Post on 28-Jan-2016
description
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Ny. AM
Umur : 44 taahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Usman no. 56
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
B. Anamnesis (auoanamnesis, tanggal 22 Mei 2015)
Keluhan Utama
BAB berdarah selama 3 hari
Keluhan tambahan
Ada benjolan disekitar anus yang keluar saat BAB dan masuk kembali
setelah BAB
Riwayat Perjalanan Penyakit
± 18 tahun yang lalu os mengeluh awalnya mengalami konstipasi, os
BAB 3 hari sekali dan setiap BAB os selalu mengedan, konsistensi feses
keras, ukuran lebih kecil sedikit dari pisang.os mengatakan kadang-kadang
mengeluarkan BAB berdarah, darah berwarna merah segar tidak bercampur
dengan feses, darah menetes. Os mengalami keluhan seperti ini selama 1
tahunan. Os sudah berobat dan mengubah pola makan sehingga keluhan
konstipasi tidak dirasakan lagi.
Setelah keluhan kostipasi berkurang konsistensi feses berubah menjadi
lunak, ukuran sebesar jempol orang dewasa, namun kadang-kadang masih
sering berdarah apabila os tidak meengkonsumsi makanan berserat. Os
mengatakan ketika BAB teraba benjolan keluar dari anus dan berdarah,
1
ketika selesai BAB benjolan masuk sendiri dengan spontan, tidak nyeri.
Keluhan BAB berdarah hanya terjadi jika ada pemicu seperti kurang makan
sayur dan terlalu lama jongkok namun darah berhenti sendiri jika tidak ada
faktor pemicunya. Selama ini os hanya berobat ke dokter umum dan hanya
diberi salep.
± 3 hari sebelum os dating ke poli bedah RSUD Palembang BARI os
mengeluh setiap BAB mengeluarkan darah, darah berwarna segar, tidak
bercampur dengan feses, darah menetes,nyeri tidak ada, darah berhenti 1
jam setelah BAB, dan keluar darah lagi ketika BAB.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat kencing manis (-)
Riwayat atopi (-)
C. Pemeriksaan Fisik
Status generalisata
KU : tampak sakit ringan
Sensorium : compos mentis
TD : 130/80 mmhg
Nadi : 88x/m
RR : 22x/m
T : 36,6 C
Kepala : normocephali, conjungtiva anemis (-)/(-), sclera ikterik
(-)/(-)
Leher : >> KGB (-)
Thorak : simetris, retraksi (-), ves (+) normal, rhonki (-), wheezing
(-), BJ I/II (+), gallop (-), murmur (-)
Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan (-), BU (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat
2
Status Lokalis
Regio anus :
Inspkesi : tampak skin tag disekeliling anus, basah/berlendir
Palpasi : nyeri (-)
Rectal Toucher : TSA baik, mukosa licin, tidak teraba massa, nyeri tekan
(-), darah (-), lendir (-)
D. Penunjang
Saran : pemeriksaan anoskopi
E. Diagnosis banding
Hemorroid Interna
Tumor Anorektum
Polip Rektum
F. Diagnosis Kerja
Hemorroid Interna Grade II
G. Tatalaksana
Farmakologi :
Asam Traneksamat
Edukasi :
Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat dan
menghindari obat-obatan yang menyebabkan konstipasi.
Meningkatkan konsumsi cairan.
Menghindari mengejan saat BAB dan jangan menahan BAB.
Rendam bokong dengan air hangat untuk merelaksasi sfingter ani.
3
H. Prognosis
Quo ad vitam bonam
Quo ad fungsionam bonam
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Anorektum
Canalis ani panjangnya sekitar 4 cm dan berjalan ke bawah dan
belakang dari ampulla recti ke anus. Kecuali defekasi, dinding lateralnya
tetap teraposisi oleh m.levator ani dan sphincter ani.1 Canalis ani dibatasi pada
bagian posterior oleh corpus anococcygeale, yang merupakan massa jaringan
fibrosa yang terletak antara canalis ani dan os coccygis. Di lateral di batasi
oleh fossa ischiorectalis yang terisi lemak. Pada pria, di anterior dibatasi oleh
corpus perineale, diafragma urogenitalis, urethra pars membranacea, dan
bulbus penis. Pada wanita, di anterior dibatasi oleh corpus perineale,
diafragma urogenitalis dan bagian bawah vagina.1 (Gambar 1)
memperlihatkan letak colon, rectum, dan canalis ani pada manusia.
