kadar protein.docx

28
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan pangan merupakan bahan yang memiliki kandungan gizi yang berbeda-beda. Kandungan gizi yang ada pada bahan pangan berpengaruh pada kualitas bahan tersebut. Kandungan gizi yang ada pada bahan pangan adalah protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan lain sebagainya. Protein merupakan kandungan gizi yang paling besar yang terdapat pada biji-bijian seperti kedelai. Protein juga merupakan salah satu unsur makro yang terdapat pada bahan pangan selain lemak dan karbohidrat. Protein merupakan sumber asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O dan N dalam ikatan kimianya. Fungsi utama protein dalam tubuh adalah sebagai zat pembentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang sudah ada agar tidak mudah rusak. Protein pada bahan pangan dapat diketahui dengan mengukur kadar protein pada bahan pangan tersebut. Kadar protein pada bahan pangan dapat ditentukan dengan metode kjeldahl, biuret, lowry, dan brodford. Pada praktikum kali ini menggunakan metode kjeldahl. Metode kjeldahl merupakan metode untuk menetukan kandungan protein kasar dalam bahan pangan. Pengukuran kadar protein dengan metode kjeldahl didasarkan pada pengukuran kadar nitrogen total pada bahan. Penetuan protein pada metode kjeldahl didasrkan pada asumsi bahwa kandungan nitrogen dalam protein sekitar 16%, karena unsur N bukan hanya berasal dari protein. Prinsip analisis

Transcript of kadar protein.docx

Page 1: kadar protein.docx

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan pangan merupakan bahan yang memiliki kandungan gizi yang berbeda-beda.

Kandungan gizi yang ada pada bahan pangan berpengaruh pada kualitas bahan tersebut.

Kandungan gizi yang ada pada bahan pangan adalah protein, karbohidrat, lemak,

vitamin dan lain sebagainya. Protein merupakan kandungan gizi yang paling besar yang

terdapat pada biji-bijian seperti kedelai. Protein juga merupakan salah satu unsur makro

yang terdapat pada bahan pangan selain lemak dan karbohidrat. Protein merupakan

sumber asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O dan N dalam ikatan

kimianya. Fungsi utama protein dalam tubuh adalah sebagai zat pembentuk jaringan

baru dan mempertahankan jaringan yang sudah ada agar tidak mudah rusak.

Protein pada bahan pangan dapat diketahui dengan mengukur kadar protein pada

bahan pangan tersebut. Kadar protein pada bahan pangan dapat ditentukan dengan

metode kjeldahl, biuret, lowry, dan brodford. Pada praktikum kali ini menggunakan

metode kjeldahl. Metode kjeldahl merupakan metode untuk menetukan kandungan

protein kasar dalam bahan pangan. Pengukuran kadar protein dengan metode kjeldahl

didasarkan pada pengukuran kadar nitrogen total pada bahan. Penetuan protein pada

metode kjeldahl didasrkan pada asumsi bahwa kandungan nitrogen dalam protein

sekitar 16%, karena unsur N bukan hanya berasal dari protein. Prinsip analisis kadar

protein metode kjeldahl, yang terukur adalah total N. Protein = F.P x total N, dalam hal

ini F.P adalah faktor konversi jenis bahan dari bahan tertentu. Ada empat tahap:

destruksi, distilasi, titrasi, dan perhitungan presentase kandungan N. Destruksi

merupakan pemanasan dengan asam sulfat pekat sehingga terjadi proses oksidasi

sampel menjadi unsur-unsurnya, unsur N mejadi amonium sulfat. Sedangkan titrasi

adalah amonia dengan asam borat dititer dengan larutan HCl standart atau sisa HCl

dititer dengan larutan NaOH standar.

Maka dari itu, praktikum ini dilakukan untuk mengetahui kadar protein pada suatu

bahan pangan dengan metode Kjeldahl.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

Page 2: kadar protein.docx

1. Untuk mengetahui cara analisis kadar protein metode Kjeldahl pada bahan

pangan dan hasil pertanian.

