Geografi Dinamika Litosfer

21
GEOGRAFI BAB DINAMIKA LITOSFER “Proses Pembentukan Tanah dan Manfaatnya”

description

DINAMIKA LITOSFER

Transcript of Geografi Dinamika Litosfer

Page 1: Geografi Dinamika Litosfer

GEOGRAFI

BAB DINAMIKA LITOSFER“Proses Pembentukan Tanah dan Manfaatnya”

Page 2: Geografi Dinamika Litosfer

Anggota kelompok 6 :

1. Dahlia Kristanti [04]

2. Dewi Yulizar Maulida [05]

3. Ervi Lanovia [08]

4. Farras Intan Barnita [10]

5. Yuni Safitriani [32]

Page 3: Geografi Dinamika Litosfer

A. PENGERTIAN TANAHSecara umum, tanah adalah campuran

bagian bagian batuan dengan material serta

bahan organik yang merupakan sisa

kehidupan yang timbul pada permukaan

bumi akibat erosi dan pelapukan karena

proses waktu.

Menurut para ahli :

1. J.J. Berzelius (swedia, 1803), tanah adalah

sebagai laboratorium kimia tempat proses

dekomposisi dan reaksi kimia yang

berlangsung secara tersembunyi.

2. Fiedrich Fallon (1855), tanah adalah

lapisan bumi teratas yang terbentuk dari

batu-batuan  yang telah lapuk.

Page 4: Geografi Dinamika Litosfer

Proses Pembentukan Tanah

Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan,

baik pelapukan fisik maupun pelapukan kimia. Dari proses

pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan berubah

komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan

sebagai tanah, tetapi sebagai bahan tanah (regolith) karena

masih menunjukkan struktur batuan induk. Proses pelapukan

terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah

menjadi tanah. Proses pelapukan ini menjadi awal terbentuknya

tanah. Sehingga faktor yang mendorong pelapukan juga

berperaran dalam pembentukan tanah.

Page 5: Geografi Dinamika Litosfer

B. FAKTOR PEMBENTUK TANAH

1. Iklim

Faktor iklim berupa suhu dan curah hujan memengaruhi kecepatan

proses pelapukan batuan induk. Apabila suhu semakin tinggi,

semakin cepat pula reaksi kimia berlangsung.

2. Organisme

Organisme pembentuk tanah terdiri atas tumbuhan, hewan, jasad

hidup dalam tanah, dan manusia. Organisme tanah menguraikan

bahan organik yang berfungsi mempercepat pelapukan dan

membantu menggemburkan batuan induk.

Page 6: Geografi Dinamika Litosfer

3. Batuan IndukBatuan induk di suatu daerah merupakan faktor yang menentukan jenis tanah

daerah tersebut. Batuan induk dibagi menjadi batuan sedimen, beku, dan

metamorf.

4. Topografi atau ReliefTopografi atau relief memengaruhi ketebalan lapisan tanah di suatu tempat.

Faktor kemiringan tempat akan memengaruhi pergerakan aliran air.

5. WaktuDalam perkembangan tanah, waktu berperan menentukan jenis tanah yang

terbentuk. Tanah akan mengalami pelapukan secara kontinu. Hal tersebut

menyebabkan tanah kehabisan unsur hara. Tanah yang berumur tua dan

kehabisan unsur hara akan kehilangan kesuburannya.

Page 7: Geografi Dinamika Litosfer

Lapisan Tanah

a. Lapisan O

b. Lapisan A (Top Soil)

c. Lapisan B

d. Lapisan C (Sub Soil)

e. Lapisan R (Red Rock)

Page 8: Geografi Dinamika Litosfer

C. KLASIFIKASI TANAHNO. N A M A K E T E R A N G A N

1. Organosol Tanah organik (gambut) yang ketebalannya lebih dari 50 cm.

2. LitosolTanah mineral yang ketebalannya 20 cm atau kurang. Di bawahnya terdapat

batuan keras yang padu.

3. RendzinaTanah dengan epipedon mollik (warna gelap, kandungan bahan organik

lebih dari 1 %, kejenuhan basa 50 %), dibawahnya terdiri dari batuan kapur.

4. Grumusol

Tanah dengan kadar liat lebih dari 30 % bersifat mengembang dan

mengerut. Jika musim kering tanah keras dan retak-retak karena mengerut,

jika basah lengket (mengembang).

