Proposal KONSEP Hesti

34
PROPOSAL KEGIATAN REFRESHING PELATIHAN KADER KESEHATAN JIWA DESA REJOSARI PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS WONOKERTO MALANG

description

p

Transcript of Proposal KONSEP Hesti

PROPOSAL KEGIATAN

REFRESHING PELATIHAN KADER KESEHATAN JIWA

DESA REJOSARI

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

DINAS KESEHATAN

UPTD PUSKESMAS WONOKERTO

MALANG

JUNI 2015

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Departemen kesehatan menggunakan strategi ”Menggerakkan dan Memberdayakan

Masyarakat Untuk Hidup Sehat” dalam mencapai visi ”Masyarakat yang Mandiri untuk

Hidup Sehat”. Sejalan dengan strategi Depkes tersebut, paradigma kesehatan di Indonesia

berfokus pada peningkatan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Kemandirian

masyarakat dalam menangani masalah kesehatannya menjadi tujuan utama perawatan

kesehatan di komunitas, yang sejalan pula dengan tema hari kesehatan sedunia ”Bekerja

bersama untuk kesehatan” (”Working together for health”). Pemberdayaan keluarga dan

komunitas adalah salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan kemandirian

masyarakat dalam menjaga kesehatannya (Depkes RI, 2008).

Pada langkah lebih lanjut dalam meningkatkan kemandirian masyarakat, Departemen

Kesehatan telah merumuskan suatu visi dalam rangkamencapai tujuan tersebut. Visinya

adalah “Departemen Kesehatan Itu Adalah Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat”,

dengan Misi “Membuat Masyarakat Sehat”. Strateginya antara lainmenggerakkan dan

memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakatterhadap

pelayanan yang berkualitas, meingkatkan sistem surveilans, monitoring dan

informasikesehatan, serta meningkatkan pembiayaan kesehatan. Dengan demikian, sasaran

terpenting adalah“Pada Akhir Tahun 2015, Seluruh Desa Telah Menjadi Desa

Siaga”(Depkes RI, 2008).

Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu mencegah

danmengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi,

kejadian bencana, termasuk didalamnya gangguan jiwa, dengan memanfaatkan potensi

setempat secara gotong royong, menuju Desa Siaga. Desa Siaga Sehat Jiwa merupakan

satu bentuk pengembangan dari pencanangan Desa Siaga yang bertujuan agar masyarakat

ikut berperan serta dalam mendeteksi pasien gangguan jiwa yang belum terdeteksi, dan

membantu pemulihan pasien yang telah dirawat di rumah sakit, serta siaga terhadap

munculnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat (Dinkes Prov. Jawa Timur, 2008; CMHN,

2005).

Piramida pelayanan kesehatan jiwa yang ditetapkan oleh direktorat Bina Pelayanan

Kesehatan Jiwa Depkes menjabarkan bahwa pelayanan kesehatan jiwa berkesinambungan

dari komunitas ke rumah sakit dan sebaliknya. Pelayanan kesehatan jiwa dimulai di

masyarakat dalam bentuk pelayanan kemandirian individu dan keluarganya, pelayanan oleh

tokoh masyarakat formal dan nonformal diluar sektor kesehatan, pelayanan oleh Puskesmas

dan pelayanan kesehatan utama, pelayanan di tingkat kabupaten/kota dalam bentuk

kunjungan ke masyarakat, pelayanan di rumah sakit umum dalam bentuk unit rawat jalan

dan inap serta pelayanan rumah sakit jiwa.

Masalah kesehatan terutama gangguan jiwa saat ini angka insidennya masih tinggi.

Berdasarkan hasil survei kesehatan mental rumah tangga (SKMRT) tahun 1995

menemukan bahwa 185 dari 1000 penduduk rumah tangga dewasa menunjukkan adanya

gejala gangguan kesehatan jiwa. Hasil SKRT 1995 menunjukkan, gangguan mental

emosional pada usia 15 tahun ke atas adalah 140 per 1.000 penduduk dan 5-14 tahun

sebanyak 104 per 1.000 penduduk (Maramis, 2006).

Masyarakat yang mampu mengatasi masalah kesehatan jiwa tersebut menjadi salah

satu jawaban untuk mencegah timbulnya kejadian gangguan jiwa. Masyarakat diharapkan

mampu merawat anggota keluarga yang sudah sakit ( menderita gangguan jiwa ), dan

mampu mencegah terjadinya gangguan jiwa baru dari masyarakat yang beresiko terjadi

gangguan jiwa. Penanganan yang tepat terhadap penderita gangguan jiwa dan masyarakat

yang beresiko akan dapat menekan terjadinya kejadian gangguan jiwa (CMHN, 2005).

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2010, prevalensi gangguan jiwa

di Indonesia 264 orang per 1000 penduduk terbagi atas psikosis (3/1000), demensia

(4/1000), mental (5/1000), emosional usia 15 tahun ke atas (140/1000) dan emosional usia

5-14 tahun (114/1000) (SKRT, 2010 dalam Nasir 2011). Sementara, di Desa Rejosari

Kecamatan Bantur yang terdiri dari 4 dusun, jumlah warga yang tercatat mengalami

gangguan jiwa adalah 29 orang dan 182 orang yang risiko psikososial (UPTD PKM

Wonokerto, 2014).

Perawat CMHN sebagai tenaga kesehatan dengan spesialisasi masalah jiwa yang

bekerja di masyarakat dan bersama masyarakat, harus mempunyai kemampuan melibatkan

peran serta masyarakat; terutama tokoh masyarakat, dengan cara melatih para tokoh

masyarakat untuk menjadi kader kesehatan jiwa. Hal ini diperlukan agar masyarakat dekat

dengan pelayanan kesehatan jiwa sehingga individu yang sehat jiwa tetap sehat, individu

yang berisiko dapat dicegah tidak mengalami gangguan jiwa dan yang mengalami gangguan

jiwa dapat sembuh atau mandiri (minimal 50%) dan dapat dilanjutkan perawatannya oleh

kader kesehatan jiwa.

