Post on 10-Nov-2020
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pemaparan mengenai hasil penelitian yang telah didapatkan dan
pembahasan akan dipaparkan lebih rinci pada Bab ini, pemaparan ini
berlandaskan pada tujuan penelitian yang terdapat pada Bab I yakni, untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Visual,
Auditory, dan Kinestethic (VAK) pada materi energi bunyi, untuk mengetahui
perbedaan hasil belajar siswa kelas IV dalam memahami materi energi bunyi
dengan menggunakan metode Visual, Auditory, dan Kinestethic (VAK) dengan
menggunakan metode konvensional, untuk mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran IPA dengan menggunakan metode Visual, Auditory, dan Kinestethic
(VAK), dan untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat
pembelajaran pada materi energi bunyi dengan menggunakan metode Visual,
Auditory, dan Kinestethic (VAK). Berikut ini akan dipaparkan hasil peneliatian
dan pembahasannya.
A. Analisis Data Kuantitatif
1. Analisis Data Hasil Belajar
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan
metode Visual, Auditory, dan Kinestethic (VAK) pada materi energi bunyi. Maka
diperlukan beberapa analisis dan interpretasi data, data yang dimaksud adalah data
mengenai kemampuan awal hasil belajar siswa pada sampel penelitian (kelas
eksperimen dan kelas kontrol) yang didapatkan berdasarkan hasil pretes, data
mengenai kemampuan akhir hasil belajar siswa pada sampel penelitian (kelas
eksperimen dan kelas kontrol),yang didapatkan berdasarkan hasil postes, data
mengenai perbedaan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
setelah pembelajaran, dan data mengenai respon siswa pada sampel penelitian
yang didapatkan dari hasil pengisian angket respon siswa setelah pembelajaran.
Penjelasan mengenai analisis data kuantitatif beserta interpretasi di kedua kelas,
sebagai berikut.
49
a. Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Adapun tujuan dari dilakukannya pretes adalah untuk mengetahui
kemampuan awal hasil belajar siswa. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran
IPA dengan menggunakan metode Visual, Auditory, dan Kinestethic (VAK)
terhadap hasil belajar siswa pada materi energi bunyi diperlukan analisis dan
interpretasi data. Data yang dimaksud adalah data hasil pretes kelas eksperimen
dan kelas kontrol, soal yang digunakan untuk pretes adalah soal yang telah di
ujicobakan terlebih dahulu di kelas V yang telah mempelajari materi energi bunyi.
Pretes di kelas eksperimen dan kelas kontrol dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 30 April 2015.
Data yang dianalisis dari hasil pretes pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol adalah data yang telah diuji normalitas dengan menggunakan uji
Kolmogorof-Smirnov, jika data dari kedua kelas tersebut berdistribusi normal
maka dilanjutkan dengan uji perbedaan rata-rata dari kedua kelas dengan
menggunakan uji-t, kemudian dilanjutkan dengan menganalisis n-Gain untuk
mengetahui peningkatan hasil pretes ke postes yang berasal dari kelas eksperimen
dan kelas kontrol dengan menggunakan aplikasi Microsoft Exel dan SPSS versi
16.0 for Windows. Jika terdapat salah satu data dari kedua kelas yang berdistribusi
tidak normal maka perhitungan selanjutnya menggunakan uji non-parametrik
dapat menggunakan uji Wilcoxon untuk sampel terikat atau dapat menggunakan
uji Mann Whitney (uji- U) untuk sampel bebas. Pengujian tersebut dapat
dilakukan jika soal-soal pretes telah dijawab oleh siswa dan diperiksa oleh
peneliti. Data hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada
Tabel 4.1 dan 4.2.
50
Tabel 4.1
Data Pretes Hasil Belajar Kelas Eksperimen
No. Kode Siswa Skor Nilai
1. Siswa 1 13 92,86
2. Siswa 2 12 85,71
3. Siswa 3 12 85,71
4. Siswa 4 10 71,43
5. Siswa 5 9 64,29
6. Siswa 6 9 64,29
7. Siswa 7 9 64,29
8. Siswa 8 9 64,29
9. Siswa 9 8 57,14
10. Siswa 10 8 57,14
11. Siswa 11 8 57,14
12. Siswa 12 7 50
13. Siswa 13 7 50
14. Siswa 14 7 50
15. Siswa 15 7 50
16. Siswa 16 7 50
17. Siswa 17 7 50
18. Siswa 18 7 50
19. Siswa 19 6 42,86
20. Siswa 20 6 42,86
21. Siswa 21 6 42,86
22. Siswa 22 6 42,86
23. Siswa 23 6 42,86
24. Siswa 24 6 42,86
25. Siswa 25 6 42,86
26. Siswa 26 6 42,86
27. Siswa 27 5 35,71
28. Siswa 28 5 35,71
29. Siswa 29 5 35,71
30. Siswa 30 5 35,71
31. Siswa 31 5 35,71
32. Siswa 32 4 28,57
33. Siswa 33 4 28,57
34. Siswa 34 4 28,57
35 Siswa 35 4 28,57
Jumlah 1750
Rata-rata 50
Simpangan Baku 16,34
51
Tabel 4.2
Data Pretes Hasil Belajar Kelas Kontrol
No. Kode Siswa Skor Nilai
1. Siswa 1 14 100
2. Siswa 2 14 100
3. Siswa 3 13 92,86
4. Siswa 4 12 85,71
5. Siswa 5 11 78,57
6. Siswa 6 11 78,57
7. Siswa 7 10 71,43
8. Siswa 8 10 71,43
9. Siswa 9 10 71,43
10. Siswa 10 10 71,43
11. Siswa 11 9 64,29
12. Siswa 12 9 64,29
13. Siswa 13 9 64,29
14. Siswa 14 9 64,29
15. Siswa 15 9 64,29
16. Siswa 16 9 64,29
17. Siswa 17 9 64,29
18. Siswa 18 9 64,29
19. Siswa 19 8 57,14
20. Siswa 20 8 57,14
21. Siswa 21 8 57,14
22. Siswa 22 8 57,14
23. Siswa 23 8 57,14
24. Siswa 24 8 57,14
25. Siswa 25 7 50
26. Siswa 26 7 50
27. Siswa 27 6 42,86
28. Siswa 28 6 42,86
29. Siswa 29 5 35,71
30. Siswa 30 5 35,71
31. Siswa 31 5 35,71
32. Siswa 32 5 35,71
33. Siswa 33 4 28,57
34. Siswa 34 4 28,57
35 Siswa 35 0 0
Jumlah 2064
Rata-rata 58,98
Simpangan Baku 21,03
Untuk melihat kemampuan awal hasil belajar siswa pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.3.
52
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif Nilai Pretes pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Jumlah
Siswa
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah Rata-rata
Simpangan
Baku
Eksperimen 35 92,86 28,57 50 16,34
Kontrol 35 100 0 58,98 21,03
Dilihat dari Tabel 4.3 dapat diuraikan bahwa selisih rata-rata nilai pretes
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 8,98 dengan rata-rata kelas
kontrol lebih unggul daripada kelas eksperimen. Selain itu, pada kelas eksperimen
dengan jumlah siswa sebanyak 35 siswa memiliki nilai rata-rata sebesar 50
dengan simpangan baku 16,34 sedangkan pada kelas kontrol dengan jumlah siswa
sebanyak 35 siswa memiliki nilai rata-rata sebesar 58,98 dengan simpangan baku
21,03. Pengolahan data selanjutnya adalah uji normalitas dan perbedaan rata-rata,
berikut hasil analisis data yang dimaksud.
1) Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Setelah hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol diketahui, maka
dilanjutkan dengan menganalisis data nilai pretes kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorof-
Smirnov dengan bantuan SPSS versi 16.0 for Windows dengan taraf signifikan
yaitu α = 0,05. Adapun hipotesis pengujian normalitas data pretes sebagai berikut.
H0 = Data nilai pretes yang berasal dari sampel berdistribusi normal.
H1 = Data nilai pretes yang berasal dari sampel berdistribusi tidak normal.
Dengan kriteria pengambilan keputusan:
Jika P-Value < α maka H0 ditolak.
Jika P-Value ≥ α maka H1 diterima.
Data hasil perhitungan uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorof-Smirnov
dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas Data Pretes Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Kelas
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Nilai_Pretes Eksperimen .186 35 .004
Kontrol .151 35 .042
53
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa hasil uji normalitas data
pretes pada kelas eksperimen memiliki P-Value (Sig.) sebesar 0.004 yang berarti
P-Value (Sig.) < 0,05. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga data
pretes untuk kelas eksperimen berdistribusi tidak normal.
Tabel 4.4 juga menunjukkan bahwa hasil uji normalitas data pretes pada
kelas kontrol memiliki P-Value (Sig.) sebesar 0,042 yang berarti P-Value (Sig.) <
0,05. Dengan demikian, H0 ditolak dan H1 diterima sehingga data pretes untuk
kelas kontrol juga berdistribusi tidak normal. Untuk memperjelas mengenai
penyebaran mengenai penyebaran nilai pretes pada kedua kelas dapat dilihat pada
diagram berikut.
Diagram 4.1
Histogram Hasil Uji Normalitas Data Pretes Hasil Belajar Kelas Eksperimen
Diagram 4.2
Histogram Hasil Uji Normalitas Data Pretes Hasil Belajar Kelas Kontrol
54
Deskriptor histogram:
a) Frekuensi : angka dari jumlah siswa yang mengikuti pretes.
b) Nilai pretes : angka dari hasil pretes soal hasil belajar.
c) Batang histogram: gambaran dari hasil pretes. Misalnya, jika batang
histogram nilai pretes menunjukkan angka 40 sejajar dengan frekuensi 2
artinya jumlah siswa yang mendapatkan nilai pretes 40 sebanyak 2 siswa.
