Post on 07-Mar-2019
Studi Etnografi Pelayaran Rakyat di Desa Bonerate, Kec. Pasimaranu,
Kab. Kep. Selayar
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Hasanuddin
Oleh :
Ari Suriansyah B
E 511 11 102
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
iii
ABSTRAK E51111102. ARI SURIANSYAH B. Studi Etnografi Pelayaran Rakyat di Desa Bonerate, Kec. Pasimaranu, Kab. Kep. Selayar. Dibimbing oleh Prof. Dr. Mahmud Tang, MA dan Dr. Munsi Lampe, MA
Penelitian ini mengkaji tentang segala aspek yang berkaitan dengan aktifitas usaha
pada kapal pelayaran rakyat, yang meliputi struktur organisasi kerja, bentuk pengelolaan
pelayaran serta sistem pengetahuan yang dimiliki.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan
menekankan pada teknik pengumpulan data menggunakan observasi pastisipasi serta
indepth interview.
Hasil penelitian menunjukan bahwa, kapal pelayaran rakyat memiliki struktur
organisasi kerja yang di antaranya ialah nahkoda sebagai pemimpin dan pengemudi utama
di atas kapal, kepala kamar mesin sebagai status kerja yang berfungsi sebagai pengawas
atas mesin kapal dan mesin lainnya serta pemimpin bagi kedua oliman, jurumudi sebagai
status kerja yang berfungsi sebagai pembantu nahkoda untuk mengemudikan kapal, oliman
sebagai status kerja yang berfungsi sebagai pembantu kepala kamar mesin untuk
mengawasi dan memperbaiki mesin utama dan mesin lainnya, serta juru masak yang
sebagai status kerja yang berfungsi sebagai penyedia makanan bagi seluruh awak kapal.
Secara sederhana, setiap status kerja memilki peran dan tanggung jawab yang bersifat
individu yang berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan, namun meskipun demikian
berkerja secara kolektif merupakan hal yang paling utama dalam pengelolaan pada setiap
pelayaran yang dilakuakan.
Penggunaan bentuk pengetahuan dan kepercayaan yang bersifat pengehuan lokal,
juga dimamfaatkan oleh awak kapal pada setiap aktifitas pelayaran yang akan dilakukan,
semisal pengetahuan dan kepercayaan yang digunakan sebelum berangat menuju ke kapal
yang disebut dengan jawa sogko serta penentuan hari baik pada saat akan memulai
pelayaran yang disebut dengan panguju.
Kata Kunci : Pelayaran Rakyat, Organisasi Kerja, Pengelolaan, Pengetahuan Dan
Kepercayaan
iv
ABSTRACT
E51111102. ARI SURIANSYAH B. Ethnographic Study Of People's Voyage In Bonerate Village,
Kec. Pasimaranu, Kab. Kep. Selayar. Guided By Prof. Dr. Mahmud Tang, Ma And Dr. Munsi Lampe, Ma.
This study is aims to examines all aspects related to business activities on the ship of people’s voyage, which is includes the organizational structure of work, the form of voyaging management and the knowledge systems. The method of this study is qualitative method, with emphasis on using participant observation and in-depth interviews as data collection techniques. The result shows that people’s voyage has a working organizational structure, consist of the Captain as the leader and the main driver on the ship, the head of the engine room with working status as a supervisor of ship engines and other machines, as well as the leader for both ‘oliman’, ‘jurumudi’ with working status as Captain’s assistant/helper to drive the ship, oliman with working status as the head of engine room’s assistant/helper that serves as supervise and repair the main engine and other machinery, as well as the chef with working status as food provider for the whole ship’s crew. Simply, every work status has an individual roles and responsibilities related to their work, but nevertheless, working collectively is the most important thing in the management of any voyages. The use of local knowledge and beliefs is also utilized by the ship’s crew on every voyage’s activity, such as the knowledge and beliefs used before going to the ship called ‘songko jawa’, and determination of the good day to begin the voyaging is called ‘panguju’ Keywords: people’s voyage, work organization, management, knowledge and beliefs
V
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas berkat rahmat dan
hidayah Allah SWT penyusunan skripsi dengan judul “Studi Etnografi
Pelayaran Rakyat di Desa Bonerate, Kec. Pasimrannu, Kab. Kep. Selayar”
dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Adapun Penulisan skripsi ini
diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pada
Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik, Universitas
Hasanuddin.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan
skripsi, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran serta kritik
dari berbagai pihak yang dapat membangun, Terwujudnya skripsi ini tidak
lepas dari partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Ibu dan Bapak, H. Begurdi dan Dra. Hj. Suri Rahmadaiah, MM.Pd
selaku orang tua yang telah membesarkan penulis dengan sangat
tulus serta tak henti-hentinya memberikan dukungan, doa, nasehat,
dan motivasi hingga sampai detik ini penulis tetap ingin dan
bersemangat dalam menyelesaikan studi.
2. Nenek tercinta, Hj. Anika yang selalu memberikan nasehat agar
dapat menyelesaikan studi.
3. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA, selaku rektor Universitas
Hasanuddin.
VI
4. Prof. Dr. Andi Alimuddin Unde, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar beserta
seluruh staff yang telah memberikan pelayanan birokrasi fakultas
selama saya berkuliah di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.
5. Prof. Dr. Supriadi Hamdat, MA selaku Ketua Departemen
Antropologi Program Studi S1 Universitas Hasanuddin yang melalui
kritikan-kritikan beliau membantu penulis menyadari kelemahan
dan kekurangan yang ada.
6. Prof. Dr. Mahmud Tang, MA dan Dr. Munsi Lampe, MA selaku
Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak memberikan
arahan serta nasehat dalam selama proses penelitian dilakukan.
7. Kepada seluruh dosen-dosen penguji atas kritik dan sarannya,
Prof. Dr. Supriadi Hamdat, MA, Prof. DR. H. Hamka Naping. MA,
dan Muhammad Neil,S.Sos.,M.Si
8. Seluruh Dosen Jurusan Antropologi yang telah memberikan ilmu
dengan tulus dan ikhlas. Terkhusus kepada Dr. Munsi Lampe, MA,
Dr. Muh Basir Said, MA, Prof. Dr. Yamin Sani, MS, Prof. Dr. H.
Hamka Naping, MA, Dr. Tasrifin Tahara, M.Si, Muhammad Neil,
S.Sos, M.Si, Dr. Safriadi, M.Si, Ahmad Ismail, S.Sos, M.Si, Icha
Musyawirah Hamka, S.Sos, M.Si, Prof. Dr. Pawennari Hijjang, MA,
Dr. Ansar Arifin, M.S, Hardianti Munsi, S.Sos, M.Si, Dr. Yahya, MA,
Prof. Dr. Nurul Ilmi Idrus, Ph.D, dan Dra. Hj. Nurhadelia. F. L, M.Si
VII
9. Seluruh pegawai Departemen Atropologi Unhas M. Idris, S.Sos,
Satima, S.Sos serta Muh. Yunus.
10. Bpk. Hasan, Ka’ Taema, Bpk. Amiruddin, Bpk. Hasan Sam, Bpk.
Dae’, ka’ mawan serta seluruh informan yang telah memberikan
nasehat, pengalaman serta pemeberlajaran selama penelitian di
lakukan.
11. Bpk. H. Risal dan ibu Hj. Darawati selaku pemilik kapal KLM.
Bonerate Jaya yang telah mengizinkan penulis untuk ikut berlayar
bersama dengan ABK lainnya.
12. Ibu leni beserta keluarga selaku pemilik rumah selama penulis
berada di lokasi penelitian.
13. Seluruh mahasiswa Jurusan Antropologi angkatan 2011 yang telah
mendukung dan memberikan bantuan selama saya berkuliah.
14. Seluruh adik-adik mahasiswa jurusan antropologi angkatan 2012,
2013. 2014, 2015 dan 2016 yang terkhusus kepada Imam, Budi,
Bobe’, Diman, Maslih, Ardi dan Bayu yang selalu memberika
motifasi agar dapat mnyelesaikan studi.
15. Seluruh Alumni Antropologi terkhusus kepada ka’ Fadli Prijan, Kak
Andi ikbal, Kak roni, Kak Ramlan, dan kak ucup yang telah
memberikan kritik dan saran selama proses penulisan dilakukan.
16. Ka Atto’ selaku Kordinator LSI cabang Indonesia Timur yang telah
memberikan banyak projek survey sehingga hasil materil yang
VIII
diperoleh dapat menjadi bantuan akomodasi selama penulis berada
di lokasi penelitian.
17. Alumni Fisip Unhas yang terkhusus kepada , Ka Ulla, Ka Aco’ Ka’
Ono’, serta Ka Dayat, yang terus memberikan motifasi agar segera
menyelesaikan studi.
18. Sahabat-sahabat MAN 2 Mamul, Akmal, Hardal, Endar, dan Tula’
yang telah memberikan dukungan hingga saat ini.
seluruh pihak yang ikut membantu, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah membalas
kebaikan-kebaikan mereka dengan setimpal. Amin.
Makassar, 27 Februari 2018
Ari Suriansyah B
IX
DAFTAR ISI
Hal
Sampul ..................................................................................................
Halaman pengesahan ......................................................................... i
Halaman Penerimaan ......................................................................... ii
Abstrak .............................................................................................. iii
Abstrack ............................................................................................ iv
Kata pengantar ................................................................................... v
Daftar isi ............................................................................................ ix
Daftar tabel ....................................................................................... xii
Daftar gambar .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan masalah .......................................................................... 7
C. Tujuan penelitian ............................................................................ 8
D. Mamfaat penelitian ......................................................................... 8
E. Metode penelitian ........................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. konsep pelayaran rakyat.............................................................. 35
B. Peran pelayaran rakyat di indonesia ........................................... 35
C. Organisasi sosial ......................................................................... 36
D. Pasal Terkait Pelayaran Dan Perdagangan
Dalam Ammanagappa ................................................................. 42
E. Pengetahuan navigasi tradisional pelayaran bugis ...................... 51
F. Hasil Penelitian terdahulu pada kapal pelra ................................ 52
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak geografis dan keadaan alam .............................................. 57
B. Aspek sosial demografi ............................................................... 58
C. Mata pencaharian ........................................................................ 62
D. Prasarana dan Sarana ............................................................... 77
X
E. Jalur pelayaran rakyat ................................................................. 80
F. Pelra dalam peraturan pemerintah .............................................. 83
G. Kesenian dan kegiatan adat ........................................................ 85
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Tentang Struktur Organisasi Keja Pada Kapal
Pelra ............................................................................................ 89
A.1 Nahkoda ...................................................................................... 92
A.2 Anak Buah Kapal ....................................................................... 106
a. Kepala Kamar mesin ............................................................. 107
b. Jurumudi ................................................................................ 116
c. Oliman ................................................................................... 125
d. Jurumasak ............................................................................. 132
B. Pengelolaan Usaha Dalam Pelayaran ....................................... 140
B.1 Mendapatkan Kapal ................................................................... 140
B.2 Perekrutan ABK ......................................................................... 146
B.3 Modal Awal ................................................................................ 151
B.4 Mendapatkan Muatan Diawal Pelayaran ................................... 153
B.5 Jenis Dan Tarif Muatan Kapal ................................................... 156
B.6 Jasa Angkut Kaisar .................................................................... 166
B.7 Jaminan Keselamatan Muatan .................................................. 175
B.8 Pengelolaan Keuangan Pada Dua Jenis Musim
Pelayaran ......................................................................................... 178
C. Pengelolaan Dalam Pelayaran .................................................. 187
C.1 Pengaturan Muatan ................................................................... 187
a. Jenis Muatan Untuk Palka Depan ......................................... 188
b. Jenis Muatan Untuk Palka Induk ........................................... 189
c. Jenis Muatan Untuk Palka Belakang ..................................... 190
d. Jenis Muatan Untuk Ruang Lainnya ..................................... 191
C.2. Pelayaran Saat Musim Barat ................................................... 194
a. Persiapan Pelayaran ............................................................. 194
b. Tempat Berlabuh ................................................................... 195
c. Pengelolaan Dan Aturan Syahbandar Untuk
Pelayaran Di Musim Barat ..................................................... 197
D. Pengetahuan Dan Kepercayaan Dalam Pelayaran ................... 202
D.1 Sistem Pengetahuan Navigasi Dalam Pelayaran ...................... 202
a. Cara Mengemudikan Kapal ................................................... 202
b. Penanda Dan Rambu Dalam Pelayaran ............................... 205
D.2 Sistem Kepercayaan Dalam Pelayaran ..................................... 215
XI
a. Panguju Dan Jaa Songko Serta Tahapan
Penggunaanya ...................................................................... 216
b. Menyalakan Mesin Dan Tahapan Penggunaanya ................. 220
c. Lafalan Untuk Cuaca Buruk Dan Tahapan
Penggunaanya ...................................................................... 221
d. Lafalan Lainnya (Menarik Dan Menurunkan Jangkar
Serta Bertemu Hantu Laut) Dan Tahapan
Pengggunaanya .................................................................... 223
e. Lafalan Untuk Menghindari Laso Anging Serta
Tahapan Penggunaanya ....................................................... 226
f. Panguju Untuk Penentuan Hari Baik Serta Tahapan
Penggunaanya ...................................................................... 227
D.3 Analisis Hasil Pembahasan Skripsi ....................................... 230
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 238
B. Saran ......................................................................................... 240
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 242
xii
Daftar Tabel
Tabel 3.1Data Kependudukan Desa Bonerate ...............................................................59
Tabel 3.2 Jenis Nelayan Pancing .....................................................................................63
Tabel 3.3 Jenis Nelayan Jaring .........................................................................................64
Tabel 3.4 Jenis Nelayan Penyelam ..................................................................................66
Tabel 3.5 Jenis Hasil Tangkapan Nelayan ......................................................................69
Tabel 3.6 Fasilitas Gedung Sekolah ................................................................................78
Tabel 4.1 Informasi Umum Kapal Pelra Rute Pelayaran P. Bonerate-P. Selayar 147
Tabel 4.2 Jenis Barang Campuran Dengan Tarif Biaya Tiga Persen ...................... 159
Tabel 4.3 Jenis Muatan Dasar Dengan Tarif Bersifat Satuan ................................... 161
Tabel 4.4 Jenis Muatan Dasar Yang Mengalami Kenaikan Tarif ............................. 163
Tabel 4.5 Jenis Tarif Muatan Kiriman .......................................................................... 164
Tabel 4.6 Pencatatan Keberangkatan Dan Kedatangan Kapal Pelra ..................... 165
Tabel 4.7 Jenis Barang Dengan Tarif Rp.15.000/Kaisar ........................................... 169
Tabel 4.8 Jenis Barang Dan Tarif Untuk Pengantaran Menuju Desa
Majapahit, Bonerate Dan Desa Lamantu................................................... 172
Tabel 4.9 Jenis Barang Dan Tarif Untuk Pengantaran Menuju Desa Limbo ......... 172
Tabel 4.10 Jenis Barang Dan Tarif Untuk Pengantaran Menuju Desa Bonea....... 173
Tabel 4.11 Jenis Barang Dan Tarif Untuk Pengantaran Menuju Desa Sambali.... 173
xiii
Daftar Gambar
Gambar 3.1 Peta Kecamatan Pasimarannu....................................................................58
Gambar 3.2 Jalur Pelayaran Rakyat Di Provinsi Sulawesi Selatan ............................82
Gambar 4.1 Gambar Bagan Struktur Organisasi Kapal Pelra .....................................106
Gambar 4.2 Contoh Daftar Nota Barang Milik Pemesan Muatan ................................158
Gambar 4.3 Pola Pembagian Hasil Usaha......................................................................186
Gambar 4.4 Pulau Kaju Adi Yang Dijadikan Sebagai Penandasaat
Akan Mengubah Haluan..............................................................................206
Gambar 4.5 Ilustrasi Dua Buah Kapal Yang Saling Berpapasan Saat
Bertemu Di Tengah Lautan ...........................................................................209
Gambar 4.6 Ilustrasi Jalur Pelayaran Yang Menggunakan Lampu Penuntun ...........210
Gambar 4.7 Penanda Dalam Bentuk Lambaian Jari Tangan .......................................212
Gambar 4.8 Dokumentasi Pemberian Penanda Berupa Lambaian Jari
Tangan Oleh Jurumudi 1 Kepada Nahkdoda Saat Kapal Berada
Di Daerah Padang .........................................................................................213
Gambar 4.9 Contoh Panguju Yang Digunakan Untuk Menetukan
Hari Baik Dan Buruk.......................................................................................228
1 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Transportasi laut merupakan alat atau sarana yang menggunakan
wilayah perairan sebagai jalur pelayaran, serta digunakan untuk
mengangkut berbagai macam muatan seperti barang, penumpang dan
ternak dari satu pulau ke pulau lainnya. Transportasi laut juga sebagai
penghubung interaksi sosial, ekonomi, dan budaya dari satu masyarakat
pulau ke pulau lainnya, seingga pertukaran informasi berupa teknologi,
pengetahuan dan sebagainya dapat terjadi melalui pola interaksi yang
terbangun. Selain sebagai sarana dalam aktiiftas penyebrangan dan
pelayaran, transportasi laut juga memegang peranan penting bagi
perekonomian Indonesia dalam kaitan dengan kegiatan ekspor-impor
yang diangkut menggunakan jenis usaha transportasi laut.
Kegiatan ekspor-impor yang menggunakan jasa transportasi laut
umumnya hanya dilakukan oleh kapal-kapal besar. Hal tersebut ditunjang
karena telah memiliki fasilitas berupa infrastruktur pelabuhan yang
memadai. Adapun daerah kepulauan dan pesisir yang secara geografis
sulit untuk diakses oleh kapal-kapal modern seperti kapal PELNI, kapal
tanker, kapal feri, dan kapal kargo, akan sangat berdampak pada kegiatan
mobilisasi khusunya barang dan penumpang. Berbeda dengan kapal
pelayaran rakyat yang merupakan sebagai sarana transportasi laut yang
secara teknologi masih bersifat semi modern yang kemudian dapat
2 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
menunjang atau menutupi kelemahan dari kapal-kapal modern tersebut,
melalui rute/trayek yang dapat menjangkau daerah kepulauan dan pesisir
terisolir sekalipun.
Pelayaran rakyat merupakan kegiatan angkutan laut yang
diusahakan oleh golongan ekonomi menengah kebawah, sebagai
sarananya digunakan kapal kayu yang umumnya dibuat dengan teknologi
semi modern, jangkauan oprasi dan kemampuan teknisnya relatif
terbatas. Kapal pelayaran rakyat (Pelra) adalah sebagai salah satu
subsistem angkutan laut yang dikelola oleh masyarakat secara sederhana
yang digunakan untuk mengangkut muatan baik barang maupun
penumpang dari pedalaman yang tidak terjangkau oleh kapal besar,
menggunakan perahu tradisional yang memakai layar, yang saat ini telah
dilengkapi dengan tambahan motor (Jinca, hal:2).
Peran pelayaran rakyat dalam aktifitas jasa angkut telah banyak
memberikan kontribusi bagi penyeberangan berbagai macam muatan
seperti kebutuhan pokok, jenis komoditi, dan penumpang ke berbagai
macam daerah kepulauan dan pesisir yang memiliki infrastruktur
pembangunan yang kurang memadai. Sehingga dengan demikian,
keberadaan kapal pelayaran rakyat memberikan pengaruh yang besar
dalam hal penyelenggaraan transportasi laut yang bersifat semi modern.
Pada umumnya perusahaan pelayaran rakyat identik dengan kapal kayu
tradisional yang dioperasikan oleh pelaut dari golongan masyarakat
pesisir dan pulau dengan manajemen sederhana.
3 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Berdasarkan Undang-Undang nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran (pasal 15 ayat 1 dan 2), kegiatan angkutan laut pelayaran
rakyat sebagai usaha masyarakat yang bersifat tradisional dan merupakan
bagian dari usaha angkutan di perairan yang mempunyai karasteristik
tersendiri (Sembiring, 2009). Sehingga manajemen dan pengeloaan pada
kapal pelayaran rakyat masih bersifat sederhana dalam pelaksanaan
pelayarannya. Meskipun demikian, kapal pelayaran rakyat tetap memiliki
struktur dalam organisasi kerja dan pranata yang berlaku serta dipegang
teguh oleh masing-masing anggota.
Pada umumnya jasa transportasi laut berupa kapal-kapal modern
telah memiliki organisasi kerja yang menunjang mereka dalam pembagian
tugas kepelayaran. Organisasi kerja juga terdapat pada jasa transportasi
laut kapal pelayaran rakyat, yang berfungsi sebagai pelaksana pelayaran.
Dalam struktur sederhana pada organisasi kerja kapal pelayaran rakyat
terdiri dari beberapa komponen-komponen yang saling
berkesinambungan, seperti nahkoda, komprador, kepala kamar mesin dan
lain-lain. Seluruh komponen tersebut berperan sesuai fungsi dan tugas
mereka masing-masing dalam setiap penyelenggaraan pelayaran.
Fakta dilapangan yang secara umum ditemukan penulis dari hasil
obeservasi di Pelabuhan Paotere, Kota Makassar, menunjukan bahwa
kapal pelayaran rakyat umumnya datang dari berbagai daerah seperti
Pulau Kalimantan, Pelabuhan Bajoe Kab. Bone serta Pulau Bonerate,
Kab. Kep. Selayar. Keberadaan mereka di Pelabuhan Paotere Kota
4 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Makassar sebagai tempat untuk mengambil berbagai jenis muatan dan
komoditi (muatan dasar dan muatan campuran) yang kemudian akan
diantarkan ke berbagai daerah tujuan. Keberadaan kapal pelayaran rakyat
sebagai penyelenggara pelayaran hanya sebagai perantara atau
penghubung pada proses usaha pengantaran barang dan jasa ke pulau-
pulau terpencil dan terisolir yang secara teknis tidak dapat dijangkau oleh
kapal-kapal besar dan modern.
Keberadaan kapal pelayaran rakyat yang sebagai perantara atau
penghubung untuk pengantaran barang dan jasa, menyebabkan pemilik
kapal pelayaran rakyat sangat bergantung pada perusahaan ekspedisi
yang berbasis pelayaran. Seperti fakta lapangan yang penulis temukan di
Pelabuhan Paotere Kota Makassar, bahwa pemilik kapal/kapten kapal
sebelumnya telah di hubungi oleh pihak perusahaan ekspedisi yang
berada di kota Makassar, barulah setelah menemui kesepakatan, pemilik
kapal/kapten kapal akan berangkat menuju ke kota Makassar untuk
mengambil barang dan jenis komoditi, yang kemudian akan di antarkan
menuju daerah-daerah tujuan.
Dalam manajemen pengantaran muatan dan jenis komoditi menuju
daerah-daerah tujuan, komponen struktur sederhana yang terdapat pada
organisasi kerja kapal pelayaran rakyat akan melaksanakan tugas
berdasarkan peran masing-masing, agar keselamatan barang dan seluruh
anggota tim dapat sampai dengan selamat di daerah tujuan. Pembagian
tugas secara individu ataupun bekerja secara kolektif, merupakan
5 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
rangkaian aktiiftas yang berlangsung dalam setiap pelayaran yang
dilakukan.
Pembagian kerja yang secara umum penulis temukan dari hasil
obeservasi, menjelaskan bahwa, pihak perusahaan ekspedisi pelayaran
berfungsi sebagai agen jasa pengantaran barang sebelum diturunkan ke
pihak kapal pelayaran rakyat. Pihak perusahaan mencari dan kemudian
membeli barang atau jenis komoditi yang dipesan oleh satu perusahaan
ataupun perseorangan dalam hal ini pemilik modal dari daerah-daerah
tertentu. Barulah kemudian jika terdapat kesepakatan dari pihak
perusahaan dan pihak pemesan barang, kapal pelayaran rakyat
memainkan fungsinya sebagai pihak agen kedua yang selanjutnya akan
mengantarkan barang ke daerah-daerah tujuan. Namun sebelumnya,
negosiasi kembali dilakukan oleh pihak perusahaan dan pihak kapal
pelayaran rakyat, negosiasi dilakukan agar di temui kesepakatan-
kesepakatan, jika seandainya dalam proses pelayaran terdapat kendala-
kendala teknis.
Daerah-daerah tujuan yang jarak tempuhnya cukup jauh,
mengharuskan komponen struktur atau anggota tim yang terdapat pada
organisasi kerja kapal pelayaran rakyat harus berfungsi sesuai dengan
peran mereka masing-masing, agar barang dan jenis komoditi yang
diantarkan dapat sampai dengan aman dan selamat di daerah-daerah
tujuan. Seperti dalam hal ini, kapten kapal berfungsi sebagai pemimpin di
atas kapal, komprador, yang berfungsi sebagai pengawas dalam
6 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
pengaturan barang atau jenis komoditi (muatan dasar dan muatan
campuran), dapat dikatakan peran komprador sangat besar, karena
seorang komprador harus mengetahui tata letak suatu barang yang di atur
oleh anggotanya, agar dalam perjalanan dapat sampai dengan selamat.
Komponen yang selanjutnya ialah kepala kamar mesin, komponen ini
berfungsi mengawasi dan mengatur jika terdapat kendala-kendala teknis
pada mesin dalam perjalanan pelayaran menuju daerah-daerah tujuan.
Secara sederhana organisasi kerja yang terdapat pada kapal
pelayaran rakyat memiliki struktur kerja yang bersifat kompleks dan terdiri
dari beberapa komponen-komponen yang kemudian menjalankan fungsi
dan tanggung jawabnya masing-masing. Fungsi dan tanggung jawab pada
setiap komponen struktur pada organisasi kapal pelayaran rakyat
berperan sebagai penyelenggara pelayaran. Sehingga kendala-kendala
teknis selama berlayar, seperti mesun yang macet, naiknya air ombak ke
atas kapal, dan lain sebagainya dapat teratasi dari masing-masing
pembagian tugas yang dilakukan.
Data awal yang penulis temukan di lapangan merupakan acuan
untuk selanjutnya dilakukan pengkajian lebih lanjut yang bersifat penelitian
ilmiah. Sehingga kemudian dirasa penting untuk mengetahui dan
mendeskripsikan tentang bagaimana struktur organisasi kerja pada kapal
pelayaran rakyat, bagaimana bentuk pengelolaan kegiatan dalam
pelayaran, dan bagaimana sistem pengetahuan dan kepercayaan dalam
pelayaran pada kapal pelayaran rakyat.
7 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Menyikapi kompleksitas proses usaha jasa yang terdapat pada kapal
pelayaran rakyat, sehingga penulis menegajukan satu topik penelitian
yang berjudul “Studi Etnografi Pelayaran Rakyat di Desa Bonerate, Kec.
Pasimaranu, Kab. Kep. Selayar”. Pemilihan topik dan judul penelitian yang
penulis ajukan, merupakan hasil dari obeservasi awal yang dilakukan di
Pelabuhan Paotere, kota Makassar selama 3 hari, dan ditemukan
beberapa fakta-fakta dilapangan terkait dengan proses kerja usaha yang
terdapat pada organisasi kerja kapal pelayaran rakyat. Berdasar dari
beberapa uraian di atas, penulis tergerak untuk melakukan suatu
penelitian dalam rangka penulisan skripsi mengenai proses-proses kerja
yang terdapat pada organisai kerja kapal pelayaran rakyat.
B. Rumusan Masalah
Masalah pokok yang akan dikaji pada penelitian, “Studi Etnografi
Pelayaran Rakyat di Desa Bonerate, Kec. Pasimaranu, Kab. Kep.
Selayar”, Selanjutnya akan diperinci kedalam beberapa rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana struktur organisasi kerja pada kapal pelayaran rakyat ?
2. Bagaimana bentuk pengelolaan atau manajemen dalam pelayaran ?
3. Bagaimana sistem pengetahuan dan kepercayaan yang digunakan
dalam pelayaran ?
8 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
C. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan fokus pada masalah penelitian, maka adapun
tujuan dari penelitian ini, ialah sebagai berikut ;
1. Menggambarkan struktur organisasi kerja pada kapal pelayaran rakyat.
2. Menggambarkan tentang pengelolaan kegiatan dalam pelayaran pada
kapal pelayaran rakyat.
3. Menganalisis fungsi pengetahuan dan kepercayaan dalam melakukan
pelayaran pada kapal pelayaran rakyat.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini, ialah sebagai berikut ;
1) Mamfaat akademik
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan yang bersfat data etnografi bagi dunia pendidikan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan data tentang isu
atau potensi dan hambatan-hambatan dalam ekonomi pelayaran
rakyat.
2) Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi yang
berguna sebagai penentu arah kebijakan Pemerintah Daerah, Provinsi,
ataupun Pusat, dalam perumusan kebijakan yang sifatnya top down yang
mengarah kepada kebijakan-kebijakan yang terkait dengan masyarakat
pesisir dan kepulauan.
9 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
E. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dapat
diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati dari orang-orang yang diteliti (Bogdan dan Taylor, dalam Moleong,
2011: 4). Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode penulisan
etnografi, yang bertujuan menjelaskan dan mendeskripsikan; bagaimana
pembagian kerja pada organisasi kapal pelayaran rakyat, bagaimana
proses pengaturan barang/jenis komoditi pada kapal pelayaran rakyat,
bagaimana proses pendistribusian barang pada kapal pelayaran rakyat,
sehingga dibutuhkan beberapa teknik pengumpulan data, agar penelitian
yang dilakukan dapat memperoleh data yang penulis butuhkan. Peneliti
memilih menggunakan pendekatan kualtitatif agar dapat mengurai fakta-
fakta yang terjadi secara alamiah dengan menggambarkan secara rinci
semua aktifitas yang terjadi pada kapal pelayaran rakyat.
E.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive yakni, di
Desa Bonerate, Kec. Pasimaranu, Kab.Kepulauan Selayar. Lokasi
penelitian merupakan sebuah daerah kepuluan yang bernama Pulau
Bonerate, dan termasuk salah satu kepulauan dari Kab. Selayar.
Beberapa jalur utama dan alternatif dapat digunakan untuk menjangkau
Pulau Bonertae, salah satunya ialah menggunakan kendaraan darat
10 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
berupa bus, mini bus, atau sepeda motor dari kota makassar menuju
Pelabuhan Bira, Kab. Bulukumba dengan jarak tempuh sejauh 185 km.
Perjalanan kembali dilanjutkan untuk melakukan penyebrangan ke
Pelabuhan Pamatata‟, Kab. Selayar dengan menggunakan jasa
penyebrangan komersil berupa kapal Feri dengan waktu tempuh selama 3
jam. Adapun tarif penyebrangan ialah sebesar Rp. 50.000/ motor/orang,
Rp. 100.000/mini bus serta jika mengggunakan bus komersil, penumpang
tidak akan dikenakan biaya penyebrangan karena pihak bus telah
mengakumulasikan biaya bus dan penyebrangan sebesar Rp. 150.000
yang dibayarkan saat bus berangkat dari Kota Makassar. .
Jasa penyebrangan kapal Feri menuju Pelabuhan Pamatata‟, Kab.
Selayar hanya melayani penyebrangan sebanyak 2 kali dalam sehari,
yakni pada pukul 08.00 wita dan 14.00 wita. Saat kapal telah tiba di
Pelabuhan Pamatata‟, maka perjalanan kembali dilanjutkan menuju
Pelabuhan Benteng, untuk kembali melakukan penyebrangan menuju
Pulau Bonerate meggunakan kapal layar motor berjenis kayu dengan
jarak tempuh sejauh 90 Mil serta tarif penyebrangan sebesar Rp.
100.000/orang dan Rp.100.000/motor jika membawa kendaraan berupa
sepeda motor. Adapun jalur alternaif lainnya yaitu menggunakan kapal
perintis bermana Sabuk Nusantara 50 dengan rute Pelabuhan Soekarno-
Hatta, Makassar-Pelabuhan Bonerate, dengan tarif penyebrangan
sebesar Rp. 30.000/orang serta waktu tempuh selama 5 hari 4 malam.
11 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Faktor utama dari dipilihnya Pulau Bonerate sebagai lokasi
penelitian, disebabkan karena daerah tersebut merupakan pusat atau
sentra dari kapal pelayaran rakyat, sehingga hal tersebut sangat
mendukung dengan topik penelitian penulis. Adapun penelitian ini mulai di
lakukan pada tanggal 4 Oktober sampai dengan 27 November 2016.
E.2 Teknik Penentuan Informan
Pada penelitian ini, pemilihan informan dilakukan dengan cara
sengaja, yang artinya ialah informan telah ditentukan sesuai persyaratan
(karasteristik, ciri, kriteria) dengan pertimbangan tertentu. Sehingga data
yang diperoleh lebih representatif. Pada tahap ini, peneliti menentukan
secara sengaja informan yang akan diteliti, dengan kriteria-kriteria sebagai
berikut.
Nahkoda, kepala kamar mesin, jurumudi, oliman, jurumasak TKBM
(Tenaga Kerja Bongkar Muat), pemiliki kapal, Pemilik toko dan atau
pemesan muatan. Adapun kriteria yang dimaksud ialah seperti;
berpengalaman atau telah cukup lama (minimal 2 tahun) menjadi anggota
tim (nahkoda, kepala kamar mesin, jurumudi, oliman, dan jurumasak)
pada pelayaran rakyat, telah melakukan pelayaran pengantaran barang
minimal dua kali, serta memiliki armada kapal pelayaran rakyat.
Penetapan kriteria pada informan dilakukan agar penelitan yang dilakukan
dapat memperoleh data yang diinginkan oleh peneliti.
12 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
E.3 Sumber Data
Data primer merupakan data yang bersumber atau diperoleh melalui
proses pengamatan langsung dan wawanca. Pengumpulan data primer
dilakukan melalui dua cara yaitu melalui metode observasi partisipasi dan
metode wawancara mendalam (indept interview). Adapun pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, yaitu pedoman wawancara yang
dapat membantu ketika melakukan wawancara secara langsung dalam
hal ini in depth interview terhadap informan.
Data Sekunder merupakan data pendukung yang bersifat kuantitaif
dan diperoleh dari beberapa instansi pemerintahan seperti kantor Desa
Bonerate dan kantor syahbandar Pelabuhan Pulau Bonerate. Data
sekunder juga dapat diperoleh dari catatan atau dokumen yang berkaitan
dengan penelitian dari sumber terkait. Selain itu, sumber data juga di
peroleh dari catatan atau dokumen pribadi yang dimiliki oleh informan.
E.4 Tahapan Penelitian
Tahapan dalam penelitian merupakan serangkaian perencanaan
yang diatur oleh peneliti saat akan memulai penelitian. Adapun
perencanaan untuk tahapan penelitian yang akan dilakukan ialah sebagai
berikut;
a) Tahap Persiapan Penelitian
Pertama, peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun
berdasarkan hasil observasi. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-
pertanyaan mendasar yang nantinya akan berkembang dalam
13 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
wawancara. Pembuatan pedoman wawancara dilakukan bersama dengan
dosen pebimbing agar mendapat saran terkait dengan point pertanyaan
yang akan di ajukan kepada informan. Setelah mendapat saran dan
koreksi dari pembimbing, peneliti kemudian mempersiapkan diri untuk
turun ke lokasi penelitan untuk segera melakukan proses wawancara.
Peneliti selanjutnya mencari informan yang sesuai dengan karakteristik
subjek penelitian. Sebelum memulai wawancara, peneliti akan
mengajukan pertanyaan kepada calon informan tentang kesiapan untuk
memulai wawancara serta menjelaskan maksud dan tujuan dari
dilakukannya penelitian tersebut. Setelah informan bersedia untuk
diwawancarai, peneliti akan membuat kesepakatan dengan informan
mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara.
b) Tahap pelaksanaan penelitian
Peneliti yang telah bertemu dengan informan, akan kembali
menjelaskan maksud dan tujuan dari dilakukannya penelitian tersebut,
serta menanyakan kesediaanya untuk melakukan perekaman suara saat
proses wawancara dilakukan. Setalah proses wawancara dilakukan, maka
peneliti akan memindahakan file hasil rekaman wawancara ke dalam
laptop untuk kemudian ditranskrip dalam bentuk point percakapan.
Selanjutnya peneliti akan melakukan analisis data, serta merefleksikan
seluruh data agar dapat mengevaluasi proses wawancara yang telah
dilakukan.
14 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
E.5 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini diperlukan beberapa teknik pengumpulan data,
agar peneliti dapat memperoleh data yang akurat serta berkaitan dengan
topik penelitian. Adapun beberapa teknik pengumpulan data dalam
seluruh tahapan penelitian ialah sebagai beriku;
a) Pengumpulan Bahan Dokumen dan Data Sekunder
Pengumpulan bahan dokumen dan data sekunder adalah teknik
pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku,
literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang berkaitan dengan
topik penelitian yang penulis teliti. Pengumpulan bahan dokumen dan data
sekunder diperlukan agar dapat diperoleh data pembanding atau
memperoleh gambaran mengenai topik yang akan diteliti serta
memperoleh informasi tentang aspek-aspek tertentu dari suatu masalah
yang telah pernah diteliti sebelumnya.
b) Observasi
Pengamatan dapat memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
mengamati secara lansung serangkaian aktifitas yang sedang terjadi,
sehingga peneliti dapat memperoleh data mengenai kejadian sebenarnya.
Observasi juga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya bias informasi
yang diberikan oleh informan melalui wawanca ra.
Pengamatan dilakukan dengan cara mengunjungi tempat-tempat
yang menjadi pusat aktifitas dari masyarakat yang berkecimpung pada
15 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
sektor pelayaran rakyat, seperti pelabuhan dan dermaga di Desa
Bonerate. Pengamatan dilakukan setiap hari pada pukul 7 pagi s/d 11
siang dan pukul 4 s/d 6 sore serta pada pukul 8 s/d 10 malam. Waktu
tersebut merupakan saat-saat aktifitas kerja mulai dilakukan oleh
masyarakat yang berada di pelabuhan. Adapun beberapa rangkain
aktifitas yang berlangsung pada pembagian waktu tersebut seperti saat di
pagi hingga siang hari mencakup aktifitas pembongkaran muatan,
persiapan pelayaran, dan pemberangkatan pelayaran, sedangkan pada
sore hari mencakup aktifitas pembongkaran muatan, perbaikan kapal,
pembersihan kapal, mengecek mesin dan menyiapkan persiapan berlayar,
serta pada malam hari mencakup aktifitas kedantangan kapal,
menurunkan muatan penumpang dan menjaga kapal.
Pengamatan dilakukan dalam dua tahap yakni pengamatan pasif
dan pengamatan partisipatif. Pengamatan pasif dilakukan saat pertama
kali penulis telah tiba di lokasi penelitian, dengan cara mengamati (melihat
dan mendengar) seluruh aktifitas yang terjadi seperti persiapan berlayar,
aktifitas bongkar muat, perbaikan kapal serta pemberangkatan saat akan
berlayar. Pengamatan pasif bertujuan dilakukan agar dapat mempelajari
segala tindakan dan pranata yang berlaku di tengah-tengah aktifitas yang
sedang berlangsung serta melakukan proses adaptasi antara penulis dan
masyarakat setempat ataupun antara masyarakat setempat dan penulis.
Pengamatan pasif juga bertujuan untuk mencari dan mencocokkan kriteria
calon informan yang akan dipilih saat akan melakukan proses wawancara.
16 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Adapun pengamatan partisipatif merupakan aktifitas pengamatan
yang dilakukan dengan terlibat aktif kedalam aktifitas yang sementara
berlangsung. Pengamatan aktif dilakukan saat telah mengetahui pola
tindakan dari aktifitas yang sebelumnya telah dipelajari oleh penulis saat
pengamatan pasif dilakukan. Pada pengamatan partisipatif, penulis terlibat
aktif dalam berbagai macam aktifitas seperti melakukan persiapan
berlayar, memuat dan membongkar muatan, membersihkan kapal,
menjaga kapal saat malam hari, mengantar muatan bersama dengan
sopir-sopir kaisar hingga mejadi ABK pada salah satu kapal pelayaran
rakyat yang terdapat di pulau bonerate..
Proses wawancara dengan informan juga dilakukan saat aktifitas
observasi sedang berlangsung. Topik-topik pertanyaan yang diberikan
kepada informan akan berkenaan dari serangkaian aktifitas yang sedang
berlangsung. Pada tahap ini penulis tidak menentukan jumlah pertanyaan
yang akan di ajukan kepada informan serta topik pertanyaan pun akan
berubah-ubah sesuai dengan aktifitas yang dilakukan oleh informan.
Seluruh informasi yang kemudian telah di peroleh, akan di catat dalam
buku catatan kecil, saat aktifitas istirahat telah dilakukan.
Selain terlibat penuh pada aktiitas pelayaran yang sedang
berlangsung, beberapa orang warga juga mengajak penulis untuk terlibat
aktif pada aktifitas-aktifitas lainya seperti memancing bersama, liburan
bersama dengan pemuda setempat, mengunjungi seluruh rangkaian pesta
tahunan hingga inisiatif pemuda desa yang menyelanggarakan acara
17 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
perpisahan saat penulis telah selesai melakukan penelitian. Pada tahap ini
penulis telah berhasil dan di anggap menjadi salah satu bahagian dari
kelompok mereka.
c) Wawancara Mendalam (In depth Interview)
Selain penggunaan teknik wawancara tak terstruktur, peneliti juga
menggunakan teknik wawancara mendalam atau in depth interview.
Dalam hal ini wawancara yang sifatnya terfokus, yang artinya ialah
pertanyaan-pertanyaan telah dirumuskan terlebih dahulu dalam sebuah
pedoman pertanyaan, dan informan diharapkan menjawab seluruh
pertanyaan yang telah dirumuskan.
Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara dengan informan
dengan berpegang pada pedoman wawancara yang sebelumnya telah
dibuat dari hasil obervasi partisipatif dan wawancara tak terstruktur. Hal ini
dimaksudkan agar informan dapat lebih terfokus dan dapat memberikan
data-data berkenaan dengan topic penelitian penulis. Wacancara
mendalam dilakukan dengan terlebih dahulu membuat janji temu dengan
informan, kemudian wawancara dilakukan sesuai dengan tempat dan
waktu yang telah di sepakati semisal di anjungan kapal, di rumah informan
ataupun di area pelabuhan.
d) Catatan Lapangan (Filed Note)
Catatan lapangan ialah catatan tertulis tentang apa yang didengar,
dilihat, dialami, dan difikirkan yang diperoleh selama proses penelitian.
Pada tahap ini, peneliti membuat catatan lapangan yang merupakan hasil
18 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
dari obervasi lapangan dan wawacara dengan informan selama penelitian.
Secara keseluruhan yang sifatnya berkaitan dengan topik penelitian
penulis. Catatan lapangan akan ditulis ataupun direkam mengggunakan
smartphone agar peneliti dapat melakukan refleksi data pada saat sedang
tidak melakukan teknik pengumpulan data dan juga sebagai penguat
ingatan saat proses pengolahan data dilakukan.
e. Alat Bantu Penelitian
Pada penelitian kualitatif diperlukan beberapa alat bantu penelitian,
agar dapat menujang peneliti saat proses pengumpulan data dilakukan,
adapun alat bantu penelitian sebagai berikut ;
1. Kamera
Kamera diperlukan agar dapat mendokumetasikan setiap kejadian
yang terjadi pada saat obervasi ataupun pada saat melakukan
wawancara. Selain itu dokumnetasi berupa foto dan video, juga sebagai
data tambahan yang berguna pada saat pengolahan data telah dilakukan.
2. Perekam suara atau Tape Recorder
Perekam suara atau tape recorder berguna sebagai perekam audio
saat sedang melangsungkan proses wawancara dengan informan.
Perekaman data wawancara dilakukan dengan berpedoman pada etika-
etika penelitian yang berlaku pada saat peneltian sedang berlansung.
19 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
E.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini merujuk yang
dijelaskan oleh Cresweell (2010) yakni menggunakan 6 langkah yaitu
a. Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Langkah ini
melibatkan transkrip wawancara, mengetik data lapangan, atau
memilah data berdasarkan sumber informasi.
b. Membaca keseluruhan data, pada tahapan ini peneliti juga menulis
catatan khusus mengenai gagasan-gagasan umum dari data yang
diperoleh.
c. pendeskripsian tema-tema yang telah dibuat beserta dengan
subtema-subtema, ilustrasi-ilsutrasi khusus, perspektif-perspektif,
kutipan-kutipan, dan penyajian visual berupa gambar atau tabel.
d. Mengeinterpretasi atau memaknai data. Dalam hal ini peneliti
menegaskan apakah hasil penelitiannya membenarkan ataukah
justru menyangkal informasi sebelumnnya. Interpretasi ini juga bisa
berupa pertanyaan-pertanyaan baru yang perlu dijawab atau
pertanyaan-pernyanyaan yang muncul dari data analisis, dan bukan
dari hasil ramalan peneliti.
E.7 Hambatan Penelitian
Hambatan atau kendala merupakan situasi yang sering ditemuai saat
proses pengumpulan data sedang berlangsung. Adapun hambatan utama
yang penulis temui selama berada di lokasi penelitian ialah penguasaan
bahasa bonerate yang menjadi bahasa utama dalam aktifitas interaksi
20 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
antar masyarakat. Hambatan lainnya selama penulis berada dilokasi
penelitian akan dijelaskan lebih lanjut dalam sub bab refleksi hasil
penelitian.
E.8 Refleksi Penelitian
Selama proses penelitian yang dilakukan, penulis memperoleh
banyak pengalaman selama berada di lokasi penelitian terkait dengan
kehidupan sosial budaya masyarakat setempat. Selain pengalaman yang
menjadi hadiah terbesar bagi pribadi penulis selama melakukan
penelitian, kendala dalam proses penelitian juga menjadi pengalaman
sekaligus tantangan dalam proses penelitian yang dilakukan. Terdapat
beberapa kendala dalam penelitian yang menurut hemat penulis menjadi
hambatan dalam seluruh rangkaian proses penelitian. Adapun beberapa
kendala dalam proses penelitian yang menjadi bahan refleksi pasca
melakukan penelitian akan di uraikan dalam point berikut;
a. Penguasaan Bahasa Asli Bonerate
Pengguasaan bahasa asli Pulau Bonerate merupakan kendala
utama penulis selama proses penelitian dilakukan. Bahasa yang
digunakan pada masyarakat Pulau Bonerate ialah, penggabungan kosa
kata yang berbahasa Makassar dan kosa kata yang berbahasa Buton.
Namun secara teknis, kosa kata yang berbahasa Buton lebih dominan
dalam aktifitas komunikasi antar masyarakat di Pulau Bonerate. Sebagai
contoh di kehidupan sehari-hari pada masyarakat Pulau Bonerate ialah
penyebutan kata buah mangga dengan bahasa makassar yang di sebut
21 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
dengan „taipa‟, dan penyebutan „ikan‟ dalam bahasa buton yang disebut
dengan „kenta‟. Secara teknis untuk penggunaan bahasa makassar dalam
aktifitas keseharian di Pulau Bonerate dapat dipahami oleh penulis,
namun untuk penggunaan bahasa Buton akan menjadi kelemahan bagi
pribadi penulis.
Sebagai contoh lainnya dalam kaitan pelaksanaan proses
wawancara ialah informan akan mengalami kesulitan dalam artian
terbatah-batah saat penulis melontarkan pertanyaan dalam bahasa
indonesia tidak baku. Menurut pemahaman penulis pada umumnya
informan telah terbiasa untuk menggunakan bahasa asli setempat dalam
aktifitas kesehariaanya, sehingga informan akan kesulitan/terbata-bata
saat menjawab pertanyaan dalam bentuk bahasa indonesia tidak baku.
Penerjemahan penulis terkait dengan kesulitan/terbatah-batah ialah saat
kondisi informan mengemukanan pendapat//jawaban atas pertanyaan
penelitian dan pendengar dalam artian si peneliti sendiri, mengalami
kesulitan dalam konteks memahami isi dari jawaban/pendapat dari
infoman tersebut.
Pada kondisi informan yang kesulitan/terbatah-batah serta penulis
yang kesulitan untuk memahami isi dari jawaban/pendapat dari informan,
maka penulis akan memberikan contoh kasus terkait dengan topik
pertanyaan ataupun memberikan arahan kepada informan untuk
mengulangi pendapat/jawaban yang sebelumnya telah dikemukakan.
Cara tersebut sebagai bentuk antisipasi penulis terhadap biasnya data
22 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
penelitian sehingga perolehan data akan tidak semaksimal dari yang
diharapkan. Selain langkah tersebut, penulis juga melakukan refleksi atas
data yang telah dikumpulkan selama proses wawancara dilakukan. Proses
refleksi data dilakukan oleh penulis saat di siang hari atau saat sedang
tidak melakukan proses pengumpulan data.
Refleksi data dilakukan dengan cara kembali memutar hasil rekaman
wawancara antara penulis dan informan, dan mencatat topik-topik yang
menurut penulis masih membutuhkan uraian lebih dari data informan
yang bersangkutan. Pembuatan topik-topik kecil saat pemuataran hasil
wawancara antara penulis dan informan, berguna sebagai pertanyaan
lanjutan saat proses wawancara kembali dilakukan dengan informan yang
bersangkutan. Selain itu proses mengantisipasi biasnya data, juga
dilakukan oleh penulis dengan cara mengkroscek topik-topik yang menjadi
catatan penulis saat hasil perekaman kembali diputar, dengan cara
melakukan observasi di pelabuhan utama saat aktifitas kepelayaran
sedang berlangsung. Mengkroscek data dengan cara mengobservasi
langsung, bertujuan untuk mencocokkan data yang diperoleh secara lisan
dari informan dengan aktifitas faktual yang sementara berlangsung. Selain
itu hasil obeservasi juga dapat menjadi topik-topik baru untuk membuat
pertanyaan dalam proses melakukan wawancara dengan informan.
b. Panguju, Data Yang Tidak Diperoleh Secara Maksimal
Seluruh data yang diperoleh merupakan hasil dari pelaksanaan
pegumpulan data yang dilakukan secara bertahap selama penulis berada
23 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
dilokasi penelitian. Meskipun demikian, sebagai penulis dan pelaku utama
dalam proses pengumpulan data merasa bahwa data yang diperoleh
belum bersifat maksimal. Sebagai contoh data yang menurut penulis
masih memiliki banyak kekurangan ialah data mengenai uraian terkait
dengan kepercayaan masyaakat Pulau Bonerate yang disebut dengan
Panguju yang digunakan untuk menentukan hari baik. Data penelitian
terkait dengan panguju, merupakan salah satu data yang termasuk
kedalam fokus penelitian penulis yang berkaitan dengan sistem
pengetahuan dan kepercayaan yang digunakan dalam pelayaran.