Gambar 1. Colon, Rectum, dan Ani
Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter
intern dan sfingter ekstern. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari
5
fusi otot levator (puborektalis), dan komponen m.sfingter eksternus.
M.sfingter eksternus terdiri atas serabut otot lurik. (Gambar 2)
Gambar 2. Potongan Koronal Rectum dan Canalis Ani
Tunica mucosa setengah bagian atas canalis ani berasal dari endoderm
usus belakang (hind gut). Tunica mucosa ini memiliki stuktur anatomi yang
penting adalah :1
1. Dibatasi oleh epitel selapis kolumnar.
2. Mempuyai lipatan vertikal yang dinamakan collumnae anales yang
dihubungkan satu sama lain pada ujung bawahnya oleh plicae semilunaris
yang dinamakan valvulea analis (sisa membran proctodeum).
3. Persarafannya sama seperti mukosa rectum dan berasal dari saraf otonom
pleksus hypogastricus. Mukosanya hanya peka terhadap regangan.
4. Perdarahan canalis ani berasal dari arteri yang memperdarahi usus
belakang, yaitu arteria rectalis, suatu cabang dari arteri mesenterica
inferior. Aliran darah vena terutama oleh vena rectalis superior, sebuah
cabang dari vena Mesenterica inferior dan vena porta.
5. Aliran limfatik ke atas disepanjang arteri rectalis superior menuju ke nodi
rectalis superior dan akhirnya ke nodi mesenterica inferior.
6
Tunica mucosa setengah bagian bawah canalis ani berasal dari
ektoderm proctodeum. Tunica mucosa ini memiliki struktur anatomi sebagai
berikut :1
1. Dibatasi oleh epitel berlapis gepeng yang secara bertahap bergabung
dengan epidermis perianal di anus.
2. Tidak mempunyai collumnae analis.
3. Persarafan berasal dari saraf somatis nervus rectalis inferior sehingga peka
terhadap nyeri, suhu, raba, dan tekan.
4. Suplai arteri berasal dari arteri rectalis inferior, suatu cabang dari arteri
pudenda interna. Aliran darah vena oleh vena rectalis inferior, cabang vena
pudenda interna, yang mengalirkan darahnya ke vena iliaca interna.
5. Aliran limfatik berjalan ke bawah menuju nodi superomedialis dari nodi
inguinalis superficialis.
6. Pecten ossis pubis menunjukan tempat pertemuan setengah bagian atas
dan setengah bagian bawah canalis ani.
Lapisan muskular rektum tersusun atas lapisan otot polos longitudinal
(luar) dan sirkular (dalam). Mukosa rektum bersama lapisan otot sirkular
membentuk 3 lipatan permanen yang dinamakan plica transversalis rekti.
Bantalan hemoroid adalah jaringan normal dalam saluran anus dan rectum
distal Untuk fungsi kehidupan bersosial yang normal dapat berfungsi sebagai
Fungsi kontinens yaitu menahan pasase abnormal gas, feses cair dan feses
padat Fungsi lainnya adalah efektif sebagai katup kenyal yang “watertight”.
Bantalan hemoroid normal terfiksasi pada jaringan fibroelastik dan
otot polos dibawahnya. Hemoroid interna dan eksterna saling berhubungan,
terpisah oleh linea dentate.1
7
2.3 Hemorroid
a. Definisi
Kata hemorrhoid berasal dari kata haemorrhoides (Yunani) yang
berarti aliran darah (haem = darah, rhoos = aliran) jadi dapat diartikan
sebagai darah yang mengalir keluar. Hemoroid adalah pelebaran dan
inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari pleksus
hemoroidalis. Pelebaran dan inflamasi ini menyebabkan pembengkakan
submukosa pada lubang anus.2
Hemorhoid adalah pelebaran pleksus hemorrhoidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik. Plexus hemoroid merupakan pembuluh
darah normal yang terletak pada mukosa rektum bagian distal dan
anoderm. Gangguan pada hemoroid terjadi ketika plexus vaskular ini
membesar. Sehingga kita dapatkan pengertiannya dari “hemoroid adalah
dilatasi varikosus vena dari plexus hemorrhoidal inferior dan superior”
(Dorland, 2002).
