Post on 24-Jun-2015
LAPORAN PRATIKUMILMU NUTRISI DAN PAKAN
Disusun oleh :
Adhika Sani Distira H2E 007 002Aldhi Prakoso H2E 007 004Wahyu Setia A. H2E 007 053Yeni Adita K. H2E 007 055Yohan Rinieko H2E 007 057
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAKJURUSAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG2009
BAB I
PENDAHULUAN
Pencernaan merupakan dimulainya dengan penempatan makanan di dalam
mulut dimana terdapat pemamahan atau pelumasan dengan pengunyahan.
Pencernaan terjadi jika adanya bahan pakan yang masuk kemudian akan
diabsorbsi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ternak ruminansia memiliki
saluran penceraan yang lebih komplek dari ternak non ruminansia. Ternak
ruminansia mempunyai lambung sejati, yaitu abomasum, dan lambung muka yang
membesar, yang mempunyai tiga ruangan yaitu rumen, retikulum dan omasum.
Proses utama dari pencernaan ruminansia adalah secara mekanik yaitu mastikasi
atau pengunyahan pakan dalam mulut, enzimatik dilakukan oleh enzim yang
dihasilkan sel-sel dalam tubuh dan fermentatif yang terjadi dalam rumen yang
merupakan saluran yang menghubungkan antara rumen dan retikulum. Ternak
non ruminansia hanya memiliki satu lambung saja yang merupakan tempat
berlangsungnya pencernaan secara enzimatis.
Tujuan Pratikum Ilmu Nutrisi dan Pakan adalah untuk mengidentifikasi
bagian dan ciri-ciri saluran pencernaan ruminansia dan unggas, mengukur pH,
ukuran partikel serta densitas dari masing-masing bagian organ pencernaan.
Manfaat yang dapat diperoleh adalah praktikan mampu mengidentifikasi bagian-
bagian saluran pencernaan pada ternak ruminansia dan ternak non ruminansia,
serta dapat mengetahui berapa pH dan densitas saluran pencernaan ruminansia
dan non ruminansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Pencernaan Ruminansia ( Domba )
Pencernaan adalah proses untuk memperkecil ukuran partikel zat-zat gizi
organik yang terdapat dalam bentuk yang tidak larut menjadi senyawa–senyawa
yang lebih kecil sehingga dapat diserap dinding saluran pencernaan. Proses utama
dari pencernaan ruminansia adalah secara mekanik, enzimatik dan fermentatif
(Blakely dan Blade, 1991). Bagian-bagian sistem pencernaan pada ternak
ruminansia dimulai dari mulut, esophagus (pada ruminansia merupakan perut
depan (forestomach), perut glandular, usus halus, usus besar, serta glandula
asesori yang terdiri dari glandula saliva, hati dan pankreas (Frandson, 1992).
Lambung hewan ruminansia memiliki lambung sejati yaitu abomasum dan
lambung muka yang membesar dan mempunyai 3 ruangan yaitu rumen, retikulum
dan omasum (Tillman et al., 1991). Kecepatan aliran digesta diartikan sebagai
waktu yang diperlukan untuk mengeliminir 5% - 80% partikel residu pakan yang
tidak tercena ke dalam feses. Penggunaan pakan dapat dihitung dengan metode ini
dimana retensi waktu dan daya cerna diketahui (Arora, 2005).
2.1.1. Organ Pencernaan Ruminansia
2.1.1.1. Mulut
Mulut dan komponennya (gigi, lidah, pipi dan kelenjar saliva) memiliki
tingkat kepentingan yang berbeda tiap spesies (Maynard, 1979). Formula gigi
tersebut memperlihatkan tidak adanya gigi seri pada rahang atas dan juga tidak
adanya gigi taring (Frandson, 1997). Bibir domba bersifat lunak dan fleksibel dan
berperan membantu dalam pengambilan makanan (Frandson, 1997).
2.1.1.2. Oesophagus
Oesophagus merupakan suatu kelanjutan langsung dari faring yang terdiri
atas dua lapis yang saling melintas miring, kemudian spiral, dan akhirnya
membentuk suatu lapisan muskuler dalam (Frandson, 1992). Lebih lanjut dalam
oesophagus terdapat gerakan peristatik yaitu gerak untuk meremas-remas
makanan yang telah dicerna secara mekanik pada mulut untuk dilanjutkan ke
lambung (Tillman et al.,1998).
2.1.1.3. Rumen
Rumen berupa kantung muscular yang besar yang terentang dari
diafragma menuju ke pelvis dan hampir menempati sisi kiri dari rongga
abdominal. Rumen dibagi-bagi lagi menjadi kantong-kantong oleh pilar-pilar
muskuler yang dapat dikenali bila dipandang dari luar rumen (Frandson, 1997).
Rumen dibagi menjadi 4 sarkes (kantong), yaitu : Sarkes cranioventral.Sarkes
dorsalis.Sarkes medioventral.Sarkes buntu dorsal dan ventral.Sarkes : gerakan
rumen sewaktu fermentasi 1 - 2 - 3 - 4. Gerakan-gerakan rumen :1. Prehensi ,-
pada saat grazing, 2. Mastikasi,- mengunyah (chewing), 3. Deglutasi,- menelan –
peristaltik oesophagus, 4. Eruktasi (”belching”/sendawa),- CO2 dan methan, 5.
Ruminasi,- gerakan komplek, berurutan : Regurgitasi,- pakan dari rumen ke
rongga mulut, bentuk bolus semi cair - ingesta. Remastikasi,- mengunyah
kembali, lebih lama dari mastikasi, - redeglutasi (penelanan kembali) (Sinaga,
2009). Cairan retikulo-rumen mengandung 85% air. Retikulo-rumen terdiri atas 2
bagian, bagian bawah adalah cair dan mengandung makanan dalam bentuk
suspensi, sedangkan bagian atas lebih kering dan terdiri dari makanan kasar dan
padat seperti hijauan (rumput-rumputan). Dengan naiknya pH rumen konsumsi
bertambah, jadi keadaan rumen yang normal pada pH yang netral yaitu 5,5 – 7,0
(Prawirokusuma, 1994).
