Kelompok 1 IO Revisi

86
Kelompok 1 (Kelas BPS) Bambang Suryanggono; Deni Irawan; Lina Agustina Pujiwati; Nurul Fajri, dan Sumaryati Current Issue: ANALISIS KUANTITATIF TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 1990 © 2012 Magister Ekonomika Pembangunan - Universitas Gadjah Mada METODE ANALISIS PEMBANGUNAN PUSAT DAN DAERAH Dosen Pengampu: Prof. Mudrajad Kuncoro, Ph.D.

Transcript of Kelompok 1 IO Revisi

Page 1: Kelompok 1 IO Revisi

Kelompok 1 (Kelas BPS)

Bambang Suryanggono; Deni Irawan; Lina Agustina Pujiwati; Nurul Fajri, dan Sumaryati

Current Issue:

ANALISIS KUANTITATIF

TABEL INPUT OUTPUT

PROVINSI SUMATERA UTARA

TAHUN 1990

© 2012 Magister Ekonomika Pembangunan - Universitas Gadjah Mada

METODE ANALISIS PEMBANGUNAN PUSAT DAN DAERAH

Dosen Pengampu:

Prof. Mudrajad Kuncoro, Ph.D.

Page 2: Kelompok 1 IO Revisi

Profil Penulis

Dosen Pengampu:

Prof. Mudrajad Kuncoro, Ph.D.

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Gadjah Mada

Bambang Suryanggono

Deni Irawan

Lina Agustina Pujiwati

Nurul Fajri

Sumaryati

Page 3: Kelompok 1 IO Revisi

Mohon Untuk Tidak Bosan

Page 4: Kelompok 1 IO Revisi
Page 5: Kelompok 1 IO Revisi

Model Input-output

Salah satu metode yang dapat dipergunakan

untuk melihat perkembangan struktur

perekonomian wilayah dalam suatu sistem

ekonomi yang utuh dan menyeluruh (multi-

sektor) adalah Metode Input-Output

Page 6: Kelompok 1 IO Revisi

Tokoh Input-output

Ide perhitungan keterkaitan

antar sektor dipelopori oleh

Francois Quesnay (1758).

Dikembangkan Tableu

Economique oleh Wassily

Leontief (1966)

Chenery & Watanabe (1958),

dan Hirschman (1958).

Sumber: Kuncoro, Mudrajad. 2012. Lecture Note: Metode Analisis

Pembangunan Pusat Dan Daerah. Kelas BPS: MEP-UGM.

Page 7: Kelompok 1 IO Revisi

Manfaat Analisis Input-output

Menyajikan gambaran rinci mengenai struktur

ekonomi pada suatu kurun waktu tertentu,

Sebagai alat peramal mengenai pengaruh

suatu perubahan situasi/kebijakan ekonomi.

Memberikan gambaran lengkap mengenai

aliran barang, jasa, dan input antar sektor

Page 8: Kelompok 1 IO Revisi

Dasar Input-Output

3 2 1

Menelaah hubungan

antar lapangan

usaha (sektor)

Melihat saling

ketergantungan dan

kompleksitas

perekonomian dalam

upaya mencapai

keseimbangan antara

penawaran dan

permintaan.

Hubungan input-output

mempunyai makna

bahwa output suatu

sektor akan menjadi

input sektor lainnya,

serta sebaliknya.

Page 9: Kelompok 1 IO Revisi

Kerangka Dasar

Model I-O

Kuadran III

Input primer sektor-sektor produksi, balas jasa faktor produksi (upah dan gaji,

surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung)

Kuadran I Arus barang dan jasa yang

dihasilkan dan digunakan oleh sektor-sektor dalam suatu

perekonomian (transaksi antara /intermediate transaction).

Kuadran IV Input primer yang langsung

didistribusikan ke sektor-sektor permintaan akhir

SNSE atau Social Accounting Matrix (SAM)

Kuadran II Permintaan akhir (final

demand), terdiri atas konsumsi rumah tangga, pengeluaran

pemerintah, persediaan (stock), investasi dan ekspor

Page 10: Kelompok 1 IO Revisi

Contents

Analisis Keterkaitan Antar Sektor Perekonomian

Analisis Sektor-sektor Unggulan Daerah

Analisis Angka Pengganda (Multiplier Effect)

Analisis Gabungan Antara Keterkaitan Antar Sektor

Perekonomian dan Multiplier Effect 4

1

2

3

Analisis Tabel I-O Provinsi Sumatera Utara Tahun 1990

Page 11: Kelompok 1 IO Revisi

I-O Backward Linkage Melihat keterkaitan antara suatu

sektor dengan sektor input yang

telah digunakan dalam proses

produksi

I-O Forward Linkage

Melihat keterkaitan antara suatu

sektor dengan sektor lainnya

yang akan memakainya sebagai

input dalam proses produksi

Jenis analisis keterkaitan

Page 12: Kelompok 1 IO Revisi

Rank Kode

I-o Nama Sektor

Kaitan Ke Belakang

Direct Indirect Total

1 12 Bangunan 0.65 1.35 2.00

2 14 Restoran dan hotel 0.58 1.31 1.88

3 9 Industri lainnya 0.58 1.29 1.87

4 8 Industri makanan,minuman & tembakau 0.65 1.17 1.82

5 18 Jasa-jasa 0.37 1.25 1.62

6 10 Pengilangan minyak bumi 0.53 1.09 1.61

7 15 Pengangkutan dan komunikasi 0.37 1.22 1.59

8 4 Peternakan dan hasil-hasilnya 0.34 1.18 1.52

9 11 Listrik, gas dan air bersih 0.30 1.17 1.47

10 6 Perikanan 0.22 1.12 1.34

11 2 Tanaman bahan makanan lainnya 0.16 1.10 1.26

12 16 Lemb.keu; sewa & jasa perusahaan 0.17 1.09 1.26

13 5 Kehutanan 0.14 1.08 1.22

14 3 Tanaman pertanian lainnya 0.13 1.07 1.20

15 13 Perdagangan 0.11 1.04 1.15

16 1 Padi 0.09 1.05 1.14

17 7 Pertambangan dan penggalian 0.03 1.02 1.05

18 17 Pemerintahan umum dan pertahanan - 1.00 1.00

19 19 Kegiatan yang tak jelas batasannya - 1.00 1.00

Rata-rata 0.28 1.14 1.42

Tabel 1. Kaitan Ke Belakang (Backward Linkages):

Provinsi Sumatera Utara, Tahun 1990

Catatan: Peringkat diurutkan berdasarkan total kaitan ke belakang

Sumber: diolah dari Tabel I-O Sumut, 1990

Rata-rata koefisien

backward linkages Sumatra

Utara sebesar 1,42.

Sembilan sektor memiliki

koefisien backward

linkages di atas rata-rata.

Sedangkan sepuluh sektor

memiliki koefisien

backward linkages yang

lebih rendah dari rata-rata.

Koefisien backward

linkages tertinggi berada

pada sektor bangunan.

Angka ini menunjukkan,

apabila permintaan akhir

atas produk sektor

bangunan meningkat

sebesar 1 (satu) juta

rupiah, maka output semua

sektor akan meningkat

sebesar 2 juta rupiah.

Page 13: Kelompok 1 IO Revisi

Analisis Direct dan Indirect Backward Linkage (1)

• Keterkaitan kebelakang langsung (direct backward linkage) berarti

peningkatan permintaan akhir atas produk suatu sektor akan

berpengaruh secara langsung terhadap peningkatan output sektor

tersebut

• Keterkaitan kebelakang tidak langsung (indirect backward linkage)

berarti peningkatan permintaan akhir atas produk suatu sektor akan

berpengaruh secara tidak langsung terhadap peningkatan output

sektor lainnya.

• Secara rata-rata indirect backward linkage (1,14) lebih besar dari

direct backward linkage (0,28). Hal ini berarti dengan adanya

peningkatan permintaan akhir suatu sektor, pengaruh keterkaitan

kebelakang tidak langsung (indirect backward linkage) lebih besar

dari pada pengaruh keterkaitan kebelakang langsung (direct

backward linkage)

Page 14: Kelompok 1 IO Revisi

Analisis Direct dan Indirect Backward Linkage (2)

Sektor yang mempunyai Indirect Backward Linkage besar (di atas rata-rata) adalah:

• Bangunan

• Restoran dan hotel

• Industri lainnya

• Industri makanan,minuman & tembakau

• Jasa-jasa

• Pengangkutan dan komunikasi

• Peternakan dan hasil-hasilnya

• Listrik, gas dan air bersih

Sektor yang mempunyai Direct Backward Linkage besar (di atas rata-rata) adalah:

• Bangunan

• Restoran dan hotel

• Industri lainnya

• Industri makanan,minuman & tembakau

• Jasa-jasa

• Pengilangan minyak bumi

• Pengangkutan dan komunikasi

• Peternakan dan hasil-hasilnya

• Listrik, gas dan air bersih

Page 15: Kelompok 1 IO Revisi

Analisis Direct dan Indirect Backward Linkage (3)

Koefisien Indirect forward linkages sebesar 1,35 pada

sektor Bangunan menunjukkan bahwa apabila permintaan

akhir atas produk sektor tersebut meningkat sebesar 1

(satu) juta rupiah, maka akan berpengaruh secara tidak

langsung pada output sektor sektor tersebut sebesar 1,35

juta rupiah.