Berdasarkan uji normalitas data pretes hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol memberikan hasil yang sama yaitu berdistribusi
tidak normal. Berdasarkan hasil uji normalitas tersebut, maka dilanjutkan dengan
uji beda rata-rata.
2) Uji Perbedaan Rata-rata Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Uji perbedaan rata-rata data pretes menggunakan uji Mann-Whitney
sampel bebas karena kedua sampel berdistribusi tidak normal. Perhitungan uji
perbedaan rata-rata menggunakan bantuan SPSS 16.0 for Windows. Taraf
signifikasi α = 0,05. Adapun hipotesis untuk perhitungan ini sebagai berikut.
H0 = Tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal hasil belajar siswa
pada kelas eksperimen dengan kemampuan awal hasil belajar siswa pada
kelas kontrol.
H1 = Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal hasil belajar siswa pada
kelas eksperimen dengan kemampuan awal hasil belajar siswa pada kelas
kontrol.
Dengan kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika P-Value (Sig-2 tailed) ≤
0,05 dan H0 diterima jika P-Value (Sig-2 tailed)> 0,05. Data hasil perhitungan uji
perbedaan rata-rata dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5
Hasil Perhitungan Uji-U Data Pretes Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Nilai_Pretes
Mann-Whitney U 415.500
Wilcoxon W 1045.500
Z -2.332
Asymp. Sig. (2-tailed) .020
55
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.5 dipeoleh hasil P-Value (Sig-
2 tailed) sebesar 0,020 yang berarti P-Value(Sig-2 tailed) ≤ 0,05. Alasan
menggunakan P-Value (Sig-2 tailed) karena data tersebut dua arah. Dengan
demikian H0 ditolak dan H1 diterima sehingga terdapat perbedaan rata-rata
kemampuan awal hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dengan kemampuan
awal hasil belajar siswa pada kelas kontrol.
b. Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data postes hasil belajar siswa diperoleh setelah siswa dan guru
melakukan kegiatan pembelajaran di kelas, misalnya pada kelas eksperimen siswa
belajar dengan menggunakan metode Visual, Auditory, dan Kinestethic (VAK)
sedangkan di kelas kontrol siswa belajar dengan menggunakan metode
konvensional. Soal postes yang diberikan kepada siswa sebanyak lima buah soal,
soal tersebut sama dengan soal pretes yang telah diberikan sebelum kegiatan
pembelajaran yaitu pada saat pretes. Data yang dianalisis dari hasil postes hasil
belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol meliputi normalitas data
kelas eksperimen dan kelas kontrol, apabila data tersebut berdistribusi normal
dilanjutkan dengan melakukan uji perbedaan rata-rata dengan menggunakan uji-t
sampel bebas, alasan menggunakan uji-t sampel bebas karena data tersebut
terdapat pada dua kelas yang berbeda. Tetapi apabila terdapat salah satu data yang
berdistribusi tidak normal maka menggunakan uji non-parametrik dengan
menggunakan uji Mann-Whitney (Uji-U). Berikut ini merupakan hasil pengolahan
data postes hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
56
Tabel 4.6
Data Postes Hasil Belajar Kelas Eksperimen
No. Kode Siswa Skor Nilai
1. Siswa 1 14 100
2. Siswa 2 14 100
3. Siswa 3 14 100
4. Siswa 4 14 100
5. Siswa 5 14 64,29
6. Siswa 6 14 64,29
7. Siswa 7 14 64,29
8. Siswa 8 13 92,86
9. Siswa 9 13 92,86
10. Siswa 10 13 92,86
11. Siswa 11 13 92,86
12. Siswa 12 13 92,86
13. Siswa 13 13 92,86
14. Siswa 14 12 85,71
15. Siswa 15 12 85,71
16. Siswa 16 12 85,71
17. Siswa 17 12 85,71
18. Siswa 18 12 85,71
19. Siswa 19 11 78,57
20. Siswa 20 11 78,57
21. Siswa 21 11 78,57
22. Siswa 22 11 78,57
23. Siswa 23 10 71,43
24. Siswa 24 10 71,43
25. Siswa 25 10 71,43
26. Siswa 26 10 71,43
27. Siswa 27 9 64,29
28. Siswa 28 9 64,29
29. Siswa 29 9 64,29
30. Siswa 30 8 57,14
31. Siswa 31 8 57,14
32. Siswa 32 7 50
33. Siswa 33 7 50
34. Siswa 34 6 42,86
35 Siswa 35 5 35,71
Jumlah 2771,4
Rata-rata 79,18
Simpangan Baku 18,12
57
Tabel 4.7
Data Postes Hasil Belajar Kelas Kontrol
No. Kode Siswa Skor Nilai
1. Siswa 1 14 100
2. Siswa 2 14 100
3. Siswa 3 14 100
4. Siswa 4 14 100
5. Siswa 5 13 92,86
6. Siswa 6 13 92,86
7. Siswa 7 13 92,86
8. Siswa 8 13 92,86
9. Siswa 9 12 85,71
10. Siswa 10 12 85,71
11. Siswa 11 12 85,71
12. Siswa 12 11 78,57
13. Siswa 13 11 78,57
14. Siswa 14 11 78,57
15. Siswa 15 10 71,43
16. Siswa 16 10 71,43
17. Siswa 17 10 71,43
18. Siswa 18 10 71,43
19. Siswa 19 9 64,29
20. Siswa 20 9 64,29
21. Siswa 21 9 64,29
22. Siswa 22 9 64,29
23. Siswa 23 9 64,29
24. Siswa 24 8 57,14
25. Siswa 25 8 57,14
26. Siswa 26 7 50
27. Siswa 27 7 50
28. Siswa 28 6 42,86
29. Siswa 29 6 42,86
30. Siswa 30 6 42,86
31. Siswa 31 5 35,71
32. Siswa 32 5 35,71
33. Siswa 33 5 35,71
34. Siswa 34 4 28,57
35 Siswa 35 3 21,43
Jumlah 2371
Rata-rata 67,76
Simpangan Baku 22,74
Untuk melihat kemampuan akhir dari hasil belajar siswa pada kedua kelas
dapat dilihat pada Tabel 4.8.
58
Tabel 4.8
Statistik Deskriptif Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Jumlah
Siswa
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah Rata-rata
Simpangan
Baku
Eksperimen 35 100 35,71 79,18 18,12
Kontrol 35 100 21,43 67,76 22, 74
Berdasarkan tabel di atas dapat diuraikan bahwa nilai tertinggi kelas
eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu 100. Sementara nilai terendah pada kelas
eksperimen sebesar 35,71 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 21,43. Selisih
nilai rata-rata postes hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
sebesar 11,42.Pengolahan data selanjutnya adalah uji normalitas dan perbedaan
rata-rata, berikut ini hasil analisis data yang dimaksud.
1) Uji Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Uji normalitas data postes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
apakah data postes berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Uji
normalitas data menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov yang perhitungannya
dibantu dengan SPSS 16.0 for Windows, dengan taraf signifikansi α =0,05.
Adapun hipotesis untuk perhitungan ini sebagai berikut.
H0 = Data nilai postes berasal dari sampel berdistribusi normal.
H1 = Data nilai postes berasal dari sampel berdistribusi tidak normal.
Dengan kriteria pengambilan keputusan:
Jika P-Value (Sig.) ≥ α diterima.
Jika P-Value (Sig.)< α ditolak.
Data hasil perhitungan normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.9
Hasil Uji Normalitas Data Postes Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol.
Kelas
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Nilai_Postes Eksperimen .155 35 .033
Kontrol .099 35 .200*
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diuraikan bahwa hasil uji normalitas data
postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki perbedaan. Pada kelas
eksperimen P-Value (Sig.) 0,033 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga
59
data nilai postes yang berasal dari sampel berdistribusi tidak normal. Sedangkan
pada kelas kontrol didapatkan P-Value (Sig.) 0,200 sehingga H0 diterima dan H1
ditolak sehingga data nilai postes yang berasal dari sampel berdistribusi normal.
Setelah diketahui bahwa data kedua kelas tersebut berbeda, dan terdapat
salahsatu kelas yang berdistribusi tidak normal maka dilanjutkan dengan uji
perbedaan rata-rata dengan menggunakan uji Mann Whitney. Untuk memperjelas
mengenai penyebaran nilai postes kedua kelas tersebut dapat dilihat pada diagram
berikut.
Diagram 4.3
Histogram Hasil Uji Normalitas Data Postes Hasil Belajar Kelas Eksperimen
Diagram 4.4
Histogram Hasil Uji Normalitas Data Postes Hasil Belajar Kelas Kontrol
60
Deskriptor histogram:
a) Frekuensi : angka dari jumlah siswa yang mengikuti postes.
b) Nilai pretes : angka dari hasil postes soal hasil belajar.
c) Batang histogram: gambaran dari hasil postes. Misalnya, jika batang
histogram nilai postes menunjukkan angka 20 sejajar dengan frekuensi 2
artinya jumlah siswa yang mendapatkan nilai postes 20 sebanyak 2 siswa.
2) Uji Perbedaan Rata-rata Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Uji perbedaan rata-rata data postes hasil belajar siswa menggunakan uji
Mann Whitney sampel bebas karena terdapat salahsatu data yang berdistribusi
tidak normal. Perhitungan ini dibantu dengan SPSS 16.0 for Windows dengan taraf
signifikansi α = 0,05. Adapun hipotesis yang digunakan untuk hasil belajar
sebagai berikut.