Hanya jika hemorhoid ini menimbulkan keluhan atau penyulit
sehingga diperlukan tindakan. Hemoroid dapat menimbulkan gejala
karena banyak hal. Faktor yang memegang peranan kausal ialah mengedan
pada waktu defekasi, konstipasi menahun, kehamilan, dan obesitas.2
b. Etiologi
Menurut Villalba dan Abbas (2007), etiologi hemoroid sampai saat
ini belum diketahui secara pasti, beberapa faktor pendukung yang terlibat
diantaranya adalah:3
a. Penuaan, akibat semakin melemahnya jaringan ikat yang terdapat
disekitar rektum dan anus.
b. Kehamilan pada wanita hamil terjadi peningkatan tekanan intra
abdomen yang dapat menyebabkan pembesaran vena-vena di bagian
rektum bawah dan anus.
8
c. Hereditas, adanya kelemahan pada dinding pembuluh darah yang
diturunkan.
d. Konstipasi atau diare kronik, akibat proses mengejan yang lama dan
kuat.
e. Penggunaan toilet yang berlama-lama, misalnya duduk yang terlalu
lama.
f. Rendahnya diet serat, mengakibatkan feses yang terbentuk susah untuk
dikeluarkan.
g. Posisi tubuh, misal duduk dalam waktu yang lama
h. Obesitas.
Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan kongesti vaskular dan
prolapsus mukosa.4
c. Patofisiologi
Anal canal memiliki lumen triradiate yang dilapisi bantalan
(cushion) atau alas dari jaringan mukosa. Bantalan ini tergantung di anal
canal oleh jaringan ikat yang berasal dari sfingter anal internal dan otot
longitudinal. Di dalam tiap bantalan terdapat plexus vena yang diperdarahi
oleh arteriovenosus. Struktur vaskular tersebut membuat tiap bantalan
membesar untuk mencegah terjadinya inkontinensia.5
Efek degenerasi akibat penuaan dapat memperlemah jaringan
penyokong dan bersamaan dengan usaha pengeluaran feses yang keras
secara berulang serta mengedan akan meningkatkan tekanan terhadap
bantalan tersebut yang akan mengakibatkan prolapsus. Bantalan yang
mengalami prolapsus akan terganggu aliran balik venanya. Bantalan
menjadi semakin membesar dikarenakan mengedan, konsumsi serat yang
tidak adekuat, berlama-lama ketika buang air besar, serta kondisi seperti
kehamilan yang meningkatkan tekanan intra abdominal. Perdarahan yang
9
timbul dari pembesaran hemoroid disebabkan oleh trauma mukosa lokal
atau inflamasi yang merusak pembuluh darah di bawahnya.6
Taweevisit dkk (2008) menyimpulkan bahwa sel mast memiliki
peran multidimensional terhadap patogenesis hemoroid, melalui mediator
dan sitokin yang dikeluarkan oleh granul sel mast. Pada tahap awal
vasokonstriksi terjadi bersamaan dengan peningkatan vasopermeabilitas
dan kontraksi otot polos yang diinduksi oleh histamin dan leukotrin.
Ketika vena submukosal meregang akibat dinding pembuluh darah pada
hemoroid melemah, akan terjadi ekstravasasi sel darah merah dan
perdarahan. Sel mast juga melepaskan platelet-activating factor sehingga
terjadi agregasi dan trombosis yang merupakan komplikasi akut
hemoroid.7
Pada tahap selanjutnya hemoroid yang mengalami trombosis akan
mengalami rekanalisasi dan resolusi. Proses ini dipengaruhi oleh
kandungan granul sel mast. Termasuk diantaranya tryptase dan chymase
untuk degradasi jaringan stroma, heparin untuk migrasi sel endotel dan
sitokin sebagai TNF-α serta interleukin 4 untuk pertumbuhan fibroblas dan
proliferasi. Selanjutnya pembentukan jaringan parut akan dibantu oleh
basic fibroblast growth factor dari sel mast.
d. Klasifikasi
Hemoroid dibagi menjadi 3 berdasarkan asalnya dimana linea
dentate menjadi batas histologisnya, yaitu :6
Hemoroid eksterna : berasal dari pelebaran dan penonjolan pleksus
hemoroid inferior, bagian distal linea dentate dan dilapisi oleh epitel
skuamosa yang telah termodifikasi serta banyak persarafan serabut
saraf nyeri somatic. Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut
dan kronik.