Data tentang panguju pertama kali dikemukakan oleh salah satu
warga Pulau benerate yang bernama Pak Yusran seorang nelayan,
sewaktu penulis sedang bersantai di sebuah bale bambu disiang hari.
Perkenalan penulis dengan panguju diawali dengan topik pembicaraan
Pak Yusran yang membahas tentang gerakan-gerakan shalat kemudian
penulis mengarahkan topik pembicaraan yang mengarah kepada
kepercayaan dalam melaut. Topik pembicaraan tersebut kemudian
dibahas secara umum berikut dengan contoh-contoh oleh Pak Yusran,
dan selama proses perbincangan penulis selalu mendengan dan
mencermati setiap topik pembahasan yang di kemukakan oleh Pak
Yusran. Salah satu topik percakapan yang sebelumnya tidak pernah
terdengan oleh penulis ialah istilah mengenai kepercayaan yang disebut
dengan Panguju.
24 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Mendengar isitilah tersebut, penulis pun menanyakan kembali terkait
dengan topik tersebut agar Pak Yusran dapat menjelaskan dan penulis
dapat memahaminya. Topik terkait dengan panguju secara umum banyak
membahas tentang penentuan hari-hari baik dalam memulai aktifitas atau
penyelenggaraan sebuah acara di sertai dengan simbol-simbol yang
disebutkan leh Pak Yusran. Penulis merasa memiliki ketertarikan dengan
topik tersebut, karena berkaitan dengan fokus penelitian yang dilakukan
oleh penulis. Di akhir percakapan pun, Pak Yusran berjanji akan
memperlihatkan panguju yang dimaksud yang dilengkap dengan simbol-
simbol dalam menentukan hari baik.
Di hari yang lain, penulis pun diperlihatkan selembar kertas oleh Pak
Yusran yang disebut dengan panguju disertai dengan simbol-imbol yang
sebelumnya tidak pernah terlihat oleh penulis. Melihat simbol-simbol yang
begitu banyak dalam selembar kertas, membuat penulis memiliki
pertanyaan yang banyak terkait dengan makna atas setiap simbol-simbol
tersebut. Dengan dipenuhi rasa penasaran yang begitu besar, penulis pun
mengkonfirmasi kepada Pak Yusran terkait dengan simbol-simbol
tersebut. Penjelasan yang dikemukakan oleh Pak Yusran terkait dengan
makan simbol masih bersifat umum, sehingga hal tersebut tidak
mengobati rasa penasaran penulis yang begitu besar. Panguju yang
dimiliki Pak Yusran, diperoleh dari Alm. Ayah sewaktu beliau masih hidup.
Sehingga dengan meninggalnya ayah dari Pak Yusran, maka
25 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
pemakanaan simbol atas panguju yang bersifat terperinci masih belum
diketahui oleh Pak Yusran hingga saat ini.
Ditengah keterbatasan yang dimiliki Pak yusran untuk memahami
makna simbol yang terdapat dalam panguju, beliau pun mengarahkan
penulis untuk bertemu dengan salah satu tokoh masyarakat yang memiliki
pengetahuan terkait makna atas simbol dalam panguju yang bernama
Bpk. H. Nuju‟. Di lain hari penulis bersama dengan Pak Yusran pun pergi
bersama mendatangi kediaman dari Bpk. H. Nuju‟, untuk memperoleh
gambaran terkait dengan makna simbol yang terdapat dalam panguju.
Setibanya penulis dan Pak Yusran di kediaman Bpk. H. Nuju‟, penulis pun
menjelaskan maksud dan tujuan datang berkunjung, serta Bpk. H. Nuju‟
yang selalu tersenyum dan menerima kedatangan kami berdua. Dalam
percakapan tersebut penulis memulai topik pembicaraan terkait dengan
pembuatan perahu, lalu dilanjutkan dengan cara menentukan hari baik
saat perahu akan mulai diturunkan ke laut, hingga selanjutnya
menanyakan terkait dengan panguju.
Seluruh pertanyaan penulis, di jawab dengan baik oleh Bpk. H. Nuju‟,
namun jawaban terkait dengan panguju tetap masih bersifat umum,
sehingga penulis pun kembali menanyakan secara berulang kali. Dengan
senyum Bpk. H. Nuju‟ pun kembali mengemukakan bahwa untuk
mengetahui lebih dalam terkait dengan pemaknaan panguju seseorang
harus melewati sebuah syarat yaitu telah berkeluarga atau telah beristri.
Pertanyaan kembali berkembang untuk mengatahui alasan terkait syarat
26 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
yang diberikan kepada penulis, namun dengan bijak dan senyum Bpk. H.
Nuju‟ kembali memberikan contoh terkait dengan peristiwa Nabi
Muhammad SAW yang menerima wahyu pertama saat setelah menikah
dengan Siiti Khadijah. Dari Hal tersebut, penulis pun merasa putus asa
terkait dengan data tentang pemaknaan simbol yang terdapat dalam
panguju, dan terlebih lagi satu-satunya orang di Pulau Bonerate yang
mengetahui pemaknaan simbol dalam panguju hanyalah Bpk. H. Nuju‟
seorang diri. Sehingga dari hasil refleksi penulis selama melakukan
pengumpulan data, penulis berkesimpulan bahwa data tentang panguju
adalah data yang kurang maksimal karena kendala yang bersifat syarat
yang tidak dapat dipenuhi oleh penulis sendiri.
c. Hambatan Saat Mengikuti Pelayaran Bersama Klm. Bonerate
Jaya
1. Memperoleh Izin Untuk Mengikuti Pelayaran
Selama berada dilokasi penelitian penulis selalu membuat agenda
terkait aktiiftas pengumpulan data yang akan dikerjakan, seperti lama
waktu observasi, menentukan calon-calon informan yang akan
diwawancarai serta mengatur waktu yang tepat untuk ikut berlayar
bersama dengan salah satu kapal pelayaran rakyat. Meskipun penetapan
agenda dibuat secara pribadi oleh penulis, namun kadang kala agenda
yang akan dilakukan menuai banyak kendala atau hambatan pada tahap
pelaksanaanya. Sebagai contoh yang sekaligus juga menjadi pengalaman
besar selama penulis berada dilokasi penelitian ialah saat penulis akan
27 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
merekomendasikan diri menjadi ABK pada salah satu kapal pelayaran
rakyat.
Penulis menentukan secara pribadi terkait waktu yang tepat untuk
mengikuti sebuah pelayaran yang bersifat partisipasi aktif dengan
mempertimbangkan sejauh mana pengetahuan dan pemahaman penulis
yang diperoleh selama melakukan observasi di pelabuhan utama Pulau
Bonerate. Pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh penulis berkaitan
dengan pola perilaku dari aktifitas yang berlangsung di pelabuhan utama,
yang mencakup pengetahuaan dan pemahaman terkait dengan pola
perilaku persiapan saat akan memulai aktifitas pelayaran, saat aktiiftas
bongkar muat, serta pengetahuan dan pemahaman saat kapal sedang
tidak melakukan pelayaran. Sehingga dengan adanya pengetahuan serta
pemahaman yang dimiliki dapat membantu penulis untuk dengan mudah
melakukan pola-pola tindakan saat mengikuti sebuah pelayaran bersama
dengan salah satu kapal pelayaran rakyat.
Secara teknis penulis merekomendasikan diri pada 3 buah kapal dari
total 6 buah kapal yang terdapat di Pulau Bonerate dan 2 dari tiga kapal
tersebut menolak penulis untuk ikut bersama dalam sebuah pelayaran
karena faktor keselamatan. Lain hal dengan sebuah kapal yang bernama
KLM. Bonerate Jaya yang pada akhirnya menerima penulis untuk menjadi
salah satu ABK serta menerima penulis untuk ikut dalam pelayaran. Telah
menjadi target sebelumnya bagi penulis untuk ikut berlayar dengan KLM.
Bonerate Jaya, karena hanya pada kapal tersebut yang raport penelitian
28 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
penulis yang berjalan cukup lancar. Sebelum ikut berlayar bersama
dengan KLM. Bonerate Jaya, Penulis pertama kali datang berkunjung ke
rumah Bapak Hasan selaku nahkoda dari kapal tersebut untuk kembali
mejelaskan keikutsertaan penulis dalam pelayaran yanga akan dilakukan.
Sebagai nahkoda, Bpk. Hasan tidak dapat mengambil keputusan
secara pribadi, sehingga penulis pun di arahkan untuk bertemu dengan
Bpk. H. Risal selaku pemilik kapal KLM. Bonerate Jaya. Penulis pun
mendengar arahan tersebut dan kemudian berpamitan serta langsung
menuju ke rumah Bpk. H. Risal. Setibanya di kediaman Bpk. H. Risal,
penulis kembali mejelaskan maksud dan tujuan penulis datang kerumah
beliau. Terkait dengan izin untuk ikut berlayar, Bpk. H. Risal mengiayakan
secara pribadi kepada penulis untuk ikut berlayar di kapal miliknya, namun
beliau tetap mengembalikan keputusan tertinggi kepada Bpk. Hasan
selaku nahkoda dan pemimpin di atas kapal. Setelah berpamitan dengan
Bpk. H. Risal, penulis pun langsung menghubungi Bpk. Hasan melalui via
heand phone, untuk menyampaikan kabar yang sebelumnya telah di
bicarakan anatara penulis dan Bpk. H. Risal.
Seperti sebelumnya, Bpk. Hasan tidak dapat mengambil keputusan
secara pribadi, melainkan harus mendiskusikan hal tersebut dengan
seluruh ABK dari KLM. Bonerate jaya, serta hasil dari diskusi mereka akan
diberitahukan kepada penulis melalui via heand phone di dua hari
kemudian. Saat itu penulis merasakan keputus asaan dari semua yang
penulis lakukan selama berada di lokasi penelitian, karena belum adanya
29 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
kepastian terkait keikutsetaan penulis dalam sebuah pelayaran. Namun,
terbesit dalam fikiran penulis untuk menghubungi sebahagian awak kapal
yang menurut penulis subjektif penulis telah terjalin keakraban antara
penulis dan awak kapal. Penulis pun menghubungi secara pribadi
sebahagian awak kapal yang diantaranya jurumudi 1, Jurumudi 2, Juru
masak, serta oliman 2 untuk kembali menjelaskan maksud dan tujuan
penulis agar diberi izin secara personal untuk ikut berlayar bersama
mereka. Merasa senang dan sangat bahagia saat itu, karena seluruh
awak kapal yang penulis hubungi, secara pribadi menerima penulis untuk
ikut berlayar bersama mereka.
Langkah penulis yang menghubungi 4 dari 7 awak kapal, merupakan
strategi agar penulis mendapat dukungan suara saat proses diskusi
dilakukan antara nahkoda dan ABK. Meskipun demikian, penulis tetap
merasa khawatir menunggu dua hari kemudian saat keputusan telah di
miliki oleh nahkoda. Dua hari kemudian, penulis dengan sabar menunggu
telepon dari nahkoda, namun hp milik penulis tak kunjung berdering,
sehingga penulis pun memutuskan untuk menelpon dan menanyakan
langsung kepada nahkoda. Dalam inti percakapan via heand phone,
nahkoda mengizinkan penulis untuk ikut berlayar bersama mereka, dan
sekaligus memberitahukan kepada penulis terkait tanggal keberangkatan
kapal. Saat itu perasaan penulis begitu senang, dan tak henti-hentinya
berterimah kasi kepada nahkoda, dan sekaligus menjaminkan bahwa
30 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
penulis akan bekerja dengan baik dan tidak akan menyia-nyiakan
kesempatan ini.
Dihari keberangkatan kapal, penulis datang lebih awal menuju
pelabuhan yakni pada pukul 07.00 Wita, untuk menunjukan bahwa
keikutsertaan penulis penuh dengan kesungguhan. Saat dipelabuhan,
penulis hanya menjumpai Ka‟ Mawan serta Bpk. Dae‟ yang akan bersiap
menuju rumah sehabis mendapat giliran menjaga kapal. Penulis pun
hanya duduk menyendiri di tepi pelabuhan serta perasaan yang terus
khawatir jika seandainya penulis mengecewakan mereka. Selang waktu
beebrapa saat Ka‟ Taema selaku Jurumudi 1 pun datang, dan menyapa
penulis sambil terus tersenyum. Jam pun menunjukan pukul setengah
sembilan serta satu persatu para penumpang pun mulai berdatangan.
aktiiftas persiapan pun mulai dilakukan, dan penulis pun ikut membantu
penumpang untuk menaikkan barang-barang bawaannya untuk naik ke
atas kapal.
Seluruh aktiiftas persiapan penulis kerjakan tanpa menunggu arahan
dari awak kapal, karena penulis telah memperoleh pengatahuan dan
pemahaman mengenai pola aktifitas yang dikerjakan pada tahap
persiapan pelayaran saat penulis melakukan pengamatan. Namun untuk
aktifitas saat kapal telah berlayar serta saat kapal telah tiba ditujuan,
penulis belum memperoleh gambaran secara umum, sehingga penulis
akan secara inisiatif menanyakan kepada awak kapal terkait apa yang
akan penulis kerjakan. Berbagai macam arahan yang diberikan kepada
31 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
penulis meliputi, pembersihkan lantai dek kapal saat kapal sedang
berlayar, membantu menaikkan barang penumpang saat kapal telah tiba
dipelabuhan, serta mengangkat ban dan tali spring pun penulis lakukan
saat ikut berlayar besama KLM. Bonerate Jaya.
Namun meskipun demikian, penulis tetap sigap dan respek untuk
ikut membantu saat aktifitas-aktifitas lainnya dilakukan, seperti berkunjung
ke pasar bersama dengan juru masak, bersama nahkoda mengunjungi
toko untuk menyetor nota, bersama oliman membeli peralatan mesin,
serta bersama awak kapal menurunkan muatan ke dalam palka. Selama
mengikuti pelayaran, seluruh aktifitas awak kapal tergambarkan secara
spesifik dan bahkan aktifitas kecil sekalipun seperti ikut mandi di WC milik
Syahbandar pelabuhan Benteng bersama awak kapal, penulis lakukan.
Secara teknis penulis selalu membawa buku catatan kecil untuk
menuliskan setiap topik-topik aktiftas yang penulis belum pahami dengan
baik. Setiap hasil catatan penulis, kemudian akan ditanyakan kembali
kepada awak kapal yang bersangkutan saat aktifitas santai sedang
dilakukan. Proses tersebut dilakukan agar penulis mendapat gambaran
yang lebih spesifik terkait dengan topik yang penulis tidak pahami.
2. Membuat Raport Dengan KKM Bonerate Jaya
Selama melakukan pelayaran bersama dengan awak kapal KLM.
Bonerate Jaya, penulis selalu merefleksi setiap perilaku atau respon awak
kapal kepada penulis. Menurut kesimpulan penulis di tengah keikutsertaan
penulis bersama dengan KLM. Bonerate Jaya ialah penulis belum
32 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
mendapatkan respon positif dari salah seorang awak kapal yang bernama
Bpk. Amiruddin selaku kepala kamar mesin pada kapal tersebut. Dari hasil
observasi penulis, Bpk. Amiruddin selalu bersikap diam dan jarang
berbicara kepada awak lainnya dan bahkan penulis sendiri. Sehingga dari
hal tersebut, penulis selalu merasa canggung dengan beliau, terlebih
penulis pernah di jegal olehnya saat penulis ikut membantu menaikkan
muatan kapal di 2 minggu pertama saat berada di Pulau Bonerete.
Dengan adanya kejadian tersebut, menjadikan penulis lebih
termotivasi dalam melaksanakan setiap tugas selama mengikuti pelayaran
bersama dengan KLM. Bonerate Jaya. Hal tersebut dilakukan agar raport
penulis terhadap Bpk. Amiruddin memiliki kesan yang positif. Selama
sebulan lebih melakukan observasi serta 8 hari mengikuti pelayaran
bersama dengan KLM. Bonerate Jaya, barulah di hari terakhir pelayaran
bersama mereka, untuk pertama kalinya Bpk. Amiruddin mengajak
berbincang penulis. Saat itu Bpk. Amiruddin mendatangi penulis yang
sedang berbaring diatas atap kamar kemudi sambil menatap langit
malam, dan menanyakan perihal penelitian yang dilakukan.
Saat itu penulis cukup terkejut dengan datangnya Bpk. Amiruddin di
samping penulis, sehingga penulis menjawab dengan pelan bahwa data
yang belum penulis temukan ialah data yang terkait dengan cara kerja
kepala kamar mesin kapal. Sambil tersenyum, Bpk. Amiruddin pun
mengarahkan penulis untuk menemuinya kapan saja untuk melakukan
proses wawancara terkait dengak cara kerja kepala kamar mesin. Saat itu,
33 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
penulis merasa senang dan bahagia, karena Bpk. Amiruddin telah
memberikan respon yang baik kepada penulis. Dari hal tersebut penulis
saat itu berkesimpulan bahwa apa yang selama ini dilakukan oleh penulis
menjadi penilaian oleh Bpk. Amiruddin, yang terkait dengan kesungguhan
dan kedisiplinan penulis selama berada di Pulau Bonerate.
E.9 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan menjadi hal yang sangat penting dalam
sebuah karya ilmiah, khususnya dalam proses pembuatan skripsi. Adapun
sistematika penulisan dalam skripsi ini terbagi kedalam 5 bab, yang
diantaranya ialah sebagai berikut;
BAB I Memuat tentang pendahuluan yang meliputi tentang latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II memuat tentang kajian pustaka serta konsep-konsep yang
berkaitan dengan penelitian ini serta menjelaskan beberapa
penelitian-penelitian serupa dan terdahulu yang berkaitan
dengan kapal pelayaran rakyat.
BAB III Memuat tentang gambaran objektif dari lokasi penelitian
yang diperinci kedalam berbagai sub-sub bab.
BAB IV Menguraikan hasil penelitian dan pembahasan terkait
dengan ketiga rumusan masalah dalam penelitian.
34 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
BAB V memuat kesimpulan akhir dan saran terkait dari hasil
penelitian yang dilakukan selama proses pengumpulan data
dilakukan.
35 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pelayaran Rakyat
Pelayaran rakyat merupakan kegiatan angkutan laut yang
diusahakan oleh golongan ekonomi menengah ke bawah, sebagai
sarananya digunakan kapal kayu yang umumnya dibuat dengan teknologi
tradisional, jangkauan oprasi dan kemampuan teknisnya relatif terbatas.
Kapal pelayaran rakyat (Pelra) adalah sebagai salah satu subsistem
angkutan laut yang dikelola oleh masyarakat secara sederhana yang
digunakan untuk mengangkut muatan baik barang maupun penumpang
dari pedalaman yang tidak terjangkau oleh kapal besar, menggunakan
perahu tradisional yang memakai layar, yang saat ini telah diIengkapi
dengan tambahan motor (Jinca, hal:2).
Sealain itu berdasarkan Undang-Undang nomor 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran (pasal 15 ayat 1 dan 2) Angkutan Laut Pelayaran
Rakyat adalah usaha rakyat yang bersifat tradisional dan mempunyai
karakteristik tersendiri untuk melaksanakan angkutan di perairan dengan
menggunakan kapal layar, kapal layar bermotor, dan/atau kapal motor
sederhana berbendera Indonesia dengan ukuran tertentu.
B. Peran Pelayaran Rakyat di Indonesia
Peran pelayaran rakyat adalah sebagai angkutan rakyat yang dapat
memberikan kontribusi bagi penyeberangan barang konsumsi khususnya
ke pulau-pulau terpencil dan terisolasi dari jangkauan infrastruktur
36 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
pembangunan pada umumnya. Kapal-kapal pelayaran rakyat telah
memberikan banyak manfaat khususnya dalam menjangkau daerah dan
pulau-pulau terpencil, bahkan mampu masuk ke pedalaman melalui
sungai-sungai yang tidak dapat dilakukan oleh angkutan laut lainnya.
Sejak zaman dahulu usaha pelayaran rakyat sudah dikenal baik
sebagai sarana untuk mengangkut hasil-hasil pertanian, perkebunan, hasil
produksi, ternak maupun penumpang dari daerah-daerah terpencil atau
pedalaman yang volumenya relatif terbatas. Pelayaran rakyat sebagai
salah satu subsistem angkutan laut nasional, juga berfungsi sebagai
sarana pengumpul barang untuk dibawa oleh armada angkutan laut yang
lebih besar untuk tujuan antar pulau atau ekspor (karana, hal : 50, Alami,
Vol.8 Nomor 3 Tahun 2003).
C. Organisasi Sosial
C.1 Organisasi kerja
Pelayaran rakyat sebagai sebuah aktifitas memiliki kesatuan kerja
yang terorganisir dalam suatu wadah organisasi kerja. Organisasi kerja
pada pelayaran rakyat meliputi beberapa elemen-elemen yang saling
berhubungan dalam rangka kerja kolektif mereka pada setiap aktifias yang
dilakuakan. Menurut Max Weber Organisasi ialah suatu kerangka
terstruktur yang di dalamnya berisikan wewenang, tanggung jawab dan
pembagian kerja untuk menjalankan masing-masing fungsi
(www.artikelsiana.com di akses pada tanggal 28 maret 2016, pukul 03:00
Wita).
37 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Pada masing-masing bagian srtuktur yang terdapat pada organisasi
kerja kapal pelayaran rakyat memiliki wewenang, tanggung jawab, dan
pembagian kerja dalam menjalankan fungsinya. Soerjono Soekanto
(1988: 107-108) mengemukakan organisasi sosial adalah kesatuan-
kesatuan hidup atas dasar kepentingan yang sama dengan organisasi
yang tetap sebagai sebuah asosiasi (www.nindisabrina.wordpress.com.
2014. Di akses pada tanggal 28 Maret 2016, pukul 03:47 Wita).
Selanjutnya menurut Koentjaraningrat, Organisasi Sosial adalah
sekelompok masyarakat yang anggotanya merasa satu dengan
sesamanya, sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi:
kekerabatan, asosiasi dan perkumpulan, sistem kenegaraan, sistem
kesatuan hidup, perkumpulan dan diatur oleh adat istiadat dan aturan-
aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan mana ia
hidup dan bergaul dari hari kehari (Koentjaraningrat, 2002 : 366).
Koentjaraningrat melihat organisasi sosial ini sebagai unsur yang
universal. Karena itu, dimana ada masyarakat manusia, berarti disitulah
terdapat unsur yang mendorong manusia berada dalam satu pengaturan,
pengorganisiran atau pengelompokan yang berfungsi menunjang
kebutuhan yang berkaitan langsung dengan kehidupan, dan pada
akhirnya melestarikan nilai yang telah disepakati oleh semua
anggota. (ainurhidayat.blogspot.com. 2012. di akses pada tanggal 28
maret 2016 pukul 02:48 Wita). Kehidupan masyarakat diorganisasi atau
diatur oleh adat istiadat dan aturan berbagai macam kesatuan di dalam
38 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
lingkungan mana ia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Karena
masyarakat terbagi ke dalam lapisan-lapisan, maka orang yang berada di
luar afiliasinya akan berbeda. Perbedaan itu menimbulkan posisi yang
berbeda, ada yang tinggi dan ada yang dianggap lebih rendah.
Selanjutnya Alvin L. Bertrand (1980: 25) mengemukakan pengertian
organisasi sosial dalam arti luas, organisasi sosial adalah tingkah laku
manusia yang berpola kompleks serta luas ruang lingkupnya di dalam
setiap masyarakat asosiasi (www.nindisabrina.wordpress.com. 2014. Di
akses pada tanggal 28 Maret 2016, pukul 03:47 Wita). Organisasi sosial
dalam arti khusus adalah tingkah laku dari para pelaku dalam sub-sub unit
masyarakat misalnya keluarga, bisnis dan sekolah. Secara garis besar
organisasi sosial meliputi tindakan, tujuan, dan tanggung jawab seperti
penjelasan oleh Robin Williams (dalam Bertrand: 26) mengemukakan
bahwa organisasi sosial menunjuk pada tindakan manusia yang saling
memperhitungkan dalam arti saling ketergantungan. Ia selanjutnya
menjelaskan bahwa pada saat individu melakukan interaksi berlangsung
terus dalam jangka waktu tertentu, maka akan timbul pola-pola tingkah
laku asosiasi (www.nindisabrina.wordpress.com. 2014. Di akses pada
tanggal 28 Maret 2016, pukul 03:47 Wita).
C.2. Pembagian kerja
Pelayaran rakyat merupakan sebuah organisasi kerja yang
didalamnya terdapat beberapa struktur yang saling berhubungan dan
masing-masing memiliki pembagian kerja dan tanggung jawab dalam
39 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
pelaksanaan organisasinya. Mengenai aktifitas pembagian kerja yang
dimaksud disini ialah tindakan yang berpola dalam pembagian tugas atau
kerja pada masing-masing elemen struktur yang kemudian membentuk
sistem sosial. Menurut James A.F Stoner pembagian kerja adalah
penjabaran tugas yang harus dikerjakan sehingga setiap orang dalam
organisasi, bertanggung jawab untuk melaksanakan seperangkat aktifitas
tertentu (www.jurnalapapun.blogspot.com. 2016. Di akses pada tanggal
27 maret 2016 pukul 22:17 Wita). Sehingga pada sistem sosial terdapat
tindakan-tindakan berpola dari individu-individu yang saling berinteraksi,
berhubungan, serta bergaul satu dengan yang lainnya menurut pola-pola
tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Menurut Hasibuan (2007) Pembagian kerja yaitu informasi tertulis
yang menguraikan tugas dan tanggung jawab, kondisi pekerjaan,
hubungan pekerjaan, dan aspek-aspek pekerjaan pada suatu jabatan
tertentu dalam organisasi (http://repository.usu.ac.id di akses pada tanggal
27 maret, pukul 01:20). Lebih lanjut menurut Pophal (2008) Pembagian
kerja adalah rekaman tertulis mengenai tanggung jawab dari pekerjaan
tertentu (http://repository.usu.ac.id di akses pada tanggal 27 maret, pukul
01:20). Pembagian kerja yang terdapat pada masing-masing elemen
struktur pada kapal pelayaran rakyat menjadi sangat fital, hal ini
disebabkan karena pembagian kerja yang masing-masing dilakukan oleh
tiap-tiap elemen struktur menjadi penunjang dalam keberhasilan
organisasi kerja mereka dalam melaksnakan sebuah pelayaran.
40 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
C.3. Status
Secara abstrak kedudukan atau status berarti tempat seseorang
dalam suatu pola tertentu. Dengan demikian, seseorang dikatakan
mempunyai beberapa kedudukan karena seseorang biasanya ikut serta
dalam berbagai pola kehidupan. Masyarakat pada umumnya
mengembangkan dua macam kedudukan atau status yaitu sebagai
berikut; Ascribed status, yaitu kedudukan atau status seseorang dalam
masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan
kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya
kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula, sedangkan
chieved status, adalah kedudukan atau status yang dicapai oleh
seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak
diperoleh atas dasar kelahiran. Akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa
saja, tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta
mencapai tujuan-tujuannya.
Namun masyarakat pada umumnya kembali membedakan satu
macam kedudukan, yaitu assigned status, yang merupakan kedudukan
yang diberikan. assigned status sering mempunyai hubungan yang erat
dengan achieved status. Artinya suatu kelompok atau golongan
memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa,
yang telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan
kepentingan masyarakat.
41 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Hal sama kembali dikemukakan oleh Chester I Bernard dalam
Soerjono Soekanto (2012 : 218) bahwa sistem pembagian kedudukan
pada pokoknya diperlukan secara mutlak agar organisasi dapat bergerak
secara teratur untuk mencapai tujuan yang didoakan oleh para
penciptanya. Kedudukan dan peran adalah satu kesatuan dalam sebuah
organisasi, sehingga hal tersebut tidak dapat terpisahkan, karena fungsi
dari sebuah status atau kedudukan ialah menjalankan peranan agar
sebuah organisasi dapat terus berjalan dan tercapainya tujuan yang
diinginkan.
Menurut Levinson dalam Soerjono Soekanto (2012 : 213) Peranan
mencakup tiga hal yaitu; (1) peranan meliputi norma-norma yang
dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.
Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang
membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat, (2) peranan
merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai orgnisasi, (3) peranan juga dapat dikatakan
sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Sehingga kemudian status atau dalam hal ini adalah kedudukan, juga
menjadi penting, agar pada tiap tingkatan dalam elemen struktur dapat
memahami tugas dan fungsinya masing-masing berdasarkan status atau
kedudukan mereka dalam menjalankan peranan dan tanggung jawab
dalam organisasi kerja pelayaran rakyat.
42 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
D. Pasal terkait Pelayaran dan Perdagangan dalam Hukum Amanna
Gappa
Momentum besar sejarah pelayaran dan perdagangan masyarakat
Sulawesi Selatan diukir melalui hukum laut yang disusun pada 1 April
1676 oleh Matoa (ketua) di Ujung Pandang bersama Matoa-Matoa dari
Sumbawa dan Paser. Inisiatornya adalah Amanna Gappa, sebelum dia
menjabat Matoa Wajo tahun 1697-1723 (Noorduyn 2009:133,153). Posisi
penting Amanna Gappa ditegaskan dalam pasal 21 yang berbunyi;
Amanat Amanna Gappa, kepala seluruh orang wajo di Ujung Pandang,
telah disetujui oleh kepala seluruh orang Wajo di Sumbawa, di Paser dan
waktu mereka duduk mengadakan pertemuan di Ujung Pandang amanat
tersebut dicantumkan didalam buku, supaya diikuti turunan mereka,
diwarisi oleh anak cucunya dan oleh seluruh pedagang myang lain
(Tobing 1977:67).
Hukum laut ini secara eksplisit menggambarkan wilayah pelayaran
dan perdagangan masyarakat Sulawesi Selatan, meliputi negeri-negeri di
Nusantara, semenanjung Malaka (Kedah, Selangor, dan Johor), dan
Kamboja. Secara umum hukum ini terdiri dari 21 pasal yakni, pasal 1
perihal sewa muatan perahu, pasal 2 perihal perahu yang disuruh
dinahkodai, pasal 3 perihal barang dagangan yang kembali karena tidak
laku, pasal 4 perihal nahkoda yang merubah haluannya, pasal 5 perihal
keseluruhan alat-alat perahu, pasal 6 perihal syarat menahkodai perahu,
pasal 7 perihal berjualan, pasal 8 perihal berutang di pasar dalam
43 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
pelayarannya, pasal 9 perihal warisan, pasal 10 perihal orang yang
bertengkar dalam perdagangan, pasal 11 perihal orang yang bertengkar
dalam pelayaran, pasal 12 perihal peraturan bagi laba, pasal 13 perihal
pinjam meminjam, pasal 14 perihal orang yang memberikan barang-
barangnya sebagai pembayaran, pasal 15 perihal Rangeng-rangeng
(teman) yang diberi membawa barang dagangan, pasal 16 perihal
pedagang yang mati dalam pelayaran, pasal 17 perihal jenis barang
dagangan yang dipinjam, pasal 18 kalula (orang yang dipercaya), pasal 19
perihal Ana‟guru yang mengambil utang, pasal 20 perihal orang yang
dipungut dilautan, dan pasal 21 perihal amanat Amanna Gappa.
Beberapa bagian dari pasal tersebut akan dijelaskan lebih lanjut
pada uraian berikut ini, terutama yang berkaitan dengan nahkoda dan
awak perahu, penumpang (kelasi), sewa perahu, dan perdagangan
termasuk bagi hasil dan hutang piutang.
D.1 Nahkoda
Antropologi Prof. Dr. Mattulada berpendapat bahwa pada
masyarakat maritim memilki konsep kepemimpinan tradisional, yang
disebutnya dengan kepemimpinan maritim. kepemimpinan maritim adalah
kepemimpinan yang berbasis pada asas kapitan laut atau nahkoda
kapal/perahu, yaitu kepemimpinan yang berdasarkan kemampuan dan
prestasi untuk sampai ke puncak piramida sosial (kompas, 30 Januari
1993).
44 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Seperti halnya undang-undang laut Melayu (Malaka), nahkoda
memiliki peran dan tanggung jawab yang amat besar dalam pelayaran.
Karena itu, untuk menjadi nahkoda, seorang harus memenuhi sejumlah
kemampuan dan perilaku (pasal 6), antara lain; (1) memiliki senjata (kuat
dan ringan), rajin, teliti, dan pandai dalam berlayar, (2) mampu mengawasi
dan pembela kelasinya dalam kebenaran, (3) siap menerima nasehat. (4)
berperilaku jujur terhadap kelasinya, orang lain, dan tuhan serta memiliki
kesabaran dan disegani, dan (5) Jurumudi dan Jurubatu.
Dalam melaksanakan tugasnya, nahkoda dibantu oleh jurumudi dan
jurubatu. Jurumudi bertanggung jawab atas kemudi atau jalannya perahu,
sedangkan jurubatu khusus petugas mengamati dan mengontrol agar
perahu tidak menabrak karang dalam pelayaran. Pembagian tugas itu
berlaku secara kaku, dalam arti bahwa mereka bekerja sesuai pembagian
tugasnya. Mereka tetap bekerjasama dalam pelayaran. Pembagian itu
hanya untuk memudahkan kontrol dan tanggung jawab yang diemban
oleh seorang jurumudi atau jurubatu. Batas-batas tugas itu disimpul
dengan tanggung jawab penuh mereka terhadap keselamatan perahu dan
penumang.
Untuk menjaga keselamatan perahu, jurumudi dan jurubatu dapat
memimpin para kelasi untuk mengerjakan atau memperbaiki segala
kerusakan perahu, yang pada dasarnya dapat mengganggu jalan dan
keselamatan perahu. Dengan demikian, kelasi baik yang tetap maupun
kelasi bebas (termasuk dalam hal ini adalah orang yang menumpang)
45 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
berperan dan bertanggung jawab atas keselamatan bersama atas perahu
atau selama pelayaran.
D.2 Kelasi (Penumpang)
Dalam hukum laut ini, kelasi atau orang yang menumpang atau ikut
dalam perahu dibedakan atas empat, yaitu; (1) kelasi tetap, (2) kelasi
bebas, (3) kelasi penumpang, (4) orang yang menumpang. Terkait peran
dan tanggung jawabnya, kelasi tetap tidak boleh meninggalkan perahu
selama pelayaran. Sebab dia tidak akan luput dari masalah keselamatan
perahu, kecuali jika perahu tersebut telah kembali dengan selamat ke
pangkalannya semula. Kelasi tetap memiliki kewajiban timba roang, yakni
menimba (mengeluarkan) air dari dalam perahu. Jika ditengah jalan dia
turun dari perahu, maka dia diharuskan membayar lima rial (10 rupiah),
juga membayar segala sewa dan barangnya diturunkan dari perahu
tersebut.
Seperti halnya kelasi penumpang, orang yang menumpang tidak
berhak mengambil petak tempat dagangan. Semua barangnya tinggal
pada bagian atas saja. Jika telah sampai kepada tempat yang
dijanjikannya,dibayarlah sewanya dan bercerailah dengan nahkoda.
Jikalau hendak menumpang kembali untuk pulang, maka dia bermufakat
lagi. Tiga kelasi terakhir tidak memiliki keterikatan penuh dengan nahkoda
dan juga keselamatan perahu, seperti halnya terhadap kelasi tetap. Itulah
sebabnya, jikalau perahu ditimpa bahaya ditengah lautan, dan harus
membuang sebagian muatan, maka yang dubuang ialah barang milik
46 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
penumpang, selanjutnya barang kelasi (bebas dan penumpang) dan
terakhir barang milik nahkoda (pasal 4).
D.3 Sewa Perahu
Perihal sewa perahu (pasal 1), menggunakan takaran mata uang rial.
Satu rial harganya dua rupiah dalam uang Hindia Belanda. Dari Sembilan
daerah tujuan pelayaran, sewa perahu termahal ialah dari Makassar,
Bugis, Paser, Sumbawa, dan Kaili ke Aceh, Kedah, dan Kamboja yakni 7
rial (14 rupiah). Sebaliknya, sewa perahu paling murah ialah pelayaran
dari Makassar ke Selayar ½ rial ( 5 rupiah); nilai sewa yang sama juga
untuk pelayaran dari Sumbawa ke Bali dan Manggarai.
Barang dagangan yang memerlukan ruangan yang luas dikenakan
sima biring atau sewa yang dipungut 1/11 dari jumlah modal. Barang
barang yang dimaksud seperti beras, garam, kapas, rotan tembakau
bakala’, gambir, agar-agar dan kayu. Maksudnya, dari setiap sebelas jenis
barang itu diambil satu barang sebagai sewa. Khusus untuk barang-
barang mewah (berharga) seperti uang, emas, dan batu permata,
sewanya adalah setengah dari harga jual sarung, sutera dan kemenyan.
Mengenai pedagang yang menumpang perahu, masih dalam pasal
1, sewa pergi-pulang hanya dibayar satu kali selama pedagang itu tidak
singgah dan menginap ditengah pelayaran mnuju daerah tujuan. Tetapi,
jika dia kembali ke daerahnya yang telah disinggahi sebelumnya untuk
membeli dagangan dan bermalam lalu dia kembali menumpang perahu,
maka dikenakan sewa yang kedua. Dengan kata lain, jika pedagang itu
47 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
membeli barang dagangan pada saat perahu singgah disuatu negeri
(sebelum sampai didaerah tujuan), lalu meneruskan pelayararan ke negeri
yang ditujuh sesudah barang dagangnya terjual, lalu membeli lagi
dagangan terus kembali ke negerinya, maka dia hanya dikenakan satu
kali sewa pergi-pulang. Pendeknya, pedagang yang kembali ke pelabuhan
yang telah dilaluinya untuk member barang, selanjutnya ke negeri tujuan,
dia dianggap sebagai penumpang baru yang harus membayar sewa
perahu. Ihwal sewa barang dagangan dijelaskan pada pasal (3) berikut.
Adapun dagangan yang kembali, yang telah tiba dinegeri yang dituju,
dikenakan sewa separuh, jikalau tidak sampai ke negeri yang dituju, tetapi
ada negeri yang disinggahi untuk menjual, maka dia membayar sewa
penuh. Sewa tersbeut sepadan dengan sewa menurut besarnya sewa ke
negeri yang disinggahi menjual itu, lalu kembali ke negerinya. Kecuali dia
terus juga ke negeri yang dituju, maka dibayarnya sewa penuh menurut
sewa ke negeri yang ditujunya. Jikalau tidak sampai ke negeri yang dituju
dan tidak ada juga negeri yang disinggahi untuk menjual, lalu perahu
kembali ke pangkalannya, tidaklah dipungut sewa dari muatannya. Perahu
bekerja dengan sia-sia. Kecuali perahu berlayar lagi menuju negeri yang
dituju semula, akan tetapi tidak sampai, padahal kesana juga tujuan kelasi
yang pernah ikut dan tidak sampai, maka kelasi itu harus menumpang di
situ pada perahu tersebut.
Jikalau dia pindah perahu, padahal perahu tempat dia berpindah
berlayar juga ke negeri yang dituju lokasi itu, maka berhaklah nahkoda
48 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
yang ditinggalknanya di perahu itu, meminta sewa dari kelasi itu sebanyak
sewa ke negeri yang ditujunya. Jikalau dia tidak bermaksud meneruskan
perjalanannya ke negeri yang pernah ditujunya semula, sekalipun dia
searah haluan dengan perahu yang ditinggalkan itu, maka tidaklah diminta
sewa (Tobing 1977:51).
Sewa perahu yang digunakan nahkoda, berbeda antara nahkoda
yang memiliki hubungan pertemanan dengan pemilik perahu dan nahkoda
yang tidak memiliki hubungan, dikemukakan dalam dua klausul (pasal 2)
berikut;
a. Jika perahu yang dijalankan oleh nahkoda, yang hanya mengharapkan
sewa dan bukan teman dari pemilik perahu yang dijadikan jurumudi dan
jurubatu, maka sewa perahu dibagi dua. Sebahagian untuk yang
empunya perahu, dan sebahagian untuk nahkoda bersama dengan
jurumudi dan jurubatu.
b. Tetapi jika teman dari pemilik perahu dijadikan jurumudi dan jurubatu,
maka sewa perahu dibagi tiga. Dua bagian untuk yang empunya
perahu, sebahagian untuk nahkoda bersama-sama denga jurumudi dan
jurubatu. Lalu dibagi tiga pula . dua bahagian untuk jurumudi,
sebahagian untuk jurubatu.
Tanggung jawab nahkoda dalam hal sewa perahu besar, setiap
orang yang menupang harus mendapat persetujuan dari nahkoda sebagai
pemimpin pelayaran. Itulah sebabnya, jika nahkoda salah mengenakan
sewa kepada penumpang, maka kesalahan itu tidak dapat dipikulkan
49 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
kepada kelasi, atau ditanggung sendiri oleh nahkoda. Setiap masalah
selama berada diatas perahu harus diselesaikan atau dicarikan jalan
penyelesaiannya oleh nahkoda. Sedemikian mungkin masalah itu
diselesaikan diperahu, sehingga tidak dibawa kepengadilan. Perubahan
arah pelayaran (daerah tujuan) oleh nahkoda, yang menyebabkan
kelasinya (penumpang) pulang, padahal dia telah membayar sewa penuh
kepada nahkoda, maka tanggung jawab nahkoda adalah mengusahakan
tumpangan yang sama dengan dirinya (pasal 4).
D.4 Perdagangan
Dalam pasal 7 hukum laut Amanna Gappa diatur mengenai
mekanisme penanggungan kerugian dalam berdagang, yang disebut
“berkongsi sama banyak”. Jika perdagangan dilakukan sesuai cara
berjualan yang telah disepakati, maka kerugian ditanggung bersama. Ada
tiga sebab kerugian berdagang ditanggung bersama , antara pemilik dan
pembawa barang: rusak di lautan, dimakan api, dan kecurian. Sebaliknya,
jika kerugian dilatari oleh kelalaian penjual (sipembawa), maka
kerugiannya ditanggung sendiri. Tujuh macam kelalaian yang dimaksud
ialah; (1) dijudikan, (2) diperlacurkan, (3) dipergunakan beristri, (4)
diboroskan, (5) dipinjamkan, (6) dimandatkan, dan (7) diberikan untuk
makan kepada tanggungannya. Itulah cara berjualan yang pertama.
Cara berjuaalan yang kedua disebut samatula. Menurut ketentuan
ini, seorang penjual tidak menanggung kerugian akibat kerusakan bila
dilakukan sesuai kesepakatan. Kerugian yang terjadi ditanggung
50 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
sepenuhnya oleh pemilik barang. Sebaliknya, jika perdagangan itu
mendatangkan keuntungan, labanya dibagi tiga, yakni dua bagian untuk
pemilik dan sebagian untuk penjual (si pembawa jualan).
Dalam hal berutang, dikenal dua model pengembalian. Pertama,
uang tanpa bunga. Jika sudah sampai janjinya, maka yang berhutang
harus membayar utangnya, tetapi tanpa bunga. Kedua, utang dengan
janji. Maksudnya, setelah harga barang ditetapkan, kemudian barang itu
laku atau berganti rupa, maka harus dibayar oleh orang yang berutang.
Tetapi, jika barang tidak laku atau tidak berganti rupa, maka barang
tersebut dikembalikan.
Mengenai orang yang membawa barang berdagang (titipan),
peraturan tersebut menyebutkan bahwa yang bersangkutan terlepas dari
pertanggungjawaban, kecuali jika terjadi kerusakan atau kerugian yang
disebabkan oleh pembawanya. Namun, tanggungan itu tidak boleh
diwariskan kepada keluarga dari pembawa barang. Lebih lanjut diatur
mengenai cara berhutang dan pengmbaliannya di pasar ketika dalam
pelayaran (pasal 8). Jika seseorang meminjam barang diluar pengetahuan
keluargnya kemudian meninggal dunia, maka keluargnya tidak boleh
ditagih. Kecuali jika peminjam telah bertemu keluarganya, lalu meninggal
dunia, baik diberitahukan atau tidak di berithukan, keluarganya wajib
membayar utang.
Hutang piutang mendapat perhatian dalam hukum laut Amanna
Gappa. Dalam pasal 14 disebutkan, jika orang yang berhutang sudah
51 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
habis hartanya untuk membayar utang, maka untuk menutup kekurangan
(utang) dia memperhambakan diri, dan yang bersangkutan telah dicabut
semua haknya. Dalam tradisi lokal disebut riukke’ ponna atau dicabut
pohon beserta akarnya. Sesudah itu, pemilik barang tidak boleh lagi
menagih utangnya. Dengan kata lain, kewajibannya membayar utang
dianggap telah lunas
E. Pengetahuan Navigasi Tradisional Pelayaran Bugis
Para nahkoda bugis telah lama megandalkan bintang dan lebih
sedikit matahari untuk mengarahkan dan mempertahankan arah
pelayaran. Dalam cara yang nyaris sama dan titik mata angin dan
kompas, posisi pola bintang dan rasi bintang di langit dikaitkan dengan
pulau-pulau atau pelabuhan tertentu bila dilihat dari tempat lain. Dengan
demikian, mereka menunjukan arah sebuah tujuan sehingga menjadi
semacam bintang. Sekitar selusin rasi bintang diberi nama dan dikenal
oleh bebereapa nahkoda tua dan berpengalaman pada masyarakat bugis.
Contohnya, tanra Bajoe’ dan bintoeng balue’ memperlihatkan betapa
jalur pergerakan rasi jenis bintang ini di malam hari sangat didasari
pentingnya. Walau banyak pelaut tahu beberapa pola bintang, hanya
nahkoda dan juru mudi paling berpengalaman yang terlatih
menggunakannya. Ketika sebuah rasi bintang belum tiba atau tidak lagi
berada ditempatnya, nahkoda secara mental mencari jejaknya dilangit
untuk menetapkan ulang posisinya. Takkala tidak lagi terlihat, nahkoda
memamfaatkan bintang ya ng berkaitan namun tak bernama untuk
52 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
mengarahkan perahunya. Bahkan nahkoda secara konsisten menyatakan
bahwa bintang-bintang senantiasa bergerak melintasi langit, dan bila
pergerakan ini tidak dipertimbangkan maka kapal akan berbelok ke barat,
dan melenceng dari jalur sebenarnya.
Terdapat beberapa nama rasi bintang yang diketahui oleh pelayar
bugis tradisional, yang diantaranya sebagai berikut; bintoeng balue (janda
belum menikah), bintoeng bola kemppang (bintang rumah pincang),
bembe’e (kambing), bintoeng bale mangngiweng (bintang hiu), bintoeng
lambarue’ (bintang pari), bintoeng kappalae’ (bintang biduk), bintoeng balu
mandara’ (bintang janda mandar), dan bintoeng bawi (bintang babi).
F. Hasil Penelitian Terdahulu Pada Kapal Pelayaran Rakyat
Studi ataupun hasil penelitian pada bidang maritim khususnya pada
kapal pelayaran rakyat, telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang
memiliki ketertarikan pada bidang maritim, seperti diantaranya penelitian
yang dilakukan oleh Sjafril Karana, yang diterbitkan dalam jurnal Alami,
Vol 8 Nomor 3 Tahun 2003 yang berjudul “Armada Pelayaran Rakyat
Sebagai Sarana Transportasi Angkutan Antar Pulau Dalam Era Pasar
Bebas”.
Pada penelitian tersebut menemukan fakta bahwa sebagian besar
muatan armada kapal rakyat sudah beralih ke armada kapal jenis
pelayaran lainnya, hal ini terutama disebabkan adanya kecendrungan
pemakai jasa yang menginginkan barangnya cepat dan selamat sampai
ditujuan dan juga kendala utama yang dihadapi oleh usaha pelayaran
53 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
rakyat adalah kesulitan dalam memperoleh muatan, hal ini tentunya
sesuai dengan era pasa bebas dimana pengguna jasa bebas menentukan
pilihannya sesuai dengan yang diinginkannya, dan dalam hal ini tentu
yang lebih ekonomis.
Penelitian tersebut hanya membahas terkait dengan keberadaan
kapal pelayaran rakyat ditengah arus pesar bebas, dan tidak
menyinggung mengenai organisasi kerja, pembagian kerja dan pola
distribusi barang. Sehingga hal tersebutlah yang membedakan dengan
penelitian penulis yang pada fokusnya akan membahas mengenai
organisasi kerja, pembagian kerja dan pola distribusi barang. namun hasil
penelitian tersebut dapat menjadi referensi bagi penelitian mendatang.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Endang Susilowati yang
diterbitkan oleh jurnal Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. XVII, No 1 Februari
2013: 19-32, yang berjudul “Dari Pelabuhan Martapura Ke Pelabuhan
Trisakti: Pelayaran Perahu Rakyat di Antara Derap Modernisasi”. Pada
penelitian tersebut menjelaskan bahwa armada pelayaran rakyat dan
dermaga martapura hampir tidak pernah berubah sejak dermaga Trisakti
dioprasikan pada tahun 1965. Modernisasi tampaknya tidak sempat
mnyentuh mereka, walaupun terjadi upaya motorisasi pada awal tahun
1970-an dan perbaikan dermaga Martapura pada tahun 1980, namun
pelayaran rakyat tetap tradisional dan sederhana dalam berbagai hal.