H0 = Tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan akhir hasil belajar siswa
pada kelas eksperimen dengan kemampuan akhir hasil belajar siswa pada
kelas kontrol.
H1 = Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan akhir hasil belajar siswa pada
kelas eksperimen dengan kemampuan akhir hasil belajar siswa pada kelas
kontrol.
Dengan kriteria pengambilan keputusan yaitu H0 ditolak apabila P-Value
(Sig-2 tailed) <0,05 dan H0 diterima apabila P-Value (Sig-2 tailed) ≥ 0,05. Hasil
perhitungan uji perbedaan rata-rata dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.10
Hasil Perhitungan Uji-U Data Postes Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata data
postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,034. Hal ini berarti P-
Value (Sig-2 tailed) < 0,05. Maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga terdapat
Nilai_Postes
Mann-Whitney U 433.000
Wilcoxon W 1063.000
Z -2.122
Asymp. Sig. (2-tailed) .034
61
perbedaan rata-rata kemampuan akhir hasil belajar siswa pada kelas eksperimen
dengan kemampuan akhir hasil belajar siswa pada kelas kontrol.
B. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif dibutuhkan untuk mengetahui respon siswa dan faktor-
faktor yang mendukung dan menghambat terhadap pembelajaran dengan
menggunakan metode Visual, Auditory, dan Kinestethic (VAK) pada materi
energi bunyi sesuai dengan tujuan yang tercantum pada Bab I. Maka peneliti
melakukan pengambilan data melalui observasi kinerja guru, observasi aktivitas
siswa, dan angket respon siswa.
1. Hasil Observasi
a. Hasil Observasi Kinerja Guru
Peneliti menggunakan format observasi kinerja guru untuk mengetahui
faktor yang mendukung dan menghambat selama pembelajaran IPA di kelas.
Guru merupakan salahsatu faktor terpenting dalam tercapainya sebuah tujuan
pembelajaran, dalam pelaksanaan pembelajaran guru dituntut untuk menyusun
skenario pembelajaran terlebih dahulu sehingga pembelajaran yang dilaksanakan
mempunyai tujuan yang dicapai. Berangkat dari masalah tersebut, peneliti
menggunakan lembar format observasi kinerja guru pada saat melakukan
penelitian baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol untuk memantau
kinerja guru di kedua kelas tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sukatali sebagai kelas eksperimen dan
SDN Sukajadi sebagai kelas kontrol, yang menjadi observer selama pembelajaran
adalah wali kelas IV dari SD tersebut. Di bawah ini tabel data hasil kinerja guru
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. (Format observasi kinerja guru kelas
eksperimen dan kelas kontrol terlampir).
Tabel 4.11
Persentase Hasil Kinerja Guru Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Persentase Pertemuan Ke- Persentase
Keseluruhan 1 2 3
Eksperimen 92,98% 87,72% 96,49% 92,39%
Interpretasi Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Kontrol 84,31% 88,23% 92,18% 88,24%
Interpretasi Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
62
Tabel 4.11 hasil kinerja guru selama tiga pertemuan menunjukkan bahwa
setiap pertemuan memperoleh hasil yang baik hal tersebut dapat dilihat pada
persentase keseluruhan dari setiap kelas. Pada kelas eksperimen mendapatkan
92,39% dan pada kelas kontrol mendapatkan 88,24%. Setiap pertemuan pada
masing-masing kelas selalu mengalami peningkatan kecuali pada pertemuan
kedua di kelas eksperimen mengalami penurunan sebesar 5,26% karena pada
pertemuan pertama mendapatkan persentase sebesar 92,98% sedangkan
pertemuan kedua hanya 87,72% tetapi pada pertemuan selanjutnya guru dapat
memperbaiki kesalahan tersebut sehingga persentase kinerja guru naik menjadi
96,49%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa di
kedua kelas tersebut, dan dapat disimpulkan bahwa baik pembelajaran dengan
menggunakan metode Visual, Auditory, dan Kinestethic (VAK) maupun
pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi energi bunyi.
b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Observasi aktivitas siswa dilakukan untuk melihat sejauh mana siswa ikut
berpartisipasi secara aktif pada saat pelaksanaan pembelajaran baik itu di kelas
eksperimen maupun di kelas kontrol. Melalui observasi aktivitas siswa dapat
mengetahui faktor yang menghambat dan mendukung pembelajaran IPA.
Penilaian hasil observasi aktivitas siswa dilakukan dengan cara
menyimpulkan hasil pengamatan observer selama proses pembelajaran. Kegiatan
observasi dilakukan sebanyak jumlah pertemuan di kelas eksperimen dan kelas
kontrol yaitu sebanyak tiga pertemuan. Berdasarkan hasil observasi aktivitas
siswa yang telah dilakukan pada kedua kelas tersebut menunjukkan hasil bahwa
secara keseluruhan aktivitas siswa berada pada tafsiran baik. Hal tersebut dapat
terlihat dari rata-rata perolehan skor dan persentase yang di dapatkan oleh siswa di
setiap pertemuannya yang tercantum pada tabel berikut. (Format observasi
aktivitas siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol terlampir).
63
Tabel 4.12
Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Kelas Eksperimen
Sikap
Siswa
Aspek yang diamati
Partisipasi Kemandirian Kerjasama P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3
Jumlah 66 87 102 66 88 100 71 89 102
Persenta
se
62,86
%
82,85
%
97,14
%
62,86
%
82,86
%
95,24
%
67,62
%
84,76
%
97,14
%
Tafsiran Cukup Baik Baik Cukup Baik Baik Cukup Baik Baik
Tabel 4.13
Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Kelas Kontrol
Sikap
Siswa
Aspek yang diamati
Partisipasi Kemandirian Motivasi
P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3
Jumlah 76 87 91 70 85 89 70 85 88
Persentas
e
72,38
%
82,85
%
86,67
%
66,67
%
80,95
%
84,76
%
66,67
%
80,95
%
82,86
%
Tafsiran Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Cukup Baik Baik
Berdasarkan Tabel 4.13 dan 4.14 di atas dapat dilihat bahwa aktivitas
siswa dari setiap pertemuan mengalami peningkatan. Aktivitas di kelas
eksperimen lebih baik daripada aktivitas siswa di kelas kontrol hal tersebut dapat
dilihat dari hasil persentase aktivitas siswa setiap pertemuannya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama dikelas mendukung terjadinya proses
pembelajaran yang baik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Hasil Angket Respon Siswa
Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui sejauh mana respon
siswa terhadap pembelajaran IPA yang telah diberikan selama tiga pertemuan.
Angket ini diberikan pada saat pertemuan ketiga setelah pembelajaran di kelas
eksperimen selesai dilaksanakan. Angket ini terdiri dari 11 pernyataan, 6
diantaranya adalah penyataan positif dan 5 pernyataan negatif. Setiap pernyataan
yang terdapat di dalam angket tersebut diberikan empat pilihan jawaban yaitu
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).
Untuk pernyataan positif, nilai 5 diberikan untuk yang memilih jawaban
sangat setuju, nilai 4 setuju, nilai 2 tidak setuju, dan nilai 1 untuk sangat tidak
setuju. Jika pernyataannya negatif maka nilai yang diberikan kebalikan dari nilai
pernyataan positif, yaitu nilai 5 diberikan kepada yang memilih jawaban sangat
tidak setuju, nilai 4 tidak setuju, nilai 2 setuju, dan nilai 1 sangat setuju. Alasan
menggunakan cara tersebut untuk menghindari kesalahan dan ragu-ragu pada saat
64
siswa memilih jawaban, sehingga setiap jawaban memiliki skor tertentu. Untuk
pernyataan positif terdapat pada angket respon siswa nomor 1, 4, 5, 6, 8, dan 11
sedangkan pernyataan negatif terdapat pada nomor 2, 3, 7, 9, dan 10. Data
lengkap rekapitulasi hasil skala sikap siswa dapat dilihat pada bagian lampiran.
Tabel 4.14
Pernyataan Positif pada Skala Sikap Siswa SDN Sukatali
No. Item Pernyataan SS S TS STS Rata-
rata
1. Pelajaran IPA merupakan
pelajaran yang saya sukai.
24 7 1 3 4,46
68,57% 20% 2,84% 8,37%
4.
Saya merasa tertantang
dengan soal-soal IPA yang
sulit.
8 4 8 15
2,48 22,86% 11,43% 22,86% 42,86%
5.
Saya senang belajar IPA
sambil bergerak melakukan
sesuatu.
16 8 4 7
3,63 45,71% 22,86% 11,43% 20%
6.
Saya merasa senang ketika
materi IPA dapat dipraktikan
oleh saya.
24 9 1 1
4,54 68,57% 25,71% 2,84% 2,84%
8.
Saya lebih percaya diri
dalam mengemukakan
pendapat pada saat
pembelajaran hari ini.
26 7 2 2
4,4 74,28% 20% 5,71% 5,71%
11.
Saya menjadi lebih aktif
pada saat pembelajaran hari
ini.
30 4 0 1
4,77 85,71% 11,43% 0% 2,84%
Jumlah Keseluruhan 4,05
Tabel 4.15
Pernyataan Negatif pada Skala Sikap Siswa SDN Sukatali No.
Item Pernyataan SS S TS STS
Rata-
rata
2. Saya senang mengganggu teman
pada saat pembelajaran IPA
0 2 13 20 4,46
0% 5,71% 37,14% 57,14%
3. Pelajaran IPA merupakan
pelajaran yang sulit.
4 11 14 6 3,2
11,43% 31,43% 40% 17,14%
7. Pembelajaran IPA hari ini
membuat saya bosan.
0 4 12 20 4,31
0% 11,43% 34,28% 57,14%
9.
