Post on 02-Mar-2019
MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM INDONESIA STUDI KASUS
: PEMBAHARUAN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN
ATTAQWA BEKASI (1956-2000)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untuk memenuhi Syarat mendapat gelar Sarjana (S1) Humaniora
Oleh:
Rizki Dzulfikar Fahmi
NIM: 1070220000903
JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh Sarjana (Strata 1/S1) di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti secara hukum bahwa karya ini bukan karya
asli saya atau merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 7 Desember 2011
Rizki Dzulfikar Fahmi
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT pencipta semua makhluk-Nya yang menegetahui apa
yang ada di langit dan di bumi yang nyata maupun yang tersembunyi, kami memuji,
memohon pertolongan dan apapun serta perlindungan kepada-Nya dari segala bentuk
kejahatan.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
umatnya dari zaman kegelapan hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan
seperti sekarang ini. Alhamdulillah berkat rahmat-Nya, penulisan skripsi ini telah dapat
terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan
terselesaikan tanpa ada bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang dengan tulus ikhlas
memberi bantuan, baik moril maupun materiil. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Abd. Wahid Hasyim selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah jakarta.
2.
M.pd selaku sekretaris jurusan Sejarah dan
Peradaban Islam.
3. Bapak Nur Hasan, MA. Selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya
dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuk-petunjuk berharga kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Kepada segenap dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama
menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
5. Keluarga, terutama Bapak dan Mama tercinta yang telah mengasuh, membimbing
dengan sabar dan penuh kasih sayang, terima kasih atas semua yang engkau berikan
kasihmu tidak terbalas oleh apapun. Saudariku maafkan semua kesalahan, semoga
selanjutnya menjadi lebih baik dan dewasa.
6. Kepada teman-
reza,Isan,Adunk, joni,Ayat dan lainnya. Terimakasih telah memberikan aku senyum
selama ini.
7. Teman-Teman Futsal Grobog yang sudah menemani bermain di rumah
menghilangkan semua penat di pikir.
8. Kepada guruku tercinta KH. Nurul Anwar, Lc. Selaku pimpinan pondok pesantren
attaqwa yang telah membimbing penulis sewaktu di pesantren dan mengizinkan
penelitian penulis.
9. Ncing Simih dan Mang Obi, Teman-teman rumah dan Futsal terima kasih atas segala
masukannya.
Akhirnya penulis hanya dapat mengembalikan segalanya kepada Allah SWT, semoga
mereka dapat imbalan kebaikan berlipat ganda atas segla jasa dan bantuan serta
pengorbananya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
umumnya. Amin.
Jakarta, 2011
Penulis
iii
ABSTRAK
Rizki Dzulfikar Fahmi
107022000903
Modernisasi Pendidikan Islam Indonesia, Studi Kasus : Pembaharuan Pendidikan
Pondok Pesantren Attaqwa Bekasi (1956-2000)
Pesantren adalah lembaga yang mewujudkan perkembangan sistem pendidikan
nasional. Dari segi historis, pesantren tidak hanya mengandung makna keislaman tetapi juga
keaslian (indegerous) Indonesia. Secara umum pondok pesantren mempunyai tujuan dan
fungsi sebagai lembaga pendidikan dan penyiaran agama Islam. Sejak akhir abad ke-20
keadaan pondok pesantren mengalami pembaharuan dalam bidang pendidikan sebagai
lembaga pendidikan formal. Sekarang ini pendidikan pondok pesantren tidak hanya dalam
bidang agama Islam yang bersifat tradisional melainkan juga dalam bidang pendidikan umum
dengan masuknya ilmu pengetahuan alam dan bahasa asing, seperti bahasa Arab dan bahasa
Inggris. Pondok pesantren mengalami perkembangan dalam pendidikan modern dengan
pembaharuan-pembaharuan yang tidak lepas dari tokoh-tokoh intelektual.
Pondok pesantren Attaqwa merupakan salah satu pesantren di Indonesia yang
menerapkan sistem modern baik bagi santri maupun masyarakat di sekitar pondok pesantren
sendiri. Penulis dalam skripsi ini mencoba menjelaskan hal pokok menyangkut tentang
pesantren sebagai berikut : pertama, mengenai profil pondok pesantren secara keseluruhan,
dan kedua, pembaharuan pendidikan yang terjadi di pondok pesantren Attaqwa dari segi
keagamaan,pendidikan, dan sosial ekonomi.
Dalam melakukan penelitian tersebut peneliti menggunakan metode Library research
dan Deskriptif analitis yaiitu menganalisis fakta-fakta sejarah masa lampau untuk dijadikan
bahan untuk penulisan sejarah. Proses pencarian faktanya dengan mengembangkan teori yang
ada dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan dengan mengembangkan keadaan
mengenai obyek yang akan diteliti yaitu sejarah berdiri dan berkembangnya pondok
pesantren Attaqwa Kabupaten Bekasi dengan menggunakan langkah observasi dan interview.
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
ABSTRAK .......................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .... ............................................................. 4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................................................... 5
D.Tinjauan Pustaka ................................................................................................ 5
E. Metode Penelitian ................................................................................................ 6
F. Kerangka Teori ................................................................................................ 8
G. Sistematika Penulisan .................................................................................... 9
BAB II PROFIL PONDOK PESANTREN ATTAQWA ...............................
A. Letak Georafis Pondok Pesantren Attaqwa ....................................................... 10
B .Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Attaqwa ................................................. 12
C. Visi, Misi dan Orientasi Pondok Pesantren Attaqwa ......................................... 16
D. Tokoh Pendiri Pondok Pesantren Attaqwa ........................................................ 20
v
BAB III MODERNISASI PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN ATTAQWA 32
A. Metode Pendidikan Tradisional Pondok Pesantren Attaqwa ............................. 32
B. Pembaharuan Pendidikan Pondok Pesantren Attaqwa ....................................... 35
1. Kurikulum .................................................................................... 36
2. Metode Pendidikan ..................................................................... 38
BAB IV TOKOH MODERNISASI DAN PERKEMBANGAN PONDOK
PESANTREN ATTAQWA ................................................................ 41
A. KH ..................................................................................... 41
B. KH Ahmad Tajuddin Marzuki ........................................................................... 43
C. Perkembangan Terkini Pondok Pesantren Attaqwa ........................................... 50
D. Pengaruh Modernisasi Pondok Pesantren Attaqwa Bagi Masyarakat Sekitar ... 52
1. Dalam Bidang Pendidikan dan Dakwah ................................................. 52
2. Dalam Bidang Sosial dan Ekonomi ....................................................... 55
BAB V KESIMPULAN
Saran-saran
Lampiran-lampiran
Daftar Pustaka
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesantren dilihat dari segi bentuk dan sistemnya, berasal dari India.
Sebelum proses penyebaran Islam di Indonesia sistem tersebut telah dipergunakan
secara umum untuk pengajaran dan pendidikan agama Hindu di Jawa. Dapat
dikatakan bahwa pesantren meneruskan sistem pendidikan yang sudah ada di
Jawa dengan tidak mengubah sistem yang sudah ada dan tradisi yang sudah lama
ada sebelum Islam datang. Perbedaan yang mendasar ialah pada masa Hindu
pendidikan itu hanyalah milik kasta tertentu, sedangkan pada masa Islam,
pendidikan tersebut milik semua orang tanpa memandang keturunan dan
kedudukan, karena dalam pandangan Islam seluruh manusia merupakan umat
yang egaliter.1
Tentang kehadiran pesantren secara pasti di Indonesia pertama kalinya
belum bisa dianalisis secara akurat, karena tidak terdapat data-data dan sumber
yang akurat. Hanya saja ada yang mengatakan, bahwa pesantren di Indonesia
khususnya di Jawa sudah muncul pada zaman Walisongo. Syaikh Maulana Malik
Ibrahim atau lebih dikenal dengan Syaikh Maghribi dianggap sebagai pendiri
pondok pesantren pertama di tanah Jawa.2 Menurut beberapa pendapat, tidak sulit
bagi Syaikh Maulana Malik Ibrahim mendirikan pengajian dan pendidikan seperti
pondok pesantren karena sebelumnya sudah ada perguruan Hindu dan Budha
dengan sistem biara dan asrama sebagai tempat pendeta dan biksu mengajar dan
1Rohadi Abdul Fattah, dkk. Rekonstruksi Pesantren Masa Depan (Dari Tradisional,
Modern, Hingga Post Modern), (Jakarta: PT Listafariska Putra, 2005), h. 13. 2Kafrawi, Pembaharuan Sistem Pendidikan Pesantren Sebagai Usaha Peningkatan
Prestasi Kerja dan Pembinaan Kesatuan Bangsa, (Jakarta: Cemara Indah, 1978), .h. 17.
2
belajar, sehingga pada waktu agama Islam berkembang, biara dan asrama itu tidak
berubah bentuk, hanya namanya dikenal menjadi pesantren atau pondok yaitu
tempat tinggal dan belajar para santri. Isinya berubah dari ajaran Hindu dan
Budha diganti dengan ajaran Islam.
Para ulama yang pulang belajar dari Mekkah pada abad ke-19 M membawa
konsep-konsep pembaharuan atau modernisasi tentang pendidikan Islam. Semua
ini dilakukan agar pendidikan Islam tidak kalah dengan pendidikan yang dibawa
oleh para kolonial, sekaligus mempertahankan tradisi dan tanah air mereka.
Perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, pertama memakai sistem
tradisional, belum tersusun kurikulum seperti sekarang ini, baik itu pendidikan di
dalam surau atau pesantren. Program modernisasi pendidikan Islam mempunyai
akar-akarnya dalam modernisasi pemikiran dan institusi Islam secara keseluruhan.
Dengan kata lain modernisasi pendidikan Islam tidak dapat dipisahkan dengan
gagasan dan program modernisasi Islam. Kerangka dasar yang berada di balik
modernisasi Islam secara keseluruhan adalah modernisasi pemikiran dan
kelembagaan Islam merupakan syarat bagi kebangkitan kaum Muslim di masa
moderen. Menurut Abuddin Nata, pendidikan Islam baik itu secara kelembagaan
maupun pemikiran haruslah dimodernisasi. Mempertahankan kelembagaan Islam
tradisional hanya akan memperpanjang nestapa ketidakberdayaan kaum Muslim
dalam berhadapan dengan kemajuan dunia moderen.3 Menurut Ibn Taimiyah
secara umum pembaharuan dalam Islam timbul karena : 1) membudayanya
khurafat di kalangan kaum Muslim, 2) kejumudan atau ditutupnya pintu ijtihad
dianggap telah membodohkan umat Islam, 3) terpecahnya persatuan umat Islam
3Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam pada Periode Klasik dan Pertengahan, (Jakarta :
Raja Grafindo Persada, 2004), h. 185.
3
sehingga sulit membangun dan maju, 4) kontak antara Barat dengan Islam telah
menyadarkan kaum Muslim akan kemundurannya.4
Salah satu pondok pesantren yang mendapat pengaruh di atas adalah
Pondok Pesantren Attaqwa. Pondok Pesantren Attaqwa (disingkat dan selanjutnya
ditulis PPA) ini didirikan oleh KH Noer Alie, sekembalinya beliau dari belajar di
Mekkah. Beliau berkeinginan mendirikan pesantren karena melihat kondisi
ummat pada waktu itu sangat terbelakang dalam bidang pendidikan karena
penjajahan. Langkah awal yang beliau lakukan adalah membangun sebuah
sekolah (pesantren) karena tidak ada satupun sekolah yang berdiri di desa
tersebut.
Pada awal tahun 1940 pendidikan yang dibuka KH Noer Alie ini masih
berupa pengajian yang bertempat di masjid dengan mempelajari kitab kuning
yang beliau pelajari di Timur Tengah, sebuah sistem pendidikan yang sudah
berkembang sebelumnya di pesantren-pesantren yang ada di Indonesia. Akan
tetapi setelah beberapa lama karena banyak minat dari orang-orang yang ingin
belajar membuat tempat atau masjid yang beliau jadikan tempat belajar menjadi
penuh. Maka semakin banyak murid yang berdatangan dari luar kampung untuk
datang ke pesantren ini. Akhirnya beliau mendirikan sebuah madrasah di depan
masjid tempat belajar.
Setelah beberapa lama kegiatan pembelajaran terhenti karena kondisi negara
yang masih dalam kondisi kurang aman, maka pada tahun 1960 setelah KH Noer
Alie berhenti beraktivitas dari organisasi Masyumi beliau memfokuskan untuk
mengembangkan PPA. Pada tahun 1962 terjadi pembaharuan dalam sistem
4Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam pada Periode Klasik dan Pertengahan, h. 188.
4
pendidikan yang ada di PPA, setelah beberapa tahun bertahan dengan sistem
tradisional yang ada akhirnya PPA mengubah sistem non klasikal (tradisional)
menjadi klasikal yaitu dengan membangun sekolah-sekolah lanjutan.5
Dalam perkembangannya, PPA mengalami pembaharuan dalam sistem
pendidikannya. Sebagai salah satu pondok pesantren terbesar di Bekasi yang
memunculkan cabang-cabang pesantren, PPA banyak mengalami pembaharuan
untuk dapat bersaing dengan sistem pendidikan moderen yang ada. PPA juga
banyak memberikan pengaruh dalam perkembangannya kepada masyarakat
sekitar untuk bisa meningkatkan kualitas sosialnya sebagai masyarakat Islami.
Berdasarkan hal-hal di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang
pembaharuan pendidikan yang ada di PPA ini dalam bentuk penelitian skripsi.
Penulis memberi judul untuk penelitian skripsi ini dengan Modernisasi
Pendidikan Islam Studi kasus : Pembaharuan Pendidikan Pondok Pesantren
Attaqwa (1956-2000).
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Sebelum melakukan perumusan masalah, penulis terlebih dahulu membatasi
masalah penulisan skripsi ini agar pembahasannya tidak melebar. Untuk itu,
penulis membatasi pembahasannya hanya pada lingkup pembaharuan pendidikan
di Pondok Pesantren Attaqwa (PPA) dalam kurun waktu 1956-2000, menjelaskan
tentang perkembangan metode pendidikan yang dipakai hingga tahun tersebut.
Dimana tahun tersebut merupakan titik balik perkembangan pondok pesantren
attaqwa hingga menjadi pondok pesantren modern seperti sekarang ini.
5
Catatan Ringkas Proses Berdiri dan Berkembangnya Yayasan
Pembangunan, Pemeliharaan dan Pertolongan Islam (Yayasan P3), (Bekasi: Ujung Malang, 1988
), h. 5.
5
Dari pembatasan masalah di atas maka penulis merumuskan masalahnya
sebagai berikut, agar skripsi ini dapat menjawab beberapa pertanyaan:
1. Bagaimanakah sejarah berdirinya PPA ?
2. Modernisasi pendidikan apa yang terjadi di PPA ?
3. Siapakah tokoh-tokoh modernisasi pendidikan di PPA ?
4. Bagaimanakah perkembangan PPA sekarang ini ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dan manfaat dari penelitian skripsi ini adalah:
1. Untuk memberikan pengetahuan tentang sejarah berdirinya PPA.
2. Memberikan pengetahuan tentang modernisasi pendidikan di PPA.
3. Memberikan pengetahuan tentang perkembangan PPA sampai saat ini.
4. Sebagai bahan pengetahuan bagai mahasiswa Jurusan Sejarah dan Peradaban
Islam.
5. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana S1 pada Jurusan Sejarah dan
Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Tinjauan Pustaka
Penulis melakukan survei atau tinjauan pustaka terhadap tema skripsi
sebagai bahan komparasi penulis supaya tidak ada kesamaan dalam penulisan.
Pertama, yaitu buku yang berjudul tokoh ulama, pendidik, dan pejuang, yang di
terbitkan yayasan attaqwa pada tahun 1989 dan dikarang oleh sejarawan Ali
Anwar, menjelaskan tentang bagaimana peran KH Noer Alie sebagai tokoh
6
ulama, pendidik, dan pejuang di Bekasi, dan bagaimana pondok pesantren attaqwa
mulai berdiri dan berkembang , buku ini bisa menjadi acuan penulis untuk
mengetahui bagaimana sejarah berdirinya pondok pesantren attaqwa.
Kedua, adalah buku catatan
ringkas proses berdiri dan berkembangnya yayasan pembangunan, pemeliharaan
dan pertolongan Islam yang di terbitkan tahun 1988 tentang berdirinya Yayasan
Attaqwa yang menerangkan tentang konsep pendirian dan perkembangan
pendidikan dan Yayasan Attaqwa. Dari kedua buku di atas penulis
mengkomparasikan pembahasannya agar tidak terjadi kesamaan dalam penulisan
buku perkembangan pendidikan pesantren tebu ireng yang di jelaskan
tradisi pesantren tentang pandangan hidup
, selain itu penulis juga melakukan observasi lapangan dan wawancara
untuk mendapatkan sumber primer yang ada.
