Post on 05-Apr-2019
EVALUASI PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN
TERUTANG BAGI WAJIB PAJAK BADAN Studi Kasus pada Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Aurelia Puspa Nadya Estika
NIM : 062114064
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
i
EVALUASI PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN
TERUTANG BAGI WAJIB PAJAK BADAN Studi Kasus pada Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Aurelia Puspa Nadya Estika
NIM : 062114064
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Ketika aku mohon kekuatan, Tuhan memberikan kesulitan agar aku menjadi kuat. Ketika aku mohon kebijaksanaan, Tuhan memberiku banyak masalah agar aku belajar memecahkannya. Ketika aku mohon kesejahteraan, Tuhan memberiku jalan pikiran agar aku dapat mengusahakannya. Ketika aku mohon keberanian, Tuhan memberiku bahaya agar aku dapat mengatasinya. Ketika aku membutuhkan cinta Allah, Tuhan memberiku orang-orang yang punya kesulitan agar aku dapat menolong. Ketika aku memohon bantuan, Tuhan memberiku halangan agar aku dapat menggunakan kesempatan. Aku memang tidak menerima apa yang aku minta, tetapi Tuhan memberikan apa yang sesungguhnya aku butuhkan. “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Filipi 4 : 6)
Karya ini kupersembahkan untuk : Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menopang dan menguatkanku
Bapak dan Ibuku, terima kasih atas doa dan perhatian kalian yang luar biasa Kakakku Mbak Pipiet,Mas Niko dan adikku Danu,kalian warna dalam hidupku
Keponakanku dek Rangga, kamu mengajariku untuk lebih bersabar Mbah Putri dan Lek Supri terima kasih atas doa dan dukungan kalian
Sahabatku Dinda, Lia, Lina, Rifki, Mbak Dita, Mbak Dian, Vero, Theo, Bruder Yosef, Nia, Devi, Molen, Rindha, Ayu, Duwex, Mas Adit, Gundhul, Boris, Kris,
Agnes, Desi, Mas Anang, Mas Sigit, Mas Gugus, Uyik, Kuncoro, Lilik terima kasih kalian telah memberiku semangat, dukukgan serta berbagi suka dan duka
bersamaku Sahabatku yang telah bersama Yesus, Thomas Christian Dwi Handono,terima
kasih karena kamu telah mengajariku untuk tetap tersenyum dan kuat Seseorang yang selalu memberiku semangat serta keceriaan dihidupku
Teman-temanku Prodi Akuntansi angkatan 2006, terima kasih kalian telah berjuang bersamaku
Mudika Santo Carolus Borromeus, tempatku berproses dan melayani Serta semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas
doa, perhatian, dan dukungan kalian semua
vi
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus dan
Bunda Maria atas penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Evaluasi Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang Bagi Wajib
Pajak Badan”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, Program Studi Akuntansi, Jurusan
Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
a. Romo Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan
kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada
penulis.
b. Drs. Y.P. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
c. Drs. Yusef Widya Karsana, M.Si., Akt., QIA selaku Kaprodi Jurusan
Akuntansi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
d. Dra. YFM. Gien Agustinawansari, M.M., Akt, selaku Dosen
Pembimbing yang telah berkenan memberi bimbingan, pengarahan,
dan nasihat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
e. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi yang telah mendidik dan
memberikan bekal ilmu kepada penulis, serta seluruh karyawan
viii
Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah melayani
semua kebutuhan akademis selama duduk di bangku perkuliahan.
f. Keluarga besar Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru Yogyakarta, Pak
Dasuki, Bu Hastarini, Pak Agus yang telah membantu dan mengijinkan
penulis dalam melakukan penelitian.
g. Bapak dan Ibuku yang selalu peduli padaku, mendoakan dan
mendukungku hingga skripsi ini dapat selesai.
h. Sahabat, teman-teman serta semua pihak yang selalu memberi
semangat, doa dan dukungan hingga skripsi ini dapat selesai.
Akhir kata, penulis menyadari karena adanya keterbatasan kemampuan
dan pengetahuan, skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka, segala kritik
maupun saran sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ....................... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR .............................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
ABSTRAK ..................................................................................................... xvii
ABSTRACT ................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 4
C. Batasan Masalah ................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian .................................................................. 5
E. Manfaat Penelitian ................................................................ 5
F. Sistematika Penulisan ............................................................ 6
x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pajak Penghasilan ..................................................... 8
1. Definisi Pajak ................................................................... 8
2. Penghasilan ...................................................................... 10
3. Pengertian Pajak Penghasilan .......................................... 11
B. Subjek dan Objek Pajak penghasilan, Penghasilan yang
Dikenai Pajak Final, dan yang Bukan Objek Pajak ............... 12
1. Subjek Pajak Penghasilan ................................................ 12
2. Objek Pajak Penghasilan .................................................. 14
3. Penghasilan Yang Dikenai Pajak Final ............................ 17
4. Penghasilan Yang Dikecualikan Dari Objek Pajak .......... 18
C. Kompensasi Kerugian ............................................................ 21
D. Penghasilan Kena Pajak ......................................................... 23
1. Biaya-Biaya Yang Boleh Dikurangkan Dari Penghasilan
Bruto ................................................................................. 24
2. Biaya-Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan Dari
Penghasilan Bruto ............................................................ 27
E. Tarif Pajak Penghasilan.......................................................... 34
F. Pajak Penghasilan terutang .................................................... 35
G. Surat Pemberitahuan (SPT) .................................................... 36
1. Pengertian SPT ................................................................. 36
2. Jenis SPT .................................................................. 36
3. Batas Waktu Penyampaian SPT ....................................... 37
xi
H. Koperasi .............................................................................. 37
1. Pengertian .................................................................. 37
2. Landasan, Asas, Tujuan .................................................. 38
3. Fungsi dan Peran ............................................................. 38
4. Prinsip Koperasi .............................................................. 39
5. Anggaran Dasar dan Perangkat ....................................... 39
6. Modal Koperasi ............................................................... 40
7. Sisa Hasil Usaha .............................................................. 43
8. Jenis-Jenis Koperasi ........................................................ 43
I. Pendapatan atau Penerimaan dan Beban Koperasi ............... 44
J. Penyesuaian Fiskal ................................................................. 46
K. Keputusan-keputusan, Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Peraturan Menteri Keuangan, Peraturan Direktur
Jendral Pajak, Surat Edaran Direktur Jendral Pajak yang
Berkaitan dengan Penghitungan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Badan ............................................................... 49
L. Perlakuan Pajak Penghasilan Usaha Koperasi secara
Umum .............................................................................. 54
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...................................................................... 56
B. Waktu Penelitian ................................................................... 56
C. Tempat Penelitian ................................................................. 56
D. Subjek dan Objek Penelitian ................................................. 57
xii
E. Data Penelitian ...................................................................... 57
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 58
G. Teknik Analisis Data ............................................................. 58
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Berdirinya Koperasi Bina Usaha PT Madu Baru ...... 62
B. Modal Koperasi ..................................................................... 64
C. Sisa Hasil Usaha Koperasi .................................................... 64
D. Bidang Usaha Koperasi ......................................................... 66
E. Sruktur Organisasi Koperasi Bina Usaha PT Madu Baru ..... 68
F. Keanggotaan Koperasi Bina Usaha PT Madu Baru .............. 71
G. Kebijakan Akuntansi Koperasi Bina Usaha PT Madu Baru .. 71
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ....................................................................... 75
B. Perbedaan Perlakuan Penghasilan dan Biaya Koperasi
Bina Usaha PT Madu Baru Menurut Standart Akuntansi
Keuangan dengan Undang-Undang RI No 36 Tahun 2008
Tentang Pajak Penghasilan .................................................... 94
C. Penyesuaian Fiskal atas Penghasilan dan Biaya yang
Ditemukan pada Laporan Keuangan Koperasi Bina Usaha
PT Madu Baru ....................................................................... 107
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 114
B. Keterbatasan Penelitian ......................................................... 115
xiii
C. Saran ....................................................................................... 115
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 117
LAMPIRAN .................................................................................................. 119
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Tarif Penyusutan Harta Berwujud ............................................. 31
Tabel II.2 Tarif Amortisasi Harta Tak Berwujud ...................................... 33
Tabel IV.1 Keanggotaan Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru ................. 71
Tabel V.1 Penjualan Tahun 2009 ............................................................... 92
Tabel V.2 Harga Pokok Penjualan Tahun 2009 ......................................... 92
Tabel V.3 Pendapatan Jasa Tahun 2009 .................................................... 93
Tabel V.4 Biaya Usaha Tahun 2009 .......................................................... 93
Tabel V.5 Pendapatan Lain-Lain Tahun 2009 ........................................... 94
Tabel V.6 Pengelompokan Penghasilan dan Biaya Menurut Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru berdasarkan Laporan Rugi Laba Per 31 Desember 2009 .................. 95
Tabel V.7 Perbedaan Penghitungan Biaya Penyusutan Aktiva Tetap Koperasi Bina Usaha PT. madu Baru dengan Metode Garis Lurus dan Saldo Menurun ................................... 102
Tabel V.7 (Lanjutan) Perbedaan Penghitungan Biaya Penyusutan Aktiva Tetap Koperasi Bina Usaha PT. madu Baru dengan Metode Garis Lurus dan Saldo Menurun ...................... 103
Tabel V.8 Perbedaan Penghitungan Biaya Penyusutan Aktiva Tetap
Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru yang Ada dalam Lampiran Khusus SPT dengan Metode Saldo Menurun yang digunakan dalam Kepentingan Perpajakan ..................................................................... 104
Tabel V.9 Laporan Harga Pokok Penjualan Koperasi Bina Usaha PT. madu Baru Per 31 Desember 2009 setelah Penyesuaian Fiskal ........................................................ 108
Tabel V.10 Laporan Rugi Laba Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru Per 31 Desember 2009 setelah Penyesuaian Fiskal ...... 108
xv
Tabel V.11 Perbedaan Penghitungan Biaya Penyusutan Aktiva Tetap Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru yang ada dalam Lampiran Khusus SPT dengan Hasil Hitungan Peneliti untuk Kepentingan Perpajakan ........................ 112
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Penghitungan Penghasilan Kena Pajak ..................................... 24
Gambar 2.2 Formula Umum Penghitungan Pajak Penghasilan .................... 36
Gambar 2.3 Proses Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan Keuangan Fiskal ............................................. 47
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru ....... 68
Gambar 5.1 Neraca Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru ........................... 77
Gambar 5.2 Laporan Rugi Laba Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru ....... 90
Gambar 5.2 (Lanjutan) Laporan Rugi Laba Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru .............................................................. 91
Gambar 5.3 Penghitungan PPh Setelah Pajak Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru .............................................................. 91
Gambar 5.4 Ringkasan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru berdasarkan Hitungan Peneliti .......................................................................... 113
xvii
ABSTRAK
EVALUASI PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN TERUTANG
BAGI WAJIB PAJAK BADAN Studi Kasus Pada Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru Yogyakarta
Aurelia Puspa Nadya Estika NIM: 062114064
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2011
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah penghitungan besarnya
pajak penghasilan terutang tahun 2009 bagi Wajib Pajak Badan Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Latar belakang penelitian ini adalah koperasi merupakan badan usaha ekonomi yang dinyatakan menjadi wajib pajak. Koperasi harus melaporkan jumlah pajak penghasilan terutangnya kepada negara, namun dalam menghitung jumlah pajak penghasilan terutang kadang terjadi kesalahan. UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan sebagai acuan dalam menentukan jumlah pajak penghasilan terutang.
Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan cara menganalisis perbedaan perlakuan penghasilan dan biaya menurut Standar Akuntansi Keuangan dan UU RI. No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Selanjutnya dilakukan penyesuaian fiskal atas Laporan Rugi Laba Koperasi sehingga ditemukan jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP), kemudian PKP dikalikan dengan tarif Wajib Pajak Badan Pasal 17 dan 31 E UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghitungan pajak penghasilan terutang yang dilakukan oleh Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru pada tahun 2009 kurang sesuai dengan UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru dalam mengelompokkan penghasilan dan biaya sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yaitu UU RI No.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan, namun khusus untuk biaya penyusutan aktiva tetap koperasi kurang sesuai dengan peraturan yang ada. Hal ini disebabkan karena Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru tidak melakukan penyesuaian fiskal untuk biaya penyusutan aktiva tetap.
xviii
ABSTRACT
AN EVALUATION OF THE CALCULATION OF INCOME TAX PAYABLE FOR INSTITUTIONAL TAX PAYER
A Case Study at Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru Yogyakarta
Aurelia Puspa Nadya Estika Student Number : 062114064
Sanata Dharma University Yogyakarta
2011
The Objective of this research was to know whether the calculation of the amount of income tax payable for the cooperative was in line with the tax regulation. The background of the research is that cooperative is an economic business entity which is stated as tax payer. Cooperative must report the amount of its income tax payable to the government, but in calculating the amount of the income tax payable, sometimes cooperative makes mistake. UU RI No.36 year 2008 about income tax is used as the standard to decide the amount of income tax payable. The research wase case study. The data were obtained through interview and documentation. The data analysis technique was done by analysing the different treatment in income and cost between the one based on Financial Accounting Standard and UU RI No.36 year 2008 about tax income. Next, fiscal adjustment was done on the cooperative’s income statement, so it was found the amount of Taxable Income, and then the Taxable Income was multiplied with the Institutional Tax Payer tariff of articlel 17 and 31 E UU RI No.36 year 2008 about income tax. The result of the research showed that the calculation of income tax payable which was done by Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru in 2009 was not suitable with UU RI No.36 year 2008 about income tax. Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru had grouped income and cost according to tax rules UU RI No.36 year 2008 about income tax, but for the depreciation of fixed assets, it was not suitable with the existing rules. It happened because Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru did not do fiscal adjustment for the depreciation expense of fixed assets.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Koperasi merupakan lembaga ekonomi rakyat yang menggerakan
perekonomian rakyat dalam memacu kesejahteraan sosial masyarakat.
Pertumbuhan bisnis koperasi dari waktu ke waktu perlu ditingkatkan.
Tujuan utama koperasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Oleh sebab itu untuk
mencapai tujuan tersebut, koperasi menyelenggarakan berbagai macam
usaha yang bermanfaat dan menguntungkan bagi para anggotanya. Sebagai
badan usaha, koperasi harus dikelola dengan baik seperti layaknya bentuk
badan usaha lainnya.
Koperasi sebagai badan usaha ekonomi berdasarkan Undang-Undang
No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, dinyatakan menjadi Wajib
Pajak. Penetapan ini sudah sesuai dengan Undang-Undang No 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian, yang menyebutkan bahwa :
”dalam hal pajak penghasilan, koperasi adalah badan usaha ekonomi,
yang sama dengan badan usaha yang lain seperti Perseroan Terbatas,
yang dinyatakan sebagai wajib pajak ”.
Pajak penghasilan merupakan pajak yang dikenakan atas laba atau
penghasilan yang diterima oleh subjek pajak dalam tahun pajak. Peraturan
yang mengatur tentang pajak penghasilan yang terbaru tertuang pada
2
Undang-Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2008. yang sebelumnya
diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.17 tahun 2000.
Undang-Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2008 mulai berlaku 1
Januari 2009. Perubahan ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan lagi
keamanan penerimaan negara, menciptakan sistem perpajakan yang lebih
sederhana, lebih adil, dan lebih transparansi khususnya pada pajak
penghasilan.
Perusahaan atau koperasi biasanya menghitung jumlah laba sebelum
pajak pada laporan laba/rugi berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK). Penghitungan jumlah laba tersebut tidaklah sama dengan peraturan
perpajakan khususnya pajak penghasilan. Perbedaan penghitungan jumlah
laba sebelum pajak disebabkan karena ada pengakuan yang berbeda
terhadap penghasilan dan biaya menurut SAK dan peraturan pajak
penghasilan. Perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya akan
mempengaruhi besar laba sebelum pajak yang nantinya akan dikenakan
tarif pajak penghasilan. Hal ini menyebabkan besar pajak penghasilan yang
akan dilaporkan kepada fiskus bukan jumlah yang sebenarnya.
Selain adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya, besar pajak
penghasilan yang dilaporkan bukan jumlah yang sebenarnya juga
disebabkan kelalaian wajib pajak. Kelalaian yang dimaksud dapat berupa
penghitungan data yang salah, kealpaan wajib pajak untuk menyimpan buku
dan bukti-bukti secara lengkap serta penafsiran ketentuan peraturan
perundang-undangan pajak karena tidak mengetahui perubahan Peraturan
3
Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan, dan Surat Edaran yang
berhubungan dengan pajak penghasilan.
Undang-Undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan,
diharapkan lebih mencerminkan keadilan dan memberi kepastian hukum
melalui perluasan basis pengenaan pajak dan sistem perpajakan. Meskipun
pemerintah sudah berusaha menyederhanakan sistem perpajakan, tetapi
masih banyak masyarakat wajib pajak pada umumnya dan wajib pajak
badan koperasi khususnya, sulit memahami Undang-Undang Perpajakan.
Evaluasi penghitungan pajak penghasilan yang terutang bagi wajib pajak
badan pada Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru dimaksudkan untuk
mengetahui kemungkinan terjadinya salah hitung, salah tulis, atau pun salah
dalam menentukan mana yang dapat diakui sebagai pendapatan dan biaya
menurut peraturan perpajakan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008. Batas
waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) harus diperhatikan oleh
wajib pajak seperti yang tercantum dalam pasal 7 ayat (1) Undang-Undang
KUP No.16 tahun 2009 tentang sanksi administrasi denda menyebutkan
apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang
telah ditentukan maka akan dikenai sanksi administrasi berupa denda.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah penghitungan besarnya pajak penghasilan
terutang tahun 2009 bagi Wajib Pajak Badan Koperasi Bina Usaha PT.
Madu Baru sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan?
C. Batasan Masalah
Pada evaluasi terhadap penghitungan pajak penghasilan terutang ini,
penulis membatasi masalah pada :
1. Undang-Undang RI No.36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas
Undang-Undang No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
2. Undang-Undang RI No.16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.5 Tahun 2008 tentang
Perubahan Keempat atas Undang-Undang No.6 Tahun 1983 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menjadi Undang-Undang.
