Post on 11-Apr-2016
Case Report Session
HIPERTENSI
Oleh :
Shabrina Izzati
1010313101
Preseptor :
dr.Sandra Yelly
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PUSKESMAS SEBERANG PADANG
2015
1
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningakatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg menurut JNC
VII. 1
2.2 Fisiologi Regulasi Tekanan Darah
Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor utama, yaitu curah jantung
(cardiac output) dan resistensi vascular perifer (peripheral vascular resistance).
Curah jantung merupakan hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi
sekuncup (stroke volume), sedangkan isi sekuncup ditentukan oleh aliran balik
vena (venous return) dan kekuatan kontraksi miokard. Resistensi perifer
ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh darah, elastisitas pembuluh darah dan
viskositas darah. Semua parameter tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain: system saraf simpatis dan parasimpatis, system rennin-
angiotensin- aldosteron (SRAA) dan faktor local berupa bahan-bahan vasoaktif
yang diproduksi oleh sel endotel pembuluh darah. 2
Sistem saraf simpatis bersifat presif yaitu meningkatkan tekanan darah
dengan meningkatkan frekuensi denyut jantung, memperkuat kontraktilitas
2
miokard, dan meningkatkan resistensi pembuluh darah. Sistem parasimpatis justru
kebalikannya yaitu bersifat defresif. Apabila terangsang, maka akan menurunkan
tekanan darah karena menurunkan frekuensi denyut jantung. SRAA juga bersifat
presif karena dapat memicu pengeluaran angiotensin II yang memiliki efek
vasokonstriksi pembuluh darah dan aldosteron yang menyebabkan retensi air dan
natrum di ginjal sehingga meningkatkan volume darah. 3
Sel endotel pembuluh darah juga memegang peranan penting dalam
terjadinya hipertensi. Sel endotel pembuluh darah memproduksi berbagai bahan
vasoaktif yang sebagiannya bersifat vasokonstriktor seperti endotelin, tromboksan
A2 dan angiotensin II local. Sebagian lagi bersifat vasodilator seperti
endothelium-derived relaxing factor (EDRF), yang dikenal juga sebagai nitrit
oxide (NO) dan prostasiklin (PGI2). Selain itu jantung terutama atrium kanan
memproduksi hormone yang disebut atriopeptin (atrial natriuretic peptide, ANP)
yang cenderung bersifat diuretic, natriuretik dan vasodilator yang cendrung
menurunkan tekanan darah. 3
2.3 Epidemiologi
Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan meningkatnya populasi
usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga
bertambah, di mana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik
dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun.
Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat dalam
dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi (pola kurva mendatar) dan
3
pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien
hipertensi.2
Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari
negara maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey
(NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun ke 1999-2000, insiden hipertensi pada
orang dewasa adalah sekitar 29-31% yang berarti terdapat 58-65 juta orang
hipertensi di Amerika dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun
1988-1991. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus
hipertensi.2
2.4 Klasifikasi
2.4.1 Berdasarkan Etiologinya
Hipertensi berdasarkan etiologi / penyebabnya dibagi menjadi 2 :
Hipertensi Primer atau Esensial
Hipertensi primer atau yang disebut juga hipertensi esensial atau idiopatik adalah
hipertensi yang tidak diketahui etiologinya/penyebabnya. 90% dari semua penyakit
hipertensi merupakan penyakit hipertensi esensial.
Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi sebagai akibat suatu penyakit,
kondisi dan kebiasaan. Karena itu umumnya hipertensi ini sudah diketahui
penyebabnya. Terdapat 10% orang menderita apa yang dinamakan hipertensi
sekunder. Skitar 5-10% penderita hipertensi penyebabnya adalah penyakit ginjal
(stenoisarteri renalis, pielonefritis, glomerulonefritis, tumor ginjal), sekitar 1-2%
4
adalah penyakit kelaian hormonal (hiperaldosteronisme, sindroma cushing) dan
sisanya akibat pemakaian obat tertentu (steroid, pil KB).4
2.4.2 Klasifiksi menurut JNC 7
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.1
Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan
Darah
TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-90
Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
2.5 Faktor risiko
2.5.1 Faktor Genetika (Riwayat keluarga)
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang bersifat menurun dalam suatu
keluarga. Anak dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua kali
lebih besar untuk menderita hipertensi daripada anak dengan orang tua yang
tekanan darahnya normal.