1. Hemoroid eksterna akut, bentuk akut berupa pembengkakan bulat
kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma,
10
walaupun disebut sebagai hemoroid thrombosis eksterna akut.
Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf
pada kulit merupakan reseptor nyeri.
2. Hemoroid eksterna kronik, disebut juga skin tag, berupa satu atau
lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan
sedikit pembuluh darah.
Hemoroid interna : berasal dari pelebaran pleksus v.hemoroidalis
superior, bagian proksimal linea dentate dan dilapisi mukosa. Hemoroid
interna ini merupakan bantalan vaskuler didalam jaringan submukosa
pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada posisi
primer, yaitu kanan-depan, kanan-belakang, dan kiri-lateral. Hemoroid
yang lebih kecil terdapat diantara ketiga letak primer tersebut.
Hemoroid interna dibagi lagi menjadi beberapa derajat, seperti tabel
dibawah ini :
Hemoroid InternaDerajat Berdarah Menonjol Reposisi
I + - (hanya terlihat pada anoskop,
mencapai lumen anal canal)
-
II + + ( mencapai sfingter eksterna dan tampak pada
pemeriksaan)
Spontan
III + + (keluar dari anal canal)
Manual
IV + Tetap Tidak dapat
Hemoroid interna-eksterna : dilapisi oleh mukosa di bagian superior dan
kulit pada bagian inferior serta memiliki serabut saraf nyeri.
11
e. Manifestasi klinis
Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid,
yaitu :7
a. Hemoroid Interna
o Perdarahan, akibat trauma oleh feses yang keras, darah berwarna
merah segar dan tidak bercampur dengan feses. Selanjutnya
perdarahan dapat berlangsung lebih hebat, hal ini disebabkan karena
vascular cushion prolaps dan mengalami kongesti oleh spincter ani.
Dalam keadaan perdarahan yang parah bisa menimbulkan anemia.
o Prolaps, dapat dilihat adanya tonjolan keluar dari anus. Tonjolan ini
dapat masuk kembali secara spontan ataupun harus dimasukan
kembali oleh tangan.
o Nyeri dan rasa tidak nyaman, nyeri biasanya ditimbulkan oleh
komplikasi yang terjadi (seperti fisura, abses dll) hemorrhoid interna
sendiri biasanya sedikit saja yangmenimbulkan nyeri. Kondisi ini
dapat pula terjadi karena terjepitnya tonjolan hemorrhoid yang
terjepit oleh spincter ani (strangulasi).
o Keluarnya sekret, walaupun tidak selalu disertai keluarnya darah,
secret yang menjadi lembab sehingga rawan untuk terjadinya infeksi
ditimbulkan akan menganggu kenyamanan penderita.
b. Hemoroid Eksterna
Pada fase akut, hemorrhoid eksterna dapat menyebabkan nyeri,
biasanya berhubungan dengan adanya udem dan terjadi saat
mobilisasi.Hal ini muncul sebagai akibat dari trombosis dari
v.hemorrhoid dan terjadinya perdarahan ke jaringan sekitarnya.
Beberapa hari setelah timbul nyeri, kulit dapat mengalami nekrosis dan
berkembang menjadi ulkus., akibatnya dapat timbul perdarahan.8
Pada beberapa minggu selanjutnya area yang mengalami
thrombus tadi dapat mengalami perbaikan dan meninggalkan kulit
12
berlebih yang dikenal sebagai skin tag . Akibatnya dapat timbul rasa
mengganjal, gatal dan iritasi.8
f. Diagnosis BandingMenurut Kaidar-Person dkk (2007) selama evaluasi awal pasien, kemungkinan penyebab lain dari gejala-gejala seperti
perdarahan rektal, gatal pada anus, rasa tak nyaman, massa serta nyeri dapat disingkirkan. Kanker kolorektal dan anal, dan melanoma
anorektal merupakan contoh penyebab gejala tersebut.9
Jenis Penyakit
Nyeri Perdarahan Massa Lainnya
Fisura Anal + + - Terdapat skin tag atau umbai kulit (radang kronik dengan bendungan limfe dan fibrosis pada kulit)
Karsinoma Anal
- + + Pembengkakan KGB sekitar
Abses Anorektal
+ - - Demam, leukositosis, penderita tidak dapat duduk di sisi bokong yang sakit
Hematom Perianal Ulseratif
+ + + Sering terjadi pada orang yang mengangkat barang berat, leukositosis.
