Post on 12-Jan-2016
description
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah
menyebar ke dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita seperti
rahim, tuba falopi dan/atau ovarium. Ini satu hal yang amat mengkhawatirkan. Suatu
infeksi serius dan sangat membahayakan jiwa. Infeksi tersebut juga sangat umum. Satu
dari 7 wanita Amerika telah menjalani perawatan karena infeksi ini dan kurang lebih satu
juta kasus baru terjadi setiap tahun, demikian menurut Gay Benrubi, M.D., profesor pada
Division of Gynegology Oncology, University of Florida di Jacksonville.
Kurang lebih 150 wanita meninggal per tahun sehingga cukup beralasan untuk
memperhatikan gangguan medis ini secara lebih serius. Namun, ada pula kekhawatiran
lainnya: Serangan infeksi ini diketahui sangat meningkatkan resiko seorang wanita untuk
menjadi mandul. Ketika bakteri-bakteri yang menyerang menembus tuba falopi, mereka
dapat menimbulkan luka di sepanjang lapisan dalam yang lunak, menyebabkan sukarnya
(atau tidak memungkinkannya) sebuah telur masuk ke dalam rahim, demikian Dr.
Benrubi menerangkan. Pembuluh yang tertutup juga menyebabkan sukarnya sperma yang
sedang bergerak melakukan kontak dengan sel telur yang turun. Akibatnya adalah
perkiraan yang mengkhawatirkan berikut ini: Setelah satu episode infeksi ini, resiko
seorang wanita untuk menjadi mandul adalah 10%.
Setelah infeksi kedua resikonya menjadi dua kali lipat yaitu 20%. Jika wanita ini
mendapatkan infeksi untuk ketiga kalinya, resikonya akan melambung menjadi 55%.
Secara keseluruhan, demikian Dr. Benrubi memperkirakan, penyakit radang pelvis
menyebabkan kurang lebih antara 125.000 hingga 500.000 kasus baru setiap tahun.
Kekhawatiran besar lainnya mengenai infeksi ini adalah bahwa gangguan medis ini dapat
meningkatkan resiko seorang wanita mengalami kehamilan di luar kandungan sebesar
enam kali lipat. Alasannya: karena tuba falopi sering mendapatkan parut (bekas luka)
yang timbul karena infeksi ini, telur yang turun mungkin akan macet dan hanya tertanam
di dinding tuba. Kurang lebih 30.000 kehamilan di luar kandung per tahun dapat
dipastikan disebabkan oleh infeksi seperti ini, demikian kata Dr. Benrubi. Itu masalah
yang serius: Kehamilan di luar kandungan, demikian katanya, "dewasa ini menjadi
penyebab kematian ibu dengan prosentase sebesar 15% dan dengan segera akan menjadi
penyebab kematian ibu yang paling sering terjadi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Pelvis adalah daerah batang tubuh yang berada disebelah dorsokaudal terhadap
abdomen dan merupakan daerah peralihan dari batang tubuh ke ekstremitas inferior.
Pelvis bersendi dengan vertebra lumbalis ke-5 di bagian atas dengan caput femoris
kanan dan kiri pada acetabulum yang sesuai. Pelvis dibatasi oleh dinding yang
dibentuk oleh tulang, ligamentum, dan otot. Cavitas pelvis yang berbentuk seperti
corong, member tempat kepada vesika urinaria, alat kelamin pelvic, rectum,
pembuluh darah dan limfe, dan saraf.
Pada manusia dewasa, panggul terbentuk di punggung posterior (belakang) oleh
sakrum dan tulang ekor (bagian ekor dari kerangka axial), lateral dan anterior oleh
sepasang tulang pinggul (bagian dari kerangka apendikularis). Pada manusia dewasa,
panggul normal terdiri dari tiga tulang besar dan tulang ekor (3-5 tulang). Namun,
sebelum masa pubertas tulang pinggul terdiri dari tiga tulang yang terpisah yaitu
ilium, ichium, dan pubis. Jadi, sebelum pubertas panggul dapat terdiri dari lebih dari
sepuluh tulang, tergantung pada komposisi tulang ekor.
Pinggul ini dibagi menjadi 2, satu di sebelah kanan dan satu di sebelah kiri tubuh.
