Post on 05-Dec-2015
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan pangan merupakan bahan yang memiliki kandungan gizi yang berbeda-beda.
Kandungan gizi yang ada pada bahan pangan berpengaruh pada kualitas bahan tersebut.
Kandungan gizi yang ada pada bahan pangan adalah protein, karbohidrat, lemak,
vitamin dan lain sebagainya. Protein merupakan kandungan gizi yang paling besar yang
terdapat pada biji-bijian seperti kedelai. Protein juga merupakan salah satu unsur makro
yang terdapat pada bahan pangan selain lemak dan karbohidrat. Protein merupakan
sumber asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O dan N dalam ikatan
kimianya. Fungsi utama protein dalam tubuh adalah sebagai zat pembentuk jaringan
baru dan mempertahankan jaringan yang sudah ada agar tidak mudah rusak.
Protein pada bahan pangan dapat diketahui dengan mengukur kadar protein pada
bahan pangan tersebut. Kadar protein pada bahan pangan dapat ditentukan dengan
metode kjeldahl, biuret, lowry, dan brodford. Pada praktikum kali ini menggunakan
metode kjeldahl. Metode kjeldahl merupakan metode untuk menetukan kandungan
protein kasar dalam bahan pangan. Pengukuran kadar protein dengan metode kjeldahl
didasarkan pada pengukuran kadar nitrogen total pada bahan. Penetuan protein pada
metode kjeldahl didasrkan pada asumsi bahwa kandungan nitrogen dalam protein
sekitar 16%, karena unsur N bukan hanya berasal dari protein. Prinsip analisis kadar
protein metode kjeldahl, yang terukur adalah total N. Protein = F.P x total N, dalam hal
ini F.P adalah faktor konversi jenis bahan dari bahan tertentu. Ada empat tahap:
destruksi, distilasi, titrasi, dan perhitungan presentase kandungan N. Destruksi
merupakan pemanasan dengan asam sulfat pekat sehingga terjadi proses oksidasi
sampel menjadi unsur-unsurnya, unsur N mejadi amonium sulfat. Sedangkan titrasi
adalah amonia dengan asam borat dititer dengan larutan HCl standart atau sisa HCl
dititer dengan larutan NaOH standar.
Maka dari itu, praktikum ini dilakukan untuk mengetahui kadar protein pada suatu
bahan pangan dengan metode Kjeldahl.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui cara analisis kadar protein metode Kjeldahl pada bahan
pangan dan hasil pertanian.
2. Untuk menetapkan kadar protein dengan metode Kjeldahl
BAB 2. BAHAN DAN PROSEDUR ANALISA
2.1 Bahan
2.1.1 Bahan Pangan
1. Tempe
Tempe merupakan makanan hasil fermentasi tradisional berbahan baku kedelai
dengan bantuan jamur Rhizopus oligosporus. Mempunyai ciri-ciri berwarna putih,
tekstur kompak dan flavor spesifik. Warna putih disebabkan adanya miselia jamur yang
tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur yang kompak juga disebabkan oleh
miselia-miselia jamur yang menghubungkan antara biji-biji kedelai tersebut. Terjadinya
degradasi komponen-komponen dalam kedelai dapat menyebabkan terbentuknya flavor
spesifik setelah fermentasi (Kasmidjo, 1990).
Tabel 1. Syarat Mutu Tempe Kedelai Menurut Standar Nasional Indonesia 01-3144-
1992
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (1992).
Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak
banyak berubah dibanding kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang
dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe
menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai.
Kriteria uji Persyaratan
Keadaan
Bau
Warna
Rasa
normal (khas tempe)
normal
normal
Air (% b/b) maks 65
Abu (% b/b) maks 1,5
Protein (% b/b) (Nx6,25) min 20
Cemaran mikroba
E coli
Salmonela
maks 10
negatif
Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari
bayi hingga lansia), sehingga bisa dibuat sebagai makanan semua umur.