Prolaps Polip Kolorektal
- + + Adanya gejala mual, muntah,dan konstipasi yang parah (jika ukurannya besar)
Karsinoma rectum
- + + Adanya lender, diare dan konstipasi yg bergantian, ukuran feses
13
kecil sprt kotoran kambing, tenesmus.
g. Penegakan Diagnosis
Diagnosis hemoroid ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.10
Anamnesa
Pada anamnesa biasanya didapatkan pasien mengeluhkan adanya
darah segar pada saat buang air besar, darah yang keluar bisa menetes dan
bisa juga keluar terus menerus dan tidak bercampur dengan feses. Selain
itu pasien juga akan mengeluhkan adanya gatal-gatal pada daerah anus.
Serta keluhan adanya massa pada anus dan membuatnya merasa tidak
nyaman, biasanya pada hemoroid interna derajat II dan hemoroid eksterna.
Pasien juga akan mengeluhkan nyeri pada hemoroid interna derajat IV dan
hemoroid eksterna.
Perdarahan yang disertai nyeri mengindikasikan hemoroid eksterna
yang sudah mengalami trombosis. Biasanya hemoroid interna mulai
menimbulkan gejala setelah terjadi prolapsus, sehingga mengakibatkan
perdarahan, ulserasi, atau trombosis. Hemoroid eksterna juga bisa terjadi
tanpa gejala atau dapat ditandai dengan nyeri akut, rasa tak nyaman, atau
perdarahan akibat ulserasi dan thrombosis.11
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembengkakan vena
yang mengindikasikan hemoroid eksterna atau hemoroid interna yang
sudah mengalami prolaps, biasanya jika berupa prolapsnya hemoroid
interna akan terlihat adanya mukus yang keluar saat pasien disuruh untuk
mengedan. Jika pasien mengeluhkan perdarahan kemungkinan bisa
menyebabkan anemia sekunder yang dapat dilihat dari konjungtiva
palpebra pasien yang sedikit anemis, tapi hal ini mungkin terjadi.
14
Daerah perianal juga diinspeksi untuk melihat ada atau tidaknya
fisura, fistula, polip atau tumor. Pada rectal toucher juga dinilai ukuran,
perdarahan dan tingkat keparahan inflamasi. Biasanya agak susah meraba
hemoroid interna karena tekanan vena yang tidak tinggi dan biasanya tidak
nyeri. Rectal toucher juga dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma rektum.12
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan
laboratorium untuk mendeteksi apakah terjadi anemia pada pasien dan
pemeriksaan anoskopi serta sigmoideskopi. Anoskopi dilakukan untuk
menilai mukosa rektal dan mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroid.
Hasil anoskopi hemoroid interna yang tidak mengalami prolaps biasanya
terlihat gambaran vascular yang menonjol keluar, dan apabila pasien
diminta mengejan akan terlihat gambaran yang lebih jelas.
Sedangkan dengan menggunakan sigmoideskopi dapat mengevaluasi
kondisi lain sebagai diagnose banding untuk perdarahan rektal dan rasa tak
nyaman seperti pada fisura anal dan fistula, colitis, polip rectal, dan
kanker.11
h. Tatalaksana
Terapi Non Farmako
Dapat diberikan pada semua kasus hemoroid terutama hemoroid
interna derajat 1, disebut juga terapi konservatif, diantaranya adalah :12
o Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30 gram
sehari), dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan
konstipasi.
o Meningkatkan konsumsi cairan (6-8 gelas sehari)
o Menghindari mengejan saat buang air besar, dan segera ke kamar mandi
saat merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan
memperkeras feses.
