Post on 11-Feb-2021
1
ISOLASI, IDENTIFIKASI, VALIDASI PENETAPAN KADAR ALFA
MANGOSTIN DAN GAMMA MANGOSTIN KULIT BUAH MANGGIS
(Garcinia mangostana L.)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada Jurusan
Farmasi Science Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh:
Kurniawan
V100170009
MAGISTER FARMASI
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
2
HALAMAN PERSETUJUAN
ISOLASI, IDENTIFIKASI, VALIDASI PENETAPAN KADAR ALFA
MANGOSTIN DAN GAMMA MANGOSTIN KULIT BUAH MANGGIS
(Garcinia mangostana L.)
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
Kurniawan NIM. V 100170009
Telah diperiksa dan disetujui untuk di uji oleh :
Dosen
Pembimbing
i
1
HALAMAN PENGESAHAN
ISOLASI, IDENTIFIKASI, VALIDASI PENETAPAN KADAR ALFA
MANGOSTIN DAN GAMMA MANGOSTIN KULIT BUAH MANGGIS
(Garcinia mangostana L.)
OLEH
Kurniawan
V100170009
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Senin, 16 Maret 2020
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Azis Saifudin, Ph.D., Apt. (……..……..)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Prof. Dr. Muhammad Da`i, M.Si., Apt (……………)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Prof. Dr. Muhtadi, M.Si (…………....)
(Anggota II Dewan Penguji)
Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Prof. Dr. Bambang Sumardjoko, M.Pd
NIDN : 0014056201
ii
1
iii
1
Isolasi, Identifikasi, Validasi Penetapan Kadar Senyawa Alfa
Mangostin dan Gamma Mangostin Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
ABSTRAK
. Kulit buah manggis saat ini banyak digunakan masyarakat sebagai bahan
minuman kesehatan. Oleh karena itu, perlu adanya standarisasi kualitas bahan baku,
sediaan ekstrak dan senyawanya agar memenuhi persyaratan mutu sebagaimana
tercantum dalam Farmakope Herbal Indonesia. Kandungan kulit buah manggis
(Garcinia mangostana L.) terdiri dari berbagai macam xanton terutama adalah α-
mangostin dan γ-mangostin. Keberadaan kedua senyawa tersebut dapat menjadi
parameter kualitas standar dari ekstrak kulit buah manggis sebagai bahan obat
herbal. Metode penetapan kadar baku standardalam ekstrak metanol kulit buah
manggis dengan metode KCKT serta membandingkan kadar α-mangostin dan γ-
mangostin dari dua produk yang ada dipasaran.Ekstrak dibuat dengan metode
maserasi menggunakan metanol. Kemudian difraksinasi dan dipurifikasi untuk
memperoleh fraksi menjadi isolat dengan berbagai teknik kromatografi. Identifikasi
senyawa hasil isolasi dengan KLT menggunakan fase gerak heksan:etil asetat (2 : 3),
H-NMR dan KCKT fase terbalik dengan fase gerak air: asetonitiril (80 : 20), Analisa
kuantitatif senyawa baku standar dengan persamaan regresi dan dibandingkan
dengan kadar senyawa yang terkait dengan dua produk di pasaran. Hasil penetapan
kadar untuk senyawa standar α-mangostin memiliki nilai rata-rata 0,155 mg/mL
dengan kadar produk A 0,17 mg/mL dan kadar produk B 0,23 mg/mL. Kadar untuk
senyawa standar γ-mangostin nilai rata-rata 0,386 mg/mL dengan kadar produk A
0,16 mg/mL dan produk B 0,232 mg/mL. Validasi metode penetapan kadar dengan
menentukan nilai-nilai parameter linearitas, batas deteksi dan batas kuantitasi.
Linearitas α-mangostin menunjukkan nilai koefisien relasi (r) sebesar 0,993 dengan
LOD sebesar 0,043 mg/ml dan LOQ sebesar 0,129 mg/ml. Sedangkan γ-mangostin
nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,997 dengan LOD sebesar 0,169 mg/ml dan LOQ
sebesar 0,51 mg/ml. Hasil uji α-mangostin dan γ-mangostin telah memenuhi kriteria
validasi
Kata kunci: Garcinia mangostana L, metabolit sekunder, α-mangostin dan γ-
mangostin, isolasi, fraksinasi dan purifikasi.
ABSTRACT Mangosteen rind is currently widely used by the public as a health drink.
