batas dosis tertinggi penisilin yang dapat diberikan
secara aman belum dapat dipastikan. Sejumlah orang pernah diberi penisilin G IV
40-80 juta unit perhari selama 4 minggu tanpa memperlihatkan efek samping. Pada
pasien tertentu, kandungan natrium dalam sediaan ini mungkin menyebabkan
gangguan keseimbangan elektrolit.
Suntikan IM dapat menyebabkan rasa nyeri dan reaksi peradangan steril di tempat
suntikan, sedangkan suntikan IV dapat menyebabkan flebitis atau tromboflebitis.
Iritasi saluran cerna yang terjadi pada orang tertentu dapat menyebabkan mual,
muntah, dan diare. Suntikan intratekal atau intrasisternal dapat menyebabkan
araknoiditis ataupun ensefalopati berat sampai fatal.
Efek toksik penisilin terhadap susunan saraf menimbulkan gejala epilepsi grand mal
dan ini dapat ditimbulkan dengan pemberian penisilin IV dalam dosis besar. Dasar
kejadiannya diperkirakan akibat depolarisasi parsial dan peningkatan eksitabilitas
membrane neuron.
3. Perubahan biologic. Perubahan biologic oleh penisilin terjadi akibat gangguan flora
bakteri di berbagai bagian tubuh. Abses dapat terjadi pada tempat suntikan dengan
penyebab stafilokokus atau bakteri gram-negatif. Gejala pellagra terutama pada
Page 8
daerah selangkang dan skrotum, mungkin berhubungan dengan flora usus yang
mengakibatkan defisiensi asam nikotinat.
4. Lain-lain. Pada pasien sfilis yang diberi penisilin dapat terjadi reaksi Jarisch-
Herxheimer yang berat. Reaksi ini diduga akibat reaksi tubuh hospes terhadap
antigen Spirochaeta.
2.6 Sediaan dan Posologi
Penisilin G (Benzil penisilin)
Biasanya digunakan secara parenteral. Sediaan terdapat dalam bentuk
penisilin G larut air dan lepas lambat untuk suntikan IM. Sediaan penisilin G
repositor adalah penisilin G prokain, penisilin G benzatin, penisilin G prokain
dengan suspense aluminium monostearat dalam minyak. Dengan sediaan lepas
lambat ini masa kerja penisilin dapat diperpanjang, karena absorpsinya dari tempat
suntikan terjadi berangsur-angsur.
Penisilin V (fenoksimetil penisilin)
Tersedia sebagai garam kalium, dalam bentuk tablet 250 mg dan 625 mg dan
sirup 125 mg/5mL.
Ampisilin
Amoksisilin
Karbenisilin
Tikarsilin
Terutama diindikasikan untuk infeksi oleh P. aeruginosa. Dapat digunakan untuk
septisemia, infeksi kulit dan jaringan lunak, saluran napas, saluran kemih, dan intra
abdominal untuk terapi P. aeruginosa sistemik, dianjurkan agar tikarsilin
dikombinasikan dengan aminoglikosida, karena kombinasi ini mempunyai efek
sinergistik.
2.7 Penggunaan Klinik
Infeksi kokus Gram Positif
Infeksi Pneumokokus
Penisilin G sampai sekarang masih tetap efektif terhadap semua jenis infeksi
pneumokokus, seperti:
Page 9
Pneumononia
Meningitis
Endokarditis, dan lain-lain
Infeksi Streptokokus
Yang paling sering terjadi pada manusia (95%) disebabkan oleh S. pyogenes grup
A (Streptokokus β-hemolitik), streptokokus α-hemolitik dan streptokokus
nonhemolitik. Sensitivitasnya terhadap penisilin G bervariatif, tetapi sebagian
besar strain sensitif terhadap konsentrasi yang rendah. Streptokokus anaerobik
dan enterokokus pada umumnya sukar diatasi dengan penisilin, tetapi cukup
sensitif bila penisilin digabung dengan antibiotik aminoglikosida. Ampisilin
merupakan obat terpilih terhadap S. faecalis.
Faringitis dan skarlatina
Demam rematik
Meningitis
Pneumonia
Otitis media akut dan mastoidis
Endokarditis
Infeksi Stafilokokus
Pada waktu penisilin G mulai digunakan, hasil terapi terhadap stafilokokus
sangat memuaskan. Setelah itu kegagalan terapi terus meningkat karena
meningkatnya jumlah turunan stafilokokus sebagai penisilinase.
