CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

46
Case Report Session HIPERTENSI Oleh : Shabrina Izzati 1010313101 Preseptor : dr.Sandra Yelly KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS 1

Transcript of CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

Page 1: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

Case Report Session

HIPERTENSI

Oleh :

Shabrina Izzati

1010313101

Preseptor :

dr.Sandra Yelly

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PUSKESMAS SEBERANG PADANG

2015

1

Page 2: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hipertensi didefinisikan sebagai peningakatan tekanan darah sistolik

sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg menurut JNC

VII. 1

2.2 Fisiologi Regulasi Tekanan Darah

Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor utama, yaitu curah jantung

(cardiac output) dan resistensi vascular perifer (peripheral vascular resistance).

Curah jantung merupakan hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi

sekuncup (stroke volume), sedangkan isi sekuncup ditentukan oleh aliran balik

vena (venous return) dan kekuatan kontraksi miokard. Resistensi perifer

ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh darah, elastisitas pembuluh darah dan

viskositas darah. Semua parameter tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain: system saraf simpatis dan parasimpatis, system rennin-

angiotensin- aldosteron (SRAA) dan faktor local berupa bahan-bahan vasoaktif

yang diproduksi oleh sel endotel pembuluh darah. 2

Sistem saraf simpatis bersifat presif yaitu meningkatkan tekanan darah

dengan meningkatkan frekuensi denyut jantung, memperkuat kontraktilitas

2

Page 3: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

miokard, dan meningkatkan resistensi pembuluh darah. Sistem parasimpatis justru

kebalikannya yaitu bersifat defresif. Apabila terangsang, maka akan menurunkan

tekanan darah karena menurunkan frekuensi denyut jantung. SRAA juga bersifat

presif karena dapat memicu pengeluaran angiotensin II yang memiliki efek

vasokonstriksi pembuluh darah dan aldosteron yang menyebabkan retensi air dan

natrum di ginjal sehingga meningkatkan volume darah. 3

Sel endotel pembuluh darah juga memegang peranan penting dalam

terjadinya hipertensi. Sel endotel pembuluh darah memproduksi berbagai bahan

vasoaktif yang sebagiannya bersifat vasokonstriktor seperti endotelin, tromboksan

A2 dan angiotensin II local. Sebagian lagi bersifat vasodilator seperti

endothelium-derived relaxing factor (EDRF), yang dikenal juga sebagai nitrit

oxide (NO) dan prostasiklin (PGI2). Selain itu jantung terutama atrium kanan

memproduksi hormone yang disebut atriopeptin (atrial natriuretic peptide, ANP)

yang cenderung bersifat diuretic, natriuretik dan vasodilator yang cendrung

menurunkan tekanan darah. 3

2.3 Epidemiologi

Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan meningkatnya populasi

usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga

bertambah, di mana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik

dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun.

Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat dalam

dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi (pola kurva mendatar) dan

3

Page 4: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien

hipertensi.2

Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari

negara maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey

(NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun ke 1999-2000, insiden hipertensi pada

orang dewasa adalah sekitar 29-31% yang berarti terdapat 58-65 juta orang

hipertensi di Amerika dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun

1988-1991. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus

hipertensi.2

2.4 Klasifikasi

2.4.1 Berdasarkan Etiologinya

Hipertensi berdasarkan etiologi / penyebabnya dibagi menjadi 2 :

Hipertensi Primer atau Esensial

Hipertensi primer atau yang disebut juga hipertensi esensial atau idiopatik adalah

hipertensi yang tidak diketahui etiologinya/penyebabnya. 90% dari semua penyakit

hipertensi merupakan penyakit hipertensi esensial.

Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi sebagai akibat suatu penyakit,

kondisi dan kebiasaan. Karena itu umumnya hipertensi ini sudah diketahui

penyebabnya. Terdapat 10% orang menderita apa yang dinamakan hipertensi

sekunder. Skitar 5-10% penderita hipertensi penyebabnya adalah penyakit ginjal

(stenoisarteri renalis, pielonefritis, glomerulonefritis, tumor ginjal), sekitar 1-2%

4

Page 5: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

adalah penyakit kelaian hormonal (hiperaldosteronisme, sindroma cushing) dan

sisanya akibat pemakaian obat tertentu (steroid, pil KB).4

2.4.2 Klasifiksi menurut JNC 7

Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,

prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.1

Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7

Klasifikasi Tekanan

Darah

TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal < 120 Dan < 80

Prehipertensi 120-139 Atau 80-90

Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi derajat 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

2.5 Faktor risiko

2.5.1 Faktor Genetika (Riwayat keluarga)

Hipertensi merupakan suatu kondisi yang bersifat menurun dalam suatu

keluarga. Anak dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua kali

lebih besar untuk menderita hipertensi daripada anak dengan orang tua yang

tekanan darahnya normal.

2.5.2 Ras

5

Page 6: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

Orang –orang yang hidup di masyarakat barat mengalami hipertensi secara

merata yang lebih tinggi dari pada orang berkulit putih. Hal ini kemungkinan

disebabkan karena tubuh mereka mengolah garam secara berbeda.

2.7.3 Usia

Hipertensi lebih umum terjadi berkaitan dengan usia, Khususnya pada

masyarakat yang banyak mengkonsumsi garam. Wanita pre – menopause

cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia

yang sama, meskipun perbedaan diantara jenis kelamin kurang tampak setelah

usia 50 tahun. Penyebabnya, sebelum menopause, wanita relatif terlindungi

dari penyakit jantung oleh hormon estrogen. Kadar estrogen menurun setelah

menopause dan wanita mulai menyamai pria dalam hal penyakit jantung

2.5.3 Jenis kelamin

Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada

wanita. Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi oleh

faktor psikologis. Pada pria seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat

(merokok, kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan.

Sedangkan pada wanita lebih berhubungan dengan pekerjaan yang

mempengaruhi faktor psikiskuat

2.7.5 Stress psikis

Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi

meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan

dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Secara fisiologis apabila

seseorang stress maka kelenjer pituitary otak akan menstimulus kelenjer

6

Page 7: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

endokrin untuk mengahasilkan hormon adrenalin dan hidrokortison kedalam

darah sebagai bagian homeostasis tubuh. Penelitian di AS menemukan enam

penyebab utama kematian karena stress adalah PJK, kanker, paru-paru,

kecelakan, pengerasan hati dan bunuh diri.

2.7.6 Obesitas

Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung

untuk memompa darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh

tersebut. Berat badan yang berlebihan menyebabkan bertambahnya volume

darah dan perluasan sistem sirkulasi. Bila bobot ekstra dihilangkan, TD dapat

turun lebih kurang 0,7/1,5 mmHg setiap kg penurunan berat badan. Mereduksi

berat badan hingga 5-10% dari bobot total tubuh dapat menurunkan resiko

kardiovaskular secara signifikan.

2.7.7 Asupan garam Na

Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah bertambahdan

menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat. Juga memperkuat

efek vasokonstriksi noradrenalin. Secara statistika, ternyata bahwa pada

kelompok  penduduk yang mengkonsumsi terlalu banyak garam terdapat lebih

banyak hipertensi daripada orang-orang yang memakan hanya sedikit garam.

2.7.8 Rokok 

Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal ini

karena nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru – paru dan

disebarkan keseluruh aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi

nikotin untuk sampai ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan

7

Page 8: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

memberikan sinyal kepada kelenjer adrenal untuk melepaskan efinephrine

(adrenalin). Hormon yang sangat kuat ini menyempitkan pembuluh darah,

sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih keras dibawah tekanan

yang lebih tinggi.

2.7.9 Konsumsi alcohol

Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan

semakin banyak alkohol yang di minum semakin tinggi tekanan darah. Tapi

pada orang yang tidak meminum minuman keras memiliki tekanan darah yang

agak lebih tinggi dari pada yang meminum dengan jumlah yang sedikit.