Therefore, it is necessary to standardize the quality of raw materials, extracts and their compounds in order to meet the quality requirements as stated in the Indonesian Herbal Pharmacopoeia. The content of mangosteen rind (Garcinia mangostana L.) consists of various kinds of xantons, especially α-mangostin and γ-mangostin. The existence of these two compounds can be a standard quality parameter of mangosteen rind extract as herbal medicinal ingredients.The standard levels of methanol extract of α-mangostin and γ-mangostin in the mangosteen peel was extracted by HPLC method and the levels of α-mangostin and γ-mangostin from two products on the market were compared. The extract was made by maceration method using methanol. Then fractionated and purified to obtain fractions into isolates by various chromatographic techniques. Identification of isolated compounds by TLCused mobile phase hexane:ethyl acetate (2: 3), H-NMR and HPLC reversed phase with water:acetonitrile (80:20). Quantitative analysis of standard raw compounds using regression equations and compared with compound levels of two related products in the market. The results of the validation analysis of the determination of content for the standard alpha mangostin compound
1
1
has an average value 0,155 mg/mL whith for A product levels are 0,17 mg/mL and B product levels are 0,23 mg/mL. Content determination validation for gamma mangostin standard compound have an average value 0,386 mg/mL whith for A products are 0,16 mg/mL and B products are 0,232 mg/mL. Validation of the determination method by determining the values of linearity parameters, detection limits and quantitation limits. α-mangostin linearity shows the value of the relation coefficient (r) of 0.993 with a LOD of 0.043 mg / ml and LOQ of 0.129 mg / ml. While γ-mangostin the value of the correlation coefficient (r) of 0.997 with a LOD of 0.169 mg / ml and LOQ of 0.51 mg / ml. α-mangostin and γ-mangostin test results have met the validation criteria Keywords: Garcinia mangostana L, secondary metabolites, α-mangostin and γ-mangostin, isolation, fractionation and purification
PENDAHULUAN
Kulit buah manggis saat ini banyak digunakan masyarakat sebagai minuman
kesehatan. Oleh karena itu, perlu adanya standarisasi kualitas bahan baku, sediaan
ekstrak dan senyawanya agar memenuhi persyaratan mutu sebagaimana tercantum
dalam Farmakope Herbal Indonesia. Adanya penelitian standarisasi senyawa dari kulit
buah manggis ini diharapkan bisa memberikan kontribusi bagi masyarakat dan industri
obat tradisional agar kualitas senyawa kulit buah manggis dapat sesuai standar yang
ditetapkan.
Bioaktif metabolit sekunder dari Garcinia mangostana L adalah xanton,
xanton termasuk senyawa yang terdiri dari cincin aromatik trisklik, disubstitusi dengan
berbagai jenis gugus metoksi,isopren dan fenolik (Walker,2007). Senyawa itu
diantaranya adalah3-isomangostin, 9-hidroxicalabaxanton, 8-desoxigartanin, gartanin
(Warker,2007), senyawa mangostin baik (alfa, gamma dan beta) mangostin (Akao.,
2008). Senyawa mangostin adalah senyawa paling banyak yang ditemukan di kulit
buah mangis ( Jung,2006). Senyawa mangostin pada kulit manggis umumnya bersifat
non polar (Walker,2007).
Senyawa xanton telah banyak diteliti dan dilaporkan memiliki potensi
aktivitas, antitumor, antioksidan, antinflamasi, antijamur, antibakteri, antialergi,
antimalarial dan antiviral. Selain itu, mampu menghambat pertumbuhan sel kanker
payudara, ,small cell lung cancer, epidermoid carcinoma dan hepatocelullar carcinoma
(Obolskiy, 2009). Dapat menghambat pertumbuhan sel kanker usus besar (Akao, 2008).
Dan juga mempunyai aktifitas antiproliferatif terhadap sel leukimia HL60 dengan
menginduksi apoptosis, menghambat Mycobacterium tuberculosis dan sebagai
antioksidan (Jung,2006).
Isolasi alfa mangostin dan gamma mangostin akan dilakukan dengan metode
kromatografi preparatif, kolom dan juga dengan Sephadex. Identifikasi dengan KLT
fase gerak non polar, KCKT menggunakan fase gerak yang polar, menggunakan fase
diam C18 (Pothitirat and Gritsanapan, 2009), prinsipnya dengan cara metode KCKT
2
1.
1
tersebut menggunakan fase gerak tertentu untuk memisahkan dan memurnikan senyawa
xanton, juga mangostin yang adadi kulit buah manggis (Walker, 2007).
