Post on 11-Aug-2015
description
CASE BASED DISCUSSION
KANDIDOSIS KUTIS
Diajukan untukMemenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Kulit Kelamindi RST dr. Soejono Magelang
Disusun oleh:Ayu Aprilia Rhohkaeny
01.208.5616
Pembimbing :dr. Susilowati, Sp.KK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT KELAMINFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNGSEMARANG
2013
STATUS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
“KANDIDOSIS KUTIS”
SKENARIOPasien datang dengan keluhan merah-merah pada bokong dan buah zakar. Ibu pasien
mengatakan hal ini sudah ada sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan ini sepertinya di rasakan gatal oleh anaknya karena anak sering rewel dan kadang mencoba ingin menggaruknya. Pasien sering dipakaikan pampers oleh ibunya terutama malam hari dan saat pergi. Dan ini sudah dilakukan sejak dari kecil. Anggota keluarga yang lain tidak ada yang mengalami gatal-gatal. Penderita sudah pernah berobat ke Puskesmas dan diberi salep namun keluhan tidak berkurang. Penderita belum pernah sakit seperti ini sebelumnya, riwayat asma dan alergi disangkal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan makula eritem disertai papul dan terdapat lesi satelit.
A. Identitas Pasien1. Nama : An. Farel2. Umur : 17 bulan3. Jenis Kelamin : Laki-laki 4. BB : 10 kg5. Alamat : Jl. Potrobangsan RT 05/01, Magelang Utara6. No RM : 080812
B. Keluhan UtamaMerah-merah pada bokong dan buah zakar
C. Riwayat Penyakit SekarangMerah-merah pada bokong dan buah zakar. Ibu pasien mengatakan hal ini sudah ada sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan ini sepertinya di rasakan gatal oleh anaknya karena anak sering rewel dan kadang mencoba ingin menggaruknya. Pasien sering dipakaikan pampers oleh ibunya terutama malam hari dan saat pergi. Dan ini sudah dilakukan sejak dari kecil. Anggota keluarga yang lain tidak ada yang mengalami gatal-gatal. Penderita sudah pernah berobat ke Puskesmas dan diberi salep namun keluhan tidak berkurang.
D. Riwayat Penyakit DahuluPasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya.Riwayat asma dan alergi disangkal.
E. Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini dan tidak ada yang gatal-gatal.
F. Riwayat Sosial EkonomiPasien adalah pasien umum, kesan ekonomi cukup.
G. Pemeriksaan FisikStatus Generalis : dalam batas normalStatus Dermatologi :
UKK : makula eritem disertai papul dan lesi satelit.- Lokasi : bokong dan skrotum.
H. Usulan Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10% atau
dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu.
2. Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud, dapat
pula agar ini dibubuhi antibiotic (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan
bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 370C, koloni
tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony. Identigikasi candida albican
dilakukan dengan membiakan tumbuhan tersebut pada corn meal agar.
I. Diagnosis Banding Eritrasma
Lesi di lipatan ketiak dan lipat paha, lesi lebih merah, batas tegas, kering tidak ada lesi satelit, perluasan lesi terlihat pada pinggir yang eritematosa dan serpiginosa, lesi tidak menimbul, pemeriksaan dengan sinar Wood positif.
Dermatitis intertriginosa Lesi kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi,
sehingga tampak basah. Tidak ditemukan lesi satelit. Penderita juga mengeluh
gatal.
Dermatofitosis (tinea)Lesi pada lipat paha, perineum, sekitar anus. Lesi berbatas tegas,
peradangan pada tepi lebih nyata (central healing). Jika menahun berupa bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan akibat garukan.
Dermatitis kontak alergika Pada orang dengan kulit yang hipersensitif. Akut : bercak eritematosa
berbatas tegas, edema, papulovesikel, erosi dan eksudasi. Kronis : kulit kering, skuama, papul, likenifikasi, fisur, batas tidak tegas. Scalp, telapak tangan dan kaki relative resisten terhadap DKA. Tidak ditemukan lesi satelit.