2.8 Patofisiologi

2.8.1 Hipertensi primer

Beberapa teori patogénesis hipertensi primer meliputi :

Aktivitas yang berlebihan dari sistem saraf simpatik 

Aktivitas yang berlebihan dari sistem RAA

Retensi Na dan air oleh ginjal

Inhibisi hormonal pada transport Na dan K melewati dinding sel pada ginjal

dan pembuluh darah

Interaksi kompleks yang melibatkan resistensi insulin dan fungsi endotel

Sebab – sebab yang mendasari hipertensi esensial masih belum

diketahui. Namun sebagian besar disebabkan oleh resistensi yang semakin tinggi

(kekakuan atau kekurangan elastisitas) pada arteri – arteri yang kecil yang paling

jauh dari jantung (arteri periferal atau arterioles), hal ini seringkali berkaitan

8

Page 9: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

dengan faktor-faktor genetik, obesitas, kurang olahraga, asupan garam berlebih,

bertambahnya usia, dll.4

2.8.2 Hipertensi Sekunder

Patofisiologi hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder disebabkan oleh suatu proses penyakit sistemik

yang meningkatkan tahanan pembuluh darah perifer atau cardiac output,

contohnya adalah renal vaskular atau parenchymal disease, adrenocortical

tumor,feokromositoma dan obat-obatan. Bila penyebabnya diketahui dan

dapat disembuhkan sebelum terjadi perubahan struktural yang menetap,

tekanan darah dapat kembali normal.

2.9 Manifestasi Klinis

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala

walaupun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya

berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit

kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan yang

bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan

tekanan darah yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala

berikut:

Sakit kepala

Kelelahan

Mual-muntah

9

Page 10: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

Sesak napas

Gelisah

Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,

mata, jantung, dan ginjal

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan

bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak disebut ensefalopati

hipertensif yang memerlukan penanganan segera

2.10 Diagnosis

1. Anamnesis

Anamnesis yang perlu ditanyakan kepada seorang penderita hipertensi

meliputi:

a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah

b. Indikasi adanya hipertensi sekunder

Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)

Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih hematuri,

pemakaian oba-obatan analgesic dan obat/ bahan lain.

Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan palpitasi

(feokromositoma).

c. Faktor-faktor resiko (riwayat hipertensi/ kardiovaskular pada pasien

atau keluarga pasien, riwayat hiperlipidemia, riwayat diabetes

mellitus, kebiasaan merokok, pola makan, kegemukan, insentitas

olahraga)

10

Page 11: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

d. Gejala kerusakan organ

Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan,

transient ischemic attacks, defisit neurologis

Jantung: Palpitasi,nyeri dada, sesak, bengkak di kaki

Ginjal: Poliuria, nokturia, hematuria

e. Riwayat pengobatan antihipertensi sebelumnya

2. Pemeriksaan Fisik

a. Memeriksa tekanan darah

Pengukuran rutin di kamar periksa

- Pasien diminta duduk dikursi setelah beristirahat selam 5

menit, kaki di lantai dan lengan setinggi jantung

- Pemilihan manset sesuai ukuran lengan pasien (dewasa:

panjang 12-13, lebar 35 cm)

- Stetoskop diletakkan di tempat yang tepat (fossa cubiti tepat

diatas arteri brachialis)

- Lakukan penngukuran sistolik dan diastolic dengan

menggunakan suara Korotkoff fase I dan V

- Pengukuran dilakukan 2x dengan jarak 1-5 menit, boleh

diulang kalau pemeriksaan pertama dan kedua bedanya terlalu

jauh.

Pengukuran 24 jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring-

ABPM)

11

Page 12: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

- Hipertensi borderline atau yang bersifat episodic

- Hipertensi office atau white coat

- Hipertensi sekunder

- Sebagai pedoman dalam pemilihan jenis obat antihipertensi

- Gejala hipotensi yang berhubungan dengan pengobatan

antihipertensi

Pengukuran sendiri oleh pasien

b. Evaluasi penyakit penyerta kerusakan organ target serta kemungkinan

hipertensi sekunder

Umumnya untuk penegakkan diagnosis hipertensi diperlukan

pengukuran tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan

darah < 160/100 mmHg.