3. Peraturan Menteri Keuangan No.96/PMK.03/2009 tentang jenis-jenis
harta yang termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan
untuk keperluan penyusutan.
5
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis yaitu untuk mengetahui
apakah penghitungan besarnya pajak penghasilan terutang tahun 2009 bagi
Wajib Pajak Badan Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru sudah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru dapat memanfaatkan hasil
penelitian sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam perencanaan
kebijakan khususnya dalam penentuan masalah perpajakannya.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi
bahan kepustakaan bagi Universitas Sanata Dharma dan dapat digunakan
sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang memerlukan.
3. Bagi Penulis
Dengan mengadakan penelitian, penulis memperoleh kesempatan untuk
menambah wawasan dan mengembangkan pengetahuan yang didapat di
bangku kuliah untuk diterapkan dalam praktik sesungguhnya.
6
F. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang digunakan
sebagai dasar untuk mengolah data yang berasal dari
Koperasi.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, waktu
penelitian, tempat penelitian, subjek dan objek penelitian,
data penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik
analisis data.
Bab IV : Gambaran Umum Perusahaan
Bab ini berisi uraian tentang sejarah, sistem pembagian
Sisa Hasil Usaha, usaha yang dijalankan, struktur
organisasi, sifat keanggotaan dan modal Koperasi Bina
Usaha PT. Madu Baru serta data-data lain yang diperoleh
saat penelitian.
7
Bab V : Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang deskripsi dan analisis data-data
yang diperoleh dari Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
serta pembahasan sesuai dengan rumusan masalah.
Bab VI : Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diambil
berdasarkan deskripsi dan analisis serta pembahasan data
yang dilakukan oleh penulis, mengungkapkan keterbatasan
dari penelitian yang dilakukan, dan memberikan saran
yang diharapkan penting bagi Koperasi Bina Usaha PT.
Madu Baru dan peneliti berikutnya.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pajak Penghasilan
1. Definisi Pajak
Definisi pajak menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani dalam buku
Manajemen Perpajakan, Zain (2008:10) menyatakan: “Pajak adalah
iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-
undang), dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat
ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan
pemerintahan.”
Definisi pajak menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH. Dalam
buku Manajemen Perpajakan, Zain (2008:11) menyatakan: “Pajak
adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal-balik
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.” Definisi tersebut kemudian
dikoreksi kembali oleh Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH dalam buku
Manajemen Perpajakan, Zain (2008:11) sebagai berikut: “Pajak adalah
peralihan kekayaan dari pihak rakyat ke kas negara untuk membiayai
9
pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang
merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.”
Definisi pajak menurut S.I. Djajadiningrat yang dikutip oleh Resmi
(2005:1) sebagai berikut: ”Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan
sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan,
kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi
bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah
serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara
secara umum.”
Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
a. Pajak dipungut berdasarkan kekuatan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya.
b. Pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
c. Pembayaran pajak tidak mendapat prestasi kembali yang langsung
dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran yang
berhubungan dengan tugas negara.
d. Pajak dialokasikan untuk pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang
bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk
membiayai public investment.
10
2. Penghasilan
Definisi penghasilan berdasarkan PSAK No.23 (Reformat 2007)
penghasilan didefinisikan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan sebagai peningkatan manfaat ekonomi
selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau
penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
Penghasilan meliputi pendapatan dan keuntungan. Pendapatan adalah
penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan
dikenal degan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa,
bunga, deviden, royalty dan sewa.
Definisi penghasilan menurut Undang-Undang No.36 tahun 2008
pasal 4 ayat (1) tentang Pajak Penghasilan menyatakan: “Penghasilan
yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apa pun.”
Berdasarkan kedua definisi di atas terdapat perbedaan pengertian
penghasilan menurut akuntansi dan perpajakan. Menurut akuntansi
penghasilan hanya meliputi pendapatan dan keuntungan saja. Menurut
perpajakan semua penghasilan yang berasal dari sumber apapun yang
dapat menambah kemampuan ekonomis wajib pajak badan dalam satu
11
tahun dikelompokkan dalam penghasilan yang akan dikenakan pajak.
Dengan demikian, cakupan pengertian penghasilan menurut perpajakan
lebih luas daripada akuntansi.
3. Pengertian Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun
pajak (Resmi, 2005:74).
Definisi pajak penghasilan menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK 2007, No. 46) adalah: pajak yang dihitung
berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan atas
Penghasilan Kena Pajak perusahaan.
Berdasarkan dua definisi di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Dikenakan kepada subjek pajak yang mendapatkan penghasilan.
b. Pajak dikenakan terhadap penghasilan masyarakat dalam satu tahun
pajak.
c. Ada peraturan yang mengatur tentang perhitungan pajak khususnya
pajak penghasilan.
12
B. Subjek Dan Objek Pajak Penghasilan, Penghasilan Yang Dikenai Pajak Final Dan Yang Bukan Objek Pajak
1. Subjek Pajak Penghasilan
Subjek pajak penghasilan merupakan wajib pajak yang diwajibkan
membayar pajak atas penghasilan yang diterima dalam satu tahun pajak.
Pasal 2 ayat (1) UU RI No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
mengelompokkan subjek pajak menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. 1) Orang Pribadi;
2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak;
Berdasarkan penjelasan atas UU RI No.36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan, orang pribadi yang dimaksud dalam hal ini
adalah subjek pajak yang dapat bertempat tinggal atau berada
di Indonesia ataupun di luar Indonesia. Warisan yang belum
terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek pajak
pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.
Penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak
pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan
yang berasal dari waisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.
b. Badan
Penjelasan atas UU RI No.17 Tahun 2000 tentang pajak
penghasilan menjelaskan badan adalah sekumpulan orang dan/atau
modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha
13
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMN/BUMD
dengan nama dan bentuk apapun firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan
bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan
bentuk usaha tetap.
BUMN/BUMD merupakan subjek pajak tanpa memperhatikan
nama dan bentuknya sehingga setiap unit tertentu dari badan
Pemerintah, misalnya lembaga badan, dan sebagainya yang
dimiliki oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan untuk memperoleh
penghasilan merupakan subjek pajak. Dalam pengertian
perkumpulan termasuk pula asosiasi, persatuan, perhimpunan, atau
ikatan dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang sama.
c. Bentuk Usaha Tetap.
Bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
Penjelasan atas UU RI No.36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan menjelaskan suatu bentuk usaha tetap mengandung
14
pengertian adanya suatu tempat usaha yaitu fasilitas yang dapat
berupa tanah dan gedung termasuk juga mesin-mesin dan peralatan,
gudang dan komputer atau agen elektronik atau peralatan otomatis
yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi
elektronik untuk menjalankan aktivitas usaha melalui internet.
Tempat usaha tersebut bersifat permanen dan digunakan untuk
menjalankan usaha atau kegiatan dari orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia. Selain itu bentuk usaha tetap
mencakup pula orang pribadi atau badan selaku agen yang
kedudukannya tidak bebas yakni yang bertindak untuk dan atas
nama orang pribadi atau badan yang tidak bertempat tinggal atau
tidak bertempat kedudukan di Indonesia.
2. Objek Pajak Penghasilan
Berdasarkan pasal 4 ayat (1) UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan menyebutkan bahwa yang menjadi objek pajak adalah
penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari
luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk
apapun, termasuk:
15
a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan
dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-
undang ini;
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
c. laba usaha;
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
termasuk :
1) keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,
persekutuan,dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal;
2) keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham,
sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan,
dan badan lainnya;
3) keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau
reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
4) keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro
16
dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di
antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan
5) keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau
seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam
pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan
pertambangan;
e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan
sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;
f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen
dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian
sisa hasil usaha koperasi;
h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
l. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. premi asuransi;
17
o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya
yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas;
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.
q. penghasilan dari usaha berbasis syariah;
r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara
perpajakan; dan
s. surplus Bank Indonesia.
3. Penghasilan Yang Dikenai Pajak Final
Pasal 4 ayat (2) UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
menyebutkan bahwa atas penghasilan berupa bunga deposito dan
tabungan-tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan
bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi
orang pribadi; penghasilan berupa hadiah undian; penghasilan dari
transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh
perusahaan modal ventura; penghasilan dari transaksi pengalihan harta
berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate,
18
dan persewaan tanah dan bangunan; dan penghasilan tertentu lainnya;
yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Penghasilan-penghasilan yang disebutkan diatas akan dikenakan pajak
yang sifat pemungutannya final. Pajak Penghasilan Final menurut PSAK,
2007 No. 46 yaitu bahwa setelah pelunasannya, kewajiban pajak telah
selesai dan penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final tidak
digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang terkena pajak penghasilan
yang bersifat tidak final. Pajak jenis ini dapat dikenakan terhadap jenis
penghasilan, transaksi atau usaha tertentu.
4. Penghasilan Yang Dikecualikan Dari Objek Pajak
Pasal 4 ayat (3) UU No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
menyebutkan bahwa yang dikecualikan dari objek pajak adalah:
a. 1) bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan
amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan
oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang
berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi
pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah
dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah;
19
2) harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan social atau pengusaha kecil termasuk
koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak
ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;
b. warisan;
c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan wajib
pajak, wajib pajak yang dikenakan pajak secara final atau wajib pajak
yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit)
sebagaimana dimaksud dalam pasal 15;
e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha
milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal
20
pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat:
1) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
2) bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan
usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham
pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua
puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;
g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi
kerja maupun pegawai;
h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun
sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu
yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit
penyertaan kontrak investasi kolektif;
j. dihapus;
k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan
pasangan usaha tersebut:
21
1) merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
2) sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
l. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan;
m. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba
yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang
membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan,
dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya
sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
C. Kompensasi Kerugian
Keuntungan dan kerugian adalah dua hal yang biasa terjadi dalam suatu
usaha bisnis. Ada kalanya sebuah usaha mengalami keuntungan dan ada
kalanya juga sebuah usaha mengalami kerugian. Dalam konteks Pajak
22
Penghasilan, keuntungan yang diperoleh Wajib Pajak akan dikenai pajak
penghasilan, sedangkan kerugian yang diderita Wajib Pajak tidak akan
dikenai pajak penghasilan. Bahkan kerugian yang didapatkan dalam satu
tahun pajak dapat digunakan untuk menutupi keuntungan pada tahun-tahun
berikutnya sehingga pada tahun-tahun tersebut pajak penghasilan menjadi
lebih kecil atau tidak terutang sama sekali. Proses membawa kerugian dalam
satu tahun pajak ke tahun-tahun pajak berikutnya ini dinamakan sebagai
Kompensasi Kerugian (Carrying Loss).
Berdasarkan Surat Edaran SE-03/PJ.31/2004 tentang kompensasi
kerugian fiskal dalam penghitungan pajak penghasilan menyebutkan:
1. Kerugian yang dimaksud adalah kerugian fiskal berdasarkan pada
ketetapan pajak yang telah diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak
maupun kerugian fiskal berdasarkan SPT Tahunan Wajib Pajak (self
assessment) dalam hal tidak ada atau belum diterbitkan ketetapan
pajak oleh Direktur Jenderal Pajak.
2. Apabila setelah pemeriksaan terhadap SPT Tahunan yang menyatakan
rugi tidak lebih bayar maupun rugi lebih bayar tidak meniadakan hak
kompensasi kerugian fiskal. Namun apabila ditemukan jumlah
kerugian fiskal yang berbeda dari SPT Tahunan atau menjadi tidak
rugi maka kompensasi kerugian fiskal menurut SPT Tahuanan
tersebut harus segera dibetulkan.
23
3. Kerugian fiskal dari penghasilan yang bersumber di luar negeri hanya
dapat dikompensasikan dengan penghasilan dari sumber yang sama di
luar negeri.
4. Kerugian fiskal dari penghasilan yang dikenakan PPh final atau
penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak, tidak dapat
dikompensasikan dengan penghasilan lainnya yang dikenakan pajak
berdasarkan ketentuan umum.
Berdasarkan penjelasan Pasal 6 ayat (2) atas UU RI No.36 tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan menyebutkan kerugian fiskal dapat
dikompensasikan dengan penghasilan neto atau laba fiskal selama lima
tahun berturut-turut dimulai sejak tahun berikutnya sesudah tahun
didapatnya kerugian tersebut.
D. Penghasilan Kena Pajak
PSAK 2007, No.46 menyebutkan bahwa Penghasilan Kena Pajak (PKP)
atau laba fiskal (taxable profit) atau rugi pajak (tax loss) adalah laba atau
rugi selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan
dan yang menjadi dasar penghitungan pajak penghasilan. Pasal 6 ayat (1)
UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan menyebutkan bahwa
Penghasilan Kena Pajak untuk wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha
tetap ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya-biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Rumusan penghasilan
kena pajak yang dimaksud pasal 6 ayat (1) UU RI No.36 tahun 2008 tentang
24
Pajak Penghasilan sama halnya dengan menentukan penghasilan neto fiskal
wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap.
Penghasilan bruto yang dimaksud merupakan semua penghasilan yang
menjadi objek pajak (pasal 4 ayat (1)) yang diperoleh dalam tahun pajak.
Penghasilan neto fiskal yang dimaksud adalah penghasilan neto komersial
dikurangi dengan penghasilan yang dikenakan PPh final dan yang tidak
termasuk objek pajak dalam tahun pajak yang telah ditambah dengan biaya-
biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto (penyesuaian
koreksi positif) dan dikurangi dengan biaya-biaya yang boleh dikurangkan
dari penghasilan bruto (penyesuaian koreksi negatif). Perhitungan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Penghitungan Penghasilan Kena pajak 1 Penghasilan Neto Fiskal xxx 2 Kompensasi Kerugian Fiskal xxx 3 Penghasilan Kena Pajak (1 – 2 ) xxx
Sumber : SPT Tahunan Formulir 1771
1. Biaya-Biaya Yang Boleh Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto
Biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto yang diatur
oleh Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal
6 ayat (1) adalah :
a. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
kegiatan usaha, antara lain:
1) biaya pembelian bahan;
25
2) biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan
dalam bentuk uang;
3) bunga, sewa, dan royalti;
4) biaya perjalanan;
5) biaya pengolahan limbah;
6) premi asuransi;
7) biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
8) biaya administrasi; dan
9) pajak kecuali Pajak Penghasilan;
b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;
c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan;
d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan
digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan;
e. kerugian selisih kurs mata uang asing;
f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di
Indonesia;
26
g. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;
h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
1) telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
2) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat
ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
3) telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri
atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau
adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum
atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya
telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
4) syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk
penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k;
yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
i. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
j. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang
dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
27
k. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah;
l. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah; dan
m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan didapat kerugian,
kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun
pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.
2. Biaya-Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto
Biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto diatur
dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
pasal 9 ayat (1) adalah :
a. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti
dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi
kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
pemegang saham, sekutu, atau anggota;
c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
d. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain
yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi,
perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
28
e. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
f. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
g. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
h. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
i. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan
limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang
ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
j. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang
pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut
dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;
k. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan
makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan
yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
l. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang
saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;
29
m. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b,
kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan
amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi
pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
n. Pajak Penghasilan;
o. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
p. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;
q. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi
pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
Undang-Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan pasal 9 ayat (2) menyebutkan bahwa pengeluaran untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan
sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau Pasal 11A yang berisi ayat :
30
Adapun Pasal 11 berisi sebagai berikut :
1) Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian,pendirian, penambahan,
perbaikan, atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang
berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak
pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
(satu) tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama
masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut;
2) Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) selain bangunan, dapat juga dilakukan dalam bagian-
bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara
menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku,dan pada akhir masa
manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus, dengan syarat dilakukan
secara taat asas;
3) Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali
untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya
dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut;
4) Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak
diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut
digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
atau pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan;
5) Apabila Wajib Pajak melakukan penilaian kembali aktiva berdasarkan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, maka dasar
31
penyusutan atas harta adalah nilai setelah dilakukan penilaian kembali
aktiva tersebut;
6) Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan
harta berwujud ditetapkan sebagai berikut:
Tabel II.1 Tarif Penyusutan Harta Berwujud
Kelompok HartaBerwujud
Masa Manfaat
Tarif Penyusutan sebagaimana dimaksud dalam
Ayat (1) Ayat (2) I. Bukan bangunan Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
4 tahun8 tahun
16 tahun20 tahun
25%
12,5% 6,25%
5%
50% 25%
12,5% 10%
II. Bangunan Permanen Tidak Permanen
20 tahun10 tahun
5% 10%
Sumber: UU RI No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
7) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusutan atas harta berwujud yang
dimiliki dan digunakan dalam bidang usaha tertentu diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan.
8) Apabila terjadi pengalihan atau penarikan harta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d atau penarikan harta karena sebab
lainnya, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut dibebankan sebagai
kerugian dan jumlah harga jual atau penggantian asuransinya yang
diterima atau diperoleh dibukukan sebagai penghasilan pada tahun
terjadinya penarikan harta tersebut.
9) Apabila hasil penggantian asuransi yang akan diterima jumlahnya baru
dapat diketahui dengan pasti di masa kemudian, maka dengan
persetujuan Direktur Jenderal Pajak jumlah sebesar kerugian
32
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dibukukan sebagai beban masa
kemudian tersebut.
10) Apabila terjadi pengalihan harta yang memenuhi syarat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, yang berupa
harta berwujud, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh
dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan.
11) Ketentuan lebih lanjut mengenai kelompok harta berwujud sesuai
dengan masa manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Adapun pasal 11A berisi ayat:
Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud
dan pengeluaran lainnya termasuk biaya perpanjangan hak guna bangunan,
hak guna usaha, hak pakai, dan muhibah (goodwill) yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang dipergunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dilakukan dalam
bagian-bagian yang sama besar atau dalam bagian-bagian yang menurun
selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif
amortisasi atas pengeluaran tersebut atau atas nilai sisa buku dan pada
akhir masa manfaat diamortisasi sekaligus dengan syarat dilakukan secara
taat asas.