Berdasarkan uraian tersebut, maka menjadi relevan untuk dilakukan penelitian
apakah isolat α-mangostin dan γ-mangostin bisa diperoleh dari isolasi Garcinia
mangostana L., agar diperoleh standar baku kadar α-mangostin dan γ-mangostin yang
diperoleh dari kulit buah manggis dengan metode KCKT dan diketahui perbandingan
kadar senyawa α-mangostin dan γ-mangostin yang ada di pasaran. Adanya penelitian
standarisasi senyawa dari kulit buah manggis ini diharapkan bisa memberikan
kontribusi bagi masyarakat dan industri obat tradisional agar kualitas senyawa kulit
buah manggis dapat sesuai standar yang ditetapkan.
METODE PENELITIAN
Bahan dalam penelitian ini meliputi ekstrak Garcinia mangostana L., yang
diperoleh dari industri yang bekerja sama dengan laboratorium SEFA, serbuk manggis
dari Purworejo, pelarut metanol teknis, methanol pro analysis, etanol, asetonitril, etil
asetat, heksana, gel silica, plat KLT fase normal dan fase terbalik. Alatnya meliputi
Rotary Evaporator, KCKT, kolom KCV, H-NMR dan alat gelas lainnya yang
diperlukan.
Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi, yaitu serbuk Garcinia dari
laboratorium SEFA ditimbang 5 gram diekstraksi dengan methanol 10 ml, disonifikasi
dan disaring, fraksinasi dengan ditambahkan air 10 ml dan etil asetat 10ml sebanyak
3x. Dalam pemilihan fase gerak yang sesuai untuk KLT fase normal yang dilakukan
berbagai variasi diantaranya metanol-kloroform (1:9), heksana-etil asetat (5:5),
kloroform-metanol (9,5:0,5), heksana-etil asetat (2:3). Sedangkan untuk fase terbalik
fase diam C-18 dengan fase gerak metanol-air (1:1) dan asetonitril-metanol-air (1:1:1).
Simplisia Garcinia diambil 400 gram ditambah metanol teknis sebanyak 2000 mL
dibiarkan selama tiga hari, dalam erlenmeyer dan disonifikasi selama 30 menit
kemudian ekstrak disaring (3x) dan dievaporasi pada suhu 7 dengan rotary
evaporator hingga pelarutnya hilang dan didapatkan ekstrak kental. Ekstrak metanol
yang diperoleh difraksinasi dengan corong pisah dengan pelarut.
Ekstrak metanol sebanyak 37g difraksinasi dengan ditambahkan air sebanyak
50ml dan etil asetat sebanyak 50ml sebanyak 3 kali. Kemudian corong pisah diambil
ekstrak yang sudah terpisah. Diperoleh fraksi sebanyak 16,49g. Sebanyak 15g diambil
dimasukkan pada Kolom KCV memiliki spesifikasi ukuran 15 x 4 cm dengan fase diam
silika gel (merck Sie-gel 60 GF254) berbobot 150 g dengan tinggi silika ± 10 cm saat
3
2.
1
Tabel 1. Hasil Rf Isolasi
α-mangostin γ -mangostin
0,80 0,93
dimasukkan kolom dan sampel dicampur 10 g silika gel impregnasi (merck kieselgel 60
GF254 0,2-0,5 mm). Fase gerak yang digunakan berurutan heksan (100%); heksan:etil
asetat (4:1); heksan: etil asetat (3:2), heksan: etil asetat (2:3), heksan:etil asetat (1:4)
dan etil asetat 100% masing-masing volumenya 600 ml.
Hasil sub fraksi dicek profil KLT dan dilihat di lampu UV 254 nm dan 365
nm. Apabila sudah tunggal bercaknya botol dipisahkan dan yang belum tunggal untuk
pemurnian lanjutan. Purifikasi dilakukan menggunakan kromatografi sephadex dan
KLT preparatif. Hasil pengecekan profil KLT menunjukkan fraksi yang dilakukan
purifikasi adalah fraksi B dengan bobot ± 3,26 g menggunakan kromatografi eksklusi
sephadex 20-LH (GE). Spesifikasi kolom yaitu panjang 50 cm, lebar 3 cm, ketinggian
fase diam 25. Fase gerak yang digunakan adalah metanol dan pembilasan kolom
menggunakan metanol. Pemisahan dilakukan dengan mengamati pemisahan warna pada
kolom dan menampung setiap pemisahan pada wadah dengan volume bervariasi. Hasil
pemisahan noda senyawa dikerok dan dipisahkan. Senyawa isolat dicek kemurnian
menggunakan KLT fase normal silika gel GF254 0,25 mm dengan fase gerak heksana :
etil asetat (2:3) dan KLT fase terbalik Silica gel 60 RP-18 F₂₅₄. Pemisahan senyawa di
validasi kemurniannya dengan KCKT dengan fase gerak air : asetonitril (8:2). Hasil
isolat dilanjutkan identifikasinya dengan H-NMR.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil isolat profil KLT alfa mangostin dan gamma mangostin dilihat di lampu UV
254 dan 365 nm dengan fase gerak hasil optimasi yang sudah dilakukan orientasi
sebelumnya.