Kedua tulang pinggul yang terdiri dari 3 bagian, ilium, ichium dan pubis. Bagian-
bagian ini digabungkan bersama selama pubertas, yang berarti di masa kanak-kanak
mereka adalah tulang terpisah. Tulang sarcum merupakan penghubung tulang
belakang ke panggul dan juga menjadi tempat yang memungkinkan bagi sepasang
pinggul kita untuk melekat.
Pelvis merupakan cincin cekung berbentuk tulang yang menghubungkan kolom
vertebral ke femurs. Fungsi utamanya untuk menyangga berat tubuh bagian atas
ketika kita sedang duduk, berdiri dan beraktivitas.
Fungsi sekundernya adalah untuk mengandung (pada wanita) ketika hamil dan
melindungi viscera pelvis danabdominopelvic viscera (bagian inferior saluran kemih,
organ reproduksi internal).
Tulang pinggul saling terhubung satu sama lain pada anterior pubis symphysis ,
dan posterior dengan sacrumpada sendi sacroiliac untuk membentuk cincin panggul.
Cincin ini sangat stabil sehingga menyebabkan sedikitnya mobilitas/pergerakan.
Ligamen yang paling penting dari sendi sacroiliac adalah
ligamen sacrospinousdan sacrotuberous yang menstabilkan tulang pinggul pada
sacrum dan mencegah promonotory dari miring ke depan.
Sendi antara sacrum dan tulang ekor, sacrococcygeal symphysis, diperkuat oleh
serangkaian ligamen. Ligamensacrococcygeal anterior merupakan perpanjangan
dari anterior longitudinal ligament (ALL) yang berjalan di sisi anterior dari badan
vertebra. Serat tidak teratur tersebut menyatu dengan periosteum
Setiap sisi panggul terbentuk sebagai tulang rawan, yang mengeras sebagai tiga
tulang utama yang tinggal terpisah melalui masa kanak-kanak: ilium, ichium, pubis.
Saat kelahiran seluruh sendi pinggul (area acetabulum dan bagian atas femur) masih
terbuat dari tulang dan otot
Gerakkan trunk/batang (bending forward) pada dasarnya adalah sebuah gerakan
dari otot-otot rektus, sementara flexi lateral (bending menyamping) dicapai oleh
kontraksi obliques bersama dengan lumborum kuadratus dan otot punggung intrinsic.
Dasar panggul memiliki dua fungsi: Salah satunya adalah untuk menutup rongga
panggul dan perut, serta menanggung beban dari organ visceral, yang lain adalah
untuk mengontrol bukaan rektum dan organ urogenital yang menembus dasar panggul
dan membuatnya lebih lemah. Untuk melakukan keduanya, dasar panggul terdiri dari
beberapa lembar otot dan jaringan ikat.
Kerangka pelvis terdiri dari :
Dua os coxae yang masing-masing dibentuk oleh tiga tulang : os ilii, os ischii, dan
os pubis
Os sacrum
Os coccyges
Gambar 2.1
a. Os sacrum
Os sacrum terdiri dari lima rudimenter yang bersatu membentuk tulang
berbentuk baji yang cekung kearah anterior. Pinggir atas atau basis ossis sacri
bersendi dengan vertebra lumbalis V. pinggir inferior yang sempit bersendi
dengan os coccygis. Dilateral, os sacrum bersendi dengan kedua os coxae
membentuk articulation sacroiliaca. Pinggir anterior dan atas vertebra sacralis
pertama menonjol kedepan sebagai batas posterior aperture pelvis superior,
disebut promontorium os sacrum yang merupakan bagian penting bagi ahli
kandungan untuk menentukan ukuran pelvis. Foramina vertebralia bersama-sama
membentuk kanalis sakralis. Kanalis sakralis berisi radiks anterior dan posterior
nervi lumbales, sacrales, dan coccygeus vilum terminale dan lemak fibrosa.
b. Os coccyges
Os coccyges berartikulasi dengan sacrum di superior tulang ini terdiri dari
empat vertebra rudimenter yang bersatu membentuk tulang segitiga kecil yang
basisnya bersendi dengan ujung bawah sacrum. Vertebra coccygea hanya terdiri
atas corpus, namum vertebra pertama mempunyai prosecus tranversus rudimenter
dan kornu coccygeum. Kornu adalah sisa pediculus dan procesus articularis
superior yang menonjol ke atas untuk bersendi dengan kornu scrale.
c. Os inominatum tulang panggul
Tulang ini terdiri dari tiga bagian komponen, yaitu : ilium, iscium, dan pubis.