Koefisien Direct forward linkages sebesar 0,65 pada sektor

Bangunan menunjukkan bahwa apabila permintaan akhir

atas produk sektor tersebut meningkat sebesar 1 (satu)

juta rupiah, maka akan berpengaruh secara langsung pada

output sektor lainnya sebesar 0,65 juta rupiah.

Page 16: Kelompok 1 IO Revisi

Analisis Direct dan Indirect Backward Linkage (4)

Sektor bangunan mempunyai Direct Backward Linkage dan

Indirect Backward Linkage paling besar karena kegiatan

dalam sektor tersebut mempengaruhi output yang sangat

banyak dari semua sektor seperti sektor industri, jasa-jasa,

pengangkutan dan komunikasi, restoran dan hotel, dll.

Adanya skala prioritas pembangunan Infrastruktur

Sumatera Utara memperbesar peran sektor bangunan

dalam mempengaruhi output baik dari sektor bangunan itu

sendiri maupun dari sektor lain.

Page 17: Kelompok 1 IO Revisi

Alokasi Anggaran Pembangunan

Tahun

Pengeluaran

Total Pengeluaran Rutin

Pengeluaran

Pembangunan

Nominal Nominal Persentase Nominal Persentase

(Ribu Rp) (Ribu Rp) (%) (Ribu Rp) (%)

1990/1991 313,923,761 240,406,858 76.58 73,516,903 23.42

1991/1992 336,880,196 255,560,646 75.86 81,319,550 24.14

1992/1993 383,137,767 298,954,190 78.03 84,183,577 21.97

1993/1994 458,581,800 365,068,865 79.61 93,512,935 20.39

1994/1995 515,626,870 422,108,688 81.86 93,518,182 18.14

1995/1996 584,008,535 456,900,335 78.24 127,108,200 21.76

Hal ini lebih lanjut dijelaskan dengan adanya porsi anggaran

dibanding tahun yang lain

Pengeluaran Rutin, 76.58

Pengeluaran Pembanguna

n, 23.42

Tabel 2. Perkembangan Pengeluaran Total, Rutin dan Pembangunan Pemda SUMUT Tahun 1990/91-1995/96

Sumber: diolah dari Pemda Sumut

Sumber: diolah dari Pemda Sumut

Grafik 1. Proporsi Pengeluaran Rutin dan Pembangunan Pemda SUMUT Tahun 1990

Page 18: Kelompok 1 IO Revisi

Perkembangan Infrastruktur Rumah Sakit

Keadaan tahun 1972 jumlah infrastruktur kesehatan yakni puskesmas mencapai 69 unit.

Pada tahun 1990 telah ada 93 unit rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) serta puskesmas pembantu sebanyak 1.590 unit.

Page 19: Kelompok 1 IO Revisi

Perkembangan Infrastruktur Air dan Listrik

Di bidang pengairan telah ada peningkatan prasarana pengairan, seperti bendung dan jaringan irigasi. Pada tahun 1993 jaringan irigasi yang ada telah mengairi sawah seluas kurang lebih 285.000 hektare sehingga membantu peningkatan dan menunjang produksi pertanian untuk mencapai dan mempertahankan swasembada beras.

Page 20: Kelompok 1 IO Revisi

Ada Apa Dengan Konstruksi?

Munculnya pembangunan infrastruktur sebagai

sektor yang memiliki daya dorong terbesar di

tahun 1990 sangatlah wajar, karena infrastruktur

tadi dapat menjadi prasyarat bagi berkembangnya

perekonomian Sumatra Utara yang saat itu

sedang dalam masa geliat membangun ekonomi.

Page 21: Kelompok 1 IO Revisi

Rank Kode

I-o Nama Sektor

Kaitan Ke Belakang

Depan

Direct Indirect Total

1 19 Kegiatan yang tak jelas batasannya 1.02 1.08 2.11

2 1 Padi 0.46 1.02 1.49

3 5 Kehutanan 0.39 1.03 1.42

4 10 Pengilangan minyak bumi 0.38 1.04 1.42

5 11 Listrik, gas dan air bersih 0.26 1.03 1.30

6 7 Pertambangan dan penggalian 0.23 1.02 1.25

7 16 Lemb.keu; sewa & jasa perusahaan 0.17 1.02 1.19

8 15 Pengangkutan dan komunikasi 0.13 1.01 1.14

9 4 Peternakan dan hasil-hasilnya 0.13 1.01 1.14

10 3 Tanaman pertanian lainnya 0.11 1.01 1.11

11 13 Perdagangan 0.10 1.01 1.11

12 18 Jasa-jasa 0.09 1.01 1.10

13 9 Industri lainnya 0.07 1.01 1.08

14 14 Restoran dan hotel 0.06 1.01 1.07

15 8 Industri makanan,minuman & tembakau 0.04 1.00 1.04

16 2 Tanaman bahan makanan lainnya 0.04 1.00 1.04

17 6 Perikanan 0.03 1.00 1.03

18 12 Bangunan 0.01 1.00 1.01

19 17 Pemerintahan umum dan pertahanan - 1.00 1.00

Rata-rata 0.20 1.02 1.21

Catatan: Peringkat diurutkan berdasarkan total kaitan ke depan

Sumber: diolah dari Tabel I-O Sumut, 1990

Rata-rata koefisien forward

linkages Sumatra Utara

sebesar 1,21.

Enam sektor memiliki koefisien

forward linkages di atas rata-

rata.

Tiga belas sektor memiliki

koefisien forward linkages yang

lebih rendah.

Koefisien forward linkages

tertinggi berada pada sektor

Kegiatan yang tak jelas

batasannya, sebesar 2,11.

Angka ini menunjukkan apabila

permintaan akhir semua sektor

produksi meningkat sebesar 1

(satu) juta rupiah, maka output

sektor kegiatan yang tak jelas

batasannya akan meningkat

sebesar 2,11 juta rupiah.

Tabel 3. Kaitan Ke Depan (Forward Linkages):

Provinsi Sumatera Utara, Tahun 1990

Page 22: Kelompok 1 IO Revisi

Analisis Direct dan Indirect Forward Linkage (1)

• Keterkaitan kedepan langsung (direct forward linkage) berarti

peningkatan permintaan akhir seluruh sektor akan

berpengaruh secara langsung terhadap output sektor tertentu

• Keterkaitan kedepan tidak langsung (indirect forward linkage)

berarti peningkatan permintaan akhir seluruh sektor akan

berpengaruh secara tidak langsung terhadap output sektor-

sektor lainnya.

• Secara rata-rata indirect forward linkage (1,02) lebih besar

dari direct forward linkage (0,2). Hal ini berarti dengan adanya

peningkatan permintaan akhir seluruh sektor, pengaruh

keterkaitan kedepan tidak langsung (indirect forward linkage)

lebih besar dari pada pengaruh keterkaitan kedepan langsung

(direct forward linkage)

Page 23: Kelompok 1 IO Revisi

Analisis Direct dan Indirect Forward Linkage (2)

Sektor yang mempunyai Indirect Forward Linkage besar (di atas rata-rata)

adalah:

• Kegiatan yang tak jelas batasannya

• Kehutanan

• Pengilangan minyak bumi

• Listrik, gas dan air bersih

Sektor yang mempunyai Direct Forward Linkage besar (di atas rata-rata)

adalah:

• Kegiatan yang tak jelas batasannya

• Padi

• Kehutanan

• Pengilangan minyak bumi

• Listrik, gas dan air bersih

• Pertambangan dan penggalian

Page 24: Kelompok 1 IO Revisi

Analisis Direct dan Indirect Forward Linkage (3)

Koefisien Indirect forward linkages sebesar 1,08 pada

sektor Kegiatan yang tak jelas batasannya menunjukkan

bahwa apabila permintaan akhir semua sektor produksi

meningkat sebesar 1 (satu) juta rupiah, maka akan

berpengaruh secara tidak langsung pada kenaikan output

sektor tersebut sebesar 1,08 juta rupiah.

Koefisien Direct forward linkages sebesar 1,02 pada sektor

Kegiatan yang tak jelas batasannaya menunjukkan bahwa

apabila permintaan akhir semua sektor produksi meningkat

sebesar 1 (satu) juta rupiah, maka akan berpengaruh

secara langsung pada kenaikan output sektor tersebut

sebesar 1,02 juta rupiah.