E. Metode Penelitian dan Kerangka Teori
PPA adalah lembaga pendidikan yang tentunya memiliki latar belakang atau
sejarahnya tersendiri. Dengan demikian penulis akan melakukan penelitian
mengenai sejarah berdiri dan berkembangnya PPA di Bekasi. Dalam mencari dan
mengumpulkan data tersebut, pertama penulis akan menggunakan metode library
research (riset kepustakaan) yaitu mencari dan mengumpulkan sumber-sumber
tertulis, baik berupa buku maupun bahan lainnya yang berhubungan dengan
masalah tersebut. Kedua, penulis menggunakan metode deskriptif analisis yaitu
kegiatan penelitian yang pencarian faktanya dengan mengembangkan teori yang
ada serta melakukan pengamatan langsung di lapangan mengenai obyek yang
7
akan diteliti dengan menggunakan langkah observasi langsung ke lapangan dan
interview (wawancara).
1. Penelitian kepustakaan yang dimaksud di sini adalah mengadakan penelitian
terhadap beberapa literatur/buku yang ada kaitannya dengan penulisan ini.
2. Penelitian lapangan yaitu penelitian dengan terjun langsung ke obyek
penelitian. Adapun penelitian tersebut menggunakan instrumen pengumpulan
data berupa pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala yang
diteliti yaitu observasi dan wawancara. Pengumpulan data dilakukan secara
tertulis dengan mengajukan beberapa pertanyaan tertulis kepada pengasuh atau
pengurus dan yang terlibat di dalam PPA, penulis melakukan penelitian 1 bulan
penuh tanggal 15 september hingga 15 oktober 2011 untuk mencari data
tersebut. Orang
yaitu salah satu tokoh pembaharuan pendidikan pertama di PPA yang masih
ada, kedua Ust. Emil Salim S.pd.i selaku guru dan pengurus PPA.
Kemudian, data-data yang diperoleh dari kedua sumber tersebut akan
dianalisa melalui beberapa tahap : Pertama, penulis menggunakan metode
deskriptif analitis, yaitu menganalisis hasil yang telah didapat dari hasil penelitian
di PPA Bekasi berupa data dan informasi sebenarnya mengenai kondisi yang ada,
dengan cara menguraikan, menafsirkan, mencatat, dan menganalisa hasil data
yang diperoleh. Kedua, verifikasi, yaitu suatu kritik sejarah baik secara intern
maupun ekstern . Kritik intern, adalah menguji dan mengungkap keabsahan atau
kebenaran sumber yang didapat, sedangkan kritik extern adalah menguji otensitas
atau keaslian sumber yang di dapat dalam penelitian. Ketiga, Interpretasi yaitu
8
memberi penafsiran terhadap fakta sejarah pada tahap ini akan tergambar dari
fakta-fakta tersebut cerminan peristiwa-peristiwa masa lampau.
Keempat, atau tahapan yang terakhir adalah proses historiografi, yaitu
merekonstruksi peristiwa bersejarah melalui penulisan sejarah. Kemudian setelah
ini barulah ditarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Sebagai
pedoman dalam teknik penulisan skripsi ini, penulis merujuk pada buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh
Ceqda, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.6
F. Kerangka Teori
Seperti apa yang diungkapkan oleh Zamakhsyari Dhofier dalam bukunya
Tradisi Pesantren Study: Pandangan Hidup Kyai, bahwa pesantren mempunyai
peran penting dalam penyebaran Islam di Indonesia dan menjadi anak panah
dalam menentukan watak umat Islam.7
Zamakhsyari Dhofier menjelaskan bahwa pesantren mengalami modernisasi
dalam perkembangannya. Di dalam perkembangannya pondok pesantren tidaklah
semata-mata tumbuh atas pola lama yang bersifat tradisional, dengan metode dan
sistem pendidikannya. Melainkan melakukan inovasi dalam pengembangan suatu
sistem, di samping pola tradisional yang termasuk ciri pondok-pondok Salafiyah
(jenis pesantren yang tetap mempertahankan sistem sorogan dan weton dalam
pengajaran kitab-kitab klasik ) maka gerakan Khalafiyah (menerima hal-hal baru
6Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, tesis, dan Disertasi)
(jakarta: Ceqda Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 17 7Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren study: pandangan hidup kyai (Jakarta: LP3ES,
1982 ), h. 17-18.
9
yang dinilai baik di samping tetap mempertahankan tradisi lama yang baik) telah
memasuki derap perkembangan pondok pesantren.
Seperti apa yang terjadi di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa
Timur. Pondok yang pertama menganut sistem pendidikan tradisional akhirnya
mengalami modernisasi dalam sistem pendidikan, berupa metode pengajaran dan
kurikulum yang dipakai. Berarti Pondok Pesantren Tebu Ireng mengubah sistem
pendidikannya dari non klasikal menjadi klasikal (madrasah). Penulis melakukan
landasan teori di atas untuk menjadi bahan komparasi dalam penelitian di PPA
Bekasi.
G. Sistematika Penulisan
Penulis membagi sistematika penulisan skripsi ini dalam beberapa bab,
sebagai berikut :
Bab I, meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab II, menjelaskan letak geografis, sejarah berdirinya PPA dan orientasi
pendidikan,visi, dan misi PPA, dan tokoh pendirinya.
Bab III, menjelaskan tentang metode pendidikan klasik, pembaharuan pendidikan
yang meliputi kurikulum dan metode pendidikan.
Bab IV, membahas tokoh modernisasi di PPA yaitu KH Ahmad Tajuddin, KH
, perkembangan PPA di masa kini, perkembangan dalam
bidang dakwah dan pendidikan, dan perkembangan dalam bidang sosial dan
ekonomi.
Bab V,berisi kesimpulan dan saran-saran.
10
BAB II
PROFIL PONDOK PESANTREN ATTAQWA
A. Letak Geografis Pondok Pesantren Attaqwa
Pondok Pesantren Attaqwa (PPA) terletak di daerah Ujung Harapan, Desa
Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Pada awal abad ke-20 M daerah
Ujung Harapan bernama Ujung Malang yang merupakan perkampungan kecil
seluas lebih-kurang 50 hektar. Daerah ini masuk ke dalam wilayah Kawedanan
Bekasi, Regentschap (Kabupaten) Meester Cornelis, Residensi Batavia. Daerah
ini terletak di pesisir utara pulau Jawa bagian barat, membujur antara 1060 48, 79-
1070 77-29
0 BT, dengan suhu udara cukup panas. Di sekeliling kampung
terbentang ratusan hektar sawah dan rawa. Menjelang musim panas hamparan
padi menguning dan bergelombang ditiup semilir. Di ujung sejauh mata
memandang tatapan terbentur pada kampung lain yang berwarna hijau dan abu-
abu transparan. Di kampung Ujung Malang berdiri belasan rumah dengan jumlah
penduduk sekitar 100 orang dan masih menganut ajaran sinkretis, animisme,
dinamisme, dan Hindu, Budha, kemudian mereka memeluk agama Islam. Di
halaman dan pekarangan rumahnya ditumbuhi berbagai pohon buah-buahan,
sayuran, bambu, dan rumput liar.8
Sebagaimana layaknya kampung lain, saat itu jalan sepanjang Ujung
Malang masih berbentuk tanah. Jika musim panas tiba yang berlangsung sejak
April sampai September jalan mengeras dan berdebu. Sedangkan pada musim
hujan antara Oktober sampai Maret tanah menjadi lunak, becek, dan berlumpur.
Meski alam terkesan tidak ramah, tetapi penduduk kampung tidak menganggap
8Ali Anwar, KH Noer Ali Sosok Ulama, Pejuang, dan Pendidik, (Bekasi, Yayasan Attaqwa,
th 1989), h. 2.
11
semua itu sebagai bentuk pemaksaan. Secara alami mereka melakukan berbagai
aktivitas yang dianggap pantas untuk dilakukan. Realitas hidup dijadikan seni,
ibadah, dan harus diterima. Pada musim panas biasanya penduduk menggarap,
memanen, dan menjemur padi. Sedangkan pada musim hujan berjualan, membuat
kerajinan rumah tangga, mencari ikan, dan mengontrol kebun dan sawah. Bahkan
kegiatan menjual dan membeli kebutuhan pokok ke pasar Bekasi, Kranji, dan
Pondok Ungu tetap berjalan meski kadang gerobak sapi yang digunakan terbenam
ke dalam lumpur.9
Tidak jelas mengapa kampung itu dinamakan Ujung Malang, dan belum ada
satu penduduk pun yang mengatakannya dengan pasti. Terdapat beberapa
pendapat tentang itu bahwa asal kata Ujung Malang adalah ujung dan malang.
Ujung artinya akhir, sedangkan malang diartikan menderita. Menderita karena
memang sejak dahulu kala amat sukar didatangi penduduk lain. Hal ini
disebabkan karena Ujung Malang amat terpencil dari perkampungan kampung
lain. Sebagai contoh, bila penduduk yang berada di daerah pantai utara akan
mencari penghasilan atau berbelanja, maka mereka lebih senang ke Tanjung
Priok, sedangkan dari sekitar Babelan lebih suka ke Bekasi. Pendapat kedua,
justru sebaliknya, malang diartikan sebagai lintasan (cross) antar kampung.
Penduduk satu kampung yang akan ke kampung lain biasanya melalui kampung
Ujung Malang diambil dari nama perkampungan orang-orang kota Malang, Jawa
Timur, mengingat di sekitar Batavia bertebaran berbagai nama kota atau daerah
lain yang kelak menjadi nama perkampungan, seperti Kampung Malaka,
Kampung Ambon, Kampung Bugis, dan Kampung Melayu.
9Ali Anwar, KH Noer Ali Sosok Ulama, Pejuang, dan Pendidik, h. 3.
12
B. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Attaqwa
Pondok Pesantren Attaqwa (PPA) di Ujung Harapan, Bekasi, mulai
didirikan pada tahun 1940-1945 setelah KH Noer Ali pulang dari menuntut ilmu
di Mekkah.
Beliau merasa perihatin melihat desa yang beliau cintai dengan semakin
merajalelanya kemaksiatan dan kejahatan yang berada di lingkungan desa sekitar.
Sehingga menggerakkan hati beliau untuk berjuang menyadarkan masyarakat
yang berkecimpung di dunia lembah hitam itu. Berbekal ilmu yang diperolehnya
selama beliau belajar di desanya sendiri maupun di Mekkah, beliau berusaha
menyadarkan masyarakat (penduduk) untuk memahami betapa agungnya Allah
SWT. Sedikit demi sedikit iapun mulai menjalankan aktivitas dakwahnya untuk
menyiarkan agama samawi yang memang masih awam di telinga masyarakat.
Selangkah demi selangkah beliau mengenalkan tentang agama Islam. Akhirnya
beliau mendapatkan simpati dari masyarakat yang begitu antusias untuk lebih
mengenal dan memahami apa itu agama samawi. Pada akhirnya beliaupun
mendirikan sebuah pesantren yang sederhana yang dibuat dari bambu. Beberapa
orang mulai berdatangan untuk menjadi santri, di sinilah beliau mendirikan PPA
Bekasi.10
Pada awal tahun 1940 KH Noer Ali membuka pengajian yang hanya
mempelajari kitab kuning, mengenai tempat belajar pada waktu tidaklah menjadi
hal yang utama, yang terpenting anak-anak harus belajar. Pada saat itu muridnya
hanya baru dari kalangan masyarakat Ujung Malang saja. Semakin lama murid
yang belajar semakin banyak, masjid yang digunakan sebagai tempat belajar
10
http://maattaqwaputra.blogspot.com/, Diposkan oleh MA ATTAQWA on Rabu, 03
Februari 2010.
13
sudah tidak mampu lagi menampung jumlah murid yang ada. Maka KH Noer Ali
mulai mengembangkan pengajiannya menjadi pesantren dengan cara membangun
madrasah di depan masjid. Kondisi ini sangat memprihatinkan, karena negara
masih dalam keadaan perang merebut kemerdekaan, sehingga terpaksa aktivitas
pendidikan dihentikan, sebab banyak guru serta pemuda yang pergi meninggalkan
kampung halaman untuk mengikuti peperangan mengusir penjajah di daerah lain.
Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1950 aktivitas pendidikan mulai
dirintis kembali oleh KH Noer Ali dengan mengajak para guru dan pemuka
masyarakat Ujung Malang dan sekitarnya untuk berkumpul dan bermusyawarah
membentuk sebuah organisasi kecil dengan nama Panitia Pembangunan
Pemeliharaan dan Pertolongan Islam (disingkat Panitia P3 Islam). Hal ini
dilakukan oleh KH Noer Ali karena terdorong oleh rasa tanggungjawabnya
kepada Allah SWT dan masa depan umat (bangsa) serta menyatukan umat dalam
berbagai bidang khususnya dakwah, pendidikan, dan penyuluhan. Kepanitiaan ini
diketuai oleh KH Noer Ali sendiri.11
Selanjutrnya agar mendapat pengakuan secara hukum, para pengurus P3
Islam mengajukan badan hukum kepada notaris Eliza Pondang di Jakarta. Dengan
demikian, maka sejak tanggal 7 Agustus 1956 organisasi Panitia Pembangunan,
Pemeliharaan, dan Pertolongan Islam telah resmi menjadi sebuah yayasan,
berdasarkan nama yang tercantum dalam akta notaris nomor 11. Yayasan ini
bernama Yayasan Pembangunan, Pemeliharaan, dan Pertolongan Islam Desa
Ujung Malang Tengah disingkat Yayasan P3 Islam Desa Ujung Malang Tengah.
11
, Catatan Ringkas Proses Berdiri dan Berkembangnya Yayasan
Pembangunan, Pemeliharaadan Pertolongan Islam (Yayasan P3 Islam), (Bekasi: Ujung
Malang,1988), h. 2.
14
Setelah resmi dibentuk Yayasan P3 Islam mulai membangun sekolah-
sekolah di sekitar daerah Ujung Malang dengan mengumpulkan anak-anak dan
para pemuda untuk melanjutkan sekolah. Hingga tahun 1952 Yayasan P3 Islam
berhasil mendirikan enam buah Madrasah Ibtidaiyah (SRI : Sekolah Rakyat
Islam) di Ujung Malang, membangun Masjid J
bantuan kepada pejuang kemerdekaan dengan memberikan sebagian hasil
mengelola persawahannya.
Untuk menampung para pelajar lanjutan madrasah ibtidaiyah, Yayasan P3
Islam membangun pondok pesantren dengan nama Perguruan Menengah Islam
Pesantren Bahagia.12
Ketua perguruan tersebut adalah KH Noer Ali, tetapi karena
kesibukan beliau sebagai ketua DPD Masyumi Bekasi, maka sebagai direkturnya
ditunjuk KH Abdurrahman.
Setelah organisasi Masyumi dibubarkan pada tahun 1960, KH Noer Ali
mulai aktif kembali membangun kampungnya dalam bidang pendidikan, di
komplek masjid Attaqwa, beliau membangun pondok pesantren dengan nama
Pondok Pesantren Attaqwa (PPA).
Di tengah-tengah aktivitas pendidikan pondok pesantren yang dibangun
oleh Yayasan P3 Islam ini, lokasi perguruan menengah Islam Pesantren Bahagia,
yaitu pesantren yang ada di desa teluk pucung waktu itu sebelum adanya pondok
pesantren attaqwa diperlukan oleh pemerintah untuk kantor Komando Distrik
Militer (Kodim) 0507 Bekasi
Dengan demikian maka para santri yang belajar harus pindah ke pesantren
lain, di antara mereka bannyak yang pindah ke PPA yang dipimpin oleh KH Noer
12
Ibid., h. 5.
15
Ali. Dengan bertambahnya santri yang tertampung di PPA, makin berkembang
pula sistem pendidikan di pondok pesantren tersebut. Pada tahun 1962, PPA
mengubah sistem pendidikannya dari sistem non klasikal (tradisional) menjadi
klasikal, yaitu dengan membangun Madrasah Menengah Attaqwa (MMA) Putra,
yang setingkat dengan Tsanawiyah dan Aliyah dengan mata pelajaran 50%
pengetahuan agama dan 50% pengetahuan umum. Tujuan dari perubahan tersebut
adalah agar para lulusan dari madrasah ini dapat melanjutkan pendidikannya ke
berbagai perguruan tinggi baik agama maupun umum.