Untuk dapat mendata keluarga sehat jiwa, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa

diperlukan bantuan kader kesehatan jiwa. Dengan cara ini diharapkan seluruh masalah

kesehatan jiwa dapat diselesaikan. Strategi yang digunakan adalah Desa Siaga Sehat Jiwa

dengan memberdayakan kader kesehatan jiwa. Kader kesehatan jiwa berperan penting di

masyarakat karena kader dapat membantu masyarakat mencapai kesehatan mental yang

optimal melalui penggerakan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

mental serta pemantauan kondisi kesehatan penderita gangguan jiwa di lingkungannya.

Penderita gangguan jiwa sebenarnya tidak serta merta kehilangan produktifitasnya.

Apabilamendapatkan perawatan dengan baik, penderita gangguan jiwa tersebut dapat

menjalankan kegiatan sehari hari dan berpenghasilan (produktif) seperti anggota

masyarakat yang lain. Hal tersebut berbeda apabila penderita tersebut tidak mendapatkan

perawatan yang memadai sehingga harus dirawat di Rumah Sakit dan kelhilangan

produktifitasnya. Kegiatan kesehatan jiwa masyarakat (keswamas) merupakan kegiatan

yang tepat untuk dapat memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat tersebut dapat

merawat penderita gangguan jiwa tetap berada di masyakarat tanpa kehilangan

produktifitasnya.

Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas, sekiranya perlu penatalaksanaan

lebih lanjut terkait masalah kesehatan jiwa di Kecamatan Bantur khususnya di wilayah kerja

Puskesmas Wonokerto, karena hal ini terkait juga dengan proses rujukan pasien ke Rumah

Sakit Jiwa Lawang, Program Pengawasan Minum Obat Pasien, dan Poli Jiwa yang masih

dalam tahapan perencanaan lebih lanjut. Oleh karena itu program Desa Siaga Sehat Jiwa

patut untuk diajukan sebagai salah satu program Puskesmas di wilayah kerja Puskesmas

Wonokerto.

1.2 Tujuan Kegiatan

I. Tujuan Umum

Tujuan dari kegiatan refreshing pelatihan kader kesehatan jiwa desa Rejosari (dusun

Krajan, Jeding, Balewerti dan Kutukan) adalah :

a. Sebagai penyegaran kembali bagi para kader kesehatan jiwa tentang cara

mendeteksi dini kesehatan jiwa dan dapat melanjutkan penanganan terhadap

hasil deteksi yang telah didapatkan sebelumnya.

II. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam kegiatan refreshing pelatihan kader kesehatan jiwa di desa

Rejosari (dusun Krajan, Jeding, Balewerti dan Kutukan) adalah:

a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan jiwa yang terkait

dengan manajemen keperawatan kesehatan jiwa komunitas di desa Rejosari

(dusun Krajan, Jeding, Balewerti dan Kutukan)

b. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah masalah pelayanan kesehatan

jiwa yang terkait dengan manajemen keperawatan kesehatan jiwa komunitas di

desa Rejosari (dusun Krajan, Jeding, Balewerti dan Kutukan)

c. Menyusun tujuan dan rencana alternatif pemenuhan kebutuhan dan

penyelesaian masalah yang telah ditetapkan

d. Mengusulkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang

bersifat teknis operasional bagi komunitas di desa Rejosari (dusun Krajan,

Jeding, Balewerti dan Kutukan).

1.3 Manfaat Kegiatan

1. Bagi Puskesmas, manfaat dari pelatihan refreshing kader kesehatan jiwa ini adalah

membantu menyelesaikan masalah khususnya terkait dengan kesehatan jiwa secara

operasional dari aspek manajemen pelayanan keperawatan tertentu, sehingga

diharapkan dapat membantu puskesmas untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan jiwa masyarakat, yang akhirnya meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan.

2. Bagi desa Rejosari (dusun Krajan, Jeding, Balewerti dan Kutukan) pelatihan

refreshing kader kesehatan jiwa ini adalah membantu menyelesaikan masalah yang

terjadi di masyarakat, khususnya kesehatan jiwa sehingga dapat mendukung

terbentuknya Desa Siaga Sehat Jiwa.

3. Bagi masyarakat, manfaat dari pelatihan refreshing kader kesehatan jiwa ini adalah

mengingat kembali ilmu yang didapatkan sebelumnya dan meningkatkan kepedulian

masyarakat terhadap kesehatan jiwa. Masyarakat menjadi siaga terhadap

munculnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Desa Siaga

Desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemauan untuk

mencegah dan mengatasi masalah masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan

kesehatan secara mandiri ( Depkes RI, 2006)

Menurut Bambang Hartono (Kepala Pusat Promosi Kesehatan) Desa Siaga adalah

desa yang memiliki kesiapan sumberdaya dan kemampuan mencegah serta mengatasi

masalah masalah kesehatan

2.2 Desa Siaga Sehat Jiwa

Desa yang memiliki kesiapan di bidang kesehatan , di mana desa yang penduduknya

memiliki sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah kesehatan secara

mandiri. Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau, dan mampu untuk

mencegah dan mengatasi masalah kesehatan secara mandiri. Desa Siaga merupakan

gambaran masyarakat yang sadar, mau, dan mampu untuk mencegah dan mengatasi

berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, kejadian bencana,

dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong menuju

Desa Sehat. Desa Siaga Sehat Jiwa adalah bagian terintegrasi dari Desa Siaga,

yang penduduknya memiliki sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah

kesehatan jiwa secara mandiri (Keliat dkk, 2007 )

2.3 Tujuan Desa Siaga

1. Tujuan umum : terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan

tanggap terhadap masalah masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan

kesehatan) di desanya

2. Tujuan khusus :

a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang

pentingnya kesehatan dan menerapkan perilaku hidup sehat

b. Meningkatnya kemampuan dan kemuan masyarakat desa untuk menolong

diri sendiri di bidang kesehatan

c. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap

resiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana,

wabah penyakit, dan lainnya)

d. Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa

e. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup

bersih dan sehat

f. Meningkatnya kemandirian masyarakat dea dalam pembiayaan kesehatan

g. Meningkatnya dukungan dan peran aktif para pemangku kepentingan dalam

mewujudkan kesehatan masyarakat desa.