Page 25: Kelompok 1 IO Revisi

Analisis Direct dan Indirect Forward Linkage (4)

Sektor Kegiatan yang tak jelas batasannya mempunyai Direct Forward Linkage

dan Indirect Forward Linkage paling besar karena kenaikan permintaan akhir

seluruh sektor akan sangat berpengaruh terhadap output sektor tersebut baik

secara langsung maupun tidak langsung

Kegiatan yang belum jelas batasannya Kelompok ini mencakup segala macam

kegiatan perorangan, badan/lembaga/ instansi yang tidak tercakup dalam salah

satu golongan pokok 01 s.d. 99, ataupun yang tidak atau belum jelas batasannya.

Seperti tukang beling, pemulung, renternir dan lain-lain.

Page 26: Kelompok 1 IO Revisi

Hasil Sensus Penduduk Tahun 1990

Provinsi Angkatan

kerja

Bekerja Mencari

Pekerjaan

Bukan

Angkatan

Kerja

Total Tenaga

Kerja

Sumatera

Utara

1.196.899 1.110.141 86.758 1.508.267 2.705.166

Sumatera

Barat

1.507.583 1.461.821 45.762 1.447.865 2.955.448

Tabel 4. Kondisi Tenaga Kerja Provinsi Sumatera Utara Dan Sumatera Barat Tahun 1990

Kedua provinsi ini merupakan provinsi yang memiliki karakteristik kondisi alam yang hampir tidak jauh berbeda. Selain itu, kedua provinsi letaknya strategis dalam suatu kepulauan Sumatera.

Sumber: diolah dari BPS, 1990

Page 27: Kelompok 1 IO Revisi

Kondisi Pekerja di Sektor Informal

Secara umum pekerja di Sektor Informal di Sumatera Utara

adalah > 50 % dari total penduduk bekerja.

Pekerja Sektor Informal,

63.90 Pekerja Sektor Formal, 36.10

Pekerja Sektor Informal,

64.00 Pekerja Sektor Formal, 36.00

Grafik 2. Proporsi Penduduk Bekerja pada

Sektor Formal dan Informal

di Sumatera UtaraTahun 2004

Grafik 3. Proporsi Penduduk Bekerja pada

Sektor Formal dan Informal

di Sumatera UtaraTahun 2005

Sumber: diolah dari BPS

Page 28: Kelompok 1 IO Revisi

Interpretasi

Koefisien backward linkages tertinggi berada pada sektor bangunan. Angka

ini menunjukkan, apabila permintaan akhir atas produk sektor bangunan

meningkat sebesar 1 (satu) juta rupiah, maka output semua sektor akan

meningkat sebesar 2 juta rupiah.

Secara rata-rata indirect backward linkage (1,14) lebih besar dari direct

backward linkage (0,28). Hal ini berarti dengan adanya peningkatan

permintaan akhir suatu sektor, pengaruh keterkaitan kebelakang tidak

langsung (indirect backward linkage) lebih besar dari pada pengaruh

keterkaitan kebelakang langsung (direct backward linkage).

Koefisien Indirect forward linkages sebesar 1,35 pada sektor Bangunan

menunjukkan bahwa apabila permintaan akhir atas produk sektor tersebut

meningkat sebesar 1 (satu) juta rupiah, maka akan berpengaruh secara

tidak langsung pada output sektor sektor tersebut sebesar 1,35 juta rupiah.

Koefisien Direct forward linkages sebesar 0,65 pada sektor Bangunan

menunjukkan bahwa apabila permintaan akhir atas produk sektor tersebut

meningkat sebesar 1 (satu) juta rupiah, maka akan berpengaruh secara

langsung pada output sektor lainnya sebesar 0,65 juta rupiah.

Page 29: Kelompok 1 IO Revisi

Interpretasi (2)

Sektor bangunan mempunyai Direct Backward Linkage dan Indirect

Backward Linkage paling besar karena kegiatan dalam sektor tersebut

mempengaruhi output yang sangat banyak dari semua sektor seperti sektor

industri, jasa-jasa, pengangkutan dan komunikasi, restoran dan hotel, dll.

Adanya proyek pembangunan Lintas Barat Provinsi Sumatera Utara dan

Ruas jalan tol Belmera semakin memperbesar peran sektor bangunan

dalam mempengaruhi output baik dari sektor bangunan itu sendiri maupun

dari sektor lain.

Koefisien forward linkages tertinggi berada pada sektor Kegiatan yang tak

jelas batasannya, sebesar 2,11. Angka ini menunjukkan apabila

permintaan akhir semua sektor produksi meningkat sebesar 1 (satu) juta

rupiah, maka output sektor kegiatan yang tak jelas batasannya akan

meningkat sebesar 2,11 juta rupiah.

Secara rata-rata indirect forward linkage (1,02) lebih besar dari direct

forward linkage (0,2). Hal ini berarti dengan adanya peningkatan

permintaan akhir seluruh sektor, pengaruh keterkaitan kedepan tidak

langsung (indirect forward linkage) lebih besar dari pada pengaruh

keterkaitan kedepan langsung (direct forward linkage)

Page 30: Kelompok 1 IO Revisi

Interpretasi (3)

Koefisien Indirect forward linkages sebesar 1,08 pada sektor Kegiatan

yang tak jelas batasannya menunjukkan bahwa apabila permintaan

akhir semua sektor produksi meningkat sebesar 1 (satu) juta rupiah,

maka akan berpengaruh secara tidak langsung pada kenaikan output

sektor tersebut sebesar 1,08 juta rupiah.

Koefisien Direct forward linkages sebesar 1,02 pada sektor Kegiatan

yang tak jelas batasannaya menunjukkan bahwa apabila permintaan

akhir semua sektor produksi meningkat sebesar 1 (satu) juta rupiah,

maka akan berpengaruh secara langsung pada kenaikan output sektor

tersebut sebesar 1,02 juta rupiah.

Sektor Kegiatan yang tak jelas batasannya mempunyai Direct Forward

Linkage dan Indirect Forward Linkage paling besar karena kenaikan

permintaan akhir seluruh sektor akan sangat berpengaruh terhadap

output sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung

Page 31: Kelompok 1 IO Revisi

Catatan: Peringkat diurutkan berdasarkan total kaitan ke belakang

Sumber: diolah dari Tabel I-O Sumut, 1990

Sembilan sektor memiliki

koefisien daya penyebaran

lebih dari satu (di atas rata-rata

backward linkage)

Sektor bangunan mempunyai

indeks daya penyebaran

tertinggi.

Ada 9 sektor yang mempunyai

kepekaan paling sensitif

terhadap pengaruh prtumbuhan

ekonomi di Sumatera Utara

tahun 1990 (karena koefisien

penyebarannya lebih dari satu

dan secara rata-rata memiliki

kaitan ke belakang yang kuat

terhadap semua sektor

dibandingkan sektor lainnya.