Pada tahun 1986 setelah berusia 30 tahun, Yayasan pembangunan,
Pemeliharaan, dan Pertolongan Islam (YP3I) mengadakan regenerasi
kepengurusan dan sekaligus mengadakan perubahan nama serta perbaikan
anggaran dasar untuk menyesuaikan dengan Undang-Undang Keormasan No. 8
Tahun 1982, dengan demikian maka YP3I berubah nama menjadi Yayasan
Attaqwa. Perubahan tersebut disahkan oleh notaris Soedirja, SH pada tanggal 17
Desember 1986 dengan No. Register 16.13
Pada saat ini lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Yayasan
Attaqwa berjumlah 99 unit, dengan siswa berjumlah 18.718 orang. Mereka terdiri
atas pelajar tingkat Taman Kanak-Kanak Islam, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah
Aliyah, SMA Islam, Pesantren Tinggi Attaqwa dan Sekolah Tinggi Agama Islam
Attaqwa (STAIA).
13
Sekretariat Yayasan Attaqwa, Rekapitalisasi Global Lembaga-lembaga di bawah Yayasan
Attaqwa Pusat, (Ujung Harapan: yayasan attaqwa,1986), h 4.
16
C. Visi, Misi, dan Orientasi Pondok Pesantren Attaqwa
Visi pondok pesantren attaqwa merupakan gambaran cita-cita yang ingin
diwujudkan oleh pendiri dan pengurus pondok pesantren attaqwa melalui semua
kegiatannya. Visi itu diformalisasikan dalam kalimat singkat yaitu Ikhlas,
Berdzikir, Berpikir, Beramal.14
Ikhlas adalah titik tolak kegiatan semua insan Muslim menuju keridhoan
Allah SWT. Tidak ada kegiatan insan mukhlis yang tidak didasari oleh tujuan
ibadah kepada-Nya.
Ikhlas diperintahkan Allah SWT dalam firmannya surah al-Bayyinah ayat 5,
yang berbunyi :
5
Artinya :Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.
Dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
inilah agama yang lurus.(QS al-Bayyinah (98) : 5)
Berdzikir adalah aktivitas yang diperintahkan dan merupakan amalan yang
sangat mulia sebagaimana firman Allah surat al-Ahzab ayat 41 :
41
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama)
Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. {QS al-Ahzab (33) : 41 }
205
Artinya : Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri
dan rasa takut, dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. {QS al-A'raf (07) : 205 }
14
Brosur Pendaftaran Murid Baru 2010/2011, (Yayasan Attaqwa, Pondok Pesantren
Attaqwa Putra Bekasi).
17
Berdzikir bisa bermakna tanda kesyukuran seorang hamba kepada Allah
SWT sebagai Khaliq yang telah menciptakan dirinya dan memfasilitasi hidup dan
kehidupannya, dengan berdzikir selain hati akan merasa tenteram dapat juga
memberikan kekuatan dan rasa percaya diri seorang hamba. Sehingga sang hamba
merasa yakin bahwa hidupnya benar-benar selalu dalam pengawasan Rabbul
alamin. Menurut pengasuh PPA dengan berzikir maka Allah akan memberikan
karunia-Nya yang kadang berupa kemudahan bagi santri dalam belajar,
kemudahan bagi guru dalam mengajar, dan keberkahan suatu lembaga.
Berpikir merupakan kelebihan yang dimiliki manusia bahkan dia menjadi
pembela yang utama dibandingkan dengan hewan. Di dalam al-Qur'an banyak
perintah Allah kepada manusia untuk memikirkan segala penciptaan-Nya. Firman
Allah dalam surah al-Baqarah 266 menyatakan :
266
Artinya : Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun
kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai
dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada
orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun
itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah, demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya. {QS. al-
Baqarah (02) :266 }
Dengan berpikir, manusia akan menelurkan perbuatan-perbuatan yang tidak
semena-mena karena setiap gerak geriknya sudah termenej dan terpikirkan dengan
baik dan siap bertanggungjawab sebagai konsekuensi dan buah dari setiap apa
yang ia perbuat. Berpikir juga akan mewujudkan insan yang cerdas, pintar,
18
berwawasan luas dan akan menjadi sumberdaya manusia yang mampu
memanfaatkan potensi alam untuk kesejahteraan manusia yang pada akhirnya
dapat mewujudkan Islam sebagai agama yang , yaitu agama
yang tinggi dengan sendirinya.
Di samping itu dengan berpikir akan memperkuat keyakinan dan keimanan
akan kebesaran Allah dan menjadi modal untuk mencapai kebahagiaan hakiki
dunia dan akhirat. Bila berdzikir dan berpikir tergabung dalam diri seorang insan
maka akan melahirkan manusia yang ulul albab (orang-orang yang cerdas dan
berpikir).
Hakikat kebesaran Allah SWT hanya akan muncul dan dirasakan oleh
orang-orang yang berdzikir dan berpikir. Orang yang berdzikir kepada Allah
dalam semua kondisi dan berpikir terhadap ciptaan Allah SWT yang dapat
disaksikan melalui alam yang terbentang, mereka akan merasakan indahnya
sistem ilahi yang dapat membawa manusia kepada kesuksesan, kebaikan, dan
kebahagiaan Ummat.15
Beramal merupakan konsekuensi logis dari berpikir dan berdzikir. Insan
yang berdzikir dan berpikir akan memunculkan dari mulutnya ucapan sanjungan
dan pengakuan bahwa Allah tidak menciptakan alam ini sia-sia, semua yang
diciptakan-Nya membawa manfaat dan hikmah. Oleh sebab itu ia akan melakukan
berbagai amal shalih menggapai ridho Allah. Beramal merupakan mata rantai
yang keempat dari rangkaian mata rantai di atas yang tidak boleh terputus, karena
amal merupakan penentu atau hasil dan buah pikir dan dzikir. Tanpa amal
manusia tidak mempunyai nilai apa-apa. Sukses atau tidaknya seseorang sangat
15
Sekretariat Yayasan Attaqwa, Rekapitulasi Global Lembaga-lembaga dibawah Yayasan
Attaqwa Pusat, h. 8.
19
ditentukan oleh amalnya, baik untuk kepentingan pribadi maupun orang banyak,
khususnya untuk kepentingan agama, bangsa, dan negara, inilah yang disebut
dengan amal shalih.
Misi PPA adalah membina, mengembangkan, dan memelihara masyarakat
madani yang ikhlas, berdzikir, berpikir, dan beramal shalih melalui pendidikan,
dakwah, kegiatan ekonomi, dan sosial dalam menuju baldatun thayyibatun
warobbun ghofur (Negeri yang Indah dan di ridhoi oleh Allah).16
Membina adalah kata lain dari membangun, dalam misi ini kata membangun
bermakna mewujudkan berbagai kebutuhan fisik dan non fisik yang diperlukan
oleh kepentingan umat. Mengembangkan bermakna menambah dan meningkatkan
terus-menerus pembangunan masyarakat madani yang diinginkan dengan
berbagai kegiatan. Kata memelihara diambil dari bahasa Arab muhafadzah artinya
harus memelihara semua yang kita bangun. Pemeliharaam diperlukan agar semua
yang telah dicapai dapat dipertahankan sehingga pembangunan dan
pengembangan yang telah dilakukan tidak sia-sia.
Masyarakat madani yang dimaksud adalah masyarakat yang menjadikan
masyarakat kota Madinah yang dibangun oleh Rasulullah saw sebagai contoh dan
teladan. Di mana masjid dijadikan sebagai pusat kegiatan dan pembinaan
masyarakat. Masyarakat madani juga bermakna masyarakat yang berbudaya dan
maju. Dakwah, pendidikan dan kegiatan ekonomi serta kegiatan sosial adalah
empat garapan utama yang menjadi misi Yayasan Attaqwa.17
Adapun pendidikan di PPA bertujuan untuk membentuk insan yang mampu
menegakkan ajaran Islam dalam aspek kehidupannya, insan yang berdzikir dan
16
Ibid.,h.11 17
Ibid.,, h. 13.
20
berpikir yang mampu menerima dan memberi nasihat, tidak otoriter dan tidak pula
rendah diri.18
Dalam bentuk konkretnya tujuan pendidikannya adalah membentuk
Muslim yang :
1. Bertaqwa kepada Allah SWT beramal shalih, berbudi luhur, dapat bekerja di
dunia dengan baik dan menuai pahala di akhirat kelak.
2. Membantu pemerintah dalam upaya mencerdaskan bangsa.
3. Mendidik siswa agar berakhlak karimah dan berilmu pengetahuan.
4. Mempersiapkan siswa agar bisa melanjutkan studi ke perguruan tinggi, baik
dalam maupun luar negri.
5. Mempersiapkan siswa agar bisa dan mampu hidup di tengah-tengah
masyarakat.
6. Mengembangkan minat dan bakat dalam berbagai bidang :
al-Quran, Tahfidz al-Qur an dan pidato tiga bahasa,
drama, organisasi, olahraga, dan lain-lain.
D. Tokoh Pendiri Pondok Pesantren Attaqwa
Pondok Pesantren Attaqwa (PPA) adalah salah satu pondok pesantren
terkemuka di Bekasi. Pesantren ini tidak dapat dilepaskan dari peran tokoh yang
mendirikan dan membesarkan PPA yaitu KH Noer Ali. Beliau adalah seorang
revolusioner, pendidik, dan pejuang yang membawa perubahan di Desa Ujung
Malang yang sekarang bernama Ujung Harapan dengan mendirikan PPA.
KH Noer Ali lahir sebagai anak keempat dari sepuluh bersaudara pasangan
H. Anwar bin H. Layu dan Hj. Maimunah binti Tarbin pada tahun 1914 di Desa
18
M. Amin Noer, Sejarah Ringkas Yayasan Attaqwa, (Ujungharapan : Bekasi, 1990), h.12.
21
Ujung Malang, Onderdistrik Babelan, Distrik Bekasi, Regentschap (Kabupaten)
Meester Cornelis, Residensi Batavia, sebelum diganti menjadi Desa Ujung
Harapan Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, atas usulan
Menteri Luar Negeri Adam Malik pada tahun 1970-an ketika berkunjung ke PPA.
Tidak ada yang mengetahui secara persis kapan tanggal dan bulan kelahiran
KH Noer Ali, kecuali tahunnya, 1914. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan
penduduk kampung yang tidak terbiasa mencatat peristiwa dalam bentuk tulisan.
Kalaupun menggunakan daya ingat, semua tergantung dari kemampuan seseorang
merangkaikan satu peristiwa dengan peristiwa lain sehingga kelahirannya dapat
diduga, meskipun begitu, keabsahannya amat diragukan.19
Pada awal usia 3 tahun, KH Noer Ali sudah bisa berbicara dengan bahasa
ibu, mengeja huruf, hitungan, dan hapal kata yang baru, baik dari bahasa Arab
maupun Melayu. Bersamaan dengan masa disapih, KH Noer Ali mulai bergaul
dengan teman-teman sebayanya di luar rumah.
Salah satu kelebihan KH Noer Ali sudah nampak sejak kecil yang kelak
akan memengaruhi kepemimpinannya, yaitu ketika main ia tidak mau tampil di
belakang, tidak mau diiringi, ia selalu ingin tampil di muka sebagai orang yang
pertama meskipun jumlah temannya belasan hingga puluhan. Ketika memainkan
permainan anak-anak pun ia tidak mau kalah. Di hampir semua permainan ia
selalu tampil sebagai pemenang, seperti cor, bengkat, peletokan, layang-layang,
teprak, dan perang-perangan.20
19
Ali Anwar, KH Noer Ali Sosok Ulama, Pejuang, dan Pendidik. Yayasan Attaqwa,h. 12. 20
Cor permainan tradisional yang dimainkan beberapa orang dengan memukul sebuah
kayu di atas batu hingga jauh dan lawan tidak bisa mengambilnya dengan
cepat.Peletokan,bengkat adalah permainan perang-perangan dengan menggunakan bambu yang
di isi dengan biji jambu kecil dan selainnya dengan cara menembakkan ke lawan.
22
Semasa kecil KH Noer Ali sudah memperlihatkan semangat belajar yang
sangat baik, di usia delapan tahun ia dikhitan dan belajar kepada guru Maksum di
kampung Bulak. Pelajaran yang diberikan lebih dititikberatkan pada pengenalan
dan mengeja huruf Arab, menghapal, dan membaca juz mma, ditambah
menghapal dasar-dasar rukun Islam dan rukun Iman, tarikh para nabi, akhlak, dan
fiqih. Karena sejak kecil telah terbiasa belajar dengan orangtua dan kakak-
kakaknya, KH Noer Ali pun tidak merasa kesulitan mencerna pelajaran-pelajaran
yang diberikan oleh gurunya.
Setelah tiga tahun belajar pada guru Maksum, pada tahun 1925 KH Noer Ali
belajar kepada guru Mughni di Ujung Malang. Di sini ia mendapat pelajaran
Alfiyah (tata bahasa Arab), al- an, Tajwid, Nahwu, Tauhid, dan Fiqih. Seiring
dengan perkembangan usia dan pelajaran yang telah didapat, keinginantahuannya
terhadap dunia luar pun semakin kuat. Mula-mula ia dan kawan-kawannya
bermain ke kampung-kampung di sekitarnya. Sampai pada keingintahuannya
untuk melihat rumah gedung tuan tanah, tingkah laku tuan tanah dan aparatnya.
Bersamaan dengan itu ia pun sudah bisa membandingkan antara konsep
normatif yang diajarkan gurunya dengan kondisi realitas penduduk. Kalau
gurunya mengajarkan untuk tidak melakukan kegiatan maksiat, justru pada
kenyataannya KH Noer Ali dihadapkan pada kondisi realitas tersebut. KH Noer
Ali menganggap ini sebagai akibat dari kurangnya pendidikan agama bagi
masing-masing individu masyarakat.
Semangat cinta tanah air bernuansa keagamaan merasuk dalam dirinya.
Kepada adiknya Hj. Marhamah, ia mengutarakan cita-citanya untuk menjadi
23
pemimpin agama dan membangun sebuah perkampungan surga. Di mana
penduduknya beragama Islam dan menjalankan syariat Islam.
KH Noer Ali juga giat membantu ayah dan ibunya di rumah. Kebiasaan KH
Noer Ali yang sejak kecil sudah nampak adalah bila bekerja tidak mau melakukan
pekerjaan yang sedikit dan tanggung-tanggung. Ia hanya mau bekerja kalau
pekerjaan itu menyeluruh, dari awal sampai akhir, meskipun sarat dengan beban
berat.21
Di pengajian guru Mughni, KH Noer Ali dianggap sebagai murid yang
pandai, cerdas, dan tekun. Semua mata pelajaran dikuasainya dengan baik,
sehingga wajar saja kalau guru Mughni amat sayang kepadanya. Bahkan khusus
untuk pelajaran Alfiyah (pengetahuan tentang kaidah tata bahasa Arab), KH Noer
Ali mampu menghapal seribu bait lebih awal. Di saat yang sama, yaitu ketika
guru Mughni berkeinginan untuk menjadikan KH Noer Ali sebagai badalnya, KH
Noer Ali pun memberitahukan kepada orangtuanya tentang keinginannya mondok
ke guru Marzuki. Mengingat bakat, kesungguhan, dan tekad yang besar, akhirnya
dengan berat hati guru Mughni mengizinkan KH Noer Ali untuk melanjutkan
pendidikannya kepada guru Marzuki.
Pada tahun 1930-an KH Noer Ali meneruskan pendidikannya dan mondok
kepada guru Marzuki di Kampung Cipinang Muara, Klender, Jakarta Timur. Di
sini KH Noer Ali menempuh pendidikan tahap lanjutan setingkat Aliyah dengan
mata pelajaran sebagaimana yang diberikan oleh guru Mughni, tetapi materinya
dikembangkan dengan aspek pemahaman yang lebih ditekankan, seperti pelajaran
Tauhid, Tajwid, Nahwu, Sharaf, dan Fiqih.
21
Anwar,Ali, KH Noer Ali Sosok Ulama, Pejuang, dan Pendidik. Yayasan Attaqwa,Op cit.
h.13.
24
Jika memiliki waktu senggang terutama saat libur hari J
sekali guru Marzuki melakukan kegiatan berburu bajing. Bagi guru Marzuki,
bajing sangat merugikannya dan petani kelapa umumnya, karena bajing
mempunyai kegemaran memakan kelapa yang masih berada di pohon. Dari guru
Marzuki ia belajar cara menggunakan senjata.