Saya tidak suka menerangkan
materi yang saya pahami kepada
teman pada saat pembelajaran
hari ini.
5 6 7 17
3,71 14,28% 17,14% 20% 48,57%
10.
Pembelajaran IPA yang saya
lakukan hari ini membuat saya
takut untuk maju ke depan.
2 6 15 12
3,82 5,71% 17,14% 42,86% 34,28%
Jumlah Keseluruhan 3,9
Berdasarkan data hasil angket pada Tabel 4.14 dan Tabel 4.15 Pernyataan
no.1 berisi tentang pembelajaran IPA merupakan pelajaran yang saya sukai.
Sebanyak 31 siswa dengan persentase sebesar 88,57% yang memberikan respon
65
positif, dan 4 siswa lainnya dengan persentase 11,43% memberikan respon
negatif. Itu artinya hampir seluruh siswa kelas IV SDN Sukatali menyukai
pelajaran IPA. Pernyataan no. 2 yang berisi tentang saya senang mengganggu
teman pada saat pembelajaran IPA, sebanyak 33 siswa dengan persentase
sebanyak 94,28% merespon negatif dan 2 siswa merespon positif. Dapat
disimpulkan bahwa pada saat pembelajaran hampir semua siswa siswa tidak suka
mengganggu temannya. Pernyataan no. 3 berisi tentang pembelajaran IPA
merupakan pelajaran yang sulit, sebanyak 20 atau 57,14% siswa merespon negatif
dan 15 siswa merespon positif. Jadi, sebagian siswa kelas IV SDN Sukatali
merasa IPA merupakan pelajaran yang sulit walaupun 15 siswa yang menyatakan
bahwa pelajaran IPA tidak sulit.
Pernyataan no. 4 yang berisi tentang merasa tertantang dengan soal-soal IPA
yang sulit, sebanyak 12 siswa merespon positif dan 23 siswa merespon negatif.
Hal tersebut menandakan bahwa siswa kelas IV SDN Sukatali merasa kurang
tertantang dengan soal IPA yang sulit. Pernyataan no. 5 yang berisi tentang
senang belajar IPA sambil bergerak melakukan sesuatu, sebanyak 24 siswa
merespon positif dan 11 siswa merespon negatif. Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa siswa merasa senang jika dalam pembelajaran siswa ikut aktif
tidak hanya diam menerima materi dari guru saja.
Pernyataan no. 6 yang berisi tentang saya merasa senang ketika materi IPA
dapat dipraktikan oleh saya merupakan salah satu pernyataan positif dalam angket
ini. Berdasarkan data hasil angket untuk pernyataan no. 6 ini terdapat 33 siswa
dengan persentase sebesar 94,28% yang memberikan respon positif terhadap
pernyataan ini. Menurut para siswa belajar dengan mempraktekan langsung itu
dapat lebih memahami materi dengan baik dibandingkan hanya menyimak saja.
Pernyataan no. 7 berisi tentang pembelajaran IPA hari ini membuat saya bosan.
Sebanyak 32 siswa dengan persentase sebesar 91,42% memberikan respon negatif
dan 3 siswa lainnya merespon positif hal tersebut membuktikan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan metode VAK lebih membuat siswa semangat
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Pernyataan no. 8 berisi tentang saya lebih
percaya diri dalam mengemukakan pendapat pada saat pembelajaran hari ini.
Sebanyak 31 atau 88,56% siswa memberikan respon positif dan 4 siswa
66
memberikan respon negatif yang tersebut membuktikan bahwa dengan
menggunakan metode VAK dapat membuat siswa tidak malu untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapatnya.
Pernyataan no. 9 berisi tentang saya tidak suka menerangkan materi yang
saya pahami kepada teman pada saat pembelajaran hari ini. Sebanyak 24 atau
74,28% siswa SDN Sukatali memerikan respon negatif dan 11 atau 31,43% siswa
memberikan respon positif hal tersebut dapat membuktikan bahwa siswa terdapat
siswa tidak suka menjelaskan materi yang sudah ia pahami kepada teman lainnya
walaupun demikian masih ada beberapa siswa yang suka membantu temannya
jika ada teman yang belum paham dengan materi yang telah dijelaskan oleh guru.
Pernyataan no. 10 berisi tentang pembelajaran IPA yang saya lakukan hari ini
membuat saya takut untuk maju ke depan. Sebanyak 27 siswa dengan persentase
sebanyak 77,14%, siswa memberikan respon negatif dan 11 sisa lainnya
memberikan respon positif hal tersebut membuktikan bahwa dengan meminta
siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas membuat siswa lebih
percaya diri walaupun masih terdapat beberapa siswa yang masih takut untuk
maju ke depan karena belum terbiasa. Pernyataan no. 11 berisi tentang Saya
menjadi lebih aktif pada saat pembelajaran hari ini. Sebanyak 34 siswa dengan
persentase sebanyak 97,14% siswa merespon positif dan hanya satu siswa yang
memberikan respon negatif hal tersebut membuktikan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan metode VAK dapat membuat siswa lebih aktif pada saat
pembelajaran di kelas.
Bertitik tolak pada hasil pemaparan data hasil angket siswa di atas dapat
disimpulkan bahwa hampir secara keseluruhan siswa memberikan respon positif
terhadap pembelajaran IPA yang dilakukan di kelas eksperimen. Hal tersebut
dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata total atau kelas yang diperoleh adalah
43,8 yang berarti siswa memberikan respon yang positif.
67
C. Deskripsi Pembelajaran
1. Deskripsi Pembelajaran dengan Metode Visual, Auditory, dan Kinestethic
(VAK)
Sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas eksperimen, terlebih dahulu
peneliti melakukan pretes untuk mengukur kemampuan awal dari hasil belajar
siswa pada tanggal 30 April 2015. Pembelajaran dengan menggunakan
metodeVisual, Auditory, dan Kinestethic (VAK) dilaksanakan pada kelas
eksperimen yaitu di SD Negeri Sukatali Kecamatan Situraja Kabupaten
Sumedang sebanyak tiga pertemuan. Materi yang diajarkan yaitu tentang energi
bunyi di kelas IV.
Pada pertemuan pertama kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga tahap,
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal guru
mengucapkan salam, berdoa, mengecek kehadiran siswa, tetapi sebelum masuk
kepada materi pembelajaran guru terlebih dahulu memberikan “tepuk PD dan
tepuk semangat” kepada siswa untuk membangkitkan motivasi siswa pada saat
pelaksanaan pembelajaran. Siswa tampak antusias melakukan kedua tepuk
tersebut, dan siswa pun terlihat siap untuk menerima materi.
Setelah itu, guru melakukan apersepsi dengan mengetuk pulpen di atas
meja, kemudian bertanya kepada siswa “Apa yang dapat kalian dengar pada saat
ibu mengetukkan pulpen di atas meja?”. Lalu guru menyampaikan tujuan
pembelajaran, dilanjutkan denganmenjelaskan tentang pengertian sumber bunyi,
jenis bunyi, pemantulan bunyi, dan manfaat dari pemantulan bunyi memberikan
sebuah permasalahan terkait dengan materi siswa diminta untuk membuat
pemukul kaleng dengan menggunakan pensil yang ujungnya diikat dengan
menggunakan karet gelang kemudian dipukulkan ke kaleng yang sudah terdapat
pasir di atasnya, guru memberikan bimbingan pada saat siswa melakukan
percobaan untuk menemukan konsep awal dari materi yang akan diajarkan. Pada
tahap ini, muncul karakteristik dari metode VAK yaitu Visual, Auditory, dan
Kinestethic.
Setelah itu, guru menjelaskan materi tentang pengertian sumber bunyi,
jenis bunyi, pemantulan bunyi, dan manfaat dari pemantulan bunyi. Siswa dan
guru melakukan kegiatan interaktif dengan melakukan kegiatan tanya jawab jika
68
ada yang belum paham terkait dengan materi. Siswa dibagi menjadi empat
kelompok, kemudian guru membagikan LKS dan memberikan petunjuk
pengerjaan LKS. Di dalam LKS guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melakukan suatu percobaan untuk membuktikan sifat bunyi yang bunyi
dapat dipantulkan dengan menggunakan bola pingpong yang dipantulkan di atas
meja. Kemudian siswa menjawab beberapa pertanyaan yang terdapat di dalam
LKS terkait dengan percobaan yang telah dilakukan. Guru memberikan
bimbingan dengan berkeliling ke setiap kelompok untuk mengantisipasi jika ada
siswa yang belum paham. Guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk
maju kedepan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa yang
lainnya diminta untuk memberikan tanggapan atas penampilan temannya. Setelah
itu, guru membahas LKS yang telah dijawab oleh setiap kelompok dan
mengarahkannya pada jawaban yang benar. Pada pertemuan pertama siswa masih
belum terlalu aktif dalam pembelajaran.
Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa menyimpulkan materi
pembelajaran yang telah diberikan dan meminta siswa untuk mengumpulkan LKS
kedepan kelas, kemudian guru memberikan tindak lanjut berupa soal pekerjaan
rumah sebagai bentuk latihan di rumah. Guru menyampaikan judul materi yang
akan dibahas pada pertemuan selanjutnya, kemudian menutup kegiatan
pembelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam.
Pada pertemuan kedua, pembelajaran yang dilakukan hampir sama dengan
pembelajaran pada pertemuan pertama. Materi yang dibahas adalah perambatan
bunyi, sebelum menjelaskan materi guru bersama siswa mengecek dan
menyamakan hasil pekerjaan rumah bersama-sama. Pada pertemuan kedua di
dalam LKS siswa diminta untuk membuat terompet sederhana dengan
menggunakan kertas karton dan sedotan kemudian menjawab pertanyaan yang
terdapat di dalam LKS. Pada saat pembelajaran banyak siswa yang sudah terlihat
aktif walaupun masih ada beberapa siswa yang belum aktif.
