PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA...

197
PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera) GUNA MENINGKATKAN LIBIDO DAN KUALITAS SEMEN PEJANTAN SAPI BALI UTILIZATION OF MORINGA OLEIFERA LEAF FOR IMPROVING LIBIDO AND SEMEN QUALITY OF BALI BULLS NURSYAM ANDI SYARIFUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN 2018

Transcript of PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA...

Page 1: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera) GUNA MENINGKATKAN LIBIDO DAN KUALITAS SEMEN

PEJANTAN SAPI BALI

UTILIZATION OF MORINGA OLEIFERA LEAF FOR IMPROVING LIBIDO AND SEMEN QUALITY

OF BALI BULLS

NURSYAM ANDI SYARIFUDDIN

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018

Page 2: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

i

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera) GUNA MENINGKATKAN LIBIDO DAN KUALITAS SEMEN

PEJANTAN SAPI BALI

Disertasi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Doktor

Program Studi

Ilmu Pertanian

Disusun dan diajukan oleh

NURSYAM ANDI SYARIFUDDIN

kepada

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018

Page 3: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

ii

DISERTASI

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera) GUNA MENINGKATKAN LIBIDO DAN KUALITAS SEMEN

PEJANTAN SAPI BALI

Disusun dan diajukan oleh

NURSYAM ANDI SYARIFUDDIN

Nomor Pokok P0100313404

telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Disertasi

pada tanggal 15 Januari 2018

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui

Komisi Penasehat,

Prof. Dr. Ir. H. Abd. Latief Toleng, M.Sc.

Promotor

Prof. Dr. Ir.Djoni Prawira Rahardja, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Ismartoyo, M.Agr.S.

Kopromotor Kopromotor

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Pertanian, Universitas Hasanuddin,

Prof. Dr. Ir. Darmawan Salman, M.S. Prof. Dr. Muhammad Ali, S.E, M.S.

Page 4: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

iii

PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : NURSYAM ANDI SYARIFUDDIN Nomor Mahasiswa : P0100313404 Program Studi : Ilmu Pertanian

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa disertasi yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbuki atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan disertasi ini hasil karya orang lain saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut. Makassar, 15 Januari 2018 Yang menyatakan, Nursyam Andi Syarifuddin

Page 5: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

iv

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

limpahan rahmat kesehatan, kekuatan, dan petunjuk-Nya sehingga

disertasi ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan banyak

terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Abd Latief Toleng, M.Sc selaku Promotor, Prof. Dr. Ir.

Djoni Prawira Rahardja, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Ismartoyo, M.Agr.S

masing selaku Kopromotor atas bimbingan, petunjuk dan arahannya,

selama pendidikan hingga penyelesaian studi.

2. Prof. Dr. Ir. H. Herry Sonjaya, DEA, Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan,

M.Sc, Prof. Dr. Ir. Asmuddin Natsir, M.Sc, Prof. Dr. Muhammad Yusuf,

S.Pt selaku tim penguji internal serta Dr. Ir. Abd. Muas, M.Si selaku

penguji eksternal, yang telah banyak meluangkan waktu untuk

memberikan arahan, saran, dan koreksi guna penyempurnaan dan

dalam penulisan disertasi ini.

3. Rektor dan Wakil Rektor Universitas Hasanuddin, Dekan dan Wakil

Dekan Sekolah Pascasarjana, Ketua Program Studi Ilmu Pertanian,

Dosen dan segenap Pengelola atas kesempatan yang telah diberikan

kepada penulis untuk melanjutkan studi S3 di Sekolah Pascasarjana

Universitas Hasanuddin, Makassar.

4. Rektor Universitas Lambung Mangkurat, Dekan Fakultas Pertanian, dan

Ketua Jurusan Peternakan, atas izin dan dukungan yang diberikan

selama melanjutkan studi S3 di Sekolah Pascasarjana Universitas

Hasanuddin, Makassar.

5. Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi atas dukungan

Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPP-DN) bagi

penulis selama studi dan dukungan biaya penelitian melalui Penelitian

Disertasi Doktor dengan Kontrak Penelitian Disertasi Doktor Tahun

Anggaran 2017 Nomor : 119/UN8.2/PL/2017 tanggal 4 Mei 2017.

Page 6: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

v

6. Kepada Samata Integrated Farming System (SIFS), Kabupaten Gowa,

Provinsi Sulawesi Selatan beserta crew yang telah menyediakan

kandang beserta sapi percobaan dan membantu dalam pemeliharaan

sapi percobaan dan pengambilan data.

7. Ayahanda Andi Syarifuddin dan Ibunda Sitti Nurhasanah dan kedua

Mertuaku H. Tahang dan Hj. Maifa (almarhumah), serta Tante Hj.

Indrawati, SPd yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan

moril dan materil selama menempuh studi.

8. Isteriku tercinta Batria H. Tahang dan anak-anakku tersayang Andi Mufli

Nur, S.Pt, Andi Jusri Razak Nur, dan Andi Majdah Rahmadhani Syam

atas kesabaran, pengorbanan, pengertian, semangat dan doa diberikan

kepada penulis selama menempuh studi.

9. Kepada seluruh Keluarga Besar penulis di Kota Makassar, Kabupaten

Soppeng dan Kabupaten Sidrap tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu atas bantuan moril dan materil serta tenaga selama penulis

menempuh studi.

10. Kepada seluruh teman-teman Program Studi Ilmu Pertanian terkhusus

Angkatan 2013 atas segala bantuan, motivasi dan kerjasamanya

sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

11. Semua pihak yang telah membantu, mulai dari persiapan hingga

penyelesaian studi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan disertasi ini masih terdapat

kekurangan, oleh karena itu diperlukan kritik dan saran yang konstruktif

untuk kesempurnaannya. Semoga disertasi ini dapat menjadi bahan

informasi yang bermanfaat dalam memanfaatkan daun kelor sebagai upaya

meningkatkan libido dan kualitas semen sapi pejantan khususnya sapi Bali.

Makassar, 15 Januari 2018

Penulis

Page 7: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

vi

ABSTRAK NURSYAM ANDI SYARIFUDDIN. Pemanfaatan Daun Kelor (Moringa oleifera) Guna Meningkatkan Libido dan Kualitas Semen Pejantan Sapi Bali (dibimbing oleh H. Abd. Latief Toleng, Djoni Prawira Rahardja, dan Ismartoyo). Penelitian ini bertujuan (1) mengkaji pemanfaatan daun kelor sebagai pakan suplemen guna meningkatkan libido dan kualitas semen pejantan sapi Bali, dan (2) mengkaji pengaruh suplementasi mineral Zn anorganik terhadap libido dan kualitas semen pejantan sapi Bali, guna memperkuat dugaan bahwa mineral Zn pada daun kelor berperan meningkatkan libido dan kualitas semen pejantan sapi Bali. Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama, mengevaluasi libido dan kualitas semen pejantan sapi Bali dengan memanfaatkan daun kelor dosis rendah (5% dari bobot konsentrat dengan penggunaan konsentrat 1% dari bobot badan) dan dosis tinggi (15% dari bobot konsentrat dengan penggunaan konsentrat 1% dari bobot badan) sebagai pakan suplemen. Tahap kedua membandingkan libido dan kualitas semen pejantan sapi Bali yang tidak disuplementasi (kontrol), disuplementasi dengan daun kelor, dan disuplementasi dengan mineral Zn anorganik, guna memperkuat dugaan bahwa mineral Zn pada daun kelor berperan dalam meningkatkan libido dan kualitas semen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, suplementasi daun kelor sebanyak 1,50 g BK/kg bobot badan nyata meningkatkan libido, kekentalan semen, gerakan massa, motilitas total, motilitas progresif sperma, memperbaiki karakteristik motilitas sperma dan meningkatkan post thawing motility (motilitas total dan motilitas progresif) sperma beku pejantan sapi Bali. Suplementasi mineral Zn anorganik 0,02 mg/kg bobot badan (setara 1,50 g BK daun kelor) nyata meningkatkan libido, volume dan kekentalan semen, motilitas total, dan motilitas progresif serta memperbaiki karakterisitik motilitas sperma pejantan sapi Bali. Hal ini dapat memperkuat dugaan bahwa mineral Zn pada daun kelor berperan dalam meningkatkan libido, volume dan kekentalan semen, motilitas total, motilitas progresif dan memperbaiki karakterisitik motilitas sperma pejantan sapi Bali.

Page 8: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

vii

ABSTRACT NURSYAM ANDI SYARIFUDDIN. Utilization of Moringa oleifera Leaf for Improving Libido and Semen Quality of Bali Bulls (supervised by H. Abd Latief Toleng, Djoni Prawira Rahardja, and Ismartoyo). The aims of the study were (1) to examine the use of Moringa leaf as the feed supplement to increase libido and semen quality of Bali bulls, and (2) to examine the effect of inorganic mineral Zn supplementation on libido and the semen quality of Bali bulls to strengthen the assumption that Zn mineral on Moringa leaves play a role to enhance libido and the semen quality of Bali bulls. This research was conducted in two stages. The first phase study evaluated libido and the semen quality of the Bali bulls with the use of low-dose Moringa leaves (5% of concentrate weight with the use of 1% concentrate of body weight) and high doses (15% of concentrate weight with the use of 1% concentrate of body weight) as the feed supplement. The second phase of the study compared libido and the semen quality of un-supplemented Bali bulls, supplemented with Moringa leaf, and supplemented with inorganic Zn minerals, to strengthen the assumption that Zn mineral on Moringa leaves play a role to enhancing libido and the semen quality of Bali bulls. The results showed that, supplementation of Moringa leaf 1.5 g DM/ kg of body weight markedly increased libido, semen viscosity, mass movement, the total and progressive motilities of sperm, improved sperm motility characteristics and increased post-thawing motility (total and progressive motilities) sperm of the frozen semen Bali bulls. Inorganic mineral supplementation of 0.02 mg/ kg body weight (equivalent to 1.50 g DM of Moringa leaf) markedly increased libido, semen volume and viscosity, total and progressive motilitis and improved sperm motility characteristics of Bali bulls. This can strengthen the assumption that Zn mineral on Moringa leaves play a role to enhancing libido, semen volume and viscosity, the total and progressive motilities and improving the sperm motility characteristics of Bali bulls.

Page 9: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

viii

DAFTAR ISI

PRAKATA …………………………………………………………………

ABSTRAK ………………………………………………………………….

ABSTRACT ………………………………………………………………..

DAFTAR ISI ………………………………………………………………

DAFTAR TABEL …………………………………………………………

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….

BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………….

A. Latar Belakang Masalah …………………………………..

B. Rumusan Masalah …………………………………………

C. Tujuan Penelitian …………………………………………..

D. Manfaat Penelitian ………………………………………….

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………

A. Pemanfaatan Daun Kelor Sebagai Pakan Ternak ……...

B. Kandungan Nutrisi Daun Kelor ……………………………

C. Libido ………………………………………………………...

D. Komponen Penilaian Semen ……………………………...

1. Kualitas Semen Segar …………………………………

a. Volume ………………………………………………

b. Warna ……………………………………………….

c. Konsistensi ………………………………………….

d. Derajat Keasaman (pH) ..………………………….

e. Konsentrasi Spermatozoa …………………………

f. Motilitas ………………………………………………

g. Penilaian Motilitas dengan Computer Assisted

Semen Analysis (CASA) …………………………..

2. Kualitas Semen Beku ………………………………….

E. Faktor-faktor Mempengaruhi Kualitas Semen …………..

iv

v

vi

vii

ix

xiii

xiv

1

1

5

6

6

7

7

12

16

20

20

20

21

22

23

24

25

28

32

34

Page 10: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

ix

F. Peran Nutrisi Terhadap Kualitas Semen ………………..

G. Kandungan Nutrisi pada Daun Kelor yang Dapat Ber-

peran Terhadap Libido dan Kualitas Semen ……….......

H. Peranan Mineral Seng (Zn) terhadap Kualitas Semen …

I. Evaluasi Profil Biokimia Darah sebagai Pendukung

Evaluasi Libido dan Kualitas Semen ……………………

a. Urea Plasma Darah ……………………………………

b. Glukosa Darah …………………………………………

c. Kolesterol Darah ……………………………………….

J. Kerangka Konseptual ……………………………………..

K. Hipotesis …………………………………………………….

BAB III. METODE PENELITIAN ………………………………………...

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ……………………………..

B. Materi dan Prosedur Penelitian …………………………..

1. Penelitian Tahap Pertama …………………………….

Meningkatkan Libido dan Kualitas Semen Pejantan

Sapi Bali dengan Suplementasi Daun Daun Kelor ….

a. Kualitas Semen Segar Pejantan Sapi Bali dengan

Suplementasi Daun Kelor Dosis Rendah ………...

b. Libido dan Kualitas Semen Pejantan Sapi Bali

dengan Suplementasi Daun Daun Kelor Dosis

Tinggi ………………………………………………….

2. Penelitian Tahap Kedua ………………………………

Libido dan Kualitas Semen Pejantan Sapi Bali yang

Disuplementasi Mineral Zn Anorganik dan

Disuplementasi Daun Kelor ……………………………

C. Defenisi Operasional ……………………………………….

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………..

A. Meningkatkan Libido dan Kualitas Semen Pejantan sapi

Bali dengan Suplementasi Daun Kelor …………………..

1. Kualitas Semen Segar Pejantan sapi Bali dengan

34

34

36

38

41

41

42

44

46

50

51

51

52

52

52

53

57

64

64

67

69

69

Page 11: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

x

Suplementasi Daun Kelor Dosisi Tinggi …………….

a. Hasil ………………………………………………….

b. Pembahasan ………………………………………..

2.Libido dan Kualitas Semen Pejantan sapi Bali dengan

Suplementasi Daun Kelor Dosisi Tinggi ………………

a. Hasil …………………………………………………...

Kadar Hormon Testosteron dan Libido ………

Kualitas Semen Segar ………………………….

Karakteristik Motilitas Semen Segar …………

Kualitas Semen Beku …………………………...

Konsumsi Bahan Kering Ransum, Konsumsi

Nutrien, dan Pertumbuhan ……………………..

Profil Biokimia Darah dan Plasma Semen …..

b. Pembahasan …………………………………………

Kadar Hormon Testosteron dan Libido ………

Kualitas Semen Segar ………………………….

Karakteristik Motilitas Semen Segar …………

Kualitas Semen Beku …………………………..

Konsumsi Ransum, Konsumsi Nutrien, dan

Pertumbuhan …………………………………….

Profil Biokimia Darah dan Plasma Semen …..

B. Libido dan Kualitas Semen Pejantan Sapi Bali yang

Disuplementasi Mineral Zn Anorganik dan

Disuplementasi Daun Kelor………………………………

1. Hasil ……………………………………………………..

Libido dan Kualitas Semen Segar …………….

Karakteristik Motilitas Sperma ……..…………

Kualitas Semen Beku …………………………..

Status Mineral Zn Pejantan sapi Bali yang

Diberi Daun Kelor dan Mineral Zn …………….

2. Pembahasan ……………………………………………

69

69

70

75

75

75

76

77

79

81

82

83

83

88

94

96

99

102

112

112

112

114

116

118

121

Page 12: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

xi

Libido dan Kualitas Semen Segar …………….

Karakteristik Motilitas Sperma ……..…………

Kualitas Semen Beku …………………………..

Status Mineral Zn Pejantan sapi Bali yang

Diberi Daun Kelor dan Mineral Zn …………….

C. Pembahasan Umum ………………………………………

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………….

A. Kesimpulan ………………………………………………….

B. Saran-saran …………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………

LAMPIRAN ………………………………………………………………...

121

130

131

133

140

144

144

144

146

169

Page 13: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

xii

DAFTAR TABEL

nomor halaman

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

Komposisi kimia daun kering Moringa oleifera …………………. Komposisi asam amino daun kering Moringa oleifera …………. Kandungan mineral daun kering Moringa oleifera……………… Komposisi asam lemak daun kering Moringa oleifera………….. Kandungan vitamin daun Moringa oleifera …………………….. Volume semen beberapa bangsa sapi potong …………………. Komposisi pakan konsentrat ……………………………………… Kandungan nutrisi pakan konsentrat …………………………….. Komposisi pakan konsentrat ……………………………………… Kandungan nutrisi pakan konsentrat, daun kelor, dan jerami

padi ……………………………………………………………. Kualitas semen segar pejantan sapi Bali pada periode kontrol,

pemberian daun kelor, dan pemberian daun kelor dihentikan………………………………………………………

Hasil penilaian kualitas semen segar pejantan sapi Bali pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan ………………. Karakteristik motilitas sperma pejantan sapi Bali pada

kelompok kontrol dan perlakuan……………………………. Hasil penilaian kualitas semen beku pejantan sapi Bali pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan……………….. Perbandingan motilitas sperma segar dan beku pada kelompok

kontrol dan perlakuan ……………………………………….. Konsumsi ransum, konsumsi nutrien dan pertumbuhan

pejantan sapi Bali pada kelompok kontrol dan kelompok

13

13

14

14

15

21

53

53

57

58

69

77

78

80

81

Page 14: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

xiii

17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.

perlakuan……………………………………………………… Profil biokimia darah sapi Bali pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan …………………………………………. Biokimia plasma semen sapi Bali pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan …………………………………………. Kualitas semen segar pejantan sapi Bali pada kelompok

kontrol dan perlakuan ……………………………………….. Karakteristik motilitas sperma pejantan sapi Bali pada

kelompok kontrol dan perlakuan …………………………… Kualitas semen beku pejantan sapi Bali pada kelompok kontrol

dan perlakuan ………………………………………………... Perbandingan motilitas sperma segar dan beku pejantan sapi

Bali pada kelompok kontrol dan perlakuan ……………….. Konsumsi ransum, konsumsi mineral Zn dan kandungan

mineral Zn pada plasma darah, urin, feses dan plasma semen pejantan sapi Bali pada kelompok kontrol dan perlakuan………………………………………………………

82

83

83

114

115

116

117

120

Page 15: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

xiv

DAFTAR GAMBAR

nomor halaman

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. .

Terminologi standar untuk variabel yang diukur oleh sistem CASA dimodifikasi dari WHO (2010)……………………….

Kerangka konseptual penelitian …………………………………. Rata-rata volume semen pada setiap periode ……………… Kadar hormon testosteron sapi Bali pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan ……………………………………. Libido pejantan sapi Bali pada kelompok kontrol dan

perlakuan……………………………………………………… Libido pejantan sapi Bali pada kelompok kontrol dan perlakuan

yang dilakukan penampungan semen selama delapan minggu ……………………………………………………….

Libido pejantan sapi Bali pada kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan……………………………………………………….

31

46

71

75

76

88

113

Page 16: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

xv

DAFTAR LAMPIRAN

nomor halaman

1. 2. 3.

Hasil analisis ragam libido dan motilitas sperma pejantan sapi Bali …………………………………………………………….

Daftar Publikasi yang terkait dengan Disertasi …………………. Daftar riwayat hidup ………………………………………………...

169

172

173

Page 17: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Libido dan kualitas semen yang rendah sering dialami oleh sapi

pejantan yang biasa digunakan sebagai sumber semen cair dan semen

beku serta pejantan pada kawin alam (Ratnawati dkk., 2008; Affandhy

dkk., 2009; Ratnawati et al, 2012; Sariubang dan Kallo, 2014). Sapi

pejantan untuk sumber semen dan kawin alam harus memiliki libido dan

kualitas semen yang baik, karena akan mempengaruhi efisiensi reproduksi

sapi induk. Ketidaksuburan pejantan seperti libido dan kualitas semen

yang rendah menyebabkan penundaan konsepsi dan memperpanjang

musim kawin, sehingga mengakibatkan kerugian secara ekonomi dan

mengancam keberlanjutan usaha peternakan (Kastelic, 2013).

Perilaku seksual (libido dan kemampuan penunggangan) sapi

pejantan tergantung pada interaksi sosial, yang didasarkan pada faktor

genetik, lingkungan, nutrisi dan hormon, serta ketajaman sensorik, umur,

dan pengalaman (Menegassi et al., 2011). Kualitas semen seekor

pejantan dipengaruhi oleh faktor gizi (Martin et al., 2010), umur dan musim

(Bhakat et al., 2011), serta bangsa (Lemma and Shemsu, 2015). Nutrisi

mengontrol produksi sperma, sekresi gonadotropin dan perkembangan

seksual pejantan. Testis pada hewan jantan dewasa memproduksi

Page 18: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

2

spermatozoa dan hormon testosteron dipengaruhi oleh kemampuan

tubulus seminiferous dan sel-sel Leydig atau sel interstitial, dirangsang

oleh Follicle Stimulating Hormon (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH)

(Martin et al., 2010).

Proses terjadinya libido dapat dipengaruhi oleh level hormon

testosteron (Prabsattroo et al., 2012). Proses sintesis testosteron

tergantung pada kecukupan mineral Zn dalam makanan. Mineral Zn

merangsang sel-sel Leydig testis untuk memproduksi testosteron (Roy et

al., 2013). Proses spermatogenesis untuk menghasilkan semen

berkualitas baik, membutuhkan asam amino metionin, sistein (Ebisch et

al., 2006; Young et al., 2008), dan arginin (Wu et al., 2009), asam lemak α-

linoleat (Zalata et al., 1998; Conquer et al., 2000), vitamin A, C, dan E

serta mineral Zn dan Se (Mason et al., 1982; Hidiroglou and Knipfel, 1984

Cheah and Yang, 2011). Salah satu tanaman yang mengandung semua

nutrisi yang diperlukan untuk merangsang terjadinya libido dan proses

spermatogenesis adalah daun kelor (Moringa oleifera).

Daun kelor kaya akan nilai gizi. Nilai-nilai asam amino, asam lemak,

mineral dan vitaminnya mencerminkan keseimbangan gizi yang diinginkan

(Moyo et al., 2011). Daun kelor sebagai sebagai sumber protein pada

ternak ruminansia mempunyai nilai kecernaan berupa: rumen degradable

protein (RDP) 177 g/kg BK, acid detergent insoluble protein (ADIP) 72

g/kg BK, pepsin soluble protein (PESP) 200 g/kg BK, protein potentially

digested in the intestine (PDI) 16 g/kg BK, non-protein nitrogen (NPN)

Page 19: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

3

8.3%, dan total soluble protein (TSP) 265 g/kg BK (Kakengi et al., 2005).

Selain itu, daun kelor mengandung tannin 21g/kg BK dan pytat 21g/kg BK

yang dapat diabaikan sebagai anti-nutrisi untuk ternak ruminansia, dan

tidak mengandung tripsin dan amilase inhibitor, lektin, glikosida

sianogenik, dan glukosinolat (Ferreira et al., 2008).

Moringa oleifera adalah tanaman pohon, ditemukan di negara-

negara tropis berpotensi untuk digunakan sebagai pakan. Daun kelor

adalah pakan alternatif yang baik pada musim kemarau karena kelor

tahan kekeringan (Nouman et al., 2013). Produksi biomassanya mencapai

4,2 - 8,2 ton BK/ha, dapat digunakan untuk mensubstitusi ransum

komersial (Nouman et al., 2014) dan pakan aditif yang baik (Fitri et al.,

2015.).

Berbagai penelitian telah dilakukan dengan memanfaatkan daun

kelor sebagai bahan pakan, tetapi untuk tujuan meningkatkan libido dan

kualitas semen masih terbatas. Hasil penelitian Abu et al., (2013)

menunjukkan bahwa tepung daun kelor (MOLM) tidak berpengaruh buruk

terhadap morfometri testis dan kualitas sperma epididimis kelinci pejantan

hingga pada tingkat penggunaan 15%. Disarankan bahwa daun kelor

dapat digunakan dalam ransum kelinci. Raji and Njidda (2014) telah

mengamati bahwa suplementasi dengan daun kelor pada tingkat

penggunaan 50% bisa meningkatkan sperma gonad dan cadangan

sperma extragonadal pada kambing Red Sokoto. Oleh karena itu,

Page 20: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

4

penelitian ini mencoba menggunakan daun kelor sebagai pakan suplemen

guna meningkatkan libido dan kualitas semen pada pejantan sapi Bali.

Daun kelor mengandung mineral mikro dan makro yang tinggi

diantaranya Zn sebesar 31,03 mg/kg, Se sebesar 363,00 mg/kg, Ca

sebesar 65% dan 0,30% (Moyo, 2011), sehingga berpotensi digunakan

untuk meningkatkan libido dan kualitas semen. Mineral Zn merupakan

salah satu mineral yang berperan penting dalam mengaktifkan sekresi dan

aksi terstosteron, dapat meningkatkan efisiensi mesin spermatogenik, dan

meningkatkan jumlah sel-sel germinal pada tubulus seminiferous untuk

proses spermatogenesis (Abdella et al., 2011). Oleh karena itu, pada

penelitian ini juga mencoba melihat pengaruh suplementasi mineral Zn

anorganik (ZnSO4.2H2O) terhadap libido dan kualitas semen pejantan sapi

Bali, guna memperkuat dugaan bahwa mineral Zn pada daun kelor yang

berperan dalam meningkatkan libido dan kualitas semen.

Hasil akhir penelitian ini adalah diperoleh hasil penilaian libido dan

kualitas semen segar serta kualitas semen beku pejantan sapi Bali yang

disuplementasi daun kelor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

dasar dalam pemanfaatan daun kelor sebagai pakan suplemen guna

meningkatkan libido dan kualitas semen pejantan sapi Bali, baik untuk

sumber semen beku dan semen cair maupun untuk pejantan kawin alam.

Page 21: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

5

B. Rumusan Masalah

Libido dan kualitas semen yang rendah sering dialami oleh sapi

pejantan yang biasa digunakan sebagai sumber semen cair dan semen

beku serta pejantan pada kawin alam. Libido dan kualitas semen yang

rendah menyebabkan penundaan konsepsi dan memperpanjang musim

kawin, sehingga mengakibatkan kerugian secara ekonomi dan

mengancam keberlanjutan usaha peternakan. Salah satu penyebab libido

dan kualitas semen yang rendah, adalah pemberian pakan yang kurang

berkualitas, sehingga perlu diberi pakan tambahan (suplementasi).

Kelor dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis serta tahan

kekeringan, mempunyai produksi biomassa perhektar pertahun yang

tinggi, sehingga berpotensi digunakan sebagai pakan. Daun kelor kaya

akan nilai gizi. Daun kelor mengandung salah satu mineral yang cukup

tinggi yang penting untuk meningkatkan libido dan proses sperma-

togenesis yaitu mineral Zn. Oleh karena itu, pemanfaatan daun kelor

sebagai pakan suplemen dapat merupakan sebuah strategi untuk

meningkatkan libido dan kualitas semen pejantan sapi Bali, sehingga

penelitian ini dilakukan.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengkaji pemanfaatan daun kelor sebagai pakan suplemen guna

meningkatkan libido dan kualitas semen pejantan sapi Bali.

Page 22: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

6

2. Mengkaji pengaruh suplementasi mineral Zn anorganik terhadap libido

dan kualitas semen pejantan sapi Bali, guna memperkuat dugaan

bahwa mineral Zn pada daun kelor berperan meningkatkan libido dan

kualitas semen pejantan sapi Bali.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

tentang pemanfaatan daun kelor sebagai pakan suplemen, khususnya

pejantan sapi Bali terutama untuk meningkatkan libido dan kualitas

semennya. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam

memanfaatkan daun kelor sebagai pakan suplemen guna meningkatkan

libido dan kualitas semen pejantan sapi Bali, baik untuk program kawin

alam maupun untuk inseminasi buatan.

Page 23: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemanfaatan Daun Kelor Sebagai Pakan

Moringa (Moringa oleifera, Moringaceae) merupakan tumbuhan di daerah

tropis dan subtropis (Anwar et al., 2007), toleran terhadap kekeringan dan dapat

tumbuh selama musim kemarau (Duke, 1983). Nouman et al., (2013)

menyatakan bahwa, Moringa oleifera dikenal sebagai salah satu tanaman

pakan terbaik untuk daerah kering, karena hanya memerlukan sedikit air.

Kandungan mineral dan aktivitas antioksidannya lebih tinggi, sehingga

kelor dapat dibudidayakan sebagai tanaman alternatif yang baik untuk

pakan. Menurut Moyo et al., (2011), Moringa oleifera Lam. merupakan

tanaman yang sangat dihargai, telah banyak digunakan untuk makanan,

obat-obatan dan keperluan industri.

Beberapa penelitian pemanfaatan daun kelor sebagai pakan untuk

meningkatkan produktivitas dan reproduktivitas ternak ruminansia

terutama pada peternakan rakyat, sebagai berikut:

Aregheore (2002) memperoleh pertambahan bobot badan kambing

rata-rata 78 – 86 g/hari yang disuplementasi daun kelor, sedangkan

yang tidak disuplementasi hanya 55 g/hari.

Soetanto dkk., (2011) telah menerapkan teknologi suplementasi ber-

basis daun kelor dan molases pada peternakan kambing rakyat,

Page 24: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

8

memperoleh pertambahan bobot badan 100 gr/ekor/hari yang memberi-

kan tambahan keuntungan per ekor selama empat bulan sebesar Rp.

125.000,-

Asaoulu and Okewoye (2013) telah mensuplementasi kambing Dwarf

Afrika Barat yang diberi kulit singkong dengan kelor multinutrisi blok.

Hasilnya secara signifikan meningkatkan asupan bahan kering kulit

singkong sekitar 29% (191,66 vs 148,66 g/ekor/hari), asupan protein

kasar sebesar (16,66 vs 4,87 g/ekor/hari), serta kecernaan bahan

kering (74,58%) dan protein kasar (69,10%).

Adegun et al., (2011) telah membandingkan pakan suplemen kelor

mineral blok, gamal mineral blok dan lamtoro mineral blok dan kontrol

pada domba di Nigeria Barat-Daya. Hasilnya menunjukkan bahwa,

suplementasi berbasis kelor multinutrisi blok dapat meningkatkan

kinerja yang lebih baik dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan

pada domba. Konversi pakan yang diperoleh masing-masing adalah

11,6, 12,6, 12,4. dan 18,3.

Raji and Njidda (2014) telah mensuplementasi pejantan kambing Red

Sokoto dengan daun kelor sampai 50%, dapat meningkatkan cadangan

sperma gonadal dan extragonadal, motilitas sperma dan pH semen.

Rahardja dkk., (2010) telah memanfaatkan daun kelor sebagai pakan

guna meningkatkan efisiensi reproduksi sapi potong pada peternakan

rakyat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pemberian daun kelor

memberikan pertambahan bobot badan induk nyata lebih tinggi

Page 25: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

9

dibanding dengan yang tanpa pemberian daun kelor (0,48 kg vs 0,39

kg). Bobot lahir anak pada kelompok perlakuan nyata lebih tinggi

dibanding dengan kontrol (16,2 kg vs 13,4 kg), namun tingkat kematian

anak tidak berbeda nyata antar kedua perlakuan. Data ini menunjukkan

bahwa perlakuan daun kelor memberi dampak positif terhadap

pertambahan bobot badan bagi induk yang bunting dan bobot lahir

anak yang dilahirkan.

Toleng dkk., (2010) juga telah memanfaatkan daun kelor sebagai pakan

pada induk sapi Bali guna mempercepat berahi post partum. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa, berahi post partum induk sapi Bali

yang diberi daun kelor lebih cepat dibandingkan tanpa diberi daun kelor

(128,3 ± 10,3 hari vs 148,7 ± 10,0 hari).

Araica et al., (2011) telah membandingkan pemberian daun kelor segar

dan silase daun kelor terhadap produksi dan cita rasa susu sapi perah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, produksi susu tidak berbeda

antara perlakuan dengan produksi rata-rata 13,7 kg/ekor/hari. Hal ini

menunjukkan bahwa penggunaan daun kelor segar maupun dalam

bentuk silase dapat dimanfaatkan sebagai sumber hijauan pada saat

musim paceklik. Komposisi, warna dan penampilan air susu adalah

sama, walaupun pada pemberian daun kelor segar memiliki citarasa

dan aroma rumput, tetapi tidak berbeda secara organoleptik.

Sarwatt et al., (2004) telah mensubstitusi biji kapas dengan daun kelor

dalam bentuk kue daun kelor dan kue biji kapas sebagai pakan

Page 26: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

10

suplemen pada sapi perah di peternakan rakyat yang diberi rumput

gajah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, daun kelor dapat

digunakan sampai 1,65 kgBK bisa menggantikan biji kapas 1,23%

dalam ransum sapi perah tanpa mempengaruhi produksi susu.

Penggantian biji kapas dengan daun kelor tidak berpengaruh terhadap

total padatan, lemak, protein susu dan kandungan abu dari susu yang

dihasilkan. Daun kelor mempunyai kecernaan bahan kering lebih tinggi

(820 g/kgBK) dari pada biji kapas (697 g/kgBK). Degdradasi Bahan

kering daun kelor lebih tinggi dari pada biji kapas. Dengan demikian,

penggunaan daun kelor dapat mensubstitusi biji kapas yang harganya

lebih mahal yang dapat meningkatkan total padatan, lemak, protein

susu dan kandungan abu dari susu.

Sánchez et al., (2005) telah meneliti pengaruh tingkat pemberian daun

kelor dalam pakan terhadap asupan, kecernaan, produksi dan kompo-

sisi susu sapi perah dual purpose bangsa Creole Reyna. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa, pemberian daun kelor 2 kg BK/hari dan

3 kg BK/hari secara signifikan meningkatkan asupan bahan kering,

kecernaan zat-zat gizi dan produksi susu pada sapi perah tanpa

mempengaruhi komposisi susu (lemak, protein, dan total padatan) atau

karakteristik organoleptik dari susu (bau, rasa, dan warna). Dengan

demikian, daun kelor dapat digunakan sebagai suplemen protein pada

ransum berkualitas rendah terutama pada sapi perah dual purpose

selama musim kemarau.

Page 27: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

11

Nisa et al., (2013), telah melakukan penelitian pada kerbau Nili-Ravi

dengan pemberian hay daun kelor pada awal laktasi, ternyata tidak

hanya meningkatkan asupan zat-zat gizi dan kecernaan, tetapi juga

meningkatkan produksi susu pada awal laktasi.

Nuhu (2010) telah meneliti pengaruh penggunaan tepung daun kelor

terhadap kecernaan zat-zat gizi, pertumbuhan, karkas dan indeks darah

pada kelinci lepas sapih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tepung

daun kelor dapat meningkatkan pertambahan bobot badan harian,

kecernaan bahan kering dan protein kasar. Penggunaan tepung daun

kelor sampai pada tingkat 20% tidak bersifat racun terhadap kelinci.

Tepung daun kelor berpotensi menurunkan kolesterol dalam darah dan

daging, berpotensi memproduksi lemak karkas dan menurunkan

deposisi lemak pada otot kelinci.

Abu et al., (2013) telah melakukan penelitian pada kelinci dengan

menilai morfometri testes dan kualitas sperma kelinci pejantan yang

ransumnya diberi berbagai tingkat daun kelor. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pemberian daun kelor tidak memberikan efek

merugikan pada morfometri testes dan kualitas sperma epididimis

kelinci pejantan hingga tingkat 15%. Disarankan bahwa daun kelor

dapat digunakan dalam ransum kelinci.

Page 28: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

12

B. Kandungan Nutrisi Daun Kelor

Menurut Juliani et al., (2008), daun kelor menunjukkan kadar air

persentase fenol yang lebih rendah (3-4%), kandungan protein (13-14%)

dan mineral (11-13%) yang tinggi. Daun kelor juga mengandung: kalsium

(2,9 - 3%), kalium (1%) dan besi (50 - 80mg/100g daun kering).

Sedangkan menurut Moyo et al., (2011) bahwa, daun kering

Moringa oleifera mengandung protein kasar 30,29% (Tabel 1) dengan 19

asam amino (Tabel 2). Kandungan asam amino tertinggi adalah alanin

(3,03%) dan terendah sistein (0,01%). Daun kering mengandung mineral

makro dan mikro (Tabel 3), tertinggi masing-masing Ca (3,65%) dan Fe

(490 mg/kg). Daun kering mengandung 17 asam lemak dengan

kandungan tertinggi asam α-linolenic (44.57%) (Tabel 4). Kandungan

antinutrisi yang rendah berupa tannin dan total polyphenol (Tabel 1). Hasil

analisis kandungan vitamin daun kelor oleh United States Department of

Agriculture (2015) disajikan pada Tabel 5.

Page 29: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

13

Tabel 1. Komposisi kimia daun kering Moringa oleifera

Kandungan Nutrisi Daun Kering Standard Error Kadar air (%) Protein kasar (%) Lemak (%) Abu (%) NDF Neutral detergent fibre (%) ADF Acid detergent fibre (%) ADL Acid detergent lignin (%) ADS Acid detergent cellulose (%) Tanin (mg/g) Total polifenol (%)

9,533 30,29 6,50 7,64

11,40 8,49 1,8

4,01 3,12 2,02

0,194 1,480 1,042 0,433 0,425 0,348 2,204 0,101 0,104 0,390

Sumber : Moyo et al., (2011). Tabel 2. Komposisi asam amino daun kering Moringa oleifera.

Asam amino Jumlah (rata-rata %) Standard Error Arginin Serin Asam apartat Asam glutamat Glisin Treonin*

1,78 1,087 1,43 2,53

1,533 1,35

0,010 0,035 0,045 0,062 0,060 0,124

Alanin Tirosin* Prolin HO-Prolin Metionin* Valin* Fenilalanin* Isoleusin* Leusin* Histidin* Lisin* Sistein* Triptopan*

3,033 2,650 1,203 0,093 0,297 1,413 1,64 1,77 1,96

0,716 1,637 0,01

0,486

0,006 0,015 0,006 0,006 0,006 0,021 0,006 0,006 0,010 0,006 0,006 0,000 0,001

Keterangan : * = Asam amino esensial Sumber : Moyo et al., (2011).

Page 30: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

14

Tabel 3. Kandungan mineral daun kering Moringa oleifera.

Kandungan Nutrisi Daun Kering Standard Error Mineral Makro (%) : Kalsium (Ca) Phosphor (P) Magnesium (Mg) Kalium (K) Natrium (Na) Sulfur (S) Mineral mikro (mg/kg) : Seng (Zn) Tembaga (Cu) Mangan (Mn) Besi (Fe) Selenium (Se) Boron (Bo)

3,65 0,30 0,50 1,50

0,164 0,63

31,03 8,25 86,8 490

363,00 49,93

0,036 0,004 0,005 0,019 0,017 0,146

3,410 0,143 3,940

49,645 0,413 2,302

Sumber : Moyo et al., (2011).

Tabel 4. Komposisi asam lemak daun kering Moringa oleifera.

Asam lemak Jumlah (rata-rata %)

Standard Error

Ether extract Capric (C10:0) Lauric (C12:0) Myritic (C14:0) Palmitic (C16:0) Palmitoleic (C16:1c9) Margaric (C17:0) Stearic acid (C18:0) Oleic (C18:1c9) Vaccenic (C18:1c7) Linoleic (C18;2c9,12(n-6) α-Linolenic (C18:3c9,12,15(n-3) g-Linolenic (C18:3c6,9,12 (n-6) Arachidic (C20:0) Heneicosanoic (C21:0) Behenic (C22:0) Tricosanoic (C23:0) Lignoceric (24:0) Total saturated fatty acids (SFA) Total mono unsaturated fatty acids (MUFA)

6,50 0,07 0,58 3,66

11,79 0,17 3,19 2,13 3,96 0,36 7,44

44,57 0,20 1,61

14,41 1,24 0,66 2,91

43,31 4,48

0,041 0,064 0,402 1,633 0,625 0,056 0,155 0,406 2,000 0,038 0,014 2,803 0,013 0,105 0,194 0,383 0,025 0,000 0,815 1,984

Page 31: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

15

Sambungan Tabel 4. Asam lemak Jumlah (rata-

rata %) Standard

Error Total poly unsaturated fatty acids (PUFA) Total Omega-6 fatty acids (n-6) Total Omega-3 fatty acids (n-3) PUFA: SFA (PUFA:SFA) n-6/n-3 PUFA: MUFA (PUFA:MUFA)

52,21 7,64

44,57 1,21 0,17

14,80

2,792 0,012 2,805 0,096 0,016 7,168

Sumber : Moyo et al., (2011). Tabel 5. Kandungan vitamin daun Moringa oleifera

Vitamin Satuan Kandungan per 100 g Vitamin C, total asam askorbat Mg 51,700 Tiamin - Vitamin B1 Mg 0,257 Riboflafin - Vitamin B2 Mg 0,660 Niasin - Vitamin B3 Mg 2,220 Asam Panotenat - Vitamin B5 Mg 0,125 Piridoksin - Vitamin B-6 Mg 1,200 Folate, total µg 40 Asam Folat µg 0 Folat, food µg 40 Folat, DFE µg 40 Vitamin B-12 µg 0 Vitamin A, RAE µg 378 Retinol µg 0 Vitamin A, IU IU 7564 Vitamin D (D2 + D3) µg 0 Vitamin D IU 0 Sumber : USDA (2015). http://ndb.nal.usda.gov

Krisnadi (2015) mengutip Dr. Gary Bracey, seorang penulis,

pengusaha, motivator, dan ahli kesehatan di Afrika, mempublikasikan

dalam moringadirect.com, bahwa serbuk daun kelor mengandung :

Vitamin A, 10 kali lebih banyak dibanding wortel.