9 sektor tersebut mampu

menarik pertumbuhan output

sektor hulunya

Tabel 5. Indeks Daya Penyebaran Tabel Input Output

Provinsi Sumatera Utara, Tahun 1990

Rank Kode I-

o Nama Sektor

Backward

Linkages Indeks Daya

Penyebaran

1 12 Bangunan 2.00 1.41

2 14 Restoran dan hotel 1.88 1.32

3 9 Industri lainnya 1.87 1.32

4 8 Industri makanan,minuman & tembakau 1.82 1.28

5 18 Jasa-jasa 1.62 1.14

6 10 Pengilangan minyak bumi 1.61 1.13

7 15 Pengangkutan dan komunikasi 1.59 1.12

8 4 Peternakan dan hasil-hasilnya 1.52 1.07

9 11 Listrik, gas dan air bersih 1.47 1.04

10 6 Perikanan 1.34 0.94

11 2 Tanaman bahan makanan lainnya 1.26 0.89

12 16 Lemb.keu; sewa & jasa perusahaan 1.26 0.89

13 5 Kehutanan 1.22 0.86

14 3 Tanaman pertanian lainnya 1.20 0.85

15 13 Perdagangan 1.15 0.81

16 1 Padi 1.14 0.80

17 7 Pertambangan dan penggalian 1.05 0.74

18 17 Pemerintahan umum dan pertahanan 1.00 0.70

19 19 Kegiatan yang tak jelas batasannya 1.00 0.70

Rata-rata 1.42 1.00

Page 32: Kelompok 1 IO Revisi

Catatan: Peringkat diurutkan berdasarkan total kaitan ke depan

Sumber: diolah dari Tabel I-O Sumut, 1990

Tabel 6. Indeks Derajat Kepekaan Tabel Input Output

Provinsi Sumatera Utara, Tahun 1990

Rank Kode I-

o Nama Sektor Forward Linkages

Indeks Derajat

Kepekaan

1 19 Kegiatan yang tak jelas batasannya 2.11 1.74

2 1 Padi 1.49 1.23

3 5 Kehutanan 1.42 1.17

4 10 Pengilangan minyak bumi 1.42 1.17

5 11 Listrik, gas dan air bersih 1.3 1.07

6 7 Pertambangan dan penggalian 1.25 1.03

7 16 Lemb.keu; sewa & jasa perusahaan 1.19 0.98

8 15 Pengangkutan dan komunikasi 1.14 0.94

9 4 Peternakan dan hasil-hasilnya 1.14 0.94

10 3 Tanaman pertanian lainnya 1.11 0.92

11 13 Perdagangan 1.11 0.92

12 18 Jasa-jasa 1.10 0.91

13 9 Industri lainnya 1.08 0.89

14 14 Restoran dan hotel 1.07 0.88

15 8 Industri makanan,minuman & tembakau 1.04 0.86

16 2 Tanaman bahan makanan lainnya 1.04 0.86

17 6 Perikanan 1.03 0.85

18 12 Bangunan 1.01 0.83

19 17 Pemerintahan umum dan pertahanan 1.01 0.83

Rata-rata 1.21 1.00

Enam sektor memiliki koefisien

derajat kepekaan lebih dari

satu (di atas rata-rata forward

linkage)

Sektor kegiatan yang tak jelas

batasannya mempunyai indeks

derajat kepekaan tertinggi.

Ada 6 sektor yang mempunyai

kepekaan paling sensitif

terhadap pengaruh prtumbuhan

ekonomi di Sumatera Utara

tahun 1990 (karena koefisien

penyebarannya lebih dari satu

dan secara rata-rata memiliki

kaitan ke depan yang kuat

terhadap semua sektor

dibandingkan sektor lainnya.

9 sektor tersebut sangat

tergantung dengan

pertumbuhan sektor lainnya

dalam perekonomian Sumatera

Utara tahun 1990

Page 33: Kelompok 1 IO Revisi

Grafik 4. Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan

Provinsi Sumatera Utara, Tahun 1990

Sektor kunci dapat

ditentukan dengan indikator

IDP dan IDK

Sektor ekonomi yang

mempunyai prioritas I dan

II dapat digolongkan

sebagai sektor kunci

Prioritas I IDP tinggi dan

IDK tinggi (Pengilangan

minyak bumi dan listrik,

gas, air bersih)

Prioritas II IDP tinggi dan

IDK rendah (bangunan,

restoran hotel, industri

lainnya, industri

makananminuman, jasa-

jasa, pengangkutan dan

komunikasi, peternakan

dan hasil-hasilnya)

Sumber: diolah dari Tabel I-O Sumut, 1990

Page 34: Kelompok 1 IO Revisi

Sektor ICOR

Target

Pertumb

uhan (%)

Rasio

Tabungan

(%) (g = S/K)

Output

(Juta

Rupiah)

Kebutuhan

Investasi

(Juta rupiah)

1 Padi 3,3 6,5 21,45 806.169 37.584

2 Tanaman bahan makanan lainnya 3 6,5 19,5 576.337 29.556

3 Tanamana pertanian lainnya 3,2 6,5 20,8 1.723.856 82.878

4 Peternakan dan hasil-hasilnya 4 6,5 26 675.784 25.992

5 Kehutanan 4,1 6,5 26,65 141.564 5.312

6 Perikanan 3,6 6,5 23,4 559.574 23.913

7 Pertambangan dan penggalian 4,1 6,5 26,65 661.929 24.838

8 Ind makanan, minuman & tembakau 3,4 6,5 22,1 2.295.138 103.852

9 Industri lainnya 3,5 6,5 22,75 6.500.554 285.739

10 Pengilangan minyak bumi 4 6,5 26 568.815 21.878

11 Listrik, gas dan air bersih 4,2 6,5 27,3 205.175 7.516

12 Bangunan 3,4 6,5 22,1 1.138.991 51.538

13 Perdagangan 3 6,5 19,5 1.785.507 91.564

14 Restoran dan hotel 4,1 6,5 26,65 467.896 17.557

15 Pengangkutan dan komunikasi 3,9 6,5 25,35 1.438.207 56.734

16 Lemb.keu; sewa & jasa perusahaan 3,5 6,5 22,75 849.544 37.343

17 Pemerintahan umum dan pertahanan 3 6,5 19,5 729.823 37.427

18 Jasa-jasa 3,5 6,5 22,75 309.443 13.602

19 Kegiatan yang tak jelas batasannya 3,2 6,5 20,8 13.129 631

Tabel 7. ICOR dan Kebutuhan Investasi

Provinsi Sumatera Utara, Tahun 1990

Sumber: diolah dari Tabel I-O Sumut, 1990

Page 35: Kelompok 1 IO Revisi

Incremental Capital-Output Ratio (ICOR) merupakan

produktifitas investasi terhadap output . Nilai ICOR

menunjukkan seberapa jauh output akan berubah akibat

adanya modal. Semakin besar nilai ICOR pada suatu sektor

berarti produktifitas investasi sektor tersebut semakin besar.

Jika pemerintah daerah ingin menargetkan pertumbuhan

ekonomi 6,5%, maka:

a) Sektor Listrik, Gas & Air Bersih merupakan sektor yang

empunyai produktivitas investasi yang paling tinggi.

b) Sektor industri lainnya adalah sektor yang membutuhkan

investasi paling banyak, yakni sebesar sekitar 286 Milyar

Rupiah

ICOR dan Kebutuhan Investasi

Page 36: Kelompok 1 IO Revisi

Analisis Sektor-sektor Unggulan Daerah

Model I-O dengan analisis keterkaitan antar sektor juga dapat

digunakan untuk mengidentifikasi sektor-sektor apa saja yang

potensial untuk dikembangkan lebih lanjut dalam pembangunan

selanjutnya, dan sektor-sektor apa saja yang digolongkan sebagai

sektor tertinggal

Model I-O Provinsi Sumatera Utara Tahun 1990 dapat digunakan untuk

mengidentifikasi sektor-sektor yang mampu mendorong pertumbuhan

sektor-sektor lain dengan cepat atau dikenal dengan istilah ”sektor

unggulan”. Proses identifikasi ini menggunakan analisis keterkaitan antar

sektor, baik berupa keterkaitan ke depan (forward linkages) maupun

keterkaitan ke belakang (backward linkages).

Page 37: Kelompok 1 IO Revisi

Grafik 5. Pola Keterkaitan Antarsektor

Provinsi Sumatera Utara, Tahun 1990

Sumber: diolah dari Tabel I-O Sumut, 1990

Kuadran I merupakan sektor

unggulan, terdiri dari sektor

pengilangan minyak bumi dan

sektor listrik, gas dan air.

Peningkatan permintaan akhir

pada kedua sektor ini mampu

mendorong pertumbuhan

maupun perkembangan sektor

lain, baik sektor yang

menyuplai input-nya ke kedua

sektor unggulan ini maupun

sektor yang memanfaatkan

output sektor unggulan

tersebut sebagai input dalam

proses produksinya.

Page 38: Kelompok 1 IO Revisi

Grafik 6. Pola Keterkaitan Antarsektor

Provinsi Sumatera Utara, Tahun 1990

Sumber: diolah dari Tabel I-O Sumut, 1990

Kuadran II merupakan sektor

potensial, yang memiliki

keterkaitan ke belakang yang

tinggi namun memiliki

keterkaitan ke depan rendah

Terdiri dari:

1. sektor peternakan dan hasil-

hasilnya

2. sektor industri makanan,

minuman dan tembakau

3. sektor industri lainnya

4. sektor bangunan

5. sektor restoran dan hotel

6. sektor pengangkutan dan

komunikasi

7. sektor jasa-jasa

Page 39: Kelompok 1 IO Revisi

Grafik 7. Pola Keterkaitan Antarsektor

Provinsi Sumatera Utara, Tahun 1990

Sumber: diolah dari Tabel I-O Sumut, 1990

Kuadran III merupakan sektor

tertinggal yang memiliki

keterkaitan kedepan dan

kebelakang yang rendah

dengan sektor lainnya.