Saat dewasa tulang-tulang ini telah menyatu seluruhnya pada acetabulum.
Ilium : batas atas tulang ini adalah Krista iliaca.
Krista iliaca berjalan ke belakang dari spina iliaka anterior superior menuju spina
iliaka posterior superior. Di bawah tonjolan tulang ini terdapat spina inferiornya.
Permukaan aurikularis ilium disebut permukaan glutealis karena disitulah
perlekatan m. gluteus. Linea glutealis inferior, anterior, dan posterior membatasi
perlekatan glutei ke tulang. Permukaan dalam ilium halus dan berongga
membentuk fossa iliaka. Fossa ilika merupakan tempat melekatnya m. iliakus.
Permukaan aurikularis ilium berartikulasi dengan sacrum pada sendi sacroiliaca
(sendi synovial).
Ligamentum sacroiliaca posterior, interoseus, dan anterior memperkuat sendi
sakroiliaka. Linea iliopectinealis berjalan disebelah anterior permukaan dalam
ilium dari permukaan aurikularis menuju pubis.
Iscium : terdiri dari spina dibagian posterior yang membatasi incisura isciadica
mayor (atas) dan minor (bawah). Tuberositas iscia adalah penebalan bagian bawah
korpus iscium yang menyangga berat badan saat duduk. Ramus iscium menonjol
ke depan dari tuberositas ini dan bertemu serta menyatu dengan ramus pubis
inferior.
Pubis : terdiri dari korpus serta rami pubis superior dan inferior. Tulang ini
berartikulasi dengan tulang pubis ditiap sisi simfisis pubis. Permukaan superior
dari korpus memiliki Krista pubicum dan tuberkulum pubicum. Foramen
obturatorium merupakan lubang besar yang dibatasi oleh rami pubis dan iscium.
d. Pelvis major (panggul besar, pelvis spurium)
Terletak cranial terhadap aperture pelvis superior (aditus pelvis).
Terbuka dan melebar pada ujung atasnya dan harus dipikirkan sebagai bagian
cavitas abdominalis.
Melindungi isi abdomen dan setelah kehamilan bulan ke tiga, membantu
menyokong uterus gravidarum.
Ke arah ventral dibatasi dinding abdomen, ke arah lateral oleh fossa iliaca dextra,
dan fossa iliaca sinistra, dan ke arah dorsal oleh vertebra L. S dan vertebra S1.
e. Pelvis minor (panggul kecil, pelvis verum)
Berada antara aperture pelvis superior dan aperture pelvis inferior (exitus
pelvis).
Merupakan lokasi fisera pelvis (misalnya vesika urinaria).
Dibatasi oleh permukaan dalam os coxae, os sacrum dan os coccygis.
Ke bawah dibatasi oleh diafragma pelvis.
Pelvis minor mempunyai pintu masuk, pintu keluar, dan sebuah cavitas. Pelvis
minor merupakan saluran tulang yang harus dilalui oleh janin pada proses
persalinan.
Ada 4 sendi pelvis, yaitu :
Dua articulation sacroiliaca
Symphisis pubis
Articulation sacrococcygea
a. Dua articulation sacroiliaca
Articulation sacroiliaca kanan dan kiri terletak diantara korpus vertebrae
sacralis ke-1 dan ke-2 dan fascies artikularis ilium pada kedua sisi. Karena berat
tubuh dihantarkan lewat pelvis, maka sendi-sendi ini dapat mengalami tekanan
yang berat. Permukaan sacrum dan ilium mempunyai banyak tonjolan dan
cekungan yang saling mengunci seperti jigsaq puzzle dan dengan demikian
memeberikan kestabilan pada sendi tersebut sesuai dengan kebutuhan, karena
terdapat sedikit gerakan sinovia pada setinggi vertebra sacralis ke-2.
Ligament sacroiliaca yang kuat mengelilingi sendi ini. Ligament sacrospinosa
dan sacrotuberosa menghubungkan sacrum dan os coxae.
Ligament sacrotuberostum terentang dari tepi bawah sacrum sampai
tuberisciadicum.
Ligament sacrospinosum terentang dari tepi bawah sacrum sampai
spinaisciadicum. Semua ligamentum tersebut secara normal membantu membatasi
gerakan sacrum.
b. Simfisis pubis
Adalah articulation cartilaginosa sekunder yang panjangnya kira-kira 4cm.