Page 32: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

16

Vitamin B1, 4 kali lebih banyak dibanding daging babi.

Vitamin B2, 50 kali lebih banyak dibanding sardines,

Vitamin B3, 50 kali lebih banyak dibanding kacang,

Vitamin E, 4 kali lebih banyak dibanding minyak Jagung,

Beta Carotene, 4 kali lebih banyak dibanding wortel,

Zat Besi, 25 kali lebih banyak dibanding bayam,

Zinc, 6 kali lebih banyak dibanding almond,

Kalium, 15 kali lebih banyak dibanding pisang,

Kalsium, 17 kali lebih banyak dibanding Susu,

Protein, 9 kali lebih banyak dibanding Yogurt,

Asam Amino, 6 kali lebih banyak dibanding bawang putih,

Poly Phenol, 2 kali lebih banyak dibanding anggur merah.

Serat (Dietary Fiber), 5 kali lebih banyak dibanding sayuran pada

umumnya.

GABA (gamma-aminobutyric acid), 100 kali lebih banyak dibanding

beras merah.

C. Libido

Chenoweth (1994) menjelaskan bahwa, libido didefinisikan sebagai

"kemauan dan keinginan "seekor pejantan untuk mencoba menaiki dan

melayani, sedangkan kemampuan mengawini mengacu pada kemampuan

dan kompetensi pejantan dalam memenuhi aspirasi ini. Kemampuan

kawin adalah ukuran jumlah layanan yang diraih oleh seekor pejantan di

Page 33: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

17

bawah kondisi yang ditetapkan, sehingga mencakup aspek libido dan

kemampuan mengawini. Sedangkan menurut Brito (2014) libido adalah

kemauan dan keinginan seekor pejantan untuk menunggangi dan

melayani seekor betina, sedangkan kapasitas pelayanan adalah

kemampuan untuk menyelesaikan sebuah layanan.

Menurut Petherick (2005), faktor-faktor mempengaruhi libido sapi

potong adalah genetik dan bangsa, rasio jantan dan betina, macam

pejantan dan macam perkawinan, hubungan sosial diantara pejantan,

umur pejantan, pengalaman seksual pejantan, iklim/ lingkungan thermal,

nutrisi, berbagai penyebab stress hubungannya dengan relokasi,

perbedaan genotipe dan fenotipe, topografi dan penyebaran kelompok,

dan temperamen pada situasi yang baru. Sedangkan menurut Chenoweth

(1994), faktor-faktor mempengaruhi libido seekor pejantan adalah: umur

dan pengalaman, rasio pejantan terhadap betina, pengaruh sosial, dan

perbedaan genetik.

Pengujian libido dapat dilakukan dengan: (1) menguji kegelisahan

pejantan,(2) uji terdahap penggunaan prosedur seperti elektroejakulator,

vaksinasi, dan pengendalian parasit, (3) diuji pada cuaca buruk seperti

suhu panas dan dingin yang ekstrim, (4) pengujian sapi jantan dalam

kelompok di mana di dalam kelompok terdapat satu atau lebih sapi jantan

sangat dominan, (5) uji terhadap rangsangan yang tidak memadai, (6) uji

penyebaran penyakit kelamin, dan (7) uji terhadap cedera atau stres yang

tidak semestinya. Pengukuran libido yang spesifik dapat berupa waktu

Page 34: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

18

reaksi, waktu latency, frekuensi menjilat dan respon flehmen (Henney et

al., 1990).

Libido/kemampuan mengawini seekor pejantan paling baik diamati

pada saat segera dilepas dari kandang bersama betina ke padang rumput

pengembangbiakan. Sapi pejantan yang mempunyai libido/ kemampuan

mengawini lebih tinggi mencapai angka kebuntingan lebih tinggi daripada

sapi jantan yang memiliki libido/ kemampuan mengawini rendah. Sapi

pejantan yang mempunyai libido yang tinggi mencapai tingkat konsepsi

yang lebih tinggi (51,5%) dibandingkan dengan libido rendah (30,6%)

selama periode kawin 21 hari (Kasimanickam, 2015).

Libido atau dorongan seks penting dalam kemampuan seekor

pejantan dalam melayani sejumlah besar sapi induk. Penilaian

kemampuan libido dan kemampuan mengawini penting untuk membantu

mendeteksi kelainan fisik dan mencegah seekor pejantan yang

mempunyai kualitas semen yang baik untuk melayani sapi induk (Parker

et al., 1999).

Menurut Chauhan et al., (2014), gairah seksual tergantung pada

saraf (sensoris dan kognitif), hormonal, dan faktor genetik. Otak dan

neurokimia, Nitric Oxide (NO) dan androgen dapat merupakan mekanisme

dasar perilaku seksual. Androgen memainkan peran penting dalam

perkembangan organ seksual jantan sekunder seperti epididimis, vas

deferens, vesikula seminalis, prostat, dan penis. Selanjutnya, androgen

dibutuhkan untuk pubertas, kesuburan jantan, dan fungsi seksual jantan.

Page 35: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

19

Testosteron adalah androgen utama disekresikan oleh testis. Testosteron

disintesis dalam sel-sel Leydig dari testis, dirangsang oleh Luteinizing

Hormone (LH). Salah satu efek utama testosteron di dalam testis adalah

stimulasi spermatogenesis dalam tubulus seminiferous. Reseptor testos-

teron atau dihidrotestosteron kompleks selanjutnya melintasi inti membran

mengikat DNA dan merangsang sintesis mRNA baru dan protein baru.

Dengan demikian, efek testosteron terhadap libido memerlukan konversi

testosteron menjadi estradiol di hipotalamus. Androgen diketahui mem-

pengaruhi produksi NO di otak maupun di perifer. NO disintesis oleh enzim

nitric oksida sintase (NOS) yang memegang peranan penting fungsi otak

tidak berfungsi sebagai neurotransmiter dan NOS hadir di daerah otak

yang mengatur fungsi seksual. Mekanisme ini bisa merupakan salah satu

cara androgen menstimulasi gairah seksual.

Libido dapat dipengaruhi oleh level testosteron, aktivitas monoamine

oxide type B (MAOB) dan enzim phosphodiesterase type 5 (PDE 5

(Prabsattroo et al., 2012), hormone prolaktin dan Nitric oxide (NO) (Andini,

2014). Level hormone testosteron dapat dipengaruhi mineral Zn. Mineral

Zn memicu libido melalui stimulasi sel-sel Leydig pada testis memproduksi

testosteron untuk fungsi normal kerja sumbu hipotalamus-hipofisis-testes.

Sel Leydig mensintesis testosterone tergantung pada kecukupan Zn

dalam pakan. Kekurangan Zn menyebabkan kerusakan pada mekanisme

reseptor LH dalam pengendalian, penyimpanan, dan pelepasan testos-

teron (Roy et al., 2013). Saponin, flavonoid, and senyawa phenol juga

Page 36: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

20

dapat sebagai pemicu produksi hormon testosteron. Saponin melalui aksi

sentralnya meningkatkan kadar LH dan FSH, serta berperan dalam

biosintesis dehydroepiandrosteron (DHEA), sehingga meningkatkan kadar

testosterone dalam tubuh dan memacu libido. Flavonoid berperan

meningkatkan kadar DHEA sehingga meningkatkan kadar hormon

testosteron dan mendorong perilaku seksual (Andini, 2014). Senyawa

phenol berupa firulic acid dan chlorogenic acid menghambat enzim

pendegradasi testosteron sehingga meningkatkan kadar hormon

testosteron (Park and Han, 2013).

Menurut Susilawati (2011), libido pejantan sapi Bali rata-rata 4,5

menit. Libido sapi Bali di perkebunan kelapa sawit yang diberi pakan

utama limbah sawit rata-rata 336,3 ± 206,5 detik atau 5,6 menit (Ratnawati

dan Affandhy, 2013).

D. Komponen Penilaian Kualitas Semen

1. Kualitas Semen Segar

a. Volume

Menurut Salisbury dan VanDemark (1985) bahwa, volume semen

akan meningkat dengan meningkatnya umur. Sedangkan menurut

Partodihardjo (1992) bahwa, volume semen yang dipancarkan oleh

pejantan dapat berbeda-beda menurut umur, ras, besar dan berat,

frekuensi penampungan dan beberapa faktor lainnya. Sedang menurut

Page 37: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

21

Susilawati (2011) bahwa, volume yang diejakulasikan dipengaruhi umur

pejantan, kondisi fisik, musim, keterampilan kolektor dan frekuensi

penampungan.

Volume semen per ejakulasi pada sapi dewasa rata-rata 4 – 5 ml

(Partodihardjo, 1992), 5 – 8 (1 – 15) ml (Toilehere, 1993), 2 - 8 ml

(Barszcz et al., 2012), 2 – 10 ml (Setchell, 2014). Volume semen

beberapa bangsa sapi potong disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Volume semen beberapa bangsa sapi potong.

Nomor Bangsa sapi Volume (ml) Sumber 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Simmental Limousin F H Bali Brahman Peranakan Ongole Aceh Jawa

6,23 – 8,75 7,49 ± 2,25

8,8 ± 2,3 4,5 ± 2,3

4,72 ± 1,82 3,5 - 6,3

2,90 ± 1,10 3,90 – 7,15

Wahyuningsih dkk., (2013) Lestari dkk., (2013b) Komariah dkk., (2013 Ratnawati dkk., (2008) Kuswahyuni (2009) Affandhy dkk., (2009) Melita dkk., (2014) Dewi dkk., (2012)

b. Warna

Semen sapi normal berwarna seperti krem sampai putih susu

(Salisbury dan VanDemark, 1985; Toilehere, 1993; Garner and Hafez,

2000, Feradis, 2010; dan Barszcz et al., 2012), 10% diantaranya berwarna

kuning (Salisbury dan VanDemark, 1985). Hasil penelitian Susilawati dkk.

(1993), juga menunjukkan bahwa 10% ejakulasi normal sapi FH dan Bali

berwarna krem dan sisanya berwarna putih susu. Warna semen yang

Page 38: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

22

diperoleh (Komariah dkk., 2013) dari sapi Limmousin, Simmental, dan FH

adalah putih susu.

Barszcz et al., (2012) menyatakan bahwa, biasanya terjadi

perubahan warna patologis pada semen adalah :

Merah muda atau merah, menunjukkan adanya darah (yang muncul

sebagai akibat dari abrasi penis, fistula dari cavernosus, batu kemih).

Hijau, menunjukkan adanya nanah.

Kuning, menunjukkan adanya urin.

Putih berair, menunjukkan jumlah yang lebih rendah dari spermatozoa

atau air yang sampai ke semen saat ditampung dari vagina buatan.

c. Konsistensi

Konsistensi atau derajat kekentalan dapat diperiksa dengan

menggoyangkan tabung berisi semen secara perlahan-lahan (Toilehere,

1993). Demikian pula menurut Rizal dan Herdis (2008) bahwa, secara

sederhana, kekentalan semen dapat diketahui dengan memiringkan

tabung penampung berisi semen, kemudian ditegakkan kembali untuk

mengamati pergerakan semen ke bawah melewati dinding tabung. Jika

pergerakan semen cepat digolongkan encer, pergerakan lambat dika-

tegorikan kental, dan diantara keduanya digolongkan sedang atau agak

kental. Semen yang digolongkan baik adalah yang memiliki konsistensi

antara sedang dan kental.

Page 39: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

23

Semen sapi yang normal memiliki konsistensi dari sedang sampai

kental (Feradis, 2010). Hasil penelitian Komariah dkk., (2013) pada sapi

Limmousin, Simmental, dan FH adalah konsistensi sedang. Sedangkan

hasil penelitian Ratnawati dkk., (2008) diperoleh konsistensi semen sapi

Bali sedang sampai kental.

d. Derajat keasaman (pH)

Menurut Garner and Hafez (2000) bahwa, pH semen sapi adalah

6,4 - 7,8. Hasil penelitian Aerens (2012) diperoleh rata–rata pH semen

segar bangsa sapi Limousin, Simmental, Ongole, Brahman, dan Bali

berturut-turut adalah 6,5 ± 0,14, 6,4 ± 0,14, 6,4 ± 0,35, 6,5 ± 0,147 dan 6,5

± 0,33. Feradis (2010) menyatakan bahwa, setiap bangsa sapi mem-

punyai nilai pH semen segar yang berbeda-beda.

Sorensen (1979) menyatakan bahwa, pH merupakan ukuran

aktivitas metabolism spermatozoa. Motilitas spermatozoa akan menurun

seiring penurunan pH. Penurunan pH semen ditentukan oleh metabolisme

anaerobik, sehingga terbentuk asam laktat yang tergantung pada tingkat

aktivitas dari masing-masing ternak (Salisbury dan VanDemark, 1985).

Menurut Rizal dan Herdis (2008) bahwa, derajat keasaman semen

dipengaruhi oleh konsentrasi spermatozoa yang terkandung di dalamnya.

Semakin tinggi konsentrasi spermatozoa, semakin rendah pH semen. Hal

ini disebabkan oleh spermatozoa dalam jumlah banyak akan menghasil-

Page 40: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

24

kan asam laktat dalam jumlah banyak pula, sehingga semen semakin

asam (pH semakin rendah).

e. Konsentrasi spermatozoa

Konsentrasi spermatozoa adalah jumlah sel spermatozoa per

milliliter semen (Rizal dan Herdis, 2008 dan Komariah dkk., 2013).

Salisbury dan VanDemark (1985) menjelaskan bahwa, pada umumnya

konsentrasi spermatozoa dalam semen sejalan dengan perkembangan

seksual dan kedewasaan sapi jantan, sesuai dengan kualitas pakan yang

diberikan dan pengaruh kesehatan reproduksi. Hasil review Melita dkk.,

(2014) menunjukkan bahwa, konsentrasi spermatozoa dipengaruhi oleh

umur pejantan dan mempunyai kecenderungan untuk meningkat seiring

dengan meningkatnya umur sampai umur 22 bulan. Produksi spermatozoa

juga tergantung pada jumlah jaringan aktif testis, yang sebaliknya

tergantung pada besar badan (Salisbury dan VanDemark, 1985).

Kemungkinan lain karena faktor teknis penampungan, pengaruh genetika,

dan lingkungan ternak dipelihara (Toelihere, 1993).

Menurut Garner and Hafez (2000) bahwa, konsentrasi spermatozoa

yang normal berada dalam kisaran sebesar 800 – 2.000 x 106 ml-1. Hasil

penelitian Komariah dkk., (2013) diperoleh konsentrasi spermatozoa segar

pada bangsa sapi Simmental, Limousin dan FH adalah 1.561,87 sampai

dengan 1.899,3 juta ml-1. Konsentrasi spermatozoa ketiga bangsa sapi

tersebut sangat tinggi, mengingat bahwa konsentrasi spermatozoa pada

Page 41: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

25

sapi jantan dewasa berkisar antara 800 - 1200 juta ml-1 spermatozoa

(Susilawati, 2011).

Toelihere (1993) menyatakan bahwa, penilaian konsentrasi sper-

matozoa per mililiter semen sangatlah penting, karena faktor inilah yang

menggambarkan sifat-sifat semen dan dipakai sebagai salah satu penentu

kualitas semen. Peran testis sebagai organ reproduksi primer yang mem-

produksi spermatozoa menjadi sangat penting. Selanjutnya dijelaskan

bahwa, konsentrasi spermatozoa, volume dan persentase motilitas sangat

menentukan banyaknya betina yang dapat diinseminasi.

Menurut Rizal dan Herdis (2008) bahwa, terdapat hubungan yang

positif antara warna, kekentalan dan konsentrasi spermatozoa. Semen

yang baik akan memiliki spermatozoa yang banyak (konsentrasi tinggi)

sekaligus akan termanifestasikan pada tingkat kekentalan yang tinggi dan

warna yang lebih pekat. Sebaliknya, semen dengan jumlah spermatozoa

sedikit (konsentrasi rendah) akan mengakibatkan semen lebih encer dan

warna lebih buram.

f. Motilitas

Gerakan massa merupakan gerakan spermatozoa secara bersama-

sama ke satu arah membentuk gelombang yang tebal atau tipis. Cepat

lambatnya gerakan tersebut tergantung kepada konsentrasi hidup yang

ada didalamnya (Toelihere, 1993). Motilitas sperma adalah jumlah

pergerakan spermatozoa hidup dan bergerak maju/progresif yang nilainya

Page 42: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

26

berkisar antara 0-100% (SNI 01-4869.1-2005). Menurut Salisbury dan

VanDemark (1985) bahwa, motilitas telah lama dikenal sebagai

kemampuan spermatozoa untuk melewati saluran reproduksi betina.

Menurut Susilawati (2011), kriteria penilaian gerakan massa

spermatozoa antara lain: 1). Sangat baik (+++) terlihat adanya gelombang

besar, banyak, gelap, tebal, dan aktif seperti gumpalan awan hitam dekat

waktu hujan yang bergerak cepat berpindah-pindah tempat; 2). Baik (++)

bila terdapat gelombang-gelombang kecil, tipis, jarang, kurang jelas dan

bergerak lamban; 3). Kurang baik (+), jika tidak terlihat gelombang

melainkan gerakan-gerakan individual aktif progresif; dan 4). Buruk (0),

bila hanya sedikit ada gerakan-gerakan individual. Menurut Campbell et

al., (2003) bahwa, kisaran normal gerakan massa pada spermatozoa sapi

adalah ++ sampai dengan +++.

Menurut Zulfan (2008) bahwa, aktivitas gerakan spermatozoa

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bentuk anatomi spermatozoa

yang meliputi bentuk kepala, leher dan ekor. Apabila bentuk anatomis

normal maka spermatozoa akan bergerak dengan normal. Menurut

Susilawati (2011), faktor-faktor endogenous yang mempengaruhi motilitas

spermatozoa adalah: 1) Umur (penyimpanan dalam epididimis, umur

donor, dan waktu antara setelah ejakulasi); 2) Pematangan sperma

(morfolorgi, fisiologi dan biokimia); 3) Penyimpanan energi (ATP)

(transport membran, tranport ion, pergerakan flagella, dan kontraktil

protein); 4) Bahan aktif di permukaan sperma (faktor aglutinasi, antibodi,

Page 43: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

27

deterjen, integritas membran, dan reseptor). Selanjutnya dijelaskan bahwa

faktor-faktor eksogenous yang mempengaruhi motilitas spermatozoa

adalah: 1) Faktor biofisika dan fisiologi (hidrodinamik, viskositas, osmo-

laritas, pH, temperatur, dan komposisi ion); 2) Media cairan pendukung

(cairan epididimus, seminal plasma, lingkungan vagina, lendir serviks,

cairan uterus, cairan oviduk, dan bagian perivitelium); dan 3) Stimulasi

penghambat (ion-ion inorganic: Cu, Zn, Cd, Mn, dan Hg), produk sekretori,

neuro-phormacolgicals, hormon, siklus nukleotida, kinin, prostaglandin,

polusi lingkungan, dan faktor imuno kimia).

Susilawati (2011) menjelaskan bahwa, motilitas adalah semua sel

yang motil tidak termasuk sel yang tidak motil. Motilitas progresif adalah

semua sel yang bergerak maju ke depan tidak termasuk yang bergerak

local (motil lokal). Lokal motil adalah sel yang hidup tetapi bergerak maju

sangat sedikit. Selanjutnya dijelaskan bahwa, spermatozoa juga

diklassifikasikan dalam tiga grup berdasarkan kecepatannya, yaitu total

motil (semua spermatozoa yang bergerak lebih dari 10 µm per detik),

progresif motil (semua spermatozoa yang bergerak maju lebih dari 20 µm

per detik) dan lokal motil (semua spermatozoa yang bergerak pada 10 - 20

µm per detik).

Hasil penelitian Komariah dkk., (2013), diperoleh nilai motilitas

spermatozoa segar sapi Simmental adalah 80,16 ± 7,80%, nilai ini lebih

tinggi dibandingkan dengan sapi Limousin dan FH masing-masing hanya

75,31 ± 6,47 dan 73,29 ± 5,01. Nilai motilitas spermatozoa dari ketiga

Page 44: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

28

bangsa tersebut termasuk normal, karena menurut Garner dan Hafez

(2000) bahwa, motilitas spermatozoa pada sapi tropis berkisar antara 40-

75%. Sedangkan menurut Susilawati (2011) bahwa, motilitas semen segar

sapi potong berkisar antara 70 - 90%. Hasil penelitian Aerens (2012)

menunjukkan perbedaan motilitas individu spermatozoa pada bangsa sapi

Limousin, Simental, Brahman, Ongole, dan Bali. Banyak faktor yang

mempengaruhi perbedaan nilai motilitas spermatozoa diantaranya umur,

bangsa, kematangan spermatozoa, dan kualitas plasma semen (Garner

and Hafez, 2000).

g. Penilaian motilitas dengan Computer Assisted Semen Analysis (CASA)

Pengujian motilitas spermatozoa yang umum dilakukan saat ini

adalah pengujian secara visual mikroskopik menggunakan mikroskop

cahaya. Hal ini memiliki nilai subyektifitas yang cukup tinggi sehingga

diperlukan pengalaman, keterampilan, dan keahlian penguji dalam menilai

gerakan spermatozoa agar mendapatkan hasil yang lebih obyektif

(Sarastina dkk., 2007). Penggunaan CASA dalam pengujian motilitas

spermatozoa dimaksudkan untuk mengatasi subyektifitas penilaian.

Penggunaan metode ini didasarkan atas pengembangan teknologi digital-

image untuk mendapatkan hasil analisa spermatozoa yang cepat, akurat,

mampu meningkatkan dan menstandarkan pengujian parameter motilitas

spermatozoa yang relevan untuk menilai fertilitasnya (Simmet, 2004).

Page 45: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

29

Evaluasi mengggunakan CASA dapat diketahui persentase total

spermatozoa motil dan progresif serta dapat memberikan informasi

karakteristik spermatozoa motil yang lengkap, seperti distance average

path (DAP), distance curved line (DCL), distance straight line (DSL),

velocity average path (VAP), velocity curved line (VCL), velocity straight

line (VSL), straightness (STR), linearity (LIN), wobble (WOB), amplitude

lateral head displacement (ALH), dan beat cross frequency (BCF). Dari ke-

13 karakteristik motilitas spermatozoa tersebut yang paling sering

dilaporkan adalah total motil, progresif motil dan VCL (Kostaman dan

Setioko, 2011).

Park (2013) menjelaskan pengertian masing-masing parameter

motilitas spermatozoa dengan dengan menggunakan CASA sebagai

berikut :

1. DCL (distance curved line) adalah jarak yang dapat ditempuh oleh

sperma dalam satu detik pada lintasan curve dari awal sampai akhir

periode analisis (mikron).

2. DAP (distance average path) adalah jarak yang dapat ditempuh oleh

sperma dalam satu detik pada lintasan rata-rata alurnya dari awal

sampai akhir periode analisis (mikron).

3. DSL (distance straight line) adalah adalah jarak yang dapat ditempuh

oleh sperma dalam satu detik pada pada lintasan straight dari awal

sampai akhir periode analisis (mikron).

Page 46: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

30

4. VCL (velocity curved line) adalah kecepatan sperma melakukan

perjalanan melintasi garis melengkung (kurva) dari awal sampai akhir

periode analisis (mikron per detik).

5. VAP (velocity average path) adalah kecepatan rata-rata sel sperma

melakukan perjalanan melintasi jalan (rata-rata alurnya) dari awal

sampai akhir periode analisis (mikron per detik).

6. VSL (velocity straight line) adalah kecepatan sel sperma melakukan

perjalanan pada garis lurus dari awal sampai akhir periode analisis

(mikron per detik).

7. ALH (amplitude lateral head displacement) adalah jarak lateral gerakan

kepala sperma pada setiap rata-rata alurnya (mikron). Hal ini

dinyatakan sebagai perpindahan maksimum.

8. BCF (beat cross frequency) adalah kecepatan diukur dalam Hertz

bahwa kepala sel sperma bergerak dari sisi ke sisi selama periode

pengukuran (frekuensi gerakan sperma).

9. STR (straightness) = VSL / VAP adalah hubungan antara kecepatan

dari garis lurus dengan kecepatan pada rata-rata alurnya selama

periode pengukuran.

10. WOB (wobble) = VAP/VCL adalah hubungan antara rata-rata kecepatan

jalan dengan kecepatan garis melengkung selama periode pengukuran.

11. LIN (linearity) = VSL/VCL adalah hubungan antara kecepatan garis

lurus dan kecepatan garis melengkung selama periode pengukuran.

Page 47: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

31

12. Rata-rata Perubahan Orientasi (AOC): rata-rata perubahan orientasi

kepala dari sel sperma antara frame selama periode pengukuran diukur

dalam derajat.

Gambar 1. Terminologi standar untuk variabel yang diukur oleh sistem CASA dimodifikasi dari WHO (2010).

Menurut Susilawati (2011) terdapat tiga kelompok pola motilitas

spermatozoa yang dapat dianalisis dengan CASA yaitu kelompok

hiperaktifasi yang memiliki nilai VCL ≥ 100 µm/detik, LIN < 60%, dan ALH

≥ 5 µm/detik; kelompok non hyperaktifasi apabilai nilai VSL ≥ 40 µm/detik,

LIN > 60%, dan ALH < 5 µm/detik; serta kelompok transisi yang memiliki

nilai diantaranya.

Karakteristik motilitas sperma berkorelasi positif dengan fertilitas

(Januškauskas and Žilinskas, 2002 dan Perumal at al., 2014), sehingga

dapat digunakan untuk memprediksi kemampuan fertilisasi sperma. Nilai

VAP, VSL, dan LIN merupakan indikator motilitas progresif dan nilai VCL,

ALH, dan BCF merupakan indikator rigor sperma. Nilai VAP dan VCL

Page 48: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

32

merupakan prediksi yang baik untuk kemampuan fertilisasi sperma secara

in vitro (Susilawati, 2011).

2. Kualitas semen beku

Semen beku adalah semen yang telah diencerkan dan selanjutnya

dibekukan pada suhu tertentu yang bertujuan untuk menghambat aktifitas

dan metabolisme spermatozoa (Hoesni, 2013). Semen beku menurut

Aprilina dkk., (2014) adalah semen yang telah diencerkan dan selanjutnya

dibekukan jauh di bawah titik beku air yang bertujuan untuk penghentian

sementara kegiatan hidup dari sel tanpa mematikan fungsi sel. Thawing

dimaksudkan mencairkan kembali semen beku dengan menggunakan

media. Suhu dan lama thawing mempunyai pengaruh besar terhadap

keadaan spermatozoa khususnya keutuhan spermatozoa dalam semen.

Kombinasi suhu dan lama thawing yang baik adalah yang dapat

mencegah kerusakan spermatozoa, sehingga tetap memiliki kemampuan

membuahi ovum yang tinggi.

Menurut Toelihere (1993) bahwa, selama proses pembekuan terjadi

20 - 80% dengan rata-rata 50% spermatozoa akan mati. Sedangkan

menurut Hafez (2000), bahwa spermatozoa yang dibekukan akan

mengalami kerusakan sekitar 40%. Oleh karena itu, untuk

mempertahankan kehidupan spermatozoa, maka semen beku harus

selalu tersimpan dalam bejana vakum atau container berisi nitrogen cair

yang bersuhu -196˚C dan terus dipertahankan pada suhu tersebut sampai

Page 49: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

33

waktu dipakai. Semen beku yang sudah dicairkan tidak dapat dibekukan

kembali (Toelihere, 1993). Penurunan kualitas semen beku sangat

ditentukan oleh pemrosesan spermatozoa dari saat koleksi, pengenceran

sampai dengan dibekukan, sehingga dapat menaikkan angka kebuntingan

(Pratiwi dkk., 2007).

Post thawing motility (PTM) yaitu pengujian motilitas spermatozoa

setelah dibekukan dengan cara melakukan thawing sperma beku pada air

dengan temperatur 37°C selama 30 detik (Komariah dkk., 2013). Nilai

PTM tersebut dapat dipengaruhi oleh ketersediaan N2 cair, temperatur

selama equilibrasi dalam proses pembuatan semen beku, serta handling

straw (Pratiwi dkk., 2007). Nilai post thawing motility masing-masing

bangsa sapi Limousin, Simmental, dan FH masing-masing adalah 44,06 ±

3,46, 44,69 ± 2,98, dan 42,97 ± 2,80% tidak menunjukkan perbedaan

yang signifikan (Komariah dkk., 2013).

Recovery Rate (RR) adalah kemampuan pemulihan spermatozoa

setelah pembekuan dengan membandingkan motilitas spermatozoa

setelah thawing dengan motilitas spermatozoa segar (Hafez, 2000). Nilai

RR pada sapi Limousin, Simmental, dan FH adalah 58,87 ± 6,37; 56,27 ±

7,08 dan 58,87 ± 5,31% tidak menunjukkan perbedaan (Komariah dkk.,

2013).

Page 50: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

34

E. Faktor-faktor Mempengaruhi Kualitas Semen

Semen segar yang diproduksi oleh tiap pejantan berbeda-beda

kualitas dan kuantitasnya (Lestari dkk., 2013b). Kualitas semen seekor

sapi pejantan dipengaruhi oleh faktor umur (Lestari dkk., 2013a; Lestari

dkk., 2013b dan Melita dkk., 2014), bangsa (Ramsiyati dkk., 2004 dan

Sumeidiana dkk., 2007), ukuran tubuh (Frandson,1992), frekuensi

ejakulasi (Melita dkk., 2014), suhu, musim, dan pakan (Salisbury dan

VanDemark, 1985; Susilawati dkk,. 1993).

Menurut Gordon (2004) bahwa: warna, volume, konsentrasi,

konsistensi, gerakan massa, pH, dan motilitas spermatozoa segar seekor

pejantan sangat bervariasi. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara

lain kondisi masing-masing individu, seperti kualitas organ reproduksi,

umur ternak, kondisi manajemen peternakan, jenis pakan yang diberikan,

dan bangsa sapi yang digunakan.

F. Peranan Nutrisi Terhadap Kualitas Semen

Faktor nutrisi merupakan faktor yang lebih kritis berpengaruh

langsung maupun tidak langsung terhadap fenomena reproduksi

dibanding faktor lainnya. Nutrisi yang cukup dapat mendorong proses

biologis untuk mencapai potensi genetiknya, mengurangi pengaruh negatif

lingkungan yang tidak nyaman dan meminimalkan pengaruh teknik

manajemen yang kurang baik. Nutrisi yang kurang baik tidak hanya akan

mengurangi performans dibawah potensi genetiknya, tetapi juga

Page 51: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

35

memperbesar pengaruh negatif dari lingkungan. Faktor nutrisi juga lebih

siap dimanipulasi untuk menjamin luaran/ produk yang positif dibanding

faktor-faktor lainya. Oleh karena itu, perlu mendapat perhatian yang serius

terhadap interaksi antara nutrisi dan reproduksi terutama di daerah tropika

(Sonjaya, 2009).

Menurut Cheah and Yang (2011) bahwa, kekurangan gizi menimbul-

kan efek buruk pada kemampuan reproduksi jantan. Pembatasan asupan

gizi atau kekurangan nutrisi tertentu akan menunda kematangan seksual

dan menyebabkan perubahan regresif yang cepat pada aksesoris organ

reproduksi pada pejantan. Oleh karena itu, untuk keberhasilan proses

reproduksi diperlukan makro dan mikronutrien lengkap, berupa: seng, vit A

(retinol), vit B12, vit B9, vit E, vit D, folat, selenium, nikel, mangan,

kromium, tembaga, asam lemak, protein, arginin, dan karnitin.

Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma yang

terjadi di tubuli seminefri dibawah kontrol hormon gonadothropin di

hipofisis anterior. Tubuli seminefri ini terdiri atas sel sertoli dan sel

germinalis (Susilawati, 2011). Cheah and Yang (2011) selanjutnya

menjelaskan bahwa, spermatogenesis adalah proses yang sangat rumit

yang membutuhkan kondisi yang ketat dan kaku untuk membentuk

spermatozoa matang dan sehat. Salah satu kondisi yang perlu dipenuhi

adalah kelimpahan pasokan gizi yang penting selama spermatogenesis.

Selama inisiasi spermatogenesis, folat dan Vit B12 yang sangat penting

karena peran penting mereka dalam sintesis RNA dan DNA. Selenium dan

Page 52: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

36

Seng sebagai kofaktor penting yang menggabungkan enzim dalam proses

polimerisasi dan transkripsi. Glutathione peroxidases 4 (GPXs4) juga

merupakan elemen penting yang bekerja dengan selenium untuk

melindungi sel-sel germinal rentan dari stres oksidatif. Vitamin A berperan

dalam mengatur spermatogenesis, terutama selama fase awal.

Kekurangan vitamin B9 dan vitamin E berdampak negatif terhadap

produksi sperma. Vitamin C dan Vitamin E melindungi sperma dari

serangan oksidatif. Unsur gizi ini juga memainkan peran penting dalam

meningkatkan motilitas sperma, kualitas sperma, dan pengembangan sel

Sertoli dan sel Leydig. Selain itu, bagian dari unsur-unsur gizi ini terlibat

dalam proses kapasitasi dan fertilisasi. Hasil penelitian Khairi (2014)

menunjukkan bahwa, suplementasi vitamin E, mineral selenium dan seng

dapat mencegah terjadinya penurunan konsentrasi dan jumlah motilitas

spermatozoa.

G. Kandungan Nutrisi pada Daun Kelor yang Dapat Berperan Terhadap Libido dan Kualitas Semen

Daun kelor mengandung mineral Zn 31,03 mg/kg (Moyo et al.,

2011), berfungsi menstimulasi sel-sel Leydig pada testes untuk

memproduksi hormon testosteron. Daun kelor mengandung Saponin 80

g/kg (Ferriera et al., 2008), senyawa fenol 8 mg/ml, flavonoid 27 ug/ml

(Rajanandh and Kavitha, 2010), dan alkaloid 0,07% (Madukwe et al.,

2013), asam firulat 46,8 mg/g, dan asam klorogenat 18,0 mg/g (Fitri et al.,

2015) sebagai pemicu produksi hormon testosteron (Andini, 2014).

Page 53: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

37

Daun kelor mengandung asam amino metionin dan sistein (43,6

g/kg protein) (Ferreira, 2008) berfungsi penting untuk perkembangan sel-

sel germinal (Ebisch et al., 2006; Young et al., 2008) serta asam amino

arginin (30,28 mg/g bahan kering) (Nouman et al., 2014) untuk proses

spermatogenesis, prekursor putresin, spermidin, dan sintesis spermin

yang penting untuk motilitas sperma (Wu, 2009).

Daun kelor mengandung asam lemak rantai panjang tidak jenuh

(poly unsaturated fatty accid/PUFA) -linolenic sebesar 44,57% (Moyo et

al., 2011) berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup sel sperma,

pematangan sperma dan fertilitas (Zalata et al., 1998; Conquer et al.,

2000).

Daun kelor mengandung mineral Zn dan Se 363,00 mg/kg (Moyo et

al., 2011) yang penting untuk proses spermatogenesis (Cheah and Yang,

2011). Mineral Zn berperanan dalam aktivitas ribonuklease pada awal

spermatogenesis dan pematangan spermatozoa selama spermatogenesis

serta meningkatkan motilitas sperma pada akhir spermatogenesis

(Hidiroglou and Knipfel, 1984), mempertahankan epitel germinatif dan

tubulus seminiferus pada proses spermatogenesis (Mason et al., 1982).

Mineral Se berfungsi sebagai aktioksidan kuat bergabung dengan asam

amino membentuk seleno-protein dan enzim membentuk selenoenzim

mempengaruhi kualitas sperma dengan mencegah kerusakan oksidatif

(Cheah and Yang, 2011).

Page 54: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

38

Daun kelor mengandung vitamin A (16,3 mg/100 g), vitamin C (17,3

mg/100g) dan vitamin E (113,0 mg/100g) (Argarwal, 2014) berperanan

penting dalam proses spermatogenesis (Cheah and Yang, 2011). Vitamin

A berfungsi untuk diferensiasi spermatogonium dan pengaturan adhesi

spermatid (Abdu, 2008), vitamin C berfungsi untuk melindungi sperma dari

stres oksidatif (Begum et al., 2009) dan Vitamin E berfungsi untuk

meningkatkan kesehatan organ reproduksi, mencegah membran sel

sperma dari lemak peroksidasi dan mempertahankan sperma dari

peristiwa reaksi oksidatif (Wang et al., 2007). Vitamin E merupakan salah

satu vitamin yang larut dalam lemak yang melindungi tubuh dari radikal

bebas, mempunyai peran dalam mencegah sterilitas dan distrofi otot.

Serangan radikal bebas pada spermatozoa kemungkinan dapat

menyebabkan sel tersebut cacat, misalnya terjadi abnormalitas pada

bagian ekor atau kepala sehingga mempengaruhi mobilitasnya (daya

gerak) dalam mencapai dan membuahi sel telur. Kekurangan vitamin E

dapat menyebabkan degenerasi organ reproduksi dan aktifitas seksual

menurun (Ratnawati dkk., 2008).

H. Peran Mineral Seng (Zn) terhadap Libido dan Kualitas Semen

Seng memainkan beberapa peran dalam sistem reproduksi jantan,

salah satunya adalah partisipasi aktivitas ribonuklease yang sangat aktif

selama mitosis spermatogonium dan meiosis dari spermatosit (Hidiroglou

dan Knipfel, 1984, Cheah and Yang, 2011, dan Widhyari dkk., 2015).

Page 55: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

39

Mineral Zn menstimulir sel Leydig pada testes untuk memproduksi

testosteron karena mineral ini merupakan komponen protein yang terlibat

dalam sintesis dan sekresi testosteron (Kumar et al., 2006 dan Widhyari

dkk., 2015).

Seng tidak hanya terlibat dalam pengembangan anatomi dan fungsi

normal dari organ reproduksi jantan, tetapi juga meningkatkan sperma-

togenesis dengan aktif berpartisipasi dalam pematangan spermatozoa dan

pelestarian epitel germinatif. Kekurangan Zn menyebabkan turunnya asam

ribonukleat (RNA) dan asam deoksiribonukleat (DNA). Oleh karena itu, Zn

memainkan peran dalam proses pertumbuhan sel sebagai kofaktor untuk

aktivitas DNA dan RNA polimerase. Terlepas dari RNA dan DNA

polimerase, Zn juga dikaitkan dengan metalloenzymes seperti fosfatase,

karbonat anhidrase, dan alkohol dehidrogenase. Terkait erat dengan

kelompok sulfihidril dan ikatan disulfida. Zn terkonsentrasi pada ekor

spermatozoa matang dan terlibat dalam motilitas sperma dengan

mengendalikan pemanfaatan energi melalui sistem adenosin trifosfat dan

regulasi fosfolipid. Seng bekerja sebagai pengatur aktivitas enzim dalam

semen sebagai media pengatur metabolisme sperma (Cheah and Yang,

2011).

Seng merupakan komponen penting lebih dari 200 sistem enzim

yang mana aktivitas metabolik mencakup metabolisme karbohidrat dan

metabolisme protein, sintesis protein, metabolisme asam nukleat,

integritas jaringan epitel, perbaikan sel dan pembelahan, transportasi dan

Page 56: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

40

pemanfaatan vitamin A dan E. Selain itu, Zn memainkan peran utama

dalam sistem kekebalan tubuh dan hormon reproduksi tertentu. Seng

dikenal sangat penting untuk ketepatan kematangan seksual. Pada

pejantan, kekurangan Zn dapat menurunkan kualitas semen dan

mengurangi ukuran testis dan libido. Suplementasi Zn menyebabkan

peningkatan rata-rata volume ejakulasi, konsentrasi sperma, persentase

motilitas dan persentase hidup (Bindari et al., 2013).

Hasil penelitian Zhinian (1998) menunjukkan bahwa, suplementasi

Zn secara signifikan dapat meningkatkan motilitas spermatozoa segar

atau beku, konsentrasi spermatozoa dan persentase integritas akrosom,

tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan dalam volume ejakulasi dan

persentase abnormalitas spermatozoa pejantan sapi Holstein. Demikian

pula hasil penelitian Widhyari dkk., (2015) menunjukkan bahwa,

suplementasi Zn nyata meningkatkan motilitas dan konsentrasi sperma,

namun suplementasi Zn tidak berpengaruh pada volume semen, pH,

persentase hidup, dan abnormalitas spermatozoa.

Pemberian mineral Zn dapat meningkatkan motilitas spermatozoa.

Hal ini erat kaitannya dengan fungsi mineral Zn yang dapat menyediakan

energi gerak bagi spermatozoa sehingga spermatozoa lebih aktif. Mineral

Zn berfungsi terhadap kerja enzim-enzim metabolisme sel sperma untuk

menghasilkan energi (ATP) (Iwasaki and Gagnon, 1992).