Meskipun arus modernisasi semakin deras masuk ke Banjarmasin, antara
lain terlihat dengan semakin meningkatnya jumlah dan teknologi alat
54 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
bongkar muat barang didermaga Trisakti, semakin panjangnya dermaga
beton yang semula belum selesai dibangun, dan semakin luasnya gudang
dan lapangan penumpukan yang tersedia didermaga baru, armada
pelayaran rakyat yang tinggal didermaga lama yang sederhana tetap
dapat menunjukan eksistensinya sebagai salah satu alat transportasi
penting.
Serupa dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian yang
dilakukan oleh Endang Susilowati, berfokus pada keberadaan armada
pelayaran rakyat ditengah arus modernisasi. Pada penelitian tersebut,
menguraikan bahwa armada kapal pelayaran rakyat masih dapat bertahan
ditengah arus modernisasi dengan cara beradaptasi melalui teknologi-
teknologi yang digunakan. Hal ini menunjukan bahwa armada kapal
pelayaran rakyat masih dapat bersaing dengan kapal-kapal modern
lainnya melalui pola adaptasi teknologi dengan cara motorisasi pada kapal
pelayaran rakyat. Adaptasi dengan cara motorisasi diperlukan agar dapat
bersaing dengan kapal-kapal modern lainnya.
Penelitian yang selanjutnya ditulis oleh Asmiati, M. Yamin Jinca, dan
Syamsu Alam, yang berjudul “Manajemen Usaha Pelayaran Rakyat”, oleh
Teknik Transportasi, Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitaif deskriptif, sehingga hasil
penelitian dijabarkan dalam bentuk angka kemudian dijabarkan dalam
bentuk deskriptif. Pada hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa,
perencanaan para pengusaha transportasi pelayaran rakyat berkisar 45%.
55 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Bila dikonfirmasikan maka secara kualitatif perencanaan atas usaha
transportasi pelayaran rakyat pada umumnya berada pada kategori buruk.
Hal ini dapat dilihat sebanyak satu perusahaan atau sebesar 2,5%
perencanaan pengusaha transportasi pelayaran rakyat berada pada
kategori sangat buruk, 18 perusahaan atau sebesar 45% berada pada
kategori buruk, sementara itu terdapat 7 perusahaan atau sebesar 17,50%
berada pada kategori cukup baik, selanjutnya sbanyak 11 perusahaan
atau sebesar 27,50% responden perencanaannya berada pada kategori
baik dan terdapat 3 perusahaan atau sebesar 7,50% responden yang
berkategori sangat baik.
Pada hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa, dari segi
perencanaan atau manajemen pada usaha transportasi kapal pelayaran
rakyat, masih dibawah rata-rata, hal ini disebabkan karena usaha
transportasi kapal pelayaran rakyat masih bersifat non formal, dalam
artian campur tangan institusi pemerintah sangat minim, baik itu dari segi
permodalan ataupun bantuan dari alat-alat produksi. Namun hasil dari
penelitian tersebut tidak serta merta menggeser keberadaan usaha
transportasi kapal pelayaran rakyat pada zona yang terabaikan, kapal
pelayaran rakyat masih dapat bertahan dengan perencanaan ataupun
manajemen yang sederhana. Sehingga kemudian pada penelitian yang
sifatnya akademik ini, dapat memeperoleh data, yang kiranya dapat
menutupi segala kekurangan-kekurangan dari penelitian-penelitian
56 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
sebelumnya, dan dapat memperbaharui data-data yang sifatnya sama
yang ditemukan selama penelitian.
57 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis dan Keadaan Alam
Kecamatan Pasimarannu adalah salah satu daerah kepulauan yang
terdapat pada Kabupaten Kepulauan Selayar di Propinsi Sulawesi
Selatan. Letak geografis Kecamatan Pasimarannu berada di ujung selatan
dari Provinsi Sulawesi Selatan, yang tepat berada pada titik kordinat 7°
Lintang Selatan dan 121° Bujur Timur, dengan jarak tempuh 12 jam dari
Ibu Kota Kab. Kep. Selayar, dengan perjalanan menggunakan kapal layar
motor. Adapun pulau ini berbatasan dengan beberapa pulau, yaitu,
sebelah utara berbatasan dengan Pulau Tanah Jampea, Pulau Kayuadi,
dan Kawasan Taman Nasional Taka Bonerate, sebelah barat berbatasan
dengan Pulau Kalao, serta pada bagian sebelah timur berbatasan dengan
Pulau Kalaotoa, Pulau Madu, Karompa, sebeah selatan : Pulau
Flores/Nusa tengara Timur. Adapun luas wilayah Kecamatan Pasimaranu
sebesar 179.35 KM² yang merupakan 14.39 % dari luas total Kabupaten
Kepulauan Selayar.
Secara keseluruhan, Kecamatan Pasimarannu memiliki delapan
desa yang secara admistratif terbagi kedalam dua daerah yakni Pulau
Lambego dan Pulau Bonerate. Adapun Pulau Lambego yang memiliki dua
wilayah yakni Desa Komba-Komba dan Desa Lambego, sedangkan pada
Pulau Bonerate memiliki 6 wilayah desa yakni Desa Bonerate, Majapahit,
Batu Bingkung, Bonea, Sambali dan desa lamantu. Adapun penulis yang
58 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
memusatkan lokasi penelitian di Desa Bonerate yang juga merupakan
salah satu desa yang terdapat dipulau bonerate dari kecamatan
pasimarannu, Kab, Selayar. Adapun Desa bonerate merupakan pusat dari
segala aktifitas perekonomian, kesehatan, dan pemerintahan bagi seluruh
masyarakat yang terdapat dari pulau tersebut.
B. Aspek Sosial Demografi
B.1 Jumlah Penduduk
Keberadaan Desa Bonerate yang berjarak 90 mil dari Kota Benteng,
Kab Selayar serta karasteristik lingkungan yang merupakan daerah
kepulauan, menjadikan daerah tersebut tidak memiliki kepadatan
penduduk seperti pada kota ataupun daerah-daerah lainnya. Jumlah
Selayar Gambar 3.1 : Peta Kecamatan Pasimarannu, Kab. Kep. Selayar
Sumber : https://selayarkab.bps.go.id/
59 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
penduduk di Desa Bonerate berdasarkan data kependudukan milik arsip
desa pada tahun 2016 berjumlah 1.643 jiwa dengan rincian penduduk
yang berjenis kelamin lak-laki berjumlah 790 jiwa serta penduduk yang
berjenis kelamin perempuan berjumlah 835 jiwa. Adapun jumlah kepala
keluarga yang tersebar di Desa tersebut berjumlah 475 jiwa, dengan
rincian kepala keluarga yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 121
jiwa, sedangkan kepala keluarga yang berjenis laki-laki berjumlah 354
jiwa. Adapun tabel jumlah penduduk yang terdapat di Desa Bonerate
ialah sebagai berikut;
Tabel 3.1: Data Kependudukan Desa Bonerate,Kec. Pasimarannu, Kab. Kep.Selayar
No Nama Dusun Kepala Keluarga Penduduk
Lk Pr Jml Lk Pr Jml
1 Ero Ihu Barat 135 46 181 310 338 648
2 Ero Ihu Timur 110 38 148 252 261 513
3 Wai Komba 109 37 146 228 254 482
4 Jumlah 354 121 475 790 835 1.643
Selayar (Sumber : Arsip Kantor Desa Bonerate)
B.2 Tingkat Migrasi Penduduk
Secara umum pada masayarakat di Desa Bonerate yang telah
berusia produktif akan melakukan migrasi ataupun merantau ke kota-kota
besar untuk mencari pekerjaan. Adapun usia produktif yang dimaksud
ialah penduduk yang telah berumur 15 s/d 65 tahun. Penduduk yang
melakukan migrasi/merantau ialah penduduk yang tidak melanjutkan
pendidikan pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP) serta
60 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
penduduk yang tidak melanjutkan pendidikan pada jenjang sekolah
menengah atas (SMA) ataupun penduduk yang telah berstrata satu (S1)
pada sebuah perguruan tinggi yang belum memperoleh pekerjaan.
Adapun daerah atau kota yang secara umum menjadi tujuan para
penduduk yang melakukan migrasi di antaranya ialah Pulau Batam di Kep.
Riau, serta Kota Makasar dan Kota Palopo di Prov. Sulawesi Selatan.
Secara umum, ketiga daerah tersebut menjadi pilihan mayoritas bagi
masyarakat Desa Boerate saat akan melakukan migrasi untuk mencari
dan mendapatkan pekerjaan. Jenis pekerjan yang digeluti pun bersifat
berbeda oleh para penduduk yang melakukan migrasi pada ketiga daerah
tersebut. Faktor utama dari keberbedaan jenis pekerjaan yang digeluti
oleh masyarakat di daerah tujuan ialah jenjang pendidikan terakhir yang
ditempuh. Adapun penduduk yang memiliki jenjang pendidikan terakhir
seperti SMP dan SMA, umumnya akan bekerja sebagai tenaga kerja
bongkar muat barang di Pelabuhan Paotere‟, Kota Makassar ataupun
bekerja sebagai tukang dan buruh bangunan di daerah Pulau Batam, Kep.
Riau. Adapun penduduk yang memiliki pendidikan strata satu (S1) akan
bekerja sebagai pemandu wisata/tour gaet di daerah Batam, Kep. Riau
ataupun bekerja sebagai pegawai diperusahaan coklat yang berada di
Kota Palopo, Prov. Sulawesi Selatan.
Secara khusus dari ketiga daerah tersebut, Pulau Batam di Kep.
Riau merupakan daerah yang paling utama untuk menjadi tujuan migrasi
dari para penduduk yang berada di Desa Bonerate. Hal tersebut
61 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
dipengaruhi karena banyaknya armada kapal pelayaran rakyat yang sejak
dahulu menjadikan pulau batam sebagai tujuan untuk mengambil barang,
khususnya pupuk urea yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
bom ikan. Sejak tahun 2000 hingga akhir tahun 2015, armada kapal
pelayaran rakyat yang berasal dari Desa Bonerate banyak melakukan
pelayaran menuju Pulau Batam untuk mengmabil puluhan ton pupuk urea
yang kemudian akan di antarkan menuju ke Kota Makassar. Tarif sewa
jasa angkut untuk setiap karung pupuk urea seberat 50 kg akan di
bebankan sebesar Rp. 1.000.000.
Mengacuh pada tingginya biaya sewa untuk jasa angkut pupuk urea,
menjadikan pemilik kapal yang berada di Desa Bonerate memilih tujuan
Pulau Batam sebagai tempat untuk mengambil muatan. Penangkapan dan
penyitaan puluhan armada kapal milik masyarakat Desa Bonerate serta
pengusaha yang berada di Pulau Batam di awal tahun 2016, yang
disebabkan karena muatan yang bersifat ilegal menjadikan intensitas
pelayaran menuju Pulau Batam menjadi menurun. Dengan adanya
intensitas pelayaran yang dilakukan dalam kurun waktu 10 hingga 15
tahun, menjadikan masyarakat yang telah melakukan pelayaran memiliki
relasi serta pengetahuan dasar terkait dengan daerah yang berada di
Pulau Batam. Dengan adanya faktor relasi serta pengetahuan terkait
dengan keadaan sosial di daerah tersebut, maka menjadikan masyarakat
di Desa Bonerate megutamakan pulau batam sebagai tujuan untuk
melakukan migrasi.
62 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
C. Mata pencaharian
Karasteristik keadaan lingkungan Desa Bonerate yang merupakan
kepulauan dan berdaratan rendah, menjadikan masyarakat memiliki mata
pecaharian yang berpusat pada sektor kelautan. Meskipun demikian,
wilayah daratan juga di mamfaatkan sebagai sektor mata pencaharian
khususnya pada bidang pertanian, perkebunan dan peternakan. Selain
kedua hal tersebut, jenis mata pencaharian lainnya yang tidak di
kategorikan kedalam pemamfaatan sumber daya alam seperti pegawai
negri sipil, pedagang serta pembuat perahu merupakan jenis mata
pencaharian yang juga terdapat di Desa Bonerate. Adapun jenis mata
pencaharian berdasarkan sektor pemamfaatan akan diuraikan ke dalam
sub poin sebagai berikut;
C.1 Perikanan
Pemamfaatan sumber daya alam pada sektor kelautan khususnya
perikanan menjadi ciri utama pada masyarakat yang memiliki keadaan
lingkungan berupa pesisir dan kepulauan. Pada masyarakat Desa
Bonerate, pemamfaatan sektor kelautan pada bidang perikanan hanya
dilakukan dengan bekerja sebagai nelayan. Adapun pemamfaatan wilayah
laut untuk pembudidayaan ikan dengan jenis tertentu, belum menjadi jenis
pekerjaan lainnya yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Bonerate serta
seluruh masyarakat yang berada Pulau Bonerate. Keterbatasan sarana
serta pengetahuan terhadap berbagai macam jenis pengelolaan perikanan
menjadi salah satu faktor dari kurangnya jenis pekerjaan lainnya dalam
63 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
hal pemamfaatan wilayah laut. Adapun berbagai macam jenis nelayan
yang terdapat di Desa Bonerate ialah sebagai berikut;
a. Nelayan Pancing
Tabel 3.2. : Jenis Nelayan Pancing
No Jenis kerja Sarana dan alat
tangkap Cara kerja
Jenis tangkapan
1 Nelayan pancing
Senar, mata kail. Sanpan/jolloro‟.
Bekerja secara individu. Memancing di tengah laut ataupun di tepi pelabuhan dan dermaga dengan menggunakan umpan berupa ikan samporea, cakalang, ataupun momar.
Ikan burengseh, kadafo, mola tumbila, ikan katamba kulo, sunu‟, kerapu serta jenis ikan karang lainnya.
2 Cigi Senar dan mata kail.
Bekerja secara individu. 4 buah mata kail yang di ikat secara sekaligus serta ditarik/hentak secara kuat saat ikan telah terlihat.
Ikan samporea dan ikan opuru‟ oele.
3 Tonda cakalang
Senar, mata kail, dan Sanpan/jolloro‟.
Bekerja secara berkelompok (2 s/d 3 orang). Senar yang terdiri dari puluhan mata kail yang di tarik-ulur secara perlahan saat perahu jollor sementara berjalan.
Ikan cakalang dan ikan momar.
4 Ulu-ulu/rinta‟ Senar, mata kail, dan Sanpan/jolloro‟.
Senar yang terdiri dari puluhan mata kail, yang memiliki umpan berupa bulu sutra, yang di
Ikan burengseh, kadafo, mola tumbila, ikan
64 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
tarik-ulur secara perlahan di atas sanpan/jolloro‟/di tepi dermaga ataupun pelabuhan.
katamba kulo, simba kaluku, kali bomba serta jenis ikan karang lainya.
5 Tonda-tonda cumi
Senar, mata kail dan Sanpan/jolloro‟.
Bekerja secara individu. Senar yang memiliki umpan kayu ataupun plastik yang menyerupai seekor udang yang di tarik-ulur secara perlahan di atas atas sanpan/jolloro‟/ tepi dermaga dan pelabuhan.
Cumi-cumi dan sotong.
6 Rave
Senar, mata kail, pelampung gabus/botol plastik dan Sanpan/jolloro‟.
Bekerja secara berkelompok (2 s/d 3 orang). Senar dan mata kail yang memiliki umpan berupa ikan cakalang/momar dan memiliki pelampung dengan cara kerja yang di diamkan selama semalam.
Ikan sunu‟, katamba kulo kerapu serta jenis ikan karang lainnya yang berukuran besar.
b. Nelayan jarring Tabel 3.3. : Jenis Nelayan Jaring
No Jenis Kerja Sarana Dan Alat
Tangkap Cara Kerja
Jenis Tagkapan
1 Lamba jaring, kacamata selam, jolloro‟ dan sanpan.
Bekerja secara berkelompok (4 s/d 6 orang). Jaring yang di bentangkan dari atas perahu
Ikan burengseh, kadafo, mola tumbila, ikan katamba kulo, simba
65 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
jolloro‟ serta seseorang yang menyelam ke dasar laut, dan 2 lainnya yang mengusir ikan dengan cara memukul permukaan air menggunakan kayu/dayung sanpan dari atas perahu sanpan.
kaluku, kali bomba, cumi-cumi, komparu, pogo, ru‟u, serta jenis ikan karang lainya.
2 Samporea Jaring dan sanpan.
Bekerja secara individu. Jaring yang di bentangkan lalu mengusir ikan menggunakan dayung sanpan.
Samporea
3 Opuru‟ Jaring dan sanpan Bekerja secara berkelompok (2 s/d 3 orang).
Ikan Simba kaluku, mandor, sori olo‟, tingkolo‟, tombo‟-tombo‟ serta jenis ikan karang lainnya.
4 Kabiti Jaring dan sanpan.
Bekerja secara individu. Jaring yang di lempar saat air telah surut/meti.
Ikan opuuru‟ ole dan mandor.
5 Rompong
Jaring, rakit, gabus, daun kelapa, dan sanpan/jolloro‟.
Jaring yang dikaitkan pada rakit rumah bambu serta menggunakan media daun kelapa sebagai daya tarik ikan agar ikan berkumpul pada bagian bawah
Ikan cakalang dan momar.
66 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
dari daun tersebut.
c. Nelayan penyelam Tabel 3.4. : Jenis Nelayan Penyelam
No Jenis Kerja Sarana Dan Alat
Tangkap Cara Kerja
Jenis Tangkapan
1 Temba-temba kenta
Panah, kacamata selam dan sanpan/jolloro‟.
Bekerja secara individu. Menyelam pada bagian dasar laut yang memiliki tumpukan batu karang serta menembakkan anak panah pada ikan yang terlihat.
ikan tai‟ repe, kangka, katamba kulo, kalampute, hongoli, faka-faka serta jenis ikan karang lainnya.
2 Kompresor teripang
Jolloro‟, kompresor, serta kacamata selam.
Bekerja secara berkelompok (3 s/d 4 orang). Menyelam pada bagian dasar laut menggunakan bantuan udara yang bersumber dari mesin kompresor serta sebuah kacamata selam dan seorang yang mengawasi mesim kopresor dari atas perahu jolloro‟
teripang.
3 Bom ikan
Jolloro‟ kacamata selam dan bom ikan yang berbahan dasar pupuk urea.
Bekerja secara berkelompok (1 s/d 2 orang). Seseorang yang melihat kedaan dasar laut dari atas perahu jolloro‟ dengan cara mencelupkan
Ikan kangka, katamba kulo, komparu, ku buri, serta segala jenis ikan yang terkena bom.
67 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
bahagian kepala untuk memastikan jumlah ikan yang akan di lempari bom.
4 Hekente
Kacamata selam dan atupun menggunakan sanpan.
Bekerja secara individu ataupun kelompok. Menyelam menggunakan kacamata selam dengan ataupun menyisir wilayah pesisir saat air telah surut/meti.
Ranga‟, sipi‟ dan kima.
5 Polo
Kacamata selam, bubuh (keranjang yag terbuat dari anyaman bambu) dan sampan.
Bekerja secara individu ataupun kelompok.
Ikan kangka, katamba kulo, komparu, ku buri, serta segala jenis ikan karang lainnya.
6 Tihe Kacamata selam, pengait dari besi dan sanpan.
Bekerja secara individu ataupun kelompok. Menyelam pada bagian dasar laut dengan bantuan kacamata selam.
Bulu babi
7 Patoga
Kacamata selam dan sanpan/perahu jolloro‟.
Bekerja secara individu. Menyelam pada bagian dasar laut menggunakan bantuan kacamata selam.
Patoga/akar bahar (tanaman laut berjenis kayu yang dapat dibuat berbagai macam jenis kerajinan tangan).
Selain keterbatasan sarana dan pengetahuan yang terkait dengan
pengelolaan sumber daya wilayah laut, kondisi cuaca juga menjadi
68 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
kendala yang di alami oleh nelayan di Desa Bonerate dalam setiap aktfitas
penangkapan yang dilakukan. Oleh karena itu nelayan yang berada di
Desa Bonerate hanya melakukan aktifitas penangkapan saat di musim
timur. Adapun intensitas dari aktifitas penangkapan ikan saat di musim
barat akan menurun, karena pengaruh cuaca yang tidak dapat
memungkinkan bagi nelayan untuk turun melaut. Dengan demikian,
nelayan di Desa Bonerate dapat dikategorikan sebagai nelayan yang
berskala kecil karena bentuk dari aktifitas penangkapan serta sarana yang
digunakan masih bersifat sederhana.
Adapun nelayan di Desa Bonerate mengelolah hasil tangkapan
dengan cara di jual kepada pengepul ataupun menyerahkan kepada pihak
istri untuk selanjutnya dijual dengan cara berkeliling ke rumah-rumah
warga menggunakan sepeda roda dua/sepeda motor. Seluruh hasil
tangkapan yang di peroeleh selama melaut akan langsung di serahkan
kepada pihak pengepul ataupun pihak istri agar kualitas dari hasil
tangkapan tidak menurun. Upaya tersebut merupakan sikap atisipatif dari
seluruh nelayan, agar modal selama melakukan penangkapan dapat
tertutupi sehingga tidak mengalami kerugian secara finansial. Faktor
utama dari hal tersebut dipengaruhi, karena belum adanya sarana
pengelolaan hasil tangkapan yang disediakan oleh pihak pemerintah
kabupeten berupa pabrik Es balok yang menjadi bahan utama dalam
pengawetan hasil tangkapan. Adapun berbagai jenis hasil tangkapan laut
yang di jual atau pun di komsumsi secara pribadi ialah sebagai berikut ;
69 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Tabel 3.5: Jenis Hasil Tangkapan Nelayan
No Nama Hasil
Laut
Jenis Pemamfaatan
Hasil Laut Gambar
1 Ikan
Ali – ali kali bomba
Komsumsi pribadi
2 Ikan
Burengseh Komsumsi pribadi
3 Ikan
Cakalang Di jual
4 Ikan
Faka-faka Di jual
5 Ikan hongoli Di jual
6
Ikan kadafo Komsumsi pribadi
7 Ikan sori Komsumsi pribadi
70 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
8 Ikan tonto Di jual
9 Ikan tombo-
tombo Di jual
10 Ikan ti‟o Di jual
11 Ikan ti‟o putih Komsumsi pribadi
12 Ikan tingkolo Dijual
13 Ikan ta‟i repe‟ Komsumsi pribadi
14 Ikan sori olo Komsumsi pribadi
15 Ikan simba
kaluku Di jual
71 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
16 Ikan samporea Di jual
17 Ikan ru‟u Di jual
18 Ikan pogo Komsumsi pribadi
19 Ikan opuru‟ oole Komsumsi pribadi
20 Ikan nai‟ makuri Komsumsi pribadi
21 Ikan mpule‟pule Komsumsi pribadi
22 Ikan mola tumbila
Di jual
23 Ikan mola pasi‟ Di jual
72 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
24 Ikan mola
makuri Di jual
25 Ikan meha Di jual
26 Ikan majahabu Komsumsi pribadi
27 Ikan loka-loka Komsumsi pribadi
27 Ikan kuu Komsumsi pribadi
28 Ikan kuburi Komsumsi pribadi
29 Ikan komparu Komsumsi pribadi
30 Ikan hopa Komsumsi pribadi
73 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
31 Ikan hongoli Komsumsi pribadi
32 Teripang fake-
fake oro Di jual
33 Kerang
kamba‟u Komsumsi pribadi
34 Kerang kima Di jual
35 Kerang sipi‟ Di jual
36 Kerang ranga Di jual
C.2 Perkebunan
Pemamfaatan lahan kosong sebagai aktifitas dari jenis mata
pencaharian lainnya, juga dilakukan oleh masyarakat yang berada di Desa
Bonerate, selain masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Secara
umum, pemamfaatan lahan kosong dilakukan dalam bentuk pengelolaan
perkebunan yang tanami berbagai macam jenis tumbuhan yang secara
ekonomi dapat menghasilkan keuntungan. Adapun berbagai macam jenis
74 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
tumbuhan yang di kelola dalam bentuk perkebunan antara lain ialah
kacang mente, buah kelapa, kacang hijau, kacang panjang, buah sukun,
pisang, buah kelor, serta daun buah mengkudu. Kendala utama bagi
penduduk yang melakukan pengeolaan perkebunan ialah ketersediaan air
untuk kebutuhan tanaman yang di kelolah. Hal ini di sebabkan karena
keadaan tanah yang didominasi oleh bebatuan kapur serta keadaan iklim
yang panas.
Dengan adanya keadaan lingkungan yang tidak begitu menunjang
bagi aktifitas perkebunan para petani, maka akan berdampak pada hasil
produksi yang diperoleh. Dengan demikian hasil produksi tumbuhan
ekonomis tersebut, hanya di panen dalam jangka waktu sekali dalam
setahun. Sebahagian hasil panen yang diperoleh seperti buah sukun,
kelapa, pisang, kacang panjang dan buah kelor hanya di jual secara
langsung oleh istri-istri para petani saat hari pasar telah tiba. Adapun hasil
panen yang diperoleh seperti buah mente dan kacang hijau akan di jual
kepada pengepul untuk selanjutnya kembali di jual dan dikelolah oleh
pabrik-pabrik besar yang berada di Kota Surabaya, Kota Maumere, dan
Kota Makassar.
C.3 Peternakan
Pemeliharaan hewan yang dikelola dalam bentuk peternakan juga
dimamfaatkan sebagai sumber pendapatan tambahan yang secara umum
dilakukan oleh masyarakat di Desa Bonerate. Secara umum, pengelolaan
peternakan banyak di geluti oleh kaum ibu yang tidak memiliki pekerjaan
75 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
pada sektor instansi pemerintahan. Adapun jenis hewan yang dipelihara
untuk diternakkan ialah seperti kambing, itik, ayam, dan manila. Selain itu,
adapun jenis hewan yang dipelihara untuk digunakan sebagai tenaga
bantu dalam bidang perkebunan ialah berupa anjing dan kuda. Adapun
hewan yang di ternak akan dimamfaatkan sebagai komsumsi pribadi dari
pemilik pada acara-acara tertentu seperti pernikahan, sunatan, syukuran
dan hari raya besar islam ataupun di serahkan kepada pengepul untuk
selanjutnya di jual di Kab. Selayar dan Kota Makassar.
Bentuk pegelolaan peternakan untuk binatang peliharaan seperti
ayam, itik, dan bebek akan dilakukan dalam bentuk ternak lepas. Hewan
yang di kelola dalam bentuk ternak lepas akan dipeliharan dengan cara
dibiarkan untuk berkeliaran pada area sekitar rumah dari pemilik ternak.
Penggunaan kolom dan belakang rumah juga dimamfaatkan sebagai area
untuk kandang dari ternak yang dilepas. Selain itu, jenis hewan peliharaan
seperti kambing juga di kelola dalam bentuk ternak lepas yang dipelihara
pada area lahan kosong yang tidak dijadikan sebagai lahan perkebunan.
C.4 Pembuatan perahu
Pembuatan perahu/kapal juga merupakan salah satu mata
pencaharian yang secara umum di geluti oleh masyarakat yang memiliki
keterampilan dalam bidang pertukangan kayu. Adapun masyarakat yang
berprofesi sebagai pembuat perahu/kapal sangat mudah untuk ditemukan
di Desa Bonerate, namun tidak adanya pencatatan resmi dari pemerintah
setempat membuat penulis kesulitan untuk mengkalkulasi seluruh
76 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
masyarakat yang berprofesi sebagai pembuat kapal. Pembuat
perahu/kapal memamfaatkan wilayah pesisir sebagai lokasi untuk
melakukan pembuatan, hal ini dilakukan agar lebih memudahkan
masyarakat untuk mendorong kapal/perahu secara bergotong royong saat
kapal/perahu telah selesai di buat. Secara umum perahu ataupun kapal
yang dibuat di Desa Bonerate merupakan pesanan dari pemilik yang
berasal dari luar pulau seperti Maumere, Kota Benteng, Pulau Jinato, dan
luar negri. Adapun jenis serta ukuran kapal dan perahu yang dibuat di
Desa Bonerate ialah seperti perahu sanpan yang berkuran 3 kali 1 M dan
jolloro‟ yang berukuran 7 kali 2 M, serta kapal layar motor yang berbobot
150 hingga 600 ton.
C.5 Pelayaran
Penyerapan tenaga kerja pada sektor kelautan khususnya pelayaran
juga merupakan jenis mata pencaharian yang banyak di geluti oleh
penduduk yang berada di Desa Bonerate. Pelayar di Desa Bonerate di
dominasi oleh remaja dan lelaki dewasa yang memiliki usia kerja antara
17 s/d 60 tahun. Secara umum, profesi kepelayaran di peroleh melalui
panggilan kerja dari pemilik kapal yang berada di Pulau Bonerate ataupun
menjadi awak di kapal-kapal milik perusahaan yang berada di Pulau Jawa.
Adapun rute pelayaran untuk kapal yang berasal dari Pulau Bonerate ialah
seperti Kota Makassar, Kab Selayar, dan Pulau Flores, sedangkan untuk
pelayar yang merantau ke daerah jawa memiliki rute pelayaran berupa
77 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Kalimantan, Sumatera, NTB, Sumba, Bitung, Maluku, Kupang, Kepulauan
Tanimbar dan Jayapura.
D. Prasarana dan Sarana
D.1 Pelabuhan dan Tambatan Perahu
Ketersediaan sarana umum di Desa Bonerate dapat dikatakan telah
cukup memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada sektor perhubungan laut,
terdapat sebuah pelabuhan dan dermaga perahu yang digunakan untuk
menunjang aktifitas kelautan masyarakat di Desa Bonerate. Pelabuhan
difungsikan oleh masyarakat sebagai pusat aktifitas pelayaran di Pulau
Bonerate. Adapun dermaga perahu difungsikan sebagai lokasi bongkar
muat oleh perahu-perahu yang memuat barang dari ibu kota kabupaten
saat musim barat tiba.
D.2 Prasarana Kesehatan
Aspek kesehatan merupakan hal yang sangat pokok yang harus
dimiliki oleh setiap manusia. Maka dari itu ketersediaan prasarana
kesehatan juga sangat penting untuk mendukung upaya dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat. Adapun prasarana di Desa Bonerate
mencakup satu buah Puskesmas dipusat kecamatan, Pustu yang tersebar
disetiap desa serta sebuah kendaraan oprasional puskesmas berupa
kendaraan kaisar roda tiga. Selain itu, ketersediaan tenaga medis juga
menjadi aspek utama dalam upaya mewujudkan kesehatan bagi seluruh
masyarakat. Adapun tenaga medis terdiri dari dokter, perawat dan bidan
78 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil dan pegawai honorer yang
berasal dari pulau boenrate serta Kabupaten Kota.
D.3 Pendidikan
Aspek utama dalam menunjang kualitas sumber daya manusia yang
dalam hal ini ialah keseluruhan penduduk yang terdapat di Desa Bonerate
adalah keberhasilan dibidang pendidikan. Salah satu keberhasilan di
bidang pendidikan ialah tersedianya fasilitas pendidikan. Adapun sarana
pendidikan yang terdapat di Desa Bonerate ialah berjumlah 9 buah
gedung sekolah, dengan rincian TK berjumlah 4 unit, SD berjumlah 3 unit,
SMP berjumlah 1 unit serta SMA yang berjumlah 1 unit. Adapun tabel
jumlah keseluruhan fasilias gedung yang terdapat Di Desa Bnerate ialah
sebagai berikut;
Tabel 3.6 : Fasilitas Gedung Sekolah
No Jenis Gedung Jumlah
1 TK 4
2 SD 3
3 SMPN 1
4 SMA 1
Sumber : Data Pribadi Penulis
Mengacuh pada uraian data diatas, bahwa fasilitas pendidikan yang
terdapat di Pulau Bonerate hanyalah berupa gedung sekolah, serta
jenjang pendidikan tertinggi hanya pada sebatas tingkatan sekolah
menengah atas. Pada umumnya masyarakat yang berusia remaja yang
telah menyelesaikan pendidikan pada jenjang sekolah menengah atas
79 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
akan meninggalkan Pulau Bonerate untuk melanjutkan pendidikan pada
jenjang perguruan tinggi. Adapun beberapa perguruan tinggi yang menjadi
tempat untuk melanjutkan pendidikan bagi penduduk berusia remaja di
Pulau Bonerate ialah, Universitas Muhammadiah Makassar, Universitas
Negri Makassar, Universitas Islam Negri, Universitas Hasanuddin serta
beberapa kampus berbasis kebidanan yang terdapat di Kota Selayar dan
Makassar.
D.4 Tempat peribadatan
Tempat peribadatan merupakan aspek materil dalam menunjang
setiap aktifitas keagamaan seperti pelaksanaan ibadah serta aktifitas
keagamaan lainnya. Adapun fasilitas berupa tempat peribadatan yang
terdapat di Pulau Bonerate ialah berupa mesjid, hal tersebut di pengaruhi
karena seluruh masyarakat di Pulau Bonerate beragama muslim. Secara
khusus Desa Bonerate memiliki 2 buah mesjid yang bernama Mesjid Tua
Bonerate dan sebuah mesjid baru yang belum memiliki nama. Mesjid baru
yang belum memiliki nama di dirikan pada akhir 2014 dan digunakan
untuk melaksanakan setiap aktifitas keagamaan seperti shalat 5 waktu
dan pengajian, adapun Mesjid Tua Bonerate merupapakan mesjid yang
didirikan pada tahun 1990-an dan hanya di peruntukan sebagai balai
pertemuan masyarakat serta sebagai taman pendidikan Al-Quran bagi
anak-anak yang berusia 6 s/d 16 Thn.
80 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
E. Jalur Pelayaran Rakyat
Jalur dalam pelayaran merupakan hal yang paling utama dalam
setiap aktifitas pelayaran yang akan dilakukan, seperti halnya dengan jalur
pelayaran untuk usaha yang berbasis kapal pelayaran rakyat. Adapun
penentuan jalur pelayaran untuk kapal pelayaran rakyat, akan di tentukan
secara inisiatif oleh pemilik kapal yang bedasarkan daerah tujuan yang
akan menjadi basis usaha yang akan di jalankan. Meskipun demikian,
pihak pemilik kapal ataupun pelaksana usaha akan tetap
mengkomunikasikan kepada pihak syahbandar terkait dengan perizinan
agar dapat melalui jalur yang telah ditentukan. Dengan demikian, kapal
pelayaran rakyat dapat menjangkau seluruh daerah di Indonesia melalui
penentuan jalur yang ditentukan secara mandiri dari pihak pemilik kapal.
Selain itu, kapal pelra dapat berlabuh di dermaga ataupun pelabuhan yang
secara teknis tidak dapat di tambati oleh kapal-kapal besar lainnya,
sehingga hal tersebut sangat mendukung dalam akfititas pelayaran untuk
mengjangkau daerah yang terpencil.
Secara umum, faktor ukuran serta daya tampung muatan kapal juga
mempengaruhi penentuan jalur dalam pelaksanaan pelayaran yang akan
dilakukan. Jalur pelayaran dengan daerah tujuan seperti Makassar,
Surabaya, dan Meumere, umumnya akan di lakukan oleh kapal yang
berdaya tampung 300 s/d 500 Ton. Adapun jalur pelayaran dengan
daerah tujuan seperti Pulau Selayar, Kab. Bulukumba, Pulau Jinato, dan
Pulau Kalotoa, hanya dilakukan oleh kapal yang berdaya tampung 19 s/d
81 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
200 Ton. Jenis muatan serta jaringan kerja yang berbeda pada tiap
daerah yang menjadi tujuan pelayaran yang dimiliki oleh pihak pemilik
kapal, menjadi faktor dari beragamnya jalur pelayaran dari kapal pelra.
Serupa dengan Peraturan Menteri Perhubungan PM No 93 Tahun
2013 Bagian kelima tentang Kegiatan Angkutan Laut Pelayaran Rakyat
pasal 56 ayat 2 yang menyatakan bahwa; Kegiatan angkutan laut
pelayaran rakyat yang menggunakan kapal sebagaimana di maksud
dalam pasal 54 ayau (2) huruf a dan huruf b dilakukan dengan trayek tidak
tetap dan tidak teratur. Dari uraian pasal tersebut, kembali di
ejawantahkan kedalam pasal 57 yang menyatakan bahwa perusahaan
angkutan laut pelayaran rakyat dalam melakukan kegiatan angkutan laut
secara tidak tetap dan tidak teratur sebagaimana dimaksud dalam pasal
56 ayat 2 dapat mengangkut muatan berupa barang umum, barang curah
kering dan/ curah air; dan/ atau barang yang sejenis dalam jumlah tertentu
yang sesuai dengan kondisi kapal pelayaran rakyat.
Dari adanya regulasi tersebut maka angkutan jasa laut kapal pelra
dapat menjangkau daerah manapun yang secara ekonomis dapat menjadi
pemasukan bagi usaha yang dijalankan. Selain itu, pelaksanaan
pelayaran yang bersifat tidak teratur dapat memberikan dampak posisif
bagi pemilik dan awak kapal berupa penentuan jadwal pelayaran guna
menghindari cuaca buruk serta penentuan hari dan waktu yang di anggap
tidak mendatangkan rejeki. Secara teknis pelaksana usaha yang dalam
hal ini ialah nahkoda kapal, akan tetap mengkomunikasikan kepada pihak
82 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
syahbndar tekait dengan jadwal pelaksaan pelayaran yang bersifat tidak
tetap dan tidak teratur.
Gambar 3.2 : Jalur Pelayaran Rakyat Di Prov. Sul Sel Sumber : Data Pribadi Penulis
83 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
F. Pelra dalam Peraturan Pemerintah
Jasa angkutan laut kapal pelra merupakan sarana transportasi yang
secara hukum telah mendapat legitimasi oleh negara pada setiap
pelaksanaan pelayaran yang akan dilakukan. Peraturan yang terkait
dengan jasa angutan laut kapal pelra di uraikan kedalam Peraturan
Menteri Perhubungan No 93 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Dan
Pengusahaan Angkutan Laut. Secara spesifik, jasa angkutan laut kapal
pelra di atur kedalam beberapa pasal yang menguraikan segala aspek
ketentuan dari usaha jasa angkutan laut kapal pelra. Adapun berbagai
macam pasal yang uraikan kedalam peraturan menteri perhubungan No
93 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Dan Pengusahaan Angkutan
Laut, ialah sebagai berikut;
Bagian Kedua
Angkutan Laut
Paragraf 5 Angkutan Laut Pelayaran Rakyat
Pasal 15
1) kegiatan angkutan laut pelayaran rakyat sebagai usaha masyarakat
yang bersifat tradisional dan merupakan bagian dari usaha angkutan
di perairan yang mempunyai karasteristik tersendiri
2) Kegiatan angkutan laut pelayaran-rakyat dilakukan oleh orang
perseorangan warga negara Indonesia atau badan usaha dengan
menggunakan kapal berbendera Indonesia yang memenuhi
persyaratan kelayaklautan kapal serta diawaki oleh Awak Kapal
berkewarganegaraan Indonesia.
84 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Pasal 16
1) Pembinaan angkutan laut pelayaran-rakyat dilaksanakan agar
kehidupan usaha dan peranan penting angkutan laut pelayaran-
rakyat tetap terpelihara sebagai bagian dari potensi angkutan laut
nasional yang merupakan satu kesatuan sistem transportasi
nasional.
2) Pengembangan angkutan laut pelayaran-rakyat dilaksanakan untuk:
a. meningkatkan pelayanan ke daerah pedalaman dan/atau
perairan yang memiliki alur dengan kedalaman terbatas
termasuk sungai dan danau;
b. meningkatkan kemampuannya sebagai lapangan usaha
angkutan laut nasional dan lapangan kerja; dan
c. meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dan
kewiraswastaan dalam bidang usaha angkutan laut nasional.
3) Armada angkutan laut pelayaran-rakyat dapat dioperasikan di dalam
negeri dan lintas batas, baik dengan trayek tetap dan teratur maupun
trayek tidak tetap dan tidak teratur.
Bagian kedelapan
Tarif Angkutan dan Usaha Jasa Terkait
Pasal 35
1) Tarif angkutan di perairan terdiri atas tarif angkutan penumpang
dan tarif angkutan barang.
2) Tarif angkutan penumpang kelas ekonomi ditetapkan oleh
Pemerintah.
85 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
3) Tarif angkutan penumpang nonekonomi ditetapkan oleh
penyelenggara angkutan berdasarkan tingkat pelayanan yang
diberikan.
4) Tarif angkutan barang ditetapkan oleh penyedia jasa angkutan
berdasarkan kesepakatan antara pengguna jasa dan penyedia jasa
angkutan sesuai dengan jenis, struktur, dan golongan yang
ditetapkan oleh Pemerintah.
G. Kesenian dan Kegiatan Adat
kesenian ataupun kegiatan adat merupakan sebuah aktifitas yang
lazim di temui pada suatu kelompok masyarakat, khususnya pada
masyarakat pulau bonerate. Masyarakat pulau bonerate memiliki sebuah
kegiatan yang bersikan berbagai macam rangkaian acara yang di sebut
dengan „pesta tahunan‟. Pesta tahunan merupakan sebuah acara di
selenggarakan setiap tahunnya pada bulan oktober hingga november.
Penyelenggaraan pesta tahuanan melibatkan seluruh desa di kecamatan
pasimarannu yang terbagi ke dalam dua wilayah pulau berbeda. Salah
satu dari ke delapan wilayah desa akan menjadi tuan rumah untuk
membuka acara bahwa pesta tahunan telah dimulai. Penentuan desa
pertama yang akan membuka pesta tahunan dilakukan dengan cara
musyawarah oleh seluruh perangkat desa se kecamatan pasimarannu.
Dalam pelaksanaannya, pesta tahunan memiliki rangkaian acara yang
cukup banyak, dan memakan waktu selama sebulan penuh. Adapun
rangkaian kegiatan pada acara pesta tahunan ialah sebagai berikut;
86 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
G.1 Pangaru
Pesta tahunan akan di awali dengan acara Pangaru pada salah satu
desa yang telah menjadi tuan rumah pertama dari hasil musyawarah yang
telah ditentukan. Pangaru merupakan sebuah kesenian bela diri yang
menunjukkan kekebalan peserta dari benda tajam seperti parang, badik,
ataupun pisau. Peserta Pangaru terdiri dari 8 orang penari serta akan
saling menusuk dan mengiris bahagian tubuh antara satu dengan yang
lainnya dengan sebuah benda tajam sambil di iringi dengan pengiring
yang memaikan alat musik seperti gendang dan seruling. Dalam
kepercayaan masyarakat Pulau Bonerate, irama musik yang di mainkan
akan mempengaruhi penari saat Pangaru di lakukan. Penari Pangaru
akan semakin menusuk dan mengiris satu sama lain jika irama musik
semakin cepat.
Saat acara sedang berlangsung, penonton yang juga memiliki ilmu
kebal yang berada di luar garis akan secara tiba-tiba masuk ke dalam
area pesta saat mendengar irama musik yang di mainkan oleh pengiring
Pangaru. Beberapa kejadian seperti meninggal dan luka parah akibat
benda tajam pernah terjadi saat Pangaru di laksanakan pada tahun 2000,
dengan kejadian tersebut kegiatan Pangaru pada penyelenggaraan pesta
tahunan mengalami kefakuman hingga tahun 2016. Sehingga saat acara
Pangaru sedang berlangsung, maka pihak pengamanan yang dilakukan
oleh polisi dan tentara akan menjaga batas aman agar penonton Pangaru
tidak dapat masuk ke dalam area pentas. Pihak pengamanan akan secara
87 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
tiba-tiba menghentikan acara pagaru apabila jumlah penonton sudah tidak
dapat di kendalikan saat akan masuk kedalam area pentas.
G.2 Joge’
Joge‟ merupakan Bhs Bonerate yang berarti berjoged atau
bergoyang, yang juga merupakan rangkaian dari acara pesta tahunan.
Acara Joge‟ di selenggarakan dimalam hari setelah acara Pangaru di
laksanakan di pagi hari. Acara Joge‟ di lakukan dengan seorang penyanyi
serta diiringi dengan seorang yang memainkan keibord piano. Acara Joge‟
akan di mulai saat pukul delapan hingga pada pukul satu malam serta
lagu yang dinyanyikan oleh biduan pun akan berfariasi seperti lagu
berirama remix hingga lagu daerah. Beberapa wanita yang kadang
berjumlah 8 s/d 10 orang akan duduk secara berbaris pada sebuah kursi
yang telah disediakan, dan akan berdiri dan berjoged saat lagu telah di
nyanyikan oleh biduan perempuan.
Saat lagu mulai di nyayikan oleh biduan wanita, maka sebahagian
masyarakat seperti anak-abak (7 s/d 16 thn), orang tua (27 s/d 50 thn),
hingga manula (51 thn keatas) akan berada di depan para wanita yang
sebelumnya duduk dan berjoged bersama dengan biduan dan masyarakat
lainnya. Beberapa tindakan perkelahian akibat pengaruh alkohol jenis sopi
juga sering terjadi saat acara Joge‟ sedang berlangsung yang di lakukan
oleh pemuda dari berbagai desa yang datang. Umumnya pemuda yang
melakukan pertikaian disebabkan karena saling bersenggol ataupun
pasangan wanita saat berjoged di lirik oleh peserta Joge‟ lainnya.
88 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
G.4 Manga-manga
Acara lainnya yang juga menjadi bahagian dari rangkaian kegiatan
pesta tahunan ialah Manga-manga. Kata Manga-manga merupakan bhs
asli bonerate yang berarti makan-makan. Penyelenggaraan acara Manga-
manga dibebankan kepada seluruh mayarakat desa yang menjadi tuan
rumah dan dilaksanakan mulai pada pukul 10 pagi s/d 8 malam. Seluruh
masyarakat desa yang menjadi tuan rumah acara Manga-manga akan
menyiapkan berbagai macam hidangan, untuk kemudian di suguhkan
kepada tamu yang datang. Desa yang menjadi tuan rumah akan
mengundang ke tujuh desa lainnya untuk datang ke menyantap hidangan
yang telah di sediakan.
Masyarakat yang menjadi tuan rumah akan memanggil tamu agar
masuk ke dalam rumah untuk menyantap hidangan yang telah di
sediakan, dan tamu yang di undang pun tidak boleh menolak ajakan dari
pihak tuan rumah. Tamu yang telah kenyang pun akan kembali mencicipi
hidangan yang telah di sediakan, meskipun tamu yang di panggil terlebih
dahulu telah menyantap makanan di rumah warga sebelumnya. acara
Manga-manga, menjadi acara yang paling di tunggu oleh masyarakat
pulau bonerate, karena masyarakat yang datang dapat menyantap
berbagai macam hidangan secara sepuasnya.
89 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Tentang Struktur Organisasi
Organisasi kerja pada kapal pelayaran rakyat merupakan sebuah
struktur yang memiliki komponen-komponen yang saling berhubungan.
Setiap komponen yang terdapat dalam struktur organisasi kerja memiliki
fungsi berdasarkan status dan peran kerja dalam setiap pelaksanaan
tugas. Pelaksanaan tugas berdasarkan fungsi masing-masing komponen
dalam struktur organisasi kapal pelra merupakan upaya dalam menjaga
keteraturan dalam kaitan menjalankan usaha. Secara umum dalam kaitan
pelaksanaan usaha jasa angkut kapal pelra, setiap komponen dalam
struktur organisasi memiliki fungsi yang secara teknis disebut sebagai
tugas dalam setiap pelaksanaan kerja.
Fungsi yang secara teknis disebut sebagai tugas terbagi menjadi dua
yaitu tugas yang berdasarkan status kerja dari masing-masing individu
serta tugas yang berdasarkan kerja kolektif dari seluruh komponen dalam
struktur kapal pelra. Selain itu setiap komponen dalam struktur organisasi
kerja kapal pelra juga memiliki keterkaitan/relasi antar setiap komponen.
Keterkaitan antar komponen dalam struktur organisasi kapal pelra dalam
terbagi menjadi dua yaitu relasi yang bersifat pekerjaan serta relasi yang
bersifat hubungan kekerabatan. Relasi yang bersifat pekerjaan mencakup
pelaksanaan kerja berdasarkan perintah dari nahkoda ataupun
berdasarkan tingkatan dalam struktur organiasi. Sedangkan relasi yang
90 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
bersifat hubungan kekerabatan ialah, sebuah hubungan yang saling
memiliki ketergantungan satu sama lain dalam konteks relasi sosial,
sebagai contoh awak kapal yang memberikan pinjaman finansial kepada
rekannya ataupun pemilik kapal yang memberikan pinjaman finansial
kepada awak kapal saat sedang tidak melakukan pelayaran.
Lebih lanjut Gene Ammarell (2008: 218) mengemukakan bahwa
hubungan kapten dan awak mudah dijelaskan sebagai hubungan patron
klien, artinya hubungan ini terus menerus dibangun lemwat percampuran
antara saling hormat dan kepentingan pribadi. awak dan keluarganya
adalah bagian dari rombongan sang kapten, dan bila perahunya adalah
milik orang lain maka kapten dan keluarganya adalah bagian dari
rombongan si pemilik kapal. Di setiap level, klien yang setia dan handal
baik kapten maupun awak akan sering dipakai dan berharga tinggi.
Syarat karakter spesifik yang telah disebut satu persatu diatas atau
disiratkan saat memuji awak antara lain adalah mampu mengatur diri,
merasa percaya diri, dan bertaggung jawab untuk merawat dan
mengoprasikan perahu, punya kemampuan intelegensi yang terlihat dari
tak henti-hentinya belajar tentang navigasi, punya rasa empati terhadap
awak lain dan kesetiaan yang kuat pada kapten dan perahu itu sendiri.
