Post on 27-Jul-2018
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 21 Banjarbaru, 20 Juli 2016
Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi Pertanian Berkelanjutan
(Hasil-Hasil Penelitian Mendukung Pajale)
Luthfi Fatah
Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat
E-mail: lutfi.fatah@gmail.com
Pendahuluan
Kedaulatan pangan bersama-sama dengan kemandirian pangan adalah kondisi yang
diperlukan oleh suatu negara untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan masyarakat dan
perseorangan yang sehat, aktif, dan produktif, secara berkelanjutan. Ketahanan Pangan
sendiri adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi suatu negara sampai kepada para individual
yang ada di negara tersebut. Pencerminan sebuah negara yang telah mencapai ketahanan pangan
adalah tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya. Pangan yang tersedia
adalah beragam, aman, dengan kandungan gizi yang baik. Ketersediaan pangan ini bersifat
merata dan terjangkau. Selain itu ketersediaan pangan ini tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan mapun budaya masyarakat, serta memungkinkan masyarakat untuk dapat hidup sehat,
aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Kedaulatan pangan merupakan hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan
kebijakan Pangan yang menjamin hak rakyat atas pangan dan yang memberikan masyarakat
hak menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal. Sedangkan
kemandirian pangan merupakan kemampuan negara dan bangsa untuk memproduksi aneka ragam
pangan di dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup
sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan secara bermartabat segenap potensi
sumber daya alam dan manusia, memanfaatkan dan merekayasan faktor-faktor sosial dan
ekonomi, serta menggali, memanfaatkan dan mengembangkan kearifan lokal (Permentan No: 15/
Permetan/ HK.140 /4/ 2015).
Secara konseptual dan normatif tentang persoalan pangan ini telah diatur dengan sangat
baik sebagaimana tercermin dari uraian definisi di atas. Namun demikian negara dan bangsa
kita masih harus terus mengupayakan segenap daya untuk dapat mewujudkan konsep dan norma
tersebut kedalam implementasi yang aktual, sehingga ketahanan pangan dapat terwujud dari
kemampuan kita merealisasikan kondisi kedaulatan dengan kemandirian pangan dengan
memanfaatkan segenap sumberdaya dan kemampuan yang kita miliki, bersatu padu bergerak
secara sinergi dalam lingkup wilayah negara Republik Indonesia yang maha luas ini.
Untuk kebijakan apapun juga yang mengatur berbagai aspek dalam berbangsa dan
bernegara untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaulat, mandiri dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong, termasuk dalam merumuskan kebijakan pangan,
konteks luasan wilayah negara Indonesia menjadi faktor strategis. Wilayah dengan luasan
yang besar ini membawa perbedaan dalam faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
implementasi strategi untuk keberhasilan suatu usaha atau program. Menjadi dilematis
ketika kita harus merumuskan sebuah kebijakan untuk wilayah yang luas ini. Di satu sisi ada
tuntutan untuk mencapai economy of scale yang memadai untuk memaksimumkan benefit yang
dapat diperoleh, di sisi yang lain keragaman wilayah dengan beragam karakteristik fisisk, sosial,
22 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
ekonomi dan budayanya membuat generalisasi sulit dilakukan dan, seperti yang seringkali
dilakukan, hal itu kemudian harus dipaksakan dengan berbagai metode dan sistem, namun
seringkali pula dengan ongkos ekonomi, sosial, dan ongkos kerugian lingkungan yang tidak
sedikit.
Dari uraian di atas dapatlah dipahami kebutuhan untuk memperhitungkan aspek spesifik
lokasi adalah sebuah keniscayaan bagi Indonesia yang luas ini. Lebih-lebih lagi dalam
perumusan strategi untuk mendukung kedaulatan pangan sebagaima yang diinginkan. Banyak
faktor dari beragam aspek yang memerlukan penanganan dan addressing secara spesifik, tidak
bisa disandarkan pada satu preskripsi generik untuk seluruh wilayah Indonesia. Berbagai
inovasi agronomi telah banyak sekali dihasilkan dalam mendukung pembangunan pertanian.
Namun kita perlu cermat memilih dan mengkombinasikan pilihan agroinovasi yang sesuai, agar
maksud pembangunan pertanian dapat berkelanjutan dan dapat menjadi jalan perwujudan
peningkatan produktivitas pertanian dan perbaikan kesejahteraan petani. Bila tidak dilakukan
dengan cermat pemilihan strategi yang keliru bisa saja berdampak saling meniadakan, atau bahkan
dalam keadaan tertentu yang bersifak ekstrim dapat menghasilkan kondisi yang kontra produktif
bagi upaya pembangunan pertanian.
Inovasi, Teknologi dan Pembangunan
Apa yang dimaksud dengan Inovasi? Menurut Webster innovation is the introduction of
something new: a new idea, method, or device. Jadi inovasi adalah memperkenalkan sesuatu
yang baru, bisa berupa ide, metode maupun peralatan. Orang yang melakukan inovasi disebut
inovator. Ada juga yang memberikan batasan bahwa inovasi adalah sebuah proses pembaruan
dalam unsur kebudayaan masyarakat, yakni teknologi. Inovasi berarti penemuan baru dalam
teknologi manusia. Dalam pengertian yang lain, inovasi juga dapat didefinisikan sebagai
kemampuan untuk memperkenalkan hal-hal baru atau temuan baru yang berbeda dari yang sudah
ada atau sudah dikenal sebelumnya (Alston, 2010).
Sesuatu hal yang inovatif haruslah bermanfaat bagi sang inovator atau orang lain.
Inovasi dapat menyebabkan perubahan berbagai bidang dalam masyarakat. Contoh, penemuan
dalam bidang teknologi pertanian tentu akan mempengaruhi teknik atau cara petani mengolah
pertaniannya. Pada umumnya inovasi dibedakan atas inovasi yang terjadi karena sengaja
(invention) dan inovasi yang terjadi tanpa disengaja (discovery). Invention adalah proses
munculnya suatu hal baru dari kombinasi hal-hal lama yang telah ada yang memang
direncanakan prosesnya. Sedangkan, discovery adalah penemuan hal baru, baik berupa alat,
produk ataupun gagasan yang sebelumnya tidak dirancang secara khusus untuk menghasilkan
hal-hal baru tersebut. Namun demikian discovery dapat menjadi invention jika masyarakat
sudah mengakui, menerima, dan memanfaatkan hasil inovasi tersebut (Fatah, 2007b).
Pengertian inovasi hampir sama dengan pengertian kreatif. Satu hal penting yang
menjadi pembeda kedua istilah tersebut adalah tidak semua orang memiliki sikap inovatif.
Kreativitas adalah naluri sejak lahir, sedangkan inovasi muncul apabila kreativitas terus diasah
dan dikembangkan. Sedangkan teknologi secara umum dapat didefinisikan sebagai entitas, benda
maupun tak benda yang diciptakan secara terpadu melalui perbuatan dan pemikiran untuk
mencapai suatu nilai. Secara etimologis, akar kata teknologi adalah "techne" yang berarti
serangkaian metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan sebuah objek, atau kecakapan
tertentu, atau pengetahuan tentang metode dan seni.
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 23 Banjarbaru, 20 Juli 2016
Definisi teknologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), teknologi adalah
metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis ilmu pengetahuan terapan, merupakan keseluruhan
sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan
hidup manusia. Teknologi dapat dipandang sebagai kegiatan yang membentuk atau mengubah
kebudayaan. Selain itu, teknologi adalah terapan matematika, sains, dan berbagai seni untuk
faedah kehidupan seperti yang dikenal saat ini. Menurut Miarso (2007) : teknologi adalah
proses yang meningkatkan nilai tambah, proses tersebut menggunakan atau menghasilkan
suatu produk , produk yang dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada, dan karena
itu menjadi bagian integral dari suatu sistem. Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk
menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
Setiap orang dengan caranya masing-masing tentu ingin mendayagunakan segala
sumberdaya, aset, dan kemampuannya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Limpahan sumberdaya yang diterima (resource endowment), jumlah aset yang dikuasai, dan
kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dan setiap golongan masyarakat tidaklah sama. Ini
akan berimplikasi pada kemampuan orang atau golongan masyarakat tersebut untuk mencapai
tujuan mereka dalam rangka memperbaiki aspek-aspek kehidupannya (Fatah, 2004).
Pembangunan sesungguhnya usaha untuk menerapkan kemampuan dalam pengelolaan
sumberdaya dan aset yang dimiliki untuk mencapai keadaan yang lebih baik. Kemampuan
mengelola, ketersediaan sumberdaya, dan jumlah aset yang dimiliki dengan demikian merupakan
tiga faktor utama yang menentukan keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Semakin tinggi
kemampuan mengelola akan membuat semakin banyak alternatif-alternatif yang dapat
dikembangkan untuk melaksanakan pembangunan. Demikian juga dalam hal sumberdaya,
semakin banyak sumberdaya yang dikuasai dan semakin besar tingkat penguasaan terhadap
sumberdaya tersebut, akan semakin besar pula peluang pembangunan yang dilaksanakan akan
berhasil dengan lebih baik. Dalam hal jumlah aset, kecenderungannya adalah bahwa semakin
banyak aset yang dikuasai (misalnya dukungan infrastruktur, sarana, dan prasarana) akan
semakin mudah mewujudkan rencana dalam pelaksanaan pembangunan (Fatah, 2007a).