(Dinkes Prov. Jawa Timur, 2008)

2.4 Kriteria Desa Siaga

a. Ada forum masyarakat desa (FMD)

b. Adanya pelayanan kesehatan dasar (Polindes, Pustu, Bidan, Praktek Swasta,

dokter praktek)

c. Adanya Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) seperti

Posyandu dan Poskesdes

d. Adanya pengamatan kesehatan yang terus menerus dilakukan oleh masyarakat

seperti masalah kesehatan penyakit menular, keluarga keluarga yang gangguan

jiwa.

e. Ada pembinaan dari puskesmas yang mampu memberikan pelayanan

kegawatdaruratan bagi ibu dan bayi

f. Ada sistem siaga bencana oleh masyarakat

g. Ada pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat

h. Mempunyai lingkungan yang sehat

i. Masyarakat berperilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS)

(Dinkes Prov. Jawa Timur, 2008)

2.5 Indikator Keberhasilan Desa Siaga

1. Indikator masukan (input)

Indikator masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan

telah diberikan dalam rangka pengembangan Desa Siaga yaitu ada/tidaknya

Forum Masyarakat Desa; ada/tidaknya Poskesdes dan sarana bangunan serta

perlengkapannya; ada/tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat;

ada/tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan)

2. Indikator proses

Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang

dilaksanakan di suatu desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga yaitu

frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa, berfungsi/tidaknya Poskesdes,

berfungsi/tidaknya UKBM yang ada, berfungsi/tidaknya sistem kegawatdaruratan

dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana; berfungsi/ tidaknya sistem

surveilans berbasis masyarakat

3. Indikator keluaran (output)

Indikator keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil

kegiatan yang dicapai di suatu desa dalam rangka pengembanagn Desa Siaga

yaitu cakupan pelayanan kesehatan dasar Poskesdes, cakupan pelayanan

UKBM UKBM lain, jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan

4. Indikator dampak

Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak dan

hasil kegiatan di desa dalama rangka pengembangan desa Siaga yaitu jumlah

penduduk yang menderita sakit, jumlah penduduk yang menderita gangguan jiwa

(Depkes RI, 2006)

2.6 Program Desa Siaga Sehat Jiwa

Departemen Kesehatan berupaya untuk memfasilitasi percepatan pencapaian

derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi seluruh penduduk dengan

mengembangkan kesiap-siagaan di tingkat desa. Desa-desa yang memiliki kesiapan

di bidang kesehatan diberi nama Desa Siaga. Desa Siaga merupakan gambaran

masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai

ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, kejadian bencana,

termasuk juga gangguan jiwa, dengan memanfaatkan potensi setempat secara

gotong royong, menuju desa sehat.

1. Visi

Visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas adalah tercapainya Kecamatan

Sehat 2010. Kecamatan sehat 2010 merupakan gambaran kesehatan

masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan

kesehatan yang ditandai lingkungan sehat dengan penduduknya yang perilaku

sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang

bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya.

Desa Siaga Sehat Jiwa yang merupakan suatu pelayanan keperawatan

kesehatan jiwa komunitas yang mempunyai visi ”memelihara kesehatan jiwa

masyarakat dan mengoptimalkan kemampuan hidup pasien gangguan jiwa yang

ada di masyarakat sesuai dengan kemampuannya dengan memberdayakan

keluarga dan masyarakat”.

2. Misi pelayanan

Misi pelayanan keperawatan kesehatan di Desa Siaga Sehat Jiwa adalah

pengembangan dan pemberdayaan masyarakat untuk mencapai masyarakat

sehat jiwa melalui pengembangan program CMHN dan pembentukan kader

kesehatan jiwa.

3. Strategi pelayanan

Untuk mencapai visi dan misi desa siaga sehat jiwa maka strategi yang disiapkan

adalah penyusunan dan pelaksanaan beberapa program/kegiatan kesehatan jiwa

(CMHN) di desa siaga sehat jiwa. Fokus utama program CMHN di desa siaga

adalah

a. Kegiatan perawat CMHN.

1) Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok masyarakat yang sehat :

Keluarga dengan bayi

Keluarga dengan kanak-kanak

Keluarga dengan usia pra sekolah

Keluarga dengan usia sekolah

Keluarga dengan remaja

Keluarga dengan dewasa muda

Keluarga dengan dewasa

Keluarga dengan lanjut usia

2) Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok pasien yang risiko

masalah psikososial :

Kehilangan bentuk, struktur, fungsí tubuh

Kehilangan/perpisahan dengan orang dicintai, pekerjaan, tempat

tinggal, sekolah, harta benda

3) Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok pasien yang mengalami

gangguan jiwa :

Pasien dengan Perilaku kekerasan

Pasien dengan Isolasi sosial

Pasien dengan Harga diri rendah

Pasien dengan Halusinasi

Pasien dengan Kurang Perawatan Diri

4) Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) bagi pasien gangguan

jiwa mandiri

5) Kegiatan rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa mandiri

6) Asuhan keperawatan untuk keluarga pasien gangguan jiwa

.

b. Kegiatan Kader Kesehatan Jiwa :

1) Mendeteksi keluarga di Desa Siaga Sehat Jiwa: sehat, risiko masalah

psikososial dan gangguan jiwa

2) Menggerakkan keluarga sehat untuk penyuluhan kesehatan jiwa

sesuai dengan usia

3) Menggerakkan keluarga risiko untuk penyuluhan risiko masalah

psikososial

4) Menggerakkan keluarga gangguan jiwa untuk penyuluhan cara

merawat

5) Menggerakkan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti Terapi Aktifitas

Kelompok dan Rehabilitasi

6) Melakukan kunjungan rumah pada pasien gangguan jiwa yang telah

mandiri

7) Merujuk pasien gangguan jiwa ke perawat CMHN

8) Mendokumentasikan semua kegiatan

Kegiatan diatas dilakukan secara bergiliran dalam satu bulan.