2.5.2 Ras
5
Orang –orang yang hidup di masyarakat barat mengalami hipertensi secara
merata yang lebih tinggi dari pada orang berkulit putih. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena tubuh mereka mengolah garam secara berbeda.
2.7.3 Usia
Hipertensi lebih umum terjadi berkaitan dengan usia, Khususnya pada
masyarakat yang banyak mengkonsumsi garam. Wanita pre – menopause
cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia
yang sama, meskipun perbedaan diantara jenis kelamin kurang tampak setelah
usia 50 tahun. Penyebabnya, sebelum menopause, wanita relatif terlindungi
dari penyakit jantung oleh hormon estrogen. Kadar estrogen menurun setelah
menopause dan wanita mulai menyamai pria dalam hal penyakit jantung
2.5.3 Jenis kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada
wanita. Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi oleh
faktor psikologis. Pada pria seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat
(merokok, kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan.
Sedangkan pada wanita lebih berhubungan dengan pekerjaan yang
mempengaruhi faktor psikiskuat
2.7.5 Stress psikis
Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi
meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan
dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Secara fisiologis apabila
seseorang stress maka kelenjer pituitary otak akan menstimulus kelenjer
6
endokrin untuk mengahasilkan hormon adrenalin dan hidrokortison kedalam
darah sebagai bagian homeostasis tubuh. Penelitian di AS menemukan enam
penyebab utama kematian karena stress adalah PJK, kanker, paru-paru,
kecelakan, pengerasan hati dan bunuh diri.
2.7.6 Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung
untuk memompa darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh
tersebut. Berat badan yang berlebihan menyebabkan bertambahnya volume
darah dan perluasan sistem sirkulasi. Bila bobot ekstra dihilangkan, TD dapat
turun lebih kurang 0,7/1,5 mmHg setiap kg penurunan berat badan. Mereduksi
berat badan hingga 5-10% dari bobot total tubuh dapat menurunkan resiko
kardiovaskular secara signifikan.
2.7.7 Asupan garam Na
Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah bertambahdan
menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat. Juga memperkuat
efek vasokonstriksi noradrenalin. Secara statistika, ternyata bahwa pada
kelompok penduduk yang mengkonsumsi terlalu banyak garam terdapat lebih
banyak hipertensi daripada orang-orang yang memakan hanya sedikit garam.
2.7.8 Rokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal ini
karena nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru – paru dan
disebarkan keseluruh aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi
nikotin untuk sampai ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan
7
memberikan sinyal kepada kelenjer adrenal untuk melepaskan efinephrine
(adrenalin). Hormon yang sangat kuat ini menyempitkan pembuluh darah,
sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih keras dibawah tekanan
yang lebih tinggi.
2.7.9 Konsumsi alcohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan
semakin banyak alkohol yang di minum semakin tinggi tekanan darah. Tapi
pada orang yang tidak meminum minuman keras memiliki tekanan darah yang
agak lebih tinggi dari pada yang meminum dengan jumlah yang sedikit.