Pentingnya Inovasi dalam Pembangunan
Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi landasan
pokok agar pembangunan nasional dapat memberikan kesejahtraan rakyat lahir dan batin yang
setinggi- tingginya, termasuk pembangunan sektor pertanian di bidang pangan.
Penyelenggaraannya perlu menerapkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
mendorong pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) secara seksama dan bertanggung jawab dengan memperhatikan nilai-nilai agama serta
nilai-nilai luhur budaya bangsa, sehingga dapat mengupayakan pencapaian sasaran umum
pembangunan jangka panjang yang diselenggarakan melalui berbagai bidang pembangunan.
Ilmu pengetahuan erat hubungannya dengan teknologi. Sering dikatakan bahwa ilmu
pengetahuan adalah kunci rahasia alam dan teknologi disebut-sebut sabagai penerapan ilmu
pengetahuan untuk menghasilkan inovasi di dalam rangka memecahkan permasalahan yang
dihadapi berkait dengan alam, pemanfaatan sumberdaya dan pemeliharaan keseimbangan dan
kelestarian lingkungan.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan untuk menghasilkan inovasi
seiring berkembangnnya permasalahan yang dihadapi. Hal ini seperti dinyatakan oleh Fatah
(2010) bahwa teknologi hanya dapat dikembangkan melalui pengaplikasiannya pada masalah
24 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
yang nyata. Aplikasi rekayasa teknologi yang sesuai pada masalah nyata yang dihadapi
merupkan bentuk inovasi yang mendukung proses pembangunan berjalan dengan baik dan
berkelanjutan. Perkembangan inovasi dan teknologi yang cepat dan dinamis serta berlangsung
secara terus menerus dari waktu ke waktu telah membangkitkan kekuatan besar yang mendorong
terjadinya perubahan-perubahan yang mendasar.
Proses globalisasi adalah perubahan kondisi yang sedang terjadi saat ini. Globalisasi ini
selain dalam tata hubungan antar bangsa, juga meliputi globalisasi dibidang informasi, ilmu
pengetahuan dan teknologi serta ekonomi. Menyikapi perubahan yang terjadi itu diperlukan
inovasi yang sesuai untuk mendukung keberhasilan dan keberlanjutan pelaksanaan pembangunan
(Fatah, 2007b).
Sebagai salah satu dampak langsung proses globalisasi tersebut adalah terciptanya suatu
suasana keterbukaan. Suasana keterbukaan yang membangkitkan persaingan yang kuat.
Kecepatan perkembangan ilmu pengetahuan, inovasi dan teknologi yang sangat pesat telah
membuat persaingan demikian tingginya sehingga terjadilah suatu seleksi dimana hanya bangsa
bangsa yang dapat berinovasi dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sajalah yang dapat bertahan di arena persaingan tersebut. Satu bangsa yang berkeinginan
untuk bertahan dalam proses globalisasi ini serta terus mempunyai kemampuan untuk
berkembang, harus mampu untuk bersaing secara terbuka. Persaingan dan keterbukaan ini
seyogyanya merupakan tantangan yang harus dijawab oleh bangsa.
Perkembangan ilmu pengetahuan, inovasi dan teknologi yang semakin pesat dan
persaingan antar bangsa yang semakin ketat serta adanya dampak arus globalisasi yang semakin
meluas menuntut pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi secara lebih tepat, cepat dan cermat serta bertanggung jawab agar mampu memacu
inovasi untuk menuju terwujudnya masyarakat yang mandiri, maju dan sejahtera (Fatah, 2009a).
Agroinovasi yang Telah di Kembangkan
Inovasi di bidang pertanian terus maju dan berkembang. Perkembangannya di
Indonesia juga sangat dirasakan. Berbagai sudut pandang dan teknik pendekatan, berbagai
disiplin ilmu dan berbagai komponen stakeholders masing-masing berkontribusi terhadap
akumulasi inovasi dan teknologi baru di bidang pertanian. Inovasi ini tersebar di berbagai
tempat termasuk juga lembaga-lembaga riset, di perguruan tinggi, di bagian R&D lembaga atau
institusi pemerintah maupun swasta, dan juga pada beberapa kelompok think tank termasuk di
organisasi LSM.
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Balitbangtan telah melaksanakan
berbagai kegiatan penelitian pertanian dan telah menghasilkan pula berbagai inovasi teknologi.
Melalui Balai Penelitian yang menghasilkan teknologi strategis nasional dan Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) di daerah yang menghasilkan teknologi pertanian spesifik lokasi,
Balitbangtan mengarahkan programnya memanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal
sesuai paradigma pembangunan pertanian untuk mendorong sistem dan usaha pertanian yang
efisien.
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian (Balitbangtan) telah mengorganisir dan mendokumentasikan berbagai inovasi di bidang
pertanian ini ke dalam sebuah buku yang diberikan judul 400 Teknologi Inovatif Pertanian. Upaya
proaktif Balitbangtan ini dimaksudkan agar dapat memberikan akselerasi bagi proses alih
teknologi dari hasil-hasil penelitian litbang pertanian dan sekaligus juga agar dapat menarik
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 25 Banjarbaru, 20 Juli 2016
berbagai Badan Usaha pemerintah maupun komersial untuk mengembangkannya dalam skala
luas bagi kesejahteraan petani.
Secara garis besar buku 400 Teknologi Inovatif Pertanian ini mencakup informasi dasar,
input produksi, pupuk dan pengendali hayati, perangkat uji, alat dan mesin pertanian,
pengembangan produk pertanian, bioenergi dan lingkungan. Masing-masing bagian tersebut
mempunyai sub bagian lagi yang lebih mendetail. Sehingga sebagai sebuah sumber informasi
buku ini mengkompilasi sangat komprehensif temuan-temuan berbagai inovasi yang sudah
dihasilkan. Buku ini mengandung berbagai inovasi teknologi yang dapat mendukung peningkatan
produksi pertanian berkelanjutan dan untuk memperbaiki perolehan nilai tambah dari komoditas
tanaman pangan yang diusahakan petani. Dengan mendasarkan pada berbagai hasil penelitian
seperti yang dipaparkan dalam buku tersebut program strategis pemerintah untuk mendukung
program Pajale dapat merujuk kepa buku ini untuk menemukan inovasi dan teknologi yang sesuai
dan dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan spesifik yang dihadapi.
Kebutuhan Kebijakan Inovasi yang Imperatif
Untuk mengoptimalkan kekuatan dari inovasi dalam mendukung tercapainya tujuan dari
kebijakan publik para pengambil keputusan dapat memainkan peran yang penting, untuk itu
kepemimpinan yang kuat merupakan hal yang esensial. Pengembangan inovasi hendaknya
dapat bermuara kepada peningkatan produktivitas, pertumbuhan dan kesejahteraan (OECD,
2015a). Tidak ada satu paket lengkap kebijakan untuk pengembangan inovasi yang paling sesuai.
Yang dibutuhkan adalah kemampuan meramu dan merumuskan kombinasi berbagai kebijakan
untuk mendukung inovasi (Fatah, 2009b). Ini akan bervariasi tergantung pada konteksnya dan
akan meluas melampaui batasan sempit kebijakan pengembangan riset dan inovasi yang lazim,
yakni yang berorientasi pada satu aspek atau fokus dari stakeholder utamanya.
Mengkonsentrasikan kebijakan pada lima bentuk kegiatan akan membantu pemerintah
untuk mempromosikan dan mendorong kemajuan pembangunan menuju terwujudnya masyarakat
yang lebih inovatif, produktif dan makmur, meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas dan
memperkuat perekonomian dalam menghadapi persaingan global (OECD, 2015a). Kelima bentuk
kegiatan yang dimaksud akan diuraikan berikut ini.
Bentuk pertama adalah strategi membangun keterampilan yang efektif (effective skills
strategy). Inovasi sangat bergantung kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan untuk menghasilkan berbagai inovasi berupa ide-ide baru, metode baru, approach
baru, desain baru serta pengembangan berbagai teknologi baru dan selanjutnya membawa inovasi
tersebut untuk melakukan penetrasi terhadap pasar, agar dapat diterima masyarakat dan
demandnya tumbuh. Berikutnya inovasi ini harus diimplementasikan di tempat kerja dan ketika
itu inovasi yang dikembangkan haruslah mampu beradaptasi dengan perubahan struktur yang
terjadi dalam masyarakat yang luas dan beragam.
Namun demikian harus diingat bahwa pengalaman dan observasi terhadap data
yang ada menunjukkan bahwa duapertiga orang yang bekerja tidak memiliki keterampilan yang
diperlukan untuk berhasil mengarungi belantara lingkungan kerja yang kaya teknologi
(technology-rich environment). Keadaan ini semakin menekankan pentingnya bentuk
kegiatan membangun keterampilan yang efektif ini untuk dilaksanakan (Fatah, 2010).