Pada pertemuan ketiga, kegiatan pembelajaran sama dengan pertemuan
pertama dan kedua. Materi yang dibahas adalah perubahan energi bunyi melalui
alat musik, pada LKS nya siswa diminta untuk membuat gendang sederhana dari
bahan kaleng, balon, karet, dan pemukul dari pensil. Pada pertemuan terakhir
69
hanya ada sedikit siswa yang kurang aktif, hampir semua yang tampil untuk
presentasi sekarang terlihat lebih percaya diri. Setelah itu, guru memberikan soal
postes kepada semua siswa untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil
belajar siswa mengenai materi energi bunyi.
2. DeskripsiPembelajaran dengan Metode Konvensional
Proses pembelajaran dilaksanakan selama tiga kali pertemuan yaitu pada
tanggal 23, 25, dan 26 Mei 2015 di kelas kontrol. Di kelas kontrol dilakukan
pembelajaran IPA dengan menggunakan metode konvensional, sedangkan di
kelas eksperimen dilakukan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode
Visual, Auditory, dan Kinestethic (VAK). Pelaksanaan proses pembelajaran di
kelas kontrol diuraikan sebagai berikut.
Sebelum proses pembelajaran dilakukan, diberikan terlebih dahulu soal
pretesdengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan untuk
mengetahui sejauh mana perbedaan peningkatan ketika diberikan soal postes di
akhir pembelajaran nanti.
Pada hari pertama, kegiatan pembelajaran dilakukan melalui tiga tahapan
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal guru
membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa, guru juga mengecek
kehadiran siswa serta memberikan motivasi agar siswa siap dalam belajar.
Kemudian guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi dengan
kehidupan sehari-hari, serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dilakukan. Semua itu dilakukan agar siswa siap menerima materi pelajaran.
Pada kegiatan inti, sebelum melakukan pembelajaran guru mengajak siswa
untuk melakukan “tepuk PD dan tepuk semangat” agar siswa lebih siap untuk
belajar. Selanjutnya, guru menjelaskan materi tentang pengertian sumber bunyi,
jenis bunyi, pemantulan bunyi, dan manfaat dari pemantulan bunyi dengan
melakukan demonstrasi dengan menggunakan media pensil, kaleng, dan pasir.
Setelah siswa mengerti, guru memberikan latihan soal kepada siswa untuk lebih
meningkatkan pemahaman siswa. Kemudian guru memberikan bimbingan kepada
siswa pada saat mengerjakan latihan soal. Lalu guru dan siswa membahasnya
secara bersama-sama. Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa menyimpulkan
70
materi pembelajaran yang telah dilakukan, guru memberikan tindak lanjut berupa
pekerjaan rumah sebagai bentuk latihan di rumah.
Pada pertemuan kedua, kegiatan pembelajaran dilakukan melalui tiga
tahapan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal
guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa, guru juga
mengecek kehadiran siswa serta memberikan motivasi agar siswa siap dalam
belajar. Kemudian guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi dengan
kehidupan sehari-hari, serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dilakukan. Semua itu dilakukan agar siswa siap menerima materi pelajaran.
Pada kegiatan inti, guru membahas soal yang telah diberikan pada
pertemuan sebelumnya. Setelah itu, guru menjelaskan materi tentang perambatan
bunyi dengan menggunakan media terompet sederhana. Untuk lebih memahami
materi, guru memberikan latihan soal kepada setiap kelompok, setelah selesai
siswa dan guru membahas hasilnya secara bersama-sama. Penemuan pada
pertemuan kedua adalah siswa sudah mulai terlihat aktif pada saat pembelajaran,
ketika siswa diminta untuk bertanya terkait materi yang belum dipahami. Pada
kegiatan akhir, guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang
telah dilakukan, kemudian guru memberikan tindak lanjut berupa soal pekerjaan
rumah sebagai bentuk latihan di rumah.
Pada pertemuan ketiga, kegiatan pembelajaran dilakukan melalui tiga
tahapan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal
guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa, guru juga
mengecek kehadiran siswa serta memberikan motivasi agar siswa siap dalam
belajar. Kemudian guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi dengan
kehidupan sehari-hari, serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dilakukan. Semua itu dilakukan agar siswa siap menerima materi pelajaran.
Pada kegiatan inti, setelah membahas soal pekerjaan rumah, guru
mendemonstrasikan alat musik gendang sederhana untuk menerangkan materi
tenatng perubahan bunyi melalui alat musik. Agar siswa lebih memahami materi,
guru memberikan latihasn soal kepada siswa, kemudian membahasnya secara
bersama-sama. Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa menyimpulkan materi
pembelajaran yang telah dilakukan. Setelah itu, guru memberikan soal postes
71
kepada semua siswa untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar
siswa mengenai materi energi bunyi.
D. Uji Hipotesis
1. Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui apakah kemampuan awal
siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama atau berbeda. Uji
pendahuluan dilakukan berdasarkan analisis data pretes pada kedua kelas dengan
melakukan uji normalitas, homogenitas, dan uji beda rata-rata pada kedua kelas.
a. Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Uji normalitas data pretes kedua kelas dilakukan untuk mengetahui
normalitas data hasil pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis data
ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolgomorov-Smirnov pada taraf signifikan
α = 0,05. Perhitungan uji normalitas data ini menggunakan bantuan Software
SPSS 16.0. Bentuk hipotesis dari uji normalitas data ini sebagai berikut.
H0 = data berasal dari sampel yang berdistribusi normal.
H1 = data berasal dari sampel yang berdistribusi tidak normal.
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa hasil uji normalitas data kelas
eksperimen mendapatkan hasil P-Value (Sig.) sebesar 0,009 dengan menggunakan
uji Kolmogorof-Smirnov. Maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga data berasal
dari sampel berdistribusi tidak normal. Sedangkan hasil uji normalitas pada kelas
kontrol mendapatkan hasil P-Value (Sig.) sebesar 0,032 dengan menggunakan uji
Kolmogorov. Maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga data dari sampel yang
berdistribusi tidak normal. Bertitik tolak pada hasil data tersebut, maka
dilanjutkan dengan uji perbedaan rata-rata pretes kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
b. Uji Perbedaan Data Pretes Rata-rata Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Uji perbedaan rata-rata dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal
kelas eksperimen dan kontrol. Uji perbedaan rata-rata yang digunakan adalah uji
perbedaan rata-rata dari Mann-Whitneyatau disebut uji-U pada taraf signifikansi α
= 0,05. Adapun bentuk hipotesis dari uji perbedaan rata-rata ini sebagai berikut.
H0 = Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen
dengan kemampuan awal siswa pada kelas kontrol.
72
H1 = Terdapat perbedaan kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen dengan
kemampuan awal siswa pada kelas kontrol.
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan perbedaan
rata-rata data pretes kelas eksperimen dan kontrol dengan menggunakan uji- U
pada taraf signifikansi α = 0,05 didapatkan P-Value (Sig.2-tailed) = 0,020.
Kondisi demikian menunjukkan bahwa bahwa H0 ditolakkarena nilai P-Value
(Sig.2-tailed) yang diperoleh kurang dari α = 0,05. Dengan demikian, terdapat
perbedaan kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen dengan kemampuan
awal kelas kontrol.
2. Uji Hipotesis Rumusan Masalah Nomor 1
Pada hipotesis pertama diuji seberapa besar peningkatan hasil belajar
siswa kelas eksperimen setelah melakukan kegiatan pembelajaran pada materi
energi bunyi dengan menggunakan metode Visual, Auditory, dan Kinestethic
(VAK). Uji perbedaan rata-rata yang digunakan adalah uji non-parametrik
Wilcoxon sampel terikat karena data hasil pretes dan postes di kelas eksperimen
sama-sama berdistribusi tidak normal dengan taraf signifikansi α = 0,05. Adapun
hipotesis yang digunakan sebagai berikut.
H0 = Pembelajaran IPA dengan menggunakan metode Visual, Auditory, dan
Kinestethic (VAK) tidak dapat meningkatkan hasil belajar pada materi
energi bunyi secara signifikan.
H1 =Pembelajaran IPA dengan menggunakan metode Visual, Auditory, dan
Kinestethic (VAK) dapat meningkatkan hasil belajar pada materi energi
bunyi secara signifikan.
Dengan kriteria pengambilan keputusan H0 ditolak jika P-Value (Sig-2
tailed)< 0,05 dan H0 diterima jika P-Value (Sig-2 tailed) ≥ 0,05. Berikut ini hasil
perhitungan uji-Z dengan bantuan SPSS 16.0 for Windows.
Tabel 4.16
Analisis Uji-Z Sampel Terikat Data Pretes dan Postes Hasil Belajar Siswa
pada Kelas Eksperimen
Postes – Pretes
Z -5.190a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
73
Berdasarkan Tabel 4.16 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan
perbedaan rata-rata data pretes dan postes pada kelas eksperimen dengan
menggunakan uji-Z sampel terikat diperoleh nilai P-Value (Sig-2 tailed) = 0,000.
Hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan P-Value (Sig-2 tailed) <0,05,
sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan metode Visual, Auditory, dan
Kinestethic (VAK) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi energi
bunyi secara signifikan. Peningkatan hasil belajar siswa dapat berasal dari adanya
kontribusi kegiatan pembelajaran dengan metode Visual, Auditory, dan
Kinestethic (VAK).
