Post on 03-Jun-2018
8/12/2019 CR Faringitis Kronik (Imam)
1/12
8/12/2019 CR Faringitis Kronik (Imam)
2/12
2
III. PEMERIKSAAN FISIKVital Sign
Tensi : 120/80 mmHg Nadi : 84 x/menit Respirasi : 24 x/menit Suhu : 36,5C
Pemeriksaan fisik
Kepala : conjungtiva anemis (-/-), pupil isokor, sklera ikterik (-/-) Leher :Tekanan vena jugularis tidak meningkat, lnn tak teraba Jantung :suara S1 dan S2 reguler, bising (-), wheezing (-/-) Abdomen :bunyi usus (+) normal, supel, timpany (+) Ekstrimitas :hemiparesis (-), oedem (-), reflek fisiologis normal
STATUS LOKALIS
TELINGA
Auricula Dextra Auricula Sinistra
Inspeksi :
Deskuamasi - -
Otore - -
Serumen - -
Tumor - -
Edema - -
Hiperemis - -
Kelainan Kongenital - -
Benjolan pada telinga luar - -
Palpasi
Tragus Pain - -
Nyeri Tarik Auricula - -
Pembesaran kelenjar limfe
retroaurikuler dan preaurikuler
- -
Auricula Dextra Auricula SinistraOtoskopi
8/12/2019 CR Faringitis Kronik (Imam)
3/12
3
Laserasi Meatus Eksternus - -
Serumen - -
Discharge pada CAE - -
CAE Hiperemis - -
Membrana timpani Utuh Utuh
Discharge - -Reflek Cahaya (cone of light) + +
HIDUNG
Nasi Dextra Nasi Sinistra
Inspeksi :
Deformitas - -
Deviasi Septum - -
Edema - -
Kelainan Kongenital - -
Jaringan Parut - -
Hiperemis - -
Tumor - -
Discharge - -
Palpasi
Nyeri tekan dorsum nasi (-)
Nyeri tekan frontalis (-)
Krepitasi (-)
Edema (-)
Nasi Dextra Nasi Sinistra
Rhinoskopi Anterior :
Mukosa hiperemis - -
Mukosa Edema - -
Konka hiperemis - -
Konka edema - -
Deviasi Septum - -
Discharge - -
Massa - -Benda Asing - -
Rhinoskopi posterior tidak dilakukan
TENGGOROK
Inspeksi :
Pada labia tidak terdapat kelainan Lidah kotor dan hiperemis (-) Mukosa lidah dalam batas normal
8/12/2019 CR Faringitis Kronik (Imam)
4/12
4
Tonsil membesar, derajat II (tonsil berada diantara pilar dan uvula), faringdan tonsil hiperemis (+) dan terdapat eksudat
Uvula simetris, hiperemis (+)Palpasi :
Kelenjar submandibula oedem (-), nyeri tekan (-)
IV. DIAGNOSIS BANDING1. Faringitis Akut e.c viral2. Faringitis Akut e.c bakteri grup A Streptokokus hemolitikus
V. DIAGNOSIS KERJABerdasarkan kriteria McIsaac skor:
Suhu >38C 1 Tidak ada batuk 1 Nyeri tekan pada adenopati servikal anterior 1 Tonsil bengkak atau terdapat eksudat 1 Usia 3-14 1
Usia 15-44 0 Usia >45 -1
Dalam kasus ini:
Tonsil bengkak atau terdapat eksudat 1 Usia >45 -1
Total Skor : 0
Berdasarkan kriteria McIsaac skor, didapatkan skor 0, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak diperlukan kultur dan antibiotik karena hanya ditemukan
sekitar 2-3% kemungkinan terinfeksi bakteri streptokokus di komunitas.
Diagnosis Kerja : Faringitis Akut e.c viral
8/12/2019 CR Faringitis Kronik (Imam)
5/12
5
VI. TERAPI Dexametason 0,5 mg 2 x 1 (p.o) Paracetamol 500 mg 3 x 1 (p.o) Vitamin C 500 mg 1 x 1 (p.o)
8/12/2019 CR Faringitis Kronik (Imam)
6/12
6
Edukasi pasien:
Istirahat yang cukup.