Bentuk kegiatan yang kedua adalah menciptakan lingkungan bisnis yang kuat, terbuka
dan kompetitif (A sound, open and competitive business environment). Lingkungan bisnis yang
sehat ini akan mendorong investasi dalam teknologi dan dalam modal yang berbasis pengetahuan.
26 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
Hal tersebut akan memberikan peluang bagi industri yang inovatif untuk bereksperimen dengan
ide- ide baru, teknologi baru, model-model bisnis yang baru sesuai dengan inovasi yang mereka
lakukan dan kembangkan. Lingkungan bisnis yang baik juga akan memungkinkan industri untuk
tumbuh dan berkembang mencapai skala yang lebih stabil, skala ekonomi (economy of scale).
Bentuk kebijakan yang dikembangkan hendaknya menghindari untuk berfokus pada penguatan
petahana (incumbent), karena bentuk kebijakan seperti ini akan menghambat inovasi dan
menurunkan kegiatan-kegiatan percobaan untuk mewujudkan inovasi (Fatah dan Heiriyani,
2011). Kebijakan tersebut dengan sendirinya juga akan memperpanjang proses exit dari
perusahaan atau pelaku usaha yang kurang produktif. Lebih jauh lagi hal tersebut juga akan
membuat proses realokasi sumberdaya dari kegiatan yang kurang produktif kepada yang lebih
produktif berjalan lebih lambat.
Bentuk kegiatan yang ketiga adalah mengembangkan investasi dalam sistem kreasi dan
difusi inovasi yang efisien (investment in an efficient system of innovation creation and
diffusion). Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjaga keberlanjutan berlangsungnya proses
inovasi. Dengan investasi yang memadai maka dukungan dana dan insentif kegiatan bagi pelaku
bisnis dan usaha untuk berinovasi akan tersedia. Pengembangan riset dan percobaan percobaan
dapat ditingkatkan, demikian pula mekanisme entry dan akses pasar untuk memanfaatkan dan
membangun demand terhadap produk inovasi yang dihasilkan dapat dilakukan dengan lebih baik.
Pemerintah adalah pihak yang memegang peranan strategis dan menentukan dalam
penyediaan pendanaan untuk mendukung inovasi. Penelitian fundamental secara khusus
adalah menjadi pemicu dan pengendali pertumbuhan produktivitas jangka panjang dengan cara
mempertahankan kemampuan perekonomian untuk mengambil pelajaran dari inovasi-inovasi
termutakhir pada tataran global. Dana publik sangat diperlukan untuk dapat menyelesaikan
persoalan yang menjadi fakta dalam dunia bisnis bahwa kebanyakan pelaku usaha berinvestasi
terlalu rendah (under investment) untuk penelitian-penelitian fundamental. Padahal penelitian itu
justru sangat penting karena dampak tumpahan pengetahuan dan keterampilan yang dihasilkan
melalui kegiatannya sangat besar dan menentukan perkembangan kepuasan di masyarakat, baik
penghasil maupun pengguna dari produk inovasi yang dihasilkan.
Bentuk kegiatan yang keempat adalah meningkatkan akses dan partisipasi dalam digital
ekonomi (Increased access and participation in the digital economy). Teknologi digital
menawarkan potensi yang sangat besar untuk inovasi, untuk pertumbuhan dan untuk kesejahteraan
yang lebih baik lagi. Namun demikian kebijakan yang diimplementasi dalam berbagai kegiatan
yang relevan diperlukan untuk memanfaatkan jaringan internet yang mebuka luas untuk mengatasi
persoalan- persoalan yang terkait dengan privacy dan security sambil tetap membuka lebar akses
dan kompetisi. Inovasi digital juga memerlukan investasi dalam infrastruktur baru seperti
broadband, namun dengan tetap mempertahankan kondisi bahwa kita memiliki spektrum dan
dukungan internet untuk menyelesaikan persoalan dan permasalahan yang dihadapi.
Dewasa ini hampir tidak ada bisnis yang dijalankan tanpa dukungan dari ICT. Sebagai
ilustrasi di tahun 2014 hampir 95% perusahaan di wilayah OECD (Organisation for Economic
Co-operation and Development) sudah memiliki koneksi broadband. Namun demikian hanya
21% perusahaan yang menjalankan e-sales, dan hanya 22% diantara perusahaan ini yang
menggunakan jasa cloud computing (OECD, 2015). Merespon kondisi ini agar tidak tertinggal
dan dapat menjadikan inovasi sebagai basis untuk percepatan perbaikan produktivitas,
pertumbuhan maupun kesejahteraan maka pemerintah perlu proaktif untuk meningkatkan laju
investasi dalam broadband, infrastruktur yang tepat guna, dan pengaturan pelayanan internet
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 27 Banjarbaru, 20 Juli 2016
menuju efisiensi, efektifitas dan timing yang sesuai.
Bentuk kegiatan yang terakhir yaitu yang kelima adalah pengaturan dan implementasi
yang konsisten dari kebijakan kebijakan inovasi (strong governance and implementation of
policies for innovation). Dampak dari kebijakan-kebijakan inovasi tergantung sepenuhnya pada
bagaimana pengelolaan kebijakan tersebut dalam penerapannya dan bagaimana adaptasi dan
difusi inovasi tersebut dilakukan supaya dapat diterima masyarakat. Kebijakan harus
konsisten memang , namun tidak berarti bahwa kebijakan inovasi tidak boleh dirubah. Justru
perubahan itulah yang perlu konsisten, sehingga inovasi dapat menangkap dan merefleksikan
perubahan situasi, kondisi dan perbedaan kebutuhan pada titik waktu yang berbeda.
Kebijakan inovasi yang baik akan sangat bergantung pada kerangka institusional yang
terbangun dengan baik, kepabilitas yang kuat untuk monitoring dan evaluasi, penerapan dari
praktik-praktik yang telah terbukti baik dan sesuai disertai dukungan dari sektor publik yang
kapabel dan inovatif.
Proses penyusunan strategi nasional termasuk untuk pengembangan inovasi menuju
perbaikan produktivitas, pertumbuhan dan kesejahteraan memerlukan keterlibat sejak dini dari
komponen- komponen stakeholder, termasuk dunia bisnis, akademis, patner sosial dan pelaku-
pelaku kunci lainnya (OECD, 2015b). Oleh karena banyak sekali kebijakan yang dapat
mempengaruhi inovasi, maka adalah sangat penting agar berbagai kebijakan dengan berbagai
kepentingan dan sudut pandang tersebut dibuat agar berjalan harmonis dan sinergis, tidak hanya
pada tingkat pusat atau level nasional, melainkan juga dalam hubungan antara pusat dan daerah
sampai kepada pihak-pihak otoritas lokal setempat. Karena dari merekalah justru tumbuh dan
berkembangnya ide-ide inovasi dan tuntutan kebutuhan untuk kemudian dicarikan solusinya
melalui pengembangan inovasi yang sesuai.
Dalam perkembangan dunia yang semakin kompleks ini, dengan globalisasi dan dimensi
jarak dan waktu yang relatif semakin pendek, dimana tingkat compleksitas dan ketidakpastian
semakin tinggi, maka peran pemerintah bergeser lebih banyak kepada peran fasilitator. Ini
memungkinkan kordinasi yang lebih dekat antara pelaku-pelaku kegiatan yang terlibat,
memungkinkan lebih berkembangnya percobaan-percobaan untuk pengembangan teknologi
dan inisiasi inovasi. Penekanan dewasa ini kemudian lebih berkembang ke arah pembangunan
network, memperbaiki kordinasi dan pengaturan serta mempromosikan kesadaran untuk self
reliance dan mengurangi ketergantungan kepada pendanaan pemerintah.
Peningkatan Keragaan Sektor Pertanian Secara Berkelanjutan
Untuk kelangsungan hidupnya, manusia tergantung pada produktivitas dari ekosistem
tanah dan air, yang kedua-duanya saling berkaitan dan terpadu dalam keseluruhan sistem daur
biogeokimia. Tetapi dalam beberapa dasawarsa yang terakhir ini manusia telah menemukan
cara-cara untuk peningkatan produksi pertanian dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan
dengan menggunakan teknik-teknik tertentu yang seringkali sangat produktif namun dengan
mengabaikan dampak-dampak yang mereka sebabkan seperti makin rapuhnya ekosistem-
ekosistem tertentu, kerugian tanah, dan kemungkinan terganggunya peredaran siklus dalam
biosfer (Fatah, 2007a).
Siklus biogeokimia adalah nama yang diberikan kepada bertukarnya peralihan di unsur-
unsur biosfer antara medium an organik dengan benda hidup. Unsur-unsur itu bergerak di
antara reservoir-reservoir utama : atmosfir dan hidrosfir, litosfir dan biosfir. Beberapa siklus
mempunyai fase yang utama dalam atmosfir, yang lain dalam sedimen dari litosfir. Fase yang
28 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
berlainan itu berlangsung dalam ekosistem. Siklus-siklus biogeokimia dapat mengatur diri sendiri
dan menjamin kelestarian ekosistem. Rangkaian-rangkaian, jaringan dan siklus dari ekosistem
itu saling berkaitan dan disinkronisasikan dalam pola yang lebih luas dari siklus-siklus biogeokimia
yang pokok.