2. Untuk menetapkan kadar protein dengan metode Kjeldahl

Page 3: kadar protein.docx

BAB 2. BAHAN DAN PROSEDUR ANALISA

2.1 Bahan

2.1.1 Bahan Pangan

1. Tempe

Tempe merupakan makanan hasil fermentasi tradisional berbahan baku kedelai

dengan bantuan jamur Rhizopus oligosporus. Mempunyai ciri-ciri berwarna putih,

tekstur kompak dan flavor spesifik. Warna putih disebabkan adanya miselia jamur yang

tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur yang kompak juga disebabkan oleh

miselia-miselia jamur yang menghubungkan antara biji-biji kedelai tersebut. Terjadinya

degradasi komponen-komponen dalam kedelai dapat menyebabkan terbentuknya flavor

spesifik setelah fermentasi (Kasmidjo, 1990).

Tabel 1. Syarat Mutu Tempe Kedelai Menurut Standar Nasional Indonesia 01-3144-

1992

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (1992).

Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak

banyak berubah dibanding kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang

dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe

menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai.

Kriteria uji Persyaratan

Keadaan

Bau

Warna

Rasa

normal (khas tempe)

normal

normal

Air (% b/b) maks 65

Abu (% b/b) maks 1,5

Protein (% b/b) (Nx6,25) min 20

Cemaran mikroba

E coli

Salmonela

maks 10

negatif

Page 4: kadar protein.docx

Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari

bayi hingga lansia), sehingga bisa dibuat sebagai makanan semua umur.

Tabel 2. komposisi kimia tempe

Komposisi Jumlah (%)

Air (wb) 61,2

Protein kasar (db) 41,5

Minyak kasar (db) 22,2

Karbohidrat (db) 29,6

Abu (db) 4,3

Serat kasar (db) 3,4

Nitrogen (db) 7,5

Sumber : Cahyadi (2006)

2. Tepung kedelai

Tepung kedelai adalah produk setengah jadi yang merupakan bahan dasar

industri pangan. Tepung kedelai cukup banyak digunakan sebagai bahan makanan

campuran (BMC) dalam formulasi suatu bentuk makanan seperti roti, kue kering, cake,

sosis, meat loaves, donat dan produk olahan pangan lainnya. BMC dengan tepung

kedelai dapat meningkatkan nilai gizi pada suatu produk pangan (Santoso,2005).

Tepung kedelai merupakan salah satu bahan pengikat yang dapat meningkatkan

daya ikat air pada bahan makanan karena di dalam tepung kedelai terdapat pati dan

protein yang dapat mengikat air. Daya ikat air mempengaruhi ketersediaan air yang

diperlukan oleh mikroorganisme sebagai salah satu faktor penunjang pertumbuahannya.

Semakin meningkat daya ikat air maka ketersediaan air yang diperlukan untuk

pertumbuhan mikroorganisme semakin berkurang, sehingga aktivitas bakteri dalam

bahan makanan yang dapat menyebabkan kebusukan menurun (Virgo, 2007).

Dalam pembuatan tepung dan bubuk kedelai, proses pemanasan toasting

(perebusan, pengukusan atau penyangraian) merupakan tahap yang penting. Proses ini

bertujuan untuk: 1) Menginaktifkan anti-tripsin, dan 2) menginaktifkan enzim

lipoksigenase, sehingga bau langu kedelai dapat dihilangkan. Di dalam industri

makanan campuran, tepung kedelai mempunyai peranan yang penting karena dapat

dicampur dengan produk tepung lainnya (Koswara, 1992).

Page 5: kadar protein.docx

Tabel 3. Komposisi kimia kedelai kering per 100 g

Sumber : Koswara, 1992

2.1.2 Bahan Kimia

1. H2SO4

Asam sulfat dengan rumus kimia H2S O 4, merupakan asam mineral (anorganik)

yang kuat. Oleh karena itu, asam sulfat dapat mendekstruksi protein. Zat ini larut

dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan,

termasuk dalam kebanyakan reaksi kimia (Ngili, 2010).

2. Selenium 0,9 gram

Selenium merupakan mikromineral yang memiliki kemampuan antioksidan yang

berasal dari selenoprotein. Selenium diperoleh dari memanggang endapan hasil

elektrolisis dengan soda atau asam sulfat, atau dengan meleburkan endapan tersebut

dengan soda  dan niter (mineral  yang mengandung kalium nitrat) (Yamazaki, dkk,

2013).