Fascies artikularis dari corpus ossis pubis ditutupi oleh cartilage hyaline, dan suatu
diskus cartilaginosa yang menggabungkan kedua corpora tersebut. Ligamentum
pubicum mengelilingi sendi tersebut dan hanya dapat melakukan gerakan yang
minimum.
c. Articulation saccrococcygea
Merupakan articulation cartilaginosa sekunder dibentuk oleh tepi bawah
sacrum dan tepi atas coccyx. Sendi ini dikelilingi dan ditopang oleh ligamentum
sacrococcygeu dan dapat melakukan flexi dan ekstensi yang merupakan gerakan
pasif saat defekasi dan melahirkan. Ligamentum poupart juga disebut ligamentum
inguinale terentang antara spinailiaca anterior superior dan corpus osis pubis.
Membrane obturatoria : membrane obturatoria menutup foramen obturatorium
dan padanya terdapat celah sempit untuk lewat pembuluh darah, saraf dan
pembuluh limfatika.
Semua sendi ini dapat bertambah keluasan gerakannya selama kehamilan
karena terjadi elastisitas (kelenturan) ligment yang memperkuat sendi tersebut
akibat adanya hormone relaxin.
Dinding pelvis dapat dibedakan atas :
Dinding ventral
Dua dinding lateral
Dinding dorsal
Sebuah dasar pelvis.
a. Dinding pelvis ventral
Dinding pelvis ventral pertama-tama dibentuk oleh kedua corpus ossis pubis
dan ramus ossis pubis serta simfisis pubica.
b. Dinding pelvis lateral
Dinding pelvis lateral memiliki kerangka tulang yang dibentuk oleh bagian-
bagian os coxae, muskulus obturator internus menutupi seluruh dinding-dinding
ini. Medial terhadap muskulus obturator internus terdapat nervus obturatorius dan
pembuluh obturatoria, dan cabang lain dari pembuluh iliaca interna. Masing-
masing musculus obturator internus meninggalkan pelvis melalui foramen
isciadicum minus dan melekat pada femur (os femuris).
c. Dinding pelvis dorsal
Dinding pelvis dorsal dibentuk oleh sacrum, bagian-bagian os iscii yang
berdekatan, dan articulation sacroiliaca serta ligament sacroiliaca. Muskulus
piriformis melapisi dinding ini disebelah lateral. Masing-masing muskulus
piriformis meninggalkan pelvis minor melalui foramen isciadicum (sciaticum)
majus. Medial terhadap muskulus piriformis terdapat saraf-saraf dari pleksus
sacralis dan pembuluh iliaca interna serta cabangnya.
d. Dasar pelvis
Dasar pelvis dibentuk oleh diafragma pelvis yang dibentuk oleh musculus
levator ani dan musculus coccygeus serta fascia-fascia yang menututpi permukaan
cranial dan permukaan caudal otot tersebut. Diafragma pelvis terbentang antara os
pubis disebelah ventral dan os coccyges disebelah dorsal, dan dari dinding-
dinding pelvis lateral yang satu ke dinding-dinding pelvis lateral disberangnya.
Karena itu, diafragma pelvis menyerupai sebuah corong yang tergantung pada
tempat perlekatan tadi.
Klasifikasi jenis pelvis normal yang dipakai adalah klasifikasi dari CALD WELL dan
MOLLOY. Ada 4 kelompok utama :
a. Ginekoid
Pelvis ginekoid adalah nama lain dari pelvis wanita normal. Mempunyai pintu
masuk berbentuk bulat dan pintu keluarnya mempunyai spina isciadica yang
tumpul (bulat), dan tidak tajam dan tidak menonjol. Arcus pubis memiliki sudut
yang membulat. Pelvis jenis ini memiliki efek yang menguntungkan pada saat
persalinan, karena pelvis bulat didepan, maka fetus akan memberikan presentasi
kepala sehingga jalannya persalinan akan lebih mudah.
b. Android
Pelvis android mempunyai pintu masuk yang berbentuk jantung,
menyebabkan pelvis bagian depan sangat sempit. Mempunyai kurvatura yang
buruk. Pintu keluar membentuk angulus subpubicus yang lebih tajam dan
mempersempit ruangan. Spina isciadica tajam dan membelok. Pelvis jenis ini
membuat persalinan cenderung lebih lama tetapi berlangsung normal.