Siklus
Pertanian
Pertanian didasarkan atas proses biologi dan memiliki kemungkinan diperbaharuinya
kemampuan berproduksi dari pengelolaan ekosistem dengan baik. Terlepas dari keadaan
mendesak dan jumlah kebutuhan manusia, produksi tidak dapat ditopang kelangsungannya jika
teknik atau pelaksanaan pertanian mengancam lingkungannya misalnya dengan mencakup siklus-
siklus pada tingkat yang berlainan, mereka membahayakan kemungkinan diperbaharuinya dasar
pertanian itu sendiri : tanah, air dan sumber-sumber genetik. Dengan perkataan lain, kegiatan
pertanian untuk dapat berkelanjutan, harus tidak membebani alam melebihi kapasitasnya dan
karena itu harus memperhatikan kondisi agroekosistem untuk reproduksi.
Kemampuan untuk terus berproduksi dari suatu agro-ekosistem tergantung pada
efektifitas siklus biologinya. Pemupukan tanah akan memperbaiki sifat fisik, kimia fisik dan sifat
biologinya untuk mendorong kegiatan siklus. Dalam konteks ini, ilmu pengetahuan modern
telah menemukan kembali peranan humus yang utama, dengan demikian terjadi daur ulang zat
organik sementara penyimpangan air dan bahan gizi serta pertukaran gas diperbaiki. Humus
yang seimbang membantu berkembangnya pengumpulan yang mengatur kemantapan susunan
tanah dan selanjutnya ketahanannya terhadap pengaruh iklim : hujan lebat dan erosi angin.
Pupuk-pupuk mineral memberikan sumbangan penting untuk memperoleh hasil produksi yang
tinggi, tetapi tidak mampu memulihkan turunnya isi humus dalam tanah jika zat organik tidak
dikembalikan kepada tanah. Merosotnya kesuburan yang seringkali berjalan perlahan dan
membahayakan pada tanah yang demikian itu, memberikan hasil maksimum, diikuti dengan
penurunan panen dan kerawanan tanaman yang meningkat. Agro-ekosistemnya menjadi tidak
seimbang dan siklus nitrogen dan fosfor terganggu.
Misalnya, jika kita mengingat bahwa siklus nitrogen itu dalam sistem produksi yang
linier tanpa pendaurulangan zat organik , nitrogen akan hilang dengan empat cara : penguapan
nitrogen amonium ke dala atmosfir, limpasan permukaan air dan lautan, pelumeran nitrat-nitrat
yang mengotori tanah maupun air permukaan, dan akhirnya denitrifikasi dalam tanah yang
susunannya menjadi tidak sempurna atau kurang baik alirannya. Menurut perkiraan terakhir,
hanya kira-kira 30 sampai 70% pupuk nitrogen yang diberikan kepada tanah sekarang ini
diperoleh kembali dalam tanaman. Kesuburan tanah mungkin berkurang karena suatu proses
asidifikasi rumit yang melibatkan interaksi tanah dengan air. Fiksasi nitrogen secara biologi
mungkin dihambat oleh pupuk N tingkat tinggi.
Sebagai kesimpulan dikatakan bahwa pupuk mineral dan pupuk organik itu
sesungguhnya saling melengkapi, dengan demikian ilmu pengetahuan modern memperkuat
pengajaran yang diperoleh dan pengalaman yang menjadi dasar sistem pertanian yang produktif
dan sangat mantap, baik di daerah-daerah dengan iklim sedang maupun dengan iklim tropis.
Dengan jumlah unsur mineral yang sama, hasil produksi seringkali menjadi lebih tinggi jika dipakai
pupuk organik. Bagaimanapun juga, rasionalitas ekonomi yang menjajarkan beraneka sistem
produksi tidak mengetahui tentang adanya kekacauan yang mungkin terjadi pada salah satu siklus
dan dampak- dampak dari sinergi yang diperoleh karena pupuk campuran. Pupuk yang
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 29 Banjarbaru, 20 Juli 2016
menggabungkan bahan-bahan campuran mineral dan organik mendorong faktor pertumbuhan
biotik yang menguntungkan nutrisi dan daya tahan tanaman.
Peningkatan Produksi atau Peningkatan Nilai Tambah
Mengatur dan memanfaatkan siklus pertanian merupakan upaya yang harus dilakukan
untuk dapat memperoleh produksi tanaman, dan agar hal ini dapat berkelanjutan maka diperlukan
rekayasa siklus pertanian yang sesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan sesuai konsep
pembangunan berkelanjutan.
Dalam rekayasa yang berorientasi peningkatan produksi maka inovasi yang dihasilkan
bisa jadi suatu saat akan menemui titik levelling off, yakni suatu tingkatan dimana peningkatan
sudah tidak dapat lagi diperoleh meskipun input teknologi dan seluruh input lainnya telah
ditingkatkan. Pada kondisi ini maka pencurahan tambahan alokasi sumberdaya tidak lagi
memberikan nilai tambah bagi produk yang dihasilkannya, bahkan sebaliknya pada titik jenuh ini
kecenderungan yang terjadi adalah pemborosan sumberdaya yang dicurahkan, karena
bagaimanapun tambahan input diberikan kepada usahatani yang dilakukan, hasil yang diperoleh
tidak dapat lagi ditingkatkan, dan bahkan dalam kasus-kasus khusus justru mengalami penurunan.
Peningkatan produksi pertanian memang merupakan salah satu tujuan dari
pembangunan pertanian. Namun demikian pemikiran dan pengembangan pembangunan
pertanian sebaiknya tidak dikungkung dengan tujuan ini saja karena seperti telah dikemukakan di
atas, peningkatan produksi semata bisa saja secara natural tertahan atau tidak berjalan.
Pembangunan untuk penataan dan pengembangan subsektor pangan dimaksudkan untuk dapat
mencapai kondisi ketahanan pangan yang dilandasi oleh terwujudnya keadaan kedaulatan pangan
dan kemandirian pangan. Dapat kita pahami bahwa dalam upaya mewujudkan ketahanan
pangan, peningkatan produksi semata-mata belumlah cukup. Peningkatan produksi memang
dapat menggeser tingkat suplai sehingga membuat harga produk yang dihasilkan menjadi
lebih murah. Keadaan ini memang menguntungkan bagi konsumsi dan konsumen yang
menggunakan produk tersebut. Namun bila tidak disertai dengan penanganan yang cermat
untuk membantu menjaga harga bagi produsen agar tetap pada tingkat yang menguntungkan bagi
jenis usahatani yang bersangkutan untuk terus dijalankan, maka produsen bisa terpuruk, dan pada
gilirannya usahatani yang bersangkutan dapat saja terhenti sehingga tidak berkelanjutan.
Bentuk yang lebih baik dari peningkatan produksi berkelanjutan untuk digunakan
sebagaai indikator pengukur keberhasilan pembangunan pertanian adalah peningkatan nilai
tambah berkelanjutan. Berbeda dengan peningkatan produksi, dalam upaya meningkatkan nilai
tambah tidak hanya inovasi pada faktor teknis produksi yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan.
Melainkan juga diperlukan inovasi berkait dengan beberapa faktor lain yang juga sangat besar
pengaruhnya, seperti harga produk, serapan pasar, distribusi dan pengangkutan, proses
pengolahan dan pengemasan dan bahkan tidak kalah penting juga adalah kelembagaan
pendukung yang sesuai misalnya pelayanan lembaga keuangan yang dapat diakses petani,
asuransi usahatani baik untuk cuaca maupun untuk serangan hama dan penyakit. Satu hal lagi
yang juga tidak kalah pentingnya adalah rekayasa dan pembinaan kelompok tani yang kuat,
harmonis dan tepat waktu. Inovasi pada faktor-faktor yang disebutkan di atas merupakan ranah
pembinaan yang tidak dapat ditinggalkan dalam upaya mewjudkan pertanian pangan yang lebih
baik yakni yang bernilai tambah lebih tinggi.
Masalah-Masalah Lingkungan dalam Upaya Peningkatan Produksi Pertanian
30 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
Berkelanjutan
Akibat dari over eksploitasi manusia terhadap sumberdaya-sumberdaya yang dikandung
oleh lingkungan itu dapat disatukan dalam sebutan pollution (polusi atau pencemaran). Kata
polusi biasa dihubungkan dengan substansi-substansi yang membahayakan yang disebarkan ke
dalam lingkungan oleh aktivitas manusia. Dengan makin banyaknya jenis polutan makin
beraneka pula bahaya yang ditimbulkannya; bencana polusi dapat dibagi atas 3 katagori
sebagai berikut :
1. Mengganggu manusia, misalnya persoalan kesehatan berupa peracunan paru-
paru lewat polusi udara;
2. Mengganggu properti yang dimiliki manusia, misalnya efek korosif dari polusi
udara dan pengaruh negatifnya terhadap gedung-gedung serta luas lahan yang
dipanen;
3. Mengganggu lingkungan yang mengancam kualitas kehidupan manusia
seperti onggokan pupuk kandang, peceran, dll.
