Post on 25-Dec-2015
description
Definisi
Kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan .
Ditandai dengan hipertensi kadang disertai proteinuria, edem,convulsi, coma dll.
Biasanya terjadi pada usia ibu hamil <20 thn atau >40 thn, dan kehamilan dg bayi kembar.
Klasifikasi menurut American Comitte and Maternal Welfare
Hipertensi GestasionalPreeklamsia dan EklamsiaPreeklamsia dan eklampsia yang terjadi atas
dasar hipertensi yang kronisHipertensi Kronis
Hipertensi Gestasional
Diagnosis hipertensi ini pada perempuan yg memiliki tekanan darah > 140/90 mmHg untuk pertama kalinya setelah pertengahan kehamilan, tetapi tidak mengalami proteinuria.
Hipertensi gestasional diklasifikasikan ulang sebagai hipertensi transisional jika tidak timbul bukti preeklamsia, dan tekanan darah kembali normal pada 12 mggu pascapartum.
Preeklamsia
Preeklamsia digambarkan sebagai sindrom
khusus kehamilan yang dapat mengenai
setiap sistem organ.
Semakin berat hipertensi atau proteinuria,
semakin pasti diagnosis preeklamsia dan
semakin mungkin terjadi komplikasi yg
merugikan.
Eklamsia
Timbulnya kejang dan coma pada wanita
hamil dan wanita dalam nifas disertai dengan
hipertensi,edem dan proteinuria.
Preeklamsia dan eklampsia yang terjadi atas dasar hipertensi yang kronis
Pasien dengan hipertensi yang kronis sering
memberat penyakitnya dalam kehamilan.
Pada perempuan yg mempunyai riwayat
hipertensi kronis akan mengalami
peningkatan tekanan darah pada usia
kehamilan 24 mggu, dan cenderung disertai
dg retriksi pertumbuhan janin.
Patofisiologis
Meskipun penyebab preeklamsia masih belum diketahui, bukti manifestasi klinisnya mulai tampak sejak awal kehamilan, berupa perubahan patofiologi tersamar yg terakumulasi sepanjang kehamilan dan akhinya menjadi nyata secara klinis.
Faktor – faktor yg mempengaruhi preeklamsia dan eklamsia
Sejarah preklamsia.Ibu hamil dengan sejarah keluarga menderita preeklamsia akan meningkatkan risiko ikut terkena preeklamsia.
Kehamilan pertama.Di kehamilan pertama, risiko mengalami preeklamsia jauh lebih tinggi.
Usia.Ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan diatas 40 thn akan lebih besar risikonya menderita preklamsia.
Obesitas.
Kehamilan kembar.
Kehamilan dengan
diabetes.
Wanita dengan diabetes
saat hamil memiliki risiko
preeklamsia seiring
perkembangan kehamilan.
Beberapa metode untuk mencegah preeklamsia yg telah dievaluasi dalam
penelitian teracakManipulasi diet – diet rendah garam, sumplementasi kalsium, suplementasi minyak ikan.Obat-obatan kardiovaskuler – diuretik, obat anti hipertensi.Antioksidan – asam askorbat(vitamin C) , vitamin EObat antitrombotik- aspirin dosis rendah, aspirin / dipiridamol, aspirin + heparin, aspirin + kentaserinDimodifikasikan oleh Sibai dan Cunningham (2009)
Tatalaksana Preeklamsia
Kehamilan yg disertai komplikasi hipertensi gestasional diterapi berdasarkan keparahan , usia gestasi dan adanya preeklamsia.
Preeklamsia tidak selalu dapat didiagnosis secara pasti.
sehingga dianjurkan untuk melakukan kunjungan antenatal yg lebih sering, bahkan jika preeklamsia hanya “dicurigai”
Tujuan dasar tatalaksana untuk setiap kehamilan yg disertai komplikasi
preeklamsia
Terminasi kehamilan dengan trauma seminimal mungkin bagi ibu dan janin
Kelahiran bayi yg dpt bertahan hidup
Pulihnya kesehatan ibu secara sempurna.