Minggu pertama : kegiatan nomor 1, 2, 6, 7,8

Minggu kedua : kegiatan nomor 1, 4, 5, 6, 7,8

Minggu ketiga : kegiatan nomor 1, 3, 6, 7,8

Minggu keempat : kegiatan nomor 1, 4, 5, 6, 7,8

Latihan 1

(Keliat dkk, 2011).

Siapa yang harus bertanggungjawab terhadap kesehatan mental masyarakat ? bagaimana cara bp/ibu meningkatkan kesehatan mental keluarga dan masyarakat di lingkungan sekitar bp/ibu ?

Dapatkah bp/ibu membayangkan bila salah seorang tetangga dekat bp/ibu mengalami masalah kejiwaan ? Apa yang akan bp/ibu lakukan ?

Bila ada tetangga yang baru pulang dari rumah sakit jiwa, apa yang akan bp/ibu lakukan ?

2.7 Deteksi Keluarga di Desa Siaga Sehat Jiwa

Salah satu peran dan fungsi kader kesehatan jiwa adalah mendeteksi seluruh

keluarga yang ada di desa siaga sehat jiwa.

1) Pengertian

Deteksi adalah kemampuan kader kesehatan jiwa untuk mengetahui kondisi

kesehatan jiwa keluarga yang tinggal di desa siaga sehat jiwa. Hasil deteksi adalah

sehat jiwa, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa.

2) Tujuan

Melalui deteksi diperoleh gambaran tentang kesehatan jiwa satu wilayah yang

ditunjukkan melalui :

a. Jumlah keluarga yang sehat jiwa

b. Jumlah keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial

c.Jumlah keluarga yang mempunyai pasien gangguan jiwa

3) Pelaksanaan kegiatan

a. Persiapan

1) Kader mempelajari buku pedoman deteksi keluarga

2) Kader mempelajari tanda–tanda

orang/keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial atau

orang/keluarga yang mengalami gangguan jiwa

3) Kader mengidentifikasi orang/keluarga yang

diduga mengalami risiko masalah psikososial atau gangguan jiwa

4) Melakukan kontrak/janji untuk bertemu

dengan pasien dan keluarga

b. Pelaksanaan

1) Setiap dusun memiliki 2 orang kader kesehatan jiwa

2) Setiap kader mengelola setengah dari jumlah keluarga di dusun (kader

membagi habis jumlah keluarga di dusun untuk di kelola bersama)

3) Kader menilai kesehatan jiwa tiap keluarga yang tinggal di wilayahnya

dengan cara wawancara dan pengamatan sesuai dengan petunjuk pada

buku pedoman deteksi keluarga

Untuk menilai perilaku yang menunjukkan adanya risiko masalah

psikososial atau gangguan jiwa maka kader kesehatan perlu mengetahui

tanda – tanda/perilaku yang menunjukkan individu tersebut risiko masalah

psikososial atau gangguan jiwa (tabel 3.1 dan tabel 3.2)

4) Berdasarkan penilaian yang dilakukan kader mengelompokkan keluarga

yang tinggal diwilayahnya menjadi 3 kelompok :

a) Kelompok keluarga sehat adalah keluarga yang tinggal di

wilayah kerja kader dan tidak menunjukkan perilaku menyimpang;

baik risiko masalah psikososial (lihat tabel 1) maupun gangguan j

NM,iwa (lihat tabel 2)

b) Kelompok keluarga yang berisiko masalah psikososial

adalah keluarga yang tinggal di wilayah kerja kader yang mempunyai

kondisi sesuai tabel 1

c) Kelompok keluarga yang anggota keluarganya

mengalami gangguan jiwa adalah keluarga yang tinggal di wilayah

kerja kader dan mempunyai anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa (perilaku seperti pada tabel 2)

c. Pelaporan

1) Kader mencatat nama seluruh keluarga yang

tinggal di wilayahnya

2) Kader mencatat data – data keluarga yang mempunyai risiko masalah

psikososial

3) Kader mencatat data – data keluarga yang mengalami gangguan jiwa

4) Hasil penghitungan jumlah keluarga untuk masing – masing kelompok

dicatat

5) Hasil pencatatan disampaikan pada perawat CMHN yang

bertanggungjawab

(Keliat dkk, 2011)

2.8 Karakteristik keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial, gangguan

jiwa dan sehat jiwa

a. Risiko terjadinya masalah psikososial

Tabel 1

Risiko masalah psikososial

NO FAKTOR RISIKO

1

2

3

4

5

Kehilangan anggota keluarga, atau orang yang dicintai

Kehilangan pekerjaan,

Kehilangan harta benda,

Kehilangan anggota tubuh

Penyakit fisik kronis : Hipertensi , TBC, DM, Jantung, Ginjal, Rhematik

Hamil dan postpartum

6

b. Gangguan jiwa

Gangguan jiwa adalah kelainan perilaku yang disebabkan oleh rusaknya

fungsi jiwa (ingatan, pikiran, penilaian/persepsi, komunikasi, aktivitas, motivasi,

belajar) sehingga menyebabkan adanya hambatan dalam melakukan fungsi sosial

(interaksi/bergaul). Penyebab gangguan jiwa adalah ketidakmampuan seseorang

beradaptasi dengan masalah. Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja dan

dimana saja. Perilaku yang menunjukkan seseorang mengalami gangguan jiwa

adalah sangat beragam (lihat tabel 2). (Keliat dkk, 2011).