2.1.1.4. Retikulum
Retikulum adalah bagian perut (kompartemen) yang paling cranial. Lokasi
retikulum yang persis berada dibelakang diagfragma menempatkannya hampir
dalam posisi yang berlawanan dengan jantung sehingga bila ada benda-benda
asing yang tertelan seperti kawat atau paku cenderung akan diam di situ dan
dalam posisi yang baik untuk dapat mengganggu atau menusuk jantung
(Frandson, 1997). Retikulum mempunyai bentuk menyerupai sarang tawon/lebah
dan mendorong pakan padat dan ingesta ke dalam rumen dan mengalirkan ingesta
ke dalam omasum. Retikulum membantu ruminansi dimana bolus
diregurgitasikan ke dalam mulut. Pola fermentasi di dalam organ ini serupa
dengan yang terjadi di dalam rumen. Tingkat asam-basa pada retikulum seperti
halnya rumen antara 6,5 – 7,5 (Arora, 1995). Terdiri dari papila sarang lebah/jala.
Lipatan jaringan menyalurkan pakan cair ke omasum
2.1.1.5 Omasum
Omasum terletak diantara retikulum, rumen dan kaudal hati. Pertautan
antara omasum dan abomasum terdapat suatu susunan lipatan membrana mukosa
berperan sebagai katup untuk mencegah kembalinya bahan-bahan dari abomasum
menuju ke omasum (Frandson, 1992). Omasum dan abomasum (perut sejati)
meliputi 6-8% dari total saluran pencernaan ternak ruminansia. Fungsi omasum
adalah untuk menyaring partikel pakan menjadi lebih kecil (Tillman et al., 1998).
Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena permukaannya berbuku-
buku. pH omasum berkisar sekitar antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum dan
abomasum terdapat lubang yang disebut omasao abomasal orifice
(Priyono, 2009).
2.1.1.6. Abomasum
Abomasum merupakan tempat pertama terjadinya pencernaan makanan
secara kimiawi karena adanya sekresi getah lambung. Abomasum juga mengatur
aliran ingesta (Arora, 1995). Perut sejati : Fundus, Cardia dan Pilorus.
Pencernaan Asam amino, sebagian protein mikroba, lemak dan karbohidrat.
Sekresi cairan lambung protein. Abomasum 2 - 2,3, pH normal setelah 3-5 jam
makan Masa peralihan pre-ruminant - ruminant umur 5 -12 minggu. Pada gastric
HCl lambung akan menyebabkan gastrin menurun dan berakibat sekresi lambung
menurun. Saat interogastron meningkat maka sekresi lambung akan menurun,
maka hal ini dapat menyebabkan pH pada lambung akan rendah atau lebih bersifat
asam (Sinaga, 2009).
2.1.1.7. Usus Halus
Berdasarkan pada perbedaan-perbedaan struktural histolloogis/
mikroskopis, usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum, jejenum dan
ileum. Duodenum merupakan bagian yang pertama dari usus halus. Jejenum dan
ileum bersambung dan tidak ada batas yang jelas diantaranya Pada bagian pertama
usus halus adalah duodenum, dan pada duodenum terdapat pankreas yang
berfungsi menetralkan suasana asam pada lambung (Tilman et al., 1991). Usus
halus (intestinum tenue) dapat dibagi secara anatomik menjadi tiga bagian, yaitu:
duodenum yang menghubungkannya dengan lambung; jejenum adalah bagian
tengah; dan ileum yang menghubungkannya dengan usus besar (intestinum
crassum). Kedalam usus halus, masuk empat sekresi yaitu: cairan duodenum,
empedu, cairan pankreas, dan cairan usus. Fungsi dari usus halus adalah menyerap
sari-sari makanan yang telah dicerna (Frandson, 1992). Dalam usus halus pH
antara 6,2% - 7,2%. Metabolisme yang terjadi di usus halus adalah absorbsi zat-
zat pakan dengan pencampuran enzim-enzim pada getah pankreas, getah usus dan
getah empedu untuk mengemulsikan lemak, glukosa sederhana, dan asam-asam
amino. Di dalam usus halus akan terjadi secara terus menerus absorbsi sampai zat-
zat pakan tidak tercerna (Arora, 1995).
2.1.1.8. Usus Besar
Usus besar pada ruminansia terdiri atas kolon dan rektum. Ujung buntu
dari rektum menjulur ke arah kaudal, ke arah kranial sekum berlanjut ke kolon.
Kolom transversal menyilang dari kanan ke kiri dan berlanjut terus ke arah kaudal
menuju ke rektum dan anus, bagian terminal dari saluran pencernaan
(Frandson, 1992). Mikroorganisme dalam caecum dan colon mencerna pula
selulosa menjadi asam-asam lemak terban (Blakely dan Bade, 1991). Pakan yang
telah terabsorbsi akan diserap kadar airnya dalam usus besar (Tillman et al.,
1998).
2.1.2. Metabolisme zat nutrisi pada ruminansia ( Domba )
Pencernaan merupakan proses untuk memperkecil ukuran partikel pakan
agar menjadi lebih kecil sehingga mudah diserap oleh usus. Metabolisme adalah
sejumlah proses yang meliputi sintesa (anabolisme) dari protoplasma dan
perombakannya (katabolisme) dalam organisme hidup, sehingga menyangkut
perubahan-perubahan kimia dalam sel hidup dimana energi disediakan untuk
fungsi-fungsi penting, dan bahan-bahan baru diasimilasikan untuk perbaikan dan
sintesa jaringan-jaringan baru atau produksi (Tillman et al., 1998). Jumlah dari
perubahan-perubahan yang dialami bahan makanan dalam konversinya sampai
kepada hasil sisa disebut metabolisme (Anggorodi, 1995). Berikut macam-macam
pencernaan zat gizi pada saluran pencernaan ruminansia.
Ada 2 macam proses yang sangat essensial untuk kehidupan yaitu
asimilasi bahan makanan, pembuangan hasil sisa makanan yang tidak berguna.
Bahan makanan terdiri dari unit kimiawi yang kompleks seperti protein dan
lemak. Hasil sisa makanan adalah zat-zat sederhana seperti karbondioksida dan air
jumlah dari perubahan yang dialami bahan makanan dalam konversinya sampai
kepada hasil sisa disebut metabolisme. Istilah tersebut digunakan untuk perubahan
yang terjadi pada bahan makanan yang telah diserap dan berkaitan dengan
perombakan jaringan-jaringan tubuh atau sering disebut metabolisme antara
(Blakely dan Bade, 1991).
2.1.2.1. Metabolisme Karbohidrat
Pencernaan karbohidrat dimulai di mulut, dimana bahan makanan
bercampur dengan saliva, pada hewan ruminansia saliva sama sekali tidak
mengandung ptyalin. Pencernaan tersebut sebagian besar terjadi di mulut dan
lambung. Mucin dalam saliva tidak mencerna pati, tetapi melumasi bahan
makanan sehingga dengan demikian bahan makanan mudah untuk ditelan.