3. NaOH

NaOH adalah salah satu jenis basa kuat yang bersifat korosif serta mudah

menghancurkan jaringan organik yang halus. NaOH berbentuk padat berwarna putih

dan memiliki sifat higroskopis (Ngili, 2010).

4. HCl

Komposisi Jumlah

Kalori (kkal) 331,0

Protein (g) 34,9

Lemak (g) 18,1

Karbohidrat (g) 34,8

Kalsium (mg) 227,0

Fosfor (mg) 585,0

Besi (mg) 8,0

Vitamin A (SI) 110,0

Vitamin B1 (mg) 1,1

Air (g) 7,5

Page 6: kadar protein.docx

Tempe

Penimbangan 0,5 gram

Kedelai

Penghalusan

Pengayakan

Pengecilan ukuran

HCl adalah larutan asam klorida atau yang biasa dikenal dengan larutan HCl

dalam air. Larutan ini merupakan cairan kimia yang sangat korosif dan berbau

menyengat. HCl merupakan bahan kimia berbahaya atau B3 (Ngili, 2010).

5. Asam borat

Asam borat dengan rumus kimia H3B O 3 (terkadang ditulis B(OH)3) adalah suatu

asam lemah dari boron sering digunakan sebagai antiseptik, insektisida, flame retardant,

penyerap netron (neutron absorber), atau prekursor bagi senyawa kimia lain. Terdapat

dalam bentuk kristal tak berbawarna atau serbuk putih yang larut dalam air (Ngili,

2010).

2.2 Persiapan Bahan

Gambar 1. Diagram alir persiapan bahan

Tempe sebelum dilakukan proses analisis kadar air, harus dilakukan proses

pengahalusan menggunakan mortar dan alu. Sedangkan kedelai dilakukan kedelai

dilakukan proses pengecilan ukuran dan dilakukan pengayakan. Proses penghalusan

pada tempe dan pengecilan ukuran pada kedelai berfungsi untuk memperluas

permukaan bahan. Sehingga dapat mempermudah proses pengabuan.

Page 7: kadar protein.docx

0,5 gram tempe halus atau tepung terigu

Penempatan pada labu Kjeldahl

Penambahan 5 ml H2SO4

Dekstruksi 1 jam

Pendinginan 1 jam

Penambahan 30 ml asam borat +MMB 1ml pada erlenmeyer

Penambahan 0,9 gram selenium

Penempatan pada labu Kjeldahl pada alat distilat

Penempatan erlenmeyar pada alat distilat

Distilasi selama 4 menit

Titrasi

2.3 Prosedur Analisis

Gambar 2. Diagram alir Analisis Kadar Protein

Perlakuan pertama yang harus dilakukan saat melakukan proses analisis kadar

protein adalah memasukkan 0,5 gram tempe halus dan tepung kedelai kedalam labu

kjeldahl yang fungsinya untuk melakukan proses analisis protein. Setelah itu

ditambahkan 0,9 gram silenium yang fungsinya untuk mempercepat dan meningkatkan

titik didih bahan selama proses dekstruksi. Kemudian ditambahkan juga 5 ml H2SO4

yang fungsinya untuk mengekstraksi protein pada bahan menjadi menjadi unsur-

unsurnya (nitrogen). Setelah semua bahan tercampur, kemudian dimasukkan kedalam

Page 8: kadar protein.docx

ruang asam untuk melakukan proses dektruksi selama 1 jam. Proses dektruksi dilakukan

untuk melepaskan nitrogen pada bahan. Setelah itu didinginkan selama 1 jam yang

fungsinya untuk menurunkan suhu akibat dari proses destruksi. Setelah larutan dingin,

kemudian ditambahkan 30 ml asam borat da indikator MMB 1 ml pada erlenmeyer yang

fungsinya untuk menangkap gas amoniak dari bahan saat dilakukan distilasi. Setelah itu

labu kjeldahl dan erlenmeyer yang berisi asam borat ditempatkan pada alat distilat yang

fungsinya untuk melakukan proses distilasi 4 menit. Proses distilasi tersebut dilakukan

untuk memecah amonium sulfat menjadi amonia. Tahapan yang terakhir adalah

mentitrasi larutan yang ada pada erlemeyer yang fungsinya untuk menunjukkan kadar

N- amonia dan untuk mengukur hidrolisis protein.