J. Diagnosis KerjaKandisosis kutis
K. Rencana Terapi1. Medikamentosa
Lactagel sue I mandi
Dactarin deapers II 2 dd 1
Rhenolit syr I 2 dd cth ½
2. Nonmedikamentosa Setelah menggunakan pampers, bersihkan dengan waslap Jaga kelembaban kulit Meminimalkan pemakaian pampers Jaga kebersihan diri dan lingkungan Potong kuku tangan, dan hindari menggaruk secara berlebihan
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Kandidosis kutis adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi jamur
dari genus Candida. Kandidosis terbagi menjadi 2 macam yakni kandidosis profunda dan
kandidosis superficial. Nama lain kandidosis kutis adalah superficial kandidosis atau
infeksi kulit-jamur; infeksi kulit-ragi; kandidosis intertriginosa. Berdasarkan letak
gambaran klinisnya terbagi menjadi kandidosis terlokalisasi dan generalisata.1,4,9,11
Predileksi Candida albicans pada daerah lembab, misalnya pada daerah lipatan
kulit. Karena organisme ini menyukai daerah yang hangat dan lembab.4,9,11
B.ETIOLOGI
Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans. Spesies patogenik yang
lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii, C. krusei, C.
pseudotropicalis, C. lusitaneae .1,5
C. EPIDEMIOLOGI
Candida albicans adalah saprofit yang berkoloni pada mukosa seperti mulut, traktus
gastrointestinal, dan vagina. Merupakan jamur yang berbentuk oval dengan diameter 2-6
um. Dan dapat hidup dalam 2 bentuk yakni bentuk hifa dan bentuk yeast . Jumlah koloni
sangat menentukan derajat penyakit, akan tetapi dilaporkan bahwa frekuensi terjadinya di
mulut 18 %, vagina 15 %, dan mungkin dalam feses 19 %.9
Jamur ragi termasuk spesies kandida yang merupakan flora komensal normal pada
manusia dapat ditemukan pula pada saluran gastrointestinal (mulut sampai anus). Pada
vagina sekitar 13 % kebanyakan Candida albicans dan Candida glabrata. Isolasi spesies
kandida komensal oral berkisar pada 30 – 60 % ditemukan pada orang dewasa sehat.10
Di Argentina, dianalisa 2073 sampel kulit, rambut, kuku, dan membran mukosa oral
didapatkan 1817 pasien yang datang ke bagian mikrobiologi dari laboratorium sentral Dr.
J.M. Cullen Hospital dari September 1999 sampai dengan September 2003. Sampel
tersebut diteliti dan diidentifikasi berdasarkan lokalisasi dan tipe lesi. Dari total sampel,
55,6 % adalah positif, 63 % terkena pada wanita dan 37 % terkena pada laki-laki.10
Di Jepang, dilaporkan bahwa kutaneus kandidiasis terdapat pada 755 (1 %) dari
72.660 pasien yang keluar dari rumah sakit. Intertrigo (347 kasus) merupakan manifestasi
klinis kandidiasis paling sering, erosi interdigitalis terjadi pada 103 kasus, diaper
kandidiasis tercatat 102 kasus.10
Di Bombay, India, diperiksa 150 pasien dengan kandidiasis kutaneus. Kerokan kulit
diuji dengan KOH 10 % dan dikultur di sabaorud’s agar. Insiden tersering adalah
intertrigo (75), vulvovaginitis (19), dan paronikia (17). Sedangkan jamur yang diisolasi
didapatkan Candida albicans (136 kasus), Candida tropicalis (12 kasus), dan Candida
guillermondi (2 kasus). Dan diabetes mellitus menjadi faktor predisposisi pada 22 orang
pasien.13
D. PATOGENESIS
Candida albicans bentuk yeast-like fungi dan beberapa spesies kandida yang lain
memiliki kemampuan menginfeksi kulit, membran mukosa, dan organ dalam tubuh.
Organisme tersebut hidup sebagai flora normal di mulut, traktus vagina, dan usus.
Mereka berkembang biak melalui ragi yang berbetuk oval.14
Kelainan yang disebabkan oleh spesies kandida ditentukan oleh interaksi yang
komplek antara patogenitas fungi dan mekanisme pertahanan pejamu.7
Faktor penentu patogenitas kandida adalah :
Spesies : Genus kandida mempunyai 200 spesies, 15 spesies dilaporkan dapat
menyebabkan proses pathogen pada manusia. C.albicans adalah kandida yang paling
tinggi patogenitasnya.
Daya lekat : Bentuk hifa dapat melekat lebih kuat daripada germtube, sedang
germtube melekat lebih kuat daripada sel ragi. Bagian terpenting untuk melekat adalah
suatu glikoprotein permukaan atau mannoprotein. Daya lekat juga dipengaruhi oleh suhu
lingkungan.
Dimorfisme : C. albicans merupakan jamur dimorfik yang mampu tumbuh dalam kultur
sebagai blastospora dan sebagai pseudohifa. Dimorfisme terlibat dalam patogenitas
kandida. Bentuk blastospora diperlukan untuk memulai suatu lesi pada jaringan dengan
mengeluarkan enzim hidrolitik yang merusak jaringan. Setelah terjadi lesi baru terbentuk
hifa yang melakukan invasi.
Toksin : Toksin glikoprotein mengandung mannan sebagai komponen toksik.