c. Platipeloid
Pelvis jenis ini dapat disebabkan oleh factor perkembangan, rakhitis atau
factor herediter. Pintu masuknya berbentuk ginjal. Pintu keluarnya cukup luas
karena arcus pubisnya sangat besar. Pada pelvis platipeloid proses persalinannya
cukup sulit karena kepala fetus mengalami kesulitan dalam memasuki pintu
masuk pelvis.
d. Anthropoid
Pintu masuknya berbentuk oval, mempunyai diameter anteroposterior yang
panjang, tetapi diameter transversa yang lebih pendek. Cavitas pelvisnya cukup
memadai pada semua diameternya tetapi agak dalam. Pintu keluarnya juga cukup
memadai pada semua diameternya, dengan arcus pubis yang agak lebar. Pelvis ini
mempunyai pintu masuk yang paling mudah dilalui kepala fetus. Lebih sering
occiput terletak pada cekung sacrum dan bukannya mengarah ke anterior.
Kemudian fetus melewati pelvis dengan posisi yang sama, dan lahir dengan posisi
occipitoposterior yang tidak mengalami reduksi dan bukannya muka yang
menghadap perineum.
Gambar 2.2
2.1 Definisi
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit
tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung
telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang
panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS). Saat ini
hampir 1 juta wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius
pada wanita berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita
penyakit ini, 1 wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas
(gangguan kesuburan), atau kehamilan abnormal.
Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah
menyebar ke dalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita -- seperti
rahim, tuba falopi dan/atau ovarium. Ini satu hal yang amat mengkhawatirkan. Suatu
infeksi serius dan sangat membahayakan jiwa.
2.2 Etiologi
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital
bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan
hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri
penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang
menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai
bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini
adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi
karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari
rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah
menstruasi).
Faktor Risiko
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk
mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda
berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan
seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur. Faktor lainnya yang berkaitan
dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal yang tebal dapat
melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea), namun wanita muda
dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi
masuknya bakteri. Faktor risiko lainnya adalah:
1. Riwayat penyakit radang panggul sebelumnya
2. Pasangan seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu 30
hari
3. Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS
4. Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali dalam sebulan
5. Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan risiko penyakit radang panggul.
Risiko tertinggi adalah saat pemasangan spiral dan 3 minggu setelah
pemasangan terutama apabila sudah terdapat infeksi dalam saluran reproduksi
sebelumnya.
2.3 Patofisiologi
Infeksi dapat terjadi pada bagian manapun atau semua bagian saluran genital atas
endometrium (endometritis), dinding uterus (miositis), tuba uterina (salpingitis), ovarium
(ooforitis), ligamentum latum dan serosa uterina (parametritis) dan peritoneum pelvis
(peritonitis). Organisme dapat menyebar ke dan di seluruh pelvis dengan salah satu dari
lima cara.
1. Interlumen
Penyakit radang panggul akut non purpuralis hampir selalu (kira-kira 99%) terjadi
akibat masuknya kuman patogen melalui serviks ke dalam kavum uteri. Infeksi
kemudian menyebar ke tuba uterina, akhirnya pus dari ostium masuk ke ruang
peritoneum. Organisme yang diketahui menyebar dengan mekanisme ini adalah N.
gonorrhoeae, C. Tracomatis, Streptococcus agalatiae, sitomegalovirus dan virus
herpes simpleks.
2. Limfatik
Infeksi purpuralis (termasuk setelah abortus) dan infeksi yang berhubungan denngan
IUD menyebar melalui sistem limfatik seperti infeksi Myoplasma non purpuralis.
3. Hematogen
Penyebaran hematogen penyakit panggul terbatas pada penyakit tertentu (misalnya
tuberkulosis) dan jarang terjadi di Amerika Serikat.
4. Intraperitoneum
Infeksi intraabdomen (misalnya apndisitis, divertikulitis) dan kecelakaan intra
abdomen (misalnya virkus atau ulkus denganperforasi) dapat menyebabkan infeksi
yang mengenai sistem genetalia interna.
5. Kontak langsung
Infeksi pasca pembedahan ginekologi terjadi akibat penyebaran infeksi setempat dari
daerah infeksi dan nekrosis jaringan.