Makan makanan yang lunak, dan perbanyak minum minuman yang hangat. Berkumur dengan air garam. Hindari asap rokok, debu, dan polutan.
8/12/2019 CR Faringitis Kronik (Imam)
7/12
7
PEMBAHASAN
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40-
60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin dan lain-lain.
Fungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi
suara dan untuk artikulasi. Pada fungsi menelan, terdapat 3 fase dalam proses menelan yaitu
fase oral, fase faringeal, dan fase esofagal. Fase oral, bolus makanan dari mulut menuju
faring. Gerakan disini disengaja (voluntary). Fase faringeal yaitu pada waktu transpor bolus
makanan melalui faring. Gerakan disini tidak disengaja (involuntary). Fase esofagal. Disini
bolus makanan bergerak secara peristaltik di esofagus menuju lambung.
Fungsi faring dalam proses bicara, pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan
terpadu dari otot-otot palatun dan faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum
mole kearah dinding belakang faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan
melibatkan mula-mula m.salpingofaring dan m.palatofaring, kemudian m.levator veli palatini
bersama-sama m.konstriktor faring superior. Pada gerakan penutupan nasofaring m.levator
veli palatini menarik palatum mole ke atas belakang hampir mengenai dinding posterior
faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh tonjolan (fold of) Passavant pada dinding belakang
faring yang sering terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu pengangkatan faring sebagaihasil gerakan m.palatofaring (bersama m.salpingofaring) dan oleh kontraksi aktif
m.konstriktor faring superior. Mungkin kedua gerakan ini bekerja tidak pada waktu yang
bersamaan. Ada yang berpendapat bahwa tonjolan Passavant ini menetap pada periode
fonasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan tonjolan ini timbul dan hilang secara cepat
bersamaan dengan gerakan palatum.
Etiologi dan Patofisiologi
Penyebab faringitis akut dapat bervariasi dari organisme yang menghasilkan eksudat
saja atau perubahan kataral sampai yang menyebabkan edema dan bahkan ulserasi.
Organisme yang ditemukan termasuk streptokokus, pneumokokus, dan basilus influenza,
diantara organisme lainnya. Penyebab faringitis virus adalah adenovirus, virus epstein barr,
herpes simpleks, virus parainfluenza (tipe1-4), virus sinsitium pernafasan, virus influenza (A
danB), dan enterovirus.
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian
epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi pembendungan radang
8/12/2019 CR Faringitis Kronik (Imam)
8/12
8
dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklearPada stadium awal terdapat hiperemia, kemudian
edema, dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal atau
berbentuk mukus, dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding
faring. Dengan hiperemia, pembuluh darah dinding faring menjadi melebar. Bentuk sumbatan
yang berwarna putih, kuning atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tidak
adanya tonsila, perhatian biasanya difokuskan pada faring, dan tampak bahwa folikel limfoid
atau bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi
meradang dan membengkak. sehingga timbul radang pada tenggorok atau faringitis
Klasifikasi
Faringitis akut, adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh virus (rinovirus) yangmenimbulkan gejala rinitis dan beberapa hari kemudian akan menimbulkan faringitis
dan bakteri yaitu grup A streptokokus hemolitikus yang menyebabkan faringitis akut
pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%) Selain faringitis virus dan bakteri, ada
faringitis fungal yang disebabkan oleh candida yang tumbuh pada mukosa rongga
mulut dan faring. Pada faringitis gonorea hanya terjadi pada pasien yang melakuka
kontak orogenital. Faringitis ini terjadinya masih baru,belum berlangsung lama.
Faringitis kronis adalah radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yanglama. Terdapat 2 bentuk yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik atrofi.