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari:

Tes darah rutin (hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit)

Urinalisis terutama untuk deteksi adanya darah, protein, gula

Profil lipid (total kolesterol (kolesterol total serum, HDL serum, LDL

serum, trigliserida serum)

Elektrolit (kalium)

Fungsi ginjal (Ureum dan kreatinin)

Asam urat (serum)

Gula darah (sewaktu/ puasa dengan 2 jam PP)

12

Page 13: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

Elektrokardiografi (EKG)

Beberapa anjurantest lainnya seperti:

Ekokardiografi jika diduga adanya kerusakan organ sasaran seperti adanya

LVH

Plasma rennin activity (PRA), aldosteron, katekolamin urin

Ultrasonografi pembuluh darah besar (karotis dan femoral)

Ultrasonografi ginjal jika diduga adanya kelainan ginjal

Pemeriksaaan neurologis untuk mengetahui kerusakan pada otak

Funduskopi untuk mengetahui kerusakan pada mata

Mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin urin

Foto thorax.3

2.11 Tatalaksana

6 Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi bertujuan menurunkan risiko penyakit

kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Target terapi adalah

mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan

diastolik dibawah 90 mmHg atau tekanan sistolik dibawah 130 mmHg dan tekanan

diastolik dibawah 80mmHg pada individu dengan risiko tinggi serta mengontrol

13

Page 14: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

faktor risiko melalui modifikasi gaya hidup dan obat anti hipertensi jika modifikasi

gaya hidup kurang berhasil. Modifikasi gaya hidup cukup efektif dan dapat

menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dengan biaya relatif murah. Tata laksana

ini tetap dianjurkan meski disertai obat anti hipertensi karena dapat menentukan

jumlah dan dosis obat untuk mencapai target secara optimal.1,4

Tabel 2. Modifikasi Gaya Hidup dalam Tata Laksana Hipertensi2

Modifikasi Rekomendasi Rerata Penurunan TDS

Penurunan berat

badan

Jaga berat badan ideal (IMT = 18,5 –

22,9 kg/m2)

5-20 mmHg/ 10 kg

Dietary Approach

to Stop

Hypertension

Diet tinggi serat dan rendah lemak 8-14 mmHg

14

Page 15: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

(DASH)

Pembatasan intake

natrium

Kurangi hingga < 100 mmol per hari

( 2,0 g natrium atau 6,5 g natrium

klorida atau 1 sendok teh garam per

hari )

2-8 mmHg

Aktivitas fisik

aerobik

Aktivitas fisik aerobik yang teratur

selama 20-30 menit dengan frekuensi

2-3 kali seminggu

4-9 mmHg

Pembatasan

konsumsi alkohol

Konsumsi alkohol maksimal 30 ml

bagi laki laki dan maksimal 20 ml

bagi perempuan atau orang yang lebih

kurus.

2-4 mmHg

Pembatasan

merokok

15

Page 16: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

Gambar 3. Algoritma Tatalaksana Hipertensi

Pemberian obat anti hipertensi dilakukan jika dalam waktu 2 minggu atau 1 bulan

pasca modifikasi gaya hidup target tekanan darah belum tercapai yang dilakukan

dengan cara pemberian monoterapi pada kasus hipertensi derajat I dan kombinasi 2

obat hipertensi pada hipertensi derajat II serta sesuai indikasi pada pasien dengan

indikasi khusus. Jenis-jenis obat anti hipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi

yang dianjurkan oleh JNC 7 antara lain sebagai berikut1,4

a. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant)

b. Beta Blocker (BB)

16

Page 17: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

c. Calcium Channel Blocker (CCB)

d. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)

e. Angiotensin II Receptor Blocker (ARB)