Terjadinya radang panggul di pengaruhi beberapa faktor yang memegang
peranan, yaitu:
1. Terganggunya barier fisiologik
Secara fisiologik penyebaran kuman ke atas ke dalam genetalia eksterna,
akan mengalami hambatan.
a. Diostium uteri internum
b. Di kornu tuba
c. Pada waktu haid, akibat adanya deskuamasi
endometrium maka kuman – kuman pada endometrium turut terbuang.
Pada ostium uteri eksternum, penyebaran asenden kuman – kuman
dihambat secara : mekanik, biokemik dan imunologik.
Pada keadaan tertentu, barier fisiologik ini dapat terganggu, misalnya pada
saat persalinan, abortus, instrumentasi pada kanalis servikalis dan insersi alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR):
1. Adanya organisme yang berperang sebagai
vector.
Trikomonas vaginalis dapat menembus barier fisiologik dan bergerak
sampai tuba fallopi. Beberapa kuman pathogen misalnya E coli dapat melekat
pada trikomonas vaginalis yang berfungsi sebagai vektor dan terbawa sampai
tuba fallopi dan menimbulkan peradangan di tempat tersebut. Spermatozoa
juga terbukti berperan sebagai vektor untuk kuman – kuman N gonerea,
ureaplasma ureolitik, C trakomatis dan banyak kuman – kuman aerobik dan
anaerobik lainnya.
2. Aktivitas seksual
Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi kontraksi
utrerus yang dapat menarik spermatozoa dan kuman – kuman memasuki
kanalis servikalis.
3. Peristiwa Haid
Radang panggul akibat N gonorea mempunyai hubungan dengan siklus
haid. Peristiwa haid yang siklik, berperan pentig dalam terjadinya radang
panggul gonore.
Periode yang paling rawan terjadinya radang panggul adalah pada minggu
pertama setelah haid. Cairan haid dan jaringan nekrotik merupakan media yang sangat
baik untuk tumbuhnya kuman – kuman N gonore. Pada saat itu penderita akan
mengalami gejala – gejala salpingitis akut disertai panas badan. Oleh karena itu gejala ini
sering juga disebut sebagai ”Febril Menses”.
2.4 Tanda dan gejala
Gejala paling sering dialami adalah nyeri pada perut dan panggul. Nyeri ini
umumnya nyeri tumpul dan terus-menerus, terjadi beberapa hari setelah menstruasi
terakhir, dan diperparah dengan gerakan, aktivitas, atau sanggama. Nyeri karena radang
panggul biasanya kurang dari 7 hari. Beberapa wanita dengan penyakit ini terkadang
tidak mengalami gejala sama sekali. Keluhan lain adalah mual, nyeri berkemih,
perdarahan atau bercak pada vagina, demam, nyeri saat sanggama, menggigil, demam
tinggi, sakit kepala, malaise, nafsu makan berkurang, nyeri perut bagian bawah dan
daerah panggul, dan sekret vagina yang purulen.
Biasanya infeksi akan menyambut tuba fallopi. Tuba yang tersumbat biasa
membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan
menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan. Infeksi bisa menyebar ke strukstur di
sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan perut dan perlengketan fibrosa yang
abnormal diantara organ – organ perut serta menyebabkan nyeri menahun.
Di dalam tuba, ovarium – ovarium panggul bisa terbentuk abses
(penimbunan nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul,
gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh
lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.
Bakteri N. Gonorrhoae & Chlamydia trachomatis
Proses Menstruasi Aktivitas seksual dibawah usia 25 tahun
Hilangnya lapisan endometrium Kerusakan jaringan Berganti-ganti
pasangan seksual
Pertahanan rahim Invasi bakteri dari vagina dan leher rahim Lendir
servikal tipis
Proteksi terhadap bakteri
Pertumbuhan bakteri
Infeksi Pelvis
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat kenaikan dari sel darah putih yang
menandakan terjadinya infeksi. Kultur untuk GO dan chlamydia digunakan untuk
mengkonfirmasi diagnosis. Ultrasonografi atau USG dapat digunakan baik USG abdomen
(perut) atau USG vagina, untuk mengevaluasi saluran tuba dan alat reproduksi lainnya.
Biopsi endometrium dapat dipakai untuk melihat adanya infeksi. Laparaskopi adalah
prosedur pemasukan alat dengan lampu dan kamera melalui insisi (potongan) kecil di perut
untuk melihat secara langsung organ di dalam panggul apabila terdapat kelainan.