2.8 Patofisiologi
2.8.1 Hipertensi primer
Beberapa teori patogénesis hipertensi primer meliputi :
Aktivitas yang berlebihan dari sistem saraf simpatik
Aktivitas yang berlebihan dari sistem RAA
Retensi Na dan air oleh ginjal
Inhibisi hormonal pada transport Na dan K melewati dinding sel pada ginjal
dan pembuluh darah
Interaksi kompleks yang melibatkan resistensi insulin dan fungsi endotel
Sebab – sebab yang mendasari hipertensi esensial masih belum
diketahui. Namun sebagian besar disebabkan oleh resistensi yang semakin tinggi
(kekakuan atau kekurangan elastisitas) pada arteri – arteri yang kecil yang paling
jauh dari jantung (arteri periferal atau arterioles), hal ini seringkali berkaitan
8
dengan faktor-faktor genetik, obesitas, kurang olahraga, asupan garam berlebih,
bertambahnya usia, dll.4
2.8.2 Hipertensi Sekunder
Patofisiologi hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh suatu proses penyakit sistemik
yang meningkatkan tahanan pembuluh darah perifer atau cardiac output,
contohnya adalah renal vaskular atau parenchymal disease, adrenocortical
tumor,feokromositoma dan obat-obatan. Bila penyebabnya diketahui dan
dapat disembuhkan sebelum terjadi perubahan struktural yang menetap,
tekanan darah dapat kembali normal.
2.9 Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala
walaupun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan yang
bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:
Sakit kepala
Kelelahan
Mual-muntah
9
Sesak napas
Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung, dan ginjal
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak disebut ensefalopati
hipertensif yang memerlukan penanganan segera
2.10 Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis yang perlu ditanyakan kepada seorang penderita hipertensi
meliputi:
a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
b. Indikasi adanya hipertensi sekunder
Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih hematuri,
pemakaian oba-obatan analgesic dan obat/ bahan lain.
Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan palpitasi
(feokromositoma).
c. Faktor-faktor resiko (riwayat hipertensi/ kardiovaskular pada pasien
atau keluarga pasien, riwayat hiperlipidemia, riwayat diabetes
mellitus, kebiasaan merokok, pola makan, kegemukan, insentitas
olahraga)
10
d. Gejala kerusakan organ
Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan,
transient ischemic attacks, defisit neurologis
Jantung: Palpitasi,nyeri dada, sesak, bengkak di kaki
Ginjal: Poliuria, nokturia, hematuria
e. Riwayat pengobatan antihipertensi sebelumnya
2. Pemeriksaan Fisik
a. Memeriksa tekanan darah
Pengukuran rutin di kamar periksa
- Pasien diminta duduk dikursi setelah beristirahat selam 5
menit, kaki di lantai dan lengan setinggi jantung
- Pemilihan manset sesuai ukuran lengan pasien (dewasa:
panjang 12-13, lebar 35 cm)
- Stetoskop diletakkan di tempat yang tepat (fossa cubiti tepat
diatas arteri brachialis)
- Lakukan penngukuran sistolik dan diastolic dengan
menggunakan suara Korotkoff fase I dan V
- Pengukuran dilakukan 2x dengan jarak 1-5 menit, boleh
diulang kalau pemeriksaan pertama dan kedua bedanya terlalu
jauh.