Glikoprotein khususnya mannoprotein berperan sebagai adhesion dalam kolonisasi
jamur. Kanditoksin sebagai protein intraseluler diproduksi bila C. albicans dirusak secara
mekanik.
Enzim : Enzim diperlukan untuk melakukan invasi. Enzim yang dihasilkan oleh C.
albicans ada 2 jenis yaitu proteinase dan fosfolipid.
Mekanisme pertahanan pejamu :
Sawar mekanik :
Kulit normal sebagai sawar mekanik terhadap invasi kandida. Kerusakan mekanik
pertahanan kulit normal merupakan faktor predisposisi terjadinya kandidiasis.
Substansi antimikrobial non spesifik: Hampir semua hasil sekresi dan cairan dalam
mamalia mengandung substansi yang bekerja secara non spesifik menghambat atau
membunuh mikroba.
Fagositosis dan intracellular killing : Peran sel PMN dan makrofag jaringan untuk
memakan dan membunuh spesies kandida merupakan mekanisme yang sangat
penting untuk menghilangkan atau memusnahkan sel jamur. Sel ragi merupakan
bentuk kandida yang siap difagosit oleh granulosit. Sedangkan pseudohifa karena
ukurannya, susah difagosit. Granulosit dapat juga membunuh elemen miselium
kandida. Makrofag berperan dalam melawan kandida melalui pembunuhan
intraseluler melalui system mieloperoksidase (MPO).
Respon imun spesifik : imunitas seluler memegang peranan dalam pertahanan
melawan infeksi kandida.Terbukti dengan ditemukannya defek spesifik imunitas
seluler pada penderita kandidiasi mukokutan kronik, pengobatan imunosupresif dan
penderita dengan infeksi HIV. Sistem imunitas humoral kurang berperan, bahkan
terdapat fakta yang memperlihatkan titer antibodi antikandida yang tinggi
dapat menghambat fagositosis.7,8
Mekanisme imun seluler dan humoral
Tahap pertama timbulnya kandidiasis kulit adalah menempelnya kandida pada sel epitel
disebabkan adanya interaksi antara glikoprotein permukaan kandida dengan sel epitel.
Kemudian kandida mengeluarkan zat keratinolitik (fosfolipase), yang menghidrolisis
fosfolipid membran sel epitel. Bentuk pseudohifa kandida juga mempermudah invasi
jamur ke jaringan. Dalam jaringan kandida mengeluarkan faktor kemotaktik neutrofil
yang akan menimbulkan reaksi radang akut. Lapisan luar kandida mengandung
mannoprotein yang bersifat antigenik sehingga akan mengaktifasi komplemen dan
merangsang terbentuknya imunoglobulin. Imunoglobulin ini akan membentuk kompleks
antigen-antibodi di permukaan sel kandida, yang dapat melindungi kandida dari fungsi
imunitas tuan rumah. Selain itu kandida juga akan mengeluarkan zat toksik terhadap
netrofil dan fagosit lain.
Mekanisme non imun
Interaksi antara kandida dengan flora normal kulit lainnya akan mengakibatkan
persaingan dalam mendapatkan nutrisi seperti glukosa.8 Menempelnya mikroorganisme
dalam jaringan sel pejamu menjadi syarat mutlak untuk berkembangnya infeksi. Secara
umum diketahui bahwa interaksi antara mikroorganisme dan sel pejamu diperantarai oleh
komponen spesifik dari dinding sel mikroorganisme, adhesin dan reseptor. Manan dan
manoprotein merupakan molekul-molekul Candida albicans yang mempunyai aktifitas
adhesif. Khitin, komponen kecil yang terdapat pada dinding sel Candida albicans juga
berperan dalam aktifitas adhesif. Pada umumnya Candida albicans berada dalam
tubuh manusia sebagai saproba dan infeksi baru terjadi bila terdapat faktor predisposisi
pada tubuh pejamu.
Kehamilan, kontrasepsi oral, antibiotik, diabetes, kulit yang lembab, pengobatan
steroid topikal, endokrinopati yang menetap, dan faktor yang berkaitan dengan penurunan
imunitas seluler menyediakan kesempatan ragi menjadi patogenik dan memproduksi
spora yang banyak pseudohifa atau hifa yang utuh dengan dinding septa.14
Ragi hanya menginfeksi lapisan terluar dari epitel membran mukosa dan kulit
(stratum korneum). Lesi pertama berupa pustul yang isinya memotong secara horizontal
di bawah stratum korneum dan yang lebih dalam lagi. Secara klinis ditemukan lesi
merah, halus, permukaan mengkilap,cigarette paper-like, bersisik, dan bercak yang
berbatas tegas. Membran mukosa mulut dan traktus vagina yang terinfeksi terkumpul
sebagai sisik dan sel inflamasi yang dapat berkembang menjadi curdy material.14
Kebanyakan spesies kandida memiliki faktor virulensi termasuk faktor protease.