Gambar 1. Hasil identifikasi KLT Fase normal dengan fase gerak heksana-etil asetat (2:3)
Hasil KLT dari isolasi senyawa dengan Rf α-mangostin adalah ,8 dan γ-
mangostin adalah 0,93 dengan fase gerak heksana-etil asetat (2:3) dibandingkan dengan
nilai Rf pada jurnal penelitian (Muchtaridi, 2017; Andayani, 2017) dengan nilai Rf α-
mangostin adalah 0,48 dan γ-mangostin adalah 0,8. Dari penelitian ini kromatogram
4
3.
1
yang diperoleh bahwa senyawa α-mangostin terjerab lebih lama pada fase diam silica
gel F254 yang polar, sehingga spot yang yang dihasilkan akan berada dibawah spot α-
mangostin memiliki polaritas yang lebih polar dibandingkan dengan γ-mangostin. Dari
beberapa referensi dan penelitian lain bahwa α-mangostin lebih polar dibandingkan
dengan γ-mangostin.
Senyawa hasil isolasi (isolat) dicek identitasnya menggunakan KCKT dengan fase
gerak menggunakan air : ACN (8:2) dan fase diam menggunakan kolom C-18 (RP
Cosmosil) dengan ukuran 150 mm x 4,6 mm. Hasil elusi dengan fase gerak tersebut
menunjukkan bahwa alfa mangostin memisah pada menit ke 2,982 dan gamma
mangostin memisah pada menit 4,222.
Gambar 2. Campuran alfa mangostin dan gamma mangostin
Gambar 3. Standar alfa mangostin
Gambar 4. Standar gamma mangostin
Analisa kadar baku standar yang dilakukan adalah dengan membandingkan
waktu retensi (Rt) senyawa sampel dengan konsentrasi kadar baku yang diperoleh.
Analisis kuantitatif yang dilakukan adalah penetapan kadar alfa mangostin dan gamma
mangostin berdasarkan luas puncak/area under curve (AUC) dari baku.
Alfa Mangostin
5
1
Gambar 9. Kurva Baku α-mangostin
Persamaan regresi : Y= bx+a, (r= 0,993 ; a= 92350; b =85260071,8)
Tabel 4. Hasil kadar baku standar alfa mangostin
No Konsentrasi
(mg/mL)
Luas Area (y) Kadar (x)
(mg/mL)
1 0,4 34245780 0,39
2 0,2 19486138 0,218
3 0,1 10059574 0,107
4 0,05 4508168 0,042
5 0,025 2394396 0,017
Rata2 = 0,155
No Konsentrasi
(mg/ml)
Luas Area
(y)
ý (y- ý) (y- ý)²
1 0,4 34245780 35027528,64 -781748,64 61,11309361 x 10¹º
2 0,2 19486138 2628714,403 16857423,6 28417,27304 x 10¹º
3 0,1 10059574 1776107,285 8283466,715 6861,582082 x 10¹º
4 0,05 4508168 1349803,274 3158364,274 997,5264887 x 10¹º
5 0,025 2394396 1257744,053 1136651,9 129,1977542 x 10¹º
∑= 36466,69246 x 10¹º
Sy/x / n-2
= / (5 – 2)
= 11025227,5
LOD = 3,3 x
= 3,3 x
= 0,043 mg/mL
LOQ = 10 x
= 10 x 0,0129
= 0,129 mg/mL
Sy/x 11025227,5 ; LOD = 0,043 mg/mL; LOQ = 0,129 mg/mL
6
1
Hasil analisa identifikasi senyawa alfa mangostin dengan KCKT diperoleh
data bahwa isolat alfa mangostin teridentifikasi pada waktu retensi (Rt) menit ke
2,639 dengan hasil yang mendekati waktu retensi (Rt) pada standar alfa mangostin
yaitu pada menit 2,982. Ini menunjukkan bahwa dengan metode KCKT fase terbalik
dengan fase diam (C18) yang kurang polar dibandingkan fase gerak (air : asetonitril)
(80 : 20) maka alfa mangostin akan terpisah dan teridentifikasi lebih cepat karena
polaritasnya yang polar.