Pengukuran 24 jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring-
ABPM)
11
- Hipertensi borderline atau yang bersifat episodic
- Hipertensi office atau white coat
- Hipertensi sekunder
- Sebagai pedoman dalam pemilihan jenis obat antihipertensi
- Gejala hipotensi yang berhubungan dengan pengobatan
antihipertensi
Pengukuran sendiri oleh pasien
b. Evaluasi penyakit penyerta kerusakan organ target serta kemungkinan
hipertensi sekunder
Umumnya untuk penegakkan diagnosis hipertensi diperlukan
pengukuran tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan
darah < 160/100 mmHg.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari:
Tes darah rutin (hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit)
Urinalisis terutama untuk deteksi adanya darah, protein, gula
Profil lipid (total kolesterol (kolesterol total serum, HDL serum, LDL
serum, trigliserida serum)
Elektrolit (kalium)
Fungsi ginjal (Ureum dan kreatinin)
Asam urat (serum)
Gula darah (sewaktu/ puasa dengan 2 jam PP)
12
Elektrokardiografi (EKG)
Beberapa anjurantest lainnya seperti:
Ekokardiografi jika diduga adanya kerusakan organ sasaran seperti adanya
LVH
Plasma rennin activity (PRA), aldosteron, katekolamin urin
Ultrasonografi pembuluh darah besar (karotis dan femoral)
Ultrasonografi ginjal jika diduga adanya kelainan ginjal
Pemeriksaaan neurologis untuk mengetahui kerusakan pada otak
Funduskopi untuk mengetahui kerusakan pada mata
Mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin urin
Foto thorax.3
2.11 Tatalaksana
6 Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan menurunkan risiko penyakit
kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Target terapi adalah
mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan
diastolik dibawah 90 mmHg atau tekanan sistolik dibawah 130 mmHg dan tekanan
diastolik dibawah 80mmHg pada individu dengan risiko tinggi serta mengontrol
13
faktor risiko melalui modifikasi gaya hidup dan obat anti hipertensi jika modifikasi
gaya hidup kurang berhasil. Modifikasi gaya hidup cukup efektif dan dapat
menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dengan biaya relatif murah. Tata laksana
ini tetap dianjurkan meski disertai obat anti hipertensi karena dapat menentukan
jumlah dan dosis obat untuk mencapai target secara optimal.1,4
Tabel 2. Modifikasi Gaya Hidup dalam Tata Laksana Hipertensi2
Modifikasi Rekomendasi Rerata Penurunan TDS
Penurunan berat
badan
Jaga berat badan ideal (IMT = 18,5 –
22,9 kg/m2)
5-20 mmHg/ 10 kg
Dietary Approach
to Stop
Hypertension
Diet tinggi serat dan rendah lemak 8-14 mmHg
14
(DASH)
Pembatasan intake
natrium
Kurangi hingga < 100 mmol per hari
( 2,0 g natrium atau 6,5 g natrium
klorida atau 1 sendok teh garam per
hari )
2-8 mmHg
Aktivitas fisik
aerobik
Aktivitas fisik aerobik yang teratur
selama 20-30 menit dengan frekuensi
2-3 kali seminggu
4-9 mmHg
Pembatasan
konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol maksimal 30 ml
bagi laki laki dan maksimal 20 ml
bagi perempuan atau orang yang lebih
kurus.
2-4 mmHg
Pembatasan
merokok
15
Gambar 3. Algoritma Tatalaksana Hipertensi
Pemberian obat anti hipertensi dilakukan jika dalam waktu 2 minggu atau 1 bulan
pasca modifikasi gaya hidup target tekanan darah belum tercapai yang dilakukan
dengan cara pemberian monoterapi pada kasus hipertensi derajat I dan kombinasi 2
obat hipertensi pada hipertensi derajat II serta sesuai indikasi pada pasien dengan
indikasi khusus. Jenis-jenis obat anti hipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi
yang dianjurkan oleh JNC 7 antara lain sebagai berikut1,4
a. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant)
b. Beta Blocker (BB)
16
c. Calcium Channel Blocker (CCB)
d. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
e. Angiotensin II Receptor Blocker (ARB)
Tabel 4. Obat-obat Anti Hipertensi yang Dianjurkan JNC 71
Diuretik Beta Blocker Calcium Channel Blocker
Thiazid
- Hidroklortiazid 12,5mg 1
X I
Loop diuretik
- Furosemid 40mg 2 X I
Diuretik hemat kalium
- Amilorid 5 mg 1 X I
Antagonis aldosteron
- Spironolakton 100mg 1 X
I
Propanolol 10 mg 2 X I
Atenolol 50 mg 2 X I
Bisoprolol 5 mg 1-2 X ½-
1
Verapamil 40, 80 mg 2 X
I
Amlodipin 5, 10 mg 1 X I
Diltiazem 60 mg 2-3 X I
Nifedipin 5, 10 mg 1-3 X
I
ACE Inhibitor Angiotensin II Receptor
Blocker
Kaptopril 12,5; 25mg 2 X
I
Lisinopril 5; 10mg 2 X I
Perindopril 4mg 2 X I
Silazapril 2,5mg 2 X I
Losartan 50 mg 1 X I
Valsartan 80 mg 1 X I
Candesartan 8 mg 1 X I
Telmisartan 40 mg 1 X I
17
Ramipril 5mg 2 X I
Adapun kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien antara
lain sebagai berikut3
a. Diuretika dan ACEI atau ARB
b. CCB dan BB
c. CCB dan ACEI atau ARB
d. CCB dan diuretika
e. ARB dan BB
Tabel 5. Pilihan Obat Antihipertensi untuk Kondisi Tertentu1,5
Indikasi yang Memaksa Pilihan Terapi Awal
Gagal Jantung
Pasca Infrak Miokard
Risiko Penyakit Pembuluh Darah Koroner
Diabetes
Penyakit Ginjal Kronis
Pencegahan stroke berulang
Diuretik Thiaz, BB, ACEI, ARB.