Faktor predisposisi proses radang kronik di faring ini ialah kronis, sinusitis, iritasi
kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan
debu. Faktor lain penyebab lain adalah pasien yang biasanya bernafas melalui mulut
karena hidungnya tersumbat.
a. Faringitis kronik hiperplastikPada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior
faring. Tampak kelenjar limfa dibawah mukosa faring dan lateral band
hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata,
bergranular.
b. Fraingitis kronik atrofiFaringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada
rinitis atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembabannya,
sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring.
8/12/2019 CR Faringitis Kronik (Imam)
9/12
9
Faringitis spesifik. Pada faringitis spesifik terdapat faringitis luetika. Treoponemapalidum dapat menimbulkan infeksi didaerah faring seperti juga penyakit lues di organ
lainnya. Faringitis tuberkulosis merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru. Pada
infeksi kuman tahan asam jenis bovinum dapat timbul tuberkulosis faring primer.
Perbedaan faringitis virus dan faringitis bakteri
Faringitis Virus Faringitis Bakteri
Biasanya tidak ditemukan nanah di
tenggorokan
Sering ditemukan nanah di tenggorokan
Demam ringan atau tanpa demam Demam ringan sampai sedang
Jumlah sel darah putih normal atau
agak meningkat
Jumlah sel darah putih meningkat ringan
sampai sedang
Kelenjar getah bening normal atau
sedikit membesar
Pembengkakan ringan sampai sedang
pada kelenjar getah bening
Tes apus tenggorokan memberikan
hasil negatif
Tes apus tenggorokan memberikan hasil
positif untukstrep throat
Pada biakan di laboratorium tidak
tumbuh bakteri
Bakteri tumbuh pada biakan di
laboratorium
Gejala dan Tanda
Pada awitan penyakit, penderita mengeluh rasa kering atau gatal pada tenggorokan. Malaise
dan sakit kepala sering terjadi pada faringitis. Biasanya terdapat suhu yang sedikit meningkat.
Eksudat pada faring menebal. Eksudat ini sulit untuk dikeluarkan, dengan suara parau, usaha
mengeluarkan dahak dari kerongkong dan batuk. Keparauan terjadi jika proses peradangan
mengenai laring. Pada beberapa kasus, mungkin terutama disfagia sebagai akibat dari nyeri,
nyeri alih ke telinga, adenopati servikal, dan nyeri tekan. Dinding faring kemerahan dan
menjadi kering gambaran seperti kaca dan dilapisi oleh sekresi mukus. Jaringan limfoid
biasanya tampak merah dan membengkak.
Diagnosis berdasarkan Skoring
Skor validasi Streptokokus merupakan suatu penilaian klinis yang dimodifikasi oleh
McIsaac pada tahun 1998 di Kanada guna membantu mempermudah para klinisi dalam
menentukan perlu atau tidak memberikan antibiotika dan melakukan kultur pada pasien
dengan ISPA atau datang dengan keluhan nyeri tenggorokan. Dikarenakan indikasi
pemberian antibiotika pada kasus ISPA khususnya faringitis adalah apabila terdapat atau
ditemukan infeksi Streptokokus.