Mikroorganisme dalam rumen merombak selulosa untuk membentuk asam-asam
lemak terbang. Mikroorganisme tersebut mencerna pula pati, gula, lemak, protein
dan nitrogen bukan protein untuk membentuk protein mikrobial dan vitamin B.
Tidak ada enzim dari sekresi lambung ruminansia tersangkut dalam sintesis
mikrobial. Amylase dari pankreas dikeluarkan ke dalam bagian pertama usus halus
(duodenum) yang kemudian terus mencerna pati dan dekstrin menjadi dekstrin
sederhana dan maltosa (Blakely dan Bade, 1991).
Enzim-enzim lain dalam usus halus yang berasal dari getah usus mencerna
pula karbohidrat. Enzim-enzim tersebut adalah sukrase (invertase) yang
merombak sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, maltase yang merombak
maltosa menjadi glukosa, laktase yang merombak laktosa menjadi glukosa dan
galaktosa. Mikroorganisme dalam caecum dan colon mencerna pula selulosa
menjadi asam-asam lemak terbang. Enzim yang dikeluarkan oleh tractus
digestivus hewan tidak turut campur dalam pencernaan selulosa tersebut di atas
yang dilakukan oleh mikroorganisme caecum dan colon (Blakely dan Bade,
1991).
2.1.2.2. Metabolisme Protein
Protein pakan di dalam rumen akan mengalami hidrolisis oleh enzim
proteolitik menjadi asam amino dan oligopeptida. Selanjutnya asam asam amino
mengalami katabolisme lebih lanjut menghasilkan amonia, VFA dan CO2.
Amonia menjadi sumber nitrogen utama untuk sintesis de novo asam-asam amino
bagi mikroba rumen. Proses metabolisme tersebut mengungkapkan bahwa nutrisi
protein ternak ruminan sangat tergantung pada proses sintesis protein mikroba
rumen. Produk hidrolisa protein sebagian besar akan mengalami katabolisme lebih
lanjut (deaminasi), sehingga dihasilkan amonia (NH3) (Blakely dan Bade, 1991).
Amonia asal perombakan protein pakan tersebut sangat besar
kontribusinya terhadap amonia rumen. Diperlukan kisaran konsentrasi amonia
tertentu untuk memaksimumkan laju sintesa protein mikroba. Karena itu kelarutan
dan degradibilitas protein pakan sangat penting untuk diketahui (Arora, 2005).
Amonia (NH3) merupakan produk utama dari proses deaminasi asam amino dan
kecukupannya dalam rumen untuk memasok sebagian besar N untuk pertumbuhan
mikroba merupakan prioritas utama dalam mengoptimalkan fermentasi hijauan.
Menurut Prawirokusumo (1994), konsentrasi amonia di dalam rumen ikut
menentukan efisiensi sintesa protein mikroba yang pada gilirannya akan
mempengaruhi hasil fermentaasi bahan organik pakan. Hasil fermentasi tersebut
dapat dilihat sebagai konsentrasi Volatile Fatty Acid (VFA) di dalam cairan
rumen. Konsentrasi amonia tersebut antara lain ditentukan oleh tingkat protein
pakan yang dikonsumsi, derajat degradabilitasnya, lamanya makanan berada di
dalam rumen dan pH rumen.
2.1.2.3. Metabolisme Lemak
Metabolisme lemak terjadi di usus, dimana garam empedu mengemulsikan
lemak menjadi butiran kecil untuk memudahkan pencernaan oleh enzim. Enzim
lipase pankreas mencerna lemak menjadi monogliserida, gliserol dan asam lemak,
sedangkan enzim fosfolipase, fosfatase dan esterase menghidrolisis foafolipid
menjadi gliserol, asam lemak, asam fosfat dan kolin. Enzim kolesterol esterase
menghidrolisis ester kolesterol menjadi kolesterol dan asam lemak. Hasil-hasil
pencernaan tersebut dapat diserap ke dalam sel mukosa dinding usus, sedangkan
gliserol dan asam lemak bebas rantai pendek C < 12 langsung diserap ke dalam
pembuluh darah terikat dalam albumin, dibawa ke hati. Monogliserida dan asam
lemak rantai panjang di dalam sel mukosa dinding usus disintesis kembali
menjadi trigliseria, fosfolipid dan ester kolesterol. Senyawa tersebut di atas
dikombinasi dengan protein membentuk partikel besar disebut kilomikron.
Kilomikron memasuki ruang ekstra seluler dan masuk ke pemmbuluh limfe dan
selanjutnya memasuki ke sirkulasi darah melalui ductus toraxicus. ‘
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Ilmu Nutrisi Pakan pada pencernaan ruminansia dilaksanakan
pada hari Sabtu, tanggal 21 November 2009 pukul 07.00 – 09.00 WIB di
Laboratorium Biokimia Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Materi yang digunakan adalah rumen kambing, pH stick, timbangan
analitis, gunting, pisau, plastik, gelas ukur, sendok, tisu dan nampan.
3.2. Metode
Metode yang digunakan adalah mengamati ciri-ciri dari rumen-
retikulum, omasum, sekum dan abomasum. Menyobek sedikit bagian dari rumen-
retikulum, omasum, abomasum dan sekum dengan menggunakan pisau kemudian
masukkan pH stick biarkan selama 10 menit lalu ukur pH dari masing-masing
organ. Mengambil isi dari rumen-retikulum, omasum, abomasum dan sekum,
kemudian masukkan ke dalam gelas ukur lalu dilihat massanya kemudian
ditimbang lalu dihitung densitasnya dari masing-masing organ. Mengamati
ukuran partikel dari rumen-retikulum, omasum, sekum dan abomasum.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum Saluran Pencernaan Ruminansia
Berdasarkan hasil pratikum Ilmu Nutrisi dan Pakan didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengamatan dan Pengukuran Saluran Pencernaan Ruminansia
Organ Ciri-ciri pH Densitas
(g/ml)
Deskripsi ukuran
partikel
Rumen Berukuran sangat besar
Permukaan seperti handuk
Lapisan luar tebal
77 1,05
Kasar,terdapat butiran-butiran, hijau
tua
Retikulum Permukaan seperti sarang lebah
Cairan didalamnya sangat cair
7
7 1,05
Kasar, terdapat butian-butiran bercampur air
Omasum Permukaannya berbuku-buku
Didalamnya bersisi bahan padat
Lapisan luarnya tebal
Berwarna hijau tua
7
7 0,95
Agak lembut padat dan berwarna hijau tua
Abomasum Lapisan luar berwarna putih licin dan berlipat lipat
Cairan didalamnya encer,berwarna hijau muda
5
5 0,95
Halus dan encer warna hijau muda
Usus halus
Usus besar
Cairan didalamnya berwarna hijau tua
Ususnya panjang dan kecil
Dinding usus bertekstur halus dan kenyal
Cairan didalamnya berwarna hijau kehitaman
Ususnya panjang Bertekstur halus
6
6 0,75
0,9
Halus dan encer (mengandung air) warna hijau tua
Warna partikel hijau kehitaman, halus, kental dan padat
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Nutrisi Pakan, 2009.