Terdiri dari:

1.sektor tanaman bahan

makanan lainnya

2.sektor tanaman pertanian

lainnya

3.sektor perikanan

4.sektor perdagangan

5.sektor lembaga keuangan,

sewa dan jasa perusahaan

6.sektor pemerintahan umum

dan pertahanan

Page 40: Kelompok 1 IO Revisi

Grafik 8. Pola Keterkaitan Antarsektor

Provinsi Sumatera Utara, Tahun 1990

Sumber: diolah dari Tabel I-O Sumut, 1990

Kuadran IV merupakan sektor

potensial, yang memiliki

keterkaitan ke depan yang

tinggi namun memiliki

keterkaitan kebelakang

rendah

Terdiri dari:

1.sektor tanaman padi

2.sektor kehutanan

3.sektor pertambangan dan

penggalian

4.sektor kegiatan yang belum

jelas batasannya

Page 41: Kelompok 1 IO Revisi

Gambar 1. Porsi Cadangan Minyak Bumi Nasional

Sumber: DESDM

113,34

852,48

596,81

414,03

765,75

60,83

913,09

PAPUA

CADANGAN MINYAK BUMI

NATUNA

MALUKU

136,71

58,02

144,42

NAD

SUMATERA UTARA

SUMATERA TENGAH

SUMATERA SELATAN

JAWA TIMUR

JAWA BARAT SULAWESI

KALIMANTAN

4.163,75

Potensi pertambangan di Provinsi Sumatera Utara:

Minyak dan gas bumi di Pangkalan Brandan, di daerah lepas pantai Selat Malaka, Pulau Nias, dan daerah perbatasan Sumatera Utara dengan Riau;

Page 42: Kelompok 1 IO Revisi

Perkembangan Sektor Listrik

Perkembangan kelistikkan di Propinsi Sumatera Utara: 1. Adanya Proyek Pembangunan PLTA pada tahun 1990-1993, yakni: Renun dan

Instalasi Kabel Listrik Terkait (Tahap 1); Proyek PLTA Sipansihaporas (E/S); dan Proyek Pembangunan PLTA Renun dan Instalasi Kabel Listrik Terkait

2. Penyediaan prasarana ketenaga listrikan di propinsi ini dilayani oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) Wilayah II, dan sampai dengan tahun 1991 telah menghasilkan daya terpasang sebesar 930 megawatt.

3. Energi listrik yang dihasilkan mengaliri daerah yang ada di Provinsi Sumatera Utara serta beberapa wilayah Aceh.

Page 43: Kelompok 1 IO Revisi

Angka pengganda

• Analisis angka pengganda mencoba melihat apa yang

terjadi terhadap variabel-variabel endogen, yaitu output

sektoral, apabila terjadi perubahan variabel-variabel

eksogen, seperti permintaan akhir, di perekonomian

Perubahan

variabel eksogen

--- konsumsi, investasi,

pengeluaran pemerintah ---

Perubahan

variabel endogen

--- output/produksi ---

Angka pengganda

(multiplier)

Page 44: Kelompok 1 IO Revisi

Grafik 6. Alur pikir dampak permintaan akhir terhadap

output, tenaga kerja, dan pendapatan rumah tangga

Page 45: Kelompok 1 IO Revisi

Tiga macam angka pengganda

Multiplier

Effect

Output

Tenaga kerja

Pendapatan

Page 46: Kelompok 1 IO Revisi

Angka pengganda output

• Jika ada tambahan final demand sebesar Rp 1 di satu

sektor tertentu (katakan sektor i), berapa besar tambahan

output sektor tersebut?

Rp 1 tambahan final demand di sektor i

--- konsumsi, investasi,

pengeluaran pemerintah ---

Tambahan output

di sektor i

Angka pengganda output

(output multiplier)

Page 47: Kelompok 1 IO Revisi

Angka pengganda pendapatan

• Jika ada tambahan final demand sebesar Rp 1 di satu sektor tertentu (katakan

sektor i), berapa besar tambahan pendapatan rumah tangga di sektor tersebut?

Rp 1 tambahan final demand di sektor i

--- konsumsi, investasi,

pengeluaran pemerintah ---

Tambahan output

di sektor i

Angka pengganda output

(output multiplier)

Tambahan

pendapatan

rumah tangga

di sektor i

Angka pengganda

pendapatan rumah tangga

(household income multiplier)

• Pendapatan rumah tangga berasal dari penerimaan gaji/upah tenaga kerja – yang

pada gilirannya merupakan proporsi tertentu dari output yang diproduksi

Page 48: Kelompok 1 IO Revisi

Angka pengganda tenaga kerja

• Jika ada tambahan final demand sebesar Rp 1 di satu sektor tertentu (katakan sektor i), berapa besar tambahan penyerapan tenaga kerja di sektor tersebut?

Rp 1 tambahan final demand di sektor i

--- konsumsi, investasi,

pengeluaran pemerintah ---

Tambahan output

di sektor i

Angka pengganda output

(output multiplier)

Tambahan

serapan

tenaga kerja

di sektor i

Angka pengganda

tenaga kerja

(employment multiplier)

• Terdapat hubungan yang proporsional antara output yang diproduksi dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Jika kita ketahui besar tambahan output yang akan diproduksi, maka dapat dihitung pula jumlah tenaga kerja yang diperlukan

Page 49: Kelompok 1 IO Revisi

Tabel 8. Angka Multiplier Output, Pendapatan, & Tenaga Kerja berdasarkan Sektor Provinsi Sumatera Utara, 1990

Rank Kode I-o Nama Sektor Output Pendapatan Tenaga Kerja

1 12 Bangunan 2.00 0.27 0.000 000 362

2 14 Restoran Dan Hotel 1.88 0.19 0.000 000 068

3 9 Industri Lainnya 1.87 0.18 0.000 000 660

4 8 Industri Makanan;Minuman dan Tembakau 1.82 0.14 0.000 000 329

5 18 Jasa-jasa 1.62 0.55 0.000 000 672

6 10 Pengilangan Minyak Bumi 1.61 0.05 0.000 000 002

7 15 Pengangkutan Dan Komunikasi 1.59 0.31 0.000 000 288

8 4 Peternakan Dan Hasil-hasilnya 1.52 0.22 0.000 000 241

9 11 Listrik, Gas Dan Air Bersih 1.47 0.16 0.000 000 013

10 6 Perikanan 1.34 0.14 0.000 000 083

11 2 Tanaman Bahan Makanan Lainnya 1.26 0.17 0.000 013 171

12 16 Lemb.Keu; Sewa & Jasa Perusahaan 1.26 0.20 0.000 000 048

13 5 Kehutanan 1.22 0.18 0.000 000 042

14 3 Tanaman Pertanian Lainnya 1.20 0.30 0.000 000 264

15 13 Perdagangan 1.15 0.17 0.000 000 725

16 1 Padi 1.14 0.22 0.000 000 617

17 7 Pertambangan Dan Penggalian 1.05 0.04 0.000 000 042

18 17 Pemerintahan Umum Dan Pertahanan 1.00 0.95 0.000 000 142

19 19 Kegiatan Yang Tak Jelas Batasannya 1.00

Rata-rata 1.42 0.25 0.000 000 987

Catatan: Peringkat diurutkan berdasarkan output

Sumber: diolah dari Tabel I-O Sumut, 1990

Page 50: Kelompok 1 IO Revisi

Grafik 9. Multiplier Output Menurut Sektor:

Provinsi Sumatera Utara 1990

1.42

0.000.200.400.600.801.001.201.401.601.802.00

0.000.200.400.600.801.001.201.401.601.802.00

Mu

ltip

lie

r O

utp

ut

Sektor Sumber: diolah dari Tabel I-O Sumut, 1990

Rata-rata multiplier output Sumatra Utara sebesar 1,42.

Artinya, jika terjadi kenaikan permintaan akhir rata-rata suatu sektor

sebesar 1 unit maka akan menyebabkan peningkatan output

perekonomian secara keseluruhan sebesar 1,42 unit

Page 51: Kelompok 1 IO Revisi

Multiplier Output.......

Multiplier output tinggi atau diatas rata-rata, sebagai pemicu pertumbuhan output

perekonomian:

Terdiri dari: sektor bangunan (2,00), sektor restoran dan hotel (1,88), sektor

industri lainnya (1,87), sektor industri makanan, minuman dan tembakau (1,82),

sektor jasa-jasa (1,62), sektor pengilangan minyak bumi (1,61), sektor pengakutan

dan komunikasi (1,59), sektor peternakan dan hasil-hasilnya (1,52) serta sektor

listrik, gas dan air (1,47).

Multiplier output rendah atau dibawah rata-rata

Terdiri dari: sektor perikanan (1,34), sektor tanaman bahan makanan lainnya (1,26),

sektor lembaga keuangan, sewa dan jasa perusahaan (1,26), sektor kehutanan (1,22),

sektor tanaman pertanian lainnya (1,20), sektor perdagangan (1,15), sektor tanaman

padi (1,14), sektor pertambangan dan penggalian (1,05), sektor pemerintahan umum

dan pertahanan (1,00) dan sektor kegiatan yang tak jelas batasannya (1,00)

Page 52: Kelompok 1 IO Revisi

Multiplier Output.......

Sektor bangunan merupakan sektor yang memiliki

multiplier output paling tinggi (2,00) dan memiliki potensi

paling besar dalam menunjang pertumbuhan output

perekonomian daerah.