Dalam usaha pengambilan dan penggunaan sumber-sumber alam dalam pembangunan
perlu juga dijaga agar lingkungan hidup tidak menjadi rusak sehingga pembangunan
dapat berkelanjutan. Penggunaan sumber-sumber alam untuk pembangunan apabila dilakukan
secara tidak bijaksana dapat merusak lingkungan hidup. Sebaliknya keterbelakangan dalam
pembangunan dapat menyebabkan buruknya lingkungan hidup. Oleh karena itu agar dapat
berkelanjutan maka pengembangan lingkungan hidup perlu dilakukan baik dalam lingkungan
pembangunan maupun dalam pembangunan lingkungan.
Dengan pendek kata dapat dikatakan bahwa pembangunan yang mengabaikan kaitan
ekologis akan mengakibatkan goncangan-goncangan ekologis yang pada masanya nanti akan
memusnahkan manusia sendiri, dan karena itu pembangunannya sendiri bukan pembangunan
yang berkelanjutan. Dalam uraian di muka secara sederhana sudah digambarkan kait-
mengkaitnya dan saling ketergantungan antara manusia dan lingkungan hidupnya. Perubahan
pada satu sub system dalam ekosistem akan dapat menimbulkan goncangan ekologis. Alam
sendiri menyediakan mekanisme keseimbangan alamiah, namun kadang-kadang perubahan
tersebut tidak dapat dinetralisir oleh mekanisme tadi, terlebih lagi apabila perubahan itu dibuat
oleh manusia.
Apabila perubahan lingkungan hidup tadi menimbulkan masalah yang langsung atau tidak
langsung menyebabkan pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia, maka di
sinilah kita mulai menghadapi apa yang dinamakan masalah lingkungan hidup. Sebagian besar
penyebab banjir dan erosi adalah karena luasnya tanah kritis, pertambangan yang salah kelola, cara
bercocok tanam yang kurang baik dan pola tata guna tanah yang belum sesuai dengan prinsip
pengelolaan lingkungan yang baik. Perluasan tanah pertanian punya batas tertentu yang tak
dapat dilanggar untuk tidak merusak lingkungan hidup.
Program peningkatan produksi pangan memperkenalkan unsur revolusi hijau : bibit unggul,
herbisida, inesktisida dan pupuk dapat membawa pula perusakan lingkungan. Pestisida untuk
pemberantasan hama di sawah membawa akibat sampingan lain yang dulu merupakan komponen
penjaga keseimbangan alam : matinya jenis burung, ular dan sebagainya. Lain daripada itu
menumpuknya sisa-sisa pestisida di laut atau sungai menyebabkan gangguan proses fotosintesis
algae, produksi oksigen di laut berkurang menyebabkan tata kehidupan laut terganggu; ikan mati.
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 31 Banjarbaru, 20 Juli 2016
Penggunaan pupuk yang berlebihan dan sisa-sisa pupuk yang juga terbawa air sungai
akan merugikan kepentingan lain daripada manusia. Dari segi pangan, pertumbuhan penduduk
yang cepat dan sempitnya tanah garapan mengakibatkan kelaparan, karena memang tanah
garapan tersebut tidak akan dapat menghidupi. Dengan kata lain ada batas kemampuan alam
(habitat) untuk dapat menghidupi manusia dengan baik.
Kemiskinan dan tingkat pendidikan yang rendah dari masyarakat desa di satu pihak
memang menyebabkan pemanfaatan kelewat batas atas sumber-sumber alami ( tanah, perikanan
air sungai/ danau/laut, hutan) di pihak lain ternyata belum dipergunakan secara penuh sumber daya
yang tersedia di desa : tanah, air, matahari, angin, tanaman, ikan, ternak dan tenaga manusia.
Tingkat ketrampilan pemanfaatan sumber daya yang rendah ini erat hubungannya dengan
tingkat gizi yang rendah. Mutu gizi yang rendah erat hubungannya dengan kemiskinan karena
tingkat pendapatan per kapita yang rendah.
Usaha-Usaha untuk Pelestarian Lingkungan
Pelestarian alam lingkungan hidup manusia pada hakekatnya adalah menjalin hubungan
yang selaras antara kebutuhan hidup manusia dengan sumber daya alam yang tersedia.
Melestarikan alam tidak berarti alam dibiarkan tidak terusik, dimana manusia tidak menarik
manfaat apapun. Melestarikan alam lingkungan hidup harus diartikan memanfaatkan terus
menerus dengan senantiasa memperhatikan dinamika dan polusi dan produktivitas daripada
sumber daya alami tersebut.
Apabila pengelolaan lingkungan hidup kita hubungkan dengan rencana pembangunan
baik yang sifatnya nasional maupun yang regional maka dalam proses pembuatan rencana
pembangunan harus dipertimbangkan lingkungan hidup manusia. Apakah ternyata suatu
rencana pembangunan dipandang dari sudur kebijakan lingkungan hidup mempunyai impak yang
positif maka rencana tersebut dapat dilanjutkan untuk dilaksanakan. Sebaliknya apabila suatu
rencana pembangunan mempunyai impak yang negative terhadap lingkungan hidup maka
rencana tersebut semestinya akan ditolak untuk dilaksanakan.
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam usaha pelestarian dan pendayagunaan
sumber daya alami antara lain:
1. Kait mengkaitnya sumber daya alam mengandung pendekatan yang integral dan
interdisipliner dalam usaha pelestarian dan pendayagunaan sumber-sumber daya alami.
2. Prinsip in optimum. Tidak ada sumber daya alam, terutama yang hayati, yang bisa
berkembang dalam suatu lingkungan yang optimum bagi semua faktor lingkungan yang
mempengaruhinya. Akibatnya dapat kita lihat adalah adanya kecenderungan manusia
untuk mengubah lingkungan suatu sumber alam hayati menuju ke arah optimum suatu
faktor lingkungan tertentu demi memenuhi kebutuhan jangka pendek tanpa memperhatikan
akibat buruk jangka panjangnya. Misal: pemupukan yang terus menerus.
3. Prinsip daya toleransi. Tiap jenis sumber alam hayati mempunyai daya toleransi sendiri
(yang dibatasi oleh faktor genetic dan ekologis) terhadap berbagai faktor lingkungan yang
ekstrim yang ditimbulkan oleh berbagai bentuk perubahan, apakah oleh aktivitas manusia atau
oleh alam sendiri. Selama batas toleransi itu belum terlampaui maka sumber daya alam
hayati masih mampu memperbaharui diri (natural recycling). Seringkali terjadi perubahan
lingkungan itu yang diakibatkan oleh aktivitas manusia sedemikian cepat dan drastisnya
sehingga daya toleransi terlampaui dan akibatnya daya produksi turun malah dapat punah
sama sekali.
32 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
4. Prinsip faktor pengontrol. Semua sumber daya alam hayati itu memberikan respon
secara menyeluruh terhadap pelbagai faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Namun ada
pula faktor lingkungan tertentu yang mempunyai daya pengontrol. Faktor pengontrol ini
bekerja baik melalui ukurannya yang terlalu sedikit atau terlalu banyak tetapi mampu
menentukan dinamika populasi dari suatu jenis sumber alam hayati. Contoh: pencemaran
udara, pestisida, pupuk, air tanah dapat menjadi faktor pen
5. gontrol dinamika populasi tanaman pertanian dalanm takarannya satu persatu. Prinsip
ketanpabalikan. Beberapa sumber daya alami tidak bisa dan tidak mungkin
memperbaharui diri lagi, baik karena proses fisis biologis maupun karena ekosistemnya
tidak berfungsi lagi. Akibatnya sumber daya alami ini tak dapat diperbaharui dan akan
habis atau punah. Dalam menghadapi sumber alam yang demikian ini pengelolaan
lingkungan tidak bisa lain daripada menghemat pemanfaatannya dan mencari backstop
technology dan sumber-sumber baru : minyak, batubara dan mineral.
6. Prinsip pembudidayaan. Sumber-sumber alam hayati (tumbuh-tumbuhan dan hewan)
yang telah dibudidayakan oleh manusia harus dipelihara dan dilindungi. Usaha demikian
perlu untuk kelangsungan dari pemanfaatan sumber-sumber hayati tersebut demi kehidupan
manusia sendiri. Dalam rangka inilah kita memahami adanya hutan lindung, hutan
produksi dan hutan suaka alam.
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut maka dalam pengelolaan sumber daya
alam dapat lebih mempertimbangkan kelestarian lingkungan untuk memperoleh produksi yang
optimum. Berlawanan dengan sistem produksi linier yang dijajarkan, yang mulai dari sumber
daya alam dan terus-menerus berlanjut sampai berakhir dengan konsumsi (tanpa mengakui
residu-residu yang dikeluarkan dari sistem), suatu sistem produksi yang terpadu dipahami
sebagai terjadinya saling pengaruh antar siklus yang berlangsung dalam keseimbangan dinamika
yang cocok dan serasi dengan keseluruhan siklus biogeokimia.
