Post on 22-Jun-2015
description
GEOGRAFI
BAB DINAMIKA LITOSFER“Proses Pembentukan Tanah dan Manfaatnya”
Anggota kelompok 6 :
1. Dahlia Kristanti [04]
2. Dewi Yulizar Maulida [05]
3. Ervi Lanovia [08]
4. Farras Intan Barnita [10]
5. Yuni Safitriani [32]
A. PENGERTIAN TANAHSecara umum, tanah adalah campuran
bagian bagian batuan dengan material serta
bahan organik yang merupakan sisa
kehidupan yang timbul pada permukaan
bumi akibat erosi dan pelapukan karena
proses waktu.
Menurut para ahli :
1. J.J. Berzelius (swedia, 1803), tanah adalah
sebagai laboratorium kimia tempat proses
dekomposisi dan reaksi kimia yang
berlangsung secara tersembunyi.
2. Fiedrich Fallon (1855), tanah adalah
lapisan bumi teratas yang terbentuk dari
batu-batuan yang telah lapuk.
Proses Pembentukan Tanah
Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan,
baik pelapukan fisik maupun pelapukan kimia. Dari proses
pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan berubah
komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan
sebagai tanah, tetapi sebagai bahan tanah (regolith) karena
masih menunjukkan struktur batuan induk. Proses pelapukan
terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah
menjadi tanah. Proses pelapukan ini menjadi awal terbentuknya
tanah. Sehingga faktor yang mendorong pelapukan juga
berperaran dalam pembentukan tanah.
B. FAKTOR PEMBENTUK TANAH
1. Iklim
Faktor iklim berupa suhu dan curah hujan memengaruhi kecepatan
proses pelapukan batuan induk. Apabila suhu semakin tinggi,
semakin cepat pula reaksi kimia berlangsung.
2. Organisme
Organisme pembentuk tanah terdiri atas tumbuhan, hewan, jasad
hidup dalam tanah, dan manusia. Organisme tanah menguraikan
bahan organik yang berfungsi mempercepat pelapukan dan
membantu menggemburkan batuan induk.
3. Batuan IndukBatuan induk di suatu daerah merupakan faktor yang menentukan jenis tanah
daerah tersebut. Batuan induk dibagi menjadi batuan sedimen, beku, dan
metamorf.
4. Topografi atau ReliefTopografi atau relief memengaruhi ketebalan lapisan tanah di suatu tempat.
Faktor kemiringan tempat akan memengaruhi pergerakan aliran air.
5. WaktuDalam perkembangan tanah, waktu berperan menentukan jenis tanah yang
terbentuk. Tanah akan mengalami pelapukan secara kontinu. Hal tersebut
menyebabkan tanah kehabisan unsur hara. Tanah yang berumur tua dan
kehabisan unsur hara akan kehilangan kesuburannya.
Lapisan Tanah
a. Lapisan O
b. Lapisan A (Top Soil)
c. Lapisan B
d. Lapisan C (Sub Soil)
e. Lapisan R (Red Rock)
C. KLASIFIKASI TANAHNO. N A M A K E T E R A N G A N
1. Organosol Tanah organik (gambut) yang ketebalannya lebih dari 50 cm.
2. LitosolTanah mineral yang ketebalannya 20 cm atau kurang. Di bawahnya terdapat
batuan keras yang padu.
3. RendzinaTanah dengan epipedon mollik (warna gelap, kandungan bahan organik
lebih dari 1 %, kejenuhan basa 50 %), dibawahnya terdiri dari batuan kapur.
4. Grumusol
Tanah dengan kadar liat lebih dari 30 % bersifat mengembang dan
mengerut. Jika musim kering tanah keras dan retak-retak karena mengerut,
jika basah lengket (mengembang).
5. GleisolTanah yang selalu jenuh air sehingga berwarna kelabu atau menunjukkan
sifat-sifat hidromorfik lain.