Multiplier sektor bangunan sebesar 2,00 artinya bahwa jika

terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar 1 unit pada

sektor bangunan maka akan menyebabkan peningkatan

output perekonomian secara keseluruhan sebesar 2 unit.

Page 53: Kelompok 1 IO Revisi

Grafik 10. Struktur Perekonomian Sumatera Utara

PDRB 1990 atas dasar harga konstan 1993

3 besar sektor penyumbang

terbesar struktur

perekonomian di Sumatera

Utara tahun 1990:

1. sektor pertanian (25,82%)

2. sektor industri (25,54%)

3. sektor perdagangan, hotel

dan restoran 18,34%

Pertanian 25.82%

Tambang dan Galian

2.56%

Industri 25.54%

Lisrik, Air dan Gas 0.93%

Bangunan 4.37%

Perdagangan, hotel dan restoran 18.34%

Angkutan dan

komunikasi 8.83%

Bank dan lembaga keuangan

bukan bank 7.10% Jasa-jasa

6.51%

Sumber: BPS Prov. Sumatera Utara, 1990

Page 54: Kelompok 1 IO Revisi

Multiplier output...

Meski sektor pengilangan minyak bumi dan sektor listrik, gas dan air

merupakan sektor unggulan namun tidak banyak memberi sumbangan

terhadap struktur perekonomian PDRB Sumut 1990.

Sumbangan sektor pengilangan minyak bumi termasuk dalam bagian

tambang dan penggalian yang besar sumbangannya terhadap total PDRB

Sumut hanya sebesar 2,56% dan sumbangan sektor listrik, air dan gas

hanya sebesar 0,93%.

Sektor bangunan merupakan sektor yang memiliki multiplier output

paling tinggi (2,00) dan memiliki potensi paling besar dalam menunjang

pertumbuhan output perekonomian daerah, namun ternyata hanya

berkontribusi membangun struktur perekonomian PDRB Sumut 1990

sebesar 4,37%.

Page 55: Kelompok 1 IO Revisi

Grafik 11. Multiplier Pendapatan Menurut Sektor:

Provinsi Sumatera Utara 1990

0.25

0.000.100.200.300.400.500.600.700.800.901.00

0.000.100.200.300.400.500.600.700.800.901.00

Mu

ltip

lie

r P

en

da

pa

tan

Sektor

Sumber: diolah dari Tabel I-O Sumut, 1990

Rata-rata multiplier pendapatan Sumatra Utara sebesar 0,25.

Artinya, jika terjadi kenaikan permintaan akhir suatu sektor sebesar

Rp 1 juta maka peningkatan pendapatan dalam perekonomian akan

meningkat sebesar Rp 250 ribu.

Page 56: Kelompok 1 IO Revisi

Multiplier Pendapatan.....

Multiplier pendapatan tinggi atau diatas rata-rata

Sektor penyumbang peningkatan pendapatan dalam perekonomian

didominasi oleh sektor tersier yaitu sektor pemerintahan umum dan

pertahanan (0,95), sektor jasa-jasa (0,55), sektor pengangkutan dan

komunikasi (0,31), disusul oleh sektor primer yakni sektor tanaman

pertanian lainnya (0,31), dan sektor sekunder dari sektor bangunan

(0,27).

Sektor pemerintahan umum dan pertahanan memiliki multiplier

pendapatan yang paling besar yaitu 0,95. Artinya jika terdapat

peningkatan permintaan akhir pada sektor ini sebesar Rp 1 juta

maka peningkatan pendapatan dalam perekonomian akan meningkat

sebesar Rp 950 ribu.

Page 57: Kelompok 1 IO Revisi

Grafik 12. Multiplier Tenaga Kerja Menurut Sektor:

Sumatera Utara 1990

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00E+00

2.00E-06

4.00E-06

6.00E-06

8.00E-06

1.00E-05

1.20E-05

1.40E-05

Ta

nam

an

bah

an m

aka

na

nla

inn

ya

Pe

rda

ga

nga

n

Jasa

-ja

sa

Ind

ustr

i la

inn

ya

Pa

di

Ba

ngu

nan

Ind

ustr

i m

ak;m

in;u

man

da

nte

mb

aka

u

Pe

nga

ngku

tan d

an

kom

un

ika

si

Ta

nam

an

a p

ert

an

ian

la

inn

ya

Pe

tern

aka

n d

an

hasil-

ha

siln

ya

Pe

me

rin

taha

n u

mum

da

np

ert

ah

ana

n

Pe

rika

nan

Re

sto

ran

da

n h

ote

l

Lem

b.k

eu;

sew

a &

jasa

peru

sa

ha

an

Kehuta

nan

Pe

rta

mb

an

gan

da

np

en

gga

lian

Lis

trik

, g

as d

an a

ir b

ers

ih

Pe

ngila

nga

n m

inyak b

um

i

Ke

gia

tan y

an

g ta

k je

las

bata

sa

nn

ya

Mu

ltip

lie

r Te

nag

a K

erj

a

Sektor Sumber: diolah dari Tabel I-O Sumut, 1990

Rata-rata multiplier tenaga kerja Sumatra Utara sebesar 9,87 x 107

Artinya, jika terjadi kenaikan permintaan akhir di sektor ini sebesar 10 juta

unit maka secara rata-rata akan mampu menciptakan 9-10 unit lapangan

pekerjaan baru.

Page 58: Kelompok 1 IO Revisi

Multiplier Tenaga Kerja......

Sumber: diolah dari Tabel I-O Sumut, 1990

Sektor tanaman bahan makanan lainnya, satu-satunya

sektor yang multiplier tenaga kerjanya tinggi di atas

rata-rata sebesar 1,3171 x 105

Artinya, jika terjadi kenaikan 1 juta unit permintaan

akhir terhadap sektor ini maka akan mampu

menciptakan 13 unit lapangan pekerjaan baru.

Page 59: Kelompok 1 IO Revisi

Tabel 9. Multiplier Tenaga Kerja Menurut Sektor:

Sumatera Utara 1990

Sumber: diolah dari Tabel I-O Sumut, 1990

Sektor primer dari

subsektor tanaman bahan

makanan lainnya masih

mendominasi penciptaan

peluang kerja baru di

Provinsi Sumatera Utara.

Disusul oleh sektor tersier

yaitu pedagangan dan

jasa-jasa.

Sektor sekunder seperti

sektor industri yang

diharapkan mampu

menyerap lebih banyak

tenaga kerja ternyata

hanya menempati urutan

ke 4 dan 7.

Rank Kode I-o Nama Sektor Multiplier Tenaga

Kerja

1 2 Tanaman bahan makanan lainnya 0.000013171

2 13 Perdagangan 0.000000725

3 18 Jasa-jasa 0.000000672

4 9 Industri lainnya 0.000000660

5 1 Padi 0.000000617

6 12 Bangunan 0.000000362

7 8 Industri makanan;minuman & tembakau 0.000000329

8 15 Pengangkutan dan komunikasi 0.000000288

9 3 Tanaman pertanian lainnya 0.000000264

10 4 Peternakan dan hasil-hasilnya 0.000000241

11 17 Pemerintahan umum dan pertahanan 0.000000142

12 6 Perikanan 0.000000083

13 14 Restoran dan hotel 0.000000068

14 16 Lemb.keu; sewa & jasa perusahaan 0.000000048

15 5 Kehutanan 0.000000042

16 7 Pertambangan dan penggalian 0.000000042

17 11 Listrik, gas dan air bersih 0.000000013

18 10 Pengilangan minyak bumi 0.000000002

19 19 Kegiatan yang tak jelas batasannya

RATA-RATA 0.000000987

Page 60: Kelompok 1 IO Revisi

Tabel 10. Multiplier Tenaga Kerja Menurut Sektor:

Sumatera Utara 1990

Sumber: diolah dari Tabel I-O Sumut, 1990

Rata-rata multiplier

tenaga kerja Sumatra

Utara sebesar 9,87 x 107

Sektor tanaman bahan

makanan lainnya, satu-

satunya sektor yang

multiplier tenaga kerjanya

tinggi di atas rata-rata

sebesar 1,3171 x 105

Artinya, jika terjadi

perubahan permintaan

akhir di sektor ini sebesar

Rp 1.000.000,00 maka

akan menyebabkan

perubahan jumlah tenaga

kerja yang dibutuhkan

sebanyak 13 orang.