Page 57: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

41

I. Evaluasi Profil Biokimia Darah sebagai Pendukung Evaluasi Libido dan Kualitas Semen

1. Urea Plasma Darah

Dewasa ini pengukuran konsentrasi urea plasma darah ternak

ruminansia telah menjadi suatu cara yang umum untuk mengetahui status

protein, baik untuk penelitian produksi ternak maupun untuk penjagaan

kesehatan (Hammond, 1983). Urea plasma darah merupakan salah satu

indikator untuk mengetahui metabolisme nitrogen dalam rumen. Urea

plasma darah merupakan salah satu tempat pengumpulan urea yang

berasal dari sintesis urea pada hati dan jaringan ginjal serta tempat

pengeluaran urea yang akan masuk ke dalam sistem urinaria.

Konsentrasi urea plasma darah selanjutnya dapat digunakan sebagai satu

indeks status nitrogen pada ternak sapi dan domba (Preston, 1965 dalam

Owens dan Bergen, 1983).

Urea merupakan hasil akhir dari metabolisme protein dalam tubuh

ternak dan diekskresikan melalui urin. Apabila kecepatan pembentukan

amonia (NH3) lebih besar dari pada penggunaannya, maka NH3 akan

diserap ke dalam darah dan diubah menjadi urea. Apabila protein ransum

bertambah, akan menyebabkan bertambahnya produksi NH3 dalam

rumen. Apabila NH3 yang dimanfaatkan mikrobia untuk membentuk

protein tubuh dalam rumen rendah, maka NH3 yang akan diabsorsi oleh

darah tinggi, sehingga produksi urea darah di hati bertambah (Tillman

dkk., 1991). Pakan yang berlebihan protein yang terdegradasi dalam

Page 58: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

42

rumen akan menghasilkan konsentrasi urea yang tinggi dalam darah,

karena sebanyak 20% dari degradasi protein dalam rumen akan masuk

ke dalam darah (Setiadi dkk., 2003). Menurut Bindari et al., (2013) bahwa,

level protein yang berlebih dalam ransum menyebabkan tingginya kadar

urea dalam darah yang memiliki efek toksik pada sperma, ovum, dan

embrio berkembang.

Menurut Swenson (1977), konsentrasi normal urea plasma darah

pada ternak ruminansia berkisar antara 2 – 27 mg/ 100 ml. Selanjutnya

menurut Jackson and Crockcroft (2002) bahwa, kadar normal urea plasma

darah pada sapi adalah 6,0 – 27 mg/ dL.

2. Glukosa Darah

Pemeriksaan glukosa darah dilakukan karena hasil penelitian para

ahli menunjukkan bahwa ternak ruminansia memerlukan glukosa dalam

seluruh phase kehidupannya dan kebutuhannya itu menunjukkan pola

yang sama dengan kebutuhan protein (Rahardja, 2008). Selanjutnya

dijelaskan bahwa, glukosa dibutuhkan dalam jumlah yang banyak oleh

ternak ruminansia untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan tubuh dan

pertumbuhan fetus, pertumbuhan jaringan (plasenta, ambing) dan

produksi susu.

Glukosa darah berasal dari beberapa sumber, antara lain: dari

karbohidrat makanan, dari senyawa glikogenik melalui glikoneogenesis,

dan dari glikogen hati oleh glikogenesis (Harper et al., 1979). Pada ternak

Page 59: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

43

ruminansia, dikenal adanya sistem penjaga kadar glukosa dalam darah

melalui proses glikolisis, glikogenesis dan sebagainya, sehingga

konsentrasi glukosa darah relatif konstan (Purbowati dan Purnomoadi,

2005).

Konsentrasi glukosa plasma darah dikontrol oleh hormon insulin

yang dihasilkan oleh pulau Langerhans dari pankreas, setiap

pertambahan glukosa plasma darah akan meransang pelepasan insulin

30 – 60 detik (Harper et al., 1979), sehingga konsentrasi glukosa plasma

darah relatif konstan, selain itu konsentrasi terbesar glukosa darah

dipengaruhi oleh tipe karbohidrat (Setiadi dkk., 2003).

Glukosa pada ruminansia digunakan sebagai sumber energi yang

dapat memenuhi kebutuhan jaringan terutama untuk ruminansia produksi

tinggi. Selain untuk energi, glukosa penting untuk pemeliharaan sel-sel

tubuh terutama darah dan saraf, prekusor berbagai komponen sel,

pembentukan beberapa komponen air susu pada hewan berlaktasi

(Mc.Donald et al.,1996).

Rendahnya kadar glukosa dalam serum pada sapi, selain dapat

menghambat sintesis atau pelepasan gonadothropin releasing hormone

(GnRH) juga menghambat pelepasan follicle stimulating hormone (FSH)

dan luteinizing hormone (LH). Glukosa salah satu substrat metabolisme

paling utama yang diperlukan untuk fungsi yang sesuai dengan proses

reproduktif pada sapi (Prihatno, 2013).

Page 60: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

44

Glukosa plasma darah dapat dibentuk melalui proses glukoneo-

genesis yaitu proses pembentukan glukosa yang bukan berasal dari

karbohidrat. Peningkatan jumlah undegraded protein dalam ransum akan

mengakibatkan asam amino dalam usus halus menjadi lebih tinggi yang

kemungkinan besar akan menyebabkan konsentrasi glukosa plasma

darah menjadi lebih tinggi (Setiadi dkk., 2003).

Beberapa karbohidrat seperti fruktosa, glukosa dan sorbitol

merupakan sumber energi bagi spermatozoa. Ion-ion organik dan

anorganik terutama berperan sebagai buffer, menjaga tekanan osmotik,

mempertahankan membran dan motilitas spermatozoa (Toelihere, 1993).

Menurut Rahardja (2008), kadar gula darah normal pada ternak

ruminansia bervariasi antara 40 – 60 mg/100 ml. Menurut Harper et al.,

(1977), kadar glukosa darah pada ruminansia berkisar 70 – 120 mg/dl.

3. Kolesterol Darah

Kolesterol ialah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah dan

diproduksi oleh hati (Murray et al., 2003). Kolesterol juga merupakan

unsur penting dalam membran plasma, yakni kolesterol merupakan

senyawa induk bagi semua steroid lainnya yang disintesis dalam tubuh

seperti hormon korteks adrenal serta hormon seks, vitamin D, dan asam

empedu.

Kolesterol adalah salah satu lipid plasma yang utama dibutuhkan

tubuh karena merupakan komponen struktural membran sel dan bahan

Page 61: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

45

awal pembentukan asam empedu serta hormon steroid. Senyawa ini

diperoleh tubuh dari kolesterol yang terdapat dalam makanan dan dari

biosintesis dalam tubuh terutama di hati. Sumber pembentukan kolesterol

adalah asetil-KoA yang dapat berasal dari senyawa karbohidrat (glukosa)

dan lemak, terutama asam lemak jenuh (Dharma, 2013).

Page 62: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

46

J. Kerangka Konseptual

Keterangan : = Input = Tempat Proses = Ekskresi = Output = Alur proses produksi

Gambar 2. Kerangka konseptual penelitian

SALURAN PENCERNAAN : Rumen, retikulum Protein KH Lemak Vitamin Mineral Hidrolisa enzim hidrolisa (lipase) Oligopeptida Piruvat Asam lemak, gliserol, galaktosa Peptida Asam amino Asam lemak tidak jenuh (linoleat dan linolenat) deaminasi fermentasi hidrogenasi Amonia, VFA, CO2 VFA VFA Asam lemak jenuh Provitamin Zn,Se (stearat)

Feses

Ginjal

Darah: asam amino, urea, β-hidroksibutirat,asam asetat, asam laktat, Zn, Se

Hati: asam amino, urea, glukosa, vit.A (retinol) vit.E (tokoferol), vit.C, Zn, Se

Omasum abomasum usus halus : (Asam-asam amino), (VFA),(triasil gliserol, fosfolipid,kolesterol), Zn, Se

Darah: asam amino, urea, β-hidroksibutirat,asam asetat, asam laktat, vit.A (retinol), vit.E (tokoferol), vit.C (as.askorbat), Zn, Se

Kelenjar assesoris Pembentukan Plasma Semen: Asam-asam amino Phospholipid Asam sitrat Kolin plasmalogen Fruktosa Urea Glukosa Vit C dan E Zn, Se

Feses

Urine

Libido dan Kualitas Semen

Omasum abomasum usus halus : (Asam-asam amino), (VFA),(triasil gliserol, fosfolipid,kolesterol), Zn, Se

Testes (Tubulus seminiferous) Pembentukan Spermatozoa Metionon, sistein, Arginin α-linolenic Vit. A dan E Zn

DAUN KELOR : As.amino : Metionin Sistein Arginin

Asam lemak (PUFA) : -linolenic

Mineral : Zn Se

Senyawa lain : Fitonutrien : Fito-estrogen Senyawa fenol

Antioksidan

Vit : A C E

Page 63: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

47

Libido dan kualitas semen yang rendah sering dialami oleh sapi

pejantan yang biasa digunakan sebagai sumber semen cair dan semen

beku serta pejantan pada kawin alam. Libido dan kualitas semen yang

rendah menyebabkan penundaan konsepsi dan memperpanjang musim

kawin, sehingga mengakibatkan kerugian secara ekonomi dan

mengancam keberlanjutan usaha peternakan.

Libido dipengaruhi oleh level hormon testosteron, aktivitas

monoamine oxide type B (MAOB) dan enzim phosphodiesterase type 5

(PDE 5, hormone prolaktin serta Nitric oxide (NO). Level hormon

testosteron dapat dipengaruhi mineral Zn, saponin, flavonoid, and

senyawa phenol. Kualitas semen segar yang diejakulasikan oleh pejantan

dipengaruhi proses spermatogenesis di tubulus seminiferous dan

pembentukan seminal plasma di kelenjar assesoris. Proses produksi dan

kualitas semen tersebut dipengaruhi nutrisi tertentu yaitu asam amino

metionin, sistein, dan arginin, asam lemak -linolenic, vitamin A, C, dan E,

mineral Zn dan Se, fitonutrien (fitoestrogen dan senyawa fenol) serta

antioksidan.

Daun kelor mengandung semua senyawa-senyawa tersebut,

sehingga pemanfaatan daun kelor sebagai pakan suplemen diharapkan

dapat meningkatkan libido dan kualitas semen yang dihasilkan. Daun kelor

mengandung senyawa-senyawa penting yang diperlukan untuk mening-

katkan libido dan proses pembentukan semen, sebagai berikut:

Page 64: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

48

Daun kelor mengandung Zn, saponin, flavonoid, dan senyawa phenol

yang bersifat merangsang hormone testosterone sehingga dapat

meningkatkan libido.

Daun kelor mengandung 19 macam asam amino, diantaranya asam

amino metionin dan sistein yang berfungsi penting untuk perkem-

bangan sel-sel germinal serta asam amino arginin untuk proses

spermatogenesis sebagai prekursor putresin, spermidin dan sintesis

spermin yang penting untuk motilitas sperma.

Daun kelor mengandung 17 macam asam lemak, salah satunya asam

lemak rantai panjang tidak jenuh (poly unsaturated fatty accid/PUFA)

yaitu -linolenic dengan kandungan tertinggi yang berfungsi untuk

menjaga kelangsungan hidup sel sperma, pematangan sperma dan

fertilitas.

Daun kelor mengandung 12 macam mineral, diantaranya mineral Zn,

Se, Ca, dan P dengan kandungan yang cukup tinggi yang berperanan

penting untuk proses peningkatan libido dan kualitas semen. Mineral Zn

berperan dalam aktivitas ribonuklease pada awal spermatogenesis dan

pematangan spermatozoa selama spermatogenesis serta meningkat-

kan motilitas sperma pada akhir spermatogenesis, mempertahankan

epitel germinatif dan tubulus seminiferus pada proses spermatogenesis.

Mineral Se berfungsi sebagai aktioksidan kuat bergabung dengan asam

amino membentuk seleno-protein dan enzim membentuk selenoenzim

mempengaruhi kualitas sperma dengan mencegah kerusakan oksidatif.

Page 65: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

49

Daun kelor mengandung 14 macam vitamin, diantaranya vitamin A, C

dan E yang berperan penting dalam proses spermatogenesis. Vitamin A

berfungsi untuk diferensiasi spermatogonium dan pengaturan adhesi

spermatid. Vitamin C berfungsi untuk melindungi sperma dari stres

oksidatif. Vitamin E berfungsi untuk meningkatkan kesehatan organ

reproduksi, mencegah membran sel sperma dari lemak peroksidasi dan

mempertahankan sperma dari peristiwa reaksi oksidatif.

Kualitas semen beku untuk inseminasi buatan dipengaruhi oleh

proses pembuatan semen beku yang meliputi pengenceran, pembekuan

dan thawing pada saat akan dilakukan IB. Vitamin C dan vitamin E serta

antioksidan berperanan penting dalam mempertahankan kualitas semen

beku. Daun kelor mengandung vitamin C dan E serta antioksidan yang

cukup tinggi, sehingga sapi pejantan yang pakannya telah diberi daun

kelor diharapkan kualitas semen bekunya juga lebih baik.

Daun kelor mengandung sejumlah mineral mikro dan makro yang

cukup tinggi diantaranya Zn, Se, Ca dan P yang telah terbukti dapat

meningkatkan libido dan kualitas semen. Suplementasi daun kelor dosis

tinggi telah terbukti meningkatkan libido dan motilitas spermatozoa. Oleh

karena itu, penelitian ini juga melihat pengaruh suplementasi mineral Zn

anorganik (ZnSO4.2H2O) yang jumlahnya setara jumlah mineral Zn pada

daun kelor terhadap libido dan kualitas semen segar serta semen beku

pejantan sapi Bali. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk

Page 66: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

50

memperkuat dugaan bahwa mineral Zn pada daun kelor berperan dalam

meningkatkan libido dan kualitas semen pejantan sapi Bali tersebut.

Hasil akhir penelitian ini adalah diperoleh hasil penilaian libido,

kualitas semen segar dan kualitas semen beku pejantan sapi Bali, sebagai

pengaruh pemberian pakan suplemen daun kelor. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi dasar dalam pemanfaatan daun kelor sebagai

pakan guna meningkatkan libido dan memperbaiki kualitas semen

pejantan sapi Bali.

K. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah :

1. Pemanfaatan daun kelor sebagai pakan suplemen dapat meningkatkan

libido, kualitas semen segar dan semen beku pejantan sapi Bali.

2. Mineral Zn anorganik dapat meningkatkan libido dan kualitas semen

segar dan semen beku pejantan sapi Bali, sehingga mineral Zn pada

daun kelor diduga kuat berperan meningkatkan libido, kualitas semen

segar dan semen beku pejantan sapi Bali.

Page 67: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

51

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu :

1. Penelitian tahap pertama, mengkaji pemanfaatan daun kelor sebagai

pakan suplemen guna meningkatkan libido dan kualitas semen

pejantan sapi Bali. Penelitian ini terdiri atas dua penelitian, yaitu :

a. Memanfaatkan daun kelor sebagai pakan suplemen dosis rendah

(5% dari bobot konsentrat dengan penggunaan konsentrat 1% dari

bobot badan).

b. Memanfaatkan daun kelor sebagai pakan suplemen dosis tinggi

(15% dari bobot konsentrat dengan penggunaan konsentrat 1% dari

bobot badan).

2. Penelitian tahap kedua, mengkaji pemanfaatan mineral Zn anorganik

guna meningkatkan libido dan kualitas semen pejantan sapi Bali untuk

memperkuat dugaan bahwa mineral Zn pada daun kelor berperan

dalam meningkatkan libido dan kualitas semen.

Penelitian pemanfaatan daun kelor sebagai pakan suplemen dosis

rendah dilaksanakan pada bulan Mei sampai Nopember 2014. Peme-

liharaan sapi percobaan dilaksanakan di Unit Kandang Sapi Potong

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Penelitian

Page 68: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

52

pemanfaatan daun kelor sebagai pakan suplemen dosis tinggi dilaksana-

kan pada bulan Maret sampai Juli 2015. Pemeliharaan sapi percobaan

dilaksanakan di Samata Integrated Farming System, Kecamatan Samata

Kabupaten Gowa. Penelitian perbandingan libido dan kualitas semen

pejantan sapi Bali yang disuplementasi mineral Zn anorganik dengan daun

kelor dilaksanakan pada bulan September sampai Pebruari 2015.

Pemeliharaan sapi percobaan dilaksanakan di Samata Integrated Farming

System, Kecamatan Samata Kabupaten Gowa. Penilaian semen secara

mikroskopis dan prosessing semen beku dilaksanakan di Unit Prosessing

Semen, Laboratorium Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin, Makassar.

B. Materi dan Prosedur Penelitian

1. Penelitian Tahap Pertama

Judul : Meningkatkan Libido dan Kualitas Semen Pejantan Sapi Bali

dengan Suplementasi Daun Kelor.

Tujuan. Penelitian ini bertujuan:

1. Mengevaluasi kualitas semen segar pejantan sapi Bali dengan

suplementasi daun kelor dosis rendah.

2. Mengevaluasi libido, kualitas semen segar dan semen beku pejantan

sapi Bali dengan suplementasi daun kelor dosis tinggi.

Page 69: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

53

a. Kualitas Semen Segar Pejantan Sapi Bali dengan Suplementasi Daun Kelor Dosis Rendah

Materi Penelitian

Sapi Percobaan. Penelitian ini menggunakan tiga ekor pejantan

sapi Bali dalam kondisi sehat, umur 5 tahun, bobot badan 230 - 350 kg,

dan satu ekor sapi induk Bali sebagai pemancing.

Bahan Pakan. Bahan pakan yang digunakan berupa pakan

konsentrat dengan komposisi dan kandungan nutrisi seperti pada Tabel 7

dan Tabel 8, daun kelor, dan jerami padi.

Tabel 7. Komposisi pakan konsentrat.

No Bahan Pakan Jumlah (%) 1. Dedak 65 2. Tepung kulit coklat 15 3. Molases 10 4. Garam 5 5. Tepung bulu ayam 3 6. Mineral mix untuk sapi potong 2

Total 100

Tabel 8. Kandungan nutrisi pakan konsentrat.

No Zat-zat makanan Jumlah (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Kadar air Protein Kasar Lemak Serat Kasar BETN Abu Ca P

21,61 13,17 5,49

25,34 38,45 22,06 1,92 0,65

Keterangan : * = Hasil analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak,

Fakultas Peternakan Unhas.

Page 70: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

54

Daun kelor diperoleh dari Kabupaten Soppeng dan Sidrap,

sedangkan bahan pakan konsentrat lainnya diperoleh dari Kabupaten

Bantaeng. Jerami padi di peroleh dari Kecamatan Samata, Kabupaten

Gowa.

Peralatan. Peralatan utama yang digunakan pada penelitian ini

adalah :

Timbangan digital dengan skala angka terkecil 0,1 kg untuk menimbang

bobot badan sapi.

Timbangan gantung kapasitas 25 kg dengan skala terkecil 0,1 kg untuk

menimbang bahan pakan.

Vagina buatan untuk sapi yang digunakan untuk penampungan semen.

Shaker water bath digunakan untuk menyimpan semen segar agar

dapat bertahan hidup setelah penampungan sebelum prosessing

semen.

Mikroskop cahaya yang dihubungkan dengan Personal Komputer yang

berisi Program Sperm Vision Versi 3.7.5. May 2011, Produksi Minitube

of America. Inc. Copyright 2003 – 2011, digunakan untuk penilaian

mikroskopis semen.

Pemeliharaan Sapi Penelitian

Sapi percobaan diberi air minum secara ad libitum selama periode

pemeliharaan. Pemeliharaan kesehatan sapi secara umum, pada awal

penelitian diberi obat cacing dan dimandikan obat caplak untuk pengen-

dalian endoparasit dan ektoparasit. Pemberian vitamin B Kompleks

Page 71: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

55

setelah pemberian obat cacing untuk mengurangi stres dan menjaga

nafsu makan.

Penampungan Semen

Penampungan semen dilakukan dua kali seminggu, pada pagi hari

jam 07.00 wita. Sapi induk ditempatkan pada kandang kawin sebagai

pemancing. Sapi pejantan selanjutnya dibawa ke kandang kawin dan

dipertemukan dengan betina pemancing untuk merangsang libidonya.

Vagina buatan yang telah disiapkan, apabila pejantan menaiki betina

pemancing maka penisnya diarahkan masuk ke vagina buatan untuk

berejakulasi. Sapi pejantan sebelum berejakulasi di vagina buatan

dilakukan pengekangan (false mount) sebanyak dua kali untuk

memperoleh kualitas semen yang lebih baik.

Penilaian Semen

Semen yang tertampung pada vagina buatan, selanjutnya di bawa

ke Unit Prosessing Semen, Laboratorium Reproduksi Ternak untuk

penilaian kualitas secara makroskopis dan mikroskopis.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dibagi atas tiga periode, yaitu Periode Awal (Kontrol),

Periode Suplementasi Daun Kelor dan Periode Suplementasi Daun Kelor

Dihentikan.

Periode Awal (Kontrol). Sapi pejantan dipelihara selama empat

minggu diberi pakan konsentrat dan pakan hijauan berupa jerami padi.

Page 72: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

56

Pemberian pakan konsentrat dan hijauan disesuaikan dengan standar

kebutuhan untuk pejantan sapi potong (Nutrient Requirements of Beef Cattle,

2000). Pemberian pakan konsentrat sebanyak 1% dari bobot badan,

sedangkan pemberian jerami padi secara ad libitum.

Periode Suplementasi Daun Kelor. Sapi pejantan dipelihara

selama 11 minggu, diberi pakan seperti pada periode kontrol kemudian

ditambah daun kelor 5% dari bobot konsentrat.

Periode Suplementasi Daun Kelor Dihentikan. Sapi pejantan

dipelihara selama tujuh minggu, diberi pakan konsentrat dan pakan

hijauan seperti pada Periode Kontrol.

Pengamatan :

Peubah kualitas semen segar yang diamati :

1. Evaluasi Makroskopis semen, berupa: volume, warna, pH, dan

kekentalan.

Volume semen adalah volume yang ditunjukkan oleh skala pada

tabung vagina buatan.

Warna semen adalah kekuningan, putih susu sampai krem, dan

bening.

Keketalan semen adalah kental/ pekat, sedang dan encer.

2. Evaluasi Mikroskopis semen, berupa: gerakan massa dan motilitas total

sperma. Evaluasi gerakan massa mengikuti petunjuk Susilawati (2011),

yaitu: (+++), (++), (+) dan (0). Evaluasi motilitas total sperma

menggunakan Program Sperm Vision Versi 3.7.5.

Page 73: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

57

Analisis Data

Semua data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan One

Way Anova dibantu Program SPSS (Statistical Product and Service

Solution) Versi 21 menurut petunjuk Santoso (2013).

b. Libido dan Kualitas Semen Pejantan Sapi Bali dengan

Suplementasi Daun Kelor Dosis Tinggi Materi Penelitian

Sapi Percobaan. Penelitian ini menggunakan empat ekor pejantan

sapi Bali dalam kondisi sehat, umur 4 – 6 tahun, bobot badan 230 - 350

kg, dan satu ekor sapi induk Bali sebagai pemancing.

Bahan Pakan. Bahan pakan yang digunakan berupa pakan

konsentrat dengan komposisi seperti pada Tabel 9, daun kelor dan jerami

padi. Kandungan nutrisi pakan konsentrat, daun kelor dan jerami padi

yang digunakan disajikan pada Tabel 10.

Tabel 9. Komposisi pakan konsentrat.

No Bahan Pakan Jumlah (%) 1. Dedak 25 2. Tepung kulit coklat 12 3. Tepung kepala udang 15 4. Ampas tahu 40 5. Garam 5 6. Mineral mix untuk sapi potong 3

Total 100

Page 74: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

58

Tabel 10. Kandungan nutrisi pakan konsentrat, daun kelor, dan jerami padi

No Zat-zat makanan Jumlah (%) Konsentrat Daun Kelor Jerami Padi

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Kadar air* Protein Kasar* Lemak* Serat Kasar* BETN* Abu* Ca* P* Zn (mg/kg)**

36,38 13,47 5,64

21,69 34,76 24,76 2,53 0,67

21,77

11,84 25,70 10,20 9,48

41,56 13,06 3,34 0,39

12,56

10,14 4,12 1,35

33,25 44,89 16,39 0,46 0,10

68,96 Keterangan : * = Hasil analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak,

Fakultas Peternakan Unhas. ** = Hasil Analisis Balai Besar Laboratorium Kesehatan,

Makassar.

Bahan penyusun pakan konsentrat diperoleh dari Kabupaten

Bantaeng, daun kelor diperoleh dari Kabupaten Soppeng dan Sidrap.

Jerami padi di peroleh dari Kecamatan Samata, Kabupaten Gowa.

Peralatan. Peralatan utama yang digunakan pada penelitian ini

sama dengan yang digunakan pada penelitian sebelumnya.

Pemeliharaan Sapi Penelitian, Penampungan Semen dan Penilaian

Semen

Pemeliharaan sapi penelitian, penampungan semen dan penilaian

semen sama dengan penelitian sebelumnya.

Pembuatan Semen Beku

Penampungan semen dilakukan dua kali seminggu untuk

pengamatan kualitas semen dan pembuatan semen beku. Semen yang

Page 75: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

59

telah ditampung,dilakukan penilaian secara makroskopis dan mikroskopis.

Semen yang memenuhi standar untuk produksi semen beku dilakukan

prosessing pembuatan semen beku. Pembuatan semen beku dilakukan di

Unit Prosessing Semen, Laboratorium Reproduksi Ternak. Jumlah straw

yang dihasilkan dari proses pembuatan semen beku disesuaikan dengan

volume semen yang tertampung. Straw yang dihasilkan, disimpan selama

satu minggu pada kontainer menggunakan N2 cair pada suhu -196oC.

Semen beku kemudian dilakukan thawing untuk dilakukan evaluasi

kualitasnya.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dibagi atas dua periode yaitu Periode Awal (Kontrol)

dan Periode Suplementasi Daun Kelor.

Periode Awal (Kontrol). Sapi pejantan dipelihara selama delapan

minggu diberi pakan konsentrat dan pakan hijauan berupa jerami padi.

Jumlah pemberian pakan konsentrat dan hijauan disesuaikan dengan

standar kebutuhan untuk pejantan sapi potong (Nutrient Requirements of

Beef Cattle, 2000). Pemberian pakan konsentrat sebanyak 1% dari bobot

badan, sedang pemberian jerami padi secara ad libitum.

Periode Suplementasi Daun Kelor. Sapi pejantan dipelihara

selama delapan minggu, diberi pakan konsentrat 1% dari bobot badan

kemudian ditambah daun kelor 15% dari bobot pakan konsentrat.

Pemberian jerami secara ad libitum.

Page 76: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

60

Pengamatan

Peubah yang diamati :

1. Kadar hormon testosteron. Pengambilan sampel darah dilakukan pada

minggu 1, 4, dan 8 pada periode suplementasi daun kelor.

Pengambilan sampel darah dilakukan tiga kali dalam 24 jam dengan

interval waktu 8 jam yaitu pada jam 06.00, 14.00, dan 22.00 wita.

Sampel darah diambil pada vena jugularis segera di sentrifuge dengan

kecepatan 2.500 rpm selama 20 menit. Plasma darah yang diperoleh

kemudian disimpan di refrigerator sampai semua sampel darah

terkumpul. Sampel darah selanjutnya di kirim ke Laboratorium Riset

Terpadu, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda

Aceh untuk analisis kadar hormon testosteron dengan metode ELISA.

2. Libido yaitu waktu yang diperlukan oleh pejantan mulai dipertemukan

dengan pemancing di kandang kawin, dilakukan pengekangan dua kali

sampai menunggangi dan berejakulasi pada vagina buatan. Satuan

waktu yang digunakan adalah menit.

3. Kualitas Semen Segar:

a. Evaluasi Makroskopis semen, berupa : volume, warna, pH, dan

kekentalan.

b. Evaluasi Mikroskopis semen, berupa : gerakan massa, motilitas

sperma (motilitas total, motilitas progresif, dan karakteristik motilitas

berupa DCL = distance curved line; DSL = distance straight line;

DAP = distance average path; VCL = velocity curved linear; VSL =

Page 77: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

61

velocity straight line; VAP = velocity average path; LIN = linearity =

(VSL/VCL); STR = straightness (VSL/VAP); ALH = amplitude of

lateral head movement; BCF = beat cross frequency; dan WOB =

wobble = (VAP/VCL), dan konsentrasi.

Evaluasi gerakan massa mengikuti petunjuk Susilawati (2011),

yaitu : (+++), (++), (+) dan (0).

Evaluasi mikroskopis sperma menggunakan Program Sperm

Vision Versi 3.7.5.

Konsentrasi spermatozoa dihitung menggunakan hemocyto-

meter dengan kamar hitung Neubauer improved. Semen hasil

penampungan diencerkan sebanyak 10µl ditambahkan ke dalam

air sebanyak 190 µl, dicampur homogen. Semen yang telah

diencerkan dimasukkan ke dalam hemocytometer. Ujung

mikropipet yang berisi semen disentuhkan pada sisi gelas

penutup dan cairan tersebut dibiarkan mengalir di bawah gelas

penutup sampai kamar hitung terisi. Spermatozoa dihitung pada

kamar hitung sebanyak 5 kotak dengan pola huruf L.

Konsentrasi spermatozoa adalah jumlah spermatozoa yang

diperoleh dikalikan 10.000.000 (106).

4. Kualitas Semen Beku, berupa: post thawing motility (PTM) berupa

motilitas total dan motilitas progresif serta karakteristik motilitas sperma

setelah thawing, dan Recovery Rate (RR) yaitu laju pemulihan sperma

setelah pencairan. Nilai RR dihitung sesuai dengan Hafez (2000):

Page 78: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

62

Motilitas setelah pembekuan RR (%) = -------------------------------------------- x 100% Motilitas awal sebelum pembekuan

Evaluasi PTM sperma menggunakan Program Sperm Vision Versi

3.7.5.

5. Konsumsi zat-zat gizi berupa: konsumsi bahan kering, protein kasar,

TDN (Total Digestible Nutrient), Ca dan P. Konsumsi zat-zat gizi

dihitung berdasarkan konsumsi ransum. Konsumsi ransum dihitung

dengan menimbang jumlah pemberian dikurangi sisa ransum yang

diberikan selama 24 jam. Penimbangan jumlah pemberian ransum

dilakukan selama tiga minggu terakhir setiap periode untuk mengetahui

rata-rata konsumsi ransum.

Konsumsi Bahan Kering (kg) = Total Konsumsi Bahan Segar X

Persentase Bahan Kering Ransum (%)

Konsumsi Protein (kg) = Konsumsi Bahan Kering (kg) X Protein

Ransum (%).

TDN dihitung dengan sesuai Harris et al (1972) dalam Hartadi dkk.,

(1980):

% TDN = 92.464 - 3.338 (CF) - 6.945 (EE) - 0.762 (NFE) + 1.115

(Pr) + 0.031 (CF)2 - 0.133 (EE)2 + 0.036 (CF) (NFE) +

0.207 (EE) (NFE) + 0.100 (EE) (Pr) - 0.022 (EE)2 (Pr)

EE = Ekstrak Ether, Pr = Protein, CF = Serat Kasar, dan NFE = Bahan Ekstrak Tanpa N (BETN)

6. Pertambahan bobot badan, efisiensi ransum dan pertambahan lingkar

skrotum.

Page 79: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

63

7. Profil Biokimia Darah: urea plasma darah, glukosa darah dan

kolesterol. Pengambilan sampel darah dilakukan untuk mengevaluasi

profil biokimia darah sebagai indikator status fisiologis ternak dalam

proses metabolisme. Pengambilan sampel darah dilakukan setiap

minggu sebanyak tiga kali, yaitu pada minggu ke 6, 7 dan 8 pada

masing-masing periode. Waktu pengambilan sampel darah darah jam

06.30 wita sebelum pemberian pakan dan tiga jam setelah pemberian

pakan

Analisis glukosa dan kolesterol darah dilakukan dengan

menggunakan Easy Touch® GCU Digital. Strip dimasukkan ke

dalam slot yang terdapat pada alat sampai alat menyala pada layar

terdapat tanda tetesan darah yang menunjukkan strip siap untuk

diteteskan darah. Darah yang diambil dari vena jugularis dengan

menggunakan venoject diaplikasikan pada strip. Hasil yang keluar

pada layar digital menunjukkan kadar glukosa atau kolesterol yang

dicari.

Analisis urea plasma darah dilakukan dengan cara sampel darah

yang diambil di vena jugularis segera di sentrifuge dengan

kecepatan 2.500 rpm selama 20 menit. Plasma darah yang di-

peroleh kemudian disimpan di refrigerator sampai semua sampel

darah terkumpul. Sampel darah selanjutnya di bawa ke Balai Besar

Laboratorium Kesehatan, Makassar untuk analisis urea plasma

darah.

Page 80: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

64

Analisis Data:

Semua data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Paired

T-Test dengan dibantu Program SPSS Versi 21 menurut petunjuk Santoso

(2013).

2. Penelitian Tahap Kedua

Judul: Libido dan Kualitas Semen Pejantan Sapi Bali yang

Disuplementasi Mineral Zn Anorganik dan Disuplementasi

Daun Kelor.

Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan libido dan kualitas

semen pejantan sapi Bali yang disuplementasi mineral Zn anorganik

dengan disuplementasi daun kelor. Hasil perbandingan ini dapat dijadikan

sebagai dasar untuk memperkuat dugaan bahwa mineral Zn pada daun

kelor berperan dalam meningkatkan libido dan kualitas semen pejantan

sapi Bali.

Materi Penelitian

Sapi Percobaan. Penelitian ini menggunakan dua ekor pejantan

sapi Bali dalam kondisi sehat, umur 4 – 6 tahun, bobot badan 280 - 325

kg, dan satu ekor sapi induk Bali sebagai pemancing.

Bahan Pakan. Bahan pakan yang digunakan berupa pakan

konsentrat seperti pada Tabel 9, mineral Zn anorganik (Seng Sulfat –

ZnSO4.7H2O Produksi PT. Indofarma, Bekasi, Indonesia), dan jerami

padi.

Page 81: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

65

Peralatan. Peralatan utama yang digunakan pada penelitian ini

sama dengan digunakan pada penelitian tahap pertama.

Pemeliharaan Sapi Penelitian, Penampungan Semen, Penilaian Semen

dan Pembuatan Semen Beku:

Pemeliharaan sapi penelitian, penampungan semen, penilaian

semen dan pembuatan semen beku sama dengan penelitian sebelumnya.

Prosedur Penelitian :

Penelitian ini terdiri atas tiga periode, yaitu Periode Kontrol, Periode

Suplementasi Daun Kelor, dan Periode Suplementasi Mineral Zn.

Periode Kontrol dan Suplementasi Daun Kelor. Periode kontrol

dan suplementasi daun kelor adalah periode kontrol dan suplementasi

daun kelor sebagai pakan suplemen dosis tinggi pada penelitian tahap

pertama.

Periode Suplementasi Mineral Zn. Sapi pejantan dipelihara

selama delapan minggu, diberi pakan konsentrat 1% dari bobot badan,

kemudian disuplementasi dengan mineral Zn. Jumlah mineral Zn yang

ditambahkan sebesar (ekuivalen) kandungan mineral Zn yang terdapat

pada daun kelor apabila diberikan sebesar 15% dari bobot pakan

konsentrat pada penelitian kedua tahap pertama. Pemberian pakan

hijauan jerami padi secara ad libitum.

Pengamatan

Peubah yang diamati:

1. Libido.

Page 82: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

66

2. Kualitas Semen Segar:

a. Evaluasi Makroskopis semen, berupa: volume, warna, pH, dan

kekentalan.

b. Evaluasi Mikroskopis semen, berupa: gerakan massa, motilitas

sperma (motilitas total, motilitas progresif, dan karakteristik motilitas

(DCL, DSL, DAP, VCL,VSL,VAP, LIN, STR, ALH, BCF dan WOB),

dan konsentrasi.

Evaluasi gerakan massa mengikuti petunjuk Susilawati (2011),

yaitu : (+++), (++), (+) dan (0).

Evaluasi mikroskopis sperma menggunakan Program Sperm

Vision Versi 3.7.5.

Konsentrasi spermatozoa dihitung menggunakan hemocyto-

meter dengan kamar hitung Neubauer improved.

3. Kualitas Semen Beku, berupa: post thawing motility (PTM), dan

karakteristik motilitas sperma. Evaluasi PTM sperma menggunakan

Program Sperm Vision Versi 3.7.5.

4. Konsumsi ransum, konsumsi protein, dan konsumsi mineral Zn.

Prosedur dan perhitungan konsumsi ransum dan konsumsi mineral Zn

seperti pada penelitian kedua tahap pertama.

5. Kandungan mineral Zn pada darah, feses, urine dan semen. Evaluasi

kandungan mineral Zn dalam darah, feces, urine dan semen sebagai

indikator status fisiologis dalam proses metabolism Zn. Pengambilan

sampel darah, feses dan urin dilakukan pada minggu ke 6, 7 dan 8,

Page 83: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

67

pada masing-masing periode. Waktu pengambilan sampel darah, feses

dan urine jam 06.30 wita sebelum pemberian pakan.

Analisis Data

Semua data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan One

Way Anova dibantu dengan Program SPSS Versi 21 menurut petunjuk

Santoso (2013).

C. Definisi Operasional

1. Libido yaitu waktu yang diperlukan oleh pejantan mulai dipertemukan

dengan pemancing di kandang kawin, dilakukan pengekangan dua kali

sampai menunggangi dan berejakulasi pada vagina buatan. Satuan

waktu yang digunakan adalah menit.

2. Kualitas semen adalah adalah hasil penilaian secara makroskopis dan

mikroskopis semen segar dan hasil penilaian mikroskopis semen beku.

3. Volume semen adalah volume yang ditunjukkan oleh skala pada tabung

vagina buatan pada waktu penampungan semen.

4. Warna semen pada waktu penampungan adalah kekuningan, putih

susu sampai krem, dan bening.

5. Keketalan semen adalah kental/pekat, sedang dan encer.

6. Konsentrasi spermatozoa merupakan jumlah spermatozoa per ml

semen. Konsentrasi adalah jumlah hasil perhitungan spermatozoa pada

lima kotak kamar hitung Neubauer improved dikali 10.000.000 (106).

Page 84: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

68

7. Hasil penilaian gerakan massa, dan hasil perhitungan motilitas semen

segar dan semen beku adalah hasil perhitungan dengan menggunakan

Program Sperm Vision Versi 3.7.5.

Page 85: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

69

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Meningkatkan Libido dan Kualitas Semen Pejantan Sapi Bali dengan Suplementasi Daun Kelor.

1. Kualitas Semen Segar Pejantan Sapi Bali dengan Suplementasi Daun Kelor Dosis Rendah

a. Hasil

Hasil pengamatan kualitas semen segar pejantan sapi Bali pada

periode kontrol, suplementasi daun kelor, dan suplementasi daun kelor

dihentikan disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Kualitas semen segar pejantan sapi Bali pada periode kontrol, suplementasi daun kelor, dan suplementasi daun kelor dihentikan.

No Peubah

Kontrol

Suplementasi daun kelor

Suplementasi daun kelor dihentikan

Rata-rata (± SEM) 1. Volume (ml) 4,3 ± 0,52a 3,8 ± 0,21ab 3,0 ± 0,32b 2. Warna 100% = Krem 100% = Krem 100% = Krem 3. Kekentalan 100% = Kental

100% = Kental

80,95% = Kental 9,52% = Sedang 9,52% = Encer

4. pH 6,0 ± 0,00 6,0 ± 0,00 6,3 ± 0,16

5. Gerakan massa 50,00%= +++ 41,67%= ++ 8,33% = +

62,50% = +++ 31,25% = ++ 6,25% = +

52,38% = +++ 42,86% = ++ 4,76% = +

6. Motilitas total (%) 73,93 ± 2,19 75,19 ± 2,07 82,90 ± 4,86

Keterangan : a.b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

perbedaan yang signifikan (P<0,05).

Page 86: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

70

Volume semen tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

(P>0,05) antara kelompok kontrol dengan kelompok suplementasi daun

kelor dan antara kelompok suplementasi daun kelor dengan kelompok

suplementasi daun kelor dihentikan, namun menunjukkan perbedaan yang

signifikan (P<0,05) antara kelompok kontrol dengan kelompok

suplementasi daun kelor dihentikan. Warna, kekentalan, pH, gerakan

massa, dan motilitas total tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

(P>0,05) antara kelompok kontrol, kelompok suplementasi daun kelor dan

kelompok suplementasi daun kelor dihentikan.

b. Pembahasan

Suplementasi daun kelor dosis rendah tidak meningkatkan volume

semen, namun volume yang diperoleh masih termasuk kategori normal.

