Drug Eruption Tinjauan Pustaka

Post on 16-Apr-2015

101 views 6 download

Transcript of Drug Eruption Tinjauan Pustaka

Tinjauan PustakaERUPSI OBAT ALERGI(Allergic Drug Eruption)

Preceptor:Mayor (CKM) Agus Walujo, dr., Sp.KK., M.Kes

Anggota:1. Euis Komalasari (4151111004)2. Citrasymi Ernawati (4151111006)3. Imanda Mecky S (4151111009)4. Fitri Nuraisyah (4151111017)5. M . Fajar Akbar (41511116. Sudira Ependi (41511117. M. Gilang NS ( )

DEFINISI

Erupsi obat alergi (allergic drug eruption) adalah reaksi alergi pada kulit atau daerah mukokutan

yang terjadi sebagai akibat pemberian obat dengan cara sistemik.

Fixed Drug Eruption (FDE) adalah reaksi alergi pada kulit yang dapat disebabkan

obat-obatan untuk mengatasi batuk, analgesik, laksatif, ataupun obat-obatan simptomatik lainnya.

Reaksi alergi akibat penggunaan obat topikal adalah

reaksi alergi kulit yang menyebabkan dermatitis kontak alergi (DKA)

Faktor-Faktor yang Memperbesar Risiko Timbulnya Erupsi Obat

1. Jenis kelamin2. Sistem imunitas3. Usia4. Dosis5. Infeksi dan

keganasan6. Atopik

Obat-Obatan Penyebab FDE Terbanyak

Manifestasi Klinik

Erupsi dapat diawali morbiliform, scarlatiniform, atau menyerupai eritema multiform.

Lesi pada awalnya soliter, tapi dengan berulangnya terpapar dapat menambah jumlah lesi juga ukuran lesi.

FDE bula multifokal disebabkan asam mefenamat, seringnya melebar menyerupai Toxic Epidermal Necrolitic (TEN).

1. Morfologi dan Distribusi

Kelainan kulit akibat erupsi alergi obat :

1. Urtikaria2. Eritem3. Dermatitis medikamentosa4. Purpura5. Erupsi eksantematosa6. Eritema nodosum7. Eritroderma8. Erupsi pustule9. Erupsi bulosa

FDE (Fixed Drug Eruption)

Lesi baru akan timbul 1-2 minggu Kemudian timbul lesi dalam jangka waktu 24

jam. FDE ini akan terlihat sebagai makula yang

soliter, eritematosa dan berwarna merah terang dan dapat berakhir menjadi suatu plak edematosa.

Lesi biasanya akan muncul di daerah bibir, wajah, tangan, kaki dan genitalia.

Apabila penderita memakan obat yang sama, maka FDE akan muncul kembali ditempat yang sama

Hiperpigmentasi FDE multipel.

Hiperpigmentasi FDE di paha dan bibir atas kanan pada orang dewasa

Vesikular FED pada glandula penis

2. Perjalanan Penyakit

Penggolongan alergi obat sebagai berikut: (1)Reaksi alergik yang segera (immediate), Terjadi dalam beberapa menit dan ditandai dengan

urtikaria, hipotensi dan syok.

(2)Reaksi yang cepat (accelerated) Timbul 1-72 jam sesudah pemberian obat dan kebanyakan

bermanifestasi sebagai urtikaria. Kadang-kadang berupa rash morbilliform atau edema laring

(3)Reaksi yang lambat (late) Timbul lebih dari 3 hari. Diperkirakan reaksi jenis cepat dan

lambat ini ditimbulkan oleh antibodi IgG, tetapi beberapa reaksi hemolitik dan exanthem dihubungkan dengan antibodi IgM

Pemeriksaan Penunjang Erupsi Obat Alergi

Pemeriksaan In vivo

•Uji tempel (patch test)•Uji tusuk (prick/scratch test)•Uji provokasi (exposure test)

Pemeriksaan In Vitro

•Yang diperantarai antibodi•Yang diperantarai sel

Diagnosis Erupsi Obat Alergi

Anamnesis yang teliti mengenai: Obat-obatan yang dipakai. Kelainan kulit yang akut atau beberapa

hari sesudah masuk obat. Rasa gatal yang dapat pula disertai

demam yang biasanya subfebris.

