Post on 22-Dec-2015
Sebelum mengkonsumsi obat, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut agar obat
yang anda konsumsi berkhasiat dan manjur mengobati penyakit:
1. Perhatikan tentang cara pakai obat. Selain diminum dengan menggunakan sendok,
beberapa obat berbentuk cair juga diberikan dalam bentuk tetes (drop) khususnya bagi
balita. Selain itu, ada pula bentuk obat cair kering misalnya antibiotik amoksisilin
yang harus dicampur terlebih dahulu dengan air sebelum dikonsumsi. Perhatikan jenis
sediaan cair yang anda terima apakah termasuk larutan yang langsung dapat
dikonsumsi dengan sendok takar, diteteskan menggunakan alat penetes ataukah perlu
dicampur dengan air terlebih dahulu.
2. Cermati aturan pakainya. Aturan pakai obat akan berpengaruh pada kefektifan dan
keamanannya. Sebagai contoh, obat yang diberi aturan pakai sehari tiga kali maka
obat tersebut pada dasarnya diminta untuk dikonsumsi tiap 8 jam agar menghasilkan
efek terapi yang sesuai sehingga usahakan tiap 8 jam anda mengonsumsi obat ini.
Pemakaian obat yang tidak sesuai dengan aturan pakainya dapat menyebabkan
overdosis (dosis terlalu tinggi) ataupun underdosis (dosis terlalu rendah) sehingga
berbahaya bagi tubuh.
3. Biasanya obat berbentuk cair disertai dengan keterangan “kocok dahulu” khususnya
bagi sediaan suspensi dan emulsi. Oleh karena itu, sebelum digunakan kocoklah
terlebih dahulu agar obat tercampur dengan merata.
4. Taati takaran pemakaiannya. Takaran pakai obat akan sangat mempengaruhi
keberhasilan suatu terapi. Jika aturan pakai obat sirup yang anda terima adalah dalam
takaran sendok teh maka berarti anda harus mengonsumsinya sejumlah 5 mL, jika
dalam takaran sendok makan maka jumlah yang harus dikonsumsi adalah 15 mL.
Sendok makan dirumah bukanlah alat takar yang sesuai untuk hal itu sehingga
gunakan alat takar yang ada dalam produk obat atau mintalah apoteker atau petugas
farmasi untuk menyertakan alat takar atau sendok takar yang dimaksud. Untuk bayi
tidak menggunakan sendok takar tetapi menggunakan pipet.
5. Perhatikan lama pemakaian. Obat sirup tertentu misalnya antibiotik harus dikonsumsi
sampai tuntas, sedang obat sirup yang membantu meredakan gejala seperti batuk,
pilek, panas maupun alergi hanya digunakan secukupnya saja hingga gejala mereda.
Untuk itu perlu anda tanyakan kepada dokter atau apoteker tentang lama pemakaian
obat sirup tersebut. Pemakaian jangka panjang suatu obat tanpa indikasi penyakit
yang jelas dapat menyebabkan timbulnya penyakit baru seperti gangguan liver dan
ginjal, oleh karena itu gunakan obat dengan bijak.
Setelah menggunakan obat berbentuk cair seperti sirup, maka anda perlu
menyimpannya di tempat yang sesuai. Penyimpanan obat yang keliru dapat menyebabkan
obat mudah rusak, tidak stabil dan berisiko untuk dikonsumsi sehingga anda harus benar-
benar memperhatikan lokasi dan cara penyimpanan obat, sebagai berikut:
1. Simpanlah obat pada tempat yang bersih, kering, terlindung dari cahaya matahari
langsung dan pada suhu ruangan (tidak terlalu panas atau dingin yaitu antara 20-30 0C). Beberapa obat terkadang perlu disimpan dalam suhu yang lebih dingin, misal
ditempatkan di dalam kulkas/lemari es, untuk itu tanyakan apoteker tentang cara
penyimpanan obat tersebut. Ada baiknya jika memiliki tempat khusus untuk
penyimpanan obat yang memenuhi persyaratan tempat penyimpanan obat diatas.
2. Jangan simpan obat dalam freezer karena suhu yang terlampau dingin akan merusak
stabilitas obat sehingga obat tidak dapat digunakan lagi.
3. Jangan simpan obat di tempat yang panas misal di dashboard mobil atau ditempat
yang terkena cahaya matahari langsung seperti di jendela kamar karena suhu yang
terlampau panas akan dapat merusak stabilitas obat.
4. Jauhkan dari jangkauan anak-anak. Perlu kita ingat bahwa obat dapat berbahaya
layaknya racun sehingga jangan sampai obat yang kita simpan terminum oleh anak-
anak. Oleh karena itu pilih tempat yang aman, yang tidak dapat dijangkau oleh anak-
anak karena biasanya rasa keingintahuan anak-anak terhadap suatu hal dapat
menyebabkan mereka tertarik untuk mengonsumsi obat yang kita simpan.