Menurut Barszcz et al., (2012) volume semen yang normal adalah 2 - 8

ml, sedangkan menurut Setchell (2014) adalah 2 – 10 ml. Hasil ini serupa

dengan yang diperoleh Ratnawati dkk., (2008), bahwa pemberian

suplemen tradisional yang mengandung telur ayam, madu, temu kunci

dan vitamin E tidak meningkatkan volume semen sapi Bali. Walaupun

demikian, volume semen yang diperoleh masih lebih rendah dibandingkan

dengan yang diperoleh Ratnawati dkk., (2008). Volume semen yang

rendah mungkin disebabkan oleh perbedaan frekuensi penampungan.

Penampungan semen pada penelitian ini dilakukan dua kali seminggu

sedangkan pada penelitian Ratnawati dkk., (2008) hanya satu kali

Page 87: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

71

seminggu. Disamping itu, kemungkinan ia menggunakan sapi pejantan

yang bobot badannya lebih besar, karena sapi pejantan di BIB mempunyai

bobot badan di atas rata-rata. Frekuensi penampungan dan bobot badan

dapat mempengaruhi volume semen (Partodihardjo, 1992 dan Susilawati,

2011).

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11Kontrol 5.3 4.9 4.1 2.5Daun Kelor 4.7 2.4 3.6 3.3 4.1 5.2 2.7 3.3 4.2 3.3 3.0Dihentikan 3.7 4.3 3.4 3.0 2.3 2.0 2.3

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

Voum

e (m

l)

Gambar 3. Rata-rata volume semen pada setiap periode.

Gambar 3 menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan suplemen-

tasi daun kelor dapat mempekecil penurunan volume semen selama

periode penampungan, dibandingkan dengan kontrol dan setelah

suplementasi daun kelor dihentikan. Hal ini mungkin karena peran mineral

Zn pada daun kelor dalam peningkatan volume semen, sehingga dapat

menekan laju penurunan volume semen tersebut.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Oliveira et al., (2004),

bahwa suplementasi ZnO meningkatkan volume semen kelinci pembibit.

Page 88: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

72

Demikian pula hasil penelitian Kumar et al., (2006) bahwa suplementasi

Zn organik dan anorganik dapat meningkatkan volume semen sapi

pejantan persilangan (Bos indicus × Bos taurus).

Warna, kekentalan, pH, gerakan massa dan motilitas total semen

tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan diantara ketiga kelompok

perlakuan. Warna semen yang diperoleh pada masing-masing periode

adalah krem, merupakan kategori normal. Warna semen normal menurut

Toilehere (1993), Feradis (2010) dan (Barszcz et al., 2012) adalah krem

sampai putih susu. Hasil yang sama ditunjukkan oleh Komariah dkk.,

(2013), pada semen sapi Limmousin, Simmental, dan FH adalah putih

susu, krem sampai putih susu pada sapi Jawa (Dewi dkk., 2012), putih

susu pada sapi PO (Affandhy dkk., 2009), dan krem pada sapi PO, putih

pada sapi persilangan PO × Limousin, serta kream sampai putih pada sapi

persilangan PO × Simmental (Ramsiyati dkk., 2004).

Kekentalan semen yang diperoleh pada masing-masing periode

adalah kental. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian

Ratnawati et al., (2008) juga diperoleh kekentalan semen sapi Bali,

sedang sampai kental. Demikian pula hasil penelitian Komariah dkk.,

(2013) pada semen sapi Limmousin, Simmental, dan FH diperoleh

kekentalan sedang (medium). Menurut Feradis (2010), semen sapi yang

normal memiliki kekentalan dari sedang sampai kental.

Derajat keasaman (pH) semen yang diperoleh pada masing-masing

periode lebih rendah dibandingkan dengan standar Garner and Hafez

Page 89: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

73

(2000) yaitu 6,4 – 7,8. Hasil yang diperoleh juga lebih rendah

dibandingkan dengan hasil penelitian Ratnawati dkk., (2008) dan

Komariah dkk., (2013). Menurut Salisbury dan VanDemark (1985),

penurunan pH semen ini ditentukan oleh metabolisme anaerobik,

sehingga terbentuk asam laktat yang tergantung pada tingkat aktivitas dari

masing-masing ternak. Variasi nilai pH ini juga dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya adalah adanya aktivitas spermatozoa dalam

menguraikan fruktosa, sehingga pH menjadi turun, kontaminasi dengan

kuman sehingga pH naik, dan adanya perbedaan cara mengoleksi semen.

Menurut Rizal dan Herdis (2008) bahwa, derajat keasaman semen

dipengaruhi oleh konsentrasi spermatozoa yang terkandung di dalamnya.

Semakin tinggi konsentrasi spermatozoa, semakin rendah pH semen. Hal

ini disebabkan oleh spermatozoa dalam jumlah banyak akan menghasil-

kan asam laktat dalam jumlah banyak pula, sehingga semen semakin

asam (pH semakin rendah). pH semen yang mencapai 7,0 atau lebih

ditemukan pada sapi yang terlalu sering dipakai, pada ejakulasi yang tidak

sempurna dan pada kondisi-kondisi patologik atau perdarahan pada

testes, epididimis, ampula, atau kelenjar-kelenjar vesikularis. Apabila pH

semen lebih cenderung bersifat alkali, maka hal ini disebabkan oleh

cairan-cairan yang lebih banyak dihasilkan oleh kelenjar aksesoris,

sedangkan pH semen yang tinggi disebabkan banyak spermatozoa yang

mati (Toelihere, 1985; Dewi, 2004). pH semen yang diperoleh lebih

rendah kemungkinan peneliti belum seterampil tenaga terlatih di BIB

Page 90: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

74

dalam menampung semen serta kemungkinan sapi digunakan belum

terlatih seperti pada sapi-sapi di BIB.

Gerakan massa sperma pada masing-masing periode yang

menunjukkan ++ dan +++ atau layak untuk diproses menjadi semen beku

sebanyak 91,67% ejakulat pada periode kontrol, 93,75% pada pemberian

daun kelor dan 95,24% pada periode pemberian daun kelor dihentikan.

Gerakan massa ketiga kelompok tersebut tidak menunjukkan perbedaan

yang signifikan.

Motilitas total sperma yang diperoleh pada masing-masing periode

termasuk kategori normal dan layak untuk diproses menjadi semen beku.

Menurut Susilawati (2011), standar motilitas total sperma yang layak untuk

diproses menjadi semen beku adalah 70 - 90%. Hasil penelitian ini sejalan

dengan hasil penelitian Ratnawati dkk., (2008) dan Komariah dkk., (2013).

Menurut Gordon (2004) bahwa: warna, volume, pH, konsistensi

konsentrasi, gerakan massa, dan motilitas spermatozoa segar dari seekor

pejantan sangat bervariasi. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara

lain kondisi masing-masing individu, seperti kualitas organ reproduksi,

umur ternak, kondisi manajemen peternakan, jenis pakan yang diberikan,

dan bangsa sapi yang digunakan.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa suplementasi

daun kelor dosis rendah berpengaruh terhadap penurunan volume semen.

Suplementasi daun kelor menunjukkan kecenderungan memperkecil

penurunan volume semen selama periode penampungan. Oleh karena itu,

Page 91: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

75

masih perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan daun

kelor dosis tinggi untuk melihat pengaruh signifikan daun kelor terhadap

kualitas semen.

2. Libido dan Kualitas Semen Pejantan Sapi Bali dengan Suplementasi Daun Kelor Dosis Tinggi

a. Hasil

Kadar Hormon Testosteron dan Libido. Perubahan diurnal kadar

hormon testosteron pejantan sapi Bali tanpa (kontrol) dan disuplementasi

daun kelor (perlakuan) dengan interval waktu delapan jam disajikan pada

Gambar 4. Kadar hormon testosteron pejantan sapi Bali pada kelompok

perlakuan lebih tinggi pada pagi, siang, dan malam hari dibandingkan

dengan kelompok kontrol.

Gambar 4. Kadar hormon testosteron sapi Bali pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

06.00 14.00 22.00

Test

osto

ster

on (

ng/m

l)

Waktu pengambilan (pukul)

Kontrol Perlakuan

Page 92: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

76

Rata-rata libido pejantan sapi Bali pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan selama delapan minggu pemeliharaan disajikan pada

Gambar 5. Libido pejantan sapi Bali kelompok perlakuan signifikan lebih

tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Gambar 5. Libido pejantan sapi Bali pada kelompok kontrol dan perlakuan.

Kualitas Semen Segar. Kualitas semen segar secara makroskopis

dan mikroskopis pejantan sapi Bali pada kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan disajikan pada Tabel 12. Hasil penilaian secara makroskopis

berupa volume, pH, dan warna tidak menunjukkan perbedaan yang

signifikan (P>0,05) antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan.

Kekentalan semen kelompok perlakuan signifikan lebih kental (P<0,05)

daripada kelompok kontrol. Hasil penilaian secara mikroskopis berupa

konsentrasi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0,05) antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Gerakan massa semen

7.20 a

3.49 b

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00Kontrol Daun Kelor

Libi

do (m

enit)

Page 93: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

77

kelompok perlakuan signifikan lebih cepat (P<0,05) dari pada kelompok

kontrol. Motilitas total dan motilitas progresif semen kelompok perlakuan

signifikan lebih besar (P<0,05) dari pada kelompok kontrol.

Tabel 12. Hasil penilaian kualitas semen segar pejantan sapi Bali pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. No Kualitas Semen Kontrol Perlakuan

Rata-rata (± SEM) Makroskopis : 1. Volume (ml) 3,1 ± 0.21 3,4 ± 0,26 2. pH 7,0 ± 0.00 7,0 ± 0,00 3. Warna 100%

= putih susu – krem

100% = putih susu – krem

4. Kekentalan 67,86% 10,71% 21,43%

= kentala

= sedang = encer

100%

= kentalb

Mikroskopis : 1. Konsentrasi (juta/ml) 791 ± 96,78 817 ± 58,48 2. Gerakan massa 50%

39,29% 10,71%

= +++a

= ++ = +

80,00% 16,00%

4,00%

= +++b

= ++ = +

3. Motilitas total (%) 71,60 ± 8,03a 83,59 ± 9,49b 4. Motilitas progresif (%) 52,77 ± 1,76a 67,03 ± 3,74b Keterangan : a.b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

perbedaan yang nyata (P< 0,05).

Karakteristik Motilitas Semen Segar. Karakteristik motilitas

sperma pejantan sapi Bali pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

disajikan pada Tabel 13. Jarak yang dapat ditempuh oleh sperma dalam

satu detik pada lintasan curve (DCL), pada lintasan straight (DSL), dan

pada lintasan rata-rata alurnya (DAP), signifikan lebih jauh pada kelompok

perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol (P<0,05). Velocity

Page 94: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

78

(kecepatan) sperma pada lintasan curve (VCL), pada lintasan straight

(VSL), dan pada lintasan rata-rata alurnya (VAP), juga signifikan lebih

cepat pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol

(P<0,05). Persentase LIN, STR, dan WOB signifikan lebih rendah pada

kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol (P<0,05).

Frekuensi gerakan sperma (BCF) atau rata-rata alur curve linear sperma

melewati rata-rata alurnya, pada kelompok perlakuan dan kontrol tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0,05). Jarak lateral gerakan

kepala sperma pada setiap rata-rata alurnya (ALH) signifikan lebih jauh

pada kelompok perlakuan dibanding dengan kontrol (P<0,05).

Tabel 13. Karakteristik motilitas sperma pejantan sapi Bali pada kelompok

kontrol dan perlakuan.

No. Parameter Kontrol Perlakuan Rata-rata (± SEM)

1. DCL (µm/s) 30,02 ± 0,91a 38,46 ± 1,74b 2. DSL (µm/s) 12,88 ± 0,22a 14,72 ± 0,38b 3. DAP (µm/s) 17,90 ± 0,47a 21,57 ± 0,85b 4. VCL (µm/s) 71,78 ± 2,07a 91,24 ± 4,32b 5. VSL (µm/s) 31,18 ± 0,48a 35,14 ± 0,84b 6. VAP (µm/s) 43,10 ± 1,05a 51,66 ± 1,70b 7. LIN (%) 43,50 ± 0,01a 39,25 ± 0,01b 8. STR (%) 0,72 ± 0,01a 0,68 ± 0,01b 9. ALH (µm) 5,47 ± 0,12a 6,23 ± 0,20b 10. BCF (Hz) 19,37 ± 0,25 19,70 ± 0,28 11. WOB (%) 0,60 ± 0,01a 0,57 ± 0,01b Keterangan : a.b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

perbedaan yang nyata (P< 0,05).

Page 95: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

79

Kualitas Semen Beku. Hasil penilaian kualitas semen beku sapi

Bali pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disajikan pada Tabel

14. Perbandingan nilai motilitas semen segar dan semen beku pada

kelompok kontrol dan perlakuan disajikan pada Tabel 15. Nilai post

thawing motility berupa motilitas total and motilitas progressif sperma

signifikan lebih tinggi (P<0,05) pada kelompok perlakuan dibandingkan

dengan kelompok kontrol. RR sperma tidak menunjukkan perbedaan yang

signifikan (P>0,05) antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan.

Jarak yang dapat ditempuh oleh sperma dalam satu detik pada lintasan

curve (DCL), pada lintasan straight (DSL), dan pada lintasan rata-rata

alurnya (DAP), tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0,05)

antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan.Velocity (kecepatan)

sperma pada lintasan curve (VCL), pada lintasan straight (VSL), dan pada

lintasan rata-rata alurnya (VAP), juga tidak menunjukkan perbedaan yang

signifikan (P>0,05) antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan.

Persentase LIN, STR, dan WOB tidak menunjukkan perbedaan yang

signifikan (P>0,05) antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan.

Frekuensi gerakan sperma (BCF) pada kelompok perlakuan dan kontrol

tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0,05). Jarak lateral

gerakan kepala sperma pada setiap rata-rata alurnya (ALH) tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0,05) antara kelompok kontrol

dengan kelompok perlakuan.

Page 96: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

80

Tabel 14. Hasil penilaian kualitas semen beku pejantan sapi Bali pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

No Kualitas Semen Beku Kontrol Perlakuan

Rata-rata (± SEM) 1. Motilitas total (%) 72,79 ± 1,17a 80,57 ± 3,16b 2. Motilitas progresif (%) 56,06 ± 1,62a 65,96 ± 3,30b 3. Recovery Rate (%) 87,66 ± 2,15 88,85 ± 3,72 4. Karakteristik motilitas: DAP (µm/s) 20,11 ± 0.25 21,42 ± 0,66 DCL (µm/s) 41,03 ± 0.85 43,28 ± 1,38 DSL (µm/s) 13,29 ± 0.08 13,82 ± 0,28 VCL (µm/s) 102,38 ± 1.94 107,78 ± 3,20 VAP (µm/s) 50,63 ± 0.56 53,89 ± 1,53 VSL (µm/s) 33,73 ± 0.25 35,09 ± 0,63 LIN (%) 32,67 ± 0.01 32,13 ± 0,00 ALH (µm) 5,82 ± 0.09 5,84 ± 0,10 STR (%) 0,66 ± 0.01 0,65 ± 0,01 BCF (Hz) 20,55 ± 0.15 20,69 ± 0,23 WOB (%) 0,49 ± 0.00 0.49 ± 0.00 Keterangan : a.b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

perbedaan yang nyata (P< 0,05).

Nilai motilitas total dan motilitas progresif sperma segar dan sperma

beku baik pada kelompok kontrol maupun perlakuan tidak menunjukkan

perbedaan yang signifikan. Sedangkan nilai-nilai karakteristik motilitas

menunjukkan perbedaan yang signifikan antara sperma segar dengan

sperma beku baik pada kelompok kontrol maupun perlakuan, kecuali pada

DAP, VSL dan ALH pada kelompok perlakuan, dan DSL pada kelompok

kontrol dan perlakuan.

Page 97: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

81

Tabel 15. Perbandingan motilitas sperma segar dan beku pada kelompok kontrol dan perlakuan.

No

Motilitas Sperma Kontrol Perlakuan Segar Beku Segar Beku

Rata-rata (± SEM) 1. Motilitas (%) 71,60 ± 8,03 72.79 ± 1.17 83,59 ± 9,49 80.57 ± 3.16 2. Progresif (%) 52.77 ± 1.76 56.06 ± 1.62 67.03 ± 3.74 65.96 ± 3.30 3 Karakteristik

motilitas:

DAP (µm/s) 17.90 ± 0.47a 20.11 ± 0.25b 21.57 ± 0.85 21.42 ± 0.66 DCL (µm/s) 30.02 ± 0.91a 41.03 ± 0.85b 38.46 ± 1.74a 43.28 ± 1.38b

DSL (µm/s) 12.88 ± 0.22 13.29 ± 0.08 14.72 ± 0.38 13.82 ± 0.28 VCL (µm/s) 71.78 ± 2.07a 102.38 ± 1.94b 91.24 ± 4.32a 107.78±3.20b

VAP (µm/s) 43.10 ± 1.05a 50.63 ± 0.56b 51.66 ± 1.70a 53.89 ± 1.53b

VSL (µm/s) 31.18 ± 0.48a 33.73 ± 0.25b 35.14 ± 0.84 35.09 ± 0.63 LIN (%) 43,50 ± 0.01a 32,67 ± 0.01b 39,25 ± 0.01a 32,13 ± 0.00b

ALH (µm) 5.42 ± 0.12a 5.82 ± 0.09b 6.23 ± 0.20 5.84 ± 0.10 STR (%) 0.72 ± 0.01a 0.66 ± 0.01b 0.68 ± 0.01a 0.65 ± 0.01b

BCF (Hz) 19.37 ± 0.15a 20.55 ± 0.15b 19.70 ± 0.28a 20.69 ± 0.23b

WOB (%) 0.60 ± 0.01a 0.49 ± 0.00b 0.57± 0.01a 0.50 ± 0.00b

Keterangan : a.b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

perbedaan yang nyata (P< 0,05).

Konsumsi Bahan Kering Ransum, Konsumsi Nutrien dan

Pertumbuhan. Konsumsi bahan kering ransum, konsumsi bahan kering

berdasarkan bobot badan, konsumsi nutrien, dan pertumbuhan pejantan

sapi Bali pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disajikan pada

Tabel 16. Konsumsi bahan kering ransum, konsumsi metabolisme, dan

konsumsi TDN tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0,05)

antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Konsumsi Protein

kasar, Ca, dan P menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0,05) antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Pertambahan bobot

badan, efisensi ransum dan pertambahan lingkar skrotum tidak

Page 98: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

82

menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0,05) antara kelompok kontrol

dengan kelompok perlakuan.

Tabel 16. Konsumsi ransum, konsumsi metabolisme, konsumsi nutrien dan pertumbuhan pejantan sapi Bali pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

No. Konsumsi ransum dan pertumbuhan

Kontrol Perlakuan Rata-rata (± SEM)

1. Konsumsi bahan kering (kg/hari) 13,86 ± 0,27 13,29 ± 0,29 2. Konsumsi/BB0,75/hari

(kg BK/BB0,75/hari) 0,22 ± 0,01 0,21± 0,01

3. Konsumsi protein kasar (kg/hari) 0,72±0,011a 0,78±0,012b 4. Konsumsi TDN (kg/hari) 6,03±0,12 5,79±0,12 5. Ca (kg/hari) 0,098±0,002a 0,107±0,002b 6. P (kg/hari) 0,023±0,0003a 0,024±0,0003b 7. Pertambahan bobot badan

(kg/hari) 0,26 ± 0,67 0,32 ± 0,10

8. Effisiensi ransum 1,91± 0,56 2,44 ± 0,85

9. Pertambahan lingkar skrotum (cm) 0,26 ± 0,07 0,32 ± 0,10

Keterangan : a.b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

perbedaan yang nyata (P< 0,05).

Profil Biokimia Darah dan Plasma Semen. Profil biokimia darah

dan plasma semen pejantan sapi Bali pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan disajikan pada Tabel 17 dan 18. Urea plasma darah,

glukosa darah dan kolesterol tidak menunjukkan perbedaan yang

signifikan (P>0,05) antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan.

Kadar glukosa dan kolesterol pada plasma semen, juga tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0,05) antara kelompok kontrol

dengan kelompok perlakuan.

Page 99: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

83

Table 17. Profil biokimia darah sapi Bali pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

No Profil biokimia darah Kontrol Perlakuan Referensi

Rata-rata (± SEM) standar 1. Urea plasma darah

(mg/dL) 6.87 ± 0,70 7,94 ± 1,32 6 – 271

2. Glukosa darah (mg/dL)

55.34 ± 1.68 44.58 ± 4.09 40 – 602 45 -751

4. Kolesterol (mg/dL) 123.50 ± 7.25 139.08 ± 19.24 65–2201

Referensi standar: 1. Jackson and Cockcroft (2002) 2. Rahardja (2008).

Table 18. Biokimia plasma semen sapi Bali pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

No Biokimia plasma semen

Kontrol Perlakuan Referensi Rata-rata (± SEM) Standar

1. Glukosa (mg/dL) 63.33 ± 5.97 72.22 ± 9.45 301 (3002)

2. Kolesterol (mg/dL) 210.67 ± 47.46 237.92 ± 23.06 2001(312,162)

Referensi Standar: 1. Polakoski and Kopta (1981) 2. Juyena and Stelletta (2012)

b. Pembahasan

Kadar Hormon Testosteron dan Libido. Hasil penelitian ini me-

nunjukkan bahwa suplementasi daun kelor meningkatkan kadar hormon

testosteron pejantan sapi Bali sepanjang hari selama periode perlakuan.

Testosteron terutama bertanggung jawab untuk libido (Hafez, 2000).

Menurut Astuti dkk., (2006) bahwa, sekresi testosteron berfluktuasi secara

diurnal mempunyai fungsi antara lain untuk menimbulkan libido. Fluktuasi

hormon testosteron terjadi karena adanya mekanisme umpan balik

Page 100: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

84

hormon LH dari hipofisis serta GnRH dari hipotalamus. Testis dalam waktu

24 jam akan melepaskan denyutan testosteron sebanyak 12 hingga 24

kali. Dengan adanya denyutan-denyutan hormon akan timbul suatu pola

harian dengan fluktuasi tertentu.

Puncak dan konsentrasi basal testosteron pada sapi jantan

bervariasi (Sekoni et al., 2010). Secara umum, ritme diurnal tesosteron

ditandai oleh tingkat testosteron tertinggi pada pagi hari, kemudian

menurun tajam sebelum tengah hari, terus menurun sampai pada sore

hari, dan mencapai tingkat terendah pada malam hari (Endendijk, 2016).

Pada ternak kerbau, kadar hormon testosteron tertinggi pada musim

panas terjadi pada jam 06.00 pagi kemudian turun menjadi terendah pada

jam 12.00 siang, selanjutnya meningkat jam 06.00 sore dan menurun

kembali pada jam 12.00 malam. Kadar hormon testosteron pada musim

panas, tertinggi terjadi pada jam 06.00 pagi kemudian turun pada jam

12.00 siang dan meningkat kembali jam 06.00 sore kemudian turun

kembali sampai tingkat terendah pada jam 12.00 malam (Barnabe et al.,

(1995). Sedangkan pada Bunaji dan N’Dama puncak konsentrasi

testosteron tertinggi jam 08.00 – 10.00 (Sekoni et al., 2010). Pada Owa

Jawa (Hylobates moloch), kadar hormon testosteron tertinggi dalam

plasma maupun feses terjadi pada malam hari sampai pukul 06.00,

namun aktivitas seksual serta kopulasi dilakukan pada siang hari (Astuti

dkk., 2006). Oleh karena itu, tingginnya kadar hormon testosteron tersebut

Page 101: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

85

bertanggung jawab terhadap tingginya libido, baik pada pagi, siang,

maupun malam hari.

Kadar hormon testosteron yang lebih tinggi selama periode

perlakuan sesuai dengan hasil penelitian Prabsattroo et al., (2015) dan

Dafaalla et al., (2016) pada tikus. Mereka melaporkan bahwa pemberian

daun kelor secara signifikan meningkatkan serum testosteron pada tikus.

Suplementasi daun kelor juga dapat meningkatkan sel Leydig (Prabsattroo

et al., 2015) dan kadar hormon FSH dan LH (Dafaalla et al., 2016).

Menurut Roy et al., (2013) bahwa, sintesis testosteron yang dilakukan

oleh sel Leydig pada testis tergantung pada kecukupan Zn dalam

makanan. Mineral Zn merangsang sel Leydig untuk memproduksi

testosteron untuk fungsi normal sumbu hipotalamus-hipofisis-testis.

Kurangnya Zn menyebabkan kerusakan pada mekanisme reseptor LH

dalam pengendalian, penyimpanan, dan pelepasan testosteron. Hasil

penelitian Batra et al., (2004) menunjukkan bahwa pemberian Zn

melindungi kerusakan testes terhadap pengaruh logam berat Pb. Logam

Pb menghambat proses spermatogenesis yang dapat menyebabkan

kekurangan testosteron, sehingga pemberian Zn dapat meningkatkan

hormon testosteron yang dapat memicu libido. Selanjutnya hasil penelitian

Egwurugwu et al., (2013) menunjukkan bahwa, pemberian Zn sulfat pada

tikus wistar jantan albino signifikan meningkatkan kadar hormon

testosteronnya sehingga meningkatkan libidonya. Demikian pula hasil

penelitian Kumar et al., (2006) menunjukkan bahwa, suplementasi Zn

Page 102: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

86

secara signifikan meningkatkan serum testosteron pada sapi jantan

persilangan (Bos indicus × Bos taurus). Hasil serupa juga dilaporkan oleh

Roy et al., (2013) pada sapi, kerbau, dan kelinci.

Oleh karena itu, kandungan Zn yang tinggi pada daun kelor yang

digunakan pada penelitian ini dianggap sebagai salah satu kemungkinan

yang mempengaruhi level testosteron lebih tinggi sepanjang hari selama

periode perlakuan. Kondisi ini juga didukung oleh Kumar et al., (2006)

yang menyatakan bahwa, Zn adalah komponen penting protein yang

terlibat dalam sintesis dan sekresi testosteron. Hasil penelitian ini juga

menunjukkan bahwa suplementasi daun kelor secara signifikan

meningkatkan konsumsi protein kasar (Tabel 16), sehingga kandungan

protein yang tinggi pada daun kelor juga dapat diduga memicu proses

sintesis dan sekresi testosteron selama masa perlakuan.

Menurut Chenoweth (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi libido

seekor pejantan adalah: umur dan pengalaman, rasio pejantan terhadap

betina, pengaruh sosial, dan perbedaan genetik. Sapi pejantan yang

digunakan pada penelitian ini berumur 4 – 5 tahun sehingga libidonya

sudah stabil, dipelihara secara besama-sama dengan betina pemancing

pada kandang individu. Sapi pejantan sebanyak 4 ekor merupakan hasil

seleksi dari 25 ekor sapi pejantan yang telah digunakan oleh Toleng et al.,

(2014) untuk mengevaluasi hubungan antara parameter kualitas sperma

sapi Bali di peternakan rakyat. Toleng et al., (2014) melakukan seleksi

dengan menggunakan Bull Breeding Soundness Evaluation Guidelines

Page 103: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

87

Established by Society for Theriogenology (2010). Keempat ekor sapi

pejantan tersebut telah dilatih penampungan semen dua kali seminggu

selama dua bulan sebelum penelitian dan telah digunakan pada penelitian

tahap pertama, sehingga dianggap sudah terlatih dalam penampungan

semen. Sapi induk Bali sebanyak satu ekor digunakan sebagai

pemancing, merupakan sapi induk yang tidak bersiklus dan terdapat

kelainan pada alat reproduksinya, sehingga pengaruh siklus berahi

terhadap libido dapat diminimalisir. Dengan demikian, libido sapi pejantan

yang diukur tidak dipengaruhi oleh faktor pengalaman pejantan, rasio

pejantan dengan betina, pengaruh sosial, dan betina pemancing.

Libido (waktu yang dibutuhkan mulai mendekati betina pemancing

sampai ejakulasi) pada pejantan sapi Bali selama perlakuan lebih pendek

dibandingkan dengan kontrol yaitu 3,49±0,40 vs 7,20±1,49 menit. Menurut

Susilawati, (2011), libido sapi Bali rata-rata 4,5 menit. Oleh karena libido

dipengaruhi oleh kadar hormon testosteron (Prabsattroo et al., 2012 dan

Roy et al., 2013), maka peningkatan libido pejantan sapi Bali pada

penelitian ini disebabkan oleh peningkatan kadar testosteron. Suplemen-

tasi daun kelor dosis tinggi dapat meningkatkan kadar hormon

testosteronnya sehingga meningkatkan libidonya.

Gambar 6 menunjukkan bahwa, sapi pejantan yang dilakukan

penampungan semen selama delapan minggu pada periode kontrol,

waktu yang diperlukan untuk ejakulasi tidak stabil. Waktu yang diperlukan

cenderungan mengalami peningkatan, sehingga libidonya juga cenderung

Page 104: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

88

mengalami penurunan. Sedangkan pada periode perlakuan, waktu yang

diperlukan untuk ejakulasi lebih stabil, dan waktu yang diperlukan

cederung lebih singkat, sehingga libidonya cenderung mengalami

peningkatan. Hal ini dapat berarti bahwa, suplementasi daun kelor dosis

tinggi dapat mempertahankan libido pejantan sapi Bali apabila dilakukan

penampungan semen setiap minggu.

1 2 3 4 5 6 7 8Kontrol 13.33 5.75 3.00 5.75 5.75 4.00 5.67 14.33Kelor 5.08 2.50 2.67 5.00 2.67 3.03 4.38 2.60

0.002.004.006.008.00

10.0012.0014.0016.00

Libi

do (m

enit)

Gambar 6. Libido pejantan sapi Bali pada kelompok kontrol dan perlakuan yang dilakukan penampungan semen selama delapan minggu.

Kualitas Semen Segar. Kualitas semen segar secara makroskopis

dan mikroskopis kelompok perlakuan lebih baik dari pada kelompok

kontrol. Rata-rata volume semen pada kelompok kontrol adalah 3,1±0,21

ml, sedangkan pada kelompok perlakuan adalah 3,4±0.26 ml. Volume

tersebut termasuk kategori normal menurut Setchell (2014), yaitu volume

semen sapi yang normal adalah 2 - 10 ml. Warna semen yang diperoleh

pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 100% putih susu sampai

Page 105: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

89

krem. Warna tersebut adalah normal menurut Garner and Hafez (2000),

yaitu warna normal semen sapi adalah putih susu sampai krem. Derajat

keasaman (pH) semen kelompok kontrol dan perlakuan adalah 7,0. Nilai

ini termasuk kategori normal menurut Garner and Hafez (2000), yaitu

kisaran pH semen sapi yang normal adalah 6.4 - 7.8. Konsistensi semen

sapi pada kelompok kontrol terdapat 67,86%, 10,71%, dan 21,43%

ejakulat yang memiliki konsistensi kental, sedang, dan encer, sedangkan

pada kelompok perlakuan 100% ejakulat konsistrensinya kental. Menurut

Feradis (2010), semen sapi yang normal memiliki konsistensi dari sedang

sampai kental, sehingga hanya 78,57% ejakulat pada kelompok kontrol

yang normal.

Rata-rata konsentrasi semen kelompok kontrol sebanyak 791

juta/ml sedangkan kelompok perlakuan sebanyak 817 juta/ml. Konsentrasi

tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, namun termasuk

kategori normal menurut (Setchell, 2014), yaitu konsentrasi normal semen

sapi adalah 300 – 2.000 juta/ml. Gerakan massa sperma yang normal dan

layak untuk diproses menjadi semen beku adalah positif 2 (++) dan positif

3 (+++) pada skala 0 - 3 (- sampai +++) (Susilawati 2011). Terdapat

89,29% ejakulat pada kelompok kontrol dan 96% ejakulat pada kelompok

perlakuan yang mempunyai gerakan massa yang normal dan layak untuk

diproses menjadi semen beku. Rata-rata motilitas total kelompok kontrol

adalah 71,60% sedangkan kelompok perlakuan adalah 83,59%. Motilitas

total merupakan indikator penilaian kualitas semen sebelum dibekukan.

Page 106: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

90

Menurut Susilawati (2011) semen yang normal mengandung spermatozoa

motil 70 - 90%, sehingga semen dari kedua kelompok tersebut layak untuk

diproses menjadi semen beku. Rata-rata motilitas progresif pada

kelompok kontrol adalah 45,16%, sedangkan pada kelompok perlakuan

adalah 66,36%. Motilitas progresif merupakan indikator fertilitas sperma.

Pejantan fertil mempunyai motilitas progresif 50 - 80% (Feradis 2010).

Hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa, suplementasi daun kelor

dosis tinggi dapat meningkatkan fertilitas pejantan sapi Bali.

Warna, pH, kekentalan dan gerakan massa yang diperoleh selaras

dengan hasil penelitian Rachmawati (2011) di Balai Besar Inseminasi

Buatan (BBIB) Singosari dan Said et al., (2014) di Balai Inseminasi Buatan

Daerah (BIBD) Banyumulek Nusa Tenggara Barat (NTB) yang juga

menggunakan pejantan sapi Bali.

Volume semen yang diperoleh serupa dengan yang hasil penelitian

Ratnawati dkk (2008), bahwa pemberian suplemen tradisional yang

mengandung telur ayam, madu, temu kunci dan vitamin E tidak

meningkatkan volume semen sapi Bali secara signifikan, namun volume

tersebut masih dalam kategori normal. Walaupun demikian, volume

semen yang diperoleh masih lebih rendah dibandingkan dengan yang

diperoleh Ratnawati dkk (2008) tersebut. Volume semen yang rendah

mungkin disebabkan oleh perbedaan frekuensi penampungan. Penam-

pungan semen pada penelitian ini dilakukan dua kali seminggu sedangkan

pada penelitian Ratnawati dkk (2008) hanya satu kali seminggu. Frekuensi

Page 107: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

91

penampungan dapat mempengaruhi volume semen (Partodihardjo, 1992).

Volume semen yang diperoleh juga masih lebih rendah dibandingkan

dengan Rachmawati (2011) dan Said et al., (2014). Hal ini mungkin

disebabkan oleh kondisi fisik pejantan yang digunakan yaitu bobot badan

yang lebih besar, karena sapi pejantan di BIB adalah pejantan unggul dan

terseleksi. Menurut Susilawati (2011) bahwa, volume semen yang

diejakulasikan dipengaruhi umur pejantan, kondisi fisik, musim,

keterampilan kolektor dan frekuensi penampungan.

Motilitas total sperma kelompok kontrol hanya 71,60%, sedangkan

kelompok perlakuan 83,59%. Hasil penelitian Rachmawati (2011) adalah

70% dan Said et al., (2014) adalah 75%. Hal ini menunjukkan bahwa

suplementasi daun kelor dosis tinggi signifikan meningkatkan motilitas

total sperma pejantan sapi Bali.

Suplementasi daun kelor dosis tinggi dapat mempertahankan

konsentrasi sperma sapi jantan Bali pada tingkat normal. Hasil penelitian

ini sejalan dengan yang dilaporkan oleh Priyadarshani dan Varma (2014)

dan Prabsattroo et al., (2015) pada tikus. Mereka menemukan bahwa

pada tikus hiperglikemik dan tikus yang mengalami stres, suplementasi

daun kelor secara signifikan meningkatkan konsentrasi spermanya.

Konsentrasi sperma tikus yang mengalami hiperglikemik dan stress

menjadi normal kembali setelah pemberian tepung daun kelor. Hasil ini

menunjukkan bahwa, suplementasi daun kelor dosis tinggi dapat

mempertahankan dan mengembalikan konsentrasi normal sperma.

Page 108: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

92

Suplementasi daun kelor dosis tinggi signifikan meningkatkan

motilitas total dan motilitas progresif sperma pejantan sapi Bali. Motilitas

total dan motilitas progresif sperma pada penelitian ini serupa dengan

yang dilaporkan pada pejantan sapi Bali BBIB Singosari sebesar 83,46 ±

4,27% dan 70,68 ± 8,92% (Sarastina et al., 2007). Hasil penelitian Eghbali

et al., (2010) menunjukkan bahwa, kandungan Ca total plasma semen

kerbau berkorelasi positif dengan motilitas total dan motilitas progresif

sperma. Princewill et al., (2015) juga menyatakan bahwa, P diperlukan

untuk motilitas sperma. Konsentrasi fosfor yang terdeteksi pada plasma

semen sapi berkorelasi positif dengan parameter kuantitas dan kualitas

semen sapi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, suplementasi daun

kelor dosis tinggi signifikan meningkatkan konsumsi Ca dan P (Tabel 16),

sehingga kandungan Ca dan P yang tinggi pada daun kelor dapat diduga

sebagai penyebab peningkatan motilitas sperma selama masa perlakuan.

Selain itu, hasil studi Begum et al., (2009) menunjukkan bahwa,

beberapa nutrisi yang berkontribusi terhadap motilitas sperma seperti

arginin, karnitin, Zn, vitamin B12, vitamin C, vitamin E, glutathione dan

selenium dan Coenzyme Q-10. Nutrisi yang ditemukan pada daun kelor

adalah arginin, Zn, Se, vitamin C dan E. Daun kelor mengandung 1,78%

asam amino arginin, mineral Zn 31,03 mg/kg, mineral Se 363 mg/kg

(Moyo et al., 2011), Vitamin C 225 mg/100g (Dhakar et al., 2011), dan

Vitamin E 77 mg/100g (Moyo et al., 2011).

Page 109: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

93

Asam amino arginin merupakan prekursor penting untuk sintesis

putrescine, spermidine, dan spermine yang esensial untuk motilitas

sperma (Wu et al., 2009 dan Sinclair, 2000). Studi Al-Ebady et al., (2012)

menunjukkan bahwa, terdapat korelasi antara defisiensi arginin dengan

penurunan motilitas sperma. Arginine berperan penting dalam pemelihara-

an motilitas sperma dan aktivitas metabolismenya di dalam saluran

reproduksi atau selama penyimpanan, mencegah peroksidasi membran

fosfolipid bilayer. Arginin meningkatkan metabolisme sperma, sehingga

meningkatkan laju glikolisis dan sintesis ATP, senyawa kaya energi yang

penting untuk motilitas sperma.

Mineral Zn dapat menyediakan energi gerak bagi sperma sehingga

lebih aktif (Iwasaki dan Gagnon, 1992). Zinc berperan meningkatkan

motilitas sperma dengan sistem adenosin trifosfat dan regulasi fosfolipid,

yang terkonsentrasi pada ekor spermatozoa matang (Cheah and Yang,

2011). Suplementasi Zn secara signifikan meningkatkan motilitas sperma

segar atau beku (Zhinian 1998 dan Bindari et al., 2013).

Se berfungsi sebagai antioksidan kuat, bergabung dengan seleno-

asam amino, (L-seleno-methionine, L-selenocysteine) dan seleno-enzim

secara kritis mempengaruhi kualitas sperma dan kesuburan pejantan

dalam bentuk glutathione peroksidase 4 (GPXs4), sehingga spermatozoa

lebih rentan terhadap stres oksidatif jika kandungan Se dalam

selenoprotein rendah (Cheah and Yang, 2011).

Page 110: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

94

Vitamin C dan E berfungsi melindungi sperma dari stres oksidatif.

Vitamin C atau asam askorbat termasuk antioksidan yang mampu

memutus rantai reaksi radikal bebas. Vitamin C mempunyai kemampuan

menguatkan kestabilan jaringan pelindung membran plasma terhadap

peroksida lipid, sehingga dapat mempertahankan kualitas dan fertilitas

semen. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan pemutus rantai yang

menangkap radikal bebas di membran sel dan lipoprotein plasma dengan

bereaksi dengan radikal peroksida lipid yang dibentuk oleh peroksidasi

asam lemak tak jenuh ganda. Defisiensi mineral selenium dan vitamin E

berpengaruh terhadap motilitas spermatozoa (Cheah and Yang, 2011

dan Azawi and Hussein, 2013).

Motilitas total dan motilitas progresif sperma yang lebih tinggi pada

pejantan sapi Bali yang disuplementasi daun kelor dosis tinggi, mungkin

disebabkan oleh kandungan gizi ini. Oleh karena itu, masih diperlukan

penelitian lebih lanjut untuk mengklarifikasi nutrisi utama yang secara

signifikan mempengaruhi motilitas sperma tersebut.

Karakteristik Motilitas Semen Segar. Penilaian karakteristik

motilitas sperma merupakan penilaian lanjutan setelah motilitas total dan

motilitas progresif sperma. Hasil penilaian karakteristik motilitas sperma

dengan menggunakan CASA menunjukkan bahwa, suplementasi daun

kelor dosis tinggi meningkatkan jarak tempuh sperma dalam satu detik

pada DCL, DSL, dan DAP, kecepatan sperma pada VCL, VSL, dan VAP

serta amplitudo (ALH) sperma pejantan sapi Bali. Menurut Susilawati

Page 111: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

95

(2011), terdapat tiga pola motilitas sperma, yaitu kelompok hiperaktifasi

memiliki nilai VCL ≥ 100 µm/detik, LIN < 60% dan ALH ≥ 5 µm/detik, non

hiperaktifasi apabila memiliki nilai VSL ≥ 40 µm/detik, LIN ≥ 60% dan ALH

< 5 µm/detik, serta kelompok transisi yang memiliki nilai diantaranya.