Kelainan kulit yang ditemukan: Distribusi : menyeluruh dan simetris. Bentuk kelainan yang timbul.

Penatalaksanaan Erupsi Obat Alergi

Khusus 1. Sistemik : - Kortikosteroid 3-4 x 10

mg/hari - Antihistamin 2. Topikal - keadaan kering : bedak salisilat 2%+obat antipruritus (mentol 0,5-1%) -keadaan basah : digunakan kompres, misalnya larutan asam salisilat 1%.- Pada eritroderma diberikan salep lanolin 10%- Terapi topikal untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in orabase

Umum▪ Hentikan pemberian

obat yang diduga penyebab erupsi kulit.1,4

▪ Melakukan pengawasan untuk mendeteksi kemungkinan timbulnya erupsi yang lebih parah atau relaps.

▪ Menjaga kondisi fisik pasien termasuk asupan nutrisi dan cairan tubuhnya.

▪ Transfusi darah bila terapi tidak memberi perbaikan dalam 2-3 hari.

Prognosis

Erupsi kulit karena obat akan sembuh bila obat penyebabnya dapat diketahui dan segera disingkirkan.

Eritroderma dan kelainan berupa sindrom Lyell dan SJS, prognosis sangat tergantung pada luas kulit yang terkena.

Prognosis buruk bila kelainan meliputi 50-70% permukaan kulit.

DAFTAR PUSTAKA▪ Revus J, Allanore AV. Drugs Reaction. In: Bolognia Dermatology. Volume One. 2nd edition. Elserve

limited, Philadelphia. United States of America. 2003. p: 333-352▪ Hamzah M. Erupsi Obat Alergik. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 3rd edition. Bagian Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2002. p:139-142

▪ Andrew J.M, Sun. Cutaneous Drugs Eruption. In: Hong Kong Practitioner. Volume 15. Department of Dermatology University of Wales College of Medicine.Cardiff CF4 4XN.U.K. 1993. Accessed on: June 3, 2012. Available at: http://sunzi1.lib.hku.hk/hkjo/view/23/2301319.pdf

▪ Lee A, Thomson J. Drug-induced skin. In: Adverse Drug Reactions, 2nd ed. Pharmaceutical Press. 2006. Accessed on: June 3, 2012. Available at: http://drugsafety.adisonline.com/pt/re/drs/pdf

▪ Riedl MA, Casillas AM, Adverse Drug Reactions; Types and Treatment Options. In: American Family Physician. Volume 68, Number 9. 2003. Accessed on: June 3, 2012. Available at: http://www.aafp.org/afp

▪ Purwanto SL. Alergi Obat. In: Cermin Dunia Kedokteran. Volume 6. 1976. Accessed on: June 3, 2012. Available from: www-portalkalbe-files-cdk-files-07AlergiObat006_pdf-07AlergiObat006.mht

▪ Shear NH, Knowles SR, Sullivan JR, Shapiro L. Cutaneus Reactions to Drugs. In: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 6th ed. USA: The Mc Graw Hill Companies, Inc. 2003. p: 1330-1337

▪ Docrat ME. Fixed Drug Eruption. In: Current Allergy & Clinical Immunology. No.1. Volume 18.Wale Street Chambers. Cape Town. 2005. Accessed on : June 3, 2012. Available at: www.allergysa.org/journals/2005/march/skin_focus.pdf

▪ Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Erupsi Alergi Obat. In: Kapita Selekta Kedokteran. Volume 2.3rd edition. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Media Aesculapius. Jakarta. 2002. p:133-139

▪ Adithan C. Stevens-Johnson Syndrome. In: Drug Alert. Volume 2 .Issue 1.Departement of Pharmacology. JIPMER. India. 2006. Accessed on: June 3, 2012. Available at: www.jipmer.edu

 

TERIMAKASIH…