Tanaman tumpang sari misalnya merupakan penanaman jenis-jenis tanaman yang
berlainan untuk mempertinggi cara-cara penangkapan tenaga dan unsur-unsur gizi yang
berlainan. Beberapa jenis tanaman dibudidayakan bersama di lahan yang sama dengan banyak
sekali variasi dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit, yang menggabungkan
tanaman campuran, tanaman penutup, tanaman tumpang gilir yang semuanya dimaksudkan untuk
sebanyak mungkin memanfaatkan waktu dan ruang agar dapat terus menutupi tanah, yang
menghasilkan panen berturut-turut sepanjang tahun.
Tanaman tumpang sari mempunyai dua tujuan rangkap- ekologis dan ekonomis.
Pemanfaatan komponen-komponen lingkungan dengan baik : air, bahan gizi, cahaya matahari;
kombinasi terbaik dalam waktu dan ruang bagi daun dan akar, persyaratan gizi, penutupan tanah
dan sebagainya, telah mengurangi erosi dan pengikisan tanah. Pengurangan serangan dan resiko,
karena keanekaragaman serangan hama dan penyakit lainnya telah berkurang. Pertumbuhan
gulma jadi terkendali. Keanekaragaman yang luas dari tumbuh-tumbuhan yang ditanam
mengurangi resiko, oleh karena tidak semua tanaman dipengaruhi pada tingkat yang sama oleh
perubahan iklim yang mana memberikan suatu jaminan yang nyata bagi produsen. Penyebaran
tenaga kerja yang lebih teratur sepanjang tahun dan juga peningkatan produksi, hasil dan
pendapatan petani.
Agrisilvikultur merupakan contoh yang lain. Sistem ini merupakan pertanian dalam
beberapa tahap didasarkan atas cara susunan umum hutan tropis yang jauh lebih sederhana.
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 33 Banjarbaru, 20 Juli 2016
Tujuannya untuk memperoleh perbandingan terbaik; daun-daun permukaan, produk bermanfaat.
Kombinasi tanaman yang paling cocok hendaknya dicari supaya dapat memenuhi persyaratan
pelengkap (kedalaman akar yang berbeda dan kebutuhan gizi yang cocok) dan supaya dapat
memberikan masukan bergizi atau ekonomis, umbi-umbian, akar-akar, semak-semak, pohon-
pohon.
Adapun manfaat ekologis dari agrislvikultur ini :
1. Penyerapan unsur-unsur gizi : tanaman penutup melindungi tanah terhadap radiasi
matahari yangb berlebihan dan khususnya terhadap sinar ultraviolet yang
intensitasnya akan mengakibatkan perubahan nitrogen dan karbondioksida menjadi gas,
yang akan lenyap di udara.
2. Penyimpanan unsur-unsur nutrisi : ini berkat produksi bertambah terus menerus yang
membantu siklus nitrogen berkembang terus menerus.
3. Perlindungan tanah terhadap erosi : ancaman yang gawat dan tetap bagi tanah tropis atau
gersang jika hujan jatuh mendadak dengan lebatnya maka dapat terjadi erosi.
4. Mengisi celah-celah dalam suhu, yang merusak baik tanaman maupun tanah dimana suhu
yang berlebihan dapat menghambat atau bahkan menghentikan timbunan humus yang
mengakibatkan demineralisasi tanah. Singkatnya, sudur tanaman yang berlapis
memperlunak suhu (dengan mengurangi lompatan-lompatan mendadak dari suhu pada saat
matahari terbit).
Wisata Ranch Peternakan merupakan contoh selanjutnya. Di lahan yang digunakan
dikembangkan tanaman rumput untuk pakan ternak, disediakan ternak yang menjadi objek
wisata dan dapat dijual juga sebagai souvenir, misalnya pemerahan susu, kelinci, ayam khusus
yang aneh dan menarik dan jenis hewan lainnya. Pada lahan peternakan wisata ini juga akan
terdiri dari penanaman pohon dan belukar untuk tempat berteduh, makanan atau sudut tanaman.
Wisata Pemancingan dan Tambak ikan. Usaha tani ikan secara intensif di kolam-
kolam oleh petani merupakan sarana yang berpotensi untuk memproduksi protein hewani. Ada
dua metode yang dapat dipilih untuk menggiatkan produksi: dengan makanan tambahan
atau de ngan penggunaan pupuk berbasis posfat. Dari sudut pandang ekologi, kolam-kolam
ikan dengan mudah dipadukan dengan kehidupan petani. Pada tempat ini juga diberikan
pelayanan rekreasi untuk pemancingan.
Sistem kombinasi berbagai cabang usaha tani. Sistem yang berdasarkan susunan
dan fungsi padang rumput atau hutan yang dibuka, mengkombinasikan penanaman pohon untuk
konsumsi manusia atau hewan dengan lapisan tanaman makanan ternak. Pendaurulangan
bahan sisa organik, baik hewani maupun tumbuh-tumbuhan menjadi tepat guna, dan oleh
karena itu kesuburan meningkat bersama dengan produksi.
INOVASI UNTUK PEMBANGUNAN PANGAN BERKELANJUTAN
Ketahanan fisik Indonesia, yaitu daya dukung sumber-sumber alam negara ini,
telah amat dirugikan oleh model pembangunan konvensional; sehingga bila model pembangunan
tersebut terus berlangsung tanpa suatu perubahan atau penyesuaian hanya dalam beberapa tahun
saja Indonesia akan kehilangan ketahanannya dan kondisi itu tidak mungkin lagi dibalikkan.
Penyusutan hutan, persediaan air yang semakin kecil akibat kebutuhan yang melonjak
tinggi, kebutuhan udara bersih akibat desakan asap polusi, pertumbuhan jumlah penduduk
34 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
dengan berbagai kebutuhan domestiknya, semua hal tersebut berpengaruh kepada subsektor
pangan khususnya dan sektor pertanian pada umumnya. Karena pembangunan subsektor
pangan bertumpu sepenuhnya pada luasan lahan yang dapat digunakan untuk pembangunan
pangan tersebut serta pada ketersediaan air yang cukup untuk mengembangan berbagai jenis
tanaman pangan pada lahan tersebut.
Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan atau sustainable development adalah suatu proses
pembangunan yang mengoptimalkan pengambilan berlanjut manfaat dari sumber daya alam dan
sumber daya manusia, dengan menyerasikan sumber alam dengan manusia dalam pembangunan.
(Emil Salim, 2006). Ada beberapa ide pokok yang mendasari paham ini, yaitu:
1. Pertama, proses pembangunan itu mesti berlangsung secara berlanjut terus-
menerus, kontinyu, ditopang oleh sumber alam yang berlanjut dan manusia yang
berkembang secara berlanjut.
2. Kedua, Sumber alam terutama udara, air dan tanah memiliki ambang batas, diatas
mana penggunaannya akan menciutkan kuantitasnya. Penciutan itu berarti berkurang
kemampuan sumber alam tersebut untuk menopang pembangunan secara berlanjut
sehingga menimbulkan gangguan pada keserasian sumber alam dengan sumber daya
manusia.
3. Ketiga, kualitas lingkungan berkorelasi langsung dengan kualitas hidup. Semakin baik
kualitas lingkungan, semakin positif pengaruhnya pada kualitas hidup yang antara lain
tercermin pada meningkatnya kualitas fisik pada harapan usia hidup, pada turunnya
tingkat kematian dan lain-sebagainya. Oleh karena itu pembangunan berkelanjutan
mengandaikan pembangunan berkualitas lingkungan secara berkelanjutan supaya
memberi pengaruh posiitif terhadap kualitas hidup
4. Keempat, Dalam pembangunan berkelanjutan pola penggunaan sumber daya alam
masa kini mestinya tidak menutup kemungkinan pilihan lain dimasa depan. Karena
berbagai aspek masa yang akan datang belum kita ketahui sepenuhnya sekarang ini,
penggunaan sumber alam bagi arah pilihan masa depan harus terbuka.
5. Kelima, Pembangunan berkelanjutan mengandaikan solidaritas transgenerasi,
dimana pembangunan ini memungkinkan generasi sekarang untuk meningkatkan
kesejahteraannya, tanpa mengurangi kemungkinan bagi generasi masa depan untuk
meningkatkan kesejahteraannya.
Keterbatasan sumber-sumber alam pada gilirannya akan mendesakkan suatu langkah
untuk menyelamatkan ketahanan sosial. Jelas bahwa daya dukung sektor pertanian akan
segera mencapai ambang batasnya. Mengingat pertumbuhan penduduk yang masih terus
meningkat, serta menyusutnya persediaan air dan tanah, Indonesia sudah cukup lama tidak lagi
dapat mengandalkan produksi gula dan beras. Swa sembada beras yang pernah dicapai tahun
1984 misalnya pada dewasa ini sangat sulit untuk diwujudkan kembali. Alhamdulillah sudah
dibuktikan bahwa tahun-tahun terakhir ini Indonesia dapat tidak mengimpor beras untuk
memenuhi kebutuhannya, melainkan menggunakan sumber-sumber di dalam negeri.