Aldo Ant
BB, ACEI, Aldo Ant
Diuretik Thiaz, BB, ACEI, CCB
Diuretik Thiaz, BB, ACEI, ARB,
CCB
ACEI, ARB
Diuretik Thiaz, ACEI
Dengan adanya klasifikasi hipertensi terbaru dari JNC 8 sejak Desember 2013
maka terdapat panduan baru pada manajemen hipertensi meliputi ambang pengobatan
farmakologis, target terapi, dan pemilihan obat anti hipertensi sesuai algoritma
sebagai berikut
18
Gambar 4. Algoritma Tata Laksana Hipertensi Menurut JNC 85
19
Dalam JNC 8 beta blocker tidak lagi digunakan dan direkomendasikan 4 kelas
obat tertentu berdasarkan penelaahan bukti untuk subkelompok ras, gagal ginjal
kronis, dan diabetes dimana panelis membuat tabel obat dan dosis yang digunakan
berdasarkan hasil uji coba. Berdasarkan rekomendasi di atas baik JNC 7 maupun JNC
8 tidak dikenal penggunaan reserpine sebagai obat anti hipertensi sehingga reserpine
sebaiknya tidak lagi digunakan dalam tata laksana hipertensi.1,3,5
Pada kasus krisis hipertensi yaitu tekanan darah lebih dari 180/110 mmHg
perlu dibedakan antara hipertensi urgency (tanpa kerusakan organ tubuh) dan
hipertensi emergency (dengan kerusakan organ tubuh). Hipertensi urgency dapat
diobati secara rawat jalan dengan terapi anti hipertensi oral, dianjurkan untuk
menurunkan tekanan darah secara perlahan dalam 24 - 48 jam. Obat yang dianjurkan
20
adalah captopril 50 mg sublingual atau oral. Pemberian nifedipine sublingual atau
oral tidak lagi direkomendasikan untuk hipertensi urgency karena dapat menyebabkan
hipotensi berat dan iskemia organ.3
Hipertensi emergency memerlukan penanganan cepat, termasuk perawatan
ICU. Pemeriksaan tekanan darah harus diperiksa di kedua lengan menggunakan
teknik pemeriksaan yang benar. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan tujuan mencari
adanya kerusakan organ target, sedangkan pemeriksaan laboratorium harus mencakup
kimia klinik, urinalisis, darah lengkap, dan toksikologi. Terapi dengan obat anti
hipertensi secara intravena sangat disarankan dalam kondisi ini. Pemilihan obat harus
didasarkan karakteristik obat yang spesifik (efek samping). Penurunan tekanan darah
harus terkontrol untuk menghindari hipoperfusi organ dan iskemia atau infark. Obat-
obatan yang biasa dipakai adalah labetalol, esmolol, nitrogliceryn, sodium
nitroprusside, clevidipine, trimetaphan, dan pentholamin.3
2.13 Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi antara lain:
a. Otak : Stroke
b. Jantung : Aterosklerosis, penyakit jantung koroner, gagal jantung
c. Mata : Kebutaan (pecahnya pembuluh darah pada mata)
d. Paru-paru : Edema paru
e. Ginjal : Penyakit ginjal kronik
f. Sistemik :Penyakit arteri perifer atau penyakit oklusi arteri perifer6
21
2.15 Prognosis
Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang tepat.