Pada tahun 1933, karena dinilai cerdas dan mampu mengikuti pelajaran
dengan baik, KH Noer Ali diangkat menjadi badal, yang fungsinya menggantikan
sang guru apabila ia sedang udzur (halangan). Di pondok guru Marzuki, KH Noer
Ali mempunyai banyak teman yang kelak akan menjadi sahabatnya dan ulama
terkenal di bilangan Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi, seperti KH Abdullah
i, KH Abu Bakar, KH Mukhtar Thabrani, KH
Abdul Bakir Marzuki, KH Hasbullah, KH Zayadi, dan lain-lain.
Sebagai murid yang mempunyai keinginan besar dalam menempuh
pendidikan, KH Noer Ali mempunyai keinginan untuk melanjutkan ke pendidikan
yang lebih tinggi. Dari cerita guru Marzuki, KH Noer Ali mendengar bahwa
pendidikan tingkat lanjut dan agar menjadi ulama yang baik adalah di Mekkah.
Awalnya guru Marzuki dan H. Anwar pun keberatan, karena melihat kemampuan
ekonominya yang pas-pasan. Guru Marzuki hanya dapat menyarankan agar KH
Noer Ali melanjutkan belajarnya ke guru Abdul Madjid di Pekojan. Tetapi KH
Noer Ali menilai, ia tidak akan berkembang jika masih berada di lingkungan
Batavia. Mendengar rengekan anak kesayangannya yang berbakat itu, H. Anwar
tidak dapat menahan haru. Sebelum berangkat KH Noer Ali dan KH Hasbullah
menemui guru Marzuki untuk meminta restu. Di akhir pertemuan guru Marzuki
berpesan kepada kedua murid kesayangannya itu, meskipun di Mekkah belajar
25
dengan banyak Syeikh, tetapi kalian tidak boleh lupa untuk tetap belajar kepada
syaikh Ali al-Maliki.22
Pada tahun 1934, KH Noer Ali ditemani sahabatnya KH Hasbullah
berangkat menuju Mekkah dengan uang pinjaman dari tuan tanah Wat Siong.
Sesampainya di pelabuhan Jeddah, KH Noer Ali disambut oleh Syeikh Ali Betawi
yang bertugas menyambut jamaah haji atau para pelajar yang bermukim di
Mekkah. Selanjutnya KH Noer Ali melanjutkan perjalanan menuju Mekkah
dengan kendaraan unta selama dua hari satu malam.
Baru beberapa minggu di Mekkah, KH Noer Ali mendapat kabar dari
jamaah haji yang baru datang, bahwa guru yang sangat dicintai dan dihormatinya,
guru Marzuki, meninggal dunia. Untuk sementara waktu, KH Noer Ali, KH
Hasbullah dan orang-orang yang kenal dengan guru Marzuki berkabung dan
melakukan shalat ghaib.
Sesuai dengan pesan gurunya, KH Noer Ali langsung menghubungi syaikh
Ali al-Maliki. Adalah wajar jika guru Marzuki meminta KH Noer Ali untuk
belajar kepada syaikh Ali al-Maliki karena guru Marzuki adalah murid
kesayangan syaikh Ali al-Maliki ketika mukim di Mekkah sejak tahun 1900-1910.
Saat itu syaikh Ali al-Maliki berusia 75 tahun. Beliau adalah syaikh yang
mengajarkan berbagai macam cabang ilmu agama Islam, tetapi ajarannya lebih
dititikberatkan kepada Hadis. Kedekatan KH Noer Ali dengan syaikh Ali al-
Maliki terwujud pula dalam kegiatan sehari-hari. Hampir setiap hari, apabila
menuju dan dari Masjidil Haram KH Noer Ali memapah syaikh yang sudah renta
itu, yang membutuhkan waktu berjalan sekitar 15 menit.
22
Ibid., h.15.
26
Selain dengan syaikh Ali al-Maliki, KH Noer Ali pun menggali ilmu agama
dari syaikh lain, terutama syaikh Umar Hamdan, syaikh Ahmad Fatoni, syaikh Ibn
al-Arabi, syaikh Muhammad Amin al-Quthbi, syaikh Achyadi, syaikh Abdul Jalil
dan syaikh Umar al-Turki.
Kepada syaikh Umar Hamdan yang berusia sekitar 70 tahun, KH Noer Ali
belajar Kutubussittah. Syaikh Ahmad Fatoni adalah syaikh yang berasal dari
Patani (Muangthai), berumur sekitar 40 tahun, yang memberikan pelajaran fiqih
dengan kitab Iqna sebagai acuannya. Melalui syaikh Muhammad Amin al-Quthbi
yang berusia 45 tahun, KH Noer Ali belajar ilmu nahwu, qawafi (sastra/arudh),
dan b balaghah). Selain itu syaikh al-Quthbi pun mengajarkan ilmu tauhid
dan mantiq (ilmu logika yang mengandung falsafah Yunani) dengan kitab
Asymuni sebagai acuannya. Sedangkan dari syaikh Abdul Jalil diperoleh ilmu
politik, syaikh Umar al-Turki dan syaikh Ibn al-Arabi, diperoleh ilmu Hadis dan
Berada jauh dengan tanah air tidak membuat KH Noer Ali lupa dengan
bangsanya. Melalui weselpos dari orangtua dan surat kabar yang terbit di Saudi
Arabia dan Hindia Belanda, KH Noer Ali mengetahui situasi dan kondisi dunia
dan tanah airnya. Adanya sarana organisasi seperti Perhimpunan Pelajar-Pelajar
Indonesia (PPPI), Persatuan Talabah Indonesia (Pertindo), dan Perhimpunan
Pelajar Indonesia-Malaya (Perindom), telah menggerakkan hati KH Noer Ali
untuk turut andil di dalamnya. Pada beberapa kesempatan ia sempat berdialog
dengan beberapa pelajar asal Jepang, di antaranya adalah Muhammad Abdul
Muniam Inada.
27
Betapapun pentingnya organisasi, KH Noer Ali menyadari bahwa menuntut
ilmu itu harus lebih diutamakan. Selain itu faktor yang membuat KH Noer Ali
tidak memasuki organisasi yang lebih besar adalah karena masih banyak teman-
temannya yang kesulitan keuangan, dan lemahnya kemampuan intelektual dan
pengalaman organisasi dari individu masing-masing teman-temannya. KH Noer
Ali pun sadar bahwa kekuatan bisa dibina dari yang kecil, dari bawah. Sebagai
realisasinya, KH Noer Ali dan beberapa temannya seperti KH Hasan Basri
membentuk organisasi Persatuan Pelajar Betawi (PPB), dengan KH Noer Ali
sebagai ketuanya.
Ketika suasana mendekati Perang Dunia II (akhir 1939), KH Noer Ali yang
sudah memiliki cukup ilmu memutuskan untuk kembali ke tanah air. Syaikh Ali
al-Maliki yang melihat potensi keulamaan KH Noer Ali, berpesan diakhir
pertemuannya: Kalau kamu mau pulang, silahkan pulang. Tetapi ingat, jika
bekerja jangan menjadi penghulu (pegawai pemerintah). Kalau kamu mau
mengajar, saya akan ridha dunia-akhirat.
Kepulangan KH Noer Ali ke kampung halamannya di Ujung Malang pada
awal Januari tahun 1940, telah menjadi duri dalam daging bagi tuan tanah dan
pemerintah Hindia Belanda. Setelah mendirikan pesantren, maka di tahun yang
sama tepatnya pada bulan April, ia menikah dengan Hj. Siti Rahmah binti KH
Mughni.
Salah satu karya KH Noer Ali yang dapat kita rasakan manfaatnya sampai
sekarang adalah pembangunan dan pembukaan akses jalan secara besar besaran
antara Kampung Ujung Malang, Teluk Pucung, dan Pondok Ungu. Dalam setiap
jalan yang dibangun beliau tidak pernah mengeluarkan biaya untuk pembebasan
28
tanah warga, tetapi apabila itu merupakan instruksi dari KH Noer Ali, semua
warga dengan sukarela dan ikhlas akan mewakafkan, dan beliau terjun langsung
memimpin gotong-royong pengerjaannya pada pertengahan tahun 1941.
Sebagai salah satu pemimpin agama yang namanya sudah masuk dalam
daftar Shumubu (Kantor Urusan Agama), pada masa pendudukan Jepang (1942-
1945), KH Noer Ali menyikapinya dengan sangat hati hati.23
Pada pertengahan
April 1942 KH Noer Ali memenuhi undangan tentara Jepang menghadap
pimpinan Shumubu di kantor Shumubu, dekat masjid Matraman, Jatinegara,
Jakarta Timur. Ternyata di sana ada Muhammad Abdul Muniam Inada, pelajar
Jepang yang menjadi temannya di Mekkah menjadi ketua Shumubu.
Secara formal, atas nama pemerintah pendudukan Jepang, Muniam meminta
kepada KH Noer Ali agar bersedia membantu Jepang dalam bentuk partisipasi
langsung dalam aktifitas yang diprogramkan Shumubu. Menyadari posisinya
dalam kondisi serba salah, dengan kemahirannya berdiplomasi, KH Noer Ali
secara halus menolak ajakan Muniam dengan alasan saya sedang memimpin
pesantren yang baru didirikan.Kalau saya terjun bersama ulama lain, bagaimana
nasib santri saya, mereka akan tercerai berai tak terurus. Dengan alasan yang
masuk akal tersebut Muniam mengijinkan KH Noer Ali untuk tetap mengurus
pesantren sambil tetap berdoa demi kemakmuran Asia Raya.
Untuk mempersiapkan diri bila sewaktu-waktu bangsa Indonesia harus
bertempur secara fisik, KH Noer Ali menyalurkan santrinya ke dalam Heiho
(pembantu prajurit), Keibodan (barisan pembantu polisi) di Teluk Pucung, dan
23
Anwar,Ali, KH Noer Alie Kemandirian Ulama Pejuang, (Bekasi: Yayasan Attaqwa,
2006), h. 20.
29
menyuruh salah seorang santrinya untuk mengikuti latihan kemiliteran Pembela
Tanah Air (PETA).
Ketika Indonesia merdeka, ia terpilih sebagai Ketua Komite Nasional
Indonesia Daerah (KNID) Cabang Babelan. Tanggal 19 September 1945 ketika
diselenggarakan rapat raksasa di Lapangan Ikada Jakarta, KH Noer Ali
mengerahkan massa untuk hadir. Dalam mempertahankan kemerdekaan, ia
menjadi ketua Laskar Rakyat Bekasi, selanjutnya menjadi Komandan Batalyon III
Hizbullah Bekasi. Gelar kiyai haji sendiri beliau dapatkan dari bung Tomo yang
dalam pidatonya melalui pemancar radio Surabaya atau radionya pemberontak
berkali-kali menyebut nama KH Noer Ali, akhirnya gelar guru pun tergeser dan
berganti dengan makna yang sama, kiyai haji.24
Ketika terjadi Agresi Militer Juli 1947 KH Noer Ali menghadap Jenderal
Oerip Soemohardjo di Yogyakarta. Ia diperintahkan untuk bergerilya di Jawa
Barat dengan tidak menggunakan nama TNI. KH Noer Ali pun kembali ke Jawa
Barat dengan berjalan kaki dan mendirikan sekaligus menjadi komandan Markas
Pusat Hizbullah-Sabilillah (MPHS) Jakarta Raya di Karawang.
Untuk menunjukkan bahwa pertahanan Indonesia masih eksis, di beberapa
tempat MPHS melakukan perang urat syaraf (psy-wars). KH Noer Ali
memerintahkan pasukannya bersama masyarakat di Tanjung Karekok, Rawa
Gede, dan Karawang untuk membuat bendera merah-putih ukuran kecil yang
terbuat dari kertas. Ribuan bendera tersebut lalu ditancapkan di setiap pohon dan
rumah penduduk dengan tujuan membangkitkan moral rakyat bahwa di tengah-
tengah kekuasaan Belanda masih ada pasukan Indonesia yang terus melakukan
24
Ibid., h. 22
30
perlawanan. Aksi heroik tersebut membuat Belanda terperangah dan mengira
pemasangan bendera merah-putih tersebut dilakukan oleh TNI. Belanda langsung
mencari Mayor Lukas Kustaryo, karena tidak ditemukan Belanda marah dan
membantai sekitar empat ratus orang warga sekitar Rawa Gede.
Pembantaian yang terkenal dalam laporan De Exceseen Nota Belanda itu di
satu sisi mengakibatkan terbunuhnya rakyat, namun di sisi lain para petinggi
Belanda dan Indonesia tersadar bahwa di sekitar Karawang, Cikampek, Bekasi,
dan Jakarta masih ada kekuatan Indonesia. Sedangkan citra Belanda kian terpuruk
karena telah melakukan pembunuhan keji terhadap penduduk yang tidak bedosa.
Pada tanggal 29 Nopember 1945 terjadi pertempuran sengit antara pasukan
KH Noer Ali dengan pasukan sekutu di Pondok Ungu. Pasukan yang sebelumnya
telah diberikan motivasi juang seperti puasa, doa hizbun nasr, ratib al-Haddad,
wirid, shalat tasbih, shalat hajat, dan shalat witir, lupa dengan pesan KH Noer Ali
agar tidak sombong dan angkuh. Melihat gelagat yang tidak baik, KH Noer Ali
menginstruksikan seluruh pasukannya untuk mundur. Sebagian yang masih
bertahan akhirnya menjadi korban di pertempuran Sasak Kapuk.
Kecintaan terhadap bidang pendidikan telah membuat KH Noer Ali
berinisiatif untuk membentuk Lembaga Pendidikan Islam (LPI) bersama KH
Rojiun, yang salah satu programnya adalah mendirikan Sekolah Rakyat Islam di
Jakarta dan Jawa Barat. Di Ujung Malang, KH Noer Ali kembali mengaktifkan
pesantrennya dengan SRI sebagai lembaga pendidikan pertama.
Pada bulan Juli 1949 KH Noer Ali diminta oleh wakil Residen Jakarta
bupati Jatinegara. Teringat pesan gurunya
syaikh Ali al-Maliki agar tidak menjadi pegawai pemerintah, maka KH Noer Ali
31
pun menolak dengan halus tawaran tersebut. Setelah itu beliau mengabdikan
dirinya untuk Kampung Ujung Malang dan fokus mengembangkan pendidikan
PPA dan misinya menciptakan kampung surga.
32
BAB III
MODERNISASI PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN ATTAQWA
A. Metode Pendidikan Tradisional Pondok Pesantren Attaqwa
Secara umum pendidikan pondok pesantren adalah membimbing anak didik
untuk berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi
muballig Islam di masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.25
Sedangkan
secara khusus tujuan pondok pesantren adalah mempersiapkan para santri untuk
menjadi orang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kiyai bersangkutan
serta dapat mengamalkan dalam masyarakat sebagaimana yang telah
dikembangkan di pesantren, karena pesantren merupakan lembaga pendidikan
Islam yang berusaha menciptakan kader-kader muballig yang diharapkan dapat
meneruskan misi dakwah Islam dan mereka juga diharapkan dapat menguasai
studi-studi keislaman dan ilmu agama lainnya.26
Salah satu ciri khas pondok pesantren adalah memakai sistem atau metode
pendidikan tradisional, di mana pondok mempunyai hak penuh untuk menentukan
materi yang akan diwetonkan dan disorogkan (yaitu kitab yang akan di pelajari)
kepada santri, agar terjadi hubungan dua arah antara kiyai dan santri.27
Pendidikan tradisional ini sudah ada sejak menyebarnya pendidikan Islam di
Indonesia, dan menjadi tradisi pondok pesantren. PPA dalam perkembangannya
memakai metode pendidikan tradisional dengan menggunakan kitab-kitab kuning
dan ilmu agama lainnya diterapkan dalam berbagai bentuk pelajaran. PPA tidak
25
Wolgang Manred Oepen, Dinamika Pesantren, (Jakarta: PM3-FNS, 1987), h. 5. 26
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1996), h.
44. 27
Halaqa, Jurnal Pendidikan dan Keislaman, Fakultas Tarbiyah Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo, edisi 4, 2003, h. 115.