7
Skema Hasil Pengamatan Saluran Pencernaan Kambing
Keterangan:
1. Oesophagus 7. Pankreas
2. Rumen 8. Usus besar
3. Retikulum 9. Kolon
4. Omasum 10. Rektum
5. Abomasum 11. Anus
6. Usus halus
Ilustrasi 1. Saluran Pencernaan Kambing
Berdasarkan pada hasil praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa
saluran pancernaan pada ruminansia meliputi mulut, farinks, esofagus, lambung,
usus halus,sekum, usus besar dan anus. Hasil pengamatan tersebut menunjukkan
bahwa saluran pencernaan ternak tersebut lengkap dan dalam keadaan normal.
Hal ini sesuai dengan pandapat Frandson (1992) bahwa bagian-bagian sistem
pencernaan pada ternak ruminansia dimulai dari mulut, farinks, esophagus (pada
ruminansia merupakan perut depan (forestomach), perut glandular, usus halus,
dan usus besar. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa lambung pada ternak
ruminansia terdiri dari empat bagian yaitu rumen, reticulum, omasum dan
abomasum. Hasil tersebut di dukung oleh pendapat Tillman et all (1998) bahwa
lambung hewan ruminansia memiliki lambung sejati yaitu abomasum dan
lambung muka yang membesar dan mempunyai 3 ruangan yaitu rumen, retikulum
dan omasum.
Berdasarkan dari hasil praktikum didapatkan rumen dengan ciri – ciri
berukuran sangat besar, berbentuk seperti handuk/babat, dan lapisan luarnya tebal,
densitas sebesar 1,05 g/ml, ukuran partikel di dalam rumen masih bersifat kasar
dan padat (butiran-butiran). Hal ini dikarenakan di dalam rumen pakan masih
bersifat kasar dan masih dirombak menjadi bolus-bolus yang halus dengan
melalui degluitasi, remastikasi, dan regurgitasi maka bolus-bolus tersebut akan
dibawa menuju ke retikulum-omasum untuk disaring. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sinaga (2009) bahwa gerakan-gerakan rumen :1. Prehensi ,- pada saat
grazing, 2. Mastikasi,- mengunyah (chewing), 3. Deglutasi,- menelan – peristaltik
oesophagus, 4. Eruktasi (”belching”/sendawa),- CO2 dan methan, 5. Ruminasi,-
gerakan komplek, berurutan : Regurgitasi,- pakan dari rumen ke rongga mulut,
bentuk bolus semi cair — ingesta. Remastikasi,- mengunyah kembali, lebih lama
dari mastikasi, — redeglutasi (penelanan kembali). pH pada rumen kambing
adalah 7, karena pakan dari mulut bercampur dengan saliva yang bersifat alkalis
kemudian di dalam rumen kondisi menjadi alkalis . Hal ini juga sesuai dengan
pendapat Prawirokusuma (1994) keadaan rumen yang normal pada pH yang netral
yaitu 5,5 – 7,0. Metabolisme yang terjadi pada rumen adanya proses fermentasi
oleh mikroba yang menghasilkan protein dan VFA yang akan dimanfaatkan oleh
tubuh dalam bentuk energi. Pakan yang mengandung selulosa, hemiselulosa, pati,
dan karbohidrat melalui proses pencernaan karbohidrat akan di ubah menjadi
rantai glukosa yang lebih sederhana. Kemudian pencernaan lemak dalam bentuk
pentosan-pentosan akan diubah menjadi pentosan yang lebih sederhana seperti
gula sederhana dan pentose. Hal ini sesuai dengan pendapat Tilman et al., (1991)
bahwa Pencernaan karbohidrat dalam rumen adalah dengan katalisator enzim
jasad renik intraseluler selulose dicerna menjadi selobiose oleh satu atau lebih
jasad renik dan selobiose dirubah menjadi glukose-1-fosfat dan Pentosan-pentosan
diuraikan menjadi gula sederhana, pentose, oleh pentosanase jasad renik dan
kemudianmasuk jalur glikolitik.
Berdasarkan dari hasil praktikum didapatkan retikulum dengan ciri – ciri
berbentuk seperti sarang lebah, berukuran sangat kecil, dan lapisan luar tipis,
densitas sebesar 0,75 g/ml. Retikulum adalah bagian perut (kompartemen) yang
paling cranial. Lokasi retikulum yang persis berada dibelakang diagfragma
menempatkannya hampir dalam posisi yang berlawanan dengan jantung sehingga
bila ada benda-benda asing yang tertelan seperti kawat atau paku cenderung akan
diam di situ dan dalam posisi yang baik untuk dapat mengganggu atau menusuk
jantung (Frandson, 1992). Deskripsi ukuran partikel pada retikulum adalah pakan
masih dalam bentuk kasar dan berair. Karena retikulum menyatu dengan rumen
jadi kadar air lebih banyak disaring di dalam retikulum sehingga retikulum lebih
banyak mengandung bahan padat yang berair. Hal ini sesuai dengan pendapat
Tilman et al., (1991) bahwa partikel-partikel yang halus ke omasum yang mana
banyak absorbsi air, sebelum cairan ke abomasum. pH pada retikulum yaitu
sebesar 7. Hal ini sesuai dengan pendapar Arora (1995) bahwa Tingkat asam-basa
pada retikulum seperti halnya rumen antara 6,5 – 7,5. Metabolisme pada retikulum
sama pada proses di rumen, di retikulum hanya terjadi penyaringan kadar air yang
mengandung pakan padat.