Agar Indonesia mampu untuk menghentikan dan mengatasi berbagai dampak
pembangunan yang tidak berkelanjutan, aspek ketahanan sosial harus juga ditangani. Jelaslah
kiranya bakwa reditribusi penduduk, dengan cara apaun tidak akan amat membantu, bila hal itu
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 35 Banjarbaru, 20 Juli 2016
tidak secara simultan disertai dengan redistribusi kekayaan. Sejauh menyangkut Indonesia,
redistribusi itu telah dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui kebijakan fiskal, dan melalui
perbaikan term of trade antara produk pertanian dan produk industri. Dengan kebijakan fiskal
itu diharapkan bahwa meraka yang mendapatkan keuntungan lebih besar dari pembangunan akan
membayar lebih banyak demi mereka yang hanya memiliki sedikit (atau sama sekali tidak
memiliki) akses terhadap berbagai keuntungan pembangunan; sementara itu, melalui perbaikan
term of trade diharapkan bahwa perdagangan yang tidak berimbang antara sektor pertanian yang
terikat oleh harga yang tetap dan sektor industri, yang harga produksinya dapat dengan bebas
mengikuti dinamika pasar dapat diganti dengan perdagangan yang berimbang.
Penggunaan sumberdaya alam untuk masa datang secara langsung dihubungkan dengan
apa yang disebut imbangan antara penduduk dengan sumberdaya alam. Apabila penduduk
membutuhkan terlalu banyak sumberdaya alam, maka muncullah kebutuhan untuk meningkatkan
penggalian sumberdaya alam ekstraktif dan meningkatkan permintaan akan sumberdaya alam
seperti lapangan terbuka, tempat reekreasi dan udara yang bersih. Namun dampaknya adalah
memburuknya kondisi fisik dari dunia ini, dan sayangnya masyarakat sangat lamban dalam
menemukan pemecahan masalah yang timbul itu.
Mengingat kesulitan dalam ekologi, perlulah dicari perbaikan usaha penanggulangan
masalah. Usaha perbaikan dan pencarian alternatif baru haruslah ditujukan pada pemecahan
sumber masalah, yaitu sedapatnya mengurangi, atau bila mungkin meniadakan, tekanan
penduduk yang melampaui daya dukung lingkungan. Tekanan penduduk dapat dikurangi
dengan menaikan daya dukung atau dan mengurangi jumlah petani. Usaha pengurangan
penduduk merupakan usaha baik untuk mengatasi lahan kritis maupun urbanisasi. Karena itu
penanggulangan lahan kritis bukanlah masalah kehutanan yang sempit, melainkam masalah
pembangunan yang luas.
Over eksploitasi mengakibatkan terganggunya keseimbangan ekologis dalam arti
menyederhanakan ekosistem sebagai akibat dari aktivitas manusia yang masif dalam
memanfaatkan sumberdaya alam dengan bersenjatakan teknologi baik jenis yang tradisional
maupun yang modern. Sebenarnya modifikasi terhadap ekosistem sudah dimulai sejak manusia
mengusahakan pertanian; dengan bertambahnya jumlah manusia, terjadi kegiatan-kegiatan seperti
pembakaran rumput, penebangan hutan, pemasangan dam, pendirian kota dengan gedung
dan jalan raya, industri dan seterusnya.
Strategi Pembangunan Pangan Berkelanjutan
Pertanian pangan berusaha mengelola ekosistem lewat usaha pemupukan, obat-obatan,
irigasi, bibit unggul dan sebagainya untuk memaksimalkan produktivitas sedang alam sendiri
mengelola ekosistem untuk memaksimalkan stabilitas lingkungan. Manusia dalam pembangunan
subsektor pangan tidak dapat melepaskan diri dari siklus pertanian yakni kaitan-kaitan ekologis
dalam ekosistem. Karena pembangunan, juga pembangunan pedesaan adalah bagi manusia
maka rencana-rencana pembangunan tidak boleh mengabaikan pertimbangan ekologis,
industrialisasi, pemakaian teknologi baru, perencanaan kota yang mengatur tempat mana daerah
industri dan di mana letak perkantoran. Eksplorasi dan eksploitasi sumber-sumber alami yang
biasanya terkait pada rencana pembangunan, apabila tidak memperhatikan akibat-akibat ekologis
yang ditimbulkannya akan mengakibatkan hal yang tidak diinginkan. Kebijakan lingkungan
tidaklah membenarkan pembangunan hanya demi kemajuan karena akan dapat memusnahkan
manusia sendiri.
36 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
Akibat-akibat fatal dapat terjadi apabila pembangunan melalaikan pertimbangan
ekologis; rusaknya alam, terkuras habisnya sumber alam, polusi : baik udara, air, maupun suara;
habisnya tanah pertanian, penggundulan hutan, dan lain-lain. Pengelolaan dan penggunaan
sumber- sumber alam yang tidak efisien dan efektif dan keadaan lingkungan yang buruk akan
menghambat pembangunan. Efisiensi yang tinggi dalam penggunaan sumber-sumber alam
sangat diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa.
Dalam Pembangunan berkelanjutan atau pembangunan berwawasan lingkungan atau
sustainable development rumusan strategi yang perlu dikembangkan adalah meliputi beberapa
komponen sebagaimana diuraikan berikut ini.
1. Pembangunan berwawasan lingkungan harus memenuhi kebutuhan masa kini dan
memperhitungan kepentingan generasi yang akan datang.
2. Oleh karena pembangunan harus berkelanjutan dan merata dan berkeadilan sosial,
maka pembangunan dengan pemerataan masih perlu menduduki posisi sentral dalam
pembangunan.
3. Proses mengelola sumber alam agar pada satu pihak menopang proses pembangunan dan
dilain pihak proses tidak menghasilkan limbah yang mencemarkan sehingga kualitas
lingkungan menurunkan kualitas hidup.
4. Apabila terjadi penurunan kualitas lingkungan, maka yang pertama menderita
akibatnya adalah para penduduk yang miskin yang tidak memiliki kemampuan untuk
menangkalnya. Maka pertimbangan keadilan sosial mendesak pula dilaksanakannya
pembangunan dengan wawasan lingkungan.
5. Dimensi lingkungan akan semakin menonjol dalam 25 tahun yang akan datang karena
perkiraan bahwa dunia menghadapi krisis lingkungan global yang serius seperti a)
Kekurangan air tawar, b) Ancaman naiknya suhu bumi, c) Ancaman naiknya permukaan
laut, d) Ancaman perubahan iklim, e) Sehingga sentra produksi pertanian akan
mengalami pergeseran.
6. Ancaman-ancaman lingkungan ini akan sungguh terjadi apabila ditempuh pola
pendekatan yang konvensional yang dikenal dunia selama 25 tahun terakhir ini.
7. Oleh karena itu pola pembangunan 25 tahun yang akan datang harus berpegang pada pola
pembangunan yang berkelanjutan. Dalam kontek ini maka kebijakan energi, industri,
pertanian dan pemukiman harus bertumpu pada pengembangan teknologi yang
memungkinkan pemanfaatan sumber alam secara berkelanjutan (sustainable)
8. Sejalan dengan itu pembangunan kualitas manusia dan kualitas masyarakat
perluditingkatkan.
9. Proses pembangunan berkelanjutan dalam 25 tahun yang akan datang bergeser dari
penggunaan sumber alam secara besar-besaran menjadi penggunaan sumber daya manusia
sebagai penggerak pembangunan.
Arahan Kebijakan Inovasi
Untuk mendukung peningkatan produksi pertanian berkelanjutan di Indonesia bentuk
kebijakan inovasi yang perlu dikembangkan dapat dikelompokkan menjadi empat area, yaitu:
1. Inovasi untuk Pelayanan masyarakat. Agenda pelayanan masyarakat pada dasarnya
merupakan perwujudan prinsip sosial ekonomi pembangunan berkelanjutan. Agenda ini
mendapat penekanan didasarkan atas fakta masih banyaknya penduduk dunia yang hidup
dalam tingkat kesejahteraan yang minim. Di Indonesia, agenda pelayanan masyarakat
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 37 Banjarbaru, 20 Juli 2016
diletakkan sebagai agenda pertama menyiratkan bahwa fokus pembangunan dan
pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia memang diarahkan pada dimensi sosial-
ekonomi, tanpa mengabaikan dimensi lain. Enam sub agenda dirumuskan dalam agenda
pelayanan masyarakat ini, yaitu menyangkut pengentasan kemiskinan, perubahan pola
produksi dan konsumsi, dinamika kependudukan, pengelolaan dan kesehatan,
pengembangan perumahan dan pemukiman serta sistem perdagangan global, instrumen
ekonomi serta neraca ekonomi dan lingkungan terpadu.
2. Inovasi dalam Pengelolaan limbah. Agenda ini dirumuskan terutama dengan sasaran untuk
memperbaiki kondisi dan kualitas lingkungan hidup manusia serta mencegah proses
degradasi lingkungan hidup secara keseluruhan. Lima aspek menjadi sasaran utama
pengelolaan limbah yakni : (1) perlindungan atmosfer, (2) pengelolaan bahan kimia beracun,
(3) pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, (4) pengelolaan limbah radioaktif,
serta (5) pengelolaan limbah padat dan cair.