1) Amortisasi dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran,
kecuali untuk bidang usaha tertentu yang diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Menteri Keuangan.
33
2) Untuk menghitung amortisasi, masa manfaat dan tarif amortisasi
ditetapkan sebagai berikut :
Tabel II.2 Tarif Amortisasi Harta Tak Berwujud
Kelompok Harta Tak Berwujud
Masa Manfaat
Tarif Amortisasi berdasarkan
metode Garis Lurus
Saldo Menurun
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
4 tahun 8 tahun 16 tahun 20 tahun
25% 12,5% 6,25%
5%
50% 25%
12,5% 10%
Sumber: UU RI No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
3) Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal
suatu perusahaan dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran
atau diamortisasi sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2).
4) Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan
pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi dilakukan
dengan menggunakan metode satuan produksi.
5) Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan
selain yang dimaksud pada ayat (4), hak pengusahaan hutan, dan
hak pengusahaan sumber alam serta hasil alam lainnya yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, dilakukan
dengan menggunakan metode satuan produksi setinggi-tingginya
20% (dua puluh persen) setahun.
34
6) Pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi komersial yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, dikapitalisasi
dan kemudian diamortisasi sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2).
7) Apabila terjadi pengalihan harta tak berwujud atau hak-hak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (4), dan ayat (5), maka
nilai sisa buku harta atau hak-hak tersebut dibebankan sebagai
kerugian dan jumlah yang diterima sebagai penggantian
merupakan penghasilan pada tahun terjadinya pengalihan tersebut.
8) Apabila terjadi pengalihan harta yang memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b,
yang berupa harta tak berwujud, maka jumlah nilai sisa buku harta
tersebut tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang
mengalihkan.
E. Tarif Pajak Penghasilan
Berdasarkan Pasal 17 ayat (1b) Undang-Undang No. 36 Tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan menyebutkan tarif pajak yang ditetapkan atas
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Badan dalam negeri dan bentuk
usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen). Untuk
keperluan penerapan tarif pajak sesuai Pasal 17 ayat (4) Undang-Undang
No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, menyebutkan bahwa jumlah
Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh.
35
Menurut pasal 31E Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, menyebutkan bahwa Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan
peredaran bruto sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima
puluh persen) dari tarif Wajib pajak Badan pasal 17 ayat 1 (b) yang
dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai
dengan Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).
F. Pajak Penghasilan Terutang
Pajak penghasilan terutang adalah pajak penghasilan yang harus dibayar
pada suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak, atau dalam bagian
tahun pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
(Waluyo dan Wirawan, 2001: 4). Ada pun formula umum penghitungan
pajak penghasilan yang terutang menurut Zain (2008:79) di bawah ini :
36
Gambar 2.2 Formula Umum Penghitungan Pajak Penghasilan 1 2
(-)
Jumlah seluruh penghasilan Penghasilan yang dikecualikan objek pajak
Pasal 4 ayat 1 Pasal 4 ayat 3
3 4
(=) (-)
Penghasilan Bruto Biaya fiskal boleh dikurangkan Koreksi :Biaya fiskal tidak boleh dikurangkan
(1-2) Pasal 6 ayat 1 Pasal 11 Pasal 11A Pasal 9 ayat 1 dan 2
5 6 7
(=) (-) (-)
Penghasilan Neto Kompensasi kerugian PTKP (Wajib Pajak Orang Pribadi)
(3-4) Pasal 6 ayat 2 Pasal 7 ayat 1
8 9
(=) (x)
Penghasilan Kena Pajak Tarif
(5-6-7) Pasal 17
10 11
(=) (-)
Pajak Penghasilan Terutang Kredit Pajak
(8x9) Pasal 21(WP orang pribadi)Pasal 22,23.24.25)
12 (=) Pajak Penghasilan Kurang Bayar/Lebih Bayar/Nihil Bayar
(10-11) Pasal 28,28A,29
Sumber : Mohammad zain (2008:79)
G. Surat Pemberitahuan (SPT)
1. Pengertian SPT
Menurut Mardiasmo (2008:29) mendefinisikan bahwa Surat
Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan
untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek
pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Jenis SPT
Mardiasmo (2008:32) membagi jenis SPT menjadi 2 yaitu :
a) Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk
suatu Masa Pajak.
37
b) Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk
suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.
3. Batas Waktu Penyampaian SPT
Menurut Mardiasmo (2008:33) batas waktu penyampaian SPT
antara lain :
a) Untuk Surat Pemberitahuan Masa, selambat-lambatnya 20 hari
setelah akhir Masa Pajak.
b) Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak orang pribadi, selambat-lambatnya 3 bulan setelah akhir
Tahun Pajak.
c) Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak badan, selambat-lambatnya 4 bulan setelah akhir Tahun
Pajak.
H. Koperasi
1. Pengertian
Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang
Pengkoperasian pada pasal 1 menyebutkan bahwa koperasi adalah badan
usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan.
38
2. Landasan, Asas, Tujuan
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang
Pengkoperasian pasal 2 dan 3 menyebutkan bahwa koperasi
berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 serta berdasar
atas asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut
membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
3. Fungsi dan Peran
Ada beberapa fungsi dan peran koperasi Menurut Undang-Undang
No. 25 Tahun 1992 tentang Pengkoperasian pasal 4, antara lain :
a) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
b) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas
kehidupan manusia dan masyarakat.
c) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai
sokogurunya.
d) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
39
4. Prinsip Koperasi
Adapun prinsip koperasi Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun
1992 tentang Pengkoperasian pada pasal 5 :
a) Koperasi melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut :
(1) Keanggotaannya bersifat sukarela dan terbuka.
(2) Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
(3) Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil sebanding
dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.
(4) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
(5) Kemandirian.
b) Dalam mengembangkan Koperasi, maka Koperasi melaksanakan
pula prinsip Koperasi sebagai berikut :
(1) Pendidikan perkoperasian
(2) Kerja sama antar Koperasi
5. Anggaran Dasar dan Perangkat
Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang
Pengkoperasian menyebutkan anggaran dasar dan perangkat koperasi
bahwa :
a) Anggaran dasar sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 7 ayat i
memuat sekurang-kurangnya : daftar nama pendiri, nama dan tempat
kedudukan, maksud dan tujuan serta bidang usaha, ketentuan
mengenai keanggotaan, ketentuan mengenai Rapat Anggota,
ketentuan mengenai pengelolaan, ketentuan mengenai permodalan,
40
ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya, ketentuan mengenai
pembagian Sisa Hasil Usaha, ketentuan mengenai sanksi.
b) Perangkat organisasi koperasi adalah Rapat Anggota, pengurus, dan
pengawas.
6. Modal Koperasi
Wikipedia Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa modal koperasi
terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman.
a) Modal sendiri dapat berasal dari :
(1) Simpanan pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan
oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi
anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama
yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi. Simpanan
pokok jumlahnya sama untuk setiap anggota.
(2) Simpanan wajib
Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang harus
dibayarkan oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan
kesempatan tertentu, misalnya tiap bulan dengan jumlah
simpanan yang sama untuk setiap bulannya. Simpanan wajib
tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih
menjadi anggota koperasi.
41
(3) Dana cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari
penyisihan Sisa Hasil Usaha, yang dimaksudkan untuk
pemupukan modal sendiri, pembagian kepada anggota yang
keluar dari keanggotaan koperasi, dan untuk menutup kerugian
koperasi bila diperlukan.
(4) Hibah
Hibah adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat
dinilai dengan uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat
hibah/pemberian dan tidak mengikat.
b) Modal pinjaman dapat berasal dari :
(1) Anggota
Pinjaman yang berasal dari anggota adalah pinjaman yang
diperoleh dari anggota koperasi dapat disamakan dengan
simpanan sukarela anggota. Dalam simpanan sukarela, besar
kecil dari nilai yang disimpan tergantung dari kerelaan anggota.
(2) Koperasi lainnya
Pinjaman yang berasal dari koperasi lainnya adalah pinjaman
yang pada dasarnya diawali dengan adanya kerja sama yang
dibuat oleh sesama badan usaha koperasi untuk saling
membantu dalam bidang kebutuhan modal. Bentuk dan lingkup
kerja sama yang dibuat bisa dalam lingkup yang luas atau
42
dalam lingkup yang sempit, tergantung dari kebutuhan modal
yang diperlukan.
(3) Bank dan lembaga keuangan lainnya
Pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya merupakan
pinjaman komersial dari bank dan lembaga keuangan untuk
badan usaha koperasi mendapat prioritas dalam persyaratan.
Prioritas tersebut diberikan kepada koperasi yang sebetulnya
merupakan komitmen pemerintah untuk mengangkat
kemampuan ekonomi rakyat khususnya usaha koperasi.
(4) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya
Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya merupakan modal
pinjaman koperasi yang diperoleh untuk menambah modal
koperasi dengan cara menjual obligasi atau surat utang kepada
masyarakat investor untuk mencari dana segar dari masyarakat
umum diluar anggota koperasi. Mengenai persyaratan untuk
menjual obligasi dan surat utang tersebut diatur dalam
ketentuan otoritas pasarmodal yang ada.
(5) Sumber lain yang sah
Sumber lain yang sah adalah semua sumber keuangan, kecuali
sumber keuangan yang berasal dari dana yang tidak sah dapat
dijadikan tempat untuk meminjam modal.
43
7. Sisa Hasil Usaha
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang
Pengkoperasian pasal 45 menjelaskan bahwa :
a) Sisa Hasil Usaha Koperasi merupakan pendapatan Koperasi yang
diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya,
penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku
yang bersangkutan.
b) Sisa Hasil Usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada
anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-
masing anggota Koperasi, serta digunakan untuk keperluan
pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari Koperasi, sesuai
dengan keputusan Rapat Anggota.
c) Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam Rapat
Anggota.
8. Jenis-Jenis Koperasi
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, koperasi dapat dikelompokkan
secara umum menjadi :
a) Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam
bidang simpanan dan pinjaman.
44
b) Koperasi Konsumen
Koperasi konsumen adalah koperasi yang beranggotakan para
konsumen dengan menjalankan kegiatan jual beli menjual
barang konsumsi.
c) Koperasi Produsen
Koperasi Produsen adalah koperasi yang beranggotakan para
pengusaha kecil (UKM) dengan menjalankan kegiatan
pengadaan bahan baku dan penolong untuk anggotanya.
d) Koperasi Pemasaran
Koperasi pemasaran adalah koperasi yang menjalankan
kegiatan penjualan produk atau jasa koperasinya atau
anggotanya.
e) Koperasi Jasa
Koperasi jasa adalah koperasi yang bergerak di bidang usaha
jasa lainnya.
I. Pendapatan atau Penerimaan dan Beban Koperasi
1. Pendapatan atau Penerimaan
Menurut Arifin Sitio (2001:11) pendapatan pada perhitungan hasil
usaha sebuah koperasi terdapat beberapa karakteristik sebagai berikut :
a) Pendapatan yang timbul dari transaksi penjualan produk atau
penyerahan jasa kepada anggota dan bukan anggota.
45
b) Pendapatan tertentu yang realisasi penerimaannya masih tergantung
pada persyaratan atau ketentuan yang ditetapkan. Contoh fee
koperasi yang diperoleh dari penyaluran dan pengadaan komoditi
program seperti fee pangan, fee gula, fee pupuk, dan lain-lain.
Menurut PSAK No.27 Revisi 1998 menjelaskan bahwa Pendapatan
koperasi yang timbul dari transaksi dengan anggota diakui sebesar
partisipasi bruto. Partisipasi bruto pada dasarnya adalah penjualan
barang atau jasa kepada anggota. Dalam kegiatan pengadaan barang dan
jasa untuk anggota, partisipasi bruto dihitung dari harga pelayanan yang
diterima atau dibayar oleh anggota yang mencakup beban pokok dan
partisipasi neto. Dalam kegiatan pemasaran hasil produksi anggota,
partisipasi bruto dihitung dari beban jual hasil produksi anggota baik
kepada non-anggota maupun kepada anggota. Pendapatan koperasi yang
berasal dari transaksi dengan non-anggota diakui sebagai pendapatan
(penjualan) dan dilaporkan terpisah dari partisipasi anggota dalam
laporan penghitungan hasil usaha sebesar nilai transaksi. Selisih antara
pendapatan dan beban pokok transaksi dengan non-anggota diakui
sebagai laba atau rugi kotor dengan non-anggota.
2. Beban
Beberapa karakteristik beban pokok penjualan dan beban pada
koperasi adalah sebagai berikut :
a) Beban pokok penjualan produk kepada anggota dan bukan anggota.
46
b) Beban yang terjadi karena aktivitas koperasi dalam kaitannya dengan
program-program pemerintah.
c) Beban yang pada hakekatnya dapat dipisahkan menjadi beban untuk
kegiatan pelayanan kepada anggota dan beban untuk kegiatan
pelayanan bukan anggota.
Menurut PSAK No. 27 (revisi 1998) menyebutkan bahwa beban
usaha dan beban-beban perkoperasian harus disajikan terpisah dalam
laporan penghitungan hasil usaha. Dalam meningkatkan kesejahteraan
anggota, koperasi tidak hanya berfungsi menjalankan usaha-usaha bisnis
yang memberikan manfaat atau keuntungan ekonomi kepada anggota,
tetapi juga harus menjalankan fungsi lain untuk meningkatkan
kemampuan sumber daya anggota, baik secara khusus maupun sumber
daya koperasi secara nasional.Kegiatan ini tidak dilakukan oleh badan
usaha lain. Beban-beban yang dikeluarkan untuk kegiatan ini disebut
dengan beban perkoperasian. Termasuk dalam beban ini antara lain
adalah beban pelatihan anggota, beban pengembangan usaha anggota,
dan beban iuran untuk gerakan koperasi (Dewan Koperasi Indonesia).
J. Penyesuaian Fiskal
Rekonsiliasi fiskal adalah usaha mencocokkan perbedaan yang terdapat
dalam laporan keuangan komersial yang disusun berdasarkan prinsip
akuntansi dengan perbedaan yang terdapat dalam laporan keuangan fiskal
yang disusun berdasarkan prinsip fiskal. (Markus dan Yujana, 2002: 704)
47
Menurut Early Suandy (2006:78-79) adanya perbedaan pengakuan
penghasilan dan biaya antara akuntansi komersial dan fiskal
menimbulkan perbedaan dalam menghitung besarnya penghasilan kena
pajak. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara
akuntansi komersial yang mendasarkan laba pada konsep dasar akuntansi
yaitu penandingan antara pendapatan dengan biaya-biaya terkait
(matching cost against revenue), sedangkan dari segi fiskal tujuan
utamanya adalah penerimaan negara. Dalam penyusunan laporan
keuangan fiskal, Wajib Pajak harus mengacu kepada peraturan
perpajakan, sehingga laporan keuangan komersial yang dibuat
berdasarkan SAK harus disesuaikan atau dibuat penyesuaian fiskalnya
terlebih dahulu sebelum menghitung besarnya penghasilan kena pajak.
Gambar 2.3 Proses Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan Keuangan Fiskal
Sumber : Early Suandy (2006:78)
Perbedaan antara laporan keuangan komersial dengan laporan
keuangan fiskal dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Perbedaan waktu (timing differences) : perbedaan yang bersifat
sementara karena adanya ketidaksamaan waktu pengakuan
penghasilan dan beban antara peraturan perpajakan dengan
SAK. Perbedaan waktu dibagi menjadi :
a. Perbedaan waktu positif : terjadi apabila pengakuan beban
untuk akuntansi lebih lambat dari pengakuan beban untuk
Laporan Keuangan Komersial
Penyesuaian Fiskal
Laporan Keuangan Fiskal
48
pajak atau pengakuan penghasilan untuk tujuan pajak lebih
lambat dari pengakuan penghasilan untuk tujuan akuntansi
b. Perbedaan waktu negatif : terjadi jika ketentuan perpajakan
mengakui beban lebih lambat dari pengakuan beban
akuntansi komersial atau akuntansi mengakui penghasilan
lebih lambat dari pengakuan penghasilan menurut
ketentuan pajak.
2. Perbedaan tetap/permanen (permanent differences) : perbedaan
yang terjadi karena peraturan perpajakan menghitung laba fiskal
berbeda dengan perhitungan laba menurut SAK tanpa ada
koreksi di kemudian hari. Perbedaan permanen dibagi menjadi :
a. Perbedaan permanen positif : terjadi apabila ada laba
akuntansi yang tidak diakui oleh ketentuan perpajakan dan
pembebasan pajak.
b. Perbedaan permanen negatif : terjadi apabila adanya
pengeluaran sebagai beban laba akuntansi yang tidak
diakui oleh ketentuan fiskal.
49
K. Keputusan-Keputusan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan, Peraturan Direktur Jendral Pajak, Surat Edaran Direktur Jendral Pajak yang Berkaitan dengan Penghitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Adapun beberapa peraturan-peraturan yang digunakan sebagai acuan
dalam menghitung pajak penghasilan yang terutang, antara lain :
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2009
Tentang Pajak Penghasilan Atas Bunga Simpanan yang Dibayarkan
oleh Koperasi Kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi, ditetapkan
pada 9 Februari 2009 dan mulai berlaku tanggal 1 Januari 2009.
Ketentuan pokok yang dikandung dalam Peraturan Pemerintah atau
(PP) ini adalah :
a) Penghasikan berupa bunga simpanan koperasi yang dibayarkan
kepada anggota koperasi orang pribadi dikenakan PPh final.
b) Tarif 0% dikenakan atas bunga simpanan koperasi sampai dengan
Rp240.000,00 per bulan.
c) Tarif 10% dari jumlah bruto dikenakan atas bunga simpanan
koperasi yang melebihi Rp240.000,00 per bulan.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009
Tentang Bantuan atau Sumbangan Termasuk Zakat atau Sumbangan
Keagamaan yang sifatnya Wajib yang Dikecualikan dari Objek Pajak
Penghasilan, ditetapkan pada tanggal 9 Februari 2009. PP ini mengatur
tentang bantuan atau sumbangan termasuk zakat atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib yang dikecualikan dari objek Pajak
Penghasilan. PP ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2009.