Tabel 4. Obat-obat Anti Hipertensi yang Dianjurkan JNC 71

Diuretik Beta Blocker Calcium Channel Blocker

Thiazid

- Hidroklortiazid 12,5mg 1

X I

Loop diuretik

- Furosemid 40mg 2 X I

Diuretik hemat kalium

- Amilorid 5 mg 1 X I

Antagonis aldosteron

- Spironolakton 100mg 1 X

I

Propanolol 10 mg 2 X I

Atenolol 50 mg 2 X I

Bisoprolol 5 mg 1-2 X ½-

1

Verapamil 40, 80 mg 2 X

I

Amlodipin 5, 10 mg 1 X I

Diltiazem 60 mg 2-3 X I

Nifedipin 5, 10 mg 1-3 X

I

ACE Inhibitor Angiotensin II Receptor

Blocker

Kaptopril 12,5; 25mg 2 X

I

Lisinopril 5; 10mg 2 X I

Perindopril 4mg 2 X I

Silazapril 2,5mg 2 X I

Losartan 50 mg 1 X I

Valsartan 80 mg 1 X I

Candesartan 8 mg 1 X I

Telmisartan 40 mg 1 X I

17

Page 18: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

Ramipril 5mg 2 X I

Adapun kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien antara

lain sebagai berikut3

a. Diuretika dan ACEI atau ARB

b. CCB dan BB

c. CCB dan ACEI atau ARB

d. CCB dan diuretika

e. ARB dan BB

Tabel 5. Pilihan Obat Antihipertensi untuk Kondisi Tertentu1,5

Indikasi yang Memaksa Pilihan Terapi Awal

Gagal Jantung

Pasca Infrak Miokard

Risiko Penyakit Pembuluh Darah Koroner

Diabetes

Penyakit Ginjal Kronis

Pencegahan stroke berulang

Diuretik Thiaz, BB, ACEI, ARB.

Aldo Ant

BB, ACEI, Aldo Ant

Diuretik Thiaz, BB, ACEI, CCB

Diuretik Thiaz, BB, ACEI, ARB,

CCB

ACEI, ARB

Diuretik Thiaz, ACEI

Dengan adanya klasifikasi hipertensi terbaru dari JNC 8 sejak Desember 2013

maka terdapat panduan baru pada manajemen hipertensi meliputi ambang pengobatan

farmakologis, target terapi, dan pemilihan obat anti hipertensi sesuai algoritma

sebagai berikut

18

Page 19: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

Gambar 4. Algoritma Tata Laksana Hipertensi Menurut JNC 85

19

Page 20: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

Dalam JNC 8 beta blocker tidak lagi digunakan dan direkomendasikan 4 kelas

obat tertentu berdasarkan penelaahan bukti untuk subkelompok ras, gagal ginjal

kronis, dan diabetes dimana panelis membuat tabel obat dan dosis yang digunakan

berdasarkan hasil uji coba. Berdasarkan rekomendasi di atas baik JNC 7 maupun JNC

8 tidak dikenal penggunaan reserpine sebagai obat anti hipertensi sehingga reserpine

sebaiknya tidak lagi digunakan dalam tata laksana hipertensi.1,3,5

Pada kasus krisis hipertensi yaitu tekanan darah lebih dari 180/110 mmHg

perlu dibedakan antara hipertensi urgency (tanpa kerusakan organ tubuh) dan

hipertensi emergency (dengan kerusakan organ tubuh). Hipertensi urgency dapat

diobati secara rawat jalan dengan terapi anti hipertensi oral, dianjurkan untuk

menurunkan tekanan darah secara perlahan dalam 24 - 48 jam. Obat yang dianjurkan

20

Page 21: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

adalah captopril 50 mg sublingual atau oral. Pemberian nifedipine sublingual atau

oral tidak lagi direkomendasikan untuk hipertensi urgency karena dapat menyebabkan

hipotensi berat dan iskemia organ.3

Hipertensi emergency memerlukan penanganan cepat, termasuk perawatan

ICU. Pemeriksaan tekanan darah harus diperiksa di kedua lengan menggunakan

teknik pemeriksaan yang benar. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan tujuan mencari

adanya kerusakan organ target, sedangkan pemeriksaan laboratorium harus mencakup

kimia klinik, urinalisis, darah lengkap, dan toksikologi. Terapi  dengan obat anti

hipertensi secara intravena sangat disarankan dalam kondisi ini. Pemilihan obat harus

didasarkan karakteristik obat yang spesifik (efek samping). Penurunan tekanan darah

harus terkontrol untuk menghindari hipoperfusi organ dan iskemia atau infark. Obat-

obatan yang biasa dipakai adalah labetalol, esmolol, nitrogliceryn, sodium

nitroprusside, clevidipine, trimetaphan, dan pentholamin.3

2.13 Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi antara lain:

a. Otak : Stroke

b. Jantung : Aterosklerosis, penyakit jantung koroner, gagal jantung

c. Mata : Kebutaan (pecahnya pembuluh darah pada mata)

d. Paru-paru : Edema paru

e. Ginjal : Penyakit ginjal kronik

f. Sistemik :Penyakit arteri perifer atau penyakit oklusi arteri perifer6

21

Page 22: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

2.15 Prognosis

Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang tepat.