Berdasarkan kategori tersebut, maka sperma yang diamati belum

termasuk dalam kelompok hiperaktifasi, tetapi mendekati hiperaktifasi,

karena nilai VCLnya hanya 91.24 µm/detik. Pengujian pola motilitas

hiperaktifasi menggunakan CASA dapat menjadi upaya yang baik untuk

memprediksi kemampuan fertilisasi spermatozoa. Hiperaktifasi sperma-

tozoa diperlukan sesaat sebelum reaksi akrosom secara in vitro yaitu

pergerakan dalam oviduct saat fertilisasi.

Karakteristik motilitas sperma berkorelasi positif dengan fertilitas

(Perumal at al., 2014), sehingga dapat digunakan untuk memprediksi

kemampuan fertilisasi sperma. Nilai VAP, VSL, dan LIN merupakan

indikator motilitas progresif dan nilai VCL, ALH, dan BCF merupakan

indikator rigor sperma. Nilai VAP dan VCL merupakan prediksi yang baik

untuk kemampuan fertilisasi sperma secara in vitro (Susilawati, 2011).

Nilai-nilai parameter tersebut pada kelompok perlakuan lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok kontrol, sehingga suplementasi daun

kelor dosis tinggi kemungkinan menghasilkan sperma yang lebih fertil.

Nilai karakteristik motilitas sperma yang diperoleh masih lebih

rendah dibandingkan dengan pejantan di BBIB Singosari. Menurut Garner

and Hafez (2000), bahwa banyak faktor yang mempengaruhi perbedaan

Page 112: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

96

nilai motilitas spermatozoa diantaranya umur, bangsa, kematangan

spermatozoa, dan kualitas plasma semen. Nilai karakteristik motilitas

sperma yang lebih tinggi di BBIB Singosari kemungkinan karena sapi

pejantan tersebut umurnya lebih tua sehingga spermanya lebih matang.

Disamping itu, menggunakan pejantan unggul yang terseleksi serta

pemberian pakan yang berkualitas.

Kualitas Semen Beku. Suplementasi daun kelor meningkatkan

post thawing motility berupa motilitas total dan motilitas progresif semen

beku pejantan sapi Bali. Post thawing motility semen beku yang diperoleh

juga lebih tinggi dibandingkan dengan standar menurut Vincent et al.,

(2012) yaitu 40% dan 15%. Hasil ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan

sapi Bali di perusahaan peternakan di Malaysia masing-masing 67,90%

dan 56,73% (Sarsaifi et al., 2013). Demikian pula motilitas total semen

beku sapi Bali, Madura, dan PO di BBIB Singosari masing-masing 42%,

44% and 40% (Salim et al., 2012), sapi Limousin 44,06%, Simmental

44,69 dan Friesian Holstein 42,97 di BIB Lembang, Bandung, Jawa Barat

(Komariah et al., 2013), dan sapi Brahman 40,0% (Pratiwi et al., 2007).

Hasil yang sama pada bangsa-bangsa sapi di Bangladesh yaitu sapi

pejantan Lokal (L) 62,2%, Friesian (F) 62,3%, Sahiwal (SL) 63,6%,

Local×Friesian (L×F) 62,6%, Sahiwal×Friesian (SL×F) 62,9%, Local×

Friesian×Friesian (LF1×F) 62,6%, Local×Friesian×Friesian×Friesian

(LF2×F) 63,6% (Hossain et al., 2012).

Page 113: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

97

Post thawing motility yang tinggi tersebut mungkin akibat

pemberian daun kelor yang mengandung nutrisi yang penting untuk

motilitas seperti pada semen segar, juga berpengaruh terhadap semen

beku. Ditambahkan oleh Zhinian (1998) dan Bindari et al., (2013) bahwa,

suplementasi Zn secara signifikan meningkatkan motilitas sperma segar

dan beku. Asadpour et al., (2011) juga menjelaskan bahwa penambahan

vitamin C dan E dalam pengencer dapat meningkatkan motilitas sperma

setelah pencairan (thawing). Oleh karena itu, peningkatan nilai post

thawing motility sperma sapi Bali diduga karena daun kelor mengandung

berbagai nutrisi yang berperanan terhadap motilitas sperma segar dan

setelah pembekuan diantaranya vitamin C dan E. Penelitian lebih lanjut

masih diperlukan untuk mengetahui nutrisi yang paling berperan terhadap

motilitas tersebut.

Suplementasi daun kelor tidak meningkatkan nilai RR semen beku

secara signifikan. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Komariah et al.,

(2013) juga tidak menunjukkan perbedaan yang siginifikan pada bangsa

sapi Limousin, Simmental, dan Friesian Holstein di BIB Lembang, masing-

masing 58,87±6,37%, 56,27±7,08% dan 58,87±5,31%. Walaupun

demikian, nilai RR yang diperoleh masih lebih tinggi, mungkin karena

motilitas semen segar yang diperoleh juga lebih tinggi.

Hafez (2000) menyatakan bahwa spermatozoa yang dibekukan

akan mengalami kerusakan sekitar 40%. Hilangnya daya motilitas

spermatozoa selama proses pembekuan akan berpengaruh terhadap laju

Page 114: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

98

pemulihan (recovery rate) sperma setelah mengalami pencairan kembali.

Keberhasilan pembekuan semen tidak hanya dinilai dari persentase

motilitas setelah thawing, persentase spermatozoa yang dapat pulih

kembali setelah pembekuan yang memberikan gambaran keberhasilan

dari proses pembekuan (Zelpina dkk., 2012).

Suplementasi daun kelor tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap karakteristik motilitas sperma yaitu jarak tempuh (DCL, DSL, dan

DAP), kecepatan (VCL, VSL, dan VAP), persentase LIN, STR dan WOB,

amplitudo (ALH), dan frekuensi perpindahan sperma (BCF) semen beku

sapi Bali. Nilai-nilai parameter yang diperoleh masih lebih rendah

dibandingkan dengan yang diperoleh Sarsaifi et al., (2013), mungkin

karena perbedaan umur, waktu penampungan semen, waktu antara

ejakulasi, atau energi penyimpanan sperma (Perumal et al., 2014).

Berdasarkan Susilawati (2011), maka semen beku yang diamati

termasuk dalam kategori hiperaktifasi. Motilitas hiperaktifasi adalah pola

renang sperma mamalia di oviduk, essensial untuk fertilisasi in vivo (Han-

Chen et al., 2002). Penggunaan CASA, motilitas dan karakteristik

pergerakan spermatozoa berkorelasi dengan fertilisasi in vivo

(Januškauskas and Žilinskas, 2002). Dengan demikian, suplementasi

daun kelor kemungkinan dapat mempertahankan fertilitas semen beku

sapi Bali yang diberi pakan utama jerami padi dan pakan konsentrat.

Nilai motilitas total dan motilitas progresif sperma segar dan sperma

beku baik pada kelompok kontrol maupun perlakuan tidak menunjukkan

Page 115: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

99

perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa suplementasi

daun kelor tidak mempengaruhi motilitas total dan motilitas progresif

sperma setelah pembekuan. Berdasarkan Susilawati (2011) sperma

setelah mengalami proses pembekuan baik pada kelompok kontrol

maupun kelompok perlakuan mengalami hiperaktifasi. Hal ini

menunjukkan bahwa suplementasi daun kelor tidak mempengaruhi proses

hiperaktifasi sperma setelah pembekuan. Fenomena ini masih perlu kajian

lebih lanjut.

Konsumsi Bahan Kering Ransum dan Pertumbuhan.

Suplementasi daun kelor menurunkan konsumsi bahan kering ransum dan

konsumsi bahan kering berdasarkan bobot badan, namun tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan. Konsumsi bahan kering

berdasarkan bobot badan merupakan jumlah konsumsi konsumsi ransum

pada setiap bobot badan metabolisme (BB0,75). Menurut Parakkasi (1999)

bahwa, konsumsi bahan kering hewan disesuaikan dengan tingkat

kegemukan (kompoisisi tubuh) dan atau kebutuhan untuk bertumbuh. Hal

ini menunjukkan bahwa suplementasi daun kelor tidak menurunkan

secara signifikan konsumsi bahan kering pada setiap bobot badan sapi

pejantan tersebut. Penurunan konsumsi bahan kering ransum, mungkin

disebabkan oleh kandungan nutrisi daun kelor yang lengkap terutama

kandungan energi yang tinggi sebesar 329 kalori per 100 gr daun kering

(Gopalakrishnan et al., 2015). Penambahan daun kelor menyebabkan

kebutuhan energi terpenuhi, sehingga mengurangi konsumsi bahan

Page 116: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

100

kering. Konsumsi bahan kering pada kontrol sebesar 13,86 kg/hari sedang

pada perlakuan sebesar 13,29 kg/ hari, berada diatas standar kebutuhan

konsumsi bahan kering untuk pejantan sapi potong (Nutrient

Requirements of Beef Cattle, 2000) yaitu sebesar 6,30 kg/hari.

Walaupun konsumsi bahan kering tidak menunjukkan perbedaan

yang signifikan, namun karena kandungan protein kasar pada daun kelor

yang tinggi sebesar 25,70%, maka suplementasi daun kelor tersebut

signifikan meningkatkan konsumsi protein kasar 0,72 menjadi 0,78 kg/hari.

Konsumsi protein kasar tersebut juga berada diatas standar kebutuhan

konsumsi bahan kering untuk pejantan sapi potong (Nutrient

Requirements of Beef Cattle, 2000) yaitu sebesar 0,59 kg/hari.

Suplementasi daun kelor tidak signifikan menurunkan konsumsi

TDN (6,03 vs 5,79 kg/hari). Hal ini mungkin seiring dengan menurunnya

konsumsi bahan kering. Walaupun demikian, konsumsi TDN tersebut

masih berada di atas standar kebutuhan TDN pejantan sapi potong

(Nutrient Requirements of Beef Cattle, 2000) yaitu sebesar 3,67 kg/hari.

Suplementasi daun kelor signifikan meningkatkan konsumsi mineral

Ca dan P. Hal ini disebabkan karena kandungan Ca dan P yang tinggi

pada daun kelor sebesar 3,34% dan 0,39%. Konsumsi Ca pada penelitian

sebesar 0,098 dan 0,107 kg/hari dan P sebesar 0,023 dan 0,0024 kg/hari

berada di atas standar kebutuhan Ca dan P untuk pejantan sapi potong

(Nutrient Requirements of Beef Cattle, 2000) yaitu sebesar 0,015 dan

0,009 kg/hari.

Page 117: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

101

Suplementasi daun kelor tidak signifikan meningkatkan bobot

badan (0,26 vs 0,32 kg/hari). Hal ini mungkin karena dosis yang

digunakan masih rendah dibandingkan dengan yang digunakan untuk

penggemukan. Target utama pada penelitian ini, bukan untuk

pertambahan bobot badan seperti pada penelitian Aregheore (2002)

menggunakan 20, 50 dan 80% daun kelor dari total kebutuhan hijauan,

signifikan meningkatkan pertambahan bobot badan pada kambing Anglo-

Nubian×Local Fiji. Demikian pula pada penelitian Adegun et al.,(2011)

menggunakan 30% tepung daun daun kelor pada Moringa Multinutrient

Block (MMNB) signifikan meningkatkan bobot badan domba. Oleh karena

itu, pada efisiensi ransum suplementasi daun kelor juga tidak efisien

dibandingkan dengan kontrol (0,32 vs 0,26) walaupun tidak menunjukkan

perbedaan yang signifikan. Semakin kecil nilai konversi ransum semakin

efisien ternak menggunakan pakan (Hafid dan Rugayah. 2010).

Testes merupakan tempat pembentukan spermatozoa. Testes

dibungkus oleh skrotum yang mencerminkan ukuran testes dan

menyatakan banyaknya jaringan atau tubuli seminiferous yang berfungsi

untuk memproduksi spermatozoa. Suplementasi daun kelor tidak

signifikan meningkatkan ukuran lingkar skrotum (0,26 vs 0,32 cm). Hal ini

mungkin karena faktor umur pejantan yang digunakan sudah berumur 5

tahun dimana perkembangan skrotum sudah maksimal, sehingga

suplementasi daun kelor tidak memberikan tambahan yang signifikan.

Noviana dkk., (2009) menyatakan bahwa ukuran testis akan terus

Page 118: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

102

meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Akan tetapi, pada saat

hewan mencapai dewasa tubuh ukuran testis akan mencapai angka yang

tetap dan tidak berubah. Hasil penelitian Aku dkk., (2017) juga

menunjukkan bahwa kelompok umur sapi Bali umur 4 tahun diperoleh

rataan berat testes, epididimis, dan cauda epididimis tertinggi. Hal ini

membuktikan bahwa umur mempengaruhi perkembangan testes.

Profil Biokimia Darah dan Plasma Semen. Kadar urea plasma

darah, kadar glukosa darah dan kolesterol darah mencerminkan

pemberian pakan pada sapi, proses pecernaan dalam saluran pencernaan

hingga absorbsi dan masuk dalam darah dan beredar ke seluruh tubuh.

Kadar urea dalam darah mencerminkan hasil metabolisme protein. Urea

dihasilkan oleh hati sebagai sisa deaminasi asam amino, bila kadar tinggi

dalam darah akan dibuang melalui ginjal. Kadar glukosa dalam darah

merefleksikan sumber energi dalam tubuh yang digunakan untuk proses

metabolisme. Kolesterol merupakan senyawa induk bagi semua steroid

yang disintesis dalam tubuh seperti hormon korteks adrenal, hormon seks,

vitamin D, dan asam empedu.

Hasil studi Wahjuni dan Bijanti (2006) menunjukkan bahwa, bahan

pakan sebelum diterapkan secara luas sebagai pakan hewan terlebih

dahulu perlu diperiksa pengaruhnya pada fungsi ginjal dan fungsi hati.

Pemeriksaan fungsi ginjal didasarkan pada peneraan kadar Blood Urea

Nitrogen (BUN) dan kreatinin dalam serum, sedangkan pemeriksaan

Page 119: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

103

fungsi hati didasarkan pada peneraan kadar Aspartat Transaminase (AST)

dan Alanin Transaminase (ALT) dalam serum.

Penelitian ini mencoba memeriksa fungsi ginjal dengan mengukur

kadar urea plasma darah. Suplementasi daun kelor tidak signifikan

meningkatkan kadar urea plasma darah pejantan sapi Bali (6,87 vs 7,94

mg/dL). Kadar urea plasma darah yang normal pada ternak ruminansia

berkisar antara 2 – 27 mg/100 ml (Swenson, 1977), atau 6,0 – 27 mg/dL

(Jackson and Cockcroft, 2002). Hal ini menunjukkan bahwa kadar urea

plasma darah pada sapi Bali tersebut adalah normal dan suplementasi

daun kelor kemungkinan tidak menimbulkan ganguan fungsi ginjal.

Adanya kerusakan pada ginjal menyebabkan ginjal tidak dapat meng–

ekskresikan hasil metabolisme yang tidak berguna terutama urea.

Menurut Wahjuni dan Bijanti (2006) bahwa, ginjal merupakan suatu

sistem filtrasi alami tubuh yang mempunyai beberapa fungsi utama yaitu

menyaring produk hasil metabolisme yang tidak berguna bagi tubuh,

menjaga keseimbangan cairan tubuh dan mempertahankan pH cairan

tubuh. Ginjal dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi yang dapat

mempengaruhi fungsi kerjanya, baik secara akut maupun secara kronis.

Beberapa pemeriksaan laboratorium klinik yang menggambarkan kadar

bahan-bahan yang secara normal difiltrasi oleh ginjal dapat membantu

menemukan penyebab gangguan pada fungsi ginjal dan dapat

menunjukkan tingkat kerusakan dari ginjal.

Page 120: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

104

Walaupun demikian, selanjutnya dijelaskan bahwa tingginya kadar

BUN tidak selalu menjadi tanda kerusakan ginjal. Dehidrasi atau shock

dapat berakibat jumlah urea yang dikeluarkan akan menurun sehingga

kadar BUN dalam sirkulasi meningkat. Pada kondisi penelitian ini sapi

percobaan diberi air minum secara ad libitum (tersedia setiap saat),

sehingga tidak mengalami dehidrasi. Kondisi kandang juga sejuk dengan

suhu terendah rata-rata 26°C pada jam 06.00 dan suhu tertinggi rata-rata

31°C pada jam 14.00. Kondisi lingkungan ini tidak terlalu ekstrim dimana

ternak poikiloterm maupun homeoterm menyukai suhu 35 – 40°C

(Rahardja, 2010). Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat

menunjukkan bahwa proses metabolisme protein terutama siklus urea

berjalan secara normal di dalam tubuh pejantan sapi Bali dan

suplementasi daun kelor tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan.

Suplementasi daun kelor pada pejantan sapi Bali telah berhasil

meningkatkan secara signifikan libido dan kualitas semen berupa: warna,

kekentalan, gerakan massa, motilitas total, motilitas progesif, karakteristik

motilitas sperma, dan post thawing motility semen beku (motilitas total dan

motilitas progresif). Suplementasi daun kelor signifikan meningkatkan

konsumsi protein kasar (Tabel 16). Hal ini mungkin menyebabkan kadar

urea plasma darah sapi pejantan yang disuplementasi daun kelor lebih

tinggi dibandingkan dengan kontrol, walaupun tidak menunjukkan

perbedaan yang signifikan. Kandungan protein kasar yang tinggi pada

daun kelor, dapat menyebabkan jumlah protein terdegdradasi dalam

Page 121: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

105

rumen menghasilkan konsentrasi urea yang tinggi dalam darah (Setiadi

dkk., 2003) sehingga dapat meningkatkan kadar BUN (Wahjuni dan

Bijanti, 2006). Kadar BUN yang lebih tinggi, namun masih dalam batas

normal dapat menunjukkan bahwa ginjal berfungsi dengan normal. Salah

satu akibat gangguan fungsi ginjal adalah penurunan libido (Sasmito Adi

dkk., 2013). Suplementasi daun kelor yang dilakukan masih dalam batas

fungsi normal ginjal, sehingga libidonya lebih tinggi.

Hasil studi Irfan (2014) menunjukkan bahwa, konsentrasi BUN

merupakan indikator yang sensitif dari keseimbangan antara jumlah

dengan ketersediaan protein kasar tercerna dan energi yang dihasilkan

dan BUN membantu mengukur efisiensi pemanfaatan protein. Konsentrasi

urea yang tinggi dalam darah dapat menekan sistem imun, menurunkan

pH uterus, menurunkan produksi hormon prostaglandin, mempengaruhi

aksis hipofisis-pituitari-indung telur, memiliki efek toksik pada sperma, sel

telur dan embrio dan mengakibatkan penurunan fertilitas. Demikian pula

hasil review Bindari et al., (2013) menunjukkan bahwa, level protein yang

berlebih dalam ransum menyebabkan tingginya kadar urea plasma darah

yang menyebabkan efek toksik pada sperma. Berdasarkan hal tersebut,

maka kadar urea plasma darah yang diperoleh masih dalam kategori

normal. Suplementasi daun kelor tidak menghasilkan urea plasma darah

yang dapat memberikan efek toksik terhadap spermatozoa, sehingga

tetap aktif bergerak. Kondisi ini kemungkinan menyebabkan sehingga

diperoleh motilitas spermatozoa lebih tinggi.

Page 122: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

106

Suplementasi daun kelor tidak signifikan menurunkan kadar

glukosa darah pejantan sapi Bali. Kadar glukosa darah yang diperoleh

termasuk kategori normal menurut Rahardja (2008), yaitu kadar glukosa

darah yang normal pada ternak ruminansia berkisar antara 40 – 60 mg/dL.

Hal ini menunjukkan bahwa, suplementasi daun kelor dapat memper-

tahankan kadar glokosa darah pada level normal. Hasil penelitian ini dapat

menunjukkan bahwa, proses metabolisme karbohidrat terutama glukosa

berjalan secara normal di dalam tubuh pejantan sapi Bali dan terbukti

meningkatkan libido dan motilitas sperma secara signifikan. Menurut

Safdar et al. (2016), glukosa salah satu bahan terpenting untuk kinerja

reproduksi, dan mempengaruhi Poros Hipotalamus-Pituitari-Testes.

Suplemen gizi signifikan meningkatkan glukosa darah. Ndlovu et al.(2007)

selanjutnya menjelaskan bahwa, glukosa merupakan salah satu substrat

metabolisme paling utama yang diperlukan untuk proses reproduktif pada

sapi jantan. Rendahnya kadar serum glukosa dapat menyebabkan

tingginya konsentrasi non esterified fatty acids (NEFA) dan menurunnya

sekresi GnRH oleh hipotalamus. Penurunan GnRH menghambat sintesis

LH dan FSH dan menyebabkan rendahnya libido dan menghambat proses

spermatogenesis. Pengaturan sintesis dan sekresi testosteron adalah

melalui Poros Hipotalamus-Pituitari-Testes. Hipothalamus mensekresi

Gonadotrophin-Releasing Hormone (GnRH) yang mengatur sekresi LH

dan FSH (Follicle-Stimulating Hormone) dari hipofisis (pituitary) anterior.

LH menstimulasi sekresi testosteron dari sel Leydig dengan meningkatkan

Page 123: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

107

cyclic adenosine monophosphate (cAMP) dan level kalsium intraseluler.

Bila level testosteron sudah mencukupi, maka testosteron akan

menimbulkan negative-feed back ke hipofisis dan hipothalamus.

Sedangkan FSH utamanya berpengaruh terhadap sel Sertoli untuk

menginisiasi dan pemeliharaan proses spermatogenesis. FSH juga

menstimulasi sintesis dan pelepasan hormon inhibin dan activin dari sel

Sertoli. Inhibin menyebabkan negative-feed back ke hipofisis sehingga

menekan pelepasan FSH.

Suplementasi daun kelor tidak signifikan meningkatkan kadar

kolesterol pada darah pejantan sapi Bali (123,50 vs 139,08 mg/dL). Kadar

kolesterol darah tersebut masih dalam kisaran normal menurut Jackson

and Cockcroft (2002), yaitu kadar kolesterol darah sapi yang normal

berkisar antara 65 – 220 mg/dL. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

proses metabolisme lemak terutama kolesterol berjalan secara normal di

dalam tubuh pejantan sapi Bali dan suplementasi daun kelor tidak

menunjukkan pengaruh yang signifikan.

Kadar kolesterol yang normal pada sapi pejantan tersebut, mungkin

merupakan salah satu penyebab tingginya libido pada sapi jantan yang

disuplementasi daun kelor. Kolesterol merupakan prekursor semua

hormon steroid (Miller et al., 2007). Kolesterol tersebut merupakan salah

satu sumber pembentukan hormon testosteron, sehingga menyebabkan

libido tinggi.

Page 124: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

108

Menurut Barter et al., (2007), metabolisme kolesterol dilakukan oleh

organ hati. Kolesterol yang berasal dari asupan makanan akan dibawa

kilomikron ke dalam hati untuk dimetabolisme. Kolesterol sebagian

mengalami sirkulasi enterohepatik membentuk asam empedu dan

sebagian lainnya menjadi satu dengan Very Low Density Lipoprotein

(VLDL). VLDL kemudian dimetabolisme oleh lipoprotein lipase menjadi

Low Density Lipoprotein (LDL) melalui zat antara IDL secara endositosis.

Vesikel-vesikel yang mengandung IDL bergabung dengan lisosom dan

enzim lisosom guna menghidrolisis IDL menjadi kolesterol. Kolesterol

diubah menjadi ester kolesterol ke dalam aparat golgi dan berdifusi ke

dalam membran sel. Hal ini mampu meningkatkan kadar kolesterol dalam

darah. Selanjutnya, kolesterol yang berlebih di sel atau jaringan dibawa

kembali ke hati oleh High Density Lipoprotein (HDL). Hal ini mampu

menurunkan kadar kolesterol dalam darah dan mencegah hiperkolesterol.

Kolesterol sebagai bahan dasar untuk biosintesis testosteron tersebut

berasal dari plasma darah dalam bentuk LDL dan sebagian disintesis di

dalam sel-sel Leydig. Masuknya kolesterol LDL adalah melalui

penangkapan kolesterol LDL reseptor pada permukaan sel Leydig. Jalur

sintesis testosteron adalah melalui pregnenolon diubah menjadi 17α-

Hydroxy-pregnenolon, kemudian Dehydroepiandrosterone, berubah lagi

menjadi androstenediol dan akhirnya tersintesis testosteron (Hu et al.,

2010).

Page 125: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

109

Seminal plasma mamalia adalah bagian non-gamet dari ejakulasi

dan terdiri dari sel-sel, partikel seluler, cairan dari testis, saluran

ekskretoris, dan kelenjar seks aksesori jantan (Polakoski and Kopta,

1981). Plasma semen berfungsi sebagai medium transport spermatozoa

dari saluran reproduksi jantan ke traktus reproduksi betina selama

ejakulasi, sebagai medium penyangga dan kaya akan makanan yang

penting untuk hidup spermatozoa setelah deposisi ke saluran reproduksi

betina (Partodiharjo, 1992).

Plasma semen mamalia dari sudut pandang biokimia, adalah

sekresi menarik, karena mengandung banyak zat yang tidak biasa,

beberapa di antaranya tidak terukur dalam cairan tubuh lain atau jaringan.

Penekanan pada studi seminal plasma semen sapi pejantan telah

menentukan indeks fertilitas dan meningkatkan kualitas semen beku untuk

digunakan untuk inseminasi buatan. Plasma semen tidak lebih dari satu

penyangga fisiologis berfungsi sebagai pengencer. Tidak semua sekresi

dari kelenjar aksesori seks jantan diperlukan untuk fertilitas. Oleh karena

itu, seminal plasma bukan merupakan syarat mutlak untuk pembuahan.

Seminal plasma tidak diperlukan untuk konsepsi tetapi mungkin bahkan

memiliki efek yang merugikan pada kesuburan. Seminal plasma mungkin

memiliki fungsi lain selain terlibat dalam proses pembuahan. Juyena and

Stelletta (2012) secara lengkap menjelaskan peran plasma semen yaitu:

1) untuk motilitas spermatozoa; 2) penyangga untuk menyediakan media

osmotik dan nutrisi yang optimal bagi spermatozoa; 3) pencegahan

Page 126: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

110

aktivasi dini selama transpor fisiologis spermatozoa dan stabilisasi

membran plasma; 4) perlindungan spermatozoa dari fagositosis; 5)

regulasi transportasi dan eliminasi spermatozoa dan induksi ovulasi; 7)

bantuan dalam interaksi diantara spermatozoa-spermatozoa; 8)

memfasilitasi perubahan kekebalan tubuh yang diperlukan untuk

mengakomodasi kebuntingan; dan 9) mempengaruhi kesuburan; serta 10)

memainkan peran imunoregulasi yang bermanfaat untuk kelangsungan

hidup spermatozoa di dalam saluran reproduksi betina.

Plasma semen mamalia mengandung banyak karbohidrat, baik

dalam bentuk terikat maupun bebas, antara lain arabinosa, fruktosa,

galaktosa, dan glukosa (Polakoski and Kopta, 1981). Karbohidrat dalam

plasma seperti fruktosa, glukosa, dan sorbitol merupakan sumber energi

bagi spermatozoa (Toelihere, 1993). Penggunaan glukosa oleh sperma-

tozoa juga sangat penting selama tinggal di dalam saluran reproduksi

betina (Polakoski and Kopta, 1981).

Suplementasi daun kelor tidak signifikan meningkatkan kadar

glukosa dalam plasma semen pejantan sapi Bali (63,33 dan 72,22 mg/dL).

Kadar glukosa tersebut termasuk dalam kategori normal, karena kadar

glukosa yang normal dalam semen sapi adalah 30 - 300 mg/dL (Polakoski

and Kopta, 1981 dan Juyena and Stelletta, 2012). Suplementasi daun

kelor dapat meningkatkan kadar glukosa dalam plasma semen, sehingga

dapat dimanfaatkan spermatozoa sebagai sumber energi terutama untuk

motilitas (Juyena and Stelletta, 2012). Kandungan glukosa yang tinggi

Page 127: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

111

pada plasma semen ini juga mungkin merupakan salah satu penyebab

peubah motilitas spermatozoa pada pejantan sapi Bali yang disuplemen-

tasi daun kelor signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.

Suplementasi daun kelor juga tidak signifikan meningkatkan kadar

kolesterol dalam plasma semen pejantan sapi Bali (210,67 vs 237,92

mg/dL). Kadar kolesterol tersebut termasuk dalam kategori normal, karena

kadar kolesterol yang normal dalam semen sapi adalah 200 – 312,16

mg/dL (Polakoski and Kopta, 1981 dan Juyena and Stelletta, 2012).

Menurut Aurich et al., (1996), meningkatnya kerusakan sperma akibat

kejutan dingin berhubungan dengan rendahnya kandungan kolesterol

membran plasma sehingga penambahan kolesterol efektif melindungi

spermatozoa selama pembekuan. Kolesterol berfungsi menstabilkan

membran plasma. Kolesterol plasma semen berperan penting dalam

pembentukan impermiabilitas dan kohesivitas struktur membran (White,

1993). Kadar kolesterol yang rendah pada plasma semen sapi jantan dan

domba jantan, sensitif terhadap pendinginan (Bailey et al., 2000).

Kolesterol berfungsi memperkuat ikatan ganda asam lemak tak jenuh

sehingga tidak mudah rusak. Rantai panjang asam lemak tak jenuh ganda

(PUFA) omega-3 yang penting untuk integritas membran sperma, motilitas

sperma dan kelangsungan hidup sperma (Gholami et al., 2011). Seperti

halnya glukosa, kandungan kolesterol yang lebih tinggi pada plasma

semen ini juga mungkin merupakan penyebab motilitas spermatozoa pada

Page 128: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

112

pejantan sapi Bali yang disuplementasi daun kelor signifikan lebih tinggi

dibandingkan dengan kontrol.

Dengan demikian, pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

suplementasi daun kelor dosis tinggi signifikan meningkatkan kadar

hormon testosteron, libido, kekentalan semen, gerakan massa, motilitas

total, motilitas progresif sperma dan memperbaiki karakteristik motilitas

sperma serta meningkatkan post thawing motility (motilitas total dan

motilitas progresif) sperma pejantan sapi sapi Bali. Pertanyaan

selanjutnya adalah faktor apakah yang menyebabkan sehingga daun kelor

dapat meningkatkan libido dan kualitas semen? mengingat bahwa daun

kelor mengandung mineral mikro Zn, Se, dan mineral makro Ca dan P

yang tinggi. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya akan melihat

pengaruh mineral Zn terhadap libido dan kualitas semen pada pejantan

sapi Bali. Oleh karena keterbatasan mengekstrak mineral Zn dari daun

kelor, maka pada penelitian selanjutnya digunakan mineral Zn anorganik

(ZnSO4.2H2O).

B.Libido dan Kualitas Semen Pejantan Sapi Bali yang Disuplementasi Mineral Zn Anorganik dan Disuplementasi Daun Kelor

1. Hasil

Libido dan Kualitas Semen Segar. Rata-rata libido pejantan sapi

Bali sebelum disuplementasi (kontrol) dan setelah disuplementasi daun

kelor dan disuplementasi mineral Zn (perlakuan) disajikan pada Gambar

7. Libido pejantan sapi Bali yang diberi perlakuan signifikan (P<0,05) lebih

Page 129: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

113

tinggi dibandingkan dengan kontrol, namun tidak terdapat perbedaan yang

signifikan (P>0,05) antara suplementasi daun kelor dengan suplementasi

mineral Zn.

Gambar 7. Libido pejantan sapi Bali pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

Kualitas semen segar pejantan sapi Bali pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan disajikan pada Tabel 19. Volume semen, motilitas

total, dan motilitas progresif sperma pejantan sapi Bali signifikan (P<0,05)

lebih tinggi pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok

kontrol, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan (P>0,05) antara

suplementasi daun kelor dengan suplementasi mineral Zn. Derajat

keasaman (pH), warna semen dan konsentrasi sperma, tidak menunjuk-

kan perbedaan yang signifikan (P>0,05) antara kelompok kontrol,

suplementasi daun kelor, dan suplementasi mineral Zn.

5.53a

3.21bc

2.53bc

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00Kontrol Daun Kelor Mineral Zn

Libi

do (m

enit)

Page 130: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

114

Tabel 19. Kualitas semen segar pejantan sapi Bali pada kelompok kontrol dan perlakuan.

Keterangan : a.b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

perbedaan yang nyata (P< 0,05).

Karakteristik Motilitas Sperma. Karakteristik motilitas sperma

pejantan sapi Bali pada kelompok kontrol dan perlakuan disajikan pada

Tabel 20. Jarak yang dapat ditempuh oleh sperma dalam satu detik pada

lintasan curve (DCL), pada lintasan straight (DSL), dan pada lintasan rata-

rata alurnya (DAP), signifikan lebih jauh pada kelompok perlakuan

dibandingkan dengan kontrol (P<0,05), namun tidak terdapat perbedaan

yang signifikan (P>0,05) antara suplementasi daun kelor dengan

suplementasi mineral Zn.

No

Kualitas Semen Kontrol Suplementasi (Perlakuan)

Daun kelor Mineral Zn Rata-rata (± SEM)

Makroskopis : 1. Volume (ml) 2,71 ± 0,26a 3,78 ± 0,22b 4,19 ± 0,35bc

2. pH 7,0 ± 0,00a 6,7 ± 0,07a 7,0 ± 0,00a 3. Warna 100% = putih

susu – krem

100% = putih susu – krem

100% = putih susu

4. Kekentalanab 47% = kental 24% = sedang 29% = encer

73% = kental 20% = sedang 7% = encer

100% = kental

Mikroskopis : 1. Konsentrasi

(juta/ml) 871 ± 24,34 1,091 ± 58,05 969 ± 107,94

2. Gerakan massa 44% = +++ 50% = ++ 6% = +

81% = +++ 16% = ++ 3% = +

81% = +++ 19% = ++

3. Motilitas total (%) 70,32 ± 4,59a 85,49 ± 3,74b 89,37 ± 1,73bc 4. Motilitas Progresif (%) 58,14 ± 3,49a 77,12 ± 2,19b 76,43 ± 1,97bc

Page 131: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

115

Tabel 20. Karakteristik motilitas sperma pejantan sapi Bali pada kelompok kontrol dan perlakuan.

No. Karakteristik

motilitas sperma Kontrol Suplementasi (Perlakuan) Daun kelor Mineral Zn

Rata-rata (± SEM) 1. DCL (µm/s) 30,41 ± 1,19a 54,01 ± 1,65b 54,57 ± 2,81bc 2. DSL (µm/s) 13,00 ± 0,28a 16,28 ± 0,35b 15,68 ± 0,34bc 3. DAP (µm/s) 18,08 ± 0,59a 26,24 ± 0,67b 25,92 ± 0,86bc 4. VCL (µm/s) 72,74 ± 2,67a 126,61 ± 3,15b 136,47 ± 7,05bc 5. VSL (µm/s) 31,48 ± 0,62a 40,22 ± 0,77b 39,88 ± 0,88bc 6. VAP (µm/s) 43,55 ± 1,30a 64,89 ± 1,48b 65,32 ± 2,20bc 7. LIN (%) 44,63 ± 0,01a 31,88 ± 0,01b 29,63 ± 0,01bc 8. STR (%) 0,72 ± 0,01a 0,63 ± 0,01b 0,61 ± 0,01bc 9. ALH (µm) 5,56 ± 0,14a 7,01 ± 0,15b 6,77 ± 0,18bc 10. BCF (Hz) 19,78 ± 0,30a 20,63 ± 0,11b 20,71 ± 0,25bc 11. WOB (%) 0,60 ± 0,01a 0,51 ± 0,01b 0,48 ± 0,00bc

Keterangan : a.b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

perbedaan yang nyata (P< 0,05).

Velocity (kecepatan) sperma pada lintasan curve (VCL), pada

lintasan straight (VSL), dan pada lintasan rata-rata alurnya (VAP),

signifikan lebih cepat pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan

kontrol (P<0,05), namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan

(P>0,05) antara suplementasi daun kelor dengan suplementasi mineral

Zn. Persentase LIN, STR, dan WOB signifikan lebih rendah pada

kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol (P<0,05),

namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan (P>0,05) antara

suplementasi daun kelor dengan suplementasi mineral Zn. Jarak lateral

gerakan kepala sperma pada setiap rata-rata alurnya (ALH) signifikan

lebih jauh pada kelompok perlakuan dibanding dengan kontrol (P<0,05),

namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan (P>0,05) antara

Page 132: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

116

suplementasi daun kelor dengan suplementasi mineral Zn. Frekuensi

gerakan sperma (BCF) atau rata-rata alur curve linear sperma melewati

rata-rata alurnya, signifikan lebih tinggi pada kelompok perlakuan

dibandingkan dengan kontrol (P<0,05), namun tidak terdapat perbedaan

yang signifikan (P>0,05) antara suplementasi daun kelor dengan

suplementasi mineral Zn.

Kualitas Semen Beku. Hasil penilaian kualitas semen beku

pejantan sapi Bali pada kelompok kontrol dan perlakuan disajikan pada

Tabel 21.

Tabel 21. Kualitas semen beku pejantan sapi Bali pada kelompok kontrol dan perlakuan.

No

Kualitas Semen Beku Kontrol Suplementasi (Perlakuan)

Daun kelor Mineral Zn Rata-rata (± SEM)

1. Motilitas total (%) 74,65 ± 1,44 80,37 ± 4.93 73.33 ± 1.59 2. Motilitas Progresif (%) 59,30 ± 1,53 66,20 ± 4.93 58.95 ± 1.48 3. Karakteristik motilitas: DAP (µm/s) 20,35 ± 0,42 21,56 ± 0,81 19,85 ± 0,45 DCL (µm/s) 41,43 ± 1,33 43,95 ± 1,26 38,88 ± 1,12 DSL (µm/s) 13,43 ± 0,06 13,90 ± 0,30 13,13 ± 0,24 VCL (µm/s) 103,52 ± 2,74 109,57 ± 3,07 97,38 ± 2,80 VAP (µm/s) 51,36 ± 0,74 54,27 ± 1,92 50,13 ± 1,08 VSL (µm/s) 34,20 ± 0,09 35,30 ± 0,68 33,44 ± 0,57 LIN (%) 32,33 ± 0,01 32,75 ± 0,00 34,21 ± 0,01 ALH (µm) 5,83 ± 0,15 5,90 ± 0,04 5,47 ± 0,10 STR (%) 0,66 ± 0,01 0,65 ± 0,01 0,66 ± 0,00 BCF (Hz) 20,71 ± 0,16 20,91 ± 0,19 20,40 ± 0,12 WOB (%) 0,49 ± 0,00 0,49 ± 0,00 0,51 ± 0,01

Page 133: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

117

Nilai post thawing motility berupa motilitas total and motilitas

progressif sperma serta karakteristik motilitas post thawing motility tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0,05) antara kelompok

kontrol, suplementasi daun kelor, dan suplementasi mineral Zn.

Tabel 22. Perbandingan motilitas sperma segar dengan beku pejantan sapi Bali pada kelompok kontrol dan perlakuan.

Keterangan : a.b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

perbedaan yang nyata (P< 0,05).

