Post on 20-Feb-2016
description
I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Empedu merupakan prodak hati, mempunyai peranan penting pada
pencernaan makanan terutama lemak. Empedu hati, sebelum disekresi kelumen
intestinal lebih dahulu disimpan dikandung empedu. Kandung empedu akan
mengosongkan isinya selama proses pencernaan berlangsung di dalam intestin.
Empedu dan kelenjar pancreas bermuara ditempat yang sama di dalam intestin.
Pengosongan empedu dirangsang oleh hormon kolesistokinin, salah satu
komponen hormone Boyliss & Starling selama berada di dalam kandung empedu,
empedu akan mengalami proses pemekatan melalui cara absorpsi air
(Hardjasasmita, 1992).
Fungsi cairan empedu adalah untuk mencerna makanan di dalam usus,
terutama lemak. Cairan empedu dari hati ini sebagian disalurkan langsung ke usus
dan bercampur dengan makanan yang akan dicerna. Sementara sebagian cairan
lagi masuk ke kantung empedu. Disini sebagian air akan diserap/dibuang,
sehingga cairannya akan lebih pekat. Cairan empedu yang pekat ini lebih efektif
untuk mencerna makananan dibandingkan yang langsung dari hati tadi (Arjuna,
2008).
Dalam empedu terdapat senyawa-senyawa yang penting, diantaranya
garam empedu, zat warna empedu, lesitin, kolesterol dan garam-garam anorganik.
Garam empedu merupakan berperan dalam absorpsi lemak dan vitamin-vitamin
A, D, E dan K yang larut dalam lemak. Garam empedu merendahkan tegangan
permukaan dan memperbesar daya pengemulsi lemak. Dengan demikian akan
memudahkan kerja lipase. Lebih lanjut garam empedu bereaksi dengan asam
lemak menghasilkan senyawa kompleks yang lebih mudah larut dan
mudah terabsorpsi sebagai hasil proses lipolisis (Arjuna, 2008).
1
Oleh karena itu, dilakukan percobaan empedu dengan beberapa uji yang
diujikan yaitu Uji Gmellin, dan Uji Smith.
B. Tujuan
Membuktikan adanya pigmen dalam empedu.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau
kekuningan, yang disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata.
Empedu dihasilkan secara terus-menerus oleh hati, akan tetapi ditampung dalam
sebuah alat penampungan yaitu kantung empedu diantara waktu makan. Bila
makanan masuk ke duodenum, lepasnya kolesistokinin akan merangsang
kontraksi kantung empedu dan keluarnya empedu akan dihimpun ke dalam
duodenum (Panil, 2004).
Kandungan empedu merupakan organ berbentuk buah pir kecil yang
terletak diperut sebelah kanan, dan tersembunyi di bawah hati. Kandung
empedunya menyimpan cairan empedu yang dihasilkan oleh hati. Selama makan,
kandung empedu akan berkontraksi (menciut) sehingga mengeluarkan sedikit
cairan empedu yang berwarna hijau kecoklatan ke dalam usus halus. Cairan
empedu berguna dalam penyerapan lemak dan beberapa vitamin seperti vitamin
A, D, E dan K. Empedu merupakan campuran dari asam empedu, protein, garam-
garam kalsium, pigmen dan unsur lemak yang disebut kolesterol. Sebagian dari
empedu yang memasuki usus halus akan diteruskan dan dikeluarkan melalui feses
(Anonim, 2012).
Cairan empedu merupakan cairan jernih, berwarna kuning agak kental dan
mempunyai rasa pahit. Selama 24 jam dihasilkan cairan empedu sebanyak 500
mL sampai 700 mL dan mempunyai pH antara 6,9 sampai 7,7. Kontraksi dan
pengenduran kandung empedu diatur oleh hormon kolesistokinin yang dibentuk
dalam sel usus, terutama protein dan lemak. Cairan empedu mengandung zat-zat
anorganik, yaitu HCO3-, Cl-, Na+ dan K+ serta zat-zat organik, yaitu asam-asam
empedu, bilirubin dan kolesterol (Poedjiadi, 2009).
3
Empedu terdiri dari garam-garam empedu, elektrolit, pigmen empedu
(misalnya bilirubin), kolesterol dan lemak. Fungsi empedu adalah untuk
membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan sel darah
merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan
lemak. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak
dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu menyerapnya dari usus.
Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dirubah menjadi
bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu. Berbagai
protein yang memegang peranan penting dalam fungsi empedu juga disekresi
dalam empedu (Anonim, 2012).
Dalam empedu terdapat senyawa-senyawa yang penting, diantaranya
garam empedu, zat warna empedu, lesitin, kolesterol dan garam-garam anorganik.
Garam empedu merupakan berperan dalam absorpsi lemak dan vitamin-vitamin
A, D, E dan K yang larut dalam lemak. Garam empedu merendahkan tegangan
permukaan dan memperbesar daya pengemulsi lemak. Dengan demikian akan
memudahkan kerja lipase. Lebih lanjut garam empedu bereaksi dengan asam
lemak menghasilkan senyawa kompleks yng lebih mudah larut dan mudah
terabsorpsi sebagai hasil proses lipolisis (Tim Dosen, 2013).