15
o Rendam duduk dengan air hangat yang bersih dapat dilakukan rutin dua
kali sehari selama 10 menit pagi dan sore selama 1 – 2 minggu, karena
air hangat dapat merelaksasi sfingter dan spasme.
o Tirah baring untuk membantu mempercepat berkurangnya
pembengkakan
Terapi Farmako
o Salep anastetik lokal
o Kortikosteroid
o Laksatif
o Analgesik
o Suplemen flavonoid, membantu mengurangi tonus vena dan
mengurangi hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi (Acheson dan
Schirfield, 2008)
Terapi Pembedahan
Hemorrhoid Institute of South Texas (HIST) menetapkan indikasi
tatalaksana pembedahan hemoroid antara lain :
o Hemoroid interna derajat II berulang
o Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala
o Mukosa rektum menonjol keluar anus
o Hemoroid interna derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti
fisura
o Kegagalan penatalaksanaan konservatif
o Permintaan pasien
Ada 2 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi, yaitu:
1. Pengangkatan pleksus dan mukosa.
2. Pengangkatan pleksus tanpa mukosa.
Adapun jenis pembedahan yang sering dilakukan yaitu :
o Skleroterapi
16
Teknik ini dilakukan dengan menginjeksikan 5 % fenol dalam
minyak nabati yang tujuannya untuk merangsang. Lokasi injeksi adalah
submukosa hemoroid. Efek dari injeksi adalah edema, reaksi inflamasi
dengan proliferasi fibroblast dan thrombosis intravascular. Reaksi ini
akan menyebabkan fibrosis pada submukosa hemoroid sehingga akan
mencegah atau mengurangi prolapsus jaringan hemoroid. Terapi ini
disertai anjuran makanan tinggi serat dapat efektif untuk hemoroid
interna derajat I dan II. Menurut Acheson dan Scholfield pada tahun
2009, teknik ini murah dan mudah dilakukan, tetapi jarang dilaksanakan
karena tingkat kegagalan yang tinggi.12
o Ligasi dengan gelang karet (Rubber band ligation)
Biasanya teknik ini dilakukan untuk hemoroid yang besar atau
yang mengalami prolaps. Dengan bantuan anuskop, mukosa diatas
hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap kedalam
tabung ligator khusus. Efek dari teknik ini adalah nekrosis iskemia,
ulserasi, dan scarring yang akan menghasilkan fiksasi jaringan ikat ke
dinding rektum. Komplikasi nya dapat terjadi perdarahan setelah 7-10
hari dan nyeri.
o Bedah beku
Teknik bedah beku dilakukan dengan pendinginan hemoroid pada
suhu yang sangat rendah. Teknik ini tidak dipakai secara luas karena
mukosa yg nekrosis sukar ditentukan luasnya. Teknik ini lebih cocok
untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum yang inoperable.
o Hemoroidektomi
Teknik dipakai untuk hemoroid derajat III atau IV dengan
keluhan menahun, juga untuk penderita denga perdarahan berulang dan
anemia yang tidak sembuh dengan terapi lain yang lebih sederhana.
Prinsipnya adalah eksisi hanya dilakukan pada jaringan yang benar-
benar berlebihan, dan pada anoderm serta kulit yang normal dengan
tidak mengganggu sfingter anus. Selama pembedahan sfingter anus
17
biasanya dilatasi dan hemoroid diangkat dengan klem atau diligasi dan
kemudian dieksisi.
o Tindak bedah lain
Infrared thermocoagulation
Bipolar diathermy
Laser haemorrhoidectomy
Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation
Cryotherapy
Stappled hemorrhoidopexy
i. Komplikasi
Komplikasi dari hemoroid yang paling sering adalah perdarahan,
thrombosis dan strangulasi.Hemoroid yang mengalami strangulasi adalah
hemoroid yang mengalami prolapsus dimana suplai darah dihalangi oleh
sfingter ani.Keadaan thrombosis dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan
dapat menyebabkan nekrosis mukosa dan kulit yang menutupinya.11
BAB III
ANALISIS KASUS
18
Pasien bernama Ny. AM datang ke Poli RSUD Palembang BARI pada
tanggal 22 Mei 2015, dengan keluhan utama BAB berdarah sejak 3 hari berturut-
turut disertai adanya benjolan yang keluar saat BAB. Darah yang keluar adalah
akibat dari trauma mukosa lokal yang terjadi di anus. Warna merah segar
mengindikasikan bahwa perdarahan terjadi pada saluran cerna bagian bawah.