Gamma Mangostin
Gambar 10. Kurva Baku γ-mangostin
Persamaan regresi : Y= bx+a, (r= 0,997 ; a= - 32160; b =22286187,6)
Tabel 5. Hasil kadar baku standar gamma mangostin
No Konsentrasi
(mg/mL)
Luas Area (y) Kadar (x)
(mg/mL)
1 1 21831883 0,99
2 0,5 11355707 0,524
3 0,25 4738107 0,227
4 0,125 2374971 0,12
5 0,062 1283226 0,072
Rata2= 0,386
No Konsentrasi
(mg/mL)
Luas Area
(y)
Ý (y- ý) (y- ý)²
1 1 21831883 21969297,76 -137414,76 1,888281627 x 10¹º
2 0,5 11355707 11122233,88 233473,12 5,450969776 x 10¹º
3 0, 25 4738107 5254656,94 -516549,94 26,68238405 x 10¹º
4 0,125 2374971 2468883,47 -93912,47 0,881952022 x 10¹º
5 0,062 1283226 1075996,73 207229,27 4,294397034 x 10¹º
7
1
∑= 39,19828451 x ¹º
Sy/x / n-2
= / (5 – 2)
= 1143070,201
LOD = 3,3 x
= 3,3 x
= 0,169 mg/mL
LOQ = 10 x
= 10 x 0,005129052
= 0,51 mg/mL
Sy/x = 1143070,201 ; LOD = 0,169 mg/mL ; LOQ = 0,51 mg/mL
Hasil analisa identifikasi senyawa gamma mangostin dengan KCKT diperoleh
data bahwa isolat gamma mangostin teridentifikasi pada waktu retensi (Rt) menit ke
3,633 dengan hasil yang mendekati waktu retensi (Rt) pada standar gamma mangostin
yaitu pada menit 4,222. Ini menunjukkan bahwa dengan metode KCKT fase terbalik
dengan fase diam (C18) yang kurang polar dibandingkan fase gerak (air : asetonitril)
(80 : 20) maka gamma mangostin akan terpisah dan teridentifikasi lebih lama karena
polaritasnya yang kurang polar dibandingkan alfa mangostin. Gamma mangostin
bersifat kurang polar sehingga terjerab lebih lama pada fase diam yang kurang polar.
Analisa Identifikasi Struktur Kimia dengan H-NMR
Isolat dianalisis kembali menggunakan NMR (JEOL ECA 400) yang
dijalankan pada 400 MHz untuk H-NMR. NMR dapat digunakan untuk menentukan
status senyawa sebagai senyawa yang telah diketahui atau senyawa baru melalui
informasi 1H NMR.
1H NMR memberikan data geseran kimia (δH) antara 0-15 ppm.
Jenis atom tetangga karbon pengikat H dapat diketahui yaitu CH3 pada 0,5-1,5 ppm;
CH2 pada 1-2 ppm; CH2-C= ada 1,2-1,9 ppm; -CH-O pada 3-4,5 ppm, CH2= pada
4,5-5 ppm; - CH benzyl pada 7-8 ppm dan seterusnya. Semakin banyak jumlah
hidrogen maka semakin tinggi puncak pada spectrum.. Pelarut yang digunakan pada
H-NMR adalah aceton.
8
1
Tabel 2. Hasil Analisa NMR
Posisi
3.319 12
3.335 11
3.335 11
4.175 16
4.192 16
5.296 17
6.281 4
6.810 5
Gambar 5. Hasil H-NMR α-mangostin
Gambar 6. Struktur kimia senyawa α-mangostin
Gambar 7. Hasil H-NMR γ –mangostin
9
1
Tabel 3. Hasil Analisa H-NMR
γ –mangostin Posisi Atom H
1.653 – 1.664 14, 15, 19, 20 12 atom H
1.792 12 5 atom H
1.844 17 5 atom H
3.445 – 3.462 11 dan 16 4 atom H
5.218 – 5.276 12 dan 17 4 atom H
6.610 – 6.633 4 dan 5 1 atom H
7.681 – 7.702 5 1 atom H
11.331 1 1 atom H
12.342 7 1 atom H
13.313 6 1 atom H
Gambar 8. Struktur kimia senyawa γ -mangostin
Hasil analisa identifikasi senyawa alfa mangsotin dan gamma mangostin
dengan H-NMR diperoleh data bahwa isolat alfa mangostin dan gamma mangostin
teridentifikasi dengan penjelasan posisi dan memberikan data geseran kimia (δH)
antara 0-15 ppm. Jenis atom tetangga karbon pengikat H dapat diketahui yaitu CH3
pada 0,5-1,5 ppm; CH2 pada 1-2 ppm; CH2-C= ada 1,2-1,9 ppm; -CH-O pada 3-4,5
ppm, CH2= pada 4,5-5 ppm; - CH benzyl pada 7-8 ppm dan seterusnya sesuai yang
dijelaskan pada tabel analisa H-NMR diatas.