33
melepaskan metode yang bersifat tradisional walaupun tetap mengambil metode
pengajaran yang bersifat moderen (khalaf), karena metode tradisional sangat
berperan dalam membentuk para santri menjadi d
profesional. Di antara metode pendidikan tradisional yang diterapkan di PPA
adalah :
A. Bandongan
Metode pengajaran bandongan biasa di sebut dengan halaqoh, yaitu suatu
metode pengajaran di mana seorang kiyai membawa sebuah kitab klasik dan para
santri membawa kitab yang sama pula. Para santri mendengarkan kiyai
menjelaskan (menerangkan) kitab dalam bahasa Arab. Halaqoh juga biasa disebut
dengan lingkaran santri atau sekelompok siswa yang belajar di bawah bimbingan
seorang guru.28
Metode ini diterapkan PPA dalam proses belajar-mengajar kitab
kuning, salah satu kitab yang dibaca adalah kitab klasik seperti Tafsir al-Jalalain,
Bulugh al-Maram, dan Fath al-Qarib.
Dalam penempatannya, PPA masih memakai masjid untuk tempat
pembelajaran, ini dilakukan intensif pada waktu ba da subuh, pengajian tafsir para
santri dengan dibimbing para guru bakti29
untuk menerangkan pelajaran.
B. Pembacaan Qissah Maulid dan Ratibul Haddad
Salah satu kegiatan yang bersifat tradisional yang senantiasa dipertahankan
dan dilanggengkan adalah pembacaan surah Yasin, Qissah Maulid dan Ratibul
Haddad, kegiatan ini diharapkan mampu membekali para santrinya dengan wirid
28
Zamakhasyari Dhofier, Tradisi Pesantren Study: Pandangan Hidup Kyai (Jakarta:
LP3ES,1982), h. 28. 29
Guru bakti adalah seorang santri lulusan yang mengabdi untuk beberapa tahun untuk
mengajar di pondok pesantren tempat dia belajar.
34
dan dzikir untuk selalu mengingat Allah, dengan otomatis akan memberikan rasa
tente h pada umumnya. Kegiatan ini
dilaksanakan setelah shalat Maghrib setiap malam J baca dengan
bergantian pada setiap bacaan.
C. Sholat Tasbih
Kegiatan yang diadakan setiap malam J shalat Isya berjamaah
di masjid Attaqwa bertujuan untuk memupuk para santri untuk gemar beribadah
dan diharapkan akan menebalkan iman para santri.
D. Hapalan
Metode pengajaran hapalan ini diterapkan kepada para santri untuk bisa
menghapal al-Q palan yang dilakukan memakai metode setoran dengan
setiap pertemuan satu kaca (satu lembar) al-Q ingga beberapa juz. Ini juga
diterapkan untuk menghafal Ratibul Haddad dan lain-lainnya.
E. Muhadhoroh
Muhadhoroh adalah kegiatan yang biasa dilakukan di PPA, kegiatan ini
dilakukan setiap malam hari-hari biasa seperti Senin dan Rabu. Kegiatan ini
melatih mental dan kreativitas santri dalam berdakwah, di mana seorang santri
naik ke podium dan berceramah dikelilingi oleh santri lainnya. Semua ini agar
para santri terbiasa, dan tidak canggung lagi saat terjun ke masyarakat.
F. Mudzakarah
Sistem diskusi yang masih dipakai malam hari adalah mudzakarah, yaitu
para santri berdiskusi tentang pelajaran yang mereka pelajari di siang hari. Metode
ini bertujuan untuk memberikan intensitas belajar kepada para santri agar dapat
terus mengingat pelajaran.
35
B. Pembaharuan Pendidikan Pondok Pesantren Attaqwa
Berawal dari lembaga pendidikan yang mengutamakan pendidikan agama
(Islam), PPA berkembang menjadi lembaga pendidikan yang dinilai tidak kalah
dengan lembaga pendidikan non-pesantren. Usaha-usaha ke arah pembaharuan
dan modernisasi merupakan konsekuensi dari keberadaan PPA di lingkungan
yang berkembang menjadi moderen. Meskipun demikian PPA cenderung masih
memiliki batasan-batasan yang konkret. Pembaharuan dan modernisasi yang
terjadi diupayakan tidak mengubah atau mereduksi orientasi dan idealisme
pesantren. Oleh karena itu PPA cenderung masih mempertahankan tradisi sebagai
pondok pesantren yang mempertahankan pendidikan agama, dan memasukkan
pendidikan umum untuk memenuhi standar pendidikan nasional. Walaupun PPA
mengalami pembaharuan akan tetapi tetap menjaga nilai-nilai moral kemandirian,
kesederhanaan, dan kebersamaan yang menjadi ciri khas pondok pesantren.30
Semua bisa dilihat dari kurikulum yang ada dan metode pendidikan PPA.
PPA tetap mempertahankan pelajaran-pelajaran agama yang sudah ada sejak
berdirinya MMA (Madrasah Menengah Aliyah) pada tahun 1963, sekalipun
banyak pelajaran-pelajaran umum sekarang ini yang dipakai, untuk menarik minat
dan mengembangkan bakat para santri serta memajukan PPA. Kurikulum dan
metode pendidikan menjadi sejarah panjang PPA dalam pembaharuan
pendidikannya.
30
Wawancara dengan KH Oktober 2011, jam 8.30-11.00.
36
a. Kurikulum
Manajemen PPA pada awal berdirinya belum dikembangkan seperti
sekarang dan hanya bersifat tradisional. Pada awal berdirinya, PPA hanya
mempunyai 300 orang murid. Setelah itu manajemen PPA dikembangkan. Untuk
mempermudah pengajaran para murid dibagi dalam lima kelompok, sesuai dengan
tingkat kemampuan belajarnya. Sebagian besar murid pesantren adalah laki-laki,
sebagaimana halnya pesantren pada masa itu. Tempat belajar, tempat tidur, dan
tempat memasak berada dalam satu tempat. Sehingga di dalam ruangan terdapat
peti-peti tempat pakaian para murid yang juga berfungsi sebagai alas kitab.31
Hanya pelajaran agama yang diajarkan seperti fiqih, nahwu, sharaf, kutubussittah,
dan pelajaran kitab-kitab kuning lainya, pelajaran yang memang melekat di
pesantren-pesantren di Indonesia.
Pada tahun 1960-an, setelah KH Noer Ali mulai memikirkan untuk
mengembangkan pendidikan di kampung halamannya, barulah PPA mulai
mengembangkan manajemen seperti pondok, kelas, dan sarana lainnya. Yayasan
P3Islam yang didirikan oleh KH Noer Ali pada tahun 1950 telah berhasil
mendirikan enam buah madrasah rakyat, untuk menampung pelajar lanjutan dari
madrasah itu maka dibangunlah PPA.
Pada tahun 1963, berdirilah Madrasah Menengah Attaqwa (MMA),
kurikulum pesantren berubah dari non klasikal menjadi klasikal. Dengan membagi
MMA menjadi 6 tingkatan setara dengan Tsanawiyah dan Aliyah, dan membagi
MMA dan pesantren. MMA dengan materi pelajaran agama 50% dan pelajaran
umum 50%, sedangkan pesantren lebih mengutamakan agama sebanyak 75% dan
31
Anwar,Ali, KH Noer Ali Tokoh Pendidik,Pejuang dan Ulama, h. 70.
37
pelajaran umum 25%. Pelajaran-pelajaran umum mulai masuk ke PPA setelah
para santri unggulan yang dikirim KH Noer Ali pulang dari Pondok Pesantren
Moderen Gontor, Ponorogo, Jawa Timur dan mengajar di PPA. Materi pelajaran-
pelajaran umum yang masuk adalah aljabar atau ilmu matematika sekarang ini,
ilmu alam seperti biologi, dan ilmu bahasa seperti bahasa Arab dan Inggris.
Kurikulum dan pelajaran-pelajaran mulai menganut sistem Gontor dalam
pembaharuan pendidikannya. Materi-materi penunjang atau ekstrakurikuler pun
mulai dirintis. Kurikulum ini cukup bertahan lama dan memberikan dampak
positif kepada para santri sampai masa kepemimpinan kepala sekolah KH A.
Tajuddin. Pada tahun 1987, sistem kurikulum kelas diperbaharui dari jenjang 6
tingkatan menjadi madrasah Tsanawiyah dan Aliyah mengikuti standar
pendidikan nasional.
Sekarang ini PPA memakai kurikulum terintegrasi (integrated curicullum),
yaitu kurikulum perpaduan antara kurikulum Departemen (sekarang Kementerian)
Agama, Depdiknas (sekarang Kemdikbud), dan kurikulum internasional yang
berafiliasi ke Timur Tengah. Dengan integrated curicullum, siswa diharapkan
dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, baik di dalam maupun luar
negeri dan dapat hidup berkembang dalam membangun masyarakat. Semua
pembaharuan di atas dilakukan untuk mencapai MBI (Madrasah Berstandar
Internasional) yang dapat bersaing dengan madrasah-madrasah internasional
lainnya.32
32
Wawancara pribadi dengan Ust. Emil,Salim, 24 Oktober 2011, jam 09.00-11.00.
38
B. Metode Pengajaran
Istilah sistem atau metode berasal dari kata Yunani yang berarti hubungan
fungsional yang teratur antara unit-unit atau komponen-komponen.33
Metode
pengajaran sangat berpengaruh bagi perkembangan pondok pesantren, seperti
pondok-pondok lainnya PPA mengalami pembaharuan dalam sistem dan metode
pengajarannya, semua itu untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi PPA.
Pada awalnya, PPA yang dikembangkan oleh KH Noer Ali masih bersifat
tradisional, pengajarannya pun masih bertempat di masjid dan langgar. Metode
awal yang diterapkan KH Noer Ali dalam mengembangkan pesantrennya adalah
dengan mengefektifkan proses belajar dan mengajar. KH Noer Ali menerapkan
metode pengajaran model Mekkah, yaitu metode pengajaran yang KH Noer Ali
dapat waktu belajar di Makkah lalu di praktekan pada muridnya.
Semua dimodifikasi dengan kondisi dan tempatnya, di mana para murid
mendatangi guru atau badal sesuai dengan keahlian dan jam belajar. Jadwal
kegiatan murid pada waktu itupun diatur ketat, secara umum, biasanya sebelum
fajar para santri harus sudah bangun, sekitar jam 04.30 shalat Subuh, lalu disusul
dengan zikir dan belajar akhlak. Jam 06.00-07.00 belajar menghapal, lalu istirahat
untuk sarapan pagi dan mandi. Belajar utama dilangsungkan dari jam 7.30-12.00,
setelah istirahat shalat Zuhur, makan siang, dan tidur. Pelajaran tambahan
dilanjutkan dari jam 14.00-18.00. Usai shalat maghrib belajar Hadis. Mudzakarah
dilangsungkan antara jam 21.00-22.00, setelah itu para murid istirahat dan tidur.34
33
Tohari Musnamar, Bimbingan dan Wawanwuruk Sebagai Suatu Sistem, (Yogyakarta:
Cendekia Sarana Informatika, 1985), h, 38. 34
Anwar,Ali. KH Noer Ali Tokoh Pendidik,Pejuang dan Ulama, h. 72.
39
Model sorogan tetap dipertahankan, dengan murid mengelilingi guru sambil
bersila. Apabila satu materi pelajaran selesai sang murid diuji oleh KH Noer Ali
jika dianggap benar maka santri itu diluluskan pada materi itu, dan jika tidak
maka santri diharuskan mengulang pelajaran sampai benar-benar paham. Metode
yang diterangkan di atas adalah metode awal berdirinya PPA yang bersifat
tradisional, metode ini dipakai pada tahun 1956-1963 sebelum berdirinya
Madrasah Menengah Attaqwa (MMA).
Setelah berdirinya MMA terjadi pembaharuan metode pendidikan di PPA.
Metode pengajaran Mekkah yang semula dipakai dan dimodifikasi dengan metode
tradisional tetap dipertahankan, lalu masuklah metode pengajaran yang baru
karena ada dua kelas berbeda di MMA. Terjadi pembaharuan dalam metode
pengajaran menjadi metode Thariqah Jadidah (Tanya Jawab), metode yang
dibawa oleh para alumni Pondok Pesantren Gontor, yaitu suatu pembaharuan atau
jalan baru dalam pengajaran dengan metode tanya jawab.
Di mana seorang guru memberikan sesuatu pertanyaan atau materi lalu
langsung dijawab oleh santri dalam pelajaran apapun. Metode ini dipakai agar
anak murid bisa lebih aktif dalam belajar, karena pada waktu itu berhasil
diterapkan di Pondok Pesantren Gontor.
Metode ini pun berhasil diterapkan pada masa hingga tahun 1990-an,
dengan sistem bahasa dan metode Thariqah Jadiidah kemampuan para santri
dapat lebih berkembang. Metode ini terus dikembangkan sampai sekarang dengan
menambahkan sistem belajar kelompok atau diskusi dan sedikit ceramah.
40
BAB IV
TOKOH MODERNISASI DAN PERKEMBANGAN PONDOK
PESANTREN ATTAQWA
A. KH
dilahirkan di Bekasi pada tanggal 22 Mei
1939. Beliau adalah seorang anak dari orang tua bernama H. A. Radin bin Kinin
dan Hj. Syam. Beliau adalah anak ketiga dari delapan bersaudara.35
Pendidikannya
Sewaktu kecil beliau bersekolah di Sekolah Rakyat (SR) pada tahun 1948-
1951. Setelah itu beliau melanjutkan pendidikannya di Sekolah Rakyat Islam yang
ada di Ujung Harapan, Bekasi pada tahun 1951-1953. Lalu beranjak ke perguruan
Islam atau biasa disebut Pesantren Bahagia, Bekasi, pada tahun 1954-1957.
Setelah itu barulah beliau dikirim untuk melanjutkan pendidikannya di Pondok
Pesantren Moderen Gontor yang notabene merupakan tonggak pendidikan Islam
moderen pada waktu itu. Beliau dikirim oleh KH Noer Ali untuk menuntut ilmu
sebanyak-banyaknya di sana untuk bisa memajukan pendidikan di kampung
halamannya. Beliau pergi bersama temanya KH A.Tajuddin. Setelah 5 tahun
belajar di Pondok Pesantren Moderen Gontor,
Ali untuk pulang ke Ujung Malang. Setelah itu beliau pada tahun 1963 ditunjuk
untuk menjadi ketua Madrasah Menengah Aliyah (MMA) di Ujung Malang yaitu
sekolah cikal-bakal PPA. Pada tahun 1967 beliau melanjutkan pendidikannya ke
Universitas Muhammadiyah Jakarta dan lulus tahun 1970.
35
Buku Panduan KBIH Al-Ihsan 2011, profil pendiri KH , (Penerbit:
KBIH al-Ihsan Tahun 2000, h. 49
41
PPA di bawah pimpinan KH
dalam sistem pendidikannya. Setelah memakai sistem yang diterapkan di Pondok
Pesantren Moderen Gontor beliau memasukkan mata pelajaran umum dan
memakai metode pengajaran Thariqah Jadidah untuk membuat para santri lebih
aktif dalam memahami pelajaran. Materi ekstrakurikuler juga dimasukkan seperti
Pramuka untuk menciptakan santri yang mandiri dan materi lainnya, para santri
jadi lebih kreatif dan inovatif.
Setelah 5 tahun menjadi kepala MMA di PPA antara 1963-1968, KH
Syamsuddin menyerahkan kepemimpinannya kepada KH A. Tajuddin. Hal ini
dikarenakan pada waktu itu KH Ujung
Harapan (Ujung Malang) pada tahun 1968. Saat itu sedang merebak aksi
komunisme yang meresahkan warga. Kurang lebih 6 tahun KH
Syamsuddin menjabat sebagai kepala desa Ujung Malang Tengah, setelah itu ia
menjadi guru di MTSN Bekasi pada tahun 1974-1977.36
Pembaharuan Pondok Pesantren Attaqwa
Pembaharuan pendidikan yang ada di PPA tidak lepas dari peran KH
, politik, dan pendidik. Banyak sekali
ide-idenya yang di aplikasikan dalam bidang pendidikan. Di antaranya yaitu
memasukkan pelajaran-pelajaran umum ke dalam PPA yang notabene waktu itu
masih bersifat tradisional dan hanya mempelajari kitab-kitab kuning saja. Metode
pengajaran baru yaitu Thariqah Jadiidah, yang diterapkan beliau di PPA terbukti
efektif di padukanya dengan Bahasa Asing ( Arab dan Inggris ) yang beliau
terapkan.
36
Wawancara pribadi dengan KH , pada 1 Oktober 2011, jam 09.30-
11.00.
42
Hasilnya pondok pesantren pada periode beliau mengalami kemajuan
hingga sekarang dengan masih di terapkannya metode Bahasa Asing untuk
memperkuat ilmu bahasa para santri.
pelajaran umum 50% dan pondok 50% dalam kurikulumnya. Agar santri dapat
bersaing di masa depan.