kelemahan faktor virulensi tersebut adalah kurang patogenik. Kemampuan bentuk yeast
untuk melekat pada dasar epitel merupakan tahapan paling penting untuk memproduksi
hifa dan jaringan penetrasi. Penghilangan bakteri dari kulit, mulut, dan traktus
gastrointestinal dengan flora endogen akan menyebabkan penghambatan mikroflora
endogen, kebutuhan lingkungan yang berkurang dan kompetisi zat makanan menjadi
tanda dari pertumbuhan kandida.10
Jumlah infeksi kandida meningkat secara dramatis pada beberapa tahun terakhir,
mencerminkan peningkatan jumlah pasien yang immunocompromised. Secara spesifik,
tampak makin bertambahnya umur semakin pula terjadi peningkatan angka kesakitan dan
kematian. Meskipun infeksi kandidiasis superfisial dipercaya termasuk ringan, akan tetapi
menyebabkan kematian pada populasi lanjut usia. Candida albicans juga dapat
menyerang kulit dengan folikel rambut yang aktif atau istirahat.10
Infeksi kandida diperburuk oleh pemakaian antibiotik, perawatan diri yang jelek,
dan penurunan aliran saliva, dan segala hal yang berkaitan dengan umur. Dan pengobatan
dengan agen sitotoksik (methotrexate, cyclophosphamide) untuk kondisi rematik dan
dermatologik atau kemoterapi agresif untuk keganasan pada pasien usia lanjut
memberikan resiko yang tinggi.
Patologi kutaneus superfisial dicirikan dengan pustul subkorneal. Organisme ini
jarang tampak dalam pustul tetapi dapat dilihat pada pewarnaan stratum korneum dengan
PAS (Periodic Acid-Schiff). Histologi granuloma kandidal menunjukkan tanda
papillomatous dan hyperkeratosis dan kulit yang menebal berisi infiltrat limfosit,
granulosit, plasma sel, dan sel giant multinuklear.4
E. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Bayi, wanita hamil, dan usia lanjut
2. Hambatan pada permukaan epitel; karena gigi palsu, pakaian
3. Gangguan fungsi imun
a. Primer; penyakit kronik granulomatosa
b. Sekunder; leukemia, terapi kortikosteroid
4. Kemoterapi
a. Imunosupresif
b. Antibiotik
5. Penyakit endokrin; diabetes mellitus
6. Karsinoma
7. Miscellaneous; kerusakan pada lipatan kuku.9
F. GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis yang muncul dapat berupa gatal yang mungkin sangat hebat.
Terdapat lesi kulit yang kemerahan atau terjadi peradangan, semakin meluas, makula atau
papul, mungkin terdapat lesi satelit (lesi yang lebih kecil yang kemudian menjadi lebih
besar). Lesi terlokalisasi di daerah lipatan kulit, genital, bokong, di bawah payudara, atau
di daerah kulit yang lain. Infeksi folikel rambut (folikulitis) mungkin seperti “pimple like
appearance”.12
1. Kandidosis Kutis Lokalisata
a. Kandidiasis Intertriginosa
Lesi yang terjadi pada daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara,
antara jari tangan atau kaki, glands penis, dan umbilikus. Berupa bercak yang berbatas tegas,
bersisik, basah, dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan
pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif, dengan pinggir
yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.