Page 9: kadar protein.docx

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

Tabel 4. Hasil pengamatan Kadar protein kelas THP A

Sampel THP A

Ulangan

Berat sampel

(gr)

Titrasi Sampel

(ml)

Ttrasi Blanko

(ml)

N HCl

%N Kadar Protein (%)

              bb bkTepun

g Kedela

i

1 0.5 50 4.5 0.02 2.5493 17.2076 17.70882 0.5 48 4.5 0.02 2.4372 16.4512 16.9304

3 0.5 51 4.5 0.02 2.6053 17.5858 18.0980

Rata-rata 17.0815 17.5790SD 0.5777 0.5945

RSD 3.3820 3.3818Tempe 1 0.5 28 4.5 0.02 0.82297 4.6992 13.4262

 2 0.5 21 4.5 0.02 0.57783 37.5590

107.3113

Rata-rata 21.1291 60.3687SD 23.2354 66.3868

RSD109.968

7109.968

9

Tabel 5. Hasil pengamatan Kadar protein THP B

Sampel THP B

UlanganBerat

sampel (gr)

Titrasi Sampel

(ml)

Ttrasi Blanko

(ml)

N HCl

%N Kadar Protein (%)

Tempe

            bb bk1 0.5147 64.5 1.5 0.02 3.4290 19.5793 55.94092 0.502 76.5 1.5 0.02 4.1854 23.8984 68.28113 0.5055 80.5 1.5 0.02 4.3781 24.9987 71.4248

Rata-rata 22.8255 65.2156SD 2.8646 8.1845

RSD 12.5499 12.5499Tepung Kedela

i

1 0.5033 84 1.5 0.02 4.5920 30.996 31.899

2 0.504 80 1.5 0.02 4.3633 29.452 30.310Rata-rata 30.224 31.104

SD 1.092 1.123RSD 3.613 3.611

Page 10: kadar protein.docx

CARA PERHITUNGAN

SIFT 1

Tepung kedelai THP A

1. %N = (ml Hd contoh−ml Hd blanko )×14,007 × N HCl

mg contoh×100

= (50 ml−4,5 ml )×14,007 × 0,02

500 mg×100

= 2,5493 %

Kadar Protein bb = %N × faktor konversi

= 2,5493 % × 6,75

= 17,2076%

2. %N = (ml Hd contoh−ml Hd blanko )×14,007 × N HCl

mg contoh×100

= (48 ml−4,5 ml ) ×14,007 ×0,02

500 mg×100

= 2,4372 %

Kadar Protein bb = %N × faktor konversi

= 2,4372 %× 6,75

= 16,4512%

3. %N = (ml Hd contoh−ml Hd blanko )×14,007 × N HCl

mg contoh×100

= (51ml−4 , 5 ml ) ×14,007 × 0,02

500 mg×100

= 2,6053%

Kadar Protein bb = %N × faktor konversi

= 2,6053%× 6,75

= 17,5858%

Page 11: kadar protein.docx

Rata-rata bk= 17,2076 %+16,4512 %+17,5858 %

3

= 17,0815 %

SD bk=

√ (17,2076 %−17,0815 %)2+(16,4512 %−17,0815 % )2+(17,5858 %−17,0815 % ) ²(3−1)

= √ (0,1261 %)2+(0,6288 % )2+ (0,5035 % )2

2

= 0,5777%

RSD bk= SD

rata−rata ×100%

= 0,5777 %

17,0815 % × 100 %

= 3.3820%

1. Kadar protein bk = kadar protein bb100−kadar air

x 100

= 17,2076 %100−2,87

x 100

= 17, 7088%

2. Kadar protein bk = kadar protein bb100−kadar air

x 100

= 16,4512%100−2,87

= 16.9304%

3. Kadar protein bk = kadar protein bb100−kadar air

x 100

= 17,5858 %100−2,87

x 100

= 18.0980%

Rata-rata bk = 17 ,7088 %+16.9304 %+18.0980 %

3

= 17.5790%

Page 12: kadar protein.docx

SD bk=

√ (17 ,7088 %−17.5790 % )2+ (16.9304 %−17.5790 % )2+ (18.0980 %−17.5790 %) ²(3−1)