3. Uji Hipotesis Rumusan Masalah 2
Pada hipotesis kedua ini diuji seberapa besar peningkatan hasil belajar
pada kelas kontrol setelah dilakukan pembelajaran secara konvensional. Adapun
materi yang digunakan pada penelitian ini adalah energi bunyi. Berdasarkan hasil
pretes dan postes pada kelas kontrol diketahui bahwa data hasil belajar siswa di
kedua kelas tersebut berdistribusi normal. Maka, uji perbedaan rata-rata yang
digunakan adalah uji Wilcoxon (uji-Z) sampel terikat.
H0 : Pembelajaran IPA dengan menggunakan metode konvensional tidak dapat
meningkatkan hasil belajar siswa ada materi energi bunyi secara signifikan.
H1 : Pembelajaran IPA dengan menggunakan metode konvensional dapat
meningkatkan hasil belajar siswa ada materi energi bunyi secara signifikan.
Adapun kriterian uji yang berlaku dengan taraf signifikasi , 0,05 yaitu
H0 diterima jika nilai P-Value (Sig-2 tailed) 0,05 dan ditolak apabila P-Value
(Sig-2 tailed) 0,05. Berikut ini hasil perhitungan uji- Z dengan bantuan SPSS
16.0 for Windows.
Tabel 4.17
Analisis Uji-Z Sampel Terikat Data Pretes dan Postes Hasil Belajar Siswa
pada Kelas Kontrol
Postes - Pretes
Z -7.269a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
74
50
79,18
58,9867,76
Pretes Postes
Eksperimen Kontrol
Tabel 4.17 menunjukkan bahwa hasil perhitungan perbedaan rata-rata data
pretes dan postes pada kelas kontrol dengan menggunakan Uji-Z sampel terikat
diperoleh P-Value (Sig-2 tailed) 0,000. Hasil yang diperoleh tersebut
menunjukkan P-Value (Sig-2 tailed) 0,05, sehinggan H0 ditolak dan H1 diterima.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwapembelajaran IPA dengan
menggunakan metode konvensional dapat meningkatkan hasil belajar siswa ada
materi energi bunyi secara signifikan.
4. Uji Hipotesis Rumusan Masalah 3
Sebelum menjawab uji rumusan masalah nomor 3, langkah yang perlu
dilakukan yaitu melakukan analisis peningkatan hasil belajar siswa dan analisis
perbedaan peningkatan hasil belajar siswa. Berikut ini merupakan uraian kedua
analisis tersebut.
a. Analisis Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk melihat dan mengetahui
perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang belajar dengan metode Visual,
Auditory, dan Kinestethic (VAK) dan siswa yang belajar dengan metode
konvensional pada materi energi bunyi. Secara umum, baik pada kelas eksperimen
mau pun kelas kontrol hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan rata-
rata skor pretes ke rata-rata skor postes, seperti yang tampak pada gambar di
bawah ini.
Gambar 4.1
Rata-rata Skor Pretesdan Postes Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
75
Setelah diketahui adanya peningkatan hasil belajar siswa pada kedua kelas
langkah selanjutnya adalah menganalisis perbedaan peningkatan hasil belajar
siswa di kedua kelas tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah
peningkatan hasil belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
menggunakan metode Visual, Auditory, dan Kinestethic (VAK) lebih baik
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional secara
signifikan. Data yang digunakan dalam perhitungan adalah data
gainternormalisasi karena kemampuan awal dan kemampuan akhir siswa
berbeda. Adapun hasil perhitungan n-Gain kedua kelas dapat dilihat pada
Tabel 4. 18 dan Tabel 4. 19 sebagai berikut.
Tabel 4.18
Data n-GainHasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen
No. Kode
Siswa
Skor Awal Skor
Akhir
n-
Gain
Interpretasi
1. Siswa 1 13 14 1 Tinggi
2. Siswa 2 12 14 1 Tinggi 3. Siswa 3 12 14 1 Tinggi 4. Siswa 4 10 14 1 Tinggi 5. Siswa 5 9 14 1 Tinggi 6. Siswa 6 9 14 1 Tinggi 7. Siswa 7 9 14 1 Tinggi 8. Siswa 8 9 13 0,8 Tinggi 9. Siswa 9 8 13 0,83 Tinggi 10. Siswa 10 8 13 0,83 Tinggi 11. Siswa 11 8 13 0,83 Tinggi 12. Siswa 12 7 13 0,86 Tinggi 13. Siswa 13 7 13 0,86 Tinggi 14. Siswa 14 7 12 0,71 Tinggi 15. Siswa 15 7 12 0,71 Tinggi 16. Siswa 16 7 12 0,71 Tinggi 17. Siswa 17 7 12 0,71 Tinggi 18. Siswa 18 7 12 0,71 Tinggi 19. Siswa 19 6 11 0,63 Sedang
20. Siswa 20 6 11 0,63 Sedang 21. Siswa 21 6 11 0,63 Sedang 22. Siswa 22 6 11 0,63 Sedang 23. Siswa 23 6 10 0,5 Sedang 24. Siswa 24 6 10 0,5 Sedang 25. Siswa 25 6 10 0,5 Sedang 26. Siswa 26 6 10 0,5 Sedang 27. Siswa 27 5 9 0,44 Sedang
76
Secara keseluruhan peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen
tergolong kedalam peningkatan sedang. Dari 35 siswa terdapat 18 siswa yang
mengalami peningkatan yang tinggi, 13 siswa mengalami peningkatan tingkat
sedang, dan 4 siswa mengalami peningkatan tingkat rendah.
Tabel 4.19
Data n-Gain Hasil Belajar Kelas Kontrol
No. Kode
Siswa
Skor
Awal
Skor
Akhir
n-Gain Interpretasi
1. Siswa 1 14 14 0 Tetap
2. Siswa 2 14 14 0 Tetap
3. Siswa 3 13 14 1 Tinggi
4. Siswa 4 12 14 1 Tinggi
5. Siswa 5 11 13 0,67 Sedang
6. Siswa 6 11 13 0,67 Sedang
7. Siswa 7 10 13 0,75 Tinggi
8. Siswa 8 10 13 0,75 Tinggi
9. Siswa 9 10 12 0,5 Sedang
10. Siswa 10 10 12 0,5 Sedang
11. Siswa 11 9 12 0,6 Sedang
12. Siswa 12 9 11 0,4 Sedang
13. Siswa 13 9 11 0,4 Sedang
14. Siswa 14 9 11 0,4 Sedang
15. Siswa 15 9 10 0,2 Rendah
16. Siswa 16 9 10 0,2 Rendah
17. Siswa 17 9 10 0,2 Rendah
18. Siswa 18 9 10 0,2 Rendah
19. Siswa 19 8 9 0,17 Rendah
20. Siswa 20 8 9 0,17 Rendah
21. Siswa 21 8 9 0,17 Rendah
22. Siswa 22 8 9 0,17 Rendah
28. Siswa 28 5 9 0,44 Sedang 29. Siswa 29 5 9 0,44 Sedang 30. Siswa 30 5 8 0,33 Sedang
(Lanjutan)
No. Kode
Siswa
Skor Awal Skor Akhir n-Gain Interpretasi
31. Siswa 31 5 8 0,33 Sedang 32. Siswa 32 4 7 0,3 Rendah
33. Siswa 33 4 7 0,3 Rendah 34. Siswa 34 4 6 0,2 Rendah 35. Siswa 35 4 5 0,1 Rendah
Jumlah 245 388 23
Rata-rata 7 11,09 0,66 Sedang
77
11%
23%
43%
23%
Kelas Kontrol
Tinggi Sedang Rendah Tetap
52%37%
11%
Kelas Eksperimen
Tinggi Sedang Rendah
23. Siswa 23 8 9 0,17 Rendah
24. Siswa 24 8 8 0 Tetap
25. Siswa 25 7 8 0,14 Rendah
(Lanjutan)
No. Kode
Siswa
Skor
Awal
Skor
Akhir
n-Gain Interpretasi
26. Siswa 26 7 7 0 Tetap
27. Siswa 27 6 7 0,14 Rendah
28. Siswa 28 6 6 0 Tetap
29. Siswa 29 5 6 0,11 Rendah
30. Siswa 30 5 6 0,11 Rendah
31. Siswa 31 5 5 0 Tetap
32. Siswa 32 5 5 0 Tetap
33. Siswa 33 4 5 0,1 Rendah
34. Siswa 34 4 4 0 Tetap
35. Siswa 35 0 3 0,21 Rendah
Jumlah 289 332 10,1
Rata-rata 8,26 9,49 0,29 Rendah
Peningkatan di kelas kontrol mengalami peningkatan tingkat rendah, dari
35 siswa, 8 siswa tidak mengalami peningkatan (tetap), 4 siswa mengalami
peningkatan tingkat tinggi, 8 siswa mengalami peningkatan tingkat sedang dan
15 siswa yang mengalami peningkatan tingkat rendah.