Pada orang yang banyak mencuci, jamur ini menyerang daerah interdigital tangan
maupun kaki.Terjadi daerah erosi dan maserasi berwarna keputihan di tengahnya. Disini juga
terjadi lesi-lesi satelit di sekelilingnya. Kondisi ini menimbulkan rasa tidak nyaman dan kadang
bisa menimbulkan nyeri. Kandidosis intertriginosa yang terjadi pada sela jari tangan maupun
kaki dapat diikuti dengan paronikia dan onikomikosis pada tangan atau kaki yang sama.1,15
b. Kandidosis Perianal
Kandidosis perianal adalah infeksi Candida pada kulit di sekitar anus yang banyak
ditemukan pada bayi, sering disebut juga sebagai kandidosis popok atau diaper rash. Hal
ini terjadi karena popok yang basah oleh air kencing tidak segera diganti, sehingga menyebabkan
iritasi kulit genital dan sekitar anus. Penyakit ini juga sering diderita oleh neonatus sebagai gejala
sisa dermatitis oral dan perianal.1
Popok yang basah akan tampak seperti area intertriginosa buatan, merupakan tempat
predisposisi untuk infeksi ragi. Lesi yang tampak berupa dasar merah dan pustule satelit.1,14
Kadang sering dijumpai pula gejala pruritus ani.1
Dermatitis popok sering diobati dengan kombinasi steroid krim dan lotion yang
mengandung antibiotic. Walaupun obat ini mungkin berisi klotrimazol yang merupakan obat
anti jamur, mungkin konsentrasinya tidak cukup untuk mengendalikan infeksi jamur
yang terjadi. Komponen kortison dapat mengubah gambaran klinis dan memperpanjang
penyakit. Bentuk nodular granulomatosis kandidosis di daerah popok, muncul sebagai kusam,
eritem, dan nodul dengan bentuk yang tidak teratur, kadang-kadang dasar yang eritem
merupakan reaksi biasa untuk organisme Candida atau infeksi Candida yang disebabkan oleh
steroid. Meskipun infeksi dermatofit jarang terjadi di daerah popok, tetapi kasus ini sering
ditemukan. Setiap upaya harus dilakukan untuk mengidentifikasi organism dan mengobati
infeksi dengan tepat.14
2. Kandidosis Kutis Generalisata
Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga di lipat payudara, intergluteal, dan
umbilikus. Sering disertai glositis, stomatitis, dan paronikia. Lesi berupa ekzematoid,
dengan vesikel-vesikel dan pustul-pustul. Penyakit ini sering terdapat pada bayi, mungkin
karena ibunya menderita kandidiasis vagina atau mungkin karena gangguan imunologik
sehingga daya tahan tubuh bayi tersebut rendah.1
Pada bayi baru lahir yang menderita kandidosis kutis generalisata, dengan
vesikulopustul di atas eritem muncul pada saat bayi baru lahir atau beberapa jam setelah
lahir. Lesi pertama kali muncul di muka, leher dan menyebar ke seluruh tubuh dalam
waktu 24 jam.16
3. Paronikia dan Onikomikosis
Paronikia dan onikomikosis adalah peradangan kuku dan bantalan kuku. Paronikia
dapat bersifat akut dan kronis. Paronikia akut disebabkan oleh bakteri, sedangkan
paronikia kronis disebabkan oleh Candida sebagai pathogen tunggal atau ditemukan
bersamaan bersama dengan bakteri lain seperti Proteus atau Pseudomonas sp.16
Ini merupakan proses peradangan kronis pada lipatan kuku proksimal dan matriks Kuku.15 .
Hal ini terutama terjadi pada orang- orang yang tangannya sering terendam dalam air seperti
pada ibu rumah tangga, pegawai bar atau rumah makan, penggemar tanaman, dan pegawai ikan.
Pemakaian alat pencuci piring mekanis yang semakin meluas mungkin berhubungan dengan
penurunan insidensi kelainan ini.
Gambaran klinis berupa eritema pada lipatan kuku proksimal (boilstering),17 pembengkakan
tidak bernanah, kuku menjadi tebal, mengeras dan berlekuk-lekuk, kadang-kadang berwarna
kecoklatan, tidak rapuh, tetap berkilat, tidak terdapat sisa jaringan di bawah kuku seperti pada
tinea unguium,dan hilangnya kutikula. Hal ini sering berhubungan dengan terjadinya distrofi
kuku. Candida albicans mempunyai peran patogenik, tetapi bakteri mungkin juga ikut
menyertainya. Tidak adanya kutikula memungkinkan masuknya bahan-bahan iritan seperti
detergen ke daerah di bawah kuku proksimal, dan hal ini turut menyebabkan proses
peradangan.15
Kondisi ini cukup berbeda dengan paronikia bacterial akut, yang timbul cepat, rasa
sakit yang hebat, dan banyak nanah hijau. Penekanan pada lipatan kuku yang bengakak
pada paronikia kronis bias mengeluarkan butiran-butiran kecil nanah yang berbentuk seperti
krim susu dari bawah lipatan kuku, tetapi hanya itu saja yang terjadi.