Tabel 2

Perilaku yang menunjukkan tanda gangguan jiwa

NO CIRI PERILAKU

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sedih berkepanjangan dalam waktu lama

Kemampuan melakukan kegiatan sehari – hari (kebersihan, makan,

minum, aktivitas) berkurang

Motivasi untuk melakukan kegiatan menurun (malas)

Marah – marah tanpa sebab

Bicara atau tertawa sendiri

Mengamuk

Menyendiri

Tidak mau bergaul

Tidak memperhatikan penampilan/kebersihan diri

Mengatakan atau mencoba bunuh diri

Latihan 1 : Diskusikan dengan teman kelompok dan fasilitator pertanyaan dibawah

ini.

c. Sehat Jiwa

Keluarga yang sehat jiwa adalah keluarga yang anggota keluarganya tidak

ada gangguan jiwa atau risiko masalah psikososial.

Semua hasil deteksi dimasukkan dalam buku deteksi keluarga, kemudian

dimasukkan di buku penyuluhan, dimana kelompok sehat jiwa dibagi dalam

kelompok, demikian pula risiko dan gangguan jiwa.

(Keliat dkk, 2011)

2.9 Menggerakkan Kelompok Keluarga Sehat Untuk Penyuluhan Kesehatan

1. Pengertian

Penggerakkan kelompok keluarga sehat adalah kegiatan memobilisasi keluarga

yang sehat untuk mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan jiwa oleh perawat

CMHN yang dilakukan dua minggu sekali.

2. Tujuan

Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mendorong keluarga sehat

agar menghadiri penyuluhan kesehatan yang akan dilaksanakan

3. Pelaksanaan kegiatan

a. Persiapan

1) Kader mengidentifikasi keluarga sehat jiwa yang akan mengikuti

penyuluhan; sesuai dengan topik penyuluhan (misalnya keluarga dengan

anak bayi)

2) Kader menyampaikan/mengundang keluarga yang menjadi sasaran

penyuluhan 1 minggu sebelum kegiatan penyuluhan

3) Kader mengingatkan peserta penyuluhan satu hari sebelumnya untuk hadir

penyuluhan

4) Kader mengingatkan peserta penyuluhan untuk hadir satu jam sebelum

penyuluhan

5) Kader mempersiapkan daftar hadir peserta penyuluhan

6) Kader mempersiapkan tempat penyuluhan

Identifikasi apakah ada tetangga bp/ibu yang mempunyai perilaku seperti tertulis pada tabel 1 dan 2 ?

Bagaimana cara bp/ibu menilai perilaku seseorang yang termasuk sehat jiwa, berisiko mengalami masalah psikososial dan gangguan jiwa

Perlihatkan cara bp/ibu dalam mendeteksi adanya masalah psikososial atau gangguan jiwa

Sebagai kader apa yang dapat bp/ibu lakukan untuk menolong mereka?

b. Pelaksanaan

1) Mengingatkan peserta untuk mengikuti penyuluhan

2) Mengumpulkan peserta penyuluhan

3) Mendampingi perawat CMHN yang memberikan penyuluhan

4) Memotivasi peserta untuk bertanya

c. Pelaporan

1) Membuat laporan topik/judul penyuluhan dan kehadiran peserta (lihat buku

pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa)

(Keliat dkk, 2011)

2.10 Penggerakan Kelompok Keluarga Yang Berisiko Mengalami Masalah

Psikososial Untuk Penyuluhan Kesehatan

1. Pengertian

Penggerakkan kelompok keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial

adalah kegiatan memobilisasi keluarga yang mengalami risiko maslah psikososial

untuk mengikuti penyuluhan kesehatan oleh perawat CMHN yang dilakukan dua

minggu sekali.

2. Tujuan

Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mendorong keluarga yang

risiko masalah psikososial untuk menghadiri penyuluhan kesehatan yang akan

dilaksanakan

3. Pelaksanaan kegiatan

a. Persiapan

1) Kader mengidentifikasi keluarga berisiko masalah psikososial (lihat tabel 1)

untuk mengikuti penyuluhan

2) Kader menyampaikan/mengundang keluarga yang menjadi sasaran

penyuluhan 1 minggu sebelum kegiatan penyuluhan

3) Kader mengingatkan peserta penyuluhan 1 hari sebelumnya untuk hadir

penyuluhan

4) Kader mengingatkan peserta penyuluhan untuk hadir 1 jam sebelum

penyuluhan

5) Kader mempersiapkan daftar hadir peserta penyuluhan

6) Kader mempersiapkan tempat penyuluhan

b. Pelaksanaan

1) Mengingatkan peserta untuk mengikuti penyuluhan

2) Mengumpulkan peserta penyuluhan

3) Mendampingi perawat CMHN yang memberikan penyuluhan

4) Memotivasi peserta untuk bertanya

c. Pelaporan

1) Membuat laporan topik/judul penyuluhan dan kehadiran peserta (lihat buku

pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa) (Keliat dkk, 2011).

2.11 Penggerakan Kelompok Keluarga Gangguan Jiwa Untuk Penyuluhan

Kesehatan, TAK Dan Rehabilitasi

1. Pengertian

Penggerakkan kelompok keluarga yang mempunyai gangguan jiwa adalah kegiatan

memobilisasi keluarga untuk mengikuti kegiatan penyuluhan oleh perawat CMHN

yang dilakukan dua minggu sekali.