No

Kualitas Semen Beku

Kontrol Suplementasi (Perlakuan)

Segar Beku Daun kelor Mineral Zn Segar Beku Segar Beku

Rata-rata (± SEM) 1. Motilitas

total (%) 70,32 ±

4,59 74,65 ±

1,44 85,49 ±

3,74a 80,37 ± 4.93b

89,37 ± 1,73a

73.33 ± 1.59b

2. Motilitas Progresif (%)

58,14 ± 3,49

59,30 ± 1,53

77,12 ± 2,19a

66,20 ± 4.93b

76,43 ± 1,97a

58.95 ± 1.48b

3. Karakteristik motilitas: DAP

(µm/s) 30,41 ± 1,19a

20,35 ± 0,42b

54,01 ± 1,65a

21,56 ± 0,81b

54,57 ± 2,81a

19,85 ± 0,45b

DCL (µm/s)

18,08 ± 0,59a

41,43 ± 1,33b

26,24 ± 0,67a

43,95 ± 1,26b

25,92 ± 0,86a

38,88 ± 1,12b

DSL (µm/s)

13,00 ± 0,28

13,43 ± 0,06

16,28 ± 0,35a

13,90 ± 0,30b

15,68 ± 0,34a

13,13 ± 0,24b

VCL (µm/s)

72,74 ± 2,67a

103,52±2,74b

126,61 ± 3,15a

109,57 ± 3,07b

136,47 ± 7,05a

97,38 ± 2,80b

VAP (µm/s)

43,55 ± 1,30a

51,36 ± 0,74b

64,89 ± 1,48a

54,27 ± 1,92b

65,32 ± 2,20a

50,13 ± 1,08b

VSL (µm/s)

31,48 ± 0,62a

34,20 ± 0,09b

40,22 ± 0,77a

35,30 ± 0,68b

39,88 ± 0,88a

33,44 ± 0,57b

LIN (%) 44,63 ± 0,01a

32,33 ± 0,01b

31,88 ± 0,01

31,75 ± 0,00

29,63 ± 0,01a

34,21 ± 0,01b

ALH (µm)

5,56 ± 0,14

5,83 ± 0,15

7,01 ± 0,15a

5,90 ± 0,04b

6,77 ± 0,18a

5,47 ± 0,10b

STR (%)

0,72 ± 0,01a

0,66 ± 0,01b

0,63 ± 0,01

0,65 ± 0,01

0,61 ± 0,01a

0,66 ± 0,00b

BCF (Hz)

19,78 ± 0,30

20,71 ± 0,16

20,63 ± 0,11

20,91 ± 0,19

20,71 ± 0,25

20,40 ± 0,12

WOB (%)

0,60 ± 0,01a

0,49 ± 0,00b

0,51 ± 0,01

0,49 ± 0,00

0,48 ± 0,01

0,51 ± 0,01

Page 134: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

118

Perbadingan motilitas sperma segar dan sperma beku pada

kelompok kontrol dan perlakuan disajikan pada Tabel 22. Motiltas total

dan motilitas progresif sperma segar dan sperma beku pada kelompok

kontrol tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Sedangkan pada

kelompok perlakuan, motilitas total dan motilitas progresif suplementasi

daun kelor dan suplementasi mineral Zn pada sperma segar signifikan

lebih tinggi dari pada sperma beku. Nilai-nilai karakteristik motilitas pada

kelompok kontrol, menunjukkan pada sperma buku terjadi hiperaktifasi.

Sedangkan pada kelompok perlakuan suplementasi daun kelor dan

suplementasi mineral Zn, terjadi hiperaktifasi baik pada sperma beku

maupun pada sperma segar.

Status Mineral Zn Pejantan Sapi Bali yang diberi Daun Kelor

dan Mineral Zn. Konsumsi bahan kering ransum, konsumsi bahan kering

berdasarkan bobot badan, konsumsi mineral Zn, kandungan mineral Zn

pada plasma darah, urin, feses dan plasma semen pejantan sapi Bali

pada kelompok kontrol dan perlakuan disajikan pada Tabel 23. Konsumsi

ransum, konsumsi metabolis, dan konsumsi mineral Zn tidak menunjukkan

perbedaan yang signifikan (P>0,05) antara kelompok kontrol dengan

suplementasi daun kelor, namun terdapat perbedaan yang signifikan (P<

0,05) pada suplementasi mineral Zn. Kandungan mineral Zn pada plasma

darah tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0,05) antara

kelompok kontrol dengan suplementasi daun kelor dan suplementasi

mineral Zn. Kandungan mineral Zn pada urin terdapat perbedaan yang

Page 135: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

119

signifikan (P<0,05) antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan,

namun tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0,05) antara

antara suplementasi daun kelor dengan suplementasi mineral Zn.

Kandungan mineral Zn pada feces menunjukkan perbedaan yang

signifikan (P>0,05) antara antara kelompok kontrol dengan suplementasi

daun kelor, namun tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0,05)

dengan suplementasi mineral Zn. Terdapat perbedaan yang signifikan

antara suplementasi daun kelor dengan suplementasi mineral Zn.

Kandungan mineral Zn pada plasma semen tidak menunjukkan

perbedaan yang signifikan (P>0,05) antara kelompok kontrol dengan

kelompok perlakuan.

Konsumsi bahan kering ransum, konsumsi bahan kering

berdasarkan bobot badan, dan konsumsi mineral Zn tidak menunjukkan

perbedaan yang signifikan (P>0,05) antara kelompok kontrol dengan

suplementasi daun kelor, namun terdapat perbedaan yang signifikan

(P<0,05) pada suplementasi mineral Zn. Kandungan mineral Zn pada

plasma darah tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0,05)

antara kelompok kontrol dengan suplementasi daun kelor dan

suplementasi mineral Zn. Kandungan mineral Zn pada urin terdapat

perbedaan yang signifikan (P<0,05) antara kelompok kontrol dengan

kelompok perlakuan, namun tidak menunjukkan perbedaan yang

signifikan (P>0,05) antara antara suplementasi daun kelor dengan

suplementasi mineral Zn. Kandungan mineral Zn pada feces menunjukkan

Page 136: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

120

perbedaan yang signifikan (P>0,05) antara antara kelompok kontrol

dengan suplementasi daun kelor, namun tidak menunjukkan perbedaan

yang signifikan (P>0,05) dengan suplementasi mineral Zn. Terdapat

perbedaan yang signifikan antara suplementasi daun kelor dengan

suplementasi mineral Zn. Kandungan mineral Zn pada plasma semen

tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0,05) antara kelompok

kontrol dengan kelompok perlakuan.

Tabel 23. Konsumsi ransum, konsumsi metabolis, konsumsi mineral Zn dan kandungan mineral Zn pada plasma darah, urin, feses dan plasma semen pejantan sapi Bali pada kelompok kontrol dan perlakuan.

No. Status mineral Zn Kontrol Perlakuan

Daun kelor Mineral Zn Rata-rata (± SEM)

1. Konsumsi ransum (kg bahan kering/ hari)

13.86 ± 0.27a

13.26 ± 0.29a

11.66 ± 0.48b

2. Konsumsi/BB0,75 (kg BK/BB0,75)

0,22 ± 0,00a 0,21 ± 0,00a 0,17 ± 0,00b

3. Konsumsi mineral Zn (mg/kg BK ransum/ hari)

88 ± 0,001a

82 ± 0,001a

72 ± 0,003b

4. Plasma darah (mg/l) 50,38 ± 13,59 30,88 ± 4,34 58,61 ± 3,46 5. Urin (mg/l) 1,72 ± 0,56a 9,35 ± 0,14b 7,24 ± 1,68b 6. Feses (µg/g) 211,52±5,98a 240,34±10,19b 206,33±3,02a 7. Plasma semen (mg/l) 10,22 ± 0,00 12,79 ± 5,18 10,05 ± 2,52 Keterangan : a.b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

perbedaan yang nyata (P< 0,05).

Page 137: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

121

b. Pembahasan

Libido dan Kualitas Semen Segar. Suplementasi daun kelor dan

suplementasi mineral Zn meningkatkan libido pejantan sapi Bali. Hal ini

ditunjukkan dengan waktu yang diperlukan oleh sapi pejantan mulai

mendekati betina pemancing sampai ejakulasi lebih singkat, yaitu dari

5,53 menit menjadi 3,21 menit dan 2,53 menit. Libido pejantan sapi Bali

yang disuplementasi daun kelor dan disuplementasi mineral Zn tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat memperkuat

dugaan bahwa, mineral Zn yang terdapat pada daun kelor berperan dalam

meningkatkan libido pejantan sapi Bali.

Libido pejantan sapi Bali yang disuplementasi lebih tinggi

dibandingkan hasil penelitian Ratnawati dan Affandhy (2013) pada sapi

Bali yang diberi pakan utama limbah sawit yaitu 5,61 menit, namun tidak

berbeda jauh dengan kontrol. Menurut Ratnawati dkk., (2008) libido

pejantan sapi Bali rata-rata 4,7 menit sedangkan menurut Susilawati

(2011) adalah 4.5 menit. Hal ini dapat menunjukkan bahwa, suplementasi

daun kelor dapat mengembalikan libido pejantan sapi Bali apabila diberi

pakan berkualitas rendah seperti jerami padi atau limbah sawit. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian Prabsattroo et al., (2015)

menggunakan ekstrak daun kelor pada tikus wistar jantan fertil yang

mengalami stress dapat menurunkan intromisi latency dan meningkatkan

frekuensi intromisi. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Zade

et al., (2013a) dan Zade et al., (2013b) menggunakan ekstrak buah kelor

Page 138: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

122

yang diekstraksi dengan air, alkohol, dan kloroform, secara signifikan

meningkatkan perilaku seksual dan libido tikus wistar jantan albino.

Menurut Widhyari (2012), bahwa mineral Zn yang terdapat dalam

pakan dapat berperan meningkatkan libido diawali dengan proses

pemecahan di dalam saluran pencernaan. Absorpsi Zn terjadi di usus

halus melalui transport aktif dan transport pasif. Proses absorpsi Zn terjadi

di duodenum, ileum, jejenum, dan hanya sedikit di kolon ataupun

lambung, terbesar terjadi di ileum. Selanjutnya Suprijati (2013) menjelas-

kan bahwa, Zn yang terabsorpsi akan masuk ke sistem peredaran darah

dan yang tidak terabsorpsi akan dieksresikan melalui urin dan feces. Zn

yang diabsobsi di bawah ke seluruh tubuh. Zn berpengaruh pada fungsi

reproduksi jantan antara lain memberikan efek pada hormon androgen. Zn

berperan pada pertumbuhan dan perkembangan testes. Kemudian

Chauhan et al., (2014) menjelaskan bahwa, Zn yang masuk ke dalam

sistem peredaran darah dibawah ke testes merangsang pembentukan

hormon testosteron melalui mekanisme kerja sumbu hipotalamus-

hipofisis-testes. Testosteron adalah androgen utama disintesis oleh sel-sel

Leydig, dirangsang oleh hormon luteinizing (LH). Salah satu efek

utamanya adalah stimulasi spermatogenesis pada tubulus seminiferous.

Kadar hormon testosteron memiliki hubungan dengan LH dan FSH,

seperti peningkatan kadar gonadotropin bersamaan dengan peningkatan

kadar testosteron (Andersen and Tufik, 2006). Kadar hormon testosteron

Page 139: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

123

berkorelasi positif dengan tingkat libido, yaitu semakin tinggi kadar hormon

testosteron maka semakin tinggi tingkat libido (Rachmawati et al., 2014).

Suplementasi daun kelor dan suplementasi mineral Zn meningkat-

kan volume semen pejantan sapi Bali dari 2,71 ml menjadi 3,78 ml dan

4,19 ml. Volume semen pejantan sapi Bali yang disuplementasi daun kelor

dan disuplementasi mineral Zn tidak menunjukkan perbedaan yang

signifikan. Hal ini dapat memperkuat dugaan bahwa mineral Zn yang

terdapat pada daun kelor berperan dalam meningkatkan volume semen

pejantan sapi Bali. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kumar et

al., (2006) pada sapi pejantan persilangan (Bos indicus × Bos taurus),

suplementasi Zn organik dan anorganik signifikan meningkatkan volume

semen. Hasil penelitian Janicki and Cygan-Szczegielniak (2008) juga

menunjukkan bahwa, terdapat korelasi positif antara peningkatan

konsentrasi Zn dengan volume semen pada sapi pejantan. Bindari et al.,

(2013) juga menyatakan bahwa, suplementasi Zn menyebabkan

peningkatan rata-rata volume ejakulasi. Demikian pula hasil penelitian

Horký et al., (2011) menunjukkan bahwa, suplementasi Zn organik dan

anorganik signifikan meningkatkan volume semen pada babi. Hasil review

Roy et al., (2013) juga menunjukkan bahwa suplementasi mineral Zn

meningkatkan volume ejakulasi beberapa spesies mamalia, seperti: sapi,

kambing, kelinci, dan kerbau. Namun, hasil penelitian Widhyari et al.,

(2015) pada sapi FH jantan muda, suplementasi mineral Zn tidak

menunjukkan perbedaan volume semen yang signifikan. Hal ini mungkin

Page 140: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

124

karena sapi jantan yang digunakan masih berumur muda, sehingga

produksi semennya belum optimal.

Menurut Martin et al., (1994) bahwa, volume semen merupakan

sekresi testis, epididimis, dan kelenjar aksesori terutama kelenjar prostat.

Zn telah dilaporkan merangsang pertumbuhan dan perkembangan organ

sex primer, sekunder dan aksesori. Hal ini dibuktikan dengan atrofi organ

ini pada domba jantan saat diberi pakan kekurangan Zn dalam

ransumnya. Sumber utama Zn dalam semen adalah kelenjar prostat

dimana terdapat konsentrasi Zn yang tertinggi dan sebagai penanda

bahwa kelenjar prostat berfungsi dengan baik (Ebisch et al., 2007).

Dengan demikian, peningkatan volume semen mungkin karena mineral Zn

dalam daun kelor dan suplementasi mineral Zn dikaitkan dengan

peningkatan aktivitas sekretori sel-sel prostat, karena 35 - 40% volume

semen disumbangkan oleh kelenjar prostat (Kumar et al., 2006).

Volume semen yang diperoleh masih lebih rendah dibandingkan

dengan volume semen pada sapi Bali yang diperoleh Arifiantini et al.,

(2006) sebanyak 6,3 ml, Ratnawati et al. (2008) sebanyak 4,5 ml, Aerens

et al. (2013) sebanyak 7,4 ml, dan Savitri et al, (2014) sebanyak 5,5 ml.

Walaupun demikian, volume semen yang diperoleh tersebut masih dalam

kategori normal, menurut Barszcz et al., (2012), yaitu volume normal

semen sapi bekisar antara 2 - 8 ml, dan Setchell (2014) yaitu berkisar

antara 2 - 10 ml. Perbedaan volume semen per ejakulasi dapat berbeda-

Page 141: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

125

beda menurut bangsa, umur, ukuran badan, tingkatan pakan, frekuensi

koleksi, dan berbagai faktor lain (Susilawati, 2011).

Suplementasi daun kelor dan suplementasi mineral Zn tidak

mempengaruhi pH semen pejantan sapi Bali. Derajat keasaman (pH) yang

diperoleh 6,7 – 7,0 termasuk kategori normal, sesuai dengan Garner and

Hafez (2000), bahwa kisaran pH semen sapi yang normal adalah 6,4 –

7,8. Nilai pH yang netral menandakan metabolism aktif spermatozoa

berjalan dengan baik. Hal ini dapat menunjukkan bahwa ransum yang

diberikan mendukung proses metabolisme sperma secara normal

(Widhyari dkk., 2015).

Suplementasi daun kelor dan suplementasi mineral Zn tidak

mempengaruhi warna semen pejantan sapi Bali. Warna semen yang

diperoleh semuanya berwarna putih susu sampai krem. Warna tersebut

normal menurut Garner and Hafez (2000), warna normal semen sapi

adalah putih susu sampai krem. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil

penelitian Susilawati dkk., (1993) yang menunjukkan bahwa 10% ejakulasi

normal pada sapi FH dan Bali berwarna krem dan sisanya berwarna putih

susu. Hal ini dapat menunjukkan bahwa mineral Zn tidak berperan dalam

perubahan warna semen pejantan sapi Bali.

Suplementasi daun kelor dan suplementasi mineral Zn meningkat-

kan konsistensi semen pejantan sapi Bali. Semen sapi yang normal

memiliki konsistensi dari sedang sampai kental (Feradis, 2010), demikian

pula pada sapi Bali (Ratnawati dkk., 2008). Terdapat 61% ejakulat pada

Page 142: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

126

kelompok kontrol yang memiliki konsistensi normal, 93% ejakulat pada

kelompok disuplementasi daun kelor, dan 100% pada kelompok yang

disuplementasi mineral Zn. Hal ini memperkuat dugaan bahwa mineral Zn

pada daun kelor dapat berperan meningkatkan konsistensi semen.

Mekanisme mineral Zn dapat meningkatkan konsistensi semen masih

perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Suplementasi daun kelor dan suplementasi mineral Zn tidak

meningkatkan konsentrasi sperma pejantan sapi Bali secara signifikan.

Hal ini dapat membuktikan bahwa mineral Zn tidak berperan dalam

meningkatkan konsentrasi sperma pejantan sapi Bali. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian Horký et al, (2011) pada babi, namun berbeda

dengan penelitian Kumar et al., (2006) pada sapi persilangan dan

Widhyari et al., (2015) pada sapi FH jantan muda. Konsentrasi

spermatozoa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kematangan

seksual pejantan, volume ejakulat, interval penampungan, kualitas pakan,

kesehatan reproduksi, besar testis, umur, musim, dan perbedaan

geografis (Widhyari et al., 2015). Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh

kedua kelompok peneliti ini menggunakan sapi jantan muda yang masih

dalam proses pertumbuhan sehingga produksi spermanya mengalami

penambahan yang signifikan dibanding pejantan sapi Bali yang digunakan

pada penelitian ini pada puncak produksi umur 4 – 6 tahun dengan

produksi yang sudah stabil. Konsentrasi sperma yang diperoleh termasuk

dalam kategori normal, karena konsentrasi normal sperma sapi jantan

Page 143: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

127

adalah 800 – 2.000 juta/ml (Garner and Hafez, 2000), 800 – 1.200 juta/ml

(Susilawati, 2011), atau 300 – 2.000 juta/ml (Setchell, 2014).

Suplementasi daun kelor dan suplementasi mineral Zn meningkat-

kan gerakan massa sperma pejantan sapi Bali. Gerakan massa sperma

yang normal dan layak untuk diproses menjadi semen beku adalah (++)

dan (+++) pada skala (-) sampai (+++) (Susilawati, 2011). Terdapat 94%

ejakulat pada kelompok kontrol, 97% ejakulat pada kelompok sapi yang

disuplementasi daun kelor serta 100% pada kelompok sapi yang

disuplementasi mineral Zn mempunyai gerakan massa yang normal dan

layak untuk diproses menjadi semen beku. Walaupun demikian,

peningkatan gerakan massa tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang

signifikan. Hal ini dapat menunjukkan bahwa mineral Zn tidak berperan

terhadap peningkatan gerakan massa sperma pejantan sapi Bali. Menurut

Toelihere (1993), gerakan massa merupakan cerminan dari motilitas dan

konsentrasi spermatozoa. Kecepatan bergeraknya satu kelompok

spermatozoa membentuk gelombang-gelombang bergantung pada

konsentrasi, motilitas, dan abnormalitas. Menurut Widhyari (2015),

gerakan massa dapat dipengaruhi oleh bangsa, suhu lingkungan, dan

faktor nutrisi atau status gizi ternak. Oleh karena itu, gerakan massa yang

tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, mungkin karena

konsentrasi juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Suplementasi daun kelor dan suplementasi mineral Zn meningkat-

kan motilitas total sperma pejantan sapi Bali dari 70,32% menjadi 85,49%

Page 144: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

128

dan 89,37%. Motilitas total sperma pejantan sapi Bali yang disuplementasi

daun kelor dan disuplementasi mineral Zn tidak menunjukkan perbedaan

yang signifikan. Hal ini dapat memperkuat dugaan bahwa mineral Zn yang

terdapat pada daun kelor berperan dalam meningkatkan motilitas total

sperma pejantan sapi Bali. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Kumar et al., (2006) pada sapi pejantan persilangan (Bos indicus × Bos

taurus), suplementasi Zn organik dan anorganik signifikan meningkatkan

motilitas sperma. Demikian pula hasil penelitian Widhyari et al., (2015)

pada sapi FH jantan muda. Hasil penelitian Zhinian (1998) juga menunjuk-

kan bahwa, suplementasi Zn secara signifikan dapat meningkatkan

motilitas sperma segar dan beku. Hal ini didukung oleh pernyataan Bindari

et al., (2013) bahwa, suplementasi Zn menyebabkan peningkatan

persentase motilitas sperma.

Menurut Iwasaki and Gagnon (1992), bahwa mineral Zn dapat

meningkatkan motilitas total sperma karena mineral Zn dapat menyedia-

kan energi gerak bagi sperma sehingga lebih aktif. Mineral Zn berfungsi

terhadap kerja enzim-enzim metabolisme sel sperma untuk menghasilkan

energi (ATP). Kumar et at., (2006) juga menjelaskan bahwa peningkatan

motilitas sperma karena pendonor utama energi yang dibutuhkan oleh

flagella sperma untuk bergerak adalah ATP dan Zn mengontrol motilitas

sperma dengan cara mengendalikan pemanfaatan energi melalui sistem

ATP, melalui regulasi fosfolipid cadangan energi dan peningkatan

penyerapan oksigen oleh sperma. Alasan lain adalah aktivitas Zn

Page 145: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

129

mengandung enzim yaitu sorbitol dehidrogenase dan laktat dehidro-

genase yang memainkan peran penting dalam motilitas sperma. Zn juga

pemangsa radikal bebas oksigen dan melindungi sperma dari kerusakan

oksidatif dan lipid per oksidasi dengan menghambat fosfolipase. Dengan

demikian, tindakan anti-oksidan dari Zn mungkin bertanggung jawab atas

peningkatan motilitas sperma pada kelompok yang disuplementasi daun

kelor dan disuplementasi mineral Zn.

Menurut Hafez and Hafez (2000) bahwa, kisaran normal motilitas

total sperma yang layak untuk diproses menjadi semen beku adalah 60 -

80%. Oleh karena itu, ketiga kelompok semen pada penelitian ini layak

untuk diproses menjadi semen beku.

Suplementasi daun kelor dan suplementasi mineral Zn signifikan

meningkatkan motilitas progresif sperma pejantan sapi Bali dari 58,14%

menjadi 77,12 dan 76,43%. Motilitas progresif sperma pejantan sapi Bali

yang disuplementasi daun kelor dan disuplementasi mineral Zn tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat memperkuat

dugaan bahwa mineral Zn yang terdapat pada daun kelor berperan dalam

meningkatkan motilitas progresif sperma pejantan sapi Bali. Hasil

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Janicki and Cygan-

Szczegielniak (2008) bahwa, terdapat korelasi positif antara peningkatan

konsentrasi Zn dengan motilitas sperma pada sapi pejantan. Demikian

pula hasil penelitian Cupic et al., (1998) bahwa, pemberian mineral Zn

sebesar 50, 100, dan 150 ppm pada pejantan sapi FH, signifikan

Page 146: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

130

meningkatkan motilitas progresif sperma dari 69.72% menjadi 77.78% dan

84.44%. Motilitas progresif berperanan penting untuk keberhasilan

fertilisasi. Menurut Feradis (2010) bahwa, pejantan fertil mempunyai

sperma motil progresif 50 - 80%, sehingga hasil penelitian ini menunjuk-

kan bahwa, pejantan sapi Bali yang digunakan adalah sapi pejantan yang

fertil dan suplementasi daun kelor kemungkinan dapat meningkatkan

fertilitasnya.

Karakteristik Motilitas Sperma. Suplementasi daun kelor dan

suplementasi mineral Zn meningkatkan jarak tempuh sperma dalam satu

detik pada DCL, DSL, dan DAP, kecepatan sperma pada VCL, VSL, dan

VAP serta frekuensi (BCF) dan amplitudo (ALH) sperma pejantan sapi

Bali, namun tidak terdapat perbedaan antara suplementasi daun kelor

dengan suplementasi mineral Zn. Berdasarkan Susilawati (2011), maka

sperma pada kelompok perlakuan mengalami hiperaktifasi, karena nilai

VCLnya ≥ 100 µm/detik, LIN < 60% dan ALH ≥ 5 µm/detik. Hasil pengujian

pola motilitas hiperaktifasi menggunakan CASA dapat menjadi upaya

yang baik untuk memprediksi kemampuan fertilisasi spermatozoa.

Hiperaktifasi spermatozoa diperlukan sesaat sebelum reaksi akrosom

secara in vitro yaitu pergerakan dalam oviduct saat fertilisasi. Motilitas

sperma terhiperaktifasi berkorelasi positif dengan kemampuan untuk

menembus zona. Angka fertilitas kelompok hiperaktifasi memiliki

keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok non

hiperaktifasi (Susilawati, 2011). Hal ini dapat memperkuat dugaan bahwa

Page 147: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

131

mineral Zn yang terdapat pada daun kelor berperan dalam meningkatkan

nilai karakteristik motilitas sperma pejantan sapi Bali, sehingga mengalami

hiperaktifasi yang kemungkinan dapat menghasilkan sperma yang lebih

fertil.

Nilai-nilai karakteristik motilitas sperma yang diperoleh masih lebih

rendah dibandingkan dengan nilai-nilai karakteristik motilitas sperma

pejantan sapi Bali, Madura, Brahman, Ongole, Limousin dan Simmental

sumber semen di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari

(Sarastina et al., 2007). Hal ini mungkin disebabkan oleh sapi pejantan

yang digunakan BBIB adalah pejantan unggul dan terseleksi serta

pemberian pakan yang berkualitas. Faktor-faktor yang spesifik mempe-

ngaruhi nilai-nilai karakteristik motilitas sperma masih perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut.

Kualitas Semen Beku. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap post thawing motility

berupa motilitas total and motilitas progressif sperma antara kelompok

kontrol, suplementasi daun kelor, dan suplementasi mineral Zn. Motilitas

total and motilitas progressif sperma segar dan beku pada kelompok

kontrol tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, walaupun di

kelompok perlakuan terjadi penurunan yang signifikan (Tabel 22). Hal ini

menunjukkan bahwa mineral Zn tidak berperan dalam meningkatkan post

thawing motility. Walaupun demikian, nilai-nilai post thawing motility

semen beku yang diperoleh masih lebih tinggi dibandingkan dengan

Page 148: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

132

standar menurut Vincent et al., (2012), sapi Bali di perusahaan peternakan

di Malaysia (Sarsaifi et al., 2013), sapi Bali, Madura, dan PO di BBIB

Singosari (Salim et al., 2012), sapi Limousin, Simmental, dan Friesian

Holstein di BIB Lembang, Bandung, Jawa Barat (Komariah et al., 2013),

dan sapi Brahman (Pratiwi et al., 2009). Demikian pula terhadap bangsa-

bangsa sapi di Bangladesh yaitu sapi pejantan Lokal (L), Friesian (F),

Sahiwal (SL), Local×Friesian (L×F), Sahiwal×Friesian (SL×F),

Local×Friesian× Friesian (LF1×F), Local ×Friesian×Friesian×Friesian

(LF2×F) (Hossain et al., 2012). Nilai karakteristik motilitas yang diperoleh

masih lebih rendah dibandingkan dengan sapi Bali di perusahaan

peternakan di Malaysia (Sarsaifi et al., 2013). Hal ini mungkin disebabkan

oleh perbedaan metode penampungan semen yang digunakan. Penelitian

ini menggunakan metode vagina buatan, sedangkan penelitian Sarsaifi et

al., (2013) menggunakan metode pengurutan pada ampula (RM) yang

dilanjutkan dengan metode elektroejakulator (EE). Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa, kombinasi RM dan EE pada pejantan sapi Bali

ternyata lebih berhasil dibandingkan metode RM. Penggunaan RM

sebelum EE mengakibatkan mungkin adanya pergerakan sperma masuk

ke panggul uretra sehingga mengurangi jumlah rangsangan diperlukan

untuk ejakulasi. Walaupun demikian, dinyatakan bahwa, hasil metode ini

tidak konsisten dan motilitas sperma yang beragam, sehingga hal ini

kemungkinan hasil yang diperoleh lebih tinggi.

Page 149: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

133

Nilai-nilai karakteristik motilitas post thawing motility sperma antara

kelompok kontrol, suplementasi daun kelor, dan suplementasi mineral Zn

juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Berdasarkan

Susilawati (2011), nilai-nilai karakteristik motilitas tersebut menunjukkan

sperma telah mengalami hiperaktifasi. Demikian pula pada Tabel 22, juga

menunjukkan bahwa nilai-nilai karakteristik motilitas sperma segar dan

beku telah mengalami hiperaktifasi. Hal ini dapat menunjukkan bahwa

mineral Zn tidak berperan terhadap karakteristik motilitas sperma setelah

pembekuan.

Status Mineral Zn Pejantan Sapi Bali yang Disuplementasi

Daun Kelor dan Disuplementasi Mineral Zn. Suplementasi daun kelor

tidak nyata menurunkan konsumsi bahan kering, namun suplementasi

mineral Zn nyata menurunkan konsumsi bahan kering dibandingkan

dengan kontrol dan suplementasi daun kelor. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa, mineral Zn tidak berperan dalam meningkatkan

konsumsi bahan kering pada pejantan sapi Bali. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian Mendeita-Araica et al., (2011) yang menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan konsumsi bahan kering

rumput gajah dengan konsumsi bahan kering daun kelor pada sapi perah.

Demikian pula hasil penelitian Babeker and Bdalbagi (2015), yang tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan konsumsi bahan kering pada

kambing Nubian Sudan yang diberi perlakuan daun kelor 0% + hay

sorghum 54%, daun kelor 20% + hay sorghum 34%, dan daun kelor

Page 150: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

134

50% + hay sorghum 4%. Namun, hasil penelitian ini berlawanan dengan

hasil penelitian Roy et al., (2016) bahwa suplementasi daun kelor

signifikan meningkatkan konsumsi bahan kering pakan hijauan berkualitas

rendah pada sapi jantan lokal BCB-1. Hal ini mungkin karena kualitas

nutrisi ransum yang diberikan lebih rendah, sehingga dengan

penambahan daun kelor yang kaya asam amino, vitamin, dan mineral

akan membantu mikroorganisme rumen untuk proses pencernaan dan

metabolisme, sehingga lebih banyak bahan kering yang dapat dikonsumsi

dan dicerna serta dimetabolisme.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian El Ashry et

al., (2012) bahwa, konsumsi bahan kering pada sapi perah awal laktasi

yang berproduksi tinggi yang disuplementasi dengan Zn organik signifikan

lebih tinggi daripada yang disuplementasi Zn anorganik. Konsumsi bahan

kering pejantan sapi Bali yang diberi daun kelor signifikan lebih tinggi

dibandingkan dengan yang diberi mineral Zn. Hal ini mungkin karena daun

kelor mengandung mineral Zn tinggi yang juga kaya akan asam amino

yang dapat membentuk ikatan Zn-asam amino tertentu yang dapat

meningkatkan aktivitas fermentasi mikroba rumen yang diikuti dengan

meningkatnya produksi enzim pemecah serat (Suprijati, 2013). Aktivitas

fermentasi mikroba rumen yang meningkat akan menyebabkan

meningkatnya jumlah konsumsi bahan kering. Namun, hasil penelitian ini

berlawanan dengan hasil penelitian Hassan et al., (2011) bahwa, tidak

terdapat perbedaan yang signifikan konsumsi bahan kering pada domba

Page 151: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

135

Barky yang diberi pakan Zn sufat dan Zn metionin yang diberi ransum

basal jerami padi. Demikian pula hasil penelitian Kessler et al., (2003)

bahwa, tidak terdapat perbedaan yang signifikan konsumsi bahan kering

ransum sapi pejantan persilangan Red Holstein yang diberi pakan kontrol,

Zn proteinat, Zn polisakarida dan Zn oksida. Winter et al., (2014) juga

menunjukkan bahwa, tidak terdapat perbedaan yang signifikan konsumsi

bahan kering sapi pejantan German Holstein yang diberi pakan

mengandung Phospor-Zn, dan Phospor-Zn-phytase.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, sapi pejantan yang

disuplementasi mineral Zn anorganik diperoleh konsumsi bahan kering

paling rendah. Menurut Parakkasi (1999) bahwa, dalam tubuh ternak

mempunyai mekanisme homeostatik untuk Zn guna menghindari

terlampau banyak Zn dalam tubuh. Mungkin dengan mekanisme ini

sehingga sapi pejantan tersebut mengurangi konsumsi bahan keringnya,

karena di dalam jerami padi sudah terdapat konsentrasi Zn yang tinggi

(68,96 mg/kg) guna mengurangi konsumsi Zn. Walaupun demikian,

suplementasi daun kelor dan suplementasi mineral Zn tidak mem-

pengaruhi kecukupan konsumsi bahan kering. Jumlah konsumsi bahan

kering ketiga kelompok perlakuan (Tabel 23) masih berada di atas standar

kebutuhan untuk pejantan sapi potong yaitu 6,30 kg/hari (Nutrient

Requirements of Beef Cattle, 2000).

Konsumsi bahan kering berdasarkan bobot badan sejalan dengan

konsumsi bahan kering ransum. Suplementasi daun kelor tidak nyata

Page 152: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

136

menurunkan konsumsi bahan kering berdasarkan bobot badan, namun

suplementasi mineral Zn nyata menurunkan konsumsi bahan kering

berdasarkan bobot badan dibandingkan dengan kontrol dan suplementasi

daun kelor. Ternak mengkonsumsi ransum sesuai kebutuhan fisiologisnya

untuk hidup pokok, dan produksinya sesuai dengan kapasitas saluran

pencernaannya yang antara lain dipengaruhi bobot badan (Parakkasi,

1999). Dengan demikian, ternak akan mengkonsumsi ransum sesuai

dengan bobot badannya.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa konsumsi mineral Zn

sejalan konsumsi bahan kering. Konsumsi mineral Zn yang diperoleh

berada di atas standar kebutuhan mineral Zn untuk sapi potong yaitu 30

mg/kg, namun belum melewati batas toksitas yaitu 500 mg/kg (Nutrient

Requirements of Beef Cattle, 2000). Hal ini menunjukkan bahwa ransum

yang diberikan masih dalam batas toleransi kebutuhan mineral Zn pada

sapi potong. Mineral Zn yang berlebih akan dikeluarkan melalui keringat,

urin, dan feces, namun apabila melewati ambang batas maksimum akan

menyebabkan keracunan. Konsumsi mineral Zn yang tinggi disebabkan

oleh kandungan mineral Zn yang tinggi pada jerami padi yaitu 68,96

mg/kg (Tabel 10). Walaupun demikian, kandungan mineral Zn yang tinggi

pada jerami padi tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh ternak

karena kemungkinan terikat dengan silika yang sukar untuk dicerna.

Suplementasi daun kelor dan suplementasi mineral Zn tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap kandungan mineral Zn

Page 153: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

137

pada plasma darah dengan kelompok kontrol. Kandungan mineral Zn

dalam darah merupakan refleksi dari total Zn dalam tubuh (Li et al., 2017).

Hal ini menunjukkan bahwa kandungan mineral Zn dalam ransum sesuai

dengan kebutuhan pada ternak, sehingga perlakuan tidak menunjukkan

perbedaan. Konsentrasi Zn dalam plasma darah berkorelasi langsung

dengan konsentrasi Zn dalam makanan (Habeeb et al., 2013). Absorpsi

Zn merupakan refleksi kebutuhan fisiologis tubuh akan Zn. Ternak yang

kekurangan Zn akan mengabsorpsi sebagian besar Zn yang diberikan

dalam pakan. Ternak apabila kekurangan Zn yang besar, mengakibatkan

turunnya kandungan Zn pada rambut, tulang, hati, paru-paru, ginjal,

pankreas dan plasma darah (Suprijati, 2013). Kandungan mineral Zn

dalam plasma darah yang tidak berbeda, mungkin karena tingkat

konsumsi mineral masing-masing perlakuan jauh di atas standar

kebutuhan. Kadar plasma Zn normal pada sapi antara 0,8 -1,2 µg/ ml

(Mpofu et al., 1999, Widhyari, 2012). Kadar plasma Zn yang diperoleh

masing-masing perlakuan adalah 50,38 ± 13,59 mg/l, 30,88 ± 4,34 mg/l,

dan 58,61 ± 3,46 mg/l lebih tinggi daripada standar normal.

Kandungan mineral Zn dalam plasma darah tidak menunjukkan

perbedaan yang signifikan, sejalan dengan hasil penelitian Spears and

Kegley (2002) bahwa supplementasi seng oksida dan seng proteinat tidak

berpengaruh nyata terhadap kadar mineral Zn dalam plasma darah sapi

pejantan Angus dan Angus×Hereford pada fase pertumbuhan dan fase

akhir. Demikian pula hasil penelitian Hartati et al., (2009) yang melakukan

Page 154: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

138

penambahan ZnSO4 dan Hartati et al., (2012), melakukan penambahan

ZnSO4 dan Zn-Cu Isoleusinat tidak berpengaruh nyata terhadap

konsentrasi seng dalam plasma darah sapi Bali. Hasil penelitian Pavlata et

al., (2011) juga menunjukkan bahwa, tidak ada perbedaan yang signifikan

kandungan mineral Zn dalam plasma darah kambing yang diberi Zn

organik dan Zn anorganik selama tiga bulan terus-menerus. Walaupun

demikian, hasil yang diperoleh masih lebih tinggi dibandingkan dengan

Spears and Kegley (2002), Pavlata et al., (2005), Hartati et al., (2009), dan

Hartati et al., (2012). Peningkatan kadar Zn dalam serum ataupun plasma

mungkin disebabkan oleh pengaruh suplementasi mineral mikro yang

berdampak pada meningkatnya absorpsi dan retensi Zn dalam jaringan

(Suprijati, 2013).

Suplementasi daun kelor signifikan meningkatkan kandungan

mineral Zn dalam urin dan feses pada pejantan sapi Bali. Hal ini

menunjukkan bahwa, jumlah Zn yang diekresikan semakin besar,

sehingga jumlah retensi Zn semakin kecil. Jumlah Zn yang meningkat

pada urin dan feces kemungkinan karena daun kelor mengandung nutrisi

yang lengkap sehingga proses pencernaan ransum yang disuplementasi

daun kelor berjalan dengan baik. Intake bahan kering dan mineral Zn yang

berlebih, namun proses pencernaan berjalan dengan baik, retensi Zn

dalam tubuh sesuai kebutuhan, sehingga Zn yang berlebih dikeluarkan

bersama dengan urin dan feses. Menurut Suprijati (2013) bahwa, ternak

ruminansia mempunyai mekanisme kontrol homeostatis yang mengatur

Page 155: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

139

absorpsi Zn dan re-ekskresi endogen ke dalam saluran pencernaannya.

Absorpsi Zn dan retensi Zn yang tinggi dapat diindikasikan dengan kadar

Zn yang rendah dalam feses. Selanjutnya Widhyari (2012) menyatakan

bahwa, Zn dieksreksi melalui empedu, keringat dan urin. Zn tidak

disimpan permanen dan mudah hilang dalam tubuh. Zn juga dibawa ke

dalam pankreas dan digunakan untuk membuat enzim pencernaan, yang

akan dikeluarkan ke dalam saluran pencernaan pada waktunya jika

diperlukan. Dengan demikian saluran cerna memiliki dua sumber Zn, yaitu

dari makanan dan cairan pencernaan pankreas. Kume et al., (1984)

menjelaskan bahwa, konsentrasi Zn dalam feces meningkat dengan

meningkatnya Zn dalam ransum, kebanyakan Zn dalam ransum akan

diekskresikan dalam feses. Konsentrasi Zn pada jaringan biasanya

dipertahankan konstan, meskipun asupan Zn sedikit tidak memadai.

Suplementasi daun kelor dan suplementasi mineral Zn tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan kandungan mineral Zn pada

plasma semen pada kelompok kontrol dan perlakuan (10,22 ± 0,00 vs

12,79 ± 5,18 vs 10,05 ± 2,52 mg/L). Hasil studi Roy et al., (2013)

menunjukkan bahwa kadar Zn dalam plasma semen sapi pejantan

bervariasi antara 1,69 – 25,57 mg/L (ppm). Hal ini menunjukkan bahwa

kandungan mineral Zn pada semen sapi percobaan adalah normal dan

pakan yang diberikan tercukupi kebutuhan mineral Zn-nya. Walaupun

demikian, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Kumar

(2013) bahwa suplementasi Zn pada 0, 60, 75, 90 dan 105 hari siginifikan

Page 156: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

140

meningkatkan kandungan seminal plasma semen pejantan kambing

Barbari. Perbedaan ini mungkin pengaruh waktu suplementasi yang lebih

lama yaitu lebih 60 hari sedangkan pada penelitian ini hanya 8 minggu (56

hari).

Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian pada tahap ini, maka

suplementasi mineral Zn anorganik signifikan meningkatkan libido, volume

semen, motilitas total, motilitas progresif, dan memperbaiki karakteristik

motilitas sperma pejantan sapi Bali, sehingga memperkuat dugaan bahwa

mineral Zn pada daun kelor berperan terhadap peningkatan peubah

tersebut. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan membandingkan

libido dan kualitas semen pejantan sapi Bali yang diberi mineral Zn yang

diekstrak dari daun kelor dan diberi daun kelor untuk membuktikan bahwa

mineral Zn pada daun kelor berperan dalam meningkatkan libido dan

kualitas semen.

C. Pembahasan Umum

Libido dan kualitas semen yang rendah sering dialami oleh sapi

pejantan yang biasa digunakan sebagai sumber semen cair dan semen

beku serta pejantan pada kawin alam. Libido dan kualitas semen yang

rendah menyebabkan penundaan konsepsi dan memperpanjang musim

kawin, sehingga mengakibatkan kerugian secara ekonomi dan

mengancam keberlanjutan usaha peternakan.