4. Kandidosis Granulomatosa
Kelainan ini jarang dijumpai. HOUSER dan ROTHMAN melaporkan bahwa penyakit ini
sering menyerang anak-anak, lesi berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna kuning
kecoklatan dan melekat erat pada dasarnya. Krusta ini dapat menimbul seperti tanduk sepanjang
2 cm, lokalisasinya sering terdapat di muka, kepala, kuku, badan, tungkai, dan faring.1
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pada penampakan kulit, terutama jika ada
faktor resiko yang menyertai. Kerokan kulit dapat menunjukkan bentuk jamur yang
mendukung candida.12
Bahan-bahan klinis yang dapat digunakan untuk pemeriksaan adalah kerokan kulit, urin,
bersihan sputum dan bronkus, cairan serebrospinal, cairan pleura dan darah,dan biopsi jaringan
dari organ-organ visceral.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan langsung
Merupakan cara paling mudah dan metode yang paling efektif untuk mendiagnosis, tapi
tidak cukup untuk menyingkirkan bukti klinis yang lain.14 Pemeriksaan dengan kerokan kulit
dengan penambahan KOH 10% akan memperlihatkan elemen candida berupa sel ragi,
balastospora, peudohifa atau hifa bersepta. Pemeriksaan langsung tidak dapat menetukan
identifikasi etiologi secara spesifik dan kurang sensitive dibandingkan dengan biakan. Hasil
negative tidak selalu bukan disebabkan oleh Candida. Pemeriksaan langsung mempunyai nilai
sensitifitas dan spesifisitas sebesar 89,4% dan 83,90%. Pewarnaan gram juga dapat digunakan
dan akan memberikan hasil yang sama dengan yang diperlihatkan pada pemeriksaan KOH 10%.1
2. Pemeriksaan Biakan
Biakan merupakan pemeriksaan paling sensitive untuk mendiagnosis infeksi Candida.
Sabouraud Dextrose Agar (SDA)merupakan media standar yang banyak digunakan untuk
pemeriksaan jamur.1 Media ini mengandung 10 gr pepton, 40 gr glukosa, dan 10 gr agar, serta
ditambahkan 1000 ml air. Penambahan antibiotika pada SDA digunakan untuk mencegah
pertumbuhan bakteri. Biakan diinkubasi pada suhu kamar yaitu 25-27 C dan diamati secara
berkala untuk melihat pertumbuhan koloni. Koloni berwarna putih sampai kecoklatan, basah,
atau mukoid dengan permukaan halus dan dapat berkerut. Hasil biakan dianggap negative bila
tidak ditemukan pertumbuhan koloni dalam waktu empat pecan.
3.Identifikasi Spesies
Meskipun gambaran klinis sulit dibedakan penentuan etiologi spesisik Candida sampai ke
tingkat spesies berguna untuk menentukan terapi dan prognosis. Adapun cara mengidentifikasi
Candida sp. dapat dilakukan dengan cara tradisional dan komersil.
a. Germ Tube Test
Germ tube test merupakan cara yang digunakan untuk menentukan indentifikasi
spesies C. albicans. Pemeriksaan ini menggunakan media yang mengandung
serum dan diinkubasi pada suhu 37 C selama 2 jam. Bila terdapat pertumbuhan germ
tube atau sprout mycelium,berarti spesies tersebut adalah C. albicans. Pertumbuhan Germ
tube dikenal sebagai Fenomena Reynols-Braude.
b. Penilaian Klamidospora
Penilaian Klamidospora menggunakan media commeal agar dengan Tween 890.
Morfologi koloni Candida sp. dibedakan berdasarkan susunan blastospora dan gambaran
morfologi pseudohifa. Umumnya hanya C. albicans yang menghasilkan klamidiospora.
c. Uji Asimilasi dan Fermentasi
Identifikasi Candida sp. dapat juga dilakukan berdasarkan kemampuan ragi untuk
mengasimilasi dan fermentasi karbohidrat yang berbeda utuk setiap spesies.
Candida albicans dapat mengasimilasi dan memfermentasi glukosa, galaktosa, maltose,
dan sukrosa.
d. CHROM agar candida
CHROM agar kandida merupakan cara komersil media biakan selektif untuk
mengidentifikasi Candida sp. Koloni C. albicans, C. tropicalis, C. glabrata, dan C. krusei
dapat dibedakan berdasarkan morfologi koloni dan warna yang ditimbulkan oleh
masing-masing koloni. Media ini mengandung 10 gr pepton, 20 gr glukosa, 0,5 gr
kloramfenikol, 15 gr agar dan 2 gr chromogenic mix.Chromogenic mix merupakan bahan
yang menyebabkan perubahan warna koloni pada Candida sp.
4. Serologi
Macam-macam prosedur pemeriksaan serologi direncanakan untuk
mendeteksi adanya antibodi Candida yang berkisar pada tes immunodifusi yang lebih
sensitive seperti counter immunoelectrophoresis (CIE), enzyme-linked immunosorbent
assay (ELISA), and radioimmunoassay (RIA). Produksi empat atau lebih garis
precipitin dengan tes CIE telah menunjukkan diagnosis kandidiasis pada pasien yang
terpredisposisi.
5. Pemeriksaan histology
Didapatkan bahwa spesimen biopsi kulit dengan pewarna periodic acid-schiff
(PAS) menampakkan hifa tak bersepta. Hifa tak bersepta yang menunjukkan kandidiasis
kutaneus berbeda dengan tinea.10
6. Uji sensitifitas secara cepat dan tepat berdasarkan PCR dari DNA dapat juga digunakan
untuk mengidentifikasi patogenitas candida dalam jaringan.