Berdasarkan hasil dari Tabel 4.20 dan Tabel 4.21 n-Gain di kelas
eksperimen tergolong kedalam kategori sedang karena nilainya 0,3 <g
0,7sedangkan pada kelas kontrol n-Gain tergolong kedalam kategori rendah
karena nilainya g 0,3. Maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar
siswa di kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hasil perhitungan
gain hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
78
b. Analisis Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan gain ternormalisasi mengenai peningkatan
hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dapat diketahui siswa
yang memperoleh nilai gain tertinggi, nilai gain terendah, rata-rata nilai gain, dan
simpangan baku pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.20
Statistik Nilai Gain Ternormalisasi Hasil Belajar Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas N Nilai
Terendah
Niliai
Tertinggi
Rata-rata
Nilai
Simpangan
Baku
Eksperimen 35 0,1 1 0,53 0,28
Kontrol 35 0,2 1 0,41 0,33
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai terendah yang
diperoleh siswa pada kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
eksperimen. Nilai terendah pada kelas kontrol yaitu 0,2 dan nilai terendah pada
kelas eksperimen yaitu 0,1. Nilai tertinggi kelas eksperimen dan kelas kontrol
sama yaitu 1, rata-rata nilai kelas eksperimen lebih besar yaitu 0,53 sedangkan di
kelas kontrol 0,41. Sementara simpangan baku di kelas kontrol lebih besar yaitu
0,33 sedangkan di kelas eskperimen 0,28.
Untuk melihat perlakuan di kelas mana yang lebih baik dalam
meningkatkan hasil belajar siswa dilakukan uji normalitas, dan uji beda rata-rata
n-Gain yang diperoleh oleh kedua kelas. Berikut hasil pengujian n-Gain pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
a. Uji Normalitas Data n-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi data n-Gain kelas
eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak normal. Analisis data
menggunakan uji Kolgomorov-Smirnov, perhitungan uji normalitas pada
penelitian ini menggunakan SPSS 16.0 for Windows. Adapun hipotesis yang akan
diuji adalah:
H0 = data berasal dari sampel berdistribusi normal.
Gambar 4.2
Hasil Perhitungan Gain
Hasil Belajar
Kelas Eksperimen
Gambar 4.3
Hasil Perhitungan Gain
Hasil Belajar
Kelas Kontrol
79
H1 = data berasal dari sampel berdistribusi tidak normal.
Adapun kriteria pengambilan keputusan dengan taraf signifikansi,
0,05 yaitu H0 diterima jika nilai P-Value (Sig) 0,05 dan ditolak apabila P-
Value (Sig) 0,05. Berikut ini hasil perhitungan uji- t dengan bantuan SPSS 16.0
for Windows.
Tabel 4.21
Hasil Uji Normalitas Data n-Gain Hasil Belajar Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Dari Tabel 4.21 diperoleh hasil uji normalitas n-Gain pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Keduanya memiliki nilai P-Value (Sig.) yang
berbeda, yaitu pada kelas eksperimen memiliki P-Value (Sig.) sebesar 0,200 yang
berarti data berasal dari sampel berdistribusi normal karena P-Value (Sig.) ≥ 0,05.
Sedangkan pada kelas kontrol P-Value (Sig.) sebesar 0,000 yang berarti data
berasal dari sampel berdistribusi tidak normal karena P-Value (Sig.) < 0,05.
Karena terdapat salahsatu datayang berdistribusi tidak normal maka dilakukan uji
perbedaan rata-rata. Berikut persebaran data n-Gain dari kelas eksperimen dan
kelas kontrol dapat dilihat pada Diagram 4.5 dan Diagram 4.6.
Diagram 4.5
Histogram Data n-GainHasil Belajar Kelas Eksperimen
Kelas
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
n_Gain Eksperimen .109 35 .200*
Kontrol .257 35 .000
80
Diagram 4.6
Histogram Data n-GainHasil Belajar Kelas Kontrol
Deskriptor histogram:
1) Frekuensi : angka dari jumlah siswa pada kelas eksperimen maupun
kelas kontrol.
2) n-Gain : angka dari hasil n-Gain pada kelas eksperimen maupun
kelas kontrol.
3) Batang histogram: gambaran dari hasil n-Gain. Misalnya, jika batang
histogram nilai postes menunjukkan angka 40 sejajar dengan frekuensi 3
artinya jumlah siswa yang mendapatkan nilai postes 40 sebanyak 3 siswa.
b. Uji Perbedaan Rata-rata Data n-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa di kelas eksperimen
lebih baik daripada di kelas kontrol adalah dengan melakukan uji beda rata-rata n-
Gain. Uji beda rata-rata menggunakan Uji Mann-Whitney (Uji-U) karena terdapat
salah satu data yang berdistribusi tidak normal. Perhitungan ini dibantu dengan
SPSS 16.0 for Windows. Taraf signifikansi yang digunakan yaitu = 0,05 dan
hipotesis yang digunakan untuk hasil belajar sebagai berikut.
= Peningkatan hasil belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
menggunakan metode Visual, Auditory, dan Kinestethic (VAK) tidak lebih
baik secara signifikan daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional pada materi energi bunyi.
= Peningkatan hasil belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
menggunakan metode Visual, Auditory, dan Kinestethic (VAK) lebih baik
81
secara signifikan daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional pada materi energi bunyi.
Sementara Kriteria pengujiannya adalah diterima apabila P-Value (Sig-1
tailed) 0,05 dan ditolak apabila P-Value (Sig-1 tailed) 0,05. Hasil
perhitungan uji perbedaan rata-rata dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.22
Hasil Uji Mann-Whitney (Uji-U) Data n-Gain Hasil Belajar Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
n_Gain
Mann-Whitney U 211.500
Wilcoxon W 841.500
Z -4.724
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Berdasarkan Tabel 4.22 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan beda
rata-rata peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
dengan menggunakan uji-U taraf signifikasi α = 0,05 didapat P-Value (Sig 2-
tailed) sebesar 0,000. Karena yang dibutuhkan adalah P-value (sig-1 tailed), maka
P-Value (Sig-2 tailed) dibagi dua. Dan hasil P-Value (Sig-1 tailed) adalah 0,000/2
= 0,000. Karena P-Value (Sig-1 tailed) hasilnya adalah 0,000 maka H0 ditolak,
sehingga peningkatan hasil belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
menggunakan metode Visual, Auditory, dan Kinestethic (VAK) lebih baik secara
signifikan daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional pada
materi energi bunyi.
E. Temuan dan Pembahasan
1. Metode Visual, Auditory, dan Kinestethic (VAK) dapat Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Secara Signifikan pada Materi Energi Bunyi
Pada bagian ini akan membahas mengenai peningkatan hasil belajar
dengan menggunakan metode Visual, Auditory, dan Kinestethic (VAK) di kelas
eksperimen. Pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas eksperimen dilakukan selama
tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 02 Mei 2015,
pertemuan kedua pada tanggal 08 Mei 2015, dan pertemuan ketiga pada tanggal
15 Mei 2015.
82
Pada kegiatan awal tidak jauh berbeda dengan pembelajaran di kelas
kontrol. Guru mengkondisikan siswa agar siap belajar dengan berdoa,
membagikan no.absen agar mempermudah aktivitas masing-masing siswa.
Dilanjutkan dengan memberikan tepuk PD dan tepuk semangat agar dapat
memotivasi siswa untuk belajar. Pada saat pembelajaran guru memberikan media
pembelajaran kemudian siswa diminta untuk menemukan konsep dari materi yang
akan dipelajari. Dengan demikian, untuk memahami konsep yang abstrak maka
dibutuhkan bantuan memanipulasi benda-benda konkret agar diperoleh
pengalaman langsung yang bermakna. Selain itu, guru juga memberikan aturan
kepada siswa jika guru menyebutkan warna “merah” siswa tepuk tangan satu kali,
“kuning” dua kali, “hijau” tiga kali, dan “putih” siswa berkata “sssttt”. Jika siswa
masih gaduh juga guru memberikan aturan berikutnya yaitu jika guru mengatakan
“Hai” siswa menjawab “Hallo”, dan jika guru mengatakan “Hallo” siswa
menjawab “Hai”. Setelah menjelaskan materi kemudian guru melakukan
tanyajawab kepada siswa jika ada yang belum dipahami, dan membagikan LKS
kepada setiap kelompok. Guru membimbing siswa pada saat mengerjakan LKS,
setelah selesai guru meminta siswa untuk mempresentasikan kedepan kelas
kemudian siswa yang lainnya menanggapi. Setelah mengerjakan soal siswa
diminta untuk mempresentasikan jawaban kelompoknya. Hal tersebut sejalan
dengan teori belajar Ausubel, teori ini terkenal dengan belajar bermakna dan
pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Pada kegiatan akhir guru
bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran hari ini dan memberikan
tindak lanjut berupa pekerjaan rumah sebagai latihan soal di rumah. Pada
pertemuan selanjutnya guru memberikan angket respon siswa terhadap
pembelajaran dengan menggunakan metode Visual, Auditory, dan Kinestethic
(VAK).
Setelah keseluruhan kegiatan pembelajaran dilaksanakan, siswa
mengerjakan postes. Postes yang diberikan merupakan soal yang sama dengan
soal yang diberikan pada saat pretes. Rata-rata nilai hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen saat postes adalah 79,18 dari total nilai 100, begitupun pada
perhitungan beda rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dengan
menggunakan uji Wilcoxon (uji-Z) dengan taraf signifikansi α = 0,05 didapat nilai
83
P-Value (Sig.1-tailed)=0,000. Hasil yang diperoleh P-Value<α sehingga H0
ditolak atau H1diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA dengan
menggunakanmetode Visual, Auditory, dan Kinestethic (VAK) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi energi bunyi secara signifikan.
2. Metode Konvensional dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Secara
Signifikan pada Materi Energi Bunyi
Pada bagian ini membahas mengenai peningkatan hasil belajar dengan
metode konvensional di kelas kontrol. Rata-rata nilai pretes hasil belajar 35 siswa
di kelas kontrol adalah 58,98 dari total 100. Perlakuan yang diberikan terhadap
kelas kontrol adalah dengan penerapan pembelajaran konvensional sebanyak tiga
kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuannya adalah 2X35 menit.
Pembelajaran konvensional yang digunakan adalah demonstrasi, tanyajawab dan
diskusi.