Tabel 2. komposisi kimia tempe
Komposisi Jumlah (%)
Air (wb) 61,2
Protein kasar (db) 41,5
Minyak kasar (db) 22,2
Karbohidrat (db) 29,6
Abu (db) 4,3
Serat kasar (db) 3,4
Nitrogen (db) 7,5
Sumber : Cahyadi (2006)
2. Tepung kedelai
Tepung kedelai adalah produk setengah jadi yang merupakan bahan dasar
industri pangan. Tepung kedelai cukup banyak digunakan sebagai bahan makanan
campuran (BMC) dalam formulasi suatu bentuk makanan seperti roti, kue kering, cake,
sosis, meat loaves, donat dan produk olahan pangan lainnya. BMC dengan tepung
kedelai dapat meningkatkan nilai gizi pada suatu produk pangan (Santoso,2005).
Tepung kedelai merupakan salah satu bahan pengikat yang dapat meningkatkan
daya ikat air pada bahan makanan karena di dalam tepung kedelai terdapat pati dan
protein yang dapat mengikat air. Daya ikat air mempengaruhi ketersediaan air yang
diperlukan oleh mikroorganisme sebagai salah satu faktor penunjang pertumbuahannya.
Semakin meningkat daya ikat air maka ketersediaan air yang diperlukan untuk
pertumbuhan mikroorganisme semakin berkurang, sehingga aktivitas bakteri dalam
bahan makanan yang dapat menyebabkan kebusukan menurun (Virgo, 2007).
Dalam pembuatan tepung dan bubuk kedelai, proses pemanasan toasting
(perebusan, pengukusan atau penyangraian) merupakan tahap yang penting. Proses ini
bertujuan untuk: 1) Menginaktifkan anti-tripsin, dan 2) menginaktifkan enzim
lipoksigenase, sehingga bau langu kedelai dapat dihilangkan. Di dalam industri
makanan campuran, tepung kedelai mempunyai peranan yang penting karena dapat
dicampur dengan produk tepung lainnya (Koswara, 1992).
Tabel 3. Komposisi kimia kedelai kering per 100 g
Sumber : Koswara, 1992
2.1.2 Bahan Kimia
1. H2SO4
Asam sulfat dengan rumus kimia H2S O 4, merupakan asam mineral (anorganik)
yang kuat. Oleh karena itu, asam sulfat dapat mendekstruksi protein. Zat ini larut
dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan,
termasuk dalam kebanyakan reaksi kimia (Ngili, 2010).
2. Selenium 0,9 gram
Selenium merupakan mikromineral yang memiliki kemampuan antioksidan yang
berasal dari selenoprotein. Selenium diperoleh dari memanggang endapan hasil
elektrolisis dengan soda atau asam sulfat, atau dengan meleburkan endapan tersebut
dengan soda dan niter (mineral yang mengandung kalium nitrat) (Yamazaki, dkk,
2013).
3. NaOH
NaOH adalah salah satu jenis basa kuat yang bersifat korosif serta mudah
menghancurkan jaringan organik yang halus. NaOH berbentuk padat berwarna putih
dan memiliki sifat higroskopis (Ngili, 2010).
4. HCl
Komposisi Jumlah
Kalori (kkal) 331,0
Protein (g) 34,9
Lemak (g) 18,1
Karbohidrat (g) 34,8
Kalsium (mg) 227,0
Fosfor (mg) 585,0
Besi (mg) 8,0
Vitamin A (SI) 110,0
Vitamin B1 (mg) 1,1
Air (g) 7,5
Tempe
Penimbangan 0,5 gram
Kedelai
Penghalusan
Pengayakan
Pengecilan ukuran
HCl adalah larutan asam klorida atau yang biasa dikenal dengan larutan HCl
dalam air. Larutan ini merupakan cairan kimia yang sangat korosif dan berbau
menyengat. HCl merupakan bahan kimia berbahaya atau B3 (Ngili, 2010).