Terapi dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obatan antihipertensi

biasanya dapat menjaga tekanan darah pada tingkat yang tidak akan menyebabkan

kerusakan pada jantung atau organ lain. Kunci untuk menghindari komplikasi

serius dari hipertensi adalah mendeteksi dan mengobati sebelum kerusakan

terjadi.2,6

22

Page 23: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

a. Nama/Kelamin/Umur : Tn. K/ laki-laki/ 52 tahun

b. Pekerjaan/pendidikan : Pedagang/ SMA

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

a. Status Perkawinan : Kawin

b. Jumlah Anak : 2

c. Status Ekonomi Keluarga : Cukup, pasien tinggal bersama istri

d. KB : -

e. Kondisi Rumah :

- Rumah permanen dan perkarangan sempit

- Listrik ada

- Sumber air : PDAM

- Jamban ada 1 buah, di dalam rumah

- Sampah di buang ke TPS

- Jumlah penghuni 4 orang, pasien, istri, dan 2 orang anak pasien.

- Kesan : higiene dan sanitasi baik

23

Page 24: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

f. Kondisi Lingkungan Keluarga

- Pasien tinggal di lingkungan pinggiran kota yang cukup padat penduduk

3. Aspek Psikologis di keluarga

- Hubungan dengan keluarga baik

- Faktor stress dalam keluarga (-)

4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga

-Ayah pasien menderita penyakit hipertensi

- Riwayat diabetes mellitus, penyakit ginjal dan penyakit jantung tidak ada

5. Keluhan Utama

Kontrol ulang hipertensi

6. Riwayat Penyakit Sekarang

- Sakit kepala sejak 1 hari yang lalu, terasa seperti menekan diseluruh kepala

terutama di bagian tengkuk, tidak berputar, dan tidak berdenyut.

- Mual dan muntah tidak ada

- Keluhan mata kabur tidak ada

- Nyeri dada tidak ada, dada terasa berdebar-debar tidak ada, sesak nafas saaT

beraktivitas tidak ada

24

Page 25: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

- Nafsu makan biasa. Pasien mengaku tidak pernah membatasi lemak dan

garam dalam makanan yang dikonsumsi setiap hari. Pasien juga tidak teratur

mengkonsumsi sayur dan buah.

- BAB dan BAK tidak ada keluhan

- Riwayat kebiasaan merokok ada ,sejak usia 15 tahun, sekarang masih

merokok ±1/2 bungkus rokok perhari.

- Riwayat konsumsi alkohol tidak ada

- Riwayat kebiasaan olahraga tidak ada.

- Pasien dikenal hipertensi sejak 4 tahun yang lalu, tekanan darah tertinggi 180/

90. Terakhir kalimemeriksakan tekanan darahnya 2 minggu yang lalu, dengan

tekanan darah 140/70 mmHg. Pasien diberi obat, yakni amlodipin 10 mg yang

dimakan 1 kali sehari.

7. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : CMC

Nadi : 74x/ menit

Nafas : 22x/menit

TD : 150/90 mmHg

Suhu : 37,50C

BB : 60 Kg

TB : 158 cm

IMT : 24,04 (overweight)

25

Page 26: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik

Kulit : Turgor kulit baik

Dada

Paru

Inspeksi : simetris ki = ka

Palpasi : fremitus ki = ka

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Jantung

Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan : LSD

Atas : RIC II

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit

Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) N

Anggota gerak : reflex fisiologis ++/++, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-

26

Page 27: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

8. Laboratorium Anjuran :

Pemeriksaan profil lipid: kolesterol total 160

9. Pemeriksaan anjuran :

-

10. Diagnosis Kerja

- Hipertensi Grade I ec Essensial

11. Diagnosis Banding :

-

12. Manajemen

a. Preventif :

- Menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi buah dan sayuran setiap harinya,

serta mengurangi konsumsi makanan dengan lemak tinggi. Selain itu

dianjurkan untuk mengurangi penggunaan garam pada makanan yang

dikonsumsi setiap harinya.