Meskipun hati bukan suatu organ yang tepat dari pencernaan,
sekresinya dan empedu memegang peranan penting dalam pencernaan lemak.
Empedu dihasilkan secara terus-menerus oleh hati, tapi ditampung dalam sebuah
alat penampung ialah kantung empedu diantara waktu makan. Bila makanan
masuk ke duodenum, lepasnya kolesistokinin akan merangsang konsentrasi
kantung empedu dan keluarnya empedu yang dihimpun ke dalam duodenum.
Empedu kecuali garam empedu mengandung bahan lainnya, antara lain ialah
pigmen empedu, pigmen empedu ini adalah hasil pemecahan pigmen sel darah
merah, hemoglobin, yang dipindahkan oleh hati dari sel-sel darah merah yang tua.
4
Warna kecoklatan pigmen empedu ini memberi warna coklat yang khass dari
feses atau tinja (Kimball, 1983).
Empedu sebagian besar adalah hasil dari excretory dan sebagian adalah
sekresi dari pencernaan. Garam-garam empedu termasuk ke dalam kelompok
garam natrium dan kalium dari asam empedu yang berkonjugasi dengan glisin
atau taurin suatu derifat/turunan darisistin. Garam empedu menyebabkan
meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak,
sehingga membantu penyerapannya dari usus. Hemoglobin yang berasal dari
penghancuran sel darah merah dirubah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam
empedu) dan dibuang ke dalam empedu. Berbagai protein yang memegang
peranan penting dalam fungsi empedu juga disekresi dalam
empedu(Hardjasasmita, 1992).
Asam-asam empedu membantu emulsifikasi lipid yang dimakan, suatu
proses yang memudahkan pencernaan enzimatik dan absorbsi lemak diet. Asam-
asam deoksikolat dan litokolat adalah asam-asam empedu sekunder yang
disintesis dalam usus lewat kerjanya enzim-enzim bakteri pada asam-asam
empedu primer. Hanya sebagian asam-asam empedu primer yang terdapat dalam
usus diubah menjadi asam empedu sekunder (Hardjasasmita, 1992).
Pada rongga mulut terdapat tiga macam kelenjar ludah (saliva) yang
menghasilkan cairan ludah. Kelenjar-kelenjar tersebut adalah: kelenjar parotis,
yang terletak di dekat telinga, kelenjar sublingualis yang terletak di bawah rahang
atas, kelenjar sub mandibularis yang terletak di bawah lidah. Di dalam cairan
ludah mengandung sebanyak 90% air dan sisanya terdiri atas garam-garam
bikarbonat, lendir (mukus), lizozim (enzim penghancur bakteri) dan amilase
(ptialin). Ketiga kelenjar ludah setiap harinya dapat menghasilkan lebih kurang
1600 cc air ludah. Cairan ludah berfungsi untuk memudahkan dalam menelan
makanan karena makanan tercampur dengan lendir dan air, melindungi rongga
mulut dari kekeringan, panas, asam dan basa, serta membantu pencernaan
5
kimiawi, karena kelenjar ludah menghasilkan enzim ptialin (amilase) yang
berperan dalam pencernaan amilum menjadi maltosa dan glukosa, enzim ini
berfungsi dengan baik pada pH netral (pH 7) (Poedjadi, 2009).
Saliva mempunyai pH antar 5,75 sampai 7,05. Pada umumnya pH saliva
sedikit dibawah 7. Rangsangan yang menyebabkan pengeluaran saliva dari
kelenjar saliva adalah pikiran tentang makanan yang disukai, adanya bau makanan
yang sedap atau melihat makanan yang diharapkan sehingga menimbulkan selera.
Rangsangan demikian disebut rangsangan reflex. Rangsangan keluarnya saliva
karena adanya makanan dalam mulut disebut rangsangan mekanik, sedangkan
rasa makanan yang lezat atau manis dapat menimbulkan rangsangan yang disebut
rangsangan kimiawi (Poedjadi, 2009).
Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau
kekuningan, yang disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata.
Empedu dihasilkan secaraterus-menerus oleh hati, akan tetapi ditampung dalam
sebuah alat penampungan yaitu kantung empedu diantara waktu makan. Bila
makanan masuk ke duodenum, lepasnya kolesistokinin akan merangsang
kontraksi kantung empedu dan keluarnya empedu akan dihimpun ke dalam
duodenum (Kimball, 1983).
Fungsi cairan empedu adalah untuk mencerna makanan di dalam usus,
terutama lemak. Cairan empedu dari hati ini sebagian disalurkan langsung ke usus
dan bercampurdengan makanan yang akan dicerna. Sementara sebagian cairan
lagi masuk ke kantung empedu. Disini sebagian air akan diserap/dibuang,
sehingga cairannya akan lebih pekat. Cairan empedu yang pekat ini lebih efektif
untuk mencerna makananan dibandingkan yang langsung dari hati tadi. (Kimball,
1983).