Infeksi Kokus Gram Negatif
Infeksi Meningokokus
Penisilin G merupakan obat terpilih, karena sangat efektif tidak saja terhadap
meningitis dan meningokoksemia tetapi juga untuk arthritis supuratif dan
endokarditis akut oleh meningokokus.
Infeksi Gonokokus
Sipilis
Aktinomikosis
Infeksi Batang Gram-Positif
Klostridia
Page 10
Antraks
Listeria
Erisipeloid
Infeksi Batang Gram-Negatif
Salmonella dan Shigella
Haemophilus influenza
Fuso Spirochaeta
Pasteurela
Rat-Bite Fever
Page 11
BAB III
ISI
SEFALOSFORIN
3.1 Kimia dan Klasifikasi
Sefalosporin berasal dari Fungus Cephalosporium acremonium yang diisolasi pada tahun
1948 oleh Brotzu.
Inti dasar sefalosporin C ialah asam 7-amino-sefalosporanat (7-ACA : 7
aminochepalosporanic acid) yang merupakan kompleks cincin dihidrotiazin dan cincin
betalaktam. Sefalosporin resisten terhadap penisilinase, tetapi dirusak oleh sefalosforinase.
Hidrolisis asam sefalosporin C menghasilkan 7-ACA yang kemudian dapat dikembangkan menjadi
berbagai macam antibiotik sefalosporin. Modifikasi R1 pada posisi 7 cincin betalaktam
dihubungkan dengan aktivitas antimikrobanya, sedangkan substitusi R2 pada posisi 3 cincin
dihidrotiazin mempengaruhi metabolisme dan farmakokinetiknya. Sefamisin mempunyai
struktur kimia yang mirip sefalosporin, tetapi mempunyai gugus metoksi pada 7 cincin
betalaktam.
Sefalosporin dibagi menjadi 4 generasi berdasarkan aktivitas antimikrobanya yang
secara tidak langsung juga sesuai dengan urutan masa pembuatanya. Dewasa sefalosporin yang
lazin digunakan dalam pengobatan telah mencapai generasi ke empat.
3.2 Aktivitas Antimikroba
Seperti halnya antibiotik betalkatam lain, mekanisme kerja antimikroba sefalosforin
ialah menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat ialah reaksi transpeptidase tahap
ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel.
Sefalosporin aktif terhadap kuman Gram positif maupun Gram negative tetapi spektrum
masing-masing derivat bervariasi.
a. Sefalosporin Generasi Pertama (SG I)
In vitro, sefalosporin generasi pertama memperlihatkan spektrum antimikroba yang
terutama aktif terhadap kuman Gram positif. Keunggulannya dari penisilin ialah aktivitasnya
Page 12
terhadap bakteri penghasil penisilinase. Golongan ini efektif terhadap sebagian besar S.
aureus dan Streptococcus termasuk S. pyogenes, S. viridians dan S. pneumonia. Bakteri Gram
Positif yang juga sensitif ialah S. anaerob, Clostridium perfringers, Listeria monocytogenes
dan Corynebacterium diphteriae. Aktivitas antimikroba berbagai jenis sefalosporin generasi
pertama satu dengan yang lain, hanya sefalotin sedikit lebih aktif terhadap S. aureus.
Mikroba yang resisten antara lain ialah strain S. aureus resisten metisilin, S. epidermidis dan
S. faecalis.
b. Sefalosporin Generasi Kedua (SG II)
Golongan ini kurang aktif terhadap bakteri Gram positif dibandingkan dengan generasi
pertama, tetapi lebih aktif terhadap kuman Gram negatif; misalnya H. influenza, P. mirabilis,
E. coli, dan Klebsiella. Terhadap P. aeruginosa dan enterokokus golongan ini tidak
dianjurkan karena dikhawatirkan enterokokus termasuk salah satu penyebab infeksi.
Sefoksitin aktif terhadap anaerob.
c. Sefalosporin Generasi Ketiga (SG III)
Golongan ini umumnya kurang aktifdibandingkan dengan generasi pertama terhadap
kokus Gram positif, tetapi jauh lebih aktif terhadap Enterobactericeae, termasuk strain
penghasil penisilinase. Seftazidim dan sefoperazon aktif terhadap P. aeruginosa.
d. Sefalosporin Generasi Keempat (SG IV)
Antibiotika golongan ini (misalnya sefepim, sefirom) mempunyai spektrum aktivitas
lebih luas dari generasi ketiga dan lebih stabil terhadap hidrolisis oleh betalaktamase.