2. Tujuan

Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mendorong keluarga yang

mempunyai gangguan jiwa untuk menghadiri penyuluhan kesehatan jiwa.

3. Pelaksanaan kegiatan

a. Persiapan

1) Kader mengidentifikasi keluarga yang mempunyai gangguan jiwa yang akan

mengikuti penyuluhan

2) Kader menyampaikan/mengundang keluarga yang menjadi sasaran

penyuluhan1 minggu sebelum kegiatan penyuluhan

3) Kader satu hari sebelumnya mengingatkan keluarga yang menjadi sasaran

penyuluhan untuk hadir

4) Kader mengingatkan keluarga untuk hadir 1 jam sebelum penyuluhan

5) Kader mempersiapkan daftar hadir peserta penyuluhan,

6) Kader mempersiapkan tempat penyuluhan,

b. Pelaksanaan

1. Mengingatkan keluarga untuk mengikuti penyuluhan

2. Mengumpulkan peserta penyuluhan

3. Mendampingi perawat CMHN yang memberikan penyuluhan

4. Memotivasi peserta untuk aktif mengikuti penyuluhan dan mengajukan

pertanyaan

c. Pelaporan

Membuat laporan kegiatan penyuluhan serta kehadiran peserta (lihat buku

pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa)

Latihan 2

(Keliat dkk, 2011)

2.12 Penggerakan Kelompok Pasien Gangguan Jiwa Untuk Terapi Aktifitas

Kelompok (Tak) Dan Rehabilitasi

1. Pengertian

Penggerakkan kelompok pasien gangguan jiwa adalah kegiatan memobilisasi pasien

untuk mengikuti kegiatan TAK dan Rehabilitasi oleh perawat CMHN yang dilakukan

dua minggu sekali.

2. Tujuan

Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mendorong pasien gangguan

jiwa untuk mengikuti TAK dan Rehabilitasi.

3. Pelaksanaan kegiatan

a. Persiapan

1) Kader bersama perawat CMHN mengidentifikasi pasien gangguan yang akan

mengikuti TAK dan rehabilitasi

2) Kader bersama perawat CMHN menyampaikan rencana TAK dan

Rehabilitasi

3) Kader bersama keluarga memfasilitasi kebutuhan (alat dan bahan)

rehabilitasi

4) Kader mengundang pasien dan keluarga yang akan mengikuti TAK untuk

hadir

5) Kader mengundang pasien yang akan mengikuti TAK untuk hadir

6) Kader mengingatkan pasien dan keluarga untuk hadir pada kegiatanTAK dan

rehabilitasi yang akan dilaksanakan

7) Kader mempersiapkan daftar hadir peserta kegiatan (TAK dan rehabilitasi)

8) Kader mempersiapkan tempat pelaksanaan kegiatan TAK dan rehabilitasi

b. Pelaksanaan

1) Mengumpulkan

peserta TAK dan rehabilitasi

2) Mendampingi

perawat CMHN yang melakukan kegiatan (TAK dan rehabilitasi)

Peragakan bagaimana bp/ibu mengundang keluarga untuk mengikuti penyuluhan

Peragakan bagaimana bp/ibu mengingatkan peserta utnuk mengikuti penyuluhan

3) Kader memotivasi

peserta untuk aktif mengikuti kegiatan (TAK dan rehabilitasi)

c. Pelaporan

Membuat laporan kegiatan TAK dan rehabilitasi serta kehadiran peserta (lihat buku

pegangan kader :TAK dan Rehabilitasi)

(Keliat dkk, 2011)

2.13 Kunjungan Rumah

1. Pengertian

Kunjungan rumah adalah kunjungan kader kesehatan jiwa ke keluarga yang

anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa dan telah dirawat oleh perawat

CMHN dan telah mandiri. Kunjungan dilakukan 2 minggu sekali. Saat melakukan

kunjungan rumah, kader melakukan penilaian terhadap kemampuan pasien

gangguan jiwa dan keluarga dalam perawatan pasien (lihat buku panduan

supervisi kader).

2. Tujuan

Melalui kunjungan rumah diperoleh informasi terkini tentang kemampuan pasien

mengatasi masalahnya dan keterlibatan keluarga dalam perawatan pasien dirumah

3. Sasaran

Sasaran kunjungan rumah kader adalah pasien dan keluarga yang mempunyai

masalah harga diri rendah, menyendiri, mendengar suara-suara (halusinasi),

mengamuk dan kurang merawat diri (lihat buku panduan supervisi kader), yang

telah mandiri.

4. Pelaksanaan kegiatan

a. Persiapan

Persiapan yang harus dilakukan adalah :

1) Menyiapkan buku supervisi kader

2) Mempelajari isi buku

3) Melakukan perjanjian/kontrak dengan keluarga

b. Pelaksanaan

1) Memberikan salam terapeutik

2) Melakukan perjanjian/kontrak

3) Mengobservasi perilaku pasien dan melakukan wawancara dengan pasien

dan keluarga tentang kemampuan pasien

4) Menyampaikan pujian terhadap kemampuan pasien dan keluarga,

5) Membuat perjanjian untuk kunjungan pada minggu berikutnya dengan

tujuan tertentu

c. Pelaporan

Tuliskan hasil observasi bp/ibu pada buku pegangan kader sesuai dengan

kasus pasiennya (lihat buku pegangan kader : supervisi kader)

Latihan 3

(Keliat dkk, 2011)

2.14 Rujukan Kasus

1. Pengertian

Rujukan adalah mengirimkan pasien kepada perawat CMHN yang

bertanggungjawab. Rujukan dilakukan jika saat supervisi/kunjungan rumah/deteksi

keluarga kader menemukan :

Pasien mengalami kemunduran perilaku; berdasarkan penilaian terhadap

perilaku pasien saat kunjungan rumah (lihat buku pegangan kader : supervisi

pasien)