Darah yang menetes menandakan bahwa perdarahan yang dialami pasien tidak
terlalu banyak, karena kita juga harus memastikan kemungkinan terjadinya
anemia pada pasien. Ada banyak penyakit dengan manifestasi klinis benjolan di
anus, diantaranya hemoroid, fisura anal, hematom perianal, abses anorektal, atau
bahkan karsinoma anal. Hemoroid dapat disebabkan karena konsistensi feses yang
keras akibat kurangnya konsumsi serat dan air putih. Fisura anal bisa disebabkan
oleh iritasi akibat diare, penggunaan laksans dan bisa iatrogenic. Hematom
perianal biasanya diikuti riwayat mengangkat barang-barang berat. Abses
anorektal disebabkan infeksi bakteri usus dan infeksi kulit anus. Sedangkan
karsinoma anal penyebabnya terkadang tidak diketahui.
Benjolan di anus ini muncul sejak 18 tahun yang lalu, dan awalnya os
sempat mengalami konstipasi. Benjolan keluar aat os BAB dan masuk kembali
secara spontan sesudah BAB. Benjolan yang timbul pada anus pasien
kemungkinan adalah hemoroid yang bisa disebabkan oleh banyak hal, adanya
riwayat konstipasi dan feses yang keras, kurangnya konsumsi serat dan air putih.
Dari berbagai hal tersebut menyebabkan peningkatan tekanan bantalan mukosa
anus, sehingga menyebabkan pembuluh vena yang terdapat di bantalan mukosa
tersebut melemah dan membesar sehingga timbul benjolan. Melihat dari onsetnya,
perjalanan penyakit pasien sudah termasuk kronis.
Tidak ada mual dan muntah, nafsu makan tidak menurun, dan tidak ada
penurunan berat badan dalam beberapa bulan terakhir. Nafsu makan pasien yang
tidak menurun dan tidak adanya penurunan berat badan dalam beberapa bulan
terakhir dapat melemahkan diagnosa banding karsinoma anal atau jenis tumor
anorektal lainnya.
19
Berdasarkan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan pada Nn.E didapatkan
status generalis baik, dan status lokalis pada pemeriksaan inspeksi tmpak skin tag
disekeliling anus, pada palpasi nyeri tekan tidak ada. Skin tag pada pasien ini
dapat terjadi karena riwyat konstipasi yang dialami oleh pasien. Pada pemeriksaan
Rectal Toucher, tonus sfingter ani kuat menandakan kelainan yang dialami pasien
tidak mempengaruhi syaraf sekitar anus, mukosa yang licin dapat melemahkan
adanya karsinoma anal. Tidak teraba massa dapat menyingkirkan diagnosis tumor
anorektal.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
yang telah dilakukan disimpulkan diagnosis kerja bahwa pasien ini menderita
Hemorroid Interna grade II. Penatalaksanaan awal pada pasien grade II bias
diberika obat antiperdarahan, kemudian diberikan edukasi untuk banyak
mengkonsumsi makanan berserat seperti sayur dan buah-buahan, banyak
olahraga. Jika dengan terapi konservatif dan medikamentosa tidak dapat
disembuhkan atau ada permintaan langsung dari pasien untuk diambil
hemoroidnya maka dikonsulkan ke Sp.B untuk dilakukan hemoroidektomi.
DAFTAR PUSTAKA
20
1. Nelson, Heidi MD., Roger R. Dozois, MD., Anus, in Sabiston Text Book of
Surgery, Saunders Company, Phyladelphia 2001
2. Haemorrhoids, www.hcd2.bupa.co.uk/ fact_sheet/html/haemorrhoids.html
3. Hemorrhoidectomy Procedure for Prolaps and Hemorrhoids.,
www.pphinfo.com
4. Manjoer Arief, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 2, Media
Aesculapius, Jakarta.
5. Sjamsuhidajat. R, Wim De Jong, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta.
6. Dunphy J. E., Bostford T. W., 1993, Pemeriksaan Fisik Bedah, Yayasan
Essentia Medica, Yogyakarta.
7. Brown, John Stuart, 1995, “Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor”, Penerbit
8. Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal.184-189.
9. Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994,“Kumpulan
Kuliah Ilmu Bedah”, Binarupa Aksara, Jakarta, hal. 266-271.
10. Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999,
11. Kedokteran EGC, Jakarta, hal.56-59.
12. Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper, 2000, “Harrison
21