5. GleisolTanah yang selalu jenuh air sehingga berwarna kelabu atau menunjukkan

sifat-sifat hidromorfik lain.

Page 9: Geografi Dinamika Litosfer

No. Nama Keterangan

6. Aluvial

Tanah berasal dari endapan baru dan berlapis-lapis, bahan organik jumlahnya berubah tidak

teratur dengan kedalaman. Hanya terdapat epipedon ochrik, histik atau sulfurik, kandungan

pasir kurang dari 60 %.

7. RegosolTanah bertekstur kasar dengan kadar pasir lebih dari 60 %, hanya mempunyai horison

penciri ochrik, histik atau sulfurik.

8. Arenosol

Tanah bertekstur kasar dari bahan albik yang terdapat pada kedalaman sekurang-kurangnya

50 cm dari permukaan atau memperlihatkan ciri-ciri mirip horison argilik, kambik atau oksik,

tetapi tidak memenuhi syarat karena tekstur terlalu kasar. Tidak mempunyai horisin penciri

kecuali epipedon ochrik.

9. Andosol

Tanah-tanah yang umumnya berwarna hitam (epipedon mollik atau umbrik) dan mempunyai

horison kambik; kerapatan limbak (bulk density) kurang dari 0,85 g/cm3, banyak yang

mengandung amorf atau lebih dari 60 % terdiri dari abu vulkanik vitrik, cinders atau

bahanpyroklastik lain.

10. Latosol

Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah

seragam dengan dengan batas-batas horison yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm),

kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya mempunyai epipedon kambrik dan horison

kambik.

Page 10: Geografi Dinamika Litosfer

D. PEMANFAATAN TANAH1. Tanah Vulkanis

No Jenis Tanah

Proses Terbentuk Persebaran Manfaat Keterangan

1. Andosol

Dari abu vulkanis yang telah mengalami proses pelapukan

Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Halmahera, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi

sebagai lahan pertanian, perkebunan, hutan pinus atau cemara

warna kelabu hingga kuning, peka terhadap erosi, dan sangat subur

2. Regosoldari endapan abu vulkanis baru yang memiliki butir kasar

di lereng gunung berapi, pantai dan bukit pasir pantai yang meliputi pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara

untuk pertanian padi, palawija, tebu dan kelapa

berbutir kasar, berwarna kelabu hingga kuning dan kadar bahan organik rendah

3.Aluvial (Endapan)

tanah hasil erosi (lumpur dan pasir halus) di daerah-daerah dataran rendah

Sumatera, Jawa bagian utara, Halmahera, Kalimatan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi dan Papua bagian selatan

sebagai lahan pertanian sawah dan palawija

warna kelabu dan peka terhadap erosi

Page 11: Geografi Dinamika Litosfer

2. Tanah Organosol

No. Jenis

Tanah

Proses

TerbentukPersebaran Manfaat Keterangan

4.Organosol

(Humus)

dari hasil

pembusukan

bahan-bahan

organik

Lampung, Jawa Tengah

bagian selatan,

Kalimantan Selatan dan

Sulawesi Tenggara

sebagai lahan

pertanian

warna kehitaman,

mudah basah,

mengandung bahan

organik, sangat

subur

5. Grumusol -

Sumatra Barat, Jawa Barat

(daerah Cianjur), Jawa

Tengah (Demak,

Grobogan), Jawa Timur

(Tuban, Bojonegoro,

Ngawi, Madiun, dan

Bangil), serta di Nusa

Tenggara Timur.

untuk jenis

vegetasi

rumput-

rumputan atau

tanaman keras

semusim

(misalnya

pohon jati)

tekstur liat,

berwarna kelabu

hingga hitam, pH

netral hingga

alkalis, dan mudah

pecah saat musim

kemarau

Tanah Gambut

Tanah Grumusol cocok untuk tanaman padi

Page 12: Geografi Dinamika Litosfer

3. Tanah Litosol (tanah berbatu-batu)

Proses terbentuknya : dari pelapukan batuan beku dan sedimen yang masih baru (belum sempurna) sehingga

butirannya besar / kasar

Ciri-ciri : tekstur tanahnya beranekaragam dan pada umumnya berpasir, tak bertekstur, warna kandungan batu,

kerikil dan kesuburan bervariasi

Pemanfaatannya : masih alang-alang, bisa untuk hutan

Persebaran : Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan Sumatera

4. Tanah Podzol

Proses terbentuknya : di daerah yang memiliki suhu rendah dan curah hujan tinggi

Ciri-ciri : warna pucat, kandungan pasir kuarsa tinggi, sangat masam, peka terhadap erosi, kurang subur