Pasien baru yang ditemukan

2. Tujuan

Melalui rujukan, pasien gangguan jiwa mendapatkan perawatan yang lebih baik lagi

3. Pelaksanaan kegiatan

a. Persiapan

1) Kader menyiapkan

laporan kunjungan rumah/supervisi yang menunjukkan kemunduran

perilaku pasien atau adanya masalah kesehatan baru

2) Kader mengisi

format rujukan kasus

b. Pelaksanaan

1) Kader menyampaikan laporan hasil kunjungan rumah pada perawat CMHN

2) Kader memberikan surat rujukan pada perawat CMHN

c. Pelaporan

Tuliskan hasil observasi bp/ibu pada buku pegangan kader sesuai dengan

kasus pasiennya (lihat buku pegangan kader : supervisi kader)

Peragakan bagaimana bp/ibu melakukan kunjungan rumah untuk menilai pasien yang menyendiri

Peragakan bagaimana bp/ibu melakukan kunjungan rumah untuk menilai pasien yang mendengar suara – suara

Diskusikan hal – hal yang sebaiknya dilakukan dan dihindari saat kunjungan rumah

Latihan

2.15 Pendokumentasian

Pengertian

Pendokumentasian adalah menuliskan seluruh tindakan yang dilakukan kader

(deteksi, penggerakkan, kunjungan rumah dan rujukan kasus) dengan menggunakan

panduan pelaporan yang tersedia (buku pegangan kader kesehatan jiwa).

Tujuan

Melalui pendokumentasian yang dilakukan kader, diharapkan perkembangan kondisi

kesehatan pasien dan keluarga serta seluruh kegiatan yang telah dilakukan di desa

siaga sehat jiwa tercatat dengan baik

Bentuk dokumentasi

Bentuk dokumentasi laporan kader adalah :

Buku pegangan kader : deteksi keluarga

Buku pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa

Buku pegangan kader : supervisi pasien gangguan jiwa

Surat rujukan

(Keliat dkk, 2011)

Identifikasi kasus – kasus yang membutuhkan rujukan

Peragakan bagaimana caranya bila bp/ibu melakukan rujukan kasus ke perawat CMHN

BAB 3

KERANGKA KEGIATAN

Adanya potensi terjadinya bencana alam, kehilangan pekerjaan, anggota keluarga, musibah lainnya di masyarakat

Koping individu tidak efektif

Kurangnya dukungan social terhadap kondisi kejiwaan

Warga yang mengalami gangguan jiwa

Warga yang mempunyai resiko psikososial

Posyandu Polindes Poli Jiwa

Perawat CMHN

PUSKESMAS

KEBIJAKAN DEPARTEMEN KESEHATANMelalui Puskesmas KECAMATAN SEHAT 2013

DESA SIAGA SEHAT JIWA

2013

DINKES PROVINSI

DINKES KABUPATEN

LSM MASYARAKAT PERANGKAT DESA

Kader sehat jiwa posyandu di tiap desayang sudah mendapat pelatihan

Mendeteksi keluarga di Desa Siaga Sehat Jiwa: sehat, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa

Menggerakkan keluarga risiko untuk penyuluhan risiko masalah psikososial

Menggerakkan keluarga gangguan jiwa untuk penyuluhan cara merawat

Menggerakkan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok dan RehabilitasiMelakukan kunjungan rumah pada pasien gangguan jiwa yang telah mandiri

Merujuk pasien gangguan jiwa ke perawat CMHN

Mendokumentasikan semua kegiatan

Menggerakkan keluarga sehat untuk penyuluhan kesehatan jiwa sesuai dengan usia

Terkumpulnya data masing masing posyandu terkait Pasien

gangguan Pasien resiko

psikososial Pasien sehat

Posyandu Polindes Poli Jiwa

Perawat CMHN

Terkumpulnya data masing masing posyandu terkait Pasien

gangguan Pasien resiko

psikososial Pasien sehat

PEMBENTUKAN KADER SEHAT JIWA

Pelatihan Kompetensi Kader

Sehat Jiwa (Deteksi Dini, TAK, Pendkes,

Rujukan, Dokumentasi

1. Terbentuknya kader sehat jiwa per posyandu yang memiliki skill terlatih di bidang kesehatan jiwa :

2. Setiap dusun memiliki kader kesehatan jiwa dengan rasio 1 kader terhadap 15-20 keluarga yang ada disekitar tempat tinggalnya

3. Seluruh keluarga di Desa Siaga Sehat Jiwa memiliki kader kesehatan jiwa

Mendeteksi keluarga di Desa Siaga Sehat Jiwa: sehat, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa

Menggerakkan keluarga risiko untuk penyuluhan risiko masalah psikososial

Menggerakkan keluarga gangguan jiwa untuk penyuluhan cara merawat anggota keluarga

Menggerakkan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok dan RehabilitasiMelakukan kunjungan rumah pada pasien gangguan jiwa yang telah mandiri

Merujuk pasien gangguan jiwa ke perawat CMHN

Mendokumentasikan semua kegiatan

Menggerakkan keluarga sehat untuk penyuluhan kesehatan jiwa sesuai dengan usia

Buku pegangan kader : deteksi keluarga

Buku pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa

Buku pegangan kader : supervisi pasien gangguan jiwa

Surat rujukan

Kegiatan Kader Kesehatan Jiwa

Keterangan :Kegiatan diatas dilakukan secara

bergiliran dalam satu bulan. Minggu pertama : kegiatan nomor 1,

2, 6, 7,8 Minggu kedua : kegiatan nomor 1, 4,

5, 6, 7,8 Minggu ketiga : kegiatan nomor 1, 3,

6, 7,8 Minggu keempat : kegiatan nomor 1,

4, 5, 6, 7,8

Perawat CMHN melakukan supervisi ke pasien gangguan yang : Kondisi kesehatan

gangguan jiwa memburuk

Ditemukan kasus baru dengan komplikasi gejala yang tidak dapat ditatalaksana di tingkat poli jiwa puskesmas

Perawat CMHN puskesmas merujuk ke RSJ di kabupaten/provinsi terkait

Terbentuknya komunitas yang masyarakatnya : Yang sehat

akan tetap sehat.