Berdasarkan dari hasil praktikum didapatkan omasum dengan ciri – ciri di
dalamnya berbentuk bahan padat tidak berair, bentuk permukaannya seperti
lamina-lamina buku, dan lapisan luarnya tebal. densitas sebesar 0,95 g/ml dengan
deskripsi ukuran partikel adalah bahan masih kasar dan adanya butiran-butiran
kecil. Hal ini sependapat dengan Blakely dan Bade, (1994) yang menyatakan
bahwa omasum berfungsi sebagai penggiling makanan yang melewatinya dan
juga berperan menyerap sebagian air. Hal ini sesuai dengan pendapat Arora
(1995) bahwa sifat mengabsorbsi air pada omasum diduga berfungsi untuk
mencegah turunnya pH pada abomasum dengan pengenceran. Metabolisme
omasum terjadi penyaringan pakan sampai menghasilkan partikel-partikel yang
lebih halus dan menyerap kadar air.
Berdasarkan dari hasil praktikum didapatkan abomasum dengan ciri – ciri
lapisan luar berwarna putih, cairan di dalamnya encer dan berwarna hijau muda.
Densitas 0,95 g/ml dengan ukuran partikel adalah pakan halus dan encer. pH
abomasum sebesar 5 hal ini terjadi karena di dalam abomasum sekresi HCl/getah
lambung sedikit sehingga tidak menyebabkan terlalu kemasaman. Hal ini tidak
sesuai dengan pendapat Sinaga (2009) bahwa abomasum 2 - 2,3, pH normal
setelah 3-5 jam makan Masa peralihan pre-ruminant — ruminant umur 5 -12
minggu. Metabolisme yang terjadi di abomasum adanya sekresi HCl/getah
lambung menyebabkan bahan pakan yang mengandung protein akan diubah
menjadi asam-asam amino dan begitu lemak akan diubah menjadi asa-asam
lemak/gliserol. Hal ini sesuai dengan pendapat Arora (1995) bahwa kelenjar
lambung mensekresikan HCl untuk menjaga digesta tetap dalam suasana asam
untuk mempercepat proteolisis protein mikroba dan residu protein makanan oleh
pepsin yang dikeluarkan oleh glandula peptik.
Berdasarkan dari hasil praktikum didapatkan usus halus, dengan ciri – ciri
usus panjang, dinding usus bertekstur halus, cairan di dalamnya berwarna hijau
tua dan terbagi menjadi tiga yaitu duodenum, Jejunum, ileum. Hal ini sesuai
dengan pendapata Tillman et all,. (1998) yaitu usus halus sapi memiliki 3 bagian
yaitu: doudenum (bagian awal), jejenum (bagian tengah) dan illeum (bagian
akhir). Pada bagian pertama usus halus adalah duodenum, dan pada duodenum
terdapat pankreas yang berfungsi menetralkan suasana asam pada lambung,
Densitas sebesar 0,75 g/ml. Deskripsi ukuran partikel adalah cairan di dalamnya
berwarna hijau tua, bertekstur halus dan encer dengan pH 6. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pH dalam usus halus tergolong normal. Hal ini sesuai
dengan pendapat Arora (1995) bahwa dalam usus halus pH antara 6,2% - 7,2%.
Metabolisme yang terjadi di usus halus adalah absorbsi zat-zat pakan dengan
pencampuran enzim-enzim pada getah pankreas, getah usus dan getah empedu
untuk mengemulsikan lemak, glukosa sederhana, dan asam-asam amino. Di dalam
usus halus akan terjadi secara terus menerus absorbsi sampai zat-zat pakan tidak
tercerna
Berdasarkan dari hasil praktikum didapatkan usus besar dengan ciri-ciri
usus panjang, bertekstur halus dan berwarna lebih gelap serta bau. Densitas
partikel sebesar 0,9 g/ml dengan ukuran partikel halus serta pH usus besar yaitu 7.
pH pada usus besar tergolong normal karena setelah mengalami absorbsi pada
usus halus sisa hasil metabolismenya akan mengubah menjadi suasana netral. Di
dalam usus besar juga terjadi penyerapan air dan vitamin. Pengamatan pada usus
besar, berbentuk saluran panjang yang terdapat sekum atau yang sering disebut
usus buntu. Hal ini sependapat dengan Frandson (1993) bahwa usus besar terdiri
atas sekum, yang merupakan suatu kantung buntu dan kolon yang terdiri atas
bagian-bagian yang naik, mendatar dan turun. Blakely dan Bade (1991)
berpendapat bahwa mikroorganisme dalam caecum dan colon mencerna pula
selulosa menjadi asam-asam lemak terbang.. Hal ini sesuai dengan pendapat
Arora (1995) bahwa diabsorbsi pencernaan mikroba dalam usus besar terjadi di
caecum, colon, dan rectum serta caecum dan colon menunda aliran bahan yang
tidak dapat dicerna dan selanjutnya menjadi tempat untuk fermentasi mikroba,
pada saat disekresikan mucus adalah glikoprotein netral.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pada saluran
pencernaan ruminansia meliputi mulut, oesophagus, rumen, retikulum, omasum,
abomasum, usus halus, caecum, usus besar, dan anus. Densitas, ukuran partikel,
dan pH setiap saluran pencernaan berbeda-beda. Keistimewaan saluran
pencernaan ruminansia yaitu memiliki lambung ganda yang dibagian rumen
terjadi proses mikrobial ,abomasum terjadi kimiawi dan pada usus besar terdapat
pencernaan secara fermentasi oleh mikroorganisme. Pencernaan karbohidrat
terjadi di rumen, protein dan lemak terjadi abomasum.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Unggas. Universitas Indonesia Press, Jakarta
Arora, S. P. 2005. Pencernaan Mikrobia pada Ruminansia. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta (Diterjemahkan oleh Retno Murwani).
Blakely, J. and D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Maynard, Leonard A, John K. Looser, Harold F. Hintz and Richard G. Warner. 1979. Mc Graw-Hill. Publishing Company Limited. New Delhi.
Prawirokusomo, S. 1994. Ilmu Gizi Komparatif. Edisi Pertama. Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta.
Sinaga, S. Manajemen Pemberian Pakan Sapi. Akses, 22/6/2009.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Prawirokusumo, S. Reksohadiprodjo dan S.
Lebdosoekotjo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kelima.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Lampiran 1. Perhitungan Densitas Saluran Pencernaan Ruminansia
Rumen - Retikulum
Diketahui : m = 10,5 g
V = 10 ml
Ditanya : densitas.................?