Peran Politik
KH memasuki dunia politik setelah lepas jabatan dari
MMA di PPA dan menjadi kepada desa Ujung Malang Tengah. Semua itu atas
saran KH Noer Ali karena merebaknya aksi komunisme yang meresahkan warga
Ujung Malang.
Pada tahun 1977-1987, KH karier
perpolitikannya, karena banyaknya dukungan dari teman dan warga, akhirnya ia
menjadi anggota DPRD Kabupaten Bekasi. Sepuluh tahun KH
Syamsuddin menjadi anggota DPRD Bekasi, setelah itu menjadi sekretaris Korpri
unit Departemen Agama Kabupaten Bekasi pada tahun 1990-1995. Pada rentang
waktu itu juga KH haji Kabupaten Bekasi
dari tahun 1984-2007. Barulah di usia tuanya, KH
waktu dengan ibadah dan mendirikan KBIH Al-Ihsan pada tahun 2000 dan
sampai sekarang masih berjalan.
43
B. KH A. Tajuddin Marzuki
Beliau adalah KH A. Tajuddin seorang sosok suami dari Hj. Maqbulah binti
H. Mahmud dan seorang panutan dari delapan anaknya. Beliau dilahirkan 59
tahun yang lalu, tepatnya tahun 1941, di Kampung Lor, sebuah dusun yang
terletak di belahan utara Desa Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi.
Ayahnya bernama H. Marzuki Anwar yang memiliki garis keturunan ulama
meskipun orang lebih mengenalnya sebagai lurah Ujung Malang yang semasa
hidupnya sangat peduli dengan keadaan masyarakat desa yang dipimpinnya.
Ibunya bernama Hj. Siti Maryamah, seorang perempuan desa yang dalam banyak
hal selalu sederhana tetapi memiliki kharisma kuat baik di mata anak-anaknya
maupun di mata orang lain. Seandainya kemudian KH A. Tajuddin menjadi
pribadi yang dihormati dan disegani di masyarakat, hal ini menunjukkan bahwa
pengaruh kedua orang tua yang melahirkannya itu sangat membekas. Dari
ayahnya yang masih saudara sekandung dengan KH Noer Ali, KH A. Tajuddin
mewarisi jiwa kepemimpinan dan pendidik. Sedangkan dari ibunya yang berasal
dari Pondok Soga, sebuah kampung di pesisir pantai utara laut Jawa, ia mewarisi
keteguhan dan ketegasan sikap. Pribadi-pribadi inilah yang menghantarkannya ke
PPA di mana dalam usia yang masih sangat muda, KH A. Tajuddin sudah
dipercaya oleh KH Noer Ali (KH Noer Ali telah resmi menjadi pahlawan nasional
Indonesia) untuk memimpin lembaga pendidikan putri al-Baqiyatus Sholihat yang
sekarang berganti nama menjadi Pondok Pesantren Attaqwa Putri (PPA Putri).
Umumnya anak-anak desa, dunia tempat KH. A.Tajuddin menghabiskan
masa kecilnya tidak jauh dari lingkungan keluarga. Pada pagi hari mengaji kepada
guru-guru terdekat, siang membantu orang tua di sawah sambil menggembala
44
kerbau, dan malam harinya mengaji lagi di rumah. Kadang-kadang, beliau juga
disuruh menumbuk padi di lumbung suatu pekerjaan yang biasa dilakukan anak
perempuan. Maklum, beliau anak pertama, dan seperti diakuinya, anak pertama
adalah contoh sekaligus tumbal dalam keluarga.
Meskipun demikian KH A. Tajuddin Marzuki tidak kehilangan masa
kecilnya yang paling indah. Hidup dalam keluarga yang mempunyai aturan ketat
tidak membuatnya tersisih dari pergaulan. Di waktu-waktu tertentu beliau
sempatkan diri bermain benteng37
dengan anak laki-laki dan anak perempuan
tetangga, atau mandi di sungai bersama teman-teman sebaya sampai menjelang
petang. Resiko kalau ketahuan memang bisa diobong38
di kandang kerbau hingga
seluruh badan bau asap. Tetapi beliau tidak pernah mengeluhkan hukuman yang
pernah diterimanya. Malah dari kekerasan hidup yang dialaminya beliau bisa
belajar bagaimana berkelakar. Selama ini, selain dikenal sebagai orang serius,
beliau juga dikenal sebagai humoris sejati. Kemampuannya berkelakar hampir
mendekati budayawan Mahbub Djunaidi atau Jaya Suprana.
Pendidikan
Terusirnya penjajah Belanda dari bumi pertiwi pada tahun 1949 memberi
kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk membangun dirinya sendiri. Pendidikan
yang sebelumnya menjadi monopoli anak-anak pejabat pemerintahan Hindia
Belanda kemudian diambil alih pengelolaannya oleh kalangan pribumi, sehingga
bangsa Indonesia yang sangat terbelakang berkesempatan membangun diri
melalui pendidikan.
37
Benteng adalah permainan yang di mainkan beberapa orang dengan dibagi dua
kelompok, masing-masing melindungi bentengnya yang terbuat dari batu yang di susun dari
lawan agar tidak hancur. 38
Diobong yaitu di kurung didalam kandang kerbau dan di bawahnya dibuatkan tabunan
atau bakaran sehingga mengeluarkan asap yang membuat pengap.
45
Upaya membangun diri melalui pendidikan juga tampak semarak di
kampung Ujung Malang. KH Noer Ali yang baru saja kembali dari medan
pertempuran merasa perlu mengajak tokoh-tokoh masyarakat untuk melanjutkan
kembali kegiatan-kegiatan pendidikan yang pernah dirintis sebelumnya. Di
tengah-tengah kesibukannya pula sebagai ketua Dewan Pemerintahan Kabupaten
Bekasi dan sebagai anggota Konstituante, KH Noer Ali dan kawan-kawan telah
berhasil membangun enam buah Madrasah Ibtidaiyah (Sekolah Rakyat Islam/
SRI) dan sebuah masjid berdaya tampung 2500 orang jamaah. Hingga tahun 1956
telah banyak putra-putra Ujung Malang yang memenuhi panggilan belajar.
Sebagian ada yang bersekolah di SRI Ujung Malang, dan sebagian lagi bersekolah
di Pesantren Bahagia Bekasi.
Pada waktu itu agak sulit mencari putra-putra terbaik Ujung Malang yang
bisa dikader. Mereka yang dulunya pernah mengenyam pendidikan formal jarang
yang mau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi karena faktor-faktor finansial
atau sudah keburu menikah. Pilihan sudah pasti jatuh kepada mereka yang masih
punya kemauan untuk belajar dan dukungan finansial. Kebetulan pada waktu itu
banyak para pelajar Ujung Malang yang mondok di Pesantren Bahagia Bekasi
pulang kampung karena sekolahnya bubar. Di antara mereka adalah KH
Syamsuddin, KH A. Tajuddin Marzuki, dan beberapa yang lainnya. Setelah
mengadakan musyawarah KH Noer Ali dan kawan-kawannya akhirnya
memutuskan untuk mengirim K i Syamsuddin dan KH A. Tajuddin
Marzuki ke Pondok Pesantren Moderen Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Tugas
kedua orang ini, selain menuntut ilmu, juga mencari pengalaman pendidikan di
Gontor. KH Noer Ali mencita-citakan tamatan PPA nantinya tidak hanya mampu
46
mengajar, tetapi juga mampu menyelenggarakan pendidikan dan membangun
masyarakat.
Dari kronologi di atas dapat diketahui bahwa jenjang pendidikan formal
yang pernah ditempuh oleh KH A. Tajuddin Marzuki hanya SRI (4 tahun) dan
idak ada catatan lain kalau kemudian beliau
pernah meneruskan studi di perguruan tinggi atau yang lainnya, dan ini dibuktikan
dengan namanya yang polos tanpa titel akademis.
Peran KH A.Tajuddin di Pondok Pesantren Attaqwa
Sepulang dari menuntut ilmu di Pondok Pesantren Moderen Gontor, KH A.
Tajuddin langsung diserahi mengurus lembaga pendidikan al-Baqiyatus Sholihat.
Sedangkan rekan seperjalanannya K i Syamsuddin diserahi mengurus
Madrasah Menengah Attaqwa (MMA). Baik al-Baqiyatus Sholihat maupun MMA
merupakan terapan pengalaman yang diperolehnya dari Pondok Pesantren
Moderen Gontor. Lama pendidikan di kedua lembaga ini 6 tahun, sama seperti
yang diterapkan di Gontor.
Beberapa tahun berselang terjadi pergantian pimpinan secara mendadak di
al-Baqiyatus Sholihat. Hj.Sholihah Noer, putri kedua KH Noer Ali, diamanatkan
untuk meneruskan pengembangan lembaga ini (saat ini Pimpinan PPA Puteri
dipegang oleh puteri ketiga KH Noer Ali, Hj. Atiqoh Noer, MA). Sedangkan KH
A. Tajuddin ditarik menjadi kepala sekolah MMA (sekarang MMA diubah
menjadi Madrasah Aliyah/MA dengan Pimpinan PPA Putra, KH Nurul Anwar,
Lc, dan kepala sekolah Madrasah Aliyah ust. H. Ahmad Masilla Iskan, Lc.) untuk
47
mengisi kekosongan pimpinan karena KH terpilih menjadi
kepala Desa Bahagia.
Sebagai pendidik sejati tidak ada yang bisa dilakukan KH A. Tajuddin
kecuali menerima tugas itu sebagai amanah yang lebih besar dari yang pernah
dijalankannya. Ternyata di MMA inilah KH A. Tajuddin menemukan peran yang
sebenarnya sebagai tenaga pendidik. Mengajar, baginya, tidak semata-mata berdiri
di muka kelas sambil menerangkan pelajaran. Pada waktu-waktu tertentu
mengajar juga harus dibarengi dengan pemantauan kegiatan para santri dalam
memahami dan menerapkan pelajaran yang diterimanya. Sebab, pada prinsipnya,
tujuan dasar pendidikan adalah terbentuknya kepribadian anak didik di atas pilar-
pilar kebenaran. Anak didik harus dibiasakan menerima kebenaran walaupun
pahit.
MMA,banyak sekali ide-ide dan hasil yang di dapatkan PPA. Di antarnya adalah
dengan memasukkan pelajaran extrakurikuler yaitu pramuka, drumband dan
lainnya. Ilmu pramuka yang beliau dapat dari mondok di Pondok Moderen Gontor
di aplikasikannya di PPA secara perlahan, lagu oh pondokku yang menjadi lagu
santri PPA pun ikut di lestarikan. Hasilnya para santri PPA dapat mengikuti
JAMNAS ( Jambore Nasional ) dan aktif dalam mengikuti penyelerengaraan
tahunan pramuka antar pesantren. Drum band pun yang mungkin jarang di temui
di pesantren beliau masukkan, sehingga para santri dapat lebih kreatif dan
inovatif. Semua kemajuan yang ada di PPA sekarang tidak lepas atas peran KH A.
Tajuddin Marzuki.
48
Terlepas dari kisah suka dan duka alumni PPA, yang jelas KH A. Tajuddin
Marzuki adalah seorang pendidik sejati yang berhasil melahirkan kader-kader
yang ulet dalam memperjuangkan kemajuan umat. Beliau tetap istiqomah dengan
tugas-tugas kependidikannya hingga akhir hayatnya. Jabatan terakhir yang
dipegangnya di Yayasan Attaqwa adalah wakil ketua Yayasan Attaqwa, wakil
ketua I Dewan Masjid Attaqwa, dan ketua pembangunan Yayasan Attaqwa.
Peran di Dunia Politik
Sebagai manusia biasa yang dibesarkan oleh lingkungan keluarga pejuang,
KH A. Tajuddin mempunyai bakat di bidang politik. Setidaknya, kalau para orang
tua terdahulu berpolitik dengan mengangkat senjata melawan penjajah Belanda,
maka KH A. Tajuddin berpolitik melalui kalam dan kata-kata.
Kiprahnya di panggung politik dimulai pada tahun 1965 ketika Jakarta
dilanda gelombang demonstrasi menuntut pembubaran Partai Komunis Indonesia
(PKI). Bersama beberapa temannnya beliau ambil bagian dalam demonstrasi itu,
dan merupakan salah seorang saksi mata ketika pahlawan Ampera, Ichwan
Ridwan Rais, tertembak di bagian dadanya.
Pada waktu PKI dan ormas-ormasnya dibubarkan, KH A. Tajuddin dan
kawan-kawan yang tergabung dalam Pelajar Islam Indonesia (PII) Cabang Ujung
Malang mendapat tugas untuk melakukan pengganyangan sisa-sisa PKI di
Kecamatan Babelan. Dalam kegiatan pengganyangan itu KH A. Tajuddin sempat
terlibat kontak fisik dengan orang-orang PKI di Kampung Tambun dan Buni
Bakti. Ikut dalam tugas tersebut di antaranya H. Abdullah santri senior PPA asal
Karang Tengah dan alm. H. A.
49
Buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya, mungkin istilah inilah yang
mengilhami anak beliau H. Syamsul Falah, M.Sc. sebagai ketua DPRD Kab.
Bekasi untuk mengikuti jejak beliau berkarier di bidang politik.
Pengabdian di Masyarakat
Masyarakat, bagi guru-guru senior PPA, adalah tempat pengembangan ilmu
sekaligus medan dakwah yang tidak boleh ditinggalkan. Ini sesuai dengan
himmah dan harapan KH Noer Ali yang menghendaki kader-kader PPA lebih
mengutamakan urusan masyarakat ketimbang urusan benda mati. Oleh karena itu,
hampir di setiap dada kader PPA tertanam semangat pengabdian kepada
masyarakat.
Bagi penerus seperti KH A. Tajuddin, pengabdian kepada masyarakat
adalah panggilan suci di samping mendidik santri-santri PPA. Beliau tidak ingin
namanya hanya tercantum sebagai wakil ketua I Dewan Masjid Attaqwa, beliau
tidak mau di usia lanjutnya hanya berpangku tangan. Dalam setiap perayaan hari
besar Islam, besar maupun kecil, dekat maupun jauh beliau menyempatkan diri
untuk hadir. Para pengurus Yayasan Attaqwa yang di cabang juga sering
berkonsultasi dengan beliau bila berurusan dengan masyarakat. Reputasinya
dalam mengurus masalah Yayasan Attaqwa Cabang memang patut diacungkan
jempol.
Di Yayasan Attaqwa Pusat, beliau adalah konsultan khusus KH Moh. Amin
Noer, Lc. Ketua Yayasan Attaqwa Pusat ini selalu berkonsultasi dengan beliau
hampir di semua urusan, mulai dari urusan yayasan hingga urusan pribadi. Tepat
benar kedudukan beliau sebagai wakil ketua di Yayasan Attaqwa Pusat. Alm. KH
50
Noer Ali rupanya ingin memberi peran khusus yang nilai pahala dan kemuliannya
sama dengan sang ketua. Perannya bukan saja sebagai kedua anak yang dulunya
hidup bertetangga, tetapi ketika dewasa dan tua mereka juga harus bahu membahu
melanjutkan misi perjuangan Yayasan Attaqwa.
Meninggal Dunia
Juni 2000, pukul 08.45, di ruang Mawar rumah sakit Mekarsari,
ditemani oleh istri tercintanya Hj. Maqbulah H. Mahmud, beberapa orang
anaknya, dan H. Jayadi murid sekaligus teman dekatnya, KH A. Tajuddin
menghembuskan napas terakhir dengan tenang dalam usia 59 tahun. Lewat
komunikasi berantai berita duka cita pun dikirim ke seluruh pelosok Bekasi,
Jakarta, Bogor, Karawang, Subang, Tangerang, hingga ke Kuala Lumpur dan
Cairo. Seiring dengan itu, di tempat kelahirannya dan di majlis-
dipimpinnya berita duka cita disebarluaskan lewat pengeras suara. Radio Attaqwa
yang pada saat yang sama sedang cuti mingguan juga turut menyebarluaskan
berita dengan menyajikan acara khusus pembacaan surah Yasin selama 12 jam.39
C. Perkembangan Terkini Pondok Pesantren Attaqwa
Pondok Pesantren Attaqwa (PPA) sekarang ini mengalami perkembangan
yang sangat pesat sebagai pondok pesantren moderen. Di antaranya adalah
bertambahnya jumlah santri yang masuk ke PPA dari tahun ke tahun, ini terlihat
dari renovasi sarana-sarana fisik untuk bisa memenuhi kebutuhan belajar
mengajar di pondok.