Yang berisiko mengalami gangguan jiwa terhindar dari gangguan jiwa

Yang gangguan jiwa mendapatkan pelayanan yang sesuai dan tepat

Kader kesehatan jiwa yang memiliki skill terampil

Menciptakan iklim yang kondusif dan nyaman bagi warga gangguan jiwa di lingkungannya sehingga

KECAMATAN BANTUR

SEBAGAI DESA SIAGA SEHAT

JIWA

MENUJU KECAMATAN

BANTUR BEBAS PASUNG 2013

BAB 4

RENCANA KEGIATAN

A. Rancangan Pelatihan Kader Kesehatan Jiwa

a. Tujuan

Setelah mengikuti pelatihan, kader kesehatan jiwa dapat :

a. Melaksanakan program desa siaga sehat jiwa

b. Melakukan deteksi keluarga sehat, keluarga berisiko masalah psikososial dan

kelompok keluarga dengan gangguan jiwa di masyarakat

c. Menggerakkan individu, keluarga dan kelompok sehat jiwa untuk mengikuti

pendidikan kesehatan jiwa

d. Menggerakkan keluarga dan kelompok yang mempunyai risiko masalah

psikososial untuk mengikuti pendidikan kesehatan jiwa

e. Menggerakkan keluarga dan kelompok yang mempunyai gangguan jiwa untuk

mengikuti pendidikan kesehatan jiwa

f. Melakukan kunjungan rumah pada pasien yang telah mandiri

g. Melakukan rujukan kasus masalah psikososial atau gangguan jiwa pada perawat

CMHN atau ke Puskesmas

h. Membuat dokumentasi kegiatankader kesehatan jiwa

b. Materi pelatihan

Secara garis besar materi yang akan disampaikan adalah sebagai berikut :

a. Konsep keperawatan kesehatan jiwa komunitas

b. Konsep desa siaga sehat jiwa

c. Deteksi masalah – masalah psikososial dan gangguan jiwa

d. Kunjungan rumah untuk pasien mandiri

e. Pendokumentasian/pelaporan

(Rincian materi ada pada buku pegangan kader : materi pelatihan)

c. Metode pelatihan

Beberapa metode yang dapat saudara gunakan saat melakukanpelatihan kader;

sesuai dengan tujuan adalah sebagai berikut :

h. Ceramah interaktif

Penyampaian materi diberikan secara lisan/verbal oleh pelatih. Metode ini efektif

jika menggunakan alat bantu yang tepat seperti transparansi, slide, video.

Ceramah interaktif dilakukan untuk memotivasi peserta pelatihan terlibat aktif

mengikuti materi yang disampaikan dengan cara menyampaikan pendapatnya.

Awal ceramah adalah pembukaan 10 – 15 menit kemudian penyampaian

informasi yang diikuti dengan diskusi dan tanya jawab.

i. Diskusi kelompok

Diskusi kelompok dilakukan bila materi yang dipelajari perlu dibahas lebih

mendalam atau dipraktekkan. Dalam diskusi kelompok perlu dipilih ketua dan

sekretaris kelompok yang akan memimpin diskusi. Hasil diskusi dicatat dan

disampaikan pada seluruh anggota agar terjadi kesepahaman atau kesamaan

persepsi antar anggota kelompok.

dan peserta lainnya berperan sebagai kader keswa yang memberi penyuluhan.

j. Studi kasus

Metode ini digunakan dalam kelompok kecil dan mempergunakan kasus nyata

maupun fiktif yang berfokus pada isyu, problem, tujuan atau topik yang spesifik.

Peserta mempelajari dan memberikan tanggapan terhadap kasus secara tertulis

atau lisan. Metode ini dapat digabungkan dengan bermain peran bila pelatih

menginginkan hasil yang lebih efektif.

d. Evaluasi

a. Fokus : Gabungan kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif

b. Metode : Pre dan post tes (soal tertulis)

Penampilan kinerja (performance)

c. Waktu : Selama dan setelah selesai pelatihan

d. Lingkup evaluasi :

Materi Jumlah soal

1. Konsep desa siaga sehat jiwa

2. Deteksi dini masalah – masalah

psikososial dan gangguan jiwa

3. Pendokumentasian/pelaporan

2

3

2

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dalam melakukan pendataan keluarga sehat jiwa, resiko psikososial, dan gangguan

jiwa diperlukan bantuan kader kesehatan jiwa untuk melakukan deteksi dini. Melalui

deteksi dini akan diperoleh gambaran tentang kesehatan jiwa satu wilayah. Proses

deteksi dini ini perlu diberikan kepada kader berupa pelatihan deteksi dini serta cara

untuk pendokumentasian. Tindakan yang perlu untuk didokumentasikan oleh kader

adalah deteksi, penggerakan, kunjungan rumah, dan rujukan kasus dengan

menggunakan panduan pelaporan yang tersedia berupa buku pegangan kader

kesehatan jiwa. Melalui pendokumentasian yang dilakukan kader, diharapkan

perkembangan kondisi kesehatan pasien dan keluarga serta seluruh kegiatan yang

telah dilakukan di desa siaga sehat jiwa tercatat dengan baik

5.2 Saran

Perlu dilakukan evaluasi secara rutin terkait dengan pendokumentasian yang

dilakukan oleh kader . Evaluasi tersebut dilakukan oleh perawat desa yang

bertanggung jawab menangani masalah kesehatan jiwa.