50
Kandungan PP ini pada intinya adalah bahwa bantuan dan sumbangan,
termasuk zakat dan sumbangan wajib keagamaan, bukan merupakan
objek pajak jika tidak ada hubungan usaha, kepemilikan, penguasaan
dan pekerjaan.
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.03/2009 Tentang
Pembentukan Dana Cadangan Yang Boleh Dikurangkan sebagai
Biaya, ditetapkan pada tanggal 22 April 2009 menyebutkan bahwa
pembentukan atau pemupukan dana cadangan yang boleh dikurangkan
sebagai biaya yaitu cadangan khusus penyisihan pembiayaan untuk
badan usaha lain yang menyalurkan kredit, yaitu cadangan khusus
penyisihan pembiayaan untuk badan usaha selain bank umum dan
bank perkreditan rakyat yang menyalurkan kredit kepada masyarakat,
yang meliputi :
a) Koperasi simpan pinjam; dan
b) PT Permodalan Nasional Madani (Persero);
Besarnya cadangan piutang tak tertagih koperasi simpan pinjam
ditetapkan sebagai berikut :
a) 0,5% (setengah persen) dari piutang dengan kualitas
lancar
b) 10% (sepuluh persen) dari piutang dengan kualitas
kurang lancar setelah dikurangi dengan nilai agunan
c) 50% (lima puluh persen) dari piutang dengan kualitas
diragukan setelah dikurangi dengan nilai agunan; dan
51
d) 100% (seratus persen) dari piutang dengan kualitas
macet setelah dikurangi dengan nilai agunan.
Besamya nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang
pada cadangan paling tinggi adalah :
a) 100% (seratus persen) dari nilai agunan yang bersifat
likuid; dan
b) 75% (tujuh puluh lima persen) dari nilai agunan lainnya
atau sebesar nilai yang ditetapkan perusahaan penilai.
Jumlah piutang yang digunakan sebagai dasar untuk membentuk dana
cadangan adalah pokok pinjaman yang diberikan oleh koperasi simpan
pinjam. Kerugian yang berasal dari piutang yang nyata-nyata tidak
dapat ditagih dibebankan pada perkiraan cadangan piutang tak tertagih.
Dalam hal jumlah cadangan piutang tak tertagih seluruhnya atau
sebagian tidak dipakai untuk menutup kerugian, jumlah kelebihan
cadangan tersebut diperhitungkan sebagai penghasilan. Dalam hal
jumlah cadangan piutang tak tertagih dipakai untuk menutup kerugian
namun tidak mencukupi, jumlah kekurangan cadangan tersebut
diperhitungkan sebagai kerugian.
4. Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-48/PJ/2009 Tentang
Penyampaian Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor 30/PJ/2009
Tentang Tata Cara Pemberian Pengecualian dari Kewajiban
Pembayaran atau Pemungutan Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari
Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, ditetapkan pada
52
tanggal 27 April 2009, menyebutkan bahwa penghasilan yang diterima
atau diperoleh orang pribadi atau badan dari pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan wajib dibayar Pajak Penghasilan. Dikecualikan dari
kewajiban pembayaran atau pemungutan Pajak Penghasilan atas
penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah :
a) orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh
penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
kepada Pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk
kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus;
b) badan yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan
dengan cara hibah kepada badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau
orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara
pihak-pihak yang bersangkutan;
c) orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak.
7. Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-50/PJ/2009 Tentang
Tata Cara Penerbitan Surat Penerbitan Bebas Pembayaran Pajak
Penghasilan yang Bersifat Final Bagi wajib Pajak Badan, termasuk
Koperasi, yang Usaha Pokoknya melakukan Transaksi Pengalihan Hak
atas Tanah dan/atau Bangunan, ditetapkan pada tanggal 25 Mei 2009
53
menyebutkan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaan ketentuan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tersebut
adalah sebagai berikut :
a) Wajib Pajak Badan, termasuk koperasi, yang usaha pokoknya
melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan:
(1) melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
sebelum tanggal 1 Januari 2009 dan atas pengalihan hak
tersebut belum dibuatkan akta, keputusan, perjanjian,
kesepakatan, atau risalah lelang oleh pejabat yang
berwenang; dan
(2) penghasilan atas pengalihan hak telah dilaporkan dalam
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun
pajak yang bersangkutan dan Pajak Penghasilan atas
penghasilan tersebut telah dilunasi,
Atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
pada huruf a tidak dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan
ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008 tentang
Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun
1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan atas Penghasilan
dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan yang
dibuktikan dengan Surat Keterangan Bebas Pembayaran Pajak
54
Penghasilan yang bersifat final. Untuk memperoleh Surat
Keterangan Bebas Pembayaran Pajak Penghasilan yang bersifat
final Wajib Pajak harus mengajukan surat permohonan ke
Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak yang bersangkutan
terdaftar yang dilampiri dengan daftar tanah dan/atau bangunan
yang penghasilan atas pengalihannya telah dilaporkan dalam
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.
L. Perlakuan Pajak Penghasilan Usaha Koperasi Secara Umum
Harian Suara Merdeka menyatakan bahwa Wajib Pajak badan koperasi
dalam menghitung Sisa Hasil Usaha atau Penghasilan Kena Pajak atas usaha
koperasi harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam
menghitung Penghasilan Kena Pajak. Adapun hal-hal yang harus dipahami
sebelum menentukan jumlah pajak penghasilan yang terutang, antara lain :
1. Semua penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan sesuai dengan
pasal 4 ayat (1) UU RI No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
yaitu penghasilan sebagai objek pajak penghasilan kecuali yang diatur
dalam pasal 4 ayat (3), yaitu yang tidak termasuk sebagai objek Pajak
Penghasilan.
2. Dalam menghitung Harga Pokok Penjualan, persediaan secara fiskal
adalah persediaan dan penilaian persediaan berdasarkan harga perolehan
yang dilakukan secara rata-rata, atau dengan cara mendahulukan
penyediaan yang diperoleh pertama.
55
3. Dalam menghitung biaya diatur dalam pasal 9 ayat (1) UU RI No. 36
tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, yaitu terdapat biaya-biaya atau
pengeluaran yang tidak boleh mengurangi penghasilan bruto.
4. Pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi yang diatur dalam pasal
11 atau 11A UU RI No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
5. Peraturan-peraturan Perpajakan lainnya yang mengatur perlakuan PPh
secara umum maupun yang mengatur pengenaan PPh atas usaha
koperasi.
56
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus, yakni penelitian
terhadap suatu data dengan mengambil beberapa elemen kemudian masing-
masing elemen tersebut dianalisis selanjutnya menjadi kesimpulan.
Kesimpulan yang diambil hanya berlaku atau terbatas pada Koperasi yang
diteliti.
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama 1 bulan, yaitu dimulai pada
bulan Mei-Juni 2010.
C. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada badan usaha yang berbentuk koperasi, yaitu
Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru Padokan, Tirtonirmolo, Kasihan,
Bantul.
57
D. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah Wajib Pajak badan Koperasi Bina
Usaha PT. Madu Baru dalam menghitung pajak penghasilan
terutangnya.
2. Objek Penelitian
a) Surat Pemberitahuan Tahunan pajak penghasilan Wajib Pajak
Badan Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru tahun 2009.
b) Laporan Keuangan Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru tahun
2009.
E. Data Penelitian
1. Untuk mengetahui gambaran umum Koperasi Bina Usaha PT. Madu
Baru, maka data yang diperlukan adalah :
a) Sejarah berdirinya Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
b) Sistem pembagian Sisa Hasil Usaha Koperasi Bina Usaha PT.
Madu Baru
c) Usaha yang dijalankan oleh Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
d) Struktur organisasi Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
e) Sifat keanggotaan Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
f) Modal Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
2. Untuk mengetahui cara penghitungan besarnya pajak penghasilan yang
terutang Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru, maka data yang
58
diperlukan adalah SPT tahunan pajak penghasilan tahun 2009 Wajib
Pajak Badan Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru dan laporan
Keuangan Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru pada tahun 2009.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara yakni melakukan tanya jawab dengan pengurus atau
karyawan bagian keuangan yang mengurusi masalah perpajakan dan
penyusun laporan keuangan.
2. Dokumentasi
Dokumentasi yakni teknik pengumpulan data dengan mengambil data
dan melihat SPT tahunan pajak penghasilan Wajib Pajak Badan
Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru dan Laporan Keuangan Koperasi
Bina Usaha PT. Madu Baru.
G. Teknik Analisis Data
1. Teknik Deskriptif
Teknik deskriptif yaitu menganalisis data dengan menyajikan
data yang diperoleh di lapangan yang diharapkan mampu
menggambarkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan yaitu dengan menganalisis data tanpa
menggunakan perhitungan angka tetapi berdasarkan teori yang ada :
59
Langkah yang ditempuh untuk mengetahui apakah
penghitungan besarnya pajak penghasilan Wajib Pajak badan Koperasi
Bina Usaha PT. Madu Baru sudah sesuai dengan peraturan perpajakan
yang berlaku, yaitu dengan cara menganalisis terlebih dahulu
perbedaan perlakuan penghasilan dan biaya menurut Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) dan menurut Undang-Undang Republik
Indonesia No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dan ditambah
dengan Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan, Peraturan
Direktur Jendral Pajak, Surat Edaran Direktur Jendral Pajak. Langkah
yang ditempuh dengan cara menganalisis laporan keuangan Koperasi
Bina Usaha PT. Madu Baru, apakah perlakuan penghasilan dan biaya
serta tata cara penghitungannya sudah sesuai dengan peraturan-
peraturan yang ada, yang kemudian dibuat penyesuaian fiskalnya
dengan mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Hal ini perlu dilakukan agar
peneliti dapat mengetahui perbedaan perlakuan penghasilan dan biaya
antara akuntansi yang berdasar pada SAK dan fiskal yang berdasar
pada peraturan Undang-Undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan. Dari analisis ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru menghitung pajak
penghasilannya sesuai atau tidak dengan Undang-Undang No.36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
60
2. Teknik Kuantitatif
Teknik kuantitatif yakni teknik untuk menganalisis data dengan
menggunakan perhitungan angka. Teknik ini digunakan untuk
menganalisis permasalahan di atas. Adapun langkah yang ditempuh
untuk mengetahui apakah penghitungan besarnya pajak penghasilan
Wajib Pajak badan Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru sudah sesuai
dengan peraturan perpajakan yang berlaku, yaitu :
a. Langkah I
Langkah pertama yang dilakukan yaitu peneliti melakukan
penyesuaian fiskal atas Laporan Rugi Laba dari temuan analisis
peneliti yang berkaitan dengan perbedaan perlakuan penghasilan
dan biaya berdasarkan Undang-Undang No.36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan dan ditambah dengan Peraturan Pemerintah,
Peraturan Menteri Keuangan, Peraturan Direktur Jendral Pajak,
Surat Edaran Direktur Jendral Pajak. Kemudian hasil perbedaan
tersebut dimasukkan dalam sebuah tabel penyesuaian fiskal.
b. Langkah II
Langkah kedua yang ditempuh setelah langkah pertama dilakukan
maka akan diperoleh Sisa Hasil Usaha Koperasi Bina Usaha PT.
Madu Baru menurut akuntansi dan menurut fiskal, yang disebut
Penghasilan Kena Pajak. Penghasilan Kena Pajak dikalikan dengan
tarif Wajib Pajak Badan pasal 17 ayat 1(b) Undang-Undang No. 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yaitu 28%. Menurut pasal
61
31E Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, apabila Wajib Pajak Koperasi Bina Usaha PT. Madu
Baru memiliki peredaran bruto sampai dengan Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) maka mendapat
fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif Wajib
Pajak Badan pasal 17 ayat 1(b) yang dikenakan atas Penghasilan
Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp
4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).
Kemudian akan diperoleh jumlah pajak terutang yang harus
dibayar oleh Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru.
c. Langkah III
Kesimpulan dapat ditarik dari hasil Evaluasi Penghitungan Pajak
Penghasilan Terutang Bagi Wajib Pajak Badan Koperasi Bina
Usaha PT. Madu Baru yaitu apabila dalam menghitung jumlah
pajak terutang koperasi sudah memperlakukan penghasilan dan
biaya yang terdapat dalam Laporan Laba Rugi sesuai dengan
Undang-Undang RI No. 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan
dan ketentuan umum peraturan perundang-undangan perpajakan,
maka dapat disimpulkan bahwa koperasi tersebut sudah sesuai
dalam menentukan jumlah pajak terutangnya.
62
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Berdirinya Koperasi “Bina Usaha” PT. Madu Baru
Koperasi “Bina Usaha” PT. Madu Baru atas kuasa rapat dibentuk pada
tanggal 17 Oktober 1985, yang diberi kuasa oleh rapat untuk
menandatangani akta pendirian ini adalah Insinyur Soendoro
Praptokoesoemo (karyawan), Soecipto Bachelor of Sciences (karyawan),
Drs. Soepomo Prodjoharjono (karyawan), Ny. Musdjati Dinusatama
(karyawati), Antonius Harsoyo (karyawan). Koperasi Bina Usaha PT. Madu
Baru ini berkedudukan di Pabrik Gula Madukismo desa Padokan, kelurahan
Tirtonirmolo, kecamatan Kasihan, kabupaten Bantul. Keanggotaan Koperasi
ini terdiri dari karyawan pabrik gula PT. Madu Baru dan pensiunan. Pada
awalnya anggota Koperasi “Bina Usaha” PT. Madu Baru berjumlah ± 500
orang, dengan modal berjumlah Rp 5.000.000,00. Koperasi “Bina Usaha”
PT. Madu Baru berazaskan kekeluargaan dan kegotong-royongan, sehingga
dalam menetapkan suatu keputusan berdasarkan musyawarah dan mufakat.
Koperasi “Bina Usaha” PT. Madu Baru bertujuan mengembangkan usaha
untuk memenuhi kesejahteraan anggota pada khususnya dan kemajuan
daerah kerja pada umumnya dalam rangka mewujudkan terlaksananya
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pada awalnya unit usaha Koperasi “Bina Usaha” PT. Madu Baru hanya
melayani kebutuhan anggota sehari-hari, kemudian meningkat ke unit
63
simpan pinjam. Pada tanggal 9 April 1986 Koperasi “Bina Usaha” PT. Madu
Baru telah berbadan hukum dengan No. 1397/BH/1986. Unit usaha koperasi
meningkat menjadi 4 macam, yaitu pertokoan, logistik (beras dan gula),
simpan pinjam dan barang titipan.
Pada tahun 1988 unit usaha Koperasi “Bina Usaha” PT. Madu Baru
bertambah lagi satu barang inventaris yaitu barang yang bernilai lebih dari
Rp 100.000,00 yaitu meliputi mebeler (meja, kursi, difan, bufet, dll.),
elektronik (TV, lemari es, mesin cuci, dll.), sepeda motor, sepeda. Usaha
yang dijalankan Koperasi “Bina Usaha” PT. Madu Baru banyak
memperoleh keuntungan, pengurus pun lebih meningkatkan usahanya serta
koperasi memperoleh tambahan modal dari pinjaman Bank Bukopin sebesar
Rp 25.000.000,00.
Tahun 1989 unit usaha koperasi bertambah lagi yaitu satu kapling tanah,
hingga pada tahun 1994 Koperasi “Bina Usaha” PT. Madu baru memiliki
146 kapling. Atas kerja keras pengurus dengan dibantu karyawan dan
karyawati dan kesadaran anggota yang tinggi, maka Koperasi “Bina Usaha”
PT. Madu Baru pada tahun 1991 mendapat juara I lomba Koperasi non KUD
tingkat Kabupaten Bantul. Dengan mendapatkan prestasi tersebut, pada
tanggal 21 Februari 1991 Dewan Komisaris PT. Madu Baru menghibahkan
gedung yang dulu masih berstatus milik perusahaan menjadi milik Koperasi
“Bina Usaha” PT. Madu Baru secara penuh.
Tahun 1993 Koperasi “Bina Usaha” PT. Madu Baru telah meraih juara
terbaik II tingkat propinsi dalam rangka lomba penilaian koperasi terbaik,
64
teladan, dan teladan utama. Usaha yang dijalankan Koperasi “Bina Usaha”
PT. Madu Baru semakin lama semakin meningkat. Pada awal tahun
pendirian yaitu tahun 1984, SHU Koperasi “Bina Usaha” PT. Madu baru
hanya memperoleh Rp 1.544.833,23 dengan jumlah anggota ± 500 orang,
sedangkan pada tahun 2009 ini telah memperoleh SHU Rp 78.980.852.05
dengan anggota berjumlah 846 orang. Oleh sebab itu Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Kopersai (DISPERINDAGKOP) Bantul memberi
klasifikasi predikat “Sangat Sehat” dengan nilai 86,16.
B. Modal Koperasi
Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru mempunyai modal perusahaan
tidak tetap yang diperoleh dari uang simpanan pokok, uang simpanan wajib,
uang simpanan sukarela yang merupakan deposito, uang pinjaman dan
penerimaan yang sah. Setiap anggota harus menyimpan atas namanya pada
Koperasi, simpanan pokok sejumlah Rp 5.000,00 (lima ribu rupiah).
C. Sisa Hasil Usaha Koperasi (SHU)
1. Sisa Hasil Usaha (SHU) yaitu pendapatan koperasi yang diperoleh dalam
suatu tahun buku dikurangi dengan penyusutan nilai barang dan segala
biaya yang dikeluarkan dalam tahun buku itu. SHU Koperasi Bina Usaha
PT. Madu Baru terdiri atas 2 bagian :
a. yang diperoleh dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota
koperasi.
65
b. yang diperoleh dari usaha yang diselenggarakan untuk bukan
anggota koperasi.