Antibiotika tersebut dapat berguna untuk mengatasi infeksi kuman yang resisten terhadap
generasi ketiga.
3.3 Sifat Umum
a. Farmakokinetik
Dari sifat farmakokinetiknya sefalosporin dibedakan dalam 2 golongan. Sefaleksin,
sefradin, sefaklor, sefadroksil, lorakarbef, sefrozil, sefiksim, sefpodoksim proksetil,
seftibuten, dan sefuroksim aksetil yang dapat diberikan per oral karena diabsorpsi melalui
Page 13
saluran cerna. Sefalotin dan sefapirin umumnya diberikan secara IV karena menyebabkan
iritasi lokal dan nyeri pada pemberian IM.
Sefalosporin lain yang diberikan secara suntik IM atau IV. Beberapa sefalosporin
generasi ketiga misalnya sefuroksim, seftriakson, sefepim, sefotaksim, dan seftizoksim
mencapai kadar yang tinggi di cairan serebrospinal (CSS), sehingga dapat bermanfaat untuk
pengobatan meningitis purulenta. Selain itu sefalosporin juga melewati sawar darah uri,
mencapai kadar tinggi di cairan synovial dan cairan perikardium. Pada pemberian sistemik,
kadar sefalosporin generasi ketiga dicairan mata relatif tinggi, tetapi tidak mencapai vitreus.
Kadar sefalosporin dalam empedu umumnya tinggi, terutama sefoperazon.
Kebanyakan sefaloporin disekresi dalam bentuk utuh melalui ginjal, dengan proses
sekresi tubuli, kecuali sefoperazon yang sebagian besar diekskresi melalui empedu. Karena
itu dosis sefalosporin umumnya harus dikurangi pada pasien insufiensi ginjal. Probonesid
mengurangi ekskresi sefalosporin, kecuali moksalaktam dan beberapa lainnya. Sefalotin,
sefapirin, dan sefotaksim mengalami deasetilasi metabolit yang aktivitas antimikrobanya
lebih rendah juga diekskresi melalui ginjal.
b. Efek Samping
Reaksi alergi merupakan efek samping yang paling sering terjadi, gejalanya mirip dengan
reaksi alergi yang ditimbulkan penisilin. Reaksi mendadak yaitu anafilaksis dengan spasme
bronkus dan urtikaria yang terjadi. Reaksi silang umumnya terjadi pada pasien dengan
alergi penisilin berat, sedangkan pada penisilin alergi ringan atau sedang kemungkinannya
kecil. Dengan demikian pada pasien alergi penisilin berat, tidak dianjurkan penggunaan
sefalosporin atau kalau sangat diperlukan harus diawasi dengan sungguh-sungguh. Reaksi
coombs sering timbul pada penggunaan sefalosporin dosis tinggi. Depresi sumsum tulang
terutama granulositopenia dapat timbul meskipun jarang.
Sefalosporin bersifat nefrotoksik, meskipun jauh lebih ringan dibandingkan dengan
aminoglikosida dan polimiksin. Neksrosis ginjal dapat terjadi pada pemberian sefaloridin 4
g/hari (obat ini tidak beredar di Indonesia).
Diare dapat timbul terutama pada pemberian sefoperazon, mungkin karena ekskresinya
terutama melalui empedu, sehingga mengganggu flora normal usus. Pemberian
sefamandol, moksalaktam, dan sefoperazon bersama dengan minuman beralkohol dapat
menimbulkan reaksi seperti yang ditimbulkan oleh disulfiram. Selain itu dapat terjadi
Page 14
pendarahan hebat karena hipoprotrombinemia, dan/atau disfungsi trombosit, khususnya
pada pemebrian moksalaktam.
3.4 Indikasi Klinik
Sefalosporin generasi I sangat baik untuk mengatasi infeksi kulit dan jaringan lunak oleh
S. aureus dan S. pyogenes. Pada tindakan bedah untuk mencegah kontaminasi bakteri yang
berasal dari flora kulit, pemberian tunggal sefazolinsesaat sebelum tindakan dilakukan
merupakan terapi profilaksis dengan hasil baik. Obat ini juga sangat efektif untuk mengatasi
infeksi oleh K. pneumonia. Perlu mendapat perhatian bahwa SG I tidak dianjurkan utnuk
mengatasi infeksi sistemik yang berat.