H. DIAGNOSIS BANDING
1. Kandidosis lokalisata dengan:
a. Dermatitis kontak
Pada orang dengan kulit yang hipersensitif. Akut : bercak eritematosa berbatas
tegas, edema, papulovesikel, erosi dan eksudasi. Kronis : kulit kering, skuama, papul,
likenifikasi, fisur, batas tidak tegas. Scalp, telapak tangan dan kaki relative resisten
terhadap DKA. Tidak ditemukan lesi satelit.
b. Erythrasma
Infeksi bakteri kronik pada stratum korneum yang disebabkan oleh
Corynebacterium minutissisum. Lesi kulit dapat berukuran sebesar miliar sampai plakat.
Lesi eritroskuamosa, berskuama halus kadang-kadang dapat terlihat merah kecoklat-
coklatan. Tidak terlihat adanya lesi satelit. Tempat predileksi di daerah ketiak dan
lipatan paha. Kadang-kadang berlokasi di daerah intertriginosa lain terutama
pada penderita yang gemuk. Pada pemeriksaan lampu Wood lesi terliha berfluoresensi
merah membara (coral red).1
c.Dermatitis Intertriginosa
Lesi kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga
tampak basah. Tidak ditemukan lesi satelit. Penderita juga mengeluh gatal.1
d.Dermatofitosis (tinea)1
Lesi pada lipat paha, perineum, sekitar anus. Lesi berbatas tegas, peradangan pada
tepi lebih nyata (central healing). Jika menahun berupa bercak hitam disertai sedikit sisik.
Erosi dan keluarnya cairan akibat garukan.
2. Kandidosis kuku dengan tinea unguium
Pada tinea unguium kuku sudah tampak rapuh pada bagian distal pada bentuk subungual
distal dan tampak rapuh pada bagian proksimal pada bentuk subungual proksimal.
Biasanya penderita tinea unguium mempunyai dermatofitosis ditempat lain yang sudah sembuh
atau yang belum. Kuku kaki lebih sering diserang daripada kuku tangan.
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan terpenting adalah menghindari atau menghilangkan faktor
predisposisi.
Terapi topical:
Larutan ungu gentian: 0,5 % untuk selaput lendir
1-2% untuk kulit
dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari.
Nistatin dapat diberikan berupa krim, salep, emulsi.
Golongan azol
• krim atau bedak mikonazol 2%
• bedak, larutan dan krim klotrimazol 1%
• krim tiokonazol 1%
• krim bufonazol 1%
• krim isokonazol 1%
• krim siklopiroksolamin 1%
• Antimikotik topikal lain yang berspektrum luas.1
Terapi sistemik:
Nistatin tablet
untuk menghilangkan infeksi lokal dalam saluran cerna, obat ini tidak diserap oleh usus.
Amfoterisin B
Diberikan intravena untuk kandidiasis sistemik.
Kotrimazol
Pada kandidiasis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500mg per vaginam dosis tunggal,
sistemik dapat diberikan ketokonazol 2x200 mg dosis tunggal atau dengan
flukonazol 150 mg dosis tunggal.
Itrakonazol
diberikan pada kandidiasis vulvovaginalis. Dosis untuk orang dewasa 2x100 mg sehari,
selama 3 hari.1
Penggunaan obat anti jamur yang standard hanya flukonazol, itrakonazol, dan
flucytosine. Atau bahkan dapat menggunakan obat antijamur golongan azol
terbaru antara lain voriconazole, ravuconazole, posaconazole.
Amorolfine biasa digunakan karena efektifitasnya sebagai terapi topical
pada kandidiasis superficial yang disebabkan oleh jamur dan dermatofitosis dan
afinitasnya yang tinggi terhadap stratum korneum dan kuku.
Obat anti jamur imidazol, clotrimazol, mikonazol, econazol, oxiconazol
dan bifonazol digunakan secara luas sebagai pengobatan topikal dermatofitosis. Beberapa
tahun terakhir, imidazol (lanakonazol) dan tiga kelas anti jamur gabungan benzylamine
(butenafine), alylamine (terbinafine) dan morfin (amorolfine), telah berhasil
dikembangkan dan diperkenalkan dalam penggunaan di klinik. Obat-obat terbaru ini
lebih aktif daripada imidazol sebelumnya untuk melawan dermatofitosis secara in vitro
dan in vivo dermatofitosis pada babi sebagai binatang percobaan.
J. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi kutaneus kandidiasis yang bisa terjadi, antara lain :
1. Rekurens atau infeksi berulang kandida pada kulit
2. Infeksi pada kuku yang mungkin berubah menjadi bentuk yang aneh dan mungkin
menginfeksi daerah di sekitar kuku
3. Disseminated candidiasis yang mungkin terjadi pada tubuh yang
immunocompromised.12
Kandidiasis Diseminata
Papul eritematosa dengan tengah yang pucat dengan neutropenia dan ewing’s sarcoma.
Kultur darah tumbuh candida parapsilos dan candida Lusitania. Lesi tersebut tersebar dan
terhitung ratusan. Pasien menunjukkan gejala lesi kulit yang disertai dengan nyeri otot dan nyeri
mata. Pustul adalah tanda kutaneus dari kandidiasis diseminata pada pasien dengan leukositosis.
Adanya neutrofil dalam sirkulasi, pustule tidak tampak pada kulit, karena jumlah sel darah putih
menutupinya, lesi mungkin menjadi pustular yang menetap.
X. PENCEGAHAN
Keadaan umum dan higienitas yang baik dapat membantu pencegahan infeksi kandida,
yakni dengan menjaga kulit selalu bersih dan kering. Bedak yang kering mungkin
membantu pencegahan infeksi jamur pada orang yang mudah terkena. Penurunan berat
badan dan kontrol gula yang baik pada penderita diabetes mungkin membantu pencegahan
infeksi tersebut.12
K. PROGNOSIS
Prognosis kutaneus kandidiasis umumnya baik, bergantung pada berat ringanya
faktor predisposisi. Biasanya dapat diobati tetapi sekali-kali sulit dihilangkan. Infeksi
berulang merupakan hal yang umum terjadi.1,12
DAFTAR PUSTAKA
1. Kuswadji. Kandidosis. Dalam : Djuanda A., Hamzah M., Aishah S., Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi IV, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta, 2006. Pp:103-6
2. SMF Ilmu Kulit Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Atlas Penyakit
Kulit dan Kelamin. Airlangga University Press, 2007. Pp:86-92
3. James William,Berger Timothy, Elston Dirk. Candidiasis. Dalam : Andrew’s Disease th
of The Skin Clinical Dermatology. Ed 10 . British. WB Saunders Company. 2000.
Pp:308-9
4. Wolff, Klauss. Candidiasis. Dalam : Fitzpatrick. Dermatology in General Medicine.
Ed 7th. New york. McGraw Hill Company. 2007. p: 1822
5. Wolf K, Richard AJ, Dick S. Candidiasis. Dalam : Fitzpatrick. Color Atlas and th
Synopsis of Clinical Dermatology. Ed 5 . New york. McGraw Hill Company. 2007.
6. Siregar, R.S. Atlas Berwana Saripati Penyakit Kulit . Edisi 2. EGC. Jakarta. 2004. Pp:
279-280.
7. Sandy S Suharno. Tantien Nugrohowati, Evita H. F. Kusmarinah. Mekanisme
Pertahanan Pejamu pada Infeksi Kandida. Dalam : Media Dermato-venereologica
Indonesiana, Jakarta, 2000 ; 187-92
8. Conny Riana Tjampakasari. Karakteristik Candida albicans. Dalam : Cermin Dunia
Kedokteran, Vol.151, 2006 ; 33-5
9. Anaissie, Elias J. Clinical Mycology. United State of America. Churchill
Livingstone. 2003. p.461-2
10. www.emedicine.com : Scheinfeld, Noah S. Candidiasis Cutaneous. [online]. 2008
[cited 2008 Juni 18] : [screens]. Available from : URL:http://www.emedicine.com
11. Hall, John C. Sauer's Manual of Skin Diseases 8th edition. Canada. Lippincott
Williams & Wilkins Publishers. 2000.
12. www.medlineplus.com : Smith, D. Scott. Cutaneous Candidiasis. [online]. 2006
[cited 2008 Juni 18] : [screens]. Available from : URL:http://www.medlineplus.com
13. Shroff PS. Clinical and mycological spectrum of cutaneous candidiasis in Bombay. In
: Journal of Postgraduate Medicine. 1990. Volume 36/2. 83-86.
14. Habif, T. P, eds. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy 4th
edition. Pennsylvania. Mosby, inc. 2004. p. 440-450
15. Sehgal. V. N. Candidosis. Dalam: The Textbook of Clinical Dermatology. Forth
edition. New Delhi. Jaypee Brother Medical Publisher. 2006: 59-62.
16. Weller. R, Hunter. J, Savin. J, Dahl. M. Fungal Infection. Dalam: Clinical
Dermatology. Fourth edition. UK. Blackwell Publishing. 2008: 252-254.
17. Graham. R, Brown, Burns. T. Infeksi Jamur. Dalam: Lecture Notes Dermatology.
Edisi ke-8. Jakarta. EMS. 2005: 38-40.