= √ (0,1289)2+ (−0,6486 )2+(0,519 )2

2

= 0.5945%

RSD bk = SD

rata−rata ×100%

= 0.5945%

17.5790 % × 100 %

= 3.3818%

Tempe

1. %N = (ml Hd conto h−ml Hd blanko )× 14,007 × N HCl

mg conto h×100

= (28 ml−4,5 ml )×14,007 × 0,02

500 mg× 100

= 0,82297%

Kadar Protein bb = %N × faktor konversi

= 0,82297% × 5,71

= 4.6992%

2. %N = (ml Hd conto h−ml Hd blanko )× 14,007 × N HCl

mg conto h×100

= (21ml−4,5 ml ) ×14,007 × 0,02

500 mg×100

= 0,57783 %

Kadar Protein bb = %N × faktor konversi

= 0,57783 % × 5,71

= 37.5590%

Page 13: kadar protein.docx

Rata-rata bb = 4.6992 %+37.5590 %

2

= 21.1291 %

SD bb= √ ( 4.6992 %−21.1291 %)2+(37.5590 %−21.1291 % )2

(2−1)

= √ (−16,4299)2+ (16,4299 )2

1

= 23.2354%

RSD bb= SD

rata−rata ×100%

= 23.2354 %21.1291 %

× 100 %

= 109.9687%

1. Kadar protein bk = kadar protein bb100−kadar air

x 100

= 4.6992 %100−65

x 100

= 13.4262%

2. Kadar protein bk = kadar protein bb100−kadar air

x 100

= 37.5590 %100−65

x 100

= 107.3113%

Rata-rata bk = 13.4262%+107.3113%

2

=60.3687 %

SD bk= √ (13.4262 %−60.3687 %)2+(107.3113%−60.3687 %)2

(2−1)

= √ (−46,9425)2+( 46,9426 )2

1

= 66.3868%

Page 14: kadar protein.docx

RSD bk= SD

rata−rata ×100%

= 66.3868 %60.3687 %

× 100 %

= 109.9689%

Kelas thp b

Tempe

1. %N = (ml Hd contoh−ml Hd blanko )×14,007 × N HCl

mg contoh×100

= (64.5 ml−1,5 ml ) ×14,007 × 0,02

500 mg×100

= 3.4290 %

Kadar Protein bb = %N × faktor konversi

= 3.4290% × 5,71

= 19.5793%

2. %N = (ml Hd conto h−ml Hd blanko )× 14,007 × N HCl

mg conto h×100

= (76.5 ml−1,5 ml ) ×14,007 ×0,02

500 mg×100

= 4.1854%

Kadar Protein bb = %N × faktor konversi

= 4.1854% × 5,71

= 16,4524 %

3. %N = (ml Hd conto h−ml Hd blanko )× 14,007 × N HCl

mg conto h×100

Page 15: kadar protein.docx

= (80.5 ml−1,5 ml ) ×14,007 × 0,02

500 mg×100

= 4.3781%

Kadar Protein bb = %N × faktor konversi

= 4.3781% × 5,71

= 24.9987%

Rata-rata = 19.5793 %+23.8984 %+24.9987 %

3

= 22.8255 %

SD bb=

√ (19.5793 %−22.8255 % )2+(23.8984 %−22.8255 % )2+(24.9987 %−22.8255 %)2

(3−1)

= √(−3,2462 % )2+(1,0729 % )2+¿¿¿

= 2.8646 %

RSD bb= SD

rata−rata ×100 %

= 2.8646 %

22.8255 % × 100 %

= 22.8255%

1. Kadar protein bk = kadar protein bb100−kadar air

x 100

= 19.5793 %100−65

x 100

= 55.9409%

2. Kadar protein bk = kadar protein bb100−kadar air

x 100

= 23.8984 %100−65

= 68.2811%

Page 16: kadar protein.docx

3. Kadar protein bk = kadar protein bb100−kadar air

x 100

= 24.9987 %100−65

x 100

= 71.4248 %

Rata-rata bk = 55.9409 %+68.2811 %+71.4248 %

3

= 65.2156 %

SD bk=

√ (55.9409 %−65.2156 %)2+(68.2811%−65.2156 %)2+(71.4248 %−65.2156 % ) ²(3−1)