5. Asam borat
Asam borat dengan rumus kimia H3B O 3 (terkadang ditulis B(OH)3) adalah suatu
asam lemah dari boron sering digunakan sebagai antiseptik, insektisida, flame retardant,
penyerap netron (neutron absorber), atau prekursor bagi senyawa kimia lain. Terdapat
dalam bentuk kristal tak berbawarna atau serbuk putih yang larut dalam air (Ngili,
2010).
2.2 Persiapan Bahan
Gambar 1. Diagram alir persiapan bahan
Tempe sebelum dilakukan proses analisis kadar air, harus dilakukan proses
pengahalusan menggunakan mortar dan alu. Sedangkan kedelai dilakukan kedelai
dilakukan proses pengecilan ukuran dan dilakukan pengayakan. Proses penghalusan
pada tempe dan pengecilan ukuran pada kedelai berfungsi untuk memperluas
permukaan bahan. Sehingga dapat mempermudah proses pengabuan.
0,5 gram tempe halus atau tepung terigu
Penempatan pada labu Kjeldahl
Penambahan 5 ml H2SO4
Dekstruksi 1 jam
Pendinginan 1 jam
Penambahan 30 ml asam borat +MMB 1ml pada erlenmeyer
Penambahan 0,9 gram selenium
Penempatan pada labu Kjeldahl pada alat distilat
Penempatan erlenmeyar pada alat distilat
Distilasi selama 4 menit
Titrasi
2.3 Prosedur Analisis
Gambar 2. Diagram alir Analisis Kadar Protein
Perlakuan pertama yang harus dilakukan saat melakukan proses analisis kadar
protein adalah memasukkan 0,5 gram tempe halus dan tepung kedelai kedalam labu
kjeldahl yang fungsinya untuk melakukan proses analisis protein. Setelah itu
ditambahkan 0,9 gram silenium yang fungsinya untuk mempercepat dan meningkatkan
titik didih bahan selama proses dekstruksi. Kemudian ditambahkan juga 5 ml H2SO4
yang fungsinya untuk mengekstraksi protein pada bahan menjadi menjadi unsur-
unsurnya (nitrogen). Setelah semua bahan tercampur, kemudian dimasukkan kedalam
ruang asam untuk melakukan proses dektruksi selama 1 jam. Proses dektruksi dilakukan
untuk melepaskan nitrogen pada bahan. Setelah itu didinginkan selama 1 jam yang
fungsinya untuk menurunkan suhu akibat dari proses destruksi. Setelah larutan dingin,
kemudian ditambahkan 30 ml asam borat da indikator MMB 1 ml pada erlenmeyer yang
fungsinya untuk menangkap gas amoniak dari bahan saat dilakukan distilasi. Setelah itu
labu kjeldahl dan erlenmeyer yang berisi asam borat ditempatkan pada alat distilat yang
fungsinya untuk melakukan proses distilasi 4 menit. Proses distilasi tersebut dilakukan
untuk memecah amonium sulfat menjadi amonia. Tahapan yang terakhir adalah
mentitrasi larutan yang ada pada erlemeyer yang fungsinya untuk menunjukkan kadar
N- amonia dan untuk mengukur hidrolisis protein.