Perhitungan Kadar Alfa Mangostin Produk A
Kadar alfa mangostin Produk A dihitung dengan menggunakan persamaan
regresi linier dari kurva baku. Persamaan kurva baku y= bx+a, (r= 0,991 ; a=30421; b
=890667), y= 890667x + 30421 dengan nilai R=0,991. Hasil penetapan kadar sebagai
berikut:
Tabel 6. Hasil Perhitungan kadar alfa mangostin Produk A
No Konsentrasi
(mg/mL)
Luas Area (y) Kadar (x)
(mg/mL)
1 0,3 294121 0,29
2 0,15 174521 0,16
3 0,075 90221 0,067
Rata2= 0,17
Perhitungan Kadar Gamma Mangostin Produk A
Kadar gamma mangostin Produk A dihitung dengan menggunakan persamaan
regresi linier dari kurva baku. Persamaan kurva baku y= bx+a, (r= 0,994 ; a= -
22180; b =1630228,57), y= 1630228,57x + (-22180) dengan nilai R=0,994. Hasil
penetapan kadar sebagai berikut:
10
1
Tabel 7. Hasil Perhitungan kadar baku standar gamma mangostin Produk A
No Konsentrasi
(mg/mL)
Luas Area (y) Kadar (x)
(mg/mL)
1 0,3 461620 0,28
2 0,15 238160 0,16
3 0,075 89550 0,06
Rata2= 0,16
Perhitungan Kadar Alfa Mangostin Produk B
Kadar alfa mangostin Produk B dihitung dengan menggunakan persamaan
regresi linier dari kurva baku. Persamaan kurva baku y= bx+a, (r= 0,998 ; a= -
10179; b =844300), y= 844300x + (-10179) dengan nilai R=0,998. Hasil penetapan
kadar sebagai berikut:
Tabel 8. Hasil Perhitungan kadar baku standar alfa mangostin Produk B
No Konsentrasi (mg/mL)
Luas Area (y) Kadar (x) (mg/mL)
1 0,4 329191 0,41
2 0,2 153731 0,19
3 0,1 77551 0,1
Rata2= 0,23
Perhitungan Kadar Gamma Mangostin Produk B
Kadar gamma mangostin Produk B dihitung dengan menggunakan persamaan
regresi linier dari kurva baku. Persamaan kurva baku y= bx+a, (r= 0,998 ; a= 16475;
b =1203050), y= 1203050x + 16475) dengan nilai R=0,998. Hasil penetapan kadar
sebagai berikut:
Tabel 9. Hasil Perhitungan kadar baku standar gamma mangostin Produk B
No Konsentrasi
(mg/mL)
Luas Area (y) Kadar (x)
(mg/mL) 1 0,4 500630 0,40
2 0,2 248280 0,192
3 0,1 142650 0,104
Rata2= 0,232
Validasi metode penetapan kadar α-mangostin dan γ-mangostin dalam ekstrak
metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dilakukan dengan
menentukan nilai-nilai parameter linearitas, batas deteksi dan batas kuantitasi. Studi
linearitas α-mangostin menunjukkan bahwa analisis yang dilakukan pada kisaran
konsentrasi (0,4; 0,2; 0,1; 0,05; 0,025) mg/ml memberikan pengukuran nilai
koefisien relasi (r) sebesar 0,993 dengan batas deteksi (LOD) sebesar 0,043 mg/ml
dan batas kuantitasi (LOQ) sebesar 0,129 mg/ml. Sedangkan studi linearitas γ-
11
1
mangostin yang dilakukan pada kisaran konsentrasi (1; 0,5; 0,25; 0,125; 0,062)
mg/ml memberikan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,997 dengan batas deteksi
(LOD) sebesar 0,169 mg/ml dan batas kuantitasi (LOQ) sebesar 0,51 mg/ml.
Menurut Lawson (1996) nilai r minimum yang dapat diterima untuk jumlah larutan
standar sebanyak 5 larutan adalah 0,991; sebanyak 6 larutan adalah 0,974; sebanyak
7 larutan adalah 0,951 dan sebanyak 8 larutan adalah 0,925. Sehingga pada rentang
tersebut α-mangostin dan γ-mangostin memberikan respon yang linier.