Page 157: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

141

Libido dapat dipengaruhi oleh level hormon testosteron. Proses

sintesis hormon testosteron oleh sel sel Leydig pada testes tergantung

pada kecukupan Zn dalam makanan. Mineral Zn merangsang sel Leydig

memproduksi testosteron untuk fungsi normal sumbu hipothalamus-

hipofisis-testes. Kualitas semen segar yang diejakulasikan oleh pejantan

dipengaruhi proses spermatogenesis di tubulus seminiferous dan pem-

bentukan seminal plasma di kelenjar assesoris. Proses produksi dan

kualitas semen dipengaruhi nutrisi tertentu yaitu asam amino metionin,

sistein, dan arginin, asam lemak -linolenic, vitamin A, C, dan E, mineral

Zn dan Se, fitonutrien (fitoestrogen dan senyawa fenol) serta antioksidan.

Daun kelor mengandung semua senyawa-senyawa tersebut, sehingga

pemanfaatan daun kelor sebagai pakan suplemen diharapkan dapat

meningkatkan libido dan kualitas semen. Daun kelor mengandung mineral

Zn yang tinggi, sehingga pada tahap penelitian ini mencoba mengkaji

pemanfaatan mineral Zn anorganik guna memperkuat dugaan bahwa

mineral Zn pada daun kelor berperan terhadap terhadap libido dan

kualitas semen pejantan sapi Bali.

Kualitas semen beku untuk inseminasi buatan dipengaruhi oleh

proses pembuatan semen beku yang meliputi pengenceran, pembekuan

dan thawing pada saat akan dilakukan IB. Vitamin C dan vitamin E serta

antioksidan berperanan penting dalam mempertahankan kualitas semen

beku. Daun kelor mengandung vitamin C dan E serta antioksidan yang

Page 158: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

142

cukup tinggi, sehingga sapi pejantan yang pakannya diberi daun kelor

dapat menghasil semen beku yang kualitasnya lebih baik.

Suplementasi daun kelor sebesar 0,69 g BK/kg bobot badan/ hari

(dosis rendah) belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

kualitas semen berupa volume, warna, kekentalan, pH, gerakan massa,

motilitas total sperma pejantan sapi Bali. Walupun demikian, kualitas

semen yang dihasilkan sudah termasuk kategori normal. Selama periode

penampungan semen, terdapat kecenderungan suplementasi daun kelor

memperlambat penurunan volume semen tersebut. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa mineral Zn dapat meningkatkan volume semen,

sehingga kemungkinan mineral Zn yang terdapat pada daun kelor

berperan dalam memperlambat penurunan volume semen tersebut. Oleh

karena itu, masih perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk membuktikan

dugaan tersebut dengan menggunakan daun kelor dosis tinggi untuk

melihat pengaruh yang signifikan terhadap kualitas semen.

Suplementasi daun kelor sebesar 1,50 g BK/kg bobot badan/hari

(dosis tinggi) signifikan meningkatkan libido, kekentalan semen, gerakan

massa, motilitas total, motilitas progresif, memperbaiki karakteristik

motilitas sperma dan meningkatkan post thawing motility (motilitas total

dan motilitas progresif semen beku) sperma pejantan sapi sapi Bali.

Suplementasi daun kelor meningkatkan serum testosteron sepanjang hari

selama perlakuan, sehingga libidonya lebih tinggi. Suplementasi daun

kelor meningkatkan motilitas sperma segar dan beku, mungkin karena

Page 159: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

143

pengaruh protein, mineral Zn, Ca, dan P, serta vitamin C, dan vitamin E,

pada daun kelor. Penelitian ini masih perlu dilanjutkan untuk menentukan

nutrisi yang paling berperan terhadap motilitas sperma tersebut.

Suplementasi mineral Zn anorganik 0,02 mg/kg bobot badan (setara

1,50 g BK/kg bobot badan daun kelor) signifikan meningkatkan libido,

volume dan kekentalan semen, motilitas total, motilitas progresif, dan

memperbaiki karakteristik motilitas sperma pejantan sapi Bali, sehingga

memperkuat dugaan bahwa mineral Zn pada daun kelor berperan dalam

meningkatkan peubah tersebut. Namun, untuk membuktikan dugaan

tersebut, masih perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan

mineral Zn yang diekstraksi dari daun kelor dibandingan dengan yang

diberi daun kelor.

Page 160: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

144

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Suplementasi daun kelor sebanyak 1,50 g BK/kg bobot badan nyata

meningkatkan libido, kekentalan semen, gerakan massa, motilitas total,

motilitas progresif sperma, memperbaiki karakteristik motilitas sperma

dan meningkatkan post thawing motility (motilitas total dan motilitas

progresif) sperma beku pejantan sapi Bali.

2. Suplementasi mineral Zn anorganik 0,02 mg/kg bobot badan nyata

meningkatkan libido, volume dan kekentalan semen, motilitas total, dan

motilitas progresif serta memperbaiki karakterisitik motilitas sperma

pejantan sapi Bali. Suplementasi tersebut setara dengan suplementasi

1,50 g BK daun kelor/kg bobot badan, sehingga mineral Zn pada daun

kelor diduga kuat berperan dalam meningkatkan libido, volume dan

kekentalan semen, motilitas total, motilitas progresif dan memperbaiki

karakterisitik motilitas sperma pejantan sapi Bali.

B. Saran-saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan membandingkan libido dan

kualitas semen pejantan sapi Bali yang diberi mineral Zn yang

diekstrak dari daun kelor dan diberi daun kelor untuk membuktikan

Page 161: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

145

mineral Zn pada daun kelor berperan dalam meningkatkan libido dan

kualitas semen.

2. Masih perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat peran mineral

Se, Ca, dan P dalam meningkatkan kualitas semen.

3. Masih perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menguji fertilitas

sperma yang dihasilkan oleh pejantan yang disuplementasi daun kelor,

baik dengan kawin alam maupun dengan inseminasi buatan.

Page 162: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

146

DAFTAR PUSTAKA Abdella, A. M., B. H. Elabed, A. O. Bakhiet, W. S. A. Gadir and S. E. I.

Adam. 2011. In vivo study on Lead, Cadmium and Zinc supplementations on spermatogenesis in Albino rats. Journal of Pharmacology and Toxicology, 6: 141-148.

Abu, A. H., T. Ahemen and P. Ikpechukwu. 2013. The Testicular

Morphometry and Sperm Quality Of Rabbit Bucks Fed Graded Levels of Moringa oleifera Leaf Meal (MOLM). Agrosearch 13 (1) : 49 – 56. http://dx.DOI.org/10.4314/agrosh.v13i1.5.

Abdu, S. B. 2008. Effect of vitamins deficiencies on the histological

structure of the testis of albino mice Mus musculus. Saudi Journal of Biological Sciences (15) : 269 - 278.

Adegun, M. K, , P.A. Aye, and F. A. S. Dairo. 2011. Evaluation of Moringa

oleifera, Gliricidia sepium and Leucaena leucocephala - based multinutrient blocks as feed supplements for sheep in South Western Nigeria. Agric. Biol. J. N. Am. Vol 2(11): 1395-1401. DOI:10.5251/abjna.2011.2.11.1395.1401. © 2011, ScienceHuβ, http://www.scihub.org/ABJNA

Aerens, C. D. C., M. N. Ihsan dan N Isnaini. 2013. Perbedaan Kuantitatif

dan Kualitatif Semen Segar pada Berbagai Bangsa Sapi Potong.http://fapet.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/04/Perbedaan-Kuantitatif-Dan-Kualitatif-Semen-Segar-Pada-Berbagai-Bangsa-Sapi-Potong.pdf. Diakses pada tanggal14 Desember 2014.

Affandhy, L., W.C. Pratiwi, dan D. Ratnawati. 2009. Kualitas Semen

Pejantan Sapi Peranakan Ongole dengan Perlakuan Pemberian Suplemen Berbeda. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009. Bogor, 13 - 14 Agustus 2009: 173 - 180

Agarwal, V. 2014. The Magical Moringa. https://www.ayurvedacollege.com/articles/students/MagicalMoringa.

Diakses tanggal 14 Juli 2014. Aku, A. S., S. Marsina, T. Saili. 2017. Pengaruh berat testis dan cauda

epididimis terhadap konsentrasi spermatozoa sapi Bali dengan tingkatan umur yang berbeda. https://www.researchgate.net/profile/Saili_Takdir/publication/259849490_Pengaruh_Berat_Testis_dan_Cauda_Epididimis_terhadap/links/00b4952e237fad485a000000.pdf. Diakses tanggal 12 Oktober 2017.

Page 163: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

147

AL-Ebady, A.S., S.O. Hussain, K.I. AL-Badry and B.A. Rajab. 2012. Effect of adding arginine in different concentrations on some physical properties of poor motile bull sperms during different months. J. Vet. Med. Anim. Health. 4(9):130-135. DOI: 10.5897/JVMAH12.051. http://www.academicjournals.org/JVMAH.

Andersen, M.L. and S. Tufik. 2006. Does male sexual behaviour require

progesterone. Brain Res Rev.51:136 – 143. Andini, D. 2014. Potential of Katuk Leaf (Sauropus androgynus L. Merr)

as aphrodisiac. J. Majority 3(7):17-22. Anwar, F., S. Latif, M. Ashraf and A. H. Gilani. 2007. Review Article

Moringa oleifera: A Food Plant with Multiple Medicinal Uses. Phytother. Res. (21) : 17 – 25. www.interscience.wiley.com. DOI: 10.1002/ptr.2023.

Aprilina, N., S. Suharyati, dan P. E. Santosa. 2014. Pengaruh suhu dan

lama thawing di dataran rendah terhadap kualitas semen beku sapi simmental. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIPT/article/viewFile/508/480. Diakses tanggal 7 Desember 2015.

Araica, B. M., E. Spörndly, N. R. Sánchez and R. Spörndly. 2011.

Feeding Moringa oleifera fresh or ensiled to dairy cows effects on milk yield and milk flavor. Trop Anim Health Prod. DOI: 10.1007/s11250-011-9803-7.

Aregheore E.M. 2002. Intake and digestibility of Moringa oleifera-batiki

grass mixtures for growing goats. Small Rum. Res. 46: 23–28. Arifiantini, R. I., T. Wresdiyati, dan E. F. Retnani. 2006. Pengujian

morfologi spermatozoa sapi Bali (Bos sondaicus) menggunakan pewarnaan "Williams". J. Indon.Trop.Anim.Agric. 31 (2): 105 – 110.

Arman, A. 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi lama kebuntingan

pada sapi Hissar Sumbawa. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Nopember. Vol. IX. (4): 235 – 241.

Asadpour, R., R. Jafari, and H. Tayef-Nasrabadi. 2011. Influence of added

vitamin C and vitamin E on frozen-thawed bovine sperm cryopreserved in citrate and tris-based extenders. Veterinary Research Forum 2(1):37 - 44

Asaolu, V. O. and A. T. Okewoye. 2013. Moringa multinutrient block

supplementation effects on feed utilization by West African Dwarf

Page 164: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

148

goats fed a basal diet of cassava peels. Science Focus Vol. 18 (1) : 63 – 72.

Astuti, P, T. L. Yusuf, E. Hayes, H. Maheshwari, L. Sjahfirdi, D. Sajuthi.

2006. Pola diurnal metabolit testosteron dan kortisol di dalam feses Owa Jawa (Hylobates moloch) di penangkaran. Hayati. 13(2):69-72.

Aurich, J.E., A. Kuhne, H. Hoppe, And C. Aurich. 1996. Seminal plasma

effects membrane integrity and motility of equine spermatozoa after cryopreservation.Theriogenology 46:791-797.

Azawi, O. I. and E. K. Hussein. 2013. Effect of vitamins C or E

supplementation to tris diluent on the semen quality of Awassi rams preserved at 5˚C. Vet Res Forum. Summer. 4(3): 157–160. PMCID: PMC4312374.

Babeker, E. A and Y. M. A Bdalbagi. 2015. Effect of feeding different

levels of Moringa oleifera leaves on performance, haematological, biochemical and some physiological parameters of Sudan Nubian goats. Online J. Anim. Feed Res., 5 (2): 50-61. http://www.science-line.com/index/; http://www.ojafr.ir.

Bailey, J. L., J-F. Bilodeau, and N. Cormier. 2000. Minireview. Semen

Cryopreservation in domestic animals: a damaging and capacitating phenomenon. Journal of Andrology 21(1):1-7.

Barnabe, V. H, R. C. Barnabe, C. A. de Oliveira. M. L. Gambarini, M. C.

Guido, R. Valentim. 1995.Testosterone concentration in blood serum of buffalo bulls during 24 hours in winter and summer seasons. Braz. J. vet. Res. anim. 32(3): 191-193.

Barszcz, K., D. Wiesetek., M. Wąsowicz., and M. Kupczyńska. 2012. Bull

semen collection and analysis for artificial insemination. Journal of Agricultural Science Vol. 4 (3): 1 – 10.

Barter, P., A. M. Gotto, J. C. LaRosa, J. Maroni, M. Szarek, S. M.

Grundy, J. J. P. Kastelein, V. Bittner, and J. C Fruchart. 2007. HDL cholesterol, very low levels of LDL cholesterol, and cardiovascular events. N Engl J Med 2007;357:1301-10.

Batra, N., Nehru, B., and Bansal, M.P. 2004. Reproductive potential of

male Portan rats exposed to various levels of lead with regard to zinc status. British J. of Nutr. 91:387-391.

Begum, H., A. B. M. Moniruddin and K. Nahar. 2009. Environmental and

nutritional aspect in male infertility. Journal of Medicine (10) : 16 - 19.

Page 165: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

149

Bhakat, M., T. K. Mohanty, V. S. Raina, A. K. Gupta, H. M. Khan, R. K.

Mahapatra, and M. Sarkar. 2011. Effect of age and season on semen quality parameters in Sahiwal bulls. Trop Anim Health Prod 43:1161-1168. DOI: 10.1007/s11250-011-9817-1.

Bindari, Y.R., S. Shrestha, N. Shrestha and T. N. Gaire. 2013. Effects of

Nutrition on Reproduction- A Review. Adv. Appl. Sci. Res. 4(1) : 421 - 429 . www.pelagiaresearchlibrary.com

Bitik, B. and M. A. Öztürk. 2014. An old disease with new insights: Update

on diagnosis and treatment of gout. Eur. J. Rheumatol.1:72-77. DOI: 10.5152/eurjrheumatol.2014.021

Brito, L. F. C. 2014. Applied Andrology in Cattle (Bos taurus): In Animal

Andrology Theories and Applications. Eds. P. J. Chenoweth and S. P. Lorton. CAB International, Boston, USA.

Campbell, J. R., K. L. Campbell and M. D. Kenealy. 2003. Anatomy and

physiology of reproduction and related technologies in farm mammals. In: Animal Sciences. 4th ed. New York, Mc Graw-Hill.

Chauhan, N. S., V. Sharma, V. K. Dixit, and M. Thakur. 2014. A review on

plants used for improvement of sexual performance and virility. BioMed Res Int (2014) Article ID 868062, 19 pages. http://dx.DOI.org/10.1155/2014/868062.

Cheah, Y and W. Yang. 2011. Functions of essential nutrition for high

quality spermatogenesis. Advances in Bioscience and Biotechnology (2) : 182-197. DOI:10.4236/abb.2011.24029.

Chenoweth, P. J. 1981. Libido and mating behavior in bulls, boars and

rams. A review. Theriogenology.16(2):155-177. Chenoweth, P. J. 1994. Bull Behavior, Sex-Drive and Management.

https://www.researchgate.net/publication/237412899_Bull_Behavior_Sex-Drive_and_Management. Diakses tanggal 10 Oktober 2017

Church, D. C. and J. P. Fontenot. 1979. Digestive Physiology and

Nutrition of Ruminant. Oxford Press Inc, Portland. Conquer, J.A., J. B. Martin, I. Tummon, L. Watson and F. Tekpetey. 2000.

Effect of DHA supplementation on DHA status and sperm motility in asthenozoospermic males. Lipids (35) : 149-154. DOI:10.1007/BF02664764.

Page 166: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

150

Cupic, Z., Z. Sinovec , V. Snezana, I. Olivera, S. Veselinovic, D. Medic, N Ivancev, and S. Grubac. 1998. The effect of dietary zinc, on semen quality in Holstein-Friesian bulls. Proc. 4th International Symposium on Animal Reproduction, Ohrid, Macedonia: 96.

Dafaalla, M.M., A. W. Hassan, O. F. Idris, S. Abdoun, G. A. Modawe and

A. S. Kabbashi. 2016. Effect of ethanol extract of Moringa oleifera leaves on fertility hormone and sperm quality of Male albino rats. World J Pharm Res 5(1):1-11.

Dewi, A. S., Y. S. Ondho, dan E. Kurnianto. 2012. Kualitas semen

berdasarkan umur pada sapi jantan Jawa. Animal Agriculture Journal, Vol. 1. (2) : 126 – 133. Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj.

Dhakar, R.C., S.D. Maurya, B.K. Pooniya, N. Bairwa, M. Gupta, and

Sanwarma. 2011. Moringa: The herbal gold to combat malnutrition. Chron. Young Sci. 2(3): 119-125. DOI: 10.4103/2229-5186.90887.

Dharma, S., D. C. Fitri dan E. Fitrianda. 2013. Uji efek ekstrak etanol

daun tapak dara (Catharantus roseus l) terhadap kadar kolesterol total darah mencit putih jantan. Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III : 311 – 315.

Duke, J. 1983. Handbook of energy crops. Updated January 7th 1998,

Retrieved October 5th 2010 from http://www.hort.purdue.edu/newcrop/duke_energy/Moringa_oleifera.html. Diakses tanggal 08Oktober 2015.

Ebisch, I.M., Peters, W.H., Thomas, C.M., Wetzels, A.M., Peer, P.G. and

Steegers-Theunissen, R.P. 2006. Homo-cysteine, glutathione and related thiols affect fertility pa-rameters in the (sub)fertile couple. Human Reproduction, 21, 1725-1733. DOI.org/10.1093/humrep/del081.

Eghbali, M., S. M. Alavi-Shoushtari, S. Asri-Rezaei, and M. H. K. Ansari.

2010. Calcium, magnesium and Total Antioxidant Capacity (TAC) in seminal plasma of Water Buffalo (Bubalus bubalis) bulls and their relationships with semen characteristics. Vet. Res. Forum 1:12-20.

Egwurugwu, J.N., Ifedi, C.U., Uchefuna, R.C., Ezeokafor, E.N., and

Alagwu, E.A. 2013. Effects of zinc on male sex hormones and semen quality in rats. Niger. J. Physiol. Sci. 28:017-022.

El Ashry, G. M., A. A. M. Hassan, S. M. Soliman. 2012. Effect of Feeding a

Combination of Zinc, Manganese and Copper Methionine Chelates of

Page 167: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

151

Early Lactation High Producing Dairy Cow. Food and Nutrition Sciences. 3: 084-1091. http://dx.DOI.org/10.4236/fns.2012.38144.

Endendijk, J. J., E. T. Hallers-Haalboom, M. G. Groeneveld, S. R. van

Berkel, L. D. van der Pol, M. J. Bakermans-Kranenburg, J. Mesman. 2016. Diurnal testosterone variability is differentially associated with parenting quality in mothers and fathers. Hormones and Behavior 80:68–75. http://dx.doi.org/10.1016/j.yhbeh.2016.01.016.

Feradis. 2010. Bioteknologi Reproduksi Pada Ternak. Alfabeta. Bandung. Ferreira, P. M. P., D. F. Farias, J. T. A. Oliveira and A. F. U. Carvalho.

2008. Moringa oleifera: Bioactive Compounds and Nutritional Potential. Rev. Nutr., Campinas, 21(4) : 431-437.

Fitri, A, T. Toharmat, D. A. Astuti and H. Tamura. 2015. The potential use

of secondary metabolites in Moringa oleifera as an antioxidant source. Med. Pet. 38(3):169-175. DOI:10.5398/medpet.2015. 38.3.169. http://medpet.journal.ipb.ac.id/.

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi Keempat. Gajah

Mada University Press, Yogyakarta. Garner, D. L. and E. S. E. Hafez. 2000. Spermatozoa and Seminal

Plasma. In Reproduction in Farm Animals. E.S.E. Hafez (Eds.). 6th ed. Lea and Febiger, Philadelphia.

Gholami, H., M. Chamani, A Towhidi, and M. H. Fazeli. 2011.

Improvement of semen quality in holstein bulls during heat stress by dietary supplementation of Omega-3 fatty acids. International Journal of Fertility and Sterility. 4(4): 160-167.

Gopalakrishnan, L., K. Doriya, and D. S. Kumar. 2016. Moringa oleifera: A

review on nutritive importance and its medicinal application. Food Science and Human Wellness 5:49–56. http://dx.DOI.org/10.1016/j.fshw.2016.04.001

Gordon, I. 2004. Artificial insemination. In: Reproductive Technologies in

Farm Animals. CABI publishing, Wallingford. Gurung, N. K., D. L. Rankins, R. A. Shelby, and S. Goel. 1998. Effects of

fumonisin B1-contaminated feeds on weanling Angora goats. J. Anim. Sci. 76:2863–2870.

Habeeb, A. A. M., A. A. EL-Tarabany, and A. E. Gad. 2013. Effect of zinc

levels in diet of goats on reproductive efficiency, hormonal levels,

Page 168: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

152

milk yield and growth aspects of their kids. Global Veterinaria 10 (5): 556-564. DOI: 10.5829/idosi.gv. 2013.10.5.7367.

Hafez, E. S. E. 2000. Preservation and cryopreservation of gametes and

embryos. In: Reproduction in Farm Animals. 7th ed. E. S. E. Hafez and B. Hafez (eds). Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia.

Hafid, H dan N. Rugayah. 2010. Pengukuran pertumbuhan sapi Bali

dengan ransum berbahan baku local. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010, Bogor 3 - 4 Agustus 2010: 151-160

Hammond, C. A. 1983. The Use of Blood Urea Nitrogen as an indicator of

Protein Status in Cattle. The Bovine Practioner 18 : 114 – 118. Han-Chen, H., K. A. Granish, and S. S. Suarez. 2002. Hyperactivated

motility of bull bperm is triggered at the axoneme by Ca2+ and not cAMP. Developmental Biology (250):208–217. DOI: 10.1006/2002.dbio.2002.079.

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, A.D. Tillman. 1986. Tabel Komposisi

Pakan Indonesia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Hartati, E., A. Saleh, E.D. Sulistijo and J. J. A. Ratuwaloe. 2012.

Supplementation of ZnSO4 and Zn-Cu Isoleucinate in ration to improve growth and body immunity of young male Bali cattle. Animal Production 14(3):180-186.

Hassan, A. A., G. M. El Ashry, S. M. Soliman. 2011. Effect of

Supplementation of Chelated Zinc on Milk Production in Ewes. Food and Nutrition Sciences. 2:706-713. DOI:10.4236/fns.2011.27097. http://www.SciRP.org/journal/fns.

Harper, H.A., V.W. Redwell dan P.A. Mayes. 1979. Review of Phisiological

Chemistry. 17th Edition. Lauge Publication. Los Altos, California. Henney, S. R., G. J. Killian and D. R. Deaver. 1990. Libido, hormone

concentrations in blood plasma and semen characteristics in Holstein bulls. J. Anim. Sci. 68:2784 – 2792.

Hidiroglou, M. and J.E. Knipfel. 1984. Zinc in mammalian sperm: A

review. Journal of Dairy Science (67) : 1147 - 1156. DOI:10.3168/jds.S0022-0302(84)81416-2.

Hoesni, F. 2013. Pengaruh penggunaan metode thawing yang berbeda

terhadap kualitas spermatozoa semen sapi perah berpengencer tris

Page 169: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

153

sitrat kuning telur. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi. Vol.13 (4) : 118 -126.

Hopper, R. M. 2015. Breeding Soundness Examination in the Bulls:

Concepts and Historical Perspective. In: Bovine Reproduction 1st ed. R. M. Hopper (ed). John Wiley & Sons, Inc.

Horký P., Jančíková P., Zeman L. 2011. The influence of the organic and

inorganic form of Zinc on volume ejaculate, sperm – concentration and percentage of pathologic sperms. Research In Pig Breeding. 5(1):22-27.

Hossain, M.E., M.M. Khatun, M.M. Islam and O.F. Miazi. 2012. Semen

characteristics of breeding bulls at the Central Cattle Breeding and Dairy Farm of Bangladesh. Bang. J. Anim. Sci. 41(1):1-5.

Hu, J., Z. Zhang, W. Shen and S. Azhar. 2010. Cellular cholesterol

delivery, intracellular processing and utilization for biosynthesis of steroid hormones. Nutrition & Metabolism. 7:47. https://doi.org/10.1186/1743-7075-7-47

Irfan, I. Z. 2014. Profil Metabolik Sapi Pejantan Bibit Berdasarkan Bangsa,

Umur dan BCS (Body Condition Score). Thesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Iwasaki, A and C. Gagnon. 1992. Formation of reactive oxygen species in

spermatozoa of infertile patients. Fertil Steril (57) : 409 – 416. Jackson, P. G. G. and P. D. Cockcroft. 2002. Clinical Examination of

Farm Animals. Blackwell Science Ltd. Janicki, B., and D. Cygan-Szczegielniak. 2008. Zn and Pb concentration in

seminal plasma in reference to selected parameters of semiological assessment of bull semen. Folia Biol (Krakow). 56(1-2):97-101.

Januškauskas, A and H. Žilinskas. 2002. Bull semen evaluation post-thaw

and relation of semen characteristics to bull’s fertility. Veterinarija Ir Zootechnika. 17(39).

Juliani, H. R., Y. Fonseca, M. Diatta, B. Diouf, J. E. Simon. 2008.

Nutritional value of Moringa oleifera leaves from Senegal. African Journal of Traditional, Complementary and Alternative Medicines (AJTCAM), Abstracts Of The World Congress on Medicinal and Aromatic Plants, Cape Town November 2008.

Page 170: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

154

Juyena, N. S. and C. Stelletta. 2012. Review. Seminal Plasma: An Essential attribute to spermatozoa. Journal of Andrology 33(4):536-551.

Kakengi, A. M. V., M. N. Shem, S. V. Sarwatt, and T. Fujihara. 2005. Can

Moringa be used as a protein supplement for ruminants? Asian-Australas. J. Anim. Sci. 18(1):42-47.

Kasimanickam, R. 2015. Getting Your Bull Checked For a Successful

Breeding Season http://vetextension.wsu.edu/wp-content/uploads/sites/8/2015/03/GettingyourBullCheckedforaSuccessfulBreedingSeason1.pdf.

Kastelic, J. P. 2013. Male involvement in fertility and factors affecting

semen quality in bulls. Animal Frontiers. Vol. 3(4): 20-25. DOI:10.2527/af.2013-0029.

Keaney, J. F. Jr., M. G. Larson, R. S. Vasan, P. W. F. Wilson, I. Lipinska,

D. Corey, J. M. Massaro, P. Sutherland, J. A. Vita, and E. J. Benjamin. 2003. Obesity and Systemic Oxidative Stress Clinical Correlates of Oxidative Stress in The Framingham Study. Arterioscler Thromb. Vasc. Biol. 23:434-439.

Kendran, A. A. S., I. M. Damriyasa, N. S. Darmawan, I. B. K. Ardana, L.

D. Anggreni. 2012. Profil kimia klinik darah sapi Bali. Jurnal Veteriner 13(4): 410-415

Kessler, J., I. Morela, P-A. Dufey, A. Gutzwiller, A. Stern, H. Geyer. 2003.

Effect of organic zinc sources on performance, zinc status and carcass, meat and claw quality in fattening bulls. Livestock Production Science 81 161–171. DOI:10.1016/S0301-6226(02)00262-2.

Khairi, F., A. Muktiani dan Y. S. Ondho. 2014. Pengaruh Suplementasi

Vitamin E, Mineral Selenium dan Zink Terhadap Konsumsi Nutrien, Produksi dan Kualitas Semen Sapi Simental. Agripet : Vol (14) No. 1 : 6-16.

Khotijah, L., K. G. Wiryawan. M. A. Setiadi, and D. A. Astuti. 2015.

Reproductive performance, cholesterol, and progesterone status of Garust ewe fed ration containing different levels of sun flower oil. Pakistan Journal of Nutrition 14(7):388:391.

Komariah, I. Arifiantini, dan F. W. Nugraha. 2013. Kaji Banding Kualitas

Spermatozoa Sapi Simmental, Limousin, Dan Friesian Holstein

Page 171: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

155

Terhadap Proses Pembekuan. Buletin Peternakan. Vol. 37(3): 143-147.

Kostaman, T. dan A. R. Setioko. 2011. Perkembangan penelitian teknik

kriopreservasi untuk penyimpanan semen unggas. Wartazoa. Vol. 21 (3) : 145 -152.

Krisnadi, A. D. 2015. Kelor Super Nutrisi. Kelorina.Com. Pusat Informasi

dan Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia. Lembaga Swadaya Masyarakat – Media Peduli Lingkungan (LSM-MEPELING). http://kelorina.com/ebook-2/.

Kumar, N., R. P. Verma, L. P. Singh, V. P. Varshney, and R. S. Dass.

2006. Effect of different levels and sources of zinc supplementation on quantitative and qualitative semen attributes and serum testosterone level in crossbred cattle (Bos indicus × Bos taurus) bulls. Reprod Nutr Dev 46:663–675. DOI:10.1051/ rnd:2006041.

Kumar, P., B. Yadav, and S Yadav. 2013a. Effect of zinc and selenium

supplementation on antioxidative status of seminal plasma and testosterone, T4 and T3 level in goat blood serum. Journal of Applied Animal Research, 41:4, 382-386. http://dx.DOI.org/10.1080/09712119.2013.783482.

Kumar, P. K. and R. T. Mandapaka. 2013b. Effect of Moringa oleifera on

blood glucose, LDL levels in types II diabetic obese people. Innovative Journal of Medical and Health Science 3(1):23 - 25.

Kume, S., A. Mukai and M. Shibata. 1984. Effect of zinc level in rations on

zinc concentration in liver and kidney of Holstein cattle. Jpn. J. Zootech. Sci. 55(3):183-190.

Kuswahyuni, I. S. 2009. Pengaruh lingkar scrotum dan volume testis

terhadap volume semen dan konsentrasi sperma pejantan Simmental, Limousine dan Brahman. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Tahun 2009 Bogor, 13 - 14 Agustus 2009 : 157 – 162.

Lemma, A. and T. Shemsu. 2015. Effect of age and breed on semen

quality and breeding soundness evaluation of pre-service young bulls. J Reprod Infertil 6 (2): 35-40. DOI: 10.5829/idosi.jri.2015.6.2.94131.

Lestari, S. D., T. R. Tagama dan D. M. Saleh. 2013a. Profil produksi

semen segar sapi Simmental pada tingkat umur yang berbeda di

Page 172: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

156

Balai Inseminasi Buatan Lembang Jawa Barat. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3) : 897-906.

Lestari, S. D., M. Saleh, dan Maidaswar. 2013b. Profil kualitas semen

segar sapi pejantan Limousin dengan umur yang berbeda di Balai Inseminasi Buatan Lembang Jawa Barat. Jurnal Ilmiah Peternakan. Vol. 1(3) : 1165 - 1172.

Li, L., G. Xu, H. Shao, Zhi-Hu Zhang, Xing-Fu Pan, and Jin-Ye Li. 2017.

Analysis of blood concentrations of zinc, germanium, and lead and relevant environmental factors in a population sample from Shandong Province, China. Int. J. Environ. Res. Public Health. 14(3): 227. Doi: 10.3390/ijerph14030227. PMCID: PMC5369063.

Madukwe, E. U., J. O. Ezeugwu, and P. E. Eme. 2013. Nutrient

composition and sensory evaluation of dry Moringa oleifera aqueous extract. Int. J. Sci. Basic Appl. Res. 13: 100-102.

Makkar, H. P. S and K. Becker. 1996. Nutrional value and antinutritional

components of whole and ethanol extracted Moringa oleifera leaves. Animal Feed Science and Technology (63) : 211–228. http://dx.DOI.org/10.1016/S0377-8401(96)01023-1.

Manh, L. H., N. N. X. Dung and T. P. Ngoi. 2005. Introduction and

evaluation of Moringa oleifera for biomass production and as feed for goats in the Mekong Delta. Livestock Research for Rural Development 17 (9) : 1 – 8: http://www.lrrd.org/lrrd17/9/manh17104.htm.

Martin, G. B., C. L. White, C. M. Markey, and M. A. Blackberry. 1994.

Effect of dietary zinc deficiency on the reproductive system of young male sheep: testicular growth and the secretion of inhibin and testosterone. J. Reprod. Fertil. 101:87–96.

Martin, G. B., D. Blache, D. W. Miller, and E. Vercoe. 2010. Interactions

between nutrition and reproduction in the management of the mature male ruminant. Animal 4(7):1214–1226. DOI:10.1017/S1751731109991674.

Mason, K.E., W.A. Burns and J.C. Smith Jr. 1982. Testicular damage

associated with zinc deficiency in pre- and postpubertal rats: Response to zinc repletion. The Journal of Nutrition (112) : 1019 – 1028.

Mc.Donald, P., R.A. Edward., J.F.G.. Greenhalg., C.A. Morgan. 1996.

Animal Nutrition, 5th. Logman Singapore.

Page 173: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

157

Melita, D., Dasrul, dan M. Adam. 2014. Pengaruh Umur Pejantan dan

Frekuensi Ejakulasi Terhadap Kualitas Spermatozoa Sapi Aceh. Jurnal Medika Veterinaria Vol. 8 (1) : 15 – 19.

Mendeita-Araica, B., E. Spörndly, N. Reyes-Sánchez and R. Spörndly.

2011. Feeding Moringa oleifera fresh or ensiled to dairy cows effects on milk yield and milk flavor. Trop. Anim. Health Prod. DOI : 10.1007/s11250-011-9803-7.

Menegassi, S. R. O., J. O. J. Barcellos, V. Peripolli, and C. M. Camargo.

2011. Behavioral assessment during breeding soundness evaluation of beef bulls in Rio Grande do Sul. Anim Reprod 8(3/4):77-80.

Miller, W. L., D. H. Geller, and M. Rosen. 2007. Polycystic Ovary

Syndrome and other Disorders Ovarian and Adrenal Androgen Biosynthesis and Metabolism. In: Androgen Excess Disorders in Women. R. Azziz (Ed) 2nd Edition. Humana Press Inc., Totowa, NJ.

Mitruka, B. M., H. M. Rawnsley, and B.V. Vadehra. 1977. Clinical and

Hematological Reference Values in Normal Experimental Animals. Masson Publishing, Inc., New York.

Moyo, B., P. J. Masika, A. Hugo and V. Muchenje. 2011. Nutritional

characterization of Moringa (Moringa oleifera Lam.) Leaves. African Journal of Biotechnology Vol. 10 (60) : 12925-12933. Online at http://www.academicjournals.org/AJB. DOI: 10.5897/AJB10.1599.

Mpofu, I. D. T., L. R. Ndlovu, and N. H. Casey. 1999. The copper, cobalt,

iron, selenium and zinc status of cattle in the Sanyati and Chinambora Smallhorder grazing areas of Zimbabwe. Asian-Aus. J. Anim. Sci. 12(4): 579-584.

Murray, R. K., D. K. Granner, P. A. Mayes, dan V. W. Rodwell. 2003.

Biokimia Harper. Edisi ke-25. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Nisa, M., M. Imran, M. Sarwar, and M. A. Shahzad. 2013. Effect of

feeding Moringa oleifera on dry matter intake, digestibility, milk production and milk composition in Nili Ravi buffaloes. International Livestock Nutrition Confrence. Nutritionists Association of Pakistan University of Veterinary and Animal Science, Lahore – 54000, Pakistan.

Ndlovu, T., M. Chimonyo, A. I. Okoh, V. Muchenje, K. Dzama, J.G. Raats.

2007. Review. Assessing the nutritional status of beef cattle: current

Page 174: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

158

practices and future prospects. Afr. J. Biotechnol. 6 (24):2727-2734. http://www.academicjournals.org/AJB.

Noviana, C., A. Boediono dan T. Wresdiyati. 2000. Morfologi dan

histomorfometri testis dan epididymis kambing kacang (Capra sp.) dan domba lokal (Ovis sp.). Media Veteriner. 2000. 7(2): 12-1 6.

Nouman, W., M. T. Siddiqui, S. M. A. Basra, H. Farooq, M. Zubair, T. Gull.

2013. Biomass production and nutritional quality of Moringa oleifera as a field crop. Turk J Agric For. Vol. 37: 410-419. http://journals.tubitak.gov.tr/agriculture/. DOI:10.3906/tar-1206-29.

Nouman, W, S. M. A. Basra, M. T. Siddiqui, A. Yasmeen, T. Gull, & M. A.

C. Alcayde. 2014. Potential of Moringa oleifera L. as livestock fodder crop: a review. Turk J Agric For. 38:1-14.

Nuhu, F. 2010. Effect of Moringa Leaf Meal (MOLM) on Nutrient

Digestibility, Growth, Carcass and Blood Indices Of Weaner Rabbits. Thesis. Department of Animal Science, Faculty of Agriculture and Natural Resources. Kwame Nkrumah University of Science And Technology, Kumasi.

Nutrient Requirements of Beef Cattle. 2000. Seventh Revised Edition:

Update Subcommittee on Beef Cattle Nutrition, Committee on Animal Nutrition, National Research Council. http://www.nap.edu/catalog/9791.html.

Oliveira C. E. A., C. A. Badú., W. M. Ferreira, E. B. Kamwa, and A. M. Q.

Lana. 2004. Effects of dietary zinc supplementation on spermatic characteristics of rabbit breeders. Proceedings 8th World Rabbit Congress, September 7 - 10, 2004 – Puebla, Mexico

Owens, F. N. and G.W. Bergen. 1983. Nitrogen Metabolism of Ruminant

Animals : Historial perspective, current understanding and future implication. J. of Anim. Sci. Vol. 57 : 499 – 518. DOI:10.2134/animalsci1983.57Supplement_2498x

Palada, M. C., L. C. Chang, R. Y. Yang and L. M. Engle. 2007.

Introduction and varietal screening of drumstick tree (Moringa spp.) for horticultural traits and adaptation in Taiwan. Acta Hort 752: 249 –253.

Paliwal, R., V. Sharma and Pracheta. 2011. A Review on Horse Radish

Tree (Moringa oleifera): A Multipurpose tree with high economic and commercial importance. Asian Journal of Biotechnology 3 (4) : 317 – 328. DOI : 10.3923/ajbkr.2011.317.328.

Page 175: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

159

Pamungkas, D., L. Affandhy, D.B. Wijono, A. Rasyid dan T. Susilawati

2004. Kualitas spermatozoa sapi PO hasil sexing dengan teknik sentrifugasi menggunakan gradien putih telur dalam beberapa imbangan tris-buffer : semen. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004. Hal 36 – 43.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan.

Universitas Indonesia Press (UI Press), Jakarta. Park, J. S. and K. Han. 2013. The spermatogenic effect of yacon extract

and its constituents and their inhibition effect of testosterone metabolism. Biomol. Ther. 21(2): 153-160.

Park, S. 2013. Effects of Sow, Boar, and Semen Traits on Sow

Reproduction. Thesis. University of Nebraska, Lincoln. Parker, R., C. Mathis, and D. Hawkins. 1999. Evaluating the Breeding

Soundness of Beef Bulls. Guide B-216. http://aces.nmsu.edu/pubs/_b/B216.pdf

Partodihardjo S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara, Jakarta. Pastika, M. dan D .Darmaja, 1976. Performan reproduksi sapi Bali. Pros.

Seminar Reproduksi dan Performance Sapi Bali. Dinas Peternakan Daerah TK I Bali. Denpasar.

Pavlata, L., A. Podhorsky, A. Pechova, and P. Chomat. 2005. Differences

in the occurrence of selenium, copper and zinc deficiencies in dairy cows, calves, heifers and bulls. Vet. Med. – Czech, 50, (9):390–400.

Pavlata, L., M. Chomat, A. Pechova, L. Misurova, and R. Dvorak. 2011.

Impact of long-term supplementation of zinc and selenium on their content in blood and hair in goats. Veterinarni Medicina, 56, 2011 (2): 63–74.

Perumal, P., S.K. Srivastava, S.K. Ghosh and K.K. Baruah. 2014.

Computer-Assisted Sperm Analysis of freezable and nonfreezable Mithun (Bos frontalis) semen. J. Anim. Volume 2014, Article ID 675031, 6 pages. http://dx.DOI.org/ 10.1155/2014/675031.

Petherick, J. C. 2005. A review of some factors affecting the expression of

libido in beef cattle, and individual bull and herd fertility. Applied Animal Behaviour Science. 90(3–4): 185-205. https://DOI.org/10.1016/j.applanim.2004.08.021

Page 176: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

160

Polakoski K. L. and N. Kopta. 1981. Seminal Plasma. In Gilmore, D and B. Cook Eds. Environmental Factors In Mammal Reproduction. The Scientific and Medical Division Macmillan Publishers Ltd, Hong Kong.

Prabsattroo, T., J. Wattanathorn, S. Iamsaard, S. Muchimapura, and W.

Thukhammee. 2012. Moringa oleifera leaves extract attenuates male sexual dysfunction. Am. J. Neurosci. 3:17-24. https://DOI.org/10.3844/amjnsp.2012.17.24.