Terapi dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obatan antihipertensi
biasanya dapat menjaga tekanan darah pada tingkat yang tidak akan menyebabkan
kerusakan pada jantung atau organ lain. Kunci untuk menghindari komplikasi
serius dari hipertensi adalah mendeteksi dan mengobati sebelum kerusakan
terjadi.2,6
22
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Tn. K/ laki-laki/ 52 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : Pedagang/ SMA
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : Kawin
b. Jumlah Anak : 2
c. Status Ekonomi Keluarga : Cukup, pasien tinggal bersama istri
d. KB : -
e. Kondisi Rumah :
- Rumah permanen dan perkarangan sempit
- Listrik ada
- Sumber air : PDAM
- Jamban ada 1 buah, di dalam rumah
- Sampah di buang ke TPS
- Jumlah penghuni 4 orang, pasien, istri, dan 2 orang anak pasien.
- Kesan : higiene dan sanitasi baik
23
f. Kondisi Lingkungan Keluarga
- Pasien tinggal di lingkungan pinggiran kota yang cukup padat penduduk
3. Aspek Psikologis di keluarga
- Hubungan dengan keluarga baik
- Faktor stress dalam keluarga (-)
4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
-Ayah pasien menderita penyakit hipertensi
- Riwayat diabetes mellitus, penyakit ginjal dan penyakit jantung tidak ada
5. Keluhan Utama
Kontrol ulang hipertensi
6. Riwayat Penyakit Sekarang
- Sakit kepala sejak 1 hari yang lalu, terasa seperti menekan diseluruh kepala
terutama di bagian tengkuk, tidak berputar, dan tidak berdenyut.
- Mual dan muntah tidak ada
- Keluhan mata kabur tidak ada
- Nyeri dada tidak ada, dada terasa berdebar-debar tidak ada, sesak nafas saaT
beraktivitas tidak ada
24
- Nafsu makan biasa. Pasien mengaku tidak pernah membatasi lemak dan
garam dalam makanan yang dikonsumsi setiap hari. Pasien juga tidak teratur
mengkonsumsi sayur dan buah.
- BAB dan BAK tidak ada keluhan
- Riwayat kebiasaan merokok ada ,sejak usia 15 tahun, sekarang masih
merokok ±1/2 bungkus rokok perhari.
- Riwayat konsumsi alkohol tidak ada
- Riwayat kebiasaan olahraga tidak ada.
- Pasien dikenal hipertensi sejak 4 tahun yang lalu, tekanan darah tertinggi 180/
90. Terakhir kalimemeriksakan tekanan darahnya 2 minggu yang lalu, dengan
tekanan darah 140/70 mmHg. Pasien diberi obat, yakni amlodipin 10 mg yang
dimakan 1 kali sehari.
7. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
Nadi : 74x/ menit
Nafas : 22x/menit
TD : 150/90 mmHg
Suhu : 37,50C
BB : 60 Kg
TB : 158 cm
IMT : 24,04 (overweight)
25
Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
Kulit : Turgor kulit baik
Dada
Paru
Inspeksi : simetris ki = ka
Palpasi : fremitus ki = ka
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Anggota gerak : reflex fisiologis ++/++, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-
26
8. Laboratorium Anjuran :
Pemeriksaan profil lipid: kolesterol total 160
9. Pemeriksaan anjuran :
-
10. Diagnosis Kerja
- Hipertensi Grade I ec Essensial
11. Diagnosis Banding :
-
12. Manajemen
a. Preventif :
- Menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi buah dan sayuran setiap harinya,
serta mengurangi konsumsi makanan dengan lemak tinggi. Selain itu
dianjurkan untuk mengurangi penggunaan garam pada makanan yang
dikonsumsi setiap harinya.
