Hipertensi dalam kehamilan

25
OLEH MIRYAM FILEMONA YUARES 09700053 Hipertensi dalam kehamilan

description

hipertensi dlam kehamilan

Transcript of Hipertensi dalam kehamilan

OLEH MIRYAM FILEMONA YUARES 09700053

Hipertensi dalam

kehamilan

Definisi

Kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan .

Ditandai dengan hipertensi kadang disertai proteinuria, edem,convulsi, coma dll.

Biasanya terjadi pada usia ibu hamil <20 thn atau >40 thn, dan kehamilan dg bayi kembar.

Klasifikasi menurut American Comitte and Maternal Welfare

Hipertensi GestasionalPreeklamsia dan EklamsiaPreeklamsia dan eklampsia yang terjadi atas

dasar hipertensi yang kronisHipertensi Kronis

Hipertensi Gestasional

Diagnosis hipertensi ini pada perempuan yg memiliki tekanan darah > 140/90 mmHg untuk pertama kalinya setelah pertengahan kehamilan, tetapi tidak mengalami proteinuria.

Hipertensi gestasional diklasifikasikan ulang sebagai hipertensi transisional jika tidak timbul bukti preeklamsia, dan tekanan darah kembali normal pada 12 mggu pascapartum.

Preeklamsia

Preeklamsia digambarkan sebagai sindrom

khusus kehamilan yang dapat mengenai

setiap sistem organ.

Semakin berat hipertensi atau proteinuria,

semakin pasti diagnosis preeklamsia dan

semakin mungkin terjadi komplikasi yg

merugikan.

Eklamsia

Timbulnya kejang dan coma pada wanita

hamil dan wanita dalam nifas disertai dengan

hipertensi,edem dan proteinuria.

Preeklamsia dan eklampsia yang terjadi atas dasar hipertensi yang kronis

Pasien dengan hipertensi yang kronis sering

memberat penyakitnya dalam kehamilan.

Pada perempuan yg mempunyai riwayat

hipertensi kronis akan mengalami

peningkatan tekanan darah pada usia

kehamilan 24 mggu, dan cenderung disertai

dg retriksi pertumbuhan janin.

Patofisiologis

Meskipun penyebab preeklamsia masih belum diketahui, bukti manifestasi klinisnya mulai tampak sejak awal kehamilan, berupa perubahan patofiologi tersamar yg terakumulasi sepanjang kehamilan dan akhinya menjadi nyata secara klinis.

Faktor – faktor yg mempengaruhi preeklamsia dan eklamsia

Sejarah preklamsia.Ibu hamil dengan sejarah keluarga menderita preeklamsia akan meningkatkan risiko ikut terkena preeklamsia.

 Kehamilan pertama.Di kehamilan pertama, risiko mengalami preeklamsia jauh lebih tinggi.

Usia.Ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan diatas 40 thn akan lebih besar risikonya menderita preklamsia.

Obesitas.

Kehamilan kembar.

Kehamilan dengan

diabetes.

Wanita dengan diabetes

saat hamil memiliki risiko

preeklamsia seiring

perkembangan kehamilan.

Beberapa metode untuk mencegah preeklamsia yg telah dievaluasi dalam

penelitian teracakManipulasi diet – diet rendah garam, sumplementasi kalsium, suplementasi minyak ikan.Obat-obatan kardiovaskuler – diuretik, obat anti hipertensi.Antioksidan – asam askorbat(vitamin C) , vitamin EObat antitrombotik- aspirin dosis rendah, aspirin / dipiridamol, aspirin + heparin, aspirin + kentaserinDimodifikasikan oleh Sibai dan Cunningham (2009)

Tatalaksana Preeklamsia

Kehamilan yg disertai komplikasi hipertensi gestasional diterapi berdasarkan keparahan , usia gestasi dan adanya preeklamsia.

Preeklamsia tidak selalu dapat didiagnosis secara pasti.

sehingga dianjurkan untuk melakukan kunjungan antenatal yg lebih sering, bahkan jika preeklamsia hanya “dicurigai”

Tujuan dasar tatalaksana untuk setiap kehamilan yg disertai komplikasi

preeklamsia

Terminasi kehamilan dengan trauma seminimal mungkin bagi ibu dan janin

Kelahiran bayi yg dpt bertahan hidup

Pulihnya kesehatan ibu secara sempurna.