6
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat
1. Tabung Reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet Tetes
4. Pipet ukur
5. Gelas ukur
B. Bahan
1. Larutan empedu encer (1 : 10)
2. Larutan HNO3 Pekat
3. Larutan Iodium 0,5 %
C. Prosedur Kerja
Uji Gmelin
Uji Smith
7
Melalui dinding tabung yang dimiringkan ,tambahkan secara hati-hati 1 ml larutan empedu encer pada tabung
sehingga kedua larutan tersebut tidak tercampur
Amati warna cincin
isi tabung dengan 1 ml HNO3 pekat
isi tabung dengan 1 ml Iodium 0,5%
Melalui dinding tabung yang dimiringkan ,tambahkan secara hati-hati 1 ml larutan empedu encer pada tabung
sehingga kedua larutan tersebut tidak tercampur
Amati warna cincin
IV. HASIL
IDENTIFIKASI EMPEDU
Pengamatan Larutan Empedu Cair
pH 8
Warna Hijau pekat
Aroma Amis
UJI IDENTIFIKASI PIGMEN EMPEDU
Metode Pengujian Hasil
Uji Gmelin Tebentuk cincin berwarna ungu
Uji Smith Terbentuk cincin berwarna hitam
8
V. PEMBAHASAN
Pada uji Gmelin, hasil percobaan yang kami peroleh yaitu pada larutan
asam nitrat pekat 1 ml ditambah empedu 1 ml yang sudah diencerkan
menghasilkan warna hijau dan bening di bagian bawah tabung dengan terdapat
cincin berwarna ungu pudar. Hal ini sesuai dengan pendapat Erika Kusmawati
(2011) menyatakan bahwa uji gmellin’s test akan memberikan nilai positif apabila
membentuk warna kuning, merah, hijau, violet dan biru.
Uji Iodium bertujuan membuktikan adanya polisakarida, dalam hal ini
adalah amilum. Identifikasi ini didasarkan pada pembentukan kompleks adsorpsi
berwarna spesifik oleh polisakarida akibat penambahan iodium. Reaksi amilum
dengan Iodium menghasilkan berwarna biru kehitaman. Uji
Benedict bertujuan membuktikan adanya gula reduksi (monosakarida maupun
oligosakarida). Pengujian ini berdasarkan gula yang mempunyai gugus aldehida
atau keton bebas mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alakalis menjadi Cu+ yang
mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata. Reaksi positif ditandai dengan
perubahan warna larutan menjadi hijau kekuningan, dan setelah dilakukan
pemanasan terbentuk endapan berwarna merah bata, kepekatan warna sebanding
dengan kandungan gula pereduksi yang ada (Yazid, 2006).
Pada praktikum uji gmelin yang kami peroleh yaitu pada tabung yang
berisi HNO3 yang telah ditetesi dengan 1 ml empedu pekat secara hati –hati
sehingga kedua larutan tidak bercampur menghasilkan warna dari bawah ke atas
bening, ungu dan hijau. HNO3 pada uji gmelin berguna untuk oksidasi pigmen-
pigmen empedu dan akan menghasilkan turunan senyawa-senyawa berwarna.
Sedangkan pada tabung yang telah berisi iodium yang telah ditetesi dengan 1 ml
empedu pekat menghasilkan warna hijau tua, hal ini menandakan adanya pigmen -
pigmen warna empedu pada kedua tabung tersebut. Penambahan iodium juga
dimaksudkan untuk mengoksidasi pigmen-pigmen empedu sehingga
menghasilkan turunan senyawa-senyawa berwarna.
9
Empedu memegang peran penting dalam pencernaan. Empedu merupakan
cairan yang berwarna hijau yang dieksresikan oleh hepatosit hati pada sebagian
besar vertebrata.ada percobaan ini dilakukan beberapa tes pada empedu. Empedu
menghasilkan bau amis dan berwarna hijau. Warna hijau dari cairan empedu ini
berasal dari penghancuran eritrosit yaitu biliverdin. Untuk menentukan pH
empedu, indikator universal dicelupkan kedalam cairan empedu dan diperoleh pH
empedu adalah 6 itu menunjukkan bukti bahwa empedu bersifat asam. (Kimball,
1983).
10
V. PENUTUP
A.Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini yaitu pada percobaan ini diketahui
empedu mengandung zat warna bilirubin dan biliverdin, kedua zat warna ini
merupakan pigmen empedu yang terbentuk dari eritrosit yang sudah tua menjadi
rapuh sehingga pecah dan hemoglobinnya lepas. Hemoglobin selanjutnya dipecah
menjadi heme dan globin. Cincin hemoglobin dibuka untuk membentuk besi
bebas yang kemudian dibawah tranfelin dari rantai lurus dari empat pirol yang
kemudian dibentuk menjadi pigmen empedu.
B.Saran
Dibutuhkan ketelitian dan kehati-hatian dalam melakukan praktikum
“identifikasi pigmen empedu”, ketepatan jumlah tetesan pereaksi akan
menghasilkan hasil yang diharapkan.
11
Lampiran
12
Uji Gmelin,
terbentuk cincin ungu
Uji Smith,
terbentuk cincin hitam