Pelayaran rakyat merupakan kegiatan angkutan laut yang
diusahakan oleh golongan ekonomi menengah kebawah, sebagai
sarananya digunakan kapal kayu yang umumnya dibuat dengan teknologi
tradisional, jangkauan oprasi dan kemampuan teknisnya relatif terbatas.
91 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Kapal pelayaran rakyat (Pelra) adalah sebagai salah satu subsistem
angkutan laut yang dikelolah oleh masyarakat secara sederhana yang
digunakan untuk mengangkut muatan baik barang maupun penumpang
dari pedalaman yang tidak terjangkau oleh kapal besar, menggunakan
perahu tradisional yang memakai layar, yang saat ini telah diIengkapi
dengan tambahan motor (Jinca, hal:2).
Bentuk pegeloloaan yang masih bersifat sederhana, tetap
menjadikan kapal pelayaran rakyat memiliki struktur dan manajemen kerja
yang bersifat kompleks. Adapun struktur kerja pada kapal pelayaran
rakyat terdiri dari beberapa komponen di antaranya Kapten atau Nahkoda,
Juru Mudi 1, Jurumudi 2, Kepala Kamar Mesin, Oliman 1, Oliman 2, dan
Juru Masak atau Koki. Secara keseluruhan elemen-elemen tersebut
bekerja sesuai dengan status dan peran mereka, baik pada saat sedang
tidak berlayar ataupun saat sedang melakukan pelayaran. Pembagian
peran yang dikerjakan oleh seluruh awak kapal terbagi menjadi dua, yakni
peran berdasarkan status kerja dari masing-masing individu, serta peran
yang berdasarkan dari keseluruhan anggota tim kerja.
Peran yang berdasarkan jabatan akan dikerjakan secara individual
semisal Nahkoda, Juru Mudi 1, Jurumudi 2, Kepala Kamar Mesin, Oliman
1, Oliman 2, dan Juru Masak atau Koki. Adapun tugas yang dilakukan
secara kolektif, seperti menjaga kapal/jaga kapal, mengangkat jangkar,
memuat barang, membongkar barang, memeperbaiki kapal dan
membersihkan kapal. Meskipun terdapat pembagian kerja yang dilakukan
92 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
secara individu, namun bekerja secara berkelompok atau kolektif tetap
menjadi kunci utama dalam setiap aktifitas pelayaran yang di lakukan.
Adapun struktur kerja pada kapal pelayaran rakyat yang masing-masing
mempunyai status dan peran yang berbeda-beda akan di uraikan pada
poin-poin berikut.
A.1. Nahkoda
a. Tahapan Menjadi Nahkoda
Nahkoda merupakan pemimpin pada sebuah kapal yang berstatus
sebagai perwira dan bertugas untuk mengemudikan kapal serta
memberikan perintah dan arahan kepada seluruh ABK. Gelar keperwiraan
seorang nahkoda diperoleh dari sebuah pendidikan yang berbasis sekolah
pelayaran selama 2 bulan. Mengikuti pendidikan pada sebuah sekolah
pelayaran bertujuan untuk memperoleh bukti berupa sertifikat BST (basic
safety training) dan sebuah surat kecakapan untuk mengemudikan kapal.
Menjadi seorang nahkoda pada sebuah kapal memiliki tahapan yang
panjang hingga kemudian dapat mengemudikan kapal.
Tahap awal yang wajib untuk dilalui oleh seorang calon nahkoda
ialah menjabat sebagai jurumasak pada sebuah kapal besi ataupun kapal
kayu. Juru masak atau koki adalah jabatan paling terendah pada struktur
kerja kapal pelayaran rakyat, sehingga seorang calon nahkoda akan
memulai karir melautnya dengan menjadi seorang jurumasak. Hal tersebut
juga menjadi proses belajar bagi calon nahkoda, karena seorang nahkoda
pada akhirnya akan menjadi pemimpin bagi seluruh ABK. Serupa dengan
93 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
hasil wawanara penulis bersama salah satu informan penulis yang
bernama Bpk. Hasan Sam (47) yang menuturkan bahwa:
“yah,…begitu, mulai dari situ. Masak dulu, sudah masak ada peningkatan,
ada pengalaman, naik kamar stir toh, terus ada lagi pengalamannya, dia bisa ini,
jadi kapten”.
Pada tahapan menjadi jurumasak atau koki, calon nahkoda akan
berinisiatif secara rutin untuk berdiskusi dengan awak kapal lainnya, agar
dapat memperoleh pengalaman serta pembelajaran untuk menjadi
nahkoda. Segala bentuk pembelajaran akan diperoleh dari pengalaman
selama melaut, serta sikap adaptasi yang dilakukan dengan awak kapal
lainnya seperti belajar mengemudikan kapal. Proses belajar memegang
kemudi sampai pada cara mengemudikan kapal, akan dilakukan calon
nahkoda jika pekerjaan dapur telah selesai dilakukan, seperti membuat
kopi dan menyiapkan makanan untuk para ABK. Proses belajar tersebut
dilakukan oleh calon nahkoda dengan sendirinya, atau dengan kata lain
seorang calon nahkoda memiliki inisiatif sendiri mengunjungi kamar
kemudi untuk belajar memegang dan mengemudikan kapal.
Pada tahap tersebut, seorang calon nahkoda akan kembali
berinisiatif untuk rutin berdiskusi dan meminta kepada kapten senior atau
Jurumudi untuk mengajarkan tentang cara mengemudikan kapal. Tahap
belajar bersama kapten akan terus ditekuni sampai pada calon nahkoda
telah memiliki pemahaman dan kemampuan untuk mengemudikan kapal.
Saat calon nahkoda telah memiliki pemahaman serta kemampuan untuk
94 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
mengemudikan kapal, maka calon nahkoda yang sebelunya menjadi
jurumasak akan berganti jabatan menjadi seorang jurumudi. Pergantian
jabatan akan dilakukan ketika salah satu dari kedua jurumudi akan
mengundurkan diri untuk menjadi nahkoda pada kapal lain ataupun
mendapat rekomendasi dari nahkoda untuk menjadi jurumudi pada kapal
yang telah jadi. Tahapan tersebut sangat lazim ditemukan pada
masyarakat di Pulau Bonerate, bila ingin sebuah jenjang karir melautnya
memiliki progres yang baik.
Tahap terakhir apabila seorang calon nahkoda telah menjadi
jurumudi, ialah kembali melanjutkan pendidikan pada sebuah sekolah
pelayaran. Pelanjutan pendidikan dari seorang calon nahkoda, bertujuan
agar dapat memperoleh bukti berupa surat kecakapan mengemudi serta
legalitas keperwiraan sebagai seorang nahkoda. Surat kecakapan
tersebut bersifat wajib untuk dimiliki pada setiap nahkoda kapal, karena
kepemilikan surat kecakapan akan sangat berpengaruh pada proses
perizinan pelayaran yang dilakukan kepada pihak syahbandar pelabuhan.
b. Memimpin ABK dan Mengemudikan Kapal
Berbagai macam tugas, wajib untuk dikerjakan oleh nahkoda yang
telah memperoleh surat kecakapan mengemudi. Pengetahuan terkait
dengan pelaksanaan tugas nahkoda, diperoeh saat calon nahkoda
mengenyam pendidikan pada sebuah sekolah kepelayaran serta melalui
proses pengalaman kerja sewaktu menjadi Juru masak dan Jurumudi.
Adapun tugas wajib yang dilakukan nahkoda ialah memimpin seluruh ABK
95 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
serta menjadi pengemudi utama dalam sebuah kapal. Selain hal tersebut
seorang nahkoda juga memiliki tanggung jawab terkait dengan seluruh
aktifitas saat kapal sedang tidak melakukan pelayaran ataupun saat kapal
sedang melakukan pelayaran. Keseluruhan tanggung jawab tersebut wajib
untuk di kerjakan, agar dapat terhindar dari kendala teknis saat pelayaran
telah dilakukan.
Adapun tugas utama seorang nahkoda kapal, baik pada saat
sebelum berlayar dan saat sedang berlayar ialah mengawasi kapal dan
mengontrol kerja dari masing-masing ABK. Aktifitas yang wajib untuk
dilakukan oleh nahkoda ketika sedang berada di Desa Bonerate ialah
datang berkunjung ke palabuhan untuk mengecek ABK yang sedang
bertugas menjaga kapal. Hal tersebut biasa dilakukan nahkoda agar ABK
yang bertugas benar-benar dalam situasi terjaga dalam memelihara dan
mejaga kapal. Selain itu nahkoda juga akan mengunjungi rumah dari
pemilik kios untuk mengambil nota belanja yang nantinya akan dibawa
menuju ke Kota Benteng, Kab. Selayar.
Tugas selanjutnya yang juga wajib untuk dilakukan oleh nahkoda
ialah kembali datang berkunjung kepelabuhan sehari sebelum
keberangkatan menuju Pelabuhan Benteng, Kab. Selayar. Kunjungan
nahkoda ke pelabuhan sehari sebelum keberangkatan bertujuan untuk
mengecek ABK seperti kepala kamar mesin agar mengontrol kamar mesin
apabila terdapat kekurangan pada mesin, kemudian bersama-sama
dengan ABK menurunkan berbagai macam barang seperti drum-drum
96 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
solar, kardus-kardus titipan, hasil panen berupa buah mente, serta
menurunkan tabung-tabung gas elpigi seberat 3 dan 12 Kg. Aktifitas
mengontrol ABK sehari sebelum melakukan pelayaran dilakukan agar
dapat memastikan persiapan-persiapan yang dibutuhkan selama berlayar.
Mengontrol dan memastikan persiapan yang akan dibawah saat berlayar
juga bertujuan untuk mengantisipasi kendala-kendala yang kemungkinan
besar dapat terjadi saat pelayaran sedang berlangsung ataupun saat
kapal telah bersandar di Pelabuhan Benteng.
Tugas seorang nahkoda tidak berhenti hanya pada mengecek dan
mengontrol ABK, mengambil nota belanja, dan menurunkan muatan yang
akan di bawah ke Pelabuhan Benteng, Kab Selayar. Tugas seorang
nahkoda berlanjut sampai pada saat kapal akan bersiap-siap untuk
memulai keberangkatan. Pada saat kapal akan berangkat, seorang
nahkoda akan kembali disibukkan dengan tugas yang paling penting,
yakni membawa kelengkapan admistratif kapal ke kantor syahbandar
Pulau Bonerate. Kunjungan nahkoda ke kantor syahbandar bertujuan
untuk memperoleh izin berlayarar/pas kapal pada saat sebelum akan
melakukan pelayaran. Barulah ketika proses perizinan telah selesai
dilakukan, maka seorang nahkoda akan kembali menuju ke kapal untuk
bersiap-siap berangkat menuju Pelabuhan Benteng, Kab. Selayar. Saat
sebelum melakukan pelayaran, nahkoda akan memberikan instruksi
kepada kepala kamar mesin untuk menyalakan mesin kapal dan
mengintruksikan seorang ABK untuk membuat daftar penumpang kapal.
97 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Setelah itu barulah kemudian nahkoda kembali memberikan pengarahan
untuk melepas tali spring (tali tambang yang terikat ke pelabuhan) yang
terikat pada bollard pelabuhan (tempat pegikat tali spring yang berada di
pelabuhan).
Pada situasi seperti ini seorang nahkoda harus cermat melihat dan
membaca pergerakan gelombang laut serta memaikan handle/tuas gas
saat kapal secara perlahan telah mulai meninggalkan Pelabuhan
Bonerate. Hal tersebut bertujuan dilakukan, agar pada bagian dinding
kapal tidak mengalami benturan dengan dinding pelabuhan pada saat
kedua tali akan dilepaskan. Tugas berikut yang wajib di laksanakan oleh
seorang nahkoda pada saat kapal telah meninggalkan pelabuhan Pulau
Bonerate ialah memberikan arahan terkait dengan haluan atau arah kapal,
kepada jurumudi yang bertugas mengemudikan kapal saat nahkoda telah
digantikan/diaploas oleh jurumudi yang lainnya. Pemberian arahan
kepada jurumudi yang bertugas, bertujuan agar haluan atau arah kapal
tidak melenceng dari haluan yang telah ditentukan pada jarum kompas
ataupun pada peta GPS. Arahan untuk memperhatikan haluan kapal akan
dilakukan setiap tiga jam sekali oleh nahkoda sambil memperhatikan
jarum kompas. Hal ini dilakukan agar haluan yang diambil pada tiga jam
sebelumnya, tepat dengan haluan jarum kompas pada tiga jam
berikutnya, sehingga haluan pada kapal tidak melenceng dari haluan yang
telah ditentukan.
98 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
c. Mengawasi Jalannya Pelayaran
Selain memberikan arahan kepada para ABK saat kapal sedang
berlayar, seorang nahkoda juga memiliki tanggung jawab terkait dengan
kenyamanan dan keselamatan para penumpang kapal. Pelayanan dan
fasilitas yang diberikan kepada penumpang berupa pemberian kopi
ataupun makanan ringan, pemutaran film, serta pengawasan terhadap
muatan kapal. Pelayanan yang diberikan oleh pihak kapal kepada
penumpang sangat lazim di temui pada kapal layar motor khususnya di
Desa Bonerate. Pelayanan khusus berupa pemberian fasilitas berupa
kamar ABK juga diberikan kepada penumpang yang memiliki status
sebagai pejabat daerah semisal Kapolsek, Camat, ataupun kepala cabang
kantor syabandar. Pemberian pelayanan kepada para penumpang
merupakan langkah strategi dalam hal persaingan antar usahawan kapal
pelra, agar jumlah penumpang mengalami peningkatan pada setiap
pelayaran yang dulakukan.
Selain pemberian pelayanan berupa pemberian kopi dan makanan
ringan kepada penumpang, pihak kapal juga bertanggung jawab atas
keselamatan muatan kapal yang dibawah dalam pelayaran. Muatan kapal
seperti halnya barang-barang bawaan berupa kardus titipan, barang
penumpang, motor, hasil tani dan bahkan ternak, akan selalu diperhatikan
agar tidak mengalami kerusakan akibat terkena air ataupun saling
menumpuk. Saat pelayaran sedang berlangsung, nahkoda akan
memberikan arahan kepada ABK yang sedang tidak bekerja/telah diaplos
99 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
untuk sesekali memeriksa ikatan-ikatan tali pada muatan yang diletakkan
di dek seperti motor, memeriksa jaring pembatas ternak, dan mengecek
tumpukan kardus pada kamar mesin. Pengecekan muatan-muatan kapal
harus rutin untuk dilakukan agar seluruh muuatan tidak mengalami
kerusakan.
Pemberian arahan oleh nahkoda akan kembali dilakukan ketika
kapal telah bersiap untuk berlabuh, semisal kembali mengarahkan seluruh
ABK kapal untuk bersiap-siap menyandarkan kapal. Pada saat kapal telah
bersiap untuk bersandar, maka seluruh ABK akan berada dianjungan
kapal untuk menerima perintah dari nahkoda yang berada di ruang
kemudi. Seluruh ABK akan membagi tugas saat arahan telah diberikan
oleh nahkoda, seperti juru masak yang berada dibagian belakang dan
jurumudi 2 yang berada di anjungan kapal untuk bersiap melempar tali
spring, dan oliman 1,2, yang memegangi ban karet, serta kepala kamar
mesin dan jurumudi 1 yang berada di anjungan kapal untuk bersiap
mengikat tali spring pada tiang karambala/kalang (tiang besar setinggi 1
meter tempat untuk mengikat tali spring) kapal.
Para ABK yang telah berada diposisi masing-masing, akan kembali
bersiap untuk menerima perintah dari nahkoda saat kapal akan bersandar.
Perintah yang diberikan nahkoda kepada ABK meliputi, perintah persiapan
melempar tali spring, menurunkan ban karet, serta menarik dan mengikat
tali spring pada tiang kalang kapal. Pemberian perintah dilakukan dengan
cara bertahap, yang diawali dengan melempar tali spring, menarik dan
100 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
mengikat tali spring, serta menurunan ban karet saat dinding kapal
berjarak 5 M dari dinding pelabuhan. Saat pekerjaan tersebut telah selesai
dilakukan dan kapal telah bersandar, maka ABK akan kembali bergegas
untuk membantu para penumpang serta barang bawaanya untuk naik ke
atas pelabuhan. Aktifitas pembongkaran akan dilakukan sampai pada
seluruh penumpang dan barang telah dinaikkan ke atas pelabuhan.
Secara teknis, keseluruh penumpang yang tidak memiliki sanak keluarga
di daerah tujuan, akan memilih untuk tinggal di atas kapal bersama
dengan seluruh awak kapal.
Pada beberapa kasus yang terjadi, penumpang yang berasal dari
luar daerah seperti dari Kab. Je‟ne‟ponto ataupun dari Kota Benteng dan
tidak memiliki sanak keluarga yang dapat dikunjungi, maka dapat
diperbolehkan untuk menginap diatas kapal sampai keesokan paginya
ataupun dua sampai 3 hari kedepan. Penumpang yang akan menginap
diatas kapal harus terlebih dahulu meminta izin kepada nahkoda kapal,
dan umumnya nahkoda memperbolehkan penumpang untuk menginap
bersama di kapal. Pada saat penulis ikut berpartisipasi dengan kapal yang
dinahkodai Bpk. Hasan, beberapa penumpang diperbolehkan ikut
meninap dan bahkan diberi jatah makanan selama diatas kapal.
Umumnya penumpang yang telah diberi fasilitas oleh nahkoda kapal,
secara sukarela akan ikut membantu saat proses pemuatan dan
pembongkaran barang. Sikap seorang nahkoda seperti Bpk. Hasan
101 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
tersebut, pernah dialami lansung oleh penulis saat pertama kali tiba Di
Pulau Bonerate untuk memulai penelitian skripsi.
d. Memimpin Aktifitas Pemuatan Barang
Tugas seorang nahkoda di hari pertama setelah berada di
Pelabuhan Benteng ialah membawa nota belanja ke toko besar yang
berada di Kota Benteng. Tugas pengantaran nota barang tidak dapat
diwakili oleh ABK lainnya, karena seorang nahkoda diberikan taggung
jawab lansung oleh pemilik nota untuk menyetor uang tunai yang
berjumlah puluhan juta kepada pemilik toko. Ketika tugas mengantar nota
untuk memesan barang telah selesai dilakukan, barulah nahkoda akan
kembali pulang ke pelabuhan untuk beristirahat dan makan siang sambil
menunggu pesanan barang diantar menuju pelabuhan oleh pihak toko.
Saat aktifitas istirahat telah selesai dilakukan, dan di selah-selah
waktu menunggu muatan tiba di pelabuhan, nahkoda akan kembali
memberikan arahan kepada seluruh ABK untuk kembali melakukan
pekerjaan. Adapun aktifitas yang dilakukan ialah seperti membersihkan
lantai kapal dari sisa kotoran hewan ternak ataupun mengeluarkan drum
solar/oli yang kosong serta tabung-tabung gas elpigi dan menaikkan boks
gabus ke atas dermaga agar dijemput oleh pihak toko untuk kemudian di
isi ulang. Perkerjaan tersebut dilakukan secara bersama-sama antara
nahkodah, seluruh ABK dan penumpang yang secara sukarela ikut
membantu saat proses pembongkaran muatan kosong dilakukan.
102 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Saat pekerjaan pengosongan palka dan membersihkan lantai kapal
telah selesai dilakukan dan barang pesanan telah tiba di dermaga, maka
nahkoda akan kembali mengecek barang secara satu persatu sebelum
diturunkan kedalam palka. Hal ini bertujuan dilakukan agar jumlah barang
pesanan yang tertera pada nota belanja sesuai dengan jumlah barang
yang diantarkan oleh pihak toko. Barulah ketika barang telah dicek oleh
nahkoda, maka secara bertahap muatan akan di turunkan kedalam palka
kapal. Barang yang diturunkan harus sesuai dengan intruksi nahkoda, dan
barang yang diturunkan kedalam palka harus sesuai dengan jenis, berat
dan daya tahan suatu barang. Arahan untuk menurunkan barang yang
telah diperiksa akan diberikan langsung oleh nahkoda. Adapun arahan
yang diberikan oleh nahkoda kepada ABK meliputi posisi pengaturan
barang serta arahan untuk terlebih dahulu mengisi palka utama pada
kapal.
Proses pemuatan barang kadang dilakukan selama 4 hari, lama dan
singkatnya suatu proses pemuatan barang tergantung dari jumlah barang
yang dipesan oleh pemilik barang yang berada di Pulau Bonerate. Setelah
proses pengangkatan seluruh barang muatan selesai dilakukan, maka
nahkoda akan kembali menentukan jadwal pelayaran untuk kembali ke
Pulau Bonerate. Keputusan yang diambil oleh seorang nahkoda
berdasarkan pertimbangan seperti kesiapan fisik ABK, kesiapan teknis
kapal, dan perampungan proses pemuatan barang. Barulah ketika semua
hal tersebut telah selesai dipertimbangkan dan dikerjakan maka nahkoda
103 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
akan kembali mengurus pas kapal serta memerintahkan seluruh ABK
untuk memeriksa keadaan serta kesiapan kapal agar terhindar dari kedala
teknis saat pelayaran kembali dilakukan.
Serupa dengan aktifitas pelayaran saat akan berangkat menuju
Pelabuhan Benteng, Kab. Selayar, seorang nahkoda akan kembali
memberikan perintah kepada seluruh ABK. Adapun perintah yang
diberikan kepada seluruh ABK berupa melepas tali spring pada bollard
dan mengangkat ban karet. Saat kapal telah berlayar meninggalkan
Pelabuhan Benteng, maka ABK akan kembali bekerja sesuai dengan
tugas mereka. Seluruh ABK akan berada di masing-masing area kerja,
seperti kepala kamar mesin dan oliman yang kembali turun ke kamar
mesin, jurumudi yang kembali naik ke kamar kemudi, dan jurumasak yang
kembali ke ruang dapur untuk menyiapkan kopi untuk seluruh awak kapal
dan penumpang.
Setelah menempuh pelayaran selama sepuluh jam dan kapal telah
kembali tiba dipelabuhan Pulau Bonerate, maka aktifitas nahkoda beserta
ABK akan kembali berlanjut seperti saat sebelumnya saat kapal tiba di
Pelabuhan Benteng. Aktifitas seperti menurunkan penumpang, barang
bawaan penumpang, serta motor, selalu dilakukan saat kapal telah
kembali bersandar, sedangkan untuk muatan-muatan palka akan
dibongkar saat matahari telah terbit. Keesokan harinya pada pukul
delapan pagi, nahkoda dan ABK telah kembali datang kepelabuhan untuk
melakukan pembongkaran barang. Pembongkaran muatan dilakukan oleh
104 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
seluruh ABK serta nahkoda yang sesekali ikut membantu saat proses
pembongkaran muatan dilakukan. Muatan-muatan yang telah dinaikkan
ke atas pelabuhan akan kembali diperiksa oleh nahkoda dan barulah
setelah muatan diperiksa maka akan dikelompokkan berdasarkan nama
pemesan barang untuk selanjutnya diantar oleh sopir-sopir kaisar menuju
kerumah pemilik barang
Nahkoda akan terus berada di pelabuhan sampai pada aktifitas
pembongkaran muatan telah selesai dilakukan. Pengawasan terhadap
muatan, juga bertujuan dilakukan agar setiap barang yang dikeluarkan
dari dalam palka kapal dapat di ketahui oleh nahkoda. Adapun waktu
yang dibutuhkan sampai pada akhirnya pembongkaran muatan selesai
dilakukan, berkisar antara 3 s/d 4 hari lamanya. Pengawasan penuh yang
dilakukan oleh nahkoda selama proses pembongkaran muatan,
merupakan bentuk sikap pertanggung jawaban atas pekerjaan yang di
geluti sebagai seorang nahkoda kapal.
Selain mengemudikan kapal dan memimpin seluruh ABK, nahkoda
juga berkewajiban untuk membagi hasil usaha saat pelayaran telah
selesai dilakukan. pembagian hasil usaha akan dilakukan oleh nahkoda,
apabila hasil pendapatan telah melebihi dari akumulasi modal yang di
keluarkan untuk melakukan pelayaran. Seluruh hasil usaha selama
pelayaran akan dibagi dua antara pihak pemilik dan seluruh awak kapal.
Hasil yang telah dibagi selanjutnya akan di antarakan langsung oleh
nahkoda menuju ke rumah pemilik kapal, barusal sisah dari hasil bersih
105 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
tersebut kembali di bagi rata antara nahkoda dan seluruh ABK. Dalam
berbagai kasus, nahkoda akan memperoleh bonus tambahan yang secara
langsung di berikan oleh pemilik kapal. Bonus tambahan yang diberikan
oleh pemilik kapal merupakan bentuk apresiasi kepada nahkoda karena
kapal yang tiba dengan selamat di pelabuhan bonerate.
Pada dasarnya menjadi sebuah nahkoda/kapten adalah sebuah
pekerjaan yang penuh dengan resiko tinggi. Menjadi nahkoda dituntut
untuk mampu memimpin para ABK dan bertanggung jawab penuh
mengemudikan kapal dari titi tolak ke titik tiba dengan selamat. Sehingga
apa yang telah dijabarkan pada pragraf-pragraf di atas merupakan suatu
tugas dan kewajiban dari seorang nahkoda kepada pemilk kapal, pemilik
muatan, muatan, ABK dan kapal. Tugas yang terlaksana secara baik dan
terarah pada saat nahkoda memimpin suatu pelayaran adalah kunci untuk
menjaga kepercayaan dari berbagai macam pihak seperti pemilik kapal,
pemilik muatan, pemilik toko serta penumpang.
106 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
A.2 Anak Buah Kapal
Anak buah kapal atau ABK adalah bahagian dari strutur kerja selain
nahkoda yang mempunyai peranan penting dalam setiap aktifitas
pelayaran. Secara struktural anak buah kapal berada dibawah komando
dari seorang nahkoda dan segala bentuk arahan ataupun perintah dari
seorang nahkoda harus dikerjakan oleh anak buah kapal. Pembagian
tugas dilakukan oleh masing-masing anak buah kapal berdasarkan status
kerja serta pemberian perintah dari nahkoda, sehingga hal tersebut
merupakan cara-cara kerja dari berjalannya suatu pelayaran. Secara
teknis anak buah kapal terbagai kedalam beberapa status kerja serta
Gambar 4.1 : bagan stuktur organisasi kerja kapal pelra
107 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
tugas yang berbeda-beda. Adapun beberapa jabatan serta pembagian
tugas dari para anak buah kapal yang penulis temukan selama melakukan
penelitian di Pulau Bonerate, ialah sebagai berikut;
a. Kepala Kamar Mesin (Kkm)
1. Tahapan Menjadi Kepala Kamar Mesin
Kepala kamar mesin merupakan jabatan perwira kedua setelah
nahkoda pada struktur kerja kapal pelayaran rakyat yang bertugas
menjaga dan merawat mesin dari segala kerusakan ataupun kendala-
kendala teknis pada saat sedang atau tidak melakukan pelayaran. Kepala
kamar mesin selalu dibantu oleh beberapa orang oliman agar dapat
mempermudah pada saat melakukan perawatan pada mesin kapal. Hal
yang paling utama untuk menjadi seorang kepala kamar mesin ialah
memiliki sertifikat BST, buku pelaut dan sertifikat JMPR (juru motor
pelayaran rakyat). Status kerja sebagai kepala kamar mesin umumnya
diperoleh dari jenjang karir serta pengalaman yang mumpuni yang di
peroleh selama melaut.
Seperti halnya dengan informan penulis yang bernama Bpk.
wajipuddin (36), beliau adalah kepala kamar mesin dari sebuah kapal
layar motor yang bernama KLM. Cipta Anugrah. Bpk. Wajipuddn telah
menjadi kepala kamar mesin di KLM. Cipta Anugrah selama sembilan
tahun dan memiliki jenjang karir yang panjang hingga menjadi seorang
KKM. Jenjang karir bapak wajipuddin diawali dengan menjadi jurumasak
sejak tahun 1997-2003 lalu dilanjutkan dengan menjadi oliman hingga
108 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
tahun 2007 dan memulai karir kkm nya pada tahun 2007 hingga sekarang.
Menitih karir dari tingkatan struktur paling terendah pada seorang calon
pelaut khususnya kepala kamar mesin sangat lazim ditemui, hal ini
dikarenakan seorang calon KKM harus terlebih dahulu mempunyai
pengalaman, seminimal mungkin memiliki pengalaman melaut.
Serupa dengan nahkoda, seorang kepala kamar mesin juga memiliki
tugas serta kewajiban yang harus dilaksanakan saat aktifitas pelayaran
akan dan sedang dilakukan. Adapun tugas dan kewajiban seorang kepala
kamar mesin ialah melakukan perawatan terhadap seluruh mesin kapal,
mesin pompa, melakukan perbaikan instalasi listrik, mengntrol oliman,
serta ikut membantu pada saat pemuatan dan pembongkaran mauatan
kapal dilakukan. Saat sedang tidak melakukan pelayaran ke Pelabuhan
Benteng, aktiftas kepala kamar mesin banyak dihabiskan untuk berada di
pelabuhan Desa Bonerate untuk melakukan pengontrolan terhadap
mesin-mesin yang berada dikapal. Pengontrolan mesin dilakukan dengan
cara mengecek filter oli, mengecek kejernihan oli, mengecek karet bambel
mesin, mengecek bahan bakar dan mengecek pompa penghisap air
(alkom). pengontrolan rutin terhadap mesin-mesin yang terdapat pada
kapal bertujuan dilakukan agar kapal dapat terhindar dari kendala-kendala
teknis saat pelayarn sedang dilakukan.
Seorang kepala kamar mesin selalu dibantu dengan beberapa
oliman (uraian tugas oliman akan dijelaskan pada point berikut) agar
dapat lebih memudahkan untuk melakukan tugas perawatan pada mesin-
109 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
mesin yang berada di kapal. Seperti halnya informan kedua penulis
bernama Bpk. Amiruddin (32) yang memilki dua orang oliman yang
masing-masing bernama Bpk. Hasan Bugis (35) dan Bpk. Jainuddin (52).
Dalam pelaksanaan teknisnya oliman selalu mematuhi perintah dari
seorang kepala kamar mesin semisal perintah untuk membeli oli, perintah
untuk mengambil peralatan mesin dan perintah untuk menjaga mesin.
Sehingga dengan adanya oliman yang bertugas sebagai asisten dari
seorang kepala kamar mesin, dapat membantu pekerjaan-pekerjaan yang
berkaitan dengan perawatan pada mesin kapal.
2. Melakukan Persiapan Sebelum dan Saat Pelayaran
Pengontrolan mesin kapal akan lebih intens dilakukan saat satu hari
sebelum melakukan pelayaran, seperti mempersiapkan bahan bakar
cadangan, mengisi bahan bakar, mengetes mesin, mengetes mesin
alkom, dan mengecek instalasi listrik kapal. Hal tersebut sangat rutin
dilakukan pada saat akan melakukan pelayaran, agar dapat terhindar dari
kendala-kendala teknis saat sedang melakukan pelayaran. Selain
melakukan pengontrolan pada mesin, seorang kepala kamar mesin juga
bertugas untuk membantu persiapan saat kapal akan berangkat.
Saat tiba hari kapal akan berangkat untuk melakukan pelayaran ke
Pelabuhan Benteng, kepala kamar mesin, ABK dan nahkoda akan datang
pada pukul delapan pagi menuju pelabuhan untuk melakukan persiapan.
Berangkat lebih awal bertujuan untuk mengecek kembali persiapan-
persiapan dan turut bekerja sama dengan ABK lainnya untuk membantu
110 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
menurunkan barang-barang bawaan milik penumpang serta menurunkan
mautan-muatan palka seperti hasil panen buah mente, menurunkan drum-
drum oli/solar, dan tabung gas elpiji 3 dan 12 Kg.
Setelah tugas menurunkan seluruh muatan kapal serta mengurus
izin pelayaran telah selesai dilakukan oleh nahkoda, maka barulah kapal
akan berlayar menuju Pelabuhan Benteng, Kab Selayar dan di saat yang
bersamaan nahkoda akan memberikan perintah kepada kepala kamar
mesin untuk menyalakan mesin kapal. Saat mesin kapal telah dinyalakan
seluruh ABK termasuk kepala kamar mesin akan kembali bekerja untuk
melepaskan tali-tali spring kapal yang terikat pada bollar pelabuhan dan
mengangkat ban-ban karet penahan benturan dinding kapal. Beberapa
saat setelah tali spring kapal telah terlepas dari pelabuhan, maka tugas
yang selanjutnya dikerjakan seorang kepala kamar mesin yakni
membersihkan lantai dek kapal dari sisa-sisa kotoran yang melekat
sewaktu pemuatan barang penumpang dan muatan kapal dilakukan.
Pembersihan kapal dilakukan bersama dengan kedua oliman dengan cara
menggosokkan kain basah ke lantai dek kapal serta sesekali disirami
menggunakan air laut oleh kepala kamar mesin.
3. Mengawasi Mesin Induk
Saat pekerjaan membersihkan lantai dek kapal telah selesai
dilakukan, maka kepala kamar akan kembali ke ruang mesin bersama
dengan kedua oliman. Pengawasan diruang mesin hanya dilakukan oleh
oliman secara bergantian dan masing-masing oliman bertanggung jawab
111 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
untuk mengawasi mesin selama lima jam. Pembagian waktu pengawasan
terhadap mesin dibagi berdasarkan jarak tempuh normal pelayaran yakni
sepuluh jam, sehingga masing-masing oliman akan mendapatkan waktu
pengawasan selama lima jam. Selain bertugas mengawasi mesin secara
bergantian, salah satu oliman yang berjaga juga secara wajib harus
melaporkan kepada kepala kamar mesin, jika mendapat kedala-kendala
seperti karet bambel mesin yang putus, suara mesin yang berubah dan
filter minyak yang tidak berfungsi. Meskipun demikian kepala kamar mesin
akan tetap wajib untuk datang megunjungi kamar mesin, untuk mengecek
kondisi oliman yang mungkin tertidur pada saat sedang melakukan
pengawasan.
Penentuan untuk jam istirahat akan dilakukan ketika kepala kamar
mesin telah melakukan pengontrolan terhadap kedua oliman. Waktu
istirahat hanya dihabiskan untuk makan siang, tidur, menelpon keluarga,
ataupun sesekali memeriksan keadaan tali pengikat muatan dek. Aktifitas
istirahat akan diberhentikan apabila salah satu oliman yang berjaga
memberi laporan terkait dengan kendala-kendala yang terjadi, sehingga
kepala kamar mesin akan langsung mengunjungi kamar mesin untuk
memastikan keadaan mesin yang mengalami kendala teknis. Laporan
yang diterima selanjutnya akan dikerjakan dan ditemani oleh kedua oliman
agar mesin kapal dapat kembali normal dan pelayaran dapat dilanjutkan.
Aktifitas mengontrol mesin yang dilakukan oleh kepala kamar mesin dan
112 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
oliman akan terus berlanjut sampai pada akhirnya kapal bersandar di
Pelabuhan Benteng, Kab. Selayar.
Selain memiliki kewajiban mengontrol kedua oliman dan
memperbaiki mesin jika mengalami kendala, tugas wajib yang juga
dikerjakan oleh kepala kamar mesin ialah sesekali megecek barang
penumpang dan barang-barang muatan yang berada di dek kapal. Tugas
mengecek keadaan barang penumpang dan muatan kapal adalah tugas
wajib yang harus dilakukan bagi seluruh ABK. Pengecekan terhadap
seluruh muatan dek akan dilakukan saat ABK telah menyelesaikan jam
kerja atau telah di aplos. Seluruh tugas yang dikerjakan para ABK akan
dikotrol oleh nahkoda untuk memastikan ataupun memberikan arahan
terkait dengan aktifitas yang berlangung diatas kapal.
Saat kapal akan segera bersandar, maka seluruh ABK akan berada
diposisi masing-masing seperti pada saat kapal akan memulai pelayaran.
Saat yang bersamaan seluruh ABK akan menunggu perintah dari nahkoda
terkait dengan persiapan berlabuhnya kapal. Pada saat kapal telah
bersandar, maka kepala kamar mesin akan memerintahkan salah seorang
oliman agar bergegas untuk mematikan mesin kapal, serta menyalakan
sebuah mesin generator untuk digunakan sebagai pembangkit tenaga
listrik selama berlabuhnya kapal di pelabuhan. Setelah mematikan mesin
kapal, seluruh ABK akan berada pada bagian dek kapal untuk membantu
penumpang megangkat barang bawaan, dan menaikkan kendaraan-
kendaraan penumpang untuk naik ke atas pelabuhan.
113 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Pekerjaan tersebut dilakukan secara bersama-sama termasuk
penulis yang pada saat itu ikut berpartisipasi menaikkan barang-barang
bawaan milik penumpang untuk naik ke atas pelabuhan. Setelah aktifitas
pembongkaran muatan yang berdada di dek kapal telah selesai dilakukan,
maka nahkoda dan ABK akan beristirahat sejenak sambil menghisap
rokok ataupun saling bercerita satu sama lain mengenai pelayaran yang
mereka alami selama sehari penuh. Saat waktu istirahat dirasa cukup,
maka kepala kamar mesin akan kembali mengunjungi ruangan mesin
untuk memeriksa keadaan mesin seperti memeriksa volume bahan bakar
mesin dan filter oli. Aktifitas pemeriksaan mesin kapal yang dilakukan oleh
kepala kamar mesin, bertujuan untuk memastikan keadaan mesin yang
telah digunakan selama sehari penuh dalam melakukan pelayaran.
Tugas seorang kepala kamar mesin akan berlanjut ketika mendapat
giliran untuk menjaga kapal selama dua belas jam atau hingga keesokan
paginya. Tugas menjaga kapal/jaga dalam isitilah bhs bonerate yang
berarti mengawasi, merupakan kegiatan yang dilakukan oleh dua orang
awak untuk persatu malam. Saat melaksanakan tugas jaga kapal, kepala
kamar mesin akan ditemani dengan seorang ABK yang berpangkat juru
masak serta bertanggung jawab untuk menjaga kapal selama enam jam
untuk persatu orangnya. Adapun beberapa pekerjaan yang dilaksanakan
oleh kepala kamar mesin dan juru masak saat tugas jaga, ialah seperti
menyalakan mesin alkom agar air yang masuk ke dalam lambung kapal
dapat terhisap, serta melakukan pengecakan bahan bakar pada mesin
114 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
generator listrik. Secara rutin pekerjaan tersebut akan di kembali di cek
setiap tiga jam saat kepala kamar mesin ataupun jurumasak mendapat
giliran untuk menjaga kapal dan mengawasi kapal dari tindakan-tindakan
yang buruk dari orang lain yang mungkin saja dapat terjadi.
Saat pagi telah tiba, kepala kamar mesin akan kembali memulai
aktifitasnya seperti sarapan pagi, mandi dikantor syahbandar Kota
Benteng, dan tentunya kembali mengecek keadaan mesin. Pengecekan
mesin dimulai dengan kembali memeriksa bahan bakar mesin alkom yang
semalam telah digunakan serta mengecek persediaan bahan bakar mesin
induk, mengecek karet bambel mesin, dan kualitas oli pada mesin. Bila
ditemukan kekurangan-kekurangan pada mesin semisal bahan bakar
mesin induk yang mulai berkurang serta kualitas oli yang kurang baik,
maka kepala kamar mesin akan membagi kedua tugas tersebut kepada
masing-masing olimannya. Segala keperluan untuk membeli kebutuhan-
kebutuhan yang berkaitan dengan perlengkapan mesin akan dilaporkan
kepada nahkoda untuk meminta keperluan belanja, dan seorang nahkoda
tidak dapat menolak untuk memenuhi segala keperluan tersebut.
4. Membantu Proses Pemuatan dan Pembongkaran Muatan
Saat pengontrolan dan perawatan mesin telah selesai dilakukan,
aktifitas yang selanjutnya dilakukan kepala kamar mesin ketika sedang
berada di Pelabuhan Benteng ialah beristirahat seperti merokok ataupun
menelpon keluarga sambil menunggu barang muatan tiba untuk nantinya
dimasukkan kedalam palka kapal. Saat barang muatan telah tiba di
115 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Pelabuhan Benteng, maka kepala kamar mesin berserta ABK lainnya
akan kembali bergegas menuju dek kapal untuk bersiap menurunkan
muatan kedalam palka. Muatan yang telah tiba dipelabuhan akan kembali
diperiksa oleh nahkoda untuk memastikan jumlah dan keadaan barang.
Barulah ketika barang telah dicek oleh nahkoda maka seluruh ABK akan
saling berbaris untuk mengopor barang yang kemudian akan dimasukkan
kedalam palka kapal. Aktifitas tersebut akan berlangsung hingga tiga atau
empat hari lamanya, namun waktu yang dibutuhkan dari proses pemuatan
barang akan tergantung pada jumlah barang yang akan dimuat kedalam
palka kapal.
Saat akan kembali melakukan pelayaran pulang menuju pelabuhan
Bonerate, maka sehari sebelumnya kepala kamar mesin akan kembali
mengontrol keadaan mesin seperti kembali memeriksa suara mesin saat
dinyalakan, memeriksa mesin alkom dan memeriksa kualitas bahan bakar.
Pengecekan pada mesin akan secara rutin untuk dilakukan, agar kapal
dapat terhindar dari kendala-kendala teknis saat kapal sedang berlayar.
Namun bila ditemukan masalah kerusakan pada mesin yang dalam
kategori tidak memungkinkan untuk melakukan pelayaran seperti mesin
kapal yang tidak dapat menyala, maka kepala kamar mesin akan
memberitahukan kepada nahkoda agar keberangkatan pelayaran pulang
ditunda sampai masalah kerusakan dapat teratasi. Hal-hal semacam
tersebut sangat lazim ditemukan pada kapal, sehingga sangat
memungkinkan seorang kepala kamar mesin untuk memberikan saran
116 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
atau bahkan keputusan terkait dengan masalah mesin kepada nahkoda
kapal.
Seorang kepala kamar mesin memiliki peranan yang sangat peting
terkait dengan perawatan pada mesin baik pada saat kapal sedang tidak
melakukan pelayaran ataupun saat sedang melakukan pelayaran.
pelaksanaan seluruh tanggung jawab dari seorang kepala kamar mesin,
akan berdampak pada keselamatan, kenayamanan, serta keamaanan
dalam suatu pelayaran. Melaksanakan tugas seperti mengontrol mesin,
memberikan arahan kepada oliman, membantu proses pembongkaran
dan pemuatan barang, mengambil keputusan yang terkait pada masalah
mesin yanag selanjutnya dilaporkan kepda nahkoda, dan turut menjaga
kapal saat malam hari secara bergiliran adalah kewajiban dari seorang
kepala kamar mesin. Namun meskipun demikian seluruh awak kapal juga
bertanggun jawab penuh pada jalannya suatu pelayaran baik berdasarkan
status kerja ataupun secara berkelompok.
b. Jurumudi
1. Tahapan Menjadi Jurumudi
Jurumudi merupakan anak buah kapal yang dalam kedudukan
struktur kerja pada kapal pelayaraan rakyat ialah sebagai pembantu
nahkoda, sehingga secara teknis jurumudi merupakan pembantu nahkoda
untuk mengemudikan kapal secara bergiliran pada saat sedang berlayar.
Seperti halnya dengan informan penulis yang bernama Bpk. Taema (31-
jurumudi I) dan Bpk. Kahar (30-jurumudi II), kedua jurumudi tersebut
117 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
merupakan jurumudi pada kapal yang bernama KLM. Bonerate Jaya.
Serupa dengan calon awak kapal lainnya, bahwa menjadi seorang
jurumudi haruslah memiliki surat sebagai tanda bukti berupa sertifikat BST
dan buku pelaut sebagai legalitas untuk melakukan pelayaran.
Bpk. Kahar telah menjadi jurumudi selama 10 tahun, dan 3 tahun
terakhir hingga sekarang bekerja pada KLM. Bonerate Jaya milik H. Risal,
sedangkan Bpk. Taema diawal karirnya adalah seorang nelayan
penangkap hiu diperairan laut Papua, lalu menjadi jurumudi pada kapal
milik mertua Bpk. H. Risal dan tiga tahun terakhir hingga sekarang
kembali dipanggil dan diberi kepercayaan untuk menjadi jurumudi pada
KLM. Bonerate Jaya. Serupa dengan awak kapal lainnya, maka seorang
jurumudi juga memiliki tugas dan tanggung jawab yang berkaitan dengan
persiapan dan pelaksanaan dalam pelayaran yang akan dilakukan.
Pelaksanaan tugas utama seorang jurumudi yakni membantu
nahkoda untuk mengemudikan kapal, ketika pelayaran sedang
berlangsung. Meskipun demekian, seorang jurumudi juga memliki tugas
dan tanggung jawab saat kapal sedang tidak melakukan pelayaran.
Adapun tugas yang dilakukan seorang jurumudi saat kapal sedang tidak
melakukan pelayaran ialah seperti bertugas menjaga kapal saat jadwal
berjaga telah tiba serta membantu proses pemuatan barang yang
nantinya akan dibawah ke Pelabuhan Benteng.
118 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
2. Menjaga Keamanan Kapal
Tugas jaga kapal yang dilakukan oleh jurumudi bertujuan untuk
mengawasi segela peralatan yang ada pada kapal, menghidupkan mesin
alkom saat tiga jam sekali untuk menghisap air yang masuk,
memindahkan kapal pada saat angin dan gelombang yang kencang ke
daerah pasih (dasar laut yang bertebing dan berkarang) lamanara/pasi
lorong/kawu-wau serta mengawasi tindakan-tindakan buruk dari oknum
tertentu. Jurumudi yang medapat tugas jaga akan selalu bersiaga untuk
menghindari hal-hal buruk yang kemungkinan dapat terjadi kapan saja.
Selama dilokasi penelitian, penulis mendapati sebanyak tiga kali
KLM. Bonerate Jaya dipindahakan ke daerah pasih oleh Bpk. Taema dan
Bpk. Kahar. Lokasi pasih berjarak 50 M dari pelabuhan mengarah ke barat
dan tepat berada didepan Pelabuhan Bonerate. Saat itu kapal
dipindahkan karena adanya cuaca buruk seperti angin serta gelombang
yang kencang. Bahagian dinding kapal akan mengalami keretekan akibat
saling terbenturnya dinding kapal dan dinding pelabuhan, apabila kapal
tidak sesegara mungkin di pindahkan saat cuaca buruk sedang melanda.
Selain temuan tindakan mengantisipasi berupa pemindahan kapal ke
daerah pasih, penulis juga mendapatkan temuan berupa gangguan magic
dari oknum-knum tertentu yang ditujukan kepada nahkoda atau salah satu
ABK dan secara kebetulan yang menjadi korban saat itu ialah Bpk.
Taema. Dengan adanya kejadian tersebut, maka seluruh awak akan lebih
meningkatkan kewaspadaan saat tugas jaga kapal sedang berlangsung.
119 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Selain bertugas untuk menjaga kapal, tugas tambahan yang khusus
dibebankan kepada Bpk. Taema jika sedang tidak melakukan pelayaran
yakni memperbaiki celah papan/nat pada kapal bila terdapat kebocoran
atau yang biasa disebut dengan istilah pakal. Pertimbangan nahkoda
memberikan tugas tambahan kepada Bpk. Taema, dikarenakan Bpk.
Taema memiliki keahlian dan keterampilan untuk memperbaiki kerusakan-
kerusakan pada kapal. Mempakal dilakukan dengan cara memasukkan
potongan-potongan karung goni yang berukuran 2 x 30 CM kedalam celah
papan agar air tidak dapat meresap hingga kedalam lambung kapal.
Perbaikan dinding kapal dilakukan dengan menggunakan sanpan dayung
dan dikerjakan saat cuaca sedang teduh atau tidak disertai gelombang
dan angin laut yang kecang.
3. Melakukan Persiapan Sebelum Memulai Pelayaran
Pelaksanaan tugas akan kembali diakukan Bpk. Taema pada saat
kapal akan melakukan pelayaran menuju Pelabuhan Benteng seperti
membuat daftar manifest penumpang dan barang yang akan ikut
menyebrang ke Palabuhan Benteng. Daftar manifest penumpang dan
barang dilakukan 2 jam sebelum kapal akan melakukan pelayaran, serta
secara bersamaan jurumudi akan menagih para penumpang untuk
menyetorkan biaya retribusi untuk melakukan pelayaran. Daftar manifest
penumpang dan barang yang sebelumnya telah dibuat akan langsung di
serahkan kepada pihak syahbandar untuk kelengkapan berkas serta
menyetor biaya admistratif yang terhitung kedalam akumulasi biaya
120 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
perizinan pas kapal. Barulah ketika urusan dengan pihak syahbadar telah
selesai dilakukan, maka kapal akan bersiap untuk berangkat menuju
Pelabuhan Benteng.
Saat kapal telah bersiap untuk melakukan pelayarn, seluruh ABK
akan berada di dek kapal untuk bersiap menerima perintah dari nahkoda.
Seluruh ABK yang berada di dek kapal akan bersiap untuk melepas dan
menarik tali spring serta mengangkat ban-ban karet penahan benturan
dinding kapal. Sebelum memberikan perintah kepada ABK yang berada di
dek kapal, tuas gas serta persenelan akan di atur untuk menyesuaikan
laju kapal, barulah ketika semuanya telah disesuaikan maka nahkoda
akan berteriak dari ruang kemudi untuk memerintahkan menarik dan
melepas tali spring serta mengangkat ban karet. Saat aktifitas melepas tali
dan megangkat ban karet telah selesai dilakukan, maka seluruh ABK akan
kembali bekerja sesuai dengan status kerja masing-masing. Saat kapal
telah meninggalkan pelabuhan, maka barulah kedua jurumudi akan
melaksanakan tugas utama yakni membantu nahkoda untuk
megemudikan kapal.