Terapi
Tujuan utama terapi penyakit ini adalah mencegah kerusakan saluran tuba yang dapat
mengakibatkan infertilitas (tidak subur) dan kehamilan ektopik, serta pencegahan dari infeksi
Terganggunya barier fisiologik
Masuknya bakteri
Pelepasan endotoksin
Aliran darah
Hipotalamus
Suhu tubuh
Hipertermi
Sepsis
Sistem imun
Sitokin teraktivasi
TNF
Kontraktilitas miokardium
Vasodilatasi
Cardiac Output
Penurunan perfusi jaringan
Tekanan darah
Anemia
Interlumen
Kuman patogen
Serviks
Tuba uterina
Abses (nanah)
Pembengkakan tuba
Nyeri
Gangguan rasa nyaman
Kesehatan
Aktivitas seksual
Disfungsi seksual
HDR
Semangat hidup
Kunjungan ke pelayanan kesehatan
Kurangnya informasi masalah kesehatan
Kurang pengetahuan
TIK
Nyeri kepala
kronik. Pengobatan dengan antibiotik, baik disuntik maupun diminum, sesuai dengan bakteri
penyebab adalah pilihan utama. Kontrol setelah pengobatan sebanyak 2-3 kali diperlukan
untuk melihat hasil dan perkembangan dari pengobatan.
Pasangan seksual juga harus diobati. Wanita dengan penyakit radang panggul
mungkin memiliki pasangan yang menderita gonorea atau infeksi chlamydia yang dapat
menyebabkan penyakit ini. Seseorang dapat menderita penyakit menular seksual meskipun
tidak memiliki gejala. Untuk mengurangi risiko terkena penyakit radang panggul kembali,
maka pasangan seksual sebaiknya diperiksa dan diobati apabila memiliki PMS.
Komplikasi
Penyakit radang panggul dapat menyebabkan berbagai kelainan di dalam kandungan
seperti nyeri berkepanjangan, infertilitas dan kehamilan abnormal. Penyakit ini dapat
menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba. Parut ini mengakibatkan kerusakan dan
menghalangi saluran tuba sehingga menyebabkan infertilitas. Parut juga dapat menyebabkan
sel telur tidak dapat melalui jalan normalnya ke rahim sehingga dapat terjadi kehamilan
ektopik.
Pencegahan
Cara terbaik untuk menghindari penyakit radang panggul adalah melindungi diri dari
penyakit menular seksual. Penggunaan kontrasepsi seperti kondom dapat mengurangi
kejadian penyakit radang panggul. Apabila mengalami infeksi saluran genital bagian bawah
maka sebaiknya segera diobati karena dapat menyebar hingga ke saluran reproduksi bagian
atas. Terapi untuk pasangan seksual sangat dianjurkan untuk mencegah berulangnya infeksi.
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Penyakit radang Panggul adalah keadaan terjadinya infeksi pada genetalia interna,
yang disebabkan berbagai mikroorganisme dapat menyerang endometrium, tuba,
ovarium parametrium, dan peritoneum panggul, baik secara perkontinuinatum dan
organ sekitarnya, secara homogen, ataupun akibat penularan secara hubungan seksual.
Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk
melalui vagina dan bergerak ke dalam rahim lalu ke tuba fallopi 90 – 95 % kasus PID
disebabkan oleh bakteri yang juga menyebanbkan terjadinya penyakit menular seksual
(misalnya klamidia, gonare, mikroplasma, stafilokokous, streptokus).
Gejala biasanya muncul segera setalah siklus menstruasi. Penderita merasakan
nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau
muntah.
Biasanya infeksi akan menyumbat tuba fallopi. Tuba yang tersumbat bisa
membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun,
perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan, infeksi bisa menyebar ke
struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan perut dan perlengketan
fibrosa yang abnormal diantara organ – organ perut serta menyebabkan nyeri menahun.
1.2 Saran
Jauhi free seks karena itu sangat berpotensi pada PMS. Jadi lindungi diri kita
sendiri karena masa depan yang cerah sedang menanti kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri dan Genekologi, 1981. Genekologi. Bandung: fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran Bandung.
Bobak, 2005. Buku ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilyn. E. 2001. Rencana Keperawatan. Jakarta. EGC.
Glasier, Anna, Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC, 2005.
Rustam, 1976. Sinopsis Obstetri. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Scott, R. James, Danford, Buku Saku Obstetri dan Genetalia. Jkarta : Widya Medika, 2002.