8/12/2019 CR Faringitis Kronik (Imam)
10/12
10
Skor validasi Streptokokus, terdiri dari beberapa gejala klinis yang merupakan gejala
yang paling sering menyertai infeksi Streptokokus, dan masing-masing gejala tersebut
memiliki nilai sensitifitas dan spesifisitas yang bervariasi dan telah diuji signifikansinya
secara statistik. Skor validasi Streptokokus yang dimodifikasi oleh McIsaac meliputi dua
tahap dan akan disajikan dalam bentuk Tabel 1 dan Tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 1. Tahap Pertama (Perhitungan) dari Skor Validasi Streptokokus yang Dimodifikasi oleh
McIsaac (1998)
Tabel 2. Tahap Kedua (Penilaian) dari Skor Validasi Streptokokus yang Dimodifikasi oleh
McIsaac (1998)
Jika skor 0-1 maka pemberian antibiotika tidak diperlukan, dan bila skor 2-3 maka antibiotika
hanya diberikan apabila hasil kultur positif. Untuk skor 4-5 diberikan manajemen antibiotika
secara empiris tanpa harus menunggu hasil kultur. Pasien dengan skor 0 memiliki
http://pramareola14.files.wordpress.com/2010/01/tabel-2.jpghttp://pramareola14.files.wordpress.com/2010/01/tabel-1.jpghttp://pramareola14.files.wordpress.com/2010/01/tabel-2.jpghttp://pramareola14.files.wordpress.com/2010/01/tabel-1.jpg8/12/2019 CR Faringitis Kronik (Imam)
11/12
11
kemungkinan infeksi oleh Streptokokus sebesar 2,5%, dan pasien dengan skor 1 memiliki
kemungkinan sebesar 5,1%. Sedangkan dengan skor 3 kemungkinannya adalah 27,8%, dan
sebesar 52,8% dengan skor 4 yang dimana dari 503 pasien, terdapat 59,2% memiliki skor 0-1,
dan hanya sekitar 10,5% dengan skor 4.
Penatalaksanaan
a. AntibiotikDiberikan terutama bila diduga penyebab faringitis akut ini grup A Streptokokus
hemolitikus. Penisilin G Banzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis tunggal atau amoksisilin
50mg/kgBB dosis dibagi 3kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3x500mg selama
6-10hari atau eritromisin 4x500mg/hari.
b. Kortikosteroid: deksametason 8-16mg, IM, 1 kali. Pada anak 0,08-0,3mg/kgBB, IM, 1kali. Kortikosteroid sebagai tambahan antibiotik menunjukkan penurunan nyeri pada
radang tenggorokan secara simtomatik terutama pada kasus yang berat atau radang
tenggorokan dengan eksudat. Kortikosteroid menghambat mediasi traskripsi
proinflamasi pada sel endotelial jalan nafas yang menyebabkan infeksi pada faring
dan menunjukkan gejala nyeri. Kortikosteroid dapat mengurangi gejala karena efek
antiinflamasinya.
c. Berkumur dengan air garam ( sendok teh garam dicampur dalam 1 gelas air),makan makanan yang lunak. Minum dengan air hangat.
d. Pemberian asetaminofen atau ibuprofen sebagai analgetik. Aspirin tidak bolehdiberikan kepada anak-anak dan remaja yang berusia dibawah 18 tahun karena bisa
menyebabkan sindroma Reye.
Edukasi: untuk menghindari iritasi lebih lanjut pada saluran faring, pada pasien dapat
dianjurkan untuk mengurangi makanan yang berminyak dan panas, juga dianjurkan untukistirahat sebanyak mampu memperbaiki daya tahan tubuh. Jika demam tidak turun dengan
pemberian obat dapat dibantu dengan menggunakan kompres air hangat dan masukan cairan
yang cukup (air putih), hindari minuman yang terlalu dingin dan bersoda. Hindari asap rokok,
debu, polutan lainnya. Madu dan vitamin C dapat membantu mempercepat penyembuhan.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada faringitis yaitu glomerulonefritis, demam rematik akut,
otitis media, sinusitis, abses peritonsiler dan abses retrofaring.
8/12/2019 CR Faringitis Kronik (Imam)
12/12
12
DAFTAR PUSTAKA
Adam G., Boies L., Higler P., BOIES Fundamental of Otolaryngology (Buku Ajar Penyakit
THT) Edisi 6. Jakarta : EGC, 1997.
Bisno A., Gerber M., Gwaltney J., et al. Practice for Diagnosis and management of Group A
Streptococcal Pharyngitis. Infectious Disease of America. 2002
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi keenam.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007
Hayward G., Thompson M., Heneghan C., et al.Corticosteroid for pain releif in sore throat:
systematic review and meta-anaylsis. Primary Health Care, University of Oxford.
Bond University Australia. 2009.