4. Mengemudikan Kapal
Saat pelayaran sedang berlansung, nahkoda dan kedua jurumudi
akan secara bergantian untuk memegang kemudi kapal. Nahkoda akan
mendapat giliran paling awal untuk memegang kemudi kapal, hal ini
disebabkan karena seorang nahkoda lebih memahami secara teknis cara-
cara saat kapal akan bertolak dari pelabuhan. Nahkoda akan digantikan
121 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
oleh Bpk. Kahar jika nahkoda akan melalukan istirahat seperti makan
siang atau jika waktu penggantian/aplos kemudi telah tiba.
Penggatian/aplos kepada kedua jurumudi akan dilakukan setiap tiga jam
atau ketika nahkoda telah merasa lelah dan ingin beristirahat, namun
nahkoda akan kembali duduk ataupun berdiri disamping jurumudi yang
bertugas saat jam istirahat sedang dilakukan. Hal tersebut bertujuan
dilakukan agar nahkoda dapat mengawasi ataupun menegur jurumudi jika
haluan yang diambil tidak searah dengan jarum kompas yang telah
ditentukan.
Salah satu dari kedua jurumudi yang sedang mengemudikan kapal,
akan secara rutin untuk memeriksa dan memastikan haluan kapal dengan
jarum kompas serta pada peta GPS. Hal tersebut bertujuan dilakukan
agar haluan kapal tetap searah dengan haluan pada angka jarum kompas
yang menuju ke arah Pelabuhan Benteng. Beberapa hal yang menjadi
temuan penulis pada saat ikut berlayar dengan KLM. Bonerate Jaya, yakni
penggunaan kaca mata hitam oleh jurumudi dan nahkoda jika pelayaran
dilakukan disiang hari serta memadamkan seluruh lampu yang berada
diruang kemudi serta lampu pada tiang layar. Penggunaan kacamata
hitam pada siang hari dimaksudkan agar pandangan jurumudi dapat tetap
fokus serta untuk menghindari cahaya silau dari matahari yang mengarah
langsung ke ruang kemudi. Adapun pemadaman seluruh sumber cahaya
yang berada diruang kemudi seperti lampu, carger hp, heandphone,
cahaya api rokok, serta cahaya yang besumber dari heandphone
122 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
penumpang yang duduk pada bagian dek kapal dan lampu tiang layar
akan dipadamkan karena akan menganggu fokus dari pandangan
nahkoda ataupun jurumudi saat sedang mengemudikan kapal di malam
hari.
Meminimalisir cahaya saat malam hari bertujuan agar pandangan
jurumudi ataupun nahkoda dapat tetap fokus mengarah kedepan sehingga
arah atau haluan kapal tetap pada jalur yang sebelumnya telah
ditentukan. Selain itu, dimalam hari penggunaan benda-benda langit
seperti bintang, bulan dan awan dimamfaatkan sebagai alat bantu
navigasi selain kompas dan GPS untuk menandai haluan kapal, oleh
karenanya dibutuhkan ruang yang sangat gelap agar dapat mencari dan
menandai benda langit sebagai alat bantu navigasi. Meskipun benda-
benda langit seperti bintang, bulan dan awan menjadi patokan untuk
menandai haluan atau arah, namun hal yang paling utama ialah
penggunaan kompas dan GPS. Penggunaan kompas akan tetap
dilakukan untuk mencocokkan haluan yang ada pada jarum kompas
dengan salah satu benda langit yan dijadikan sebagai alat bantu navigasi.
Pencocokan tersebut akan diperiksa saat setiap satu jam untuk
menghindari kesalahan pencocokan pada bintang yang tidak sehaluan
dengan arah pada jarum kompas.
Nahkoda akan kembali memegang kemudi saat kapal akan bersiap
untuk berlabuh di Pelabuhan Benteng dan secara bersamaan salah satu
jurumudi akan menuju dan berdiri pada bagian anjungan kapal sambil
123 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
memegangi sebuah senter untuk melihat dan memastikan kedalaman air
laut. Tugas tersebut dilakukan jika kapal telah berada pada daerah
Padang Pulau Selayar yang berjarak 3 Mil dari Pelabuhan Benteng. Hal
tersebut dilakukan karena pada daerah padang kedalaman air laut hanya
mencapai pada ketinggian 5 M sehingga dibutuhkan seorang jurumudi
untuk mengamati dan mencari jalur yang akan dilewati kapal dengan
menggunakan bantuan cahaya senter. Seorang jurumudi akan
memberikan isyarat kepada nahkoda berupa lambaian tangan mengenai
jalur yang akan dilalui. Memantau keadaan sekeliling menggunakan
bantuan cahaya akan dilakukan sampai pada tali spring akan dilempar
dan dikaitkan pada tiang bollard palabuhan. Barulah pada saat kapal telah
mendekati jarak 5 M maka jurumudi beserta ABK lainnya akan kembali
bersiap untuk membantu nahkoda menyandarkan kapal ke Pelabuhan
Benteng.
5. Membantu Proses Pemuatan dan Pembongkaran Muatan
Saat kapal telah bersandar, aktifitas akan dilanjutkan dengan
membantu penumpang serta barang bawaanya untuk naik kepinggir
Pelabuhan Benteng. Kab. Selayar. Saat aktifitas membantu penumpang
serta menaikkan barang bawaan ke atas pelabuhan telah selesai
dilakuan, maka tugas yang selanjutnya dikerjakan oleh jurumudi ialah
membantu nahkoda untuk menghitung hasil pendapatan yang duperoleh
dari retribusi penumpang. Penghitungan pendapatan dari hasil pelayaran
berangkat, akan dilakukan secara bersama dengan Bpk. Taema yang
124 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
berpangkat sebagai jurumudi satu. Hal tersebut dilakukan karena Bpk.
Taema merupakan ABK sebelumnya telah diberi kepercayaan oleh
nahkoda untuk mengumpulkan biaya retribusi penumpang, barang
penumpang dan muatan kiriman saat sebelum pelayaran akan dilakukan.
Di hari pertama saat kapal telah tiba, kedua jurumudi tidak
melakukan aktifitas yang banyak sampai ketika barang telah tiba di
Pelabuhan Benteng. Aktitas santai yang dilakukan jurumudi setelah
sarapan banyak dihabiskan seperti bermain kartu, menonton film ataupun
menelpon keluarga. Pekerjaan akan segera dimulai ketika nahkoda telah
memberi perintah seperti mengangkat drum-drum solar/oli, menggulung
tali spring, dan mengangkat ternak berupa kambing jika mobil penjemput
telah tiba. Ketika aktifitas tersebut telah selesai dilakukan, maka waktu
luang seluruh ABK akan dimamfaatkan untuk mandi ataupun mencuci
baju di WC umum milik kantor Syahbandar Pelabuhan Benteng. Aktifitas
tersebut akan dilakukan sambil menunggu jurumasak telah selesai
menyediakan makanan berat serta nahkoda yang kembali datang dari
Kota Benteng untuk mengantarkan nota belanja.
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa seorang jurumudi memiliki
dua macam bentuk tugas yang berkaitan dengan proses pelayaran yang
diantaranya tugas yang dilakukan saat sedang tidak melakukan pelayaran
dan tugas yang dilakukan saat sedang melakukan pelayaran. Bahwa
secara singkat jurumudi memiliki berbagai macam tugas yang diantaranya
membantu ABK lainnya saat proses pemuatan serta pembongkaran
125 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
barang dilakukan, mengemudikan kapal, menjaga kapal serta
memperbaiki kerusakan pada kapal. Secara keseluruhan pembagian
tugas dibagi berdasarkan waktu, keterapilan serta berdasarkan tanggung
jawab bersama dari seluruh awak kapal. Pelaksanaan tugas yang
dikerjaan secara disiplin dan penuh tanggung jawab menjadi hal utama
pada sebuah kesuksesan suatu pelayaran yang dilakukan.
c. Oliman
1. Tahapan Menjadi Oliman
Oliman atau oiler merupakan status kerja pada kapal pelayaran
rakyat yang bertugas membantu pekerjaan kepala kamar mesin pada saat
sedang tidak melakukan pelayaran dan saat sedang melakukan
pelayaran. Menjadi seorang oliman atau oiler terlebih dahulu harus
memilki keterangan admistratif berupa BST dan buku pelaut sebagai
syarat utama untuk bekerja pada sebuah kapal layar motor. Pada jenjang
karir seorang oliman setelah memiliki BST dan buku pelaut dapat dimulai
dengan menjadi jurumasak, yang apabila sebelumnya tidak memiliki
pengalaman ataupun keahlian mengenai mesin ataupun dapat langsung
menjadi oliman jika telah memiliki pengalaman ataupun keahlian pada
mesin. Pada lain hal seperti temuan penulis selama dilapangan
menggambarkan bahwa seorang calon oliman yang sebelumnya telah
mempunyai pengetahuan dasar tentang mesin dapat langsung
dipekerjakan oleh pemilik kapal, hal ini disebabkan karena pada umunya
terdapat hubungan kekerabatan amatara antara awak dan pemilik kapal.
126 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
2. Melakukan Persiapan Sebelum Memulai Pelayaran
Seperti halnya dengan informan penulis bernama Bpk. Jaenuddin
alias Dae‟ (52) dan Bpk. Hasan Bugis (35) yang berprofesi sebagai oliman
dikapal milik Bpk. H. Risal yang bernama KLM. Bonerate Jaya.
Keseharian kedua oliman tersebut saat kapal sedang tidak berlayar
banyak dihabiskan di pelabuhan Desa Bonerate untuk membantu kepala
kamar mesin melakukan pengontrolan mesin-mesin yang ada pada kapal.
Secara teknis oliman berkewajiban melakukan pekerjaan sesuai dengan
perintah kepala kamar mesin dan melakukan pekerjaan-pekerjaan dasar
yang rutin dilakukan. Perbedaan tugas antara perintah dan kewajiban
yang dikerjakan oleh oliman merupakan manajemen pekerjaan agar lebih
memudahkan pada saat melakukan perawatan pada mesin-mesin kapal.
Pekerjaan yang dilakukan sesuai perintah dari kepala kamar mesin
umumnya dilakukan pada saat kapal mengalami kerusakan ataupun masa
pemeriksaan berjangka telah tiba. Tugas pemeriksaan mesin secara
berjangka akan dilakukan bersama kepala kamar mesin yang meliputi
penggantian oli mesin, pemeriksaan karet bambel, dan pemeriksaan filter
bahan bakar. Secara teknis sebelum pemeriksaan berjangka pada mesin
dilakukan maka oliman akan menyiapkan peralatan-peralatan yang
dibutuhkan oleh kepala kamar mesin seperti obeng, tang, pemutar baut,
pisau, dan senter. Selain menyiapkan peralatan kerja, tugas pemeriksaan
berjangka dapat dilakukan tanpa kepala kamar mesin, dengan
pengecualian perintah telah diberikan sebelumnya, dan kepala kamar
127 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
mesin akan bertindak langsung jika dalam selama pengerjaan oliman
mengalami kendala-kendala/putus asa.
Tugas pengontrolan rutin juga dilakukan oleh oliman yang meliputi;
pengecekan bahan bakar mesin, pengisian bahan bakar mesin,
pemeriksaan bahan bakar mesin alkom, dan membersihkan ruang mesin
saat aktifitas kerja telah selesai. Tugas pengontrolan tersebut dilakukan
saat kapal sedang tidak berlayar, dan tugas pengontrolan bertujuan agar
pada saat kapal melakukan pelayaran dapat terhindar dari kendala-
kendala yang mungkin terjadi ditegah laut. Selain tugas dan tanggung
jawab sebagai oliman berupa membantu kepala kamar mesin dan
melakukan pengontrolan, tugas tambahan yang bersifat kolektif seperti
tugas jaga kapal juga dikerjakan oleh oliman. Tugas jaga kapal meliputi
tanggung jawab nahkoda dan seluruh anak buah kapal sehingga dalam
pelaksanaannya dalam sehari secara bergiliran dua awak kapal akan
berada di kapal untuk bertugas menjaga keamanan kapal.
Aktifitas bekerja akan dilanjutkan bilamana kapal akan bersiap untuk
berangkat dan seluruh ABK akan tiba lebih awal yakni pada pukul delapan
pagi untuk melakukan persiapan sebelum berangkat. Aktifitas persiapan
akan dilakukan oliman seperti kembali memeriksa keadaan mesin induk
dan mesin alkom bersama dengan kepala kamar mesin, setelah itu
kembali turut serta dalam membantu rekan-rekan ABK lainnya untuk
menurunkan muatan kapal dan barang bawaan milik penumpang. Saat
persiapan dan pengurusan izin berlayar dikantor syahbandar telah selesai
128 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
dilakukan, maka nahkoda akan memberikan perintah kepada kepala
kamar mesin untuk menyalakan mesin dan disaat yang bersamaan oliman
akan kembali melaksanakan tugas yakni melonggarkan AS kapal agar
suhu panas pada mesin kapal tidak meningkat.
Saat mesin induk telah dinyalakan dan AS kapal telah dilonggarkan
maka oliman beserta kepala kamar mesin akan kembali bergegas menuju
dek kapal untuk membantu ABK lainnya untuk melonggarkan dan menarik
tali spring serta mengangkat ban karet penyanggah dinding kapal. Pada
saat kapal mulai berlayar maka oliman beserta dengan kepala kamar
mesin akan kembali bekerja untuk membersihkan sisa-sisa kotoran yang
menempel pada lantai dek kapal saat proses pemuatan penumpang dan
muatan kapal dilakukan. Pembersihan lantai dek kapal dilakukan oleh
kedua oliman yang menggosok lantai menggunakan kain basah,
sementara kepala kamar mesin akan membantu menyirami menggunakan
air laut.
3. Mengawasi Mesin Induk dan Muatan Kapal
Saat tugas tersebut selesai dikerjakan, kedua oliman akan kembali
bekerja untuk menjaga mesin secara bergilirian dengan pembagian waktu
lima jam untuk masing-masing oliman. Pembagian waktu berdasarkan
jarak tempuh pelayaran yakni selama sepuluh jam dan selama pembagian
waktu berlangsung maka oliman akan mengawasi dan mengontrol seluruh
mesin yang terdapat pada ruang mesin seperti mesin induk dan mesin
alkom.Pemabagian kerja sangat nampak terlihat saat penulis diterima
129 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
sebagai ABK pada kapal KLM. Bonerate Jaya untuk melakukan partisipasi
aktif. Pada lima jam pertama yang bertugas menjaga ruang mesin ialah
Bpk. Hasan Bugis, selama melakukan tugas pengontrolan Bpk. Hasan
Bugis hanya sesekali meninggalkan ruang mesin seperti saat akan
menghisap rokok ataupun hendak membuang air kecil.
Saat aktifitas pengontrolan mesin berlangsung, secara rutin kepala
kamar mesin akan datang untuk mengontrol oliman sekedar untuk
bertanya mengenai kendala ataupun memeriksa keadaan oliman yang
kemungkinan dapat tertidur saat bertugas menjaga mesin. Secara teknis
apabila oliman sedang dalam situasi berjaga dan mendapat kendala-
kendala pada mesin seperti karet bambel yang longgar ataupun filter
bahan bakar yang tidak berfungi, maka oliman akan berinisiatif untuk
mengatasi kendala-kendala tersebut dan jika seandainya oliman tidak
dapat mengatasi kendala yang terdapat pada mesin maka akan
berkordinasi dengan kepala kamar mesin.
Pada saat waktu untuk pergantian tugas mengontrol mesin telah tiba,
maka Bpk. Hasan Bugis akan beristirahat dan selanjutnya akan digantikan
oleh Bpk. Dae‟. Aktifitas isitirahat dilakukan dengan cara melaksanakan
makan siang ataupun tidur, serta dilanjutkan dengan pemeriksaan
keadaan muatan penumpang dan muatan kapal. Pemeriksaan dilakukan
dengan menyusuri bagian dek serta lorong pada lorong kamar
penumpang kapal guna memastikan muatan-muatan tidak berpindah
tempat karna kapal yang bergoyang ataupun rusak terkena hempasan air
130 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
laut. Aktifitas pengecekan terhadap muatan kapal dan barang penumpang
telah menjadi tanggung jawab bagi seluruh awak kapal, sehingga
pengecekan akan rutin untuk dilakukan.
4. Membantu Proses Pembongkaran dan Pemuatan Barang
Aktifitas kerja kembali berubah saat kapal akan bersiap untuk
bersandar di Pelabuhan Benteng seperti melempar tali spring dan
meletakkan ban karet pada selah dinding kapal dan dinding pelabuhan.
Aktifitas persiapan berlabuh akan dilakukan oleh seluruh ABK kapal serta
nahkoda yang bersiap memberikan perintah untuk memutuskan waktu
yang tepat untuk melempar tali spring ke area pelabuhan. Beberapa saat
setelah kapal telah berlabuh, maka seluruh ABK akan kembali bergegas
untuk membantu penumpang menaikkan barang semisal motor, kardus,
hasil tani, box gabus, serta barang-barang lainnya. Setelah seluruh
aktifitas membantu menaikkan penumpang serta barang bawaan milik
penumpang telah selesai dilakukan, maka seluruh ABK dapat beristirahat
sambil menunggu jurumasak menyediakan makan malam.
Saat pagi pada pukul enam pagi setelah menyantap sarapan yang
telah disediakan oleh jurumasak, para awak kapal akan kembali
melakukan aktifitas seperti mandi, jurumasak yang berangkat ke pasar,
dan kembali melihat keadaan muatan seperti ternak, muatan dalam palka
dan memeriksa keadaan mesin. Pemeriksaan mesin bertujuan untuk
mengecek keadaan volume bahan bakar serta mengisi drum bahan bakar
jika telah habis serta memeriksa karet bambel mesin. Pemeriksaan
131 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
ruangan mesin saat pagi hari wajib untuk dilakukan oleh oliman, karena
untuk memastikan mesin agar tidak mengalami kendala saat akan
berlayar kembali menuju di Pulau Bonerate. Saat pemeriksaan mesin
telah selesai dilakukan maka oliman akan kembali beristirahat sambil
menunggu nahkoda yang kembali pulang dari kota benteng untuk
memesan barang.
Saat barang muatan telah tiba, maka seluruh awak kapal akan
kembali bekerja untuk melakukan proses pemuatan barang kedalam
palka. Aktifitas pemuatan barang akan dilakukan secara bertahap sesuai
dengan perintah nahkoda yang berdasarkan jenis, berat, dan daya tahan
suatu barang. Pada umumnya proses pemuatan barang akan berlangsung
sampai empat hari atau sampai seluruh barang telah selesai dimuat
kedalam palka. Pertimbangan penambahan hari selama di Pelabuhan
Benteng, juga akan diputuskan oleh nahkoda jika cuaca kurang
bersahabat seperti angin kencang, gelombang laut serta langit yang
mendung.
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa seorang oliman memiliki
berbagai macam tugas yang begitu kompleks, yang meliputi saat sedang
tidak melakukan pelayaran dan saat sedang melakukan pelayaran.
Sehingga secara keseluruhan seorang oliman harus mempersiapkan
segala kebutuhan kapal yang berkaitan dengan mesin hingga pada saat
proses pemuatan serta pembongkaran barang dilakukan. Persiapan yang
yang dilakukan bertujuan agar dapat mengantisipasi segala kendala-
132 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
kendala yang kemungkinan besar dapat terjadi pada saat kapal akan dan
sedang berlayar. Sehingga aktifitas yang terdapat dalam struktur kerja
kapal seperti jabatan oliman merupakan contoh dari pembagian kerja
yang terdapat pada kapal layar motor.
d. Juru Masak
1. Tahapan Menjadi Jurumasak
Juru masak atau koki adalah jabatan yang paling terendah pada
struktur kerja kapal pelayaran rakyat. Sesuai dengan namanya, jurumasak
berfungsi sebagai penanggung jawab untuk memasak serta menyediakan
makanan untuk seluruh awak kapal dan menyediakan minuman berupa
teh atau kopi bagi penumpang. Secara umum, juru masak yang terdapat
di Pulau bonerate akan dipekerjakan secara langsung oleh pemilik kapal,
meskipun di awali dengan tanpa memiliki sebuah BST. Kepemilikan BST
oleh juru masak yang terdapat di pulau bonerate, akan dilakukan ketika
seorang juru masak akan secara serius menggeluti pekerjaan sebagai juru
masak pada kapal pelayaran rakyat. Penunjukan seorang jurumasak oleh
pemilik kapal dengan cara tersebut merupakan upaya yang banyak
dilakukan oleh pemilik kapal pada anggota keluarga yang tidak memiliki
pekerjaan tetap. Dengan hal tersebut maka seorang pemilik kapal dapat
menerima seorang juru masak meskipun tanpa di awali dengan memiliki
BST terlebih dahulu.
133 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
2. Melakukan Persiapan Sebelum Pelayaran
Berbeda dengan nahkoda serta ABK lainnya, seorang jurumasak
akan mulai bekerja saat kapal sedang berlayar dan diselah-selah waktu
saat proses pemuatan serta pembongkaran muatan sementara dilakukan.
Meskipun demikian, seorang jurumasak akan tetap terlibat aktif dengan
ABK lainnya saat melakukan persiapan sebelum berangkat seperti
menurunkan drum-drum kosong, tabung gas elpigi 3 dan 12 Kg, serta
menurunkan karung-karung buah mente hasil panen. Serupa dengan
aktifitas persiapan yang dilakukan oleh awak kapal lainnya, seorang
jurumasak juga melakukan persiapan yang berkaitan dengan komsumsi
untuk awak kapal dan penumpang.
Melakukan persiapan serta melengkapi segala kebutuhan bahan
makanan seperti beras 25 L, kopi 1 L, minyak goreng 2 L, garam halus 1
bungkus, gula 1 L, teh sariwangi 1 bungkus, serta mengisi tong air 1000 L
dengan air tawar, wajib dikerjakan oleh jurumasak saat satu hari sebelum
kapal akan melakukan pelayaran. Adapun bahan-bahan makanan yang
tidak dapat bertahan lama seperti tomat, cabai, serai, merica, sayur
mayur, dan ikan akan dibeli saat kapal telah berada di Pelabuhan
Benteng. Seluruh kebutuhan makanan yang dipersiapkan akan
berdasarkan dari kisaran normal waktu pelayaran yakni selama enam hari.
Sehingga seorang juru masak harus dapat mengelolah dengan baik
bahan makanan yang telah dipersiapkan agar dapat mencukupi
134 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
kebutuhan pemenuhan gizi dari para awak kapal selama melakukan
pelayaran
3. Menghidangkan Minuman untuk Penumpang dan Awak Kapal
serta Mengawasi Muatan Kapal
Pekerjaan wajib seorang juru masak akan berlanjut ketika kapal
sedang berlayar menuju Pelabuhan Benteng seperti membuat dan
membagikan kopi kepada seluruh awak dan penumpang kapal.
Pemberian minuman berupa kopi hangat akan dilakukan jurumasak
dengan cara meyusuri tiap ruang kapal sambil memegangi kantung
pelastik yang berisikan 25 buah gelas plastik lalu dibagikan kepada
seluruh penumpang dan awak kapal secara satu persatu. Pada pelayaran
berangkat seorang jurumasak belum menyediakan makanan berat seperti
nasi, ikan, serta lauk pauk lainnya.
Hal ini disebabkan karena seluruh awak kapal umumnya telah
mempersiapkan bekal yang dibawah dari rumah masing-masing. Tugas
meyediakan nasi dan lauk pauk, baru akan dilakukan apabila telah
diperintahkan oleh salah satu awak kapal yang hanya membawa bekal
seadanya seperti mie instan dan ikan. Adapun penumpang yang hanya
membawa perbekalan mentah seperti mie, telur, atapun hendak
memanasi bekal yang telah dingin dapat menggunakan peralatan dapur
milik jurumasak.
Saat pekerjaan menyediakan kopi ataupun mendapat perintah dari
awak kapal untuk meyediakan nasi telah selesai dilakukan, maka seorang
135 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
jurumasak dapat beristirahat seperti tidur, membantu awak kapal ataupun
memeriksa keadaan barang penumpang dan muatan kapal. Pengecekan
barang penumpang serta muatan kapal adalah tugas wajib bagi seluruh
awak kapal diselah-selah waktu beristrihat ataupun tugas yang dikerjakan
telah selesai dilakukan. Aktifitas selanjutnya yang juga dilakukan oleh
seorang juru masak ialah belajar untuk mengemudikan kapal bersama
nahkoda ataupun jurumudi yang sementara bertugas. Tahap belajar akan
dimulai dengan mengajarkan cara memegang stir, cara menentukan
haluan, cara menaikkan dan menurunkan tuas gas dan persenelan, serta
cara membaca peta pada GPS. Aktifitas membantu serta belajar seperti
mengemudikan kapal banyak dilakukan oleh jurumasak, apabila seorang
juru masak ingin memiliki jenjang karir yang meningkat.
Pada saat kapal telah berlabuh dan seluruh penumpang serta
barang bawaanya telah dinaikkan ke atas pelabuhan, maka seorang juru
masak akan kembali bertugas untuk menyiapkan makan malam bagi para
awak kapal. Di hari pertama saat kapal telah berlabuh, seorang juru
masak tidak akan menyediakan makanan bagi para awak kapal, hal
tersebut di sebabkan karena perbekalan seperti ikan dan sayur belum
dipersiapkan oleh seorang juru masak. Perbekalan bahan makanan
seperti ikan dan sayur sengaja untuk tidak dipersiapkan, karena kualitas
daya tahan dari ikan dan sayur tidak dapat bertahan lama sampai pada
saat kapal tiba di Pelabuhan Benteng. Seluruh makanan tetap akan
dipersiapkan oleh juru masak dengan cara membeli langsung di warung
136 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
yang berada di sekitar Pelabuhan Benteng. Adapun aktifitas memasak,
baru akan dilakukan oleh seorang juru masak saat waktu makan siang
telah tiba.
4. Membeli Kebutuhan Serta Menyiapkan Makanan Selama Kapal
Berlabuh
Seperti yang sebelumnya telah disampaikan pada uaraian diatas,
bahwa penulis berkesampatan menjadi ABK dikapal KLM. Bonerate jaya
dan mengikuti segala aktifitas yang terjadi. Seperti halnya pada saat
mengikuti aktfitas jurumasak yang bernama ka‟ Mawan (29) saat berada di
Pelabuhan Benteng. Aktifitas Ka‟ Mawan sebagai juru masak akan dimulai
pada pukul enam pagi, dimana Ka‟ Mawan terlebih dahulu akan memasak
nasi lalu dilanjutkan dengan memanaskan air untuk kemudian menyeduh
teh/kopi untuk para awak kapal ataupun penumpang yang menginap.
Setelah aktifitas memasak nasi dan menyediakan sarapan untuk para
awak kapal dan penumpang telah selesai dilakukan, maka barulah juru
masak akan berangkat kepasar untuk membeli berbagai macam
kebutuhan memasak selama sehari penuh.
Modal belanja untuk membeli kebutuhan bahan makanan akan
diberikan secara langsung oleh nahkoda dan modal belanja yang
diberikan untuk pembelian bahan makanan selama satu hari sebesar Rp.
50.000. Dengan demikian seorang jurumasak harus dapat mengelolah
secara baik modal yang diberikan agar bahan untuk komsumsi selama
satu hari dapat tercukupi. Selama penulis ikut berlayar bersama dengan
137 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
KLM. Bonerate Jaya, penulis secara rutin setiap hari menemani Ka‟
Mawan untuk berbelanja bahan makanan di pasar yang berada di pusat
Kota Benteng.
Saat berada dipasar, bahan makanan yang terlebih dahulu dibeli
ialah ikan, dan ka‟ Mawan akan mencari serta membeli ikan yang segar
dan berharga murah seperti ikan cakalang, ikan katamba, ataupun ikan
momar. Ketiga jenis ikan tersebut dijual seharga Rp. 20.000 dengan
takaran dalam satu ikatnya berjumlah 5-6 ekor dengan panjang minimal
20 Cm. Sehingga salah satu dari ketiga jenis ikan tersebut ialah ikan yang
paling sering dibeli oleh ka‟ Mawan karena harga yang murah serta jumlah
ikan yang banyak dalam satu ikatnya. Setelah lauk utama telah terbelih,
maka Ka‟ Mawan akan kembali beranjak ke lapak sayur untuk membeli
kebutuhan lainnya seperti sayur bayam/terong/kol, tomat, cabai, merica,
bawang merah dan bawang putih. Ketika aktifitas berbelanja dipasar telah
selesai dilakukan maka Ka‟ Mawan akan kembali pulang untuk mengolah
seluruh bahan makanan yang sebelumnya telah dibeli.
Setibanya dikapal, Ka‟ Mawan beserta oliman yang kadang ikut
membantu akan langsung membersihkan dan memotong-motong ikan
yang sebelumnya telah dibeli dipasar. Setelah ikan bersih dan dipotong
maka seluruh ikan akan diolah secara bersamaan seperti ikan yang akan
dimasak/dibakar untuk menu makan pagi dan ikan yang dimasak untuk
menu ikan goreng disoreh hari. Mengolah seluruh bahan makanan utama
dengan cara dimasak bertujuan agar bahan makanan seperti ikan dapat
138 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
bertahan lama hingga soreh hari. Setelah pekerjaan memasak telah
selesai dilakukan, maka seluruh awak kapal beserta penumpang yang
menginap akan diberitahukan untuk bergegas menyantap makanan yang
telah disediakan secara bersama-sama.
Aktfitas santai seperti merokok, menelpon keluarga, ataupun saling
bercerita banyak dihabiskan ketika para awak kapal, penumpang yang
menginap beserta penulis telah selesai melakukan kegiatan makan siang.
Setelah selesai melakukan aktifitas istirahat sehabis makan, para ABK
akan kembali bekerja untuk melakukan pembongkaran muatan kapal
seperti drum-drum solar/oli yang kosong, tabung gas elpiji 3 dan 12 Kg
sambil menunggu nahkoda yang kembali pulang dari Kota Benteng untuk
memesan berbagai macam barang.
Muatan kapal yang telah dikeluarkan dari dalam palka selanjutnya
akan diletakkan di pinggir pelabuhan agar lebih memudahkan bagi sopir-
sopir saat datang untuk mengambil seluruh muatan. Setelah proses
pembongkaran muatan dilakukan, seluruh awak kapal akan kembali
membersihkan sisa-sisa kotoran yang menempel pada lantai dek kapal
serta melipat terpal penutup palka dan menggulung tali-tali spring yang
sebelumnya digunakan saat kapal berlabuh.
Tugas menyediakan makanan akan dilanjutkan kembali ketika pukul
empat sore saat diselah-selah aktifitas pemuatan barang yang dilakukan
bersama dengan ABK lainnya. Pada soreh hari juru masak akan
memeriksa sisa nasi yang sebelumnya dimasak saat di pagi hari, jika
139 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
persediaan nasi yang tersisah masih mencukupi untuk dikomsumsi satu
sampai dua orang maka beras yang dimasak tidak sebanyak dipagi hari,
namun jika persedian nasi telah habis maka ka‟ Mawan akan kembali
memasak beras sebanyak dua liter untuk mecukupi kebutuhan makanan
bagi seluruh awak kapal dan penumpang yang menginap.
Jika beras yang dimasak telah matang, maka akan dilanjutkan
dengan menggoreng ikan yang sebelumnya telah dimasak, barulah ketika
semuanya telah selesai dilakukan maka makanan yang telah jadi akan
diletakkan di rak piring dan dimakan saat pemuatan barang telah selesai
dilakukan pada pukul enam sore. Saat aktifitas memasak dan
menyediakan makanan telah selesai dilakuakan maka Ka‟ Mawan akan
kembali bergabung dengan ABK lainnya untuk membantu proses
pemuatan barang kedalam palka.
Secara keseluruhan pembagian tugas/kerja yang terdapat dalam
struktur kerja kapal pelayaran rakyat seperti pada uraian diatas
menggambarkan tentang aktifitas-aktifitas yang dilakukan saat sebelum
melakukan pelayaran ataupun saat sedang melakukan pelayaran. aktifitas
sebelum berlayar banyak dilakukan untuk mempersiapkan segala
kebutuhan selama berlayar seperti menyiapkan bahan bakar, mengecek
mesin, serta menyiapkan bahan makanan, dan perubahan pola kerja akan
berganti saat kapal telah berlayar sesuai dengan status kerja dari masing-
masing awak kapal.
140 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Selain pembagian tugas berdasarkan status kerja yang dilakukan
oleh masing-masing ABK, seluruh awak kapal pun wajib bertanggung
jawab atas seluruh keamanan barang dan kenyamanan penumpang serta
bertanggung jawab dalam proses pemuatan dan pembongkaran barang.
Sehingga pembagian tugas berdasarkan status kerja ataupun tugas yang
dilakukan atas dasar tanggung jawab bersama bertujuan untuk
mempermudah segala aktifitas kerja yang terdapat pada kapal pelayaran
rakyat.
B. Pengelolaan Usaha Dalam Pelayaran
B.1 Mendapatkan Kapal
Angkutan jasa di laut dengan menggunakan kapal atau yang lebih
dikenal dengan pelayaran rakyat merupakan jenis usaha yang dikelola
secara swadaya atau mandiri dan digolongkan sebagai usaha
perseorangan. Jenis usaha ini hanya dapat dimiliki oleh pengusaha yang
secara finansial memadai untuk membuat ataupun membeli kapal.
Kepemilikan yang bersifat perseorangan menjadikan usaha pelayaran
rakyat mempunyai sistem pengelolaan usaha yang mandiri serta berbeda
dengan kapal modern lainnya. Secara khusus kapal pelayaran rakyat
banyak dimiliki dan dikelolah oleh pengusaha asal Sulsewesi Selatan
khususnya di Desa bonerate, Pulau Bonerate, Kab. Selayar.
Kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi pada masyarakat Desa
Bonerate banyak berkecimpung pada sektor kelautan khususnya
pegelolaan usaha kapal pelayaran rakyat. Desa Bonerate secara khusus
141 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
merupakan pusat pembuatan kapal kayu selain Kab. Bulukumba yang
berukuran besar dengan daya angkut 19 hingga 600 Ton. Armada kapal
pelayaran rakyat yang dibuat di Desa Bonerate banyak dimiliki oleh
masyarakat setempat ataupun pengusaha asal luar daerah seperti
Maumere, Kota Benteng, Pulau Jinato, hingga luar negri, yang digunakan
untuk berbagai jenis usaha dibidang pengangkutan.
Armada kapal pelayaran rakyat yang kelolah oleh pengusaha di
Desa Bonerate banyak digunakan sebagai alat transportasi untuk
mengangkut berbagai jenis barang ataupun penumpang. Secara khusus
penulis mencatat bahwa terdapat enam buah kapal pelayaran rakyat
dengan ukuran tonase 19 hingga 120 Ton yang dimiliki oleh masyarakat
Desa Bonerate dengan rute pelayaran Pelabuhan Bonerate-Pelabuan
Benteng. Kepemilikan Kapal sebagai sarana utama dalam aktifitas jasa
angkut, menjadi hal yang sangat penting dalam usaha yang akan
dijalankan. Kapal dapat diperoleh dengan cara memesan ataupun
melanjutkan usaha dari pihak keluarga dalam hal ini pewarisan usaha dari
pihak ayah kepada anak laki-laki.
a. Memesan atau Membuat Kapal
Kapal yang diperoleh dengan cara memesan kepada pihak pengurus
kapal, umumnya hanya dilakukan oleh pengusaha yang secara finansial
memadai untuk mendanai proses pembuatan kapal. Pada umumnya,
modal untuk pembelian kapal diperoleh dari hasil usaha berdagang
barang campuran yang dilakukan dipulau bonerate serta bantuan modal
142 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
yang diberikan dari pihak keluarga seperti ayah, mertua, ataupun saudara
kandung. Calon pemilik kapal akan mengelolah hasil usaha yang
diperoleh dari berdagang barang campuran dengan cara menabung
sebahagian hasil usaha secara bertahap kepada pihak Bank. Anggaran
pembuatan kapal juga diperoleh dari pemberian bantuan finansial dari
pihak keluarga yang memiliki usaha dibidang perdagangan barang,
pertanian sawah padi ataupun perkebunan merica yang dikelola di Pulau
Selayar.
Modal untuk pembuatan perahu yang dipersiapkan akan
berdasarkan dari ukuran tonase kapal yang akan dibuat. Ukuran tonase
seperti kapal dengan daya angkut beban 120 Ton membutuhkan biaya
berkisar antara Rp.300.000.000 s/d Rp. 500.000.000 sedangkan untuk
tonase diatas 120 ton berkisar antara Rp. 500.000.000 s/d 1 Milliar rupiah.
Pada tahap pengumpulan modal pembuatan telah terpenuhi, maka
pemilik kapal akan bertemu dengan pihak pengurus kapal untuk
mengkomunikasikan segala hal yang berkaitan dengan pembuatan kapal.
Pengurus kapal merupakan istilah dalam masyarakat Pulau Bonerate
yang diberi kepercayaan oleh pemilik kapal untuk bertanggung jawab
pada proses awal hingga akhir pembuatan kapal.
Pemilik kapal akan mengkomunikasikan beberapa hal kepada
pengurus kapal terkait dengan pembuatan kapal berupa desain perahu,
fungsi perahu, ukuran yang diinginkan, jenis kayu yang akan digunakan,
jumlah tenaga kerja, waktu pengerjaan, dan biaya yang harus
143 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
dipersiapkan. Keseluruhan topik pembicaraan yang dilakukan, bertujuan
agar pemilik dan pengurus kapal memperoleh sebuah kesepakatan
mengenai proses pembuatan kapal yang akan dilakukan. Bila
kesepakatan antara pemesan dan pengurus kapal telah tercapai, maka
pemesan akan memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada pengurus
kapal perihal kebutuhan-kebutuhan perahu selama masa pengerjaan.
Pangurus kapal akan kembali berkomunikasi kepada pihak pemesan
kapal apabila akan meminta dana untuk melakukan pembelian bahan
pembuatan kapal yang berkurang.
Pada tahap selanjutnya, pengurus kapal akan menghubungi
tukang/pekrja kapal untuk kemudian diajak bekerjasama melakukan
pembuatan perahu. Pada umunya tukang yang di ajak berkeja sama ialah
teman dekat dari pengurus kapal yang telah berpengalaman dibidang
pembuatan kapal. Pengurus kapal dan para tukang akan melakukan
pertemuan secara langsung untuk membahas terkait dengan pekerjaan
yang akan mereka lakukan. Pertemuan ini dilakukan di rumah pengurus
kapal yang berlangsung saat malam hari.
Pada tahap ini pengurus kapal akan menjelaskan hasil pertemuan
yang sebelumnya dilakukan dengan pemesan, hal yang paling penting
dalam pertemuan ini adalah pembahasan gaji, waktu serta lokasi
pengerjaan. Pada tahap penentuan seluruh tukang yang akan diikut
sertakan dalam pengerjaan pembuatan perahu telah dilakukan, maka pada
144 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
bagian akhir pengurus kapal akan kembali menentukan Pa Ompu yang
digunakan untuk memimpin upacara kapal yan akan dibuat.
Pa Ompu merupakan istilah dalam masyarakat Pulau Bonerate yang
merujuk kepada status pekerjaan yang berfungsi sebagai pemimpin
upacara pada saat sebelum proses pembuatan kapal dilakukan.
Penunjukan seorang Pa Ompu dilakukan dengan cara melihat rekam jejak
terhadap armada kapal yang telah dipucarakan serta mempertimbangkan
asumsi yang terbangun pada masyarakat terkait dengan keahlian magis
yang dimiliki. Pengetahuan magis yang dimiliki oleh Pa Ompu diyakini
dapat menghindarkan musibah pada proses pembuatan hingga pada saat
pelayaran telah dilakukan. Pengaplikasian pengetahuan magis yang
dimiliki oleh Pa Ompu dilakukan dalam bentuk kegiatan ritual yang dimulai
pada saat pembuatan kapal akan dimulai.
Adapun ritual yang dilakukan oleh Pa Ompu pada proses pembuatan
kapal ialah melaksanakan ritual Te Simba yakni ritual yang dilakukan saat
sebelum penyetuhan peralatan pembuatan dilakukan oleh para tukang
serta ritual Teompu‟a yang dilaksanakan pada saat penyambungan
komponen kapal akan dilakukan. Kedua ritual tersebut di dilakukan secara
terpisah, yang berdasarkan dari pencapaian tahapan pengerjaan dari
proses pembuatan kapal. Pelaksanaan kegiatan ritual tersebut diyakini
oleh masyarakat Desa Bonerate sebagai sebuah upaya yang bertujuan
agar armada kapal yang akan dibuat memiliki limpahan rezeki, terhindar
dari malapetaka seperti karam, bocor, ataupun awak kapal yang selalu
145 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
dalam keadaan sehat jasmani. Terdapat asumsi yang terbangun pada
masyarakat Bonerate bahwa armada kapal yang memiliki limpahan rezeki
dan terhindar dari malapetaka selama berlayar disebabkan karena
pengetahuan magis yang dimiliki oleh Pa Ompu.
b. Melanjutkan Usaha Keluarga
Memperoleh Kapal dengan cara melanjutkan usaha keluarga juga
merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh masyarakat di Desa
Bonerate dalam memulai usaha jasa angkut selain dengan cara memesan
kepada pihak pengurus kapal. Faktor usia yang bersifat ketidakmampuan
secara jasmani menjadi alasan utama dari pengusaha terdahulu yang
kemudian melimpahkan wewenang usahanya kepada kelauarga.
Pelanjutan jalannya usaha akan sepenuhnya diberikan kepada anak
ataupun menantu laki-laki yang terdapat dalam keluarga inti.
Secara umum pengetahuan mengenai usaha jasa angkut telah
dimiliki oleh pengusaha yang baru, sehingga bentuk adaptasi akan lebih
mudah untuk dilakukan. Sebagai contoh, pengusaha yang melanjutkan
usaha jasa angkut telah memiliki pengetahuan yang diperoleh dari
interkasi sosial yang terjadi dalam lingkungan keluarga serta lingkungan
sekitar. Hal tersebut dipengaruhi oleh keadaan lingkungan masyarakat
yang menjadikan usaha jasa angkut sebagai topik yang intens untuk
diicarakan pada saat saling bertemu, sehingga pengusaha baru telah
memiliki pemahaman dasar melalui faktor tersebut.
146 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
B.2 Perekrutan ABK
Selain menentukan pengurus kapal pada tahap awal pembuatan,
seorang pemilik kapal juga berkewajiban untuk menentukan komposisi
ABK pada kapal pelra. Penentuan kompisisi ABK akan dilakukan ketika
proses pembuatan kapal telah hampir selesai dilakukan, seperti kapal
yang dalam proses pengecetan ataupun pada saat pemasangan Has
(besi baja yang terpasang pada bagian bawah kapal yang terhubung
langsung pada kemudi dan baling-baling kapal) kapal telah akan
dipasang. Penentuan komposisi ABK kapal dilakukan dengan cara melihat
dan mempertimbangkan pengalaman selama melaut, pertalian keluarga,
serta rekomendasi nahkoda dari kapal lainnya. Keseluruh faktor tersebut
menjadi penentu utama dalam pemilihan dan penentuan ABK pada kapal
pelayaran rakyat.
a. Awak Kapal yang Berasal dari Pihak Keluarga Pemilik Kapal
Memilih anggota keluarga sebagai ABK kapal, umumnya dilakukan
oleh pemilik kapal ketika salah satu anggota keluarga tidak memiliki
pekerjaan yang menetap di daerah perantauan. Pada umumnya,
masyarakat Desa Bonerate yang telah berumur 17 tahun ke atas akan
merantau ke Pulau Batam untuk mencari pekerjaan, namun dalam proses
yang terjadi para perantau tetap kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan
yang menetap, sehingga pihak keluarga yang menjadi pengusaha jasa
angkut di Pulau Bonerate akan menghubungi dan memberikan tawaran
untuk bekerja sebagai awak pada kapal miliknya.
147 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Hal tersebut kemudian menggambarkaan bahwa, memilih anggota
keluarga sebagai awak kapal, merupakan sebuah upaya untuk saling
membantu yang dilakukan dalam internal keluarga yang mengalami
kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan di daerah perantauan. Adanya
sikap kepercayaan kepada pihak keluarga yang telah dipilih sebagai ABK,
juga merupakan faktor utama dari pihak pengusaha yang memilih anggota
keluarga sebagai ABK. Fakta tersebut mendukung temuan penulis bahwa
sebanyak enam buah kapal pelra yang terdapat di Pulau Bonerate
memiliki hubungan kekerabatan antara pemilik dengan awak kapal.
Table 4.1 : Informasi Umum Dari Ke Enam Kapal Pelra Di Pulau Bonerate.
NO NAMA KAPAL
DATA DIRI DAN JABATAN ABK DAYA
ANGKUT PEMILIK KAPAL
HUBUNGAN DENGAN PEMILIK KAPAL
USIA KAPAL
NAMA JABATAN
1 KLM.
BONERATE JAYA
Hasan Sam (47 Thn)
Kapten
120 Ton H. Risal Keluarga 3 Thn
Herman (31 Thn)
Jurumudi I
Kahar (30 Thn)
Jurumudi Ii
Amir (32 Thn)
Kkm
Jainuddin (52 Thn)
Oliman
Hasan (35 Thn)
Oliman
Mawan (29 Thn)
Juru Masak
2 KLM. TIGA
PUTRI
Suparjo Anis (30 Thn)
Kapten
35 Ton H. Sau‟ Keluarga 2 Thn
Aris Hamzah (29 Thn)
Jurumudi I
Iksan (34 Thn)
Jurumudi Ii
Alifuddin (35 Thn)
Kkm
148 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Husain (23 Thn)
Oliman
Syahrir (20 Thn)
Juru Masak
3 KLM.
GUNUNG JATI
Abdul Rajab (39 Thn)
Kapten
20 Ton Dg.
Mannyawa Keluarga 8 Thn
La Ahmad (42 Thn)
Jurumudi I
La Galimu (28 Thn)
Jurumudi Ii
Asrul (28 Thn)
Kkm
Azis Oliman
La Sani (29 Thn)
Juru Masak
4 KLM.
SURYA INDAH
Samsuddin (40 Thn)
Kapten
19 Ton Alm.
Samsuddin Dan Kuyu‟
Keluarga 20 Thn
Haeruddin (30 thn)
Jurumudi I
Rustam (40 Thn)
Jurumudi Ii
Faisal (30 Thn)
Kkm
Tayyib (25 Thn)
Oliman
Rusdin Jurumasak
5
KLM. JABAL RAHMA
Muhklis (37 Thn)
Kapten
25 Ton H. Rajab Keluarga 10 Thn
Jafar (29 Thn)
Jurumudi I
Hasan (40 Thn)
Kkm
Harmin (31 Thn)
Oliman
Arman (21 Thn)
Juru Masak
6 KLM.
CIPTA ANUGRAH
Sahruddin ( Thn)
Kapten
55 Ton H. Salam Keluarga 4 Thn
Erwin (30 Thn)
Jurumudi I
Amin (30 Thn)
Jurumudi Ii
Wajipuddin (36 Thn)
Kkm
Firman (28 Thn)
Oliman
Sahrul (21 Thn)
Oliman
149 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Ansar (17 Thn)
Juru Msasak
b. Pengalaman Melaut dan Rekomendasi Nahkoda
Faktor kedua yang menjadi penentu pada pembentukan komposisi
ABK ialah pengalaman yang dimiliki seorang calon ABK selama melaut.
Pengalaman melaut seorang calon ABK, dapat dibuktikan melalui
keterangan yang tertera pada sertifikat kepelayaran yang dimiliki ataupun
melalui rekomendasi dari nahkoda yang pernah bekerja dengan calon
awak kapal yang akan dipilih. Pemilik kapal akan menemui nahkoda untuk
saling berbincang mengenai calon ABK yang akan dipilih. Topik
pembicaraan antara nahkoda dan pemilik kapal akan terkait dengan
perilaku kerja seperti kedisiplinan dan kerajinan dari calon ABK yang akan
dipilih sewaktu ia bekerja bersama dengan nahkoda. Sikap yang dilakukan
pemilik kapal kepada nahkoda terkait dengan penentuan ABK, merupakan
upaya untuk memperoleh gambaran mengenai calon ABK yang akan
dipilih.
Tahap akhir yang dilakukan oleh pemilik kapal setelah seluruh ABK
telah dipilih, ialah menetukan nahkoda kapal untuk menjadi memimpin
bagi ABK dan juga sebagai pengemudi utama bagi kapal pelra. Nahkoda
merupakan pemimpin utama pada sebuah kapal pelra, Sehingga dalam
memilih dan menentukan nahkoda didasarkan pada berbagai hal
diantaranya riwayat hidup terkait dengan perilaku kriminalitas serta
pengalaman kecelakaan melaut selama menjadi nahkoda. Pemilik kapal
tidak akan memilih nahkoda yang merupakan seorang mantan
150 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
narapidana, hal ini dilakukan karena kepercayaan serta tanggung jawab
yang diberikan oleh pemilik kapal kepada nahkoda sangat besar, seperti
memimpin para ABK serta pihak kedua yang membantu pemilik kapal
dalam mengelolah usaha.
Pengalaman mengalami kecelakaan selama melaut, juga menjadi
faktor penentu bagi pemilik kapal dalam memilh seorang calon nahkoda,
hal ini disebabkan karena seorang nahkoda akan menjadi pengemudi
utama dalam pelayaran, sehingga segala bentuk masalah teknis yang
terjadi selama pelayaran akan menjadi tanggung jawab bagi nahkoda.
Kedua fakor tersebut menjadi hal yang utama bagi pemilik kapal dalam hal
memilih dan menentukan calon nahkoda kapal.