3. Inovasi dalam Pengelolaan sumberdaya tanah. Pengelolaan sumberdaya tanah
dipandang penting dan didasari oleh pertimbangan bahwa proses-proses pembangunan yang
akan terjadi di Indonesia masih akan ditumpukan pada sumberdaya tanah. Oleh karenanya,
sumberdaya tanah dengan segala komponen yang ada didalamnya termasuk air, biota dan
lainnya harus dikelola secara baik. Empat sub-agenda dirumuskan dalam hal ini yakni : (1)
penatagunaan sumberdaya tanah, (2) pengelolaan hutan, (3) pengembangan pertanian dan
perdesaan, dan (4) pengelolaan sumberdaya air.
4. Inovasi dalam Pengelolaan sumberdaya alam. Tiga sub-agenda dirumuskan dalam
agenda ini, yakni : (1) konservasi keanekaragaman hayati, (2) pengembangan bioteknologi,
dan (3) pengelolaan terpadu wilayah pesisir dan lautan. Penanganan bagi ketiga aspek ini
diarahkan pada upaya-upaya pelestarian dan perlindungan keanekaragaman biologi pada
tingkat genetik, spesies dan ekosistem, serta menjamin kekayaan alam, binatang dan
tumbuhan di seluruh kepulauan Indonesia (Mitchell,2000).
Dari pemaparan di atas dapat dilihat bahwa sumberdaya pertanian dan lingkungan
memegang peranan penting dalam pembangunan, khususnya di Indonesia. Sektor pertanian
menjadi salah satu parameter yang menjadi ukuran keberhasilan pelaksanaan pembangunan di
Indonesia.
Kesimpulan
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian (Balitbangtan) telah mengorganisir dan mendokumentasikan berbagai inovasi di bidang
pertanian ini ke dalam sebuah buku yang diberikan judul 400 Teknologi Inovatif Pertanian. Secara
garis besar buku 400 Teknologi Inovatif Pertanian ini mencakup informasi dasar, input produksi,
pupuk dan pengendali hayati, perangkat uji, alat dan mesin pertanian, pengembangan produk
pertanian, bioenergi dan lingkungan. Masing-masing bagian tersebut mempunyai sub bagian lagi
yang lebih mendetail.
Untuk mengoptimalkan kekuatan dari inovasi dalam mendukung tercapainya tujuan dari
kebijakan publik para pengambil keputusan dapat memainkan peran yang penting, untuk itu
kepemimpinan yang kuat merupakan hal yang esensial. Pengembangan inovasi hendaknya
dapat bermuara kepada peningkatan produktivitas, pertumbuhan dan kesejahteraan. Ini akan
bervariasi tergantung pada konteksnya. Ada lima bentuk kegiatan yang perlu dilakukan
38 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
pemerintah meliputi: 1) strategi membangun keterampilan yang efektif, 2) menciptakan
lingkungan bisnis yang kuat, terbuka dan kompetitif, 3) mengembangkan investasi dalam sistem
kreasi dan difusi inovasi yang efisien, 4) meningkatkan akses dan partisipasi dalam digital
ekonomi dan 5) pengaturan dan implementasi yang konsisten dari kebijakan kebijakan inovasi.
Pertanian didasarkan atas proses biologi dan memiliki kemungkinan diperbaharuinya
kemampuan berproduksi dari pengelolaan ekosistem dengan baik. Mengatur dan
memanfaatkan siklus pertanian merupakan upaya yang harus dilakukan untuk dapat memperoleh
produksi tanaman, dan agar hal ini dapat berkelanjutan maka diperlukan rekayasa siklus pertanian
yang sesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan sesuai konsep pembangunan berkelanjutan.
Bentuk yang lebih baik dari peningkatan produksi berkelanjutan untuk digunakan sebagaai
indikator pengukur keberhasilan pembangunan pertanian adalah peningkatan nilai tambah
berkelanjutan.
Pelestarian alam lingkungan hidup manusia pada hakekatnya adalah menjalin hubungan
yang selaras antara kebutuhan hidup manusia dengan sumber daya alam yang tersedia. Prinsip-
prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sumberdaya alam meliputi: 1) Prinsip Kait
mengkaitnya sumber daya alam, 2) Prinsip in optimum, 3) Prinsip daya toleransi. 4) Prinsip faktor
pengontrol, 5) Prinsip ketanpabalikan, 6) Prinsip pembudidayaan. Dengan memperhatikan
prinsip-prinsip tersebut maka dalam pengelolaan sumber daya alam dapat lebih
mempertimbangkan kelestarian lingkungan untuk memperoleh produksi yang optimum.
Untuk pembangunan berkelanjutan ada beberapa ide pokok: 1) pembangunan itu harus
berlanjut terus menerus, 2) ada ambang batas SDA, 3) kualiatas lingkungan berkorelasi langsung
dengan kualitas hidup, 4) keseimbangan transgenerasi, 5) solidaritas transgenerasi.
Untuk mewujudkan hal tersebut strategi yang perlu dikembangkan meliputi beberapa komponen
sebagai berikut: 1) Memenuhi kebutuhan masa kini dengan memperhitungkan masa datang, 2)
pemerataan, 3) pengelolaan SDA untuk menjaga kualitas lingkungan, 4) pertimbangan keadilan
sosial, 5) dimensi lingkungan semakin dominan, 6) merubah pendekatan konvensional
pembangunan, 7) teknologi untuk keberlanjutan pemanfaatan SDA, 8) pembangunan SDM, 9)
Bergeser dari SDA ke SDM.
Rekomendasi
Berdasarkan uraian dan pembahasan di atas dapat dipahami bahwa untuk inovasi
teknologi mendukung peningkatan nilai tambah dari produk pertanian secara berkelanjutan dan
juga untuk inovasi yang didasarkan dari hasil-hasil penelitian dalam rangka mendukung program
pajale, maka arahan kebijakan inovasi yang disarankan meliputi: 1) Inovasi untuk pelayanan
masyarakat, 2) Inovasi pengelolaan limbah, 3) Inovasi dalam pengelolaan sumberdaya tanah,
dan 4) Inovasi dalam pengelolaan SDA.
Daftar Pustaka
Alston, J. M. 2010. “The Benefits from Agricultural Research and Development, Innovation, and
Productivity Growth”, OECD Food, Agriculture and Fisheries Papers, No. 31, OECD
Publishing.
Luthfi Fatah. 2004. The Utilization of Social Accounting Matrix (SAM) for Poverty Monitoring
and for Investigating the Implications of a Poverty Alleviation Strategy. Book
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 39 Banjarbaru, 20 Juli 2016
Section in Poverty Monitoring in Asia (Edited By Hans Gsanger and Myriam
Fernando). Centre for Poverty Analysis. Colombo.
Luthfi Fatah. 2007a. Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (Dynamics of Agricultural
and Rural Development). Pustaka Banua. Banjarmasin.
Luthfi Fatah. 2007b. The Potentials of Agro-Industry for Growth Promotion and Equality
Improvement in Indonesia. Asian Journal of Agriculture and Development, 2007, vol. 4,
issue 1, pages 57-74
Luthfi Fatah. 2009a. Building Communication in Agricultural Research Adaptive to Accelerate
the Improvement of Farmer Welfare. Paper presented at the Australasia Pacific
Extension Networks 5th International Conference “Shaping Change in Communities”,
on Tuesday 17th November 2009, in Busselton, Western Australia.
Luthfi Fatah. 2009b. The Roles of Agroindustries in Regional Economic Development (Study
Case in South Kalimantan). Economic Journal of Emerging Market. Special Edition on
Regional Economics. September 2009. Page 79-89.
Luthfi Fatah. 2010. Sumberdaya Alam, Pembangunan Pertanian dan Pengembangan Wilayah –
Mengelola Eksternalitas untuk Memperbaiki Kesejahteraan (Natural Resource,
Agricultural Development and Regional Development – Managing Eksternality to
Improve Welafare). A book Chapter in Pengelolaan Sumberdaya Alam dalam Perspektif
Kesejahteraan dan Keberlanjutan (Natural Resource Management in the Perspective of
Welfare and Sustainability). Lambung Mangkurat University Press. Banjarmasin.
Luthfi Fatah and Tuti Heiriyani. 2011. The Identification of Leading Agroindustries in
South Kalimantan. Jurnal Agrides Volume 1 No 1 June 2011. Page 114-128.
Mitchell, D. 2000. Cultural Geography - A Critical Introduction, 2000, Oxford / Malden
(Mass.), Blackwell, 325 p.
Miarso, Yusufhadi. (2007) Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Cetakan Ketiga. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
OECD. 2015a. “The Innovation Imperative Contributing to Productivity, Growth and Well -
being”. OECD STI Policy Note.
OECD. 2015b. “Innovation Policies for Inclusive Growth Main Findings”. International
Conference on Innovation for Inclusive Growth. India. February, 2015.
OECD. 2015c. “Oecd Innovation Strategy 2015 An Agenda For Policy Action.” Meeting of
the OECD Council at Ministerial Level Paris, 3-4 June 2015.
Salim, E. 2006. Pengelolaan Lingkungan dalam Pembangunan. Disampaikan sebagai bahan kuliah
Pasca Sarjana (S3) Program Studi PSL di IPB, Bogor, pada tanggal 12 Agustus 2006.