5. Tutup wadah sirup dengan rapat dan bersihkan bekas sirup yang tercecer dalam
kemasan. Dengan menutup wadah sirup rapat-rapat maka dapat meminimalkan
kontaminasi mikroba. Selain itu, wadah yang tertutup rapat juga dapat memperlambat
proses oksidasi obat. Oksidasi adalah proses terurainya obat yang disebabkan oleh
kandungan oksigen di udara, sehingga obat yang tertutup rapat akan memiliki
stabilitas yang lebih panjang.
6. Beberapa obat misal sirup kering yang berisi antibiotik, tidak boleh disimpan lebih
dari 7 hari setelah tercampur dengan air. Larutan oralit untuk anak-anak yang biasa
tersedia dalam botol besar juga hanya boleh disimpan selama 24 jam. Oleh karena itu,
baca petunjuk penyimpanan yang tertera pada kemasaan produk agar lebih aman saat
digunakan.
Pada dasarnya obat sirup masih aman untuk dikonsumsi selama tidak terjadi perubahan
warna, rasa dan aroma dari obat sirup. Namun, mengingat resiko kontaminasi mikroba dan
oksidasi yang mampu mengurangi stabilitas obat maka sebaiknya obat sirup tidak disimpan
dalam kurun waktu lebih dari 3 bulan. Masa kedaluarsa yang tertera pada obat hanya
merupakan petunjuk stabilitas obat saat kemasan belum dibuka atau belum digunakan, namun
jika obat sudah digunakan maka alangkah baiknya kita tidak mengonsumsi kembali obat yang
telah disimpan lama ataupun yang telah berubah aroma, rasa dan warnanya. Untuk
menghindari hal tersebut, belilah obat sirup dalam ukuran yang sesuai, jangan yang terlalu
besar sehingga anda tidak perlu menyimpannya dalam waktu yang lama. Jika terdapat
keraguan terhadap produk obat yang anda konsumsi, maka hubungilah apoteker terdekat
untuk mendapatkan saran terkait obat. Hanya membutuhkan sedikit upaya untuk menjadi
pasien yang bijak dalam menggunakan dan menyimpan obat sirup, jadi mengapa tidak mulai
mencoba?
Minuman yang dilarang diminum bersama obat-obatan
1. Susu
Jika sedang mengkonsumsi antibiotik, misalnya ampisilin, amoxilin, kloramfenikol,
antibiotic golongan tetrasiklin dan fluorokuinolon (contoh: siprofloksasin) sebaiknya
jangan minum susu. Jika tetap ingin minum susu, tunggu sampai dua jam setelah atau
sebelum minum obat. Susu dan produk olahannya serta suplemen; zinc, magnesium,
zat besi, dapat menghambat penyerapan antibiotik. Antibiotik bila berikatan dengan
zat-zat tersebut dapat membentuk zat yang tidak larut dan tidak dapat diserap oleh
tubuh. Akibatnya, obat menjadi tidak manjur dan kesembuhan menjadi lama.
2. Jus jeruk
Jus jeruk tidak boleh dikonsumsi berbarengan dengan obat tekanan darah, kanker, dan
penurun kolesterol statin, atau obat yang digunakan untuk menekan sistem kekebalan
tubuh pascatransplantasi organ. Bahan kimia dalam jeruk, furanocoumarins, dapat
menghapus sebuah enzim yang memecah obat dalam tubuh.
3. Kopi
Kandungan kafein dalam kopi dapat merangsang kinerja susunan saraf pusat. Jadi,
ketika mengunakan obat-obat yang merangsang saraf pusat (seperti obat asma yang
mengandung teofilin dan epinefrin) dapat meningkatkan efek stimulant sistem saraf
pusat yang berlebihan.
4. Teh
Kandungan zat tannin yang terdapat dalam teh dapat mengikat senyawa aktif obat
sehingga sukar untuk di absorpsi dan diserap tubuh. Selain itu senyawa tannin di
dalam saluran pencernaan akan melapisi dinding usus sehingga menghambat
penyerapan obat.
5. Alkohol
Mengonsumsi alkohol dengan obat anti histamin atau anti alergi (seperti obat alergi,
flu, dan batuk) dapat menambah rasa kantuk dan memperlambat performa motoric
dan mental. Selain itu juga, konsumsi alkohol yang bersamaan dengan parasetamol
dapat meningkatkan kerusakan hati dan pendarahan lambung. Maka dari itu,
sebaiknya hindari konsumsi makanan yang mengandung alkohol berlebihan seperti
tape ketan atau tape beras.
Makanan
1. Sayuran kaya vitamin K
Sayuran seperti brokoli, kubis, selada, bayam, dan alpukat sebaiknya dihindari ketika
sedang meminum obat anti koagulan karena dapat mengurangi efektifas obat tersebut.
Obat ini bekerja mengencerkan darah, sedangkan vitamin K dapat membekukan
darah.
Contoh sediaan sirup
sirup obat batuk, sirup obat demam, sirup yang mengandung antibiotik, sirup yang
mengandung vitamin.