Selain memilih dan menentukan pengurus serta komposisi awak
kapal, seorang pemilik kapal juga mengelolah usaha kapal pelra dengan
strategi persaingan usaha agar dapat bertahan dan berkelanjutan. Strategi
persaingan usaha banyak dilakukan oleh pemilik kapal dengan berbagai
macam cara diantaranya memberikan pelayanan dan fasilitas kepada
penumpang dan awak kapal serta membangun relasi yang baik dengan
pihak pemerintahan (aparat kepolisian, syahbandar, dan pegawai
pemerintahan).
Pemberian pelayanan dan fasilitas seperti jamuan makanan dan
minuman selama berlayar serta pengadaan televisi dalam ruangan
penumpang menjadi strategi usaha agar penumpang mempunyai minat
terhadap kapal yang memiliki pelayanan dan fasilitas yang lengkap.
151 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Pelayanan berupa penggratisan tarif retribusi penumpang juga diberikan
kepada aparat pemerintah dan keamanan (polisi, syahbandar, dan
pegawai kecamatan) sebagai upaya membangun jaringan sosial terkait
dengan kepentingan kepelayaran.
Pada dasarnya apa yang telah diuraikan diatas menjelaskan bahwa
untuk memulai dan mengelola usaha transportasi laut kapal pelra haruslah
memiliki kesiapan secara finansial dan pengelolaan secara baik agar
usaha yang dijalankan dapat berkelanjutan. Pemberian pelayanan dan
fasilitas pada penumpang yang diberikan oleh pengusaha kapal
merupakan upaya dalam persaingan antar pengusaha kapal lainnya.
Pelibatan hal magis Pada saat memulai usaha kapal pelra seperti
pada ritual memilih jenis kayu dan pada saat pemasangan lunas kapal
oleh Pa Ompu juga dilakukan agar usaha yang dijalankan dapat terhindar
dari musibah dan hal tersebut mejadi bagian kepercayaan pada
masyarakat Desa Bonerate khususnya bagi pemilik usaha jasa angkut
kapal pelra. Sehingga kemudian para pengusaha transportasi laut kapal
pelra yang terdapat di Desa Bonerate memiliki persaingan dan
pengelolaan usaha yang pada intinya adalah upaya agar usaha yang
dijalankan dapat bertahan dan berkelanjutan.
B.3 Modal Awal
Modal dalam pelayaran merupakan aspek utama yang digunakan
untuk menunjang segala kebutuhan awak dalam pelayaran, khususnya
dalam pelayaran pertama yang akan dilakukan. Modal untuk melakukan
152 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
pelayaran pertama saat kapal telah jadi, akan diperoleh dari pemberian
pinjaman dari pemilik kapal. Modal yang diberikan oleh pemilik kapal akan
digunakan untuk membeli berbagai macam kebutuhan saat akan
melakukan pelayaran. Adapun berbagai macam kebutuhan yang
dipersiapkan di antaranya komsumsi awak kapal (beras, minyak, kopi, teh
dan gula), solar dan bensin kapal, serta uang tunai yang digunakan untuk
membayar biaya admistrtatif kepada pihak syahbandar Pulau Boenerate.
Pemberian pinjaman yang diberikan oleh pemilik kapal pada
pelayaran pertama, merupakan upaya yang dilakukan untuk
mengakomodir segala kebutuhan awak kapal di awal usaha yang
dijalankan. Pelunasan pinjaman modal yang diberikan oleh pihak pemilik
kapal, akan dilakukan ketika pembagian hasil usaha telah dilakukan.
Pembagian hasil selama pelayaran akan dilakukan oleh nahkoda apabila
pendapatan telah melebihi dari pengeluaran.
Terdapat pengecualian terkait dengan peluanasan pinjaman jika
pelayaran pertama dilakukan saat dimusim barat. Pelunasan pinjaman
yang diterima saat akan melakukan pelayaran pertama di musim barat,
akan ditebus ketika telah memperoleh hasil dari pelaksanaan pelayaran
selanjutnya di musim timur telah tiba. Hal tersebut disebabkan karena
perolehan pendapatan dimusim barat tidak sebaik dengan perolehan
pendapatan dimusim timur. Pelunasan pinjaman yang dilakukan saat
musim timur, merupakan kesepakatan yang terbagun antara nahkoda dan
153 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
pihak pemilik kapal dalam hal pengelolaan usaha yang dijalankan secara
bersama.
Adapun usaha yang bersifat dilanjutkan oleh salah satu anggota
keluarga, tidak memberikan pinjaman modal kepada awak kapal pada
pelayaran pertama saat suaha telah berpindah tangan. Modal untuk usaha
yang besifat melanjutkan, hanya diperoleh dari biaya retribusi yang
dikenakan kepada penumpang saat kapal akan berangkat. Hal tersebut
disebabkan karena usaha yang dijalankan telah berlangsung lama dan
pelayaran yang dilakukan bukan merupakan pelayaran pertama seperti
pada pelayaran di awal usaha yang baru dijalankan, yang memberikan
pinjaman modal pada saat kapal akan pertama kali melakukan pelayaran.
Pemberian modal hanya dilakukan ketika pelayaran dilaksanakan
saat musim barat. Pemberian pinjaman modal saat musim barat dilakukan
karena, intensitas pelayaran tidak sebaik dengan pelayaran yang
dilakukan saat dimusim timur. Menurunnya intensitas pelayaran akan
berdampak pada pendapatan yang diperoleh serta persiapan permodalan
yang digunakan pada pelayaran selanjutnya, sehingga pemilik kapal akan
memberikan bantuan berupa pinjaman modal untuk digunakan pada
pelayaran saat dimusim barat.
B.4 Mendapatkan Muatan di Awal Pelayaran
Muatan kapal menjadi bahagian yang paling penting bagi
kelangsungan usaha yang akan dimulai pada saat kapal telah bersiap
untuk melakukan pelayaran. Pemilik kapal akan mengalami kesulitan
154 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
untuk memperoleh muatan diawal usaha yang akan dijalankan. Hal
tersebut disebabkan karena belum adanya pembuktian bagi masyarakat
untuk keselamatan mauatan yang diangkut menggunakan kapal baru.
Pada masyarakat Pulau Bonerate, penggunaan jasa angkut pada kapal
baru akan dilakukan ketika telah melakukan pelayaran sebanyak dua
sampai dengan tiga kali serta melihat jumlah muatan yang diangkut oleh
kapal baru tersebut.
Di awal pelayaran kapal baru yang telah selesai dibuat akan secara
otomatis memperoleh muatan awal yang dipesan dari pemilik kapalnya
sendiri. Hal tersebut disebabkan karena belum adanya pemilik kios yang
menjadi relasi dagang (langganan) bagi kapal baru yang telah dibuat.
Umumnya pemilik kapal memiliki beberapa usaha seperti berdagang
barang campuran dan pengepul hasil tani seperti mente, sehingga barang
ataupun hasil laut tersebut akan menjadi muatan bagi kapal baru di awal
usaha jasa angkut yang dijalankan. Hal yang dilakukan oleh pemilik kapal
di awal usaha yang dijalankan, merupakan upaya pembuktian bahwa
kapal baru yang telah jadi dapat memperoleh muatan yang banyak,
sehingga dengan hal tersebut dapat memberikan peluang bagi pemilik
kapal untuk medapatkan relasi dagang (langganan) khususnya pemilik-
pemilik kios yang berada di Pulau Bonerate.
Peran nahkoda dalam membangun usaha yang baru dijalankan, juga
menjadi faktor penentu agar memperoleh muatan dari relasi dagang yang
terbangun dengan pedagang lainnya. Nahkoda kapal akan mendatangi
155 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
pedagang barang yang terdapat di Pulau Bonerate, untuk melakukan
perbincangan mengenai usaha yang dijalankannya. Nahkoda akan
merekomendasikan kapal yang dinahkodainya untuk menjadi angkutan
dari muatan yang akan dipesan oleh pedagang yang ditemuinya. Upaya
yang dilakukan oleh nahkoda sangat berdampak pada jumlah muatan
yang akan diangkut menggunakan kapal baru pada usaha yang di
jalankan.
Terdapat perbedaan terkait dengan muatan yang diperoleh pada
usaha yang baru dijalankan dengan usaha yang bersifat dilanjutkan oleh
salah satu anggota keluraga. Pelanjut usaha yang telah diberi wewenang
akan tetap memperoleh muatan dari pedagang yang sebelumnya telah
menjadi langganan tetap dari kapal tersebut. Hal tersebut disebabkan
karena telah adanya relasi dagang yang terbangun antara pemilik kapal
sebelumnya dan pedagang, sehingga pelanjut usaha yang diberi
wewenang dapat lebih mudah untuk memperoleh muatan kapal.
Pelanjut usaha yang pada umumnya adalah anak ataupun menantu
laki-laki dari pemilik kapal, juga menjadi faktor utama dari tidak adanya
perubahan terkait dengan jumlah muatan yang diangkut saat sebelum dan
sesudah usaha yang berpindah tangan. Hal tersebut disebabkan karena
pihak pedagang masih memiliki rasa kepercayaan yang tinggi kepada
pihak pengusaha kapal, yang meskipun pemilik usaha telah berganti.
156 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
B.5 Jenis dan Tarif Pada Muatan Kapal
Muatan menjadi hal yang sangat penting bagi keberadaan kapal
pelra yang diperuntukan sebagai transportasi laut untuk aktifitas jasa
angkut di indonesia khususnya pada pengelolah usaha kapal pelra di
Desa Bonerate, Kab. Selayar. Intensitas pelayaran akan tergantung dari
pemilik barang dan penumpang yang menggunakan kapal pelra sebagai
transportasi jasa angkut yang menghubungkan kedaerah lainnya. Pada
peruntukan idealnya kapal pelra difungsikan sebagai kapal muatan
berjenis barang dan ternak, namun dengan diberinya kebijakan dari pihak
otoritas pelabuhan maka kapal pelra dapat menjadi angkutan untuk
manusia/penumpang. Peruntukan kapal perla sebagai jasa angkut
mejadikan kelompok kerja tersebut memiliki pengelolaan yang kompleks
terkait dengan muatan kapal.
Serupa dengan temuan penulis bahwa terdapat enam buah kapal
pelra dengan rute pelayaran Pulau Bonerate-Pelabuhan Benteng dan
secara keseluruhan telah memiliki relasi dagang antara pihak kapal dan
pemilik kios barang kebutuhan pokok. Pengelolah kapal pihak kedua yakni
nahkoda yang merupakan pemimpin diatas kapal yang selain bertugas
secara wajib membawa kapal dari titik tolak hingga ke titik tiba juga
bertugas sebagai pengelolah utama yang berkaitan dengan muatan kapal.
Relasi dagang yang terbangun antara pemilik muatan dengan nahkoda
akan menjadi suatu pola keuntungan secara ekonomi dan sebab dari
intensitas suatau pelayaran yang dilakukan. Secara teknis terdapat
157 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
tahapan-tahapan dalam pengelolaan muatan yang dilakukan oleh pihak
kapal diantaranya pengambilan daftar/nota muatan, pemesanan muatan,
pengaturan muatan, pengantaran muatan oleh jasa kaisar higga pada
kebijakan terkait dengan keselamatan barang.
Pada tahap awal sebelum melakukan pelayaran seorang nahkoda
akan menemui pihak pemilik toko untuk mengambil daftar nama/nota
barang dan anggaran belanja barang yang kadang mencapai nominal
Rp.100.000.000 untuk keperluan membeli barang ataupun melunasi
hutang/bon. Kunjungan nahkoda tidak dilakukan hanya pada satu pemilik
toko, melainkan akan mendatangi lima sampai enam pihak pemilik toko
yang akan memesan barang. Jumlah atau kisaran pihak pemilik toko yang
dikunjungi oleh nahkoda berdasarkan dengan relasi dagang (langganan)
yang sebelumnya telah terbangun antara pihak pemilik toko dan nahkoda.
Pada prinsipnya relasi dagang yang terbangun antara nahkoda dan pihak
pemilik toko, menjadi dasar kepercayaan bagi nahkoda yang bertugas
sebagai pihak perwakilan toko untuk mengantarkan daftar nama/nota
barang ke Kota Benteng.
158 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
a. Jenis dan Tarif Muatan campuran
Pada umumnya barang yang dipesan oleh pihak pemilik toko ialah
barang campuran yang diantaranya berbagai macam jenis makanan dan
minuman ringan atau yang biasa disebut dengan muatan campuran.
Muatan campuran merupakan istilah dalam komunikasi awak kapal dan
pemilik toko yang mengacuh kepada jenis barang tertentu yang tidak
termasuk kedalam jenis barang berat atau muataan dasar. Tarif sewa
yang dibebankan kepada pemilik toko untuk jasa angkut muatan
campuran sebesar 3% dari tiap anggraran sebesar Rp. 1.000.000.
Adapun jenis barang yang termasuk ke dalam biaya potongan sebesar 3%
dari tiap anggraran sebesar Rp. 1.000.000 ialah sebagai berikut;
Gambar 4.2 : contoh daftar nota barang milik pemesan muatan
159 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Tabel 4.2 : Jenis Barang Campuran Dengan Tarif 3%
No Nama Barang Satuan
1 Sabun Giv White Beauty Dos
2 Air mineral aqua botol Dos
3 mie kering Per Lusin
4 milo Dos
5 Laksa Per Lusin
6 megah mie Dos
7 biscuit unibis Dos
8 tepung beras putih rose brand Dos
9 pasta gigi pepsodent Dos
10 susu sachet kental manis
Frisian Flag Dos
11 tepung bumbu sajiku Dos
12 minyak goreng bimoli Dos
13 sabun cuci piring Sunlight Dos
14 Biscuit interbis peanut Dos
15 Opak jaipong Dos
16 biscuit UBM biscuits chocolate
cream Dos
17 permen Kiss Dos
18 sabun Mandi Shinzui Dos
19 kerupuk Kartu AS Dos
20 biscuit Minicoco Sandwich Dos
21 kopi ABC Mocca Dos
22 minyak goreng Bimoli DOS
23 minyak goreng Sania DOS
24 permen Tamarin DOS
25 kripik kuping gajah raja DOS
26 bawang putih Karung
27 beras ketan super Karung
160 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
28 indomie goreng Indofood Dos
29 minuman serbuk jasjus Dos
30 roma biscuit kelapa Dos
31 permen alpenibe lollipop Dos
32 kopi tora bika moka Dos
33 minuman kemasan okki jelly
drink Dos
34 sabun cuci piring ekonomi Dos
35 minuman kemasan Oni Coco Dos
36 minuman kemasan Capuucino Dos
37 minuman kemasan Vita Jelly
Drink Dos
38 sabun cuci pakaian Daia Dos
39 minuman kemasan Teh Gelas Dos
40 Kopi Kapal Api Dos
41 Mie Sedap goring Dos
42 bumbu masak Royco Dos
43 biscuit Tango Wafer Dos
44 Luak White Koffie Dos
45 makanan ringan Kacang
Garuda Rosta Dos
46 Mie Sejati rasa kaldu ayam Dos
47 air mineral kemasan gelas DN Dos
48 minyak goreng Filma Dos
49 Minyak goreng sovia Dos
50 Upin upin potato Dos
51 Mega mie snack Dos
52 Sempron anti nyamuk HIT Dos
161 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
b. Jenis Dan Tarif Muatan Dasar
Secara khusus mauatan dasar merupakan jenis dari berbagai
macam barang yang tergolong kedalam barang berat yang rentan akan
kerusakan. Muatan dasar dan muatan campuran merupakan dua istilah
yang mengacuh kepada jenis, berat, dan daya tahan suatu muatan,
sehingga terdapat perbedaan yang secara siginifikan akan mempengaruhi
biaya sewa untuk kedua jenis muatan tersebut. Tarif sewa dengan
potongan 3% dari tiap anggraran sebesar Rp. 1000.000 tidak diberlakukan
pada muatan dasar, melainkan penetapan harga akan berdasarkan dari
satuan jenis, berat dan daya tahan suatau barang. Adapun jenis satuan
barang beserta dengan biaya sewa jasa angkut yang termasuk kedalam
muatan dasar ialah sebagai berikut;
Tabel 4.3 : Jenis Muatan Dasar Dengan Tarif Bersifat Satuan No Nama Barang Satuan Berat/Panjang Biaya Sewa
1 Semen Per sak 50 kg Rp. 7.000
2 Beras Karung 25 kg Rp. 5.000
3 Beras Karung 50 kg Rp. 10.000
3 Gula pasir Karung 50 kg Rp. 10.000
4 Seng besi Perlembar 7 kaki Rp. 4.000
5 Seng besi Perlembar 7 & 9 kaki Rp. 7.000
6 Telur ayam ras Rak 10 rak Rp. 5.000
7 Besi bangunan Batang 10 mm Rp. 2.500
8 Tegel keramik Dos 20 x 20 cm Rp. 5.000
9 Tegel keramik Dos 40 x 40 cm Rp. 5.000
10 Tegel keramik Dos 60 x 60 cm Rp. 7.000
11 Tong air plastic Per buah 400 l Rp. 50.000
12 Tong air plastic Per buah 1000 l Rp. 100.000
13 Daun pintu plastic Per lembar 3 x 1 m Rp. 25.000
162 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
14 Tabung gas elpiji Per tabung 3 kg Rp. 5.000
15 Tabung gas elpiji Pertabung 12 kg Rp. 10.000
16 Jaring hitam plastic Per gulung Per gulung Rp. 10.000
17 Rokok Kis 12 lusin Rp. 10.000
18 Air mineral aqua botol
Dos 24 botol Rp. 2.000
19 Air gelas mineral Dos 48 gelas Rp. 1.500
20 Terigu Karung 25 kg Rp. 5.000
21 Terigu Karung 50 kg Rp. 10.000
22 Tv Perbuah Semua ukuran Rp. 50.000
23 Drum isi solar/bensin
Per buah 200 l Rp. 80.000
24 Motor Per unit Per unit Rp. 100.000
25 Tempat beras (cosmos)
Per buah Perbuah Rp. 10.000
26 Kulkas Per buah Perbuah Rp. 25.000
27 Kursi 4 meja 1 Set 5 buah Rp. 25.000
28 Kasur kapuk Pergulung Pergulung Rp. 10.000
29 Lemari Per buah 2 pintu Rp. 35.000
30 Kasur spring bed Per buah Per buah Rp. 50.000
31 Sofa Set 4 buah Rp. 150.000
31 Ayam potong 1 box gabus 20 ekor Rp. 10.000
33 Kambing Per ekor Per ekor Rp. 30.000
34 Kacang mente Perkilo Perkilo Rp. 250
45 Ikan 1 box gabus 1 box gabus Rp. 10.000
46 Es batu 1 box gabus 1 box gabus Rp. 10.000
c. Jenis dan Tarif Muatan Saat Musim Barat
Penetapan biaya sewa untuk jasa angkut muatan dasar dan
campuran seperti yang telah diuraikan diatas merupakan biaya sewa yang
berlaku pada musim angin timur (bulan 4-11) dan akan mengalami
163 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
perubahan tarif pada pelayaran dilakukan saat musim angin barat (bulan
12-3) tiba. Perbedaan biaya sewa untuk jasa angkut pada pelayaran
musim angin barat disebabkan karena persiapan serta kendala teknis
yang dihadapi akan jauh lebih sulit bila dibandingkan dengan pelayaran
dimusim angin timur. Biaya sewa untuk jasa angkut muatan campuran
pada pelayaran dimusim barat sebesar 4% dari tiap anggraran sebesar
Rp.1.000.000.
Perbedaan musim juga berdampak pada tarif sewa yang dikenakan
untuk muatan dasar, namun kenaikan harga tidak bersifat menyeluruh
pada semua jenis barang. Perbedaan penetapan biaya sewa jasa angkut
merupakan kebijakan yang disepakati secara bersama antara pihak kapal
dalam hal ini nahkoda dengan pihak pemilik toko. Adapun biaya sewa
untuk jasa angkut muatan dasar yang mengalami kenaikan harga pada
pelayaran dimusim barat ialah sebagai berikut;
Tabel 4.4 : Jenis Muatan Dasar Yang Mengalami Kenaikan Tarif
No Nama Barang Satuan Berat/Panjang Biaya Angkut
1 Semen Sak 50 KG Rp. 8.000
2 Tegel keramik Dos 20 x 20 m˚ Rp. 6.000
3 Tegel keramik Dos 40 x 40 m˚ Rp. 6.000
4 Tegel keramik Dos 60 x 60 m˚ Rp. 7.500
5 Pintu pelastik Lembar 70 X 195 cm Rp. 30.000
6 Kasur kapuk Gulung Gulung Rp. 20.000
7 Kasur spring bed Gulung Gulung Rp. 60.000
8 Sofa Set 4 buah Rp. 160.00
9 Drum isi solar Buah 200 L Rp. 100.000
10 Drum isi bensin Buah 200 L Rp. 100.000
164 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
d. Muatan Kiriman atau Titipan
Selain muatan campuran serta dasar yang menjadi muatan pokok
dalam usaha kapal pelra, Beberapa jenis muatan lain seperti barang
kiriman dari masyarakat Pulau Bonerate juga merupakan muatan
tambahan yang diangkut sebelum melakukan pelayaran. Muatan kiriman
merupakan barang titipan milik masyarakat dengan jenis barang yang
berbagai macam berupa buah pisang, ikan kering, serta hasil laut lainnya.
Muatan barang kiriman akan dititipkan kepada awak kapal saat berada di
Pulau Bonerate untuk kemudian diberikan kepada sanak keluarga pada
saat kapal telah tiba ditujuan. Pemberlakuan terif sewa juga diberlakukan
terhadap muatan barang kiriman, namun terdapat ketentuan tarif
berdasarkan jumlah muatan barang yang dititipkan oleh masyarakat.
Adapun ketentuan biaya sewa untuk barang titipan/kiriman ialah sebagai
berikut
Tabel 4.5 : Jenis Tarif Untuk Muatan Kiriman No Tipe Ukuran Satuan Tarif
1 Kardus supermi teh gelas
3 s/d 6 buah Rp. 10.000
+7 buah Rp. 5.000/dos
2 Kardus rokok Per buah Rp. 25.000
4 Kardus air botol aqua Per buah Rp. 5.000
5 Karung ukuran 25 kg Per karung Rp. 10.000
e. Penumpang Kapal
Jenis muatan terakhir yang menjadi sumber pendapatan ekonomi
ialah calon penumpang kapal yang akan diikut sertakan dalam
165 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
keberangkatan menuju Pelabuhan Benteng, Kab. Selayar. Pada
umumnya calon penumpang akan bertanya secara langsung saat bertemu
dengan awak kapal ataupun menghubungi via hand phone mengenai
jadwal keberangkatan pelayaran. Nahkoda akan menentukan tanggal dan
waktu keberangkatan yang disesuaikan dengan jadwal pelayaran kapal
lainnya. Penentuan tanggal dan waktu keberangkatan dengan
mnyesuaikan jadwal pelayaran kapal lainnya bertujuan agar jumlah kapal
yang berangkat dihari yang sama tidak terlalu banyak, sehingga besar
kemungkinan jumlah penumpang akan meningkat. Adapun biaya retribusi
yang dikenakan untuk penumpang berumur 10-15 Thn ialah sebesar Rp.
50.000/orang, sedangkan penumpang yang berumur diatas 15 Thn ialah
sebesar Rp.100.000/orang. Adapun pencatatan contoh jadwal
keberangkatan dan kedatangan kapal selama penulis berada di lokasi
penelitian ialah sebagai berikut;
Tabel 4.6 : pencatatan keberangkatan dan kedatangan kapal pelra.
No Nama Kapal Layar Motor
Keberangkatan Kedatangan
1 KLM.BONERATE JAYA
12 Oktober 2016 17 oktober 2016
21 Oktober 2016 26 Oktober 2016
1 November 2016 6 November 2016
14 November 2016 19 November 2016
2 KLM. TIGA PUTRI
18 Oktober 2016 22 Oktober 2016
27 Oktober 2016 1 November 2016
5 November 2016 9 November 2016
166 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
16 November 2016 20 November 2016
3 KLM. GUNUNG JATI
18 Oktober 2016 24 Oktober 2016
28 Oktober 2016 3 November 2016
7 November 2016 12 November 2016
17 November 2016 21 November 2016
4 KLM. SURYA INDAH
15 Oktober 2016 19 Oktober 2016
24 Oktober 2016 29 Oktober 2016
5 November 2016 8 November 2016
16 November 2016 20 November 2016
5 KLM. JABAL RAHMA
15 Oktober 2016 20 Oktober 2016
25 Oktober 2016 30 Oktober 2016
4 November 2016 8 November 2016
16 November 2016 20 November 2016
6 KLM. CIPTA ANUGRAH
16 Oktober 2016 20 Oktober 2016
24 Oktober 2016 28 Oktober 2016
4 November 2016 8 November 2016
13 November 2016 18 November 2016
B.6 Jasa Angkut Kaisar
Pola aktifitas pembongkaran muatan tidak berakhir sampai pada
tahap ketika muatan telah diangkat ke atas pelabuhan oleh para awak
kapal. Tahap akhir dari aktifitas pembongkaran muatan ialah ketika
muatan telah diantar oleh sopir menggunakan kendaraan kaisar.
Penggunaan jasa angkut kaisar banyak digunakan oleh nahkoda sebagai
167 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
alat tranportasi untuk mengantarkan muatan menuju ke rumah-rumah
pemilik muatan. Kaisar merupakan jenis kendaraan bermotor yang beroda
tiga dan memiliki bak terbuka pada bahagia belakang yang menyerupai
mobil bak pick up. Peran sopir kaisar dalam pola aktifitas pembongkaran
muatan hanya bersifat sebagai penyedia layanan jasa angkut darat,
sehingga terdapat sebuah relasi kerja yang terbangun antara nahkoda
dan sopir kaisar.
Pada saat sebelum kapal akan bersandar dipelabuhan Bonerate,
nahkoda ataupun ABK akan terlebih dahulu menghubungi sopir-sopir
kaisar yang telah menjadi rekan kerja (langganan) pada setiap aktifitas
pembongkaran muatan yang dilakukan. Mengkomunikasikan informasi
kedatangan kapal kepada sopir kaisar merupakan upaya yang dilakukan
oleh pihak kapal agar sopir kaisar dapat memberikan bantuan tenaga saat
aktifitas pembongkaran telah dilakukan. Pemberian bantuan tenaga
bongkar muat yang dilakukan oleh sopir kaisar, bertujuan agar nahkoda
kembali melibatkan sopir kaisar pada aktifitas pembongkaran selanjutnya.
Secara umum seluruh sopir kaisar sangat berharap dari aktiftas
pebongkaran muatan yang dilakukan oleh kapal yang berlabuh, karena
hal tersebut menjadi sumber pendapatan utama bagi kehidupan
perekonomian para sopir kaisar.
Pada tiap Aktifitas pembongkaran muatan, sopir kaisar akan dibantu
oleh seorang anak buah yang berstatus sebagai karnet/kondektur dari
kendaraan kaisar. Peran karnet dalam aktfitas jasa angkut ialah menjaga
168 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
muatan pada bagian bak terbuka saat diperjalanan serta membantu sopir
kaisar melakukan aktifitas pembongkaran saat telah tiba di tujuan. Tahap
awal sebelum aktifitas pengantaran muatan yang dilakukan oleh sopir
kaisar ialah, ikut berpartisipasi untuk membantu para ABK untuk
menaikkan seluruh muatan keatas pelabuhan. Seluruh muatan yang
dinaikkan ke atas pelabuhan oleh ABK dan sopir kaisar, akan
dikelompokkan berdasarkan nama dari pemilik barang. Muatan yang
sebelumnya telah dinaikkan dan dikelompokkan diatas pelabuhan, akan
kembali di cek oleh nahkoda sebelum dinaikkan ke atas kendaraan kaisar.
Muatan yang terlebih dahulu dinaikkan ke atas kaisar ialah muatan yang
berjenis makanan seperti mie instan, air mineral, tepung, serta makanan
ringan lainnya, sedangkan untuk muatan berat seperti semen, beras, besi,
seng serta muatan lainnya akan dilakukan ketika pengantaran muatan
ringan telah selesai dikerjakan.
Muatan yang telah dinaikkan ke atas kendaraan kaisar, selanjutnya
akan diantar oleh sopir menuju rumah dari pemilik muatan. Laju
kecepatan kaisar akan dikontrol oleh sopir selama perjalanan menuju ke
rumah pemilik muatan, agar muatan tidak mengalami kerusakan. Saat
sopir kaisar telah tiba dirumah pemilik muatan, maka secara bertahap
seluruh muatan akan diturunkan dari bak terbuka untuk kemudian
diletakkan di dalam rumah dari pemilik muatan. Muatan yang diturunkan
dari atas kaisar, akan kembali diperiksa oleh pemilik untuk memastikan
jumlah serta kerusakan yang mungkin terjadi pada muatan. Secara teknis
169 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
apabila muatan mengalami kerusakan ataupun jumlah muatan yang
berkurang saat dalam pelayaran, maka sopir kaisar akan kembali
menemui nahkoda untuk mengkonfirmasi mauatan-muatan tersebut.
a. Tarif Pengantaran Muatan untuk Jasa Angkut Kaisar
Adapun muatan yang mengalami kerusakan saat dalam perjalanan
yang diangkut menggunakan kaisar merupakan tanggung jawab yang
dibebankan kepada sopir kaisar. Bentuk ganti rugi yang dibebankan
kepada sopir kaisar ialah pengurangan upah dari akumulasi pendapatan
yang diberikan dari pemilik muatan. Pendapatan yang diperoleh dari jasa
angkut muatan akan berdasarkan dari jenis barang dan jarak lokasi yang
mejadi tujuan pengantaran. Pada umunya pengantaran seluruh muatan
yang berjenis barang campuran hanya berpusat di Desa Bonerate,
Majapahit, serta Desa Lamantu, hal tersebut dipengaruhi karena pusat
kota serta perekonomian berada pada wilayah dari ketiga daerah tersebut.
Tarif sewa jasa angkut muatan campuran untuk lokasi pengantaran
yang berada dipusat kota ialah sebesar Rp. 15.000/kaisar dan adapun
jenis barang yang dimaksud ialah sebagai berikut;
Tabel 4.7 : Jenis Barang Dengan Tarif Rp. 15.000/Kaisar No Nama Barang Satuan
1 Sabun giv white beauty Dos
2 Air mineral aqua botol Dos
3 Mie kering Per Lusin
4 Milo Dos
5 Laksa Per Lusin
6 Megah mie Dos
170 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
7 Biscuit unibis Dos
8 Tepung beras putih rose brand
Dos
9 Pasta gigi pepsodent Dos
10 Susu sachet kental manis Frisian Flag
Dos
11 Tepung bumbu sajiku Dos
12 Minyak goreng bimoli Dos
13 Sabun cuci piring Sunlight Dos
14 Biscuit interbis peanut Dos
15 Opak jaipong Dos
16 Biscuit UBM biscuits chocolate cream
Dos
17 Permen Kiss Dos
18 Sabun Mandi Shinzui Dos
19 Kerupuk Kartu AS Dos
20 Biscuit Minicoco Sandwich Dos
21 Kopi ABC Mocca Dos
22 Minyak goreng Bimoli Dos
23 Minyak goreng Sania Dos
24 Permen Tamarin Dos
25 Kripik kuping gajah raja Dos
26 Bawang putih Karung
27 Beras ketan super Karung
28 Indomie goreng Indofood Dos
29 Minuman serbuk jasjus Dos
30 Roma biscuit kelapa Dos
31 Permen alpenibe lollipop Dos
32 Kopi tora bika moka Dos
33 Minuman kemasan okki
jelly drink Dos
34 Sabun cuci piring ekonomi Dos
171 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
35 Minuman kemasan Oni
Coco Dos
36 Minuman kemasan
Capuucino Dos
37 Minuman kemasan Vita
Jelly Drink Dos
38 Sabun cuci pakaian Daia Dos
39 Minuman kemasan Teh
Gelas Dos
40 Kopi kapal api Dos
41 Mie Sedap goring Dos
42 Bumbu masak Royco Dos
43 Biscuit Tango Wafer Dos
44 Luak white koffie Dos
45 Makanan ringan Kacang
Garuda Rosta Dos
46 Mie Sejati rasa kaldu ayam Dos
47 Air mineral kemasan gelas
DN Dos
48 Minyak goreng Filma Dos
49 Minyak goreng sovia Dos
50 Upin upin potato Dos
51 Mega mie snack Dos
52 Sempron anti nyamuk HIT Dos
Pengantaran barang yang berjenis muatan dasar juga dilakukan
pada ke ketiga desa tersebut dan ketiga desa lainnya yakni Desa Limbo,
Bonea dan Desa Sambali. Tarfi sewa yang sama dikenakan untuk ketiga
desa yang berada dipusat kota, sedangkan tarif sewa untuk Desa Limbo,
Bonea, dan Desa sambali akan berdasarkan dari masing-masing lokasi
yang menjadi tujuan. Faktor tersebut disebabkan karena ketiga desa
tersebut memiliki jarak tempuh yang jauh serta akses yang sulit dari pusat
172 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
kota, sehingga tarif sewa untuk tiap jenis barang akan berbeda dari
masing-masing lokasi yang menjadi tujuan. Adapun tarif sewa untuk jasa
angkut muatan dasar yang berdasarkan perbedaan jarak serta akses
perjalanan ialah sebagai berikut;
Tarif pengantaran untuk Desa Majapahit, Bonerate, dan Desa Lamantu
Tabel 4.8 : Jenis Barang dan Tarif Untuk Pengantaran menuju Desa Majapahit,
Bonerate, Dan Desa Lamantu
No Nama Barang Satuan Berat/Panjang Harga Muat
1 Semen Sak 40 KG RP. 1.500
2 Beras Karung 25 KG RP. 1.500
3 Beras Karung 50 KG Rp. 3.000
4 Tegel Dos 20 x 20 Rp. 1.000
5 Tegel Dos 40 x 40 Rp. 1.000
6 Tegel Dos 60 x 60 Rp. 2.000
7 Mesin Cuci Set - Rp. 15.000
8 Besi Batang 10 mm Rp. 1.000
9 Seng Besi Lembar 7 & 9 kaki Rp. 1.000
10 Gula Pasir Karung 50 KG Rp. 2.500
11 Solar/Bensin Drum 200 L Rp. 15.000
12 Pakaian Rombengan
Karung Bal Rp. 25.000
13 Bambu Full Kaisar Full Kaisar Rp. 25.000
14 Gas Elpiji Tabung 12 KG Rp. 2.000
15 Gas Elpigi Tabung 3 KG Rp. 2.000
16 Kasur Spring Bed
Buah Buah Rp. 15.000
17 Lemari Buah Buah Rp. 20.000
18 Kursi Sofa Set SET Rp. 15.000
19 Kayu 6.12 M M Rp. 5.00
20 Papan Lembar Lembar Rp. 1.000
21 Terigu Karung 25 KG Rp. 1.500
Tarif Untuk Pengantaran Di Desa Limbo
Tabel 4.9: Jenis Barang dan Tarif Untuk Pengantaran menuju Desa Limbo
No Nama Barang Satuan Berat/Panjang Harga Muat
1 Semen Sak 40 Kg Rp. 2.500
2 Beras Karung 25 Kg Rp. 2.000
3 Beras Karung 50 Kg Rp. 2.500
173 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Tarif Untuk Pengantaran Di Desa Bonea
Tabel 4.10 : Jenis Barang Dan Tarif Untuk Pengantaran Menuju Desa Bonea
Tarif Untuk Pengantaran Di Desa Sambali
Tabel 4.11 : Jenis Barang Dan Tarif Untuk Pengantaran Menuju Desa Sambali
4 Terigu Karung 25 Kg Rp. 2.000
5 Tegel Keramik Dos 20 X 20 Rp. 2.000
6 Tegel Keramik Dos 40 X 40 Rp. 2.000
7 Tegel Dos 60 X 60 Rp.2.500 (Carter)
8 Mesin Cuci Buah Buah Rp.30.000 (Carter)
9 Besi Batang 10 Mm Rp.30.000 (Carter)
10 Seng Lembar 7 & 9 Kaki Rp.30.000 (Carter)
11 Kayu 6.12 Meter Meter Rp. 1.000
12 Papan Lembar Lembar Rp. 1.500
13 Bambu Full Kaisar Full Kaisar Rp.30.000 (Carter)
No Nama Barang Satuan Berat/Panjang Harga Muat
1 Semen Sak 40 Kg Rp. 3.000
2 Beras Karung 25 Kg Rp. 2.500
3 Beras Karung 50 Kg Rp. 3.000
4 Terigu Karung 25 Kg Rp. 2.500
5 Tegel Keramik Dos 20 X 20 Rp. 2.500
6 Tegel Keramik Dos 40 X 40 Rp. 2.500
7 Tegel Dos 60 X 60 Rp. 3.000
8 Mesin Cuci Buah Buah Rp. 50.000 (Carter)
9 Besi Batang 10 Mm Rp. 50.000 (Carter)
10 Seng Lembar 7 & 9 Kaki Rp. 50.000 (Carter)
11 Kayu 6.12 Meter Meter Rp. 1.500
12 Papan Lembar Lembar Rp. 2.000
13 Bambu Full Kaisar Full Kaisar Rp. 50.000 (Carter)
No Nama Barang Satuan Berat
Panjang Harga Muat
1 Semen Sak 40 KG Rp. 4.000
2 Beras Karung 25 KG Rp. 3.000
3 Beras Karung 50 KG Rp. 4.000
4 Terigu Karung 25 KG Rp. 3.000
5 Tegel Keramik Dos 20 X 20 Rp. 3.000
6 Tegel Keramik Dos 40 X 40 Rp. 3.000
7 Tegel Dos 60 X 60 Rp. 3.500
8 Mesin Cuci Buah Buah Rp.60.000 (Carter)
174 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Penggunaan kendaraan kaisar sebagai jasa angkut muatan, juga
dimamfaatkan sebagai alat tranportasi untuk mengangkut
penumpang/orang. Kaisar merupakan kendaraan transportasi massal
utama yang banyak digunakan oleh masyarakat di Pulau Bonerate untuk
menunjang aktifitas keseharian. Pada umunya kendaraan kaisar banyak
digunakan oleh masyarakat pada saat hari pasar, acara perkawinan,
syukuran, khitanan, dan pesta rayat. Pemamfaatan kaisar sebagai alat
transportasi massal utama dapat bersifat sebagai jasa angkutan umum
dan hak pakai sewa rental. Tarif yang dikenakan bagi penumpang sebesar
Rp. 10.000/orang, sedangkan tarif untuk penggunaan carter/ rental sewa
ialah sebesar Rp.100.000/kaisar.
Kepemilikan kendaraan kaisar yang digunakan sebagai alat
transportasi jasa angkut bersifat hak pakai, sehingga hasil pendapatan
yang diperoleh akan dibagi bersama dengan pemilik kendaraan. Peran
pemilik kendaraan dalam aktifitas jasa angkut ialah mengakomodasi
pekerja dalam bentuk pinjaman modal untuk pembelian bahan bakar
kendaraan. Pelunasan pemberian pinjaman dari pemilik kaisar akan
dilakukan ketika hasil pendapatan telah diperoleh dengan cara membagi
seluruh hasil pendapatan. Pembagian hasil pendapatan akan dilakukan
ketika satu kapal telah menyelesaikan aktifitas bongkar muat. Seluruh
9 Besi Batang 10 Mm Rp.60.000 (Carter)
10 Seng Lembar 7 & 9 Kaki Rp.60.000 (Carter)
11 Kayu 6.12 Meter Meter Rp. 2.000
12 Papan Lembar Lembar Rp. 2.500
13 Bambu Full Kaisar Full Kaisar Rp.60.000 (Carter)
175 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
hasil pendapatan akan dipisah mejadi dua bagian yakni pinjaman modal
dan hasil bersih. Bahagian modal menjadi hak milik bagi pemilik
kendaraan karena dana yang bersifat pinjaman, sedangkan hasil
pendapatan bersih akan dibagi secara merata antara pemilik kaisar, sopir,
serta karnet/kondektur.
B.7 Jaminan Keselamatan Muatan
a. Menjaga Dan Mengontrol Muatan Saat Sedang dan Tidak
Melakukan Pelayaran
Keselamatan muatan kapal akan selalu diperhatikan oleh ABK baik
dalam proses pemuatan barang dilakukan ataupun pada saat
berlangsungnya pelayaran. Meminimalisir kerusakan yang terjadi pada
muatan dilakukan oleh ABK dengan pola pengatuan barang yang sesuai
dengan jenis, berat dan daya tahan suatu barang. Pengaturan muatan
dilakukukan dengan cara memisahkan jenis barang barat dan ringan serta
memisahkan muatan dengan jenis bahan bangunan dan muatan yang
berjenis makanan agar debu/kotoran yang terdapat pada jenis muatan
seperti semen tidak terkontiminasi dengan muatan lainnya.
Upaya menjaga keselamatan muatan juga dilakukan dengan cara
melakukan pengontrolan rutin pada saat tugas jaga oleh dua orang ABK.
Adapun tugas jaga yang dilakukan oleh abk bertujuan menjaga keamanan
kapal serta menghidupkan mesin alkom yang digunakan untuk menghisap
air yang masuk kedalam lambung kapal agar muatan tidak mengalami
kerusakan akibat terkena air. Pengontrolan muatan secara rutin akan
176 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
terus berlanjut sampai pada saat kapal sedang melakukan pelayaran
untuk kembali menuju Pelabuhan Pulau Bonerate. Pengotrolan muatan
saat kapal sedang dalam perjalanan pelayaran akan dilakukan oleh awak
kapal pada saat jam pergantian kerja/uplos telah dilakukan ataupun saat
waktu istirahat telah tiba.
Pengontrolan akan dilakukan dengan cara menyusri bagian kapal
seperti anjungan, dek kapal, lorong kamar penumpang serta ruang kamar
mesin yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan muatan. Pada saat
kapal sedang berlayar pengontrolan akan lebih difokuskan pada muatan
yang berada pada area dek kapal seperti lemari kayu, lemari kaca, motor,
seng besi, serta boks gabus yang berisikan es batu untuk memeriksa
kemungkinan tali yang kendor ataupun memeriksa muatan agar tetap
terjaga dari hempasan air ombak.
b. Ganti Rugi Atas Muatan Yang Rusak
Pada umumnya terdapat beberapa jenis muatan yang mengalami
kerusakan saat telah dinaikkan keatas pelabuhan oleh ABK. Kerusakan
pada muatan banyak disebabkan karena tergigit oleh hama tikus dan
terkena air yang merembes masuk pada selah-selah/nat papan saat kapal
sedang melakukan pelayaran ataupun saat kapal telah berlabuh. Jenis
muatan yang umumnya megalami kerusakan saat berada diatas kapal
ialah muatan yang berjenis makanan seperti mie instan, telur serta
makanan dan minuman ringan lainnya. Terdapat beberapa pemahaman
oleh seluruh nahkoda kapal kepada pemilik muatan mengenai jaminan
177 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
kerusakan yang terjadi pada muatan saat dalam proses pelayaran
dilakukan.
Pemahaman yang pertama ialah nahkoda akan secra inisiatif
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap barang yang rusak baik dalam
jumlah sedikit atapupun banyak kepada pemilik barang, dan bertanggung
jawab sepenuhnya terhadap barang yang rusak baik dalam jumlah sedikit
ataupun banyak apabila pemilik barang merasa dirugikan/keberatan
dengan muatan yang mengalami kerusakan. Bentuk pertanggung jawaban
nahkoda kepada pemilik muatan akan dilakukan dengan cara mengganti
jenis barang yang mengalami kerusakan dengan jenis barang yang sama.
Bentuk pertanggung jawaban dalam hal menanggung barang yang
rusak dalam pelayaran wajib dipenuhi oleh nahkoda apabila pemilik
muatan merasa dirugikan, agar nahkoda dapat menjaga rasa
kepercayaan pemilik barang yang telah diterjalin dalam pola hubungan
ekonomi. Akumulasi dari besaran nominal yang dikeluarkan nahkoda
untuk mengganti barang yang mengalami kerusakan, termasuk kedalam
biaya ongkos perjalanan selama berlayar/modal.
Terdapat perbedaan mengenai jaminan keselamatan untuk muatan
yang berjenis barang dan muatan yang berjenis penumpang. Pada
dasarnya kapal pelra diperuntukan sebagai jasa angkutan untuk muatan
barang dan tidak diperuntukan untuk mengangkut penumpang.
Pemamfaatan kapal pelra yang juga digunakan untuk mengankut
penumpang, hanya merupakan sebuah kebijakan yang bersifat sementara
178 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
dan tidak memiliki dasar hukum yang tercantum dalam peraturan
pemerintah. Adapun faktor aksesibilitas wilayah serta fasilitas transportasi
laut yang kurang tersedia, menjadikan pihak syahbandar memberikan
kebijakan yang bersifat lisan kepada seluruh armada kapal berupa izin
untuk mengangkut penumpang/manusia.
Kebijakan yang bersifat sementara dalam hal perizinan untuk
mengangkut penumpang menjadikan tidak adanya jaminan keselamatan
yang mengikat antara pihak kapal kepada penumpang pada saat
terjadinya kecelakaan kerja. Meskipun demeikian pihak pengelolah usaha
tetap memperhatikan keselamatan para penumpang, dengan cara
penyediaan rompi pelampung untuk digunakan pada saat kecelakaan
kerja terjadi selama pelayaran dilakukan
B.8 Pengelolaan Keuangan Pada Dua Jenis Musim Pelayaran
Jenis usaha jasa angkutan laut kapal pelra merupakan usaha yang
dikelola secara swadaya/mandiri yang tidak terikat secara formal dengan
berbagai macam instansi pemerintahan, sehingga segala bentuk
pengelolaan usaha akan dilakukan secara mandiri antara pihak pemilik
dan nahkoda kapal. Salah satu bentuk contoh pengelolaan yang bersifat
swadaya/mandiri ialah penerapan sistem bagi hasil dalam hal tata kelola
pendapatan hasil usaha yang diperoleh selama melakukan pelayaran.
Penerapan sistem bagi hasil atau belah bambu (istilah dalam masyarakat
Pulau Bonerate) merupakan kebijakan ekonomi yang sangat lazim ditemui
pada jenis pekerjaan lainnya yang bergerak pada sektor kelautan.
179 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Penerapan sistem bagi hasil atau belah bambu merupakan bentuk
kebijakan ekonomi dalam hal tata kelola pendapatan yang telah disepakati
secara bersama antara pihak pemilik dan para awak kapal. Secara kusus
terdapat perbedaan mengenai pengelolaan keuangan yang meliputi
sumber anggaran untuk modal/ongkos pada pelayaran yang dilakukan
dimusim timur dan musim barat. adapun penjabaran terkai dengan
perbedaan dari kedua pengelolaan keuangan tersebut ialah sebagai
berikut.
a. Pengelolaan Keuangan Saat Musim Timur
Modal/ongkos pada pelayaran yang dilakukan saat musim timur
akan diperoleh dari biaya retribusi penumpang yang kumpulkan oleh
jurumudi saat dua jam sebelum melakukan pelayaran. Penetapan jumlah
nominal untuk modal/ongkos tidak ditentukan berdasarkan keseluruhan
hari yang dibutuhkan selama berlayar, melainkan dari tingkat keperluan
yang dibutuhkan selama aktifitas berlayar dilakukan. Sacara teknis biaya
retribusi yang telah dikumpulkan oleh jurumudi akan diserahkan kepada
nahkoda dan pengalokasian dana akan dikeluarkan oleh nahkoda apabila
salah satu ABK membutuhkan biaya untuk pembelian peralatan kapal,
komsumsi awak ataupun membayar biaya perizinan selama berlayar.
Penggunaan awal dari biaya retribusi yang telah terkumpul akan
digunakan untuk membayar biaya admistratif perizinan berlayar kepada
pihak syahbadar pada saat sebelum kapal akan berangkat menuju
Pelabuhan Benteng, Kab. Selayar. Jumlah pembayaran biaya admistratif
180 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
yang diserakhkan kepada pihak Syahbandar Pelabuhan Pulau Bonerate
sebesar Rp. 525.000 dengan rincian pas kapal Rp. 300.000, potongan
biaya retrisbusi penumpang Rp. 125.000 (@Rp. 2.500 x 50 orang), serta
pembayaran “uang kerelaan” sebesar Rp. 100.000. “Uang kerelaan”
merupakan isitlah yang merujuk kepada pungutan liar yang dilakukan oleh
oknum pegawai syahbandar kepada nahkoda saat melakukan pengurusan
perizinan pelayaran.
Pengalokasian biaya retribusi penumpang sebagai modal/ongkos
juga diberikan kepada jurumasak untuk membeli bahan komsumsi apabila
persediaan tidak mencukupi yang diantaranya beras 25 L, kopi kapal api 1
Kg, teh sariwangi 1 dos, gula 1 Kg, serta 1 buah tabung gas elpigi seberat
3 Kg. Setelah seluruh persiapan selesai dilakukan, maka nahkoda akan
memberikan intruksi kepada awak kapal untuk bersiap berangkat menuju
pelabuhan benteng, kab. Selayar. Penggunaan biaya retribusi penumpang
sebagai modal akan kembali dialokasikan untuk membeli kebutuhan
komsumsi awak selama berlabuh serta pembelian cadangan bahan bakar
yang digunakan pada pelayaran selanjutnya.
Jumlah yang dikeluarkan untuk pembelian kebutuhan komsumsi para
awak kapal sebesar Rp. 50.000/hari dengan rincian, membeli ikan
sebesar Rp. 20.000, sayur sebesar Rp. 20.000 (bayam, kol, kangkung)
serta bumbu dapur (royco, cabai, tomat, dll). Pengalokasian biaya retribusi
penumpang sebesar Rp. 2.600.000 juga digunakan untuk pembelian solar
sebanyak 3 drum dengan rincian Rp. 1.300.000/drum isi 200 L yang
181 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
dipersiapkan untuk pelayaran selanjutnya. Pembelian yang berkaitan
dengan kebutuhan kapal juga dipersiapkan secara sekaligus seperti oli
mesin apabila jadwal penggantian oli telah tiba, serta kebutuhan lainnya
apabila mesin kapal mengalami kerusakan.