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Tabel 4. Hasil pengamatan Kadar protein kelas THP A
Sampel THP A
Ulangan
Berat sampel
(gr)
Titrasi Sampel
(ml)
Ttrasi Blanko
(ml)
N HCl
%N Kadar Protein (%)
bb bkTepun
g Kedela
i
1 0.5 50 4.5 0.02 2.5493 17.2076 17.70882 0.5 48 4.5 0.02 2.4372 16.4512 16.9304
3 0.5 51 4.5 0.02 2.6053 17.5858 18.0980
Rata-rata 17.0815 17.5790SD 0.5777 0.5945
RSD 3.3820 3.3818Tempe 1 0.5 28 4.5 0.02 0.82297 4.6992 13.4262
2 0.5 21 4.5 0.02 0.57783 37.5590
107.3113
Rata-rata 21.1291 60.3687SD 23.2354 66.3868
RSD109.968
7109.968
9
Tabel 5. Hasil pengamatan Kadar protein THP B
Sampel THP B
UlanganBerat
sampel (gr)
Titrasi Sampel
(ml)
Ttrasi Blanko
(ml)
N HCl
%N Kadar Protein (%)
Tempe
bb bk1 0.5147 64.5 1.5 0.02 3.4290 19.5793 55.94092 0.502 76.5 1.5 0.02 4.1854 23.8984 68.28113 0.5055 80.5 1.5 0.02 4.3781 24.9987 71.4248
Rata-rata 22.8255 65.2156SD 2.8646 8.1845
RSD 12.5499 12.5499Tepung Kedela
i
1 0.5033 84 1.5 0.02 4.5920 30.996 31.899
2 0.504 80 1.5 0.02 4.3633 29.452 30.310Rata-rata 30.224 31.104
SD 1.092 1.123RSD 3.613 3.611
CARA PERHITUNGAN
SIFT 1
Tepung kedelai THP A
1. %N = (ml Hd contoh−ml Hd blanko )×14,007 × N HCl
mg contoh×100
= (50 ml−4,5 ml )×14,007 × 0,02
500 mg×100
= 2,5493 %
Kadar Protein bb = %N × faktor konversi
= 2,5493 % × 6,75
= 17,2076%
2. %N = (ml Hd contoh−ml Hd blanko )×14,007 × N HCl
mg contoh×100
= (48 ml−4,5 ml ) ×14,007 ×0,02
500 mg×100
= 2,4372 %
Kadar Protein bb = %N × faktor konversi
= 2,4372 %× 6,75
= 16,4512%
3. %N = (ml Hd contoh−ml Hd blanko )×14,007 × N HCl
mg contoh×100
= (51ml−4 , 5 ml ) ×14,007 × 0,02
500 mg×100
= 2,6053%
Kadar Protein bb = %N × faktor konversi
= 2,6053%× 6,75
= 17,5858%
Rata-rata bk= 17,2076 %+16,4512 %+17,5858 %
3
= 17,0815 %
SD bk=
√ (17,2076 %−17,0815 %)2+(16,4512 %−17,0815 % )2+(17,5858 %−17,0815 % ) ²(3−1)
= √ (0,1261 %)2+(0,6288 % )2+ (0,5035 % )2
2
= 0,5777%
RSD bk= SD
rata−rata ×100%
= 0,5777 %
17,0815 % × 100 %
= 3.3820%
1. Kadar protein bk = kadar protein bb100−kadar air
x 100
= 17,2076 %100−2,87
x 100
= 17, 7088%
2. Kadar protein bk = kadar protein bb100−kadar air
x 100
= 16,4512%100−2,87
= 16.9304%
3. Kadar protein bk = kadar protein bb100−kadar air
x 100
= 17,5858 %100−2,87
x 100
= 18.0980%
Rata-rata bk = 17 ,7088 %+16.9304 %+18.0980 %
3
= 17.5790%
SD bk=
√ (17 ,7088 %−17.5790 % )2+ (16.9304 %−17.5790 % )2+ (18.0980 %−17.5790 %) ²(3−1)
= √ (0,1289)2+ (−0,6486 )2+(0,519 )2
2
= 0.5945%
RSD bk = SD
rata−rata ×100%
= 0.5945%
17.5790 % × 100 %
= 3.3818%
Tempe
1. %N = (ml Hd conto h−ml Hd blanko )× 14,007 × N HCl
mg conto h×100
= (28 ml−4,5 ml )×14,007 × 0,02
500 mg× 100
= 0,82297%
Kadar Protein bb = %N × faktor konversi
= 0,82297% × 5,71
= 4.6992%
2. %N = (ml Hd conto h−ml Hd blanko )× 14,007 × N HCl