Jawab :
= 1,05 g/ml
Omasum
Diketahui : m = 9,5 g
V = 10 ml
Ditanya : densitas.................?
Jawab :
= 0,95 g/ml
Abomasum
Diketahui : m = 9,5 g
V = 10 ml
Ditanya : densitas.................?
Jawab :
= 0,95 g/ml
Usus Halus :
Diketahui : m = 7,5 g
V = 10 ml
Ditanya : densitas.................?
Jawab :
= 0,75 g/ml
1
Usus Besar
Diketahui : m = 9 g
V = 10 ml
Ditanya : densitas.................?
Jawab :
= 0,9 g/ml
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Pencernaan Non Ruminansia
Organ pencernaan mempunyai fungsi untuk menyiapkan makanan supaya
nutrien-nutrien yang terkandung dalam ransum dapat diserap oleh dinding usus
(Akoso,1993). Alat pencernaan pada unggas terdiri atas saluran memanjang
dimulai dari mulut (paruh), esophagus, tembolok, proventrikulus, gizzard, usus,
dan kloaka. Disamping itu sistem pencernaan terdapat dua kelenjar, yaitu hati dan
pankreas (Say, 1992).
2.1.1. Mulut
Ayam tidak memiliki gigi atau pinggiran paruh yang bergerigi sehingga
pada mulut (paruh) tidak terjadi pencernaan secara mekanik. Lidah pada unggas
berfungsi membantu pada waktu makan karena ada bagian dari lidah yang
bercabang pada bagian belakang yang mendorong pakan turun ke dalam
kerongkongan. Saliva dalam jumlah sedikit disekresikan ke dalam mulut untuk
membantu dalam penelanan pakan dan untuk melicinkan pakan yang akan masuk
ke dalam lambung (Akoso, 1993). Saliva atau kelenjar ludah dalam jumlah sedikit
dikeluarkan dalam mulut untuk membantu menelan makanan untuk melicinkan
makanan yang masuk menuju esophagus dan diteruskan ke tembolok (crop)
(Sarwono, 1997).
2.1.2. Esophagus
Makanan melewati mulut ke perut melalui esophagus. Esophagus tidak
mensekresikan enzim sehingga tidak mempunyai fungsi pencernaan kimiawi
(Tillman, 1989). Oesofagus merupakan suatu saluran yang tidak mensekresikan
enzim sehingga oesofagus tidak mempunyai fungsi pencernaan kemik
(Kartadisastra, 1977).
2.1.3. Tembolok (Crop)
Tembolok berbentuk kantong yang merupakan pelebaran dari esophagus.
Berfungsi sebagai kantong untuk menampung makanan dan minuman sebelum
masuk ke dalam proventrikulus (Sarengat, 1982). Pakan disimpan dalam
tembolok untuk sementara, disini terjadi pelunakan dan pencernaan pendahuluan
yang dibantu oleh enzim. Pakan yang berupa serat kasar dan biji-bijian tinggal di
tembolok selama beberapa jam untuk proses pelunakan dan pengasaman
(Anggorodi, 1985). Tembolok berguna untuk memeriksa pola konsumsi ayam,
karena pada bagian ini makanan belum hancur benar kemudian ditampung
(Rasyaf, 2008).
2.1.4. Proventrikulus
Proventikulus disebut juga lambung sejati dikarenakan pencernaan terjadi
secara enzimatis. Proventikulus terdapat enzim pepsin yang semula tidak aktif
menjadi aktif yang diaktifkan oleh HCl dan pepsinogen (Soenarjo, 1988).
Menurut Akoso (1993), Proventrikulus merupakan pelebaran dan penebalan dari
ujung akhir esophagus. Proventrikulus mengeluarkan asam lambung, terutama
asam hidroklarat, dan enzim pepsin. Kedua yang melakukan pemecahan protein
menjadi asam amino (Blakely dan Bade, 1998).
2.1.5 Ventrikulus
Ventrikulus tersusun dari suatu struktur bertanduk yang berotot tebal. Kerja
penggilingan yang terjadi secara tidak sadar oleh otot empedal memiliki
kecenderungan untuk menghancurkan pakan seperti yang dilakukan oleh gigi
(Blakely dan Bade, 1998). Di dalam gizzard terdapat butiran-butiran grit yang
terdiri dari pecahan-pecahan batu akan membantu dalam proses pencernaan.
Makanan yang sudah hancur menjadi massa yang lebih halus dan homogen seperti
bubur lalu disalurkan ke dalam usus halus (Sarengat, 1982). Ventrikulus disebut
juga empedal atau gizzard. Ventrikulus pada ayam merupakan tempat terjadinya
pencernaan makanan secara mekanik, ventrikulus terletak ditengah-tengah rongga
perut tersusun oleh dua otot yang tebal yaitu otot yang mempunyai kekuatan 10
kali kekuatan otot paha dan otot yang mempunyai kekuatan 200 kali otot dada.
Ventrikulus berfungsi sebagai tempat menggiling pakan (Tillman, 1989).
2.1.6. Usus Halus
Usus halus dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejenum, dan
ileum. Duodenum merupakan bagian pertama dari usus halus dimana kelenjar
pankreas melekat sejajar pada bagian ini. Jejenum dan ileum agak sulit dibedakan
tetapi biasanya terdapat suatu tonjolan kecil yang disebut Michael Divertikulum
yang memisahkan jejenum dan ileum. Sebagian besar pencernaan terjadi di dalam
usus halus. Proses penyerapan makanan juga mulai terjadi pada usus halus.
Lapisan dalam usus halus mempunyai bangunan yang berupa tonjolan-tonjolan
yang berlipat-lipat, halus, dan jumlahnya sangat banyak, yang disebut villi yang
berfungsi memperluas permukaan absorbsi dari usus halus (Anggorodi, 1985).
Cairan usus adalah enzim-enzim yang disekresikan untuk memecah gula dan zat-
zat pakan lainnya menjadi bentuk-bentuk yang sederhana, dimana hasil
pemecahan tersebut disalurkan ke dalam aliran darah (Blakely dan Bade, 1998).
Menurut Yuwanto (2004) duodenum banyak disekresikan getah empedu maka
sifat cairannya adalah asam (pH 6).