Pada saat aktifitas pemuatan barang serta mempersiapkan berbagai
macam kebutuhan kapal telah selesai dilakukan, maka nahkoda serta
awak kapal akan kembali mendiskusikan jadwal pelayaran pulang menuju
pelabuhan pulau Bonerate. Pengurusan admistratif untuk ijin pelayaran
akan kembali dilakukan oleh nahkoda pada saat jadwal pelayaran telah
ditetukan. Jumlah pembayaran kepada pihak syahbandar akan sangat
berbeda bila dibandingkan dengan jumlah pembayaran yang diserahkan
kepada pihak syahbandar yang berada di Pulau Bonerate. Jumlah
pembayaran untuk pengurusan admistratif sebesar Rp. 1.100.000 dengan
rincian biaya tambang labuh/berlabuh sebesar Rp.350.000, potongan
biaya retrisbusi penumpang sebesar Rp. 250.000 (@Rp. 5.000 x 50
orang), biaya muatan kapal sebesar Rp. 350.000 serta biaya kerelaan
sebesar Rp. 150.000.
b. Pengelolaan Keuangan Saat Musim Barat
Terdapat perbedaan siginifikan terkait dengan akumulasi modal yang
dikeluarkan pada pelayaran yang dilakukan saat musim barat dan musim
timur. Musim barat merupakan musim dengan intensitas hujan yang tinggi
disertai dengan gelombang laut yang terdapat antara bulan desember
hingga maret. Faktor cuaca buruk yang terjadi saat musim barat akan
182 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
mempengaruhi tingkat produktifias untuk melakukan pelayaran. faktor
adanya pemberlakuan kebijakan oleh pihak syahbandar berupa
pembatasan jumlah penumpang serta penolakan pemberian izin berlayar
untuk gelombang diatas 3M, juga berdampak pada hasil pendapatan yang
diperoleh. Berkurangnya produktifitas pelayaran serta adanya
pemberlakuan kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak syahbandar
berdampak pada pengelolaan keuangan dalam usaha kapal pelayaran
rakyat.
Pada pelayaran yang dilakukan saat musim barat, pemilik kapal akan
memberikan bantuan modal kepada nahkoda untuk menunjang segala
kebutuhan yang diperlukan saat pelayaran akan dilakukan. Bantuan
modal yang diberikan oleh pihak pemilik kapal kepada nahkoda berupa
pinjaman dana tunai untuk digunakan sebagai modal tambahan dalam
pelayaran. Modal/ongkos yang diberikan oleh pemilik kapal kepada
nahkoda hanya bersifat dana pinjaman dan pelunasan hutang akan
ditebus secara berkala saat pelayaran dimusim timur telah dilakukan.
Pemberian pinjaman modal yang diberikan kepada nahkoda merupakan
bentuk bantuan untuk mengatisipasi kurangnya pendapatan yang
diperoleh saat pelayaran dilakukan di musim barat
Secara khusus pinjaman modal yang diberikan hanya diperuntukan
untuk memenuhi kebutuhan komsumsi bahan bakar kapal, untuk
digunakan saat pelayaran dimusim barat. Besaran jumlah bahan bakar
yang digunakan untuk melakukan pelayaran berjumlah 5 drum solar
183 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
dengan total belanja sebesar Rp. 6.500.000. Sumber modal juga diperoleh
dari pengalokasian biaya retribusi penumpang, yang digunakan untuk
menunjang seluruh kebutuhan awak dan kapal selama pelayaran
dilakukan. Adapun berbagai macam kebutuhan yang diperlukan saat
pelayaran dilakukan saat musim barat berupa pembelian tali jangkar dan
tali spring baru, biaya kebutuhan komsumsi selama berlabuh, serta
pembayaran yang dikeluarkan untuk menyewa perahu jollor. .
Seluruh kebutuhan yang diperlukan wajib untuk dipenuhi, agar
pelayaran yang akan dilakukan dapat berjalan dengan maksimal dan
terhidar dari masalah serta kendala teknis. Peningkatan pengeluaran juga
disebabkan oleh tambahan pembelian untuk kebutuhan komsumsi yang
digunakan saat kapal berlayar. Secara teknis kapal pelra akan
menyinggahi Pulau Kayu Adi untuk berlabuh dan menginap, guna
menghindari perlayaran dimalam hari serta kemungkinan cuaca buruk
seperti hujan yang disertai dengan gelombang tinggi. Penambahan
pengeluaran juga dipengaruhi oleh tarif sewa jasa angkut perahu jollor
yang digunakan untuk mengangkut muatan dari Pulau Lambego/daerah
pasih menuju dermaga di Desa Bonerate serta biaya ganti rugi yang
dikeluarkan untuk muatan yang mengalami kerusakan saat diperjalanan.
Meningkatnya pengeluaran yang dibutuhkan untuk menunjang aktifitas
pelayaran, akan berdampak pada perolehan pendapatan saat pembagian
hasil telah dilakukan.
184 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
c. Pembagian Hasil Usaha
Penentuan untuk pembagian hasil usaha selama berlayar akan
berdasarkan dari jumlah pendapatan yang apabila telah melebihi dari
jumlah pengeluaran yang digunakan untuk melakukan pelayaran. Secara
khusus modal/ongkos yang digunakan pada pelayaran dimusim timur
akan tertutupi jika pelayaran telah dilakukan sebanyak 3 s/d 4 kali.
Pembagian hasil usaha selama pelayaran akan dibagi dua, antara pihak
pemilik kapal dan para awak kapal. Pembagian hasil usaha akan
dilakukan oleh nahkoda dengan kebijakan modal/ongkos pelayaran tidak
terakumulasi kedalam pendapatan bersih yang akan dibagi antara awak
kapal dan pemilik kapal.
Rumusan untuk pembagian pendapatan bersih ialah, pemilik kapal
akan medapatkan seperdua dari hasil sedangkan untuk sisa hasil akan
dibagi secara merata kepada seluruh awak kapal. Pendapatan bersih
yang telah dibagi oleh nahkoda dan hasil bagian yang menjadi hak pemilik
kapal akan diserahkan secara langsung oleh nahkoda. Modal/ongkos
pelayaran yang tidak terakumulasi kedalam pedapatan bersih akan
dikelolah oleh nahkoda untuk digunakan pada pelayaran selanjutnya.
Peran ganda yang di kerjakan oleh nahkoda merupakan sebuah bentuk
tanggung jawab serta kepercayaan yang diberikan oleh pemilik kapal
dalam mengelolah hasil usaha kapal pelayaran rakyat.
Terdapat perbedan dalam pengeloaan pembagian hasil pendapatan yang
dilakukan oleh nahkoda pada pelayaran yang dilakukan di musim barat.
185 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Pada pelayaran yang dilakukan saat musim barat modal/ongkos
pelayaran yang bersumber pinjaman dari pemilik kapal akan termasuk
kedalam akumulasi biaya selama pelayaran. Pemberian pinjaman yang
termasuk kedalam modal/ongkos dalam pelayaran yang bersifat hutang,
akan ditebus saat pendapatan telah diperoleh pada pelayaran yang
dilakukan saat musim timur. Kebijakan tersebut merupakan hasil dari
kesepakan bersama antara pemilik dan awak kapal, untuk mengtaktisi
perolehan pedapatan yang berkurang pada pelayaran yang dilakukan saat
musim barat.
186 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Gambar 4.3 : Pola Pembagian Hasil Usaha
187 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
C. Pengelolaan Dalam Pelayaran
C.1 Pengaturan Muatan
Pada saat kapal telah berada di Pelabuhan Benteng maka nahkoda
akan kembali memulai aktifitasnya untuk berangkat menuju toko yang
menjual berbagai macam barang campuran. Transaksi antara nahkoda
dan pemilik toko akan dimulai dengan melakukan pembayaran hutang/bon
kemudian menyetor seluruh nota agar pemilik toko dapat melihat dan
memastikan barang yang akan dipesan tersedia dalam gudang
penyimpanan. Jumlah toko yang dikunjungi oleh nahkoda berkisar 7 s/d 8
toko, namun jika toko yang dikunjungi tidak menjual barang yang tertera
pada nota belanja, maka nahkoda akan mengusahakan untuk mencari
barang yang tidak dijual pada toko sebelumnya.
Berbagai jenis barang yang telah dipesan selanjutnya akan diantar
menuju Pelabuhan Benteng oleh sopir mobil dari pihak toko, untuk
selanjutnya dimasukkan kedalam ruang palka kapal. Secara keseluruhan
kapal pelra memiliki tiga ruang palka yang diatarannya palka depan yang
berada di anjungan kapal, palka induk yang berada di dek kapal, dan
palka belakang yang berada di kamar penumpang. Keseluruhan ruang
palka akan digunakam sebagai tempat penyimpanan berbagai macam
barang berdasarkan pola pengaturan barang yang sesuai dengan jenis,
berat dan daya tahan suatu barang.
188 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
a. Jenis Muatan Untuk Palka Depan
Palka depan dilengkapi dengan pintu masuk yang berukuran 1 x 1 M
yang berfungsi sebagai pintu untuk memasukkan muatan kedalam palka.
Bagian dalam pada ruang palka depan memiliki ukuran dengan panjang 4
M serta pembatas berupa pagar dari susunan kayu balok yang berfungsi
sebagai penahan agar muatan tidak bergerak saat kapal sedang berlayar.
Ruangan pada palka depan tidak difungsikan sebagai tempat untuk
penyimpanan muatan ringan, melainkan digunakan sebagai tempat untuk
menyimpan barang berat seperti tabung gas elpiji 3 dan 12 Kg. Pengisian
muatan berat berupa tabung gas elpiji berfungsi sebagai pemberat pada
bagian anjungan kapal, sehingga keseimbangan kapal akan tetap terjaga
saat ombak laut menerjang dari arah depan.
Adapun proses pemuatan tabung elpiji akan dilakukan oleh seluruh
ABK dengan cara mengopor tabung secara satu-persatu higga pada
akhirnya dimasukkan kedalam ruang palka. Pengaturan muatan dimulai
dengan terlebih dahulu memasukkan tabung elpiji 3 Kg lalu pada bagian
atas akan ditumpuk dengan tabung yang berukuran 12 Kg. Pola
pengaturan tersebut dilakukan karena ukuran tabung elpiji 3 Kg lebih
mudah untuk diangkat ataupun dipindahkan pada saat pengaturan posisi
tabung yang dilakukan oleh ABK didalam ruangan palka yang berukuran
kecil.
189 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
b. Jenis Muatan Untuk Palka Induk
Tempat penyimpanan muatan yang selanjutnya ialah ruang palka
induk yang merupakan palka utama dari ketiga tempat penyimpanan
lainnya. Ruang palka induk berada pada bagian tengah dek kapal dengan
pintu yang berukuran 3 x 3 M serta mempunyai besaran ruang pada
bagian bawah dengan panjang 10 M, sehingga dapat menyimpan muatan
dalam jumlah yang banyak. Pada umumnya muatan dasar dan muatan
campuran akan digabung menjadi satu bagian kedalam ruangan palka
induk, namun tetap memperhatikan jenis, berat dan daya tahan suatu
barang.
Pengaturan muatan akan dilakukan dengan posisi ABK yang saling
berbaris yang dimulai dari atas pelabuhan hingga kedalam palka. Muatan
berat seperti semen dan pupuk urea akan diletakkan pada bagian lantai
dasar pada ruang palka induk dengan cara disusun pada bagian belakang
palka dan kemudian pada bagian atas akan ditutup menggunakan terpal
agar debu dari semen ataupun pupuk tidak mengenai muatan lainnya.
Saat muatan seperti semen dan pupuk urea telah dibungkus
menggunakan terpal, maka pada bagian atas terpal akan diletakkan
berbagai macam muatan campuran dan dasar seperti terigu, beras, gula
pasir, rokok, mie instan, sabun Giv, milo, makanan ringan, minyak goreng
dan air mineral.
Pengaturan muatan dasar dan capuran akan disusun dari arah
depan hingga ke belakang serta mendahulukan muatan berat agar
190 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
muatan yang memiliki beban ringan tidak mengalami kerusakan akibat
tekanan dari muatan yang memiliki beban barat. Muatan dengan jenis
perabotan rumah tangga seperti lemari dan kursi plastik, sofa, pintu
pelastik, Tv serta kasur juga akan diletakkan ke dalam ruang palka induk
apabila terdapat ruang kosong yang cukup untuk menyimpan muatan-
muatan tersebut. Apabila ruang palka telah terisi penuh dengan berbagai
macam jenis muatan, maka nahkoda akan memberikan perintah kepada
ABK untuk membuka ruang palka belakang agar dapat digunakan untuk
mengsisi muatan campuran lainnya.
c. Jenis Muatan Untuk Palka Belakang
Ruang palka belakang merupakan ruang cadangan yang berada di
bawah tempat tidur pada ruang penumpang yang memiliki pintu masuk
berukuran 2 x 2 M. Ruang palka belakang memiliki panjang dengan
ukuran 6 M serta mempunyai dinding pembatas dengan ruang mesin
berupa pagar kayu sehingga dengan ukuran cukup besar dapat
menyimpan muatan dalam jumlah banyak. Penggunaan ruang palka
belakang akan fungsikan apabila ruang palka induk tidak memiliki ruang
kosong yang mencukupi untuk penyimpanan muatan. Secara khusus
ruang palka belakang hanya difungsikan untuk mengisi muatan yang
berjenis barang campuran seperti mie instan, beras, bawang putih,
bawang merah, saus botol, minyak goreng, minuman ringan, serta
makanan ringan lainnya.
191 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Muatan yang dimasukkan kedalam ruang palka belakang akan
disusun dengan terlebih dahulu meletakkan muatan berat seperti minyak
goreng, beras, minuman serta makanan ringan dari arah depan hingga ke
belakang pada bagian palka. Muatan yang berjenis barang pecah seperti
tegel, telur, kulkas, rice cooker dan dispenser tidak akan diletakkan pada
ruang palka belakang. Pelarangan untuk menempatkan muatan yang
berjenis barang pecah dilakukan karena posisi pintu masuk pada ruang
palka yang berada dibagian bawah tempat tidur kamar penumpang akan
menyulitkan ruang gerak ABK pada saat proses pembongkaran muatan
akan dilakukan. Proses pemuatan barang kedalam palka belakang akan
dilakukan hingga ruang palka terisi penuh, sedangkan untuk sisa muatan
yang tidak mendapat ruang akan diletakkan dengan cara memamfaatkan
ruangan lain pada bagian kapal.
d. Jenis Muatan Untuk Ruang Lainnya
Terdapat beberapa tempat penyimpanan muatan selain ketiga ruang
palka, yakni ruang yang berada di atas kamar mesin serta ruang yang
berada diantara bagian palka belakang dan papan lantai kamar tidur
penumpang. Ruang yang berada di atas kamar mesin merupakan ruang
yang berukuran 4 x 1 yang menjadi pintu masuk untuk menuju ke kamar
mesin yang berada pada bagian bawah. Fungsi utama dari kamar tersebut
digunakan sebagai tempat untuk menyimpan peralatan kapal seperti
pelampung dan perkakas mesin, namun dapat dimamfaatkan sebagai
tempat penyimpanan muatan apabila ruang palka telah terisi penuh. Jenis
192 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
muatan yang dimasukkan kedalam ruang tersebut ialah muatan dengan
jenis barang pecah seperti telur, kulkas, rice cooker, saus botol hingga
barang titipan milik masyarakat.
Adapun ruang yang berada diantara bagian palka belakang dan
papan lantai kamar tidur penumpang juga dimamfaatkan sebagai tempat
untuk menyimpan muatan kapal. Ruang tersebut memilik ukuran sebesar
5 x 1 M yang juga dapat dimamfaakan untuk meyimpan berbagai macam
muatan. Ruang penyimpanan tersebut lebih di khususkan untuk
meletakkan muatan yang berjenis barang pecah seperti tegel, saus botol,
serta barang milik penumpang. Penempatan muatan yang berjenis barang
pecah pada kedua ruang tersebut dilakukan agar para ABK lebih mudah
untuk mengecek keadaan barang yang rentan mengalami kerusakan saat
pelayaran telah dilakukan.
Penggunaan lantai dek kapal dan lorong kamar penumpang juga
dimamfaatkan sebagai tempat penyimpanan untuk meletakkan berbagai
macam muatan kapal. Lantai dek kapal pada bagian anjungan umumnya
digunakan untuk menyimpan muatan seperti sepeda motor milik
penumpang, lemari dan puluhan ternak kambing. Muatan yang berada
pada bagian dek paling depan akan dimamfaatkan untuk meletakkan
muatan seperti motor, kambing dan lemari. Muatan seperti motor dan
lemari akan di ikat dengan menggunakan tali spring agar pada saat kapal
sedang berlayar, seluruh muatan tidak berpindah tempat karena angin
ataupun hempasan ombak yang datang dari arah depan. Adapun muatan
193 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
berupa ternak kambing juga akan diletakkan pada bagian dek depan,
dengan cara membuat pembatas dari jaring serta mengikat kepala pada
tiang layar, agar ternak tidak melewati batas ataupun loncat saat kapal
telah berlayar.
Adapun muatan lain seperti besi akan diletakkan disamping pintu
palka induk, seng yang dibaringkan di belakang tiang layar, serta lemari
kayu dan kaca akan disusun diatas pintu palka induk. Apabila tempat
penyimpanan pada bagian dek depan telah dipenuhi dengan muatan,
maka sisa barang lainnya seperti drum solar/bensin, meja belajar, serta
motor akan diletakkan pada kedua lorong yang terdapat di kamar
penumpang. Pada tahap pemuatan seluruh barang telah selesai
dilakukan, maka kembali nahkoda akan menentukan jadwal pelayaran
untuk selanjutnya mengantar seluruh muatan menuju Pelabuhan Pulau
Bonerate.
Pada penjabaran diatas telah diuraikan tentang pola pengaturan
muatan yang dilakukan oleh awak kapal pada aktifitas pemuatan barang.
Pengaturan muatan menjadi hal yang wajib untuk dilakukan agar
keselamatan muatan dapat terjaga sampai pada saat kapal kembali
berlabuh. Intensitas pengotrolan pada muatan akan selalu dilakukan oleh
para ABK sebagai bentuk menjaga rasa kepercayaan yang diberikan oleh
pihak pemesan muatan. keselamatan muatan kapal menjadi hal yang
prioritas pada jenis usaha jasa angkutan laut kapal pelra, agar usaha yang
dikelolah dapat berkesinambungan.
194 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
C.2 Pelayaran Saat Musim Barat
Pembagian musim dalam aktifitas pelayaran terbagi menjadi dua
yakni musim timur dan musim barat. Aktifitas pelayaran dimusim timur
akan lebih mudah bila dibandingkan dengan pelayaran yang dilakukan
saat musim barat. Sulitnya pelayaran yang dilakukan saat musim barat
dipengaruhi oleh keadaan cuaca buruk seperti ombak yang mencapai
ketinggian 4 s/d 6 M serta intensitas hujan yang meningkat. Tingkat
kesulitan yang meningkat pada pelayaran dimusim barat akan berdampak
pada kebutuhan yang dipersiapkan saat akan melakukan persiapan.
a. Persiapan Pelayaran
Peningkatan kebutuhan saat akan melakukan persiapan pelayaran
meliputi pembelian solar sebanyak lima drum dan pemenuhan kebutuhan
komsumsi para awak. Kebutuhan yang berkaitan dengan peralatan kapal
berupa tali spring, tali jangkar, serta pengadaan sebuah perahu sanpan
wajib untuk dipersiapkan saat sebelum pelayaran akan dilakukan.
Penambahan tali spring serta jangkar bertujuan untuk mengantisipasi
kapal yang tidak dapat bersandar di pelabuhan, sehingga kapal akan
disandarkan pada tempat yang memiliki karang atau pasir sebagai lokasi
diletakkannya jangkar. Pengadaan sebuah sampan juga bertujuan
sebagai alat transportasi yang digunakan oleh awak untuk melakukan
kunjungan ke daratan saat kapal yang berlabuh menggunakan jangkar.
Secara khusus, kapal yang bersandar di pelabuhan juga
memamfaatkan jangkar sebagai media bantu agar kapal tidak mudah
195 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
bergerak saat ombak menerjang. Penggunaan jangkar dilakukan apabila
muatan yang akan diangkut berupa muatan dasar yang berjumlah banyak,
seperti pupuk urea yang berkisar 700 hingga 800 karung. Penggunaan
jangkar bertujuan agar kapal tidak bergerak saat muatan yang dalam
jumlah banyak dinaikkan ke atas kapal. Selain meningkatnya kebutuhan
yang dipersiapkan, faktor cuaca buruk yang terjadi saat musim barat juga
mempengaruhi tempat berlabuhnya kapal saat sedang berada di Pulau
Bonerate. Pada saat musim barat, pelabuhan induk yang berada di Desa
Bonerate tidak dapat difungsikan sebagai tempat berlabuh untuk kapal
yang berjenis kayu dan bertonase besar. Pada umunya kapal berjenis
kayu akan lebih mudah untuk mengalami keretakan pada bagian selah/nat
papan akibat benturan yang terjadi antara dinding kapal dan pelabuhan
oleh cuaca buruk saat dimusim barat.
b. Tempat Berlabuh
Pulau Bonerate memiliki beberapa tempat sebagai lokasi untuk
menyandarkan kapal yang terdiri dari daerah Pasih Lamanara, Lorong,
Kawu-Wau, Desa Lamantu, Majapahit, Bonerate serta Desa Lambego
yang berada di pulau lambego. Daerah pasih lamanara, lorong, kawu-wau
merupakan daerah tengah laut yang berada disebelah barat serta berjarak
30 M dari Pelabuhan Bonerate. Daerah tersebut memiliki keadaan bawah
laut yang berkarang dan bertebing/pasih sehigga dapat menjadi tempat
alternatif untuk peletakan jangkar bagi kapal kayu yang tidak dapat
bersandar dipelabuhan induk. Daerah alternatif kedua yang juga
196 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
digunakan sebagai tempat untuk melabuhkan kapal saat musim barat
ialah dermaga yang berada di Dusun Miyantu, Desa Lamantu.
Dusun Miyantu, Desa Lamantu merupakan sebuah daerah yang
berada di bagian timur dari Pulau Bonerate dan memiliki sebuah dermaga
dengan panjang 25 M. Letak dusun yang berada di sebelah timur dari
Pulau Bonerate menjadikan tempat tersebut terlindung dari gelombang
laut dan angin yang datang dari arah barat, sehingga menjadi tempat yang
aman untuk kapal berlabuh saat dimusim barat. Daerah alternatif ketiga
yang juga digunakan sebagai tempat untuk melabuhkan kapal saat musim
barat ialah dermaga yang berada Desa Lambego, Pulau Lambego. Pulau
Lambego merupakan sebuah pulau yang berada di sisi barat laut dan
berjarak 2 Mil dari Pulau Bonerate serta memiliki sebuah dermaga kecil
berukuran 25 M dengan pintu masuk yang mengarah ketimur. Pulau
lambego juga dimamfaatkan sebagai tempat untuk melabuhkan kapal,
pada saat kapal telah tiba dari Pelabuhan Benteng.
Secara keseluruhan ketiga tempat yakni Daerah Pasi, Dermaga
Miyantu, serta dermaga Pulau Lambego hanya digunakan oleh kapal kayu
bertonase besar yang berkisar 50 s/d 600 ton, sebagai tempat alternatif
untuk melabuhkan kapal saat dimusim barat. Adapun daerah lainnya yakni
dermaga kecil sepanjang 20 M yang berada desa Bonerate hanya dapat
digunakan oleh kapal kayu bertonase 19 s/d 35 ton serta perahu yang
berjenis jollor dan sanpan. Dermaga kecil yang yang berada di Desa
Bonerate merupakan sebuah daerah yang kedalaman air hanya mencapai
197 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
5 M serta pada bagian depan yang berjarak 500 M dari dermaga terdapat
tumpukan batu karang sebagai pemecah ombak saat musim barat tiba.
Keberadaan batu karang yang berjarak 500 M dari dermaga disebabkan
oleh gempa bumi yang terjadi pada tahun 1992 sehingga dengan faktor
alam tersebut batu karang menjadi pemecah ombak alami yang sekaligus
dapat melindungi kapal saat berlabuh.
Secara teknis kapal yang berlabuh di dermaga Desa Bonerate saat
dimusim barat, akan menempatkan haluan kapal pada posisi yang
mengarah ke timur serta pada bagian kanan dan kiri kapal akan
ditambahkan dua buah kayu penyangga sebagai penahan keseimbangan.
Pengaturan haluan kapal yang mengarah ketimur dan penambahan dua
buah penyangga, bertujuan agar kapal tidak bergerak saat angin dan
gelombang menerjang dari arah barat serta posisi kapal yang tetap berdiri
saat air laut telah surut. Adapun pelabuhan induk yang berukuran 1000 M
x 800 M hanya dapat digunakan oleh kapal berjenis besi seperti kapal
Feri, kapal pengangkut material, serta kapal besi lainnya. Penggunaan
material besi sebagai bahan utama pada kapal besi mejadikan kapal
tersebut memiliki daya tahan yang kuat dari goncangan gelombang serta
cuaca buruk saat berlabuh dipelabuhan induk.
c. Pengelolaan dan Aturan Syahbandar Untuk Pelayaran di Musim
Barat
Faktor keadaan cuaca saat musim barat juga mempengaruhi
kebijakan terkait dengan perizinan yang dikeluarkan oleh pihak
198 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
syahbandar. Kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak syahbandar saat
musim barat berupa penolakan pemberian izin berlayar apabila ketinggian
ombak mencapai tiga meter keatas serta pembatasan manifes
penumpang yang hanya berjumlah 50 orang. Adanya kebijakan yang
dikeluarkan dari pihak syahbandar akan berdampak pada aktifitas
kepelayaran yang akan dilakukan pada seluruh kapal pelra. Pengaruh
kebijakan yang kemudian berdampak pada aktifitas pelayaran,
menjadikan para nahkoda untuk bersikap adaptif dalam hal pengelolaan
kepelayaran.
Penentuan jadwal pelayaran saat musim barat akan dilakukan
dengan cara memperhatikan keadaan alam seperti ketinggian ombak
serta kecepatan angin. Penentuan jadwal pelayaran akan dilakukan oleh
nahkoda apabila ketinggian ombak hanya dibawah tiga meter serta
kecepatan angin yang berkisar antara 2 s/d 3 knot. Pemberitahuan
kepada calon penumpang juga dilakukan oleh para awak kapal ketika
jadwal pelayaran telah ditentukan oleh nahkoda. Pemberitahuan kepada
calon penumpang dilakukan dengan cara menghubungi via heand phone
ataupun memberitahukan secara langsung, agar pihak kapal dapat
memastikan calon penumpang yang akan dimasukkan ke daftar manifes
pelayaran.
Perbedaan siginifikan terkait dengan waktu keberangkatan serta
estimasi waktu yang dibutuhkan selama pelayaran juga akan mengalami
perubahan. Faktor perubahan estimasi waktu selama pelayaran
199 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
disebabkan karena kapal akan menyinggahi beberapa pulau guna
menghindari kemungkinan cuaca yang buruk dan pelayaran dimalam hari.
Secara teknis keberangkatan kapal akan dilakukan antara pukul 11 s/d 12
siang dan pada pukul 5 sore akan kembali berlabuh di Pelabuhan Kaju
Adi. Pelayaran akan kembali dilanjutkan pada pukul 5 pagi menuju
Pelabuhan Benteng, kab. Selayar jika keadan cuaca dalam keadaan
teduh. Kapal akan kembali berlabuh di daerah Padang Pulau Selayar,
apabila dalam perjalanan menuju Pelabuhan Benteng keadaan cuaca
kembali memburuk. Aktifitas rutin berupa memeriksa keadaan mesin dan
muatan kapal hingga aktifitas santai seperti memancing dan menelpon
keluarga banyak dilakukan oleh para awak saat kapal menyinggahi
beberapa pulau sebagai tempat berlindung dari cuaca buruk.
Saat keadaan laut telah teduh maka pelayaran akan kembali
dilanjutkan menuju Pelabuhuan Benteng, Kab. Selayar untuk kemudian
melakukan proes pemuatan barang. Proses pemuatan barang yang
dilakukan di Pelabuhan Benteng saat musim barat akan mengalami
tambahan waktu. Faktor utama dari penambahan waktu ialah penundaan
aktifitas pemuatan barang yang berlangsung, apabila keadaan cuaca
kembali memburuk seperti hujan yang disertai gelombang. Pengaruh
keadaan cuaca saat proses pemuatan dilakukan, akan berdampak pada
estimasi hari yang dibutuhkan selama kapal berada di Pelabuhan
Benteng.
200 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Penambahan waktu saat aktifitas pembongkaran muatan juga
dilakukan oleh nahkoda saat kapal telah tiba ditempat tujuan. Pada
umunya kapal yang bertonase diatas 50 ton akan melakukan aktifitas
pembongkaran di darah pasih dan Pulau Lambego, sedangkan untuk
kapal yang bertonase dibawah 50 Ton akan melakukan aktifitas
pembongkaran pada dermaga yang berada di Desa Bonerate. Aktifitas
pembongkaran yang dilakukan di Daerah Pasih dan Pulau Lambego akan
lebih sulit bila dibandingkan dengan aktifitas pembongkaran yang
dilakukan di dermaga yang berada di Desa Bonerate. Faktor jarak serta
pengeluaran modal tambahan menjadikan aktifitas pembongkaran yang
dilakukan pada kedua tempat tersebut, menjadi lebih sulit bila
dibandingkan dengan aktifitas pembongkaran yang dilakukan di dermaga
Desa Bonerate.
Aktifitas pembongkaran muatan yang dilakukan pada kedua tempat
tersebut, akan menggunakan jasa perahu jollor sebagai alat transportasi
bantu untuk mengantarkankan muatan ke dermaga kecil yang berada di
Desa Bonerate. Secara teknis nahkoda hanya menggunakan satu buah
perahu jollor sebagai jasa angkut pegantaran muatan serta adapun biaya
sewa yang di kenakan ialah sebesar Rp. 50.000 untuk setiap ret-nya
(pulang-pergi). Tarif sewa yang dikenakan merupakan upah bersih untuk
jasa pengantaran, sedangkan untuk pengadaan bahan bakar akan
ditanggung oleh pihak kapal. Jumlah komsumsi bahan bakar yang
dibutuhkan perahu jollor sebesar 6 L untuk jalur Pengantaran Pulau
201 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Lambego-Dermaga Desa Bonerate (PP), sedangkan untuk jalur
pengantaran Daerah Pasi-Dermaga Desa Bonerate sebesar 2 L pada tiap
ret-nya.
Aktifitas pembongkaran akan dilakukan dengan terlebih dahulu
memperhatikan keadaan cuaca, apabila keadaan cuaca buruk seperti
hujan disertai angin yang kencang, maka aktifitas pembongkaran tidak
akan dilakukan. Muatan akan dikeluarkan dari palka kapal secara
bertahap oleh ABK, untuk menghindari turunnya hujan yang kemudian
dapat menyebabkan kerusakan pada muatan. Muatan yang telah
dikeluarkan dari dalam palka selanjutnya akan di antar menggunakan
perahu jollor, untuk menuju dermaga di Desa Bonerate. Jumlah hari yang
dibutuhkan untuk aktifitas pembongkaran muatan, akan tergantung dari
keadaan cuaca selama kapal berada di Pulau Lambego ataupun di
Daerah Pasih.
Dengan demikian, persiapan serta kebutuhan yang diperlukan saat
dimusim barat, akan mengalami peningkatan apabila dibandingkan
dengan pelayaran yang dilakukan di musim timur. Peningkatan persiapan
yang dimulai dengan penambahan bahan bakar, peremajaan tali dan
jangkar kapal serta pengadaan sebuah sanpan, merupakan upaya dalam
hal mengurangi resiko kecelakaan kerja dalam pelayaran yang dilakukan.
selain peningkatan kebutuhan yang beradasar pada keselamatan kerja
awak dan penumpang, faktor keselamatan pada tiap muatan juga menjadi
priorotas utama agar relasi dagang antara pihak kapal dan pemilik muatan
202 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
dapat saling terjaga dan menguntungkan secara ekonomi serta bersifat
berkelanjutan.
D. Pengetahuan dan Kepercayaan dalam Pelayaran
D.1 Sistem Pengetahuan Navigasi dalam Pelayaran
Pengetahuan dalam pelayaran merupakan hal yang paling utama
untuk dimiliki oleh seluruh awak kapal dalam menunjang setiap aktifitas
pelayarannya. Pengetahuan dalam pelayaran terbagi menjadi dua yakni
pengetahuan yang secara universal digunakan oleh pelayar yang
diperoleh dari sekolah pelayaran, dan pengetahuan yang yang bersifat
sederhana yang di peroleh dari pengalaman dalam lingkungan kelompok.
Pengaplikasian pengetahuan kepelayaran akan digunakan baik pada saat
persiapan, aktfitas berlayar, hingga pada kapal kembali berlabuh. Dengan
demikian kedua bentuk pengetahuan tersebut menjadi penunjang dalam
setiap aktifitas pelayaran yang dilakukan.
a. Cara Mengemudikan Kapal
Tahap awal dari persiapan teknis pada saat kapal akan melakukan
pelayaran ialah pemberian intruksi oleh nahkoda kepada KKM untuk
memanaskan mesin induk dengan cara menghidupkan mesin terlebih
dahulu. Memanaskan dengan cara menghidupkan mesin terlebih dahulu,
bertujuan untuk mengetahui keadaan mesin agar dapat terhindar dari
kendala teknis seperti suara mesin yang berubah ataupun mesin yang
mati selama di perjalanan saat pelayaran sedang dilakukan. Mesin akan
dinyalakan dengan rentang waktu antara 15 s/d 20 menit dan disaat yang
203 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
bersamaan jurumudi akan mengatur tampilan peta pada layar GPS.
Pengaturan peta pada GPS bertujuan untuk menentukan lokasi titik tolak
(Pulau Bonerate) dan lokasi yang akan ditujuh (Pelabuhan Benteng). Jalur
kapal yang telah diatur pada peta GPS juga berfungsi sebagai penuntun
agar kapal tidak melewati jalur yang bukan merupakan tujuan kapal.
Setelah seluruh persiapan selesai dilakukan, maka barulah kapal
akan melakukan pelayaran menuju Pelabuhan Benteng. Nahkoda akan
berada dikursi kemudi pada bagian lantai dua kapal untuk memberikan
perintah kepada seluruh ABK kapal. Intruksi yang diberikan oleh nahkoda
kepada seluruh ABK berkaitan dengan pelepasan tali-tali spring yang
terikat pada tiang bollard pelabuhan. Para ABK akan bekerja sama
dengan cara membagi tugas seperti jurumudi yang memegangi tali pada
bagian belakang kapal, serta jurumasak, JM 2, KKM, oliman 1, dan oliman
2 yang akan berada pada bagian dek kapal. Pembagian tugas yang
dilakukan oleh para ABK bertujuan agar mempermudah kapal saat akan
meninggalkan pelabuhan.
Secara teknis nahkoda akan memberi perintah kepada jurumudi 2
untuk naik ke atas dermaga agar melepaskan tali spring bagian belakang
yang terikat pada bollard pelabuhan. Secara bersamaan setelah tali spring
terlepas, maka nahkoda akan menarik tuas persenelan ke arah belakang
agar baling-baling kapal berputar ke arah yang berlawanan (kiri) dan
dilanjutkan dengan posisi stir yang diputar mengarah ke kiri agar posisi
kapal bagian kanan dapat menjauhi dinding pelabuhan. Pada tahap ini
204 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
nahkoda akan kembali memberikan intruksi kepada seluruh ABK untuk
menaikkan ban karet ke atas kapal yang sebelumnya digunakan sebagai
penahan benturan antara dinding kapal dan dinding pelabuhan. Setelah
posisi pada bagian kanan kapal menjauhi dinding pelabuhan, maka
secara bersamaan jurumudi 1 akan meminta pertolongan kepada
masyarakat yang berada disekitar pelabuhan untuk membantu
melepaskan tali spring bagian depan yang terikat pada bollard pelabuhan.
Pada tahap pelepasan seluruh tali spring serta pengangkatan ban
karet telah selesai dilakukan, maka nahkoda akan kembali menaikkan
posisi tuas persenelan serta tetap memutar stir ke arah kiri agar kapal
dapat melaju secara perlahan. Pada saat kapal telah melaju secara
perlahan dengan kecepatan yang berkisar 3 s/d 4 knot, maka nahkoda
akan kembali memutar stir mengarah ke kanan untuk membelokkan kapal
agar dapat menuju ke jalur haluan yang sebelumnya telah ditentukan.
Pada saat posisi kapal telah diubah dengan cara memutar stir mengarah
ke kanan, maka tuas gas akan kembali dinaikkan agar laju kecepatan
kapal dapat bertambah menjadi 7 s/d 8 knot. Laju kecepatan kapal akan
diposisikan dalam keadaan stabil dengan cara memutar baut yang
terdapat pada ujung tuas agar posisi tuas dapat terkunci.
Secara teknis saat pelayaran sedang berlangsung faktor keadaan
cuaca juga mempengaruhi laju kecepatan serta pengendalian kapal yang
dilakukan oleh nahkoda atapun jurumudi. Apabila cuaca buruk seperti
hujan dan gelombang yang mencapai 2 M maka Laju kapal akan
205 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
direndakan menjadi 2 s/d 3 knot serta stir kapal akan selalu digerakkan
agar daun kemudi pada bagian bawah dapat memecah ombak, sehingga
posisi kapal dapat tetap seimbang. Merendahkan laju kapal menjadi 2 s/d
3 knot, juga bertujuan agar selah papan/nat kapal tidak mengalami
keretakan saat cuaca buruk melanda akibat hempasan ombak. Kesiapan
serta pencegahan dengan cara mengontrol muatan kapal juga dilakukan
oleh seluruh ABK apabila cuaca buruk sedang melanda saat pelayaran
sedang berlangsung. Laju kecapatan kapal akan kembali dinaikkan oleh
nahkoda menjadi 7 s/d 9 knot apabila cuaca telah membaik seperti angin
yang tidak kencang, langit yang cerah serta laut yang teduh.
b. Penanda dan Rambu dalam Pelayaran
1. Pulau dan Benda Langit
Selama pelayaran berangkat sedang dilakukan, nahkoda ataupun
jurumudi yang bertugas akan secara rutin pada tiap 1 jam memperhatikan
keadaan jarum kompas untuk memastikan haluan pada kapal tidak
berubah sebelum waktu perubahan tiba. Penanda yang diberikan untuk
waktu perubahan haluan kapal, berupa pulau-pulau yang dilalui selama
perjalanan pelayaran berangkat dilakukan. Haluan pada kapal akan
diubah sebanyak tiga kali dengan rincian dan penanda sebagai berikut;
untuk haluan 330˚ dimulai dari P. Bonerate ke P Panjang, haluan 334˚ dari
P. Panjang ke P. Kayu adi, haluan 333˚ dari P. Kaju Adi ke daerah
Apatana, dan terakhir haluan 350˚ dari daerah Apatana menuju
Pelabuhan Benteng. Perubahan haluan pada kapal dilakukan agar posisi
206 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
jalur yang dilalui kapal dapat sesuai dengan jalur yang tertera pada
tampilan peta di GPS.
Gambar 4.4 : Contoh Salah Satu Pulau Yang Bernama Pulau Kaju Adi, Yang Dijadikan
Sebagai Penanda Saat Akan Mengubah Haluan.
Haluan kapal akan kembali berubah saat pelayaran dimulai dari
Pelabuhan Benteng menuju Pelabuhan Pulau Bonerate. Perubahan
haluan terjadi karena penanda berupa pulau yang terlewati akan berbeda
saat pelayaran dimulai dari Pelabuhan Pulau Bonerate menuju Pelabuhan
Benteng. Adapun haluan yang dimaksud ialah, untuk haluan 140˚ dimulai
dari Pelabuhan Benteng menuju Daerah Padang, haluan akan kembali di
ubah menjadi 180˚ saat kapal telah berada di Daerah Padang sampai
menuju Daerah Apatana, serta kembali di ubah menjadi haluan 115˚ saat
kapal telah berada di Daerah Apatana sampai menuju Pulau Panjang, dan
saat kapal berada di Pulau Panjang, maka haluan akan kembali di ubah
menjadi 116˚ sampai menuju Pelabuhan Pulau Bonerate.
207 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Penggunan benda langit berupa awan dan bintang juga
dimamfaatkan oleh nahkoda sebagai alat bantu navigasi untuk menandai
haluan kapal dalam pelayaran yang dilakukan. Benda langit berupa awan
yang digunakan sebagai penanda ialah awan yang mempunyai bentuk
gumpalan besar saat di siang hari yang searah dengan haluan pada
kompas yang sebelumnya telah ditentukan. Pemamfaatan kacamata
hitam saat pelayaran sedang berlangsung juga digunakan oleh para
nahkoda ataupun jurumudi saat di siang hari. Penggunaan kacamatan
hitam bertujuan untuk melindungi mata dari cahaya silau matahari serta
agar pandangan nahkoda dan jurumudi dapat lebih fokus untuk melihat
jalur kapal yang akan dilalui saat pelayaran sedang berlangsung.
Benda langit berupa bintang juga digunakan sebagai penanda saat
dimalam hari dengan cara memilih bintang yang paling terang yang sesuai
dengan haluan pada kompas yang sebelumnya telah ditentukan.
Meminimalisir cahaya saat malam hari juga dilakukan oleh nahkoda
ataupun jurumudi dengan cara memadamkan seluruh lampu yang
terdapat pada ruang kemudi dan pelarangan bagi penumpang untuk
berada pada bagian dek kapal sambil menggunakan heand phone.
Meminimalisir cahaya saat malam hari bertujuan agar pandangan
terhadap bintang yang telah ditentukan sebagai alat bantu haluan dapat
lebih diperhatikan oleh nahkoda ataupun jurumudi saat sedang
mengemudikan kapal. Benda langit berupa awan dan bintang yang
digunakan sebagai alat bantu navigasi mempunyai sifat berpindah dan
208 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
tidak menetap sehingga kompas dan GPS akan tetap menjadi panduan
utama sebagai penentu dalam pencocokan benda langit sebagai alat
bantu navigasi.
2. Lampu Berwarna Pada Kedua Sisi Kapal dan Tower Lampu
Penuntun
Penggunaan lampu berwarna merah dan hijau yang berada pada
bagian atap kapal juga pahami oleh seluruh ABK sebagai navigasi yang
digunakan saat pelayaran sedang berlangsung. Lampu berwarna merah
dan hijau merupakan penanda yang digunakan oleh nahkoda ataupun
jurumudi pada saat dua buah kapal saling berpapasan ditengah lautan.
Kedua kapal yang saling berpapasan akan mengambil haluan sejauh 10˚
agar seperdua dari badan kapal dapat menyerong sehingga salah satu
lampu yang berwarna merah ataupun hijau dapat terlihat oleh kapal yang
datang dari arah yang berlawanan. Kapal yang datang dari arah
berlawanan akan menyamakan warna lampu yang terlihat dari kapal yang
sebelumnya telah terlebih dahulu memperlihatkan lampu dengan cara
menyerongkan badan kapal. Pengambilan haluan sejauh 10˚ pada kedua
kapal yang saling berpapasan dilakukan agar kedua kapal dapat terhindar
dari kecelakan atau saling menabrak.
209 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Gambar 4.5 : Ilustrasi Dua Buah Kapal Yang Saling Berpapasan Saat Bertemu Di Tengah Lautan
Penanda lain seperti lampu penuntun juga dipahami oleh seluruh
ABK sebagai navigasi yang dapat membantu untuk mengetahui jalur
pelayaran kapal saat berada dilaut. Lampu penuntun merupakan sebuah
tower/menara setinggi 7 M dari permukaan laut, yang tertanam ditengah
laut serta memiliki lampu berwarna merah dan hijau yang berfungsi
sebagai penanda bagi semua jenis kapal yang melakukan pelayaran. Saat
pelayaran dilakukan malam hari maka lampu penuntun akan
mengeluarkan cahaya yang berkedip setiap selang waktu 4 detik.
Penempatan posisi lampu penuntun akan berada pada setiap pulau atau
pelabuhan serta daerah laut yang memiliki kedangkalan air di bawah 3 M
yang merupakan sebagai pintu masuk bagi kapal yang akan berlabuh
ataupun hanya digunakan sebagai jalur aman dalam pelayaran.
Warna cahaya yang berkedip pada tiap lampu penuntun memiliki
makna berbeda dalam kaitan sebagai alat pandu yang digunakan dalam
aktifitas pelayaran. Penanda untuk lampu penuntun berwarna merah
dimaknai sebagai wilayah tertentu pada bagian pulau memiliki
210 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
kedalalaman yang aman untuk digunakan sebagai jalur ataupun tempat
bagi kapal yang ingin berlabuh. Adapun penanda untuk lampu berwara
hijau dimaknai sebagai wilayah tertentu pada bagian pulau tidak memiliki
kedalaman yang aman untuk digunakan sebagai jalur kapal, karena
keadaan lingkungan laut yang memiliki tumpukan batu karang. Penentuan
jalur yang akan dilalui oleh nahkoda ataupun jurumudi akan berdasarkan
dari letak pelabuhan serta posisi lampu penuntun yang berada dilaut.
Sebagai contoh, Pelabuhan Bonerate memiliki lampu penuntun
berwarna merah yang berada disebelah utara dari pelabuhan serta
sebuah kapal yang berlabuh yang menghadap ke utara. Saat bagian
haluan kapal menghadap ke uatara, maka nahkoda akan mengambil jalur
pada bagian depan dari lampu penuntun. Nahkoda tidak akan memiliih
jalur yang berada diantara lampu pentuntun dan dinding pelabuhan,
karena pada bahagian tersebut volume air laut hanya mecapai 3 M serta
Gambar 4.6 : Ilustrasi Jalur Pelayaran Yang Menggunakan Lampu Penuntun
211 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
tumpukan batu karang yang dapat merusak bagian bawah pada kapal.
Pemilihan jalur akan berbeda jika pada saat pelayaran ditemukan dua
buah lampu penuntun yang berada pada posisi horizontal. Jalur aman dari
posisi horizontal kedua lampu penuntun ialah melalui jalur tengah antara
lampu penuntun berwarna hijau dan merah.
3. Lambaian Jari-Jari Tangan .
Pengaplikasian pengetahuan tentang penanda yang diperoleh dari
sekolah pelayaran juga dimamfaatkan sebagai navigasi pada saat
pelayaran sedang berlangsung. Bentuk penanda yang juga dimamfaatkan
sebagai navigasi dalam pelayaran ialah berupa lamabaian jari-jari tangan.
Secara keseluruhan bentuk navigasi berupa lamabaian jari-jari tangan
serta kedua lampu memiliki makna yang kemudian telah pahami oleh
seluruh ABK dalam pemahaman navigasi pada pelayaran yang dilakukan.
Adapun penanda dalam bentuk lambaian jari-jari tangan sebagai navigasi
ialah sebagai berikut; penanda dengan bentuk lambaian 1 jari bermakna
sebagai posisi persenelan yang wajib untuk dinetralkan, bentuk lambaian
2 jari bermakna sebagai peningkatan kecepatan serta menaikkan tuas
persenelan, bentuk lambaian 3 jari bermakna sebagai perintah untuk
merendahkan kecepatan serta menarik tuas persenelan ke arah belakang,
lambaian 4 jari yang mengarah ke depan bermakna sebagai peningkatan
laju kecepatan secara perlahan serta menarik tuas ke arah depan, dan
lambaian 4 jari yang mengarah ke belakang bermakna sebagai perintah
untuk merendahkan laju kecepaan secara perlahan dan tuas persenelan
212 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
yang ditarik ke arah belakang. Bentuk penanda berupa lambaian jari-jari
tangan hanya digunakan pada saat air laut mengalami kedangkalan
ataupun jalur yang akan dilalui memiliki tumpukan batu karang yang dapat
menyebabkan karamnya nya kapal.
Sebagai contoh penggunaan penanda berupa lambaian jari-jari
tangan akan dilakukan pada saat kapal telah memasuki daerah Padang
Pulau Selayar saat dimalam hari. Daerah Padang di Pulau Selayar
merupakan sebuah teluk kecil yang bejarak 3 mil dari pelabuhan benteng
yang menjadi jalur kapal serta keadaan lingkungan yang memiliiki
tumpukan batu karang dan kedalaman air laut hanya mencapai 5 M. Saat
kapal telah memasuki daerah Padang maka lajuh kecepatan kapal akan
direndahkan menjadi 3 knot serta jurumudi akan berdiri pada bagian
haluan kapal dan memegangi senter untuk melihat jalur yang akan dilalui
kapal. Keberadaan jurumudi pada bagian haluan bertujuan untuk
memberikan penanda kepada nahkoda berupa lambaian jari-jari tangan
berkaitan dengan keadaan jalur yang terlihat menggunakan bantuan
cahaya senter. Tugas untuk memantau keadaan jalur yang akan dilalui
GAMBAR 4.7 : penanda dalam bentuk lambaian jari tangan.
213 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
kapal menggunakan bantuan cahaya senter akan berakhir sampai pada
saat kapal bersandar di Pelabuhan Benteng, Kab. Selayar.
Aktifitas persiapan dengan cara pembagian tugas akan kembali
dilakukan oleh seluruh ABK, saat kapal telah berjarak 50 M dari
Pelabuhan Benteng, Kab. Selayar. Seluruh ABK akan berada pada bagian
dek depan serta bagian belakang kapal, untuk bersiap membantu
nahkoda menyandarkan kapal pada area Pelabuhan Benteng, Kab.