2. Sisa Hasil Usaha yang diperoleh dari usaha yang diselenggarakan untuk
anggota dibagi sebagai berikut :
a. 25% untuk cadangan
b. 25% untuk anggota menurut perbandingan jasanya dalam usaha
koperasi untuk memperoleh sisa pendapatan perusahaan
c. 20% untuk anggota menurut perbandingan simpanannya, dengan
ketentuan tidak melebihi suku bunga yang berlaku pada bank-bank
pemerintah
d. 10% untuk dana pengurus
e. 5% untuk dana kesejahteraan pegawai
f. 5% untuk dana pendidikan koperasi
g. 5% untuk dana pembangunan daerah kerja
h. 5% untuk dana sosial
3. Sisa Hasil Usaha yang diperoleh dari usaha yang diselenggarakan untuk
pihak bukan anggota dibagi sebagai berikut :
a. 40% untuk cadangan
b. 10% untuk dana pengurus
c. 10% untuk dana pegawai
d. 20% untuk dana pendidikan koperasi
e. 10% untuk dana sosial
f. 10% untuk dana pembentukan daerah kerja
66
Pada tahun 2009 ini Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh Koperasi
Bina Usaha PT. Madu Baru adalah sebesar Rp 78.980.852,05 dan SHU
setelah pajak sebesar Rp 67.923.571,45.
D. Bidang Usaha Koperasi
Adapun usaha-usaha yang dijalankan oleh Koperasi “Bina Usaha” PT.
Madu baru antara lain :
1. Usaha Simpan Pinjam
Usaha ini dilakukan oleh Koperasi “Bina Usaha” PT. Madu Baru
dengan cara memberikan pinjaman kepada anggotanya. Koperasi
melayani pemberian pinjaman dari tanggal 15 ditutup tanggal 25 bulan
yang bersangkutan kemudian dibayarkan pada akhir bulan.
2. Usaha Pertokoan
Usaha pertokoan ini oleh pengurus selalu diusahakan penambahan
jenis atau macam barang kebutuhan anggota koperasi sesuai dengan
permintaan anggota dan kemampuan keuangan koperasi.
3. Usaha Pengadaan Beras dan Gula
Usaha ini meliputi pelayanan penjualan beras dan pelayanan gula
catu kepada para anggota. Koperasi juga membeli dan menjual gula yang
berasal dari para karyawan pabrik maupun dari pihak luar (misal gula
milik petani/KUD)
67
4. Usaha Pemberian Kredit Investasi
Usaha ini meliputi pelayanan pemberian kredit barang investasi
kepada anggota. Pelayanan mengenai kredit barang investasi biasanya
anggota langsung pinjam uang pada koperasi atau ganti nota untuk
membeli barang investasi menurut kebutuhan anggota yang
bersangkutan, antara lain tanah, renovasi rumah, televisi, radio, tape
record, sepeda motor, sepeda, mebeler, komputer, HP, dll atau langsung
ke toko yang ditunjuk koperasi sebagai rekanan.
5. Mengusahakan Tambahan Modal dari Simpanan Deposito Anggota
Usaha ini dilakukan dengan cara menggalakan simpanan
berjangka/deposito/sukarela dari anggota lewat potong gaji tiap bulannya
dan menerima simpanan secara tunai/kas dengan diberi bunga
disesuaikan setara dengan bunga bank 9% per tahun.
6. Menyewakan Meja, Kursi, Taplak, Tenda, dan Kendaraan Truck
Usaha ini meliputi penyewaan meja, kursi, taplak, tenda, dan
kendaraan truck kepada anggota maupun bukan anggota dengan
penerapan tarif sewa yang berbeda antara anggota dan non anggota.
7. Melayani Perpanjangan SIM / STNK
Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru membuka usaha jasa
perpanjangan SIM / STNK atau balik nama kendaraan untuk wilayah
Sleman, Yogyakarta, dan Bantul. Pelayanan ini diadakan untuk
meringankan beban anggota dan untuk mengurangi ijin keluar karyawan
PT. Madu Baru.
68
8. Ikut Menangani Tenaga Borong Perusahaan
Untuk menambah hasil usaha Koperasi Bina Usaha dan atas ijin dari
Bapak Direktur PT. Madu Baru, koperasi ikut menangani borong tenaga
perbaikan atau pemeliharaan alat-alat pabrik PT. Madu Baru.
9. Menyediakan Tanah Kapling untuk Anggota
Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru memberikan pinjaman kepada
anggota yang berusaha di bidang tanaman tebu.
10. Memberikan pinjaman modal kerja bagi anggota yang berusaha dalam
bidang penanaman tebu.
11. Melanjutkan usaha dengan menanam tebu sebagai wujud partisipasi
penyediaan bahan baku untuk perusahaan.
E. Struktur Organisasi Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
Sumber : Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
Karyawan Unit
Simpan Pinjam
Karyawan Unit
Pinjaman Barang
Investasi
Karyawan Unit
Warung Koperasi
Rapat Anggota
Badan Pemeriksa
Pengurus
Manager
Karyawan Unit
Penagihan/Pemegang
Kas
Karyawan Unit
Administrasi Pembukuan
69
Penjelasan Struktur Organisasi
1. Rapat Anggota
Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi dalam Koperasi Bina Usaha
PT. Madu Baru. Rapat Anggota yang diadakan sekurang-kurangnya 1/5 dari
jumlah anggota, jika anggota yang hadir kurang dari 1/5 jumlah anggota
koperasi maka dapat ditawarkan kepada anggota yang hadir bahwa rapat
anggota tersebut sah untuk dilaksanakan atau dibatalkan. Rapat anggota
diadakan sekurang-kurangnya 1 kali dalam 1 tahun.
2. Pengurus
Pengurus koperasi adalah orang-orang yang dipilih dari dan oleh anggota
dalam Rapat Anggota yang bertugas atau berkewajiban memimpin koperasi,
melaksanakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta keputusan-
keputusan dalam Rapat Anggota. Pengurus Koperasi Bina Usaha PT. Madu
Baru mempunyai jabatan paling lama 3 tahun, dapat dipilih kembali atas
keputusan Rapat Anggota. Pengurus Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru ini
berjumlah 5 orang yang terdiri dari :
a. Ketua I : Suharto
b. Ketua II : A. Harsoyo
c. Sekretaris : Dasuki
d. Bendahara I : FX. Dullah W, SE
e. Bendahara II : Dwi Aryanti
70
3. Manager
Manager adalah orang yang dipilih oleh pengurus untuk mengkoordinir
karyawan dalam melaksanakan tugas-tugasnya di koperasi. Manager Koperasi
Bina Usaha PT. Madu Baru ini adalah Hastarini yang diangkat dengan surat
penetapan dari pengurus No.05/KOPBU/I/1997.
4. Karyawan
Karyawan adalah orang-orang yang diangkat dengan surat keputusan yang
dibuat oleh pengurus untuk melaksanakan tugas-tugas yang ada di koperasi
baik administrasi maupun pembukuan. Karyawan Koperasi Bina Usaha PT.
Madu Baru ini terdiri dari 8 orang yaitu :
a. Ariswan Sunaryanto
b. Sagiman
c. Sutiyana Suripto
d. Agus Suryanto
e. Ucik Prawesti
f. Eva Rias Utami
g. Vicky Veranita
h. Sukiman
5. Badan Pemeriksa/Pengawas
Badan pemeriksa adalah orang-orang yang dipilih dari dan oleh anggota yang
bertugas mengadakan pemeriksaan pada koperasi sekurang-kurangnya 3 bulan
sekali. Pemeriksaan meliputi surat berharga, persediaan barang, alat
perlengkapan, serta mengenai kebenaran pembukuan dan kebijaksanaan
71
pengurus dalam menyelenggarakan organisasi koperasi. Badan Pemeriksa ini
dipilih sekurang-kurangnya 3 orang anggota koperasi yang tidak termasuk
golongan pengurus dengan masa jabatan 3 tahun. Badan pengawas Koperasi
Bina Usaha PT. Madu Baru ini terdiri dari :
a. Ketua : Paiman
b. Anggota : Gatot Wibowo dan Jemiko
F. Keanggotaan Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
Anggota dari Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru ini terdiri
dari para karyawan dan pensiunan PT. Madu Baru. Pada tahun 2009 ini
jumlah anggota koperasi ada 846 orang yang terdiri :
Tabel IV.1 Keanggotaan Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru Uraian Jumlah Pria Jumlah Wanita Total Per 31 Desember 2008 801 34 835 Penambahan tahun 2009 21 1 22 Jumlah 822 35 857 Keluar tahun 2009 11 11 Jumlah per 31 Desember 2009 811 35 846 Sumber : Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
G. Kebijakan Akuntansi Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
1. Pendapatan Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
Macam-macam pendapatan yang terdapat pada Koperasi Bina
Usaha PT. Madu Baru antara lain laba penjualan barang, bunga simpan
pinjam, pendapatan lain-lain, pendapatan jasa. Pada tahun 2009 ini
jumlah pendapatan Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru terkumpul Rp
1.300.409.721,02
72
2. Beban Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
Adapun beban atau biaya-biaya yang terdapat pada Koperasi Bina
Usaha PT. Madu Baru antara lain biaya gaji dan tunjangan, biaya
kantor, biaya bunga, biaya administrasi bank, biaya penyusutan, biaya
penjualan, biaya diklat dan latihan, biaya pemeliharaan kendaraan.
Pada tahun 2009 ini biaya yang dikeluarkan oleh Koperasi Bina Usaha
PT. Madu Baru adalah sejumlah Rp 1.221.428.868,97
3. Aktiva Tetap Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru memiliki aktiva tetap yang
tergolong pada jenis harta berwujud kelompok 1 dan kelompok 2 serta
kelompok bangunan permanen. Harta berwujud yang tergolong dalam
kelompok 1 memiliki harga perolehan sebesar Rp 93.598.000,00 dan
yang tergolong dalam kelompok 2 harga perolehannya sebesar Rp
291.957.225,00. Sedangkan yang tergolong dalam kelompok bangunan
permanen harga perolehannya sebesar Rp 78.951.675,00. Aktiva tetap
yang dimiliki oleh Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru tersebut untuk
kepentingan komersial disusutkan berdasarkan metode garis lurus,
sedangkan untuk kepentingan fiskal disusutkan menggunakan metode
saldo menurun. Khusus untuk harta berwujud berupa bangunan hanya
bisa disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus.
73
4. Kebijakan-Kebijakan yang Lain Tentang Ketenagakerjaan dan Usaha Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
Manajer dan karyawan Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru diangkat
dengan surat penetapan dari pengurus No. 05/KOPBU/I/1997. Karyawan
memiliki gaji tetap dengan gaji tertinggi sebesar Rp 873.500,00 dan gaji
terendah sebesar Rp 707.000,00. Karyawan mendapatkan uang pengobatan
Rp 75.000,00 per orang per bulannya dan memiliki hak beli gula pasir 5
kg per bulan dengan harga kontrak serta mendapat Tunjangan Hari Raya
(THR) sebesar gaji per bulan. Sedangkan dalam bidang usaha pengurus
memiliki beberapa kebijakan antara lain :
a. Mengutamakan pelayanan anggota dengan memberikan tingkat
harga yang bersaing dengan harga pasar.
b. Memberikan kredit simpan pinjam bagi keperluan anggota dengan
beban bunga sebesar 1,25% per bulan atau 15% per tahun.
Pemberian pinjaman secara selektif dan melihat kemampuan
anggota.
c. Kredit barang investasi kepada anggota dengan kebijaksanaan
dinilai masuk peminjaman uang dengan bunga seperti halnya
simpan pinjam.
d. Usaha barang konsumsi atau beras dijual dengan harga yang dapat
bersaing dengan harga pasar, sehingga keuntungan dari barang
konsumsi bervariasi. Sistem pembayaran dapat kontan ataupun
pemotongan gaji pada bulan berikutnya.
74
5. Perpajakan
Koperasi Bina Usaha PT Madu Baru merupakan suatu badan yang
berbentuk koperasi. Di dalam pasal 2 UU RI No.36 tahun 2008 tentang
subjek pajak menyebutkan bahwa badan adalah salah satu yang menjadi
subjek pajak. Penjelasan Pasal 2 ayat 2 UU RI No.36 tahun 2008 juga
menyebutkan bahwa subjek pajak badan dalam negeri menjadi Wajib
Pajak sejak saat didirikan, atau bertempat kedudukan di Indonesia. Wajib
Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib
mendaftarkan diri dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP). Koperasi Bina Usaha PT Madu Baru resmi terdaftar sebagai
wajib pajak badan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Yogyakarta dengan
NPWP yang diberikan adalah 01.435.748.7.541.000.
6. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan badan Koperasi Bina Usaha PT.
Madu Baru tahun 2009 disampaikan pada tanggal 05 Maret 2010 dengan
jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP) tahun 2009 adalah Rp
78.980.852,00 sehingga jumlah Pajak Penghasilan (PPh) yang terutang
adalah Rp 11.057.280,00 dan jumlah angsuran PPh pasal 25 tahun 2009
sebesar Rp 921.440,00.
75
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
Badan merupakan sarana yang digunakan oleh Wajib Pajak Badan dalam
melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak penghasilan badan yang
terutang menurut ketentuan peraturan perpajakan. Koperasi Bina Usaha PT.
Madu Baru dalam menyampaikan penghitungan dan pembayaran pajaknya
telah menggunakan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan
1771. Di dalam SPT Tahunan tersebut Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
juga melampirkan lampiran-lampiran 1771-I hingga 1771-VI beserta
Laporan Keuangan berupa Neraca Komparative dan Laporan Rugi Laba,
Daftar Penyusutan dan Amortisasi Fiskal serta Daftar Persediaan Barang.
Dalam mengisi SPT Tahunan Wajib Pajak Badan harus dilakukan dengan
teliti agar Wajib Pajak Badan tidak terkena sanksi, terlebih dalam
menentukan besarnya pajak penghasilan yang terutang. Penghasilan Kena
Pajak (PKP) yang dihasilkan oleh Koperasi Bina Usaha akan menentukan
besarnya jumlah pajak penghasilan yang terutang. Semakin besar PKP yang
dihasilkan maka akan semakin besar pula jumlah pajak terutang yang
dibayarkan, dan jika PKP yang dihasilkan semakin kecil maka pajak
terutang yang dibayarkan akan semakin kecil juga.
76
Berikut ini adalah data-data yang diperoleh dari Koperasi Bina Usaha PT
Madu Baru yang bertujuan untuk mendukung penelitian yang dilakukan oleh
penulis:
77
Gambar 5.1 Neraca Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
NERACA Per 31 Desember 2009
AKTIVA 2009 PASSIVA 2009 Aktiva Lancar Kewajiban Lancar
Kas Rp336.725.008,37 Simpanan Berjangka Anggota Rp1.415.770.008,18
Simpanan di Bank Rp257.391.608,62 Hutang Liveransir Rp49.709.277,91
Piutang Anggota Rp119.991.050,68 Hutang Pajak Rp11.057.280,60
Piutang Non Anggota Rp110.381.951,30 Cad. Dana Pembangunan Daker Rp4.962.135,40
Pajak Dibayar dimuka Rp7.480.750,00 Cad. Dana Pendidikan Rp3.870.054,79
Piutang Simpan Pinjam Rp4.770.399.106,89 Cad. Dana Sosial Rp26.311,97 Dana Penghapusan Piutang Rp-500.000,00 Cad. Dana Pengurus Rp21.428,77
Uang Tanggungan Rp5.736.050,00 Cad. Dana Pegawai Rp50.198,18
Biaya Dibayar Dimuka Rp19.142.039,00 Biaya YMH Dibayar Rp254.120.114,51
Pendapatan YMA diterima Rp0,00 Cad. Pendukung Usaha Rp115.170,25 Persediaan Barang Dagangan Rp95.727.554,00 Simpanan Suka Rela Rp81.687.016,96
Uang Muka Pembelian Rp255.579.600,30 Hutang Lain-lain Rp17.965.220,00
Jumlah aktiva lancar Rp5.978.054.719,16 Jumlah hutang jangka pendek Rp1.839.354.217,52
Penyertaan Hutang jangka panjang Penyertaan pada Koperasi Pusat Rp546.100,00 Hutang Bank Rp2.139.109.448,00
Simp. Koperasi Jasa Audit /KJA Rp885.500,00 Jumlah hutang jangka panjang Rp2.139.109.448,00
Simpanan di PUSKOPKAR Rp1.505.470,27 Simpanan di GKPN.RI Rp9.139.980,00 Modal Jumlah investasi jangka panjang Rp12.077.050,27 Simpanan Pokok Rp84.075.000,00
Simpanan Wajib Rp1.206.941.150,00
Simpanan Hari Tua Rp420.674.650,00
Aktiva tetap Simpanan HUT Koperasi Rp52.672.500,00 Investasi Ged. dan Bangunan Rp78.951.675,00 Simpanan Wajib Pinjam Rp116.044.662,80
Investasi Kendaraan Rp109.965.050,00 Cad. Resiko Piutang Rp17.406.250,00
Investasi Kantor Rp294.586.175,00 Modal / Donasi / Subsidi Rp32.115.082,00
Rp483.502.900,00 Sisa Hasil Usaha (SHU) Rp67.923.571,45 Akumulasi Peyusutan Inventaris Rp294.731.649,67 SHU Tidak Dibagi Rp1.064.468,90 Jumlah aktiva tetap Rp188.771.250,33 Cadangan Rp201.522.019,09
Jumlah modal Rp2.200.439.354,24
Jumlah Aktiva Rp6.178.903.019,76 Jumlah Passiva Rp6.178.903.019,76 Sumber : Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
78
Penjelasan tiap-tiap pos yang ada dalam Neraca per 31 Desember 2009
Koperasi Bina Usaha PT. Madu baru :
1. Kas Rp 336.725.008,37
Saldo awal 2009 Rp 303.676.861,08
Pemasukan tahun 2009 Rp 15.753.839.139,96
Rp 16.057.516.001,04
Pengeluaran tahun 2009 Rp 15.720.790.992,67
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 336.725.008,37
2. Simpanan di Bank Rp 257.391.608,62
Saldo awal 2009 Rp 453.698.356,73
Pemasukan tahun 2009 Rp 2.689.213.228,60
Rp 3.142.911.585,33
Pengeluaran tahun 2009 Rp 2.885.519.976,71
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 257.391.608,62
3. Piutang Anggota Rp 119.991.050,68
Saldo awal 2009 Rp 131.697.216,06
Penambahan piutang tahun 2009 Rp 482.959.108,00
Rp 614.656.324,06
Penerimaan/angsuran tahun 2009 Rp 494.665.273,38
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 119.991.050,68
79
4. Piutang Non Anggota Rp 110.381.951,30
Saldo awal 2009 Rp 128.107.009,51
Penambahan piutang tahun 2009 Rp 355.647.429,21
Rp 483.754.438,72
Penerimaan/angsuran tahun 2009 Rp 365.891.737,42
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 110.381.951,30
5. Pajak dibayar di muka Rp 7.480.750,00
Jumlah tersebut merupakan saldo pajak dibayar di muka per 31 Desember
2009.