Rank Kode I-o Nama Sektor Multiplier Tenaga

Kerja

1 2 Tanaman bahan makanan lainnya 0.000013171

2 13 Perdagangan 0.000000725

3 18 Jasa-jasa 0.000000672

4 9 Industri lainnya 0.00000066

5 1 Padi 0.000000617

6 12 Bangunan 0.000000362

7 8 Industri makanan;minuman & tembakau 0.000000329

8 15 Pengangkutan dan komunikasi 0.000000288

9 3 Tanaman pertanian lainnya 0.000000264

10 4 Peternakan dan hasil-hasilnya 0.000000241

11 17 Pemerintahan umum dan pertahanan 0.000000142

12 6 Perikanan 0.000000083

13 14 Restoran dan hotel 0.000000068

14 16 Lemb.keu; sewa & jasa perusahaan 0.000000048

15 5 Kehutanan 0.000000042

16 7 Pertambangan dan penggalian 0.000000042

17 11 Listrik, gas dan air bersih 0.000000013

18 10 Pengilangan minyak bumi 0.000000002

19 19 Kegiatan yang tak jelas batasannya

RATA-RATA 0.000000987

Page 61: Kelompok 1 IO Revisi

Ada Apa Dengan Tabama Lainnya?

- Sektor tabama lainnya merupakan sektor dengan multiplier

tenaga kerja yang tinggi. Hal ini karena sektor ini berbasis

pada ekonomi rakyat dan merupakan penggerak roda

perekenomian tertinggi di sumatera utara, yang didukung

dengan data bahwa kontribusi sektor pertanian terhadap

PDRB sangat tinggi, mencapai 25,82 persen.

- Sektor tabama lainnya merupakan sektor yang dapat

mendorong peningkatan tenaga kerja di sektor lainnya.

Dalam distribusi output sektor tabama sangat

membutuhkan sektor perdagangan dan sektor angkutan,

sehingga menyebabkan penyerapan tenaga kerja di kedua

sektor tsb besar, seperti gambar berikut:

Page 62: Kelompok 1 IO Revisi

Kondisi Ketenagakerjaan

Tanaman bahan makanan lainnya seperti jagung, ubi jalar, kacang

kedelai, kacang hijau, kacang tanah dll

Tabel 11. Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha Propinsi Sumatera Utara Tahun 1990

Sumber: diolah dari BPS, 1990

Lapangan Usaha Sumatera

Utara

Pertanian, dll 166.735

Pertambangan, dll 8.456

Industri 176.607

Listrik, air, gas 379.430

Bangunan 182.862

Perdagangan 2.263.998

Angkutan, dll 611.428

Keuangan, dll 1.454

Jasa

kemasyarakatan 29.359 Pertanian, dll 4.36%

Pertambangan, dll

0.22%

Industri 4.62%

Listrik, air, gas 9.93%

Bangunan 4.79%

Perdagangan 59.26%

Angkutan, dll 16.00%

Keuangan, dll 0.04%

Jasa kemasyarakatan

0.77%

Grafik 13. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha Propinsi Sumatera Utara

Tahun 1990

Page 63: Kelompok 1 IO Revisi

Hubungan

Keterkaitan antar

sektor dan multiplier

Sektor yang memiliki keterkaitan

tinggi tidak selalu memiliki multiplier

yang tinggi

Page 64: Kelompok 1 IO Revisi

Tabel 12. Korelasi Pearson Linkage dan

Multiplier Sumatera Utara 1990

Secara statistik

dapat dilihat

bahwa tidak ada

korelasi yang

signifikan antara

forward lingkage

dengan multiplier

output, income

dan multiplier

tenaga kerja

Adanya

keterkaitan ke

belakang akan

menyebabkan

peningkatan

output pada

sektor-sektor

hilirnya. Sumber: diolah dari Tabel I-O Sumut, 1990

Page 65: Kelompok 1 IO Revisi

Tabel 13. Korelasi Rank Spearman Linkage

dan Multiplier Sumatera Utara 1990

Dari sisi peringkat juga dapat dilihat bahwa peringkat nilai forward

lingkage dan backward lingkage yang tinggi tidak selalu disertai

dengan peringkat multiplier yang tinggi pula dan sebaliknya

Sumber: diolah dari Tabel I-O Sumut, 1990

Page 66: Kelompok 1 IO Revisi

Sektor Unggulan

Multiplier

output

tinggi

Multiplier

pendapatan

rendah

Multiplier

tenaga kerja

rendah

Sektor pengilangan minyak bumi dan

Sektor listrik, gas dan air bersih

Memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang

tinggi

Sektor

unggulan

Page 67: Kelompok 1 IO Revisi

Tabel 14. Sektor Unggulan Sumatera Utara 1990

Kode Sektor BL FL Kategori MO MI MT

10 Pengilangan minyak bumi tinggi tinggi unggulan tinggi rendah rendah

11 Listrik, gas dan air bersih tinggi tinggi unggulan tinggi rendah rendah

Kedua sektor tsb meskipun memiliki keterkaitan yang erat dengan sektor

lain, namun multiplier income dan multiplier tenaga kerja yang rendah. Hal

ini setidaknya menunjukkan 3 hal yaitu : enclave economy, kebocoran

income dan sektor padat modal

Sumber: diolah dari Tabel I-O Sumut, 1990

Page 68: Kelompok 1 IO Revisi

1. Sektor pengilangan minyak bumi bersifat “enclave

economi”, dimana manfaatnya hanya dirasakan

orang tertentu saja (dalam hal ini wilayah terdekat

disekitar sektor tersebut).

2. Terjadi “kebocoran” income yang dihasilkan sektor

tsb, terutama sektor pengilangan minyak bumi.

Kebocoran seperti itu sering terjadi pada sektor yang

berbasis natural resources dimana produksinya

memerlukan kualifikasi tertentu baik dari sisi SDM,

teknologi maupun pasar sehingga tenaga kerja

berasal dari daerah lain diikuti dengan larinya income

ke luar.

Page 69: Kelompok 1 IO Revisi

3. Kedua sektor tersebut tidak bersifat padat karya

karena multiplier tenaga kerjanya rendah tapi

memiliki multiplier output yang tinggi. Berdasarkan

data PDRB tahun 1990 Sumatera Utara, sektor

pertambangan tumbuh 8,89 persen dan sektor

listrik, gas dan air tumbuh 8,95 persen. Namun

penyerapan tenaga kerja di sektor pertambangan

hanya mencapai 0,22 persen sedangkan sektor

listrik gas air hanya 10 persen. Bahkan jika

dijumlahkan pun hasilnya tidak lebih besar

dibandingkan sektor angkutan dan sektor

perdagangan.

Page 70: Kelompok 1 IO Revisi

Sektor potensial

Keterkaitan ke belakang tinggi

Keterkaitan ke depan rendah

Sektor peternakan dan hasil-hasilnya; sektor

industri makanan, minuman dan tembakau; sektor

industri lainnya; serta sektor restoran dan hotel

Page 71: Kelompok 1 IO Revisi

Tabel 15. Sektor Potensial Sumatera Utara 1990 (1)

Kode Sektor BL FL Kategori MO MI MT

4 Peternakan dan hasil-hasilnya tinggi rendah potensial tinggi rendah rendah

8 Industri mak, min dan tembakau tinggi rendah potensial tinggi rendah rendah

9 Industri lainnya tinggi rendah potensial tinggi rendah rendah

12 Bangunan tinggi rendah potensial tinggi tinggi rendah

14 Restoran dan hotel tinggi rendah potensial tinggi rendah rendah

15 Pengangkutan dan komunikasi tinggi rendah potensial tinggi tinggi rendah

18 Jasa-jasa tinggi rendah potensial tinggi tinggi rendah

Sumber: diolah dari Tabel I-O Sumut, 1990

Page 72: Kelompok 1 IO Revisi

1. Sektor-sektor yang memiliki BL tinggi ternyata memiliki multiplier output tinggi pula karena secara otomatis keterkaitan ke belakang akan menciptakan output pada sektor hulunya.

2. Multiplier tenaga kerja yang diciptakan sektor-sektor potensial ini rendah. Artinya peningkatan permintaan akhir pada sektor-sektor ini tidak menyerap tenaga kerja cukup banyak

3. Sektor bangunan, pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa memiliki multiplier income yang tinggi. Ketiga sektor ini merupakan sektor kunci dalam perekonomian. Seluruh sektor perekonomian pasti membutuhkan sektor bangunan serta sektor pengangkutan dan komunikasi.

Page 73: Kelompok 1 IO Revisi

Sektor Potensial

Multiplier

pendapatan

rendah

Multiplier

tenaga kerja

rendah

Multiplier

output

rendah

Keterkaitan ke

depan tinggi dan

ke belakang

rendah

Sektor tanaman padi, sektor kehutanan, sektor pertambangan dan

penggalian serta sektor kegiatan yang tidak jelas

batasannya.