mg conto h×100
= (21ml−4,5 ml ) ×14,007 × 0,02
500 mg×100
= 0,57783 %
Kadar Protein bb = %N × faktor konversi
= 0,57783 % × 5,71
= 37.5590%
Rata-rata bb = 4.6992 %+37.5590 %
2
= 21.1291 %
SD bb= √ ( 4.6992 %−21.1291 %)2+(37.5590 %−21.1291 % )2
(2−1)
= √ (−16,4299)2+ (16,4299 )2
1
= 23.2354%
RSD bb= SD
rata−rata ×100%
= 23.2354 %21.1291 %
× 100 %
= 109.9687%
1. Kadar protein bk = kadar protein bb100−kadar air
x 100
= 4.6992 %100−65
x 100
= 13.4262%
2. Kadar protein bk = kadar protein bb100−kadar air
x 100
= 37.5590 %100−65
x 100
= 107.3113%
Rata-rata bk = 13.4262%+107.3113%
2
=60.3687 %
SD bk= √ (13.4262 %−60.3687 %)2+(107.3113%−60.3687 %)2
(2−1)
= √ (−46,9425)2+( 46,9426 )2
1
= 66.3868%
RSD bk= SD
rata−rata ×100%
= 66.3868 %60.3687 %
× 100 %
= 109.9689%
Kelas thp b
Tempe
1. %N = (ml Hd contoh−ml Hd blanko )×14,007 × N HCl
mg contoh×100
= (64.5 ml−1,5 ml ) ×14,007 × 0,02
500 mg×100
= 3.4290 %
Kadar Protein bb = %N × faktor konversi
= 3.4290% × 5,71
= 19.5793%
2. %N = (ml Hd conto h−ml Hd blanko )× 14,007 × N HCl
mg conto h×100
= (76.5 ml−1,5 ml ) ×14,007 ×0,02
500 mg×100
= 4.1854%
Kadar Protein bb = %N × faktor konversi
= 4.1854% × 5,71
= 16,4524 %
3. %N = (ml Hd conto h−ml Hd blanko )× 14,007 × N HCl
mg conto h×100
= (80.5 ml−1,5 ml ) ×14,007 × 0,02
500 mg×100
= 4.3781%
Kadar Protein bb = %N × faktor konversi
= 4.3781% × 5,71
= 24.9987%
Rata-rata = 19.5793 %+23.8984 %+24.9987 %
3
= 22.8255 %
SD bb=
√ (19.5793 %−22.8255 % )2+(23.8984 %−22.8255 % )2+(24.9987 %−22.8255 %)2
(3−1)
= √(−3,2462 % )2+(1,0729 % )2+¿¿¿
= 2.8646 %
RSD bb= SD
rata−rata ×100 %
= 2.8646 %
22.8255 % × 100 %
= 22.8255%
1. Kadar protein bk = kadar protein bb100−kadar air
x 100
= 19.5793 %100−65
x 100
= 55.9409%
2. Kadar protein bk = kadar protein bb100−kadar air
x 100
= 23.8984 %100−65
= 68.2811%
3. Kadar protein bk = kadar protein bb100−kadar air
x 100
= 24.9987 %100−65
x 100
= 71.4248 %
Rata-rata bk = 55.9409 %+68.2811 %+71.4248 %
3
= 65.2156 %
SD bk=
√ (55.9409 %−65.2156 %)2+(68.2811%−65.2156 %)2+(71.4248 %−65.2156 % ) ²(3−1)
= √ (−9,3356)2+(3,0655 )2+(6,2092 )2
2
= 8.1845 %
RSD bk = SD
rata−rata ×100%
= 8.1845 %
65.2156 % × 100 %
= 12.5499%
Tempung kedelai
1. %N = (ml Hd contoh−ml Hd blanko )×14,007 × N HCl
mg contoh×100
= (84 ml−1,5 ml )×14,007 × 0,02
500 mg× 100
= 4.5920 %
Kadar Protein bb = %N × faktor konversi
= 4.5920 % × 6,75
= 30.996%
2. %N = (ml Hd contoh−ml Hd blanko )×14,007 × N HCl
mg contoh×100
= (80 ml−1,5 ml ) ×14,007 × 0,02
500 mg×100
= 4.3633 %
Kadar Protein bb = %N × faktor konversi
= 4.3633 x 6,75
= 29.452 %
Rata-rata = 30.996 %+29.452 %
2
= 30.224 %
SD = √ (30.996 %−30.224 % )2+ (29.452%−30.224 % )2
(2−1)
= √ (0,772%)2+(−0,772% )2
1
= 1.092 %
RSD = SD
rata−rata ×100%