6. Piutang Simpan Pinjam Rp 4.770.399.106,89
Saldo awal 2009 Rp 5.178.041.409,19
Penambahan piutang tahun 2009 Rp 4.438.212.704,50
Rp 9.616.254.113,69
Penerimaan/angsuran tahun 2009 Rp 4.845.855.006,80
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 4.770.399.106,89
7. Dana Penghapusan Piutang Rp 500.000,00
Jumlah tersebut merupakan saldo dana penghapusan piutang per 31
Desember 2009. Cadangan ini untuk mengantisipasi bila ada pinjaman
yang tak tertagih.
8. Uang Tanggungan Rp 5.736.050,00
Jumlah tersebut merupakan saldo uang tanggungan per 31 Desember 2009.
Uang tanggungan tersebut untuk jaminan botol Coca Cola, air mineral, dan
tabung gas elpiji.
80
9. Biaya Dibayar Di Muka Rp 19.142.039,00
Jumlah tersebut merupakan saldo biaya dibayar di muka per 31 Desember
2009.
10. Persediaan Barang Dagangan Rp 95.727.554,00
Jumlah tersebut merupakan saldo persediaan barang dagangan per 31
Desember 2009 dengan rincian sebagai berikut :
Beras Rp 7.235.800,00
Konsumsi Rp 88.491.754,00
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 95.727.554,00
11. Uang Muka Pembelian Rp 255.579.600,30
Jumlah tersebut merupakan saldo uang muka pembelian per 31 Desember
2009. Uang muka ini timbul karena adanya pinjaman dinas pengurus dan
karyawan untuk keperluan Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru.
12. Penyertaan Rp 12.077.050,27
Jumlah tersebut merupakan saldo penyertaan per 31 Desember 2009 yang
terdiri dari :
Penyertaan pada Koperasi Pusat, Yogyakarta Rp 546.100,00
Koperasi Jasa Audit / KJA, Yogyakarta Rp 885.500,00
Penyertaan di PUSKOPKAR, Yogyakarta Rp 1.505.470,27
Penyertaan di GKPN-RI, DIY Rp 9.139.980,00
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 12.077.050,27
81
13. Aktiva Tetap Rp 188.771.250,33
Jumlah tersebut merupakan saldo aktiva tetap Koperasi bina Usaha PT.
Madu Baru per 31 Desember 2009 dengan rincian sebagai berikut :
Gedung dan Bangunan Rp 78.951.675,00
Kendaraan Rp 109.965.050,00
Kantor Rp 294.586.175,00
Rp 483.502.900,00
Akumulasi penyusutan Rp 294.731.649,67
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 188.771.250,33
14. Simpanan Berjangka Anggota Rp 1.415.770.008,18
Saldo awal 2009 Rp 1.504.814.337,86
Pemasukan tahun 2009 Rp 714.539.415,52
Rp 2.219.353.753,38
Pengeluaran tahun 2009 Rp 803.583.745,20
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 1.415.770.008,18
82
15. Hutang Liveransir Rp 49.709.277,91
Jumlah tersebut merupakan saldo hutang liveransir per 31 Desember 2009
dengan rincian sebagai berikut :
Gula Rp 7.052.500,00
Kawat Las Rp 20.325.000,00
PT. Gunung Subur Rp 1.912.000,00
PT. Yudha Hutama Rp 2.195.569,01
Oly Bambang Rp 1.018.000,00
PT. Progo Rp 3.973.708,90
Beras Rp 13.232.500,00
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 49.709.277,91
16. Hutang Pajak Rp 11.057.280,60
Jumlah tersebut merupakan saldo hutang pajak per 31 Desember 2009 atas
PPh pasal 25 tahun 2009.
17. Cadangan Dana Pembangunan Daerah Kerja Rp 4.962.135,40
Saldo awal 2009 Rp 4.603.235,40
Pemasukan tahun 2009 Rp 1.700.000,00
Rp 6.303.235,40
Pengeluaran tahun 2009 Rp 1.341.100,00
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 4.962.135,40
83
18. Cadangan Dana Pendidikan Rp 3.870.054,79
Saldo awal 2009 Rp 3.617.254,79
Pemasukan tahun 2009 Rp 3.700.000,00
Rp 7.317.254,79
Pengeluaran tahun 2009 dengan rincian :
Biaya siswa anak anggota yang berprestasi Rp 2.350.000,00
Pelatihan perpajakan dan koperasi Rp 370.000,00
Sumbangan kegiatan latihan ke berbagai instansi Rp 417.200,00
Kegiatan lain Rp 310.000,00
Total pengeluaran tahun 2009 Rp 3.447.200,00
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 3.870.054,79
19. Cadangan Dana Sosial Rp 26.311,97
Saldo awal 2009 Rp 32.311,97
Pemasukan tahun 2009 Rp 1.700.000,00
Rp 1.732.311,97
Pengeluaran tahun 2009 dengan rincian :
Uang duka cita anggota koperasi Rp 1.350.000,00
Sumbangan ke berbagai organisasi panti Rp 95.000,00
Kegiatan keagamaan Rp 35.000,00
Sumbangan ke berbagai organisasi sosial Rp 226.000,00
Total pengeluaran tahun 2009 Rp 1.706.000,00
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 26.311,97
84
20. Cadangan Dana Pengurus Rp 21.428,77
Saldo awal 2009 Rp 21.428,77
Pemasukan tahun 2009 Rp 6.800.000,00
Rp 6.821.428,77
Pengeluaran tahun 2009 Rp 6.800.000,00
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 21.428,77
21. Cadangan Dana Pegawai Rp 50.198,18
Saldo awal tahun 2009 Rp 50.198,18
Pemasukan tahun 2009 Rp 5.100.000,00
Rp 5.150.198,18
Pengeluaran tahun 2009 Rp 5.100.000,00
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 50.198,18
22. Biaya Yang Masih Harus Dibayar Rp 254.120.114,51
Jumlah tersebut merupakan saldo biaya yang masih harus dibayar per 31
Desember 2009.
23. Cadangan Pendukung Usaha Rp 115.170,25
Jumlah tersebut merupakan uang transport dari pengangkutan barang ke
Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru selama tahun 2009.
85
24. Simpanan Sukarela Rp 81.687.016,96
Saldo awal 2009 Rp 68.530.021,70
Pemasukan tahun 2009 Rp 113.341.815,54
Rp 181.871.837,24
Pengeluaran tahun 2009 Rp 100.184.820,28
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 81.687.016,96
25. Hutang Lain-Lain Rp 17.965.220,00
Jumlah tersebut merupakan saldo hutang lain-lain per 31 Desember 2009
dengan rincian sebagai berikut :
Hutang anggota Rp 5.065.220,00
Pinjaman PKBL Rp 12.900.000,00
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 17.965.220,00
26. Hutang Bank Rp 2.139.109.448,00
Jumlah tersebut merupakan saldo hutang bank per 31 Desember 2009
dengan rincian sebagai berikut :
Bank Bukopin Rp1.387.026.170,00
BPD Cabang Bantul Rp 18.749.950,00
Bank Negara Indonesia Rp 733.333.328,00
Saldo per 31 Desember 2009 Rp2.139.109.448,00
86
27. Simpanan Pokok Rp 84.075.000,00
Saldo awal 2009 Rp 84.445.800,00
Pemasukan tahun 2009 Rp 1.875.000,00
Rp 86.330.800,00
Pengeluaran tahun 2009 Rp 2.255.800,00
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 84.075.000,00
28. Simpanan Wajib Rp 1.206.941.150,00
Saldo awal 2009 Rp1.111.732.050,00
Pemasukan tahun 2009 Rp 114.855.000,00
Rp 1.226.587.050,00
Pengeluaran tahun 2009 Rp 19.645.900,00
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 1.206.941.150,00
Pengeluaran simpanan pokok dan simpanan wajib terjadi atas pengambilan
simpanan anggota yang mengundurkan diri dari koperasi karena pensiun
dan meninggal dunia.
29. Simpanan Hari Tua Rp 420.674.650,00
Saldo awal 2009 Rp 419.457.150,00
Pemasukan tahun 2009 Rp 33.055.000,00
Rp 452.512.150,00
Pengeluaran tahun 2009 Rp 31.837.500,00
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 420.674.650,00
87
30. Simpanan HUT Koperasi Rp 52.672.500,00
Saldo awal 2009 Rp 50.187.500,00
Pemasukan tahun 2009 Rp 3.150.000,00
Rp 53.337.500,00
Pengeluran tahun 2009 Rp 665.000,00
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 52.672.500,00
Simpanan sejumlah Rp 52.672.500,00 adalah tabungan seluruh anggota
yang disimpan tiap satu tahun sekali yang bertepatan dengan HUT
Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru.
31. Simpanan Wajib Pinjam Rp 116.044.662,80
Saldo awal 2009 Rp 92.988.207,80
Pemasukan tahun 2009 Rp 31.947.990,00
Rp 124.936.197,80
Pengeluaran tahun 2009 Rp 8.891.535,00
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 116.044.662,80
32. Cadangan Resiko Piutang Rp 17.406.250,00
Saldo awal 2009 Rp 15.706.250,00
Pemasukan tahun 2009 Rp 1.700.000,00
Rp 17.406.250,00
Pengeluaran tahun 2009 -
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 17.406.250,00
88
33. Modal / Donasi / Subsidi Rp 32.115.082,00
Jumlah tersebut merupakan saldo modal/donasi/subsidi per 31 Desember
2009 dengan rincian sebagai berikut :
Dari SHU sebelum berbadan hukum Rp 4.913.194,99
Dari Yayasan Kesejahteraan Karyawan
PG/PS Madukismo Rp 5.000.000,00
Dari subsidi perusahaan Rp 8.188.000,00
Dari hadiah :
a. Juara II Koperasi lain-lain Rp 20.000,00
b. Hasil undian Simpedes Rp434.400,00
c. Juara I tingkat Kabupaten Rp 30.000,00
d. Juara terbaik II tingkat propinsi Rp 50.000,00
e. Juara terbaik tingkat kabupaten Rp 50.000,00
f. Juara Koperasi dalam rangka HUT
Koperasi ke 47 Rp 50.000,00
g. Hadiah terbaik I se Perda Bantuh
tahun 1995 Rp 50.000,00
h. Hadiah terbaik I se Bantul
untuk Kopkar tahun 1996 Rp 50.000,00
Total dari hadiah Rp 734.400,00
Dari simpanan sukarela koperasi Rp 234.780,00
Dari hibahan gedung Kom. P2G Madu Baru PT Rp 10.000.000,00
Dari dana pembinaan industri kecil / koperasi Rp 2.000.000,00
89
Dari pembulatan pembagian uang SHU 1992 Rp 44.707,01
Hibah / hadiah dari P2G Madu Baru PT. Rp 1.000.000,00
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 32.115.082,00
34. Sisa Hasil Usaha Rp 67.923.571,45
Jumlah tersebut merupakan Sisa Hasil Usaha Koperasi Bina Usaha PT.
Madu Baru masa 1 Januari samapi dengan 31 Desember 2009.
35. Sisa Hasil Usaha Tidak Dibagi Rp 1.064.468,90
Jumlah tersebut merupakan penyisihan Sisa Hasil Usaha Koperasi Bina
Usaha PT. Madu Baru selama tahun 2009.
36. Cadangan Rp 201.522.019,09
Cadangan awal Rp 191.381.619,09
Penerimaan SHU tahun 2008 Rp 10.140.400,00
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 201.522.019,09
90
Gambar 5.2 Laporan Laba Rugi Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
LAPORAN LABA RUGI Periode 31 Desember 2009 Partisipasi Anggota B e r a s Rp175.493.000,00 Barang Konsumsi Rp972.271.582,00 Barang Investasi Rp51.891.658,00
Rp1.199.656.240,00Beban Pokok Persediaan Awal Tahun 2009 Rp87.265.733,00 Pembelian : B e r a s Rp179.272.500,00 Barang Konsumsi Rp936.968.406,75 Barang Investasi Rp31.986.100,00
Rp1.148.227.006,75
Rp1.235.492.739,75 Persediaan Akhir Tahun 2009 (Rp95.727.554,00)
(Rp1.139.765.185,75) Laba Kotor Atas Penjualan Barang Rp59.891.054,25 Bunga Simpan Pinjam Rp1.044.276.916,62 Pendapatan Jasa Rp138.261.573
Rp1.242.429.543,87 Partisipasi Netto Anggota Partisipasi Non Anggota Penjualan - Harga Pokok - Laba/Rugi Kotor Non Anggota -
Laba (Rugi) / SHU Kotor Rp1.242.429.543,87 Beban-Beban Beban Pinjaman Rp873.036.623,31 Beban Administrasi dan Umum Gaji Rp100.943.640,00 Kantor Rp169.321.005,20 Pemeliharaan Kendaraan Rp25.846.666,00 Penyusutan Rp31.089.066,75
91
Gambar 5.2 (Lanjutan) Laporan Laba Rugi Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
LAPORAN LABA RUGI Periode 31 Desember 2009
Penjualan
Rp4.737.345,00 Administrasi Bank Rp513.022,71
Jumlah Beban Usaha : Rp332.450.745,66 (Rp1.205.487.368,97) Hasil Usaha Koperasi Rp36.942.174,90 Beban Perkoperasian Diklat dan Latihan (Rp15.941.500,00) SHU Setelah Beban Perkoperasian Rp21.000.674,90 Pendapatan dan Beban Lain-Lain Pendapatan Lain-lain Rp57.980.177,15 Beban Lain-lain -
Rp57.980.177,15
Sisa Hasil Usaha Rp78.980.852,05 Sumber : Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru Gambar 5.3 Perhitungan PPh Setelah Pajak Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
Sumber : Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
KOPERASI “BINA USAHA” PT. MADU BARU
Perhitungan PPh Pasal 25 Sisa Hasil Usaha sebelum Pajak Rp 78.980.852,05 Koreksi Positif - Rp 78.980.852,05 Koreksi Negative 0,00 Sisa Hasil Usaha Sebelum Pajak Rp 78.980.852,05 Perhitungan Pajak : 14% Rp 11.057.280,60 Sisa Hasil Usaha Setelah Pajak Rp 67.923.571,45
92
Perhitungan PPh Pasal 25 Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
PPh Pasal 25 = 1/12 x Pajak Penghasilan Terutang
= 1/12 x Rp 11.057.280,00
= Rp 921.440,00
Penjelasan tiap-tiap pos dalam Laporan Rugi / Laba Koperasi Bina Usaha
PT. Madu Baru per 31 Desember 2009
1. Penjualan Rp 1.199.656.240,00
Jumlah tersebut merupakan penjualan bersih selama tahun 2009 dengan
rincian sebagai berikut :
Tabel V.1 Penjualan Tahun 2009 Jenis Penjualan Jumlah
Beras Barang Konsumsi Barang Investasi
Rp175.493.000,00 Rp972.271.582,00 Rp51.891.658,00
Sumber : Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
2. Harga Pokok Penjualan Rp 1.139.765.185,75
Jumlah tersebut merupakan harga pokok penjualan selama tahun 2009
dengan rincian sebagai berikut :
Tabel V.2 Harga Pokok Penjualan Tahun 2009 Keterangan Jumlah
Persediaan awal tahun 2009 Pembelian : Beras Barang Konsumsi Barang Investasi Persediaan akhir tahun 2009 Harga Pokok Penjualan
Rp87.265.733,00 Rp179.272.500,00 Rp936.968.406,75 Rp31.986.100,00 Rp1.148.227.006,75 Rp1.235.492.739,75 Rp95.727.554,00 Rp1.139.765.185,75
Sumber : Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
93
3. Bunga Simpan Pinjam Rp 1.044.276.916,62
Jumlah tersebut merupakan rincian dari pendapatan bunga pinjaman
selama tahun 2009.
4. Pendapatan Jasa Rp 138.261.573,00
Jumlah tersebut merupakan pendapatan jasa Koperasi Bina Usaha PT.
Madu Baru dengan rincian sebagai berikut :
Tabel V.3 Pendapatan Jasa Tahun 2009 Jenis Pendapatan Jasa Jumlah
Pendapatan sewa meja / kursi Perpanjangan SIM / STNK Pendapatan sewa kendaraan Pendapatan sewa tenda Borongan Jumlah
Rp34.147.745,00 Rp4.610.000,00
Rp16.072.487,00 Rp17.773.500,00 Rp65.657.841,00 Rp138.261.573,00
Sumber : Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
5. Beban Pinjaman Rp 873.036.623,31
Jumlah tersebut merupakan biaya bunga pinjaman yang diberikan pada
Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru selama tahun 2009.
6. Biaya Usaha Rp 332.450.745,66
Jumlah tersebut merupakan biaya usaha yang terjadi selama tahun 2009
dengan rincian sebagai berikut :
Tabel V.4 Biaya Usaha Tahun 2009 Jenis Biaya Usaha Jumlah
Biaya gaji Biaya kantor Biaya pemeliharaan kendaraan Biaya penyusutan Biaya penjualan Biaya administrasi bank Jumlah
Rp100.943.640,00 Rp169.321.005,20,00
Rp25.846.666,00 Rp31.089.066,75 Rp4.737.345,00 Rp513.022,71 Rp332.450.745,66
Sumber : Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
94
7. Beban Perkoperasian (Diklat dan Latihan) Rp 15.941.500,00
Jumlah tersebut merupakan biaya perkoperasian untuk dilkat dan latihan
para pengurus dan karyawan selama tahun 2009.