No. Nama Keterangan
6. Aluvial
Tanah berasal dari endapan baru dan berlapis-lapis, bahan organik jumlahnya berubah tidak
teratur dengan kedalaman. Hanya terdapat epipedon ochrik, histik atau sulfurik, kandungan
pasir kurang dari 60 %.
7. RegosolTanah bertekstur kasar dengan kadar pasir lebih dari 60 %, hanya mempunyai horison
penciri ochrik, histik atau sulfurik.
8. Arenosol
Tanah bertekstur kasar dari bahan albik yang terdapat pada kedalaman sekurang-kurangnya
50 cm dari permukaan atau memperlihatkan ciri-ciri mirip horison argilik, kambik atau oksik,
tetapi tidak memenuhi syarat karena tekstur terlalu kasar. Tidak mempunyai horisin penciri
kecuali epipedon ochrik.
9. Andosol
Tanah-tanah yang umumnya berwarna hitam (epipedon mollik atau umbrik) dan mempunyai
horison kambik; kerapatan limbak (bulk density) kurang dari 0,85 g/cm3, banyak yang
mengandung amorf atau lebih dari 60 % terdiri dari abu vulkanik vitrik, cinders atau
bahanpyroklastik lain.
10. Latosol
Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah
seragam dengan dengan batas-batas horison yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm),
kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya mempunyai epipedon kambrik dan horison
kambik.
D. PEMANFAATAN TANAH1. Tanah Vulkanis
No Jenis Tanah
Proses Terbentuk Persebaran Manfaat Keterangan
1. Andosol
Dari abu vulkanis yang telah mengalami proses pelapukan
Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Halmahera, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi
sebagai lahan pertanian, perkebunan, hutan pinus atau cemara
warna kelabu hingga kuning, peka terhadap erosi, dan sangat subur
2. Regosoldari endapan abu vulkanis baru yang memiliki butir kasar
di lereng gunung berapi, pantai dan bukit pasir pantai yang meliputi pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara
untuk pertanian padi, palawija, tebu dan kelapa
berbutir kasar, berwarna kelabu hingga kuning dan kadar bahan organik rendah
3.Aluvial (Endapan)
tanah hasil erosi (lumpur dan pasir halus) di daerah-daerah dataran rendah
Sumatera, Jawa bagian utara, Halmahera, Kalimatan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi dan Papua bagian selatan
sebagai lahan pertanian sawah dan palawija
warna kelabu dan peka terhadap erosi
2. Tanah Organosol
No. Jenis
Tanah
Proses
TerbentukPersebaran Manfaat Keterangan
4.Organosol
(Humus)
dari hasil
pembusukan
bahan-bahan
organik
Lampung, Jawa Tengah
bagian selatan,
Kalimantan Selatan dan
Sulawesi Tenggara
sebagai lahan
pertanian
warna kehitaman,
mudah basah,
mengandung bahan
organik, sangat
subur
5. Grumusol -
Sumatra Barat, Jawa Barat
(daerah Cianjur), Jawa
Tengah (Demak,
Grobogan), Jawa Timur
(Tuban, Bojonegoro,
Ngawi, Madiun, dan
Bangil), serta di Nusa
Tenggara Timur.