Pemanfaatannya : untuk pertanian palawija

Persebaran : Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Papua

Podsol

5. Tanah Laterit

Proses terbentuknya : Tanah yang tercuci air hujan, sehingga unsur hara telah hilang meresap dan mengalir ke

dalam tanah

Ciri-ciri : warna cokelat kemerah-merahan, tidak subur

Pemanfaatannya : untuk lahan pertanian

Persebaran : Kalimantan Barat, Lampung, Banten, Sulawesi Tenggara

Tanah Podzol

Page 13: Geografi Dinamika Litosfer

6. Tanah Mergel

Proses terbentuknya : dari hasil campuran pelarutan kapur, pasir dan tanah liat karena peristiwa air hujan

Ciri-ciri : tidak subur

Pemanfaatannya : untuk hujan jati

Persebaran : Yogyakarta, Priangan Selatan di Jawa Barat, pegunungan Kendeng di Jawa Tengah, Kediri,

Madiun, Nusa Tenggara

7. Tanah Terarosa (Kapur)

a. Tanah Renzina

Proses terbentuknya : dari pelapukan batuan kapur di daerah yang memiliki curah hujan tinggi

Ciri-ciri : warna putih sampai hitam, miskin unsur hara

Pemanfaatannya : untuk palawija, hutan jati

Persebaran : Gunung kidul , Yogyakarta

Terarosa

b. Tanah Mediteran

Proses terbentuknya : hasil pelapukan batuan kapur keras dan sedimen

Ciri-ciri : Warna putih kecoklatan, keras, tidak subur

Pemanfaatannya : untuk pertanian tegalan, hutan jati

Persebaran : Pegunungan Jawa Timur, Nusa Tenggara, Jawa Tengah, Sulawesi, Maluku, Sumatera

Tanah Terarosa

Page 14: Geografi Dinamika Litosfer

E. KERUSAKAN TANAHKerusakan tanah adalah penurunan kualitas dan daya dukung tanah terhadap aktivitas

kehidupan. Kerusakan tanah dapat disebabkan oleh alam dan kegiatan manusia.

A. Faktor – faktor penyebab kerusakan tanah

1. Teknik budi daya tanaman yang salah,

Contoh : melakukan penanaman padi terus menerus di lahan sawah tanpa jeda tanam yang cukup.

2. Pembukaan lahan hutan tanpa perencanaan

Contoh : pembukaan areal hutan untuk mendirikan kompleks rumah peristirahatan.

3. Pertanian tanpa mengikuti aturan yang benar

Contoh : pemberian pupuk dengan dosis tinggi akan meningkatkan produksi, tetapi tanah menjadi rusak

karena pupuk dosis tinggi dapat membunuh organisme tanah.

4. Penambangan tanpa reklamasi

Contoh : kegiatan penambangan batu bara tanpa reklamasi akan mengakibatkan tanah terbuka dan menjadi

rusak.

5. Pembuangan zat beracun ke dalam tanah

Contoh : pembuangan sampah plastik yang sulit diuraikan tanah.

Page 15: Geografi Dinamika Litosfer

B. Jenis –jenis kerusakan tanah

1. Erosi tanah

Erosi adalah terangkutnya bagian - bagian tanah terutama

lapisan atas dan diendapkan di tempat lain. Jenis – jenis erosi, yaitu :

1) Ablasi

Ablasi adalah erosi yang dilakukan tenaga air. Ablasi umum

terjadi di daerah yang memiliki curah hujan tinggi. Jenis – jenis ablasi

sebagai berikut.

Erosi Percik (Splash Erosion)

Erosi Lembar (Sheet Erosion)

Erosi Alur (Rill Erosion)

Erosi Parit (Gully Erosion)

Erosi Lateral

Page 16: Geografi Dinamika Litosfer

2) Deflasi atau Korasi

Deflasi adalah erosi yang dilakukan oleh tenaga angin.

Umumnya terjadi di daerah gurun atau daerah beriklim kering.