Nilai spesifitas hasil pengujian kemurnian spectrum α-mangostin dan γ-
mangostin diperoleh nilai korelasi diatas 0,99. Menurut Dhandhukia dan Thakker
(2011), uji kemurnian (purity) memenuhi persyaratan jika korelasi > 0,95. Dari
penelitian ini dapat diketahui puncak dan kromatogram yang dihasilkan dapat
dikatakan murni karena nilai korelasi diatas 0,99 dan menentukan kemurnian puncak
menggunakan cross correlation function. Penentuan LOD dan LOQ dilakukan
dengan metode signal to noise (Chan, 2004). Berdasarkan nilai parameter-parameter
tersebut, metode analisis ini dapat dinyatakan valid untuk penetapan kadar senyawa
marker α-mangostin dan γ-mangostin dalam ekstrak metanol kulit buah manggis
(Garcinia mangostana L.).
4. PENUTUP
Senyawa α-mangostin dan γ-mangostin dapat diperoleh dari isolasi Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana L.). Kadar baku standar α-mangostin 0,155 mg/mL
dan γ-mangostin 0,386 mg/mL yang dihasilkan dalam ekstrak methanol kulit buah
manggis. Validasi metode penetapan kadarnya telah memenuhi persyaratan validasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim (2012). Quantification of α-β and γ-mangostin in Garcinia Fruit rind
Extract by Reverse Phase HPLC. Journal of Medicine Plant Research. Vol 6.
Adnan, M..(1997). Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan, Penerbit
Andi, Yogyakarta.
Andayani, R. (2017). Analisis α-mangostin dalam Minuman Herbal Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana) dengan KLT-Densitometri. Jurnal Sains
Farmasi dan Klinis.
Anonim (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Dirjen
Pengawasan Obat dan Makanan. DepKes RI.
Akao (2008), Anti cancer Effect of Xanthones from Pericarps Mangosten. Journal
NCBI.
12
1
Amelia, F. (2018). The Optimation of Eluting Condition of Solid Phase Extraction
Method for Mangostin Purification in Mangosteen Pericarp Extract. DOI:
10.22159/ijap.2018v10i3.25415
Backer, C.A, Bakhuizen van den Brink. (1963), Flora of Java (Spermatophytes
Only), Vol. I, Wolter-Noordhoff, NVP., Groningen
Bruneton, J. (1999), Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal Plants,Translated by
Caroline K Hatton,2nd edition, Lavoiser, France, pp303-304.
Chan, CC. (2004) Analytical method validation and instrument performance
verification. Canada : John Willey PP: 37-39, 43
Chen, L. (2007). Anti-inflamatory activity of mangostin from Garcinia mangostin.
ScienceDirect. DOI: 10.1016/J.Fct 200709096
Dhandhukia, PC & JN Thakker (2011). Quantitative Analysis and Validation of
Method Using HPTLC, Heidelberg, Springer:11-15
Gandjar dan Rohman. (2009). Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Guo, M. (2016). Alpha Mangostin Extraction from the Native Mangosteen (Garcinia
mangostana L.) and the Binding Mecahnism of α-mangostin to HST or TRF.
CrossMark.
Hartanto. (2011). Manggis Budi daya dan Analisis Usaha tani. Kanisius.Yogyakarta.
Hendayana. (2006). Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektrolisis
Modern., PT Remaja Rosdakarya. Bandung
Hutapea, J.R. (1994), Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid III, Departemen
Kesehatan RI dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Idawati, S. (2019). Pengaruh Metode Isolasi α-mangostin dari Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana) terhadap Rendemen α-mangostin. Jurnal P. IPA.
Johnson & Stevenson. (1991). Dasar Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. ITB.
Bandung
Jung (2006). Garcinia mangostana L, A Phytochemical and Pharmacological
Review. Vol 54, No 6.
Kudani, J. (2009). Evaluation of Mangosteen Juice Blend on Biomarkers of
Inflammation in Obese Subject: a pilot, dose funding study. Nutrition Journal.
Larson, Ryan T., Jeffrey M. Lorch., Julia W. Pridgeon., dkk. (2010). The Biological
Activity of alpha-Mangostin, a Larvicidal Botanic Mosquito Sterol Carrier
Protein-2 Inhibitor. J. Med. Entomol. 47(2): 249Ð257 (2010); DOI:
10.1603/ME09160.
13
1
Lawson, L (1996). Evaluation of Callibratiom Curve of Linearity. Guidance Memo.
No. 96-007: 1-9
Mardiana. (2011). Ramuan dan Khasiat Kulit Manggis. Penebar Swadaya. Jakarta
Matsumoto (2003). Induction of Apoptosis by Xanthones from Mangosteen in Human
Leukemia. NCBI. Pub Med.
Misra, H. (2009). Development and Validation of High Perfomance Thin Layer
Chromatography Method for Determination of α-mangostin Fruit Pericarp of
Mangosteen Plant (Garcinia mangostana) using Uv-Vis. ACG Public Catalog.