= 1.092 %
30.224 % × 100 %
=3.613%
1. Kadar protein bk = kadar protein bb100−kadar air
x 100
= 30.996 %100−65
x 100
= 31.899%
2. Kadar protein bk = kadar protein bb100−kadar air
x 100
= 29.452 %100−65
x 100
= 30.310%
Rata-rata bk = 31.899 %+30.310 %
2
=31.104 %
SD bk= √ (31.899 %−31.104 % )2+(30.310 %−31.104 % )2
(2−1)
= √ (0,795)2+ (−0,794 )2
1
= 1.123%
RSD bk= SD
rata−rata ×100%
= 1.123 %
31.104 % × 100 %
= 3,611%
3.2 Pembahasan
Praktikum kadar protein ini menggunakan metode kjeldahl. Prinsip dari analisis
protein menggunakan metode kjeldahl yaitu dengan mengukur total nitrogen yang
terdapat pada bahan pangan, bahan didestruksi atau dipanaskan menggunakan asam
sulfat sehingga terjadi proses oksidasi senhingga nitogen berubah menjadi amonium
sulfat, kemudian dilakukan destilasi sehingga amonium sulfat menjadi gas amoniak
yang akan menguap dan berikatan dengan asam borat yang dititer dengan HCl standar.
Bahan yang digunakan untuk analisis kadar protein adalah tepung kedelai dan tempe.
Berdasarkan data hasil pengamatan dan perhitungan dapat diketahui bahwa tempe
memiliki kadar protein basis basah sebesar 25,67655 %. Data basis basah pada tempe
sudah sesuai dengan literatur, syarat mutu tempe kedelai menurut Standar Nasional
Indonesia 01-3144-1992 yang menyatakan bahwa kadar protein tempe basis basah
minimal 20 %. Sedangkan kadar protein tempe basis kering sebesar 45,7366 %. Pada
kadar protein basis kering ini mengalami penyimpangankarena tidak sesuai dengan
literatur. Menurut Cahyadi(2006) komposisi kimia tempe memiliki kandungan protein
kasar (db) sebesar 41,5 %. Perbedaan kadar protein antara yang data yang dihasilkan
dengan literatur ini bisa dikarenakan jenis prosedur/skema kerja yang berbeda. Pada
sampel tepung kedelai memiliki kadar protein basis basah sebesar 19,9533% dan kadar
protein basis kering sebesar 41,3977%. Data yang didapat dikatakan tidak sesuai dengan
literatur karena menurut standart mutu tepung kedelai SNI 01-2891-1992 menyatakan
bahwa tepung kedelai memiliki kadara protein sebesar 46%.
SD kadar protein basis basah pada tempe sebesar 23,2354% dan pada tepung
kedelai sebesar 0,5777%. SD kadar protein basis kering tempe sebesar 66,3868%
sedangkan pada tepung kedelai sebesar 0,5945%. Dari data analisis yang diperoleh
dapat diketahui bahwa semua nilai SD basis basah maupun kering pada tempe tidak
akurat karena SD>1 sedangkan pada sampel tepung kedelai basis basah maupun kering
SD nya < 1 maka data tersebut dikatakan akurat akan tetapi akuratnya rendah. Hal ini
dikarenakan data yang diperoleh tidak presisi karena pada saat penimbangan tidak
dilakukan kalibrasi pada neraca analitik sehingga menyebabkan data yang didapatkan
memiliki ketelitian yang rendah.