= √ (−9,3356)2+(3,0655 )2+(6,2092 )2

2

= 8.1845 %

RSD bk = SD

rata−rata ×100%

= 8.1845 %

65.2156 % × 100 %

= 12.5499%

Tempung kedelai

1. %N = (ml Hd contoh−ml Hd blanko )×14,007 × N HCl

mg contoh×100

= (84 ml−1,5 ml )×14,007 × 0,02

500 mg× 100

= 4.5920 %

Kadar Protein bb = %N × faktor konversi

= 4.5920 % × 6,75

= 30.996%

2. %N = (ml Hd contoh−ml Hd blanko )×14,007 × N HCl

mg contoh×100

Page 17: kadar protein.docx

= (80 ml−1,5 ml ) ×14,007 × 0,02

500 mg×100

= 4.3633 %

Kadar Protein bb = %N × faktor konversi

= 4.3633 x 6,75

= 29.452 %

Rata-rata = 30.996 %+29.452 %

2

= 30.224 %

SD = √ (30.996 %−30.224 % )2+ (29.452%−30.224 % )2

(2−1)

= √ (0,772%)2+(−0,772% )2

1

= 1.092 %

RSD = SD

rata−rata ×100%

= 1.092 %

30.224 % × 100 %

=3.613%

1. Kadar protein bk = kadar protein bb100−kadar air

x 100

= 30.996 %100−65

x 100

= 31.899%

2. Kadar protein bk = kadar protein bb100−kadar air

x 100

= 29.452 %100−65

x 100

= 30.310%

Page 18: kadar protein.docx

Rata-rata bk = 31.899 %+30.310 %

2

=31.104 %

SD bk= √ (31.899 %−31.104 % )2+(30.310 %−31.104 % )2

(2−1)

= √ (0,795)2+ (−0,794 )2

1

= 1.123%

RSD bk= SD

rata−rata ×100%

= 1.123 %

31.104 % × 100 %

= 3,611%

3.2 Pembahasan

Praktikum kadar protein ini menggunakan metode kjeldahl. Prinsip dari analisis

protein menggunakan metode kjeldahl yaitu dengan mengukur total nitrogen yang

terdapat pada bahan pangan, bahan didestruksi atau dipanaskan menggunakan asam

sulfat sehingga terjadi proses oksidasi senhingga nitogen berubah menjadi amonium

sulfat, kemudian dilakukan destilasi sehingga amonium sulfat menjadi gas amoniak

yang akan menguap dan berikatan dengan asam borat yang dititer dengan HCl standar.

Bahan yang digunakan untuk analisis kadar protein adalah tepung kedelai dan tempe.

Berdasarkan data hasil pengamatan dan perhitungan dapat diketahui bahwa tempe

memiliki kadar protein basis basah sebesar 25,67655 %. Data basis basah pada tempe

sudah sesuai dengan literatur, syarat mutu tempe kedelai menurut Standar Nasional

Indonesia 01-3144-1992 yang menyatakan bahwa kadar protein tempe basis basah

minimal 20 %. Sedangkan kadar protein tempe basis kering sebesar 45,7366 %. Pada

kadar protein basis kering ini mengalami penyimpangankarena tidak sesuai dengan

literatur. Menurut Cahyadi(2006) komposisi kimia tempe memiliki kandungan protein

kasar (db) sebesar 41,5 %. Perbedaan kadar protein antara yang data yang dihasilkan

dengan literatur ini bisa dikarenakan jenis prosedur/skema kerja yang berbeda. Pada

Page 19: kadar protein.docx

sampel tepung kedelai memiliki kadar protein basis basah sebesar 19,9533% dan kadar

protein basis kering sebesar 41,3977%. Data yang didapat dikatakan tidak sesuai dengan

literatur karena menurut standart mutu tepung kedelai SNI 01-2891-1992 menyatakan

bahwa tepung kedelai memiliki kadara protein sebesar 46%.

SD kadar protein basis basah pada tempe sebesar 23,2354% dan pada tepung

kedelai sebesar 0,5777%. SD kadar protein basis kering tempe sebesar 66,3868%

sedangkan pada tepung kedelai sebesar 0,5945%. Dari data analisis yang diperoleh

dapat diketahui bahwa semua nilai SD basis basah maupun kering pada tempe tidak

akurat karena SD>1 sedangkan pada sampel tepung kedelai basis basah maupun kering

SD nya < 1 maka data tersebut dikatakan akurat akan tetapi akuratnya rendah. Hal ini

dikarenakan data yang diperoleh tidak presisi karena pada saat penimbangan tidak

dilakukan kalibrasi pada neraca analitik sehingga menyebabkan data yang didapatkan

memiliki ketelitian yang rendah.