- Menganjurkan pasien untuk berolahraga selama 30 menit, teratur, dan sangat

baik bila dilakukan setiap hari, bila sulit membiasakan diri, dapat dimulai

minimal 3 kali seminggu.

- Menjelaskan semua anjuran yang diterima pasien kepada istri pasien,

sehingga dapat membantu mengontrol penyakit pasien.

27

Page 28: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

b. Promotif :

- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya tidak dapat disembuhkan,

akan tetapi dapat dikontrol dengan membiasakan dengan pola hidup sehat dan

mengkonsumsi obat antihipertensi secara teratur berdasarkan petunjuk dokter.

- Menjelaskan kepada pasien bahwa pengobatan anti hipertensi umumnya untuk

selama hidup. Penghentian pengobatan cepat atau lambat akan diikuti dengan

naiknya tekanan darah. Dijelaskan juga pada pasien, masih ada kemungkinan

untuk menurunkan dosis antihipertensi atau jumlah obatnya bila patuh

terhadap terapi nonfarmakologis, akan tetapi tekanan darah pasien harus

dikontrol ketat.

- Menjelaskan kepada pasien bahwa target tekanan darah yang harus dicapai

adalah < 140/90 mmHg dengan pemberian antihipertensi dan modifikasi gaya

hidup mencakup penurunan berat badan, peningkatan konsumsi sayur dan

buah, mengurangi konsumsi garam, dan olahraga teratur.

- Menjelaskan kepada pasien bahwa obat hipertensi yang dikonsumsinya

merupakan dosis yang sesuai dan aman, sehingga tidak perlu takut bila harus

memakan obat setiap hari.

- Menjelaskan kepada pasien bahwa hipertensi yang dideritanya menimbulkan

gejala sakit kepala, sulit tidur, hingga rasa berat di tengkuk. Dengan

mengkonsumsi obat anti hipertensi dan kontrol tekanan darah teratur,

diharapkan gejala ini hilang dengan sendirinya. Ditekankan pada pasien

bahwa hipertensi adalah penyakit yang memerlukan kepatuhan dalam berobat

28

Page 29: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

dan kontrol karena tidak dapat disembuhkan dan dapat menimbulkan berbagai

macam komplikasi.

- Menjelaskan kepada pasien bahwa hipertensi yang dideritanya dapat

menyebabkan komplikasi pada bagian tubuh lainnya, yakni jantung, otak,

ginjal, pembuluh darah, dan mata. Hipertensi dapat menyebabkan terjadinya

pembesaran ruang jantung, nyeri dada, hingga gagal jantung. Pada otak dapat

menyebabkan stroke dan di ginjal dapat menyebabkan kegagalan fungsi

ginjal.

c. Kuratif :

- Amlodipin 1 x 10 mg

d. Rehabilitatif :

- Kontrol teratur ke Puskesmas untuk cek tekanan darah dan penyesuaian dosis

dan penambahan obat antihipertensi.

29

Page 30: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

Resep

Dinas Kesehatan Kodya Padang

Puskesmas Seberang padang

Dokter : Shabrina Izzati

Tanggal : 22 november 2015

R/ Amlodipin tab 10 mg No. XV

S1 dd tab 1

£

Pro : Tn. K

Umur : 52

30

Page 31: CRS HIPERTENSI SHABRINA.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. JNC 7, 2003, The Seventh Joint National Committee on Prevention Detection

Evaluation and Treatment of High Blood Pressure diunduh tanggal 20

November 2014

2. WHO. Raised Blood Pressure.

http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence_text/en/.

Accessed November 20, 2014

3. Nafrialdi. Antihipertensi. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: FKUI;

2007.p. 341-60Ganiswarna, S. G. (2003). Famakologi dan Terapi. Jakarta:

Bagian Farmakologi FK-UI.

4. Kemenkes RI, 2013, Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan Primer ed 1, Jakarta: Kemenkes RI 236-243

5. JNC 8, 2013, The Eighth Joint National Committee on Prevention Detection

Evaluation and Treatment of High Blood Pressure diunduh tanggal 10

november 2014

6. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi

I, Simadibrata M, Setiatii S (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5.

Jakarta: Interna Publishing; 2009.p. 1079-85

31