39
http://www.ikpmamesir.com (komunitas keluarga Attaqwa-Cairo)
51
Penambahan sarana belajar seperti laboratorium bahasa untuk lebih
meningkatkan prestasi santri dalam bidang bahasa asing. Masjid pun tidak luput
dari renovasi, karena bertambahnya santri yang masuk, dan warga yang shalat 5
waktu maka masjid pun direnovasi, karena masjid Attaqwa milik masyarakat dan
santri yang ada. Renovasi asrama atau pondok pun dilakukan, bahkan santri
pribumi diminta untuk tahun ajaran ini untuk tidak menempati asrama atau
mondok, dikarenakan jumlah santri yang banyak.
Dalam bidang eksternal, PPA melakukan kerjasama dengan pihak atau
lembaga pendidikan lain untuk meningkatkan kualitas alumni-alumni PPA dalam
meneruskan jenjang pendidikan. PPA bekerjasama dengan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Al-Azhar Cairo, Universitas Perhotelan
Horison, dan lain-lainnya. Kerjasama ini bertujuan agar para santri mempunyai
peluang kerja di bidang lain.
PPA juga mempunyai program beasiswa kepada para santri/murid yang
berprestasi yang mempunyai keunggulan di bidang terntentu. Diharapkan hal itu
menjadi life skill santri di masyarakat dan merupakan bekal awal dalam
meneruskan jenjang akademisnya kelak. Pada sisi lain tentunya menjadi duta-duta
PPA dalam berbagai perlombaan kompetisi dan olimpiade.
Bidang ekstrakurikuler pun lebih diperbaharui unituk menambah wawasan
para santri, pengetahuan, dan kreativitas serta mengembangkan minat dan bakat
mereka. Dilengkapi pula dengan lembaga-lembaga yang turut membantu proses
aktualisasi potensi siswa. Seperti Lembaga Dakwah, Pramuka, Kaligrafi,
Musabaqoh, Jurnalistik, Marawis, dan lain-lainnya.40
40
Wawancara pribadi dengan ust. Emil Salim, pada 24 oktober 2011 jam 09.00-11.00.
52
D. Pengaruh Modernisasi Pondok Pesantren Attaqwa Bagi Masyarakat
Sekitar
Dalam perkembangannya, PPA tidak lepas dari masyarakat sekitar, karena
masyarakat sekitarlah yang ikut memajukan PPA dalam pembangunannya. Maka
setelah PPA mengalami modernisasi atau pembaharuan dampaknya tidak lepas ke
masyarakat sekitar, yaitu masyarakat Ujung Harapan, Babelan, Bekasi. Semua
aspek kemasyarakatan seperti ibadah, ekonomi, dan sosial mengalami
perkembangan seiring dengan kemajuan PPA dalam segala bidang.
1. Dalam Bidang Pendidikan dan
PPA selain berperan sebagai lembaga pendidikan, juga berperan sebagai
pusat dakwah Islam. Kedua-duanya disatukan untuk memberikan dampak positif
untuk warga sekitarnya. Sebagaimana diketahui bahwa pengertian dakwah secara
etimologis adalah panggilan, seruan, atau ajakan yang berasal dari bahasa Arab
yaitu ism masdar dari kata - - Sedangkan menurut istilah,
dakwah yaitu setiap kegiatan yang menyeru, mengajak, dan memanggil orang
untuk beriman kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, sy
Islam. Adapun tujuan utama dakwah adalah mewujudkan kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat yang diridhoi Allah sesuai dengan segi
atau bidang masing-masing.41
Metode dakwah yang dilakukan PPA sangat berpengaruh untuk masyarakat
sebagai media pendidikan melalui dakwah bil lisan, yaitu penyampaian informasi
41
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Houve,
1994), Cet. Ke-3, h. 280-281.
53
atau pesan dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara
subyek dan obyek dakwah).42
Dakwah seperti ini sudah dikembangkan PPA oleh
KH Noer Ali pada tahun 1960-an di mana masyarakat berkumpul pada suatu
masjid pada setiap malam Minggu untuk mendengarkan ceramah dari Kiyai.43
Sekarang berkembang menjadi pengajian majelis t
Pengajian yang dikembangkan oleh KH Noer Ali ini masih berjalan dan
terus berkembang sampai sekarang, di antara pengajian yang masih berjalan
sampai sekarang adalah pengajian Tafsir, yang mengkaji beberapa kitab Islam di
antaranya adalah kitab Tafsir al-Jalalain dan Tafsir al-Misbah. Acara pengajian
Sabtu malam Minggu, dan Minggu pagi.
para masyarakat sekitar masjid Attaqwa, yang berdomisili lebih dekat, ini
-kitab Tafsir.
Selanjutnya pengajian yang dilakukan setiap Sabtu malam Minggu, yaitu
pengajian yang dihadiri oleh masyarakat dewan masjid Attaqwa atau warga yang
lebih jauh dari masjid Attaqwa, dengan mendengarkan ceramah agama, dzikir,
tahlil, dan tahmid, dipimpin oleh pimpinan PPA KH Nurul Anwar Lc, dan tokoh
agama lainnya. Setiap minggu pagi juga diadakan pengajian wali murid PPA,
acara pengajian yang biasa dilakukan setiap satu bulan sekali ini bertempat di
masjid Attaqwa bertujuan untuk mempererat tali silaturahim antara sesama wali
murid dan guru-guru PPA.
42
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002), h.72. 43
pada 1 Oktober 2011, 08.30-11.00.
54
Selain metode dakwah pengajian yang dilakukan PPA, ada lagi kegiatan
dakwah lainnya, yaitu mengadakan acara peringatan hari besar Islam, seperti
peringatan maulid nabi Muhammad saw, Isra Mi raj, dan Tabligh Akbar.
Acara peringatan Maulid Nabi Muhammad saw diadakan dengan besar-
besaran di PPA. Acara ini pernah dihadiri oleh para tokoh ulama Indonesia dan
aparatur negara seperti H. Hamzah Haz, Akbar Tandjung, Habib Rizieq, dan lain-
lain. Begitu juga acara peringatan Isra aj yang diadakan setiap tahun ini
banyak mengundang tokoh-tokoh ulama, acara ini dikhususkan untuk kaum
wanita dan ibu-ibu, bukan hanya warga setempat saja yang datang menghadiri
acara ini, tetapi warga lain juga datang ke acara yang meriah ini sehingga jalan-
jalan penuh. Pada hari-hari biasa pun PPA mengadakan Tabligh Akbar pada
momen-momen tertentu seperti bulan Ramadhan dan Muharram.
PPA juga mendirikan stasiun radio yang bernama Radio Attaqwa yang
bertujuan agar dakwah Islam lebih luas lagi dengan frekuensi 105,2 Ratt FM.
Begitu juga TV Attaqwa pun sudah didirikan, walaupun belum mempunyai
jangkauan yang jauh, tetapi masyarakat dapat melihat aktivitas yang ada di PPA.
Media ini biasa juga dipakai pada hari-hari besar Islam yang diadakan di PPA.
2. Bidang Sosial dan Ekonomi
PPA tidak hanya berfungsi sebagai lembaga agama saja tetapi juga sebagai
lembaga sosial dan ekonomi yang berusaha memecahkan masalah-masalah
kemasyarakatan. Untuk itu PPA berperan penting untuk membantu masyarakat
sekitar dalam bentuk sosial dan ekonomi. Untuk itu PPA dalam perannya terhadap
55
masyarakat mengadakan suatu kegiatan dan membuat suatu lembaga yang ada
hubungannya dengan keagamaan, yaitu:
a. Pemotongan dan pembagian hewan qurban, kegiatan ini dilakukan setiap
hari raya Idul Adha di PPA. Dewan pengurus masjid yang mengatur
hewan-hewan qurban dari donatur lalu dibagikan ke masyarakat sekitar
khususnya yang kurang mampu. Pembinaan yang dilakukan PPA adalah
adanya kepedulian sosial dan rasa tanggungjawab dari orang-orang
mampu untuk mendermakan sebagian hartanya dengan memberi hewan
qurban sebagai salah satu bentuk ibadah kepada Allah terhadap orang-
orang yang lebih membutuhkan. Dengan pemberian hewan qurban ini
diharapkan kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup rukun, tidak
membeda-bedakan kelas atau kedudukan akan tercipta secara harmonis
sebagai wujud pengamalan ajaran agama setiap individu masyarakat.
b. Darul Aytam, yaitu lembaga yang mengatur anak-anak yatim dan janda-
janda. Darul Aytam ini sendiri berfungsi sebagai pengembang bakat anak-
anak yatim yang kurang mampu yang berprestasi untuk mendapatkan
beasiswa dan meneruskan studinya ke luar negeri. Sedangkan acara
tahunan Darul Aytam adalah memberikan santunan kepada anak yatim dan
janda-janda setiap tanggal 10 Muharram atau biasa disebut lebaran anak
yatim, semua berkumpul dan mendapatkan bantuan materi dari dana para
donatur dan yayasan.
c. Koperasi Pesantren, didirikan oleh Yayasan Pondok Pesantren Attaqwa,
cukup berperan dalam bidang ekonomi walaupun tidak terlalu besar
konstribusinya. Akan tetapi barang yang diperjual belikan oleh pihak
56
pesantren juga merupakan barang titipan dari beberapa masyarakat Desa
Ujung Harapan. Cara ini dilakukan agar masyarakat terlibat secara aktif
dalam hubungannya dengan upaya kesejahteraan ekonomi mereka.
Dengan adanya koperasi santri ini setidaknya ikut memotivasi masyarakat
Ujung Harapan untuk bekerja lebih keras dan berkembang dalam
meningkatkan ekonomi mereka, berkreasi dan berwiraswasta. Pihak
pesantren khususnya, agar terjadi kerjasama yang baik antara santri dan
masyarakat setempat. Terdapat beberapa koperasi yang ada di dalam PPA
dan sekitar lingkungannya. Keberadaan koperasi ini menjadi berkah bagi
masyarakat Desa Ujung Harapan, Babelan, Bekasi, karena berbagai
macam kebutuhan santri telah disedikan seperti alat tulis, kitab-kitab,
makanan, dan bahan pangan lainnya. Adanya koperasi ini membawa
dampak ekonomi terhadap masyarakat setempat, juga dapat memberikan
hubungan yang baik antara para santri dan masyarakat sekitar, dengan
terjadinya transaksi jual beli.
d. Badan Zakat dan Wakaf, didirikan oleh KH Noer Ali pada tahun 1960-an
untuk memanajemen perekonomian masyarakat Ujung Harapan. Badan
zakat dan wakaf ini di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren
Attaqwa, semua ini untuk mengelola sumbangan-sumbangan yang berupa
wakaf dalam bentuk tanah, bangunan, dan lainnya yang dipergunakan
untuk membangun PPA dan sarana ibadah masyarakat Ujung Harapan.
Badan zakat mengelola zakat fitrah dan qurban pada hari Idul Adha dan
Idul Fitri, semuanya dikelola dan dibagikan kepada masyarakat kurang
57
mampu. Semua ini bertujuan agar masyarakat Ujung Harapan yang kurang
mampu dapat merasakan juga apa yang dirasakan masyarakat yang ada.
BAB V
KESIMPULAN
Sejarah berdirinya PPA yaitu pada tahun 1940-1945 setelah KH Noer Ali
kembali dari belajar di Makkah, beliau mulai merintis pendidikan
pesantren di desa Ujung Malang, dengan membuka pengajian yang hanya
mempelajari kitab kuning, waktu itu hanya beberapa orang saja yang ikut
belajar. Karena keadaan Negara yang masih bergelut dengan penjajah
akhirnya pendidikan ini terhenti.untuk sementara. Setelah Indonesia
merdeka, pada tahun 1950 aktivitas pendidikan yang sempat terhenti
akhirnya mulai dirintis lagi, kali ini KH Noer Ali mengajak para guru dan
pemuka agama untuk membuat yayasan yang bisa mengurusi
permasalahan umat, maka berdirilah Yayasan Pembangunan,Pemeliharaan
58
dan pertolongan Islam. Setelah berdirinya Yayasan P3,KH Noer Ali
mendirikan PPA yang berkembang hingga sekarang menjadi madrasah
moderen.
Pada tahun 1960-an KH Noer Ali memanggil para muridnya yang di
Syamsuddin, KH A.Tajuddin Marzuki dan lainnya. Semua itu dilakukan
untuk memajukan PPA, akhirnya PPA mendapatkan pembaharuan pada
tahun 1962 PPA merubah system pendidikannya dari non Klasikal
menjadi Klasikal, yaitu dengan membangun Madrasah Menengah Attaqwa
(MMA), setingkat dengan Tsanawiyah dan Aliyah dengan mata pelajaran
umum 50% dan agama 50%, di antaranya masuknya pelajaran-pelajaran
umum tujuan dari perubahan tersebut adalah agar para lulusan dapat
melanjutkan pendidikannya ke berbagai perguruan tinggi baik agama
maupun umum. Pelajaran penunjang pun mulai di masukkan seperti
Pramuka, Drum Band dan lain-lain, perkembangan extrakurikuler pun
semakin bersaing dengan Pondok-Pondok lain.
Tokoh modernisasi yang berperan dalam pembaharuan pendidikan di PPA
yang menuntut ilmu di Pondok Moderen Gontor, setelah di panggil pulang
memimpin Madrasah Menengah Attaqwa (MMA) di PPA. Dengan bekal
lajaran-
pelajaran umum seperti Al-Jabar, Ilmu Bumi (geografi,biologi,) Bahasa
59
Inggris dan Arab. Metode pengajaran pun di perbaharui dengan metode
Thariqah Jadiidah, yaitu metode Tanya jawab agar para santri lebih aktif
dalam belajar. Kurikulum pun di rubah dari non Klasikal (tradisional)
menjadi Klasikal, dengan pelajaran Umum 50% dan Agama 50%. Metode
pengajaran dan kurikulum ini berperan banyak hingga tahun 2000 di PPA.
setelah pulang dari Pondok Moderen Gontor lalu meneruskan jabatan
menjadi kepala desa Ujung Malang. KH A. Tajuddin Marzuki berperan
Syamsuddin terapkan, ide KH A.Tajuddin Marzuki dalam memajukan
PPA adalah dengan memasukkan pelajaran extrakurikuler yang pada
waktu tidak ada. Di antaranya adalah dengan mengembangkan kegiatan
Pramuka dan Drum Band, kegiatan extrakurikuler ini terus berkembang
sampai sekarang dan bertambah lagi dengan adanya kaligrafi,marawis, dan
lainnya.
Perkembangan terkini PPA mengalami kemajuan yang sangat pesat,
dengan bertambahnya minat anak didik yang masuk ke pesantren. Dari
segi sarana dan prasarana pun mengalami perkembangan, berdirinya
gedung Laboratorium Fiqh, Komputer dan Biologi untuk menunjang
pendidikan santri, gedung sekolah tambahan pun sudah berdiri. Masjid
Attaqwa tidak luput dari pembangunan sehingga menjadi salah satu masjid
terbesar di Bekasi Utara, kurikulum pun di perbaharui menjadi Integrated
Curicullum yaitu kurikulum perpaduan antara departemen Agama dan
60
Depdikbud agar dapat bersaing dengan pesantren dan madrasah lain untuk
mencapai Madrasah Berstandar Internasional (MBI)
Saran-Saran
1. Hendaknya pesantren PPA lebih meningkatkan lagi kerja-sama baik secara
formal maupun non formal dengan pesantren-pesantren lain, melalui cara
ini di harapkan ada masukan positif atau dapat saling bertukar pikiran
tentang masalah umat sekarang ini.
2. Hendaknya lebih di perkenalkan tokoh-tokoh pendidikan yang berperan di
PPA kepada santri, agar santri tahu dan menghargai pendidikan yang ada.
3. Pendidikan tradisional yang ada hendaknya di pertahankan dan lebih di
jaga agar terjaga kelestariannya.
61
4. Hendaknya pemerintah setempat lebih memperhatikan PPA agar terjaga
keharmonisan dan kerja sama yang baik dalam meningkatkan pendidikan
PPA.
5. Hendaknya lebih memperhatikan perpustakaan PPA dan memperbanyak
buku bacaan untuk santri, karena buku adalah jendela dunia.
6. Meningkatkan hubungan dengan masyarakat setempat dalam bidang
ekonomi, social,dll. Agar terjadi kerja sama dan keharmonisan.
7. Hendaknya tokoh-tokoh pendidikan dan pendiri di buatkan Biografi agar
para santri dapat mengenal dan mengambil contoh di masa depan.
Daftar Pustaka
Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta (Pamulang Timur):
PT Logos Wacana Ilmu, 1999.