8. Pendapatan Lain-Lain Rp 57.980.177,15
Jumlah tersebut merupakan pendapatan lain-lain yang diperoleh Koperasi
Bina Usaha PT. Madu Baru selama tahun 2009 dengan rincian sebagai
berikut :
Tabel V.5 Pendapatan Lain-Lain Tahun 2009 Jenis Pendapatan Lain-Lain Jumlah
Pendapatan bunga bank Sumbangan dari pabrik gula Fee gula Pendapatan sewa gudang Hasil penanaman tebu Discount, jual karung, dll Jumlah
Rp4.226.306,60 Rp450.000,00
Rp18.690.650,00 Rp13.240.000,00 Rp17.676.582,00 Rp3.696.638,55
Rp57.980.177,15 Sumber : Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
B. Perbedaan Perlakuan Penghasilan dan Biaya Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dengan Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Laporan keuangan yang disusun oleh wajib pajak badan biasanya
mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Laporan Rugi/Laba
akan menghasilkan jumlah laba yang diterima perusahaan yang
penghitungannya berdasarkan SAK. Besar laba yang dilaporkan dalam
laporan keuangan tersebut akan dikenakan pajak penghasilan. Ada
perbedaan antara penghasilan dan biaya menurut standar akuntansi tidak
diakui atau belum diakui oleh peraturan perpajakan sehingga harus
dilakukan penyesuaian fiskal terhadap laporan keuangan tersebut sesuai
95
dengan peraturan perpajakkan. Penyesuaian fiskal yang dilakukan akan
mempengaruhi besar laba yang telah dihitung oleh wajib pajak badan
sebelumnya. Besar laba yang berasal dari hasil penyesuaian fiskal akan
dikenakan tarif pajak penghasilan dan dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan wajib pajak badan sebagai pajak penghasilan
terutang. Berdasarkan pada metode penelitian untuk rumusan masalah
pertama, maka penulis menganalisis perbedaan perlakuan penghasilan dan
biaya menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan peraturan
perpajakan yang berlaku yaitu UU RI No.36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan seperti dibawah ini:
Tabel V.6 Pengelompokkan Penghasilan dan Biaya Menurut Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru Berdasarkan Laporan Rugi Laba Per 31 Desember 2009
Keterangan Jumlah Penghasilan : Laba Kotor atas Penjualan Barang Pendapatan Bunga Simpan Pinjam Pendapatan Jasa Pendapatan Lain-Lain Biaya-Biaya/Beban : Beban Bunga/Pinjaman Biaya Gaji Biaya Kantor Biaya Pemeliharaan Kendaraan Biaya Penyusutan Biaya Penjualan Biaya Administrasi Bank Biaya Diklat dan Latihan
Rp59.891.054,25
Rp1.044.276.916,62 Rp138.261.573,00 Rp57.980.177,15
Rp873.036.623,31 Rp100.943.640
Rp169.321.005,20 Rp25.846.666,00 Rp31.089.066,75 Rp4.737.345,00 Rp513.022,71 Rp15.941.500,00
Sumber : Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
96
1. Laba Kotor atas Penjualan Barang
Laba kotor atas penjualan barang yang diperoleh Koperasi Bina
Usaha PT. Madu Baru meliputi laba atas penjualan beras, barang
konsumsi dan barang investasi. Dalam peraturan perpajakan Undang-
Undang RI No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, laba
penjualan barang tergolong penghasilan dan merupakan salah satu
jenis penghasilan yang menjadi objek pajak dalam perpajakan. Oleh
sebab itu laba penjualan barang tidak mendapat perlakuan yang
berbeda dalam peraturan pajak penghasilan. Hal ini didasarkan pada
UU RI No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 4 ayat (1)
huruf c. Oleh karena itu, laba kotor atas penjualan barang tetap
diperhitungkan dalam menghitung pajak penghasilan atau dengan kata
lain tidak ada penyesuaian fiskal negatif ataupun positif.
2. Pendapatan Bunga Simpan Pinjam
Bunga simpan pinjam yang dimaksud oleh Koperasi Bina Usaha
PT. Madu Baru ini merupakan pendapatan bunga yang diperoleh
koperasi dari pemberian pinjaman kepada anggotanya. Pendapatan
bunga simpan pinjam ini tidak mendapat perlakuan berbeda dalam
aturan pajak penghasilan karena menurut akuntansi pendapatan bunga
simpan pinjam tergolong sebagai penghasilan dan merupakan salah
satu jenis penghasilan yang menjadi objek pajak dalam perpajakan.
Hal ini didasarkan pada UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan pasal 4 ayat 1 huruf f, sehingga pendapatan bunga simpan
97
pinjam tahun 2009 tetap diperhitungkan dalam menghitung pajak
penghasilan atau dengan kata lain tidak ada penyesuaian fiskal positif
atau negatif dilakukan.
3. Pendapatan jasa
Pendapatan jasa yang diperoleh Koperasi Bina Usaha PT. Madu
Baru pada tahun 2009 meliputi pendapatan jasa meja kursi,
perpanjangan SIM/STNK, sewa kendaraan, sewa tenda, dan borongan.
Pendapatan jasa ini tidak mendapat perlakuan berbeda dalam aturan
pajak penghasilan karena menurut akuntansi pendapatan jasa atas jasa
meja kursi, perpanjangan SIM/STNK, sewa kendaraan, sewa tenda,
dan borongan tergolong sebagai penghasilan dan merupakan salah satu
jenis penghasilan yang menjadi objek pajak dalam perpajakan. Hal ini
didasarkan pada UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
pasal 4 ayat 1 huruf i dan p. Sehingga pendapatan lain-lain tahun 2009
tetap diperhitungkan dalam menghitung pajak penghasilan atau dengan
kata lain tidak ada penyesuaian fiskal positif atau negatif dilakukan.
4. Pendapatan Lain-Lain
Pendapatan lain-lain yang dimaksud oleh Koperasi Bina Usaha PT.
Madu baru ini meliputi pendapatan atas bunga bank, sumbangan dari
pabrik gula, fee gula, sewa gudang, hasil penanaman tebu, jual karung.
Pendapatan lain-lain ini tidak mendapat perlakuan berbeda dalam
aturan pajak penghasilan karena menurut akuntansi pendapatan lain-
lain atas pendapatan bunga bank, sumbangan dari pabrik gula, fee
98
gula, sewa gudang, hasil penanaman tebu, jual karung tergolong
sebagai penghasilan dan merupakan salah satu jenis penghasilan yang
menjadi objek pajak dalam perpajakan. Hal ini didasarkan pada UU RI
No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 4 ayat 1 huruf i dan
p. Sehingga pendapatan lain-lain tahun 2009 tetap diperhitungkan
dalam menghitung pajak penghasilan atau dengan kata lain tidak ada
penyesuaian fiskal positif atau negatif dilakukan.
5. Beban Bunga atau Pinjaman
Beban bunga atau pinjaman yang dimaksud oleh Koperasi Bina
Usaha PT. Madu Baru merupakan biaya atas pinjaman yang ada di
Bank. Berdasarkan UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan pasal 6 ayat 1 huruf a (3) biaya bunga dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto karena biaya bunga atas pinjaman dari bank
digunakan untuk memelihara penghasilan. Jadi beban bunga atau
pinjaman tahun 2009 tidak dilakukan penyesuaian positif maupun
negatif dalam menghitung pajak penghasilan terutang.
6. Biaya Gaji
Biaya gaji yang dikeluarkan oleh Koperasi Bina Usaha PT. Madu
Baru digunakan untuk membayar gaji para karyawan dan memberikan
tunjangan kepada mereka. Menurut akuntansi biaya gaji dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto demikian juga menurut perpajakan
karena biaya tersebut berhubungan secara langsung atau tidak
langsung dengan kegiatan usaha. Hal ini didasarkan pada UU RI No.36
99
tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat 1 huruf a (2). Maka,
biaya gaji tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif
dalam menghitung pajak penghasilan.
7. Biaya Kantor
Biaya Kantor merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai
kegiatan operasional yang dilakukan koperasi. Menurut akuntansi
biaya kantor dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Menurut
perpajakan biaya kantor dapat dikurangkan juga dari penghasilan bruto
karena berhubungan langsung dengan kegiatan usaha dalam hal
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Hal ini
didasarkan pada UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
pasal 6 ayat 1 huruf a, sehingga biaya kantor tidak dilakukan
penyesuaian fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak
penghasilan terutang.
8. Biaya Pemeliharaan Kendaraan
Biaya pemeliharaan ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
membiayai kebutuhan kendaraan yang digunakan dalam melaksanakan
kegiatan usaha koperasi. Kebutuhan kendaraan tersebut seperti service
kendaraan dan pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM). Menurut
akuntansi semua biaya yang dikeluarkan oleh koperasi untuk koperasi
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto demikian juga menurut
perpajakan karena biaya tersebut berhubungan secara langsung atau
tidak langsung dengan kegiatan usaha. Hal ini didasarkan pada UU RI
100
No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat 1 huruf a (2).
Maka, biaya pemeliharaan kendaraan tidak dilakukan penyesuaian
fiskal positif maupun negatif dalam menghitung pajak penghasilan.
9. Biaya Penyusutan
Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru memiliki kebijakan dalam
menyusutkan aktiva tetap yaitu dengan menggunakan metode garis
lurus untuk kepentingan komersial dan menggunakan metode saldo
menurun untuk kepentingan perpajakan. Berdasarkan UU RI No.36
tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 11 metode penyusutan
untuk harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan
metode garis lurus (dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa
manfaat yang telah ditetapkan bagi harta tersebut) sedangkan harta
berwujud selain bangunan dapat disusutkan dengan metode garis lurus
atau metode saldo menurun (dalam bagian-bagian yang menurun
dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku).
Berdasarkan Lampiran khusus SPT Tahunan Koperasi Bina Usaha
PT. Madu Baru memiliki aktiva tetap harta berwujud kelompok 1
disusutkan setiap tahunnya sebesar Rp 3.559.882,00. Sedangkan untuk
harta berwujud kelompok 2 setiap tahunnya disusutkan sebesar Rp
23.581.601,00, dan untuk harta berwujud berupa bangunan permanen
disusutkan setiap tahunnya sebesar Rp 3.947.584,00. Dari lampiran
khusus SPT Tahunan ini dapat diketahui total penyusustan aktiva tetap
101
selama tahun 2009 yang dimiliki Koperasi Bina Usaha PT. madu Baru
sebesar Rp 31.089.069,00.
Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru perlu melakukan penyesuaian
fiskal, karena ada perbedaan penghitungan biaya penyusutan aktiva
tetap antara metode garis lurus dengan metode saldo menurun. Peneliti
mengevaluasi metode penyusutan yang diterapkan koperasi
berdasarkan pasal 11 ayat 6 UU RI No.36 tahun 2008 tentang pajak
penghasilan dan evaluasi biaya penyusutan dilakukan berdasarkan data
per kelompok harta berwujud. Peneliti tidak memperoleh rincian data
penyusutan aktiva tetap secara lengkap. Peneliti hanya memperoleh
data penyusutan aktiva tetap Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru dari
lampiran khusus SPT Tahunan. Dalam evaluasi ini diasumsikan aktiva
tetap diperoleh pada tahun yang sama yaitu tahun 2008 dan umur
manfaat ekonomis aktiva tetap sesuai dengan pengelompokkan aktiva
tetap berdasarkan pasal 11 ayat 6 Undang-undang RI No.36 tahun
2008 tentang pajak penghasilan. Di bawah ini adalah hasil analisis
hitungan peneliti terhadap perbedaan penghitungan biaya penyusutan
dengan metode garis lurus dan saldo menurun :
102
Tabel V.7 Perbedaan Penghitungan Biaya Penyusutan Aktiva Tetap Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru dengan Metode Garis Lurus dan Saldo Menurun Metode Garis Lurus Metode Saldo Menurun Selisih
Kelompok 1 Di bawah ini merupakan hasil analisis peneliti terhadap biaya penyusutan aktiva tetap kelompok 1 dengan metode garis lurus Rp93.598.000,00:4tahun =Rp23.399.500,00 (harga perolehan dibagi umur manfaat harta berwujud kelompok 1 pasal 11 ayat 6 UU RI No.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan) Kelompok 2 Di bawah ini merupakan hasil analisis peneliti terhadap biaya penyusutan aktiva tetap kelompok 2 dengan metode garis lurus Rp291.957.225,00:8tahun = Rp36.494.653,00 (harga perolehan dibagi umur manfaat harta berwujud kelompok 2 pasal 11 ayat 6 UU RI No.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan)
Kelompok 1 Jumlah biaya penyusutan aktiva tetap kelompok 1 tahun 2009 berdasarkan analisis peneliti sebesar Rp23.399.500,00. Jumlah di atas merupakan biaya penyusutan akhir tahun harta berwujud kelompok 1, penghitungan di bawah ini berdasarkan pasal 11 ayat 6 UU RI No.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan : Harga perolehan : Rp93.598.000,00
(dalam rupiah) Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa
Buku 2008 50% 46.799.000 46.799.000 2009 50% 23.399.500 23.399.500 2010 50% 11.699.750 11.699.750 2011 Disusutkan
sekaligus 11.699.750 0
Kelompok 2 Jumlah biaya penyusutan aktiva tetap kelompok 2 tahun 2009 berdasarkan analisis peneliti sebesar Rp54.741.980,00. Jumlah di atas merupakan biaya penyusutan akhir tahun harta berwujud kelompok 2, penghitungan di bawah ini berdasarkan pasal 11 ayat 6 UU RI No.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan : Harga perolehan : Rp291.957.225,00
(dalam rupiah) Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa
Buku 2008 25% 72.989.306 218.967.919 2009 25% 54.741.980 164.225.939 2010 25% 41.056.485 123.169.454 2011 25% 30.792.364 92.377.090 2012 25% 23.094.273 69.282.817 2013 25% 17.320.704 51.962.113 2014 25% 12.990.528 38.971.585 2015 Disusutkan
sekaligus 12.990.528 0
0
Rp18.247.327,00
103
Tabel V.7 (Lanjutan) Perbedaan Penghitungan Biaya Penyusutan Aktiva Tetap Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru dengan Metode Garis Lurus dan Saldo Menurun
Metode Garis Lurus Metode Saldo Menurun Selisih
Bangunan Permanen Di bawah ini merupakan biaya penyusutan harta berwujud berupa bangunan permanen tahun 2009 Rp78.951675,00x5%= Rp3.947.584,00 (harga perolehan dikalikan tarif penyusutan kelompok bangunan permanen pasal 11 ayat 6 UU RI No.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan)
_
_
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
104
Tabel V.8 Perbedaan Penghitungan Biaya Penyusutan Aktiva Tetap Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru yang Ada dalam Lampiran Khusus SPT dengan Metode Saldo Menurun yang digunakan dalam Kepentingan Perpajakan
SPT Tahunan Hasil Hitungan Peneliti Selisih Kelompok 1 Di bawah ini merupakan jumlah biaya penyusutan aktiva tetap kelompok 1 tahun 2009 yang dilaporkan dalam lampiran khusus SPT Tahunan Rp3.559.882,00 Kelompok 2 Di bawah ini merupakan jumlah biaya penyusutan aktiva tetap kelompok 2 tahun 2009 yang dilaporkan dalam lampiran khusus SPT Tahunan Rp23.581.601,00 Bangunan Permanen Di bawah ini merupakan jumlah biaya penyusutan harta berwujud berupa bangunan permanen tahun 2009 yang dilaporkan dalam lampiran khusus SPT Tahunan Rp3.947.584,00
Kelompok 1 Jumlah biaya penyusutan aktiva tetap kelompok 1 tahun 2009 berdasarkan analisis peneliti sebesar Rp23.399.500,00 (perhitungan metode penyusutan saldo menurun kelompok 1 sama dengan tabel V.10) Kelompok 2 Jumlah biaya penyusutan aktiva tetap kelompok 2 tahun 2009 berdasarkan analisis peneliti sebesar Rp54.741.980,00 (perhitungan metode penyusutan saldo menurun kelompok 2 sama dengan tabel V.10 (lanjutan) Bangunan Permanen (harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus)
Rp19.839.618,00
Rp31.160.379,00
0
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa total dari biaya
pennyusutan aktiva tetap yang dimiliki Koperasi Bina Usaha PT. Madu
Baru yang seharusnya dilaporkan pada lampiran khusus SPT Tahunan
adalah sebesar Rp82.089.064,00 (penjumlahan harta berwujud
kelompok 1, kelompok 2, dan bangunan permanen) sehingga ada
selisih dengan dengan biaya penyusutan Koperasi Bina Usaha PT.
Madu Baru yang dilaporkan pada SPT Tahunan Wajib Pajak Badan
105
sebesar Rp50.999.997,00. Oleh sebab itu perlu dilakukan penyesuaian
fiskal negatif pada laporan rugi laba koperasi tahun 2009. Penyesuaian
fiskal negatif ini akan menyebabkan biaya penyusutan koperasi
semakin bertambah dan penghasilannya menjadi berkurang.
10. Biaya Penjualan
Biaya penjualan yang dimaksud oleh Koperasi Bina Usaha PT.
Madu Baru adalah biaya-biaya yang dikeluarkan koperasi untuk
membiayai keperluan-keperluan yang berkaitan dengan kegiatan
penjualan yang dilakukan Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru.
Menurut akuntansi biaya penjualan dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto, demikian juga menurut perpajakan biaya penjualan
dapat pula mengurangi penghasilan bruto karena berhubungan
langsung dengan kegiatan usaha dalam hal mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan. Hal ini didasarkan pada UU RI No.36 tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat 1 huruf a (7), sehingga
biaya penjualan tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun
negatif dalam menghitung pajak penghasilan terutang.