Muchtaridi (2016). Quantitative Analysis of α-mangostin in Mangosteen (Garcinia
mangostana) Pericarp Extract from four District of West Java by HPLC
Method. Innovare Academic Science.
Muchtaridi (2017). Validation Analysis method alpha mangostin, gamma mangostin
and gartanin mixture in mangosteen (Garcinia mangostana L.) fruit rind
extract from west java with hplc. CrossMark.
Muchtaridi (2020). The Purity Identification and Radiolabeling of α-mangostin with
Technetium 99m. J.Adv.Pharm.Techno Research.
Nakasone, H. Y and R.E. Paull. (1999). Tropical Fruits. GAB Inc. New York. p:
359-369.
Nelli, G. (2013). Antidiabetic effect of alpha mangostin and its protective role in
sexual dysfunction of streptozotocin induced diabetic male rats. Informa. DOI
: 10.3109/19396368.2013820369.
Newman, Cragg, and Snader. (2012). Natural Products in Drug Dicovery and
Development. Journal of Natural Product.
Ni’maa, Dahlia Khairu., Subakir dan Suhardjono. (2011). Perbandingan Ekstrak
Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana Linn) dengan Ketokonazole 2%
dalam Menghambat Pertumbuhan Pityrosporum Ovale pada Ketombe.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Nugroho, Agung Endro. (2011). Manggis (Garcinia mangostana L.) : dari Kulit
Buah yang Terbuang Hingga Menjadi Kandidat Suatu Obat.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Obolskiy (2009). Garcinia mangostana L., A Phytochemical. Phytothrapy Research
Phytother. Res 23, 1047-1065
Pratiwi, L. (2017). Development of TLC and HPLC Method for Determination α-
mangostin in Mangosteen Peels (Garcinia mangostana). IJPPR. Vol. 9.
14
1
Permana, Asep W., Siti Mariana Widayanti., Prabawati Sulusi., dan Dondy A S.
(2012). Sifat Antioksidan Bubuk Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana
L.) Instan dan Aplikasinya Untuk Minuman Fungsional Berkarbonasi.
Bogor: J. Pascapanen 9(2) 2012: 88 – 95.
Pohitirat and Gritsanapan. (2009). The fruit Rind Extract of Mangosteen (Garcinia
mangostana L.)
Rahmah, Sylvia Aulia., Suharti dan Subandi. (2012). Uji Aantibakteri dan Daya
Inhibisi Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Aktivitas
Xantin Oksidase Yang Diisolasi dari Air Susu Sapi Segar. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Rukmana R. (1995). Budi daya Manggis. Kanisius. Yogyakarta
Riyadi W. (2009). Validasi Metode Analisis. Tersedia di http://www.chem-is-try.org
Rohman, A. (2019). Chemical Composition and Antioxidant Studies of Underutilized
Part Of Mangosteen (Garcinia mangostana) Fruit. CrossMark.
Saifudin, A. (2014). Senyawa Alam Metabolit Sekunder: Teori, Konsep dan
Teknik Pemurnian (1st ed.). Yogyakarta: Deepublish
Seesoon W. (2012). Antileptospiral Activity of Xanthon from Garcinia mangostana
and Sinergy of Gamma Mangostin with Peniclillin G. Biomed Central.
Shabella, R. (2011), Terapi Kulit Manggis, Galmas Publisher, Yogyakarta.
Silverstein et al. (2005), Spectometric Identification of Organic Compund. Books
ResearchGate.
Stahl. (1985). Analisa Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. ITB. Bandung
Steenis, C.G.G.J. van. (1947). Flora voor de scholen in Indonesia. Noordhoff –
Kolff N.V. , Batavia.
Sudarsono. (2002).. Uji Aktivitas Anti Radikal Bebas dari Isolat Alfa Magostin Kulit
Buah Manggis. Jurnal Farmasi Indonesia.
Verheij, E.W.M. (1992). Garcinia mangostana L. p. 177-181. In. E.W.M. Verheij
and R.E. Coronel (Eds). Edible Fruit and Nuts. Plant Resources of South East
Asia 2. Bogor. Indonesia.
Walker (2007). HPLC Analysis of Selected Xhantones in Garcinia mangostana L.
Phytochemistry 60 (5) : 541-548
Widowati, W. (2014). HPLC Analysis, Antioxidant, Antiagregation of Mangosteen
Pell Extract (Garcinia mangostana). International Journal of Bioscience
Biochemistry and Bioinformatics. .
15
1
Yodhnu, S. (2009). Validation of LC for the Determination of α-mangostin in
Mangosteen Pell Extract: A tool for Quality Asssesment of Garcinia. Journal
of Chromatography Science. Vol. 47
16