untuk jenis
vegetasi
rumput-
rumputan atau
tanaman keras
semusim
(misalnya
pohon jati)
tekstur liat,
berwarna kelabu
hingga hitam, pH
netral hingga
alkalis, dan mudah
pecah saat musim
kemarau
Tanah Gambut
Tanah Grumusol cocok untuk tanaman padi
3. Tanah Litosol (tanah berbatu-batu)
Proses terbentuknya : dari pelapukan batuan beku dan sedimen yang masih baru (belum sempurna) sehingga
butirannya besar / kasar
Ciri-ciri : tekstur tanahnya beranekaragam dan pada umumnya berpasir, tak bertekstur, warna kandungan batu,
kerikil dan kesuburan bervariasi
Pemanfaatannya : masih alang-alang, bisa untuk hutan
Persebaran : Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan Sumatera
4. Tanah Podzol
Proses terbentuknya : di daerah yang memiliki suhu rendah dan curah hujan tinggi
Ciri-ciri : warna pucat, kandungan pasir kuarsa tinggi, sangat masam, peka terhadap erosi, kurang subur
Pemanfaatannya : untuk pertanian palawija
Persebaran : Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Papua
Podsol
5. Tanah Laterit
Proses terbentuknya : Tanah yang tercuci air hujan, sehingga unsur hara telah hilang meresap dan mengalir ke
dalam tanah
Ciri-ciri : warna cokelat kemerah-merahan, tidak subur
Pemanfaatannya : untuk lahan pertanian
Persebaran : Kalimantan Barat, Lampung, Banten, Sulawesi Tenggara
Tanah Podzol
6. Tanah Mergel
Proses terbentuknya : dari hasil campuran pelarutan kapur, pasir dan tanah liat karena peristiwa air hujan
Ciri-ciri : tidak subur
Pemanfaatannya : untuk hujan jati
Persebaran : Yogyakarta, Priangan Selatan di Jawa Barat, pegunungan Kendeng di Jawa Tengah, Kediri,
Madiun, Nusa Tenggara
7. Tanah Terarosa (Kapur)
a. Tanah Renzina
Proses terbentuknya : dari pelapukan batuan kapur di daerah yang memiliki curah hujan tinggi
Ciri-ciri : warna putih sampai hitam, miskin unsur hara
Pemanfaatannya : untuk palawija, hutan jati
Persebaran : Gunung kidul , Yogyakarta
Terarosa
b. Tanah Mediteran
Proses terbentuknya : hasil pelapukan batuan kapur keras dan sedimen
Ciri-ciri : Warna putih kecoklatan, keras, tidak subur
Pemanfaatannya : untuk pertanian tegalan, hutan jati
Persebaran : Pegunungan Jawa Timur, Nusa Tenggara, Jawa Tengah, Sulawesi, Maluku, Sumatera
Tanah Terarosa
E. KERUSAKAN TANAHKerusakan tanah adalah penurunan kualitas dan daya dukung tanah terhadap aktivitas
kehidupan. Kerusakan tanah dapat disebabkan oleh alam dan kegiatan manusia.
A. Faktor – faktor penyebab kerusakan tanah
1. Teknik budi daya tanaman yang salah,
Contoh : melakukan penanaman padi terus menerus di lahan sawah tanpa jeda tanam yang cukup.
2. Pembukaan lahan hutan tanpa perencanaan
Contoh : pembukaan areal hutan untuk mendirikan kompleks rumah peristirahatan.
3. Pertanian tanpa mengikuti aturan yang benar
Contoh : pemberian pupuk dengan dosis tinggi akan meningkatkan produksi, tetapi tanah menjadi rusak
karena pupuk dosis tinggi dapat membunuh organisme tanah.
4. Penambangan tanpa reklamasi
Contoh : kegiatan penambangan batu bara tanpa reklamasi akan mengakibatkan tanah terbuka dan menjadi
rusak.
5. Pembuangan zat beracun ke dalam tanah
Contoh : pembuangan sampah plastik yang sulit diuraikan tanah.
B. Jenis –jenis kerusakan tanah
1. Erosi tanah
Erosi adalah terangkutnya bagian - bagian tanah terutama
lapisan atas dan diendapkan di tempat lain. Jenis – jenis erosi, yaitu :
1) Ablasi
Ablasi adalah erosi yang dilakukan tenaga air. Ablasi umum
terjadi di daerah yang memiliki curah hujan tinggi. Jenis – jenis ablasi
sebagai berikut.
Erosi Percik (Splash Erosion)
Erosi Lembar (Sheet Erosion)
Erosi Alur (Rill Erosion)
Erosi Parit (Gully Erosion)
Erosi Lateral
2) Deflasi atau Korasi
Deflasi adalah erosi yang dilakukan oleh tenaga angin.
Umumnya terjadi di daerah gurun atau daerah beriklim kering.