2.1.7. Usus Besar
Sekum membantu mencerna makanan yang memiliki susunan serat kasar
yang tinggi melalui aksi jasad renik dalam makanan (Akoso, 1993). Sekum dapat
disamakan dengan usus buntu pada manusia, dengan fungsi yang tidak dapat
diketahui dengan pasti. Usus besar adalah kelanjutan saluran pencernaan dari
persimpangan usus buntu ke kloaka. Usus besar pada ayam tidak menghasilkan
enzim melainkan menghasilkan kelenjar mukosa. Vitamin pada usus besar
dihasilkan oleh vitamin B-Kompleks (Blakely dan Bade, 1998). Menurut
Suprijatna et al., (2005) pada unggas dewasa yang sehat, ceca berisi pakan lembut
yang keluar masuk.
2.1.8. Saluran Pembuangan
Setelah melalui usus besar, sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui saluran
pembuangan. Pada babi feses dikeluarkan melalui anus sedangkan pada ayam
dikeluarkan melalui kloaka (Frandson, 1997). Kloaka merupakan tempat
bermuara saluran pencernaan, urinasi, dan reproduksi. Urine pada ayam
dikeluarkan bersama feses, biasanya disebut ekskreta (Blakely dan Bade, 1998).
Selain organ pencernaan utama diatas pada ayam juga terdapat organ-
organ pelengkap pencernaan yaitu hati dan pankreas. Hati dan pankreas
membantu menghasilkan sekresi untuk pencernaan meskipun pakan yang masuk
tidak melalui organ tersebut. Fungsi lain dari hati adalah mengeluarkan empedu
yang ditampung di dalam kantong empedu yang berfungsi untuk mengemulsikan
lemak. Pankreas berfungsi mensekresikan enzim-enzim seperti amilase, lipase,
dan tripsin untuk membantu pencernaan karbohidrat, protein, dan lemak.
Metabolisme gula diatur oleh hormon insulin (Blakely dan Bade, 1998).
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Ilmu Nutrisi Pakan pada pencernaan non ruminansia
dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 22 November 2009 pukul
09.00 – 11.00 WIB di Laboratorium Biokimia Nutrisi dan Makanan Ternak
Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Materi yang digunakan adalah saluran pencernaan ayam broiler, pH stick,
timbangan analitis, gunting, pisau, plastik, gelas ukur, sendok, tisu dan nampan.
3.2. Metode
Metode yang digunakan adalah pertama - tama mempersiapkan ayam
kampung dengan pakan jagung giling satu hari sebelum praktikum. Kedua,
melakuakan sexio kemudian mengidentifikasi, mengamati dengan : mengukur ph
saluran pencernaan pada tembolok, proventrikulus, ventrikulus, usus halus dan
sekum dengan memasukan pH stick ke dalam saluran pencernaan tersebut,
biarkan 5 menit ukur pH dan melihat perubahan warna pada pH stick dari masing-
masing organ. Mengambil isi dari tembolok, proventrikulus, ventrikulus, usus
halus dan sekum menggunakan sendok teh, lalu timbang dengan timbangan
elektrik, lihat massanya dan dihitung densitasnya dari masing-masing organ
tersebut. Setelah itu melakukan perabaan ukuran partikel dari tembolok,
proventrikulus, ventrikulus, usus halus dan sekum kemudian dirasakan partikel
kasar atau halus.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum Saluran Pencernaan Non Ruminansia
Berdasarkan hasil pratikum ilmu nutrisi dan pakan didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Pengamatan Saluran Pencernaan Ayam BroilerOrgan Ciri-ciri p
pH
Densitas
(g/ml)
Deskripsi ukuran
partikel
Tembolok Permukaan dalam halus dan selaput melebar/membesar
Berbentuk kantung Bertekstur halus
5
5
1,7 Kasar, terdapat butiran-
butiran, pakan masih
utuh, berwarna kuning.
Proventrikulus Berwarna putih bagian dalamnya dan permukaan dalamnya halus
4
4
1,5 Kasar, tidak terdapat
cairan
Ventrikulus Permukaan dalamnya kasar (bergaris-garis) dan tebal
Berbentuk bulat Bertekstur keras
3
4
1,35 Kasar, pakan agak
hancur, berair,
berwarna kuning.
Terdapat batu- batuan
Usus halus Berwarna kuning dan terdapat pankreas
Bertekstur halus Terdapat banyak
pembuluh darah
8
6
1,3 Halus dan encer
Sekum Terdapat dua pasang yang panjang dan berwarna coklat
Bertekstur halus
6
7
2,5 Halus, berwarna hijau,
kental
7
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Nutrisi dan Pakan, 2009.
Skema Hasil Pengamatan Saluran Pencernaan Ayam Broiler
4.2. Pembahasan Hasil Praktikum Sistem Pencernaan Non Ruminansia
4.2.1. Tembolok (crop)
Hasil praktikum menunjukkan tembolok mempunyai ciri-ciri bentuk
menyerupai kantung, permukaan halus berwarna putih, Densitas sebesar 1,7 g/ml
dengan deskripsi ukuran partikel besar dan kasar, pakan masih utuh dan berwarna
kuning. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarengat (1982) yang menyatakan
tembolok berbentuk kantong yang merupakan pelebaran dari esophagus.
Berfungsi sebagai kantong untuk menampung makanan dan minuman sebelum
masuk ke dalam proventrikulus. pH pada tembolok sebesar 5 hal ini dikarenakan
di dalam tembolok terdapat proses pelunakan dan pengasaman yang dibantu oleh
enzim. Hal ini sesuai dengan pendapat Anggorodi (1985) yang menyatakan pakan
disimpan dalam tembolok untuk sementara, disini terjadi pelunakan dan
pencernaan pendahuluan yang dibantu oleh enzim. Pakan yang berupa serat kasar
dan biji-bijian tinggal di tembolok selama beberapa jam untuk proses pelunakan
dan pengasaman. Metabolisme zat nutrisi di dalam tembolok tidak begitu
menonjol hanya sedikit pencampuran saliva dari rongga mulut untuk membantu
melicinkan dan membantu menelakan pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sarwono (1997) yang menyatakan saliva atau kelenjar ludah dalam jumlah sedikit
dikeluarkan dalam mulut untuk membantu menelan makanan untuk melicinkan
makanan yang masuk menuju esophagus dan diteruskan ke tembolok (crop).