Page 74: Kelompok 1 IO Revisi

Tabel 16. Sektor Potensial Sumatera Utara 1990 (2)

Kode Sektor BL FL Kategori MO MI MT

1 Padi rendah tinggi potensial rendah rendah rendah

5 Kehutanan rendah tinggi potensial rendah rendah rendah

7 Pertambangan dan

penggalian rendah tinggi potensial rendah rendah rendah

19 Kegiatan yang tak jelas

batasannya rendah tinggi potensial rendah rendah rendah

Sumber: diolah dari Tabel I-O Sumut, 1990

Page 75: Kelompok 1 IO Revisi

1. Sektor – sektor potensial ini memiliki karakteristik yang sama yaitu sektor primer Meskipun memiliki keterkaitan ke depan yang tinggi, namun dampak yang ditimbulkan terhadap output, income dan penyerapan tenaga kerja tidak terlalu besar.

2. Ini menunjukkan bahwa hasil sektor primer tersebut dipasarkan/dikonsumsi langsung dalam bentuk mentah (tidak diolah lebih lanjut) sehingga tidak memberikan peningkatan nilai tambah yang tinggi (multiplier income, output dan tenaga kerja), sebagaimana terlihat dari direct FL yang rendah.

3. Sektor kehutanan memiliki FL yang tinggi karena output sektor ini dibutuhkan sebagai input bagi sektor lainnya. Sedangkan multiplier outputnya rendah karena adanya regulasi pembatasan ekploitasi sektor kehutanan sehingga ouputnya rendah diikuti income yang rendah dan penyerapan tenaga kerja yang rendah.

Page 76: Kelompok 1 IO Revisi

Keterkaitan ke

depan dan ke

belakang

rendah

Multiplier

Output

Rendah

Sebagian

Memiliki

Multiplier

Pendapatan

Tinggi

Sebagian

Memiliki

Multiplier

Tenaga Kerja

Tinggi

Sektor Tertinggal

Kelompok sektor tertinggal yang memiliki

keterkaitan kedepan dan kebelakang rendah di

bawah rata-rata secara umum tidak ada yang

memiliki multiplier output tinggi. Hanya ada

beberapa sektor yang memiliki multiplier

pendapatan tinggi atau multiplier tenaga kerja

yang tinggi atau bahkan tidak memiliki multiplier

tinggi sama sekali.

Sektor tertinggal seperti sektor tanaman

pertanian lainnya dan sektor pemerintahan

umum dan pertahanan merupakan sektor

dengan multiplier pendapatan tinggi.

Sektor tertinggal tanaman bahan makanan

lainnya memiliki multiplier tenaga kerja tinggi.

sektor tertinggal lainnya yaitu sektor perikanan;

sektor perdagangan; serta sektor lembaga

keuangan, sewa dan jasa perusahaan

merupakan sektor tertinggal yang memiliki ketiga

multiplier yang semuanya rendah.

Page 77: Kelompok 1 IO Revisi

Tabel 17. Sektor Tertinggal Sumatera Utara 1990

Kode Sektor BL FL kategori MO MI MT

2 Tanaman bahan makanan

lainnya rendah rendah tertinggal rendah rendah tinggi

3 Tanamana pertanian lainnya rendah rendah tertinggal rendah tinggi rendah

6 Perikanan rendah rendah tertinggal rendah rendah rendah

13 Perdagangan rendah rendah tertinggal rendah rendah rendah

16 Lemb.keu; sewa & jasa

perusahaan rendah rendah tertinggal rendah rendah rendah

17 Pemerintahan umum dan

pertahanan rendah rendah tertinggal rendah tinggi rendah

Sumber: diolah dari Tabel I-O Sumut, 1990

Page 78: Kelompok 1 IO Revisi

1. Sektor tanaman bahan makanan lainnya memiliki keterkaitan dengan sektor lainnya yang lemah karena input yang dibutuhkan hanya menyangkut pembibitan dan pemupukan. Output dari sektor ini umumnya juga dipasarkan secara langsung tanpa pengolahan lebih lanjut sehingga keterkaitan ke depannya rendah. Demikian juga dengan multiplier output dan income-nya rendah.

2. Disisi lain peningkatan permintaan akhir pada sektor ini memberikan multiplier tenaga kerja yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sektor ini merupakan penyokong ekonomi kerakyatan dan bersifat padat karya. Termasuk dalam kelompok sektor ini adalah jagung, ketela pohon, ketela rambat, umbi-umbian, kacang tanah, kacang kedele, kacang-kacangan lainnya, sayur-sayuran, dan buah-buahan.

Page 79: Kelompok 1 IO Revisi

3. Sektor pertanian lainnya yaitu antara lain perkebunan dan peternakan juga memiliki keterkaitan yang rendah namun memiliki multiplier income yang tinggi. Ini didukung dengan keberadaan perkebunan swasta dan BUMN yang utamanya memproduksi karet, sawit dan coklat dan merupakan komoditas ekspor ke luar negeri.

4. Sektor pemerintahan umum dan pertahanan juga memiliki keterkaitan yang rendah namun multiplier income tinggi. Salah satu subsektor jasa yang berperan adalah sub sektor jasa pemerintahan umum. Tentu ketika terjadi peningkatan output di sektor ini akan menyebabkan peningkatan income secara keseluruhan

Page 80: Kelompok 1 IO Revisi

5. Sektor perikanan, sektor perdagangan dan sektor lembaga keuangan, penyewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang terbelakang dan memiliki multiplier yang rendah. Sektor perdagangan dan perikanan merupakan sektor yang sangat dekat dengan konsumsi akhir sehingga memiliki nilai keterkaitan ke depan dan multipliernya rendah.

6. Sektor lembaga keuangan di Sumatera Utara ternyata belum bisa menjadi pendorong bagi perekonomian karena karena memiliki keterkaitan dan multiplier yang rendah.

7. Bagi Sumatera Utara, ketiga sektor ini tidak dapat diandalkan untuk meningkatkan perekonomian.

Page 81: Kelompok 1 IO Revisi

Grafik 14. Multidimensional Scalling Sektor Sumatera Utara 1990

Sumber: diolah dari Tabel I-O Sumut, 1990

Page 82: Kelompok 1 IO Revisi

1. Gambar tersebut menunjukkan berbagai nilai yang berbeda yang terhubung dengan sumbu pusat. Posisi paling dekat dengan pusat mengindikasikan sektor rendah sedangkan titik luar menunjukkan sektor yang paling tinggi.

2. Sektor kegiatan yang belum jelas batasannya berada paling luar karena memiliki forward effect yang sangat besar. Ini menunjukkan bahwa sektor informal di Sumatera Utara memegang peranan yang cukup penting dalam perekonomian karena sektor ini cukup berperan dalam menyediakan input bagi sektor lainnya.

Page 83: Kelompok 1 IO Revisi

3. Sektor bangunan juga merupakan sektor yang penting bagi Sumatera Utara. Selain potensial sekotor ini juga memiliki keterkaitan kebelakang tinggi. Disisi lain sektor ini juga memiliki dampak untuk meningkatkan output dan income yang tinggi pada sektor lain.

4. Sektor lainnya yang juga penting adalah sektor hotel dan restoran karena multiplier output yang diciptakan cukup tinggi.

Page 84: Kelompok 1 IO Revisi

Kesimpulan 1. Sektor yang memiliki keterkaitan tinggi adalah sektor yang terkait dengan

energi dan merupakan input bagi sektor lainnya. Sektor ini juga menggunakan teknologi yang tinggi sehingga penyerapan tenaga rendah dan sehingga secara umum menghasilkan income total yang rendah. Kedua sektor ini juga membutuhkan kualifikasi tenaga kerja tertetu sehingga tenaga kerja banyak di ambil dari luar daerah.

2. Sektor-sektor yang terkait dengan konsumsi akhir akan menciptakan multiplier output yang rendah.

3. Sumatera Utara tidak memiliki sektor yang memiliki dampak mutiplier tinggi secara simultan baik income, output ataupun tenaga kerja.

4. Sektor yang sangat potensial untuk dikembangkan di Sumatera Utara adalah sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa karena selain memiliki keterkaitan ke depan tinggi juga memiliki multiplier output dan income tinggi

5. Sektor perikanan, sektor perdagangan dan sektor lembaga keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang kronis karena memiliki keterkaitan dan dampak multiplier yang rendah.

Page 85: Kelompok 1 IO Revisi

Implikasi Kebijakan

1. Pemerintah daerah harus tetap menjaga iklim investasi sehingga sektor-sektor unggulan dapat berkembang dengan baik, terkait dengan sektor minyak bumi dan sektor lembaga keuangan,

2. Pemerintah harus menjaga distribusi produksi sektor tanaman bahan makanan karena sektor ini merupakan sektor ekonomi rakyat dan terkait erat dengan sektor lainnya.

3. Meskipun sektor kehutanan merupakan sektor potensial, pemerintah tetap harus menjaga regulasi eksploitasi hutan agar pembangunan tetap pro-environment.

Page 86: Kelompok 1 IO Revisi

الحمد لله رب العالمين