3) Eksarasi

Eksarasi adalah erosi yang disebabkan oleh tenaga

gletser. Gletser adalah kikisan massa salju yang bergerak

menuruni lereng.

4) Abrasi

Abrasi adalah proses erosi yang disebabkan oleh

tenaga gelombang air laut. Abrasi dapat dicegah dengan

penanaman tanaman bakau di pinggir pantai.

Page 17: Geografi Dinamika Litosfer

2. Lahan Kritis

Lahan kritis merupakan kondisi tanah yang telah kehilangan kesuburannya

sehingga terjadi penurunan fungsi sebagai sarana pendukung kehidupan.

Kerusakan Hutan

Berbagai kegiatan manusia dalam rangka memanfaatkan hutan sering tidak

diikuti upaya pelestarian. Hal tersebut mengakibatkan menurunnya kualitas fungsi

hutan sampai kerusakan hutan. Kegiatan yang menyebabkan kerusakan hutan

antara lain penebangan liar (ilegal logging), kebakaran hutan, dan pertanian

ladang berpindah.

Kegiatan Pertambangan

Pengambilan bahan tambang tanpa disertai pengelolaan lingkungan akan

merusak alam. Kegiatan penambangan memunculkan dampak berupa lahan

kritis. Lahan kritis tersebut diakibatkan oleh hilangnya vegetasi penutup lahan,

perubahan topografi, dan perubahan struktur lahan.

Page 18: Geografi Dinamika Litosfer

Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah adalah gangguan keseimbangan tanah akibat masuknya polutan hasil

kegiatan manusia. Polutan adalah benda atau bahan yang menyebabkan pencemaran, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Polutan tidak dapat diuraikan bakteri pengura sehingga tidak dapat

menyatu dengan tanah. Jenis – jenis polutan sebagai berikut.

Limbah Domestik

Limbah domestik adalah bahan atau benda tidak terpakai yang dihasilkan oleh kegiatan rumah

tangga. Limbah domestik tidak dapat diuraikan oleh tanah akan menjadi polutan. Contohnya, kantong

plastik, kaleng bekas, botol, dan limbah kimia seperti detergen.

Limbah Industri

Limbah industri adalah sisa hasil kegiatan produksi suatu industri limbah industri dapat

dibedakan menjadi limbah padat dan cair. Limbah industri umumnya lebih berbahaya dibandingkan limbah

domestik.  

Limbah Pertanian

Limbah pertanian berdasarkan pupuk berbahan kimia yang digunakan dalam kegiatan

pertanian. Pemupukan yang berlebihan dalam jangka waktu terus - menerus akan menyebabkan kerusakan

tanah. Kerusakan tanah dapat berupa meningkatnya kadar asam dan kejenuhan pada tanah.

Page 19: Geografi Dinamika Litosfer

F. UPAYA PENCEGAHAN KERUSAKAN TANAH

1. Menjaga Tingkat Kesuburan Tanah

a. Metode Mekanik

1) Penterasan Lahan Miring (Terasering)

2) Pengolahan Sejajar Garis Kontur (Contour Tillage)

3) Pembuatan Pematang/Guludan

4) Pembuatan Cekdam (Waduk)

b. Metode Vegetatif

1) Penghijauan

2) Rotasi Tanaman (Crop Rotation)

3) Reboisasi

4) Penanaman Tanaman Penutup (Buffering)

5) Penanaman Tanaman Berbaris (Strip Cropping)

6) Penanaman Sejajar Garis Kontur (Contour Strip Cropping)

c. Metode Kimia

Page 20: Geografi Dinamika Litosfer

2. Upaya Memperbaiki Kerusakan Tanah

a. Rehabilitasi Kerusakan Sifat Fisik Tanah

1) Pengolahan tanah secara berkala untuk menghindari pergerakan tanah

2) Peningkatan kandungan bahan organik tanah melalui variasi seresah

3) Peningkatan keanekaragaman tanaman untuk memperbaiki sistem

persebaran perakaran

b. Rehabilitasi Kerusakan Kimia dan Biologi Tanah

1) Pemberian jerami

2) Pemberian zat kapur

c. Metode Kimia

1) Remediasi In Situ

2) Remediasi Ex-Situ

3) Bioremediasi

Page 21: Geografi Dinamika Litosfer

TERIMA KASIH