4.2.2. Proventrikulus
Berdasarkan dari hasil praktikum didapatkan proventrikulus dengan ciri-
ciri merupakan pelebaran dari esophagus, berwarna putih pada bagian dalamnya
dan permukaann dalam ada tonjolan-tonjolan. Hal ini sesuai dengan Akoso (1993)
yang menyatakan proventrikulus merupakan pelebaran dan penebalan dari ujung
akhir esophagus pH di dalam proventrikulus sebesar 4 sehingga dapat dikatakan
suasana proventrikulus termasuk asam. Hal ini dapat terjadi karena pada
proventrikulus terdapat sekresi enzim. Pendapat ini sesuai dengan Proventikulus
disebut juga lambung sejati dikarenakan pencernaan terjadi secara enzimatis.
Proventikulus terdapat enzim pepsin yang semula tidak aktif menjadi aktif yang
diaktifkan oleh HCl dan pepsinogen (Soenarjo, 1988). Menurut Akoso (1993),.
Proventrikulus mengeluarkan asam lambung, terutama asam hidroklarat, dan
enzim pepsin. Kedua yang melakukan pemecahan protein menjadi asam amino
(Blakely dan Bade, 1998). Metabolisme zat nutrisi yang terjadi adanya sekresi
HCl dan getah lambung untuk melunakkan pakan secara kimiawi untuk
memudahkan pencernaan di gizzard.
4.1.2. Gizzard
Berdasarkan dari hasil praktikum didapatkan gizzard dengan ciri-ciri
permukaan dalamnya kasar, berotot kuat dan tebal, berbentuk bulat dan bertekstur
keras. Densitas partikel sebesar 1,7 g/ml dengan deskripsi ukuran partikel kasar
dan terdapat kerikil. Hal ini sesuai dengan Blakely dan Bade (1998) ventrikulus
tersusun dari suatu struktur bertanduk yang berotot tebal. Kerja penggilingan yang
terjadi secara tidak sadar oleh otot empedal memiliki kecenderungan untuk
menghancurkan pakan seperti yang dilakukan oleh gigi. Sarengat (1982)
menambahkan di dalam gizzard terdapat butiran-butiran grit yang terdiri dari
pecahan-pecahan batu akan membantu dalam proses pencernaan. Makanan yang
sudah hancur menjadi massa yang lebih halus dan homogen seperti bubur lalu
disalurkan ke dalam usus halus.
4.1.3. Usus Halus
Berdasarkan dari hasil praktikum didapatkan usus halus dengan ciri-ciri
saluran yang terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum serta terdapat pankreas
yang menempel pada lekukan duodenum yang pertama dan bertekstur halus pada
luar serta banyak terdapat pembuluh darah dan villi. Densitas partikel sebesar 1,3
g/ml dengan deskripsi ukuran partikel halus. Hal ini sesuai dengan pendapat
Anggorodi (1985) yang menyatakan usus halus dapat dibagi menjadi tiga bagian
yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Lapisan dalam usus halus mempunyai
bangunan yang berupa tonjolan-tonjolan yang berlipat-lipat, halus, dan jumlahnya
sangat banyak, yang disebut villi yang berfungsi memperluas permukaan absorbsi
dari usus halus. pH usus halus saat praktikum adalah 6. Hasil ini sesuai dengan
pendapat Yuwanto (2004) yang menyatakan duodenum banyak disekresikan getah
empedu maka sifat cairannya adalah asam (pH 6). Metabolisme yang terjadi
dalam usus halus adalah memecah gula dan zat-zat pakan lainnya menjadi bentuk-
bentuk yang sederhana, dimana hasil pemecahan tersebut disalurkan ke dalam
aliran darah. Pendapat ini sesuai dengan Blakely dan Bade (1998) yang
menyatakan cairan usus adalah enzim-enzim yang disekresikan untuk memecah
gula dan zat-zat pakan lainnya menjadi bentuk-bentuk yang sederhana, dimana
hasil pemecahan tersebut disalurkan ke dalam aliran darah.
4.1.4. Sekum
Berdasarkan dari hasil praktikum didapatkan sekum dengan ciri-ciri
bentuk sekum panjang dan sepasang terdapat 2 ceca serta berwarna coklat.
Densitas partikel sebesar 2,5 g/ml dengan deskripsi ukuran partikel adalah halus
dan berwarna hijau. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suprijatna et al., (2005)
bahwa pada unggas dewasa yang sehat, ceca berisi pakan lembut yang keluar
masuk. pH di sekum sebesar 7, metabolisme di sekum adalah adanya proses
pencernaan fermentatif oleh mikroba untuk mencerna serat kasar. Pendapat ini
sesuai dengan Akoso (1993 yang menyatakan sekum membantu mencerna
makanan yang memiliki susunan serat kasar yang tinggi melalui aksi jasad renik
dalam makanan.
BAB V
KESIMPULAN
Saluran pencernaan ayam kampung meliputi mulut (paruh), oesophagus,
tembolok, proventrikulus, ventrikulus, usus halus, caecum, usus besar, dan kloaka.
Densitas, ukuran partikel, dan pH setiap saluran pencernaan berbeda-beda serta
fungsi dan proses pencernaan tiap saluran pencernaan berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, B. T. 1998. Kesehatan Unggas. Kanisius, Yogyakarta.
Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Unggas. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Blakely, J. and D.H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Ir. Bambang Srigandono, MSc).
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Kartadisastra, H. R. 1977. Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius, Yogyakarta.
Rasyaf, M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sarengat, W. 1982. Pengantar Ilmu Ternak Unggas. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Diponegoro, Semarang.
Sarwono, B. 1997. Ragam Ayam Piaraan. Penebar Swadaya. Jakarta
Suprijatna, E., U. Atmowarsono, R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tillman, A. D. H. Hartadi, S. Prawirokusumo, S. Reksodiprojo dan S. Lebdo Sokojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yoyakarta.
Yuwanto, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius, Yogyakarta
Lampiran 2. Perhitungan Densitas Saluran Pencernaan Non Ruminansia
Tembolok
Diketahui : m = 17 g
V = 10 ml
Ditanya : densitas.................?
Jawab :
= 1,7 g/ml
Proventrikulus
Diketahui : m = 15 g
V = 10 ml
Ditanya : densitas.................?
Jawab :
= 1,5 g/ml
Ventrikulus
Diketahui : m = 13,5 g
V = 10 ml
Ditanya : densitas.................?
Jawab :
= 1,35 g/ml
Usus Halus
Diketahui : m = 6,5 g
V = 5 ml
Ditanya : densitas.................?
Jawab :
= 1,3 g/ml
Sekum
Diketahui : m = 2,5 g
V = 1 ml
Ditanya : densitas.................?
Jawab :
= 2,5 g/ml