Secara umum pembelajaran konvensional yang telah dilaksanakan adalah
sebagai berikut. Pada kegiatan awal, guru mengkondisikan siswa agar siap belajar
dengan berdoa, membagikan no.absen agar mempermudah aktivitas masing-
masing siswa. Dilanjutkan dengan memberikan tepuk PD dan tepuk semangat
agar dapat memotivasi siswa untuk belajar. Pada saat pembelajaran guru
mendemonstrasikan dengan menggunakan media pembelajaran agar siswa lebih
mudah untuk memahami tidak hanya dengan menggunakan metode diskusi saja.
Dengan demikian, untuk memahami konsep yang abstrak maka dibutuhkan
bantuan memanipulasi benda-benda konkret agar diperoleh pengalaman langsung
yang bermakna. Selain itu, guru juga memberikan aturan kepada siswa jika guru
menyebutkan warna “merah” siswa tepuk tangan satu kali, “kuning” dua kali,
“hijau” tiga kali, dan “putih” siswa berkata “sssttt”. Jika siswa masih gaduh juga
guru memberikan aturan berikutnya yaitu jika guru mengatakan “Hai” siswa
menjawab “Hallo”, dan jika guru mengatakan “Hallo” siswa menjawab “Hai”.
Setelah menjelaskan materi kemudian guru melakukan tanyajawab kepada siswa
jika ada yang belum dipahami, dan memberikan latihan soal kepada setiap siswa.
Guru membimbing siswa pada saat mengerjakan latihan soal, setelah selesai guru
bersama siswa membahasnya secara bersama-sama. Pada kegiatan akhir guru
84
bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran hari ini dan memberikan
tindak lanjut berupa pekerjaan rumah sebagai latihan soal di rumah.
Berdasarkan hasil postes hasil belajar siswa ternyata dengan penerapan
pembelajaran konvensional pada kelas tersebut mengalami peningkatan dari nilai
rata-rata kelasnya menjadi 67,76. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil perhitungan
perbedaan rata-rata data pretes dan postes kelas kontrol dengan menggunakan uji
Wilcoxon(uji-Z) sampel terikat dengan taraf signifikansi α = 0,05 didapat nilai P-
Value (Sig.1-tailed)=0,000. Hasil yang diperoleh P-Value<α sehingga H0 ditolak
atau H1diterima. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
konvensional dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi energi bunyi
secara signifikan.
3. Peningkatan Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Visual,
Auditory, dan Kinestethic (VAK) Lebih Baik Secara Signifikan daripada
Pembelajaran Konvensional dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
pada Materi Energi Bunyi
Metode Visual, Auditory, dan Kinestethic (VAK) dan pembelajaran
konvensional sama-sama dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
energi bunyi dengan baik. Walaupun demikian, metode Visual, Auditory, dan
Kinestethic (VAK) terbukti lebih baik daripada pembelajaran konvensioanal. Hal
ini dapat terlihat dengan adanya perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan metode Visual, Auditory, dan Kinestethic (VAK)
dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Pada data pretes rata-rata kemampuan awal hasil belajar pada kelas
eksperimen sama dengan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.5. Setelah
dilakukan pembelajaran pada dua kelas dengan perlakuan yang berbeda ternyata
hasil belajar di kelas eksperimen lebih baik daripada di kelas kontrol, terlihat hasil
uji perbedaan dua rata-rata tersebut memperoleh P-Value (Sig-1 tailed) dengan
nilai 0.000. Hal ini berarti H0 ditolak karena P-Value (Sig-1 tailed) kurang dari
0.05. Apabila H0 ditolak maka H1 diterima sehingga terdapat perbedaan rata-rata
hasil siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Kelas eksperimen terbukti
lebih baik daripada kelas kontrol dilihat dari rata-rata postes kelompok
85
eksperimen yang memperoleh nilai 79,18 dan kelas kontrol memperoleh nilai
rata-ratanya 67,76. Metode Visual, Auditory, dan Kinestethic (VAK) lebih baik
daripada konvensional disebabkan adanya tahapan pembelajaran dalam Metode
Visual, Auditory, dan Kinestethic (VAK) yang tidak ada di pembelajaran
konvensional.
4. Respon Siswa terhadap Pembelajaran IPA dengan Menggunakan
Metode Visual, Auditory, dan Kinestethic (VAK)
Untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran yang
dilakukan pada kelas eksperimen, peneliti menggunakan angket respon siswa
dengan skala Likert. Pemberian angket kepada siswa yang berada di SDN Sukatali
sebagai kelas eksperimen dilaksanakan setelah postes yaitu pada pertemuan ke
empat. Berdasarkan Tabel 4.14 dan Tabel 4.15, diperoleh rata-rata kelas dari skor
pernyataan angket sebesar 43,8. Hal ini berarti, siswa cenderung memberikan
respon positif terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Banyak siswa yang
senang belajar menggunakan metode Visual, Auditory, dan Kinestethic (VAK),
karena pada pembelajaran ini siswa berperan aktif dengan melibatkan kemampuan
penglihatan (visual) siswa pada saat proses pembelajaran yaitu dengan
mengamati, dan mengelompokkan benda-benda konkret untuk menemukan
sendiri materi pembelajaran. Sebagaimana Piaget (dalam Suharjo, 2006 hlm. 37)
Dalam perkembangan siswa sekolah dasar berada pada periode operasional
konkrit dimana pada masa ini siswa belum mampu untuk berpikir abstrak dan
logis tetapi siswa telah mulai mengembangkan konsep dengan menggunakan
benda konkret. Tidak seperti pembelajaran konvensional yang menempatkan
siswa hanya sebagai penerima informasi secara pasif.
5. Faktor yang mendukung dan Menghambat Pembelajaran IPA pada
Materi Energi Bunyi dengan Menggunakan Metode Visual, Auditory, dan
Kinestethic (VAK)
Ketika guru mengajar harus ada evaluasi baik untuk gurunya itu sendiri
ataupun siswa yang mengikuti pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah pembelajaran yang dilaksanakan berlangsung dengan baik
86
atau tidak. Observer dihadirkan untuk menilai melalui format observasi kinerja
guru dan aktivitas siswa. Berdasarkan hasil analisis observasi kinerja guru dan
aktivitas siswa secara umum menunjukkan bahwa pembelajaran berlangsung
dengan baik. Artinya baik guru maupun siswa dapat memberikan kontribusi yang
positif terhadap pembelajaran. Dengan kinerja guru yang baik yaitu merencanakan
pembelajaran dengan matang, melaksanakan kegiatan pembelajaran yang baik,
melibatkan siswa secara aktif, menggunakan media konkret untuk menanamkan
konsep, serta menutup pembelajaran dengan baik, maka akan menimbulkan siswa
yang bersemangat dalam belajar, aktif dalam diskusi dan berani menyajikan hasil
diskusi di depan kelas.
Metode Visual, Audiory, dan Kinestethic (VAK) terdapat beberapa gaya
belajar salahsatunya adalah kinestetik (gerak), dimana pada tahap ini siswa
diberikan kesempatan untuk melakukan praktikum untuk membuktikan sifat-sifat
bunyi sebagai langkah untuk menemukan alternatif dalam memahami sebuah
konsep abstrak dengan bantuan benda konkret, hal tersebut dapat melihat
karakteristik cara berpikir yang dimiliki oleh siswa.Hal tersebut sesuai dengan
pendapat menurut Bruner (dalam Maulana, 2008) metode belajar merupakan
faktor yang sangat menentukan dalam pembelajaran dan kinerja guru yang
optimal dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi serta
didukung dengan aktivitas siswa yang tinggi.
Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan guru merupakan faktor dapat
mendukung keberhasilan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode Visual,
Auditory,dan Kinestethic (VAK) karena guru memiliki kreativitas dan LKS yang
disusun oleh guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek kognitif yang dimaksudkan adalah
siswa harus memikirkan cara yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan
mengenai energi bunyi yang terdapat di dalam LKS sehingga siswa harus
menguasai materi energi bunyi. Aspek afektif yang dimaksud adalah siswa akan
memiliki sikap mandiri, kreatif, tanggungjawab, dan saling menghargai pendapat
setiap anggota kelompokknya. Sedangkan aspek psikomotor yang dimaksud
adalah ketika siswa diberikan LKS tersebut terdapat beberapa kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa seperti membuat terompet, dan membuat gendang untuk
87
membuktikan beberapa sifat-sifat bunyi. Pembelajaran akan bermakna jika siswa
langsung mempraktekan atau mencoba untuk menghubungkan pengetahuan lama
dengan yang telah dimiliki oleh siswa dengan pengetahuan baru. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat menurut Ausubel (dalam Herman, 2007) belajar
menerima adalah siswa tidak hanya menerima materi tetapi siswa yang
menemukan sendiri konsep materi yang akan dipelajari dengan bimbingan guru.
Selain faktor-faktor yang mendukung pembelajaran IPA dengan
menggunakan metode Visual, Auditory, dan Kinestethic (VAK) terdapat pula
faktor penghambat dalam pembelajaran tersebut. Adapun faktor penghambatnya
yaitu keterlambatan siswa dalam memahami materi, kadang siswa gaduh pada
saat pembelajaran, pengelompokkan siswa yang tidak sesuai dengan potensi yang
dimiliki dan sulit membuat siswa aktif bekerjasama. Hal ini menjadi tugas guru
sebagai perancang pembelajaran, guru sebaiknya langsung membagi peran atau
tugas dari setiap anggota kelompok sehingga tidak ada siswa yang merasa tidak
dilibatkan atau merasa bekerja sendiri ketika proses diskusi berlangsung.