- Menganjurkan pasien untuk berolahraga selama 30 menit, teratur, dan sangat
baik bila dilakukan setiap hari, bila sulit membiasakan diri, dapat dimulai
minimal 3 kali seminggu.
- Menjelaskan semua anjuran yang diterima pasien kepada istri pasien,
sehingga dapat membantu mengontrol penyakit pasien.
27
b. Promotif :
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya tidak dapat disembuhkan,
akan tetapi dapat dikontrol dengan membiasakan dengan pola hidup sehat dan
mengkonsumsi obat antihipertensi secara teratur berdasarkan petunjuk dokter.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa pengobatan anti hipertensi umumnya untuk
selama hidup. Penghentian pengobatan cepat atau lambat akan diikuti dengan
naiknya tekanan darah. Dijelaskan juga pada pasien, masih ada kemungkinan
untuk menurunkan dosis antihipertensi atau jumlah obatnya bila patuh
terhadap terapi nonfarmakologis, akan tetapi tekanan darah pasien harus
dikontrol ketat.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa target tekanan darah yang harus dicapai
adalah < 140/90 mmHg dengan pemberian antihipertensi dan modifikasi gaya
hidup mencakup penurunan berat badan, peningkatan konsumsi sayur dan
buah, mengurangi konsumsi garam, dan olahraga teratur.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa obat hipertensi yang dikonsumsinya
merupakan dosis yang sesuai dan aman, sehingga tidak perlu takut bila harus
memakan obat setiap hari.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa hipertensi yang dideritanya menimbulkan
gejala sakit kepala, sulit tidur, hingga rasa berat di tengkuk. Dengan
mengkonsumsi obat anti hipertensi dan kontrol tekanan darah teratur,
diharapkan gejala ini hilang dengan sendirinya. Ditekankan pada pasien
bahwa hipertensi adalah penyakit yang memerlukan kepatuhan dalam berobat
28
dan kontrol karena tidak dapat disembuhkan dan dapat menimbulkan berbagai
macam komplikasi.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa hipertensi yang dideritanya dapat
menyebabkan komplikasi pada bagian tubuh lainnya, yakni jantung, otak,
ginjal, pembuluh darah, dan mata. Hipertensi dapat menyebabkan terjadinya
pembesaran ruang jantung, nyeri dada, hingga gagal jantung. Pada otak dapat
menyebabkan stroke dan di ginjal dapat menyebabkan kegagalan fungsi
ginjal.
c. Kuratif :
- Amlodipin 1 x 10 mg
d. Rehabilitatif :
- Kontrol teratur ke Puskesmas untuk cek tekanan darah dan penyesuaian dosis
dan penambahan obat antihipertensi.
29
Resep
Dinas Kesehatan Kodya Padang
Puskesmas Seberang padang
Dokter : Shabrina Izzati
Tanggal : 22 november 2015
R/ Amlodipin tab 10 mg No. XV
S1 dd tab 1
£
Pro : Tn. K
Umur : 52
30
DAFTAR PUSTAKA
1. JNC 7, 2003, The Seventh Joint National Committee on Prevention Detection
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure diunduh tanggal 20
November 2014
2. WHO. Raised Blood Pressure.
http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence_text/en/.
Accessed November 20, 2014
3. Nafrialdi. Antihipertensi. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: FKUI;
2007.p. 341-60Ganiswarna, S. G. (2003). Famakologi dan Terapi. Jakarta:
Bagian Farmakologi FK-UI.
4. Kemenkes RI, 2013, Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer ed 1, Jakarta: Kemenkes RI 236-243
5. JNC 8, 2013, The Eighth Joint National Committee on Prevention Detection
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure diunduh tanggal 10
november 2014
6. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi
I, Simadibrata M, Setiatii S (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5.
Jakarta: Interna Publishing; 2009.p. 1079-85
31