Anwar, Ali, KH Noer Ali, Singa Karawang Bekasi yang Sangat Ditakuti
Penjajah. Jakarta: yayasan attaqwa 8 November 1991.
Anwar, Ali. KH Noer Alie Kemandirian Ulama Pejuang. Bekasi: Yayasan
Attaqwa, 2006.
Anwar, Ali. Tokoh Ulama, Pendidik, dan Pejuang. Bekasi: Yayasan Attaqwa,
1989.
Basri. Metodologi Penelitian Sejarah. Jakarta: Restu Agung, 2006.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ikhtiar Baru Van
Houve, 1994.
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai.
Jakarta: LP3ES, 1982.
62
Fatah, Rohadi Abdul. dkk. Rekonstruksi Pesantren Masa Depan (Dari
Tradisional, Modern, Hingga Post Modern). Jakarta: PT Listafariska Putra,
2005.
Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah. Jakata: UI Pres, 1975.
Halaqah, Jurnal Pendidikan dan Keislaman, Fakultas Tarbiyah Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo,edisi 4, 2003.
Hasbullah. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,1996)
Kafrawi, Pembaharuan Sistem Pendidikan Pesantren Sebagai Usaha Peningkatan
Prestasi Kerja dan Pembinaan Kesatuan Bangsa. Jakarta: Cemara Indah,
1978.
. Catatan ringkas Proses Berdiri dan Berkembangnya Yayasan
Pembangunan, Pemeliharaan dan Pertolongan Islam (yayasan P3I). Ujung
Malang: Bekasi,1988.
Muriah, Siti. Metodologi Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2002.
Musnamar, Tohari. Bimbingan dan Wawanwuruk Sebagai Suatu Sistem.
Yogyakarta: Cendekia Sarana Informatika, 1985.
Nasuhi, Hamid. dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi). Jakarta: Ceqda Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2007.
Nata, Abuddin. Sejarah Pendidikan Islam pada Periode Klasik dan Pertengahan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.
Noer, M. Amin. Sejarah Ringkas Yayasan Attaqwa, Ujung Harapan: Bekasi,
1990.
Oepen, Wolfgang Manred, Dinamika Pesantren. Jakarta: PM3-FNS, 1987.
Sekretariat Yayasan Attaqwa, Rekapitalisasi Global Lembaga-Lembaga di Bawah
Yayasan Attaqwa Pusat. Ujung Harapan Bahagia Bekasi,1986 .
Internet dan Artikel
Blog Pondok Pesantren Attaqwa.com
Brosur Pendaftaran Murid Baru 2010-2011, (Yayasan Attaqwa, Pondok Pesantren
Attaqwa Putra Bekasi)
Buku Panduan KBIH al-Ihsan 2011, profil pendiri KH ddin
http://www.ikpmamesir.com (komunitas keluarga Attaqwa-Cairo)
Wawancara
Ust. Emil Salim. S.PdI (Staff Pengajar Pondok Pesantren Attaqwa)
63
HASIL WAWANCARA
Ust. Emil Salim S.pd.i
Pertanyaan : Kurikulum apa yang dipakai pondok pesantren sekarang ini?
Jawab : eee....Klo Sekarang ini pondok pesantren attaqwa memakai
kurikulum integrasi (integrated curicullum), yaitu kurikulum perpaduan antara
kurikulum Depag, Diknas, dan kurikulum internasional yang berafiliasi ke timur
tengah, dengan integrated curicullum, siswa diharapkan dapat melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi, baik di dalam maupun di luar negeri dan dapat
hidup berkembang dalam membangun masyarakat. Semua pembaharuan diatas
dilakukan untuk mencapai MBI (Madrasah Berstandar Internasional) yang dapat
bersaing dengan madrasah-madrasah internasional lainnya.
Pertanyaan : Bagaimana perkembangan terkini pondok pesantren
attaqwa?
Jawab : Pondok pesantren attaqwa sekarang ini mengalami
perkembangan yang sangat pesat sebagai pondok pesantren modern. Di antaranya
adalah bertambahnya jumlah santri yang masuk ke pondok pesantren attaqwa dari
tahun ke tahun, ini terlihat dari renovasi sarana-sarana fisik untuk bisa memenuhi
kebutuhan belajar mengajar di pondok.
Penambahan sarana belajar seperti laboratorium bahasa untuk lebih
meningkatkan prestasi santri dalam bidang bahasa asing. Masjid pun tidak luput
dari renovasi, karena bertambahnya santri yang masuk, dan warga yang shalat 5
waktu maka masjid pun di renovasi, karena masjid attaqwa milik masyarakat dan
santri yang ada. Renovasi asrama atau pondok pun di lakukan, bahkan santri
pribumi di minta untuk tahun ajaran ini untuk tidak menepati asrama atau
mondok, di karenakan santri yang banyak.
Dalam bidang external pondok pesantren attaqwa melakukan kerjasama
dengan pihak atau lembaga pendidikan lain untuk meningkatkan kualitas alumni-
alumni attaqwa dalam meneruskan jenjang pendidikan, pondok pesantren attaqwa
bekerjasama dengan universitas islam syarif hidayatullah, al-azhar cairo,
universitas perhotelan horison dan lainnya, kerja sama ini bertujuan agar para
santri mempunyai peluang kerja dibidang lain.
Pondok pesantren attaqwa juga mempunyai program beasiswa kepada para
murid yang berprestasi yang mempunyai keunggulan dibidang terntentu. Di
harapkan menjadi life skill santri di masyarakat dan merupakan bekal awal dalam
meneruskan jenjang akademisinya kelak. Pada sisi lain tentunya menjadi duta-
duta pondok pesantren attaqwa dalam berbagai perlombaan kompetisi dan
olimpiade.
Extrakurikuler pun lebih di perbaharui unituk menambah wawasan para
santri,pengetahuan dan kreativitas serta mengembangkan minat dan bakat mereka.
Di lengkapi pula dengan lembaga-lembaga yang turut membantu proses
aktualisasi potensi siswa. Seperti lembaga Dakwah, Pramuka, Kaligrafi,
Musabaqoh,Jurnalistik, Marawis dan lainnya .
Pertanyaan : Metode pengajaran yang dikembangkan pondok
pesantren attaqwa dalam meningkatkan anak didik?
Jawab : Yaaa dalam perkembangannya attaqwa memakai
metode Thariqah jadidah metode pengajaran yang dipakai di pondok Gontor,
metode itupun di terapkan di attaqwa,akhirnya Metode ini pun berhasil di
terapkan hingga tahun 1990-an, dengan sistem bahasa dan metode thariqah
jadiidah kemampuan para santri dapat lebih berkembang. metode ini terus
dikembangkan sampai sekarang dengan menambahkan sistem belajar kelompok
atau diskusi,dan sedikit ceramah.
Sekarang ini ponpes attaqwa memakai metode modern mengikuti standar
kompetensi nasional yang ada agar menjadi lebih baik dalam persaingan dengan
sekolah-sekolah lainnya.
Pertanyaan : Bagaimana pengaruh pondok pesantren attaqwa
dalam bidang pendidikan, sosial dan lainnya ?
Jawab : Banyak sekali pengaruh pondok attaqwa
bagi warga sekitar apalagi yang bersifat keagamaan seperti Maulid Nabi
Muhammad SAW di adakan dengan besar di pondok pesantren attaqwa untuk
memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW, acara ini pernah di hadiri
oleh para tokoh ulama Indonesia dan aparatur negara seperti KH. Hamzah Haz,
diadakan setiap tahun ini banyak mengundang tokoh-tokoh ulama,acara ini
dikhususkan untuk kaum wanita dan ibu-ibu, bukan hanya warga setempat saja
yang datang menghadiri acara ini, tetapi warga lain juga datang ke acara yang
meriah ini sehingga jalan-jalan penuh. Pada hari-hari biasa pun pondok pesantren
attaqwa mengadakan Tabligh Akbar pada momen-momen tertentu seperti bulan
Ramadhan dan Muharram.
Pondok pesantren attaqwa juga membuat Radio Attaqwa yang bertujuan
untuk agar dakwah Islam lebih luas lagi dengan frekuensi 105,2 Ratt FM. Begitu
juga TV Attaqwa pun sudah di buat, walaupun belum mempunyai jangkauan yang
jauh, tetapi masyarakat dapat melihat aktivitas yang ada di pondok pesantren
attaqwa. Media ini biasa juga dipakai pada hari-hari besar Islam yang diadakan di
pondok pesantren attaqwa.
Pertanyaan : Kurikulum apa yang sekarang ini dipakai di
pondok pesantren attaqwa ?
Jawab : yaa...Sekarang ini PPA memakai kurikulum
terintegrasi (integrated curicullum), yaitu kurikulum perpaduan antara kurikulum
Departemen (sekarang Kementerian) Agama, Depdiknas (sekarang Kemdikbud),
dan kurikulum internasional yang berafiliasi ke Timur Tengah. Dengan integrated
curicullum, siswa diharapkan dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi,
baik di dalam maupun luar negeri dan dapat hidup berkembang dalam
membangun masyarakat. Semua pembaharuan di atas dilakukan untuk mencapai
MBI (Madrasah Berstandar Internasional) yang dapat bersaing dengan madrasah-
madrasah internasional lainnya.
HASIL WAWANCARA
Pertanyaan :
Jawab : ali Syamsuddin kecil lahir di bekasi pada
tanggal 22 mei 1939, beliau adalah seorang anak dari orang tua yang bernama
H.A. Radin bin Kinin dan Hj. Syam, beliau adalah anak ketiga dari delapan
bersaudara.
Sewaktu kecil beliau bersekolah di Sekolah Rakyat (SR) pada tahun
1948-1951, setelah itu beliau melanjutkan pendidikannya di Sekolah Rakyat
Islam yang ada di ujung harapan bekasi pada tahun 1951-1953. Lalu beranjak ke
perguruan Islam atau biasa di sebut pesantren bahagia bekasi pada tahun 1954-
1957. Setelah itu barulah beliau di kirim untuk melanjutkan pendidikannya di
Pesantren Modern Gontor yang notabene merupakan tonggak pendidikan islam
modern pada waktu itu. Beliau di kirim oleh KH.Noer Ali untuk menuntut ilmu
sebanyak-banyaknya disana untuk bisa memajukan pendidikan di kampung
halamannya, beliau pergi bersama temanya KH.A.Tajuddin. Setelah 5 tahun
ke Ujung Malang , setelah itu beliau pada tahun 1963 di tunjuk untuk menjadi
ketua MMA (Madrasah Menengah Aliyah) di Ujung Malang yaitu sekolah cikal-
bakal Pesantren Attaqwa. Pada tahun 1967 beliau melanjutkan pendidikannya
Universitas Muhammadiyah jakarta.
Setelah 5 tahun menjadi kepala madrasah menengah aliyah di Attaqwa
(1963- menyerahkan kepemimpinannya kepada
KH.A.Tajuddin. karena pada waktu itu menjadi kepala
desa ujung harapan (ujung malang) pada tahun 1968, karena sedang merebaknya
aksi komunisme yang meresahkan warga. kurang lebih 6 tahun
Syamsuddin menjabat menjadi kepala desa ujung malang tengah, setelah itu
menjadi guru di MTSN Bekasi pada tahun 1974-1977.
Pada tahun 1977-1987 kembali ke politik, karena
banyaknya dukungan dari teman dan warga, akhirnya
menjadi anggota DPRD kabupaten bekasi. Sepuluh tahun KH. Syamsuddin
menjadi anggota DPRD bekasi, setelah itu menjadi sekretaris KORPPRI unit
depag kabupaten bekasi pada tahun 1990-1995. pada rentang waktu itu juga
KH. Syamsuddin menjadi penatar Haji Kabupaten Bekasi tahun 1984-2007.
mengisi waktu dengan
ibadah dan mendirikan KBIH Al-Ihsan pada tahun 2000 dan sampai sekarang
masih berjalan.
Pertanyaan : Kurikulum apa yang di pakai pada waktu awal
berdirinya Pondok Pesantren Attaqwa ?
Jawab : Pada waktu awal berdirinya Pondok Pesantren
Attaqwa belum tersusun kurikulum dan hanya bersifat pesantren Tradisional yang
mengajarkan kitab-kitab kuning, baru setelah ada gagasan berdirinya yayasan
attaqwa pesantren mengalami perkembangan dan kurikulum pendidikan menjadi
MMA ( Madrasah Menengah Aliyah). Madrasah menengah aliyah terbagi menjadi
enam kelas atau enam tingkatan, dengan membagi pelajaran umum 50 % dan
pelajaran Agama 50 %. Sedangkan pesantrennya terbagi juga 6 kelas, dengan
pelajaran agama 75 % dan pelajaran umum 25 %.
Pertanyaan : Metode pengajaran apa yang di pakai di Pondok
Pesantren Attaqwa ?
Jawab : Metode pengajaran yang di pakai di pondok
pesantren attaqwa pada awalnya memakai sistem halaqoh,weton,atau bandongan
seperti metode pengajaran yang di pakai oleh pondok pesantren tradisional
lainnya. Baru setelah berdirinya MMA terjadi modernisasi dalam sistem
pendidikannya menganut metode pengajaran Pondok Pesantren Modern Gontor.
Begitu juga mata pelajaran umum juga masuk ke pondok pesantren
attaqwa pada tahun 1963-an. Saya memasukkan mata pelajaran umum, yang di
sebut ilmu alam. Dari segi bahasa masuklah pelajaran bahasa arab dan bahasa
inggris. Dengan metode Thariqah Jadidah ( tanya jawab), berhasil menerapkan
sistem ini dengan tujuan anak murid lebih aktif dalam belajar. Metode pengajaran
ini menganut Pondok Pesantren Modern Gontor karena Pondok ini merupakan
salah satu pondok yang paling maju pada waktu itu.
Pertanyaan : Sistem pendidikan modern apa yang masuk ke
Pondok Pesantren Attaqwa dan manfaatnya ?
Jawab : Sistem pendidikan pondok pesantren attaqwa pada
awal berdiri memakai sistem non klasikal (tradisional) dan berubah menjadi
Klasikal dengan masuknya pelajaran-pelajaran umum seperti bahasa inggris,
lainnya, al-jabar, dan ilmu alam lainnya. Dari segi extrakurikuler masuknya
pramuka, dan lagu oh pondokku, seni musik Drumband juga mulai di rintis,
semua ini di bawa dari gontor. Pondok Pesantren Attaqwa pun mengalami
kemajuan dan perkembangan dalam pendidikan.
Pertanyaan : Bagaimana perkembangan Yayasan Attaqwa dalam
Jawab : Perkembangan yayasan Attaqwa dalam bidang
-1970 di mana KH.Noer Ali mengadakan
pengajian setiap malam minggu, di setiap musolah pun di ujung malang terdapat
guru-guru, sehingga mudah masyarakat untuk menuntut ilmu agama. Dalam
bidang sosial dan ekonomi yayasan attaqwa membuat badan zakat dan wakaf
untuk menampung wakaf-wakaf yang ada, wakaf itu pun di manfaatkan untuk
memajukan masyarakat ujung malang seperti di buatnya masjid attaqwa dan
Pondok Pesantren Attaqwa.
Dalam bidang zakat masyarakat ada zakat Konsumtif dan zakat Produktif,
di mana badan zakat ini berfungsi untuk mengatur keperluan masyarakat. Bila
ada masyarakat yang membutuhkan, maka badan zakat ini menyalurkan modal
kepada masyarakat untuk bisa membuat usaha seperti pertanian, peternakan dan
berdagang. Dalam bidang sosial juga yayasan membuat Daarul Aytam (DA) untuk
menampung anak-anak yatim dan janda-janda.
Pertanyaan :` Adakah ciri khas dari pondok pesantren attaqwa
setelah mendapat modernisasi ?
Jawab : yaaa....klo berbicara tentang ciri khas pesantren
attaqwa sebenarnya sama dengan pondok pesantren yang lain, karena rata-rata ciri
khas dari pondok pesantren sama yaitu tetap menjaga nilai-nilai moral kemandirian,
kesederhanaan, kebersamaan yang menjadi ciri khas pondok pesantren, saya rasa itu
menjadi ciri khas yang ada sampai sekarang.
KH NURUL ANWAR ,LC.
PIMPINAN PONDOK PESANTREN ATTAQWA
EXTRAKURIKULER DRUM BAND SANTRI ATTAQWA
KEGIATAN JAMBORE PRAMUKA PPA
LABORATORIUM FIQH PPA
ASRAMA LAMA PPA
ASRAMA BARU PPA
GEDUNG SEKOLAH BARU PPA
STAFF PENGAJAR PONDOK PESANTREN ATTAQWA