RSD kadar protein basis basah dan basis kering tempe memiliki nilai yang sama

yaitu sebesar 91,594%. Dari data analisis yang diperoleh dapat diketahui bahwa data

yang diperoleh memiliki keakuratan yang rendah karena nilai RSD yang diperoleh lebih

5 %. Sedangkan pada tepung kedelai baik basis basah maupun basis kering nilai RSD

3,3820%. Menurut Sari (2014) bahwa analisis yang dilakukan memiliki ketepatan yang

tinggi atau reproductibility yang baik apabila koefisien variasinya lebih kecil dari 5%.

Dari data tersebut dapat diketahu bahwa keakuratan yang paling baik adalah pada

praktikum kadar lemak dengan bahan tepung kedelai karena nilai RSDnya tidak lebih

besar dari 5%. Jadi prosedur tersebut sudah sesuai dengan prosedur.

BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN

Page 20: kadar protein.docx

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalah untuk praktikum ini

yaitu anatara lain:

1.Kadar protein dapat ditentukan dengan mendestruksi sampel dengan

menggunakan asam sulfat dan katalis kemudian dinetralkan dengan menggunakan

larutan alkali dan melalui destilasi. Destilat ditampung dalam larutan asam borat.

Selanjutnya ion-ion borat yang terbentuk dititrasi dengan menggunakan larutan

HCl.

2.Kadar protein tepung kedelai dalam basis basah adalah 19,9535% dengan nilai SD

3,648791% dan RSD 18,28647% sedangkan dalam basis kering sebesar

41,39733% dengan nilai SD 26,60277% dan RSD 64,26204%.

3.Kadar protein tempe dalam basis basah adalah 25,67655% dengan nilai SD

14,41981% dan RSD 56,15944% sedangkan dalam basis kering sebesar

45,736625% dengan nilai SD 41,892182% dan RSD 91,594389%.

4.2 Saran

Saran untuk praktikum analisis kadar protein selanjutnya adalah lebih hati-hati

dan teliti saat melakukan prosedur analisis. Terutama pada saat membaca meniskus

pada alat pengukur volume harus benar dan teliti. Sehingga data yang diperoleh tepat

dan teliti serta sesuai dengan literatur yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Page 21: kadar protein.docx

AOAC (Association of Official Analytical Chemist). 2005. Official Methods of

Analytical of The Association of Official Analytical Chemist. Washington, DC:

AOAC.

AOAC. 1980. Official Methods of Analysis of AOAC International, AOAC

International.

Badan Standarisasi Nasional. 1992. Standar Mutu Tempe Kedelai. SNI 01-3144-1992.

Cahyadi, W. 2006. Kedelai Khasiat dan Teknologi. Bumi Aksara. Bandung.

Indasari. 2014. Analisis Proksimat Beras Merah Varietas Slegreg dan Aek Sibumdong.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. ITS Surabaya.

Kasmidjo. 1990. Tempe, Mikrobiologi dan Biokimia Pengolahan serta

Pemanfaatannya. Semarang: Soegijapranata Press.

Koswara, S., 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadikan Makanan Bermutu.

Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

Santoso. 2005. Teknologi Pengolahan Kedelai teori dan Praktek.

http://labfpuwg.files.wordpress.com/2010/02/teknologipengolahan-kedelai-

teori-dan-praktek.pdf. Viewed on 20 September 2015.

Stanadar Nasional Indonesia (SNI) 203144-2009. Syarat mutu tempe. Dewan stadar

nasional.

Sudarmadji S, Bambang H, Suhardi. 2007. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian.

Libberly. Yogyakarta.

United States Department of Agriculture (USDA). 2008. A Focus on Aflatoxin

Contamination. http://fsrio.nal.usda.gov/documentfsheet. php?productid=48. [21

September 2015].

Virgo, S. D. Hanela, 2007. Pengaruh Pemberian Tepung Kedelai Terhadap Daya

Simpan Nugget Ayam Ras Afkir. Fakultas Peternakan Universitas Andalas,

Padang.