Sefalosporin generasi II umumnya sudah digeser oleh SG III untuk mengatasi berbagai
infeksi. Sefoksitin dan sefotetan memberikan hasil yang baik untuk mengatasi berbagai infeksi
yang melibatkan bakteri Gram-negatif dan aerob, seperti pada infeksi intra-abdominal, penyakit
radang pelvis dan pada diabetic foot
Sefalosporin generasi III tunggal atau dalam kombinasi dengan aminoglikosida
merupakan obat pilihan utama untuk infeksi berat oleh Klebsiella, Enterobacter, Proteus dan
Haemophillus spesies. Seftriakson dewasa ini merupakan obat pilihan untuk semua bentuk
gonore dan infeksi berat penyakit Lyme. Sebagai bagian dari tiga kombinasi dengan vankomisin
dan ampisilin, sefotaksim digunakan untuk pengobatan meningitis pada dewasa dan anak usia
lebih dari 3 bulan. Ketiga kombinasi ini merupakan obat pilihan untuk meningitis oleh P.
aeruginosa. Untuk pengobatan pneumonia yang didapat dari masyarakan misalnya oleh
Pneumococcus atau S.aureus, sefotaksim dan seftriakson sangat efektif.
Sefalosporin generasi IV diindikasikan untuk terapi empiric infeki nosokomial yang
diantisipasi disebabkan oleh bakteri yang memproduksi betalaktamase dengan spektrum
diperluas atau mengiduksi betalaktamase-kromosomal.
Page 15
BAB IV
PENUTUP
Penisilin merupakan kelompok antibiotika Beta Laktam yang telah lama dikenal. Pada
tahun 1928 di London, Alexander Fleming menemukan antibiotika pertama yaitu Penisilin yang
satu dekade kemudian dikembangkan oleh Florey dari biakan Penicillium notatum untuk
penggunaan sistemik. Kemudian digunakan P. chrysogenum yang menghasilkan Penisilin lebih
banyak.
Penisilin yang digunakan dalam pengobatan terbagi dalam Penisilin alam dan Penisilin
semisintetik. Penisilin semisintetik diperoleh dengan cara mengubah struktur kimia Penisilin
alam atau dengan cara sintesis dari inti Penisilin.
Beberapa Penisilin akan berkurang aktivitas mikrobanya dalam suasana asam sehingga
Penisilin kelompok ini harus diberikan secara parenteral. Penisilin lain hilang aktivitasnya bila
dipengaruhi enzim Betalaktamase (Penisilinase) yang memecah cincin Betalaktam.
Aktivitas dan Mekanisme Kerja penisilin menghambat pembentukan Mukopeptida yang
diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif, Penisilin akan
menghasilkan efek bakterisid (membunuh kuman) pada mikroba yang sedang aktif membelah.
Mikroba dalam keadaan metabolik tidak aktif (tidak membelah) praktis tidak dipengaruhi oleh
Penisilin, kalaupun ada pengaruhnya hanya bakteriostatik (menghambat perkembangan).
Mekanisme kerja antimikroba sefalosforin ialah menghambat sintesis dinding sel
mikroba yaitu reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding
sel.
Sefalosporin berasal dari Fungus Cephalosporium acremonium yang diisolasi pada tahun
1948 oleh Brotzu. Sefalosporin aktif terhadap kuman Gram positif maupun Gram negative tetapi
spektrum masing-masing derivat bervariasi dan indikasinya sebagai berikut :
a. Sefalosporin Generasi Pertama (SG I)
Sefalosporin generasi I sangat baik untuk mengatasi infeksi kulit dan jaringan lunak.
b. Sefalosporin Generasi Kedua (SG II)
Page 16
Sefalosporin generasi II umumnya sudah digeser oleh SG III untuk mengatasi berbagai
infeksi.
c. Sefalosporin Generasi Ketiga (SG III)
Sefalosporin generasi III tunggal merupakan obat pilihan utama untuk infeksi berat oleh
Klebsiella, Enterobacter, Proteus dan Haemophillus spesies.
d. Sefalosporin Generasi Keempat (SG IV)
Sefalosporin generasi IV diindikasikan untuk terapi empiric infeki nosokomial.
Page 17