Diagnosis Dini Preeklamsia

Secara tradisional, frekuensi kunjungan antenatal

bertambah sering pada trismenster ketiga dan hal

ini membantu deteksi dini preeklamsia.

Perempuan tampa hipertensi yg nyata, tetapi

diduga mengalami preeklamsia yg berkembang dini

saat kunjungan antenatal rutin diminta melakukan

kunjungan antenatal yg lebih sering.

Perempuan yg mengalami hipertensi nyata dgn

tekanan darah >140/90 mmHg dirawat inap

selama 2-3 hari untuk menentukan apakah

peningkatan tekanan darah ini disebabkan oleh

preeklamsia dan untuk menentukan tingkat

keparahannya.

Perempuan dg penyakit berat yg persisten

dipantau lebih ketat selama kehamilannya.

Evaluasi

Dilakukan evaluasi sistematis yg mencakup

hal berikut:

1.Pemeriksaan rinci dilakukan dg pencarian

harian untuk menentukan gejala klinis.

2.Berat badan dipantau setiap hari.

3.Analisis proteinuria.

4.Pengukuran tekanan darah setiap 4 jam

5. Pengukuran kadar kreatinin dan

transaminase dalam serum atau plasma dan

hitung trombosit.

6. Evaluasi ukuran janin serta volume cairan

amnion, baik secara klinis maupun

menggunakan sonografi.

Eklamsia

Preeklamsia yg disertai komplikasi kejang umum

klonik sangat meningkatkan resiko bagi ibu dan

janin.

Sebagian besar perempuan mengalami komplikasi

berat, yang mencakup sindrom HELLP, gagal ginjal,

edema paru, emboli paru dan stroke.

Eklamsia paling sering terjadi pada trismester

ketiga dan menjadi semakin sering saat kehamilan

mendekati aterm.

Tata Laksana Eklamsia

Pengendalian kejang menggunakan magnesium

sulfat dlm dosis awal yg diberikan secara

intravena.

Pemberian obat antihipertensi intermitten untuk

menurunkan tekanan darah saat dianggap telalu

tinggi shg berbahaya.

Penghindaran penggunaan diuretik kecuali

terdapat edema paru yg nyata.

Melahirkan janin untuk “menyembuhkan”

Magnesium sulfat untuk mengendalikan kejang

Pada kasus preeklamsia yg lebih berat dan

eklamsia. Magnesium sulfat yg diberikan secara

parenteral merupakan antikovulsan yg efektif

dan tidak menimbulkan penekanan sistem saraf

pusat pada ibu maupun janin.

Pada semua penelitian, magnesium sulfat

dilaporkan lebih unggul dalam mencegah

eklamsia.

Tata Laksana Hipertensi Berat

Hipertensi yg berbahaya dpt menyebabkan

pendarahan serebrovaskular, enselopati

hipertensif dan dapat memicu kejang eklamtik

pada perempuan dg preeklamsia.

Karena itu National High Blood Presure

Education Program Working Group (2000) secara

khusus merekomendasikan bahwa tatalaksana

mencakup penurunan tekanan darah.

Karena hasil pengamatan tersebut maka

diberikan terapi antihipertensi pada perempuan

yg memiliki tekanan darah >160/110 mmHg.

Obat antihipertensi seperti Hydralazine,

Labetalol, Nifedipine.

Terapi cairan juga diberikan secara rutin pada

preeklamsia berat.

Dampak jangka panjang

Perempuan dg hipertensi yg didiagnosis saat

sedang hamil harus dievaluasi dalam beberapa

bulan pertama pasca partum untuk mengetahui

resiko jangka panjang.

Semakin lama hipertensi yg terdiagnosis dalam

kehamilan menetap setelah melahirkan, semakin

besar kemungkinan perempuan tersebut memiliki

hipertensi kronis.

Perempuan yg pernah mengalami hipertensi

gestasional atau preeklamsia lebih berisiko

mengalami komplikasi hipertensi dan metabolik

pada kehamilan berikutnya.

Umumnya semakin dini preeklamsia didiagnosis

pada kehamilan dengan komplikasi tersebut

semakin besar kemungkinan berulangnya

preeklamsia.