3) Eksarasi
Eksarasi adalah erosi yang disebabkan oleh tenaga
gletser. Gletser adalah kikisan massa salju yang bergerak
menuruni lereng.
4) Abrasi
Abrasi adalah proses erosi yang disebabkan oleh
tenaga gelombang air laut. Abrasi dapat dicegah dengan
penanaman tanaman bakau di pinggir pantai.
2. Lahan Kritis
Lahan kritis merupakan kondisi tanah yang telah kehilangan kesuburannya
sehingga terjadi penurunan fungsi sebagai sarana pendukung kehidupan.
Kerusakan Hutan
Berbagai kegiatan manusia dalam rangka memanfaatkan hutan sering tidak
diikuti upaya pelestarian. Hal tersebut mengakibatkan menurunnya kualitas fungsi
hutan sampai kerusakan hutan. Kegiatan yang menyebabkan kerusakan hutan
antara lain penebangan liar (ilegal logging), kebakaran hutan, dan pertanian
ladang berpindah.
Kegiatan Pertambangan
Pengambilan bahan tambang tanpa disertai pengelolaan lingkungan akan
merusak alam. Kegiatan penambangan memunculkan dampak berupa lahan
kritis. Lahan kritis tersebut diakibatkan oleh hilangnya vegetasi penutup lahan,
perubahan topografi, dan perubahan struktur lahan.
Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah gangguan keseimbangan tanah akibat masuknya polutan hasil
kegiatan manusia. Polutan adalah benda atau bahan yang menyebabkan pencemaran, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Polutan tidak dapat diuraikan bakteri pengura sehingga tidak dapat
menyatu dengan tanah. Jenis – jenis polutan sebagai berikut.
Limbah Domestik
Limbah domestik adalah bahan atau benda tidak terpakai yang dihasilkan oleh kegiatan rumah
tangga. Limbah domestik tidak dapat diuraikan oleh tanah akan menjadi polutan. Contohnya, kantong
plastik, kaleng bekas, botol, dan limbah kimia seperti detergen.
Limbah Industri
Limbah industri adalah sisa hasil kegiatan produksi suatu industri limbah industri dapat
dibedakan menjadi limbah padat dan cair. Limbah industri umumnya lebih berbahaya dibandingkan limbah
domestik.
Limbah Pertanian
Limbah pertanian berdasarkan pupuk berbahan kimia yang digunakan dalam kegiatan
pertanian. Pemupukan yang berlebihan dalam jangka waktu terus - menerus akan menyebabkan kerusakan
tanah. Kerusakan tanah dapat berupa meningkatnya kadar asam dan kejenuhan pada tanah.
F. UPAYA PENCEGAHAN KERUSAKAN TANAH
1. Menjaga Tingkat Kesuburan Tanah
a. Metode Mekanik
1) Penterasan Lahan Miring (Terasering)
2) Pengolahan Sejajar Garis Kontur (Contour Tillage)
3) Pembuatan Pematang/Guludan
4) Pembuatan Cekdam (Waduk)
b. Metode Vegetatif
1) Penghijauan
2) Rotasi Tanaman (Crop Rotation)
3) Reboisasi
4) Penanaman Tanaman Penutup (Buffering)
5) Penanaman Tanaman Berbaris (Strip Cropping)
6) Penanaman Sejajar Garis Kontur (Contour Strip Cropping)
c. Metode Kimia
2. Upaya Memperbaiki Kerusakan Tanah
a. Rehabilitasi Kerusakan Sifat Fisik Tanah
1) Pengolahan tanah secara berkala untuk menghindari pergerakan tanah
2) Peningkatan kandungan bahan organik tanah melalui variasi seresah
3) Peningkatan keanekaragaman tanaman untuk memperbaiki sistem
persebaran perakaran
b. Rehabilitasi Kerusakan Kimia dan Biologi Tanah
1) Pemberian jerami
2) Pemberian zat kapur
c. Metode Kimia
1) Remediasi In Situ
2) Remediasi Ex-Situ
3) Bioremediasi
TERIMA KASIH