Prabsattroo, T., J. Wattanathorn, S. Iamsaard, P. Somsapt, O. Sritragool,

W. Thukhummee, & S. Muchimapura. 2015. Moringa oleifera extract enhances sexual performance in stressed rats. J. Zhejiang Univ. Sci. B 16:179-190. https://DOI.org/10.1631/jzus.B1400197.

Pratiwi, W.C., L. Affandhy dan D. Ratnawati. 2007. Pengaruh lama

thawing terhadap kualitas semen beku sapi Limousin dan Brahman. Animal Production 11 (1) : 48 ‐ 52.

Prihatno, S. A., A. Kusumawati, N. W. K. Karja, dan B. Sumiarto. 2013.

Profil biokimia darah pada sapi perah yang mengalami kawin berulang. Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 7 (1) : 29 – 31.

Prisdiminggo, T. Panjaitan dan L.G.S. Astiti. 2013. Keragaan, produksi

dan kualitas kelor (Moringa oleifera L.) Yang ditanam dengan biji di Kebun Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat. Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Indonesia Volume 30, No. 2 : 131. Kementerian Pertanian, Pusat Perpustakaan Dan Penyebaran Teknologi Pertanian.

Princewill, O. I., A. E. Uchenna, O. I. Charles, and I. M. Uwaezuoke. 2015.

Interactions between dietary minerals and reproduction in farm animal. Global Journal of Animal Scientific Research 3:524-535.

Priyadarshani, N, and M. C.Varma. 2014. Effect of Moringa oleifera leaf

powder on sperm count, histology of testis and epididymis of hyperglycaemic mice Mus musculus. Am Int J Res Form Appl Nat Sci 7(1):07-13.

Purbowati, E. dan Purnomoadi. 2005. Respon fisiologis domba lokal

jantan pada rentang bobot hidup yang lebar akibat pengangkutan dari dataran tinggi ke dataran rendah. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005. Bogor, 12 - 13 September 2005: 539 - 544.

Page 177: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

161

Rachmawati, A. 2011. The capacitation pattern of Bali bull sperms filtrated by Sephadex G–200 using different diluters during freezing process. J. Appl. Environ. Biol. Sci. 1(11):552-556. www.textroad.com.

Rachmawati, L., Ismaya dan Astuti, P. 2014. Correlation between

testosterone, libido and sperm quality of bligon, kejobong and ettawa grade bucks. Bul. of Anim. Sci. 38(1):8-15.

Raharja, D. P. 2008. Strategi Pemberian Pakan Berkualitas Rendah

(Jerami Padi) untuk Produksi Ternak Ruminansia. http://disnaksulsel.info/index.php?option=com_docman&task=cat_view&gid=21&mosmsg=You+are+trying+to+access+from+a+non-authorized+domain. Diakses tanggal 1 Nopember 2008.

Rahardja, D. P., A. L. Fattah, dan A. L. Toleng. 2010. Pemanfaatan Daun

Kelor (Moringa oliefera) Sebagai Pakan Ternak Guna Meningkatkan Efisiensi Reproduksi Sapi Potong. http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/ 3880.

Rahardja, D. P. 2010. Ilmu Lingkungan Ternak. Masagena Press,

Makassar. Rajanandh, M. G. and J. Kavitha. 2010. Quantitative estimation of β-

sitosterol, total phenolic and flavonoid compound in the leaves of Moringa oleifera. Int J Pharmtech Res 2(2):1409-1414.

Raji, A.Y. and A. A. Njidda. 2014. Gonadal and extra-gonodal sperm

reserves of the Red Sokoto goats fed Moringa oleifera supplemented diets. Inter J Agri Biosci. Vol. 3 (2): 61-64.

Ramsiyati, D.T., Sriyana dan B. Sudarmadi. 2004. Evaluasi kualitas

semen sapi potong pada berbagai umur di peternakan rakyat. Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan : 82 - 87.

Ratnawati, D., L. Affandhy, W.C. Pratiwi, dan P.W. Prihandini. 2008.

Pengaruh pemberian suplemen tradisional terhadap kualitas semen pejantan sapi Bali. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008. Bogor, 11 - 12 Nopember 2008 : 116 – 121. http://kalteng.litbang.pertanian.go.id/eng/pdf/all-pdf/peternakan/fullteks/semnas/pro08-18.pdf. Diakses tanggal 28 Agustus 2015.

Ratnawati, D., M. Luthfi and L. Affandhy. 2012. Effect of traditional herbal

supplementation on performance of PO bull. Proc. International

Page 178: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

162

Conference on Livestock Production and Veterinary Technology 2012:91-96.

Ratnawati, D. dan L. Affandhy. 2013. Performan reproduksi sapi jantan

dengan pakan berbasis limbah sawit. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013:49-52.

Restusari, L., H. Arifin, Dachriyanus dan Y. Yuliandra. 2014. Pengaruh

fraksi air ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum Wight.) terhadap kadar asam urat darah pada tikus putih jantan hiperurisemia – diabetes. Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” : 299 – 309.

Rizal, M. dan M. Herdis. 2008. Inseminasi Buatan pada Domba. PT.

Rineka Cipta, Jakarta. Roseler, D.K., J.D. Ferguson., C. J. Sniffen and J. Herrema. 1993.

Dietary protein degrability effect on milk urea nitrogen and non protein nitrogen in Holstein cows. J. Dairy Sci. 58 : 525 – 534.

Roy, B., B. Brahma, S. Gosh, P.K. Pankaj, and G. Mandal. 2011.

Evaluation of milik urea concentration as useful indicator for dairy herd management: A Review. Asian J. of Anim. Vet. Adv. 6(1):1-19. DOI:10.3923/ajava.2011.1.19.

Roy, B., R.P.S. Baghel, T.K. Mohanty and G. Mondal. 2013. Zinc and

male reproduction in domestic animals: A Review. Indian J Anim Nutr 30(4):339-350.

Roy, B. K., M. K. Bashar, S. M. J. Hossain, K. S. Huque and H. P. S.

Makkar. 2016. Performance evaluation of Moringa oleifera and available roughages (Maize and Australian Sweet Jumbo) on feeding values of growing BLRI Cattle Breed-1 (BCB-1) Bulls. American Journal of Experimental Agriculture 14(1):1-9, Article no.AJEA.29284. DOI: 10.9734/AJEA/2016/29284

Salisbury, G. W. dan N. L. VanDemark.1985. Alih Bahasa oleh R. Djanuar.

Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan Pada Sapi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Safdar, A. H. A, S. P. M. G. Maghami and A. E. Nejad. 2016. Effects of

different lipids and energy supplements on reproductive biological characteristics of ‘Afshari’ ewes in Iran. J. Livestock Sci. 7: 172-179

Said, S., C. Arman and B. Tappa. 2014. Conception rates and sex

concomitant of Bali calves following oestrus synchronization and

Page 179: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

163

artificial insemination of frozensexed semen under farm conditions. J.Indonesian Trop.Anim.Agric. 39(1):10-16.

Salim, M.A., T. Susilawati dan S. Wahyuningsih. 2012. Effect of thawing

technique to quality frozen semen spermatozoa in Bali, Madura and PO cattle. Agripet Vol. 12 No. 2:14-1. https://DOI.org/10.17969/agripet.v12i2.197.

Sa´nchez, N. R., E. Spo¨rndly, I. Ledin. 2005. Effect of feeding different

levels of foliage of Moringa oleifera to Creole dairy cows on intake, digestibility, milk production and composition. LIVSCI-02810; No 1 – 8. DOI:10.1016/j.livprodsci.2005.09.010.

Santoso, S. 2013. Menguasai SPSS 21 di Era Informasi. PT. Elex Media

Komputindo, Jakarta. Sarastina, T. Susilawati, dan G. Ciptadi. 2007. Analisa beberapa

parameter motilitas spermatozoa pada berbagai bangsa sapi menggunakan Computer Assisted Semen Analysis (CASA). J. Ternak Tropika Vol. 6. No.2: 1-12.

Sariubang, M and R. Kallo. 2014. Traditional herbal to increase semen

quality of Bali cattle. Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial : 203 – 210.

Sarsaifi, K, Y. Rosnina, M.O. Ariff, H. Wahid, H. Hani, N. Yimer, J.

Vejayan, S. W. Naing and M.O. Abas. 2013. Effect of semen collection methods on the quality of pre- and post-thawed Bali cattle (Bos javanicus) spermatozoa. Reprod. Dom. Anim. 48:1006–1012. DOI: 10.1111/rda.12206.

Sarwatt, S.V., M. S. Milang'ha, F. P. Lekule and N. Madalla. 2004.

Moringa oleifera and cottonseed cake as supplements for smallholder dairy cows fed Napier grass. Livestock Research for Rural Development 16 (6) 2004. http://www.lrrd.org/lrrd16/6/sarw16038.htm.

Sasmito Adi, G., S. Teguh Hari dan D. Sofia Rhosma. 2013. Hubungan

lama menderita gagal ginjal kronik dengan pola seksualitas pada klien dengan terapi hemodialisa di instalasi hemodialisa RSUD Dr. Abdoer Rahem Situbondo. The Indonesian Journal of Health Science. 3(2):179-187.

Savitri, F.K., Suharyati, S. dan Siswanto. 2014. Kualitas semen beku sapi

bali dengan penambahan berbagai dosis vitamin C pada bahan

Page 180: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

164

pengencer skim kuning telur. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 2(3):30-36.

Sekoni, V. O., P. I. Rekwot, E. K. Bawa and P. P. Barje. 2010. Effect of

age and time of sampling on serum testosteron and spermiogram of Bunaji and N’Dama bulls. Research Journal of Veterinary Sciences 3(1):62-67. Doi: 10.3923/rjvs.2008.50.55.

Setchell, B.P. 2014. Semen and its Constituents. In: Chenoweth, P.J. and

S.P. Lorton (Eds). Animal Andrology: Theories and Applications. CAB International, Boston (USA). p.3-11.

Setiadi, A., B.P. Widyobroto dan B. Rustamaji. 2003. Konsentrasi

glukosa dan urea plasma darah pada sapi Peranakan Friesian Holstein yang diberi ransum dengan aras undegraded protein berbeda. J. Indom. Trop. Aim. Agric. 28 (4) : 211 – 217.

Simmet, C. 2004. The Great Vision Behind SpermVision. Sperm Notes.

The International AI Newsletter from Minitüb, Special Edition. Minitüb Germany. www.minitube.de.

Sinclair, S. 2000. Male Infertility: Nutritional and environmental

considerations. Altern. Med. Rev. 5(1):28-38. SNI 01-4869.1-2005. Semen Beku Sapi. Badan Standardisasi Nasional. Soetanto, H., E. Marhaenitanto dan S. Chuzaemi. 2011. Penerapan

teknologi suplementasi berbasis daun kelor dan molases pada peternakan kambing rakyat. Jurnal Buana Sains. Vol. 11 (1) : 25 – 34.

Sonjaya, H. 2009. Pengaruh nutrisi terhadap performans reproduksi ternak

sapi. SAINTIS-AKADEMIS: http://saintis-akademis.blogspot.com/ search/ label/ Nutrisi Performans Reproduksi Ternak. Diakses tanggal 11 Desember 2014.

Sorensen, M., Jr. 1979. Animal Reproduction Principles and Practices.

National Book Store Inc. Philipines. Spears, J. W. and E. B. Kegley. 2002. Effect of zinc source (zinc oxide vs

zinc proteinate) and level on performance, carcass characteristics, and immune response of growing and finishing steers. J. Anim. Sci. 80:2747–2752

Page 181: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

165

Stevenson, J.S. and J.H. Britt. 1981. Interval to estrus in sows and performance of pigs after alteration of litter size during late lactation. J Anim. Sci. 53 : 177-181.

Sumeidiana, I., S. Wuwuh dan E. Mawarti. 2007. Volume Semen dan

Konsentrasi Sperma Sapi Simmental, Limousin dan Brahman di Balai Inseminasi Buatan Ungaran. J.Indon.Trop.Anim.Agric. No.32 (2) : 131 – 137.

Suprijati. 2013. Seng organik sebagai imbuhan pakan ruminansia.

Wartazoa 23(3):142-157. Susilawati, T. 2011. Spermatologi. Universitas Brawijaya Press, Malang. Susilawati, T., Suyadi, Nuryadi, N. Isnaini dan S. Wahyuningsih. 1993.

Kualitas semen sapi Fries Holland dan sapi Bali pada berbagai umur dan berat badan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.

Swenson, M. J. 1977. Physiological Properties and Celluler & Chemical

Constituent of Blood. In: Duke’s Physiologi of Domestic Animal. Comstock Cornell University Press, Ithaca and London.

Syahrir, S., K. G. Wiryawan, A. Parakkasi, dan M. Winugroho. 2010. Profil darah sapi potong yang mendapat tepung daun murbei menyubstitusi konsentrat pakan. JITP 1(1): 12-18.

Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S.

Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Toelihere, M.R. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa,

Bandung. Toleng, A. L., A. L. Fattah dan D. P. Rahardja. 2010. Pemanfaatan daun

kelor (Moringa oliefera) sebagai pakan ternak guna meningkatkan efisiensi reproduksi sapi potong. Abstrak Penelitian Stranas DIKTI, LPPM. Unhas. http://www.unhas.ac.id/lppm/index.php?option=com_content&view=article&id=119:bidang-ilmu-kehutanan&catid=36:abstrak-penelitian-tahun-2010.

Toleng, A. L., M. Yusuf, D. P. Rahardja and R. Haryani. 2014.

Interrelationship of Some Parameters on the Quality of Bali Bulls Sperms Kept under Smallholder Farms. Proceedings of the 16th AAAP Animal Science Congress, 10 - 14 November 2014, Gadjah Mada University, Yogyakarta, Indonesia : Vol. II : 49 - 52.

Page 182: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

166

USDA. 2015. http://ndb.nal.usda.gov Vincent, P., S.L. Underwood, C. Dolbec, N. Bouchard, T. Kroetsch and P.

Blondin. 2012. Bovine semen quality control in artificial insemination centers. Anim. Reprod. 9(3):153-165.

Wahyuni,. S. J., E. W. Kamara dan Alanda. 1981. Penggunaan beberapa

tingkat hijauan petai cina pada pertumbuhan sapi Ongole. Prosiding Seminar Penelitian Peternakan Bogor. Hal. 169-172.

Wahjuni, R. S. dan R. Bijanti. 2006. Uji efek samping formula pakan

komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein. Media Kedokteran Hewan. Vol. 22, No. 3, September 2006 : 174 – 179.

Wahyuningsih, A., D. M. Saleh, dan Sugiyatno. 2013. Pengaruh umur

pejantan dan frekuensi penampungan terhadap volume dan motilitas semen segar sapi Simmental di Balai Inseminasi Buatan Lembang. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 947 - 953.

Wang, S., G. Wang, B.E. Barton, T. F. Murphy, and H.F. Huang. 2007

Beneficial effects of vitamin E in sperm functions in the rat after spinal cord injury. Journal of Andrology (28): 334-341. DOI:10.2164/jandrol.106.001164.

White, I. G. 1993. Lipids and calcium uptake of sperm in relation to cold

shock and preservation: a review. Reprod Fertil Dev. 5(6):639-58. WHO. 2010. WHO Laboratory Manual for the Examination and Processing

of Human Semen. Fifth Edition. World Health Organization, Switzerland.

Widyaningsih, W., A. Prabowo, Sumiasih. 2010. Pengaruh ekstrak etanol

daging bekicot (Achantina fulica) terhadap kadar kolesterol total, HDL, dan LDL serum darah tikus jantan galur wistar. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi 15(1):1410-0177.

Widhyari, S. D. 2012. Peran dan dampak defisiensi zinc (Zn) terhadap

sistem tanggap kebal. Wartazoa. 22(3):141-148. Widhyari, S. D., A. Esfandiari, A. Wijaya, R. Wulansari, S. Widodo, L.

Maylina. 2015. Tinjauan penambahan mineral Zn dalam pakan terhadap kualitas spermatozoa pada sapi Frisian Holstein jantan. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). Vol. 20 (1): 72 – 77.

Page 183: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

167

Winter,L, U. Meyer, L. Hüther, P. Lebzien, S. Dänicke. 2014. Effect of exogenous phytase on the phosphorus and zinc metabolism of fattening bulls. Journal of Biology and Life Science. Vol. 5, No. 1. DOI:10.5296/jbls.v5i1.4354. http://dx.DOI.org/10.5296/jbls.v5i1.4354.

Wu, G., Bazer, F.W., Davis, T.A., Kim, S.W., Li, P., Marc Rhoads, J.,

Satterfield, M.C., Smith, S.B., Spencer, T.E. and Yin, Y. 2009. Arginine metabolism and nutrition in growth, health and disease. Amino Acids (37) : 153 - 168. DOI:10.1196/annals.1320.017.

Young, S.S., B. Eskenazi, F.M. Marchetti,G. Block and A. J. Wyrobek.

2008. The association of folate, zinc and antioxidant intake with sperm aneuploidy in healthy non-smoking men. Human Reproduction (23) : 1014 - 1022. DOI:10.1093/humrep/den036.

Zade, V., D. Dabhadkar, V. Thakare and S. Pare. 2013a. Evaluation of

the potential aphrodisiac activity of Moringa oleifera seed in male albino rats. Int J Pharm Pharm Sci 5(4): 683-689.

Zade, V. S., D. K. Dabhadkar, V. G. Thakare, and S. R. Pare. 2013b.

Effect of Aqueous Extract of Moringa oleifera Seed on Sexual Activity of Male Albino Rats. Biol Forum 5(1): 129-140.

Zalata, A.A., A. B Christophe, C. E. Depuydt, F. Schoonjans and F.H.

Comhaire. 1998 The fatty acid composition of phospholipids of spermatozoa from infertile patients. Molecular Human Reproduction (4): 111-118. DOI:10.1093/molehr/4.2.111.

Zhinian, L. W. R. H. L. 1998. Effect of zinc supplemetation on semen

quality and some biochemical indexes in stud Holstein bulls. Chinese Journal of Animal Science. 1998-02. http://en.cnki.com.cn/Article_en/CJFDTOTAL-ZGXM802.001.htm. Diakses tanggal 27 April 2014.

Zulfan, M. 2008. Hubungan antara libido dengan kualitas semen segar

pada pejantan Bos Taurus. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Malang, Malang.

Zelpina, E., B. Rosadi dan T. Sumarsono. 2012. Kualitas spermatozoa

post thawing dari semen beku sapi perah. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 15 (2):94–102.

Page 184: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

168

LAMPIRAN

Page 185: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

169

Lampiran 1. Hasil analisis ragam libido dan motilitas sperma pejantan sapi Bali.

A. Suplementasi daun kelor dosis tinggi

1. Libido

Paired Samples Statistics

Mean N Std.Deviation Std.Error

Mean Pair 1 Kontrol Kelor

7,20 3,49

8 8

4,22 1,13

1,49 0,40

Paired Sample Test

Paired Differences t df Sig.

(2-tailed) Mean Std.Deviation Std.Error Mean

95% Confidence interval of the Difference

Lower Upper Pair 1 Kontrol - Kelor 3,71 4,12 1,46 0,26 7,15 2,54 7 0,039

2. Motilitas Total

Paired Samples Statistics

Mean N Std.Deviation Std.Error

Mean Pair 1 Kontrol Kelor

71,60 83,58

8 8

8,03 9,49

2,84 3,36

Paired Sample Test

Paired Differences t df Sig.

(2-tailed) Mean Std.Deviation Std.Error Mean

95% Confidence interval of the Difference

Lower Upper Pair 1 Kontrol - Kelor -11,98 8,40 2,97 -19,01 -4,96 -4,03 7 0,005

3. Motilitas Progresif

Paired Samples Statistics

Mean N Std.Deviation Std.Error Mean

Pair 1 Kontrol Kelor

52,77 67,03

8 8

4,98 10,59

1,76 3,74

Paired Sample Test

Paired Differences t df Sig.

(2-tailed) Mean Std.Deviation Std.Error Mean

95% Confidence interval of the Difference

Lower Upper Pair 1 Kontrol - Kelor -14,26 6,86 2,42 -19,99 -8,52 -5,88 7 0,001

Page 186: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

170

B. Suplementasi daun kelor dan Suplementasi Zn anorganik 1. Libido

Decriptives Libido

N

Mean Std.Deviation

Std.Error 95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower Bound

Upper Bound

Kontrol Kelor Zn Total

8 8 8 24

5,56 3,21 2,53 3,77

2,27 1,06 0,78 1,97

0,80 0,38 0,28 0,40

3,66 2,32 1,88 2,94

7,45 4,10 3,19 4,60

1,50 1,92 1,55 1,50

8,50 5,53 4,28 8,50

Anova

Libido Sum of Squares df Mean Squares F Sig. Between Groups Within Groups Total

40,41 48,43 88,84

2 21 23

20,20 2,31

8,76 0,002

Multiple Comparisons Dependent Variable: Libido (I)PERLAKUAN (J) PERLAKUAN Mean

Difference (I – J)

Std.Error Sig. 95% Confidence Interval Lower Bound

Upper Bound

Tukey HSD Kontrol Kelor Zn

2,35* 3,03*

0,76 0,76

0,015 0,002

0,43 1,11

4,26 4,94

Kelor Kontrol Zn

-2,35* 0,68

0,76 0,76

0,015 0,649

-4,26 -1,23

-0,43 2,59

Zn Kontrol Kelor

-3,03* -0,68

0,76 0,76

0,002 0,649

-4,94 -2,59

-1,11 1,23

*. The mean difference is significant at the 0,05 level

2. Motilitas Total

Decriptives Motilitas Total

N

Mean Std.Deviation

Std.Error 95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower Bound

Upper Bound

Kontrol Kelor Zn Total

8 8 8 24

70,32 85,49 89,37 81,73

12,99 10,58 4,90 12,78

4,59 3,74 1,73 2,61

39,46 76,65 85,28 73,33

81,18 94,34 94,47 87,12

49,24 66,83 82,85 49,24

86,55 95,54 95,46 95,54

Anova

Motilitas Total Sum of Squares df Mean Squares F Sig. Between Groups Within Groups Total

1622,48 2133,37 3755,84

2 21 23

811,24 101,59

7,985 0,003

Multiple Comparisons Dependent Variable: Motilitas (I)PERLAKUAN (J) PERLAKUAN Mean

Difference (I – J)

Std.Error Sig. 95% Confidence Interval Lower Bound

Upper Bound

Tukey HSD Kontrol Kelor Zn

-15,18* -19,06*

5,04 5,04

0,018 0,003

-27,88 -31,76

-2,47 -6,35

Kelor Kontrol Zn

15,18* -3,88

5,04 5,04

0,018 0,725

2,47 -16,58

27,88 8,82

Zn Kontrol Kelor

19,06* 3,88

5,04 5,04

0,003 0,725

6,35 -8,82

-31,76 16,58

*. The mean difference is significant at the 0,05 level

Page 187: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

171

3. Motilitas Progresif

Decriptives Motilitas Progresif

N

Mean Std.Deviation

Std.Error 95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower Bound

Upper Bound

Kontrol Kelor Zn Total

8 8 8 24

58,14 77,12 76,43 70,56

9,87 6,20 5,55 11,46

3,49 2,19 1,97 2,34

49,89 71,94 71,79 65,73

66,39 82,30 81,08 75,40

45,15 68,19 69,00 45,15

69,40 84,70 84,23 84,70

Anova

Motilitas Progresif Sum of Squares df Mean Squares F Sig. Between Groups Within Groups Total

1853,57 1166,91 3020,48

2 21 23

926,78 55,57

16,68 0,000

Multiple Comparisons Dependent Variable: Motilitas (I)PERLAKUAN (J) PERLAKUAN Mean

Difference (I – J)

Std.Error Sig. 95% Confidence Interval Lower Bound

Upper Bound

Tukey HSD Kontrol Kelor Zn

-18,98* -18,29*

3,73 3,73

0,000 0,000

-28,37 -27,69

-9,58 -8,90

Kelor Kontrol Zn

18,98* 0,68

3,73 3,73

0,000 0,982

9,58 -8,71

28,37 10,08

Zn Kontrol Kelor

18,29* -0,684

3,73 3,73

0,000 0,982

8,90 -10,08

27,69 8,71

*. The mean difference is significant at the 0,05 level

Page 188: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

172

Lampiran 2. Daftar Publikasi yang terkait dengan Disertasi No Publikasi Judul Alamat (URL) 1. Jurnal

Intenasional Bereputasi Media Peternakan, August 2017, 40(2):88-93

Improving Libido and Sperm Quality of Bali Bulls by Supplementation of Moringa oleifera Leaves

DOI: https://doi.org/10.5398/medpet.2017.40.2.88 http://medpet.journal.ipb.ac.id/

2. Seminar Nasional: a. Seminar

Nasional Lahan-Basah ULM Tahun 2016.

b. Seminar Nasional Lahan-Basah ULM Tahun 2017.

a.Daun Kelor Sumber Mineral

Seng (Zn) untuk Mening-katkan Libido dan Kualitas Semen Pejantan Sapi Bali.

b.Analisis Semen Berbasis

Komputerisasi (Casa) untuk Memprediksi Fertilitas Sperma Sapi Bali

http://lppm.ulm.ac.id/id/semnaslb2017/

3. Buku ISBN 978-979-530-173-8

Daun Kelor sebagai Pakan Ternak

-

Page 189: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

173

Lampiran 3. Daftar Riwayat Hidup

CURRICULUM VITAE A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap

(dengan gelar) Ir. Nursyam Andi Syarifuddin, MP

2. Tempat dan Tanggal Lahir Madello (Soppeng), 13 April 1968 3. Jenis Kelamin Laki-laki 4. Pangkat/ Golongan Pembina Tk I/ IV-b 5. Jabatan Fungsional Lektor Kepala 6. NIP 19680413 199403 1 001 7. NIDN 0013046801 8. E-mail o [email protected]

o [email protected] 9. Nomor Telepon/HP 0511-4774437 / 0813 48 214 217

10. Alamat Rumah Komp. Wirapratama III Blok C No. 7 Banjarbaru, Kalimantan Selatan (70714)

11. Unit Kerja Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru – Kalimantan Selatan

12. Alamat Kantor Jl. A. Yani Km.36, Banjarbaru, Kal-Sel (70714)

13. Nomor Telepon/Fax 0511-4772254/0511-4772254

B. Keluarga

1. Isteri Batria H. Tahang 2. Anak 1. Andi Mufli Nur, S.Pt.

2. Andi Jusri Razak Nur 3. Andi Majdah Rahmadhani Syam

3. Orang Tua Andi Sjarifuddin Sitti Nurhasanah 4. Mertua H. Tahang Hj. Maifah (Alm) C. Riwayat Pendidikan

Tahun Masuk - Lulus Program

Pendidikan Perguruan Tinggi Jurusan

1987 - 1992 Sarjana (S1) Universitas Hasanuddin

Nutrisi dan Makanan Ternak

Page 190: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

174

1998 - 2000 Magister (S2) Universitas Hasanuddin

Sistem-Sistem Pertanian (Peternakan)

D. Karya Ilmiah 10 tahun terakhir

Tahun Judul Jurnal/Prosiding 2017 Improving Libido and Sperm Quality of Bali

Bulls by Supplementation of Moringa Oleifera Leaves

Media Peternakan, August 2017, 40(2) :88-93. DOI:https://doi.org/10.5398/ medpet. 2017.40.2.88. http://medpet.journal. Ipb.ac.id/

Improving Sperm Motility of Frozen Semen Bali Bulls by Supplementation of Moringa oleifera Leaves

Journal of The ln-donesian Tropical Animal Agriculture (JITAA). (Sedang direview)

2017 Daun Kelor Sumber Mineral Seng (Zn) untuk Meningkatkan Libido dan Kualitas Semen Pejantan Sapi Bali

Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 1: 180-186 ISBN: 978-602-6483-33-1

2017 Analisis Semen Berbasis Komputerisasi (CASA) untuk Memprediksi Fertilitas Sper-ma Sapi Bali.

Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2017.

2015 Pertumbuhan dan Produksi Hijauan Pakan Alami Ternak Kerbau Rawa Hasil Budidaya di Lahan Kering

Jurnal Penelitian Peternakan Lahan Basah. Vol. 2 No. 1 Juni 2015. ISSN 2442-7012.

2014 Kualitas Fisik, Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar Jerami Padi yang Di-fermentasi dengan Cairan Rumen

Jurnal Penelitian Peternakan Lahan Basah. Vol. 1 No. 1 Juni 2014. ISSN 2442-7012

2011 Peningkatan Reproduksi Sapi Induk Brah-man Cross Post Partum Dengan Pemberian Pakan Suplemen Multinutrient Block Plus Medicated

Aplikasi Isotop dan Radiasi. Vol. 7 No.2 Desember 2011.

Page 191: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

175

2010 Kadar Glukosa Darah dan Urea Plasma Darah Sapi Induk Brahman Cross Menga-lami Anestrus Postpartum.

Prosiding PPI Standardisasi 2010 – Banjarmasin 4 Agustus 2010. ISSN 0853 – 9677.

2010 Kandungan Mineral (Na, Se, Co, dan Fe) Pakan Alami Ternak Kerbau Rawa di Kalimantan Selatan.

Media Sains. Volume 2 Nomor 1, April 2010 : 18 – 26.

2010 Pemanfaatan Kelimpahan Bekicot Pohon (Achatina, Sp) sebagai Sumber Protein Murni Itik Alabio Melalui Teknologi Bio Proses.

Ziraa’ah. Vol. 27 No. 1, Pebruari 2010 : 60 – 71

2010 Deteksi Gangguan Reproduksi Sapi Induk Brahman Cross Melalui Teknik Radio-immunoassay (RIA) dan Analisis Tata-laksana Pemeliharaan

Chlorophyl, Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian. Vol 6 No. 1 Pebruari 2010 : 62 - 67.

2009 Deteksi Gangguan Reproduksi Sapi Bali Melalui Teknik Radioimmunoassay (RIA) dan Analisis Tatalaksana Pemeliharaan

Kalimantan Scientiae. Nomor : 74 Th.XXVII Vol. Oktober 2009 : 84 – 96.

2009 Perbaikan Efisiensi Reproduksi Sapi Induk Brahman Cross Melalui Percepatan Berahi Post Partum dan Penerapan Teknologi Radioimmunoassay (RIA).

Kalimantan Scientiae. Nomor : 73 Th.XXVII Vol. April 2009 : 30 – 49.

2009 Kajian Kegagalan Kebuntingan Sapi Induk Brahman Cross Melalui Analisis Tata-laksana Reproduksi dan Profil Hormon Progesteron dengan Penerapan Teknologi Radioimmunoassay (RIA).

Ziraa’ah. Volume 24 No.1, Pebruari 2009. ISSN 1412-1468.

2007 Evaluasi Nilai Gizi Pakan Alami Ternak Kerbau Rawa di Kalimantan Selatan

Pengembangan Komunitas & Pem-berdayaan Masya-rakat Kalsel Mela-lui Pemanfaatan Hasil-hasil Perta-nian. Lemlit Unlam. ISBN 978-079-8128-62-2

Page 192: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

176

E. Pengalaman Penelitian 10 tahun terakhir

Tahun Judul Penelitian Skim Penelitian/ Sumber Dana

Jabatan

2017 Peran Mineral Seng (Zn) pada Daun Kelor dalam Meningkat-kan Kualitas Semen Sapi Bali (Bagian dari Penelitian Diser-tasi)

Penelitian Disertasi Doktor/ Kemenristek Dikti

Ketua

2012 Budidaya Hijauan Pakan Alami untuk Meningkatkan Produktivitas dan Reproduk-tivitas Ternak Kerbau Rawa di Kalimantan Selatan

Hibah Bersaing/ Dikti

Ketua

2010 Strategi Pemberian Pakan Sup-lemen Multinutrient Block Plus Medicated untuk Mening-katkan Kinerja Reproduksi Sapi Induk Brahman Cross Post Partum.

Hibah Strategis Nasional/ Dikti

Ketua

2010 Pemanfaatan Kelimpahan Be-kicot Pohon (Achatina, Sp) sebagai Sumber Protein Mur-ni Itik Alabio Melalui Teknologi Bio Proses.

Sinta/ Kementan Anggota

2009 Percepatan Berahi Post Par-tum dan Peningkatan Angka Kebuntingan pada Sapi Induk Brahman Cross Melalui Pem-berian Pakan Suplemen Multi-nutrient Block yang Didukung oleh Penerapan Teknologi Radioimmunoassay (RIA).

Hibah Strategis Nasional/ Dikti

Ketua

2008 Perbaikan Efisiensi Reproduk-si Sapi Induk Brahman Cross Melalui Percepatan Berahi Post partum dan Penerapan Teknologi Radioimmunoassay (RIA).

Hibah Pekerti, Unlam - Unhas

Ketua

F. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat 10 tahun terakhir

Tahun Pengabdian Kepada Masyarakat Sumber

Dana Jabatan

2007 -2012

Konsultan Bidang Peternakan pada Program Pemberdayaan Masyara-

PT. Arutmin Indonesia

Ketua

Page 193: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

177

kat PT. Arutmin Indonesia - Site Satui. Agustus 2007 – Desember 2012.

(Bakri Group)

2010 Narasumber Pelatihan Teknologi Pertanian Terpadu dengan Peter-nakan Berbasis Sumberdaya Lo-kal. Kerjasama: Kementerian Ristek – Faperta Unlam. Pelaihari, tanggal 21 - 23 Desember 2010

Kementerian Ristek

-

2009 Nara Sumber dan Dosen Pen-damping pada Kegiatan Pelatihan Usaha Integrasi Ternak Sapi Potong (Penggemukan dan Pembibitan Sa-pi Potong, Produksi Pupuk Organik serta Teknologi Pasca Panen) pada Pelatihan Peternak Sapi Potong Binaan Dinas Peternakan Kabu-paten Kapuas, Kalimantan Tengah. Kapuas-Pelaihari, 1 – 2 April 2009.

Dinas Peternakan Kabupaten

Kapuas,

-

2008 Pelatih pada Pelatihan Peternakan Terpadu Berbasis Sapi Potong. Kerjasama: Kementerian Ristek, Ba-tan, Unlam dan Pemda Kab. Tanah Bumbu. Pelaihari, 11 – 15 Agustus 2008.

Kementerian Ristek

-

2007 Kemitraan UMKM Masyarakat dan Perguruan Tinggi pada Usaha Integ-rasi (Integrated Farming) Perbibitan, Penggemukan Sapi Potong dan Produksi Pupuk Organik. Program Bottom Up Iptekda LIPI Tahun 2007

LIPI Anggota

2006 Program MKU 2006. Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Berwawasan Agri-bisnis Melalui Magang Wirausaha Berbasis Sapi Potong.

Dikti Ketua

2006 Program Penerapan Ipteks 2006. Meningkatkan Kinerja Sapi Peng-gemukan Di Kelompok Ternak Man-diri dengan Suplementasi Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB).

Dikti Ketua

Page 194: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

178

G. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 10 Tahun Terakhir

Tahun Nama Temu Ilmiah/Seminar

Judul Artikel Ilmiah Tempat dan Waktu

2017 Seminar Nasional Ling-kungan Lahan Basah ULM Tahun 2017

Analisis Semen Berbasis Komputerisasi (CASA) untuk Memprediksi Fer-tilitas Sperma Sapi Bali.

Banjarmasin 11 Nopember 2017

2016 Seminar Nasional Ling-kungan Lahan Basah ULM Tahun 2016

Daun Kelor Sumber Mi-neral Seng (Zn) untuk Meningkatkan Libido dan Kualitas Semen Pejantan Sapi Bali

Banjarmasin5 Nopember 2016

2012 Apresiasi Pengemba-ngan Pakan Bagi Ke-lompok Integrasi Sapi - Sawit

Peranan Teknologi Pro-cessing dalam Mening-katkan Mutu dan Pe-ngembangan Pakan Ru-minansia Berbasis Hasil Samping Kelapa Sawit

Banjarmasin29 Februari – 2 Maret 2012

2011 Seminar Hasil Peneliti-an Strategis Nasional Tahun 2011

Strategi Pemberian Pa-kan Suplemen Multinut-rient Block Plus Medi-cated untuk Meningkat-kan Kinerja Reproduksi Sapi Induk Brahman Cross Post Partum.

Jakarta, 25–26 Juli 2011,

2010 Pertemuan dan Pre-sentasi Ilmiah Standar-disasi 2010.

Kadar Glukosa Darah dan Urea Plasma Darah Sapi Induk Brahman Cross Mengalami Anes-trus Postpartum

Banjarmasin4 Agustus 2010

2008 Seminar Nasional dan Lokakarya Bidang Fo-kus Riset 2008 dalam rangka Ulang Tahun Emas Unlam ke–50, dengan tema: Penga-rusutamaan Riset da-lam Mendukung Pem-bangunan Nasional yang Berkelanjutan.

Perbaikan Efisiensi Re-produksi Sapi Induk Brahman Cross Melalui Percepatan Berahi Post partum dan Penerapan Teknologi Radioimmuno-assay (RIA).

Banjarbaru 30 Oktober 2008

Page 195: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

179

H. Pengalaman Sebagai Peserta Seminar/ Workshop/ Pelatihan 10 tahun terakhir

Tahun Nama Seminar/Workshop/ Pelatihan

Penyelenggara Tempat dan Waktu

2017 Workshop Penulisan Artikel Jurnal Internasional Berepu-tasi dan Klinik Draft Artikel Jurnal.

Sekolah Pascasarjana, Unhas

Makassar, 25 Nopember 2017

2017 Workshop dan Klinik Pening-katan Kualitas Hasil Penelitian Program Peningkatan Kapa-sitas Riset Tahun 2017

Ditjen Pengua-tan Riset dan Pengembangan, Kemenristek Dikti bekerja sama LPPM Unhas

Makassar, 24 – 26 Agustus 2017

2017 One Day Workshop Percepa-tan Publikasi Jurnal Interna-sional Bereputasi Scopus & Thomson Based

Sekolah Pascasarjana Unhas

Makassar, 20 Mei 2017

2016 International Seminar on Poli-tical Ecology of Sustainable Food Consumption and Pro-duction

Unhas bekerjasama Asian Rural Sociological Association (ARSA)

Makassar, 19 September 2016

2016 Seminar Nasional Peternakan 2, Fakultas Peternakan Unhas : Opti-malisasi Sumber Daya Lokal Peternakan Rakyat dalam Mendukung Pengem-bangan Badan Usaha Milik Rakyat (BUMR).

Fakultas Peternakan, Unhas

Makassar, 25 Agustus 2016

2104 Seminar Nasional Ketercerabutan (Embeddedness Pola Hubungan Petani Padi Sawah di Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan)

Sekolah Pascasarjana Unhas

Makassar, 11 Desember 2014

2014 The Fourth International Workshop on Preparing, Wri-ting, and Publishing Research Paper in International Journal

International Journal Agriculture System, Pascasarjana Unhas

Makassar, 24-27 Pebruari 2014

2013 Pelatihan HKI dan Drafting Pusat Informasi Makassar, 10

Page 196: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

180

Paten dan HKI, LPPM Unhas

Oktober 2103

2013 International and Workshop on Wetland Environmental Management “Wetland Envi-ronmental Management and Green Economy”

Universitas Lambung Mangkurat

Banjarmasin, 19 September 2013

2013 Buffalo International Confere-nce 2013 "Buffalo and Human Walfare"

Fakultas Peternakan, Unhas

Makassar, 4-5 September 2013

2013 Seminar Nasional Daya Sa-ing Bangsa: Perspektif Eko-nomi Digital dan Hegemoni Politik dalam Era ASEAN Community 2015

Universitas Hasanuddin

Makassar, 1 Maret 2013

I. Karya Buku

Tahun Judul Buku ISBN Penerbit 2017 Daun Kelor sebagai Pakan

Ternak 978-979-530-

173-8 Unhas Press

2003 Buku Ajar Ilmu Nutrisi Ternak Dasar

- Program Semi-QUE IV, Fak. Pertanian Unlam

2002 Buku Ajar Dasar Reproduksi Ternak

- Program Semi-QUE IV, Fak. Pertanian Unlam

Page 197: PEMANFAATAN DAUN KELOR ( Moringa oleifera ) GUNA ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · pemanfaatan daun kelor ( moringa oleifera ) guna meningkatkan

181

Penghargaan dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya

Tahun Jenis Penghargaan Pemberi Penghargaan

2006 Dosen Berprestasi Terbaik II Tingkat Universitas Lambung Mangkurat Tahun 2006

Rektor Unlam

2006 Dosen Berprestasi Terbaik I Tingkat Fakultas Pertanian Unlam Tahun 2006.

Dekan Faperta Unlam

2005 Penyaji Terbaik pada Seminar Nasional Hasil Pengembangan Budaya Kewirausahaan di Perguruan Tinggi Tahun 2004.

Direktur DP3M Dikti

Makassar, 15 Januari 2018 Penulis, (Ir. Nursyam Andi Syarifuddin, MP)