RSD kadar protein basis basah dan basis kering tempe memiliki nilai yang sama
yaitu sebesar 91,594%. Dari data analisis yang diperoleh dapat diketahui bahwa data
yang diperoleh memiliki keakuratan yang rendah karena nilai RSD yang diperoleh lebih
5 %. Sedangkan pada tepung kedelai baik basis basah maupun basis kering nilai RSD
3,3820%. Menurut Sari (2014) bahwa analisis yang dilakukan memiliki ketepatan yang
tinggi atau reproductibility yang baik apabila koefisien variasinya lebih kecil dari 5%.
Dari data tersebut dapat diketahu bahwa keakuratan yang paling baik adalah pada
praktikum kadar lemak dengan bahan tepung kedelai karena nilai RSDnya tidak lebih
besar dari 5%. Jadi prosedur tersebut sudah sesuai dengan prosedur.
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalah untuk praktikum ini
yaitu anatara lain:
1.Kadar protein dapat ditentukan dengan mendestruksi sampel dengan
menggunakan asam sulfat dan katalis kemudian dinetralkan dengan menggunakan
larutan alkali dan melalui destilasi. Destilat ditampung dalam larutan asam borat.
Selanjutnya ion-ion borat yang terbentuk dititrasi dengan menggunakan larutan
HCl.
2.Kadar protein tepung kedelai dalam basis basah adalah 19,9535% dengan nilai SD
3,648791% dan RSD 18,28647% sedangkan dalam basis kering sebesar
41,39733% dengan nilai SD 26,60277% dan RSD 64,26204%.
3.Kadar protein tempe dalam basis basah adalah 25,67655% dengan nilai SD
14,41981% dan RSD 56,15944% sedangkan dalam basis kering sebesar
45,736625% dengan nilai SD 41,892182% dan RSD 91,594389%.
4.2 Saran
Saran untuk praktikum analisis kadar protein selanjutnya adalah lebih hati-hati
dan teliti saat melakukan prosedur analisis. Terutama pada saat membaca meniskus
pada alat pengukur volume harus benar dan teliti. Sehingga data yang diperoleh tepat
dan teliti serta sesuai dengan literatur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
AOAC (Association of Official Analytical Chemist). 2005. Official Methods of
Analytical of The Association of Official Analytical Chemist. Washington, DC:
AOAC.
AOAC. 1980. Official Methods of Analysis of AOAC International, AOAC
International.
Badan Standarisasi Nasional. 1992. Standar Mutu Tempe Kedelai. SNI 01-3144-1992.
Cahyadi, W. 2006. Kedelai Khasiat dan Teknologi. Bumi Aksara. Bandung.
Indasari. 2014. Analisis Proksimat Beras Merah Varietas Slegreg dan Aek Sibumdong.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. ITS Surabaya.
Kasmidjo. 1990. Tempe, Mikrobiologi dan Biokimia Pengolahan serta
Pemanfaatannya. Semarang: Soegijapranata Press.
Koswara, S., 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadikan Makanan Bermutu.
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
Santoso. 2005. Teknologi Pengolahan Kedelai teori dan Praktek.
http://labfpuwg.files.wordpress.com/2010/02/teknologipengolahan-kedelai-
teori-dan-praktek.pdf. Viewed on 20 September 2015.
Stanadar Nasional Indonesia (SNI) 203144-2009. Syarat mutu tempe. Dewan stadar
nasional.
Sudarmadji S, Bambang H, Suhardi. 2007. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian.
Libberly. Yogyakarta.
United States Department of Agriculture (USDA). 2008. A Focus on Aflatoxin
Contamination. http://fsrio.nal.usda.gov/documentfsheet. php?productid=48. [21
September 2015].
Virgo, S. D. Hanela, 2007. Pengaruh Pemberian Tepung Kedelai Terhadap Daya
Simpan Nugget Ayam Ras Afkir. Fakultas Peternakan Universitas Andalas,
Padang.