Diagnosis Dini Preeklamsia
Secara tradisional, frekuensi kunjungan antenatal
bertambah sering pada trismenster ketiga dan hal
ini membantu deteksi dini preeklamsia.
Perempuan tampa hipertensi yg nyata, tetapi
diduga mengalami preeklamsia yg berkembang dini
saat kunjungan antenatal rutin diminta melakukan
kunjungan antenatal yg lebih sering.
Perempuan yg mengalami hipertensi nyata dgn
tekanan darah >140/90 mmHg dirawat inap
selama 2-3 hari untuk menentukan apakah
peningkatan tekanan darah ini disebabkan oleh
preeklamsia dan untuk menentukan tingkat
keparahannya.
Perempuan dg penyakit berat yg persisten
dipantau lebih ketat selama kehamilannya.
Evaluasi
Dilakukan evaluasi sistematis yg mencakup
hal berikut:
1.Pemeriksaan rinci dilakukan dg pencarian
harian untuk menentukan gejala klinis.
2.Berat badan dipantau setiap hari.
3.Analisis proteinuria.
4.Pengukuran tekanan darah setiap 4 jam
5. Pengukuran kadar kreatinin dan
transaminase dalam serum atau plasma dan
hitung trombosit.
6. Evaluasi ukuran janin serta volume cairan
amnion, baik secara klinis maupun
menggunakan sonografi.
Eklamsia
Preeklamsia yg disertai komplikasi kejang umum
klonik sangat meningkatkan resiko bagi ibu dan
janin.
Sebagian besar perempuan mengalami komplikasi
berat, yang mencakup sindrom HELLP, gagal ginjal,
edema paru, emboli paru dan stroke.
Eklamsia paling sering terjadi pada trismester
ketiga dan menjadi semakin sering saat kehamilan
mendekati aterm.
Tata Laksana Eklamsia
Pengendalian kejang menggunakan magnesium
sulfat dlm dosis awal yg diberikan secara
intravena.
Pemberian obat antihipertensi intermitten untuk
menurunkan tekanan darah saat dianggap telalu
tinggi shg berbahaya.
Penghindaran penggunaan diuretik kecuali
terdapat edema paru yg nyata.
Melahirkan janin untuk “menyembuhkan”
Magnesium sulfat untuk mengendalikan kejang
Pada kasus preeklamsia yg lebih berat dan
eklamsia. Magnesium sulfat yg diberikan secara
parenteral merupakan antikovulsan yg efektif
dan tidak menimbulkan penekanan sistem saraf
pusat pada ibu maupun janin.
Pada semua penelitian, magnesium sulfat
dilaporkan lebih unggul dalam mencegah
eklamsia.
Tata Laksana Hipertensi Berat
Hipertensi yg berbahaya dpt menyebabkan
pendarahan serebrovaskular, enselopati
hipertensif dan dapat memicu kejang eklamtik
pada perempuan dg preeklamsia.
Karena itu National High Blood Presure
Education Program Working Group (2000) secara
khusus merekomendasikan bahwa tatalaksana
mencakup penurunan tekanan darah.
Karena hasil pengamatan tersebut maka
diberikan terapi antihipertensi pada perempuan
yg memiliki tekanan darah >160/110 mmHg.
Obat antihipertensi seperti Hydralazine,
Labetalol, Nifedipine.
Terapi cairan juga diberikan secara rutin pada
preeklamsia berat.
Dampak jangka panjang
Perempuan dg hipertensi yg didiagnosis saat
sedang hamil harus dievaluasi dalam beberapa
bulan pertama pasca partum untuk mengetahui
resiko jangka panjang.
Semakin lama hipertensi yg terdiagnosis dalam
kehamilan menetap setelah melahirkan, semakin
besar kemungkinan perempuan tersebut memiliki
hipertensi kronis.
Perempuan yg pernah mengalami hipertensi
gestasional atau preeklamsia lebih berisiko
mengalami komplikasi hipertensi dan metabolik
pada kehamilan berikutnya.
Umumnya semakin dini preeklamsia didiagnosis
pada kehamilan dengan komplikasi tersebut
semakin besar kemungkinan berulangnya
preeklamsia.