Selayar. Pembagian tugas yang dilakukan oleh ABK berupa persiapan
pelemparan tali spring ke arah pelabuhan serta penurunan ban karet
sebagai penahan benturan antara dinding kapal dan pelabuhan.
Pelaksanaan tugas berupa pelemparan tali spring ke arah pelabuhan
serta penurunan ban karet akan dilakukan ketika nahkoda telah memberi
perintah kepada seluruh ABK.
Gambar 4.8: Dokumentasi Berupa Pemberian Penanda Berupa Lambaian Jari Tangan Oleh Jurumudi 1 Kepada Nahkoda Saat Berada Didaerah Padang.
214 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Pada saat kapal telah berjarak 5 M dari pelabuhan, maka nahkoda
akan memberikan perintah kepada jurumudi 1 untuk melemparkan tali
spring bagian depan ke arah pelabuhan. Tali spring yang telah dilempar
oleh jurumudi akan di ikat pada area pelabuhan oleh masyarakat yang
secara kebetulan berada di area pelabuhan. Pada umumnya masyarakat
yang berada pada area pelabuhan sangat antusias untuk menangkap dan
mengikat tali spring saat kapal akan berlabuh, hal ini disebabkan karena
setiap lemparan tali yang diterima masyarakat akan diberi upah oleh
nahkoda sebesar Rp. 50.0000 s/d Rp. 100.000. Pada saat tali spring
bagian depan telah terikat pada bollard pelabuhan, maka nahkoda akan
menarik tuas persenelan kearah belakang agar baling-baling dapat
berputar kearah yang berlawanan.
Tali spring yang sebelumnya telah terikat pada tiang bollard
pelabuhan akan ditarik secara perlahan dan kaitkan pada tiang karambala
dan secara bersaman nahkoda akan memutar stir mengarah ke kanan
agar bagian kanan pada kapal dapat bersandar di pelabuhan. Saat
bahagian dinding kanan kapal telah berjarak 5 M dari pelabuhan maka
penurunan ban karet serta pelemparan tali spring bagian belakang juga
akan dilakukan. Menarik serta mengaitkan tali spring pada bagian
belakang bertujuan agar kapal dapat bersandar dengan mudah dan aman.
Saat bagian kanan pada kapal telah bersandar maka kedua tali spring
akan dikaitkan dengan kuat pada tiang karambala dan tiang kamar
penumpang agar kapal tidak menjauhi pelabuhan saat gelombang
215 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
datang. Saat kapal telah bersandar maka nahkoda akan menetralkan
persenelan dengan cara menarik tuas ke arah tengah serta
mengintruksikan kepala kamar mesin untuk memadamkan mesin kapal.
Secara keseluruhan, aktifitas dalam pelayaran yang dimulai dari
persiapan, pemberangkatan hingga saat kapal telah kembali berlabuh
merupakan rangkaian yang terpola dari setiap kepelayaran yang
dilakukan. Penggunaan pengetahuan dalam setiap aktiftas kepelayaran
juga menjadi hal paling utama dari setiap rangkaian aktifitas yang terpola
dalam berlayar. Berbagai macam bentuk pengetahuan yang dimiliki,
seperti pengetahuan terkait dengan penanda berupa lampu kapal, lampu
menara hingga pada pengetahuan yang terkait dengan penanda alamiah
seperti penggunaan benda langit berupa bintang, awan dan pulau,
merupakan suatu bentuk pengetahuan navigasi dalam pelayaran
khusunya pelayaran rakyat.
D.2 Sistem Kepercayaan dalam Pelayaran
Desain teknologi yang terdapat pada kapal pelra merupakan
pengabungan/modofikasi dari kapal-kapal modern, sehingga dalam tata
pelaksanaan teknis pada pelayaran masih bersifat sederhana. Tata
pelaksanaan teknis yang bersifat sederhana meliputi bentuk-bentuk
pengetahuan dan kepercayaan yang diaplikasikan dalam setiap aktifitas
pelayaran. Berbagai macam bentuk pengatahuan dan kepercayaan yang
berkenaan dengan persiapan serta mengantisipasi dan mengatasi
kendala merupakan bentuk pengatahuan dan kepercayaan yang masih
216 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
digunakan dalam aktifitas kepelayaran. Pengaplikasian dari berbagai
macam bentuk pengatahuan dan kepercayaan yang digunakan
merupakan suatu hal yang masih bertahan hingga kini dalam konteks
pelayaran semi modern.
Aktifitas dalam pelayaran selalu ditunjang dengan berbagai macam
bentuk pengatahuan dan kepercayaan dalam menentukan pola tindakan
yang akan dilakukan. Bentuk pengetahuan dan kepercayaan yang dimiliki
akan mulai digunakan pada tahap persiapan hingga berlangsungnya
pelayaran. Pengetahuan dan kepercayaan yang dimiliki bersifat
individualistik sehingga setiap pengetahuan dan kepercayaan memiliki
keberbedaan pada setiap individu. Adapun berbagai macam bentuk
pengetahuan dan kepercayaan yang hingga kini masih di gunakan dalam
konteks kepelayaran semi modern ialah sebagai berkut;
a. Panguju dan Jawa Songko serta Tahapan Penggunaanya
Panguju merupakan sebuah kosa kata dalam bahasa Pulau
Bonerate yang berarti mau jalan, mau berangkat, akan jalan, ataupun
akan berangkat. Panguju dalam tatanan ideologi pada masyarakat Pulau
Bonerate merupakan istilah yang merujuk kepada sistem kepercayaan
yang berkaitan dengan persiapan sebelum menuju kesuatu daerah atau
tempat. Keberadaan Panguju pada sebahagian masyarakat Pulau
Bonerate masih diyakini sebagai sesuatu kepercayaan yang wajib
dilakukan sebelum melakukan perjalanan kesuatu tempat ataupun daerah
yang akan ditujuh. Penggunaan panguju sebagai sebuah kepercayaan
217 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
diyakini dapat menghidarkan seseorang dari musibah ataupun malapetaka
saat sedang melakukan perjalanan keuatau daerah.
1. Pembacaan Doa di dalam Rumah
Pada konteks kepelayaran, bentuk pengetahuan dan kepercayaan
berupa panguju akan dilakukan oleh ABK pada saat masih berada di
rumah dihari pelaksanaan pelayaran akan dilakukan. Tahap awal dari tata
cara penggunaan panguju ialah posisi dalam keadaan duduk pada sebuah
kursi lalu membaca lafalan dalam hati yang diawali dengan pembacaan
basmalah (bismillahirahmani rahim), kemudian pembacaan surah Al-
Fatiha - Alhamdu lilla_hi rabbil 'a_lamin (1) Ar rahma_nir rahim (2) Ma_liki
yaumid din (3) iyyaaka na‟budu wa-iyyaaka nasta‟iinu (4) ihdinaa
alshshiraatha almustaqiima (5) shiraathalladziina an‟amta „alayhim
ghayrilmaghdhuubi „alayhim walaaldhdhaalliina (6). Kemudian dilanjutkan
dengan pembacaan allahumma salli ala syaidina muhammad sebanyak 3
kali.
Setelah pelafalan kedua bacaan doa dilakukan dalam hati, maka
akan dilajutkan dengan beranjak dari kursi untuk segera berdiri dan
megangkat kepala untuk menghadap pada bagian pusat rumah (Pusat
rumah merupakan tiang utama yang di pasang saat akan memulai
mendirikan rumah). Pada tahap berdiri dan mengankat kepala untuk
menghadap pada pusat rumah sementara dilakukan, maka secara
bersamaan ABK akan berkonsentrasi penuh untuk mendengarkan salah
218 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
satu hewan seperti lalat, nyamuk, kucing, anjing, burung, ayam dan lain-
lain mengeluarkan suara.
Setelah mendengar suara dari salah satu hewan, maka ABK akan
berjalan menuju pintu rumah untuk menuruni anak tangga dan secara
bersamaan kembali melafalkan dalam hati bacaan allahumma salli ala
syaidina sebanyak tiga kali. Tahap selanjutnya setelah melafalkan bacaan
allahumma salli ala syaidina sebanyak tiga kali, maka ABK akan beranjak
untuk menuju jalan yang berada di depan rumah untuk kembali
menghadap ke atap rumah yang berbentuk segitiga.
Secara bersamaan saat kepala sedang menghadap ke bagahagian
segitiga pada atap rumah, maka bacaan dalam bahasa Bonerate akan
dilafalkan berupa Melanga Di Bomba, Melanga Umurusu, yang dalam
bahasa indoensia berarti “Besarnya Ombak, Lebih Besar Umurku”
kemudian dilanjutkan dengan pembacaan lafalan basmalah
(bismillahirahmani rahim). Pada tahap pembacaan seluruh lafalan telah
selesai dilakukan, maka abk akan beranjak menuju pelabuhan Desa
Bonerate untuk melanjutkan tata cara penggunaan panguju.
2. Pembacaan Doa Saat Tiba di Pelabuhan
Setibanya di pelabuhan, ABK akan kembali berdiri dan menghadap
ke arah anjungan kapal untuk melafalkan bacaan allahumma salli ala
syaidina muhammad sebanyak tiga kali. Saat telah selesai melakukan
lafalan tersebut, maka ABK akan menunggu gerakan tertentu dari kapal
219 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
akibat hempasan ombak/gelombang yang merupakan penanda saat akan
mulai melangkahkan kaki kanan untuk turun ke kapal.
Terdapat dua penanda saat ABK akan mulai turun ke kapal, yakni
saat sebelum bagian depan kapal yang menghadap ke arah barat kembali
tejatuh akibat hempasan ombak yang datang dari arah barat ataupun
terangkatnya bagian kanan kapal untuk ombak yang datang dari arah kiri
saat haluan kapal yang menghadap ke utara. Saat salah satu penanda
tersebut telah terlihat, maka ABK akan muLai turun ke kapal untuk
membantu ABK lainnya melakukan persiapan teknis sebelum kapal
berlayar.
3. Pembacaan Doa Saat Tiba di Daerah Tujuan
Pelafalan selanjutnya yang juga digunakan saat baru pertama kali
mendatangi sebuah tempat atau daerah ialah lafalan yang disebut dengan
jawa songko. Jawa Songko merupakan bahasa Bonerate yang memiliki
arti sebagai “Tuan Kampung‟. Tahap awal dari penggunaan pengetahuan
dan kepercayaan Jawa Songko ialah melafalkan bacaan berupa
bismillahirahmani rahim jawa songko assalamualaikum ashadu Allah ilaha
haillallah muhammadurrasululloh sebanyak tiga kali.
Pembacaan lafalan tersebut akan dilakukan ketika kapal telah
berlabuh dan dilanjutkan dengan megambil tanah atau pasir yang terdapat
dipelabuhan kemudian secara bersamaan diusapkan pada bagian dahi
sebanyak tiga kali. penggunaan dari pelafalan bacaan Jawa Songko
bertujuan agar para awak kapal terhindar dari musibah seperti sakit dan
220 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
kapal yang rusak selama kapal berlabuh di daerah atau tempat yang baru
pertama kali dikunjungi.
b. Menyalakan Mesin dan Tahapan Penggunaannya
Bentuk pengetahuan dan kepercayaan yang juga digunakan pada
tahap persiapan yakni bacaan yang dilafalkan saat akan memulai
membunyikan mesin kapal. Pembacaan lafalan untuk menyalakan mesin
dimulai saat nahkoda telah selesai melakukan pengurusan perizinan
berlayar serta telah memberikan instruksi kepada KKM untuk menyalakan
mesin. Adapun tahapan penggunaan bacaan untuk memulai menyalakan
mesin ialah sebagai berikut;
1. Pembacaan Doa saat akan Membuka Has Kapal
Tahap awal dari tata cara saat akan memulai pemabacaan lafalan
untuk menyalakan mesin ialah membuka koker/as dan pendingin mesin
yang terdapat pada ruangan mesin yang dilakukan oleh KKM. Pada saat
koker/as serta pendingin mesin telah dibuka maka akan dilanjutkan
dengan membaca lafalan Bismillahirahmani Rahim, Ya Allah Paratoako
Kami, Kakampo Tujua Mami. Iko‟o Masinah Paepe-Epe.
Bismillahirahmani Rahim. Arti dari lafalan tersebut yang memakai bahasa
Bonerate ialah “Bissmillahirahmani Rahim, Ya Allah Sampaikan Ditujuan
Kami Dan Jangan Ganggu Oleh Hal-Hal Yang Tidak Baik”.
221 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
2. Mengusap Badan Mesin Sebanyak Tiga Kali
Pada tahap pembacaan lafalan tersebut telah dilakukan, maka akan
dilanjutkan dengan mengusap badan mesin induk menggunakan tangan
kanan sebanyak tiga kali oleh KKM. Barulah ketika pengusapan mesin
induk sebanyak tiga kali menggunakan tangan kanan telah selesai
dilakukan, maka tahap akhir ialah mesin induk akan mulai dinyalakan oleh
KKM. Mesin induk akan dinyalakan dengan rentang waktu yang berkisar
15 s/d 20 menit untuk selanjutnya bersiap memulai pelayaran menuju
Pelabuhan Benteng.
c. Lafalan untuk Keadaan Cuaca Buruk dan Tahapan
Penggunaanya
Pengetahuan dan kepercayaan yang bersifat lafalan juga digunakan
saat sedang menemui ataupun menghadapi cuaca buruk saat pelayaran
sedang berlangsung. Pengetahuan dan kepercayaan yang dilafalkan
merujuk kepada pemahaman mengenai Nabi Haidir yang dianggap
mengusai keseluruhan lautan. Pada masyarakat Pulau Bonerate, Nabi
Haidir memiliki beberapa sebutan berdasarkan kegunaan yang berkaitan
dengan ciri dari keadaan cuaca buruk yang berbeda. Penggunaan dari
berbagai macam nama nabi haidir yang berkaitan dengan ciri keadaan
cuaca yang buruk ialah nabi haidir/nabi arus, nabi haidir/nabi gasi taung
dan nabi haidir/nabi bomba. Adapun tahapan peggunaan untuk ketiga
jenis istilah nabi haidir terkait dengan ciri berbeda dari cuaca buruk ialah
sebagai berikut.
222 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
1. Nabi Haidir/Nabi Arus untuk Ombak Air Laut yang Tinggi
Nabi hadir/nabi arus akan dilafalkan ketika keadaan laut memiliki ciri
ombak yang berputar serta menampakkan busah putih pada bagian
permukaan laut. Saat keadaan laut telah memperlihatkan ciri-ciri tersebut
yang menjadi hambatan dalam pelayaran maka ABK akan melafalkan
bacaan “Bismillahirahmani Rahim, Nabi Arus, Nabi Heler Pamoluha Ako
Kami” sebanyak tiga kali dan memiliki arti dalam Bahasa Indonesia Nabi
Arus Nabi Heler Jangan Kencangkan Kami. Setelah membaca lafalan
tersebut maka secara bersamaan akan dilanjutkan dengan
menghembuskan nafas melalui mulut/meniup dengan cara menghadap ke
arah arus yang berputar dan menampakkan busa putih pada permukaan
laut.
2. Nabi Haidir/Nabi Gusi Taung untuk Ombak yang Datang dari
Segala Arah
Istilah kedua dari nama haidir yang digunakan saat keadaan cuaca
buruk menampakkan ciri tertentu ialah Nabi Gusi Taung. Nabi Gusi Taung
merupakan istilah lain dari Nabi Haidir yang merujuk pada keadaan laut
yang memiliki ciri berupa ombak yang datang dari segala arah seperti
barat, utara, selatan serta timur. Saat keadaan laut telah menampakkan
ciri tersebut maka ABK akan melafalkan Bismillahirahmani Rahim
Iwamolahu Konaku sebanyak tiga kali dan memiliki arti dalam Bahasa
Indoensia Jangan Kencangkan Kami. Setelah membaca lafalan tersebut
maka secara bersamaan akan dilanjutkan dengan menghembuskan nafas
223 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
melalui mulut/meniup dengan cara menghadap ke arah arus yang
berputar. Istilah terakhir dari nama Nabi Haidir ialah Nabi Bomba, yang
digunakan saat keadaan cuaca buruk menampakkan ciri tertentu.
3. Nabi Haidir/Nabi Bomba’ untuk Pusaran Ombak yang Memiliki
Ruang Kosong Pada Bagian Tengah
Nabi Bomba merupakan istilah lain dari Nabi Haidir yang merujuk
pada keadaan laut yang memiliki ciri menampakkan ruang kosong
ditengah pusaran ombak diatas permukaan laut. Saat keadaan laut telah
menampakkan ciri tersebut maka ABK akan melafalkan Bismilahirahmani
Rahim Nabi Bomba Iwamoluhakong kami sebanyak tiga kali dan memiliki
arti dalam Bahasa Indoenesia Nabi Bomba Jangan Kencangkan Kami.
Setelah membaca lafalan tersebut maka secara bersamaan akan
dilanjutkan dengan menghisap bibir bagian bawah menggunakan mulut
hingga megeluarkan suara sebanyak satu kali serta dilanjutkan
mengarahkan pandangan ke arah ombak sambil menggerakkan tangan
kanan kebagian bawah sebanyak tiga kali.
d. Lafalan lainnya (Menarik dan Menurunkan Jangkar, Serta
Bertemu Hantu Laut) serta Tahapan Penggunaanya
Lafalan lainnya juga diperuntunkan saat aktifitas teknis telah
dilakukan seperti pada saat akan menurunkan dan menarik jangkar serta
saat bertemu hantu laut. adapun tahapan penggunaan lafalan untuk
memulai menurunkan dan meraik jangkar serta saat bertemu hantu laut,
ialah sebagai berikut.
224 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
1. Menurunkan dan Menarik Jangkar
Bacaan yang dilafalkan saat akan menurukan jangkar ditempat
berlabuhnya kapal ialah Bismillahirahmani Rahim Ya Allah Kurapamo Di
kampo Tujuansuh Terimakasih Ya Allah sebanyak satu kali dan memiliki
arti dalam Bahasa Indoensa Ya Allah Sudah Sampai Ditujuan Ku.
Terimahkasih Ya Allah. Lafalan berbeda akan digunakan saat jangkar
akan ditarik kembali untuk memulai melakukan pelayaran kembali. Lafalan
tersebut berupa ya Allah Para Pa‟ako Naku Kakampo Tujuansuh yang
dilafalalkan sebanyak satu kali dan memiliki arti dalam bahasa indoensia
Ya Allah Sampaikan Saya Ditempat Tujuan Ku. Lafalan yang juga
digunakan pada waktu berlangsungnya pelayaran ialah saat kapal
mendapat musibah akibat bertemu hantu laut.
2. Lafalan Saat Bertemu Hantu Laut
Hantu laut atau dalam Bahasa Pulau Bonerate disebut Himbu Lau‟
merupakan istilah yang merujuk kepada ciri tertentu yang terlihat saat
pelayaran sedang berlangsung. Pada konteks pelayaran, musibah seperti
tenggelamnya kapal merupakan akibat yang disebabkan oleh ganguan
dari Himbu Lau‟. Pada masyarakat Pulau Bonerate, meyakini bahwa
Himbu Lau‟ memiliki dua macam yakni Himbu Lau‟ yang bejenis kelamin
laki-laki yang disebut La Upa dan Himbu Laut yang berjenis kelamin
perempuan yang disebut dengan Wa Upa‟. Kedua macam Himbu‟ Lau‟
yakni Wa Upa‟ dan La Upa‟ dapat teridentifikasi dari ciri yang berbeda
saat menampakkan kehadiran.
225 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Ciri dari hadirnya Himbu Lau‟ berjenis La Upa‟ dapat di identifikasi
melalui adanya bentuk cahaya kecil berwarna merah yang datang dari
segala macam arah. Penanganan dari hadirnya Himbu Lau‟ yang berjenis
La Upa ialah membaca lafalan berupa La Upa Pa‟e Ganggu Kami, Kami
Laha Take Tambua Mami, Iko‟o Laha Tekatumbua Uka, Bismilahirahmani
Rahim sebanyak satu kali dan memiliki arti dalam Bahasa Indoensia
„Kamu Cari Hidup Juga Dan Kami Cari Hidup Juga‟.
Perbedaan ciri mencolok juga dihadirkan dari kemunculan Himbu
Lau‟ berjenis Wa Upa yang memberikan tanda berupa bentuk cahaya
besar berwarna yang muncul ditengah laut. Penanganan dari hadirnya
Himbu Lau‟ yang berjenis Wa Upa ialah membaca lafalan berupa Wa Upa
Pa‟e Ganggu Kami, Kami Laha Take Tambua Mami, Iko‟o Laha
Tekatumbua Uka, Bismilahirahmani Rahim sebanyak satu kali dan
memiliki arti dalam Bahasa Indoensia „Kamu Cari Hidup Juga Dan Kami
Cari Hidup Juga‟.
Secara bersamaan setelah pengucapan lafalan dari salah satu
kemunculan Himbu Lau‟ tersebut ialah memberikan sesembahan berupa
nasi putih sebanyak satu genggam dan sabatang rokok yang dijatuhkan
kedalam ombak ataupun gelombang laut. Saat setelah memberikan
sesembahan berupa nasi putih dan sebatang rokok, maka akan kembali
dilanjutkan dengan pembacaan lafalan Hayyamo Dafu‟u Pa‟emo Ganggu
Kami sebanyak satu kali dan memiliki arti dalam Bahasa Indoenisa Ialah
Ini Punya Kamu Dan Jangan Ganggu Kami Lagi. Salah satu dari
226 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
kemunculan Himbu Lau‟ tersebut yang paling ditakuti oleh para awak
kapal ialah kemunculan Himbu Lau‟ yang berjenis perempuan.
Pemahaman para awak kapal dari kemunculan Himbu Lau‟ Wa Upa yang
berjenis perempuan, di yakini dapat menyebabkan tengelamnya kapal,
tidak berfungsinya mesin induk serta tinggi nya gelombang laut yang
datang, sehingga perlakuan seperti pemberian sesembahan wajib untuk
dilakukan agar terhindar dari musibah tersebut.
e. Lafalan Untuk Menghindari Laso Anging Serta Tahapan
Penggunaanya
Kedala lainnya, yang juga di temui saat pelayaran sedang
berlangsung ialah adanya cuaca buruk berupa pusaran angin di tengah
laut atau secara umum di sebut dengan Laso Anging. Laso angin
merupakan istilah yang banyak digunakan oleh masyarakat pesisir dan
kepulauan di Provinsi Sulawesi Selatan yang menandakan suatu keadaan
cuaca buruk berupa pusaran angin di tengah laut yang berbentuk vertikal.
Dalam pemahaman umum masyarakat pesisir dan kepulauan, Laso Angin
tidak dianggap sebagai kendala yang bersumber dari sebuah anomali
cuaca melainkan sebuah kendala yang datang dari adanya gangguan
yang bersifat gaib. Dengan demikian, cara serta bentuk mengatasi
gangguan dari Laso Aging akan berbeda bila dibandingkan mengatasi
sebuah kendala yang bersifat kesalahan yang disebabkan oleh ulah
manusia.
227 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Kemunculan Laso Anging dapat di identifikasi dengan adanya
pusaran angin yang berada di tengah laut yang menjulang panjang dan
berbentuk vertikal. Dalam pemahaman masyarakat pesisir dan kepulauan
di Sulawesi Selatan khususnya di Pulau Bonerate, Laso Anging akan
menghilang ataupun tidak akan melewati kapal yang berada di depannya
apabila seseorang tidak mengenakan pakaian/telanjang. Dalam berbagai
kasus yang penulis temukan, saat ABK sedang melangsungkan pelayaran
dan mendapati kendala berupa ganguan dari Laso Anging, maka salah
seorang ABK akan membuka seluruh pakaian dan mengarahkan
bahagian kemaluan/penis ke arah Laso Angin akan datang. Langkah
tersebut dipercaya dapat menghindarkan musibah yang di sebabkan dari
datangnya Laso Anging. Meskipun demikian, tidak ada penjelasan yang
bersifat ilmilah dari bentuk tindakan yang dilakukan oleh ABK saat
menemui musibah beruba Laso Anging.
f. Panguju Untuk Penentuan Hari Baik Serta Tahapan
Penggunaanya
Pengetahuan dan kepercayaan akan penentuan hari baik juga masih
diyakini oleh sebahagian kelompok masyarakat semisal kutika di pulau Kei
dan khususnya panguju di pulau bonerate. panguju dalam masyarakat
pulau bonerate di bagi menjadi dua yakni panguju saat akan bepergian
dan panguju saat menentukan hari baik. Panguju saat akan bepergian
telah penulis uraikan pada sub point sebelumnya, sedangkan panguju
untuk menentukan hari baik merupakan sebuah kepercayaan yang
228 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
dilakukan untuk menentukan hari, tgl, dan waktu saat akan bepergian,
melangsungkan pernikahan, upacara adat, hakikah, dan kegiatan-
kegiatan lainnya. Penentuan hari saat akan melangsungkan acara
ataupun bepergian melalui panguju, di yakini oleh masyarakat Pulau
Bonerate akan menghindarkan dari musibah serta acara yang di
selenggarakan akan mendapat berkah dari Tuhan yang Maha Esa.
Dengan demikian, penggunaan panguju untuk menentukan hari baik,
hingga saat ini masih dilakukan pada masyarakat pulau bonerate
khususnya pada konteks kepelayaran. Adapun gambar dan penjelasan
terkait dengan penentuan hari baik melalui panguju ialah sebagai berikut;
Ket : kolom JAM merupakan rangkaian beberapa macam waktu yang
kemudian akan di kombinasikan dengan kolom dari berbagai macam hari
Sebagai contoh, kolom kedua yang menunjukan hari jumat memiliki
arti bahwa untuk memulai aktifitas seperti berangkat berlayar, bepergian
Gambar 4.9 : contoh panguju yang di gunakan untuk menentukan hari baik dan buruk.
229 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
jauh ataupun mengadakan acara sebaiknya di lakukan saat pukul
06.30/08.30, 12.30/02.30, 03.30/04.30, atau 05.30/06.30, sedangkan pada
pukul 09.30/11.30 tidak di perkenankan untuk bepergian ataupun
mengadakan sebuah acara karna di percaya akan mendapat musibah.
Pemaknaan simbol segitiga, bulat, persegi empat, bulat dan persegi
empat vertikal merupakan simbol yang bermakna baik, sehingga apbila
simbol yang di kombinasikan dengan salah waktu tersebut, merupakan
pertanda untuk hari yang baik. Adapun simbol tambah dan kurang yang
bertuliskan „Nahas‟, dan Nahas merupakan simbol yang bermakna tidak
baik, sehingga apabila salah satu waktu di kombinasikan dengan kolom
yang bertuliskan nahas, maka tidak di perkenankan untuk memulai
perjalanan, berangkat berlayar ataupun mengadakan sebuha acara.
Secara keseluruhan, pengetahuan dan kepercayaan dalam
masyarakat pesisir dan kepualauan khususnya pada pulau bonerate
merupakan sebuah kearifan yang di gunakan dalam setiap aktifitas yang
terjadi khususnya pada konteks pelayaran rakyat. Berbagai macam
bentuk pengetahuan dan kepercayaan seperti panguju yang di gunakan
saat persiapan berangkat berlayar akan dilakukan, panguju untuk
penentuan hari baik hingga pada pengetahuan terkait dengan
mengantisipasi gangguan dari makhluk gaib, hanya merupakan beberapa
contoh dari sekian banyaknya kepercayaan yang dimiliki dalam konteks
aktifitas berlayar. Faktor keselamatan dan terhindar dari musibah adalah
230 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
merupakan tujuan utama dari berbagai macam penggunaan pengetahuan
dalam konteks kepelayaran semi modern.
D.3 Analisis Hasil Pembahasan Skripsi
Penelitian skripsi ini memiliki tiga rumusan masalah, yang kemudian
menjadi inti pemabahasan selama proses penelitian dilakukan. Adapun
tiga rumusan masalah penelitian yang penulis maksud ialah yang pertama
bagaimana struktur organisasi kerja pada kapal pelayaran rakyat, dan
yang kedua bagaiamana pengelolaan atau manajemen dalam pelayaran
serta yang ketiga bagaimana sistem pengetahuan dan kepercayaan yang
digunakan dalam pelayaran. Menurut hemat penulis selama melakukan
proses pengumpulan data, ketiga rumusan masalah penelitian
memperoleh hasil yang diharapakan secara pribadi, adapun hasil analisis
penulis terkait dengan ketiga rumusan masalah penulis ialah sebagai
berikut.
a. Hasil Dan Analisis Pembahasan Mengenai Sturktur Organisasi
Kerja Pada Kapal Pelayaran Rakyat
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada kapal pelayaran rakyat
memiliki sebuah struktur kerja yang begitu kompleks sebagai penunjang
dalam setiap pelaksanaan kepelayaran yang dilakukan. Komponen
struktur organisasi yang terdapat pada kapal pelra terdiri dari nahkoda,
kepala kamar mesin, jurumudi, oliman, serta jurumasak. Secara umum
seluruh komponen struktur memiliki tugas yang berbeda, seperti Nahkoda
yang bertugas sebagai pemimpin dalam setiap aktifias pelayaran serta
231 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
bagi seluruh anak buah kapal, kepala dan kamar mesin yang bertugas
merawat dan mengontrol seluruh mesin yang terdapat pada kapal.
Adapun tugas jurumudi ialah sebagai pembantu nahkoda dalam
mengemudikan kapal, dan oliman mempunyai tugas sebagai pembantu
kepala kamar mesin dalam merawat dan menjaga mesin kapal, serta juru
masak yang bertugas sebagai penyedia kebutuhan komsumsi bagi para
awak kapal dan juga penumpang.
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa kapal pelayaran rakyat
memiliki sebuah struktur organisasi kerja yang kemudian berisikan
pembagian tugas terkait dengan aktifitas kepelayaran. Serupa dengan
yang dikemukakan oleh Max Weber bahwa organisasi ialah suatu
kerangka terstruktur yang didalamnya berisikan wewenang, tanggung
jawab dan pembagian kerja untuk menjalankan masing-masing fungsi.
selain itu Koentjaraningrat juga mengemukakan bahwa organisasi
merupaka suatu kelompok masyarakat yang anggotanya merasa satu
dengan sesamanya, yang meliputi kekerabatan, asosiasi dan
perkumpulan sisem kesatuan hidup yang diatur melalui adat istiadat dan
aturan –aturan.
Selain itu setiap komponen yang berada pada struktur organisasi
kerja juga memiliki status kerja yang berbeda-beda. Setiap status kerja
yang dimiliki akan selaras dengan penjabaran tugas yang akan di kerjakan
ataupun dilaksanakan dalam kaitan aktifitas kepelayaran. Sebagai contoh
tugas dari status kerja sebagai seorang nahkoda yang merupakan sebuah
232 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
komponen struktur paling teratas akan memiliki tugas sebagai pemimpim
bagi seluruh awak kapal. Begitu pun dengan status kerja sebagai kepala
kamar mesin, yang memiliki tugas sebagai pemimpin bagi kedua oliman
dalam menjaga dan merawat mesin kapal.
Status dalam konsep umum merupakan sebuah kedudukan yang
diperoleh oleh seseorang melalui hasil dari proses usaha ataupun yang
diperoleh sejak lahir. Dalam status terdapat sebuah pembagian kerja atau
peranan yang berfungsi sebagai penyelenggara dalam sebuah struktur
organisasi. Menurut Hasibuan (2007) pembagian kerja merupakan
informasi tertulis yang menguraikan tugas dan tanggung jawab, kondisi
pekerjaan, hubungan pekerjaan, dan aspek-aspek pekerjaan pada suatu
jabatan atau kedudukan tertentu dalam organisasi.
b. Hasil Dan Analisis Pembahasan Mengenai Pengelolaan Atau
Manajeman Dalam Pelayaran
Secara umum hasil penelitian menunjukan bahwa usaha jasa angkut
muatan pada kapal pelra memiliki pengelolaan atau manajemen yang
bersifat sederhana. Hal tersebut disebabkan karena komponen yang
secara intens mengelola usaha jasa tersebut hanya nakoda serta ABK
dalam kaitan aktiiftas kepelayaran. Adapun keterlibatan pemilik kapal
dalam mengelola usaha tidak begitu signifikan bila dibandingkan dengan
seorang nahkoda. Adapun berbagai macam pengelolaan yang terkait
dengan aktifitas kepelayaran ialah seperti membangun usaha, pembagian
233 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
hasil usaha, serta pengelolaan dalam kepelayaran di musim timur ataupun
musim barat.
Selaras dengan yang dikemukakan oleh Jinca terkait dengan
pengelolaan pada kapal pelra bahwa pelayaran rakyat sebagai salah satu
subsistem angkutan alut yang dikelola oleh masyarakat secara sederhana
untuk digunakan mengangkut muatan baik barang ataupun muatan dari
pedalaman yang tidak terjangkau oleh kapal besar, menggunakan perahu
tradisional yang memamakai layar, yang saat ini dilengkapi dengan
tambahan motor. Meskipun apa yang dikemukakan oleh Jinca bahwa
kapal pelayaran rakyat memiliki pengelolaan yang bersifat sederhana,
namun dalam kaitan mamfaat yang diberikan dalam aksesbilitas dan
mobilisasi barang dan penumpang, kapal pelra memiliiki peranan yang
sangat besar.
Terkait dengan jangkauan oprasi kapal pelra yang dapat berlabuh di
pelabuhan-pelabuhan yang tidak dapat dilalui oleh kapal-kapal moderen,
menjadikan kapal pelra memiliki peranan yang sangat besar dalam dunia
pelayaran terkait dengan mobilisasi barang dan penumpang. Selaras
dengan yang dikemukakan oleh Karana bahwa sejak zaman dahulu usaha
pelayaran rakyat sudah dikenal dengan baik sebagai sarana untuk
mengankut hasil-hasil pertanian, perkebunan, hasil pruduksi ternaik
maupun penumpang dari daerah-daerah terpencil atau pedalaman yang
volumenya relatif terbatas (karana, hal : 50, Alami, Vol. 8 No 3 Tahun
2003)
234 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
c. Hasil Dan Analisis Pembahasan Mengenai Pengetahuan Dan
Kepercayaan Yang Digunakan Dalam Pelayaran
Secara umum hasil penelitian terkait dengan pengetahuan dan
keprcayaan yang digunakan dalam pelayaran menjukan bahwa pada
setiap aktifitas kepelayaran, awak kapal menggunakan berbagai macam
pengetahuan dan kepercayaan yang meliputi pengetahuan navigasi
ataupun kepercayaan yang bersifat doa. Sebagai contoh pengetahuan
yang berkaitan dengan kenavigasian seperti lampu berwarna pada kedua
sisi kapal, lamu tower penuntun serta lambaian jari-jari tangan.
pengetahuan navigasi yang bersumber dari benda-benda langit juga
masih di mamafaatkan oleh awak kapal dalam kaitan aktifitas kepelayaran
seperti pemamfaatan benda langit berupa awan dan bintang. Selain itu,
pulau-pulau yang dilalui dalam pelayaran juga menjadi alat bantu bagi
nahkoda ataupun jurumudi dalam menentukan haluan kapal.
Serupa yang dikemukakan oelh Gene Ammarell (2008: 130)
mengemukakan bahawa para nahkoda bugis telah lama megandalkan
bintang dan lebih sedikit matahari untuk mengarahkan dan
mempertahankan arah pelayaran. Dalam cara yang nyaris sama dan titik
mata angin dan kompas, posisi pola bintang dan rasi bintang di langit
dikaitkan dengan pulau-pulau atau pelabuhan tertentu bila dilihat dari
tempat lain. Walau banyak pelaut tahu beberapa pola bintang, hanya
nahkoda dan juru mudi paling berpengalaman yang terlatih
menggunakannya. Ketika sebuah rasi bintang belum tiba atau tidak lagi
235 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
berada ditempatnya, nahkoda secara mental mencari jejaknya dilangit
untuk menetapkan ulang posisinya.
Lebih jauh Gene Ammarell menjelaskan bahwa Takkala tidak lagi
terlihat, nahkoda memamfaatkan bintang yang berkaitan namun tak
bernama untuk mengarahkan perahunya. Bahkan nahkoda secara
konsisten menyatakan bahwa bintang-bintang senantiasa bergerak
melintasi langit, dan bila pergerakan ini tidak dipertimbangkan maka kapal
akan berbelok ke barat, dan melenceng dari jalur sebenarnya. Terdapat
beberapa nama rasi bintang yang diketahui oleh pelayar bugis tradisional,
yang diantaranya sebagai berikut; bintoeng balue (janda belum menikah),
bintoeng bola kemppang (bintang rumah pincang), bembe’e (kambing),
bintoeng bale mangngiweng (bintang hiu), bintoeng lambarue’ (bintang
pari), bintoeng kappalae’ (bintang biduk), bintoeng balu mandara’ (bintang
janda mandar), dan bintoeng bawi (bintang babi).
Selain pemahaman terkait dengan pengetahuan yang dimiliki dalam
pelayaran, hasil penelitian juga menunjukan bahwa terdapat berbagai
macam bentuk kepercayaan yang dimiliki oleh awak kapal dalam
menunjang aktifitas kepelayarannya. Kepercayaan yang dimiliki meliputi
doa-doa berupa lafalan yang dibaca saat serangkain aktifitas pelayaran
akan dilakukan, seperti persiapan akan memulai pelayaran yang disebut
dengan panguju, lafalan yang dibaca saat tiba didaerag tujuan serta
lafalan-lafalan yang dibaca saat menemui kendala saat pelayaran
dilakukan. Kepecayaan yang dimiliki dan digunakan merupakan sebuah
236 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
pemahaman mengenai pengaharapan agar terhindarnya proses pelayaran
dari kendala ataupun musibah.
Terkait dengan kepercayaan yang digunakan dalam pelayaran,
Gene Ammarel (2008: 192) dalam Navigasi Bugis mengemukakan bahwa
selain pertimbangan material seperti seperti kondisi angin dan laut, aspek
ritual dan ilmu gaib mesti diketahui nahkoda dan awak lainnya guna
menjamin keberhasilan pelayaran dan kesehatan awak. Sebagai contoh
dalam penelitian Gene Ammarell yang mengemukakan bahwa setengah
dari perahu Balobalaong memperlihatkan potongan tali dai bahan berserat
dan kaku diatas tiang layar. Potongan tali itu disebut tulu’ gemme’, serat
hitam yang berasal dari pangkal daun pohon aren. Tali itu diletakkan
diatas tiang untuk mengusir roh jahat yag disebu-sebut suka naik ke kapal
dimusim barat. Roh-roh ini menampakkan diri sebagai sebuah bola
cahaya serupa bintang dibagian layar, yang dengan cepat membelah diri
menjadi banyak bola sejenis yang berasal dari tiang, layar dan tali tiang.
Hampir memiliki kemiripan dengan hasil peneitian peulis, namun
yang membedakan hanya pada penyebutan roh-roh jahat yang
menyerupai cahaya. Dari hasil penelitian penulis dikatakan bahwa roh-roh
jahat tersebut memliki penamaan yang disebut dengan La Upa dan Wa
Upa. Meskipun memiliki penamaan yang berbeda, namun kemunculan
awal La Upa dan Wa Upa juga menyerupai cahaya-cahaya yang datang
dari segala arah serta bersinar terang. Pada kesimpulannya, kepercayaan
yang dimiliki pada aktifitas pelayaran di daerah manamun bersifat sama,
237 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
dan adapun perbedaan dari tiap-tiap proses pelaksanaan kepercayaan
dari berbagai daerah tidak begitu signifikan, karena pada dasarnya
kepercayaan yang dimiliki dugunakan sebagai penolak bala agar terhindar
dari musibah saat melakukan pelayaran.
238 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kapal pelayaran rakyat merupakan sarana transportasi di sektor
kelautan yang bersifat sederhana, namun tetap memiliki struktur
organisasi kerja untuk menunjang aktifitas pelayaran yang dilakukan.
Adapun struktur organisasi kerja yang terdapat pada kapal pelayaran
rakyat terdiri dari nahkoda, kepala kamar mesin, jurumudi, oliman serta
juru masak. Setiap status kerja yang dimiliki dalam internal organisasi
kerja kapal pelayaran rakyat memiliki tugas serta peran dalam
menjalankan setiap aktifitas kepelayaran.
Selain melaksanakan tugas yang berdasarkan status kerja idividu,
pelaksanaan tugas secara kolektif juga menjadi hal yan bersifat prioritas
dalam setiap aktifitas kepelayaran yang dilakukan. Pelaksanaan kerja
yang bersifat kolektif dari seluruh awak kapal akan dilkakukan saat
aktifitas seperti proses persipan berlayar, pemuatan barang, aktifitas
berlayar, hingga pada pembongkaran muatan. Aktifitas bekerja secara
indivudu ataupun kolektif, merupakan sebuah bentuk tanggung jawab
yang dimiliki oleh seluruh awak kapal dalam setiap aktifitas kepelayaran,
agar setiap proses yang dilakukan dapat berjalan secara maksimal.
Pengelolaan usaha juga menjadi bahagian penting dalam
pelaksanaan usaha jasa trasportasi laut agar dapat bertahan dan
berkesinambungan. Pemilik kapal selaku pengelola utama dalam usaha
239 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
jasa transportasi laut, memegang peranan penting dalam hal menjalankan
usaha yang dimiliki nya. Membangun relasi dengan berbagai macam
pihak seperti pedagang, pejabat pemerintahan, LSM, hingga aparat
keamanan adalah sebuah bentuk tindakan yang dilakukan agar usaha
dapat tetap bertahan. Pelibatan atau pemberian tanggung jawab kepada
nahkoda terkait dengan pengelolaan usaha jasa, juga di lakukan oleh
pemilik kapal dalam hal pengawasan teknis dan membangun relasi
dengan pihak pedagang di kota.
Muatan kapal menjadi sumber profit utama dalam pengelolaan usaha
jasa transportasi laut yang dijalankan. pengawasan terhadap muatan akan
selalu rutin untuk dilakukan saat kapal sedang melakukan pelayaran, agar
kondisi muatan dapat terhindar dari kerusakan. Menjaga keselamatan
muatan telah menjadi tanggung jawab bagi seluruh awak kapal dalam
setiap aktifitas berlayar yang dilakukan. menjaga keselamaan muatan
dapat dilakukan dengan cara mengatur muatan saat proses pemuatan
barang dilakukan. jenis-jenis muatan akan di atur dengan rapai agar tidak
mengalami kerusakan saat pelayaran sedang berlangsung. tindakan
tersebut juga merupakan bentuk tanggung jawab terhadap pemilik.
Dalam setiap aktifitas pelayaran yang berlangsung, penggunaan
berbagai macam bentuk pengetahuan dan kepercayaan juga menjadi
pedoman bagi para awak kapal. Pengetahuan dan kepercayaan yang
dimiliki dapat berupa pengetahuan yang terkait dengan navigasi dalam
pelayaran seperti pulau, awan, dan bintang. Bentuk pengetahuan dan
240 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
kepercayaan yang bersifat azimat juga di gunakan oleh awak saat
musibah yang datang mereka percayai sebagai ganngguan hantu laut.
Penggunaan dari berbagai macam bentuk pengetahuan yang diiliki oleh
awak, merupakan sebuah pemahaman yang diperoleh dari pengalaman di
lingkungan serta tradisi lisan para tetua terdahulu. Pada dasarnya,
pelabelan sifat sederhana yang di berikan kepada pelaku usaha kapal
pelayaran rakyat, tidak sesederhana sebagaimana mestinya, karena
struktur organisasi, pengelolaan, serta berbagai macam bentuk
pengtahuan dan kepercayaan merupakan sebuah bukti bahwa kapal
pelayaran rakyat memiliki kehidupan serta dinamika yang begitu
kompleks.
B. SARAN
Keberdaan kapal pelayaran rakyat sebagai salah satu transportasi
jasa angkut telah banyak membantu dalam hal memobilisasi kebutuhan
pokok keberbagai daerah terisolir ataupun sebagai jasa angkut
penumpang. Sehingga dengan demikian perhatian khusus dari kalangan
akademisi, pemerintah kabupaten ataupun pusat menjadi sangat penting
bagi keberadaan dan kelangsungan kapal pelayaran rakyat yang
merupakan transportasi jasa angkut yang menghubungkan ke berbagai
daerah terisolir. Adapun yang menjadi rangkuman saran dari penulis
selama menjadi bahagian dari organisasi kapal pelayaran rakyat ialah
sebagai berikut;
241 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
1. Kehidupan sosial budaya serta dinamika yang terdapat dalam
organisasi kerja kapal pelayaran rakyat menjadi sangat menarik
untuk dijadikan sebagai topik pengkajian yang bersifat berkelanjutan
oleh kalangan akademisi maupun praktisipada bidang kemaritiman.
2. Dalam peraturan pemerintah melalui menteri perhubungan, secara
tertulis ditegaskan bahwa jenis muatan yang di angkut hanya berupa
barang dan ternak, maka dari itu sangat penting dan mendesak
sekiranya pemerintah melalui menteri perhubungan
mengamandemenkan kebijakan tersebut agar kapal pelayaran rakyat
memperoleh izin mengangkut penumpang yang bersifat berkekuatan
hukum positif.
3. Mengorganisir serta menginventalisir seluruh kelompok usaha jasa
transportasi laut kapal pelayaran rakyat yang berada di Indonesia
oleh pihak pemerintah melalui menteri perhubungan.
4. Mengorganisir seluruh pelaku usaha jasa transportasi laut kapal
pelayaran rakat yang berada di Indonesia dalam hal pemberdayaan
organisasi maupun perkelompok.
5. membuat aturan baku terkait dengan tarif sewa jasa angkut berbagai
macam jenis muatan antara nahkoda, pemilik kapal, pemilik muatan
serta pihak pemerintah.
6. menindaklanjuti oknum pegawai syahbandar serta aparat militer
terkait dengan pemalakan berupa uang dan bahan bakar dari pihak
nahkoda
242 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Daftar Pustaka
Buku
Achmad, Fedyani, Saifuddin. 2006. Antropologi Kontenporer: Sebuah
Pengantar Kritis Mengenai Paradigma. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Abd, Hamid, Rahman. 2013. Sejarah Maritim Indonesia. Yogyakarta:
Ombak.
Creswell, Jhon, W. 2009. Research Design. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Eriksen, Hylland, Thomas. 2009. Antropologi Sosial dan Budaya.
Yogyakarta: CV. Titian Galang Printika.
Ghony, Djunaidi M., Almanshur, Fauzan. 2012. Metodologi Penelitan
Kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Gene, Ammarell. 2008. Navigasi Bugis. Makassar: Hasanuddin University
Press.
Jones, Pip. 2009. Pengantar Teori-Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Koentjaraningrat. 1997. Metode Metode Penelitian Dalam Masyarakat.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Koentjaraningrat. 2007. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI Press.
Kusnadi. 2007. Jaminan Sosial Nelayan. Yogyakarta: LKiS.
Lexy, J, Moleong. 2001. Metode Penelitian Kualtatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya,
243 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
Spradley, P, James. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: PT. Tiara
Kencana Yogya.
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo persada.
Saru, Amran. 2012. Wawasan Sosial Budaya Maritim. Makassar: Unit
Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum Universitas Hasanuddin.
Jurnal
Asmiati, M. Yamin Jinca, Samsu Alam. Manajemen Usaha Pelayaran
Rakyat, Teknik Transportasi. Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
Karana, Sjafril. Armada Pelayaran Rakyat Sebagai Sarana Transportasi
Angkutan Antar Pulau Dalam Era Pasar Bebas. Alami,Vol.8 Nomor 3
Tahun 2003.
Susilowati, Endang. Dari Pelabuhan Martapura Ke Pelabuhan Trisakti:
Pelayaran Perahu Rakyat Di Antara Derap Modernisasi. Jurnal Sejarah
Citra Lekha, Vol. XVII, No. 1 Februari: 2013.
Hakim, Rahman, Riza. Hukum Internasional Kelautan.
Internet
artikelsiana.com. 2014.
http://www.artikelsiana.com/2015/04/pengertian-organisasi-tujuan-ciri-ciri-manfat-unsur-unsur-organisasi.html#.
(Di akses pada tanggal 28 maret 2016. Pukul 03:00 Wita).
ainurhidayat.blogspot.com. 2012.
http://ainurhidayat.blogspot.nl/2012/05/organisasi-sosial-sebagai-unsur-budaya.html.
(Di akses pada tanggal 28 maret 2016 pukul 02:48 Wita).
244 | S T U D I E T N O G R A F I P E L A Y A R A N R A K Y A T
www.nindisabrina.wordpress.com.2014
.https://nindisabrina.wordpress.com/2014/10/14/teori-organisasi-umum-1-2/.
Di akses pada tanggal 28 Maret 2016, pukul 03:47 Wita).
www.jurnalapapun.blogspot.com.2016.
http://jurnalapapun.blogspot.nl/2015/02/pengertian-pembagian-kerja-dalam.html.
(Di akses pada tanggal 27 maret pukul 22:17 Wita).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52612/4/Chapter%20II.pdf
(Di akses pada tanggal 27 maret, pukul 01:20 Wita).
DOKUMENTASI
Gambar 1 : aktifitas pemuatan barang untuk kemudian di masukkan kedalam palka induk.
Gambar 2 : pencatatan daftar penumpang sebelum kapal berangkat
Gambar 3 : pengecekan barang oleh nahkoda sebelum di turunkan dari atas mobil.
Gambar 4 : tampak contoh keseluruhan dari kapal layar motor.
Gambar 5 : foto besama dengan seluruh awak kapal KLM bonerate jaya, sebelum penulis kembali ke kota makassar.
Gambar6 : foto besama dengan pemilik rumah selama penulis berada di lokasi penelitian