11. Biaya Administrasi Bank
Biaya administrasi bank merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru atas biaya yang berkaitan dengan
administrasi yang ada di bank. Berdasarkan UU RI No.36 tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan pasal 6 ayat 1 huruf a (8) biaya bunga dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto karena biaya administrasi bank
106
digunakan untuk memelihara penghasilan. Maka biaya admimistrasi
bank tahun 2009 tidak dilakukan penyesuaian positif maupun negatif
dalam menghitung pajak penghasilan terutang.
12. Biaya Diklat dan Latihan
Biaya diklat dan latihan ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru untuk membiayai pengurus
ataupun karyawan dalam mengikuti diklat dan latihan untuk
mengembangkan pengetahuan mereka tentang koperasi. Menurut
akuntansi biaya diklat dan latihan dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto. Menurut perpajakan biaya diklat dan latihan dapat dikurangkan
juga dari penghasilan bruto karena berhubungan langsung dengan
kegiatan usaha dalam hal mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan. Hal ini didasarkan pada UU RI No.36 tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan pasal 6 ayat 1 huruf g, sehingga biaya diklat dan
latihan tidak dilakukan penyesuaian fiskal positif maupun negatif
dalam menghitung pajak penghasilan terutang.
107
C. Penyesuaian Fiskal atas Penghasilan dan Biaya yang Ditemukan pada Laporan Keuangan Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
Sesuai dengan metode penelitian yang telah dirumuskan, kemudian
langkah selanjutnya yang harus ditempuh yaitu dengan melakukan
penyesuaian fiskal untuk tahun 2009 atas temuan perbedaan perlakuan
penghasilan dan biaya Koperasi Bina Usaha PT Madu Baru dalam
menghitung jumlah pajak penghasilan terutang sesuai dengan aturan
perpajakan yang berlaku yaitu UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan. Berikut adalah penyesuaian fiskal yang dilakukan peneliti pada
laporan keuangan Koperasi Bina Usaha PT Madu Baru tahun 2009 :
108
Tabel V.9 Laporan Harga Pokok Penjualan Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru Per 31 Desember 2009 setelah Penyesuaian Fiskal
Keterangan Jumlah Penyesuaian Fiskal
Fiskal
Persediaan awal Pembelian : Beras Barang Konsumsi Barang Investasi Persediaan akhir Harga Pokok Penjualan
Rp87.265.733,00
Rp179.272.500,00 Rp936.968.406,75 Rp31.986.100,00
(Rp95.727.554,00) Rp1.139.765.185,75
Rp87.265.733,00
Rp179.272.500,00 Rp936.968.406,75 Rp31.986.100,00
(Rp95.727.554,00) Rp1.139.765.185,75
Sumber : Hasil olahan penulis Tabel V.10 Laporan Laba Rugi Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru Per 31 Desember 2009 setelah Penyesuaian Fiskal
Keterangan Jumlah Penyesuaian Fiskal
Fiskal
Penjualan Harga Pokok Penjualan Laba Kotor atas Penjualan Barang Bunga simpan pinjam Pendapatan jasa Partisipasi Neto Anggota Biaya-biaya : Biaya bunga/pinjaman Gaji dan tunjangan Biaya kantor Administrasi Bank Biaya penyusutan Biaya penjualan Biaya Dilklat dan latihan Pemeliharaan kendaraan Jumlah biaya koperasi SHU setelah beban perkoperasian Pendapatan lain-lain Penghasilan Kena Pajak
Rp1.199.656.240,00 (Rp1.139.765.185,75)
Rp59.891.054,25 Rp1.044.276.916,62
Rp138.261.573,00 Rp1.242.429.543,87
(Rp873.036.623,31) (Rp100.943.640,00) (Rp169.321.005,20) (Rp513.022,71) (Rp31.089.067,00) (Rp4.737.345,00) (Rp15.941.500,00) (Rp25.846.666,00) Rp1.221.428.869,22
Rp21.000.674,65 Rp57.980.177,15 Rp78.980.852,00
(Rp50.999.997,00)
Rp1.199.656.240,00 (Rp1.139.765.185,75)
Rp59.891.055,00 Rp1.044.276.916,62
Rp138.261.573,00 Rp1.242.429.544,00
(Rp873.036.623,31) (Rp100.943.640,00) (Rp169.321.005,20) (Rp513.022,71) (Rp82.089.064,00) (Rp4.737.345,00) (Rp15.941.500,00) (Rp25.846.666,00) Rp1.272.428.866,22
Rp-29.999.322,00 Rp57.980.177,15 Rp27.980.854,93
Sumber : Hasil olahan penulis
Perhitungan Laporan Harga Pokok Penjualan dan Laporan Laba Rugi
setelah penyesuaian fiskal diatas, berdasarkan perincian harga pokok
penjualan, biaya usaha lainnya, dan biaya dari luar usaha secara komersial
pada lampiran II SPT Tahunan Pajak Penghasilan Koperasi Bina Usaha PT.
Madu Baru serta Laporan Rugi Laba Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
yang dilampirkan pada SPT Tahunan tersebut.
109
Penghitungan jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP) tahun 2009
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Rp78.980.852,00
sedangkan menurut hasil analisis peneliti berdasarkan peraturan perpajakan
yang berlaku sebesar Rp27.980.854,93. Berdasarkan UU RI No.36 Tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 17 ayat (4) untuk keperluan penerapan
tarif pajak, jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam
ribuan rupiah penuh sehingga PKP menjadi Rp27.980.000,00. PKP
selanjutnya dikalikan dengan tarif pajak wajib pajak badan dalam negeri
sesuai dengan UU RI No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 17
ayat 1 huruf b yaitu 28%, akan tetapi karena jumlah peredaran bruto
Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru tidak melebihi Rp4.800.000.000,00
maka PKP yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut dikenai tarif 50%
dari tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku (sesuai pasal 31E UU RI
No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan), sehingga perhitungannya
menjadi :
(50% x 28%) x Rp27.980.000,00 = Rp3.917.200,00
Berdasarkan hasil analisis di atas diketahui bahwa ada selisih antara
pajak terutang yang dianalisis oleh peneliti dengan yang tertulis pada SPT
Tahunan Koperasi Bina Usaha PT Madu Baru. Hasil analisis peneliti jumlah
pajak terutang koperasi tahun 2009 sebesar Rp3.917.200,00 sedangkan
menurut hasil perhitungan koperasi, pajak terutang tahun 2009 sejumlah
Rp11.057.280,00. Dari hasil analisis ini terdapat selisih antara koperasi dan
110
hasil hitungan peneliti, hal ini dikarenakan adanya penyesuaian fiskal untuk
biaya penyusutan aktiva tetap koperasi.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis di atas dapat diketahui jumlah pajak
penghasilan terutang Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru sebesar
Rp3.917.200,00 sedangkan jumlah pajak penghasilan terutang yang
dilaporkan di SPT Tahunan sebesar Rp11.057.280,00, sehingga dapat
diketahui ada selisih lebih sebesar Rp7.140.080,00.
Hasil analisis peneliti menemukan bahwa penghitungan pajak
penghasilan terutang Koperasi Bina Usaha PT Madu Baru kurang sesuai
dengan UU RI No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Hal ini
disebabkan karena Koperasi Bina Usaha PT Madu Baru tidak melakukan
penyesuaian fiskal untuk biaya penyusutan aktiva tetapnya. Di dalam
lampiran khusus SPT Tahunan, koperasi mencantumkan metode penyusutan
yang digunakan untuk menyusutkan aktiva tetap yang dimilki adalah dengan
menggunakan metode garis lurus untuk laporan komersial dan saldo
menurun untuk laporan pajaknya. Oleh sebab itu koperasi perlu melakukan
penyesuaian fiskal karena ada perbedaan penghitungan antara kedua metode
tersebut, akan tetapi pada SPT Tahunan koperasi belum melakukan
penyesuaian fiskal.
Peneliti mengevaluasi metode penyusutan harta berwujud yang
diterapkan koperasi berdasarkan pasal 11 ayat 6 UU RI No.36 tahun 2008
111
tentang pajak penghasilan dan evaluasi biaya penyusutan dilakukan
berdasarkan data per kelompok harta berwujud. Peneliti tidak memperoleh
rincian data penyusutan aktiva tetap secara lengkap. Peneliti hanya
memperoleh data penyusutan aktiva tetap Koperasi Bina Usaha PT. Madu
Baru dari lampiran khusus SPT Tahunan. Dalam evaluasi ini diasumsikan
aktiva tetap diperoleh pada tahun yang sama yaitu tahun 2008 dan umur
manfaat ekonomis aktiva tetap sesuai dengan pengelompokkan aktiva tetap
berdasarkan pasal 11 ayat 6 UU RI No.36 tahun 2008 tentang pajak
penghasilan.
Berikut ini adalah perbedaan penghitungan biaya penyusutan harta
berwujud antara Lampiran Khusus SPT Tahunan Koperasi Bina Usaha PT.
Madu Baru dan hasil hitungan peneliti :
112
Tabel V.11 Perbedaan Penghitungan Biaya Penyusutan Aktiva Tetap Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru yang ada dalam Lampiran Khusus SPT dengan Hasil Hitungan Peneliti untuk Kepentingan Perpajakan
(dalam rupiah) SPT Tahunan Hasil Hitungan Peneliti Selisih
Kelompok 1 Di bawah ini merupakan jumlah biaya penyusutan aktiva tetap kelompok 1 tahun 2009 yang dilaporkan dalam lampiran khusus SPT Tahunan Rp3.559.882,00 Kelompok 2 Di bawah ini merupakan jumlah biaya penyusutan aktiva tetap kelompok 2 tahun 2009 yang dilaporkan dalam lampiran khusus SPT Tahunan Rp23.581.601,00 Bangunan Permanen Di bawah ini merupakan jumlah biaya penyusutan harta berwujud berupa bangunan permanen tahun 2009 yang dilaporkan dalam lampiran khusus SPT Tahunan Rp3.947.584,00
Kelompok 1 Jumlah biaya penyusutan aktiva tetap kelompok 1 tahun 2009 berdasarkan analisis peneliti sebesar Rp23.399.500,00. Jumlah di atas merupakan biaya penyusutan akhir tahun harta berwujud kelompok 1, penghitungan di bawah ini berdasarkan pasal 11 ayat 6 UU RI No.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan dengan metode saldo menurun : Harga perolehan : Rp93.598.000,00
Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku
2008 50% 46.799.000 46.799.000 2009 50% 23.399.500 23.399.500 2010 50% 11.699.750 11.699.750 2011 Disusutkan
sekaligus 11.699.750 0
Kelompok 2 Jumlah biaya penyusutan aktiva tetap kelompok 2 tahun 2009 berdasarkan analisis peneliti sebesar Rp54.741.980,00. Jumlah di atas merupakan biaya penyusutan akhir tahun harta berwujud kelompok 2, penghitungan di bawah ini berdasarkan pasal 11 ayat 6 UU RI No.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan dengan metode saldo menurun : Harga perolehan : Rp291.957.225,00
Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku
2008 25% 72.989.306 218.967.919 2009 25% 54.741.980 164.225.939 2010 25% 41.056.485 123.169.454 2011 25% 30.792.364 92.377.090 2012 25% 23.094.273 69.282.817 2013 25% 17.320.704 51.962.113 2014 25% 12.990.528 38.971.585 2015 Disusutkan
sekaligus 12.990.528 0
Bangunan Permanen Harta berwujud bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus. Biaya penyusutan per tahun diperoleh dari harga perolehan dikalikan tarif penyusutan kelompok bangunan permanen pasal 11 ayat 6 UU RI No.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan. Rp78.951675,00 x 5% = Rp3.947.584,00
Rp19.839.618,00 Rp31.160.379,00
−
(tidak ada selisih)
Sumber : Hasil Olahan Peneliti
113
Berdasarkan hasil evaluasi peneliti maka pelaporan jumlah
pajak penghasilan terutang Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru pada SPT
Tahunan 1771 tahun pajak 2009 adalah sebagai berikut :
Gambar 5.4 Ringkasan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru berdasarkan Hitungan Peneliti
1. Penghasilan Neto Fiskal 2. Kompensasi kerugian fiskal 3. Penghasilan Kena Pajak 4. PPh Terutang : (tarif PPh pasal 31E ayat (1)) 5. Pengembalian/Pengurangan Kredit Pajak Luar Negeri 6. Jumlah PPh terutang 7. PPh ditanggung Pemerintah 8. a. Kredit Pajak Dalam Negeri b. Kredit Pajak Luar Negeri c. Jumlah (8a+8b) 9. a. PPh yang harus dibayar sendiri b. PPh yang lebih dipotong/dipungut 10. PPh yang dibayar sendiri : PPh Pasal 25 Bulanan 11. PPh yang lebih dibayar 12. a. Penghasilan yang menjadi dasar penghitungan angsuran b. Kompensasi Kerugian Fiskal c. Penghasilan Kena Pajak d. PPh yang terutang
e. Kredit pajak tahun pajak yang lalu atas penghasilan yang termasuk dalam angka 14a yang dipotong/dipungut oleh pihak lain
f. PPh yang harus dibayar sendiri g. PPh pasal 25 : (1/12 x 14f)
Rp27.980.000,00 -
Rp27.980.000,00
Rp3.917.200,00 -
Rp3.917.200,00 - - - -
Rp3.917.200,00 -
Rp8.968.125,00 Rp5.050.925,00
Rp27.980.000,00 -
Rp27.980.000,00 Rp3.917.200,00
- Rp3.917.200,00
326.433,33 Sumber : Hasil Olahan Peneliti
114
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti dapat diketahui
jumlah pajak penghasilan terutang Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
sebesar Rp3.917.200,00 sehingga terdapat selisih lebih sebesar
Rp7.140.080,00 dengan jumlah pajak penghasilan terutang yang dilaporkan
dalam SPT tahunan 1771 untuk tahun pajak 2009. Oleh sebab itu dapat
ditarik kesimpulan bahwa penghitungan pajak penghasilan terutang yang
dilakukan oleh Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru pada tahun 2009
kurang sesuai dengan UU RI No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru dalam mengelompokkan
penghasilan dan biaya sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yaitu UU
RI No.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan, namun khusus untuk biaya
penyusutan aktiva tetap koperasi kurang sesuai dengan peraturan yang ada.
Hal ini disebabkan karena Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru tidak
melakukan penyesuaian fiskal untuk biaya penyusutan aktiva tetap.
115
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu saat melakukan penelitian hanya
memperoleh data SPT Tahunan untuk tahun pajak 2009 dan laporan
keuangan koperasi tahun 2009. Di dalam penelitian ini tidak diketahui jenis
dan kelompok aktiva tetap menurut kebijakan koperasi untuk penyesuaian
biaya penyusutan aktiva tetap yang dimiliki.
C. Saran
1. Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru
a. Dalam menghitung pajak penghasilan terutang sebaiknya koperasi
memahami terlebih dahulu UU RI No.36 tahun 2008 tentang pajak
penghasilan agar tidak terjadi kesalahan dalam melaporkan
kewajiban perpajakannya.
b. Dalam membuat laporan keuangan untuk keperluan perpajakan
sebaiknya Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru lebih meningkatkan
pemahaman terhadap peraturan perpajakan yang berlaku dan
menerapkannya sehingga penghitungan pajak penghasilan terutang
dapat dilakukan dengan tepat.
c. Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru sebaiknya melakukan
penyesuaian fiskal jika menggunakan dua metode penyusutan
(metode garis lurus dan saldo menurun) dalam menyusutkan aktiva
tetap yang dimiliki, karena kedua metode tersebut memiliki
perbedaan dalam mengakui penyusutan aktiva.
116
2. Peneliti Berikutnya
Penelitian ini didasarkan pada UU RI No. 36 tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan dan ketentuan umum peraturan perundang-
undangan perpajakan, karena objek yang diteliti adalah tahun 2009. Bagi
peneliti yang akan melakukan penelitian dengan topik yang sama wajib
untuk tetap mengikuti dan memahami peraturan perpajakan yang berlaku
sesuai dengan tahun yang diteliti sehingga penelitian dapat dilakukan
dengan baik dan benar.
117
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Syukur,Moh. 2003. Pajak Penghasilan atas Koperasi. Suara Merdeka.
Gunadi. 1997. Akuntansi Pajak. Jakarta: Grasindo
Ikatan Akuntansi Indonesia (Revisi 1998). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntansi Indonesia (Reformat 2007, per 1 Juli 2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan . Jakarta: Salemba Empat.
Laporan Keuangan Koperasi Bina Usaha PT Madu Baru tahun 2009
Laporan Umum Pertanggungjawaban Pengurus dan Badan Pemeriksa Koperasi Bina Usaha PT Madu Baru tahun 2009
Lumbantoruan, Shopar. 1993. Akuntansi Pajak Edisi 2. Jakarta: PT Gramedia
Mardiasmo. 2008. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi
Pandji A, Ninik W. 1994. Manajemen Koperasi Teori dan Praktek. Jakarta: Pustaka Jaya.
Resmi, Siti. 2005. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Rochmat, Soemitro. 1994. Dasar-Dasar Hukum Pajak Dan Pendapata. Bandung: PT. Eresco
Rudi, 2008. Objek Pajak Versi Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh) yang Baru. http://www.klinik-pajak.com/2008/objek-pajak-penghasilan/ 12 Juli 2010.
Sitio, Arifin. 2001. Koperasi Teori dan Praktik. Jakarta: Erlangga.
Suandy, Erly. 2008. Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Surat Pemberitahuan Wajib Pajak Badan Koperasi Bina Usaha PT Madu Baru tahun 2009
Tohar, M. 2000. Permodalan dan Perkreditan Koperasi. Yogyakarta : Kanisius.
Undang-Undang Republik Indonesia No.16 Tahun 2009 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.5 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang No.6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menjadi Undang-Undang.
118
Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian. Bandung: Penabur llmu.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
Zain, Mohammad. 2008. Manajemen Perpajakan Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.
119
120
MODEL PENELITIAN
Laporan Keuangan Koperasi tahun 2009
Penyesuaian Fiskal atas Laporan Rugi Laba
Koperasi Bina Usaha PT. Madu Baru tahun 2009
Penghasilan Kena Pajak
Pajak Penghasilan Terutang
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137